• Tidak ada hasil yang ditemukan

Interpretation Planning of Forest Area with Special Purpose in Cikampek, Sub-district of Cikampek, District of Karawang, West Java

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Interpretation Planning of Forest Area with Special Purpose in Cikampek, Sub-district of Cikampek, District of Karawang, West Java"

Copied!
249
0
0

Teks penuh

(1)

KABUPATEN KARAWANG, PROVINSI JAWA BARAT

MEYLA DONA PARAMITA

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

(2)

Under supervision of EVA RACHMAWATI and DESY EKAWATI.

Forest Area with Special Purpose is an area which is established by the government for the purpose of research and non-research activity. Nowadays, Cikampek Forest Area with Special Purpose has been visited by many visitors. It became one of the driving factors of the community to the procurement of tourism activities. Yet, there are problems arising from the activities, such as waste problem and irregularity of visitors causes the irregularity of spatial in Cikampek Forest Area with Special Purpose. One solution to solve these problems is to increase visitors and public knowledge to the area through interpretation activity. The general purpose of this research is to make an interpretation planning of Forest Area with Special Purpose in Cikampek. This research specifically aims to identify the object of interpretation, interpretation paths, visitor characteristics, management and community conditions.

The study was conducted in Cikampek Forest Area with Special Purpose on February, and May-June 2012 which includes field data collection, interviews to the management and community, also data analysis. The data was collected through literature study, interviews and field observation methods. The study was able to identify that the objects at Cikampek Forest Area with Special Purpose consists the potential of natural resources (physical and biological potentials) and social-culture potential. The potential of natural resources consisting of rice paddy field, Kembang Cave, outbound area, Cicunut River and empty areas. While the potential of socio-culture consisting of traditional art, traditional ceremonies and farming communities. In addition there are 4 interpretation paths which are climatology station - gathering area path, nursery – playing area path, Kembang Cave path and butterfly area path. Most of the visitors are male (73%) and comes from Karawang City (92%). The visitors are from 13-18 years old (35%) with a high school education (53%). The development management is to assess the form that fits with the status of the area and the existing potential, also to establish the partnership with the local community and local government relating to the interpretation activity. The interpretation location includes the whole area in Cikampek Forest Area with Special Purpose which is divided into two blocks. The first block is focused for the planning of interpretation facilities and infrastructure, while the second block is for the development for the existing interpretation objects. The theme of the interpretation activity in Cikampek Forest Area with Special Purpose is “Feel the Charm on the Harmonization of the Coolness of Forest and the Uniqueness of the Culture in

Cikampek.” The interpretation path that will be developed is climatology station – gathering area path and nursery – playing area path. Interpretation activity plan that can be done is only for limited tourism based on education and research. Interpretation assignment plan will be done by adding special organization structure in the form of interpretation implementer and interpretation planner.

(3)

CIKAMPEK, KABUPATEN KARAWANG, PROVINSI JAWA BARAT

Oleh:

Meyla Dona Paramita

E34080114

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Perencanaan Interpretasi Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Cikampek, Kecamatan Cikampek,

Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat” adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi ataupun lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dan karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2012

(5)

Barat

Nama : Meyla Dona Paramita NRP : E34080114

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Eva Rachmawati, S.Hut, M.Si DesyEkawati, S.Hut,M.Sc NIP 19770321 200501 2 003 NIP 19741202 199903 2 003

Mengetahui,

Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

Prof.Dr.Ir. Sambas Basuni, MS NIP 19580915 198403 1 003

(6)

Meyla Dona Paramita dilahirkan di Banyuwangi, JawaTimur pada tanggal 12 Mei 1990 sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Supomo dan Ibu Sunarti. Penulis memulai pendidikan pada tahun 1994 di Taman Kanak-Kanak Kemala Bhayangkari dan lulus pada tahun 1996. Penulis melanjutkan Sekolah Dasar di SDN Yosomulyo 5 dan lulus pada tahun 2002. Tahun 2002 penulis melanjutkan ke SMPN 1 Genteng dan lulus pada tahun 2005, setelah itu melanjutkan ke SMAN 2 Genteng pada tahun 2005 dan lulus pada tahun 2008. Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008 melalui jalur SNMPTN dan pada tahun 2009 diterima pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan.

Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif sebagai pengurus dan anggota Keluarga Mahasiswa Buddhis (KMB IPB), Agroedutourism IPB, Tim Forest Outbond Agroedutourism IPB, Biro Sosial dan Lingkungan serta Kelompok Pemerhati Ekowisata pada

organisasi HIMAKOVA periode 2009-2010, dan pernah menjadi Ketua Kelompok Pemerhati Ekowisata pada periode 2010-2011, Ketua Jalan Kaki Hijaukan Alam HIMAKOVA 2011, ketua tim Forest Outbond Agroedutourism IPB. Penulis pernah melaksanakan praktek dan kegiatan lapang antara lain: Eksplorasi Fauna, Flora dan Ekowisata Indonesia (RAFFLESIA) di Cagar Alam Burangrang (2010) dan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (2011), Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) di Taman Nasional Sebangau (2010) dan Taman Nasional Kerinci Seblat (2011). Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Cagar Alam Kamojang dan Leuweung Sancang (2010), Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (2011), serta Praktek Kerja Lapang Profesi di Taman Nasional Gunung Merbabu (2012). Dalam usaha memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Kehutanan di Fakultas Kehutanan IPB. Penulis menyusun skripsi berjudul “Perencanaan

Interpretasi Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Cikampek, Kecamatan

(7)

Puji dan syukur dipanjatkan kepada Sang Hyang Adi Buddha yang telah memberikan pencerahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Eva Rachmawati, S.Hut, M.Si. dan Desy Ekawati, S.Hut, M.Sc. selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan dorongan semangat, nasehat dan bimbinganya.

2. Orang tuaku tercinta yaitu Bapak Supomo dan Ibu Sunarti serta adikku Citto Manggala Putra yang senantiasa memberikan doa, semangat dan dorongan selama kegiatan penelitian ini.

3. Bapak Dr. Ir. Rahmat Hermawan , M.Sc selaku ketua sidang yang telah memimpin ujian komprehensif penulis dan Bapak Dr. Ir. Dede Hermawan, M.Sc selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan bagi penyempurnaan skripsi ini.

4. Pihak Badan Litbang Kehutanan khususnya bagian Pusat Produktifitas Hutan atas kesediannya memberikan segala fasilitas kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di KHDTK Cikampek.

5.

Saudara seperjuangan penelitian Mega Haditia dan Mira Septina J Putri atas kebersamaan di lapangan untuk melewati hari-hari penelitian.

6. Para sahabat tercinta Lighar Dwinda Prisbitari, Lintang Praba Rinjani, Ardhianto Muhammad, Kartika Edy K, Alexandra Tritanya, Sora Novi Keliat dan Sally Wiedjarnarko yang senantiasa memberikan semangat dan dorongan dalam menyelesaikan penelitian ini.

7. Keluarga besar HIMAKOVA dan KPE “Tapak”, khususnya periode kepengurusan tahun 2010-2011 atas segala kebersamaan, kekompakan danpengalaman yang telah dilalui. 8. Keluarga besar KSHE 45 “EDELWEIS” tanpa terkecuali atas kebersamaan, kekompakan,

persahabatan, suka duka, serta semua hal yang telah dilakukan bersama hingga menjadi bekal pengalaman hidup yang sangat berarti bagi penulis.

9. Seseorang yang selalu menjadi seseorang atas motivasi, suka duka, nasehat, dan semangat yang diberikan kepada penulis.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini apapun bentuknya.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya, penelitian ini dapat diselesaikan. Penelitian dengan judul ”Perencanaan Intepretasi di Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Cikampek, Kecamatan Cikampek, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan penelitian di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing, yaitu Eva Rachmawati, S.Hut, M.Si dan Desy Ekawati, S.Hut, M.Sc atas bimbingan dan arahannya dalam menyelesaikan penelitian ini, serta semua pihak yang selalu memberikan perhatian, dukungan dan doa kepada penulis. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan selanjutnya. Semoga penelitian ini dapat bemanfaat dan digunakan sebagaimana mestinya.

