BERAS ORGANIK
(Kasus: Beras Organik SAE dibawah Lembaga Pertanian Sehat)
Oleh:
DIDIT DARMAWAN I34080082
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
BERAS ORGANIK
(Kasus: Beras Organik SAE dibawah Lembaga Pertanian Sehat)
Oleh:
DIDIT DARMAWAN I34080082
Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Anna Fatchiya, M.Si
SKRIPSI
Sebagai Syarat untuk Mendapatkan Gelar
Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
Brand and leaflets as a promotional media has a very important role in influencing attitudes and knowledge level of respondents about a product. Brand and leaflets provide added value to a product. Brand could be an identity of a product, and leaflets could be a source of information about the product, and both reflect the quality of the products which are sold. The purpose of this study is to see how far the effectiveness of brands and leaflets as the promotional media in influencing consumer attitudes and knowledge related to SAE organic rice product. This study also try to analyzed the relationship between perceptions about brands and leaflets with the attitude and knowledge. The method that used is experimental method using pre-test and post-test model. The result of this study indicate that the used of brand and leaflet on organic rice SAE can be said have been quite effective. This indicated by attitudes changes and the increasing of knowledge from the respondents who has already seen the brand and learn the leaflets. Respondent perception of brand and leaflet related to the attitude of the respondents. Perception indicated by the respondent tend to reflect the attitude of these respondents. But the perception to the leaflets doesn’t have a relationship with the knowledge of respondents. Respondents perception in this case could be just respondent’s assessment of the visual design of the leaflet and not about the content as a whole, including the information contained.
Organik SAE dibawah Lembaga Pertanian Sehat). Di bawah bimbingan ANNA FATCHIYA
Produk pertanian organik merupakan produk pertanian yang belum lama muncul kembali di pasaran. Kemunculan produk ini dipengaruhi oleh banyaknya isu yang muncul mengenai produk pertanian yang tercemar pestisida kimia. Pemakaian pupuk dan pestisida kimia secara berlebihan ternyata telah mencemari produk yang dihasilkan. Produk pertanian organik muncul kembali sebagai jawaban atas keinginan konsumen untuk memperoleh produk pertanian yang sehat dan bebas dari racun dan juga pestisida kimia. Waktu kemunculan produk pertanian organik yang relatif masih baru membutuhkan suatu promosi tersendiri. Salah satu cara yang dapat digunakan ialah dengan penggunaan merek dan leaflet sebagai media promosi.
Penelitian ini mengambil kasus produk beras organik dengan merek SAE yang juga disertai leaflet. Produk beras organik SAE ini merupakan salah satu produk di bawah Lembaga Pertanian Sehat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa jauh keefektifan merek dan leaflet dalam merubah sikap dan tingkat pengetahuan responden. Dalam penelitian ini juga akan dilihat bagaimana persepsi reponden terhadap merek dan leaflet dari beras organik SAE, kemudian akan dilihat hubungannya dengan sikap dan pengetahuan responden.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan metode uji awal dan uji akhir atau biasa disebut dengan metode pre-test dan post-test. Responden diambil secara sengaja ataupurposivedengan asumsi bahwa pada umumnya konsumen beras organik berasal dari kalangan menengah ke atas. terkait dengan harga beras organik yang relatif lebih mahal. Responden juga merupakan orang yang mengambil keputusan membeli beras dalam rumah tangga, tidak buta warna dan bisa membaca.
perubahan yang nyata pada sikap responden tersebut. Peranan leaflet juga dapat dikatakan cukup efektif dalam merubah tingkat pengetahuan responden. Sebanyak 20 orang atau 50 persen responden meningkat pengetahuannya mengenai produk beras organik setelah mereka membaca leaflet. Nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0.005. Nilai ini menunjukkan adanya perubahan yang nyata pada tingkat pengetahuan responden sebelum dan sesudah mempelajari leaflet.
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh: Nama Mahasiswa : Didit Darmawan
NRP : I34080082
Program Studi : Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Judul : Efektivitas Merek dan Leaflet sebagai Media Promosi Produk Beras Organik (Kasus: Beras Organik SAE dibawah Lembaga Pertanian Sehat)
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan KPM 499 pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Dr. Ir. Anna Fatchiya, M.Si NIP: 19681121 199702 2 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP. 19550630 198103 1 003
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “EFEKTIVITAS MEREK DAN LEAFLET SEBAGAI MEDIA PROMOSI
PRODUK BERAS ORGANIK (KASUS: BERAS ORGANIK SAE DI BAWAH LEMBAGA PERTANIAN SEHAT)” BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DI TULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. DEMIKIAN PERNYATAAN INI SAYA BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA DAN SAYA BERSEDIA MEMPERTANGGUNG JAWABKAN PERNYATAAN INI.
Bogor, Januari 2012
Penulis dilahirkan di Cianjur, Provinsi Jawa Barat, pada tanggal 19 Desember 1988. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Agustinus dan Ibu Euis. Penulis menamatkan pendidikan Taman Kanak-kanak di TKA Mihadunal Ula (1994-1995), SD Negeri 2 Cipanas (1996-2002), SLTP Negeri 1 Pacet (2002-2005), SMA Negeri 1 Cianjur (2005-2008). Kemudian pada tahun 2008, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia.
Selama mengikuti pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif dalam beberapa organisasi kampus, sepertiInternational Association of Student in Agricultural and Related Sciences (IAAS), Head of Training and Development IPB Debating Community (IDC), dan Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (HIMASIERA) divisi Public Relation. Penulis juga pernah menjadi asisten dosen pada mata kuliah Komunikasi Bisnis.
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Merek dan Leaflet sebagai Media Promosi Produk Beras Organik (Kasus: Produk Beras Organik SAE di bawah Lembaga Pertanian Sehat)”. Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman tertulis mengenai keefektifan merek dan leaflet sebagai media promosi.
Skripsi ini bertujuan untuk mengkaji sejauh mana keefektifan penggunaan merek dan leaflet sebagai media promosi dalam mempengaruhi sikap dan pengetahuan responden. Secara umum skripsi ini mencoba mengevaluasi merek dari beras organik SAE dan juga lembaran leaflet yang menyertai produk ini. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan masukannya. Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak terkait.
Bogor, Januari 2012
Penulisan skripsi ini dapat selesai tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Pihak-pihak tersebut sangat membantu penulis dalam menyumbangkan pikiran, masukan, dan dukungan baik secara ,moril maupun materil. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Ir. Anna Fatchiya, M.Si sebagai dosen pembimbing, atas bimbingan, waktu, koreksi, pemikiran serta sarannya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
2. Kedua orang tua, Mama Euis dan Papa Agus tercinta, Teh Dewi, serta seluruh keluarga besar yang selalu setia menemani dengan doa, kasih sayang, perhatian, semangat dan motivasi yang begitu besar.
3. Ir. Yatri Indah Kusumastuti, MS. yang sudah mempercayakan penulis untuk menjadi asisten M.K. Komunikasi Bisnis sehingga penulis dapat menemukan ide-ide baru dalam penulisan skripsi ini.
4. Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, M.Si dan Ir. Nuraeni W Prasodjo, MS atas kesediaannya menjadi dosen penguji pada siding skripsi.
5. Teman-teman akselerasi angkatan 45, Putri, Nursyarifah, Mila, Seila, Irna, Debbie, Febli, Agus, Annisa, Ari, Rika, dan khususnya Nurdini Prihastiti, Yessi Marga, Mareta, dan Selvi yang telah memberikan banyak masukan dan solusi dalam penulisan skripsi ini.
6. Teman-teman KPM 45 yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah memberikan dukungan dan kerjasamanya selama ini. KPM 43, 44, dan 46 (ka Arif, ka Anis, Sophy, dan Lulu) yang membantu memberikan masukan, saran dan berbagi pengalaman dalam penulisan skripsi.
8. Rekan-rekan asisten mata kuliah komunikasi bisnis (Robi, Age, Farhan, Gina), dan juga rekan-rekan di HIMASIERA, khususnya Divisi Public Relation(Pradiana, Aldila).
9. Pihak Lembaga Pertanian Sehat (LPS) Bapak Jodi dan Bapak Maman 10. Kelompok Tani Silih Asih di bawah pimpinan H. Dzakaria.
