• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Strategi Pemasaran Sapi Potong di CV. Septia Anugerah Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Strategi Pemasaran Sapi Potong di CV. Septia Anugerah Jakarta"

Copied!
191
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN STRATEGI PEMASARAN SAPI POTONG

DI CV SEPTIA ANUGERAH JAKARTA

TONNI KUSUMA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya, bahwa semua pernyataan dalam tugas akhir yang berjudul:

KAJIAN STRATEGI PEMASARAN SAPI POTONG DI CV SEPTIA ANUGERAH JAKARTA

merupakan hasil karya saya sendiri di bawah bimbingan komisi pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Laporan akhir ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain serta belum pernah dipublikasikan.

Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Jakarta, 1 Februari 2011

(3)

ABSTRACT

CV Septia Anugerah is one beef cattle company in Indonesia that can meet the need for beef cattle. In west java, beef marketing is mostly dominated by cattle companies or feedlots. They greatly help farmers with the marketing of their livestock and make it easy for the farmers to get cash money when they need it. Marketing the beef cattle through a marketing channel can make the commodity reach the consumers. Yet an inefficient or relatively long channel of marketing can cause loss for both breeders and consumers. The consumers would bear high cost of marketing, thus pay higher price; while the breeders would get lower income because of lower selling price as well. The resulted total scores for the matrix IFE and EFE were respectively 2,696 and 2,793 indicating that CV Septia Anugerah is in a stable position to respond to external situation and in average position to respond to its internal factors. The total score value of both IFE and EFE was to identify the position of CV Septia Anugerah. The matrix value of IE pointed to the middle cell position (V), i.e. growth/stable. The result of SWOT analysis was in the form of a formulated strategy, namely, the need for the implementation of a combination of the four marketing aspects (4Ps: products, price, place and promotion). The managerial implications of the aspects under the study can be grouped into four: (a) marketing, (b) financing, (c) production, and (d) human resource. Based on the calculation of QSP matrix, the most interesting strategy to apply is to expand the marketing network by penetrating the market with the highest value of attraction (4,949).

(4)

TONNI KUSUMA. Kajian Strategi Pemasaran Sapi Potong di CV. Septia Anugerah Jakarta. Dibimbing oleh SAPTA RAHARDJA sebagai Ketua dan AMIRUDDIN SALEH sebagai Anggota.

Peternakan sebagai salah satu subsektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Usaha peternakan sapi potong di Indonesia khususnya menyangkut jalur pemasaran sapi potong belum banyak diatur oleh pemerintah. Usaha pemasaran sapi potong lebih banyak dikuasai oleh lembaga-lembaga pemasaran yang mempunyai skala usaha besar seperti perusahaan sapi, atau lebih dikenal dengan istilah feedlot, pedagang pengumpul dan jagal. Sapi potong merupakan salah satu komoditi peternakan yang dapat menghasilkan protein hewani. Berdirinya perusahaan-perusahaan peternakan sapi potong merupakan salah satu kondisi yang dapat membantu pemerintah dalam pembangunan peternakan sapi potong terutama dalam menyediakan daging sapi yang berkualitas, yang sesuai dengan kemampuan atau daya beli konsumen.

CV Septia Anugerah merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang bergerak di bidang penjualan sapi potong yang dapat memenuhi kebutuhan akan ternak sapi potong. Di Jawa Barat usaha pemasaran sapi potong lebih banyak dikuasai oleh perusahaan sapi atau feedlot. Keberadaan feedlot di sisi lain sangat membantu petani dalam memasarkan ternaknya dan memudahkan petani mendapatkan uang tunai apabila peternak membutuhkan. Pemasaran ternak sapi potong dengan menggunakan jalur pemasaran dapat sampai di tangan konsumen. Jalur pemasaran yang tidak efisien atau relatif panjang menyebabkan kerugian, baik bagi peternak maupun konsumen. Konsumen akan terbebani dengan beban biaya pemasaran yang berat sehingga membayar dengan harga yang tinggi. Sedangkan bagi peternak, perolehan pendapatan menjadi lebih rendah karena harga penjualan yang diterima jauh lebih rendah.

Tujuan kajian (a) untuk menganalisis kondisi usaha sapi potong CV Septia Anugerah, (b) untuk mengetahui strategi pemasaran dalam perdagangan sapi potong di CV Septia Anugerah, (c) untuk menyusun prioritas strategi pemasaran sapi potong CV Septia Anugerah.

Lokasi penelitian dilaksanakan pada perusahaan CV Septia Anugerah Jakarta, yang beralamat di Jalan Fatmawati No. 26 Pondok Labu Jakarta Selatan. CV Septia Anugerah ini memiliki kandang penampungan sapi yang terletak di Desa Rabak, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan analisis Internal Factor Evaluation (IFE), External Factor Evaluation (EFE), Internal-Eksternal (IE), Strengths, Weakness, Opportunities, Threats (SWOT) dan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM).

(5)

kebijakan CV Septia Anugerah berupa aspek bauran pemasaran (4P ; product, price, place and promotion).

(6)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

(7)

KAJIAN STRATEGI PEMASARAN SAPI POTONG

DI CV SEPTIA ANUGERAH JAKARTA

TONNI KUSUMA

Tugas Akhir

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

Jakarta

Nama Mahasiswa : Tonni Kusuma Nomor Pokok : F 352080075

Program Studi : Industri Kecil Menengah

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Sapta Rahardja, DEA

Ketua Anggota

Dr. Ir. Amiruddin Saleh

Diketahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Industri Kecil Menengah

Prof. Dr. Ir. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing., DEA Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

(9)

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dan Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarganya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini yang berjudul Kajian Strategi Pemasaran Sapi potong di CV Septia Anugerah Jakartatepat pada waktunya. Penyusunan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar magister profesional dalam program studi Magister Profesional Industri Kecil Menengah pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Dalam Penyusunan Tugas Akhir ini, berbagai pihak telah memberikan masukan dan bantuan sehingga pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Sapta Rahardja, DEA selaku Ketua Komisi Pembimbing. 2. Bapak Dr. Ir. H. Amiruddin Saleh selaku Anggota Komisi Pembimbing. 3. Bapak Dr. Ir. H. Suryahadi, DEA selaku Penguji Luar Komisi.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing., DEA selaku Ketua Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 5. Bapak dan Ibu dosen, serta pegawai Sekretariat Program Studi Industri Kecil

Menengah, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor yang telah membimbing, meluangkan waktunya, dan memberikan ilmunya kepada penulis. 6. Para Direksi, karyawan, Security, dan cleaning service dari CV Septia Anugerah

Jakarta yang telah membimbing, meluangkan waktunya, dan memberikan ilmunya kepada penulis.

7. Bapak Drh. H. Soetrisno dan Ibu Drh. Hj. Anni, serta adik-adik tercinta yang telah memberikan doa dan dorongan kepada penulis.

8. Security, cleaning service, dan pegawai-pegawai yang berada di Lingkungan Kampus Institut Pertanian Bogor.

9. Kakak-kakak kelas yang telah memberi masukan kepada penulis.

10. Rekan-rekan seperjuangan dengan penulis, yaitu Angkatan 11 Program Studi Industri Kecil Menengah.

(10)

industri kecil pada umumnya dan industri pemotongan hewan pada khususnya. Saran dan kritik atas Tugas Akhir ini diharapkan, agar menjadi lebih sempurna serta memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Bogor, 1 Februari 2011

(11)

RIWAYAT HIDUP

Tonni Kusuma. Penulis dilahirkan di Pulau Dewata, Denpasar, Bali pada tanggal 25 Juni 1984. penulis merupakan anak pertama dari pasangan Drh. H. Soetrisno dan Drh. Hj. Anni Kusumaningsih.

Penulis menyelesaikan jenjang pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) di TK Aisyiah Denpasar dan lulus tahun 1990, serta melanjutkan ke jenjang Pendidikan Dasar di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Pengadilan III di Bogor dan lulus tahun 1996. Tahun 1999 penulis lulus dari Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 di Bogor dan langsung melanjutkan di Sekolah Menengah Umum (SMU) Swasta Bina Bangsa Sejahtera hingga tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada Program Studi Higiene Makanan Fakultas Kedokteran Hewan (PS HGM-FKH). Tahun 2005 sampai tahun 2008 penulis melanjutkan studinya pada Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas Agribisnis dan Teknologi Pangan Universitas Djuanda. Tahun 2008 sampai tahun 2010 penulis melanjutkan studinya pada Program Studi Industri Kecil Menengah Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan, di antaranya adalah Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Djuanda periode 2005-2007, panitia Wisuda 2005, 2006, dan 2007, serta panitia Field Trip pada tahun 2005, 2006, dan 2007. Untuk kegiatan non formal, penulis aktif menjadi pengurus Karang Taruna di Tingkat Rukun Warga (RW), pengurus Remaja Masjid Al-Furqan di Kompleks Kehutanan, dan menjadi anggota tim Sepak Bola di Tingkat Rukun Warga (RW) dan Kecamatan.

