• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Pupuk Hayati Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Caisin (Brassica chinensis L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Pupuk Hayati Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Caisin (Brassica chinensis L.)"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

chinensis L.)

DEDI CAHYADI

A24062947

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

EFFECTIVITY OF BIOFERTILIZER ON GROWTH AND

YIELD OF CAISIN (BRASSICA CHINENSIS

L.

)

Dedi Cahyadi1, Dr. Ir. Winarso Drajad Widodo., MS2

1

Mahasiswa Agronomi dan Hortikultura

2

Staf Pengajar Agronomi dan Hortikultura

Abstract

Indonesian agricultural land degradation resulting in declining productivity of vegetables as well. This is one of them caused by excessive use of inorganic fertilizers and without returning crop residues and organic matter into the soil. It is therefore necessary effort and appropriate strategies to improve land quality, while maintaining soil fertility and health is by utilization of biological fertilizers.Biofertilizer is active biological product consisting of microbes that can improve fertilizer efficiency, fertility, and soil health. Utilization of biological fertilizers is expected to grow healthier plants, free of pests and diseases, higher yield, environmentally friendly, sustainable and can reduce inorganic fertilizer. This research was conducted to determine the effect of biofertilizer on the growth and yield caisin a field experiment conducted at locations Leuwikopo, Darmaga, Bogor, Indonesia in February to April 2011. This research using randomized Complete Design Group (RKLT) with seven treatments and three replications. The treatments were: without biofertilizer and NPK (P0), 1 dose of NPK (P1), biofertilizer + 1 dose of NPK (P2), biofertilizer + 0.75 dose of NPK (P3), biofertilizer + 0.5 dose of NPK (P4), biofertilizer + 0.25 dose of NPK (P5), and biofertilizer (P6). The results showed that biological fertilizers can not increase plant growth caisin as measured by plant height, leaf number and root length. Biological fertilizers in combination with 0.5 to 1 dose of NPK capable of producing wet weight per plant canopy is no different with a dose of NPK treatment alone. Thus the use of biological fertilizers can reduce the use of inorganic fertilizer urea, SP-36, and KCl to 50% dose.

Key word : Biofertilizer, soil quality, productivity of vegetable, Brassica chinensis

(3)

DEDI CAHYADI. Efektivitas Pupuk Hayati terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Caisin (Brassica chinensis L.). (Dibimbing oleh WINARSO D. WIDODO).

Penurunan kualitas lahan pertanian Indonesia mengakibatkan produktivitas

sayuran yang semakin menurun pula. Oleh karena itu perlu usaha dan strategi

yang tepat untuk memperbaiki kualitas lahan, sekaligus menjaga kesuburan dan

kesehatan tanah yaitu dengan pemanfaatan pupuk hayati. Pupuk hayati adalah

produk biologi aktif yang terdiri dari mikroba yang dapat meningkatkan efisiensi

pemupukan, kesuburan, dan kesehatan tanah. Penggunaan pupuk hayati pada

suatu tanaman diharapkan tanaman tumbuh lebih sehat, bebas hama dan penyakit,

daya hasil lebih tinggi, ramah lingkungan, berkelanjutan, dan dapat mereduksi

penggunaan pupuk anorganik. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

pengaruh pupuk hayati terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman caisin yang

dilaksanakan di lokasi kebun percobaan Leuwikopo, Darmaga, Bogor pada bulan

Februari sampai April 2011.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak

(RKLT) dengan tujuh perlakuan dan tiga ulangan, sehingga terdapat 21 satuan

percobaan. Perlakuan penelitian yaitu tanpa pupuk hayati dan NPK (P0), 1 dosis

NPK (P1), pupuk hayati + 1 dosis NPK (P2), pupuk hayati + 0.75 dosis NPK (P3),

pupuk hayati + 0.5 dosis NPK (P4), pupuk hayati + 0.25 dosis NPK (P5), dan

pupuk hayati (P6).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk hayati tidak dapat

meningkatkan pertumbuhan tanaman caisin yang diukur dengan tinggi tanaman,

jumlah daun, dan panjang akar. Pupuk hayati yang dikombinasikan dengan 0.5

sampai 1 dosis NPK mampu menghasilkan bobot basah tajuk per tanaman yang

tidak berbeda dengan perlakuan 1 dosis NPK saja. Dengan demikian penggunaan

(4)

3

EFEKTIVITAS PUPUK HAYATI TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CAISIN (Brassica

chinensis L.)

Skripsi sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

DEDI CAHYADI

A24062947

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(5)

Judul

:

EFEKTIVITAS PUPUK HAYATI TERHADAP

PERTUMBUHAN

DAN

HASIL

TANAMAN

CAISIN (

Brassica chinensis

L.

)

Nama

:

DEDI CAHYADI

NIM

:

A24062947

Menyetujui,

Pembimbing

Dr. Ir. Winarso Drajad Widodo, MS. NIP. 19620831.198703.1.001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr NIP. 19611101 198703 1 003

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 5 Agustus 1987 dan

dibesarkan di Bogor. Penulis adalah anak pertama Bapak Irwan dan Ibu Suryanah.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Bhayangkari tahun 2000.

Tahun 2003 penulis lulus dari SLTP Negeri 5 Bogor lalu melanjutkan pendidikan

di SMA Negeri 2 Bogor dan lulus tahun 2006. Pada tahun yang sama, penulis

diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Penelusuran

Minat Dan Bakat (PMDK). Pada tahun 2007, penulis diterima sebagai mahasiswa

di Departemen Agronomi dan Hortikultura (AGH), Fakultas Pertanian, IPB.

Selain mengambil studi mayor Agronomi dan Hortikultura, penulis juga

mengambil studi minor Kewirausahaan Agribisnis di Departemen Agribisnis,

Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB.

Selama masa perkuliahan, penulis aktif dalam berbagai kegiatan ekstra

kurikuler. Penulis pernah menjadi anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa

Fakultas Pertanian pada tahun 2008, anggota Ikatan BEM Pertanian Indonesia

2009, dan ketua BEM Fakultas Pertanian pada tahun 2009. Penulis juga aktif

dalam beberapa kepanitiaan antara lain Masa Perkenalan Fakultas Pertanian tahun

2008 dan 2010, Masa Perkenalan Departemen AGH tahun 2008. Penulis juga

pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Pendidikan Agama Islam TPB

tahun 2008/2009 dan Mata Kuliah Praktik Usaha Pertanian Tanaman Buah tahun

2010.

Selain kegiatan ekstra kurikuler, penulis aktif dalam organisasi tingkat

lokal, daerah, dan nasional. Organisasi yang diikuti adalah Koordinator Kota/Kab

Bogor Ikatan Pemuda Agri Mandiri Jawa Barat, Sekretaris Umum Perhimpunan

Petani dan Nelayan Sejahtera Indonesia (PPNSI) Kota Bogor 2011-2016, Ketua

Wadah Silaturahim Alumni Muslim SMAN 2 Bogor (WASILAS) 2010-2011,

Anggota BEM dan Leadership Community Keluarga Beastudi Etos Bogor tahun 2008/2009, Anggota Relawan Tanggap Bencana Alam tahun 2009, Manajer Bina

Baca Al-Qur’an SMAN 2 Bogor tahun 2008, Sekretaris Kelompok Tani Agri

(7)

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah mencurahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik untuk

memperoleh gelar Sarjana Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini berjudul ”Efektivitas Pupuk Hayati terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Caisin (Brassica chinensis L.)”.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada Dr. Ir. Winarso D. Widodo, MS. sebagai pembimbing skripsi, yang

banyak memberikan arahan dan masukan selama kegiatan penelitian dan

penulisan skripsi. Kepada kedua orang tua yang telah memberikan dorongan yang

tulus baik moril maupun materil, penulis mengucapkan terima kasih

sedalam-dalamnya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis sendiri, bermanfaat bagi

pembaca dan memberikan sumbangsih bagi kemajuan ilmu pengetahuan.

Bogor, November 2011

(8)

iii

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah mencurahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua yang telah memberikan kasih sayang, perhatian, dan

pengorbanan baik moril maupun materil, serta ketiga adik yang telah

memberikan semangat selama penulisan skripsi.

2. Dr. Ir. Winarso D. Widodo, MS. dan Dr. Ir. Adiwirman, MS. yang

memberikan banyak masukan, bimbingan, dan pengarahan kepada penulis

selama penelitian dan penulisan skripsi.

3. Dosen dan staf pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Pertanian, IPB.

4. Bapak Joko yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian di

Laboratorium Mikrotehnik Departemen Agronomi dan Hortikultura.

5. Teman-teman AGH angkatan 43 atas kebersamaan dan bantuannya.

6. Teman-teman PKM yaitu Nasrul, Ifa, Rifa, Indah, Nur, Jamil, Hardian,

dan Tia yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian. Terima kasih

atas bantuannya.

7. Teman-teman penerima Beastudi Etos Bogor atas kebersamaannya.

Terima kasih atas bantuannya.

8. Wahyu Jayanti dan keluarga atas do’a, semangat, dan dukungannya.

9. Beastudi Etos Dompet Dhuafa, Beasiswa BBM IPB, Beasiswa Mandiri

Dompet Peduli Umat Daarut Tauhid Bogor, Beasiswa Skripsi ++ KSE.

Terima kasih atas beasiswa yang diberikan.

