• Tidak ada hasil yang ditemukan

Performa Domba Kembar Lepas Sapih yang Mendapat Kobalt dan Konsorsium Bakteri Rumen selama Periode Prasapih

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Performa Domba Kembar Lepas Sapih yang Mendapat Kobalt dan Konsorsium Bakteri Rumen selama Periode Prasapih"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

PERFORMA DOMBA KEMBAR LEPAS SAPIH YANG

MENDAPAT KOBALT DAN KONSORSIUM BAKTERI

RUMEN SELAMA PERIODE PRASAPIH

NURCHOTIMAH

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Performa Domba Kembar Lepas Sapih yang Mendapat Kobalt dan Konsorsium Bakteri Rumen selama Periode Prasapih adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013

(4)

ABSTRAK

NURCHOTIMAH. Performa Domba Kembar Lepas Sapih yang Mendapat Kobalt dan Konsorsium Bakteri Rumen selama Periode Prasapih. Dibimbing oleh TOTO TOHARMAT dan TRIANI ADELINA.

Pada periode penyapihan anak domba kembar dengan bobot lahir yang rendah lebih rentan terhadap temperatur lingkungan dan infeksi patogen. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pemberian Co dan konsorsium bakteri rumen selama periode prasapih terhadap performa anak domba kembar selama periode lepas sapih. Penelitian ini menggunakan 8 ekor anak domba lepas sapih berumur 3 bulan. Data dianalisis dengan menggunakan t-test student. Perlakuannya terdiri dari: 1) Kontrol dan 2) CoBac (suplementasi Co 1 mg kg-1 BK + 15 ml (8 295x1010 CFU) konsorsium bakteri rumen selama periode prasapih). Hasil uji statistik memperlihatkan bahwa konsumsi pakan bahan segar dan bahan kering anak domba lepas sapih dipengaruhi (P<0.01) oleh bobot badan dengan persamaan y = -583.4 + 92.83x; r2 = 0.77 dan y = -244.5 + 47.85x; r² = 0.67. Bobot badan domba bertambah (P<0.01) sesuai dengan umurnya yang mengikuti persamaan y = 0.056x + 5.788 dengan r² = 0.352. Namun, pemberian CoBac pada anak domba lahir kembar periode prasapih tidak berbeda terhadap konsumsi nutrien, rataan bobot badan, Pertambahan Bobot Badan (PBB) dan nutrien tercerna pada periode lepas sapih. Hal ini memperlihatkan bahwa suplementasi Co + konsorsium bakteri rumen tidak dapat meningkatkan performa anak domba garut lepas sapih.

Kata Kunci: anak domba, bakteri, Co, kembar, lepas sapih, performa.

ABSTRACT

NURCHOTIMAH. Performance of Post-weaning Lambs Born Twins Offered Cobalt and Rumen Bacteria Consortium During Pre-weaning Period. Supervised by TOTO TOHARMAT and TRIANI ADELINA.

In the period of weaning, twin born lambs with low birth weight are more susceptible to environmental temperature and pathogenic infection. This study was design to evaluate the performance of weaned twin lambs offered diet supplemented with Co and rumen bacteria consortium during pre-weaning period. Eight of three months-old of twin garut lambs were selected for this study. Data were analyzed according to t-test student. Treatments consisted of: 1). Control diet and 2) diets supplemented with Co + rumen bacteria consortium (CoBac) during pre-weaning period. Result showed that as feed and dry matter intake of postweaning twin lambs significant (P<0.01) to gain with equation was y = -583.4 + 92.83x; r2 = 0.77 and y = -244.5 + 47.85x; r² = 0.67. The gain (P<0.01) accord with age of post-weaning twin lambs with y = 0.056x + 5.788; r² = 0.352. There were no significant in nutrient intake, digested nutrient and average daily gain of post-weaning twin lambs. Supplemented Co + rumen bacteria consortium could not improved performance of post-weaning twin garut lambs.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

PERFORMA DOMBA KEMBAR LEPAS SAPIH YANG

MENDAPAT KOBALT DAN KONSORSIUM BAKTERI

RUMEN SELAMA PERIODE PRASAPIH

NURCHOTIMAH

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Performa Domba Kembar Lepas Sapih yang Mendapat Kobalt dan Konsorsium Bakteri Rumen selama Periode Prasapih

Nama : Nurchotimah NIM : D24090030

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Toto Toharmat, MAgrSc Pembimbing I

Diketahui oleh

Dr Triani Adelina, SPt MP Pembimbing II

Dr Ir Idat Galih Permana, MScAgr Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Performa Domba Kembar Lepas Sapih yang Mendapat Kobalt dan Konsorsium Bakteri Rumen selama Periode Prasapih. Suplementasi mineral kobalt (Co) dan bakteri rumen dapat mensintesis vitamin B12 yang berguna dalam meningkatkan performa anak domba.

Salah satu keuntungan dalam beternak domba khususnya domba Garut adalah tingkat prolifiknya yang cukup tinggi. Peralihan dari masa prasapih ke masa lepas sapih merupakan periode kritis karena terjadi perubahan dalam pemberian jenis pakan dari pakan yang memiliki kecernaan tinggi dan pemberhentian konsumsi susu menjadi pakan berserat. Anak domba yang terlahir kembar dengan bobot lahir yang rendah sangat rentan terhadap lingkungan dan infeksi penyakit patogen. Kondisi ini mempengaruhi performa anak domba kembar periode lepas sapih. Pertumbuhan domba pada masa lepas sapih sangat dipengaruhi oleh kecukupan nutrisi dan pertumbuhan selama masa prasapih. Salah satu nutrisi yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan masa prasapih pada anak domba adalah mineral Co. Mineral ini dibutuhkan oleh anak domba untuk mensintesis vitamin B12 dengan bantuan bakteri rumen. Anak domba prasapih memiliki rumen yang belum berkembang dengan sempurna, sehingga untuk memanfaatkan Co dalam mensintesis vitamin B12 diperlukan pemberian konsorsium bakteri rumen.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam dunia peternakan dan pendidikan serta menjadi salah satu amalan baik. Amin.

