• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Kinerja Pendederan Ikan Lele Clarias sp. Ukuran 5 cm di dalam Sistem Resirkulasi pada Padat Penebaran dan Sumber Benih yang Berbeda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Kinerja Pendederan Ikan Lele Clarias sp. Ukuran 5 cm di dalam Sistem Resirkulasi pada Padat Penebaran dan Sumber Benih yang Berbeda"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI KINERJA PENDEDERAN IKAN LELE

Clarias

sp.

UKURAN 5 CM DI DALAM SISTEM RESIRKULASI PADA

PADAT PENEBARAN DAN SUMBER BENIH YANG

BERBEDA

ADITHIA SANJAYA HARIS

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

ABSTRAK

ADITHIA SANJAYA HARIS. Evaluasi Kinerja Pendederan Ikan Lele Clarias sp. Ukuran 5 cm di dalam Sistem Resirkulasi pada Padat Penebaran dan Sumber Benih yang Berbeda. Dibimbing oleh DADANG SHAFRUDDIN dan SRI NURYATI.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan produktivitas yang optimal pada produksi pendederan lele ukuran 5 cm. Perlakuan penelitian ini adalah sumber benih yang berbeda yaitu benih produksi sendiri dan benih dari luar dengan padat penebaran 2000, 2500, dan 3000 ekor/m3 dengan sistem resirkulasi. Penelitian ini meliputi persiapan sistem resirkulasi, penebaran ikan, pemberian pakan, dan pencegahan penyakit. Ikan yang digunakan adalah benih lele dengan panjang rata-rata 5,32±0,17 cm dan bobot rata-rata-rata-rata 1,41±0,10 gram. Pengamatan dilakukan selama 21 hari dengan mengukur bobot dan panjang ikan setiap minggu. Jika terdapat ikan yang mati akan diangkat dan dihitung jumlahnya untuk mengetahui pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup. Hasil penelitian menunjukkan padat penebaran 3000 ekor/m3 dengan benih hasil produksi sendiri merupakan padat penebaran yang optimal yang menghasilkan produktivitas tertinggi dengan derajat kelangsungan hidup (KH) sebesar 77,63%; laju pertumbuhan harian (LPH) sebesar 11.09 %, dan efisiensi pakan sebesar 119.37 %.

Kata kunci : benih ikan lele, padat penebaran, produksi.

---

ABSTRACT

ADITHIA SANJAYA HARIS. Performance Evaluation of rearing Catfish Clarias sp. size of 5 cm in the Recirculation System at Stocking Density and the Fry Sources Promised are Different. Supervised by DADANG SHAFRUDDIN and SRI NURYATI.

The research was aimed to obtain optimal productivity of catfish rearing at stocking size of 5 cm. Treatment of this research is the source of different fry namely fry of own production and fry from the outside with stocking density of 2000, 2500, and 3000 fish/m3 with recirculation systems. The research consisted of rearing management included of setting resirculation culture system, stocking of the fish, feeding management and diseases treatment.This research used Clarias sp. fry at average weight of 1,41±0,10 gram and standard length of 5,32±0,17 cm. Observations made during 21 days with measure weights and lengths of fish each week. If there is a dead fish will be lifted and the amount computed to determine growth and survival rates. The results showed that used of own production fry which was reared at density of 3000 fish/m3 had optimal to achieved highest productivity with survival rate (SR) of 77,63%; specific growth rate (SGR) of 11.09 % and feed efficient of 119.37 %

(3)

EVALUASI KINERJA PENDEDERAN IKAN LELE

Clarias

sp.

UKURAN 5 CM DI DALAM SISTEM RESIRKULASI PADA

PADAT PENEBARAN DAN SUMBER BENIH YANG

BERBEDA

ADITHIA SANJAYA HARIS

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Progam Studi Teknologi & Manajemen Perikanan Budidaya

Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(4)

PERNYATAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul:

EVALUASI KINERJA PENDEDERAN IKAN LELE Clarias sp. UKURAN 5

CM DI DALAM SISTEM RESIRKULASI PADA PADAT PENEBARAN DAN SUMBER BENIH YANG BERBEDA

Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Bogor, Februari 2013

(5)

Judul Skripsi : Evaluasi Kinerja Pendederan Ikan Lele Clarias sp. Ukuran 5 cm di dalam Sistem Resirkulasi pada Padat Penebaran dan Sumber Benih yang Berbeda

Nama Mahasiswa : Adithia Sanjaya Haris Nomor Pokok : C14080051

Disetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Dadang Shafruddin, M.Si. Dr. Sri Nuryati

NIP. 19551015 198003 1 004 NIP. 19710606 199512 2 001

Diketahui

Ketua Departemen Budidaya Perairan

Dr. Sukenda M.Sc. NIP 19671013 199302 1 001

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Evaluasi Kinerja Pendederan Ikan Lele Clarias sp. Ukuran 5 cm di dalam Sistem Resirkulasi pada Padat Penebaran dan Sumber Benih yang Berbeda” ini dapat diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga September 2012 bertempat di kolam pribadi milik Ir. Dadang Shafruddin, M.Si., Komplek IPB II Laladon, Bogor.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing penulis, baik ide, pemikiran, tenaga, moril maupun materil. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Ir. Dadang Shafruddin, M.Si. dan Dr. Sri Nuryati selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini, kepada Ayahanda Sarjan Haris, Ibunda Siltje Salawati, Kakanda Ida Lestari, Arja Wana serta Adinda Deddy Iriandi, Vita Andriani dan Yudiandra yang selalu memberikan doa dan semangat. Kepada Melly, Verlin, Haikal, Lina, Ojan, Alfi, Megi, Ryan, Jeanni, Retno, Pika, Titi, Wahyu, Nurlita, Ulfah, Diska, Dendi, Burhan, Adya, Aldilla dan Erriza yang telah banyak membantu dalam persiapan penelitian, kepada sisteker 45 Randi, Fauzan, Heru, Bayu, Prastowo, Yoga, Eko, Garry, Brilian, Joseph, Irwan, Ardina, Fatima, Nidya, Ernitha, Sribon, Riska serta teman-teman BDP 45 atas kekeluargaan dan keceriannya selama perkuliahan yang selalu menjadi motivasi. Kepada Mas Dama yang banyak memberi masukan, Kang Abe yang sudah membantu dalam mengukur kualitas air, kepada mbak Yuli, Ovie, kang Asep dan Adi serta seluruh staf BDP yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan pendidikan di IPB.