Bogor, November 2011

(9)

Halaman

DAFTAR TABEL ...v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN ...1

Latar Belakang ...1

Tujuan ...3

Hipotesis ...3

TINJAUAN PUSTAKA ...4

Deskripsi dan Ekologi Tanaman Caisin (Brassica chinensis L.) ...4

Pupuk Hayati ...5

Pengaruh Pupuk Hayati terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman ...6

Aplikasi Terpadu Pupuk Hayati dan Pupuk Anorganik ...6

BAHAN DAN METODE ...8

Tempat dan Waktu Percobaan ...8

Bahan dan Alat ...8

Pelaksanaan ...9

Pengamatan ...11

HASIL DAN PEMBAHASAN ...14

Hasil ...14

Pembahasan ...20

KESIMPULAN DAN SARAN ...24

Kesimpulan ...24

Saran ...24

DAFTAR PUSTAKA ...25

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Komposisi Pupuk Hayati Majemuk Cair ... 8

2. Tinggi Tanaman Caisin pada Berbagai Perlakuan Pupuk ... 14

3. Jumlah Daun Caisin pada Berbagai Perlakuan Pupuk ... 15

4. Panjang Akar Caisin pada Berbagai Perlakuan Pupuk ... 15

5. Bobot Kering Biomassa Caisin pada Berbagai Perlakuan Pupuk ... 16

6. Hasil Tanaman Caisin pada Berbagai Perlakuan Pupuk ... 17

7. Jumlah Stomata, Tebal Daun, Luas Daun, dan Indeks Luas Daun Caisin pada Berbagai Perlakuan Pupuk ... 18

8. Warna Daun Tanaman Caisin pada Berbagai Perlakuan Pupuk ... 18

9. Bobot Panen dan Indeks Panen Caisin pada Berbagai Perlakuan Pupuk... 19

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Bagan Warna Daun (BWD) 13

(12)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Denah Petak Percobaan ... 28

2. Data Iklim Bulan Februari sampai April 2011 ... 29

3. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah ... 29

4. Sidik Ragam Tinggi Tanaman pada 1 – 4 MST ... 29

5. Sidik Ragam Jumlah Daun pada 1 – 4 MST ... 30

6. Sidik Ragam Bobot Biomassa Tanaman ( 4 MST ) ... 30

7. Sidik Ragam Bobot Basah Tanaman ( 4 MST ) ... 31

8. Sidik Ragam Panjang Akar ( 4 MST ) ... 31

9. Sidik Ragam Jumlah Stomata ( 4 MST ) ... 31

10. Sidik Ragam Ukuran dan Indeks Luas Daun ( 4 MST ) ... 32

(13)

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam cukup

besar yang dapat mendukung pengembangan sektor pertanian. Sektor pertanian

merupakan sektor penting dalam pembangunan di Indonesia hal ini erat kaitannya

dengan fungsi sektor pertanian sebagai pendukung pembangunan dan

perekonomian di Indonesia. Sayuran merupakan salah satu bagian dari sub sektor

hortikultura yang mempunyai arti penting dalam fungsinya sebagai zat

pembangun tubuh. Sayuran dibutuhkan manusia untuk beberapa macam manfaat,

yaitu sebagai sumber serat utama, sumber antioksidan alami yang banyak

mengandung vitamin dan mineral.

Sawi merupakan salah satu jenis sayuran daun yang dikonsumsi oleh

masyarakat di Indonesia. Salah satu jenis sawi yang banyak dibudidayakan adalah

caisin. Umur panen yang relatif singkat dan kemudahan dalam melakukan

budidaya menjadi alasan banyak petani melakukan budidaya caisin. Caisin

merupakan komoditas yang memiliki nilai komersil dan digemari masyarakat

Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (2009) produksi caisin dari tahun 2006

sampai 2009 berturut-turut adalah 590.400, 564.912, 565.636, dan 562.838 ton.

Tahun 2010 diperkirakan akan meningkat menjadi 583.004 ton.

Konsumsi caisin diduga akan mengalami peningkatan sesuai pertumbuhan

jumlah penduduk, meningkatnya daya beli masyarakat, kemudahan tanaman ini

diperoleh di pasar, dan peningkatan pengetahuan gizi masyarakat. Oleh karena itu

perlu ada perbaikan dalam budidaya caisin agar hasilnya meningkat. Perbaikan

teknik budidaya caisin pada umumnya lebih mengutamakan upaya meningkatkan

produktivitas caisin tanpa mempertimbangkan kelestarian lingkungan sehingga

keseimbangan ekologi (tanah, mikroorganisme tanah, dan tanaman) kurang

diperhatikan. Penggunaan lahan pertanian secara terus menerus, serta penggunaan

pupuk kimia atau pupuk anorganik yang berlebihan akan memacu terjadinya

(14)

2

yang tepat untuk meningkatkan produktivitas caisin dengan tetap menjaga

kelestarian sumber daya pertanian berkelanjutan diantaranya budidaya tanpa

bahan kimia sintetik dan pemanfaatan pupuk hayati. Budidaya tanpa bahan kimia

sintetik merupakan salah satu alternatif untuk mendukung pertanian organik ke

depan, sehingga produk hortikultura yang dihasilkan berkualitas baik dan mampu

bersaing di pasar global (Railan et al., 2003).

Pupuk hayati adalah produk biologi yang dapat meningkatkan efisiensi

pemupukan, kesuburan, dan kesehatan tanah. Pupuk hayati berisi bakteri yang

berguna untuk memacu pertumbuhan tanaman, sehingga hasil produksi tanaman

tetap tinggi dan berkelanjutan (Kementerian Pertanian, 2009). Pemanfaatan

mikroorganisme yang berguna perlu dikembangkan dalam usaha mengurangi

penggunaan pupuk anorganik (Pangaribuan dan Pujisiswanto, 2008).

Penelitian yang telah dilakukan terus berkembang antara lain mengenai

penggunaan pupuk hayati terhadap pertumbuhan dan hasil komoditas pertanian.

Sudarsana (2005) menyatakan bahwa pemanfaatan mikroorganisme mampu

meningkatkan produksi kedelai sebesar 25 % yang ditanam pada tanah ultisol.

Menurut Ainy (2008) aplikasi pupuk hayati yang dikombinasikan dengan 50 %

dosis pupuk anorganik dan 50 % dosis kompos terbukti mampu menghasilkan

bobot total gabah isi tertinggi (33.4 g/pot) dan meningkatkan produksi rata-rata

sebesar 18.8 % bila dbandingkan dengan tanaman yang menggunakan 100 %

dosis pupuk anorganik. Hasil penelitian Wibowo (2008) menunjukkan bahwa

penambahan pupuk biologi dapat meningkatkan pertumbuhan generatif pada

tanaman kacang tanah. Selanjutnya Fadiluddin (2009) menyatakan bahwa

penambahan pupuk hayati yang dikombinasikan dengan pupuk NPK 50 % dan

kompos 50 % dapat meningkatkan bobot produksi jagung pipilan per tanaman dan

bobot 100 biji jagung.

Pupuk hayati yang digunakan dalam penelitian ini mengandung mikroba

bermanfaat bagi tanaman sebagai penambat N, juga terdapat mikroba pelarut P.

Pupuk tersebut akan diaplikasikan terhadap tanaman caisin. Caisin digunakan

dalam penelitian ini karena caisin merupakan tanaman hortikultura yang bernilai

ekonomi tinggi. Pemanfaatan pupuk hayati tersebut diharapkan tanaman tumbuh

(15)

dan berkelanjutan. Penelitian ini diharapkan pula dapat mengurangi penggunaan

pupuk anorganik. Menurut Ainy (2008) berkurangnya penggunaan pupuk

anorganik akan membantu upaya dalam memelihara dan mempertahankan sumber

daya pertanian yang berkelanjutan dengan tetap menghasilkan produksi yang

optimal.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk hayati terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman caisin.

Hipotesis

1. Penggunaan pupuk hayati akan meningkatkan produksi caisin.

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi dan Ekologi Tanaman Caisin (Brassica chinensis L.)

Caisin (Brassica chinensis L.) merupakan tanaman asli Asia. Caisin dibudidayakan di Cina Selatan dan Tengah, di negara-negara Asia Tenggara

seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, di bagian lain dari Indo-China,

dan di beberapa bagian barat India. Di Indonesia, caisin adalah salah satu dari tiga

sayuran paling populer, bersama dengan kangkung dan bayam. Per 100 g bagian

yang dapat dikonsumsi segar, caisin mengandung air 95 g, lemak 0.2 g,

karbohidrat 1.2 g, vitamin A 5800 IU, vitamin B1 0.04 mg, vitamin B2 0.07 mg,

vitamin C 53 mg, Ca 102 mg, Fe 2.0 mg, Mg 27 mg, P 37 mg, K 180 mg, dan Na

100 mg. Nilai energinya adalah 54 kJ/100 g (Opena dan Tay, 1994).

Caisin merupakan salah satu jenis sayuran yang cukup digemari untuk

ditanam hal ini didasarkan pada umur panen caisin yang relatif singkat, termasuk

jenis tanaman yang tahan terhadap hujan sehingga dapat dibudidayakan sepanjang

tahun (tersedianya air yang cukup) dan tahan terhadap suhu yang tinggi (Syukur,

2005). Tanaman caisin memiliki tangkai daun yang panjang, berukuran kecil

(langsing), dan berwarna putih kehijauan. Daunnya lebar memanjang tipis dan

berwarna hijau (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Caisin dapat tumbuh sepanjang tahun di daerah beriklim subtropika dan

tropika. Daerah penanaman yang cocok mulai dari ketinggian 500 meter sampai

dengan 1.200 meter di atas permukaan laut (dpl). Namun biasanya dibudidayakan

pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter dpl. Tanah

yang cocok untuk ditanami caisin adalah tanah gembur, banyak mengandung

humus, subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang

optimum untuk pertumbuhannya adalah 5.5-6.5 (Opena dan Tay, 1994).