11. Semua pihak yang telah memberikan dorongan, doa, semangat, bantuan, dan kerjasamanya selama ini
Bogor, Januari 2012
DAFTAR TABEL ……… xiv
DAFTAR GAMBAR……… xvi
DAFTAR LAMPIRAN……… xvii
BAB I PENDAHULUAN ……… 1
1.1.Latar Belakang ………... 1
1.2.Masalah Penelitian ……… 4
1.3.Tujuan Penelitian ……….. 4
1.4.Kegunaan Penelitian ……….. 5
BAB II PENDEKATAN TEORITIS KONSEPTUAL………. 6
2.1. Tinjauan Pustaka ……… 6
2.1.1. Merek……… 6
2.1.2. Leaflet ……… 7
2.1.3. Konsumen ………. 9
2.1.4. Promosi Penjualan ……… 10
2.1.5. Produk……… 12
2.1.6. Produk Pertanian Organik ……….. 13
2.1.7.Persepsi ……… 14
2.1.8. Pengetahuan ……… 15
2.1.9. Sikap ……… 17
2.2. Kerangka Pemikiran ……… 18
2.3. Hipotesis Penelitian ……… 20
2.4 Definisi Operasional……… 21
BAB III PENDEKATAN LAPANG ……… 28
3.1. Metode Penelitian ……… 28
3.2. Lokasi dan Waktu ……… 28
3.3. Teknik Pemilihan Responden ……… 29
3.4. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data……… 30
Halaman
BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN ……….. 32
4.1. Lembaga Pertanian Sehat ………. 32
4.2. Karakteristik Responden, Interaksi Responden dengan Produk dan Tingkat Pemahaman dan Motivasi Responden ………. 33
BAB V EFEKTIFITAS MEREK DAN LEAFLET DALAM MERUBAH SIKAP DAN PENGETAHUAN RESPONDEN ………. 37
5.1. Pengaruh Merek dan Leaflet dalam Merubah Sikap Responden 37 5.2. PengaruhLeaflet dalam Merubah Pengetahuan Responden …… 44
BAB VI PERSEPSI RESPONDEN TERHADAP MEREK DAN LEAFLET ……….……. 50
6.1. Persepsi Responden Terhadap Merek ………. 50
6.2. Persepsi Responden Terhadap Leaflet ……… 53
6.3. Merek dan Hubungannya dengan Sikap Responden ……… 60
6.4 Leaflet dan Hubungannya dengan Pengetahuan Responden …… 63
6.5. Leaflet dan Hubungannya dengan Sikap Responden ………… 66
BAB VII PENUTUP ………. 68
7.1. Kesimpulan……… 68
7.2. Saran ……… 68
DAFTAR PUSTAKA ………... 70
Tabel 1. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Karakteristik
Responden ………. 34
Tabel 2. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Tingkat
Interaksi Responden dengan produk ……….… 35 Tabel 3. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Tingkat
Pemahaman dan Motivasi Responden …..……… 36 Tabel 4. Jumlah dan Persentase Perubahan Sikap Responden Setelah
Melihat Merek dan Leaflet………... 37 Tabel 5. Persentase Perubahan Sikap Responden Terhadap Produk
Sebelum dan SesudahMelihat Merek………... 39 Tabel 6. Jumlah dan Persentase Perubahan Tingkat Pengetahuan
Responden Setelah Mempelajari Leaflet……… 44 Tabel 7. Persentase Jawaban Responden Sebelum dan Sesudah
Mempelajari Leaflet……… 46
Tabel 8. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Tingkat
Persepsi Responden Terhadap Merek……… 50 Tabel 9. Persentase Jawaban Responden dalam Menilai Merek ……… 51 Tabel 10. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Tingkat
Persepsi Responden terhadap Leaflet………... 53 Tabel 11. Jumlah Persentase Jawaban Responden dalam Menilai Leaflet
Aspekattention……….. 56 Tabel 12. Jumlah dan Persentase jawaban dalam Menilai Leaflet Aspek
need………. 58
Tabel 13. Jumlah dan Persentase Jawaban dalam Menilai Leaflet Aspek
Satisfaction……… 58
Tabel 14. Jumlah dan Persentase Jawaban dalam Menilai Leaflet Aspek
Halaman Tabel 15. Jumlah dan Persentase Jawaban dalam Menilai Leaflet Aspek
Action………. 60
Tabel 16. Jumlah dan Persentase Sikap Responden Sebelum dan
Sesudah Melihat ……….. 61
Tabel 17. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Sikap dan
Persepsi Responden Terhadap Merek………. 62 Tabel 18. Jumlah dan Persentase Tingkat Pengetahuan Responden
Mengenai Produk Beras Organik………. 63 Tabel 19. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Pengetahuan
dan Persepsi Responden Terhadap Leaflet……….. 65 Tabel 20. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Sikap dan
Lampiran 1. Contoh Hasil Pengolahan Data ………... 73 Lampiran 2. Nilai Jawaban Responden Sebelum dan Sesudah Melihat
Merek dan Leaflet……… 75
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertanian merupakan aspek yang sangat penting dan tidak dapat
dipisahkan dari Indonesia. Manuhutu (2005) mengungkapkan pentingnya sektor
pertanian banyak memunculkan penemuan-penemuan baru di bidang teknologi
pertanian, dari pra sampai pasca panen. Teknologi yang banyak membantu petani
dalam meningkatkan produksi pertanian adalah penggunaan pestisida, pupuk, dan
hormon. Hal-hal tersebut menyebabkan hasil pertanian melimpah, tetapi tak bisa
dipungkiri penggunaan pestisida dapat menimbulkan efek samping yang
merugikan masyarakat. Senyawa kimia tersebut berpotensi menurunkan
kecerdasan, mengganggu kerja saraf, mengganggu metabolisme tubuh,
menurunkan sistem kekebalan tubuh, menimbulkan radikal bebas, menyebabkan
kanker, dan dalam dosis tinggi bisa menyebabkan kematian. Masyarakat
menyadari fakta-fakta tersebut sehingga memunculkan kesadaran di kalangan
masyarakat untuk hidup sehat dengan mengonsumsi produk pertanian organik.
Selain itu, di kalangan petani penggunaan pupuk kimia juga memberikan efek
samping kurang baik bagi lahan pertanian, seperti mengurangi tingkat kesuburan
tanah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, salah satunya adalah dengan
menerapkan sistem pertanian organik.
Kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi produk pertanian organik
memiliki alasan yang sangat jelas karena mereka peduli akan kesehatan dan masa
depannya. Sayangnya, kesadaran mereka akan hal tersebut tidak diikuti dengan
tindakan nyata. Banyak di antara mereka yang telah mengetahui manfaat dari
produk organik ini, tetapi masih tetap mengonsumsi produk pertanian non
organik. Berbagai alasan melatarbelakangi perilaku konsumen tersebut, seperti
produk pertanian organik yang relatif lebih mahal ataupun mengenai produk
pertanian organik yang masih sulit ditemukan.
Komponen 4P dari bauran pemasaran, yaitu price, place, product, dan
promotion memiliki peranan yang cukup penting dalam pemasaran produk
relatif baru di pasaran, komponen 4P yang sangatlah penting adalah promosi.
Melalui promosi ini produsen dapat memperkenalkan produknya. Produsen dapat
pula menyampaikan pesan yang berisi tentang informasi produk, ajakan membeli,
pemberitahuan diskon, masa promosi, dan seterusnya. Promosi juga memiliki
peranan yang sangat besar dalam mempengaruhi sikap dan keputusan pembelian
konsumen. Dengan promosi, produsen juga dapat memberikan citra atau image
pada produk yang dijualnya.
Salah satu produk dari pertanian organik ialah beras. Beras organik saat ini
walaupun sudah diketahui oleh khalayak banyak mengenai khasiat dan
kelebihannya, tetapi belum dapat menggantikan beras non organik. Hal tersebut
berkaitan erat dengan waktu kemunculannya yang relatif baru. Lima aspek dari
bauran promosi, yaitu periklanan (advertising), promosi penjualan (promotion),
publisitas (public relation and publicity), penjualan personal (personal selling),
dan pemasaran langsung (direct marketing) dapat menjadi cara memperkenalkan
bahkan merubah gaya hidup dan perilaku konsumen untuk mengkonsumsi beras
organik, bukan hanya perubahan pola pikir seperti yang selama ini terjadi. Dengan
adanya promosi yang baik, waktu kemunculan beras organik yang relatif masih
baru tidak akan menjadi sebuah masalah karena dengan promosi dapat
menciptakan rasa ketertarikan konsumen terhadap produk.
Aspek promosi ini harus mendapatkan perhatian khusus dalam
memasarkan produk pertanian organik. Produsen harus dapat memilih strategi
promosi yang paling tepat untuk efisiensi yang tinggi dengan menekan biaya
pemasaran. Terkadang biaya pemasaran yang harus dikeluarkan oleh produsen
terlalu besar dan di sisi lain produk yang dijual tidak terlalu besar jumlahnya.
