• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pola Warna Bulu pada Kuda Delman Lokal di Sulawesi Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pola Warna Bulu pada Kuda Delman Lokal di Sulawesi Utara"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS POLA WARNA BULU PADA KUDA DELMAN

LOKAL DI SULAWESI UTARA

SKRIPSI

CINTYA ADE PUTRIANA

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

RINGKASAN

CINTYA ADE PUTRIANA. D14070136. 2011. Analisis Pola Warna Bulu pada Kuda Delman Lokal di Sulawesi Utara. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Prof. Dr. Ir. Ronny R. Noor, M.Rur. Sc. Pembimbing Anggota : Ir. Rini H. Mulyono, M.Si.

Kuda merupakan salah satu hewan ternak yang sudah dipelihara sejak zaman dulu. Sifat kualitatif warna bulu kuda merupakan sifat eksternal yang diwariskan secara genetis. Informasi genetik mengenai karakteristik sifat kualitatif kuda lokal di Indonesia, terutama di Sulawesi Utara, masih sangat terbatas. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan fenotipe dan pendugaan genotipe warna bulu pada kuda delman di Provinsi Sulawesi Utara. Penelitian ini dilakukan di empat lokasi penelitian yaitu Manado, Tomohon, Kabupaten Minahasa dan Amurang. Jarak kedekatan genotipe berdasarkan pola warna bulu antara kelompok kuda delman yang diamati dianalisis pada penelitian ini.

Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa foto kuda. Jumlah kuda delman yang digunakan adalah 477 kuda delman. Pengolahan data menggunakan metode Nozawa et al. (1981) yang melakukan pengamatan kuda lokal Indonesia dan ditemukan lima gen yang mempengaruhi warna kuda tersebut. Gen-gen tersebut adalah gen A, gen B, gen D, gen R dan gen S; yang mengendalikan warna bay (ka-ge), black (ao-ge), chesnut (kuri-ge), bay-cream (kawara-ge), chesnut-cream (tsuki-ge), white or pseudo-albino (same-(tsuki-ge), roan (kasu-ge) dan spotted (buchi).

Hasil yang diperoleh adalah fenotipe pola warna bulu kuda delman di Tomohon, Manado, Kabupaten Minahasa dan Amurang memperlihatkan jumlah tipe pola warna bulu yang berbeda. Warna bay (ka-ge) dan chestnut (kuri-ge) mendominasi pola warna bulu kuda delman di seluruh lokasi pengamatan. Uji khi-kuadrat untuk pengujian kebebasan dalam tabel kontingensi memperlihatkan hubungan yang nyata (P<0,05) antara pola warna bulu kuda delman dan lokasi pengamatan. Setiap daerah pengamatan memiliki kecenderungan pola warna tertentu. Pengamatan genotipe pada kuda delman memperlihatkan genotipe yang mendominasi pola warna kuda delman di empat lokasi pengamatan adalah ss, rr, A_ (AA dan Aa) , dd dan B_ (BB dan Bb). Dendogram ketidakserupaan jarak genetik pola warna bulu kuda delman membentuk dua kerumunan yaitu Manado-Kabupaten Minahasa-Amurang membentuk satu kerumunan yang terpisah dari kelompok Tomohon pada titik percabangan 0,002244. Jarak ketidakserupaan gen pola warna bulu kuda delman pada dua kerumunan Manado dan Kabupaten Minahasa adalah 0,000164. Kerumunan Manado-Kabupaten Minahasa-Amurang membentuk dua kerumunan kecil yaitu Manado-Kabupaten Minahasa dan Amurang yang dipisahkan pada titik percabangan 0,001006. Semakin kecil nilai ketidakserupaan gen pola warna bulu kuda delman antara lokasi pengamatan maka jarak genetiknya semakin kecil, dan sebaliknya.

(3)

ABSTRACT

Analysis of Local Horse Pedicab Coat Color Pattern in North Sulawesi Putriana, C.A, R.R Noor and R.H. Mulyono

Horse has been domesticated since ancient times. The horse coat color is the expression of genotype and categorize as qualitative traits. Information on the characteristic of Indonesian, especially in North Sulawesi horse coat color is very limited. The aim of this study is to determine the phenotype and genotype of coat color of horse in the North Sulawesi. The study was conducted in four different areas in North Sulawesi, Tomohon, Manado, Minahasa and Amurang. Genetic distance analyses based on coat color was performed. The most coat color in the four areas was bay, chestnut, bay-cream, chestnut-cream, roan, black, white and spotted. The dominant coat color was bay and chestnut. Genetic distance analyses result indicate that the horse from Manado, Minahasa and Amurang are clustered in one group and separated to Tomohon population with the genetic distance between the two cluster was 0.002244. The genetic distance of the horse from Manado and from Minahasa was 0.000164. On the other hand, the genetic distance of the horse from Manado and Minahasa group and Amurang was 0.001006. The smallest genetic indicates the closeness genetic between the two population.

(4)

ANALISIS POLA WARNA BULU PADA KUDA DELMAN

LOKAL DI SULAWESI UTARA

CINTYA ADE PUTRIANA D14070136

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(5)

Judul : Analisis Pola Warna Bulu pada Kuda Delman Lokal di Sulawesi Utara Nama : Cintya Ade Putriana

NIM : D14070136

Menyetujui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

(Prof. Dr. Ir. Ronny R. Noor, M.Rur.Sc.) (Ir. Rini H. Mulyono, M.Si.) NIP. 19610210 198603 1 003 NIP. 19621124 198803 2 002

Mengetahui, Ketua Departemen

Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc. NIP. 19591212 198603 1 004

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Mandomai pada tanggal 6 Juni 1990. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Marserius dan Ibu Kameloh. Pendidikan sekolah dasar diselesaikan pada tahun 2001 di SD Mentawa Baru Hulu V Kotawaringin Timur, pendidikan lanjutan tingkat pertama diselesaikan pada tahun 2004 di SMP Negeri 1 Sampit dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2007 di SMA Negeri 1 Sampit. Penulis diterima menjadi mahasiswa IPB di Fakultas Peternakan, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2007.

Selama mengikuti pendidikan di Fakultas Peternakan, Penulis pernah mengikuti organisasi antara lain sebagai ketua Animal Breeding Club (ABC) di HIMAPROTER (Himpunan Mahasiswa Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan) periode 2009-2010, anggota Komisi Pelayanan Khusus PMK (Persekutuan

(7)

vii KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas berkat-Nya Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Pola Warna Bulu pada Kuda Delman Lokal di Sulawesi Utara. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Kuda merupakan mamalia yang memiliki pola warna bulu yang bermacam-macam. Pola warna bulu menjadi salah satu daya tarik yang dapat meningkatkan daya jual kuda. Penelitian mengenai pola warna bulu kuda di Indonesia masih belum banyak ditemukan. Penelitian menggunakan data sekunder berupa foto kuda di Sulawesi Utara yang diolah untuk melihat jarak genetik berdasarkan pola warna bulu kuda di Tomohon, Manado, Kabupaten Minahasa dan Amurang.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna. Saran dan kritik sangat diperlukan untuk penyempurnaan skripsi. Penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pola warna bulu dan kemajuan peternakan Indonesia.

Bogor, Mei 2011

(8)
(9)

ix

Lokus A ... 17

Lokus B ... 17

Lokus D ... 17

Lokus R ... 18

Lokus S ... 18

Analisis Data ... 18

Pengamatan Fenotipe ... 18

Pengamatan Genotipe ... 19

Jarak Genetik Antara Lokasi Pengamatan ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

Lokasi Pengamatan ... 21

Tomohon ... 21

Manado ... 22

Kabupaten Minahasa ... 23

Amurang ... 24

Pengamatan Fenotipe dan Genotipe Warna Bulu Kuda ... 25

Pengamatan Fenotipe ... 25

Pengamatan Genotipe ... 31

Frekuensi Gen dan Jarak Genetik ... 33

KESIMPULAN DAN SARAN ... 37

UCAPAN TERIMA KASIH ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39

LAMPIRAN ... 41

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Lokus Warna Bulu Kuda pada Berbagai Fenotipe (Performa) Menurut

Nozawa et al. (1981) ………... 16 2. Jumlah Kuda Delman Berdasarkan Karakter Genetik Eksternal di

Tomohon, Manado, Kabupaten Minahasa dan Amurang ………. 30 3. Sebaran Genotipe Warna Bulu Kuda Delman di Tomohon, Manado,

Kabupaten Minahasa Selatan dan Kabupaten Minahasa ………... 32 4. Frekuensi Gen Warna Bulu A, a, B, b, D dan d pada Kuda Delman di

Tomohon, Manado, Kabupaten Minahasa dan Amurang ... 33 5. Frekuensi Gen Pola Warna Bulu R, r, S dan s di Tomohon, Manado,

Kabupaten Minahasa dan Amurang ………

34 6. Matriks Jarak Genetik Antara Kuda Lokal di Tomohon, Manado,

Kabupaten Minahasa dan Amurang ………

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Bagan Gambar atau Sketsa Kuda yang Diamati ... 11

2. Fenotipe Pola Warna Bulu Kuda Bay (Ka-ge) ... 12

3. Fenotipe Pola Warna Bulu Kuda Black (Ao-ge) ... 12

4. Fenotipe Pola Warna Bulu Kuda Chestnut (Kuri-ge) ... 13

5. Fenotipe Pola Warna Bulu Kuda Spotted (Buchi) ... 13

6. Fenotipe Pola Warna Bulu Kuda White (Same-ge) ... 14

7. Fenotipe Pola Warna Bulu Kuda Chestnut-cream (Tsuki-ge) ... 14

8. Fenotipe Pola Warna Bulu Kuda Bay-cream (Kawara-ge) ... 15

9. Fenotipe Pola Warna Bulu Kuda Roan (Kasu-ge) ... 15

10. Peta Lokasi Pengamatan di Provinsi Sulawesi Utara ... 21

11. Contoh Pola Warna Bulu Kuda Delman di Tomohon ... 26

12. Contoh Pola Warna Bulu Kuda Delman di Manado ... 27

13. Contoh Pola Warna Bulu Kuda Delman di Kabupaten Minahasa ... 28

14. Contoh Pola Warna Bulu Kuda Delman di Amurang ... 29

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Hasil Perhitungan Chi-Square di Tomohon ... 42