Bogor, September 2013

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xi

PENDAHULUAN 1

METODE 2

Bahan 2

Ternak 2

Kandang dan Perlengkapan 2

Ransum 2

Alat 3

Lokasi dan Waktu Penelitian 3

Prosedur Percobaan 3

Perlakuan 3

Pemeliharaan 4

Koleksi Feses 4

Analisis Data 4

Peubah yang Diamati 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Pola Konsumsi 5

Konsumsi Nutrien 6

Pertumbuhan 7

Nutrien Tercerna 9

SIMPULAN DAN SARAN 10

Simpulan 10

Saran 10

DAFTAR PUSTAKA 10

LAMPIRAN 14

RIWAYAT HIDUP 16

(11)

DAFTAR TABEL

1 Komposisi nutrien bahan penyusun ransum domba lepas sapih 3 2 Konsumsi nutrien anak domba lahir kembar masa lepas sapih yang

mendapat dan tanpa inokulasi konsorsium bakteri rumen dan mineral Co pada periode prasapih (g ekor-1 hari-1) 6 3 Rataan bobot badan dan PBB anak domba lahir kembar lepas sapih

yang mendapat dan tanpa inokulasi konsorsium bakteri rumen dan

mineral Co pada periode prasapih 8

4 Nutrien tercerna anak domba lahir kembar masa lepas sapih yang mendapat dan tanpa inokulasi konsorsium bakteri rumen dan mineral Co pada periode prasapih (g ekor-1 hari-1) 10

DAFTAR GAMBAR

1 Hubungan konsumsi pakan segar dan kering dengan bobot badan

domba lepas sapih 5

2 Hubungan umur dengan bobot domba selama periode lepas sapih 8

DAFTAR LAMPIRAN

1 Komposisi media pertumbuhan bakteri BHI menurut Holdeman et al.

(1977) dalam Ogimoto dan Imai (1981) 14

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Domba merupakan salah satu ternak ruminansia yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia, baik untuk konsumsi, usaha, estetika maupun pariwisata. Domba garut merupakan domba hasil persilangan antara domba Kaapstad yang berasal dari Afrika, domba Merino dan domba lokal (Merkens dan Soemirat 1926). Domba garut memiliki ciri khas seperti bermuka cembung, telinga rumpung (kecil), pada jantan memiliki tanduk yang kokoh dan kuat serta melingkar seperti spiral, bergaris punggung cekung, pundak lebih tinggi dari kelangkang dengan bagian dada yang relatif besar sedangkan pada betina terdapat tanduk kecil seperti benjolan, bergaris punggung lurus dan bagian dada yang tidak besar (Mulliadi 1996). Menurut Mason (1980) domba garut termasuk dalam daftar bangsa domba yang dibudidayakan di dunia karena memiliki keunggulan yaitu lebih cepat mencapai dewasa kelamin (pubertas), dapat kawin dan beranak sepanjang tahun, prolifik (2-3 anak sekelahiran) dan dapat bunting sebanyak tiga kali dalam jangka waktu dua tahun. Peluang prolifik yang tinggi dapat dimanfaatkan untuk mengatasi permasalahan kebutuhan daging nasional dengan cara meningkatkan produktivitasnya. Namun, ternak yang terlahir kembar cenderung memiliki pertumbuhan yang lamban dan sistem imunitas yang rendah, dan memiliki angka kematian tinggi karena mengalami kompetisi dalam memperebutkan air susu induk (Atkins 1980). Penanganan anak kembar dapat dilakukan dengan manajemen khusus, diantaranya manipulasi pemberian pakan dan suplementasi agar daya hidup dan performa anak domba kembar tersebut meningkat dan melalui pengaturan perkawinan silang.

Performa dan daya tahan tubuh anak domba kembar dapat ditingkatkan dengan suplementasi vitamin B12 sehingga anak domba tidak mudah terserang penyakit (Vellema et al. 1996). Vitamin B12 hanya dapat disintesis oleh bakteri, termasuk salah satunya adalah bakteri yang ada di rumen. Bakteri rumen memerlukan kobalt (Co) untuk sintesis vitamin B12, sehingga pakan yang mengandung Co dan mengalami fermentasi dalam rumen merupakan sumber vitamin B12. Vitamin B12 diserap melalui usus kecil dan disimpan di dalam hati sebagai methylmalonyl-Co A mutase dan methionine synthase yang digunakan dalam glukoneogenesis propionat dan sintesis metionin (Kennedy et al. 1992).