Benih caisin dapat berkecambah dalam waktu 3-5 hari dengan suhu

optimal 20 – 25oC. Waktu untuk panen bervariasi sesuai dengan varietas, berkisar antara 40 – 80 hari setelah tanam. Kisaran perkiraan hasil caisin di daerah

subtropis seperti Taiwan adalah 10 – 20 ton/ha. Pada tahun 1989, rata-rata

produktivitas di Taiwan dan Thailand masing-masing adalah 15 dan 17 ton/ha.

(17)

undalis), perusak daun (Crocidolomia binotalis), kutu daun, dan kumbang daun (Phyllotreta striolata). Sedangkan penyakit pada caisin adalah busuk lunak (Erwinia carotovora), embun tepung (Peronospora parasitica), Virus Turnip Mosaic (TuMV), akar gada (Plasmodiophora brassicae), bercak daun (Alternaria brassicae atau A. brassicicola), dan busuk pada batang atau daun (Sclerotina) (Opena dan Tay, 1994).

Pupuk Hayati

Pupuk hayati adalah sebuah komponen yang mengandung mikroorganisme

hidup yang diberikan ke dalam tanah sebagai inokulan untuk membantu

menyediakan unsur hara tertentu bagi tanaman (Andriawan, 2010). Pupuk hayati

adalah produk biologi aktif terdiri dari mikroba yang dapat meningkatkan efisiensi

pemupukan, kesuburan, dan kesehatan tanah (Kementerian Pertanian, 2009).

Pupuk hayati adalah substansi yang mengandung mikroorganisme hidup, yang

ketika diaplikasikan kepada benih, permukaan tanaman, atau tanah dapat memacu

pertumbuhan tanaman (Vessey, 2003).

Pupuk hayati mengandung bakteri yang berguna bagi tanaman. Beberapa

bakteri yang digunakan dalam pupuk hayati antara lain Azotobacter sp.,

Azospirillum sp., Lactobacillus sp., Pseudomonas sp., dan Rhizobium sp. Isolat bakteri tersebut dapat memacu pertumbuhan tanaman padi dan jagung di rumah

kaca dan di lapangan (Hamim, 2008). Pupuk hayati bertujuan untuk meningkatkan

jumlah mikroorganisme dan mempercepat proses mikrobiologis untuk

meningkatkan ketersediaan hara, sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman

(Tombe, 2008). Pupuk hayati bermanfaat untuk mengaktifkan serapan hara oleh

tanaman, menekan soil borne disease, mempercepat proses pengomposan, memperbaiki struktur tanah, dan menghasilkan substansi aktif yang dapat

meningkatkan pertumbuhan tanaman.

Bakteri Azotobacter sp. dan Azospirillum sp. termasuk bakteri aerob dan berasosiasi bebas (Yuwono, 2006). Azotobacter sp. dan Azospirillum sp. berfungsi sebagai penambat nitrogen secara optimal (Simanungkalit, 2001). Fungsi mikroba

dalam pupuk hayati menurut Permentan No. 28/Permentan/SR.130/5/2009 antara

(18)

6

Merombak bahan organik, 5) Menghasilkan fitohormon, 6) Menghasilkan

antibody bagi tanaman, 7) Sebagai biopestisida tanaman, 8) Mereduksi akumulasi

kadar logam berat yang terkandung dalam tanah (Kementerian Pertanian, 2009).

Pengaruh Pupuk Hayati terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman

Pupuk hayati adalah mikroba yang dapat membantu menyediakan unsur

hara tertentu bagi tanaman (Simanungkalit, 2001). Keberadaan mikroba di dalam

pupuk hayati dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman melalui fiksasi N,

membuat hara lebih tersedia dalam pelarutan P atau meningkatkan akses tanaman

untuk mendapatkan unsur hara yang memadai (Fadiluddin, 2009).

Mikroba yang terdapat dalam pupuk hayati dapat memasok unsur hara.

Mikroba dapat hidup bersimbiosis dengan tanaman, sehingga mampu menambat

unsur N dari udara yang selanjutnya diubah menjadi bentuk yang tersedia bagi

tanaman (Goenadi, 1995). Aplikasi pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap

semua parameter pertumbuhan baik jagung maupun padi gogo (Fadiluddin, 2009).

Aplikasi pupuk biologi dapat memacu pertumbuhan beberapa tanaman terutama

jagung, kacang tanah, dan caisim. Selain itu, penggunaan pupuk hayati

(Azotobacter sp., Azospirillum sp., Bacillus sp., Pseudomonas sp., dan Rhizobium sp.) mampu meningkatkan kandungan hormon Indole Acetic Acid (IAA) rata-rata sebesar 73-159 % pada tanaman caisim, jagung, dan kedelai. Peningkatan hormon

IAA tersebut dapat memacu khususnya pertumbuhan vegetatif tanaman (Wibowo,

2008).

Aplikasi Terpadu Pupuk Hayati dan Pupuk Anorganik

Aplikasi pupuk hayati terpadu pupuk anorganik dapat meningkatkan

serapan hara, pertumbuhan tanaman, dan hasil produksi tanaman. Hasil penelitian

Fadiluddin (2009) menunjukkan bahwa aplikasi pupuk hayati yang

dikombinasikan dengan pupuk anorganik pada tanaman jagung meningkatkan

serapan hara makro total hingga 145 % dan 665.3 % dibandingkan dengan

perlakuan tanpa pemupukan (kontrol), sedangkan pada padi gogo mampu

meningkatkan serapan unsur hara makro total hingga 99.4 % dan 80.6 %

(19)

pupuk hayati dengan pengurangan dosis pupuk NPK hingga 25 % menghasilkan

pertumbuhan dan hasil padi sawah yang tidak berbeda dengan aplikasi 1 dosis

pupuk NPK.

Percobaan pupuk hayati dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik.

Aplikasi bakteri dalam pupuk hayati mampu menurunkan dosis pupuk anorganik

hingga 50 % pada tanaman pangan (Goenadi, 1995). Penambahan pupuk biologi

dikombinasikan dengan pupuk anorganik telah meningkatkan pertumbuhan

(20)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Percobaan

Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo, Darmaga, Bogor

pada ketinggian 250 m di atas permukaan laut (mdpl). Penelitan ini dilaksanakan

mulai dari Februari sampai April 2011.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah benih caisin varietas

Tosakan. Pupuk yang digunakan yaitu pupuk hayati majemuk cair yang

diproduksi oleh CV Bangkit Jaya Abadi yang mengandung Azospirillum sp., Azotobacter sp., Rhizobium sp., Pseudomonas sp., Bacillus sp., dan bakteri pelarut fosfat (Tabel 1). Pupuk anorganik yang digunakan adalah pupuk NPK yang terdiri

dari Urea 187 kg/ha, SP-36 311 kg/ha, KCl 112 kg/ha. Bahan lain yang digunakan

adalah pupuk kandang kotoran ayam 10 ton/ha, kapur 2 ton/ha, pestisida nabati

hasil ekstrak daun mimba, lengkuas, dan serai, dan media tanam organik.

Alat yang digunakan terdiri dari seperangkat alat budidaya pertanian, tray

semai, kantong kertas, Bagan Warna Daun (BWD), penggaris, timbangan digital,

plastik, paranet 50 %, oven, mikroskop, obyek glass, silet, celotape bening, dan alat tulis menulis.

Tabel 1. Komposisi Pupuk Hayati Majemuk Cair

Jenis Mikroba Satuan Jumlah Populasi

Azospirillum sp. Azotobacter sp. Rhizobium sp. Bacillus sp. Pseudomonas sp.

Bakteri Pelarut Fosfat

Cfu/ml Cfu/ml Cfu/ml Cfu/ml Cfu/ml Cfu/ml

2.4 x 108 3.2 x 108 7.2 x 105 2.7 x 105 5.0 x 106 4.0 x 107

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak

(RKLT) faktor tunggal dengan tujuh perlakuan dan tiga ulangan, sehingga

(21)

1. P0 = Tanpa pupuk hayati (PH) dan NPK

2. P1 = 1 dosis NPK (Urea 187 kg/ha, SP-36 311 kg/ha, KCl 112 kg/ha)

3. P2 = Pupuk hayati + 1 dosis NPK

4. P3 = Pupuk hayati + 0.75 dosis NPK

5. P4 = Pupuk hayati + 0.5 dosis NPK

6. P5 = Pupuk hayati + 0.25 dosis NPK

7. P6 = Pupuk hayati

Model linier yang digunakan adalah :

Model : Yij= µ + τi + βj + εij

Yij = Hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

µ = Nilai rataan umum

τi = Pengaruh perlakuan pupuk hayati ke-i (1, 2, 3, 4, 5)

βj = Pengaruh ulangan ke-j (1, 2, 3)

εij = Pengaruh galat percobaan perlakuan pupuk hayati ke-i dan

ulangan ke-j

Analisis data menggunakan analisis ragam (uji F). Jika pada hasil uji F

berpengaruh nyata dilakukan uji beda nilai tengah dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5 %.