Salah satu cara promosi yang dapat diterapkan, misalnya dengan penggunaan
merek dan leaflet.
Merek dan leaflet ini merupakan bentuk dari komunikasi visual.
Penggunaan merek dan leaflet ini diharapkan dapat berguna dalam menyampaikan
pesan yang ingin disampaikan produsen kepada konsumen, sehingga
mempermudah produsen untuk memersuasi konsumen dan menciptakan
penggunaan merek diharapkan dapat meningkatkan citra dari produk dan lebih
mudah bagi produsen untuk memperoleh keprecayaan dari konsumen.
Produk beras organik yang menggunakan media promosi berupa merek
dan leaflet saat ini diantaranya ialah produk beras organik SAE. Beras SAE
diproduksi oleh Kelompok Tani Silih Asih yang berlokasi di Kampung Ciburuy,
Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor. Kelompok Tani Silih
Asih telah menyadari kelebihan dari sistem pertanian organik yang saat ini mereka
terapkan. Dengan menerapkan sistem pertanian organik, kesuburan lahan mereka
lebih terjaga, dan mereka juga dapat menghasilkan beras yang sehat dan tidak
mengandung zat kimia yang dapat membahayakan tubuh. Sistem pertanian
organik ini diterapkan oleh Kelompok Tani Silih Asih sebagai jawaban dari
kebutuhan konsumen akan produk yang sehat. Dalam Hal pemasaran produknya,
Kelompok Tani Silih Asih dibantu oleh Lembaga Pertanian Sehat aatu LPS.
Lembaga Peranian Sehat merupakan lembaga yang membantu Kelompok
Tani Silih Asih dalam hal pemasaran dan promosi produk beras organik SAE.
Cara yang dilakukan oleh LPS untuk membantu pemasaran dan promosi produk
beras organik ini diantaranya dengan pemberian merek dan juga pembuatan
leaflet. Merek dan leaflet ini merupakan salah satu cara penyampaian pesan untuk
memersuasi konsumen untuk mengonsumsi produk yang di jual.
Sebagai lembaga yang bertanggung jawab atas pembuatan merek dan
leaflet, LPS harus dapat membuat suatu merek yang benar-benar dapat menarik
konsumen untuk mengonsumsi produk yang dijual dan juga dapat memberikan
nilai tambah bagi produknya. Leaflet yang dibuat juga harus dapat diterima oleh
konsumen. Informasi yang ingin disampaikan melalui leaflet tersebut harus dibuat
semenarik mungkin sehingga merek dan leaflet tersebut dapat berperan efektif
sebagai media promosi produk beras organik. Selain dari informasi yang
terkandung dalam leaflet, desain visual dari leaflet dan juga merek menjadi hal
yang sangat penting untuk diperhatikan. Perpaduan tepat dari isi leaflet, cara
penyampaian, dan desain visual dari leaflet akan menghasilkan suatu leaflet yang
1.2. Masalah Penelitian
Keunggulan yang ditawarkan oleh beras organik dapat menjadi suatu
peluang tersendiri bagi para petani untuk memproduksi beras organik ini. Beras
organik memiliki manfaat yang lebih banyak, misalnya tidak mengandung
bahan-bahan keras atau racun, kandungan gizi, vitamin, mineral dan enzim pada beras
organik juga lebih banyak dibandingkan dengan produk pertanian biasa. Selain
itu beras organik dirasa lebih enak dibandingkan dengan beras biasa. Secara
keseluruhan beras organik memberikan manfaat yang sangat banyak bagi
kesehatan kita. Namun ternyata beras organik juga memiliki kekurangan, yaitu
apabila dilihat dari segi harga, produk ini masih relatif lebih mahal apabila
dibandingkan denga beras non organik.
Harga yang mahal dari beras organik ini salah satunya disebabkan oleh
biaya pemasaran yang harus dikeluarkan dapat dikatakan masih terlalu banyak
dan kurang efisien. Di sisi lain, beras organik ini merupakan produk yang masih
baru di pasaran sehingga membutuhkan suatu bentuk promosi tersendiri untuk
dapat menarik konsumennya. Penggunaan merek dan leafletmerupakan salah satu
cara yang tepat untuk memperkenalkan beras organik ini. Berdasarkan uraian
tersebut, permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Sejauh mana keefektifan merek dan leaflet sebagai media promosi dalam
merubah sikap dan pengetahuan responden?
2. Bagaimanakah hubungan persepsi responden tentang merek dan leaflet dengan
sikap dan pengetahuan responden?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah:
1. Menganalisis sejauh mana keefektifan merek dan leaflet sebagai media
promosi dalam merubah sikap dan pengetahuan responden.
2. Menganalisis hubungan antara persepsi responden tentang merek dan leaflet
1.4. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan dimanfaatkan oleh berbagai pihak,
antara lain:
1. Lembaga Pertanian Sehat (LPS)
Lembaga Pertanian Sehat atau LPS merupakan suatu lembaga yang
membantu dalam hal pemasaran produk beras organik dengan beberapa strategi
seperti pemberian merek dan leaflet. Diharapkan dengan penulisan penelitian ini
pihak LPS dapat memaksimalkan promosi yang mereka lakukan dalam hal
pemasaran produk beras SAE
2. Petani pelaku usaha produk pertanian organik.
Para petani dapat mengetahui sejauh mana peranan merek dan leaflet
dalam promosi produk pertanian organik. Beras organik SAE ini dihasilkan oleh
kelompok tani silih asih Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor.
3. Masyarakat umum.
Masyarakat dapat mengetahui kelebihan dari produk beras organik, dan
segera beralih untuk mengkonsumsinya.
4. Para peneliti.
Bagi para peneliti, penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan
referensi dalam melakukan penelitian berikutnya terkait dengan strategi promosi,
BAB II
PENDEKATAN TEORITIS KONSEPTUAL
1.1. Tinjauan Pustaka
Pada bagian berikut ini akan disajikan tinjauan literatur yang berkaitan
dengan beberapa konsep yang akan dilihat pada penelitian ini. Tinjauan literatur
tersebut diataranya merek, leaflet, konsumen, promosi penjualan, produk, produk
pertanian organik, persepsi, pengetahuan, dan juga sikap.
1.1.1. Merek
Merek sangatlah penting untuk diterapkan atau digunakan dalam suatu
produk. Menurut Taufik Amir (2005) produk merupakan apa saja yang dapat
ditawarkan kepada pasar agar dapat dibeli, digunakan, atau dikonsumsi, yang
dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan mereka. Konon, merek ini
merupakan salah satu aspek penting yang memberikan pengaruh yang sangat
besar dalam keberhasilan pemasaran suatu produk. Menurut Kotler dalam Amir
(2005) merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol, atau desain atau kombinasi
dari semua itu, yang sengaja dibuat untuk mengidentifikasikan barang atau jasa
dari salah satu penjual atau kelompok penjual dan untuk membedakan mereka dari
pemilik pesaingnya.
Merek juga berperan sebagai atirbut yang mendukung peningkatan citra
dari produk dalam proses pemasarannya. Undang-undang Republik Indonesia
tahun 2001 tentang merek, pada pasal 1 ayat 1 menjelaskan, bahwa merek adalah
tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, dan angka-angka susunan
warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan
digunakan dalam kegiatan perdagangan atau jasa.
Menurut Kotler (2008), merek (brand) adalah sebuah nama, istilah, tanda,
lambang, atau desain atau kombinasi semua ini, yang menunjukkan identitas
pembuat atau penjual produk atau jasa. Konsumen memandang merek sebagai
bagian penting dari produk, dan penetapan merek bisa menambah nilai bagi suatu
produk. Nama merek membantu konsumen mengenali produk yang bisa
menguntungkan mereka. Merek juga menyatakan sesuatu tentang kualitas dan
Dalam undang-undang Republik Indonesia nomor 15 tahun 2001 tentang
merek juga telah dijelaskan, bahwa di dalam era perdagangan global, sejalan
dengan konvensi-konvensi internasional yang telah diratifikasi Indonesia, peranan
merek menjadi sangat penting terutama dalam menjaga persaingan usaha yang
sehat. Nicolino (2004) menjelaskan bahwa merek adalah suatu entitas yang mudah
dikenali dan menjanjikan nilai-nilai tertentu. Dapat dikenali maksudnya seseorang
akan dapat dengan mudah memisahkan satu barang yang serupa dengan barang
lainnya melalui beberapa cara. Biasanya berupa sepatah kata, warna, atau simbol
yang dapat dengan mudah dilihat. Ciri yang kedua ialah entitas, maksudnya suatu
merek harus memiliki eksistensi yang khas dan berbeda. Ciri berikutnya adalah
janji-janji tertentu, dimana suatu merek harus dapat mengklaim mengenai apa
yang dapat diberikannya kepada konsumen, dan ciri yang terakhir adalah nilai,
yaitu apa yang ingin didapatkan oleh konsumen pasti merupakan sesuatu yang
mereka pedulikan hingga batas tertentu.