Pertumbuhan domba pada masa lepas sapih sangat dipengaruhi oleh kecukupan nutrisi dan pertumbuhan selama masa prasapih. Salah satu nutrisi yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan masa prasapih pada anak domba adalah mineral Co. Co dibutuhkan oleh anak domba untuk mensintesis vitamin B12 dengan bantuan bakteri rumen. Anak domba prasapih memiliki rumen yang belum berkembang dengan sempurna sehingga kemampuannya dalam memanfaatkan Co untuk sintesis vitamin B12

Perkembangan rumen, retikulum dan omasum anak domba terjadi sejak umur 3 minggu sampai 9 minggu (Arora 1989). Bakteri rumen akan membantu inang dalam mendegradasi partikel pakan untuk dimanfaatkan tubuh inang tersebut. Pemberian bakteri merupakan salah satu cara dalam mempercepat pertumbuhan mikroorganisme yang berada dalam rumen. Konsorsium bakteri rumen kerbau mampu tumbuh baik dengan memanfaatkan sumber pakan yang

(14)

2

selulolitik yang baik sebagai sumber bakteri pencerna serat (Prihantoro et al. 2012a). Prihantoro et al. (2012b) melaporkan bahwa semakin tinggi jumlah bakteri rumen selama periode prasapih maka dapat berdampak positif pada proses lepas sapih.

Pengelolaan anak domba masa prasapih sangat penting untuk mempercepat kemampuan anak domba dalam mengkonsumsi hijauan, melakukan penyapihan dini serta menekan biaya pemberian air susu. Dilain pihak, peralihan dari masa prasapih ke masa lepas sapih merupakan periode kritis karena terjadi perubahan dalam pemberian jenis pakan dari pakan yang memiliki kecernaan tinggi dan pemberhentian konsumsi susu menjadi pakan berserat. Hal ini diyakini dapat menurunkan konsumsi nutrien terutama protein dan energi sehingga dapat mempengaruhi pola dan kecepatan tumbuh anak domba.

Suplementasi Co dan konsorsium bakteri rumen pada masa prasapih yang diduga berpotensi memperbaiki performa anak domba kembar prasapih diharapkan juga dapat memperbaiki performa anak domba kembar setelah masa lepas sapih. Selain itu suplementasi konsorsium bakteri rumen pada masa prasapih diharapkan juga dapat menyebabkan rumen anak domba berkembang lebih awal sehingga fermentasi rumen lebih optimal dan akan mempengaruhi performa dan nutrien tercerna anak domba pada periode lepas sapih. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pemberian konsorsium bakteri rumen selama periode prasapih terhadap performa anak domba kembar selama periode lepas sapih.

METODE PENELITIAN

Bahan

Ternak

Ternak yang digunakan adalah 8 ekor anak domba garut lahir kembar lepas sapih berumur ±3 bulan dengan bobot badan rata-rata awal 9.86±2.02 kg. Domba percobaan dikelompokkan berdasarkan rataan bobot badan.

Kandang dan Perlengkapan

Kandang yang digunakan adalah kandang individu bersekat sebanyak 8 buah dengan ukuran 123 x 55 x 128 cm3 yang dilengkapi dengan tempat makan dan air minum. Kandang ditempatkan dalam bangunan kandang utama yang permanen dan beratap monitor sehingga sirkulasi udara baik dan peningkatan suhu kandang yang berlebihan tidak terjadi.

Ransum

(15)

3 Tabel 1 Komposisi nutrien bahan penyusun ransum domba lepas sapih

Bahan BK Abu PK SK LK BetaN TDNa Ca P

Perhitungan menurut Hartadi et al. (1980).

Peralatan yang digunakan dalam pemeliharaan adalah termometer bola basah bola kering untuk mengukur suhu dan kelembaban dalam kandang, timbangan gantung kapasitas 50 kg untuk menimbang bobot domba, timbangan digital untuk menimbang pakan, tempat pakan, ember air minum dan alat kebersihan. Peralatan yang digunakan dalam koleksi feses adalah plastik, paranet, dan serokan.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan dari bulan Desember 2012 sampai bulan Maret 2013. Pemeliharaan domba dilakukan di Laboratorium Lapang Kandang A Ilmu Nutrisi Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (IPB). Analisis sampel bahan, konsentrat, rumput dan feses dilakukan di Laboratorium Konservasi Satwa Langka dan Harapan Pusat Antar Universitas (PAU) dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, IPB.

Prosedur Percobaan

Perlakuan

Perlakuan yang diberikan pada penelitian ini adalah A: Kontrol (tanpa suplementasi Co + konsorsium bakteri rumen selama periode prasapih) dan B: CoBac (suplementasi Co + konsorsium bakteri rumen selama periode prasapih). Suplementasi Co yang diberikan sebanyak 1 mg kg-1 BK dan konsorsium bakteri rumen sebanyak 15 ml hari-1 dengan konsentrasi bakteri sebanyak 8 295x1010

(16)

4

selama 6 jam. Pemberian CoBac dilakukan setiap pagi hari setelah pemberian susu.

Pemeliharaan

Pemeliharaan domba lepas sapih dilakukan selama 60 hari yang meliputi periode adaptasi selama 14 hari, perlakuan selama 39 hari dan 7 hari terakhir periode collecting. Domba ditempatkan di kandang individu bersekat dengan ukuran 123 x 55 x 128 cm3 yang dilengkapi dengan tempat makan dan air minum. Kandang ditempatkan dalam bangunan kandang utama yang permanen dan beratap monitor. Penyapihan dilakukan pada saat anak domba mempunyai bobot badan minimum 10 kg.

Penimbangan domba dilakukan setiap satu minggu sekali dengan menggunakan timbangan gantung kapasitas 50 kg merk camry untuk mengetahui pertambahan bobot badan hariannya. Pemberian pakan diukur menggunakan timbangan digital dan konsumsi harian dihitung dengan menentukan selisih ransum yang diberikan dan sisa ransum yang tertinggal setiap harinya. Setiap ternak yang menghabiskan pakan yang diberikan maka pemberian dihari berikutnya ditambahkan sebesar 10% dari total pakan yang diberikan hari sebelumnya. Hal tersebut dapat memberikan peluang dalam peningkatan konsumsi pada ternak tetapi juga dapat membatasi pakan yang tersisa. Suhu dan kelembaban diukur setiap pagi dan sore hari menggunakan termometer bola basah bola kering.