Pelaksanaan Pengolahan Tanah

Tanah diolah sedalam 20 cm, selanjutnya digaru dan diratakan dengan

cangkul. Dibuat petak-petak percobaan dengan ukuran 1 m x 3 m dengan jarak

antar petak 30 cm dan jarak antar ulangan 50 cm. Pemberian pupuk kandang

kotoran ayam dan kapur dilakukan setelah pembuatan bedengan kemudian diaduk

dengan tanah sampai rata. Selanjutnya pupuk hayati diaplikasikan 3 hari sebelum

penanaman tanaman caisin (pra tanam) setelah tanah diolah secara merata pada

bedengan caisin sesuai perlakuan.

Persemaian

Bibit caisin yang akan ditanam disemaikan terlebih dahulu di tray semai ukuran 100 dan 200 lubang. Benih caisin ditanam 2-3 benih per lubang. Media

(22)

10

ditempatkan pada tempat yang tidak terkena sinar matahari dan air hujan

berlebihan. Penyiraman dilakukan setiap dua kali, yaitu pagi dan sore hari.

Pemberian hormon perangsang tumbuh organik dilakukan 10 hari sekali dengan

takaran 4 ml/liter air. Benih yang sudah berdaun 3-4 helai (3 minggu setelah

semai) dapat dipindahkan ke lahan dengan satu bibit untuk tiap lubang tanam.

Penanaman

Jarak tanam yang dipakai untuk penanaman adalah 4 baris tanaman per

bedeng dengan jarak tanam 25 cm x 20 cm. Penanaman dilakukan dengan bibit

yang berumur 3 minggu atau sudah mempunyai 3-4 helai daun. Satu lubang

ditanam dengan satu bibit. Pembuatan lubang tanam dilakukan dengan tangan atau

tugal yang berdiameter 5 cm.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan dimulai pada umur 1 minggu setelah tanam (MST)

dengan umur bibit caisin yang sama.

Pemupukan

Aplikasi pupuk hayati dilakukan pada awal penanaman dan 2 minggu

MST pada perakaran tanaman sesuai perlakuan dengan takaran 12,5 ml/liter air.

Aplikasi pupuk Urea, SP-36, dan KCl dilakukan pada awal tanam sesuai

perlakuan.

Pemeliharaan

Pemeliharaan yang dilakukan dengan penyiraman tiap pagi dan sore hari.

Penyiangan dilakukan secara manual 1 minggu sekali sesuai pertumbuhan gulma.

Pemanenan

Panen tanaman caisin pada umur 4 MST dengan cara mencabut seluruh

(23)

Pengamatan

Pengamatan pertumbuhan dan hasil tanaman dilakukan pada 10 tanaman

contoh yang ditentukan secara acak pada saat umur 1 MST. Pengamatan

dilakukan mulai tanaman berumur 1-4 MST. Pengamatan meliputi :

Pengamatan komponen tumbuh

1. Tinggi tanaman diukur setiap satu minggu sekali dari 1 sampai 4 MST

menggunakan penggaris.

2. Jumlah daun diamati setiap satu minggu sekali dari 1 sampai 4 MST.

3. Panjang akar diukur mulai dari pangkal sampai ujung akar terpanjang pada

umur 4 MST dengan menggunakan penggaris.

4. Bobot kering biomassa akar; dilakukan dengan cara mengeringkan akar

dengan oven pada suhu 80oC selama tiga hari kemudian ditimbang menggunakan timbangan digital.

5. Bobot kering biomassa tajuk; dilakukan dengan cara mengeringkan tajuk

dengan oven pada suhu 80oC selama tiga hari kemudian ditimbang menggunakan timbangan digital.

6. Bobot kering biomassa total; dilakukan dengan cara mengeringkan tajuk

dan akar dengan oven pada suhu 80oC selama tiga hari kemudian ditimbang menggunakan timbangan digital.

Pengamatan Hasil

1. Bobot basah tajuk per tanaman; dilakukan dengan menimbang bobot tajuk

tanaman pada umur 4 MST menggunakan timbangan digital.

2. Bobot basah akar per tanaman; dilakukan dengan menimbang bobot akar

tanaman pada umur 4 MST menggunakan timbangan digital.

3. Bobot basah total (tajuk dan akar) per tanaman; dilakukan dengan

menimbang bobot tajuk dan akar tanaman pada umur 4 MST

menggunakan timbangan digital.

4. Pengamatan jumlah stomata daun tanaman pada umur 4 MST dengan

metode pembuatan preparat stomata di Lab. Mikrotehnik Departemen

Agronomi dan Hotikultura, Fakultas Pertanian, IPB. Metode yang

(24)

12

dibiarkan kering kira-kira 5-10 menit, 2) celotape bening dipotong dengan ukuran panjang ± 2 cm (secukupnya), 3) potongan celotape dilekatkan pada bagian daun yang diolesi cat kuku, 4) setelah kering cat kuku

dikelupas dengan potongan celotape, 5) potongan celotape diletakkan di atas obyek glass, 6) diberi label pada obyek glass dan diamati jumlah

stomata menggunakan mikroskop.

5. Warna daun diamati pada tanaman umur 4 MST menggunakan BWD

(Gambar 1).

6. Luas daun dihitung pada tanaman umur 4 MST dengan metode

gravimetrik, yaitu semua daun digambar pada kertas koran kemudian

digunting dan ditimbang menggunakan timbangan digital, bobot kertas

koran dari jenis yang sama dengan luas 20 cm x 20 cm ditimbang juga.

Maka, luas daun merupakan hasil perbandingan antara bobot kertas koran

yang digambar dengan bobot kertas koran dari jenis yang sama dengan

luas 20 cm x 20 cm.

7. Indeks Luas Daun (ILD) dihitung dari perbandingan antara luas daun

tanaman dengan luas permukaan tanah tempat tumbuhnya.

8. Bobot panen per petak dilakukan dengan menimbang bobot seluruh

tanaman (tajuk dan akar) per petak lahan pada umur 4 MST menggunakan

timbangan.

9. Indeks panen dihitung dari perbandingan rata-rata bobot basah tajuk

dengan rata-rata bobot basah total tanaman pada umur 4 MST.

10.Pengamatan tebal daun pada umur 4 MST dilakukan di Lab. Mikrotehnik

Departemen Agronomi dan Hotikultura, Fakultas Pertanian, IPB. Metode

yang dilakukan sebagai berikut : 1) sampel daun dipotong dengan ukuran 1

cm x 3 cm (secukupnya), 2) potongan daun diletakkan pada obyek glass,

3) potongan daun diiris tipis dengan menggunakan ujung silet, 4) setelah

kelihatan lapisan epidermis atas dan bawah diberi label pada obyek glass

(25)

Gambar 1. Bagan Warna Daun (BWD)

Analisis Tanah

Analisis tanah dilakukan sebelum dan sesudah penelitian. Parameter

analisis tanah yaitu C-Organik, pH tanah, kandungan N, P, dan K tanah.

Pengambilan sampel tanah sebelum penelitian diambil secara komposit,

sedangkan pengambilan sampel tanah sesudah penelitian diambil sesuai

(26)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun

Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh

terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran 4 dan Lampiran 5).

Tinggi tanaman dan jumlah daun caisin dari berbagai perlakuan pupuk disajikan

pada tabel 2 dan 3.

Tabel 2. Tinggi Tanaman Caisin pada Berbagai Perlakuan Pupuk

Perlakuan Umur Tanaman (MST)

1 2 3 4

... cm ...

Tanpa NPK & PH 9.11 11.16 15.35 21.60

1 Dosis NPK 8.78 12.81 20.34 29.95

PH & 1 Dosis NPK 8.94 12.05 18.69 25.87

PH & 0.75 Dosis NPK 9.69 13.01 19.93 28.28

PH & 0.5 Dosis NPK 8.93 11.55 18.41 25.65

PH & 0.25 Dosis NPK 8.36 10.91 15.53 22.14

PH 8.99 11.19 16.60 23.83

Ket: PH : Pupuk hayati NPK 1 dosis : Urea 187 kg/ha, SP-36 311 kg/ha, KCl 112 kg/ha

Tinggi tanaman dan jumlah daun dari tanaman yang diberi pupuk hayati

tidak berbeda dengan tanaman yang diberi pupuk 1 dosis NPK. Hal ini

menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati yang dikombinasikan dengan

berbagai taraf dosis NPK dapat membuat caisin tumbuh setara dengan caisin yang

(27)

Tabel 3. Jumlah Daun Caisin pada Berbagai Perlakuan Pupuk

Perlakuan Umur Tanaman (MST)

1 2 3 4

... helai/tanaman ...

Tanpa NPK & PH 3.70 4.37 4.97 6.83

1 Dosis NPK 3.93 4.57 6.87 9.50

PH & 1 Dosis NPK 3.97 4.27 5.77 8.70

PH & 0.75 Dosis NPK 3.93 3.73 6.27 8.90

PH & 0.5 Dosis NPK 4.23 4.20 6.10 8.17

PH & 0.25 Dosis NPK 3.73 4.03 5.50 7.40

PH 3.73 4.17 5.47 6.93

Ket: PH : Pupuk hayati NPK 1 dosis : Urea 187 kg/ha, SP-36 311 kg/ha, KCl 112 kg/ha

Berdasarkan kedua hasil tersebut, menunjukkan bahwa tinggi tanaman dan

jumlah daun caisin pada perlakuan pemupukan juga tidak berbeda dengan

tanaman yang tidak diberi pupuk. Dengan demikian, pertumbuhan tanaman caisin

tidak dipengaruhi oleh pemupukan.