Bogor, September 2012

(9)

DAFTAR ISI

2.1.1 Definisi Interpretasi dan Tujuan Intepretasi ... 3

2.1.2 Unsur-Unsur Intepretasi ... 4

2.1.3 Tipe Interpretasi ... 6

2.1.4 Jalur Interpretasi ... 6

2.1.5 Pusat Interpretasi Pengunjung ... 7

2.1.6 Perencanaan Interpretasi ... 8

2.1.7 Prokpektus Perencanaan Interpretasi ... 9

2.1.8 Program Interpretasi ... 12

2.1.9 Metode Wawancara ... 12

BAB III METODE PENELITIAN

3.3.3 Observasi Lapang ... 16

3.4 Analisis Data ... 19

3.4.1 Analisis Obyek Interpretasi ... 19

(10)

3.4.3 Analisis Jalur Interpretasi ... 19

3.4.4 Analisis Pengelola ... 20

3.4.5 Analisis Masyarakat ... 20

3.5 Tahap Perencanaan ... 20

BAB IV KONDISI UMUM PENELITIAN 4.1 Status Hukum, Luas dan Letak ... 22

4.3.2 Jalan Pemeriksaan ... 24

4.3.3 Tata Batas ... 25

4.3.4 Rumah Dinas Petugas Lapangan/Kantor dan Mess ... 25

4.4 Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Hutan Penelitian ... 25

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Obyek Interpretasi ... 26

5.1.1 Potensi Fisik ... 26

5.1.2 Potensi Biologi ... 30

5.1.3 Potensi Sosial Budaya ... 37

5.2 Jalur di KHDTK Cikampek ... 40

5.2.1 Jalur 1 (Jalur Stasiun Klimatologi-Areal Berkumpul) ... 41

5.2.2 Jalur 2 (Jalur Persemaian-Areal Bermain) ... 41

5.2.3 Jalur 3 (Jalur Goa Kembang) ... 42

5.2.4 Jalur 4 (Jalur Areal Kupu-Kupu) ... 43

5.3 Pengunjung ... 44

5.3.1 Karakteristik Pengunjung ... 44

5.3.2 Modus Kunjungan dan Tujuan Pengunjung ... 45

5.3.3 Obyek yang Disukai Pengunjung di KHDTK Cikampek ... 46

5.3.4 Aktifitas dan Jenis Wisata yang Diinginkan Pengunjung ... 47

(11)

5.4 Kondisi Masyarakat ... 48

5.4.1 Persepsi Masyarakat ... 50

5.4.2 Keuntungan Masyarakat ... 50

5.4.3 Organisasi di Masyarakat ... 51

5.5 Pengelola ... 53

5.5.1 Program Kegiatan Pengelola KHDTK Cikampek ... 53

5.5.2 Sumber Daya Manusia di KHDTK Cikampek ... 55

5.5.3 Peruntukan Pengelolaan KHDTK Cikampek ... 56

5.5.4 Sarana dan Prasarana di KHDTK Cikampek ... 58

5.6 Perencanaan Interpretasi KHDTK Cikampek ... 66

5.6.1 Rencana Satuan Interpretasi ... 66

5.6.2 Rencana Kegiatan ... 75

5.6.3 Rencana Penugasan ... 78

BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 87

6.2 Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 88

(12)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1 Jenis dan cara pengambilan data yang akan diambil di lapang ... 16

2 Data suhu, curah hujan, hari hujan dan kelembapan Nisbi ... 23

3 Daftar jenis burung yang dijumpai di KHDTK Cikampek ... 30

4 Daftar jenis mamalia yang dijumpai di KHDTK Cikampek ... 31

5 Daftar jenis kupu-kupu yang dijumpai di KHDTK Cikampek ... 32

6 Karakteristik responden pengunjung... 45

7 Komposisi mata pencaharian penduduk di KHDTKCikampek ... 49

8 Jadwal kegiatan program intepretasi ... 85

(13)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Peta lokasi KHDTK Cikampek ... 23

2. Peta potensi obyek interpretasi KHDTK Cikampek ... 26

3. (a) Pemandangan sawah di sore hari; (b) pematang sawah... 27

4. Mulut goa kembang... 27

5. Areal outbond (bekas syuting sinetron Nyi Pelet). ... 28

6. Aliran sungai Cicunut ... 29

7. Areal kosong ... 29

8. Fauna di KHDTK Cikampek ... 30

9. (a) Doeschallia bisaltidae bisaltidae; (b) Ideopsis juventa juventa... 32

10. (a) Draco sp; (b) Trimeresurus albolabris... 34

11. Pare (Momordia charantia)... 36

12. Diagram famili pohon di KHDTK Cikampek.. ... 37

13. Kegunaan pohon... 37

14. (a) Wayang golek; (b) alat musik gamelan ... 38

15. (a) Tari kreasi modern; (b) tari klasik sunda ... 39

16. Peralatan tradisional petani Cikampek ... ….40

17. Peta jalur interpretasi KHDTK Cikampek ... ….44 18. (a) Modus kunjungan; (b) tujuan kunjungan ... 46

19. Obyek yang disukai pengunjung ... 46

20. Hal yang ingin diketahui pengunjung ... 47

21. Aktivitas pengunjung. ... 47

22. Jenis wisata yang cocok dikembangkan. ... 48

23. Permintaan fasilitas pendukung ... 48

24. Mata pencaharian masyarakat ... 49

25. Jalur tracking KHDTK Cikampek ... ….54

26. Struktur organisasi KHDTK Cikampek. ... 56

27. Peta peruntukan pengelolaan KHDTK Cikampek ... 58

28. Peta sarana prasarana KHDTK Cikampek ... 59

29. (a) Jalan aspal kondisi rusak; (b) jalan aspal kondisi baik ... ….60

(14)

31. Papan nama pohon. ... 61

32. Gapura KHDTK Cikampek... 62

33. Rumah dinas KHDTK Cikampek ... 62

34. Wisma tamu KHDTK Cikampek ... ….63 35. Visitor Centre. ... 63

36. Persemaian. ... 64

37. Warung penjual makanan ... 64

38. Peta lokasi interpretasi KHDTK Cikampek ... 67

39. Desain papan petunjuk arah ... ….69

40. Desain papan kawasan KHDTK Cikampek. ... 69

41. Desain papan objek interpretasi. ... 70

42. Desain pal HM ... 70

43. Desain shelter ... 71

44. Peta perencanaan sarana prasarana KHDTK Cikampek ... ….72 45. Peta jalur interpretasi KHDTK Cikampek. ... 73

46. Peta perencanaan interpretasi KHDTK Cikampek. ... 74

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Kuesioner untuk pengunjung KHDTK Cikampek ... 91

2. Panduan wawancara masyarakat sekitar KHDTK Cikampek ... 95

3. Panduan wawancara pengelola KHDTK Cikampek ... 96

4. Daftar jenis pohon KHDTK Cikampek... 97

5. Deskripsi jenis burung KHDTK Cikampek ... 100

6. Deskripsi jenis mamalia KHDTK Cikampek ... 106

7. Deskripsi jenis reptil di KHDTK Cikampek ... 108

8. Jenis tumbuhan obat di KHDTK Cikampek ... 110

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) merupakan suatu kawasan tertentu yang ditetapkan pemerintah dengan tujuan untuk kepentingan umum seperti penelitian, pendidikan, religi dan kebudayaan atau tujuan lainnya. Fungsi pokok KHDTK Cikampek adalah tujuan penelitian dan non penelitian. Potensi wisata yang dimiliki KHDTK Cikampek antara lainbeberapa jenis pohon exotic, keragaman vegetasi dan satwa liar serta aksesibilitas yang mudah

dijangkau (Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan 2010). Saat ini KHDTK Cikampek sudah banyak didatangi pengunjung. Hal tersebut menjadi salah satu faktor pendorong masyarakat menginginkan adanya kegiatan wisata di kawasan ini. Masyarakat berharap dengan adanya kegiatan wisata dapat membuka lapangan pekerjaan untuk mereka. Namun, terdapat permasalahan yang ditimbulkan dari kegiatan tersebut yakni masalah sampah dan tidak teraturnya pengunjung sehingga mengakibatkan ketidakteraturan tatanan ruang di KHDTK Cikampek.

(17)

1.2 Tujuan

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menyusun perencanaan interpretasi di KHDTK Cikampek. Secara khusus bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi obyek interpretasi di KHDTK Cikampek. 2. Mengidentifikasi jalur interpretasidi KHDTK Cikampek. 3. Menganalisa karakteristik pengunjung di KHDTK Cikampek. 4. Mengidentifikasi pengelolaan di KHDTK Cikampek.

5. Mengetahui kondisi masyarakat sekitar KHDTK Cikampek. 1.3 Manfaat

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Sebagai acuan bagi pengelola dalam pengembangan interpretasi alam di KHDTK Cikampek.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Interpretasi

2.1.1 Definisi dan Tujuan Interpretasi

Tilden (1957) menyatakan bahwa interpretasi merupakan kegiatan edukatif yang sasarannya mengungkapkan pertalian makna, dengan menggunakan objek aslinya baik oleh pengalaman langsung maupun dengan menggunakan media ilustrasi dan bukan keterangan-keterangan yang hanya berdasarkan fakta saja.

JK Munro et al (2008) menyatakan bahwa interpretasi lingkungan secara luas diasumsikan mempengaruhi perilaku pengunjung dan mengurangi dampak terhadap lingkungan alami yang telah ada.Interpretasi lingkungan merupakan bagian strategi pengelolaan kawasan alam ditujukan pada manajemen pengunjung dan mengurangi dampak negatif di lokasi wisata (Hughes dan Morrison-Saunders 2005).

Interpretasi lingkungan adalah suatu seni dalam menjelaskan keadaan lingkungan (flora, fauna, proses geologis, proses biotik dan abiotik yang terjadi) oleh pengelola kawasan kepada pengunjung yang datang ke lingkungan tersebut sehingga dapat memberikan inovasi dan menggugah pemikiran untuk mengetahui, menyadari, mendidik dan bila memungkinkan menarik minat pengunjung untuk ikut menjaga lingkungan tersebut ataupun mempelajarinya lebih lanjut (Muntasib 2003).