2. Hasil Perhitungan Chi-Square di Manado ... 42

3. Hasil Perhitungan Chi-Square di Kabupaten Minahasa ... 42

(13)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kuda merupakan salah satu hewan ternak yang sudah dipelihara sejak zaman dulu. Kuda sejak zaman dahulu digunakan sebagai alat transportasi manusia dan dijadikan tunggangan ketika berburu. Kuda dewasa ini dimanfaatkan sebagai kuda pacu, kuda olahraga, kuda tunggangan, kuda delman dan sumber protein pangan. Populasi kuda di Indonesia berkisar 400.000 ekor yang menyebar di beberapa daerah, antara lain Provinsi Sulawesi Utara (Badan Pusat Statistik, 2005). Populasi kuda di Sulawesi Utara saat ini diperkirakan mencapai 8.000 ekor dan merupakan provinsi dengan kepemilikan kuda yang cukup tinggi.

Sifat kualitatif warna bulu kuda merupakan sifat eksternal yang diwariskan secara genetis. Sifat tersebut memiliki daya tarik bagi peternak dan ilmuwan sehingga informasi mengenai warna kuda banyak ditemukan dalam buku catatan asosiasi pecinta kuda. Warna bulu biasa digunakan untuk mengidentifikasi bangsa

kuda. Bangsa kuda tertentu memiliki warna bulu sebagai karakteristik genetik yang khas.

Informasi genetik mengenai karakteristik sifat kualitatif kuda lokal di Indonesia, terutama di Sulawesi Utara, masih sangat terbatas. Penelitian tentang sifat kualitatif pola warna bulu kuda lokal telah dilakukan di Sulawesi Selatan. Penelitian warna bulu yang dikuantitatifkan telah dilakukan pada kuda Hongaria.

Secara genetik warna bulu kuda sangat bervariasi. Gen-gen yang mengendalikan warna kuda dibedakan menjadi beberapa sehingga menghasilkan warna bay, black, chestnut, bay-cream, chestnut-cream, roan, spotted dan white.

Tujuan

(14)

TINJAUAN PUSTAKA Kuda

Kuda telah didomestikasi lebih daripada 6.000 tahun yang lalu di daerah stepa yang sekarang dikenal dengan daerah Rusia Selatan dan Ukraina. Sejak itu kuda mempunyai banyak manfaat yang berhubungan dengan manusia (Bowling dan Ruvinsky, 2000). Menurut Blakely dan Blade (1991), kuda digolongkan kedalam hewan dalam filum Chordata (hewan bertulang belakang), kelas Mammalia (hewan yang menyusui), ordo Perissodactyla (hewan berteracak tak memamah biak), famili Equidae, dan spesies Equus caballus.

Berdasarkan sejarah domestikasi kuda, variasi warna bulu digunakan sebagai acuan seleksi untuk pembentukan bangsa kuda sehingga warna bulu dapat dijadikan karakteristik. Karakteristik warna bulu merupakan penciri fenotipe suatu bangsa. Bangsa kuda sekarang ini seringkali ditentukan oleh komunitas atau lembaga yang melakukan pencatatan keturunan dan membuat buku silsilah kuda hasil seleksi

berdasar pada daerah asal, fungsi dan ciri fenotipe (Bowling dan Ruvinsky, 2000).

Kuda Lokal Indonesia

Beberapa Kerajaan maritim di Indonesia pada abad VII Masehi antara lain Sriwijaya yang memiliki armada niaga dan perang yang kuat. Perkembangan kekuatan maritim tersebut turut mempercepat pengembangbiakan dan penyebaran kuda hampir keseluruh kepulauan Indonesia, antara lain Jawa, Sulawesi dan pulau kecil lainnya. Perkembangan agama Islam turut mempengaruhi pengembangan kuda di Indonesia. Pemuka agama memperkenalkan kuda Arab pada penduduk lokal. Jenis ini kemudian disilangkan dengan kuda asli Indonesia oleh penduduk untuk meningkatkan kualitas kuda Indonesia. Armada kapal yang mencari rempah-rempah singgah di beberapa pelabuhan diantaranya adalah pelabuhan Sulawesi Utara. Tukar menukar antara rempah-rempah dengan kuda terjadi pada saat singgah. Kedatangan Belanda ke Indonesia memiliki andil dalam pemuliaan kuda untuk meningkatkan kualitas (Soehardjono, 1990).

Penduduk asli Indonesia telah beternak kuda sebelum kedatangan bangsa Eropa. Kuda hidup pada saat itu di alam bebas dan sangat bergantung pada kebaikan alam sehingga kuda yang dipelihara memiliki kualitas rendah. Kedatangan bangsa

(15)

termasuk memperbaiki cara beternak seperti cara pemberian makan yang baik,

perawatan kuda, serta petunjuk-petunjuk lain yang berhubungan dengan kuda (Soehardjono, 1990).

Kuda lokal di Indonesia terdiri atas kuda Gayo, kuda Batak, kuda Priangan, kuda Jawa, kuda Sulawesi, kuda Bali, kuda Sumbawa, kuda Flores, kuda Sandel dan Kuda Timor. Pemerintah mulai berusaha memperbaiki genetik kuda lokal dengan mendatangkan kuda non-pacu dari luar negeri pada sekitar tahun 1955 (Soehardjono, 1990).

Sifat Kualitatif

Sifat kualitatif adalah suatu sifat yang dapat diklasifikasikan ke dalam satu dari dua kelompok atau lebih dengan pengelompokan yang berbeda jelas satu sama lain. Sifat kualitatif dapat diartikan sebagai sifat luar yang tampak dengan sedikit atau bahkan tidak berhubungan dengan kemampuan produksi (Warwick et al., 1990). Sifat kualitatif dikontrol oleh sepasang gen dan bersifat tidak aditif. Variasi sifat kualitatif tidak kontinu pada populasi yang cukup besar (Noor, 2008).

Nozawa et al. (1981) telah melakukan penelitian pada kuda lokal di Sulawesi Selatan. Menurut Nozawa et al. (1981), lokus yang mempengaruhi pola warna bulu

pada kuda lokal adalah lokus A, B, D, R dan S. Fenotipe pola warna bulu kuda terdiri atas bay (ka-ge), black (ao-ge), chestnut (kuri-ge), bay-cream (kawara-ge), chestnut-cream (tsuki-ge), white atau pseudo-albino (same-ge), spotted (buchi) dan roan (kasu-ge). Toth et al. (2006) telah melakukan penelitian pola warna bulu yang dikuantitatifkan melalui chromameter untuk menjelaskan intesitas cahaya pada bulu

kuda yang dilakukan pada kuda Hongaria.

Warna Dasar

(16)

bahwa setiap gen dapat mengendalikan eumelanin atau phaeomelanin untuk

menghasilkan warna chesnut, bay atau hitam pada lokus Extension (E) dan Agouti (A). Gen G untuk warna abu-abu dapat menyebabkan kerusakan progresif melanin tergantung pada gen warna bulu lain yang menempati lokus pengendali warna bulu. Anak kuda segera setelah dilahirkan, seiring dengan pertambahan umur mulai menunjukkan pencampuran warna bulu putih pada warna abu-abu terutama pada bagian kepala. Proporsi warna abu-abu terhadap warna putih, meningkat seiring dengan pertambahan usia. Warna bulu kuda berubah menjadi abu-abu atau abu-abu dengan berwarna bintik-bintik pada saat dewasa kelamin. Bercak kecil nampak pada dasar kulit yang berwarna hitam karena gen G. Pigmen berwarna gelap ditemukan pada kulit dan mata bahkan ketika warna rambut benar-benar putih. Warna kuda selain abu-abu terjadi karena pengaruh pasangan alel resesif (gg) (Bowling dan

Ruvinsky, 2000). Menurut Eckstrom (2002), alel G dan g menempati lokus G. Kuda grey memiliki warna mulai dari putih sampai dengan abu-abu gelap seiring dengan

pertambahan umur.

Bay atau Black

Kuda dengan warna bay adalah kuda yang memiliki surai, ekor dan kaki

berwarna hitam. Warna dasar bay terdiri atas tiga macam yaitu bay terang atau light bay yaitu coklat kemerahan atau coklat; bay cerah atau bright bay yaitu warna

chesnut dan bay gelap atau dark bay yang cenderung berwarna coklat gelap (Brown

dan Sarah, 1994). Menurut Bowling dan Ruvinsky (2000), bay adalah pigmen hitam yang menyebar dan membentuk pola pada surai, ekor dan kaki pada bagian lutut ke bawah. Lokus yang mengatur warna ini adalah agouti. Warna bay atau black dikendalikan lokus agouti (A) yang dapat ditempati dua alel yaitu A untuk sifat bay dan a untuk sifat black.

(17)

ujung tubuh (surai, ekor, kaki, ujung telinga); sedangkan bila genotipe kuda tersebut

aa, maka ekspresi gen agouti tidak tampil. Kuda nampak berwarna hitam pada keseluruhan tubuh. Nozawa et al. (1981) menyatakan pola warna bay (ka-ge) dipengaruhi oleh lokus A dan genotip warna bay adalah A_B_dd.