Bogor, Februari 2013

(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Adithia Sanjaya Haris dilahirkan di Jayapura pada tanggal 16 April 1990 yang merupakan anak ketiga dari enam bersaudara, dari pasangan Bapak bernama Sarjan Haris dan Ibu bernama Siltje Salawati.

Penulis memulai jenjang pendidikan formal di TK Ade Irma Suryani Jayapura hingga tahun 1996 dan dilanjutkan di SD Negeri Semeru 3 Bogor hingga tahun 2002. Pendidikan lanjutan menengah pertama ditempuh di SMP Negeri 6 Bogor dan lulus pada tahun 2005, dan pendidikan menengah atas ditempuh penulis di SMA Negeri 5 Bogor dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah mengikuti magang di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung 2010, dan Praktik Lapangan Akuakultur di Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut (BBRPBL) Gondol-Bali pada 2011. Selain itu penulis juga aktif dalam Unit Kegiatan Kampus (UKM) Paduan Suara Mahasiswa Institut Pertanian Bogor Agria Swara Sebagai anggota dan sempat menjadi Ketua Paduan Suara pada periode 2010/2011.

Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi

yang berjudul “Evaluasi Kinerja Pendederan Ikan Lele Clarias sp. Ukuran 5

(8)

DAFTAR ISI

2.3.3 Pencegahan dan Pengobatan Penyakit ... 5

2.3.4 Kualitas Air ... 6

2.4 Parameter Pengamatan ... 6

2.4.1 Kelangsungan Hidup (KH) ... 6

2.4.2 Laju Pertumbuhan Harian (LPH) ... 6

2.4.3 Pertumbuhan Panjang Mutlak ... 7

3.1.1 Derajat Kelangsungan Hidup (KH) ... 10

3.1.2 Laju Pertumbuhan Harian (LPH) ... 11

(9)

DAFTAR TABEL

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Wadah pemeliharaan ikan lele Clarias sp. (a).;Wadah pemeliharaan ikan nila

sebagai filter biologi (b). ... 5 2. Mortalitas ikan lele ... 10 3. Derajat kelangsungan hidup ikan lele Clarias sp. pada benih sendiri dan

benih luar pada padat penebaran 2000, 2500, dan 3000 ekor/m3 dalam sistem resirkulasi. ... 11 4. Laju pertumbuhan harian ikan lele Clarias sp.pada benih sendiri dan benih

luar pada padat penebaran 2000, 2500, dan 3000 ekor/m3 dalam sistem resirkulasi... 11 5. Pertumbuhan panjang mutlak ikan lele Clarias sp. pada benih sendiri dan

benih luar pada padat penebaran 2000, 2500, dan 3000 ekor/m3 dalam sistem resirkulasi... 12 6. Efisiensi pakan ikan lele Clarias sp.pada benih sendiri dan benih luar pada

padat penebaran 2000, 2500, dan 3000 ekor/m3 dalam sistem resirkulasi. ... 12 7. Koefisien keragaman panjang ikan lele Clarias sp. pada benih sendiri dan

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Tata letak dan penamaan perlakuan ... 25

2. Efisiensi resirkulasi (%) selama pemeliharaan ... 29

3. Mortalitas ikan lele (ekor/hari) selama pemeliharaan ... 25

4. Kelangsungan hidup (%) ikan lele selama pemeliharaan ... 25

5. Laju pertumbuhan harian (%) ikan lele selama pemeliharaan ... 26

6. Pertumbuhan panjang mutlak (cm) ikan lele selama pemeliharaan ... 26

7. Efisiensi pakan (%) ikan lele selama pemeliharaan ... 26

8. Koefisien keragaman panjang (%) ikan lele selama pemeliharaan ... 26

9. Hasil uji identifikasi bakteri pada luka borok dan ginjal ... 26

10. Kegiatan pencegahan dan pengobatan yang dilakukan pada ikan lele. ... 27

11. Laju pertumbuhan biomassa ikan lele (LPB)(g/hari) ... 27

(12)

1

I. PENDAHULUAN

Ikan lele Clarias sp. merupakan salah satu komoditas unggulan ikan air tawar yang banyak dibudidaya karena teknologinya sudah banyak dikuasai masyarakat dan memiliki peluang pasar yang baik. Selain itu, ikan lele juga merupakan pangan yang mengandung protein cukup tinggi sehingga banyak digemari oleh masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari tingginya volume produksi ikan lele yang menurut Kementrian Kelautan Perikanan (KKP, 2010) pada tahun 2010, 2011, dan 2012 yaitu masing-masing 270,6 ton, 366 ton, 495 ton dan tahun 2013 diperkirakan mencapai 670 ton. Peningkatan produksi di masa yang akan datang memerlukan dukungan penyediaan benih yang memadai. Namun hingga saat ini permintaan akan benih lele belum dapat terpenuhi dengan baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Catfish Club Indonesia (2009), yang menyatakan bahwa rata-rata permintaan benih lele di Jawa Barat dapat mencapai 800.000 ekor per hari, namun produksi yang dapat dilakukan rata-rata hanya mencapai 600.000 ekor per hari.