Tujuan interpretasi secara umum menurut Direktorat Jendral perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam (Ditjen PHPA) (1988) adalah sebagai berikut:

a. Membantu pengunjung agar kunjungannya lebih menyenangkan dengan cara meningkatkan kesadaran, penghargaan dan pengertian akan kawasan konservasi yang dikunjunginya dengan cara pemanfaatan waktu secara efisien selama kunjungan dan penambahan pengetahuan atau pengertian semaksimal mungkin tentang hubungan timbal balik dari sekian banyak aspek yang diamati.

(19)

konservasi yang dikunjungi tersebut adalah tempat yang istimewa sehingga memerlukan perlakuan yang khusus, dan sekaligus menekan serendah-rendahnya pengaruh yang kuat dari manusia terhadap sumber daya alam yang ada.

2.1.2 Unsur-unsur Interpretasi

Ditjen PHPA (1988) menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan interpretasi terdapat tiga unsur pokok yang menjadi satu kesatuan hingga interpretasi dapat berlangsung sebagaimana mestinya. Ketiga unsur tersebut adalah pengunjung, pemandu wisata alam dan obyek interpretasi.

1. Pengunjung

Pengunjung yang berkunjung ke suatu lokasi mempunyai tujuan mencari kegembiraan dan memperoleh pengalaman-pengalaman baru. Pada umumnya pengunjung ingin melihat keseluruhan potensi dan keistimewaan yang terdapat dalam suatu kawasan, padahal waktu yang dimiliki sangat terbatas. Sehingga dapat dipastikan bahwa keinginan pengunjung selama kunjungan yang singkat tersebut adalah dapat memanfaatkan kesempatan tersebut untuk melihat, merasakan dan mempelajari keistimewaan-keistimewaan suatu kawasan tersebut.

2. Pemandu wisata alam

Interpretasi merupakan sebuah program yang menggambarkan keseluruhan program secara utuh, biasanya terbagi menjadi bagian-bagian yang diarahkan untuk menjangkau seluruh pengunjung yang bervariasi. Pemandu wisata alam harus dapat menyampaikan sebuah cerita tertentu secara proposional artinya tidak berlebihan tetapi juga bukan asal saja, tentang ekosistem atau peninggalan-peninggalan sejarah/budaya (Muntasib dan Rachmawati 2009).

3. Obyek Interpretasi

(20)

interpretasi berupa potensi sumberdaya alam dan potensi sejarah ataupun budaya. Obyek interpretasi sumberdaya alam suatu kawasan dapat berupa:

a. Flora b. Fauna

c. Tipe-tipe ekosistem yang khas d. Tanah dan geologi

j. Perairan pantai, laut, termasuk bawah laut (underwater) k. Pemandangan alam

Obyek interpretasi budaya atau sejarah dapat berupa: a. Batu-batu megalitik

b. Situs-situs dan benda purbakala c. Situs sejarah

d. Bekas pemukiman yang sudah lama ditinggalkan

e. Pemukiman dan perikehidupan penduduk asli, baik yang ada di dalam maupun di sekitar kawasan

f. Sejarah kawasan

g. Legenda yang hidup dikalangan masyarakat setempat.

Veverka (1998) menyatakan bahwa obyek interpretasi terbagi dalam 3 kelompok yaitu:

1. Area biologis yang terdiri dari danau, sungai, tipe habitat, spesies langka, peristiwa-peristiwa musiman (mekarnya bunga liar, migrasi burung, dan lainnya), area demonstrasi potensi/eksisting, area pengelolaan kayu (tipe manajemen).

2. Sumberdaya budaya terdiri dari kabin tua, reruntuhan batuan tua, arena peperangan, tapak peristiwa sejarah dan tapak arkeologi yang sudah tua. 3. Sumberdaya geologis yang terdiri dari batuan yang muncul di

(21)

2.1.3 Tipe Interpretasi

Tipe-tipe interpretasi berdasarkan obyek yang diinterpretasikan adalah interpretasi alamiah, historis/budaya, lingkungan hidup dan pendidikan kelestarian.Interpretasi alamiah merupakan interpretasi yang memiliki obyek berupa bentang alam sedangkan interpretasi historis/budaya lebih mengedepankan aspek sejarah dalam kegiatan pariwisata yang akan dihasilkan (Hueneke dan Baker 2009).

2.1.4 JalurInterpretasi

Jalur interpretasi adalah jalur khusus yang terdapat obyek-obyek menarik, yaitu jalur transportasi seperti jalur mobil, sepeda, pejalan kaki dan lain sebagainya. Jalur interpretasi harus memperhatikan urutan rangkaian obyek sehingga memberikan pengertian terhadap obyek tersebut (Muntasib dan Rachmawati 2003). Kriteria jalur interpretasi yang baik menurut Domroese dan Sterling (1999) adalah:

1. Jalur tidak terlalu panjang dan memakan waktu 20 menit sampai dengan 1 jam dengan berjalan kaki termasuk dengan waktu istirahat.

2. Berbentuk lingkaran untuk menghindari pengulangan pemandangan. 3. Memiliki tanda-tanda yang jelas sehingga pengunjung dapat mengikutinya

dengan mudah.

4. Bersih dan tidak terdapat peninggalan sampah atau jejak dari pengunjung sebelumnya.

5. Dibangun dengan meminimalisasi dampak erosi dan mempunyai drainase yang baik.

6. Terpelihara dengan baik, tidak ada pohon tumbang, vandalisme dan kerusakan karena pengaruh iklim.

7. Dirancang dan dikelola untuk meminimalkan dampak ekologi yaitu dengan membiarkan serasah menjadi humus.

Karakteristik jalur yang baik menurut Berkmuller (1981) adalah sebagai berikut: 1. Jalur yang baik diarahkan pada pemandangan yang menakjubkan, dapat

(22)

2. Jalur yang baik apabila nyaman dipergunakan,tidak licin, tidak curam, tidak berlumpur dan tidak tergenang air.

3. Jalur yang baik adalah melindungi pengunjung dari ketegangan. Memberikan perhatian secara khusus di beberapa tempat pada jalur dan jangan pernah membuat jalur yang lurus dan jauh.

4. Jalur yang baik juga mampu membuat pengunjung merasa senang, dilengkapi dengan tempat sampah, tanda yang jelas dan petunjuk arah. 5. Jalur yang baik adalah menghindari lokasi yang membahayakan dan rawan

kecelakaan seperti komunitas pohon yang mudah tumbang dan tempat yang dapat mengganggu satwa liar.

2.1.5 Pusat Interpretasi Pengunjung

Gunn (1994) menyatakan bahwa pusat interpretasi pengunjung adalah sebuah fasilitas dan program yang didesain untuk melengkapi pengetahuan dan wawasan pengunjung terhadap sumber-sumber alami maupun budaya sehingga membuat pengalaman wisatawan lebih mengenang dan tidak terlupakan. Pusat interpretasi pengunjung adalah suatu tempat dimana warga dan pengunjung dapat mempelajari tentang sekeliling lingkungan secara spesifik dan mengenali isu keanekaragaman hayati. Pusat interpretasi biasanya berupa bangunan kosong, ruang pameran, dan bentuk lainnya (Domroese dan Sterling 1999).

Domroese dan Sterling (1999) menyatakan bahwa fasilitas pendidikan pusat interpretasi sangat unik karena hal sebagai berikut:

1. Pengunjung termotivasi untuk bekerja secara sukarela. Pusat interpretasi diarahkan melalui kegiatan yang memungkinkan pengunjung untuk mendekati pameran tersebut.

2. Mendapatkan pengalaman belajar yang tidak didapatkan ditempat lain dan pengunjung yang datang di pusat interpretasi pengunjung mendapatkan kepuasan akan mengajak orang lain untuk mengunjungi pusat interpretasi tersebut.

(23)

2.1.6 Perencanaan Interpretasi

Nurbaeti (2006) menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu proses yang dan memiliki tahapan-tahapan logis serta berkelanjutan. Perencanaan juga merupakan alat yang dinamis dan harus fleksible pada perubahan-perubahan yang terjadi sehingga terbuka kemungkinan untuk selalu direvisi. Perencanaan interpretasi merupakan suatu proses, karena memerlukan pertahapan dan selalu berkembang sehingga dapat dikatakan merupakan proses yang dinamis (Muntasib 2003).

Ditjen PHPA (1988) menyatakan bahwa perencanaan interpretasi memiliki pokok-pokok perencanaan. Pokok perencanaan tersebut dimaksudkan dapat memberikan arah dan tujuan bagi suatu kegiatan yang akan dilaksanakan. Perencanaan tersebut bertujuan untuk:

1. Membantu terjaminnya kelestarian alam dengan cara meningkatkan pengertian masyarakat akan konservasi alam.

2. Memberikan alasan yang mendasar bagi alokasi dana yang dibutuhkan untuk interpretasi.

3. Membuat penggunaan sumber daya manusia dan dapat terlaksana secara efisien.

4. Menghindari pembangunan fasilitas yang tidak menentu arah dan pengaturannya sehingga dapat bertentangan dengan kebijaksanaan perlindungan dan pelestarian alam.