Chesnut

Chesnut merupakan warna coklat kemerahan pada bulu dan yang juga

menjadi warna pada ekor dan surai (Vogel, 1995). Pigmen hitam yang mengendalikan sifat warna black, brown dan bay bersifat dominan terhadap pigmen merah. Chesnut merupakan bagian dari pigmen merah, seperti ditemukan pada kuda berwarna sorrel, palomino dan red duns. Dijelaskan oleh Bowling dan Ruvinsky (2000) menjelaskan bahwa warna chesnut dikendalikan lokus Extension (E) yang dapat ditempati dua alel, yaitu E untuk sifat eumelanin dan e untuk sifat phaeomelanin. Nozawa et al. (1981) menyatakan pola warna chestnut (kuri-ge)

memiliki genotipe _ _bbdd.

Gen Warna Dilusi

Cream

Cream merupakan warna dilusi pada kuda berwarna gelap dan bulu berwarna

keemasan seperti pada kuda palomino dan bucksin. Kuda palomino memiliki warna surai dan ekor berwarna putih, sedangkan buckskin memiliki warna hitam pada surai, ekor dan kaki. Contoh lain warna cream adalah cremello dan perlino. Kuda cremello memiliki kulit berwarna merah muda, mata biru dan bulu berwarna gading (ivory). Kuda perlino memiliki warna yang sama kecuali pada bagian surai dan ekor yang

berwarna lebih gelap daripada warna bulu badan. Pigmen eumelanin dan phameomelanin pada kuda dengan homozigot dominan CcrCcr akan didilusikan menjadi warna gading (ivory) yang dikenal dengan warna cremello dan perlino. Gen cream ini banyak ditemukan, tapi tidak semua bangsa kuda memiliki gen ini

(Bowling dan Ruvinsky, 2000). Gen cream merupakan sifat dominan yang tidak optimal. Kuda yang memiliki gen CC mempunyai pigmen warna yang terekspresi dengan sempurna. Menurut Eckstrom (2002), kuda yang memiliki gen Ccr merupakan dilusi tunggal yang menghasilkan warna palomino, buckskin, atau smoky black. Pigmen merah didilusikan menjadi warna emas dengan warna cream pada

(18)

dilution) yang menghasilkan warna cremello dan perlino. Nozawa et al. (1981)

menyatakan kuda yang berwarna palomino atau chestnut-cream (tsuki-ge) memiliki dan dipengaruhi oleh lokus D dan genotipe warna bay adalah _ _bbDd.

Seiring dengan perkembangan teknologi biologi molekuler, fenotipe dari gen cream ini adalah warna albino. Gen tirosinase (Tyr) dan khususnya gen pendilusi

mata merah muda (Pink Eye Dilution), memiliki alel yang mempengaruhi pigmentasi pada mamalia lain seperti pada tikus dan manusia (Bowling dan Ruvinsky, 2000).

Dun

Kuda yang memiliki gen dun akan menghasilkan pola warna bulu dengan ciri-ciri surai, ekor dan kaki berwarna hitam serta pada punggung ditemukan garis berwarna hitam. Gen D atau gen dun melunturkan pigmen phaeomelanin menjadi pinkish-red, yellowish-red atau yellow, tetapi tidak melunturkan warna pada surai

dan ekor. Gen D melunturkan pigmen eumelanin menjadi mouse-grey, sedangkan gen Ccr tidak mempengaruhi eumelanin seperti gen D (Bowling dan Ruvinsky, 2000). Eckstrom (2002) menyatakan bahwa lokus D ditempati alel D dan d yang dikenal sebagai gen dun atau gen dilusi. Kuda bergenotip DD atau Dd memiliki warna tubuh luntur atau terdilusi sampai berwarna pinkish-red, yellow-red atau

coklat muda. Kuda tersebut memiliki ujung-ujung tubuh berwarna gelap termasuk garis-garis pada bagian dorsal, pada punggung dan kaki. Nozawa et al. (1981) menyatakan pola warna dun atau bay-cream (kawara-ge) dipengaruhi oleh lokus D dan genotipe warna bay-cream adalah A_B_Dd.

Champagne

Kuda dengan pigmen champagne akan menghasilkan warna yang hampir sama dengan palomino atau buckskin (Bowling dan Ruvinsky, 2000). Gen dilusi ini bersifat dominan yang jarang terjadi. Gen ini menghasilkan pumpkin-colored freckled skin, amber, greenish atau mata biru dan memberikan bronze-cast pada bulu

(Eckstrom, 2002).

Silver (Dapple)

(19)

muda (flaxen). Gen ini memiliki pengaruh yang kecil terhadap warna chesnut

(phaeomelanin), selain menghasilkan warna perak (kuning muda) pada surai dan ekor. Warna ini disebut juga silver sorrel yang secara visual sulit dibedakan antara warna sorrel dengan silver, karena surai dan ekor berwarna kuning muda sehingga sering dinyatakan sebagai kuda palomino (Bowling dan Ruvinsky, 2000).

Putih dan Gen Bintik Putih

Pola putih pada kuda ditemukan dalam bentuk bintik putih atau satu areal campuran putih. Bintik putih dapat melebar yang meliputi areal campuran bulu putih dan berwarna (roan) atau dapat juga tampil sebagai bintik-bintik putih yang terpisah yang meluas atau dibatasi pada suatu areal. Warna kuda seperti demikian ditemukan pada kuda tobiano, overo, leopard spotting atau kuda berbulu pola totol seperti macan (Bowling dan Ruvinsky, 2000). Nozawa et al. (1981) menyatakan pola warna spotted (buchi) dipengaruhi oleh lokus S dan genotip warna spotted adalah S_.

Putih

Kuda berwarna putih tidak memiliki pigmen warna di kulit dan bulu tetapi memiliki pigmen warna coklat tua pada mata. Kuda berwarna putih memiliki genotipe heterozigot, sedangkan dalam kondisi homozigot kuda tersebut letal

(Bowling dan Ruvinsky, 2000).

Kuda putih bermata hitam (dark eyed) belum tentu berasal dari tetua yang berwarna bulu gelap (bukan berwarna putih). Anak kuda yang baru dilahirkan berwarna putih dan memiliki bulu berpigmen di telinga, surai dan punggung. Pigmen ini mulai menghilang seiring dengan pertambahan umur. Kuda putih yang berasal

dari tetua berwarna gelap mewariskan warna putih sebagai sifat dominan (Bowling dan Ruvinsky, 2000). Menurut Brown dan Sarah (1994), kuda putih adalah kuda yang memiliki kulit berwarna merah muda dan bulu berwarna light cream serta mata yang berwarna kebiruan (bluish). Nozawa et al. (1981) menyatakan pola warna white (same-ge) dipengaruhi oleh lokus D dan genotipe warna white adalah DD.

Roan

(20)

pertambahan umur seperti halnya pada kuda abu-abu. Kuda roan memiliki campuran

warna 50% warna putih dan warna lain, tetapi kepala dan kaki memiliki warna polos (hitam atau chesnut). Menurut Eckstrom (2002), kuda roan memiliki pola percampuran warna putih dengan warna dasar, sedangkan memurut Brown dan Sarah (1994), kuda roan memiliki percampuran warna putih dengan warna lain sehingga memperlihatkan warna seperti strawberry roan (chesnut), red roan (bay) atau blue roan. Nozawa et al. (1981) menyatakan pola warna roan (kasu-ge) dipengaruhi oleh lokus R dan genotipe warna roan adalah Rr. Kuda dengan genotipe RR akan mengalami lethal.

Tobiano

Kuda tobiano adalah pola dominan yang mewariskan warna putih sebagai pola. Simbol alelik atau genotipe kuda tobiano adalah TOTO dengan alel resesif to. Sifat tobiano memiliki dua fitur genetik. Bercak sekunder ditemukan pada daerah yang paling putih, yaitu di daerah paling putih pada kondisi homozigot dan bercak sekunder yang juga dalam kondisi homozigot disebut dengan spot tinta peternak atau cakar cetakan. Karakteristik khas kondisi homozigot pada kuda tobiano adalah kuda ini memiliki kelompok warna bintik-bintik kecil pada warna bulu putih tubuh kuda (Bowling dan Ruvinsky, 2000). Kuda tobiano memiliki pola pinto yaitu warna

putih berorientasi vertikal. Warna putih meluas di daerah punggung, kaki ke bawah, pada muka, sedangkan ekor biasanya berwarna hitam (Eckstrom, 2002).

Overo

Kuda overo adalah kuda yang memiliki pola warna putih yang bukan tobiano

atau leopard spotting. Kuda overo adalah kuda yang terlahir dengan tanda putih yang meluas pada bagian perut terutama pada wajah. Bercak putih asimetris kuda overo ditemukan pada sisi leher dan barel. Kuda overo juga memiliki kaki berwarna

(21)

Leopard Spotting (Appaloosa)

(22)

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu

Penelitian menggunakan data sekunder dan dilakukan selama satu bulan pada bulan Februari-Maret di Laboratorim Komputasi Bagian Pemuliaan dan Genetika, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Materi

Materi yang diperoleh pada penelitian ini adalah data sekunder berupa gambar dalam bentuk foto kuda delman lokal yang diperoleh dari B.J. Takaendengan. Jumlah data dalam bentuk foto kuda yang digunakan sebanyak 40

ekor dari kota Tomohon, 50 ekor dari kota Manado, 357 ekor dari Kabupaten Minahasa dan sebanyak 30 ekor dari kota Amurang. Kota-kota tersebut terletak di Sulawesi Utara. Software statistik yang digunakan adalah MINITAB Release 13.20 dan MEGA 4.