Menurut Tjiptono et al. (2000) penggunaan merek memiliki beberapa
tujuan, pertama yaitu sebagai identitas perusahaan yang membedakannya dengan
pesaing, sehingga pelanggan dapat dengan mudah mengenali dan melakukan
pembelian. Kedua sebagai alat promosi yang menonjolkan daya tarik produk,
misalnya dengan bentuk desain dan warna-warni yang menarik. Ketiga untuk
membina citra, yaitu dengan memberikan keyakinan, jaminan kualitas, serta citra
prestise tertentu kepada konsumen. Dan yang keempat untuk mengendalikan dan
mendominasi pasar, artinya dengan membangun merek yang terkenal dan bercitra
baik, dan dilindungi hak eksklusif berdasarkan hak paten atau hak cipta maka
perusahaan dapat meraih dan mempertahankan loyalitas konsumen.
1.1.2. Leaflet
Pengertian Leaflet menurut Effendy (2002) adalah lembaran kertas
berukuran kecil yang mengandung pesan tercetak untuk disebarkan kepada umum
sebagai informasi mengenai suatu hal atau peristiwa. Sedangkan Menurut Simnett
dan Ewles (1994) keunggulan dari leaflet adalah sederhana dan sangat murah.
Klien dapat menyesuaikan dan belajar mandiri, pengguna dapat melihat isinya
juga dapat memberikan detail (misalnya statistik) yang tidak mungkin bila
disampaikan lisan. Klien dan pengajar dapat mempelajari informasi yang rumit
bersama-sama.
Pesan atau informasi yang hendak dicantumkan dalam leaflet tersebut
haruslah dapat menarik dan memersuasi konsumen. Menurut Amir (2005)
pembuatan pesan harus memperhatikan isi, struktur, format, dan sumbernya.
Pertama, pada bagian isi, kita harus dapat membuat isi yang mengandung daya
tarik, tema, gagasannya jelas, atau menampilkan hal yang unik tentang produk
kita. Kedua kita harus dapat merancang strktur dan format pesan dengan baik.
Karena penggunaan media yang berbeda akan menyebabkan perbedaan struktur
dan format. Dalam pembuatan leaflet, harus mengetahui dimana harus
meletakkan headline, ilustrasi, dan juga warna. Hal berikutnya yang harus
diperhatikan ialah sumber pesan. Sedapat mungkin, buatlah agar yang menjadi
sumber komunikasi pemasaran kita ialah mereka yang popular, menarik
perhatian, dan mudah diingat.
Informasi yang dicantumkan dalam leaflet yang juga harus memiliki nilai
tambah berupa daya tarik. Nicolino (2004) mengungkapkan, daya tarik tersebut
diantaranya:
- Daya tarik fungsional: mudah digunakan, siap saji, mudah di buka, cepat, sederhana.
- Daya tarik gaya hidup: nyaman modern tradisional, variatif, family oriented, menghibur, sesuai umur
- Daya tarik emosional: keselamatan, keamanan, jaminan mutu, stabilitas,
menarik, tenang.
- Daya tarik nilai: nilai terbaik, pilihan tepat, selektif/eksklusif, harga termurah. Effendi (2002) menyatakan bahwa leaflet adalah satu bentuk komunikasi
dari organisasi kepada khalayak. Sebagai salah satu bentuk komunikasi yang
sering dipakai dalam komunikasi massa. Effendi (2002) menyarankan hal-hal
sebagai berikut :
- Mengatur supaya terbangkitkan perhatian (attention) pada bagian pembukaan, terpelihara minat (interest) mulai dari awal sampai akhir, dan terciptakan
kesan (impression) mendalam pada bagian penutup
- Menggunakan bahasa yang lazim dan umum
- Menyisipkan ilustrasi ataupun anekdot
1.1.3. Konsumen
Dalam memasarkan suatu produk konsumen merupakan komponen yang
sangat penting. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang atau jasa yang
tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang
lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan1.
Perilaku konsumen didefinisikan Engel et al. (1994), sebagai tindakan
yang langsung terlihat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan
produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusul
tindakan ini. Proses persuasif dibutuhkan dalam mempengaruhi keputusan yang
akan dibuat oleh konsumen. Guffey et al. (2005) mengungkapkan, bahwa
kemampuan memersuasi/membujuk merupakan salah satu keterampilan hidup
yang penting. Membujuk berarti menggunakan argument atau diskusi untuk
merubah keyakian atau tindakan individual. Pesan penjualan yang efektif
mencerminkan pengetahuan menyeluruh tentang produk, kredibilitas penulis, dan
manfaat spesifik bagi pembaca.
Keberhasilan dalam proses memersuasi ini akan memberikan efek kepada
konsumen untuk melakukan proses pengambilan keputusan. Menurut Davis
dalam Syamsi (2000) keputusan merupakan hasil pemecahan masalah yang
dihadapinya dengan tegas. Hal ini berkaitan dengan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan mengenai ‘apa yang harus dilakukan’ dan seterusnya mengenai
unsur-unsur perencanaan. Keputusan juga merupakan suatu proses pemikiran yang
berupa pemilihan satu diantara beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya. Keputusan itu sendiri merupakan suatu
unsur kegiatan yang sangat vital.
1
Keputusan yang diambil tersebut akan memiliki hubungan dengan
kepuasan yang akan diperoleh oleh konsumen. Hunt dalam Tjiptono (2000)
setidaknya terdapat lima perspektif mengenai definisi kepuasan pelanggan.
Normative deficite, aquity, normative standard, procedural fairness, dan
atributional. Meskipun demikian, rumusan yang paling dominan dan paling
banyak dijadikan acuan dalam literatur pemasaran dan perilaku kosumen adalah
paradigma diskonfirmasi. Bedasarkan paradigma ini kepuasan pelanggan diartikan
sebagai evaluasi purnabeli, dimana persepsi terhadap kinerja produk/jasa yang
dipilih sekurang-kurangnya memenuhi atau bahkan melebihi harapan pembelinya.
1.1.4. Promosi Penjualan
Promosi merupakan suatu aspek yang berhubungan dengan berbagai usaha
untuk memberikan informasi pada pasar tentang suatu produk atau jasa yang
dijual. Promosi penjualan ini sangatlah sesuai untuk memperkenalkan suatu
produk baru di pasaran. Pendapat ini sesuai dengan apa yang diungkapkan
Kusumastuti (2009):
‘Promosi penjualan dapat dirancang untuk memperkenalkan produk baru, dan juga membangun merek dengan penguatan pesan iklan dan citra perusahaan. Selain itu promosi penjualan dapat mendorong konsumen dengan segera untuk melakukan pembelian’.
Menurut Amir (2005) promosi penjualan merupakan bagian dari bauran
promosi atau disebut juga dengan bauran komunikasi pemasaran, yang terdiri dari:
1. Periklanan, yaitu segala bentuk kehadiran dan promosi dari ide, barang atau
jasa yang non personal oleh satu pihak tertentu.
2. Promosi penjualan, yaitu berbagai insentif jangka pendek untuk mendorong
konsumen segera mencoba atau membeli sebuah produk atau jasa.
3. Kehumasan dan publisitas. Program yang dirancang untuk mempromosikan
atau melindungi citra perusahaan atau produk.
4. Personal selling, yaitu interaksi tatap muka dengan satu atau lebih pembeli
prospektif dengan tujuan membuat presentasi, menjawab pertanyaan, dan
mendapatkan pesanan.
5. Pemasaran langsung, yaitu penggunaan email, faksimile, internet langsung,
Tujuan utama dari promosi adalah menginformasikan, mempengaruhi, dan
membujuk, serta mengingatkan pelanggan sasaran tentang perusahaan dan bauran
pemasarannya. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Amalia (2010),
mengenai strategi promosi, menunjukkan bahwa aspek periklanan, promosi
penjualan, publisitas, penjualan personal, pemasaran langsung secara
bersama-sama berpengaruh terhadap keputusan konsumen. Namun secara parsial, dari
kelima variable yang ada hanya ada satu variabel yang berpengaruh terhadap
keputusan konsumen dalam menggunakan suatu produk, yaitu promosi penjualan.