Muntasib (2003) menyatakan bahwa agar sebuah perencanaan interpretasi dapat mencapai tujuan dengan baik maka perencanaan tersebut haruslah:

1. Mampu dipergunakan oleh semua orang dalam merencanakan fasilitas interpretasi yang disediakan dengan mengutamakan keselamatan pengunjung.

2. Memiliki fasilitas yang efisien dari segi pelayanan, penggunaan, pembiayaan dan dapat membantu perencanaan interpretasi.

(24)

4. Perencanaan interpretasi merupakan suatu proses yang fleksibel, efektif dan dinamis.

5. Mampu mengatasi dampak kerusakan dan kerugian sumberdaya alam budaya dan mempergunakan sumberdaya secara optimal.

6. Mempergunakan partisipasi publik dalam hal pendapat umum yang berhubungan dengan perencanaan interpretasi secara keseluruhan, karena berfungsi sebagai kritik dan saran dalam penyusunan perencanaan interpretasi.

Perencanaan interpretasi merupakan strategi dalam implementasi, menyukseskan tujuan pengelolaan interpretasi dan memudahkan pemahaman antara pengunjung dengan sumberdaya alam. Selain itu perencanaan interpretasi memberikan peluang kepada pengunjung baik didalam maupun diluar kawasan wisata (Heriyaningtyas 2009). Perencanaan interpretasi merupakan salah satu bagian dari sebuah studi besar yang meliputi rencana konservasi, penilaian akses, penilaian peninggalan purbakala dan rencana pengembangan pengunjung (Jura Consultans 2006).

Isi pokok perencanaan interpretasi adalah teknik menyampaikan pesan dalam menerangkankebudayaan khusus disuatu tempat (McArthur (2005) diacu dalam Heriyaningtyas 2009). Kandungan isi perencanaan interpretasitersebut adalah:

1. Indikator keberhasilan.

2. Menjelaskan tentang tujuan interpretasi yang mencakup tema dan pesan interpretasi.

3. Mengidentifikasi masyarakat yang berkeinginan menggunakan pelayanan teknik interpretasi.

4. Mendeskripsikan usulan teknik interpretasi secara langsung dan teknik interpretasi secara tidak langsung.

5. Bertindak strategi dalam menjalankan arah perencanaan (mengatur dan menyelesaikan).

2.1.7 Prospektus Perencanaan Interpretasi

(25)

merupakan suatu ringkasan atau suatu studi dasar yang bukan merupakan suatu perencanaan akhir tentang apa yang dipikirkan dan direncanakan oleh interpreter. Prospektus sebagai dasar untuk perkembangan interpretasi. Garis besar prokpektus itu adalah sebagai berikut :

1. Tinjauan umum tentang lokasi yang akan diinterpretasikan, untuk dapat membuat ruang lingkup perencanaannya.

2. Pernyataan tentang ringkasan tujuan dari program interpretasi. 3. Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi:

a. Lingkungan

1) Cuaca dan iklim 2) Lokasi

3) Letak geografis

4) Sejarah alam (geologi, biologi dan ekologi) 5) Nilai sejarah

5) Aktifitas interpretasi, melalui biro perjalanan atau suatu organisasi. 4. Program interpretasi

a. Sekarang (memilih aktifitas dan fasilitas yang teliti) 1) Pusat pengunjung

2) Tempat pemberhentian 3) Tanda-tanda interpretasi

4) Peralatan pelayanan sendiri (self guiding devices) 5) Pelayanan personal

(26)

9) Taman koleksi

b. Perencanaan fasilitas dan aktifitas dengan pengembangan terinci. 5. Isi dan Program Perencanaan

a. Pusat pengunjung

1) Catatan tentang apa isinya dan bagaimana membangun sesuai dengan fungsinya

2) Fungsi dari pusat pengunjung tersebut dan berbagai ruangan 3) Tempat pemberhentian

4) Tanda-tanda interpretasi 5) Pelayanan personal 6) Fasilitas audio visual 7) Publikasi untuk publik 8) Perpustakaan

9) Koleksi buku

10) Studi yang mendukung program interpretasi 11) Peningkatan keahlian staf

12) Perkiraan harga untuk rencana program sebagai suatu tindak lanjut dari fasilitas dan aktifitas yang diberikan

13) Peta lokasi secara keseluruhan dengan garis besar fasilitas dan aktifitas yang jelas

Prospektus kawasan akan memberikan gambaran mengenai perkembangan semua program interpretasi untuk seluruh wilayah dan merupakan suatu garis besar. Suatu lokasi yangakan dibuat perencanaan interpretasinya akan memiliki beberapa tujuan, antara lain sebagai tempat rekreasi alam terbuka, sumberdaya hutan, sumberdaya satwa liar dan sebagainya.

(27)

2.1.8 Program Interpretasi

Ditjen PHPA (1988) menyebutkan bahwa program interpretasi merupakan suatu pola pelaksanaan interpretasi yang disusun menurut waktu dan skenario cerita tertentu yang bertujuan menjelaskan mengenai apresiasi terhadap lingkungan dengan nilai-nilai historis dan alam yang penting. Program interpretasi menghubungkan fenomena alam atau budaya suatu taman atau areal sejenis kepada pengunjung dengan menggunakan variasi metode yang luas dalam menerangkan masalah yang utama. Sedangkan menurut Sharpe (1982), program interpretasi adalah segala hal yang berkaitan dengan usaha interpretasi, termasuk personil, fasilitas, dan semua kegiatan interpretasi di suatu areal kelompok, perorangan atau individu.

2.1.9 Metode Wawancara

Gulo (2007) menyatakan bahwa wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan responden. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya-jawab dalam hubungan tatap muka sehingga gerak dan mimik responden merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal. Karena itu wawancara tidak hanya menangkap perasaan, pengalaman, emosi, motif, yang dimiliki oleh responden yang bersangkutan.

(28)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di KHDTK Cikampek, Kecamatan Cikampek, Kabupaten Karawang, Propinsi Jawa Barat. Luas KHDTK Cikampek adalah 51,10 ha. Secara administratif pemerintahan KHDTK Cikampek berbatasan dengan Desa Cikampek timur, Desa Cikampek Pusaka, Desa Sarimulya dan Desa Kamojing. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Februari, dan Mei – Juni 2012 yang meliputi kegiatan pengumpulan data lapang, wawancara pengelola dan masyarakat serta analisis data yang telah dikumpulkan.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan penelitian antara lain alat tulis, kamera digital, tape recorder, Map source, Global mapper 13, ArcGis 9.3, GPS (Global Positioning System), binokuler, buku panduan lapang. Bahan yang digunakan adalah kuesioner, panduan wawancara, literatur, peta kawasan KHDTK Cikampek, buku panduan pengenalan jenis flora dan fauna.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka, wawancara, dan observasi lapang.

3.3.1 Studi Pustaka

Metode ini digunakan untuk memperoleh data sekunder. Pustaka yang digunakan antara lain buku panduan pengenalan jenis flora dan fauna, literatur, buku pengelolaan KHDTK Cikampek, literatur dan peta kawasan KHDTK Cikampek.

3.3.2 Wawancara

(29)

Faktor-faktor tersebut adalah pewawancara, responden, topik penelitian yang tertuang dalam daftar pertanyaan, dan situasi wawancara.

Metode wawancara dilakukan untuk memperoleh data yang menunjang data penelitian. Kegiatan wawancara dilakukan secara langsung melalui wawancara terpandu dan penyebaran kuesioner kepada responden. Kegiatan wawancara dilakukan kepada pengunjung, masyarakat sekitar kawasan KHDTK Cikampek dan pengelola KHDTK Cikampek.

1. Pengunjung

Kegiatan wawancara dengan pengunjung dilakukan melalui wawancara secara langsung dengan menggunakan panduan kuesioner. Pengambilan sampel ditentukan dengan menggunakan teknik sampel non random secara kebetulan. Teknik ini dilakukan terhadap orang yang kebetulan ada atau dijumpai. Peneliti dapat mengajukan pertanyaan tentang masalah itu pada orang-orang yang dijumpainya. Pertanyaan bisa dilaksanakan pada waktu dan tempat penyelenggaraan wisata atau di lain waktu dan tempat (Wardiyanta 2006).

Setyosari (2010) menyatakan bahwa untuk menentukan besarnya sampel jika tidak diketahui jumlah populasi di kawasan tersebut maka dapat digunakan formula atau rumus berikut dibawah ini dapat dipakai untuk menentukan besarnya sampel yang memenuhi representasi populasi

N = (z/e)²(p) (1-p)

= (1,96/0,10)²(0,5) (1-0,5)

= 96 responden.

Keterangan :

N = Besarnya sampel

z = Skor standar yang berdasarkan tingkat keyakinan tertentu (z = 1,96 (95%)) e = Proporsi kesalahan pengambilan sampel dalam situasi tertentu (0,10)

p = Proporsi estimasi atau peristiwa kasus dalam populasi (p = 0,5 (Tuckman (1988) diacu dalam Setyosari (2010).