(12)

Halaman

DAFTAR TABEL……….... viii

DAFTAR GAMBAR……… ix

DAFTAR LAMPIRAN……… x

I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Perumusan Masalah... 3

C. Tujuan... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA... 4

A. Perkembangan Sapi Potong di Indonesia... 4

B. Manajemen Strategi ... 6

C. Pemasaran... 8

D. Strategi Pemasaran ... 9

E. Analisis Persepsi Pasar... 15

F. Faktor Internal dan Eksternal... 17

G. Matriks SWOT... 21

H. Matriks Perencanaan Strategik Kuantitatif... 21

III. METODE PENELITIAN ... 23

A. Lokasi dan Waktu... 23

B. Metode Kerja... 23

1. Pengumpulan Data... 23

2. Pengolahan dan Analisis Data... 24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 32

A. Sejarah Perusahaan... 32

B. Pengembangan Usaha dan Proses Produksi... 33

C. Saluran Pemasaran ... 37

D. Tenaga Kerja Perusahaan... 39

E. Perumusan Strategi Pemasaran... 40

1. Analisis Matriks IE... 44

2. Analisis Matriks SWOT... 45

3. Analisis Matriks QSP... 50

4. Implikasi Manajerial... 52

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 54

A. Kesimpulan... 54

B. Saran... 55

DAFTAR PUSTAKA... 56

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Penilaian bobot faktor strategi eksternal perusahaan... 25

2. Penilaian bobot faktor strategi internal perusahaan ... 25

3. Matriks IFE... 26

4. Matriks EFE... 26

5. Matriks SWOT... 29

6. Matriks QSP... 31

7. Profil SWOT... 41

8. Perhitungan matriks IFE... 42

9. Perhitungan matriks EFE... 43

10.Rumusan strategi pemasaran dengan matriks SWOT... 46

(14)

Halaman 1. Diagram analisis SWOT... 28 2. Struktur organisasi CV Septia Anugerah ………. 39 3. Matriks IE pada CV Septia Anugerah... 44

(15)

Halaman 1. Kuesioner kajian untuk penilaian bobot dan rating faktor strategi

internal dan eksternal CV Septia Anugerah... 57

2. Kuesioner bagi pemilik perusahaan... 63

3. Kuesioner penelitian penilaian matriks QSP CV Septia Anugerah... 67

4. Perhitungan bobot faktor strategi internal CV Septia Anugerah... 68

5. Perhitungan bobot faktor strategi eksternal CV Septia Anugerah... 72

6. Rekapitulasi perhitungan bobot faktor strategi internal dan eksternal CV Septia Anugerah... 74

7. Rekapitulasi perhitungan rating faktor strategi internal dan eksternal CV Septia Anugerah... 76

(16)

A. Latar Belakang

Peternakan sebagai salah satu subsektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Kontribusi peningkatan PDB dari sektor pertanian adalah sebesar 18,77 persen, dengan sumbangan subsektor tanaman bahan makanan sebesar 64,11 persen dan subsektor peternakan sebesar 0,64 persen. Sementara subsektor lainnya mengalami penurunan masing-masing sebesar minus 32,47 persen untuk subsektor tanaman perkebunan, minus 17,64 persen untuk subsektor kehutanan dan minus 8,76 persen untuk subsektor perikanan.

Usaha peternakan sapi potong di Indonesia khususnya menyangkut jalur pemasaran sapi potong belum banyak diatur oleh pemerintah. Usaha pemasaran sapi potong lebih banyak dikuasai oleh lembaga-lembaga pemasaran yang mempunyai skala usaha besar seperti perusahaan sapi, atau lebih dikenal dengan istilah feedlot, pedagang pengumpul dan jagal. Sapi potong merupakan salah satu komoditi peternakan yang dapat menghasilkan protein hewani. Berdirinya perusahaan-perusahaan peternakan sapi potong merupakan salah satu kondisi yang dapat membantu pemerintah dalam pembangunan peternakan sapi potong terutama dalam menyediakan daging sapi yang berkualitas, yang sesuai dengan kemampuan atau daya beli konsumen (Yusdja et al., 2003).

Menurut Hubeis dan Najib (2008), saat ini keberadaan perusahaan sangat ditentukan oleh kemampuan memenuhi kebutuhan konsumen secara memuaskan dari segi mutu, ketersediaan, harga dan ketepatan pengiriman. Padahal permintaan konsumen saat ini cenderung semakin kompleks seiring dengan semakin banyaknya alternatif yang tersedia di pasar. Situasi persaingan yang tinggi telah memaksa CV Septia Anugerah untuk lebih meningkatkan daya saingnya hingga mencapai tingkatan superior competitive advantage di antara pesaing-pesaingnya. Untuk itu, diperlukan strategi pemasaran dan prospek pengembangan yang tepat.

(17)

2

membantu petani dalam memasarkan ternaknya dan memudahkan petani peternak mendapatkan uang tunai apabila membutuhkan.

CV Septia Anugerah menjual ternak sapi potong hanya dalam bentuk ternak hidup. Perusahaan ini dalam memasarkan produknya melalui dua cara, yaitu: 1. Pembeli atau konsumen datang langsung ke kandang ternak sapi potong milik

CV Septia Anugerah.

2. Perusahaan mengirimkan langsung ke pembeli atau konsumen setelah sebelumnya melakukan transaksi via telepon terlebih dahulu.

Masing-masing jalur pemasaran mempunyai peran dan fungsi tersendiri dalam proses pemasaran. Saluran pemasaran dapat dikatakan sebagai saluran atau jalur yang digunakan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memudahkan pemindahan suatu produk, bergerak dari produsen sampai berada di tangan konsumen.

Pemasaran ternak sapi potong dengan menggunakan jalur pemasaran dapat sampai di tangan konsumen. Jalur pemasaran yang tidak efisien atau relatif panjang menyebabkan kerugian, baik bagi peternak maupun konsumen. Konsumen akan terbebani dengan beban biaya pemasaran yang berat sehingga membayar dengan harga yang tinggi. Sedangkan bagi peternak, perolehan pendapatan menjadi lebih rendah karena harga penjualan yang diterima jauh lebih rendah.

Dalam menciptakan sistem pemasaran yang efisien serta menguntungkan baik peternak maupun konsumen, maka peternak harus memilih jalur pemasaran yang pendek, efektif dan efisien.

(18)

Studi kasus (case study) kajian pemasaran ternak sapi potong ini untuk mengetahui efisiensi sistem pemasaran, di mana adanya keterlibatan lembaga pemasaran yang ikut menyalurkan jasa.

B. Perumusan Masalah

Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana caranya agar ternak sapi potong sampai ke tangan konsumen. Salah satu alternatif yang dihasilkan oleh produsen adalah menjual melalui lembaga pemasaran. Adanya lembaga pemasaran akan menyebabkan harga produk berubah setelah sampai ke tangan konsumen. Hal ini dikarenakan setiap lembaga pemasaran berusaha melakukan fungsi-fungsi pemasaran yang menambah nilai guna dari suatu barang sehingga pemasaran dibebankan kepada produsen atau konsumen, yaitu dengan cara meningkatkan harga konsumen atau menekan harga produsen. Maka permasalahan yang perlu dikaji lebih lanjut adalah:

a. Bagaimana kegiatan usaha sapi potong CV Septia Anugerah?

b. Bagaimana kajian strategi pemasaran sapi potong CV Septia Anugerah? c. Seperti apa strategi pemasaran sapi potong CV Septia Anugerah ke depan?

C. Tujuan

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan pemasaran ternak sapi potong, maka tujuan dari tugas akhir ini adalah:

a. Untuk menganalisis kegiatan usaha sapi potong CV Septia Anugerah.

b. Untuk mengetahui strategi pemasaran sapi potong CV Septia Anugerah dengan memanfaatkan matriks SWOT.

(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.

Sapi potong merupakan salah satu ternak penghasil daging di Indonesia.

Namun, produksi daging sapi dalam negeri masih belum mampu memenuhi

kebutuhan karena populasi dan tingkat produktivitas ternak rendah. Laju

peningkatan populasi sapi potong relatif lamban. Analisa Asosiasi Produsen

Daging dan Feedlot Indonesia (Apfindo), populasi sapi lokal Indonesia

cenderung semakin menurun tanpa ada substitusi dari impor sapi bakalan.

Kondisi peternakan sapi potong saat ini dapat dikatakan mengkhawatirkan,

dikarenakan dalam kurun lima tahun terakhir ini telah terjadi penurunan populasi

sebesar 4,10 persen, yakni dari 11.137.000 ekor pada tahun 2001 menjadi

10.680.000 ekor pada tahun 2005.

Telah banyak usaha yang dilakukan untuk meningkatkan populasi, namun

hasilnya belum memperlihatkan dampak yang positif. Populasi sapi potong pada

tahun 2007 tercatat 11,366 juta ekor. Populasi tersebut belum mampu

mengimbangi laju permintaan daging sapi yang terus meningkat. Untuk

mengantisipasinya, pemerintah melakukan impor daging sapi dan sapi bakalan

untuk digemukkan.

