PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN LARI DENGAN JARAK TETAP DAN
JARAK BERTAHAP TERHADAP KEMAMPUAN LARI 40 METER PADA
SISWA PUTRA KELAS IV DAN V SD NEGERI GUMPANG 1
KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO
TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh :
ERWIN NIM : X4608518
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
ii
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN LARI DENGAN JARAK TETAP DAN
JARAK BERTAHAP TERHADAP KEMAMPUAN LARI 40 METER PADA
SISWA PUTRA KELAS IV DAN V SD NEGERI GUMPANG 1
KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO
TAHUN 2010
Oleh :
ERWIN NIM : X4608518
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
iii
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas maret Surakarta
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Drs. H. Sunardi, M.Kes. NIP. 19581121 1999003 1 004
Pembimbing II
commit to user
iv
Skripsi ini telah dipertahankan didepan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
Pada Hari : Senin
Tanggal : 10 Januari 2011
Tim Penguji Skripsi
( Nama Terang ) ( Tanda Tangan )
Ketua : Drs. Agus Mukholid, M.Pd ……….
Sekretaris : Waluyo, S.Pd. M.Or ..………..……..
Anggota I : Drs. H. Sunardi, M.Kes. ………..
Anggota II : Drs. Budhi Satyawan, M.Pd. ...….………….
Disahkan oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan
commit to user
v
Erwin. PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN LARI DENGAN JARAK TETAP DAN JARAK BERTAHAP TERHADAP KEMAMPUAN LARI 40 METER PADA SISWA PUTRA KELAS IV DAN V SD NEGERI GUMPANG 1 KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2010. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Desember. 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1). perbedaan pengaruh antara latihan lari dengan jarak tetap dan jarak bertahap terhadap kemampuan lari 40 m siswa putra Kelas IV dan V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura, Kab Sukoharjo tahun 2010. (2). Latihan lari yang lebih baik pengaruhnya antara latihan lari dengan jarak tetap dan jarak bertahap terhadap kemampuan lari 40 m siswa putra Kelas IV dan V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura, Kab Sukoharjo tahun 2010..
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Di dalam penelitian eksperimen ini menggunakan Two group pretest – posttest design. Pembagian kelompok ke dalam 2 kelompok dengan cara “pairing of subject”. Populasi dan sampel penelitian adalah kelas IV dan V di SD Negeri Gumpang 1 Kartasura, Kab Sukoharjo tahun Ajaran 2010 yang berjumlah 28 orang.. Teknik analisis data menggunakan uji t.
commit to user
vi MOTTO
Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling berguna bagi orang lain. ( H.R. Al Qodla’iy )
commit to user
vii
Karya ini dipersembahkan
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Banyak kendala dalam penyusunan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kendala tersebut dapat teratasi untuk itu atas segala bantuannya, disampaikan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin menyusun skripsi ini.
2. Drs. H. Agus Margono, M.Kes. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan 3. Drs. H.Sunardi, M.Kes. Ketua Program Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi 4. Drs. H.Sunardi, M.Kes. sebagai Pembimbing I atas segala perhatian dan bimbingannya. 5. Drs. Budhi Satyawan, M.Pd. sebagai Pembimbing II atas segala kesabaran dan
bimbingannya.
6. Rekan JPOK “08” Penjaskesrek yang telah membantu pelaksanaan penelitian. 7. Kepala Sekolah SD Negeri Gumpang sebagai tempat penelitian.
8. Siswa kelas IV dan V SD Negeri Gumpang sebagai sampel penelitian. 9. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga amal kebaikan tersebut mendapat imbalan dari Tuhan YME, harapan penulis, semoga skripsi bermanfaat bagi perkembangan pengetahuan Olahraga di SD khususnya dan masyarakat pada umumnya.
commit to user
x
g. Teknik Lari ... 2. Latihan Fisik ... a. Pengertian Latihan Fisik ... b. Prinsip – prinsip Dasar Latihan ... c. Penyusunan Program Latihan ... 3. Metode Latihan ... a. Latihan lari dengan jarak tetap ... b. Latihan lari dengan jarak bertahap ... B. Kerangka Pemikiran ... ... BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI,SARAN ………...
commit to user
xi
Halaman Tabel 1. Deskripsi Data Hasil kemampuan lari 40 meter...………...