2. Masyarakat sekitar KHDTK Cikampek

(30)

purposive sampling. Setiawan (2005) menyatakan bahwa metode purposive

sampling yakni pemilihan satuan sampling berdasarkan pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk memperoleh satuan sampling yang dikendaki. Wawancara ditujukan kepada tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat, masyarakat desa dan masyarakat yang terlibat didalam KHDTK Cikampek.

3. Pengelola KHDTK Cikampek

(31)

3.3.3 Observasi Lapang

Observasi lapang dilakukan untuk mengidentifikasi potensi KHDTK Cikampek yang dapat dijadikan sebagai obyek interpretasi. Adapun data-data yang diambil disajikan pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1 Jenis dan cara pengambilan data yang akan diambil di lapang

NO Jenis Data Keterangan Cara Pengambilan Data

1 Obyek

1. Menyusuri jalur yang menurut informasi dari pengelola

dan literatur yang terdapat fenomena alam menarik

2. Lokasi perjumpaan ditandai dengan titik kordinat GPS

3. Dokumentasi menggunakan kamera digital

b. Topografi Kondisi topografi Survey lapang dan Studi Pustaka

c. Iklim Jenis iklim Survey lapang dan Studi Pustaka

d. Tanah Jenis tanah Survey lapang dan Studi Pustaka

2. Biologi a. Flora Nama lokal, nama ilmiah,

famili, ciri morfologi, kegunaan, lokasi ditemukan dan foto flora

1. Eksplorasi jalur yang menurut informasi dari pengelola

dan literatur memiliki keanekaragaman flora yang menarik sehingga dapat dijadikan obyekinterpretasi

2. Lokasi perjumpaan ditandai dengan titik kordinat GPS

3. Dokumentasi menggunakan kamera digital

b. Fauna Nama lokal, nama ilmiah,

famili, ciri morfologi, status perlindungan, lokasi ditemukan dan foto fauna

1. Menyusuri jalur yang menurut informasi dari pengelola

dan literatur yang diduga sebagai tempat habitat atau

ditemukannya satwa (metode rapid assisment).

Pengamatan dilakukan 3 kali ulangan dalam waktu yang sama. Waktu pengamatan dimulai pada pukul 06.00 WIB sampai 10.00 WIB dan sore hari pada pukul 16.00 WIB sampai 18.00 WIB.

2. Lokasi perjumpaan ditandai dengan titik kordinat GPS

3. Dokumentasi menggunakan kamera digital

3. Sosekbud a. Potensi

Sejarah

Situs,benda peninggalan sejarah

1. Wawancara masyarakat , juru kunci,tokoh agama tokoh

penting di masyarakat.

(32)

Tabel 1 Lanjutan jenis dan cara pengambilan data yang akan diambil di lapang

NO Jenis Data Keterangan Cara Pengambilan Data

1 Obyek

Interpretasi

3. Sosekbud b.Budaya

Masyarakat

Mitos, kesenian, kerajinan, upacara adat

3 Pengunjung 1. Karakteristik

Pengunjung

Asal,jenis kelamin, usia,

pendidikan, dan pekerjaan responden

Pemberian Kuesioner kepada pengunjung

2. Tujuan melakukan

Kunjungan

Tujuan utama melakukan

kunjungan

Pemberian Kuesioner kepada pengunjung

3. ObyekInterpretasi

yang disukai

4. Pola Pengunjung

Jenis obyek, deskripsi obyek, dan posisi obyek yang disukai

Maksud kunjungan, frekuensi kunjungan, teman perjalanan, lama waktu kunjungan, dan besar pengeluaran

Pemberian Kuesioner kepada pengunjung

(33)

Tabel 1.Lanjutan jenis dan cara pengambilan data yang akan diambil di lapang

NO Jenis Data Keterangan Cara Pengambilan Data

3

Obyek yang disukai, aktifitas

pengunjung, sarana prasarana yang

diinginkan pengunjung, pusat

pengunjung

Pemberian kuesioner kepada pengunjung

1. Program kegiatan Program yang sudah, sedang dan akan

dilakukan di KHDTK Cikampek

Wawancara kepada pengelola dan observasi lapang

2. Sarana dan Prasarana Pusat pengunjung, wisma cinta alam,

pos jaga, pal batas, fasilitas audio visual, perpustakaan, buku koleksi, mess, kantor KHDTK, peta lokasi

Wawancara kepada pengelola dan observasi lapang

3. Data Potensi

Struktur organisasi, jumlah pegawai dan alokasi pegawai

Jumlah penduduk, mata pencaharian, umur, jenis kelamin

Wawancara kepada pengelola dan observasi lapang

Wawancara kepada pengelola dan observasi lapang

Wawancara kepada masyarakat sekitar, kepala desa, kepala dusun, ketua RT/RW.

2. Kegiatan Masyarakat Kegiatan, partisipasi dan pengetahuan

masyarakat terkait KHDTK

Wawancara kepada masyarakat sekitar

3. Kelompok

Organisasi Masyarakat

Jenis, jumlah dan kegiatan organisasi Wawancara kepada tokoh masyarakat, karang taruna dan

kelompok organisasi lainnya.

(34)

3.4 Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah keseluruhan data selesai dikumpulkan dan kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Data yang akan dianalisis yakni sebagai berikut:

3.4.1 Analisis Obyek Interpretasi

Keseluruhan data hasil obyek interpretasi yang ditemukan di KHDTK Cikampek dianalisis secara deskriptif. Data yang dihasilkan dikelompokkan menjadi potensi alam, sejarah dan budaya. Potensi alam terdiri dari flora, fauna dan bentang alam. Data mengenai flora dideskripsikan berdasarkan nama lokal, nama ilmiah, manfaat, dan lokasi ditemukan. Untuk data fauna juga dideskripsikan berdasarkan nama lokal, nama ilmiah, manfaat dan lokasi ditemukan.

Data mengenai bentang alam yang menarik dianalisis secara deskriptif dengan menjelaskan keindahan panorama alam yang ada. Untuk potensi sejarah dan budaya dijelaskan pula secara deskriptif mengenai situs sejarah, benda purbakala, cerita budaya, adat istiadat dan mitos yang berkembang dalam masyarakat.

3.4.2 Analisis Karakteristik Pengunjung

Keseluruhan data karakteristik pengunjung dideskripsikan berdasarkan jenis kelamin, umur, asal, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, keinginan pengunjung dan penilaian pengunjung terhadap obyekinterpretasi disajikan dalam bentuk tabel dan grafik, kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil tersebut dapat memberikan informasi mengenai karakteristik dan kondisi pengunjung KHDTK Cikampek, sehingga dapat menunjang dalam perencanaan jalur interpretasi yang akan dikembangkan dan akan disesuaikan dengan keinginan pengunjung.

3.4.3 Analisis Jalur Interpretasi

(35)

jalur interpretasi ini merupakan penggabungan antara potensi sumberdaya yang ada di jalur interpretasi dengan keinginan pengunjung.

3.4.4 Analisis Pengelola

Hasil wawancara mengenai pengelolaan KHDTK Cikampek dianalisis secara deskriptif. Berdasarkan analisis tersebut dapat diketahui rencana pengelolaan KHDTK Cikampek kedepannya, program yang akan diiimplementasikan terkait dengan kegiatan wisata, dan sumber daya manusia yang ada di KHDTK Cikampek.

3.4.5 Analisis Masyarakat

Hasil wawancara terhadap masyarakat sekitar KHDTK Cikampek dianalisis secara deskriptif. Berdasarkan analisis tersebut diketahui kondisi masyarakat, kegiatan organisasi, dan harapan masyarakat kedepannya.

3.5 Tahap Perencanaan

Ditjen PHPA (1988) menyatakan bahwa perencaan jalur interpretasi terdiri dari rencana satuan, rencana kegiatan dan rencana penugasan interpretasi.

a) Rencana Satuan Interpretasi

Satuan atau unit interpretasi yang pokok meliputi: 1. Lokasi interpretasi

Lokasi interpretasi merupakan bagian dari kawasan KHDTK Cikampek yang digunakan untuk penyelenggaraan interpretasi. Perencanaan lokasi interpretasi berkaitan dengan potensi obyek, keselamatan dan kenyamanan pengunjung.

2. Jalur interpretasi

Pemilihan jalur interpretasi ditentukan berdasarkan kondisi fisik jalur, obyek interpretasi, dan peruntukan pengelolaan.