Prosedur Penentuan Fenotipe

Bagan gambar atau sketsa setiap foto kuda delman merupakan ciri identitas dari setiap kuda yang diamati. Nomor identitas kuda, jenis kelamin, asal kuda dan ciri genetik eksternal atau fenotipe yang merupakan warna bulu kuda dicantumkan pada skema. Gambar dibuat pada lembar HVS berukuran A4. Gambar 1 menyajikan lembar skema yang diberlakukan untuk setiap data performa warna bulu kuda yang akan diamati. Gambar kuda yang diamati dilampirkan pada setiap skema. Gambar 1 dilengkapi dengan tanda-tanda khusus pola warna bulu berdasarkan pola warna bulu kuda menurut Nozawa et al. (1981).

Penentuan fenotipe kuda pengamatan dilakukan berdasarkan Nozawa et al. (1981). Gambar 2-9 menyajikan gambaran fenotipe atau performa kuda yang diilustrasikan dalam bentuk foto. Gambar 2 menyajikan fenotipe pola warna bulu bay atau ka-ge; Gambar 3 black atau ao-ge; Gambar 4 chestnut atau kuri-ge; Gambar 5 spotted atau buchi; Gambar 6 white atau same-ge; Gambar 7 chestnut-cream atau

(23)

No/Nama Kuda :

Jenis Kelamin :

Tampak Belakang Tampak Depan

Tampak Kepala Samping Kanan

Tampak Kepala Samping Kiri

Tampak Kanan Tampak Kiri

(24)

Gambar 2. Fenotipe Pola Warna Bulu Kuda Bay (Ka-ge) (sumber:http://www.theequinest.com/breeds/cleveland-bay/)

(25)

Gambar 4. Fenotipe Pola Warna Bulu Kuda Chestnut (Kuri-ge) Sumber: http://animals.desktopnexus.com/wallpaper/53856/comments/

(26)

Gambar 6. Fenotipe Pola Warna Bulu Kuda White (Same-ge) Sumber: http://www.theequinest.com/breeds/camarillo-white/

(27)

Gambar 8. Fenotipe Pola Warna Bulu Kuda Bay-cream (kawara-ge) Sumber:http://sabuckskins.webs.com/

(28)

Penentuan Genotipe Kuda Delman

Tabel 1 menyajikan kemungkinan genotipe yang dimiliki kuda berdasarkan gambaran fenotipe genetik eksternal. Menurut Nozawa et al. (1981), bahwa lokus A dan B ditemukan pada fenotipe pola warna bulu bay (ka-ge), black (ao-ge), chestnut (kuri-ge), bay-cream (kawara-ge) dan chestnut-cream (tsuki-ge). Lokus D ditemukan

bersamaan dengan bulu bay (ka-ge), black (ao-ge), chestnut (kuri-ge), bay-cream (kawara-ge) dan chestnut-cream (tsuki-ge) ditambah warna white atau pseudo-albino (same-ge). Lokus R ditemukan pada roan dan non-roan. Lokus S ditemukan pada

Penentuan Jumlah Genotipe Kuda Delman berdasarkan Nozawa et al. (1981) Lokus A

Genotip A_dan aa berasal dari lokus A. Penentuan jumlah genotip A_ dengan menjumlahkan pola warna bulu bay (ka-ge), chestnut (kuri-ge), bay-cream (kawara-ge) dan chestnut-cream (tsuki-ge). Penentuan jumlah genotipe aa dengan menjumlahkan pola warna bulu black (ao-ge), chestnut (kuri-ge) dan chestnut-cream (tsuki-ge) (Nozawa et al., 1981). Pola warna bay (ka-ge) diwakili genotipe A_B_dd,

chestnut (kuri-ge) diwakili genotipe _ _bbdd, bay-cream (kawara-ge) diwakiliki

(29)

Lokus B

Genotip B_dan bb berasal dari lokus B. Penentuan jumlah genotipe B_ dengan menjumlahkan pola warna bulu bay (ka-ge), black (ao-ge) dan bay-cream (kawara-ge). Penentuan jumlah genotip bb dengan menjumlahkan pola warna bulu chestnut (kuri-ge) dan chestnut-cream (tsuki-ge) (Nozawa et al., 1981). Genotipe

A_B_dd mewakili pola warna bay (ka-ge), genotipe aaB_dd dan aaB_Dd mewakili pola warna black (ao-ge), genotipe _ _bbdd mewakili pola warna chestnut (kuri-ge), genotipe A_B_Dd mewakili pola warna bay-cream (kawara-ge) dan genotipe _ _bbDd mewakili pola warna chestnut-cream (tsuki-ge).

Lokus D

Genotipe D_dan dd berasal dari lokus D. Penentuan jumlah genotipe D_ dengan menjumlahkan pola warna bulu black (ao-ge), bay-cream (kawara-ge), chestnut-cream (tsuki-ge) dan white atau pseudo-albino (same-ge). Penentuan jumlah

genotipe dd dengan menjumlahkan pola warna bulu bay (ka-ge), black (ao-ge) dan chestnut (kuri-ge) (Nozawa et al., 1981). Genotipe A_B_dd menentukan pola warna

bay (ka-ge), genotipee aaB_dd dan aaB_Dd menentukan pola warna black (ao-ge), genotipe _ _bbdd menentukan pola warna chestnut (kuri-ge), genotipe A_B_Dd pola

warna bay-cream (kawara-ge), genotipe _ _bbDd menentukan pola warna chestnut-cream (tsuki-ge) dan genotipe DD menentukan pola warna white atau pseudo-albino

(same-ge).

Lokus R

(30)

_ _bbDd, white atau pseudo-albino (same-ge) diwakili genotipe DD dan genotipe S_

menggambarkan spotted (buchi). Lokus S

Genotipe S_ dan ss berasal dari lokus S. Penentuan jumlah genotipe S_ dengan menjumlahkan pola warna bulu spotted (buchi) diwakili genotipe S_.

Penentuan jumlah genotipe ss dengan menjumlahkan pola warna bulu bay (ka-ge), black (ao-ge), chestnut (kuri-ge), bay-cream (kawara-ge), chestnut-cream (tsuki-ge),

white atau pseudo-albino (same-ge) dan roan (kasu-ge) (Nozawa et al., 1981).

Genotipe S_ mengekspresikan pola warna spotted (buchi), genotipe A_B_dd mengekspresikan pola warna bay (ka-ge), genotipe aaB_dd dan aaB_Dd mengekspresikan pola warna black (ao-ge), genotipee _ _bbdd mengekspresikan pola warna chestnut (kuri-ge), genotipee A_B_Dd mengekspresikan pola warna bay-cream (kawara-ge), genotipe _ _bbDd mengekspresikan pola warna chestnut-bay-cream

(tsuki-ge), genotipe DD mengekspresikan pola warna white atau pseudo-albino (same-ge) dan genotipe Rr mengekspresikan pola warna roan (kasu-ge).

Analisis Data Pengamatan Fenotipe

Kuda delman yang diamati disajikan dalam bentuk gambar. Setiap kuda memiliki informasi lengkap tentang fenotipe dan genotipe. Setiap ekor gambar kuda diberi nomor identitas. Kuda nomor 1-40 adalah kuda dari Tomohon, kuda nomor 41-90 adalah kuda dari Manado, kuda nomor 91-447 merupakan kuda dari Kabupaten Minahasa dan kuda nomor 448-477 adalah kuda dari Amurang.

Macam fenotipe yang ditemukan pada kuda delman penelitian ditabulasikan pada tabel jumlah kuda delman berdasarkan fenotipe pada Tomohon, Manado, Kabupaten Minahasa dan Amurang. Tabel tersebut dinamakan Tabel A.

Frekuensi Fenotipe. Frekuensi fenotipe setiap warna bulu yang diamati pada setiap jenis kuda dihitung menggunakan metode Minkema (1993):

Frekuensi fenotipe

Uji Khi-kuadrat. Uji khi-kuadrat digunakan untuk mengetahui apakah ditemukan ketergantungan atau tidak antara dua sifat, yaitu fenotipe warna bulu dan lokasi

(31)

Keterangan:

Eij = frekuensi harapan dari fenotipe warna bulu ke-i dan lokasi pengamatan ke-j

Bi = total frekuensi pengamatan pada baris ke-i dalam tabel kontingensi berukuran

b x k

Kj = total frekuensi pengamatan pada kolom ke-j

T = total seluruh frekuensi pengamatan

Pengamatan Genotipe

Pendugaan genotipe setiap kuda dilakukan berdasarkan pengamatan fenotipe individual. Penentuan genotipe yang pasti pada masing-masing kuda tidak dapat dilakukan karena silsilah asal kuda berasal tidak tersedia. Genotipe setiap kuda hanya dapat diduga berdasarkan fenotipe. Setiap kuda memiliki lima lokus sesuai dengan yang disarankan oleh Nozawa et al. (1981).

Macam genotipe yang diduga pada kuda delman penelitian ditabulasikan pada suatu tabel. Tabel tersebut berisi data genotipe berdasarkan lokasi pengamatan. Tabel tersebut dinamakan Tabel B. Tabel B dibuat berdasarkan Tabel A.

Frekuensi masing-masing genotipe penentu satu sifat warna bulu pada setiap lokasi pengamatan disajikan pada Tabel C. Tabel C berisi jumlah kuda berdasarkan genotipe setiap sifat warna bulu. Berdasarkan Nozawa et al. (1981) yang melakukan pengamatan kuda lokal Indonesia ditemukan lima gen yang mempengaruhi warna kuda tersebut. Gen-gen tersebut adalah gen A, gen B, gen D, gen R dan gen S; yang mengendalikan warna bay (ka-ge), black (ao-ge), chesnut (kuri-ge), bay-cream (kawara-ge), chesnut-cream (tsuki-ge), white or pseudo-albino (same-ge), roan (kasu-ge) dan spotted (buchi).