Koleksi Feses

Jumlah feses diukur dengan metode koleksi total. Koleksi feses dilakukan selama 7 hari pada periode collecting. Sampel feses per hari diambil sebanyak 50% bobot segar untuk analisis kecernaan nutrien. Analisis proksimat sampel bahan penyusun ransum, sampel ransum dan sampel feses meliputi: bahan kering (BK), protein kasar (PK), lemak kasar (LK), serat kasar (SK), dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BetaN) dilakukan menurut AOAC (1990).

Analisis Data

Pengelompokkan ternak dilakukan berdasarkan bobot badannya. Analisis data dilakukan menggunakan korelasi-regresi dan uji t menurut Steel dan Torrie (1993). Data ditampilkan dalam bentuk rataan ± standar deviasi.

Peubah yang Diamati

(17)

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pola Konsumsi

Pertumbuhan ternak pada masa pertumbuhan dipengaruhi oleh jumlah pakan yang dikonsumsi. Konsumsi pakan harus mampu memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi. Sistem pemberian pakan periode prasapih mempengaruhi konsumsi ransum padat anak domba pada periode lepas sapih (Bimczok et al. 2004). Periode lepas sapih merupakan periode pemberhentian konsumsi milk replacer menjadi ransum padat (McKusick et al. 2001). Hubungan konsumsi pakan segar dan bahan kering dengan bobot badan domba ditampilkan pada Gambar 1.

Gambar 1 memperlihatkan bahwa konsumsi pakan bahan segar dan kering anak domba lepas sapih dipengaruhi (P<0.01) oleh bobot badan dengan persamaan y = -583.4 + 92.83x; r2

Gambar 1 Hubungan konsumsi pakan segar (a) dan kering (b) dengan bobot badan domba lepas sapih

= 0.77 dan y = -244.5 + 47.85x r² = 0.67. Persamaan tersebut menggambarkan bahwa setiap kenaikan bobot badan anak domba sebesar 100 g yang naik akan meningkatkan konsumsi sebesar 92.83 g pakan segar atau 47.85 g untuk bahan kering. Konsumsi ternak pada periode lepas sapih, yang masih merupakan periode pertumbuhan, maka konsumsi sangat menentukan tercapai atau tidaknya pertumbuhan yang optimum, sehingga peningkatan bobot badan sejalan dengan meningkatnya konsumsi pakan. Menurut Parakkasi (1999) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi diantaranya adalah faktor hewan, makanan yang diberikan dan lingkungan hewan tersebut dipelihara. Pola konsumsi periode lepas sapih yang meningkat menggambarkan kebutuhan pakan dan nutrien yang meningkat. Protein kasar dalam ransum yang diberikan sekitar 17% - 18% (NRC 1985), diperkirakan sudah memenuhi peningkatan kebutuhan nutrien tersebut.

(18)

6

Peningkatan konsumsi pakan dalam bentuk segar yang didapat pada penelitian ini sejalan dengan peningkatan konsumsi bahan keringnya. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah konsumsi rumput atau konsentrat tidak saling mempengaruhi. Pertumbuhan yang terjadi pada periode lepas sapih mengakibatkan peningkatan konsumsi anak domba. Konsumsi yang cukup akan mempercepat pertumbuhan, dan kekurangan pakan dapat menyebabkan berkurangnya bobot hidup dan pertumbuhan (Tillman et al. 1989). Konsumsi tidak dibatasi oleh karakteristik rumput yang diberikan karena rumput lapang yang diberikan sudah dipotong-potong, sehingga lebih disukai domba. Gatenby (1991) menyatakan bahwa domba mengkonsumsi pakan yang tersedia dan lebih menyukai pakan terpotong-potong. Peningkatan konsumsi yang didapat pada penelitian ini menggambarkan bahwa domba lahir kembar lepas sapih memiliki tingkat konsumsi pakan yang normal.

Konsumsi Nutrien

Konsumsi nutrien pakan anak domba lahir kembar lepas sapih ditampilkan pada Tabel 2. Konsumsi BK, BO, PK, SK, LK, BETN dan TDN pada anak domba lahir kembar periode lepas sapih tidak dipengaruhi oleh penambahan Co dan konsorsium bakteri rumen pada periode prasapih. Penghentian suplementasi Co dan konsorsium bakteri rumen selama periode lepas sapih yang tidak berpengaruh mengindikasikan bahwa anak domba lepas sapih masih membutuhkan suplementasi mineral Co. Kelangsungan bakteri rumen pada anak domba segera setelah sapih masih belum mampu mensintesis vitamin B12. Pembentukan vitamin B12 yang berasal dari konversi mineral Co sangat kecil, hanya berkisar 1.7% - 3.1% berdasarkan total konsumsi Co dalam pakan (Smith dan Marston 1970). Keterbatasan sintesis vitamin B12 dapat menyebabkan akumulasi dalam hati yang rendah. Sehingga, efek dari suplementasi vitamin B12 atau CoBac pada peroide prasapih tidak terlihat selama periode lepas sapih. Kandungan Co dalam sumber pakan memiliki nilai yang bervariasi berkisar antara 0.07 mg kg-1 - 2.38 mg kg-1 BK (FEEDAP 2009).