Tabel 2. Tabel Uji Reliabilitas .... ... Tabel 3. Range Kategori Reliabilitas ………...….………. Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data ………... Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data …...……. Tabel 6.Rangkuman Hasil T-Test kemampuan lari 40 meter pada
Taraf Signifikasi a = 0,05... 36 37 37 38 38
commit to user
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Program Latihan Lari Jarak Tetap...……….………
Lampiran 2. Program Latihan Lari Jarak Bertahap... Lampiran 3. Uji Normalitas ... Lampiran 4. Uji Homogenitas ... Lampiran 5 Uji Perbedaan ...…...………... Lampiran 6 Dokumentasi ... ………... Lampiran 7 Perijinan Penelitian ...
commit to user
xiii
Halaman
Gambar 1. Lari Bolak Balik dengan formasi berhadapan... Gambar 2. Lari memasukkan simpai kepatok...……….…….…… Gambar 3. Lari berpasangan memasukkan simpai ke patok... Gambar 4. Lari mengitari simpai berputar sesuai formasi berbanjar... Gambar 5. Lari mengitari kotak sesuai formasi berbanjar... Gambar 4. Lari memasukkan simpai sesuai formasi berbanjar...
commit to user BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Atletik adalah cabang olahraga yang tumbuh dan berkembang bersamaan
dengan kegiatan alami manusia. Hal ini dapat dilihat dalam kegiatan alami manusia
seperti berjalan, berlari, melompat dan melempar, karena itu atletik merupakan induk
dari beberapa cabang olahraga. Olahraga Atletik dapat dilakukan mulai dari
anak-anak hingga orang dewasa dan dapat dilakukan di dalam maupun di luar ruangan.
Olahraga Atletik di Indonesia sudah dikenal sejak lama, sehingga olahraga ini
merupakan salah satu cabang olahraga yang cukup populer di kalangan masyarakat
Indonesia.
Hal yang sangat penting bagi siswa di sekolah adalah penguasaan terhadap
keterampilan gerak dasar. Keterampilan gerak dasar merupakan unsur utama yang
harus diajarkan pada anak-anak di sekolah. Penguasaan gerak dasar sangat
diutamakan dalam rangka pencapaian prestasi yang optimal. Dengan demikian agar
siswa mempunyai kemampuan yang baik, maka mereka dituntut untuk dapat
melakukan unsur gerak dari gerak dasar lari yang benar. Untuk meningkatkan
prestasi dalam lari, penguasaan gerak dasar harus didahulukan dalam proses latihan.
Gerak dasar yang ada dalam lari harus dilatihkan secara sistematis, berulang-ulang
dan kontinyu guna mencapai tujuan hasil latihan yang optimal.
Penguasaan terhadap gerak dasar lari merupakan unsur pokok dalam lari
khususnya lari jarak pendek. Tolok ukur keberhasilan dalam latihan lari adalah
penguasaan gerak dasar lari yang dimiliki oleh para siswa. Siswa di SD pada
umumnya belum memiliki keterampilan yang baik, sehingga unsur gerak ini harus
mendapat prioritas dalam pembinaan. Berlari merupakan gerak yang mendasari
kemampuan lari jarak pendek yang harus dimiliki oleh atlit pada umumnya terutama
pada siswa di semua tingkat pendidikan. Upaya meningkatkan kemampuan berlari
harus dilakukan melalui latihan dengan menerapkan metode yang baik dan tepat.
gerak dasar berlari ternyata kemampuan lari dalam hal ini kecepatannya masih
rendah. Masih rendahnya kemampuan lari siswa putra kelas IV dan V di SD Negeri
Gumpang 1 tahun 2010 tersebut perlu ditelusuri faktor penyebabnya.
Nomor lari jarak pendek sangat dipengaruhi oleh kecepatan, explosive
power (daya ledak), stamina dan koordinasi yang maksimal untuk dapat
menghasilkan kecepatan yang maksimal. Agar pembinaan dapat mencapai tujuan
yang diinginkan, maka perlu diketahui beberapa faktor yang ikut berpengaruh dan
menentukan keberhasilan lari jarak pendek khususnya dalam lari jarak 40 m. Sisi
menarik untuk melakukan penelitian pada SD Negeri Gumpang 1, dari hasil latihan
yang telah diikuti kecepatan lari yang dicapai kurang maksimal. Hal ini disebabkan
oleh beberapa permasalahan, antara lain: (1) Teknik dasar lari masih rendah dan perlu
ditingkatkan. Nomor lari 40 m yang dilakukan sering tidak sesuai dengan harapan,
misalnya, gerakan tungkai yang dilakukan siswa kurang menghasilkan kecepatan
maksimal, koordinasi gerakan lengan yang kurang benar, (2) Metode latihan yang
diberikan belum sesuai, (3) Waktu latihan hanya dimanfaatkan untuk melatih bagian
– bagian kondisi fisik tertentu saja, misalnya : teknik dasar saja, kecepatan saja, daya
tahan saja, stamina saja atau koordinasi saja, (4) Siswa kurang bersungguh-sungguh
dalam melakukan latihan, (5) Sarana prasarana, dan fasilitas yang terbatas belum
dapat meningkatkan kemampuan lari 40 m.