Informasi tersebut menunjukan bahwa diperlukan upaya untuk meningkatkan produksi benih ikan lele. Dewasa ini, telah banyak usaha pembenihan dan pendederan yang dilakukan untuk memenuhi ketersediaan benih ikan lele di masyarakat. Proses pendederan biasa dilakukan di kolam menggunakan lahan yang relatif luas dengan pemberian pakan alami dan pakan tambahan. Berdasarkan hasil survey kepada petani lele di Desa Babakan Parung, proses pendederan yang dilakukan di kolam memiliki produktivitas yang berfluktuasi tergantung kualitas benih, keadaan kolam, dan cuaca. Penggunaan benih untuk keperluan pendederan lanjutan sering terkendala kematian di awal pemeliharaan yang disebabkan produsen benih kurang memperhatikan penanganan benih selama penangkapan dan pengangkutan yang berujung pada menurunnya kualitas benih. Oleh karena itu perlu dilakukan teknik budidaya lain yakni intensifikasi budidaya dalam lingkungan terkontrol.

(13)

2 lain seperti yang telah dilakukan oleh Yi dan Lin (2001) pada budidaya ini ikan lele dipelihara menggunakan pakan buatan diintegrasikan dengan ikan nila yang memanfaatkan limbah lele ini (non feeding). Budidaya tersebut dilakukan untuk memanfaatkan limbah dari sistem budidaya intensif ikan lele sebagai sumber nutrisi bagi pemeliharaan ikan nila sehingga kualitas air senantiasa baik bagi kelangsungan hidup dan pertumbuhan lele serta mendapatkan tambahan penghasilan dari budidaya ikan nila yang memiliki biaya rendah.

Penerapan teknologi yang dilakukan oleh Yi dan Lin (2001) tersebut dapat memberikan hasil yang baik untuk kegiatan produksi, yaitu dengan padat tebar ikan lele 25 ekor/m2 dan ikan nila 2 ekor/m2 memberikan biomassa ikan lele sebesar 5,4-5,65 kg/m2/siklus dengan kelangsungan hidup sebesar 93,8-96,3 %. Sedangkan biomassa ikan nila sebesar 0,12-0,18 kg/m2/3 bulan dengan nilai kelangsungan hidup 70-92 %. Pada penelitian ini dilakukan metode yang berbeda dari Yi dan Lin, yaitu dengan memelihara ikan lele dan nila di bak terpisah. Air dari kolam pemelihara ikan nila akan dialirkan ke kolam lele dengan menggunakan pompa. Selanjutnya air tersebut yang telah mengandung limbah lele dialirkan kembali ke kolam nila untuk dimanfaatkan oleh bakteri. Sehingga limbah berkurang dan secara langsung atau tidak menjadi makanan ikan nila. Air yang sudah mengalami perbaikan kualitas selanjutnya digunakan kembali untuk budidaya lele. Dengan demikian sistem budidaya ini tergolong resirkulasi dengan kolam dan organisme pengurai di dalamnya sebagai biofilter.

Adanya sistem resirkulasi akan mereduksi hasil metabolisme dan mengurangi penumpukan bahan organik sisa pakan yang terdapat dalam wadah pemeliharaan. Zonneveld et al. (1991) menyatakan bahwa pada budidaya sistem air mengalir, air merupakan sarana transportasi suplai oksigen dan sarana pengeluaran limbah metabolisme. Untuk mengimbangi biaya produksi dan sistem resirkulasi yang digunakan, maka kepadatan benih ikan lele per satuan volume air diusahakan semaksimal mungkin.

(14)

3 dikatakan bahwa pada kondisi kepadatan ikan yang tinggi, maka ketersediaan oksigen untuk setiap individu makin berkurang, sedangkan akumulasi bahan buangan metabolik ikan akan makin tinggi (Hepher, 1978). Sehingga pada titik tertentu akan diikuti dengan pertumbuhan dan yield ikan yang menurun. Dengan demikian produksi optimal pendederan ikan ini akan di capai pada kepadatan tertentu.

(15)

4

II. BAHAN DAN METODE

2.1 Rancangan Percobaan

Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah perbedaan padat tebar benih ikan lele Clarias sp. yaitu 2000, 2500, dan 3000 ekor/m3 dengan menggunakan asal benih yang berbeda yaitu:

1. Benih hasil produksi sendiri yang selanjutnya disebut sebagai benih sendiri (BS)

2. Benih hasil pembelian dari pedagang yang selanjutnya disebut sebagai benih luar (BL)

Dengan demikian rancangan yang digunakan adalah rancangan faktorial dengan perlakuan sumber benih dan padat penebaran. Tata letak dan penamaan perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 1.

2.2 Persiapan wadah

Wadah yang digunakan pada penelitian ini berupa bak semen berukuran 3m x 1m x 0,4m sebanyak 6 buah dan kolam tanah berukuran 7,5m x 6,5m x 0,7m. Tahap persiapan wadah dimulai dengan pengeringan, pengapuran, pengisian air dan pemupukan kolam tanah tempat pemeliharaan ikan nila, yang sekaligus dijadikan sebagai filter biologi. Kemudian persiapan bak tempat pemeliharaan lele meliputi pencucian, pengeringan, dan pengisian air yang berasal dari kolam tanah tempat pemeliharaan nila. Proses-proses tersebut dilakukan secara berurutan. Setelah itu dilakukan kegiatan pengaturan sistem resirkulasi.

Pada pendederan ikan lele ini air dari dalam kolam tanah dialirkan ke dalam wadah pemeliharaan ikan lele dengan menggunakan pompa air yang berkemampuan menyedot air sebesar 1500 L/jam yang dialirkan langsung melalui selang dan pipa yang diletakan disisi ujung kolam sebagai (inlet) dengan debit air yang masuk ke dalam setiap bak sebesar 42,85 L/jam. Setelah itu air dari bak pendederan dikembalikan ke kolam lewat pipa pengeluaran (outlet).

(16)

5 (a) (b)

Gambar 1.Wadah pemeliharaan ikan lele Clarias sp. (a).;Wadah pemeliharaan ikan nila sebagai filter biologi (b).