Panjang Akar

Kombinasi perlakuan pupuk hayati dengan pupuk NPK terlihat tidak

berpengaruh terhadap panjang akar (Lampiran 8). Panjang akar dari berbagai

perlakuan pupuk disajikan pada tabel 4. Tabel 4 menunjukkan bahwa panjang

akar pada perlakuan pemupukan tidak berbeda dengan tanaman yang tidak diberi

pupuk.

Tabel 4. Panjang Akar Caisin pada Berbagai Perlakuan Pupuk

Perlakuan Panjang Akar

... cm ...

Tanpa NPK & PH 12.43

1 Dosis NPK 15.23

PH & 1 Dosis NPK 15.41

PH & 0.75 Dosis NPK 15.42

PH & 0.5 Dosis NPK 13.46

PH & 0.25 Dosis NPK 13.55

PH 14.03

(28)

16

Bobot Biomassa

Bobot biomassa menunjukkan tingkat pertumbuhan tanaman yang

ditentukan oleh kecukupan hara terutama nitrogen. Aplikasi pupuk hayati tidak

berpengaruh terhadap bobot kering biomassa (Lampiran 6).

Tabel 5. Bobot Kering Biomassa Caisin pada Berbagai Perlakuan Pupuk

Perlakuan Biomassa Biomassa Biomassa

Total Tajuk Akar

... g ...

Tanpa NPK & PH 1.58 1.23 0.30

1 Dosis NPK 3.10 2.62 0.47

PH & 1 Dosis NPK 2.35 1.88 0.47

PH & 0.75 Dosis NPK 2.48 1.98 0.50

PH & 0.5 Dosis NPK 2.06 1.68 0.38

PH & 0.25 Dosis NPK 1.50 1.14 0.36

PH 1.60 1.26 0.34

Ket: PH : Pupuk hayati NPK 1 dosis : Urea 187 kg/ha, SP-36 311 kg/ha, KCl 112 kg/ha

Bobot kering biomassa caisin dari tanaman yang diberi pupuk hayati tidak

berbeda dengan tanaman yang diberi pupuk 1 dosis NPK. Bobot kering biomassa

pada perlakuan pemupukan juga tidak berbeda dengan tanaman yang tidak diberi

pupuk (Tabel 5).

Komponen Hasil Tanaman Caisin

Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati berpengaruh

terhadap bobot basah total dan tajuk namun tidak berpengaruh terhadap bobot

basah akar (Lampiran 7). Perlakuan 1 dosis NPK dan perlakuan pupuk hayati

yang dikombinasikan dengan 0.75 dosis NPK nyata meningkatkan bobot basah

total dan tajuk dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemupukan. Perlakuan

(29)

Tabel 6. Hasil Tanaman Caisin pada Berbagai Perlakuan Pupuk

Perlakuan

Bobot Bobot Bobot

Total per tanaman Tajuk per tanaman Akar per tanaman

... g ...

Tanpa NPK & PH 33.12 bc 30.51 b 1.75

1 Dosis NPK 73.40 a 70.43 a 2.97

PH & 1 Dosis NPK 49.60 abc 47.47 ab 2.13

PH & 0.75 Dosis NPK 61.03 ab 58.16 a 2.87

PH & 0.5 Dosis NPK 45.80 abc 43.76 ab 2.04

PH & 0.25 Dosis NPK 30.37 c 28.94 b 1.42

PH 32.07 c 30.40 b 1.66

Ket: PH : Pupuk hayati NPK 1 dosis : Urea 187 kg/ha, SP-36 311 kg/ha, KCl 112 kg/ha angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak menunjukkan perbedaan yang nyata menurut DMRT 5 %

Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan 1 dosis NPK menghasilkan nilai

tertinggi pada parameter bobot basah total dan tajuk meskipun secara statistik

tidak menunjukkan perbedaan nyata terhadap perlakuan pupuk hayati yang

dikombinasikan dengan 0.5 sampai 1 dosis NPK. Dengan demikian, pupuk hayati

dapat mengurangi penggunaan sampai 50 % kebutuhan NPK pada caisin untuk

mendapatkan bobot basah total dan tajuk yang setara dengan perlakuan 1 dosis

NPK.

Daun merupakan organ tanaman yang paling penting. Dalam hal ini peran

daun sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis. Diasumsikan makin besar luas

daun maka makin tinggi fotosintat atau karbohidrat yang dihasilkan. Fotosintat itu

digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman, antara lain

pertambahan ukuran panjang, tinggi tanaman, pembentukan cabang, dan daun

baru, yang diekspresikan dalam bobot kering tanaman (Deden, 2008).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak

berpengaruh terhadap jumlah stomata, tebal daun, luas daun, ILD, warna daun,

bobot panen, dan indeks panen (Lampiran 9-11). Hasil pengamatan jumlah

stomata, tebal daun, luas daun, dan indeks luas daun caisin pada berbagai

perlakuan pupuk disajikan pada tabel 7.

Menurut Gardner et al. (1991) ILD merupakan gambaran tentang rasio permukaan daun terhadap luas tanah yang ditempati oleh tanaman, ILD juga

(30)

18

fotosintesis. Selanjutnya Handoko (2007) menyatakan bahwa ILD menentukan

pertumbuhan biomassa tanaman karena ILD yang tinggi akan menghasilkan

asimilat hasil fotosintesis yang lebih besar sehingga biomassa yang dihasilkan

juga akan lebih banyak. Tabel 7 menunjukkan bahwa ILD pada perlakuan pupuk

hayati tidak berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pemupukan dan perlakuan

pupuk hayati yang dikombinasikan dengan berbagai taraf dosis NPK tidak

berbeda nyata dengan perlakuan 1 dosis NPK.

Tabel 7. Jumlah Stomata, Tebal Daun, Luas Daun, dan Indeks Luas Daun Caisin pada Berbagai Perlakuan Pupuk

Perlakuan Jumlah Stomata/mm2

Tebal Daun (nm)

Luas Daun

(cm2) ILD

Tanpa PH dan NPK 478.98 390490.19 5 0.02

1 Dosis NPK 450.67 1182224.84 9 0.03

PH dan 1 Dosis NPK 463.13 1175011.77 7 0.02

PH dan 0.75 Dosis NPK 460.30 2510089.31 7 0.02

PH dan 0.5 Dosis NPK 464.83 2290772.98 7 0.02

PH dan 0.25 Dosis NPK 494.27 2071991.36 5 0.02

PH 462.00 2356213.44 5 0.02

Ket: PH : Pupuk hayati NPK 1 dosis : Urea 187 kg/ha, SP-36 311 kg/ha, KCl 112 kg/ha

Tumbuhan yang banyak mendapatkan konsumsi nitrogen biasanya

mempunyai daun berwarna hijau tua dan lebat (Salisbury dan Ross, 1995).

Pengamatan warna daun dilakukan untuk mengetahui kecukupan tanaman

terhadap unsur N. Kebutuhan N tanaman dapat diketahui dengan cara mengukur

tingkat kehijauan warna daun menggunakan BWD. Warna daun tanaman caisin

pada berbagai perlakuan pupuk disajikan pada tabel 8.

Tabel 8. Warna Daun Tanaman Caisin pada Berbagai Perlakuan Pupuk

Perlakuan Warna Daun

Tanpa NPK & PH 2.55

1 Dosis NPK 2.93

PH & 1 Dosis NPK 2.80

PH & 0.75 Dosis NPK 2.90

PH & 0.5 Dosis NPK 3.07

PH & 0.25 Dosis NPK 2.90

PH 3.00

(31)

Tabel 8 menunjukkan bahwa aplikasi pupuk hayati dengan berbagai

perlakuan taraf dosis NPK menghasilkan skala warna daun yang tidak berbeda

dengan perlakuan NPK dosis penuh. Aplikasi pupuk hayati saja menghasilkan

warna daun yang sama dengan perlakuan tanpa pemupukan. Skala warna daun

caisin pada berbagai perlakuan berkisar antara 2 – 3. Skala tersebut menunjukkan

bahwa kebutuhan tanaman akan unsur N masih kurang. Hal tersebut diduga

penampakan fisik daun tidak hijau tua dikarenakan konsumsi nitrogen yang masih

[image:31.595.114.511.78.816.2]

belum optimal terserap oleh tanaman (Gambar 2).

Gambar 2. Pengaruh Berbagai Perlakuan terhadap Tanaman Bagian Atas Caisin pada Umur 4 MST

Tabel 9. Bobot Panen dan Indeks Panen Caisin pada Berbagai Perlakuan Pupuk

Perlakuan

Bobot Panen per petak

(kg)

Indeks Panen

Tanpa NPK & PH 1.48 0.75

1 Dosis NPK 3.16 0.96

PH & 1 Dosis NPK 3.18 0.95

PH & 0.75 Dosis NPK 2.69 0.95

PH & 0.5 Dosis NPK 2.42 0.96

PH & 0.25 Dosis NPK 1.56 0.95

PH 1.98 0.95

[image:31.595.122.504.270.492.2]
(32)

20

Aplikasi pupuk hayati dengan berbagai perlakuan taraf dosis NPK

menghasilkan bobot panen dan indeks panen yang tidak berbeda dengan

perlakuan NPK dosis penuh. Aplikasi pupuk hayati saja menghasilkan bobot

panen dan indeks panen yang sama dengan perlakuan tanpa pemupukan (Tabel 9).

