• Tidak ada hasil yang ditemukan

Preferensi Burung Hantu Celepuk Reban (Otus lempiji Horsfield) terhadap Umpan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Preferensi Burung Hantu Celepuk Reban (Otus lempiji Horsfield) terhadap Umpan"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

PREFERENSI BURUNG HANTU CELEPUK REBAN

(Otus lempiji Horsfield) TERHADAP UMPAN

ROYHANI LAILY ASWARI

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DANSUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Preferensi Burung Hantu Celepuk Reban (Otus lempiji Horsfield) terhadap Umpan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2013

Royhani Laily Aswari

NIM A34090019

(4)
(5)

ABSTRAK

ROYHANI LAILY ASWARI. Preferensi Burung Hantu Celepuk Reban (Otus lempiji Horsfield) terhadap Umpan. Dibimbing oleh SWASTIKO PRIYAMBODO.

Salah satu komoditas perkebunan yang penting adalah kelapa sawit. Beberapa kendala yang dihadapi petani kelapa sawit, salah satunya adalah tikus pohon (Rattus tiomanicus Miller). Tikus memiliki kemampuan reproduksi yang tinggi dan dapat merusak hasil panen kelapa sawit. Pengendalian yang efektif dan ramah lingkungan sangat dibutuhkan, salah satunya dengan penggunaan musuh alami (burung hantu). Celepuk reban (Otus lempiji Horsfield) diuji dengan beberapa jenis umpan yang berbeda untuk melihat tingkat preferensinya terhadap umpan. Metode yang digunakan adalah bi-choice test. Pada pengujian ini terdapat empat perlakuan, yaitu pemberian tikus dengan larva kumbang, tikus dengan kadal, tikus dengan ikan, dan tikus dengan jangkrik. Sebelum dan sesudah perlakuan, umpan ditimbang untuk mengetahui jumlah umpan yang dikonsumsi. Data menunjukkan perbedaan hasil yang signifikan antara tikus dengan umpan lain. Konsumsi celepuk reban terhadap tikus lebih tinggi daripada larva kumbang, kadal, ikan, dan jangkrik.

Kata kunci: celepuk reban, kelapa sawit, preferensi umpan, tikus pohon.

ABSTRACT

ROYHANI LAILY ASWARI. The Preference of Sunda Scops-Owl (Otus lempiji Horsfield) to Bait. Adviced by SWASTIKO PRIYAMBODO.

One of the essential plantation commodities is oil palm. There are some constrains faced by oil palm growers, one of them is tree rat (Rattus tiomanicus

Miller). The rat has a high reproduction capability and can damage crops of oil palm. An effective and environmentally friendly control, using natural enemies, especially owl is needed to solve this problem. The sunda scops-owl (Otus lempiji

Horsfield) was tested with several different types of bait to see the level of preference of bait. The method used is a bi-choice test. In this test, there are four treatments, i.e. rat with larvae of beetle, rat with lizard, rat with fish, and rat with cricket. Before and after treatment, the bait was weighed to determine the amount of feed consumed. The data show a significant difference in results between rat with different baits. The sunda scops-owl consumption in rat is higher than larvae of beetle, lizard, fish, and cricket.

(6)
(7)

PREFERENSI BURUNG HANTU CELEPUK REBAN

(Otus lempiji Horsfield) TERHADAP UMPAN

ROYHANI LAILY ASWARI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Preferensi Burung Hantu Celepuk Reban (Otus lempiji