Perhitungan Frekuensi Gen

(32)

(p+q)2=p2+2pq+q2

,

,

Keterangan: p= gen dominan q= gen resesif

Jarak Genetik antara Lokasi Pengamatan

Jarak genetik kuda delman antara populasi dihitung berdasarkan rumus yang disarankan oleh Nei (1987):

Keterangan:

Djk= jarak genetik kuda delman antara lokasi pengamatan ke-j dengan lokasi

pengamatan ke-k

qij = frekuensi ke-i pada lokasi pengamatan ke-j

(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi Pengamatan

Lokasi pengamatan penelitian meliputi empat lokasi, yaitu Tomohon, Manado, Kabupaten Minahasa dan Amurang. Penentuan lokasi pengamatan penelitian dilakukan berdasarkan jumlah kepemilikan kuda delman yang dijadikan sumber penghidupan masyarakat setempat. Gambar 10 menyajikan peta lokasi pengamatan.

Gambar 10. Peta Lokasi Pengamatan di Provinsi Sulawesi Utara

Tomohon

Tomohon merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Minahasa berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 2003. Luas Tomohon ±114,20 km2. Rataan suhu bulanan adalah 21,9-22,5 ˚C dan kelembaban berkisar antara 85%-91% (Hardjono, 2004a). Kuda dewasa yang ada di Tomohon berjumlah 267 ekor (Pemerintah Kota Tomohon, 2009).

Tomohon dikelilingi wilayah Kabupaten Minahasa secara geografis. Kota ini

di bagian Utara, Selatan, Timur dan Barat berbatasan langsung dengan Kabupaten

Minahasa. Tomohon terletak pada jalur sirkulasi utama yang menghubungkan antara

(34)

(Pemerintah Kota Tomohon, 2009). Tomohon-Manado berjarak 22 km,

Tomohon-Bitung berjarak 55 km dan Tomohon-Tondano berjarak 15 km. Tomohon dapat dicapai secara langsung dari Manado dan dari Bitung menuju Tomohon dapat

melalui Tondano atau dapat melintasi Manado. Aksesibilitas Tomohon ke kota-kota

lain di Propinsi Sulawesi Utara cukup lancar melalui jalan-jalan dengan kualitas baik

(Pemerintah Kota Tomohon, 2009).

Tomohon terletak pada topografi dataran tinggi. Tomohon memiliki gunung berapi yaitu Gunung Mahawu (1.331 m) dan Gunung Lokon (1.579,6 m) yang masih aktif juga gunung lain yang membentang dari Utara ke Selatan wilayah Sulawesi Utara. Kondisi pegunungan menjadikan udara sejuk sampai dengan dingin di Tomohon (Hardjono, 2004a).

Mata pencaharian utama masyarakat Tomohon adalah di bidang pertanian. Jumlah penduduk Tomohon adalah 79.046 jiwa pada tahun 2002, pada sedangkan jarak antara Kota Manado-Tondano adalah 35,05 km (Hardjono, 2004b). Kuda dewasa yang ada di Manado berjumlah 163 ekor (Dinas Kominfo, 2009).

Kondisi tanah Manado tidak landai (berombak) sekitar 40% dan dataran landai sekitar 38%, sisanya tanah berbukit dan bergunung. Dua gunung ditemukan di Kecamatan Bunaken, yaitu Gunung Manado Tua (± 655 m) dan Gunung Tumpa (± 610 m) (Hardjono, 2004b).

(35)

2.524 jiwa/km2. Hardjono (2004b) melaporkan bahwa kepadatan penduduk tertinggi

ditemukan di Kecamatan Tuminting (11.470 jiwa/km2) dan terendah di Kecamatan Bunaken (447 jiwa/km2).

Mata pencaharian utama penduduk Manado adalah di bidang jasa dan perdagangan. Hal ini dapat ditunjukkan pada angka jumlah penduduk yang bekerja di lapangan usaha utama bidang jasa berjumlah 49.033 orang dan di bidang perdagangan berjumlah 47.390 orang (Hardjono, 2004b).

Suhu udara pada siang hari berkisar antara 29,4-32,2 ˚C, s dangkan pada malam hari berkisar antara 21,6-23,2 ˚C. Manado mempunyai kelembaban udara relatif tinggi dengan rataan berkisar antara 75%-92% (Hardjono, 2004b).

Kabupaten Minahasa

Kabupaten Minahasa beribu kota di Tondano, dengan luasan wilayah menjadi kurang dari setengah luasan asal sejak tahun 2002. Beberapa bagian wilayah Kecamatan Minahasa membentuk wilayah Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Utara dan Tomohon. Luasan wilayah Kabupaten Minahasa menjadi 872,32 km2. Kabupaten Minahasa berbatasan dengan Kabupaten Minahasa Utara di sebelah Utara, laut Maluku dan Bitung di sebelah Timur, laut Maluku dan Kabupaten Minahasa Selatan di sebelah Selatan dan laut Sulawesi dan Manado di sebelah Barat (Hardjono, 2004c). Jumlah kuda dewasa yang ada di Kabupaten Minahasa adalah

3000 ekor (Minahasa, 2009). Rata-rata suhu bulanan di Kabupaten Minahasa adalah 21,9-22,6 ˚C dengan rata-rata kelembaban bulanan 85%-91% (Hardjono, 2004c).

Keadaan topografi Kabupaten Minahasa sebagian besar merupakan dataran yang datar sampai dengan dataran landai (bergelombang) dan sebagian yang lain bergelombang sampai dengan curam. Kabupaten Minahasa memiliki danau Tondano yang merupakan muara dari tiga sungai utama yaitu Sungai Panasen, Sungai Ranowelang dan Sungai Bowolean (Hardjono, 2004c).

(36)

Mata pencaharian utama penduduk Kabupaten Minahasa adalah bidang

pertanian. Tanaman utama yang diusahakan adalah padi sawah. Tanaman pangan dan perkebunan masih menjadi andalan; padi, jagung, cengkih dan kelapa merupakan komoditi penting bagi ekonomi Kabupaten Minahasa selama empat tahun terakhir (Hardjono, 2004c).

Amurang

Kabupaten Minahasa Selatan merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Sulawesi Utara yang memiliki luas wilayah 1.429,7 km². Ibukota Kabupaten Minahasa Selatan adalah Amurang yang berjarak sekitar 64 km dari Manado. Luas Kabupaten Minahasa Selatan 2.266,66 km2. Kabupaten Minahasa Selatan berbatasan di sebelah Utara dengan Kabupaten Minahasa, Laut Maluku di sebelah Timur, Kabupaten Bolaang Mongondow di sebelah Selatan dan Laut Sulawesi di sebelah Barat. Kelembaban udara berkisar antara 60%-90%, sedangkan rataan suhu bulanan 23,5˚C (Hardjono, 2004d).

Penduduk Kabupaten Minahasa Selatan berdasarkan hasil pendaftaran Pemilih dan Pendataan Penduduk Berkelanjutan (P4B) pada tahun 2003 dicatat sebanyak 289.476 jiwa pada luasan wilayah 2.266,66 km2 sehingga rataan kepadatan penduduk Minahasa Selatan mencapai 128 jiwa/km2. Kepadatan penduduk tertinggi ditemukan di Kecamatan Ratatotok (965 jiwa/km2), sedangkan kepadatan

penduduk terendah di Kecamatan Touluan (71 jiwa/km2).

Topografi sebagian besar wilayah Kabupaten Minahasa Selatan memiliki gunung-gunung yang membentang dari Utara ke Selatan, diantaranya terdapat beberapa gunung berapi yang masih aktif seperti Gunung Soputan (± 1.780 m) yang baru meletus bulan Desember 2004. Gunung di Kabupaten Minahasa Selatan berjumlah enam buah (Hardjono, 2004d).

Sebanyak 457 orang pencari kerja di Kabupaten Minahasa Selatan tercatat pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Minahasa Selatan pada tahun 2003 (Hardjono, 2004d).

Pengamatan Fenotipe dan Genotipe Pola Warna Bulu Kuda

(37)

besar. Populasi kuda delman kedua terbesar ditemukan di Manado. Kedua lokasi

tersebut merupakan pusat kuda delman di Sulawesi Utara karena Kabupaten Minahasa dan Manado merupakan tempat wisata dengan jumlah penduduk yang banyak. Gambar 11-14 menggambarkan contoh pola warna kuda delman masing-masing di Tomohon, Manado, Kabupaten Minahasa dan Amurang.

Pengamatan Fenotipe

(38)
(39)
(40)
(41)
(42)

Tabel 2. Jumlah Kuda Delman Berdasarkan Karakter Genetik Eksternal di Tomohon, bulu black (ao-ge) paling sedikit ditemukan di Tomohon dan Kabupaten Minahasa. Pola warna yang paling sedikit ditemukan di Manado adalah pola warna bulu chestnut-cream (tsuki-ge). Pola warna yang paling sedikit ditemukan di Amurang adalah warna bulu bay-cream (kawara-ge).

Nozawa et al. (1981) melaporkan hasil pengamatan pola warna bulu kuda di Sulawesi Selatan pada tahun 1979 bahwa warna bay (ka-ge) dan bay-cream (kawara-ge) ditemukan sebanyak 109 ekor, tetapi tidak ditemukan warna black (ao-ge). Pola warna bay (ka-ge), black (ao-ge), dan bay-cream (kawara-ge) ditemukan sebanyak 109 ekor, sedangkan chestnut (kuri-ge) dan chesnut-cream (tsuki-ge) ditemukan

sebanyak 51 ekor. Pola warna black (ao-ge), bay-cream (kawara-ge), chestnut-cream (tsuki-ge) dan white (same-ge) atau pseudo-albino ditemukan sebanyak 22

ekor, sedangkan bay (ka-ge) dan chestnut (kuri-ge) ditemukan sebanyak 139 ekor. Pola warna bukan roan ditemukan sebanyak 139 ekor, tetapi tidak ditemukan pola warna roan (kasu-ge). Pola warna spotted (buchi) ditemukan sebanyak dua ekor, sedangkan bukan spotted ditemukan sebanyak 137 ekor.