Besarnya impor sapi potong sejak 2008 mengalami penurunan, tingkat

impor daging dan sapi hidup ke Indonesia. Selama tahun 2008, impor yang

masuk mencapai 450.000 ekor sapi dari berbagai negara seperti Australia dan

Selandia Baru.

Dibandingkan 2007 ada penurunan, impor sebesar 496.000 ekor sapi hidup

ditambah impor jeroan yang dikalkulasikan sama dengan 300.000 ekor sapi.

Tahun 2009 target impor sapi potong hidup menurun hanya 300.000 ekor sedang

pada 2010 Indonesia diharapkan hanya mendatangkan sapi potong tidak lebih

dari 90.000 ekor karena sudah swasembada, paling tidak 90 persen total

kebutuhan daging dalam negeri bisa dicukupi oleh peternak dalam negeri.

Penurunan produksi sapi potong selama empat tahun terakhir ini karena

pemerintah melarang pemotongan sapi di bawah umur 2,5 tahun. Selama periode

2005-2006 dan 2008-2009 justru Indonesia sedang memproduksi sapi dengan

program pengurangan penyembelihan sapi usia 2,5 tahun dan sekaligus

(20)

Tahun 2010 populasi sapi potong mencapai 11,8 juta ekor dan kambing

13,3 juta ekor. Populasi terbesar berada di Jawa Timur yakni sebesar 3,5 juta ekor

sapi dan di Jawa Tengah 1,5 juta ekor. Produksi daging tahun ini diproyeksikan

mencapai 371.000 ton atau sedikit meningkat dibanding tahun lalu yang

mencapai 352.400 ton dan berharap pada 2010 pertumbuhan populasi sapi

diharapkan bisa mencapai 12-13 juta ekor atau sudah swasembada, sehingga

dapat mencukupi kebutuhan daging hingga 90 persen.

Ada dua faktor yang menyebabkan lambannya perkembangan sapi potong

di Indonesia, yaitu:

1. Sentra utama produksi sapi potong di Pulau Jawa yang menyumbang 45%

terhadap produksi daging sapi nasional sulit untuk dikembangkan karena:

a. Ternak dipelihara menyebar menurut rumah tangga peternakan (RTP) di

pedesaan.

b. Ternak diberi pakan hijauan pekarangan dan limbah pertanian.

c. Teknologi budidaya rendah.

d. Tujuan pemeliharaan ternak sebagai sumber tenaga kerja, pembibitan

(reproduksi) dan penggemukkan.

e. Budi daya sapi potong dengan tujuan untuk menghasilkan daging dan

berorientasi pasar masih rendah.

2. Pada sentra produksi sapi di kawasan timur Indonesia dengan porsi 16% dari

populasi nasional, serta memiliki padang penggembalaan yang luas, pada

musim kemarau panjang sapi menjadi kurus, tingkat mortalitas tinggi, dan

angka kelahiran rendah. Kendala lainnya adalah berkurangnya areal

penggembalaan, kualitas sumberdaya rendah, akses ke lembaga permodalan

sulit, dan penggunaan teknologi rendah.

Ada beberapa faktor di dalam pengembangan sapi potong, di antaranya

adalah:

a. Sebagian besar penduduk Indonesia bermatapencaharian di bidang pertanian

yang tidak bisa terlepas dari usaha ternak sapi, khususnya sapi kerja.

b. Permintaan pasar terhadap daging sapi semakin meningkat, ketersediaan

tenaga kerja besar, adanya kebijakan pemerintah yang mendukung upaya

pengembangan sapi potong, hijauan pakan dan limbah pertanian tersedia

sepanjang tahun dan usaha peternakan sapi lokal tidak terpengaruh oleh krisis

(21)

6

Ada beberapa pendekatan dalam membangun industri sapi potong yang

tangguh di Indonesia, yaitu:

a. Perlu adanya keputusan politik untuk membangun industri sapi potong dalam

negeri khususnya untuk menangani segmen hulu yang lebih spesifik lagi

adalah pada usaha breeding sapi dan harus dibarengi dengan kemauan yang

besar dari para pelaku bisnis sapi potong baik di segmen hulu maupun hilir.

b. Perlu adanya suatu kesamaan persepsi dari seluruh stakeholder untuk

membangun industri sapi potong untuk kepentingan bersama termasuk

konsumen daging agar memperoleh daging yang sehat, harga yang layak dan

kompetitif.

c. Semua unsur yang menyebabkan biaya ekonomi tinggi harus dihapuskan baik

yang didukung dengan peraturan daerah ataupun yang bersifat tidak resmi.

d. Perlu adanya penataan dan peningkatan para usahawan yang bermain di hilir

untuk secara serius menggarap pasar dalam negeri ataupun ekspor dengan

inovasi-inovasi.

e. Bertolak dari kenyataan bahwa sejauh ini sebagian kebutuhan daging dipenuhi

dari impor, baik dalam bentuk daging ataupun sapi hidup, maka yang perlu

mendapat prioritas adalah bagaimana dapat diperoleh nilai tambah yang

maksimal dari komoditi yang diimpor tersebut. Hal ini tidak berarti bahwa kita

tidak berusaha untuk memperbaiki segmen hulu dengan mengurangi

ketergantungan kebutuhan sapi bakalan ataupun daging dari luar negeri.

f. Harus mampu menampilkan unggulan di setiap segmen kegiatan dan

menyadari bahwa efisiensi dalam setiap segmen hulu menjadi kunci

keberhasilan dan kuatnya daya saing (Churchill, 2001).

B. Manajemen Strategi

Manajemen strategi (strategic management) dapat didefinisikan sebagai

seni dan ilmu untuk memformulasi, mengimplementasi dan mengevaluasi

keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai

tujuannya. Seperti tersirat dalam definisi, manajemen strategi berfokus pada

mengintegrasikan manajemen, pemasaran, keuangan atau akuntansi, produksi

atau operasi, penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi komputer untuk

mencapai keberhasilan organisasi. Istilah manajemen strategi kadang-kadang

(22)

perencanaan strategi hanya mengacu pada formulasi strategi. Tujuan manajemen

strategi adalah untuk mengeksploitasi dan menciptakan peluang baru yang

berbeda untuk masa mendatang (Churchill, 2001).

Proses manajemen strategi terdiri atas tiga tahap, yaitu:

1. Formulasi strategi

Formulasi strategi termasuk mengembangkan visi dan misi,

mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menentukan

kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka panjang,

merumuskan alternatif strategi, dan memilih strategi tertentu yang akan

dilaksanakan.

Tidak ada organisasi yang memiliki sumberdaya yang tidak terbatas,

penyusun strategi harus memutuskan alternatif strategi mana yang akan

memberikan keuntungan terbanyak. Keputusan formulasi strategi mengikat

organisasi terhadap produk, pasar, sumberdaya, dan teknologi yang spesifik

untuk periode waktu yang panjang. Strategi menentukan keunggulan

kompetitif jangka panjang. Untuk kondisi baik atau buruk, keputusan strategi

memiliki konsekuensi di berbagai bagian fungsional dan efek jangka panjang

terhadap organisasi.

2. Implementasi strategi

Implementasi strategi mensyaratkan perusahaan untuk menetapkan tujuan

tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan dan mengalokasikan

sumberdaya sehingga strategi yang telah diformulasikan dapat dijalankan.

Implementasi strategi termasuk mengembangkan budaya yang mendukung

strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif dan mengarahkan usaha

pemasaran, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memberdayakan

sistem informasi dan menghubungkan kinerja karyawan dengan kinerja

organisasi.

Implementasi strategi sering kali disebut tahap pelaksanaan dalam

manajemen strategi. Melaksanakan strategi berarti memobilisasi karyawan dan

manajer untuk menempatkan strategi yang telah diformulasikan menjadi

tindakan. Sering kali dianggap sebagai tahap yang paling rumit dalam

manajemen strategi. Implementasi strategi membutuhkan disiplin pribadi,

komitmen, dan pengorbanan. Suksesnya implementasi strategi terletak pada

(23)

8

seni daripada ilmu. Strategi yang telah diformulasikan tetapi tidak

diimplementasikan tidak memiliki arti apapun (Churchill, 2001).

3. Evaluasi strategi

Evaluasi strategi adalah tahap final dalam manajemen strategi. Manajer

sangat ingin mengetahui kapan strategi tidak dapat berjalan seperti yang

diharapkan. Evaluasi strategi adalah alat utama untuk mendapatkan informasi

ini. Semua strategi dapat dimodifikasi di masa datang karena faktor internal

dan eksternal secara konstan berubah. Tiga aktivitas dasar evaluasi strategi

adalah meninjau ulang faktor eksternal dan internal, yang menjadi dasar

strategi saat ini, mengukur kinerja dan mengambil tindakan korektif.

Evaluasi dibutuhkan karena kesuksesan hari ini tidak menjamin

kesuksesan di hari esok. Sukses selalu membawa masalah baru yang berbeda.