Tabel 2 Konsumsi nutrien anak domba lahir kembar masa lepas sapih yang mendapat dan tanpa inokulasi konsorsium bakteri rumen dan mineral Co pada periode prasapih (g ekor-1 hari-1

Konsumsi

) Perlakuan

Kontrol CoBac

BK 429.00±108.81 411.44±120.30

BO 409.21±103.62 389.30±114.03

PK 79.14±19.96 73.76±21.72

SK 38.52±10.43 45.84±13.21

LK 19.36±4.85 17.43±5.19

BETN 272.20±68.59 252.29±74.40

(19)

7 Kebutuhan minimum Co menurut NRC (1985) pada domba dewasa adalah 0.10 mg kg-1 - 0.20 mg kg-1 ransum. Namun, suplementasi mineral yang berlebih akan menimbulkan toksik pada ternak. Sapi perah yang disuplementasikan Co sebanyak lebih dari 1 mg kg-1 akan memperlihatkan penurunan bobot badan, konsumsi air, kerusakan otot, peningkatan eritrosit sehingga akan mengakibatkan mild polycythaemia (Keener et al. 1949). Toleransi domba terhadap Co cukup tinggi. Menurut NRC (2005) toleransi domba terhadap Co bisa mencapai 25 ppm. Lain halnya dengan McDowell (2000) yang mengungkapkan bahwa toleransi domba terhadap Co sebesar 150 ppm. Peningkatan dosis tersebut akan menimbulkan anoreksia, penurunan bobot badan, namun tidak mengakibatkan polycythaemia (FEEDAP 2009). Hal ini karena domba lebih tahan terhadap peningkatan Co.

Nutrien pakan domba lepas sapih disusun untuk memenuhi kebutuhan pokok, pertumbuhan serta perkembangan organ tubuhnya. Ternak ruminansia tidak harus mengkonsumsi pakan yang sangat berkualitas karena bakteri rumen dapat memanfaatkan pakan yang berkualitas rendah. Bakteri rumen anak domba periode lepas sapih belum berkembang secara optimal, sehingga pakan yang diberikan harus memenuhi kebutuhan untuk perkembangan rumen domba harus terjaga kualitasnya dan memiliki palatabilitas untuk menjaga perkembangan pada anak domba yang membutuhkan nutrien tinggi. Konsumsi nutrien anak domba lepas sapih yang tidak berbeda dikarenakan belum terpenuhinya kebutuhan anak domba dalam perkembangan rumen. Saluran rumen dan retikulum ternak ruminansia muda memiliki kapasitas yang kecil dan belum berkembang. Anak domba yang mulai makan makanan padat, bagian retikulo-rumennya mulai membesar mencapai 57% dari seluruh saluran pencernaan (Tillman et al. 1989).

Scholljegerdes et al. (2010) berpendapat bahwa ransum yang ditambah Co sebanyak 7.1 mg hari-1 dapat meningkatkan konsumsi hijauan pada domba. Peningkatan ini dikarenakan adanya perubahan populasi mikroba rumen, khususnya bakteri selulolitik yang sangat sensitif dengan penambahan Co. Konsumsi nutrien pakan pada penelitian ini memperlihatkan bahwa perlakuan CoBac tidak responsif terhadap penambahan bakteri pada periode prasapih. Jika anak domba belum mampu memanfaatkan ransum padat, membuktikan bahwa anak domba tersebut belum dapat beradaptasi terhadap perubahan pakan pada periode penyapihan (Guilloteau et al. 2009). Semakin lama anak domba mengonsumsi susu akan mempengaruhi perkembangan rumen, retikulum dan omasum (Knights et al. 2011), maka proses pengenalan pakan padat harus berjalan beberapa minggu sebelum penyapihan.

Pertumbuhan

(20)

8

Bobot badan domba bertambah (P<0.01) sesuai dengan umurnya yang mengikuti persamaan y = 0.056x + 5.788 dengan r² = 0.352 (Gambar 3). Persamaan tersebut menggambarkan bahwa setiap kenaikan umur, bobot badan oleh tubuh anak domba tersebut meningkat. Pertumbuhan anak domba lepas sapih yang linear memperlihatkan bahwa jaringan dan organ tubuh berkembang terus tanpa adanya gangguan. Pertumbuhan dimulai dengan jaringan syaraf, tulang, otot dan terakhir jaringan adiposa (Owens et al. 1993). Nutrisi pakan harus diberikan sesuai dengan perkembangannya untuk mempertahankan tingkat pertumbuhan yang optimal. Menurut López-Carlos et al. (2010) pertumbuhan menggambarkan ukuran tubuh yang berkembang secara linear sesuai dengan umur anak domba.

Gambar 3 Hubungan umur dengan bobot domba selama periode lepas sapih Rataan bobot badan dan PBB dalam penelitian ini ditampilkan pada Tabel 2. Rataan bobot badan dan PBB anak domba kembar lepas sapih tidak menunjukkan perbedaan antara perlakuan kontrol dan CoBac. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan CoBac dalam periode prasapih tidak dapat meningkatkan bobot badan dan PBB yang lebih baik dibandingkan dengan kontrol. Menurut Cole (1982) laju pertumbuhan lepas sapih dipengaruhi oleh potensi dan pola pertumbuhan dari masing-masing individu ternak. Potensi tersebut ditentukan oleh bangsa dan jenis kelamin sedangkan pola pertumbuhan tergantung pada sistem manajemen yang digunakan, tingkat nutrisi yang tersedia serta ketersediaan ternak dan iklim. Secara genetik bobot lepas sapih domba dipengaruhi oleh bobot lahirnya (Inounu 1996). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian bakteri selama periode prasapih tidak mengubah utilisasi nutrien anak domba.