Menurut Tjiptono (2008) pada hakikatnya, promosi adalah suatu bentuk
komunikasi pemasaran. Yang dimaksud dengan komunikasi pemasaran adalah
aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi,
mempengaruhi/membujuk, dan/atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan
yang bersangkutan. Secara garis besar, proses komunikasi pemsaran diperlihatkan
oleh Gambar 1.
Gambar 1 Model Komunikasi Pemasaran (Tjiptono 2008) Gagasan
PENGIRIM
Pemahamann Gangguan
Gangguan fisik Masalah semantik Perbedaan budaya Ketiadaan feedback Efek status
PENERIMA
Encode Decode
Respon Pemahamann
Decode Encode
Media
1.1.5. Produk
Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar
agar menarik perhatian, akuisisi, penggunaan, atau konsumsi yang dapat
memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan. Produk mencakup lebih dari sekedar
barang-barang yang berwujud (tangible). Dalam arti luas produk meliputi
objek-objek fisik, jasa, acara, orang, tempat, organisasi, ide, atau bauran entitas-entitas
ini. Produk adalah elemen kunci dalam keseluruhan penawaran pasar (Kotler
2008).
Suatu produk terbagi kedalam tiga tingkatan, masing-masing tingkat dari
suatu produk menambah nilai. Tingkat yang paling dasar adalah manfaat inti,
yang membawa pertanyaan apa yang benar-benar dibeli oleh pembeli. Pada
tingkat kedua manfaat inti diubah menjadi produk aktual, dan pada tingkat ketiga
merupakan tahap dibangunnya produk tambahan di sekitar manfaat inti dan
produk aktual dengan menawarkan pelayanan dan manfaat tambahan kepada
konsumen (Kotler 2008).
Gambar 2 Tiga Tingkat Produk (Kotler 2008) Produk aktual
Manfaat Inti
Nama Merek
Tingkat Kualitas
Kemasan
Desain Fitur
Produk tambahan
Pengirim-an dPengirim-an penilaian
Pelayanan purnajual
Jaminan
1.1.6. Produk Pertanian Organik
Pertanian organik dapat diartikan sesuai dengan tujuannya, baik secara
umum, maupun khusus. Tujuan umum adalah menciptakan sistem pertanian yang
adil, menyehatkan, tidak merusak ekosistem, dan tidak menimbulkan
ketergantungan petani tehadap pihak lain. Tujuan khususnya dalam dunia
pertanian adalah mengembangkan cara bercocok tanam secara alami tanpa
menggunakan bahan-bahan kimia buatan (anorganik) atau pupuk kimiawi.
Pertanian organik memiliki lima prinsip, yaitu :
a. Pertanian organik berbasiskan pada budaya dalam masyarakat pertanian itu
sendiri.
b. Pertanian sebagai budaya dan kehidupan
c. Pertanian organik adalah menjaga kelestarian dan keseimbangan ekosistem
d. Pertanian organik untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga (self
sufficiency). Hal ini menjadi tujuan pertama, selanjutnya petani dapat menjual
hasil pertaniannya untuk memenuhi kebutuhan lainnya, seperti sandang,
pangan, papan, dan kebutuhan sekunder lainnya.
e. Pertanian organik sebagai wujud gerakan sosial yang berasaskan langsung,
adil, saling mengerti dan jujur (fahmi et al dalam Junarto 2008)
Produk pertanian organik atau pangan organik (organic food) adalah
semua bahan pangan yang diproduksi dengan sedikit mungkin menggunakan atau
bebas sama sekali dari unsur-unsur kimia (pupuk, pestisida, hormon, dan
obat-obatan). Pupuk misalnya, berasal dari alam berupa kotoran hewan dan kompos.
Untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman, digunakan musuh atau bahan
baku alami (Astawan dalam Hartati 2005)
Menurut Heltman dalam Hartati (2005) produk pertanian organik ini lebih
bergizi, terutama apabila dikonsumsi dalam keadaan masih segar. Pendapat ini
sesuai dengan Worthington (2001) yang menyatakan bahwa dari beberapa
penelitian tanaman yang ditumbuhkan dengan bahan-bahan organik mungkin
secara rata-rata akan memiliki kandungan gizi yang lebih tinggi daripada tanaman
yang dikembangkan dengan pupuk kimia dan pestisida. Dari tiga ratus studi
perbandingan pada tanaman dengan bahan-bahan kimia/pestisida, ternyata
dikembangkan dengan bahan-bahan organik dan 15 persen pada pola tanaman
yang menggunakan bahan kimia/pestisida).2
Beras organik merupakan salah satu contoh dari produk pertanian organik.
Beras organik merupakan beras yang bebas dari zat-zat kimia berbahaya. Hal ini
berarti dalam proses produksinya tidak menggunakan pestisida kimia yang dapat
membahayakan kesehatan. Beras organik ini tumbuh secara natural. Harga dari
beras organik rata-rata lebih tinggi dari harga beras biasa3.
1.1.7. Persepsi
Rakhmat dalam Nuh (2004) mendefinisikan persepsi sebagai pengalaman
tentang obyek, peristiwa, atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi adalah memberikan makna pada
stimuli inderawi (sensory stimuli).
Menurut Mulyana (2004), persepsi adalah proses internal yang
memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan
dari lingkungan kita. Proses internal ini mempengaruhi perilaku kita. Persepsi
adalah inti dari komunikasi sedangkan penafsiran adalah inti dari persepsi yang
identik dengan penyandian balik dalam proses komunikasi. Persepsi disebut inti
komunikasi karena jika persepsi individu tidak akurat, individu tidak mungkin
berkomunikasi dengan efektif. Persepsi yang menentukan individu memilih suatu
pesan dan mengabaikan pesan yang lain.
Persepsi seseorang akan mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh
orang tersebut, termasuk dalam memutuskan untuk melakukan suatu pembelian.
Konsumen akan menampakkan perilakunya setelah melakukan persepsi terhadap
keputusan apa yang akan di ambil dalam membeli produk. Menurut Schiffman
dan Kanuk dalam Wahyuni ( 2008 ), mengungkapkan bahwa persepsi merupakan
suatu proses yang membuat seseorang untuk memilih, mengorganisasikan dan
menginterpretasikan rangsangan-rangsangan yang diterima menjadi suatu
gambaran yang berarti dan lengkap tentang dunianya.
2
Diakses dari http://www.purefood.org/organics/healthier101101.cfm pada tanggal 2 Januari 2012 3
Menurut Kasali dalam Hakim (2010), terjadinya persepsi pada diri
individu dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu latar belakang budaya,
pengalaman masa lalu, nilai-nilai yang dianut, dan berita-berita yang berkembang.
Latar belakang budaya menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi proses
terjadinya persepsi pada diri individu salah satunya ialah kepercayaan.
Kepercayaan merupakan anggapan subyektif bahwa suatu objek atau peristiwa
punya cirri atau nilai tertentu, dengan ataupun tanpa bukti. Pemahaman terhadap
suatu hal juga tidak terlepas dari pengaruh latar belakang pendidikan dan
berkembangnya pola piker kearah yang lebih maju atau modern.
Pengalaman masa lalu ialah pengalaman seseorang tentang objek,
peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan yang telah diterima sebelumnya. Hal berikutnya
yang mempengaruhi pembentkan persepsi ialah nilai-nilai yang dianut. Nilai yang
dianut terbentuk karena adanya pengharapan, serta motif seseorang yang
cenderung untuk menerima sesuatu yang dibutuhkan atau diinginkan, kekuatan
kebutuhan, dan besarnya kecenderungan untuk mengabaikan stimuli yang tidak
berhubungan di lingkungannya.
Berita-berita yang berkembang merupakan salah satu bentuk rangsangan
yang menarik perhatian khalayak. Melalui berita-berita yang berkembang ini
dapat mempengaruhi terbentuknya persepsi pada benak khalayak. Persepsi baik
ataupun buruk pada khalayak dapat terbentuk dari banyak atau seringnya melihat
suatu berita yang ada, karena proses berpikir dapat terbentuk melalui informasi
yang didapatkan khalayak.
1.1.8. Pengetahuan
Menurut Notoadmodjo (2007), pengetahuan merupakan hasil dari tahu
dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan adalah informasi atau maklumat
Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia
melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan
akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah
dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan
yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan
aroma makanan tersebut.