Aktivitas formulasi, implementasi dan evaluasi strategi terjadi di tiga tingkat

hierarki dalam perusahaan besar. Dengan dukungan komunikasi dan interaksi

di antara manajer dan karyawan antartingkat hierarki, manajemen strategi

membantu perusahaan berfungsi sebagai tim yang kompetitif. Kebanyakan

perusahaan kecil dan beberapa perusahaan besar tidak memiliki divisi, mereka

hanya memiliki tingkat korporat dan fungsional. Tetapi, manajer dan

karyawan pada dua tingkatan ini harus aktif terlibat dalam aktivitas

manajemen strategi.

C. Pemasaran

Pemasaran adalah suatu runtutan kegiatan atau jasa yang dilakukan untuk

memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. Pada

prinsipnya pemasaran adalah pengaliran barang dari produsen ke konsumen,

dimana aliran barang tersebut dapat terjadi karena adanya lembaga pemasaran

yang tergantung dari sistem yang berlaku dan aliran barang yang dipasarkan

Kotler (1996).

Pemasaran terjadi karena beberapa hal, di antaranya:

1. Tingkat kebutuhan yang mendesak.

2. Tingkat komersialisasi produsen.

3. Keadaan harga yang menguntungkan.

(24)

Tujuan pemasaran adalah untuk menempatkan barang dan jasa ke

konsumen dimana untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dilaksanakan

kegiatan-kegiatan pemasaran yang dibangun berdasarkan arus barang yang meliputi proses

pengumpulan, penimbangan, dan penyebaran. Selanjutnya Kotler (1996)

menegaskan bahwa tujuan pemasaran adalah untuk memahami dan mengetahui

pelanggan sedemikian rupa sehingga produk atau jasa tersebut cocok dengan

pelanggan, atau dengan kata lain memenuhi kebutuhan konsumen dengan cara

yang menguntungkan.

Pemasaran hasil pertanian sebagai suatu performance semua usaha yang

mencakup kegiatan arus barang dan jasa mulai dari titik usahatani sampai pada

konsumen akhir. Proses mengalirnya komoditi pertanian dari titik-titik usahatani

sampai konsumen akhir dilakukan melalui saluran-saluran, sedangkan secara

khusus pemasaran adalah analisa terhadap aliran produk secara fisik dan

ekonomis dari produsen ke konsumen melalui pedagang perantara (Rangkuti,

1997).

McLeod dan Schell (2001) mengatakan bahwa pemasaran terdiri dari

kegiatan perorangan dan organisasi yang memudahkan dan mempercepat

hubungan pertukaran yang memuaskan dalam lingkungan yang dinamis melalui

penciptaan, pendistribusian, promosi dan penentuan harga barang, jasa dan

gagasan. Proses pemasarannya sendiri menurut Kotler dan Amstrong (2001)

adalah proses menganalisa peluang pemasaran, menyeleksi pasar sasaran,

mengembangkan bauran pemasaran dan mengatur usaha pemasaran. Jadi, tugas

pemasaran yang penting adalah meyakinkan sebanyak mungkin calon pelanggan

untuk mengadopsi produk pelopor dengan cepat untuk kemudian menurunkan

biaya unit dan membantu sejumlah besar pelanggan yang setia sebelum para

pesaing masuk ke pasar (Boyd et al., 2000).

D. Strategi Pemasaran

Salah satu dari strategi pemasaran yang sering dilakukan oleh suatu

perusahaan adalah dengan cara melakukan penyebaran pemasaran itu sendiri,

atau lebih sering dikenal dengan istilah bauran pemasaran. Bauran pemasaran

sendiri didefinisikan sebagai suatu strategi yang dilakukan oleh suatu perusahaan

yang dapat meliputi menentukan master plan dan mengetahui serta menghasilkan

(25)

10

yang mana segmen pasar tersebut telah dijadikan sasaran pasar untuk produk

yang telah diluncurkan untuk menarik konsumen sehingga terjadi pembelian.

Dalam melakukan dan merencanakan pemasaran strategi, beberapa

perusahaan telah menggunakan berbagai cara yang kemudian dikombinasikan

menjadi satu, untuk jenis strategi pemasaran dalam hal ini lebih akrab dikenal

dengan istilah marketing mix. Marketing mix dapat didefinisikan sebagai perpaduan berbagai strategi yang berupa kegiatan atau faktor-faktor penting yang

merupakan hal-hal yang menjadi inti dari strategi pemasaran itu sendiri.

Berikut beberapa hal penting yang sangat mempengaruhi keberhasilan

marketing mix, dalam memasarkan suatu produk: 1. Produk sebagai Obyek Pemasaran

Produk adalah obyek yang sangat vital yang sangat mempengaruhi

keberhasilan dalam mendatangkan keuntungan atau laba yang akan tetap

menjaga operasional dan kesehatan suatu perusahaan. Dengan melalui

produk, produsen dapat memanjakan konsumen. Karena dari produk akan

dapat diketahui, seberapa besar kepuasan dan kebutuhan akan produk itu

sendiri dalam kehidupan konsumen.

Sedangkan produk itu sendiri memiliki sifat dan karakteristik yang

amat beragam, dan suatu produk yang potensial adalah suatu produk yang

sering diburu konsumen, bahkan tidak perlu melakukan promosi dalam

manjemen pemasaran.

Berikut beberapa karakteristik dari produk yang berupa jasa yang harus

diketahui dalam menetapkan strategi pemasaran:

a. Produk jasa adalah produk yang dipasarkan di pasaran yang memiliki

sifat yang tidak berwujud. Karena biasanya produk jasa adalah tidak bisa

dilihat, namun dapat dirasakan. Selain itu, produk jasa juga tidak bisa

diraba, dicium namun bisa sangat dirasakan manfaatnya dalam

menunjang aktivitas konsumen.

b. Produk jasa yang ditawarkan ke konsumen sifatnya tidak bisa dipisahkan

dari perihal faktor yang mendukung dari terciptanya produk berupa jasa

itu sendiri. Sebagai contoh produk dari jasa penginapan yang ditawarkan

dari suatu wisma, maka produk jasa itu sendiri tidak akan bisa

dipisahkan dari bangunan wisma itu sendiri, tempat produk jasa itu

(26)

c. Produk jasa juga memiliki sifat dinamis yang mengikuti perkembangan

pola hidup konsumen yang menjadi target pemasaran. Karena mengikuti

tuntutan update dari strategi pemasaran itu sendiri, maka produk jasa yang ditawarkan juga akan mengalami perubahan untuk menunjang

pemasaran dengan hasil yang maksimal yang akan didapatkan oleh

perusahaan. Perubahan dari produk jasa ini akan menciptakan persaingan

usaha baik dari segi kualitas maupun dari segi harga. Sebagai contoh

harga penginapan dari suatu wisma akan berbeda tarifnya dengan jasa

produk yang ditawarkan oleh hotel dengan kelas berbintang.

d. Produk jasa biasanya memiliki dan bersaing dengan berpacunya waktu,

sehingga memiliki daya tahan tertentu. Dalam hal ini dapat juga dibilang

produk jasa tidak dapat disimpan, oleh karena itu manfaatnya biasanya

hanya dapat dirasakan pada saat melakukan transaksi pembelian dari

produk jasa itu sendiri.

2. Analisis terhadap Harga untuk Sebuah Produk

Penentuan harga dari suatu produk adalah suatu hal yang juga sangat

krusial. Penentuan harga dari suatu produk akan sangat mempengaruhi dari

keberhasilan suatu perusahaan dalam memperoleh keuntungan yang akan

didapatkan oleh suatu perusahaan. Penetapan harga dari suatu produk, akan

sangat dipengaruhi dari seberapa besar pengorbanan yang telah dilakukan

dalam memproduksi produk itu sendiri. Semakin besar pengorbanan yang

dilakukan maka akan semakin besar dan tinggi harga yang dibandrol dari

produk itu sendiri.

Kebijakan dalam menentukan harga dari suatu produk, maka kelak

akan sangat mempengaruhi dari pelayanan yang harus dilakukan oleh

perusahaan terhadap konsumen. Ini tentunya juga membutuhkan biaya

(budget) yang juga harus diperhitungkan dengan menentukan nilai harga dari

produk itu sendiri yang sangat diharapkan dan telah dirancang agar dari

harga produk itu sendiri dapat menutupi semua biaya produksi sehingga akan

menghasilkan profit bagi perusahaan.

Harga sangat mempengaruhi penjual dari suatu produk yang

ditawarkan oleh suatu perusahaan. Penentuan harga sangat dibutuhkan

strategi pemasaran yang amatlah matang agar perusahaan tidak mengalami

(27)

12

segalanya. Namun penetapan harga dengan cerdas akan sangat membantu

untuk mendobrak penjualan. Strategi dalam menetapkan harga produk dapat

dilakukan dengan menganalisis kelebihan, keunggulan dan kekurangan dari

produk yang dimiliki. Dengan jalan ini maka kelak dikemudian hari tidak

akan ditemukan istilah harga yang seharusnya lebih mahal atau lebih murah

dari kualitas barang yang dimiliki. Penentuan harga barang juga dapat

dianalisis dengan melihat persaingan dan seberapa besar kebutuhan produk

yang akan dicari oleh konsumen (David, 1997).