3. Sarana dan prasana Interpretasi

Sarana dan prasana yang akan direncanakan dalam kegiatan interpretasi adalah pembuatan papan informasi dan pengisian wisma cinta alam.

b) Rencana Kegiatan Interpretasi

(36)

sedang dan akan dilaksanakan, keinginan pengunjung dan masyarakat sekitar. Oleh karena itu maka rencana kegiatan interpretasi disusun berdasarkan hal pokok sebagai berikut:

1. Menyiapkan tujuan dan sasaran pengelolaan KHDTK Cikampek sebagai materi dasar interpretasi secara keseluruhan.

2. Mengumpulkan dan menganalisa data tentang obyekinterpretasi dan pengunjung.

3. Mengidentifikasi kebutuhan tenaga untuk kegiatan interpretasi dan sarana lain yang diperlukan.

4. Menyiapkan materi interpretasi untuk masing-masing program interpretasi. 5. Menyiapkan program interpretasi.

c) Rencana Penugasan Interpretasi

(37)

BAB IV

KONDISI UMUM PENELITIAN

4.1 Status Hukum, Luas dan Letak

Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 305/Kpts-II/2003 tanggal 11 September 2003 menyatakan bahwa kawasan hutan penelitian Cikampek adalah Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) yang diperuntukkan sebagai Hutan Penelitian. Sebelumnya status hukum kawasan tersebut merupakan kawasan pinjam pakai antara Badan Litbang Kehutanan dengan Perum Perhutani yang pengelolaannya dilaksanakan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam (P3HKA). Sejak tahun 2008 status pengelolaannya dialihkan ke Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman.Luas kawasan berdasarkan surat keputusan tersebut adalah 51,1 ha, dan telah dilakukan penataan kawasan pengelolaan penelitian yang dibagi menjadi 170 petak, dimana setiap petak memiliki luasan rata-rata 0,5 ha. Setiap petak memiliki identitas tersendiri yang dicirikan oleh jenis pohon, asal pohon dan tahun tanamnya.

(38)

Gambar 1 Peta lokasi KHDTK Cikampek. 4.2 Kondisi Biofisik Kawasan

4.2.1 Iklim

KHDTK Cikampek dengan curah hujan rata-rata 1796 mm per tahun memiliki tipe iklim C menurut Klasifikasi Schimidt and Ferguson (1956). Curah hujan yang tinggi terjadi pada bulan Desember, Januari sampai April, sedangkan curah hujan yang rendah terjadi pada bulan Mei sampai September. Data iklim di KHDTK Cikampek sebagaimana terlihat pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2 Data Suhu, curah hujan, hari hujan dan kelembaban nisbi rata-rata di KHDTK Cikampek dalam 10 tahun

(39)

Lanjutan Tabel 2 Data Suhu, curah hujan, hari hujan dan kelembaban nisbi rata- rata di KHDTK Cikampek dalam 10 tahun

NO Bulan Suhu

Topografi KHDTK Cikampek secara umum adalah datar sampai bergelombang ringan dengan lereng rata-rata kurang dari 9%. Daerah bagian selatan ke utara agak landai, di sebelah barat dan timur dibatasi oleh lembah sempit, dan di sebelah barat terdapat Sungai Cicunut.

4.2.3 Vegetasi

Pohon di KHDTK Cikampek berjumlah 63 jenis dengan 26 famili.Pohon tersebut terdiri dari Dipterocarpaceae dan Non-Dipterocarpaceae. Dari 63 jenis yang diintroduksi sebanyak 27 jenis merupakan jenis exotic (penyebaran alaminya di luar Indonesia) dan sisanya merupakan jenis asli Indonesia.

4.3 Sarana dan Prasarana

4.3.1 Jalan aspal

Jalan menuju KHDTK Cikampek dapat ditempuh dengan lancar dengan kendaraan darat. Dari Jakarta dapat dicapai dengan waktu tempuh sekitar 1 sampai dengan 2 jam melalui jalan tol. Dari pintu keluar jalan tol dilanjutkan melalui jalan kabupaten sekitar 2,5 km. Areal KHDTK Cikampek memiliki luas 51,1 Ha terbelah hampir simetris oleh jalan kabupaten sepanjang 1260 m dan lebar 3,5 m. Keberadaan jalan ini sangat bermanfaat sebagai pembuka akses bagi dua kecamatan yaitu Kecamatan Cikampek dan Kecamatan Cempaka.

4.3.2. Jalan Pemeriksaan

(40)

pemeriksaan nampak jelas karena selain dimanfaatkan oleh petugas lapangan dan peneliti juga dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai akses jalan antar desa.

4.3.3. Tata Batas

Kegiatan orientasi dan rekonstruksi tata batas kawasan hutan telah dilakukan oleh instansi Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Wilayah XI Jawa Madura pada tahun 2008, dan hasilnya dituangkan dalam bentuk Berita Acara oleh Tim Panitia Tata Batas Kawasan Hutan pada tahun 2008. Kegiatan ini ditujukan dalam rangka penetapan status hukum kawasan hutan dari status Kawasan Pinjam Pakai antara Badan Litbang Kehutanan dengan Perum Perhutani menjadi Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus Cikampek, sesuai SK Menhut No. 305/Kpts-II/2003 tanggal 11 September 2003.

4.3.4. Rumah Dinas Petugas Lapangan/Kantor dan Wisma tamu

Bangunan rumah dinas yang diperuntukan bagi Petugas Lapangan KHDTK Cikampek terletak di petak 155. Bangunan dibuat permanen dengan luas bangunan 54 m2. Selain sebagai rumah dinas juga difungsikan sebagai pusat informasi kegiatan penelitian. Selain itu terdapat pula wisma tamu untuk tamu seluas 54 m2 yang dilengkapi 3 kamar tidur, 2 kamar mandi, terletak di petak 165 dengan kondisi baik.

4.4 Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar KHDTK Cikampek

(41)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Obyek Interpretasi

Obyek interpretasi yang terdapat di KHDTK Cikampek berupa potensi sumberdaya alam (potensi fisik dan biologi) dan potensi sosial budaya. Potensi fisik antara lain sawah, goa Kembang, areal outbond, sungai Cicunut dan areal kosong. Sedangkan potensi biologinya antara lain flora dan fauna. Selain itu potensi sosial budaya berupa kesenian tradisional, tarian tradisional, upacara tradisional dan cara bertani padi masyarakat Cikampek. Keseluruhan obyek interpretasi tersebut dijelaskan pada Gambar 2 dibawah ini

Gambar 2 Peta potensi obyek interpretasi KHDTK Cikampek. 5.1.1 Potensi Fisik

5.1.1.1. Sawah

(42)

pengunjung dapat menikmati pemandangan sawah. Pemandangan sawah dapat terlihat pada Gambar 3 dibawah ini.

(a) (b)

Gambar 3 (a) Pemandangan sawah di sore hari, (b) Pematang sawah. Kegiatan yang dapat dilakukan di areal sawah tersebut antara lain cara bercocok tanam, bermain didalam lumpur, menikmati pemandangan sawah, fotografi dan lainnya.

5.1.1.2 Goa Kembang

Goa Kembang terletak didekat aliran sungai Cicunut.Goa tersebut diberi nama goa kembang karena KHDTK Cikampek lebih dikenal dengan nama desa kebon kembang. Pada jaman dahulu sepanjang jalan pintu masuk KHDTK

Cikampek sampai mendekati pasar ditumbuhi pohon berbunga sehingga menyebabkan daerah ini disebut kebon kembang.Goa ini akan terendam air apabila sungai Cicunut meluap karena perbedaan tinggi goa denganaliran sungai hanya 0,25 meter. Tinggi goa Kembang ± 4 meter dengan lebar mulut goa ± 1 meter. Pada bagian mulut goa dipenuhi tanaman merambat sedangkan bagian dalam goa dipenuhi lumpur dan air. Kondisi goa Kembang terlihat pada Gambar 4 dibawah ini.

(43)

Jalan setapak menuju Goa Kembang berupa tanah liat dengan lebar jalan 1 meter. Jalan tersebut ditumbuhi dengan liana dan tumbuhan bawah seperti Harendong biasa (Melastoma malabathricum) dan putri malu (Mimosa pudica). Pada jaman dahulu banyak para petapa yang mengunjungi goa ini untuk melakukan ritual sehingga banyak sesajen yang tertinggal didalam goa. Namun sekarang ini sudah tidak ada yang memasuki goa ini dikarenakan masyarakat takut akan terjadi sesuatu yang berbahaya atau bertemu dengan ular berbisa. 5.1.1.3 Areal Outbond (Bekas Areal Pertarungan sinetron “Nyi Pelet”)

Pada tahun 2001 lokasi KHDTK Cikampek sering dijadikan area syuting berbagai film kolosal. Bekas areal syuting pertarungan masih tersisa sampai sekarang. Areal kosong tersebut dikelilingi pohon Hymenaea courbarilll, Khaya senegalensis dan Pterygota alata yang usianya puluhan tahun.Suasana dibawah areal ini menyejukkan karena dipenuhi dengan pohon rindang. Bagian bawah areal ini ditutupi dengan serasah dedaunan dan tanah yang cukup keras sehingga cocok jika digunakan sebagai areal bermain. Didalam areal ini dapat dilakukan berbagai aktifitas forest outbond mengingat area yang cukup luas, teduh dan dikelilingi pohon-pohon besar. Kondisi tersebut terlihat pada Gambar 5 dibawah ini.

Gambar 5 Areal outbond (bekas syuting sinetron Nyi Pelet). 5.1.1.4 Sungai Cicunut

(44)

air dari daerah hulu maka aliran airnya tidak terlalu deras. Aliran sungai Cicunut terlihat pada Gambar 6 dibawah ini.