2.3 Pemeliharaan Benih 2.3.1 Penebaran Benih

Benih lele ditebar kedalam 6 bak pemeliharaan dengan kepadatan 2000, 2500, dan 3000 ekor/m3 sesuai rancangan penelitian. Benih lele yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih yang berumur 40 hari dengan ukuran panjang 5,32±0,17 cm dan bobot 1,41±0,10 gram yang dikelompokan berdasarkan sumber benih yaitu BS dan BL. Ke dalam kolam ditebar ikan nila yang berukuran 3-5 cm dengan kepadatan 35 ekor/m2 atau sebanyak 1750 ekor per kolam.

2.3.2 Pemberian Pakan

Selama pemeliharaan, pakan yang diberikan berupa pakan komersil yang berupa pakan apung dengan frekuensi pemberian tiga kali sehari, yaitu pukul 08.00, pukul 13.00, dan pukul 17.00 WIB dengan pemberian pakan secara at satiation.

2.3.3 Pencegahan dan Pengobatan Penyakit

(17)

6 (OTC) sebanyak 0,5 gram, Cyprofish sebanyak 3 gram, atau bawang putih sebanyak 20 gram dalam 1 kg pakan. Sedangkan langkah yang dapat dilakukan untuk pencegahan penyakit adalah menjaga kebersihan alat–alat yang digunakan, serta penggunaan alat yang berbeda untuk benih sehat dengan benih yang yang telah terserang penyakit. Pencegahan penyakit juga dilakukan melalui manajemen kualitas air yang baik, seperti membersihkan kotoran yang ada didasar bak, dan pengaliran air. Gejala klinis yang terjadi antara lain membengkaknya rongga perut oleh cairan, tukak (borok) yang ditandai dengan luka pada kulit dan otot, haemorhagic septicaemiayang disebut juga “infectious dropsy” (Kabata, 1985). 2.3.4 Kualitas Air

Pengelolaan kualitas air diperlukan agar benih lele tetap sehat selama pemeliharaan. Kualitas air yang diukur adalah suhu, pH, DO, TOM dan TAN. Selain kualitas air, dilakukan kegiatan pergantian air dengan sistem resirkulasi. Pengukuran parameter kualitas air dilakukan dengan menggunakan alat ukur, seperti termometer, pH meter, DO meter dan Spektrofotometer. Pengukuran kualitas air dilakukan seminggu satu kali pada pukul 09.30 WIB kecuali pada pengukuran suhu yang dilakukan setiap hari pada pukul 07.00, 12.00 dan 17.00 WIB.

2.4 Parameter Pengamatan 2.4.1 Kelangsungan Hidup (KH)

Kelangsungan hidup yaitu persentase jumlah ikan yang hidup pada akhir pemeliharaan dibandingkan dengan jumlah ikan yang ditebar. Penghitungan kelangsungan hidup ini dapat menggunakan rumus :

KH = ( Nt / No ) x 100% Keterangan:

KH = Kelangsungan Hidup ( % )

Nt = Jumlah Populasi ikan pada akhir pemeliharaan(ekor) No = Jumlah Populasi ikan pada awal pemeliharaan (ekor)

2.4.2 Laju Pertumbuhan Harian (LPH)

(18)

7

Penghitungan panjang ikan dilakukan 7 hari sekali menggunakan penggaris dengan ketelitian 1 mm dengan pengambilan ikan sebanyak 50 ekor/wadah pemeliharaan. Pertumbuhan panjang mutlak dapat dihitung dengan rumus :

PM = Pt – Po Keterangan:

PM = Pertumbuhan panjang mutlak (cm) Pt = Panjang rata-rata akhir (cm) Po = Panjang rata-rata awal (cm)

2.4.4 Koefisien Keragaman Panjang

Variasi ukuran dalam penelitian ini berupa variasi panjang ikan, yang dinyatakan dalam koefisien keragaman, dihitung menggunakan rumus:

Koefisien Keragaman Panjang = (S/Y) x 100% Keterangan:

S = Simpangan baku Y = Rata-rata contoh

2.4.5 Efisiensi Pakan

Efisiensi pemberian pakan menunjukkan seberapa banyak pakan yang dimanfaatkan oleh ikan dari total pakan yang diberikan, dengan rumus:

(19)

8 2.4.6 Identifikasi Bakteri Patogen

Identifikasi bakteri patogen menggunakan sampel air media pemeliharaan dan ikan lele yang mati. Air media pemeliharaan yang digunakan adalah air yang berasal dari bak pemeliharaan BS dan BL, sedangkan ikan lele yang digunakan adalah ikan mati akibat terserang penyakit. Terlebih dahulu disiapkan cawan petri dan media TSA (Trypticase Soy Agar). Media TSA dibuat dari 4 gram TSA yang dicampurkan dengan 100 mL akuades steril dan selanjutnya dipanaskan hingga media tersebut larut. Kemudian dimasukan ke cawan petri atau tabung dan disterilkan di autoklaf pada suhu 120 0C selama 15 menit. Lalu dinginkan hingga media mengeras.

Air sampel dari media pemeliharaan dilakukan pengeceran bertingkat 10-1 sampai pengenceran 10-3. Air sampel dari media pemeliharaan diambil sebanyak 0,1 mL dan ditambahkan 0,9 mL PBS (Phosfat Buffer Sulfat) selanjutnya dihomogenkan dengan vortex. Diambil 50 µL air sampel dan disebar ke dalam cawan petri TSA dengan batang penyebar. Sedangkan identifikasi yang dilakukan pada ikan yang mati yaitu dengan menempelkan kawat ose pada luka borok dan ginjal ikan lele, lalu digores pada media TSA. Selanjutnya diinkubasi selama 24 jam pada suhu ruang, kemudian diamati koloni bakteri yang tumbuh pada media TSA keesokan harinya. Setelah itu dilakukan karakterisasi terhadap isolat bakteri melalui beberapa uji meliputi pewarnaan gram, uji O/F, uji katalase, uji oksidase, dan uji motilitas dengan panduan identifikasi bakteri yang digunakan berdasarkan tabel Cowan (Cowan dan Steel, 1974).