Horsfield) terhadap Umpan Nama Mahasiswa : Royhani Laily Aswari NIM : A34090019

Disetujui oleh

Dr Ir Swastiko Priyambodo, M.Si Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Abdjad Asih Nawangsih, M.Si Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengujian Preferensi Burung Hantu Celepuk Reban (Otus lempiji Horsfield) terhadap Umpan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dari bulan September 2012 hingga November 2012.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari adanya doa dan dukungan orang-orang terdekat. Dengan penuh rasa hormat, penulis mengucapkan terimakasih kepada Ayahanda, Ibunda, dan adik-adik tercinta atas segala doa, kasih sayang, dan dukungan yang tidak pernah terputus. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada Dr Ir Swastiko Priyambodo, M.Si selaku pembimbing skripsi yang selalu memberikan saran, semangat dan dorongan kepada penulis. Dr Supramana selaku pembimbing akademik yang selalu memberikan kritik yang membangun. Mohammad Irham, M.Sc Kepala Laboratorium Ornithologi, Bidang Zoologi Puslit Biologi-LIPI yang telah membantu dalam mengidentifikasi burung hantu celepuk reban. Kepada teman-teman seperjuangan Ardiana, Lisa dan Tia, Bapak Ahmad Soban laboran Vertebrata Hama IPB, dan beberapa teman lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu terimakasih telah membantu selama proses pengambilan data.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2013

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ii

DAFTAR GAMBAR ii

DAFTAR LAMPIRAN ii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

BAHAN DAN METODE 3

Waktu dan Tempat Penelitian 3

Bahan dan Alat 3

Metode Penelitian 4

Peubah yang Diamati 4

Konversi Umpan 5

Analisis Data 5

Identifikasi 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Hasil Identifikasi Burung Hantu 6

Pengujian Preferensi Umpan dari Celepuk Reban 6

Perubahan Bobot Tubuh Celepuk Reban 9

SIMPULAN DAN SARAN 10

Simpulan 10

Saran 10

DAFTAR PUSTAKA 11

(14)
(15)
(16)

DAFTAR TABEL

1 Rerata konsumsi celepuk reban terhadap tikus dan umpan

pembanding 7

2 Rerata konsumsi celepuk reban terhadap umpan saat

perlakuan dan adaptasi 8

3 Perubahan bobot tubuh celepuk reban sebelum dan sesudah pengujian 9

DAFTAR GAMBAR

1 Jenis umpan. A. Air, jangkrik, Tikus putih, B. Larva kumbang,

C. Kadal, D. Ikan nila 3

2 Kandang pemeliharaan (A dan B) dan kandang pengujian burung (C) 3 3 Timbangan elektronik (electronic top-loading for animal) 4

4 Celepuk reban (O. lempiji) 6

5 Perbandingan konsumsi burung hantu pada saat perlakuan dengan

adaptasi 8

DAFTAR LAMPIRAN

1 Bobot tubuh celepuk reban sebelum dan sesudah pengujian 15 2 Konversi (g/100 g bobot tubuh) konsumsi celepuk reban terhadap

larva kumbang 16

3 Konversi (g/100 gr bobot tubuh) konsumsi celepuk reban terhadap

(17)
(18)
(19)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang sangat berlimpah. Kekayaan alam tersebut meliputi sektor perairan, pertanian, dan perkebunan. Saat ini, sektor pertanian sedikit menurun karena banyaknya peralihan fungsi lahan dari pertanian menjadi non pertanian. Sementara itu sektor perkebunan masih berkembang, salah satu diantaranya adalah perkebunan kelapa sawit. Produksi kelapa sawit menjadi bahan baku pembuatan CPO (crude palm oil) yang sangat dibutuhkan dalam perdagangan internasional. Hasil produksi kelapa sawit Indonesia telah diakui kualitasnya oleh beberapa negara di dunia. Hingga tahun 2012 Indonesia mampu menjadi pemasok CPO terbesar yaitu sekitar 14 juta ton (BPS 2012).

Rendahnya produksi kelapa sawit ini dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya yaitu adanya hama tikus (Rattus tiomanicus Miller) di perkebunan. Pada tanaman kelapa sawit yang sudah menghasilkan, tikus memakan buah sawit yang masih muda maupun yang sudah tua. Pada buah yang masih muda, keseluruhan bagian (inti dan daging buah) dapat dimakan oleh tikus (Priyambodo 2009). Seekor tikus dewasa mampu mengonsumsi buah kelapa sawit antara 5.94 g sampai 13.7 g per hari (Sipayung dan Thohari 1994). Berdasarkan data tersebut, total kehilangan produksi CPO per tahun dapat mencapai 10% dari total produksi (Adidharma 2009).