(43)

ditentukan berdasarkan jarak genetik pola warna bulu di antara setiap dua lokasi

pengamatan yang ditunjukkan melalui dendogram jarak genetik pola warna bulu.

Pengamatan Genotipe

Sebaran genotipe pola warna bulu kuda delman di empat lokasi pengamatan disajikan pada Tabel 3. Genotipe yang mendominasi pola warna kuda delman di empat lokasi pengamatan adalah ss, rr, A_ (AA dan Aa) , dd dan B_ (BB dan Bb). Menurut Nozawa et al. (1981) genotipe yang sering muncul di Sulawesi Selatan adalah dd, rr, ss, A_ dan B_. Hasil pengamatan pola warna bulu kuda delman di Sulawesi Utara bersesuaian dengan hasil pengamatan kuda lokal Indonesia di Sulawesi Selatan (Nozawa et al., 1981). Perbedaan ditemukan pada urutan dominasi genotipe.

Alel RR bersifat lethal. Hintz dan Vleck (1979) menyatakan bahwa anak kuda yang memiliki genotip homozigot dominan RR mati ketika di dalam rahim. Gen R dibawa kuda delman yang bergenotip Rr atau berpenambilan roan (Bowling dan Ruvinsky, 2000). Peluang kematian kuda akan meningkat bila ditemukan perkawinan antara jantan roan dan betina roan. Sosialisasi mengenai peluang kematian akibat perkawinan tersebut harus dilakukan untuk mencegah kematian;

meskipun pada pengamatan ini, kuda yang memiliki warna selain roan, banyak ditemukan. Kuda delman berpola warna roan sedikit ditemukan pada lokasi pengamatan, bahkan tidak ditemukan di Tomohon dan Manado. Gen R yang ditemukan pada kuda delman Sulawesi Utara diduga berasal dari kuda luar daerah. Berdasarkan Edward (1994), kuda yang memiliki pola warna roan ditemukan pada

bangsa kuda Thoroughbred. Sesuai dengan SK Dirjen Peternakan No. 105/TN 220/Kpts/DJP/Deptan/95, kuda Thoroughbred merupakan salah satu tetua dari Kuda Pacu Indonesia (KPI). Kuda Pacu Indonesia memiliki 93,75% gen kuda Thoroughbred dan 6,25% gen kuda lokal (Muladno dan Benyamin, 2003). Kuda KPI

(44)

roan kemungkinan berasal dari tetua Thoroughbred. Peternakan KPI ditemukan di

Tomohon dan Tompaso, Sulawesi Utara (Pemerintah Kota Tomohon, 2009).

Pola warna spotted pada Tabel 3 tidak banyak ditemukan di Kabupaten Minahasa dan Manado. Kuda dengan gen S memiliki spotted berwarna putih pada pola warna bulu (Bowling dan Ruvinsky, 2000). Pemunculan spotted pada kuda delman di Sulawesi Utara juga ditemukan pada kuda lokal Indonesia di Sulawesi Selatan (Nozawa et al., 1981). Hal tersebut menunjukkan bahwa baik kuda delman di Sulawasi Utara maupun kuda lokal di Sulawesi Selatan telah dicemari bangsa kuda dari luar daerah yang memiliki pola warna spotted.

Gen B dominan yang dimiliki oleh kuda delman akan memberikan penampilan pola warna bulu berwarna hitam, sedangkan genotip resesif akan berwarna chestnut (Searle, 1968). Gen B ditemukan pada pola warna bay, black, chestnut, chestnut-cream dan bay-cream; menunjukkan bahwa gen tersebut dimiliki

(45)

kuda Sandel merupakan kuda asli Indonesia yang memiliki warna coklat tua

kemerahan dengan bulu dan kaki bagian bawah berwarna hitam.

Castle (1953) menyatakan bahwa gen D dalam bentuk heterozigot berperan dalam membentuk pola warna chesnut-cream dan bay-cream. Kuda dengan genotip D masih sedikit ditemukan di lokasi pengamatan akan tetapi masih lebih banyak daripada gen S dan R. Hal ini mengindikasikan warna ini sudah dintroduksi di wilayah Sulawesi Utara. Menurut Edwards (1994) kuda Sumba asli Indonesia mempunyai warna asli dominan dun atau bopong yang mirip dengan warna bay-cream. Fenotipe pola warna dun atau bopong adalah garis hitam dipunggung dengan

warna hitam pada surai dan ekor.

Frekuensi Gen dan Jarak Genetik

Frekuensi gen pola warna bulu kuda delman diperoleh berdasarkan frekuensi genotipe pada Tabel 3. Frekuensi gen disajikan pada Tabel 4 dan 5. Gen r dan gen s mempunyai nilai 1 karena gen R dan gen S tidak ditemukan di Tomohon. Gen r dan s sudah terfiksasi di daerah Tomohon. Hal ini berarti kuda roan dan tobiano tidak ditemukan di daerah tersebut. Gen r juga telah terfiksasi di Manado, frekuensi gen r di Manado ditemukan sebesar 1. Nilai frekuensi yang tinggi ditemukan pada gen r

dan s di Kabupaten Minahasa. Frekuensi gen A dan B di daerah Tomohon masing-masing ditemukan hampir 0,5. Hal ini menunjukkan gen dominan dan gen resesif pada lokus sifat warna agouti dan sifat black di Tomohon hampir seimbang. Keseimbangan frekuensi kedua sifat tersebut pada tiga daerah pengamatan lainnya tidak ditemukan.

Tabel 4. Frekuensi Gen Pola Warna Bulu A, a, B, b, D dan d pada Kuda Delman di Tomohon, Manado, Kabupaten Minahasa dan Amurang

(46)

Tabel 5. Frekuensi Gen Pola Warna Bulu R, r, S dan s di Tomohon, Manado, dan gen A mempunyai nilai 1 atau gen A telah terfiksasi pada kuda lokal di Sulawesi Selatan. Sifat pola warna bulu roan dan agouti menunjukkan hal yang sama. Kuda lokal di Sulawesi Selatan memiliki warna bulu non-roan dan non-agouti yang terfiksasi. Hal yang bertentangan ditemukan pada kuda delman di Sulawesi Utara.

Pengamatan kuda delman di Sulawesi Utara menunjukkan pola warna agouti dan roan. Hal tersebut kemungkinan disebabkan introduksi kuda pacu afkir ke dalam

kelompok kuda delman. Kuda pacu afkir yang diduga diintroduksi berasal dari bangsa Throughbred. Kidd (1995) menyatakan bahwa bangsa Throughbred memiliki

pola warna bulu yang ada di seluruh bangsa.

(47)

berarti ketidakserupaan genetik antara keduanya rendah. Nilai ketidakserupaan

genetik antara kedua lokasi pengamatan tersebut adalah 0,000164. Tomohon terletak pada jalur sirkulasi utama yang menghubungkan antara Manado sebagai ibukota propinsi dan kota-kota lain di wilayah Kabupaten Minahasa. Lokasi Tomohon memungkinkan migrasi kuda delman yang berasal dari dan ke luar kota, sehingga frekuensi gen pola warna bulu kuda mengalami perubahan sampai dengan mengalami keseimbangan baru pada gen pola warna bulu. Stansfield (1983) menyatakan bahwa frekuensi gen dapat berubah setiap kali suatu populasi dimasuki imigran dari populasi lain. Kuda delman dari luar Tomohon atau kuda imigran kemungkinan dalam sejarahnya pernah didatangkan ke Tomohon. Populasi campuran pada kuda delman di Tomohon kemungkinan berakibat pada perbedaan pola warna bulu kuda delman Tomohon dengan membentuk kerumunan (cluster) baru yang berbeda dengan kuda delman yang berasal dari tiga lokasi lain.

Tabel 6. Matriks Jarak Genetik Pola Warna Bulu Antara Kuda Lokal di Tomohon, Manado, Kabupaten Minahasa dan Amurang

Lokasi Tomohon Manado Kabupaten

Minahasa Amurang Tomohon

Manado 0,005145

Kabupaten Minahasa 0,004027 0,00033

Amurang 0,004294 0,00279 0,0012283

Berdasarkan dendogram pada Gambar 15, kuda delman yang diamati dibedakan menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok Manado-Kabupaten Minahasa karena memiliki jarak genetik pola warna bulu yang dekat. Kuda delman Manado dan Kabupaten Minahasa membentuk kelompok yang berbeda

(48)

yang dekat memungkinkan kedekatan genetik pola warna bulu kuda delman.

Tomohon membentuk kelompok sendiri yang berbeda dengan tiga lokasi pengamatan lain. Hal ini mungkin disebabkan topografi daerah Tomohon yang berbukit dan pegunungan. Tomohon merupakan daerah yang dikelilingi empat pegunungan (Hardjonoa, 2004). Menurut Ohsawa et al. (2008) variasi genetik dalam suatu populasi dapat disebabkan topografi tetapi variasi antara populasi hampir tidak dipengaruhi faktor geografis.