2.4.7 Kualitas Air

Kualitas air media pemeliharaan sangat penting untuk diamati, karena dapat mempengaruhi kondisi lele. Pengukuran kualitas air dilakukan pada awal pemeliharaan, pada saat penelitian untuk setiap perlakuan dan pada akhir pemeliharaan. Parameter kualitas air yang diamati diantaranya suhu, pH, DO, TOM, dan TAN.

2.4.8 Efisiensi Resirkulasi

(20)

9 kondisi optimal. Besar nilai efisiensi kinerja resirkulasi ditentukan dengan mengukur nilai TAN air yang akan masuk kedalam sistem filter dan nilai TAN air yang telah keluar dari sistem filter. Efisiensi kinerja resirkulasi dihitung dengan menggunakan rumus :

Efisiensi resirkulasi = ((Cin - Cout)/ Cin)) x 100 %

Keterangan:

Cin = Nilai TAN pada air yang masuk ke sistem filter

Cout = Nilai TAN pada air yang keluar dari sistem filter

Perhitungan nilai efisiensi kinerja resirkulasi dilakukan setiap satu minggu sekali dengan mengukur nilai TAN pada inlet dan outlet dalam sistem resirkulasi yang digunakan.

2.5 Analisis Data

(21)

10

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

3.1.1 Derajat Kelangsungan Hidup (KH)

Kelangsungan hidup merupakan parameter penting dalam penelitian ini. Hari pertama setelah diberi perlakuan ikan benih dari luar (BL) sudah memperlihatkan tanda-tanda sakit dan kematian ikan mulai terjadi pada hari ketiga setelah penebaran pada seluruh perlakuan kepadatan. Kematian meningkat tajam hingga hari ke 8. Untuk mengatasinya maka mulai hari ke 2 dilakukan pengendalian penyakit yang keberhasilannya mulai terlihat pada hari ke 8. Sedangkan pada awal pemeliharaan benih produksi sendiri (BS) kematian relatif kecil dan kematian mulai meningkat tajam pada hari ke 13 (Lampiran 2). Pengendalian penyakit pada benih BS dilakukan pada hari ke 12. Grafik mortalitas ikan lele yang dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Mortalitas ikan lele

(22)

11 Gambar 3. Derajat kelangsungan hidup ikan lele Clarias sp. pada benih sendiri dan benih luar pada padat penebaran 2000, 2500, dan 3000 ekor/m3 dalam sistem resirkulasi.

3.1.2 Laju Pertumbuhan Harian (LPH)

Nilai rata-rata laju pertumbuhan harian ikan lele yang diperoleh pada perlakuan padat tebar 2000, 2500, dan 3000 ekor/m3 masing-masing adalah 10,38%, 11,00% dan 10,48% sedangkan laju pertumbuhan harian rata-rata benih BS lebih tinggi dibanding benih BL, yakni masing-masing 11,17% dan 10,07% (Lampiran 4). Secara keseluruhan laju pertumbuhan harian ikan yang paling tinggi adalah benih BS yang dipelihara pada kepadatan 2500 ekor, yakni 11,82% (Gambar 4).

Gambar 4. Laju pertumbuhan harian ikan lele Clarias sp.pada benih sendiri dan benih luar pada padat penebaran 2000, 2500, dan 3000 ekor/m3 dalam sistem resirkulasi.

3.1.3 Pertumbuhan Panjang Mutlak

(23)

12 (Lampiran 5). Secara keseluruhan pertumbuhan panjang mutlak ikan yang paling tinggi adalah benih BS yang dipelihara pada kepadatan 3000 ekor, yakni 6,37 cm (Gambar 5).

Gambar 5. Pertumbuhan panjang mutlak ikan lele Clarias sp. pada benih sendiri dan benih luar pada padat penebaran 2000, 2500, dan 3000 ekor/m3 dalam sistem resirkulasi.

3.1.4 Efisiensi Pakan

Nilai rata-rata efisiensi pakan ikan lele yang diperoleh pada perlakuan padat tebar 2000, 2500, dan 3000 ekor/m3 masing-masing adalah 110,72%, 110,65% dan 107,82% sedangkan efisiensi pakan rata-rata benih BS lebih tinggi dibanding benih BL, yakni masing-masing 117,39% dan 102,06% (Lampiran 6). Secara keseluruhan efisiensi pakan ikan yang paling tinggi adalah benih BS yang dipelihara pada kepadatan 2500 ekor, yakni 124,59% (Gambar 6).

(24)

13 3.1.5 Koefisien Keragaman Panjang

Nilai rata-rata koefisien keragaman panjang ikan lele yang diperoleh pada perlakuan padat tebar 2000, 2500, dan 3000 ekor/m3 masing-masing adalah 10,50%, 8,65% dan 8,12% sedangkan koefisien keragaman panjang rata-rata benih BS lebih tinggi dibanding benih BL, yakni masing-masing 8,96% dan 7,81% (Lampiran 7). Secara keseluruhan koefisien keragaman panjang ikan yang paling tinggi adalah benih BS yang dipelihara pada kepadatan 2000 ekor, yakni 11,69% (Gambar 7).

Gambar 7. Koefisien keragaman panjang ikan lele Clarias sp. pada benih sendiri dan benih luar pada padat penebaran 2000, 2500, dan 3000 ekor/m3 dalam sistem resirkulasi.

3.1.6 Parameter Kualitas Air

Kualitas air selama pemeliharaan masih berada dalam kisaran optimal untuk pertumbuhan ikan lele. Berikut merupakan nilai kualitas air pada masing-masing perlakuan disajikan pada Gambar 8 dan Tabel 1.