Tabel 3 Rataan bobot badan dan PBB anak domba lahir kembar masa lepas sapih yang mendapat dan tanpa inokulasi konsorsium bakteri rumen dan mineral Co pada periode prasapih

Peubah Perlakuan

Kontrol CoBac

Bobot sapih (kg) 10.25±1.20 12.43±1.80

Bobot lepas sapih

umur 160-190 hari (kg) 14.13±1.59 15.45±1.96

(21)

9 Tanpa dan penambahan mineral Co 1 mg kg-1 BK dan konsorsium bakteri rumen pada periode prasapih menghasilkan nilai yang sama pada kedua perlakuan yaitu rataan bobot badan lepas sapih sebesar 14.13 g dan 15.45 g sedangkan PBB sebesar 79.08 g ekor-1 hari-1 dan 61.73 g ekor-1 hari-1. PBB anak domba lepas sapih pada penelitian ini relatif lebih baik dibandingkan dengan yang dilaporkan Harwanti (2011) sebesar 58.14 g ekor-1 hari-1. Bishehsari et al. (2010) menunjukkan bahwa suplementasi mineral Co dalam ransum anak domba Mehraban lepas sapih sebanyak 0.5 mg kg-1 BK dapat meningkatkan rata-rata pertumbuhan. Mineral Co merupakan mineral esensial yang dibutuhkan oleh mikroba rumen dalam mensintesis vitamin B12. Kekurangan Co dapat menyebabkan kekurangan vitamin B12 pada ruminansia dewasa. Tanda-tanda anak domba yang mengalami defisiensi vitamin B12 akan mengakibatkan anoreksia atau nafsu makan berkurang, penurunan bobot badan dan penurunan konsentrasi hemoglobin sehingga terjadi penurunan konsentrasi vitamin B12 di darah dan hati (McDowell 2000).

Konsumsi mineral pada perlakuan CoBac belum memenuhi kebutuhan anak domba lepas sapih dalam penelitian ini, hal ini dapat terjadi akibat rendahnya konsumsi yang terkait dengan rendahnya kualitas pakan yang diberikan, sehingga mempengaruhi PBB anak domba tersebut. Laju PBB awal periode lepas sapih dapat dipengaruhi oleh faktor stress, proses penyapihan dan perubahan pakan (Wijono et al. 2006). Tiffany et al. (2003) mengungkapkan bahwa suplementasi Co tidak mempengaruhi performa sapi jantan pada periode pertumbuhan bobot badan akhir dengan penambahan Co sebesar 0.05 mg kg-1

Nutrien Tercerna

BK.

Nutrien tercerna merupakan komponen yang tidak diekskresikan dalam feses, dimana bagian tersebut diasumsikan diserap oleh tubuh hewan dan digunakan sebagai evaluasi performa ternak. Kecernaan biasanya dinyatakan dalam persen dari bahan kering (Cullison et al. 2003).

Nutrien tercerna ransum percobaan ditampilkan pada Tabel 3. Menurut Tillman et al. (1989) faktor-faktor yang mempengaruhi kecernaan adalah komposisi pakan, faktor hewan, serta laju digesta dalam pencernaan. Nutrien tercerna selama periode lepas sapih tidak menunjukkan perbedaan antara perlakuan kontrol dengan penambahan CoBac. Nutrien tercerna yang meliputi BK, BO, PK, SK, LK, BETN dan TDN yang sama antara perlakuan juga menghasilkan PBB yang sama. Hasil yang didapat pada penelitian ini sama dengan yang dilaporkan oleh Nagabhushana et al. (2008) bahwa kecernaan BK, BO, PK, LK dan SK tidak menunjukkan perbedaan dengan penambahan 1 ppm sampai 6 ppm Co dalam ransum sapi periode pertumbuhan.

(22)

10

Penambahan mineral Fe, Co, Mn dan Zn dapat meningkatkan aktivitas bakteri rumen dalam mencerna substrat (Hungate 1966).

Tabel 4 Nutrien tercerna anak domba lahir kembar masa lepas sapih yang mendapat dan tanpa inokulasi konsorsium bakteri rumen dan mineral Co pada periode prasapih (g ekor-1 hari-1

Parameter

) Perlakuan

Kontrol CoBac

BK 357.91±87.83 333.31±90.31

BO 345.49±84.64 319.89±87.65

PK 60.82±15.40 55.20±16.14

SK 26.13±5.80 31.39±6.10

LK 16.40±5.02 14.35±4.22

BETN 242.15±59.13 218.96±61.64

TDN 298.86±75.12 268.98±77.19

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pemberian konsorsium bakteri rumen pada anak domba periode prasapih tidak berpengaruh terhadap rataan bobot badan, PBB, konsumsi dan nutrien tercerna pada periode lepas sapih. Hal ini mengindikasikan bahwa kebutuhan Co belum tercukupi dengan baik.

Saran

Perbaikan performa anak domba kembar lepas sapih perlu dilakukan selama penyapihan.

DAFTAR PUSTAKA

[AOAC] Association of Official Agricultural Chemists. 1990. Official Methods of Analysis of AOAC International. Arlington (US): AOAC International.

Arora SP. 1989. Pencernaan Mikroba Pada Ruminansia. Yogyakarta (ID): UGM Pr.

Atkins KD. 1980. The comparative productivity of five ewe breeds; 1-Lamb growth and survival. Aust J Expt Agric Anim Husb. 20:288-295.