Gambar 15. Dendogram Ketidakserupaan Genetik Warna Bulu Kuda Delman Tomohon, Manado, Kabupaten Minahasa dan Amurang

Penelitian sebelumnya mengenai protein darah kuda di Sulawesi Utara yang dilakukan oleh Lisnawati (2011) menemukan, bahwa kekerabatan kuda Kabupaten Minahasa lebih dekat dengan kuda Amurang (Kabupaten Minahasa Selatan) tetapi masih berada dalam satu kelompok dengan kuda Manado. Tomohon merupakan kelompok yang berbeda dengan tiga lokasi lainnya. Hal ini sesuai dengan dendogram

pada Gambar 15. Penelitian protein darah kuda di Sulawesi Utara menunjukkan hasil yang lebih akurat.

Manado

Minahasa

Amurang

Tomohon 0.002244

0.000164

0.000164

0.001006 0.000842

(49)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Pola warna kuda delman yang ditemukan di Tomohon, Manado, Kabupaten Minahasa dan Amurang adalah bay, chestnut, bay-cream, chestnut-cream, roan, black, white dan spotted. Fenotipe warna bulu yang dominan pada penelitian ini adalah warna bay dan chestnut. Pola warna bulu kuda delman yang dominan di Manado adalah bay, sedangkan di Tomohon, Amurang dan Kabupaten Minahasa adalah bay dan chestnut.

Dendogram ketidakserupaan jarak genetik pola warna bulu kuda delman membentuk dua kerumunan yaitu Manado-Kabupaten Minahasa-Amurang membentuk satu kerumunan yang terpisah dari kelompok Tomohon pada titik percabangan 0,002244. Jarak ketidakserupaan gen pola warna bulu kuda delman pada dua kerumunan Manado dan Kabupaten Minahasa adalah 0,000164. Kerumunan Manado-Kabupaten Minahasa-Amurang membentuk dua kerumunan

kecil yaitu Manado-Kabupaten Minahasa dan Amurang yang dipisahkan pada titik percabangan 0,001006. Semakin kecil nilai ketidakserupaan gen pola warna bulu kuda delman antara lokasi pengamatan maka jarak genetiknya semakin kecil, dan sebaliknya.

Saran

(50)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat yang diberikan kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Terima kasih Penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Ronny R. Noor, M.Rur.Sc sebagai Pembimbing Utama dan Ir. Rini H. Mulyono, M.Si. sebagai Pembimbing Kedua atas bimbingan, arahan, nasihat dan motivasi selama ini. Terima kasih kepada Ir. Afton Atabany, M.Si sebagai pembimbing akademik yang telah membimbing Penulis selama masa perkuliahan dan memberikan bimbingan yang bermanfaat. Terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Pollung H. Siagian, M.S. berkenan menjadi Dosen Pembahas seminar dan Dosen Penguji sidang yang telah memberikan koreksi dan masukan. Terima kasih kepada Dr.Ir. Didid Diapari, M.Si. sebagai Dosen Penguji sidang yang telah banyak memberikan koreksi, masukan, kritik dan saran sehingga sangat membantu dalam perbaikan skripsi ini. Terima kasih juga Penulis ucapkan kepada Ir. Ben J. Takaendengan, M.Si. atas data penelitian dan bimbingan yang

diberikan selama ini.

Kepada orangtua Bapak Marserius dan Ibu Kameloh yang senantiasa memberikan kasih sayang dan dukungan serta selalu berdoa untuk kesuksesan Penulis. Kepada abang Nope Gromikora dan adik Iksan Valentino yang telah memberikan semangat, motivasi dan doa. Penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan yang telah diberikan.

Ucapan terima kasih kepada rekan satu penelitian Vania, Priskila, Fuad dan Justian. Terima kasih kepada teman-teman satu bimbingan (Betari, Omi, Riri, Siddiq, Arif, Rischa, Widia, Fastasqi, Rithoh dan Sisca), Yusuf, Ibu Pipih dan Pak Dadang. Terima kasih kepada teman-teman IPTP 44, teman-teman Kost Tri Dara, Debora, Kade, Diara, Bertha, Ayu, Mei, Riri, Noe, Uphi, Sisil, Fiqhi, Antin dan Tiara atas kerjasama, keceriaan, dan dukungan selama ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman satu pelayanan di Komisi Pelayanan Khusus Angkatan 43, 44, 45, 46 dan 47 serta POPK (Persekutuan Oikumene Protestan Katolik) Fapet khususnya untuk angkatan 44 atas doa dan kebersamaan selama ini.

Bogor, April 2011

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Allendorf, F.W. & G. Luikart. 2007. Conservation and the Genetics of Populations. Blackwell Publishing. London.

Badan Pusat Statistik. 2005. Statistik Peternakan. BPS. Jakarta

Blakely, J. & D.H. Bade. 1991. The Science of Animal Husbandry. Pretince-Hall Inc, New Jersey.

Bowling, A.T. & A. Ruvinsky. 2000. The Genetics of the Horse. CAB International Publishing. London.

Brown, J. H. & Sarah P. 1994. Horse Care: The Practical Manual of Horsemanship. Blackwell Scientific Publication. Oxford.

Castle, W.E. 1953. Coat color inheritance in horses and in other mammals. Genetics Castle 39 (1): 35.

Dinas KOMINFO Kota Manado. 2009. http://www.manadokota.go.id/ [25 Februari 2011]

Eckstrom, E. 2002. Equine Coat Colors and Genetics.http://www.Painted BarrStables.blogspot.com. [4 Oktober 2010]

Edward, E. J. 1994. The Encyclopedia Horse. Dowling Kindersley. London.

Gaspersz, V. 1991. Teknik Analisis dalam Penelitian Percobaan 1. Tarsito, Bandung. Hardjono, G. D. 2004a. Data Spasial Lahan Kritis Kota Tomohon Provinsi Sulawesi

Utara.http://www.dephut.go.id/halaman/PDF/INFPROP/sulut/lahankritis/kota

Kidd, J. 1995. Horse and Ponies of The World. Ward Lock Book. London. Journal of Science Direct.

(52)

Minahasa. 2009. Kabupaten Minahasa. http://www.minahasa.go.id/ [25 Februari 2011]

Minkema. 1993. Dasar Genetik dalam Pembudidayaan Ternak. Bharata. Jakarta. Muladno & B. Benyamin. 2003. Tinjauan Perspektif Teori Genetika terhadap

Grading-up Kuda Lokal Indonesia oleh Kuda Thoroughbred.

www.muladno.com/book/.../29.%20Tinjauan%20genetik%20kuda.pdf. [10

Maret 2011]

Nei, M.1987. Molecular Evolutionary Genetic. Columbia University Press. Noor, R.R. 2008. Genetika Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta.

Nozawa, K., T. Amano, M. Katsumata, S. Suzuki, T. Nishida, T. Namikawa, H. Martojo, B. Pangestu & H. Nadjib. 1981. Morphology and Gene Constitution of the Indonesian Horse. The Origin and Phylogeny of Indonesian Native Livestock. Part II (1981): 9-30.

Ohsawa ,T.,Y. Saito, H. Sawada & Y. Ide. 2008. Impact of altitude and topography on the genetic diversity of Quercus serrata populations in the Chichibu Mountains, central Japan. Flora 203 (3): 187–196.

Pemerintah Kota Tomohon. 2009. Geografi. http://www. tomohonkota.go.id /tomo- hon/history/ [17 Februari 2011]

[PP PORDASI] Komisi Peternakan dan Kesehatan Veteriner. 2000. Kumpulan Dokumen Pordasi. Jakarta: PP PORDASI.

Searle, A.G. 1968. Comparative Genetics of Coat Colour In Mammals. Academic Press Inc., New York.

Survei Sosial Ekonomi Nasional. 2003. Jumlah Penduduk Manado. http://www. datastatistik-indonesia.com [25 Februari 2011]

Soehardjono, O. 1990. Kuda. Jakarta: Yayasan Pamulang Equatrian Centre.

Stansfield, W. D. 1983. Theory and Problems of Genetics. McGraw-Hill. New York. Toth, Z, M.Kaps, J. Solkner, I. Bodo & I. Curik. 2008. Quantitative genetic aspect of

coat color in horses. J. Anim Sci 2006. 84: 2623-2628.

Vogel, C. 1995. Complete Horse Manual. Dorling Kindersley Limited, London. Warwick, E.J., J.M. Astuti & W. Hardjosubroto. 1990. Pemuliaan Ternak. Gajah

(53)
(54)

Lampiran 1. Hasil Perhitungan Chi-Square di Tomohon

Lampiran 2. Hasil Perhitungan Chi-Square di Manado

Lokasi Bay

Lampiran 3. Hasil Perhitungan Chi-Square di Minahasa

(55)
(56)

ANALISIS POLA WARNA BULU PADA KUDA DELMAN

LOKAL DI SULAWESI UTARA

SKRIPSI

CINTYA ADE PUTRIANA

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(57)

RINGKASAN

CINTYA ADE PUTRIANA. D14070136. 2011. Analisis Pola Warna Bulu pada Kuda Delman Lokal di Sulawesi Utara. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Prof. Dr. Ir. Ronny R. Noor, M.Rur. Sc. Pembimbing Anggota : Ir. Rini H. Mulyono, M.Si.

Kuda merupakan salah satu hewan ternak yang sudah dipelihara sejak zaman dulu. Sifat kualitatif warna bulu kuda merupakan sifat eksternal yang diwariskan secara genetis. Informasi genetik mengenai karakteristik sifat kualitatif kuda lokal di Indonesia, terutama di Sulawesi Utara, masih sangat terbatas. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan fenotipe dan pendugaan genotipe warna bulu pada kuda delman di Provinsi Sulawesi Utara. Penelitian ini dilakukan di empat lokasi penelitian yaitu Manado, Tomohon, Kabupaten Minahasa dan Amurang. Jarak kedekatan genotipe berdasarkan pola warna bulu antara kelompok kuda delman yang diamati dianalisis pada penelitian ini.

Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa foto kuda. Jumlah kuda delman yang digunakan adalah 477 kuda delman. Pengolahan data menggunakan metode Nozawa et al. (1981) yang melakukan pengamatan kuda lokal Indonesia dan ditemukan lima gen yang mempengaruhi warna kuda tersebut. Gen-gen tersebut adalah gen A, gen B, gen D, gen R dan gen S; yang mengendalikan warna bay (ka-ge), black (ao-ge), chesnut (kuri-ge), bay-cream (kawara-ge), chesnut-cream (tsuki-ge), white or pseudo-albino (same-(tsuki-ge), roan (kasu-ge) dan spotted (buchi).

Hasil yang diperoleh adalah fenotipe pola warna bulu kuda delman di Tomohon, Manado, Kabupaten Minahasa dan Amurang memperlihatkan jumlah tipe pola warna bulu yang berbeda. Warna bay (ka-ge) dan chestnut (kuri-ge) mendominasi pola warna bulu kuda delman di seluruh lokasi pengamatan. Uji khi-kuadrat untuk pengujian kebebasan dalam tabel kontingensi memperlihatkan hubungan yang nyata (P<0,05) antara pola warna bulu kuda delman dan lokasi pengamatan. Setiap daerah pengamatan memiliki kecenderungan pola warna tertentu. Pengamatan genotipe pada kuda delman memperlihatkan genotipe yang mendominasi pola warna kuda delman di empat lokasi pengamatan adalah ss, rr, A_ (AA dan Aa) , dd dan B_ (BB dan Bb). Dendogram ketidakserupaan jarak genetik pola warna bulu kuda delman membentuk dua kerumunan yaitu Manado-Kabupaten Minahasa-Amurang membentuk satu kerumunan yang terpisah dari kelompok Tomohon pada titik percabangan 0,002244. Jarak ketidakserupaan gen pola warna bulu kuda delman pada dua kerumunan Manado dan Kabupaten Minahasa adalah 0,000164. Kerumunan Manado-Kabupaten Minahasa-Amurang membentuk dua kerumunan kecil yaitu Manado-Kabupaten Minahasa dan Amurang yang dipisahkan pada titik percabangan 0,001006. Semakin kecil nilai ketidakserupaan gen pola warna bulu kuda delman antara lokasi pengamatan maka jarak genetiknya semakin kecil, dan sebaliknya.

(58)

ABSTRACT

Analysis of Local Horse Pedicab Coat Color Pattern in North Sulawesi Putriana, C.A, R.R Noor and R.H. Mulyono

Horse has been domesticated since ancient times. The horse coat color is the expression of genotype and categorize as qualitative traits. Information on the characteristic of Indonesian, especially in North Sulawesi horse coat color is very limited. The aim of this study is to determine the phenotype and genotype of coat color of horse in the North Sulawesi. The study was conducted in four different areas in North Sulawesi, Tomohon, Manado, Minahasa and Amurang. Genetic distance analyses based on coat color was performed. The most coat color in the four areas was bay, chestnut, bay-cream, chestnut-cream, roan, black, white and spotted. The dominant coat color was bay and chestnut. Genetic distance analyses result indicate that the horse from Manado, Minahasa and Amurang are clustered in one group and separated to Tomohon population with the genetic distance between the two cluster was 0.002244. The genetic distance of the horse from Manado and from Minahasa was 0.000164. On the other hand, the genetic distance of the horse from Manado and Minahasa group and Amurang was 0.001006. The smallest genetic indicates the closeness genetic between the two population.

(59)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kuda merupakan salah satu hewan ternak yang sudah dipelihara sejak zaman dulu. Kuda sejak zaman dahulu digunakan sebagai alat transportasi manusia dan dijadikan tunggangan ketika berburu. Kuda dewasa ini dimanfaatkan sebagai kuda pacu, kuda olahraga, kuda tunggangan, kuda delman dan sumber protein pangan. Populasi kuda di Indonesia berkisar 400.000 ekor yang menyebar di beberapa daerah, antara lain Provinsi Sulawesi Utara (Badan Pusat Statistik, 2005). Populasi kuda di Sulawesi Utara saat ini diperkirakan mencapai 8.000 ekor dan merupakan provinsi dengan kepemilikan kuda yang cukup tinggi.

Sifat kualitatif warna bulu kuda merupakan sifat eksternal yang diwariskan secara genetis. Sifat tersebut memiliki daya tarik bagi peternak dan ilmuwan sehingga informasi mengenai warna kuda banyak ditemukan dalam buku catatan asosiasi pecinta kuda. Warna bulu biasa digunakan untuk mengidentifikasi bangsa

kuda. Bangsa kuda tertentu memiliki warna bulu sebagai karakteristik genetik yang khas.

Informasi genetik mengenai karakteristik sifat kualitatif kuda lokal di Indonesia, terutama di Sulawesi Utara, masih sangat terbatas. Penelitian tentang sifat kualitatif pola warna bulu kuda lokal telah dilakukan di Sulawesi Selatan. Penelitian warna bulu yang dikuantitatifkan telah dilakukan pada kuda Hongaria.

Secara genetik warna bulu kuda sangat bervariasi. Gen-gen yang mengendalikan warna kuda dibedakan menjadi beberapa sehingga menghasilkan warna bay, black, chestnut, bay-cream, chestnut-cream, roan, spotted dan white.

Tujuan

(60)

TINJAUAN PUSTAKA Kuda

Kuda telah didomestikasi lebih daripada 6.000 tahun yang lalu di daerah stepa yang sekarang dikenal dengan daerah Rusia Selatan dan Ukraina. Sejak itu kuda mempunyai banyak manfaat yang berhubungan dengan manusia (Bowling dan Ruvinsky, 2000). Menurut Blakely dan Blade (1991), kuda digolongkan kedalam hewan dalam filum Chordata (hewan bertulang belakang), kelas Mammalia (hewan yang menyusui), ordo Perissodactyla (hewan berteracak tak memamah biak), famili Equidae, dan spesies Equus caballus.

Berdasarkan sejarah domestikasi kuda, variasi warna bulu digunakan sebagai acuan seleksi untuk pembentukan bangsa kuda sehingga warna bulu dapat dijadikan karakteristik. Karakteristik warna bulu merupakan penciri fenotipe suatu bangsa. Bangsa kuda sekarang ini seringkali ditentukan oleh komunitas atau lembaga yang melakukan pencatatan keturunan dan membuat buku silsilah kuda hasil seleksi

berdasar pada daerah asal, fungsi dan ciri fenotipe (Bowling dan Ruvinsky, 2000).

Kuda Lokal Indonesia

Beberapa Kerajaan maritim di Indonesia pada abad VII Masehi antara lain Sriwijaya yang memiliki armada niaga dan perang yang kuat. Perkembangan kekuatan maritim tersebut turut mempercepat pengembangbiakan dan penyebaran kuda hampir keseluruh kepulauan Indonesia, antara lain Jawa, Sulawesi dan pulau kecil lainnya. Perkembangan agama Islam turut mempengaruhi pengembangan kuda di Indonesia. Pemuka agama memperkenalkan kuda Arab pada penduduk lokal. Jenis ini kemudian disilangkan dengan kuda asli Indonesia oleh penduduk untuk meningkatkan kualitas kuda Indonesia. Armada kapal yang mencari rempah-rempah singgah di beberapa pelabuhan diantaranya adalah pelabuhan Sulawesi Utara. Tukar menukar antara rempah-rempah dengan kuda terjadi pada saat singgah. Kedatangan Belanda ke Indonesia memiliki andil dalam pemuliaan kuda untuk meningkatkan kualitas (Soehardjono, 1990).

Penduduk asli Indonesia telah beternak kuda sebelum kedatangan bangsa Eropa. Kuda hidup pada saat itu di alam bebas dan sangat bergantung pada kebaikan alam sehingga kuda yang dipelihara memiliki kualitas rendah. Kedatangan bangsa

Gambar

Gambar 10. Peta Lokasi Pengamatan di Provinsi Sulawesi Utara
Gambar 11. Contoh Pola Warna Bulu Kuda Delman di Tomohon  (Koleksi
Gambar 12.   Contoh Pola Warna Bulu Kuda Delman di Manado (Koleksi
Gambar 13. Contoh Pola Warna Bulu Kuda Delman di Kabupaten Minahasa (Koleksi Pribadi B
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari berat badan dan konversi pakan yang dihasilkan, pemberian complete feed berbasis pod kakao, baik non fermentasi maupun fermentasi dapat memenuhi kebutuhan hidup

Dengan menggunakan 3 anak dengan latar belakang sosial dan budaya yang berbeda sebagai informan yang berada di Banyuwangi, fokus perhatian dalam analisis ini adalah praktik

Dari hasil tanggapan responden indikator citra merek skor tertinggi diperoleh dari tanggapan responden mengenai kenyamanan terhadap produk yang digunakan denagan jawaban

Sebagian isolat kapang saprofitik yang terisolasi dari sampel tanah sekitar kawasan Gunung Gamalama pada media kultur PDA tidak menunjukkan adanya pembentukan

In analyzing the data, the researcher used the following steps such as reading the textbook, segmenting the data in form of clauses, identifying the types of

Bagi yang akan melanjutkan penelitian tentang terhadap pembentukan perilaku sosial. siswa, disarankan melakukan penelilitian lebih spesifik

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberi kekuatan dan petunjuk serta melimpahkan rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga penulis

Sesuai hasil penelitian, pada indikator ini terdata sejumlah 50% subjek dari unsur siswa memilih skala 3 yang menyatakan bahwa ilustrasi yang disajikan pada Buku Sekolah