3. Kegiatan Distribusi yang Dijalankan

Distribusi adalah juga merupakan bagian yang vital dari bagian strategi

pemasaran itu sendiri. Pemilihan strategi distribusi dengan tepat akan dapat

membantu produk sampai ke konsumen dengan harga yang sesuai dengan

yang telah ditentukan oleh perusahaan. Tidak jarang suatu produk yang telah

dibandrol dengan harga sekian, namun karena kesalahan distribusi ketika

sampai ke tangan konsumen, harga yang terjadi ketika transaksi jual beli

adalah lebih mahal dari harga yang telah ditetapkan oleh perusahaan yang

sebelumnya.

Salah satu strategi pemasaran yang sebaiknya harus diperhatikan agar

aktivitas jalannya distribusi dapat berjalan dengan lancar adalah dengan

memperhatikan perihal channel of distribution atau jika diterjemahkan

mengandung arti saluran distribusi. Saluran distribusi dapat membantu

perusahaan dalam proses pemasaran terutama untuk menganalisis berbagai

kendala yang terjadi di lapangan, sehingga dapat diambil kebijakan strategi

yang tepat untuk memecahkan masalah yang dihadapi dan distribusi kembali

akan dapat berjalan dengan normal dan baik demi tercapainya kepuasan

konsumen (Gaspersz, 2003).

Salah satu unit yang sangat membantu jalannya proses distribusi

adalah unit distributor. Distributor sangat dibutuhkan oleh perusahaan dalam

membantu pemasaran obyek produksi. Dalam menunjuk distributor yang

tepat dan juga menetapkan kebijakan yang benar tentang saluran distribusi

dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Melakukan riset dan analisis yang lebih mendalam terhadap pihak-pihak

(28)

sebagai contoh adalah pihak-pihak terkait seperti pedagang perantara

antara pihak perusahaan dengan konsumen di daerah tertentu.

b. Mempertimbangkan karakteristik dari segmen pasar yang telah dibidik,

dan secara geografis bagaimana lokasi pembeli, apakah mudah

dijangkau atau keadaan yang terjadi adalah sebaliknya.

c. Memperhitungkan seberapa besar persediaan produk yang dipasok yang

disesuaikan dengan seberapa besar dengan kebutuhan konsumen. Hal ini

bertujuan untuk menganalisis efektivitas proses distribusi yang akan

dilakukan dalam jangka panjang.

d. Memikirkan dengan segala jaringan pemasaran yang dimiliki agar dapat

didayaupayakan secara maksimal sehingga hasil pemasaran yang

disokong dari proses distribusi dapat memberikan hasil yang optimal.

Pola distribusi yang harus dipertimbangkan dan selalu diamati adalah

dengan melakukan penyesuaian dengan perkembangan pola dinamika gaya

hidup masyarakat. Jika hal ini dapat dilakukan dengan baik, maka proses

distribusi dapat berjalan dengan baik dan akan mendukung untuk

menghasilkan nilai penjualan yang memuaskan.

4. Melakukan Kegiatan Promosi

Kegiatan promosi biasanya merupakan komponen prioritas dari

kegiatan pemasaran. Dengan adanya promosi maka konsumen akan

mengetahui bahwa perusahaan meluncurkan produk baru yang akan

menggoda konsumen untuk melakukan kegiatan pembelian. Kegiatan

promosi banyak yang mengatakan identik dengan dana yang dimiliki oleh

perusahaan. Semakin besar dana yang dimiliki oleh suatu perusahaan maka

umumnya akan menghasilkan tingkatan promosi yang juga sangat gencar

untuk dapat dilakukan. Namun dana bukan di atas segala-galanya. Dana yang

terbatas dapat diatasi dengan inovasi yang lebih pintar dan tepat. Salah satu

solusi yang dapat dilakukan dengan menganalisis keunggulan produk, modal

lain yang dimiliki oleh perusahaan dan segmen pasar yang dibidik. Dengan

mempertimbangkan faktor strategi pemasaran di atas, maka promosi dapat

dilakukan lebih pintar dan efisien, serta tepat sasaran (Churchill, 2001).

Kegiatan promosi sangat erat kaitannya dengan penyebaran informasi

(29)

14

ada beberapa hal penting yang hendaknya diperhatikan, yaitu sebagai

berikut:

a. Program periklanan yang dijalankan, kegiatan periklanan merupakan

sebagai media utama bagi perusahaan untuk menunjang kegiatan

promosi. Promosi memiliki tujuan utama untuk menarik konsumen agar

mau melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan. Saat ini

periklanan yang sering digalakkan adalah melalui kegiatan media cetak

dan elektronik. Dunia iklan sendiri telah mengalami perkembangan yang

amat pesat. Salah satunya adalah dengan mulai maraknya iklan dengan

melalui media internet (Rangkuti, 1997).

b. Promosi dengan mengutamakan penjualan yang dilakukan secara pribadi

atau lebih dikenal dengan istilah personal selling. Kegiatan promosi

yang satu ini bisa dikatakan sebagai ujung tombak dari kegiatan

promosi. Karena kegiatan personal selling adalah kegiatan promosi yang

mengharuskan berhadapan dengan konsumen dengan secara langsung.

Melalui kegiatan promosi personal selling secara profesional akan

sangat membantu untuk tercapainya penjualan yang secara fantastis.

Personal selling yang dilakukan secara besar merupakan salah satu alternatif solusi yang dapat dilakukan oleh suatu perusahaan jika

memiliki modal yang cukup besar.

c. Promosi yang dilakukan dengan mengedepankan kualitas promosi

penjualan. Promosi penjualan mengedepankan aspek penambahan

intensitas terhadap strategi dalam pemasaran produk. Penambahan

intensitas di sini dalam berbagai aspek manajemen pemasaran, meliputi

peningkatan kualitas produk, kualitas pelayanan distribusi, menambah

kualitas pelayanan agar menjadi lebih baik dan masih banyak aspek

lainnya yang dapat ditingkatkan demi tercapainya kepuasan pelanggan

atas produk yang telah dipasarkan.

d. Promosi dengan cara meningkatkan publisitas, cara ini lebih condong

untuk membentuk sebuah image yang lebih positif terhadap produk yang

ditawarkan. Pembentukan image positif ini dapat dilakukan dengan iklan

atau promosi yang memiliki karakteristik tertentu yang tidak dapat

dimiliki oleh strategi pemasaran produk lainnya. Bisa saja dapat

(30)

lebih, karakteristik unik dan mempunyai manfaat lebih yang dapat

menjadi pemikiran positif di hadapan konsumen. Jika hal ini dapat

dilakukan maka image atau gambaran positif yang berkembang di

masyarakat akan terbentuk dan mendatangkan beberapa faktor positif

untuk mendongkrak penjualan (Churchill, 2001).

Keempat komponen baur pemasaran yang telah dipaparkan di atas

harus dapat dilakukan secara sinkron agar menghasilkan strategi pemasaran

yang baik dalam jangka panjang, sehingga keuangan perusahaan dapat

berjalan dengan sehat dan kesejahteraan dapat ditingkatkan, baik bagi

perusahaan itu sendiri atau bagi karyawan yang bekerja di perusahaan

tersebut (Churchill, 2001).

E. Analisa Persepsi Pasar 1. Persepsi Konsumen

Menurut Kotler (2000), persepsi adalah proses bagaimana seseorang

memilih, mengorganisasi dan menginterpretasi masukan-masukan informasi

untuk membantu konsumen menginterpretasikan dunia sekitarnya. Setiap

individu dapat memiliki persepsi yang berbeda atas obyek yang sama.

Persepsi konsumen memegang peranan penting dalam pemasaran, karena

persepsi yang diterima konsumen dapat mempengaruhi mutu, harga dan juga

citra yang dihasilkan produk tertentu.

2. Analisa Persaingan

Analisis persaingan adalah suatu pendekatan yang digunakan oleh

banyak industri untuk membangun strategi. Intensitas persaingan di antara

perusahaan-perusahaan sangat bervariasi. Analisa dasar dalam memahami

persaingan adalah industri. Sebuah industri yang menghasilkan produk

ataupun jasa adalah sekumpulan pesaing yang menghasilkan produk atau jasa

yang bersaing satu sama lain (Porter, 1990). Pesaing suatu perusahaan

meliputi pihak yang berusaha memuaskan pelanggan dan kebutuhan

pelanggan yang sama, serta menyediakan penawaran yang serupa kepada

pelanggan. Menurut Pearce dan Robinson (1997), analisa persaingan

umumnya memiliki tujuan untuk mengidentifikasi pesaing yang ada sekarang

dan pesaing potensial serta mengidentifikasi pergerakan potensial, dari

(31)

16

Kotler dan Keller (2007) berpendapat bahwa analisa strategi bersaing

merupakan bagian penting dalam rencana pemasaran, yaitu:

a) Dalam menilai situasi terkini, perusahaan perlu mengidentifikasi

pesaing-pesaing kunci, serta mempelajari kekuatan dan kelemahan

pesaing.

b) Analisis dan intelegensi bersaing membentuk strategi bersaing yang

didukung oleh bauran pemasaran.

Dalam menganalisa persaingan industri, Kotler (2000) mengemukakan

bahwa ada delapan hal yang harus diperhatikan, di antaranya adalah:

a) Mengidentifikasi pesaing.