Pengetahuan yang dicapai dalam domain kognitif mempunyai 5 tingkatan,
yakni:
1. Tahu, diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali atau recall terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini
merupakan tingkat yang paling rendah. Kata kerja bahwa untuk mengukur
orang tahu tentang apa yang telah dipelajari antara lain menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
2. Comprehension (memahami), diartikan sebagai sesuatu untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
memperkirakan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi, diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi riil atau sebenarnya. Aplikasi di sini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus, metode,
prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis, adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis tersebut
dapat dilihat dari penggunaan kata kerja.
5. Sintesis, menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam bentuk suatu keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan
suatu kriteria tersendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada
(Notoatmodjo, 2003).
1.1.9. Sikap
Baron dan Byrne (2004) mengungkapkan bahwa sikap sangat
mempengaruhi pemikiran seseorang. Meskipun sikap tersebut tidak selalu
direfleksikan dalam tingkah laku yang nampak. Berbagai bukti menunjukkan
bahwa sikap sebagai evaluasi terhadap dunia sekitar mewakili aspek kognisi yang
mendasar. Sikap cenderung untuk mengevaluasi stimuli sebagai sesuatu yang
positif atau negatif, sesuatu yang disukai atau tidak disukai. Sikap juga terjadi
dengan segera dan pasti, bahkan sebelum seseorang berusaha memahami arti dari
stimuli tersebut atau mengintegrasikan sikap tersebut dengan pengalaman yang
dimiliki sebelumnya. Sears, Freedman, dan Peplau (1985) mengungkapkan
bahwa:
‘Sikap terhadap objek, gagasan atau orang tertentu merupakan orientasi yang bersifat menetap dengan komponen-komponen kognitif, afektif, dan perilaku. Komponen kognitif terdiri dari seluruh kognisi yang dimiliki seseorang mengenai objek sikap tertentu-fakta, pengetahuan, dan keyakinan tentang objek. Komponen afektif terdiri dari seluruh perasaan atau emosi seseorang terhadap objek, terutama penilaian. Komponen perilaku terdiri dari kesiapan seseorang untuk bereaksi atau cenderung untuk bertindak terhadap objek’.(Sears et. al 1985)
Konsep mengenai sikap telah melahirkan berbagai macam pengertian
diantara para ahli. Sikap pada awalnya diartikan sebagai suatu syarat untuk
munculnya suatu tindakan. Konsep tersebut kemudian berkembang semakin luas
dan digunakan untuk menggambarkan adanya suatu niat yang khusus atau umum,
berkaitan dengan kontrol terhadap respon pada keadaan tertentu (Young dalam
Widiyanta 2002).
Azwar dalam Widiyanta (2002) menggolongkan definisi sikap ke dalam
tiga kerangka pemikiran. Pertama kerangka pemikiran yang diwakili oleh para
ahli psikologi seperti Louis Thurstone, Rensis Likert, dan Charles Osgood.
sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak
maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak pada objek tersebut.
Kedua, kerangka pemikiran ini diwakili oleh ahli seperti Chief, Bogardus,
La Pierre, Mead, dan Gordon Allport. Menurut kelompok pemikiran ini sikap
merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan
cara-cara tertentu. Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksudkan merupakan
kecenderungan yang potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila
individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon.
Ketiga kelompok pemikiran yang berorientasi pada skema triadik (triadic
schema). Menurut pemikiran ini suatu sikap merupakan konstelasi komponen
kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami,
merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek.
1.2. Kerangka Pemikiran
Beras organik merupakan suatu produk yang memiliki potensi besar untuk
dikembangkan di pasaran. Hal ini terkait dengan banyaknya manfaat yang
ditawarkan dari produk ini. Selain dari segi kesehatan, dari segi rasa pun beras
organik memiliki kelebihan apabila dibandingkan dengan produk pertanian
konvensional. Namun produk ini belum dapat berkembang di pasaran. Salah satu
penyebabnya adalah waktu kemunculan produk ini yang relatif masih baru.
Sehingga promosi diperlukan sebagai suatu cara untuk mengembangkan dan
memperkenalkan produk ini. Upaya promosi ini dapat dilakukan dengan
merancang suatu strategi komunikasi yang persuasif, yang dapat menonjolkan
kelebihan dari produk ini. Kelebihan ini didasarkan pada perbandingan dengan
produk pertanian konvensional.
Penelitian ini diawali dengan menganalisis sejauh mana pengetahuan
konsumen dan juga sikap mereka terhadap produk beras organik. Analisis
terhadap keefektifan merek dan leaflet ini dengan menggunakkan metode pre-test
dan post-test terhadap responden di kawasan Kota Bogor. Kerangka pemikiran
Gambar 3. Bagan Kerangka Pemikiran
Sikap Pengetahuan
Desain Visual ‐Warna ‐Huruf ‐Gambar
Attention Need Satisfaction Visualization Action
Pre Test
Post Test
Merek
Produk Beras organik
Promosi Penjualan
Leaflet Karakteristik
konsumen
Sikap Pengetahuan
Merek dan leaflet dapat digunakan sebagai media promosi terutama dalam
hal memberikan informasi yang lebih mendetail mengenai produk yang dijual.
Informasi yang terdapat dalam leaflet tersebut diharapkan dapat menimbulkan
perubahan pengetahuan dan juga sikap konsumen terkait dengan produk yang
dijual. Analisa ketertarikan yang ditimbulkan merek dan leaflet ini juga
dipengaruhi oleh karakteristik individu, atau konsumen yang meliputi usia,
pendidikan, jenis kelamin, jumlah alokasi belanja, dan motivasi konsumen dalam
berbelanja produk yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner terhadap
responden yang sama yang sebelumnya telah mengisi kuesioner tanpa melihat
merek dan membaca leaflet terlebih dahulu.
Pada penelitian ini juga akan dilihat bagaimana persepsi responden
terhadap merek dan juga persepsi responden terhadap leaflet. Dalam mengukur
persepsi responden terhadap merek digunakan beberapa pernyataan terkait desain
visual merek, seperti, warna, huruf yang digunakan, dan juga gambar atau animasi
yang dipergunakan. Sedangkan dalam mengukur persepsi responden terhadap
leaflet, dinilai dari lima hal, yaitu attention, need, satisfaction, visualization, dan
action. Persepsi responden terhadap merek dan leaflet ini akan dilihat
hubungannya dengan sikap dan pengetahuan responden.
1.3. Hipotesis Penelitian :
1. Terdapat hubungan positif antara penggunaan merek dengan perubahan sikap
responden
2. Terdapat hubungan positif antara penggunaan leaflet dengan perubahan sikap
responden
3. Terdapat hubungan positif antara penggunaan leaflet dengan perubahan
pengetahuan responden
4. Terdapat hubungan positif antara persepsi responden terhadap merek dengan
sikap responden
5. Terdapat hubungan positif antara persepsi responden terhadap leaflet dengan
sikap responden
6. Terdapat hubungan positif antara persepsi responden terhadap leaflet dengan
1.4. Definisi Operasional
Merek dalam penelitian ini merupakan peubah bebas yang akan dilihat
pengaruhnya terhadap ketertarikan konsumen terhadap suatu produk. Keefektifan
dari sebuah merek dapat dilihat dari sejauh mana merek tersebut dapat dimengerti
oleh konsumen, juga sejauh mana merek tersebut mencerminkan produknya.
Selain itu keefektifan dari sebuah merek juga dapat diukur melalui sejauh mana
kesesuaian merek tersebut dengan produk yang dijualnya kesesuaian tersebut
dapat dilihat dari pemakaian warna pada merek, kesesuaian jenis huruf yang
digunakan, ukuran huruf, penggunaan simbol/lambang yang digunakan, dan juga
dari segi desain merek secara keseluruhan.
1. Merek yang digunakan mencerminkan produk yang di jual
- Sangat tidak setuju di beri skor 1 - Tidak setuju diberi skor 2
- Setuju diberi skor 3
- Sangat setuju diberi skor 4
2. Penggunaan warna pada merek sesuai dengan produk yang dijual
- Sangat tidak setuju di beri skor 1 - Tidak setuju diberi skor 2
- Setuju diberi skor 3
- Sangat setuju di beri skor 4
3. Huruf yang digunakan mudah dibaca dan dimengerti
- Sangat tidak setuju diberi skor 1 - Tidak setuju diberi skor 2 - Setuju diberi skor 3
- Sangat setuju diberi skor 4
4. Gambar atau animasi yang digunakan sesuai dengan produk yang di jual
- Sangat tidak setuju diberi skor 1 - Tidak setuju diberi skor 2 - Setuju diberi skor 3
5. Ukuran merek yang digunakan sesuai dan tepat dengan kemasan
- Sangat tidak setuju diberi skor 1 - Tidak setuju diberi skor 2 - Setuju diberi skor 3
- Sangat setuju diberi skor 4
6. Nama (merek) yang digunakan sesuai dengan produk yang dijual
- Sangat tidak setuju diberi skor 1 - Tidak setuju diberi skor 2 - Setuju diberi skor 3
- Sangat setuju diberi skor 4
7. Merek yang digunakan menarik perhatian
- Sangat tidak setuju diberi skor 1 - Tidak setuju diberi skor 2 - Setuju diberi skor 3
- Sangat setuju diberi skor 4
Dengan menggunakan rumus interval kelas, penrnyataan-pernyataan diatas
akan menentukan tingkat persepsi responden terhadap merek.