Gambar 6 Aliran sungai Cicunut.

Pada jaman dahulu di sungai Cicunut banyak terdapat biawak (Varanus salvator) namun sekarang sudah jarang ditemui. Hal ini dikarenakan banyak

diburu oleh masyarakat. Selain biawak juga terdapat berbagai jenis ikan, udang dan kepiting.

5.1.1.4 Areal kosong

Areal ini merupakan areal yang dipinjamkan oleh pengelola KHDTK Cikampek kepada masyarakat sekitar untuk mengelola areal tersebut dengan sistem tumpang sari. Namun sebelumnya telah dilakukan perjanjian kontrak yang menyebutkan bahwa masyarakat bersedia pindah jika areal tersebut digunakan oleh KHDTK Cikampek. Areal ini cukup berpotensi sebagai arealcamping ground. Keunggulan areal ini digunakan sebagai camping ground karena kondisi tanah cukup datar, terdapat pepohonan sehingga dapat menjadi peneduh, penahan erosi dan penyimpan cadangan air. Kondisi tersebut terlihat pada Gambar 7 dibawah ini.

(45)

5.1.2 Potensi biologi

Potensi biologi yang terdapat di KHDTK Cikampek berupa fauna dan flora (tumbuhan bawah dan pepohonan).

5.1.2.1 Fauna

Fauna di KHDTK Cikampek cukup beragam, hal itu terlihat dari hasil yang didapat dari lapangan dapat dilihat dari grafik berikut:

Gambar 8 Fauna di KHDTK Cikampek.

Fauna di KHDTK Cikampek yang paling banyak ditemui adalah burung. Jumlah burung yang berhasil dijumpai di KHDTK berjumlah 15 jenis burung. Burung-burung tersebut terlihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 3 Daftar jenis burung yang dijumpai di KHDTK Cikampek

NO Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Kategori

kelangkaan*

1. Cinenen pisang Orthomus sutorius Silviidae Least Concern

2. Walet linchi Collocalia linchi Apodidae -

3. Cinenen jawa Orthotomus sepium Silviidae Least Concern

4. Pelanduk topi hitam Pellorneum capistratum Timaliidae Least Concern

5. Layang-layang rumah Delichon dasypus Hirundinidae Least Concern

6. Bondol jawa Lonchura

leucogastroides

Estrildidae Least Concern

7. Kacamata biasa Zosterops palpebrosus Zosteropidae Least Concern

8. Cabai jawa Dicaeum trochileum Dicaeidae Least Concern

9. Anis merah Zoothera citrine Turdidae Least Concern

10. Betet jawa Psittacula alexandri Psittacidae Least Concern

11. Cekakak sungai Todirhamphus chloris Alcedinidae -

12. Perenjak jawa Prinia familiaris Silviidae Least Concern

13. Wiwik uncuing Cuculus sepulcralis Cuculidae -

14. Perkutut Geopelia striata Columbidae Least Concern

15. Tekukur biasa Streptopelia chinensis Columbidae -

(46)

Famili yang paling banyak ditemukan di KHDTK Cikampek adalah Silviidae (Prinia familiaris, Orthotomus sepium, dan Orthotomus sutorius). Famili tersebut cukup mampu beradaptasi dengan kondisi habitat yang terdapat di KHDTK Cikampek. Kondisi habitat di KHDTK Cikampek cukup terbuka sehingga banyak burung yang memanfaatkan tajuk untuk bersarang dan bermain. Keberadaan burung tersebut dipengaruhi oleh kondisi habitat di KHDTK Cikampek. Burung dapat menempati tipe habitat yang beranekaragam, baik habitat hutan maupun habitat bukan hutan. Secara umum burung memanfaatkan habitat tersebut sebagai tempat mencari makan, beraktifitas, berkembangbiak dan berlindung (Darmawan 2006).

Beberapa jenis pepohonan yang dijadikan sumber pakan dan tempat bersarang bagi burung adalah sengon (Paraserianthes falcataria),gmelina (Gmelina arborea), akasia (Acacia auriculiformis), kayu balil (Hymenaea courbarill) dan lainnya. Keanekaragaman jenis burung tersebut dapat menjadi

potensi wisata KHDTK Cikampek yang dapat menarik pengunjung untuk melihat dan menikmati keanekaragaman burung yang ada.

a. Mamalia

Mamalia yang ditemukan di KHDTK Cikampek berjumlah empat jenis, Jenis mamalia yang berhasil ditemukan di KHDTK Cikampek dapat ditunjukkan pada Tabel 4 dibawah ini.

Tabel 4 Daftar jenis mamalia yang dijumpai di KHDTK Cikampek

NO Nama Lokal Nama Latin Famili Status Perlindungan

1 Monyet ekor panjang Macaca fascicularis Cercopithecidae Least Concern

2 Bajing tanah bergaris

tiga

Lariscus insignis Sciuridae Least Concern

3 Musang Paradoxurus

hermaphrodites

Viverridae Least Concern

4 Babi hutan Sus scrofa Suidae Least Concern

* = kategori kelangkaan berdasarkan IUCN Red List

(47)

berkejar-kejaran dengan bajing lainnya. Bajing tanah bergaris tiga (Lariscus insignis) lebih mudah dijumpai dibandingkan dengan mamalia yang lainnya

karena bajing mempunyai ruang habitat yang lebih menyebar dibandingkan dengan mamalia lainnya yang terkonsentrasi pada habitat tertentu.

b. Kupu-kupu

Kupu-kupu yang berhasil dijumpai di KHDTK Cikampek terdiri dari 13 jenis. Beberapa jenis kupu-kupu yang ditemukan di KHDTK Cikampek antara lain Doleschallia bisaltidae bisaltidae, Euploea phaenarete pavettae, Hypolimnas bolina bolina, Ideopsis juventa juventa, dan lainnya. Berbagai jenis kupu-kupu tersebut di areal semak-semak yang terletak didepan kolam pemancingan milik warga membentang disepanjang sawah.

(a) (b)

Gambar 9 (a) Doleschallia bisaltidae bisaltidae, (b) Ideopsis juventa juventa. Areal tersebut banyak ditemukan kupu-kupu karena arealnya cukup terbuka sehingga langsung mendapat cahaya matahari, ditemukan beberapa pakan kupu-kupu berupa Citrus sp dan tumbuhan berbunga seperti tembelekan (Lantana camara), Harendong biasa (Melastoma malabatricum) dan kayu manis (Cinnamomum burmanni). Potensi ini sangat menarik karena dapat menjadi salah satu potensi biologi yang dapat mendukung perencanaan interpretasi di KHDTK Cikampek. Beberapa jenis kupu-kupu dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Daftar jenis kupu-kupu yang dijumpai di KHDTK Cikampek

NO Nama Latin Famili

1 Ariadne ariadne ariadne Nymphalidae

2 Athyma perius perinus Nymphalidae

3 Catopsilia Pomona Pieridae

4 Doleschallia bisaltidae bisaltidae Nymphalidae

5 Euploea phaenarete pavettae Nymphalidae

6 Eurema hecabe sankapura Pieridae

(48)

Lanjutan Tabel 5 Daftar jenis kupu-kupu yang dijumpai di KHDTK Cikampek

NO Nama Latin Famili

8 Ideopsis juventa juventa Nymphalidae

9 Junonia atlites atlites Nymphalidae

10 Melanitis leda simessa Nymphalidae

11 Mycalesis horsfieldi horsfieldi Nymphalidae

12 Rohana parisatis javana Nymphalidae

13 Junonia hedonia ida Nymphalidae

8 Ideopsis juventa juventa Nymphalidae

Kupu-kupu menyukai tempat-tempat yang bersih dan sejuk serta tidak terpolusi oleh pestisida, asap dan bau yang tidak sedap. Oleh karena itu kupu-kupu merupakan salah satu spesies dari kelompok serangga yang dipergunakan sebagai indikator terhadap perubahan ekologis (Saputro 2007). Komponen habitat yang penting bagi kehidupan kupu-kupu adalah tersedianya vegetasi sebagai sumber pakan dan pelindung. Apabila tidak ada vegetasi sebagai sumber makanan ataupun kurang dari jumlah yang dibutuhkan, maka akan terjadi pergerakan kupu-kupu untuk mencari daerah baru yang banyak terdapat vegetasi sebagai sumber makanannya. Apabila tidak ada vegetasi sebagai sumber makanan, maka dapat menyebabkan kematian. Demikian pula halnya dengan vegetasi yang digunakan sebagai tempat untuk berlindung dari serangan-serangan predator dan sebagai tempat berkembangbiak (Clark et al (1966) diacu dalam Saputro 2007).

c. Reptil

(49)

(a) (b)

Gambar 10 (a) Draco sp, (b) Trimeresurus albolabris.