Sangat diperlukan teknologi tepat guna untuk mengendalikan tikus di perkebunan sawit. Beberapa metode telah dikembangkan untuk mengendalikan tikus, antara lain cara sanitasi, kultur teknis, fisik, mekanik, biologi, dan kimiawi. Pada kenyataannya manusia lebih menyukai metode kimiawi untuk mematikan tikus, karena racun yang diberikan kepada tikus menunjukkan daya bunuh yang efektif dengan memberikan kematian tikus yang nyata (Priyambodo 2009). Penggunaan rodentisida merupakan pengendalian yang tidak ramah lingkungan. Salah satu pengendalian yang saat ini dikembangkan adalah dengan penggunaan musuh alami berupa predator tikus yaitu burung hantu. Burung hantu yang digunakan adalah burung hantu putih (Tyto alba).

Penggunaan burung hantu sebagai musuh alami tikus sangat disarankan untuk pengendalian tikus di perkebunan. BBKP-Surabaya (2012) menyebutkan bahwa harga burung hantu putih yang dibudidayakan relatif mahal sekitar Rp 300-400 ribu per ekor. Kenyataan di lapangan, tidak semua petani memiliki modal yang cukup untuk menerapkan cara ini. Dengan demikian, diperlukan alternatif musuh alami lain yang dapat digunakan untuk mengendalikan tikus. Burung hantu lain yang berbeda keluarga dengan T. alba salah satunya adalah celepuk reban (Otus lempiji) yaitu dari famili Strigidae.

(20)

2

spesies O. lempiji (Suhadi 2007). O. lempiji atau yang biasa disebut celepuk reban adalah sejenis burung hantu kecil yang dikenal dengan nama-nama lain seperti celepuk (Indonesia), bueuk (Sunda.), manuk kuwek (Jawa) dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris disebut Sunda Scops-Owl atau Collared Scops-Owl. Celepuk reban bertubuh kecil, panjang tubuh total sekitar 200-230 mm (Konig et al. 1999).

Celepuk umumnya didapati di wilayah berpohon, sampai dengan ketinggian 1 600 m dpl, di tepi hutan, perkebunan, pekarangan, hingga taman-taman di kota besar. Celepuk reban menyebar luas di Asia Tenggara, Filipina, Kalimantan, Sumatera, Bangka, Belitung, Jawa, dan Bali (MacKinnon et al. 2010). Di Jawa Barat, celepuk reban bereproduksi antara Februari sampai April, terkadang bulan Juni atau Juli. Celepuk reban menghasilkan 2-3 butir per peneluran. Telur berwarna putih, hampir bulat, diletakkan dalam sarangnya di lubang pohon, di sela pelepah kelapa, atau di rumpun bambu (Konig et al. 1999). Penelitian mengenai celepuk reban belum banyak dilaporkan, sehingga penelitian mengenai preferensi umpan perlu dilakukan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji tingkat preferensi celepuk reban (O. lempiji) terhadap beberapa jenis umpan dibandingkan dengan tingkat konsumsinya terhadap tikus.

Manfaat Penelitian

(21)

3

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Vertebrata Hama, Departemen Proteksi Tanaman. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Identifikasi spesies burung hantu dilaksanakan di Laboratorium Ornithologi (Zoologi) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September sampai November 2012.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah celepuk reban, tikus putih, larva kumbang, kadal, ikan (nila dan mas), jangkrik, gabah, dan kloroform. (Gambar 1).

Gambar 1 Jenis umpan. A. Air, jangkrik, tikus putih, B. Larva kumbang C. Kadal, D. Ikan nila

Alat yang digunakan adalah kandang pemeliharaan tikus, kandang celepuk reban, wadah umpan, gelas, sendok, pinset, timbangan, dan besi dengan ujung pengait. Kandang pemeliharaan tikus dan kandang burung untuk pengujian terbuat dari alumunium berukuran 50 cm x 34.5 cm x 33 cm (p x l x t) (Gambar 3).