(25)

14

Tabel 1. Kisaran kualitas air selama pemeliharaan

Parameter kualitas air

Perlakuan perbedaan padat tebar Pustaka*

2000 ekor/m3 2500 ekor/m3 3000 ekor/m3

Suhu (˚C) 24-33 24-33 24-33 22-32 (BBAT, 2005)

pH 6,54-7,56 6,54-7,48 6,54-7,60 6,5-8,5 (Boyd, 1990)

DO (mg/l) 1,4-3,5 1,3-2,9 1,1-3,5 > 1,0 (BBAT, 2005)

Amonia (mg/l) 0,0028-0,2042 0,0028-0,2256 0,0028-0,2568 0,05-0,2 (Wedemeyer,

2001)

TAN (mg/l) 0,942-12,33 0,942-11,33 0,942-11,66 1,37-2,2 (WHO, 1992

dalam Effendi, 2003)

TOM (mg/l) 29,2- 248,2 29,2-233,6 29,2-248,2

*kisaran nilai yang baik menurut pustaka

3.1.7 Identifikasi Bakteri Patogen

(26)

15 3.2 Pembahasan

(27)

16 cairan, borok yang ditandai dengan luka pada kulit dan otot, haemorrhagic septicaemia yang disebut juga infectious dropsy. Bakteri A. hydrophila dapat menyebabkan kematian sampai 100% setelah satu minggu ikan terinfeksi (Amlacher, 1970). Sedangkan Acinetobacter merupakan bakteri gram negatif yang berasal dari kondisi yang tidak steril yang dapat ditemukan secara bebas di tanah dan air. Bersifat aerobik dan dapat menyebabkan kematian hingga 75 %. Bakteri ini dapat diisolasi dari makanan terutama hasil olahan binatang dan dari kulit manusia normal. Dapat pula didapatkan dari membran mukosa, sekresi vagina, sputum, urin, feces ataupun dari lingkungan rumah sakit ( Wahyutomo, 2010)

Mortalitas (Gambar 2) terjadi pada semua perlakuan, namun dapat dilihat bahwa kematian di awal pemeliharaan banyak dialami oleh benih ikan lele yang berasal dari luar yaitu pada bak 3, 5, dan 6. Sedangkan benih sendiri pada bak 1, 2, dan 4 baru mengalami kematian pada akhir pemeliharaan. Hal tersebut dikarenakan benih dari luar sudah terkena penyakit pada saat ikan ditebar. Selain itu ikan lele yang berasal dari luar diduga merupakan benih yang memiliki daya tahan tubuh yang rendah dan tidak mampu beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan yang baru. Kematian yang terjadi pada lele yang berada pada bak 1, 2, dan 4 diduga karena tertular penyakit oleh lele yang berada pada bak 3, 5, dan 6 melalui air dalam sistem resirkulasi yang digunakan.

(28)

17 luar, terjadi penurunan nafsu makan pada benih sendiri dihari ke 10 yang menyebabkan terjadinya kematian ikan. Hal ini diduga karena benih sendiri tertular penyakit dari benih luar melalui sistem resirkulasi yang digunakan. Kemudian dilakukan kembali pemberian pakan yang dicampurkan dengan bawang putih dan Cyprofish pada benih sendiri sejak hari ke 10 dan pada hari ke 12 hanya diberikan campuran pakan dengan Cyprofish. Keadaan terus membaik hingga kematian berkurang pada hari ke 20 (Lampiran 9).

(29)

18 berjalan. Gerakan naik turun ikan di kolom air pada saat pengambilan oksigen dari udara menyebabkan energi banyak digunakan untuk pergerakan sehingga mengurangi energi pertumbuhan (Widiyantara, 2009). Selain itu pada padat penebaran yang tinggi ikan akan memperoleh ruang gerak lebih sempit dan menimbulkan kondisi kurang nyaman bagi ikan.

Berdasarkan biomas ikan pada saat penebaran dan panen dan lamanya pemeliharaan dapat dihitung nilai yield (laju pertumbuhan biomas). Pada penelitian ini masing-masing perlakuan memiliki nilai yang berbeda, dengan nilai tertinggi terdapat pada kepadatan 3000 ekor/m3 pada benih sendiri (Lampiran 10). Hal ini sesuai dengan pendapat Hepher dan Pruginin (1981) bahwa peningkatan kepadatan akan diikuti dengan peningkatan pertumbuhan biomas (yield) walaupun pertumbuhan menurun, selama kecepatan penurunan itu lebih rendah dari kecepatan peningkatan kepadatan. Peningkatan kepadatan ikan dalam wadah pemeliharaan tidak akan mempengaruhi pertumbuhan apabila pakan mencukupi dan lingkungan baik, sehingga yield meningkat. Dengan demikian, untuk mendapatkan ikan yang berukuran 10-12 cm optimasi pemanfaatan wadah masih dapat dilakukan melalui peningkatan kepadatan ikan melebihi 3000 ekor per m3.

Koefisien keragaman dipengaruhi kepadatan. Ikan lele tergolong ikan agresif. Pada kepadatan yang rendah, sifat agresif itu mendapat ruang, sehingga lama kelamaan menimbulkan sifat dominan pada sebagian ikan, baik dalam mendapatkan ruang dan pakan yang juga diikuti dengan tingginya kanibalisme. Hal ini menyebabkan koefisien keragaman tinggi serta pertumbuhan dan kelnagsungan hidup yang relatif rendah pada kepadatan ikan 2000 ekor per m². Menurut Lovell (1989), jika ukuran beragam, kesempatan mendapatkan makanan akan berbeda, dimana benih yang berukuran besar mendapatkan kesempatan mengusai makanan dari pada ikan kecil karena ditunjang ukuran tubuhnya.

(30)

19 dapat dikatakan bahwa pakan yang diberikan untuk setiap perlakuan, yang secara at satiation mencukupi, hanya saja respon pertumbuhannya berbeda. Hal ini sesuai dengan pendapat Allen (1974), secara umum peningkatan kepadatan selain akan mempengaruhi laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan juga akan mempengaruhi terhadap efisiensi pakan. Limbah budidaya ikan lele ini ditampung di kolam pemeliharaan ikan nila. Diduga limbah ini menumbuhkan pakan alami yang tidak saja dimanfaatkan oleh nila, melainkan juga ikut aliran pompa memasuki bak pendederan lele dan dimanfaatkan lele, sehingga menyebabkan tingkat efisiensi pakan yang lebih dari 100 %.