Pembahasan

Kondisi Umum

Kondisi iklim di tempat penelitian yaitu antara lain curah hujan dari bulan

Februari sampai April berturut-turut 76.5, 140.0, 278.4 mm/bulan dengan jumlah

hari hujan 18, 26, 24 hari/bulan, temperatur rata-rata bulanan 25.6oC sampai 25.8oC serta kelembaban nisbi rata-rata 82 % sampai 84 % (Lampiran 2).

Kondisi awal semua tanaman mengalami pertumbuhan yang cukup baik.

Tanaman yang pertumbuhannya kurang baik, rusak, atau mati segera diganti

dengan bibit yang baru (disulam). Penyulaman dilakukan sampai umur tanaman

caisin 1 MST dengan bibit umur yang sama.

Tanaman caisin saat umur 1 MST diserang oleh kumbang daun

(Phyllotreta striolata) yang menyerang daun muda tanaman caisin. Gejala serangannya adalah merusak dan memakan daging daun sehingga daun berlubang.

Upaya pengendalian yang dilakukan sebelum dan sesudah penanaman bibit yaitu

dengan membersihkan lahan sekitar bedengan dan mematikan langsung kumbang

daun tersebut di lahan. Kondisi serangan ini mulai menurun pada umur 2 MST,

karena daun tanaman semakin besar sehingga intensitas serangan tidak lagi

menyebabkan kerusakan terhadap tanaman. Tingkat kerusakan yang disebabkan

oleh hama ini mencapai 3 %.

Hama belalang (Valanga nigricornis) menyerang pada saat transplanting

sampai mulai panen. Hama ini dapat merusak daun tanaman caisin. Gejala

serangannya terdapat bekas gerigitan pada daun tanaman. Akibat serangan hama

ini daun tanaman caisin tidak optimal dalam proses fotosintesis sehingga

pertumbuhan tanaman terhambat. Tingkat kerusakan yang disebabkan oleh hama

(33)

hasil ekstrak daun mimba dicampur dengan serai dan lengkuas. Aplikasi pestisida

ini dilakukan pada umur 3 MST.

Hama lain yang menyerang yaitu ulat grayak (Spodoptera litura) dan lalat pengorok daun (Liriomyza sp.). Gejala serangannya adalah hama ulat memakan daun sedangkan hama pengorok daun gejalanya terdapat korokan (garis putih)

pada daun. Tingkat kerusakan hama ini mencapai 3 %. Upaya pengendalian hama

ini dilakukan secara mekanik dan aplikasi pestisida nabati, mematikan langsung

hama tersebut dan mengambil daun yang terdapat korokan dan telur ulat lalu

dihancurkan.

Adapun jenis gulma yang mengganggu pertanaman caisin saat penelitian

yaitu gulma rumput-rumputan (grasses), berdaun lebar (broad leaf) dan teki-tekian (sedges). Pengendalian gulma dilakukan tiap minggu sekali secara mekanik dengan mencabut gulma tersebut.

Pengaruh Pemupukan terhadap Kandungan Hara Tanah

Analisis kandungan hara tanah yaitu C-organik, pH, N total, P, dan K

tanah sebelum dan sesudah percobaan disajikan pada tabel 10. Dari tabel 10

terlihat bahwa hasil analisis kandungan hara tanah yaitu C-organik, pH, N total, P,

dan K tanah meningkat setelah aplikasi pemupukan. Aplikasi pupuk hayati dengan

berbagai taraf dosis NPK meningkatkan C-organik, pH, N total, P, dan K tanah.

Hasil analisis tanah akhir menunjukkan bahwa aplikasi pupuk hayati saja

menghasilkan nilai pH, N total, P, dan K tanah lebih tinggi dibandingkan dengan

perlakuan tanpa pemupukan. Perlakuan 1 dosis NPK menghasilkan nilai

C-organik, N total, dan K tanah lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

Hasil kandungan hara tanah pada awal dan akhir percobaan yaitu C-Organik

tergolong rendah, pH bersifat masam, N total tergolong rendah, P tanah tergolong

(34)
[image:34.595.94.509.91.810.2]

22

Tabel 10. Kandungan Hara Tanah pada Awal dan Akhir Percobaan

Perlakuan C-Organik pH N Total (%)

P Bray 1 (ppm)

K Morgan (ppm)

Awal 1.64** 4.6 a 0.13** 30.7*** 97*

Akhir

P0 1.71** 4.7 a 0.12** 26.1*** 104.4**

P1 1.84** 5.1 a 0.18** 43.8**** 191.6**

P2 1.64** 4.9 a 0.15** 41.2**** 160.1**

P3 1.53** 4.8 a 0.13** 37.2**** 150.8**

P4 1.80** 5.3 a 0.13** 44.3**** 135.0**

P5 1.82** 5.4 a 0.17** 51.2**** 130.4**

P6 1.60** 5.0 a 0.17** 46.7**** 141.3**

Sumber: Hasil analisis dari Laboratorium Tanah, BALITTAN Bogor pada tanggal 11 Maret 2011 dan 4 Mei 2011.

Keterangan : * = sangat rendah *** = tinggi a = masam

** = rendah **** = sangat tinggi

Pengaruh Pemupukan terhadap Pertumbuhan Tanaman Caisin

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan tidak

berpengaruh terhadap komponen pertumbuhan caisin. Pada komponen tumbuh

caisin aplikasi pupuk hayati tidak berbeda dengan perlakuan 1 dosis NPK dan

perlakuan tanpa pemupukan. Dengan demikian, pertumbuhan tanaman caisin

tidak dipengaruhi oleh pemupukan baik pupuk hayati maupun NPK.

Bobot biomassa mencerminkan tingkat pertumbuhan tanaman yang

ditentukan oleh kecukupan hara terutama nitrogen. Hasil penelitian menunjukkan

aplikasi pupuk hayati tidak dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman caisin.

Dari hasil analisis tanah menunjukkan bahwa kandungan N dalam tanah rendah

(Tabel 10). Menurut Gardner et al. (1991) N merupakan bahan penting penyusun asam amino, amida, nukelotida, dan nukleoprotein, serta esensial untuk

pembelahan sel, pembesaran sel, dan karenanya untuk pertumbuhan. Defisiensi N

mengganggu proses pertumbuhan, menyebabkan tanaman kerdil, menguning dan

berkurang hasil panen berat keringnya. Lakitan (1996) menyatakan bahwa

tanaman yang tidak mendapat tambahan unsur N tumbuhnya kerdil serta daun

lebih kecil, tipis, dan jumlahnya sedikit.

Pengaruh Pupuk Hayati terhadap Hasil Tanaman Caisin

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan tidak

(35)

daun namun perlakuan pemupukan berpengaruh terhadap hasil kuantitatif

tanaman caisin baik bobot basah total maupun bobot basah tajuk. Aplikasi pupuk

hayati dengan pengurangan dosis NPK berpengaruh terhadap bobot basah total

dan tajuk. Aplikasi pupuk hayati ditambah 0.75 dosis NPK menghasilkan bobot

basah tajuk yang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan tanpa

pemupukan namun tidak berbeda dengan perlakuan 1 dosis NPK.

Secara keseluruhan dari hasil penelitian, diketahui bahwa tanaman yang

mendapat perlakuan pupuk hayati dikombinasikan dengan 0.5 sampai 1 dosis

NPK dan perlakuan 1 dosis NPK nyata meningkatkan bobot basah total dan bobot

basah tajuk dibanding dengan tanpa pemupukan (Tabel 6). Hal ini menunjukkan

pupuk hayati mampu mensubstitusi 50 % kebutuhan NPK pada caisin untuk

mendapatkan bobot basah total dan bobot basah tajuk yang setara dengan

perlakuan 100 % dosis NPK.

Pengaruh perlakuan pupuk hayati dengan penurunan taraf dosis NPK

terhadap hasil tanaman caisin tidak berbeda dengan perlakuan pupuk NPK saja

namun perlakuan pupuk hayati saja terlihat menghasilkan bobot basah total dan

tajuk sebanding dengan perlakuan tanpa pemupukan. Kondisi tersebut

memperkuat dugaan bahwa pupuk hayati dapat mengurangi penggunaan pupuk

anorganik.

Pupuk hayati lebih menguntungkan dalam jangka panjang. Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian bahwa pupuk hayati dapat meningkatkan kandungan hara

tanah. Pemberian pupuk hayati secara terus menerus dapat memperbaiki struktur

tanah sehingga tanah akan menjadi sehat dan dapat mempengaruhi ketersediaan

unsur hara tanaman. Teknologi ini mempunyai prospek yang lebih menjanjikan

disamping karena pengaruhnya yang sama dengan pemberian 100 % pupuk

(36)

24

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pupuk hayati tidak dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman caisin yang

diukur dengan tinggi tanaman, jumlah daun, dan panjang akar.

2. Pupuk hayati yang dikombinasikan dengan 0.5 sampai 1 dosis NPK

mampu menghasilkan bobot basah tajuk per tanaman yang tidak berbeda

dengan perlakuan 1 dosis NPK saja. Dengan demikian penggunaan pupuk

hayati dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik urea, SP-36, dan

KCl sampai 50 % dosis.