A B C

Gambar 2 Kandang pemeliharaan (A dan B) dan kandang pengujian burung (C) A

A B

(22)

4

Alat yang digunakan untuk menghitung bobot burung dan umpan dalam pengujian adalah timbangan elektronik (electronic top-loading for animal) (Gambar 3). Timbangan digunakan untuk mendapatkan bobot burung sebelum dan sesudah pengujian serta untuk menghitung jumlah umpan sebelum dan sesudah konsumsi hewan uji.

Gambar 3 Timbangan elektronik (electronic top-loading for animal)

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode pengujian preferensi umpan pada celepuk reban dengan dua pilihan (bi-choice test) yaitu pengujian umpan tikus dengan larva kumbang, tikus dengan kadal, tikus dengan ikan, dan tikus dengan jangkrik. Umpan tersebut diberikan dengan jumlah berlimpah (ad libitum). Tikus yang digunakan adalah tikus putih (R. norvegicus) sebagai pengganti dari tikus pohon (R. tiomanicus). Tikus putih yang digunakan adalah tikus pradewasa yang memiliki bobot tubuh 25-50 g. Penggunaan larva kumbang dan jangkrik didasarkan pada pernyataan Konig et al. (1999) yang menyebutkan bahwa O. lempiji biasa memangsa serangga seperti kumbang, kecoa, belalang, jangkrik, dan juga burung kecil. Penggunaan kadal sebagai salah satu umpan dalam pengujian ini mengacu pada penelitian Marks et al. dalam Lok et al. (2009) yang menyebutkan bahwa di alam O. lempiji memangsa tokek dan tikus. Ketersediaan tokek di alam sudah sangat sedikit, sehingga umpan yang digunakan dalam pengujian diganti dengan kadal. Penggunaan ikan dalam pengujian berdasarkan pada ekosistem air yang ada di perkebunan kelapa sawit. Perbedaan jenis ikan ini diakibatkan ketersediaan ikan nila di pasar yang lebih sedikit, sehingga penggunaan ikan mas sebagai pengganti dianggap sama dengan ikan nila.

Masing-masing perlakuan diberikan selama tujuh hari berturut-turut. Selang setiap perlakuan, celepuk reban melewati masa adaptasi selama tiga hari. Pada masa adaptasi, celepuk reban hanya diberi pakan berupa tikus sebagai standar pakan bagi burung hantu. Pada pengujian ini digunakan celepuk reban yang berbeda antara perlakuan pertama dengan tiga perlakuan berikutnya. Desain percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan pertama menggunakan 14 ekor (14 ulangan) sedangkan pada tiga perlakuan berikutnya digunakan celepuk reban sebanyak 12 ekor (12 ulangan).

Peubah yang Diamati

(23)

5

Konversi Umpan

Semua data yang diperoleh dari pengujian kemudian dikonversi ke 100 g bobot tubuh celepuk reban dengan rumus sebagai berikut:

Konversi umpan = rerata umpan yang dikonsumsi (g) x 100 rerata bobot burung hantu (g)

Analisis Data

Data hasil pengujian diolah dengan menggunakan program Statistical Analysis System (SAS) for Windows version 9.0. Uji lanjut menggunakan uji selang ganda Duncan (Duncan Multiple Range Test) pada taraf nyata α=5% dan 1%.

Identifikasi

Proses identifikasi burung hantu sampai tingkat spesies dilaksanakan setelah semua pengujian selesai dilakukan dan burung dalam keadaan mati. Burung hantu yang diidentifikasi sebanyak empat ekor yang terlihat berbeda secara morfologi seperti warna bulu dan panjang tubuh. Identifikasi dibantu dengan menggunakan pustaka Dickinson 2003, Del Hoyo et al. 1999, Konig et al. 1999, dan MacKinnon

(24)

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Identifikasi Burung Hantu

Hasil identifikasi menunjukkan bahwa burung hantu tersebut termasuk dalam spesies O. lempiji dalam bahasa Indonesia adalah celepuk reban. Celepuk reban berukuran kecil sekitar 20 cm, berwarna kecoklatan sampai abu-abu (Gambar 4). Suara celepuk reban yaitu, wuuup dengan nada yang meninggi. Berkas telinga panjang dan jelas, memiliki kerah di belakang leher berwarna pucat. Tubuh bagian bawah lebih terang (coklat atau abu-abu muda), terdapat bercak-bercak gelap berbentuk mata panah atau jajar genjang. Menurut Konig et al.