Hal ini dapat dibedakan berdasarkan empat tingkat substitusi, yaitu:

i. Persaingan Merek, terjadi apabila suatu perusahaan menganggap para

pesaingnya adalah perusahaan lain yang menawarkan produk dan

jasa yang serupa pada pelanggan sama dengan harga sama.

ii. Persaingan Industri, terjadi apabila suatu perusahaan menganggap

para pesaingnya adalah semua perusahaan yang membuat produk

atau kelas produk yang sama.

iii. Persaingan Bentuk, terjadi apabila suatu perusahaan menganggap

para pesaingnya adalah semua perusahaan memproduksi produk

yang memberikan jasa sama.

iv. Persaingan generik, terjadi apabila suatu perusahaan menganggap

para pesaingnya adalah semua perusahaan yang bersaing untuk

mendapatkan harga konsumen yang sama.

b) Mengidentifikasi strategi pesaing. Pesaing terdekat perusahaan adalah

yang mengejar pasar sasaran yang sama dengan strategi sama.

c) Menentukan tujuan pesaing. Tujuan pesaing beraneka ragam, misalnya

profitabilitas, pertumbuhan pangsa pasar, arus kas, keunggulan teknologi

dan keunggulan pelayanan.

d) Menilai kekuatan dan kelemahan pesaing. Sumberdaya dan kemampuan

dari masing-masing pesaing dapat menentukan keberhasilan perusahaan

dalam menjalankan strategi.

e) Mengestimasi pola reaksi pesaing. Pola reaksi pesaing ada yang lambat,

cepat, penuh perhitungan dan tidak terduga.

(32)

g) Memilih pesaing untuk diserang dan dihindari.

h) Menyeimbangkan orientasi pelanggan dan pesaing.

F. Faktor Internal dan Eksternal 1. Faktor Internal

Faktor internal dikelompokkan menjadi faktor yang memberikan

kekuatan dan yang memberikan kelemahan. Kekuatan dan kelemahan

internal merupakan segala kegiatan dalam kendali organisasi yang bisa

dilakukan dengan selang sangat baik atau buruk (David, 2006). Kekuatan

menurut Pearce dan Robinson (1997) adalah keunggulan sumberdaya,

keterampilan atau keunggulan-keunggulan lain relatif terhadap pesaing dan

kebutuhan pasar yang dilayani atau ingin ditangani oleh perusahaan.

Sedangkan kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan sumberdaya,

keterampilan dan kemampuan yang menghalangi kinerja efektif suatu

perusahaan.

David (2006) menyebutkan ada beberapa faktor internal perusahaan

yang dapat mempengaruhi perkembangan perusahaan, antara lain:

a. Manajemen

Fungsi manajemen terdiri dari lima aktivitas dasar yaitu perencanaan,

pengorganisasian, pemotivasian, penunjukkan staf dan pengendalian.

Perencanaan terdiri dari semua aktivitas manajerial yang berkaitan

dengan persiapan menghadapi masa depan. Pengorganisasian berkaitan

dengan semua kualitas manajerial yang menghasilkan struktur tugas dan

hubungan wewenang. Fungsi pengorganisasian berkaitan dengan desain

organisasi, spesialisasi pekerjaan dan analisis pekerjaan. Fungsi

pemotivasian berkaitan erat dengan kepemimpinan, komunikasi,

kerjasama, delegasi wewenang, kepuasan pekerjaan, pemenuhan

kebutuhan, perubahan organisasi, moral karyawan dan moral manajerial.

Penunjukkan staf berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya yaitu

administrasi gaji dan upah, tunjangan karyawan, wawancara penerimaan,

pelatihan dan pengembangan manajemen. Pengendalian terdiri dari

semua aktivitas manajerial yang diarahkan untuk memastikan hasil

(33)

18

b. Pemasaran

Pemasaran merupakan proses menetapkan, mengantisipasi, menciptakan

dan memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan akan produk dan

jasa. Keputusan mendasar yang harus dibuat untuk menentukan

pemasaran yang tepat adalah keputusan dalam bauran pemasaran

(seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai

tujuan perusahaannya).

c. Sumberdaya Manusia (SDM)

Masalah SDM sering menjadi faktor utama dalam sebuah perusahaan.

Kegiatan mengelola orang-orang yang merupakan unsur dasar organisasi

seringkali menjadi masalah bagi perusahaan. Keberhasilan organisasi

sangat ditentukan oleh kegiatan pendayagunaan sumberdaya manusia.

d. Produksi dan operasi

Produksi terdiri dari semua aktivitas yang mengubah masukan menjadi

barang dan jasa. Manajemen produksi terdiri dari lima fungsi atau

bidang keputusan yaitu proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja dan

mutu proses menyangkut desain dari sistem produksi fisik. Kapasitas

menyangkut penetapan tingkat luaran maksimal untuk organisasi.

Persediaan mencakup mengelola banyaknya bahan baku, barang

setengah jadi dan barang jadi. Tenaga kerja berkenaan dengan mengelola

tenaga kerja terampil, tidak terampil dan manajerial. Mutu bertujuan

untuk memastikan bahwa barang dan jasa yang bermutu tinggi yang

dihasilkan. Keputusan spesifik termasuk kendali mutu, mengambil

contoh, pengujian, pemastian mutu dan kendali biaya. Kekuatan dan

kelemahan dalam lima fungsi produksi dapat berarti sukses dan gagalnya

suatu usaha.

e. Keuangan

Kondisi keuangan sering dianggap ukuran tunggal terbaik dari posisi

bersaing usaha kecil dan daya tarik keseluruhan bagi investor.

Menetapkan kekuatan keuangan usaha kecil dan kelemahan amat

(34)

2. Faktor Eksternal

Faktor strategi eksternal yang dimiliki organisasi meliputi peluang dan

ancaman. Peluang dan ancaman eksternal merujuk pada peristiwa dan tren

ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, hukum,

pemerintahan, teknologi dan persaingan yang dapat menguntungkan atau

merugikan suatu organisasi secara berarti di masa depan, sebagian besar di

luar kendali suatu organisasi (David, 2006).

Ada beberapa faktor eksternal dalam perusahaan yang mempengaruhi

positioning perusahaan antara lain (David, 2006): a. Ekonomi

Faktor ekonomi berkaitan dengan sifat dan arah sistem ekonomi suatu

usaha beroperasi. Faktor ekonomi mempunyai daya tarik langsung pada

daya tarik potensial dari berbagai strategi. Faktor ekonomi yang harus

dipertimbangkan dalam pengembangan usaha adalah pola konsumsi, laju

inflasi, ketersediaan kredit, tingkat pajak, tren pertumbuhan ekonomi.

b. Kebijakan Pemerintah dan Politik

Kebijakan pemerintah dan politik dapat memberikan ancaman dan

peluang bagi dunia usaha. Kebijakan pemerintah dapat berupa

undang-undang baik di tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten yang

menentukan beroperasinya suatu perusahaan. Kebijakan perusahaan

merupakan pertimbangan penting bagi pemimpin perusahaan dalam

menentukan strategi pengembangan perusahaan.

c. Teknologi

Teknologi ini digunakan untuk menghindari keusangan dan mendorong

inovasi. Kekuatan teknologi menggambarkan peluang dan ancaman

utama yang harus dipertimbangkan dalam merumuskan strategi.

Kemajuan teknologi dapat menciptakan pasar baru, menghasilkan

perkembangan produk baru yang lebih baik, menciptakan rangkaian

produksi yang lebih pendek.

d. Pesaing

Persaingan di antara perusahaan yang bersaing biasanya paling

berpengaruh di antara kekuatan. Strategi yang dijalankan oleh suatu

(35)

20

bersaing atas strategi yang dijalankan perusahaan pesaing. Persaingan ini

terjadi karena satu atau lebih pesaing melihat peluang untuk

memperbaiki posisi. Intensitas persaingan cenderung meningkat kalau

jumlah pesaing bertambah karena perusahaan yang bersaing menjadi

setara dalam ukuran dan kemampuan.

e. Ancaman pendatang baru

Ancaman pendatang baru ke dalam suatu industri membawa kapasitas

baru, keinginan untuk merebut bagian pasar dan sumberdaya yang cukup

besar. Besarnya ancaman masuk pendatang baru ini tergantung pada

hambatan masuk yang ada dan reaksi dari peserta persaingan yang sudah

ada. Sumber utama hambatan masuk industri di antaranya skala

ekonomis, diferensiasi produk, kebutuhan modal, pemasok, akses

saluran distribusi.

f. Kekuatan tawar-menawar konsumen

Konsumen selalu menginginkan kualitas produk yang tinggi, pelayanan

yang baik dan harga yang murah. Konsumen yang kuat sering dapat

negosiasi harga jual dengan memaksa harga turun, melakukan

tawar-menawar untuk mutu yang lebih tinggi dan pelayanan yang lebih baik.

g. Kekuatan tawar-menawar pemasok

Hal ini mempengaruhi intensitas persaingan dalam suatu industri

terutama kalau jumlah pemasok sedikit, pemasok tidak menghadapi

produk pengganti lain untuk dijual ke industri.

h. Ancaman produk substitusi

Perusahaan-perusahaan yang berada dalam suatu industri tertentu akan

bersaing pula dengan produk substitusi. Produk substitusi ini akan

menjadi ancaman apabila mutunya sama bahkan lebih tinggi dari

produk-produk suatu industri dan dihasilkan oleh industri yang

(36)

G. Matriks SWOT

Analisis matriks Strenght Weaknesses Opportunities and Threats (SWOT)

merupakan salah satu alat analisis yang dapat menggambarkan secara jelas

keadaan yang dihadapi oleh perusahaan. Menurut David (2006), teknis

perumusan strategi yang digunakan untuk membantu menganalisa, mengevaluasi

dan memilih strategi terdiri dari tiga tahap, yaitu: (1) tahap pengumpulan data

yang meringkas informasi input dasar yang diperlukan untuk merumuskan

strategi, (2) tahap pencocokan, berfokus pada strategi altenatif yang layak dengan

memadukan faktor-faktor eksternal dan internal, (3) tahap keputusan, merupakan

tahap untuk memilih strategi yang spesifik dan terbaik dari berbagai strategi

alternatif yang ada untuk diimplementasikan (David 2006).