Saran

Perlu dilakukan pengujian pada beberapa kali panen untuk melihat apakah

pertumbuhan dan hasilnya akan meningkat setelah diberikan pupuk hayati secara

(37)

Ainy, I.T.E. 2008. Kombinasi antara Pupuk Hayati dan Sumber Nutrisi dalam Memacu Serapan Hara, Pertumbuhan, serta Produktivitas Jagung (Zea mays L.) dan Padi (Oryza sativa L.). Tesis. Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Andriawan, I. 2010. Efektivitas Pupuk Hayati terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah (Oryza sativa L.). Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 42 hlm.

BPS. 2009. Produksi Sayuran Indonesia. http://www.bps.com/ [10 Agustus 2011]

Deden. 2008. Substitusi Hara Mineral Organik terhadap Hara Mineral Anorganik untuk Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Selada (Lactucca sativa L.) pada Sistem Hidroponik. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Fadiluddin, M. 2009. Efektivitas Formula Pupuk Hayati dalam Memacu Serapan Hara, Produksi dan Kualitas Hasil Jagung dan Padi Gogo di Lapang. Tesis. Mayor Biologi Tumbuhan, Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 69 hlm.

Gardner, F. P., R. B. Peace, dan R. L. Michell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan Herawati Susilo. UI Pres. Jakarta.

Goenadi, D.H. 1995. Mikroba pelarut hara dan pemantap agregat dari beberapa tanah tropika basah. Menara Perkebunan 62: 60-66

Hamim. 2008. Pengaruh pupuk hayati terhadap pola serapan hara, ketahanan penyakit, produksi dan kualitas hasil beberapa komoditas tanaman pangan dan sayuran unggulan. Laporan Penelitian KK3PT. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Handoko, I. 2007. Gandum 2000 : Penelitian Pengembangan Gandum di Indonesia. Seameo Biotrop. Bogor. 118 hal.

Hardjowigeno, S. dan Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 352 hlm.

(38)

26

Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II. Bandar Lampung, 17-18 November 2008. Bandar Lampung: Universitas Lampung. Hlm 1-10.

Kementerian Pertanian. 2009. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati, dan Pembenah Tanah. No 28/Permentan/SR. 130/5/2009.

Railan, M., A. Hikmat, I. Adam, S.L. Utami, I.N. Chalid, dan R. Noerjati. 2003. Pedoman Penerapan Usahatani Hortikultura Non Kimia Sintetik. Direktorat Perlindungan Hortikultura, Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. Jakarta. 53 hlm.

Rubatzky, V.E. dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia 2 : Prinsip, Produksi, dan Gizi. Terjemahan Tenson C. ITB. Bandung.

Opena, R.T. dan D.C.S. Tay. 1994. Brassica rapa L. Cv. Group caisin, p.123-126.

In J.S. Siemonsma and K. Piluek (Eds.). PROSEA Plant Resources of South-East Asia 8: Vegetables. PROSEA Foundation. Bogor.

Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Dasar Jilid 2. Terjemahan dari: Plant Physiology. Penerjemah: Lukman D.R., Sumaryono. Bandung: ITB Press.

Simanungkalit, R. D. M. 2001. Aplikasi Pupuk Hayati dan Pupuk Kimia; Suatu Pendekatan Terpadu. Bul Agrobiol 4:56-61.

Sudarsana, K. 2005. Pengaruh effective microorganisms-4 (EM-4) dan kompos terhadap produksi jagung manis (Zea mays L. Saccharata) pada tanah ultisol. Frontir 32: 1-8.

Syukur, A. 2005. Pengaruh Bahan terhadap Sifat-sifat Tanah dan Pertumbuhan Caisin di Tanah Pasir Pawai. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. Vol 5 (1) p: 30-38

Tombe, M. 2008. Teknologi Aplikasi Mikroba pada Tanaman. http://www.google/sekilas pupuk hayati.html. [18 Oktober 2010].

Vessey, J. K. 2003. Plant Growth Promoting Rhizobacteria as Biofertilizer. Plant Soil 255: 571-586

Wibowo, S.T. 2008. Kandungan Hormon IAA, Serapan Hara, dan Pertumbuhan Beberapa Tanaman Budidaya sebagai Respon terhadap Aplikasi Pupuk Biologi. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 56 hlm.

(39)
(40)

28

Lampiran 1. Denah Petak Percobaan

U

Ulangan 3 Ulangan 2 Ulangan 1

P0 P5 P2

P3 P0 P1

P6 P2 P0

P1 P6 P4

P4 P4 P6

P2 P1 P5

P5 P3 P3

Keterangan :

1. P0 = Tanpa pupuk hayati (PH) dan NPK

2. P1 = 1 dosis pupuk NPK

3. P2 = Pupuk hayati + 1 dosis NPK

4. P3 = Pupuk hayati + 0.75 dosis NPK

5. P4 = Pupuk hayati + 0.5 dosis NPK

6. P5 = Pupuk hayati + 0.25 dosis NPK

(41)

Lampiran 2. Data Iklim Bulan Februari sampai April 2011

Bulan Temperatur Jumlah Curah Jumlah Hari Kelembaban Rata-rata Hujan Hujan Udara Rata-rata

…0C… …mm/bulan… …hari/bulan… …%...

Feb 25.6 76.5 18 82

Mar 25.7 140.0 26 82

Apr 25.8 278.4 24 84

Sumber: Stasiun Klimatologi Darmaga, Bogor Tahun 2011

Lampiran 3. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah

Sifat Tanah Sangat

Rendah Rendah Sedang Tinggi

Sangat Tinggi C-Organik (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.00 N Total (%) < 0.10 0.10-0.20 0.21-0.50 0.51-0.75 > 0.75

P Bray 1 (ppm) < 10 10-15 16-25 26-35 > 35

K (ppm) < 100 100-200 210-400 410-600 > 600

Sangat

Masam Masam

Agak

Masam Netral

Agak

Alkalis Alkalis

pH < 4.5 4.5-5.5 5.6-6.5 6.6-7.5 7.6-8.5 > 8.5

Sumber: Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007)

Lampiran 4. Sidik Ragam Tinggi Tanaman pada 1 – 4 MST

MST SK Db KT Pr>F KK %

1 Pupuk 6 0.52 0.5401 8.63

Ulangan 2 2.96 0.0269

Galat 12 0.59

Total 20

2 Pupuk 6 2.26 0.2403 10.15

Ulangan 2 8.97 0.0140

Galat 12 1.44

Total 20

3 Pupuk 6 12.22 0.1621 14.23

Ulangan 2 35.89 0.0194

Galat 12 6.43

Total 20

4 Pupuk 6 28.30 0.1355 14.64

Ulangan 2 78.15 0.0184

Galat 12 13.76

(42)

30

Lampiran 5. Sidik Ragam Jumlah Daun pada 1 – 4 MST

MST SK Db KT Pr>F KK %

1 Pupuk 6 0.11 0.7195 10.68

Ulangan 2 0.57 0.0805

Galat 12 0.18

Total 20

2 Pupuk 6 0.19 0.3957 9.97

Ulangan 2 0.33 0.1780

Galat 12 0.17

Total 20

3 Pupuk 6 1.75 0.3184 19.92

Ulangan 2 5.76 0.0374

Galat 12 1.32

Total 20

4 Pupuk 6 3.43 0.1913 17.16

Ulangan 2 13.29 0.0106

Galat 12 1.95

Total 20

Lampiran 6. Sidik Ragam Bobot Biomassa Tanaman ( 4 MST )

Sumber Keragaman Db KT Pr>F KK %

Bobot Biomassa Total

Pupuk 6 1.05 0.0908 31.43

Ulangan 2 1.78 0.0432

Galat 12 0.43

Total 20

Bobot Biomassa Tajuk

Pupuk 6 0.85 0.0923 35.24

Ulangan 2 1.50 0.0398

Galat 12 0.35

Total 20

Bobot Biomassa Akar

Pupuk 6 0.02 0.1686 24.55

Ulangan 2 0.02 0.1787

Galat 12 0.01

(43)

Lampiran 7. Sidik Ragam Bobot Basah Tanaman ( 4 MST )

Sumber Keragaman Db KT Pr>F KK %

Bobot Basah Total

Pupuk 6 0.0007 0.0244 31.14

Ulangan 2 0.0025 0.0012

Galat 12 0.0002

Total 20

Bobot Basah Tajuk

Pupuk 6 0.0007 0.0235 31.79

Ulangan 2 0.0025 0.0011

Galat 12 0.0002

Total 20

Bobot Basah Akar

Pupuk 6 1.08 0.0788 30.77

Ulangan 2 2.47 0.0170

Galat 12 0.42

Total 20

Lampiran 8. Sidik Ragam Panjang Akar ( 4 MST )

SK Db KT Pr>F KK %

Pupuk 6 4.07 0.59 16.01

Ulangan 2 2.95 0.58

Galat 12 5.18

Total 20

Lampiran 9. Sidik Ragam Jumlah Stomata ( 4 MST )

SK Db KT Pr>F KK %

Pupuk 6 1172.92 0.891 12.34

Ulangan 2 2018.18 0.561

Galat 10 3293.70

(44)

32

Lampiran 10. Sidik Ragam Ukuran dan Indeks Luas Daun ( 4 MST )

Sumber Keragaman Db KT Pr>F KK %

Tebal Daun

Pupuk 6 2122184.44 0.056 48.22

Ulangan 2 10277724.43 0.001

Galat 12 686691.35

Total 20

Luas Daun

Pupuk 6 0.0007 0.0909 27.06

Ulangan 2 0.0039 0.0011

Galat 12 0.0003

Total 20

Warna Daun

Pupuk 6 0.08 0.098 36.17

Ulangan 2 0.03 0.44

Galat 12 0.03

Total 20

Indeks Luas Daun

Pupuk 6 0.00009 0.1499 31.34

Ulangan 2 0.00060 0.0012

Galat 12 0.00004

Total 20

Lampiran 11. Sidik Ragam Bobot Panen dan Indeks Panen ( 4 MST )

Sumber Keragaman Db KT Pr>F KK %

Bobot Panen

Pupuk 6 1.49 0.136 36.17

Ulangan 2 7.21 0.003

Galat 12 0.72

Total 20

Indeks Panen

Pupuk 6 0.016 0.43 13.57

Ulangan 2 0.022 0.27

Galat 12 0.015

(45)

L.