(1999) celepuk reban merupakan burung hantu yang memiliki bulu yang sangat bervariasi dan mungkin juga bervariasi secara individual dalam populasi.

Gambar 4 Celepuk reban (O. lempiji)

Pengujian Preferensi Umpan dari Celepuk Reban

Rerata konsumsi celepuk reban terhadap tikus dan umpan pembanding dapat dilihat pada Tabel 1. Terdapat empat perlakuan dengan pemberian umpan berbeda. Pada perlakuan pertama celepuk reban diberi umpan tikus dengan larva kumbang. Kemampuan makan celepuk reban terhadap tikus (29.68 g) lebih besar dan berbeda nyata dibandingkan konsumsinya terhadap larva kumbang (0.84 g) (Uji Duncan α = 5% dan 1%). Hal ini karena celepuk reban adalah jenis burung pemakan daging yang biasa hidup di lubang-lubang pohon, sedangkan larva kumbang berukuran kecil dan umumnya hidup di tanah, walaupun terkadang muncul ke permukaan. Selain itu, celepuk reban lebih menggunakan penglihatan yang tajam dalam menangkap mangsa. Larva kumbang yang berukuran lebih kecil daripada tikus sehingga celepuk reban lebih tertarik untuk mengonsumsi tikus daripada larva kumbang.

Awalnya celepuk reban yang digunakan berjumlah 20 ekor, namun pada awal perlakuan uji tikus dengan kadal terdapat delapan ekor celepuk reban yang mati. Dengan demikian, hanya digunakan 12 ekor burung hantu pada perlakuan kedua, ketiga, dan keempat. Perlakuan kedua yaitu pemberian umpan tikus dengan kadal. Data menunjukkan bahwa rerata konsumsi celepuk reban terhadap tikus (23.51 g) lebih besar dan berbeda sangat nyata dibandingkan konsumsinya terhadap kadal (2.98 g).

(25)

7

reban yang mati terhadap kadal relatif sedikit (1.40 g) dan berbeda nyata dibandingkan dengan konsumsinya terhadap tikus (16.75 g) (Uji Duncan α = 5% dan 1%). Celepuk reban yang bertahan hidup telah mengonsumsi kadal lebih besar (2.98 g) namun tidak mengalami kematian. Hal ini karena kemampuan adaptasi dan daya netralisir racun celepuk reban yang berbeda. Celepuk reban yang mati tidak dapat beradaptasi dengan baik pada kondisi baru di dalam kurungan di laboratorium. Celepuk reban lain yang bertahan hidup memiliki kemampuan adaptasi yang baik dan dapat menetralisir racun dengan baik.

Tabel 1 Rerata konsumsi (g/100 g bobot tubuh) celepuk reban terhadap tikus dan umpan pembandinga

Konsumsi terhadap umpan

Larva

kumbang Kadal Ikan Jangkrik

Umpan

pembanding 0.84 bB 2.98 bB 9.80 bB 6.24 bB Tikus 29.68 aA 23.51 aA 31.34 aA 20.21 aA

Pr > F < 0.0001 < 0.0001 < 0.0001 < 0.0001

a

angka pada kolom yang sama diikuti dengan huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf α = 5% (huruf kecil) dan 1% (huruf besar) berdasarkan uji selang ganda Duncan.

Perlakuan ketiga yaitu pemberian tikus dengan ikan sebagai umpan celepuk reban. Analisis data menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi celepuk reban terhadap tikus (31.34 g) lebih besar dan berbeda nyata dibandingkan konsumsinya

terhadap ikan (9.80 g) (Uji Duncan α = 5% dan 1%). Berdasarkan Konig et al.