Dari tujuh pernyataan yang ada, maka nilai maksimal adalah 28 dan nilai
minimal adalah tujuh. Persepsi responden terhadap merek ini dikategorikan ke
dalam tiga kelas, yaitu persepsi buruk, sedang, dan baik. Maka diperoleh nilai
rentang kelas sebesar tujuh. Diperoleh nilai untuk kategori :
Persepsi buruk : 7 + 7 = 14 ( 7 ≤ x ≤ 14)
Persepsi sedang : 14 + 7 = 21 (14 < x≤ 21 )
Persepsi baik : 21 + 7 = 28 (21 < x ≤ 28)
Leaflet pada penelitian ini sebagai peubah bebas yang akan dilihat
pengaruhnya terhadap ketertarikan konsumen yang diukur melalui tingkat
pengetahuan dan sikap konsumen. Leaflet merupakan salah satu bentuk Interval kelas (IK) = Skor Maksimum – Skor Minimum
penyampaian pesan dimana untuk mengukur ketertarikan konsumen terhadap
rancangan desain pesan dapat menggunakan lima variabel, yaitu attention,need,
satisfaction, visualization, dan action.
Attention merupakan kekuatan pesan untuk menarik perhatian diukur
berdasarkan seberapa tinggi kekuatan pesan tersebut untuk dapat menarik
perhatian pengunjung. Untuk mengukur seberapa besar daya tarik yang dimiliki
leaflet ini dapat menggunakan beberapa indikator, yaitu :
1. Komposisi warna dalam leaflet sesuai dengan produk yang dijual dan menarik
untuk dilihat. Indikator :
- Sama sekali tidak sesuai dan tidak menarik diberi skor 1 - Cukup sesuai namun tidak menarik diberi skor 2
- Menarik namun kurang sesuai diberi skor 3 - Menarik dan sangat sesuai diberi skor 4
2. Huruf yang digunakan sesuai dan memiliki daya tarik. Indikator :
- Sama sekali tidak sesuai dan tidak menarik diberi skor 1 - Cukup sesuai namun tidak menarik diberi skor 2
- Menarik namun kurang sesuai diberi skor 3 - Menarik dan sangat sesuai diberi skor 4
3. Simbol yang digunakan sesuai dengan produk dan dapat menarik perhatian.
Indikator :
- Sama sekali tidak sesuai dan tidak menarik diberi skor 1 - Cukup sesuai namun tidak menarik diberi skor 2
- Menarik namun kurang sesuai diberi skor 3 - Menarik dan sangat sesuai diberi skor 4 4. Desain leaflet secara keseluruhan :
- Sangat tidak menarik diberi skor 1 - Tidak menarik diberi skor 2 - Menarik diberi skor 3
- Sangat menarik diberi skor 4
Need merupakan kebutuhan pengunjung akan informasi yang disediakan
dalam leaflet. Pengukuran dilakukan berdasarkan seberapa lengkap informasi
1. Informasi mengenai produk yang dijual, termasuk didalamnya kelebihan
produk. Indikator :
- Tidak ada, skor 1
- Kurang lengkap, skor 2
- Lengkap, skor 3
- Sangat lengkap, skor 4
2. Informasi lokasi pembelian dan kontak yang bisa dihubungi. Indikator :
- Tidak ada, skor 1 - Kurang lengkap, skor 2 - Lengkap, skor 3
- Sangat lengkap, skor 4
3. Informasi pendukung lainnya (misal: keterangan halal dan keamanan produk).
Indikator :
- Tidak ada, skor 1 - Kurang lengkap, skor 2 - Lengkap, skor 3
- Sangat lengkap, skor 4
Satisfaction merupakan kepuasan pengunjung terhadap ketersediaan informasi
dalam leaflet. Indikator:
- Sangat tidak puas, skor 1
- Tidak puas, skor 2
- Puas, skor 3
- Sangat puas, skor 4
Visualization merupakan persepsi pengunjung mengenai penggambaran isi pesan
yang disampaikan di dalam leaflet. Indikator:
- Tidak ada, skor 1
- Kurang lengkap, skor 2
- Lengkap, skor 3
Action menggambarkan tingkat keinginan pengunjung untuk berkunjung
melakukan pembelian terhadap produk pertanian organik. Indikator:
- Sangat lemah, skor 1
- Lemah, skor 2
- Kuat, skor 3
- Sangat kuat, skor 4
Seperti halnya dalam menentukan tingkat persepsi responden terhadap
merek, dalam menentukan tingkat persepsi responden terhadap leaflet juga dengan
menggunakan rumus interval kelas. Jumlah total pernyataan yang digunakan
untuk mengukur persepsi terhadap leaflet ini berjumlah empat belas pernyataan,
maka nilai maksimal ialah 56 dan nilai minimal 14. Persepsi terhadap leaflet juga
dibagi kedalam tiga kelas, yaitu persepsi buruk, persepsi sedang, dan persepsi
baik. Diperoleh nilai rentang kelas sebesar 14. Maka hasil penilaian yang
diperoleh ialah :
Persepsi buruk : 14 +14= 28 (14≤x≤28)
Persepsi sedang : 28 + 14 = 42 (28<x≤42)
Persepsi baik : 42+14 = 56 (42 < x≤56)
Variabel berikutnya yang akan dilihat ialah tingkat pengetahuan. Apakah
tingkat pengetahuan ini akan berubah dengan adanya leaflet ataukah tidak.
Tingkat pengetahuan responden ialah sejauh mana pengetahuan responden
terkait dengan produk pertanian organik, khususnya beras organik. Tingkat
pengatahuan ini diukur dengan beberapa parameter :
- Pengatahuan responden menganai produk pertanian organik
- Pengatahuan responden mengenai kandungan gizi
- Pengetahuan responden mengenai kesehatan
Dalam menentukan tingkat pengetahuan responden, responden diberikan
pernyataan yang akan menguji pengetahuan responden. Setiap jawaban yang
benar responden akan mendapat nilai satu dan setiap jawaban yang salah tidak
akan mendapatkan nilai atau nol. Jumlah pernyataan yang digunakan sebanyak
dua belas pernyataan sehingga nilai maksimal yang bisa diperoleh responden ialah
dua belas dan nilai minimum adalah nol. Tingkat pengetahuan ini dibagi kedalam
Pengetahuan rendah : 0 +4= 4 (0≤x≤4)
Pengetahuan sedang : 4 + 4 = 8 (4<x≤8)
Pengetahuan tinggi : 8+4 = 12 (8 < x≤12)
Variabel terakhir yang akan di ukur ialah sikap responden. Apakah setelah
mereka melihat merek dan mendapatkan informasi dari leaflet mereka cenderung
untuk menampilkan sikap positif terhadap produk ataukah tidak. sikap ini diukur
dengan menggunakan beberapa parameter, diantaranya:
- Kecenderungan tertarik terhadap bentuk fisik produk
- Kecenderungan tertarik dengan cara pengemasan
- Kecenderungan tertarik untuk mencicipi
- Kecenderungan tertarik untuk menjadi konsumen
- Kecenderungan tertarik untuk menyebarluaskan informasi kepada
orang lain
Untuk parameter tersebut dapat diberi skor sebagai berikut :
- Sangat tidak tertarik diberi skor 1
- Tidak tertarik diberi skor 2
- Tertarik diberi skor 3
- Sangat tidak tertarik diberi skor 4
Variabel sikap ini juga dibagi kedalam tiga kelas, yaitu tinggi, sedang, dan
rendah. Jumlah pernyataan yang digunakan untuk mengukur sikap ini ialah
sebanyak sembilan pernyataan dengan masing-masing pernyataan memiliki nilai
maksimal empat dan minimal satu. Maka nilai maksimal yang mungkin diperoleh
oleh responden ialah 36 dan nilai minimalnya adalah sembilan. Diperoleh nilai
rentang kelas sebesar sembilan. Hasil yang diperoleh :
Sikap rendah : 9 + 9 = 18 (9≤x≤18)
Sikap sedang : 18 + 9 = 27 (18< x ≤27)
Sikap tinggi : 27 + 9 = 36 (27 < x ≤ 36)
Selain variabel diatas, dalam penelitian ini juga terdapat peubah bebas.