Dedi Cahyadi1, Dr. Ir. Winarso Drajad Widodo., MS2

1

Mahasiswa Agronomi dan Hortikultura

2

Staf Pengajar Agronomi dan Hortikultura

Abstract

Indonesian agricultural land degradation resulting in declining productivity of vegetables as well. This is one of them caused by excessive use of inorganic fertilizers and without returning crop residues and organic matter into the soil. It is therefore necessary effort and appropriate strategies to improve land quality, while maintaining soil fertility and health is by utilization of biological fertilizers.Biofertilizer is active biological product consisting of microbes that can improve fertilizer efficiency, fertility, and soil health. Utilization of biological fertilizers is expected to grow healthier plants, free of pests and diseases, higher yield, environmentally friendly, sustainable and can reduce inorganic fertilizer. This research was conducted to determine the effect of biofertilizer on the growth and yield caisin a field experiment conducted at locations Leuwikopo, Darmaga, Bogor, Indonesia in February to April 2011. This research using randomized Complete Design Group (RKLT) with seven treatments and three replications. The treatments were: without biofertilizer and NPK (P0), 1 dose of NPK (P1), biofertilizer + 1 dose of NPK (P2), biofertilizer + 0.75 dose of NPK (P3), biofertilizer + 0.5 dose of NPK (P4), biofertilizer + 0.25 dose of NPK (P5), and biofertilizer (P6). The results showed that biological fertilizers can not increase plant growth caisin as measured by plant height, leaf number and root length. Biological fertilizers in combination with 0.5 to 1 dose of NPK capable of producing wet weight per plant canopy is no different with a dose of NPK treatment alone. Thus the use of biological fertilizers can reduce the use of inorganic fertilizer urea, SP-36, and KCl to 50% dose.

Key word : Biofertilizer, soil quality, productivity of vegetable, Brassica chinensis

(46)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam cukup

besar yang dapat mendukung pengembangan sektor pertanian. Sektor pertanian

merupakan sektor penting dalam pembangunan di Indonesia hal ini erat kaitannya

dengan fungsi sektor pertanian sebagai pendukung pembangunan dan

perekonomian di Indonesia. Sayuran merupakan salah satu bagian dari sub sektor

hortikultura yang mempunyai arti penting dalam fungsinya sebagai zat

pembangun tubuh. Sayuran dibutuhkan manusia untuk beberapa macam manfaat,

yaitu sebagai sumber serat utama, sumber antioksidan alami yang banyak

mengandung vitamin dan mineral.

Sawi merupakan salah satu jenis sayuran daun yang dikonsumsi oleh

masyarakat di Indonesia. Salah satu jenis sawi yang banyak dibudidayakan adalah

caisin. Umur panen yang relatif singkat dan kemudahan dalam melakukan

budidaya menjadi alasan banyak petani melakukan budidaya caisin. Caisin

merupakan komoditas yang memiliki nilai komersil dan digemari masyarakat

Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (2009) produksi caisin dari tahun 2006

sampai 2009 berturut-turut adalah 590.400, 564.912, 565.636, dan 562.838 ton.

Tahun 2010 diperkirakan akan meningkat menjadi 583.004 ton.

Konsumsi caisin diduga akan mengalami peningkatan sesuai pertumbuhan

jumlah penduduk, meningkatnya daya beli masyarakat, kemudahan tanaman ini

diperoleh di pasar, dan peningkatan pengetahuan gizi masyarakat. Oleh karena itu

perlu ada perbaikan dalam budidaya caisin agar hasilnya meningkat. Perbaikan

teknik budidaya caisin pada umumnya lebih mengutamakan upaya meningkatkan

produktivitas caisin tanpa mempertimbangkan kelestarian lingkungan sehingga

keseimbangan ekologi (tanah, mikroorganisme tanah, dan tanaman) kurang

diperhatikan. Penggunaan lahan pertanian secara terus menerus, serta penggunaan

pupuk kimia atau pupuk anorganik yang berlebihan akan memacu terjadinya

degradasi lahan. Penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus akan

mengakibatkan rusaknya sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sehingga kesuburan

(47)

yang tepat untuk meningkatkan produktivitas caisin dengan tetap menjaga

kelestarian sumber daya pertanian berkelanjutan diantaranya budidaya tanpa

bahan kimia sintetik dan pemanfaatan pupuk hayati. Budidaya tanpa bahan kimia

sintetik merupakan salah satu alternatif untuk mendukung pertanian organik ke

depan, sehingga produk hortikultura yang dihasilkan berkualitas baik dan mampu

bersaing di pasar global (Railan et al., 2003).

Pupuk hayati adalah produk biologi yang dapat meningkatkan efisiensi

pemupukan, kesuburan, dan kesehatan tanah. Pupuk hayati berisi bakteri yang

berguna untuk memacu pertumbuhan tanaman, sehingga hasil produksi tanaman

tetap tinggi dan berkelanjutan (Kementerian Pertanian, 2009). Pemanfaatan

mikroorganisme yang berguna perlu dikembangkan dalam usaha mengurangi

penggunaan pupuk anorganik (Pangaribuan dan Pujisiswanto, 2008).

Penelitian yang telah dilakukan terus berkembang antara lain mengenai

penggunaan pupuk hayati terhadap pertumbuhan dan hasil komoditas pertanian.

Sudarsana (2005) menyatakan bahwa pemanfaatan mikroorganisme mampu

meningkatkan produksi kedelai sebesar 25 % yang ditanam pada tanah ultisol.

Menurut Ainy (2008) aplikasi pupuk hayati yang dikombinasikan dengan 50 %

dosis pupuk anorganik dan 50 % dosis kompos terbukti mampu menghasilkan

bobot total gabah isi tertinggi (33.4 g/pot) dan meningkatkan produksi rata-rata

sebesar 18.8 % bila dbandingkan dengan tanaman yang menggunakan 100 %

dosis pupuk anorganik. Hasil penelitian Wibowo (2008) menunjukkan bahwa

penambahan pupuk biologi dapat meningkatkan pertumbuhan generatif pada

tanaman kacang tanah. Selanjutnya Fadiluddin (2009) menyatakan bahwa

penambahan pupuk hayati yang dikombinasikan dengan pupuk NPK 50 % dan

kompos 50 % dapat meningkatkan bobot produksi jagung pipilan per tanaman dan

bobot 100 biji jagung.

Pupuk hayati yang digunakan dalam penelitian ini mengandung mikroba

bermanfaat bagi tanaman sebagai penambat N, juga terdapat mikroba pelarut P.

Pupuk tersebut akan diaplikasikan terhadap tanaman caisin. Caisin digunakan

dalam penelitian ini karena caisin merupakan tanaman hortikultura yang bernilai

ekonomi tinggi. Pemanfaatan pupuk hayati tersebut diharapkan tanaman tumbuh

(48)

3

dan berkelanjutan. Penelitian ini diharapkan pula dapat mengurangi penggunaan

pupuk anorganik. Menurut Ainy (2008) berkurangnya penggunaan pupuk

anorganik akan membantu upaya dalam memelihara dan mempertahankan sumber

daya pertanian yang berkelanjutan dengan tetap menghasilkan produksi yang

optimal.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk hayati terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman caisin.

Hipotesis

1. Pen

Gambar

Gambar 1. Bagan Warna Daun (BWD)
Tabel 2. Tinggi Tanaman Caisin pada Berbagai Perlakuan Pupuk
Tabel 3. Jumlah Daun Caisin pada Berbagai Perlakuan Pupuk
Tabel 5. Bobot Kering Biomassa Caisin pada Berbagai Perlakuan Pupuk
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan analisis time series sistem persamaan VAR yang diarahkan kepada sistem persamaan VECM karena data runtun waktu pada penelitian ini diasumsikan stasio-

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Najjar dan Krassimir (2011) yang menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap struktur

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan interpretasi dan fungsi retorika bentuk verbal dalam acara Mario Teguh Golden Ways di Metro TV,

Alhamdulillah, puji syukur penyusun hatutkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini,

Oleh karena itu dalam skripsi ini ada beberapa masalah yang menarik untuk dibahas dan dikaji menyangkut penerapan perlindungan hukum bagi nasabah, yaitu Bagaimana

Untuk mengendalikan pergerakan suku bunga pasar uang antarbank tenor overnight di tengah kondisi surplus likuiditas harian di sistem perbankan, Bank Indonesia salah

Setiap GP3A mempunyai kinerja masing-masing dalam berpartisipasi pada O&amp;P jaringan utama. Kinerja GP3A dinilai dari empat aspek yaitu aspek manajerial

Berdasarkan hasil dari penelitian tersebut, maka mendapatkan beberapa saran yang dapat di jadikan tolak ukur atau pertimbangan untuk memperbaiki konsep diri dalam