(1999) celepuk reban biasa berada di hutan, perkebunan, dan bahkan biasa hidup di kota-kota besar yang berpohon. Beberapa tempat tersebut memiliki ekosistem air seperti sungai, danau, kolam, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, di alam celepuk reban mengenali ikan sebagai mangsa. Burung hantu juga dapat menangkap ikan yang ada di permukaan air. Hal ini didukung oleh indera penglihatan celepuk reban yang dapat melihat mangsa dari jarak yang jauh dan cengkraman yang kuat pada kedua kaki.

Analisis data untuk perlakuan keempat menunjukkan bahwa konsumsi celepuk reban terhadap tikus berbeda nyata dengan jangkrik (Uji Duncan α = 5% dan 1%). Celepuk reban mengonsumsi tikus (20.21 g) dalam jumlah yang banyak dibandingkan konsumsinya terhadap jangkrik (6.24 g). Di alam, jangkrik merupakan serangga yang termasuk ke dalam jenis pakan yang dimangsa celepuk reban (Konig et al. 1999).

(26)

8

adaptasi pasca perlakuan jangkrik (20.33 g) lebih rendah dari gabungan tikus dengan jangkrik (26.45 g).

Tabel 2 Rerata konsumsi (g/100 g bobot tubuh) celepuk reban terhadap umpan saat perlakuan dan adaptasia

angka pada kolom yang sama diikuti dengan huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf α = 5% (huruf kecil) dan 1% (huruf besar) berdasarkan uji selang ganda Duncan.

Konsumsi celepuk reban yang lebih rendah saat perlakuan tikus dengan kadal disebabkan adanya efek racun yang dimiliki oleh kadal, sehingga nafsu makannya menjadi berkurang. Berbeda dengan konsumsi celepuk reban saat perlakuan tikus dengan ikan dan tikus dengan jangkrik. Kedua perlakuan tersebut menunjukkan tidak adanya pengaruh racun dari ikan dan jangkrik, sehingga konsumsi celepuk reban terhadap tikus saat perlakuan lebih tinggi.

Gambar 5 Perbandingan konsumsi burung hantu pada saat perlakuan dengan masa adaptasi

Hasil penelitian Rochman (1993) menunjukkan bahwa ikan dan jangkrik termasuk ke dalam delapan penyedap asal hewan yang dapat meningkatkan kemampuan makan tikus terhadap umpan di laboratorium. Berdasarkan penelitian tersebut kemungkinan terjadi pada celepuk reban yang diuji. Konsumsi terhadap tikus menjadi lebih tinggi karena adanya ikan atau jangkrik yang berperan sebagai

0

tikus vs kadal tikus vs ikan tikus vs jangkrik

(27)

9

penyedap. Faktor lain yang mempengaruhi adalah aroma amis dari ikan, sehingga konsumsi celepuk reban terhadap ikan lebih tinggi dibandingkan dengan umpan selain tikus.

Tingginya tingkat preferensi tikus pada celepuk reban diharapkan dapat mengendalikan tikus di alam (perkebunan kelapa sawit), khususnya tikus masa pradewasa. Marks et al. (1999) dalam Lok et al. (2009) yang menyebutkan bahwa

O. lempiji menyukai tokek, serangga, dan tikus sebagai mangsa. Selain itu, populasi yang masih banyak di alam salah satunya di Pulau Jawa. Menurut Lampiran Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1999, keluarga dari burung hantu celepuk (famili Strigidae) belum termasuk ke dalam jenis burung hantu yang dilindungi oleh pemerintah. Oleh karena itu, penggunaan celepuk reban sebagai musuh alami di lapang perlu diuji lebih lanjut tingkat keefektifannya seperti halnya T. alba. Jika penggunaan di lapang efektif dan pengembangbiakannya dapat dilakukan dengan baik, maka celepuk reban dapat digunakan sebagai alternatif pengendalian hayati.

Perubahan Bobot Tubuh Celepuk Reban

Rerata perubahan bobot tubuh celepuk reban sebelum dan sesudah perlakuan (Tabel 3).