(23)

11 Bimczok D, Rohl FW, Ganter M. 2004. Evaluation of lamb performance and costs in motherless rearing of German Grey Heath Sheep under field conditions using automatic feeding systems. J Small Rum Res. 60:255–265.

Botkin MP. 1964. Lambs post-weaning performance in Columbia and Corriedale. J Anim Sci. 23:132-135.

Cole VG. 1982. Beef Cattle Production Guide. New South Wales (AU): Mac Arthur Pr.

Cullison AE, Perry TW, Lowrey RS. 2003. Feeds and Feeding. Ed ke-6. New Jersey (US): Prentice Hall.

[FEEDAP] EFSA Panel on Additives and Products or Substances used in Animal Feed. 2009. Scientific opinion on the use of cobalt compounds as additives in animal nutrition. EFSA Journal. 7(12):1383-1428.

Gatenby RM. 1991. Sheep The Tropical Agriculturalist. London (GB): Macmillan Education.

Guilloteau P, Zabielski R, Blum JW. 2009. Gastrointestinal tract and digestion in the young ruminant: ontogenesis, adaptations, consequences and manipulations. J Phys Pharma. 60(3):37-46.

Hartadi H, Reksohadiprodjo S, Lebdosukojo S, Tillman AD, Kearl LC, Harris LE. 1980. Tabel-Tabel Dari Komposisi Bahan Makanan Ternak Untuk Indonesia. Logan (US): International Feedstuffs Institute.

Harwanti S. 2011. Suplementasi minyak ikan terproteksi dan L- Carnitine dalam ransum onggok terfermentasi terhadap performa domba lokal jantan [skripsi]. Surakarta (ID). Universitas Sebelas Maret.

Hungate RE. 1966. The Rumen and Its Microbes. New York (US): AP.

Inounu I. 1996. Keragaan produksi ternak domba prolific [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Kennedy DG, Blanchflower WJ, Scott JM, Weir DG, Molloy AM, Kennedy S, Young PB. 1992. Cobalt–vitamin B12 deficiency decreases methionine synthase activity and phospholipids methylation in sheep. J Nutr. 122: 1384–1392.

Keener HA, Percival, GP, Morrow KS, Ellis GH. 1949. Cobalt tolerance in young dairy cattle. J Dairy Sci. 32:527-533.

Knights M, Siew N, Ramgattie R, Singh-Knights D, Bourne G. 2011. Effect of time of weaning on the reproductive performance of Barbados Blackbelly ewes and lamb growth reared in the tropics. J Small Rum Res. 103:205– 210.

López-Carlos MA, Ramirez RG, Aguilera-Soto JI, Aréchiga CF, Rodriguez H. 2010. Size and shape analyses in hair sheep ram lambs and its relationships with growth performance. Livestock Sci. 131:203–211.

Mason IL. 1980. Prolific Tropical Sheep. Rome (IT): FAO United Nations.

McDowell LR. 2000. Vitamin in Animal and Human Nutrition. Iowa (US): Iowa State Pr.

McKusick BC, Thomas DL, Bergert YM. 2001. Effect of weaning system on commercial milk production and lamb growth of east friesian dairy sheep. J Dairy Sci. 84:1660-1668.

(24)

12

Mulliadi. 1996. Sifat fenotifik domba Priangan di Kabupaten Pandeglang dan Garut [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Nagabhushana V, Sharma K, Pattanaik AK, Dutta N. 2008. Effect of cobalt supplementation on performance of growing calves. Vet World. 1(10): 299-302.

[NRC] National Research Council. 1985. Nutrient Requirements of Small Ruminants. Sheep, Goats, Cervids, and New World Camelids. Washington DC (US): Natl Acad Pr.

[NRC] National Research Council. 2005. Mineral Tolerance of Animals. Washington DC (US): National Academy of Sciences.

Ogimoto K, Imai S. 1981. Atlas of Rumen Microbiology. Tokyo (JP): Japan Sci Societies Pr.

Owens FN, Dubeski P, Hanson CF. 1993. Factor that alter the growth and development of ruminants. J Anim Sci. 71:3138-3150.

Parakkasi A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Jakarta (ID): Universitas Indonesia Pr.

Prihantoro I, Toharmat T, Evvyernie D, Suryani, Abdullah L. 2012a. Kemampuan isolat bakteri pencerna serat asal rumen kerbau pada berbagai sumber hijauan pakan. JITV. 17:189-200.

Prihantoro I, Evvyernie D, Suryani, Abdullah L, Yunitasari NS, Sari AP, Khairunisa D, Haiziq A, Rahayu N, Toharmat T. 2012b. Potensi bakteri pencerna serat asal rumen kerbau yang diinokulasikan pada pedet Frisian Holstein selama periode prasapih. JITV. 17 (4):297-309.

Scholljegerdes EJ, Hill WJ, Purvis HT, Voigt LA, Schauer CS. 2010. Effects of supplemental cobalt on nutrient digestion and nitrogen balance in lambs fed forage-based diets. Sheep and Goat Res J. 25:74-77.

Smith RM, Marston HR. 1970. Production, absorption, distribution and excretion of vitamin B12 in sheep. Br J Nutr. 24:857-877.

Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Jakarta (ID): Gramedia.

Thalib A, Haryanto B, Kompiang S, Mathius IW, Aini A. 2000. Pengaruh mikro mineral dan fenilpropionat terhadap performans bakteri selulolitik cocci dan batang dalam mencerna serat hijauan pakan. JITV. 5(2):92-99.