Secara keseluruhan sistem resirkulasi yang digunakan dalam pemeliharaan dapat mendukung kegiatan pendederan sebanyak 15000 ekor hingga mencapai ukuran 10-11 cm dengan bobot rata-rata 10-13 gram. Meskipun secara umum terjadi fluktuasi yang masih berada dalam batas toleransi untuk kehidupan benih lele. Hal ini dimungkinkan karena beberapa nilai parameter kualitas air yang masih berada pada kisaran yang mampu ditoleransi oleh ikan lele. Dari data kualitas air pada sistem resirkulasi dapat disimpulkan bahwa unit pengolahan limbah yang digunakan, khususnya filter biologi berupa ikan nila dapat berfungsi dengan baik. Hal tersebut dibuktikan dengan data kualitas air yang berbeda diantara sampel air yang diambil pada bak pemeliharaan, outlet, dan inlet khususnya pada nilai TAN (Lampiran 11). Secara keseluruhan nilai kualitas air yang diambil dari inlet (menuju bak pameliharan) memiliki nilai yang jauh lebih baik bila dibandingkan dengan kualitas air yang berada pada bak pemeliharaan dan outlet sehingga didapatkan penurunan nilai TAN yang mencapai nilai efisiensi resirkulasi sebesar 58,90 % (Lampiran 12). Hal ini menunjukan bahwa sistem filter yang digunakan memperlihatkan hasil yang positif dengan mengurangi nilai TAN dalam air. Spotte (1979) dan Stickney (1993) dalam Saptoprabowo (2000) menyatakan bahwa fungsi utama filter biologis adalah merubah amoniak (NH3) yang bersifat toksik atau beracun bagi ikan menjadi

nitrat (NO3-) yang relatif tidak berbahaya. Fungsi ini dapat berjalan diduga

disebabkan karena adanya bakteri Nitrosomonas dan Nitrobacter.

(31)

20 Nilai kandungan oksigen terendah terdapat pada padat penebaran 3000 ekor/m3 dengan nilai 1,1 mg/L. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hepher dan Pruginin (1981) dan Boyd (1990) bahwa menurunnya kandungan oksigen terlarut disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain jumlah dan ukuran ikan yang dipelihara. Semakin tinggi padat penebaran maka kebutuhan oksigen yang dibutuhkan semakin meningkat karena jumlah ikan semakin banyak. Meskipun nilai tersebut sangat kecil, namun masih berada pada kisaran toleransi ikan lele untuk tetap tumbuh. Hal ini dapat terjadi karena ikan lele memiliki alat pernapasan tambahan berupa arborescent organ yang memungkinkan benih ikan lele untuk mengambil oksigen secara langsung dari udara (Zonneveld et al., 1991)

(32)

21

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Kinerja produksi yang optimal dan efisien dalam percobaan ini adalah perlakuan padat penebaran 3000 ekor/m3 pada benih sendiri (BS) dengan kelangsungan hidup sebesar 77,63 %, laju pertumbuhan harian sebesar 11,09 %, dan efisiensi pakan sebesar 119,37 %.

4.2 Saran

(33)

22

DAFTAR PUSTAKA

Allen, K.O. 1974. Effect of Stocking Density and Water Exchange Rate on Growth and Survival of Channel Catfish Ictalurus punctatus (Rafinesque) in Circular Tanks. Aquaculture, 4 : 29-39

Amlacher, E. 1970. Text Book of Fish Disease. Transl. D.A. Conroy dan R.L. Herman. T. F. H. Publication Inc. New Jersey.

BBAT [Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi]. 2005. Budidaya Ikan Lele Sangkuriang. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Boyd, C.E. 1990. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Alabama: Birmingham Publishing Co.

CCI [Catfish Club Indonesia]. 2009. Permintaan dan Produksi Benih Ikan Lele Jawa Barat. Hasil Pertemuan Rutin Bulanan [tidak dipublikasikan].

Cowan S, Steel K. 1974. Manual for the identification of Medical Bacteria, seced. Cambrige University Press. 161-180p.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta.

Hepher, B. 1978. Ecological Aspects of Warm-Water Fishpond Management. Hal 447-468. Dalam Gerking SD. (Ed). Ecology of Freshwater Fish Production Blackwell Sci.Publ., Oxford.

Hepher, B., dan Pruginin, Y. 1981. Commercial Fish farming: With special Reference to Fish Culture in Israel. John Wiley and Sons. New York.

Hickling, C.F. 1971. Fish Culture. Faber and Faber.London.

Hogendoorn, H., dan Koops, W. J. 1983. Growth and Production of the African Catfish, Clarias lazera (C. & V.) I. Effect of Stocking Density, Pond Size and Mixed Culture with Tilapia (Sarotherodon niloticus L.) Under Extensive Field Conditions. Aquacultural Engineering, 34 : 253-263.

Kabata, Z. 1985. Parasites and Diseases of Fish Cultured in The Tropics. Pacific Biological Station. Nanaimo, British Columbia. Canada Taylor and Francis. London 318p.

(34)

23 Lovell, T. 1989. Nutrition and Feeding of Fish. New York: Van Nostrand

Reinhold

McLean, W.E., Jensen, J. O. T., dan Alderdice, D. F. 1993. Oxygen Consumption rates and water Flow Requirements of Pasific Salmon (Oncorhynchus spp.) in The Fish Culture Evironment. Aquaculture, 109 : 281-313.

Rahman, MM., Varga I, Chowdury SN. 1992. Manual of African Magur (Clarias gariepinus) Culture in Bangladesh, FAO Corporate Rerository, Bangladesh : Institutional Stenghthening in The Fisheries Sector.

Saptoprabowo, H. 2000. Pengaruh Padat Penebaran terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.) pada Pendederan menggunakan sistem Resirkulasi dengan Debit air 22 L/menit/m3. [Skripsi].Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Suresh, A.V., Lin, CK. 1992. Effect of stocking density on water quality production of red tilapia in recirculated water system. Aquacultural Engineering, 11: 1-22.