Tabel 3 Perubahan bobot tubuh celepuk reban sebelum dan sesudah pengujian

Perlakuan Rerata bobot tubuh (g) celepuk reban Perubahan

Awal Akhir

Tikus dengan larva

kumbang 95.04 99.61 +4.57

Tikus dengan kadal,

ikan, dan jangkrik 90.54 109.46 + 18.92

(28)

10

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Celepuk reban (O. lempiji) yang diuji dengan beberapa pilihan umpan, menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Celepuk reban memiliki tingkat preferensi yang tinggi terhadap tikus sebagai umpan. Konsumsi umpan selain tikus dapat memberikan pengaruh yang berbeda terhadap konsumsi celepuk reban terhadap tikus. Umpan selain tikus yang mengandung racun dapat menurunkan nafsu makan celepuk reban terhadap tikus. Bobot tubuh celepuk reban mengalami peningkatan dan berbanding lurus dengan banyaknya jumlah umpan yang dikonsumsi.

Saran

(29)

11

DAFTAR PUSTAKA

Adidharma D. 2009. Kajian sosial ekonomi pengendalian hama tikus pohon,

Rattus tiomanicus Miller dengan burung hantu, Tyto alba, pada perkebunan kelapa sawit. Di dalam: Strategi Perlindungan Tanaman menghadapi Perubahan Iklim Global dan Sistem Perdagangan Bebas. Prosiding Seminar Nasional Perlindungan Tanaman; 2009 Agustus 5-6; Bogor. Bogor (ID): PKPHT IPB. hlm: 439.

[BBKP-Surabaya] Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya. 2012. Burung Hantu (Tyto alba) Pengendali Tikus yang Ramah Lingkungan. [internet]. Surabaya (ID): BBKP-Surabaya. [diunduh 2012 Nov 20]. Tersedia pada: file:///D:/jurnal%20Otus%20sp/baru/BBKP%20%20SURABAYA.htm. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Produksi perkebunan besar menurut jenis

tanaman, Indonesia. [internet]. Jakarta (ID): BPS. [diunduh 2013 Jan 31]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=3&tabel=1&daf tar=1&id_subyek=54&notab=2.

Del Hoyo J, A. Elliott & J. Sargatal. 1999. Handbook of the Birds of the World Vol. 5 (Barn-owls to Hummingbirds). Lynx edicions, Barcelona.

Dickinson, EC, editor. 2003. The Howard & Moore Complete Checklist of the Birds of the World. Ed ke-3. Christopher Helm, London.

Konig C, Weick F, Becking JH. 1999. Owls a Guide to the Owls of the World. Hongkong (HK): Pica Press Sussex.

Lok AFSL, Lee TK, Lim KC. 2009. The biology of Otus lempiji Cnephaues Deignan, the Sunda scops-owl in Singapore.Nature in Singapore. [internet]. [diunduh 2012 Okt 24]; 2:31-38. Tersedia pada: http://www.rmbr.nus.edu.sg /nis/bulletin2009/2009nis31-38.pdf.

MacKinnon J, Phillips K, Ballen BV. 1992. Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan (Termasuk Sabah, Serawak, dan Brunei Darussalam). LIPI-Seri Panduan Lapangan. Bogor (ID): Puslitbang Biologi-LIPI.

MacKinnon J, Phillips K, Ballen BV. 2010. Burung-Burung di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan (Termasuk Sabah, Serawak dan Brunei Darussalam). Rahardjaningtrah W, Adikerana A, Martodihardjo P, Supardiono EK, Balen BV, penerjemah. Bogor (ID): Puslitbang Biologi-LIPI & Birdlife International-Indonesia Programme. Terjemahan dari: The Birds of Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan.

Priyambodo S. 2009. Pengendalian Hama Tikus Terpadu. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

(30)

12

ap/IPTANA/fullteks/Balittan/Bogor/1993/pros09.pdf.

Sipayung A, Thohari M. 1994. Penelitian pengembangbiakan burung hantu Tyto alba dalam perkebunan kelapa sawit. Buletin PPKS. [internet]. [diunduh 2012 Nov 26]; vol: 2. Tersedia pada: http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/2 29497104.pdf.