Alat analisis untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan dengan

menggunakan matriks SWOT, dapat menggambarkan dengan jelas peluang dan

ancaman dari luar yang dihadapi, dapat disesuaikan dengan kekuatan dan

kelemahan yang dimiliki perusahaan. Matriks ini menghasilkan empat set

alternatif strategis, yaitu strategi SO, strategi ST, strategi WO dan strategi WT.

H. Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif

Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) atau Matriks Perencanaan Strategik Kuantitatif adalah alat yang memungkinkan penyusunan strategi dengan

mengevaluasi alternatif strategi secara obyektif, berdasarkan faktor keberhasilan,

faktor kunci internal dan eksternal yang telah diidentifikasi. Proses evaluasi

memerlukan penilaian intuitif yang baik. Beberapa teknik evaluasi pengambilan

keputusan strategi pemasaran produk meliputi Paired Comparison, Metode Bayes

dan Metode Perbandingan Eksponensial.

Metode Bayes merupakan salah satu teknik yang dapat dipergunakan untuk

melakukan analisis dalam pengambilan keputusan terbaik dari sejumlah alternatif

dengan tujuan menghasilkan perolehan yang optimal. Pengambilan keputusan

dengan metode Bayes dilakukan melalui pengkuantifikasian kemungkinan

terjadinya suatu kejadian dan dinyatakan dengan suatu bilangan antara 0 dan 1.

(37)

22

dimana bobot Bayes didasarkan pada tingkat kepercayaan, keyakinan,

pengalaman, serta latar belakang pengambil keputusan.

Keunggulan dari QSPM adalah set strategi dapat dievaluasi secara bertahap

atau bersama-sama. Selain itu, bahwa QSPM membutuhkan penyusunan strategi

untuk mengintegrasikan faktor internal dan eksternal yang relevan ke dalam

proses keputusan. Kelebihan lain dari QSPM adalah alat ini mengharuskan

perencana strategi untuk memadukan faktor-faktor eksternal dan internal yang

terkait kedalam proses keputusan. QSPM dapat meningkatkan mutu pilihan

strategik dalam perusahaan multinasional karena banyak faktor kunci dan strategi

dapat dipertimbangkan sekaligus.

Keterbatasan QSPM adalah proses ini selalu memerlukan penilaian intuitif

dan asumsi yang diperhitungkan. Memberi peringkat dan nilai daya tarik

mengharuskan keputusan subyektif, namun prosesnya harus menggunakan

informasi obyektif. Diskusi di antara perencana strategi, manajer dan karyawan

dalam seluruh proses perumusan strategi bersifat konstruktif dan memperbaiki

keputusan strategis yang lalu. Diskusi konstruktif selama analisis dan pilihan

strategi dapat timbul semata-mata karena perbedaan interpretasi informasi dan

opini yang berbeda. Oleh karena itu informasi sebaiknya disampaikan dengan

lengkap dan benar. Selain itu, untuk mengkaji dan atau menguji informasi yang

diterima benar dan akurat, sebaiknya informasi berasal lebih dari dua orang yang

berbeda dan dari pihak yang independen, tidak memiliki kepentingan terhadap

(38)

A. Lokasi dan Waktu

Lokasi penelitian dilaksanakan pada perusahaan CV Septia Anugerah Jakarta,

yang beralamat di Jalan Fatmawati No. 26 Pondok Labu Jakarta Selatan. CV Septia

Anugerah ini memiliki kandang penampungan sapi yang terletak di Desa Rabak,

Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor Jawa Barat. Pelaksanaan kajian dimulai dari

bulan Juni 2010 sampai dengan bulan September 2010.

B. Metode Kerja

Kajian ini menggunakan metode deskriptif dan analitik yang bersifat studi kasus.

Untuk mengindentifikasi dan mengevaluasi lingkungan perusahaan (internal dan

eksternal) dilakukan wawancara langsung dengan responden menggunakan kuesioner.

Hasil identifikasi kemudian dianalisis sehingga dapat diketahui posisi perusahaan saat

ini, selanjutnya dilakukan penyusunan strategi pemasaran yang dapat diimplementasikan,

serta prospek perkembangan usaha ke depan.

1. Pengumpulan Data

Jenis pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi 2

(dua) kelompok, yaitu:

a. Data primer

Data primer diperoleh dari hasil wawancara atau komunikasi, dan observasi.

Wawancara atau komunikasi adalah suatu metode pengumpulan data yang

melibatkan pengajuan pertanyaan kepada para responden untuk mendapatkan

informasi yang diinginkan atau diharapkan, dengan menggunakan instrumen

pengumpulan data yang disebut kuesioner.

Sedangkan observasi adalah suatu metode pengumpulan data dimana situasi

yang menjadi perhatian diamati dan fakta-fakta, tindakan-tindakan, atau

perilaku-perilaku yang relevan dicatat.

b. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari literatur-literatur dan dokumen-dokumen yang

berkaitan dengan penelitian ini yaitu, kegiatan perusahaan dan pemasarannya,

seperti teknis produksi yang meliputi gambaran produk, persyaratan teknis,

(39)

24

Responden ditentukan berdasarkan tingkat kepakarannya yaitu yang dianggap

cukup ahli dan menguasai kondisi perusahaan dan permasalahan yang ditanyakan.

Dalam hal ini responden yang mengetahui kondisi perusahaan (self assesment), salah

satunya pemilik perusahaan. Kuesioner bertujuan untuk mengidentifikasi serta

mengevaluasi faktor kunci internal dan eksternal, serta bobot dan peringkat (ordinal).

2. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang dianalisis mencakup data internal dan eksternal perusahaan yang

menjadi faktor kunci dan berpengaruh terhadap perkembangan perusahaan. Data

merupakan data ordinal yang kemudian dianalisis dengan menggunakan matriks IFE,

EFE, IE, SWOT dan QSPM.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation

(EFE)

Matriks IFE dan EFE bertujuan untuk menganalisis faktor lingkungan, baik

internal maupun eksternal perusahaan. Dalam menganalisis faktor-faktor internal,

mengklarifikasikannya menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan digunakan

matriks IFE. Sedangkan untuk menganalisis faktor-faktor eksternal,

diklasifikasikan atas peluang dan ancaman bagi perusahaan dalam bentuk matriks

EFE. Tahapan dalam pembuatan matriks IFE dan EFE adalah:

1) Menentukan dalam kolom 1 faktor strategi eksternal yang menjadi peluang

dan ancaman, serta faktor strategi internal yang menjadi kekuatan dan

kelemahan perusahaan.

2) Memberikan bobot untuk masing-masing faktor dalam kolom 2. Dari 0,0

(tidak penting) hingga 1,0 (paling penting). Penjumlahan dari seluruh bobot

yang diberikan semua faktor harus sama dengan 1,0.

3) Memberikan peringkat 1-4 untuk masing-masing faktor kunci dalam kolom

3 tentang seberapa efektif strategi perusahaan dalam merespons faktor

tersebut. Dengan memberi skala mulai dari 1 (di bawah rataan) hingga 4 (di

atas rataan). Pemberian nilai rating untuk faktor kekuatan dan peluang

bersifat positif (kekuatan atau peluang semakin besar diberi rating +4, tetapi

jika kekuatan atau peluang kecil diberi rating +1). Pemberian nilai rating

(40)

sangat besar rating adalah 1. Sebaliknya jika nilai kelemahan atau ancaman

di bawah rataan atau kecil nilainya adalah 4).

4) Mengalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkatnya untuk

menentukan nilai tertimbang.

5) Jumlahkan nilai tertimbang dari masing-masing peubah untuk menentukan

total dari nilai tertimbang bagi perusahaan.