Wahyutomo R. 2010. ACINETOBACTER. http://drridhowahyutomo.blogspot. com/2010/12/non-motil-but-in-motion.htm [ 1 Februari 2013]

Wedemeyer, G.A. 2001. Fish Hatchery Management, 2nd Edition. Bethesda, Maryland: American Fisheries Society.

Widiyantara, G.B. 2009. Kinerja Produksi Pendederan Lele sangkuriang ( Clarias sp.) Melalui Penerapan Teknologi Pergantian Air 50%, 100% dan 150% per hari.[Skripsi].Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Yi, Y., and Lin, C.K. 2001. Integrated Recycle System for Catfish and Tilapia Culture. Aquaculture and Aquatic Resources Management. Asian Institute of Technology Pathumthani, Thailand.

(35)

24

(36)

25 Lampiran 1. Tata letak dan penamaan perlakuan

Lampiran 2. Mortalitas ikan lele (ekor/hari) selama pemeliharaan Data kematian ikan selama pemeliharaan

Tanggal

Lampiran 3. Kelangsungan hidup (%) ikan lele selama pemeliharaan

(37)

26 Lampiran 4. Laju pertumbuhan harian (%) ikan lele selama pemeliharaan

Padat tebar BS BL Rata-rata

Lampiran 6. Efisiensi pakan (%) ikan lele selama pemeliharaan

Padat tebar BS BL Rata-rata

Lampiran 8. Hasil uji identifikasi bakteri pada luka borok dan ginjal Jenis Uji Identifikasi Ginjal Luka borok Pewarnaan gram Negatif Negatif

Bentuk koloni Basil Basil

Oksidatif Fermentatif Fermentatif Oksidatif

Katalase Positif Positif

Oksidase Positif Negatif

Motilitas Positif Positif

(38)

27 Lampiran 9. Kegiatan pencegahan dan pengobatan yang dilakukan pada ikan lele.

1 Pembuatan pakan obat sebanyak 2,5 kg menggunakan Oxytetracycline (OTC) sebanyak 0,5 gram per kilogram pakan.

2-11 Pemberian pakan Obat untuk bak 3, 5, dan 6.

4 Pembuatan pakan obat sebanyak 4 kg menggunakan Oxytetracycline (OTC) sebanyak 0,5 gram ditambah dengan Vit.C sebanyak 0,1 gram/ kg pakan

5-6 Dilakukan treatment air menggunakan PK sebanyak 1,5-3 ppm untuk bak 3,5, dan 6.

7 Dilakukan pergantian air pada seluruh bak.

8 Pembuatan pakan obat sebanyak 3 kg menggunakan Cyprofish sebanyak 3 gram/ kg pakan

9 Pergantian pakan menjadi pakan Shinta.

10-11 Terjadi penurunan nafsu makan pada bak 1, 2, dan 4.

12-20 Pemberian pakan obat untuk bak 1,2, dan 4 Menggunakan Cyprofish.

15-17 Pembuatan pakan obat sebanyak 12 kg menggunakan Cyprofish.

(39)

28 Lampiran 11. Kualitas air ikan lele selama pemeliharaan

(40)

29

21 september 2012

Bak Suhu (OC) pH DO (mg/L) TAN (mg/L) TOM (mg/L)

1.BS.3000 24-32 6.8 2.8 11.66 248.2

2.BS.2000 24-32 6.9 2.7 12.33 248.2

3.BL.3000 24-32 7.04 3.2 10.44 219

4.BS.2500 24-32 6.99 2.3 11.33 233.6

5.BL.2000 24-32 7.15 3.4 10.44 219

6.BL.2500 24-32 7.12 2.9 11.33 233.6

Inlet 24-30 7.16 5.4 7.44 204.4

Outlet 24-32 7.06 2.4 18.22 233.6

Keterangan : Inlet : sumber air yang keluar dari sistem filter masuk ke dalam wadah pemelihataan. Outlet : sumber air yang keluar dari wadah pemeliharaan masuk ke dalam sistem filter.

Lampiran 12. Efisiensi resirkulasi (%) selama pemeliharaan Pengukuran

ke-

Nilai TAN (mg/L) (Inlet)

Nilai TAN (mg/L) (Outlet)

Nilai efisiensi kinerja resirkulasi (%)

1 8,936 3,957 55,71

2 2,325 0,719 69,07

3 18,22 7,44 59,16

Gambar

Gambar 1.Wadah pemeliharaan ikan lele Clarias sp. (a).;Wadah pemeliharaan
Gambar 2. Mortalitas ikan lele
Gambar 3. Derajat kelangsungan hidup ikan lele Clarias sp. pada benih sendiri
Gambar 5. Pertumbuhan panjang mutlak ikan lele Clarias sp. pada benih sendiri
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan sidat Anguilla marmorata ukuran 1 gram pada sistem resirkulasi

Tugas akhir penulis dalam menyelesaikan pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor untuk mendapatkan gelar Sarjana Perikanan berjudul “ Pengaruh Padat Penebaran dengan

Tingkat kelangsungan hidup ikan lele selama 30 hari pemeliharaan berkisar antara 88,75-97,68% yang berbeda nyata yaitu pada perlakuan B (penambahan probiotik 2%)

Hal ini menunjukkan bahwa pada perlakuan A makanan yang diberikan lebih efesien untuk pertumbuhan ikan lele sangkuriang, dibandingkan pada perlakuan B dan

Hal ini menunjukkan bahwa pada perlakuan A makanan yang diberikan lebih efesien untuk pertumbuhan ikan lele sangkuriang, dibandingkan pada perlakuan B dan

Fungsi produksi yang digunakan pada penelitian ini untuk menggambarkan hubungan antara faktor produksi dengan hasil produksi pada usaha teknik pendederan ikan lele Sangkuriang

Dari informasi di atas perlu dilakukan kembali penelitian pembanding tentang pengaruh padat penebaran terhadap pertumbuhan benih ikan lele, tetapi dengan spesies yang

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan sidat Anguilla marmorata ukuran 1 gram pada sistem resirkulasi