Peubah bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah karakteristik dari
konsumen, yang meliputi umur, pendidikan, jenis kelamin, jumlah rata-rata
pengeluaran untuk berbelanja, pengetahuan konsumen tentang produk,
1. Umur adalah usia responden pada saat diwawancarai, dihitung dalam satuan
tahun
2. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh
responden. Kategori dari pendidikan formal tersebut ialah Sekolah Dasar
(SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) Sekolah Menengah Atas (SMA),
Diploma, Sarjana, dan Pascasarjana.
3. Jenis kelamin ialah perbedaan jenis kelamin reponden, yaitu laki-laki dan
perempuan
4. Jumlah rata-rata belanja makanan/hari adalah jumlah belanja total rata-rata
yang dikeluarkan oleh responden selama satu hari untuk membeli makanan
baik makanan pokok maupun makanan tambahan atau jajan
5. Pengetahuan mengenai produk pertanian organik. Pengetahuan tersebut
meliputi pemahaman mengenai gizi dan kesehatan yang dikategorikan
kedalam 5 kategori yaitu : tidak paham, agak paham, paham, dan sangat
paham.
6. Pengalaman mengkonsumsi produk pertanian organik. Pengalaman
mengkonsumsi ini dikategorikan ke dalam kategori : tidak pernah, jika perlu
saja, jarang dan sering.
7. Motivasi adalah faktor yang mendorong konsumen untuk melakukan
pembelian terhadap produk. Motivasi ini dikategorikan ke dalam lima
kategori, yaitu : manfaatnya bagi kesehatan, kesesuaian selera makanan, untuk
BAB III
PENDEKATAN LAPANGAN
3.1. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen, dalam penelitian ini
peneliti secara sengaja memanipulasi suatu variabel (memunculkan atau tidak
memunculkan suatu variabel) kemudian memeriksa efek atau akibat yang
ditimbulkannya (Faisal 2005).
Metode penelitian eksperimen dalam penelitian ini dengan menggunakan
model pre-test dan post-test. Model pre-test dan post-test yang digunakan ialah
desain uji awal dan uji akhir satu kelompok, tanpa adanya kelompok kontrol. Pada
desain ini akan dilihat keadaan responden sebelum memperoleh perlakuan dan
keadaan akhir setelah mendapatkan perlakuan (Chadwick 1991).
3.2. Lokasi dan Waktu
Penelitian ini mengambil produk beras organik SAE yang merupakan
singkatan dari Sehat Aman dan Enak. Pemberian nama SAE ini sendiri dijelaskan
oleh Ketua Kelompok Tani Silih Asih H. Dzakaria untuk menjawab kebutuhan
konsumen, dimana saat ini konsumen menginginkan produk yang sehat, aman
untuk dikonsumsi dan tentunya memiliki rasa yang enak. Pemberian nama SAE
ini dibantu dirumuskan oleh Lembaga Pertanian Sehat atau LPS Bogor.
Kelompok Tani Silih Asih sebagai penyuplai atau produsen beras SAE
berlokasi di Kampung Ciburuy, Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong Kabupaten
Bogor. Para petani disini menerapkan sistem pertanian organik, karena mereka
menyadari pentingnya pangan yang sehat dan juga berkesinambungan. Dalam hal
pemasaran,walaupun telah memiliki koperasi sendiri, kelompok Tani ini juga
dibantu oleh suatu lembaga, yaitu Lembaga Pertanian Sehat atau LPS yang
beralamat di Kecamatan Parung Kabupaten Bogor. LPS ini khususnya berperan
sebagai pemasar dari produk beras SAE, juga membantu dalam proses promosi
produk beras SAE, misalnya dengan pembuatan dan pemberian merek, juga
Penentuan lokasi untuk penelitian ini dilakukan secara sengaja
(purposive), yaitu di wilayah Kota Bogor. Pemilihan ini didasarkan atas beberapa
pertimbangan yang telah didiskusikan dengan dosen pembimbing. Penelitian ini
dilaksanakan dalam waktu lima bulan. Kegiatan dalam penelitian ini meliputi
penyusunan proposal skripsi, kolokium, pengambilan data lapangan, penulisan
draft skripsi, dan perbaikan laporan penelitian.
3.3. Teknik Pemilihan Responden
Jumlah responden yang diambil berjumlah empat puluh orang responden,
didasarkan pada jumlah minimum pengambilan responden dalam penelitian sosial
yaitu sebanyak tiga puluh orang. Responden yang dipilih dalam penelitian ini
merupakan warga Kota Bogor. Berdasarkan data hasil sensus yang dilakukan oleh
Badan Pusat Statistik Kota Bogor pada tahun 2010, jumlah penduduk kota Bogor
sebanyak 949.066 orang. Warga Bogor tersebut tersebar di beberapa wilayah yaitu
Bogor Selatan, Bogor Timur, Bogor Utara, Bogor Tengah, Bogor Barat, dan
Tanah Sareal.
Pemilihan responden ini dilakukan secara sengaja, atau purposive dengan
mendatangi beberapa alamat dan menggunakan teknik accidental sampling.
Menurut Sugiyono (2007) accidental sampling adalah mengambil responden
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan ditemui oleh
peneliti dapat dijadikan sebagai sampel bila orang yang ditemui tersebut cocok
sebagai sumber data. Hal ini didasarkan asumsi bahwa konsumen beras organik
umumnya dari kalangan menengah ke atas, terkait dengan sifat eksklusifitas dari
produk dan harga yang relatif lebih mahal dibandingkan dengan beras anorganik.
Sehingga dalam penelitian ini dipilih responden yang memang representatif
memiliki cukup uang untuk membeli produk beras organik SAE.
Responden ialah orang dewasa yang memiliki wewenang pengambilan
keputusan pembelian beras. Selain itu responden juga harus bisa membaca, yang
dapat di ukur dengan tingkat pendidikan responden. Responden juga tidak boleh
menderita buta warna agar dapat menganalisis desain visual dari merek dan
3.4. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang didapatkan merupakan data primer. Data tersebut diperoleh
dengan menggunakan instrumen penelitian yaitu kuesioner. Kuesioner tersebut
dimaksudkan sebagai suatu daftar pertanyaan untuk memperoleh data berupa
jawaban-jawaban dari para responden, yaitu orang-orang yang memberi jawaban
(Koentjaraningrat 1977)
Pada tahap awal konsumen diminta untuk mengisi kuesioner yang meliputi
identitas responden, karaktersitik responden, dan juga pengalaman interaksi
responden dengan produk pertanian organik. Kemudian setelah itu responden
diminta untuk mengisi pertanyaan mengenai pengetahuan responden, dan juga
sikap responden terhadap produk pertanian organik untuk menilai sejauh mana
ketertarikan responden terhadap produk pertanian organik. Pengisian kuesioner ini
dmaksudkan sebagai tahap awal atau pre-test bagi responden.
Setelah responden mengisi bagian awal kuesioner, kemudian responden
diperlihatkan desain merek yang digunakan oleh produk beras organik SAE, dan
diminta untuk mengisi kuesioner mengenai persepsi mereka terkait desain merek
dari produk tersebut. Sejauh mana merek yang digunakan tersebut dapat dipahami
dan menarik perhatian konsumen. Setelah didapatkan persepsi responden
mengenai pemakaian merek tersebut, kemudian responden diberikan leaflet untuk
mereka pelajari. Setelah responden mempelajari leaflet yang ada, kemudian
responden diminta untuk mengisi kuesioner berikutnya mengenai persepsi
responden terhadap leaflet yang baru saja dibaca oleh responden.
Tahapan berikutnya setelah responden mengisi kuesioner kedua, mengenai
merek dan leaflet ialah responden diminta untuk mengisi kuesioner bagian ketiga.
Pada kuesioner bagian ketiga ini responden diberikan pertanyaan yang sama
dengan kuesioner pada bagian pertama yaitu mengenai pengetahuan konsumen
dan juga sikap konsumen terhadap beras organik SAE. Pemberian kuesioner
ketiga ini dimaksudkan untuk melihat ada atau tidaknya perubahan pengetahuan
dan juga sikap untuk mengkonsumsi pada responden setelah mereka melihat
merek dan juga mempelajari leaflet yang telah diberikan sebelumnya.
Dari kuesioner tersebut akan didapatkan data deskriptif mengenai keefektifan