(31)

13

(32)
(33)

15

Lampiran 1 Bobot tubuh celepuk reban sebelum dan sesudah pengujian

(34)

16

Lampiran 2 Konversi (g/100 g bobot tubuh) konsumsi celepuk reban terhadap larva kumbang

No celepuk reban

Rerata bobot celepuk reban

Konsumsi terhadap

larva kumbang Konsumsi terhadap tikus

1 100.04 2.56 20.74

2 100.27 1.08 29.00

3 111.12 0.68 25.29

7 100.04 0.52 34.86

8 97.06 0.33 32.25

9 102.75 0.58 29.56

10 103.47 0.50 33.93

11 124.36 1.38 22.07

12 110.98 0.73 30.63

13 96.53 0.46 32.24

14 89.63 0.50 29.50

15 83.35 1.32 34.21

16 101.92 0.45 31.15

17 91.10 0.61 30.10

Rerata 100.90 0.84 29.68 Standar

(35)

1

Lampiran 3 Konversi (g/100 gr bobot tubuh) konsumsi celepuk reban terhadap kadal, ikan, dan jangkrik

No.

(36)
(37)

1

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 23 Oktober 1991. Penulis merupakan putri pertama dari lima bersaudara, pasangan Bapak Asep Warsudin dan Ibu Ai Sopyanti. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA 1 Cisaat dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian.

Selama kuliah penulis mengikuti beberapa organisasi kemahasiswaan, yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (BEM-A) Kabinet Generasi Pembaharu sebagai Sekretaris Departemen Sosial dan Lingkungan (2010-2011), anggota Organic farming Club Himasita (2010-2012), anggota Capung Club

Himasita (2010-2011). Penulis juga pernah mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa bidang penelitian (PKM-P) pada tahun 2011 dan 2012. Asisten Praktikum matakuliah Vertebrata Hama tahun (2011-2012). Selain itu, penulis juga pernah magang di Laboratorium Vertebrata Hama Institut Pertanian Bogor pada tahun 2011.

Gambar

Gambar 1  Jenis umpan. A. Air, jangkrik, tikus putih, B. Larva kumbang
Tabel 1  Rerata konsumsi (g/100 g bobot tubuh) celepuk reban terhadap tikus     dan umpan pembandinga
Tabel 2  Rerata konsumsi (g/100 g bobot tubuh) celepuk reban terhadap umpan
Tabel 3  Perubahan bobot tubuh celepuk reban sebelum dan sesudah pengujian

Referensi

Dokumen terkait

Peristiwa hukum yang bukan perbuatan subjek hukum atau peristiwa hukum lainnya, yaitu peristiwa hukum yang terjadi dalam masyarakat yg bukan merupakan akibat dari. perbuatan

Penelitian Nur Aini Husniawati mempunyai kesamaan dengan penelitian yang sedang peneliti lakukan yaitu juga mengenai pembinaan narapidana di lembaga pemasyarakatan,

Walaupun secara uji statistik cairan terhadap asam urat tidak bermakna, ditemukan 2 orang subyek dengan konsumsi purin dalam jumlah yang sama, IMT hampir sama

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan sarana prasarana dalam proses pencampuran sediaan steril injeksi antibiotik di tiga ruang perawatan ditemukan belum

Ia bertujuan untuk melihat sejauh mana jawapan-jawapan hukum yang dikeluarkan dalam ruangan soal jawab agama akhbar tersebut menepati metodologi pengeluaran

Edellä mainittu toimintaympäristö voi painostaa sosiaalityöntekijän toimimaan vasten eettisiä normejaan selvitäkseen toimintaympäristössään. Toiminnalla voi olla

Dikarenakan penerimaan pesan dan penyerapannnya tergantung pada kunci persuasi, maka sumber informasi yang berkualitas dapat membantu memberikan dukungan agar materi dapat

Untuk mengetahui pengaruh Pelayanan, Lokasi dan Harga yang paling dominan terhadap Keputusan Pembelian Konsumen pada Usaha Kuliner Rica Xtra Pedas Fadhil di