Tajjali (2011) menyatakan bahwa keanekaragaman reptil yang ditemukan selain menjadi potensi wisata juga berperan sangat penting dalam kelompok predator karena banyak berinteraksi sebagai penyeimbang dalam suatu habitat. Mangsanya berupa serangga, ikan, telur, mamalia bahkan reptil lain. Oleh karena itu reptil memiliki beberapa perilaku yang digunakan untuk berburu ataupun bertahan diri dari pemangsa seperti mimikri, mengeluarkan racun, caudal autotomi dan mengandalkan beberapa bagian tubuhnya yang dapat

menarik mangsanya, seperti ular viper pohon (Trimeresusrus albolabris) yang memiliki ekor seperti cacing yang dapat digunakan untuk memancing mangsa. Untuk bertahan diri famili Geckonidae dapat memutuskan ekornya (caudal autotomi) apabila merasa terancam. Perilaku tersebut dapat menjadi atraksi

wisata minat khusus bagi para penggemar reptil. 5.1.2.2 Flora KHDTK Cikampek

Flora KHDTK Cikampek diklasifikasikan berdasarkan habitusnya sehingga diperoleh dua macam habitus yakni tumbuhan bawah (herba) dan pohon.

a. Tumbuhan bawah

(50)

obat yang diketahui atau dipercaya mempunyai khasiat obat, yang dikelompokkan menjadi:

1. Tumbuhan obat tradisional, yaitu jenis tumbuhan yang diketahui atau dipercaya masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional.

2. Tumbuhan obat modern, yaitu jenis tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat sebagai obat dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis.

3. Tumbuhan obat potensial, yaitu jenis tumbuhan yang diduga mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat, tetapi belum dibuktikan secara ilmiah atau medis dan penggunaanya sebagai bahan obat tradisional sulit untuk ditelusuri.

(51)

Gambar 11 Pare (Momordia charantia). d. Pohon di KHDTK Cikampek

Pohon yang terdapat di KHDTK Cikampek terdiri dari jenis Dipterocarpaceae dan Non-Dipterocarpaceae. Pohon tersebut merupakan pohon hasil introduksi baik dari dalam maupun luar negeri. Pohon yang terdapat di KHDTK Cikampek berjumlah 63 jenis dengan 27 jenis exotic. Beberapa jenis pohon exotic antara lain Acacia catechu berasal dari India, Alstonia congensis berasal dari Afrika, Cecropia peltata berasal dari Amerika, Trachylobium verrucosum berasal dari Hawai, Sterculia foetidaberasal dari Honduras, Piptadenia peregrine berasal dari Brazilia, Lagerstroemia loudoni berasal dari Thailand, Dalbergia fusca berasal dari Vietnam, Acacia confuse berasal dari Formosa.

(52)

Gambar 12 Diagram Famili Pohon di KHDTK Cikampek.

Pohon di KHDTK Cikampek memiliki kegunaan tertentuseperti terlihat pada Gambar 13 berikut ini:

Gambar 13 Kegunaan pohon.

Pohon di KHDTK Cikampek paling banyak digunakan sebagai kontruksi bangunan (45%). Pohon yang digunakan dalam kontruksi bangunan adalah Diospyros celebica, Tectona grandis, Gmelina arborea, Acacia auriculiformis,

Swietenia macrophylla, Paraserianthes falcataria, Pterocarpus indicus, dan

Eusideroxylon swageri. Sedangkan kegunaan lainnya antara lain sebagai bahan

pengawet, obat kuat, penyakit pernafasan, obat rematik dan obat kulit. 5.1.3 Potensi Sosial Budaya

Ditjen PHPA (1988) menyatakan bahwa obyek interpretasi budaya atau sejarah dapat berupa batu-batu megalitik, situs, benda purbakala, bekas pemukiman yang sudah lama ditinggalkan, dan pemukiman serta perikehidupan penduduk asli, baik yang ada dalam maupun sekitar kawasan konservasi. Potensi sosial budaya yang terdapat di KHDTK Cikampek berupa kesenian tradisional, tarian tradisional, cara bertani masyarakat Cikampek, dan upacara tradisional.

(53)

a. Kesenian tradisional

Desa Cikampek memiliki kesenian sunda yang masih lestari sampai sekarang. Kesenian tersebut adalah wayang golek dan tarian tradisional. Kesenian tersebut dapat ditemukan di desa Sarimulya. Kesenian wayang golek cukup dikenal oleh masyarakat Cikampek, bahkan di desa Cikampek sendiri terdapat seorang dalang yang cukup terkenal karena sering tampil di berbagai pertunjukan baik tingkat daerah maupun nasional. Kesenian wayang golek menampilkan berbagai lakon cerita kebudayaan sunda yang menarik bagi para penonton. Beberapa lakon cerita tersebut antara lain Arjuna sastrabahu, Ramayana, Bharatayuda dan somatri ngenger. Salah satu pertunjukan wayang

golek dengan lakon “Somatri Ngenger” cukup disenangi pengunjung karena beberapa tokoh wayang mengeluarkan lelucon sehingga membuat suasana menjadi ramai dengan sorak-sorak dan tepuk tangan dari para penonton. Kesenian wayang golek dan peralatan tradisionalnya terlihat pada Gambar 14.

(a) (b)

Gambar 14 (a) wayang golek, (b) alat musik gamelan.

Kesenian wayang golek dimainkan dengan menggunakan alat musik tradisional. Alat tradisional yang digunakan yaitu saron, penerus, peking, bonang, rincik, gendang, jenglong, kecapi dan seruling. Pertunjukan wayang

(54)

b. Tarian tradisional

Tarian tradisional berada di kampung Babakan Jati, desa Cikampek Timur. Di desa tersebut masih terdapat perkumpulan sanggar tari seni tradisional dan kreasi tradisional modern yang cukup terkenal di kabupaten Karawang. Sanggar

tari ini diberi nama “Surya Medal”. Sanggar ini didirikan pada tanggal 10 Agustus 1964, arti sebuah nama “Surya Medal”adalah matahari terbit. Sanggar tari Surya Medal disahkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan wilayah Provinsi Jawa Barat Kantor Kabupaten Karawang pada tanggal 16 Januari 1995 dengan berkedudukan di desa Sarimulya, Kecamatan Cikampek, Kabupaten Karawang. Sanggar tari “Surya Medal” merupakan wadah seni yang melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar seni dalam rangka menggali, mengembangkan dan melestarikan seni kedaerahan khususnya seni sunda.Program kerja sanggar tari “Surya Medal” adalah sebagai berikut:

1. Menggali, membina, mengembangkan, melestarikan seni budaya khususnya seni tari dan kesenian daerah.

2. Menambah/memperkaya khasanah tari dan kesenian tradisi yang bercorak kedaerahan.

3. Memperkaya nilai budaya nasional.

4. Menjalin persatuan dan kesatuan bangsa dalam rangka mensukseskan program pemerintah berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Keberhasilan Sanggar tari “Surya Medal” seharusnya menjadi pemicu masyarakat untuk ikut serta melestarikan kesenian tradisional yang dimiliki. Tarian tradisional tersebut dapat menjadi obyek kebudayaan yang menarik bagi pengunjung KHDTK Cikampek. Beberapa contoh tarian tradisional pada

sanggar tari “Surya Medal” adalah tarian klasik sunda dan tarian kreasi modern seperti terlihat pada Gambar 15.

(a) (b)

(55)

Keberadaan sanggar tari ini cukup penting bagi desa Cikampek timur karena dapat menjadi daya tarik bagi pengunjung mengenai aneka tarian tradisional dan menajaga kelestarian kesenian sunda.

c. Upacara tradisional

Kegiatan Upacara Tradisional yang masih dilaksanakan terutama di Desa Kamojing adalah acara Hajat Bumi. Kegiatan tersebut biasanya menampilkan hiburan wayang golek dan tari jaipong. Selain itu masyarakat juga menyiapkan aneka tumpeng dan makanan tradisional. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan setahun sekali sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rejeki yang telah diterima.

d. Cara bertani padi masyarakat Cikampek

Masyarakat desa Cikampek mempunyai cara bertani yang unik dan tradisional. Petani Cikampek masih menggunakan peralatan tradisional untuk mengusir burung yang terdapat di pematang sawah. Peralatan tradisional tersebut terbuat dari rangkai bambu, benang dan kaleng biskuit yang dirangkai sedemikian rupa sehingga dapat mengeluarkan bunyi-bunyian sehingga memberi efek jera kepada burung supaya tidak memakan padi yang ditanam.

Peralatan tradisional lainnya terbuat dari papan kayu. Papan tersebut digunakan untuk memukul seikat padi supaya butiran padi terlepas dari tangkainya. Namun kelebihannya peralatan ini tidak mengeluarkan asap dan tidak menggunakan bahan bakar. Kedua peralatan tradisional tersebut terlihat pada Gambar 16.

(a) (b)

Gambar 16 (a),(b) Peralatan tradisional petani Cikampek 5.2 Jalur di KHDTK Cikampek

Gambar

Tabel 1 Jenis dan cara pengambilan data yang akan diambil di lapang
Tabel 1  Lanjutan jenis dan cara pengambilan data yang akan diambil di lapang
Tabel 1.Lanjutan jenis dan cara pengambilan data yang akan diambil di lapang
Gambar 1 Peta lokasi KHDTK Cikampek.
+7

Referensi

Dokumen terkait