Tiffany ME, Spears JW, Xi L, Horton J. 2003. Influence of dietary cobalt source and concentration on performance, vitamin B12 status, and ruminal and plasma metabolites in growing and finishing steers. J Anim Sci. 81:3151-3159.

Tillman AD, Hartadi H, Reksohadiprodjo S, Prawirokusumo S, Lebdosoekojo S. 1989. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Ed ke-4. Yogyakarta (ID): UGM Pr. Vellema P, Rutten VP, Hoek A, Moll L, Wentink GH. 1996. The effect of cobalt

supplementation on the immune response in vitamin B12

Wijono DB, Hartatik, Mariyono. 2006. Korelasi bobot sapih terhadap bobot lahir dan bobot hidup 365 hari pada sapi peranakan ongol. Cakrawala Baru IPTEK Menunjang Revitalisasi Peternakan. Prosiding Seminar Nasional deficient Texel lambs. Vet Immunol Immunopathol. 55:151–161.

(25)
(26)

14

Lampiran 1 Komposisi media pertumbuhan bakteri BHI menurut Holdeman et al. (1977) dalam Ogimoto dan Imai (1981)

Media BHI terdiri dari:

1. BHI = 3.7 g

Lampiran 2 Hasil uji regresi dan korelasi konsumsi pakan segar dan kering dengan bobot badan serta bobot badan dengan umur domba lepas sapih Lampiran 3 Hasil uji-t konsumsi nutrien anak domba lepas sapih (g ekor-1 hari-1 Konsumsi

thitung = nilai t yang diperoleh dari hasil pengolahan data

t0.05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% t0.01

Peubah

= hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 1%

t hitung > t tabel baik pada taraf nyata 5% maupun 1%, sehingga terdapat perbedaaan yang nyata antara pedet yang diberi konsorsium dengan kontrol. Lampiran 4 Hasil uji-t rataan bobot sapih, bobot lepas sapih dan PBB anak domba

(27)

15 thitung = nilai t yang diperoleh dari hasil pengolahan data

t0.05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% t0.01 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 1%

t hitung > t tabel baik pada taraf nyata 5% maupun 1%, sehingga terdapat perbedaaan yang nyata antara pedet yang diberi konsorsium dengan kontrol.

Lampiran 5 Hasil uji-t nutrien tercerna anak domba lepas sapih (g e -1 h-1 Konsumsi

) thitung t0.05 t0.01 Kesimpulan

BK 0.391 2.45 3.71 Tidak signifikan

BO 0.420 2.45 3.71 Tidak signifikan

PK 0.504 2.45 3.71 Tidak signifikan

SK -1.250 2.45 3.71 Tidak signifikan

LK 0.625 2.45 3.71 Tidak signifikan

BETN 0.543 2.45 3.71 Tidak signifikan

TDN 0.555 2.45 3.71 Tidak signifikan

thitung = nilai t yang diperoleh dari hasil pengolahan data

t0.05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% t0.01 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 1%

(28)

16

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bekasi pada tanggal 20 November tahun 1990. Penulis merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak H Semin dan Ibu Hj Rohibah. Penulis menempuh pendidikan di SMA Insan Cendekia Al-Muslim tahun 2006-2009.

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada bulan Juni 2009 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk (USMI) dan pada tahun 2010 Penulis tercatat sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif mengikuti organisasi BEM Fakultas Peternakan tahun 2010-2011 sebagai anggota dept. kewirausahaan, dan aktif di HIMASITER tahun 2011-2012 sebagai anggota dept. Nutricom. Penulis juga aktif sebagai staf Club Agrostos tahun 2011-2012. Pada tahun 2011 penulis berkesempatan magang di Lab PBMT Fakultas Peternakan IPB selama 3 minggu. Penulis juga berkesempatan mengikuti kegiatan IPB Goes to Field 2012 dengan tema Pengelolaan Produksi dan Kesehatan Ternak Kerbau Secara Terpadu di Kabupaten Kudus.

UCAPAN TERIMA KASIH

Gambar

Tabel 1  Komposisi nutrien bahan penyusun ransum domba lepas sapih
Gambar 1  Hubungan konsumsi pakan segar (a) dan kering (b) dengan bobot
Tabel 2  Konsumsi nutrien anak domba lahir kembar masa lepas sapih yang

Referensi

Dokumen terkait

21 Ali al- Wardi, seorang cendekiawan Syi’ah Irak dan penulis beberapa buku kontroversial, termasuk Manzilat al- ‘Aql al -Basyari (Kedudukan Akal Manusia), adalah orang

All will certainly be so very easy without complex thing to move from site to website to get guide Discrete Probability (Undergraduate Texts In Mathematics) By Hugh Gordon desired.

Menurut penulis, perancangan buku interaktif pembelajaran rambu-rambu lalu lintas ini dianggap sangat penting karena dengan tidak adanya buku pelajaran yang memiliki bahasan

Adapun beberapa hal yang dilakukan manajemen di Inna Grand Bali Beach dalam memotivasi karyawan Housekeeping untuk meningkatkan kinerja karyawannya yaitu melalui

Then, the researcher uses the first and second type of anxiety which is reality and neurotic anxiety since the character, Juliette Ferrars, experiences them in Ignite Me... High

[r]

Selain kemampuan donor elektron, peningkatan aktivitas penangkalan radikal DPPH juga dapat dipengaruhi karena adanya kandungan SAC ( S-allyl cysteine ) yang diduga bertanggung

Strategi layanan BK yang dapat dilakukan untuk mengembangkan self- control siswa sekolah dasar adalah layanan dasar dengan strategi bimbingan kelompok, karena menurut