Untuk dapat meningkatkan kemampuan lari cepat harus dilakukan melalui
latihan. Latihan harus direncanakan dengan baik, berkesinambungan, tersusun dan
terarah pada tujuan yang ingin dicapai. Yang dimaksud terencana dan
berkesinambungan adalah terencana menurut jadwal, pola dan sistem tertentu dari
yang mudah ke yang sukar atau dari yang sederhana ke yang komplek. Pelaksanaan
latihan dengan penambahan beban harus diperhatikan pada kemampuan individu agar
dapat meningkatkan kemampuan individu secara optimal. Latihan dapat
meningkatkan prestasi atlet apabila dalam pelaksanaannya memperhitungkan
penambahan-penambahan kemampuan secara bertahap yang disesuaikan dengan
commit to user
3
Dengan berlatih secara sistematis dan melalui pengulangan-pengulangan
yang konstan maka gerakan-gerakan yang semula dianggap sukar atau sulit dilakukan
lama-kelamaan akan menjadi gerakan yang otomatis dan gerakan yang otomatis
semakin kurang membutuhkan konsentrasi pusat-pusat saraf daripada sebelum
melakukan latihan-latihan. Dengan demikian maka hal ini akan mengurangi jumlah
tenaga yang dikeluarkan, sebab gerakan-gerakan tambahan yang tidak diperlukan
dapat diabaikan. Metode latihan merupakan suatu cara yang bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan bagi atlet yang dilatih. Tuntutan terhadap metode latihan
yang efektif dan efisien didorong oleh kenyataan-kenyataan atau gejala-gejala yang
timbul dalam pelatihan. Banyaknya macam metode latihan yang ada, dalam
penerapan metode latihan harus sesuai dan tepat agar dapat menghasilkan
kemampuan yang optimal.
Berikut ini persentase hasil latihan lari 40 m pada SD Negeri Gumpang 1
yang menunjukkan kemampuan lari 40 m yang masih rendah :
NO Rentang Waktu Lari 40 m
Siswa Umur 10 – 12 Tahun Persentase Kriteria
1 < 6,3 Detik 10,71 % Baik Sekali
2 6,4 – 6,9 Detik 25 % Baik
3 7,0 – 7,7 Detik 32, 15 % Sedang
4 7,8 – 8,8 Detik 32, 15 % Kurang
5 > 8,9 Detik - Kurang Sekali
Tabel I. Persentase hasil latihan lari 40 m pada SD Negeri Gumpang 1
Dari aktivitas pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah dasar
selama ini dalam meningkatkan beban latihan kurang begitu memperhatikan kondisi
fisik dan psikis siswanya terkesan hanya menambah beban latihan saja, hal ini
menjadikan siswa mengalami kejenuhan dalam aktivitas pendidikan jasmani olahraga
jarak diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar lari.
Ada beberapa pendekatan dengan jarak tetap dan jarak meningkat secara bertahap
yang sudah sering digunakan untuk memperbaiki gerak dasar lari, akan tetapi belum
diketahui mana yang lebih baik antara pendekatan bermain dan latihan lari. Hal ini
mendorong peneliti untuk membuat program latihan lari dengan jarak tetap dan jarak
meningkat secara bertahap sehingga diharapkan dengan variasi ini siswa tidak
mengalami kejenuhan dalam melakukan latihan lari.
Siswa putra kelas IV dan V Di SD Negeri Gumpang 1 Kartasura, Kab
Sukoharjo tahun 2010 adalah obyek yang dijadikan sampel penelitian. Dari aktivitas
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah dasar yang banyak mangalami
kesulitan dalam meningkatkan kemampuan berlari. Dalam setiap menyusun dan
melakukan latihan harus memperhatikan faktor atau komponen dalam latihan, yaitu
lamanya latihan, beban latihan, ulangan latihan dan masa istirahat. Berdasarkan
permasalahan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai masalah
tersebut dengan judul : “Perbedaan Pengaruh Latihan Lari Dengan Jarak Tetap dan
Bertahap Terhadap Kemampuan Lari 40 m Pada Siswa putra kelas IV dan V Di SD
Negeri Gumpang 1 tahun 2010.”