Dalam matriks IFE, total keseluruhan nilai yang dibobot berkisar antara

1,0-4,0 dengan nilai rataan 2,5. Nilai di bawah 2,5 menandakan bahwa secara

internal perusahaan lemah dan nilai di atas 2,5 menunjukkan posisi internal

perusahaan kuat. Total nilai 4,0 menunjukkan perusahaan mampu menggunakan

kekuatan yang ada untuk mengantisipasi kelemahan dan total nilai 1,0 berarti

perusahaan tidak dapat mengantisipasi kelemahan dengan menggunakan kekuatan

yang dimiliki.

Tabel 1. Penilaian bobot faktor strategi eksternal perusahaan

Faktor Strategik Eksternal A B C D …. Total

A B C D ……..

Total

Tabel 2. Penilaian bobot faktor strategi internal perusahaan

Faktor Strategik Internal A B C D …. Total

A B C D ……..

(41)

26

Tabel 3. Matriks IFE

Faktor Strategik Internal Bobot Rating Skor A. Kekuatan

Faktor Strategis Eksternal Bobot (a)

Dalam matriks EFE, total keseluruhan nilai yang dibobot tertinggi adalah

(42)

ada dan menghindari ancaman di pasar industri. Nilai terendah adalah 1,0 yang

menunjukkan strategi yang dilakukan perusahaan tidak dapat memanfaatkan

peluang atau tidak dapat menghindari ancaman yang ada. Setelah tersusun

matriks IFE dan EFE maka dilakukan kombinasi alternatif strategi dengan

menggunakan matriks IE dan SWOT (Rangkuti, 2008).

b. Matriks Internal External (IE)

Matriks IE digunakan untuk melakukan pemetaan terhadap skor total

matriks IFE dan EFE yang dihasilkan dari audit eksternal dan internal

perusahaan. Matriks IE terdiri atas dua dimensi, yaitu total skor dari matriks IFE

dan total skor dari matriks EFE. Total skor matriks IFE dipetakan pada sumbu X

dengan skor 1,0-1,99 yang menyatakan posisi internal adalah lemah, skor

2,0-2,99 posisinya sedang, serta skor 3,0-4,0 adalah posisi kuat.

Total skor dari matriks EFE pada sumbu Y dengan skor 1,0-1,99 adalah

posisi rendah, skor 2,0-2,99 adalah posisi sedang dan skor 3,0-4,0 adalah posisi

tinggi. Matriks ini bermanfaat untuk menentukan posisi perusahaan yang terdiri

atas sembilan sel. Namun secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian utama

yang mempunyai dampak strategi yang berbeda, yaitu:

1) Strategi tumbuh dan kembang yang meliputi sel I, II, atau IV dan strategi

yang cocok untuk diterapkan, antara lain strategi intensif atau strategi

integratif.

2) Strategi jaga dan pertahankan yang meliputi sel III, V, atau VII, dapat

dikelola dengan strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk.

3) Strategi tuai dan divestasi yang meliputi sel VI, VIII, atau IX.

c. Analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats)

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk

merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat

memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara

bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).

Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan

misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana

strategis (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan

(43)

28

Hal ini disebut dengan Analisis Situasi. Model yang paling populer untuk analisis

situasi adalah analisis SWOT (Rangkuti, 2008).

Dalam suatu kinerja perusahaan, dapat ditentukan oleh kombinasi faktor

internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam

analisis SWOT. Analisis SWOT ini membandingkan antara faktor eksternal

(peluang dan ancaman) dengan faktor internal (kekuatan dan kelemahan).

Gambar 1. Diagram analisis SWOT

Kuadran 1: Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang

yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung

kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented Strategic).

Kuadran 2: Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal, strategi yang harus diterapkan adalah

menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan

cara strategi diversifikasi (produk atau pasar).

Kuadran 3: Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak, ia menghadapi beberapa kendala atau kelemahan internal. Kondisi

bisnis pada kuadran tiga ini mirip dengan Question Mark pada matriks Boston Consulting Groups. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih

BERBAGAI PELUANG

BERBAGAI ANCAMAN

KEKUATAN INTERNAL KELEMAHAN

INTERNAL

3. Mendukung Strategi turn-around

1. Mendukung

Strategi Agresif

4. Mendukung

Strategi Defensif

2. Mendukung

(44)

baik. Misalnya, Apple yang menggunakan strategi peninjauan kembali teknologi

yang dipergunakan dengan cara menawarkan produk-produk baru dalam industri.

Kuadran 4: Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.

Tabel 5. Matriks SWOT

perusahaan dengan meraih keuntungan dari peluang

d. Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM)

Quantitative strategic planning matrix (QSPM) atau Matriks perencanaan strategik kuantitatif adalah alat yang memungkinkan penyusunan strategi untuk

mengevaluasi alternatif secara obyektif, berdasarkan faktor keberhasilan kunci

internal dan eksternal yang telah diidentifikasi dan membutuhkan penilaian

intuitif yang baik. Secara konsep, QSPM menentukan daya tarik relatif dari

berbagai strategi berdasarkan seberapa jauh faktor keberhasilan kunci internal dan

eksternal dimanfaatkan atau diperbaiki. Daya tarik relatif dari masing-masing

strategi dalam satu set alternatif dihitung dengan menentukan pengaruh kumulatif

dari masing-masing faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal.

Kelebihan dari QSPM adalah set strategi dapat dievaluasi secara bertahap

atau bersama-sama. Selain itu, bahwa QSPM membutuhkan penyusunan strategi

untuk mengintegrasikan faktor internal dan eksternal yang relevan ke dalam

(45)

30

perencana strategi untuk memadukan faktor-faktor internal dan eksternal yang

terkait ke dalam proses keputusan. QSPM dapat meningkatkan mutu pilihan

strategi dalam perusahaan multinasional karena banyak faktor kunci dan strategi

dapat dipertimbangkan sekaligus.

Keterbatasan QSPM adalah proses ini selalu memerlukan penilaian intuitif

dan asumsi yang diperhitungkan. Memberi peringkat dan nilai daya tarik

mengharuskan keputusan subyektif. Namun prosesnya harus menggunakan

informasi obyektif.

QSPM terdiri atas empat komponen, antara lain (1) bobot, yang diberikan

sama dengan yang ada pada matriks External Factor Evaluation (EFE) dan

Internal Factor Evaluation (IFE), (2) nilai daya tarik, (3) total nilai daya tarik dan (4) jumlah total nilai daya tarik. Ada enam langkah yang diperlukan untuk

mengembangkan matriks ini (David, 2006), yaitu:

Langkah 1 : Mendaftarkan faktor kunci dari kekuatan atau kelemahan internal

dan peluang atau ancaman eksternal perusahaan dalam kolom kiri

matriks.

Langkah 2 : Memberikan bobot untuk setiap faktor eksternal dan internal.

Bobot sama dengan yang dipakai dalam matriks IFE dan EFE.

Langkah 3 : Memeriksa tahap kedua (pemaduan) dan mengidentifikasi strategi

alternatif yang dapat dipertimbangkan perusahaan untuk

diimplementasikan.

Langkah 4 : Menetapkan nilai daya tarik (AS) yang menunjukkan daya tarik

relatif setiap strategi dalam alternatif sel tertentu. Nilai daya tarik

tersebut adalah : 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = cukup

menarik dan 4 = amat menarik.

Langkah 5 : Menghitung total nilai daya tarik dengan mengalikan antara bobot

dengan nilai daya tarik.

Langkah 6 : Menghitung jumlah total nilai daya tarik. Jumlah ini

mengungkapkan strategi mana yang paling menarik dalam setiap

strategi. Semakin tinggi nilainya, menunjukkan strategi tersebut

Gambar

Gambar 1. Diagram analisis SWOT
Tabel 6. QSPM
Tabel 7.  Profil SWOT
Tabel 8. Perhitungan matriks IFE
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selama proses pelayuan berlnngsung, terjadi dua peru- bahan yang hampir bersamaan, yaitu: perubahan fisik dan.. perlibahan

dengan damai itu merupakan adat Di Desa Air Pedara termasuk menyelesaikan kasus perkelahian, pencurian, pertengkaran dan sebagainya sudah mengakar di tengah

Dengan adanya perbuatan melawan hukum atas pembobolan akses internet, merupakan suatu perbuatan pelanggaran hak orang lain sehingga menimbulkan kerugian kepada

Tindakan hukum yang dapat dilakukan korban dalam permasalahan transaksi elektronik (e-commerce) ini adalah secara perdata dengan mengacu pada Buku III BW

Hasil dari penelitian ini adalah model statistik berupa persamaan matematis yang menyatakan hubungan antara variabel terikat berupa frekuensi kecelakaan lalu-lintas,

Menurut Kalshoven (1981), gejala yang ditimbulkan adalah daun muda dan pucuk berlubang bahkan ulat juga menggerek kapsul (buah), ada dua jenis Helicoverpa sp

Berdasarkan wawancara di atas, siswa MD tidak mengetahui strategi yang menurutnya efektif dalam merumuskan soal, siswa MD juga tidak mampu menuliskan persamaan yang terdapat di

Pada kuadran A yaitu atribut yang menjadi prioritas utama untuk diperbaiki karena atribut tersebut dianggap penting oleh konsumen tetapi pada kenyataannya belum