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka masalah
yang timbul dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Hasil latihan lari siswa putra Kelas IV dan V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura,
Kab Sukoharjo belum dapat dicapai secara optimal.
2. Belum diketahui bentuk – bentuk latihan lari yang sesuai dengan teknik yang
benar untuk meningkatkan hasil latihan lari
3. Belum diketahui pengaruh Latihan Lari Dengan Jarak Tetap dan Jarak Bertahap
dalam meningkatkan kecepatan lari 40 m siswa putra Kelas IV dan V SD Negeri
commit to user
5
C. Pembatasan Masalah
Banyaknya masalah yang muncul dalam penelitian, maka perlu dibatasi.
Pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Pengaruh metode latihan Lari Dengan Jarak Tetap terhadap kemampuan lari
40 m.
2. Pengaruh metode latihan Lari Dengan Jarak Bertahap terhadap kemampuan
lari 40 m.
3. Kemampuan lari 40 m siswa putra Kelas IV dan V SD Negeri Gumpang 1
Kartasura, Kab Sukoharjo tahun 2010.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah, masalah dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Adakah perbedaan pengaruh antara latihan lari dengan jarak tetap dan jarak
bertahap terhadap kemampuan lari 40 m siswa putra Kelas IV dan V SD
Negeri Gumpang 1 Kartasura, Kab Sukoharjo tahun 2010 ?
2. Latihan manakah yang lebih baik pengaruhnya antara latihan lari dengan jarak
tetap dan jarak bertahap terhadap kemampuan lari 40 m siswa putra Kelas IV
dan V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura, Kab Sukoharjo tahun 2010 ?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini
mempunyai tujuan untuk :
1. Mengetahui perbedaan pengaruh antara latihan lari dengan jarak tetap dan
jarak bertahap terhadap kemampuan lari 40 m siswa putra Kelas IV dan V SD
Negeri Gumpang 1 Kartasura, Kab Sukoharjo tahun 2010.
2. Mengetahui latihan yang lebih baik pengaruhnya antara latihan lari dengan
jarak tetap dan jarak bertahap terhadap kemampuan lari 40 m siswa putra
Kelas IV dan V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura, Kab Sukoharjo tahun 2010.
F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat antara lain :
1. Bagi siswa dapat menambah pengetahuan dan motivasi dalam ilmu olahraga
pada umumnya dan dapat mengetahui metode latihan lari 40 m serta
pentingnya teknik lari dalam lari 40 m, dapat meningkatkan penguasaan
teknik lari 40 m dan faktor-faktor yang mendukungnya, sehingga dapat
mendukung pencapaian prestasi lari 40 m menjadi lebih baik.
2. Bagi guru dan pelatih dapat menjadikan metode latihan lari dengan jarak tetap
dan jarak bertahap sebagai masukan dan pedoman, untuk memberikan
pembelajaran dengan metode latihan yang efektif dan dapat meningkatkan
kemampuan lari 40 m secara optimal.
3. Bagi lembaga dapat menambah pengetahuan dalam ilmu olahraga dan
mengembangkan ilmu pengetahuan tersebut pada umumnya, studi ini dapat
dijadikan masukan dan pedoman di dalam pembinaan siswa untuk mencapai
commit to user
melangkahkan kaki secara bergantian. Gerakan-gerakan dalam lari tersebut harus
dilakukan secara baik dan harmonis tidak diputus-putus pelaksanaannya agar
diperoleh kecepatan lari yang maksimal. Seperti dikemukakan Soegito (1992 : 42)
bahwa, “Lari adalah Suatu cara menggerakkan badan ke depan dengan melangkahkan
kaki kanan dan kiri secara bergantian, tiap kali kaki bertolak selalu ada saat
melayang”.
Teknik lari memiliki kedudukan yang penting pada saat belajar atau latihan
lari. Oleh karena itu, pada saat belajar atau latihan lari harus diberikan teknik lari
secara baik dan benar. Dalam melakukan belajar atau latihan lari diperlukan strategi
belajar atau latihan yang sesuai. Dengan melalui belajar atau latihan yang sistematis,
teratur dan kontinyu serta dengan strategi belajar atau latihan yang sesuai, maka
penguasaan kemampuan lari akan dapat tercapai.
Pengajar harus memberikan belajar atau latihan dengan pendekatan yang
baik agar dapat mengantarkan siswanya kepada penguasaan kemampuan lari secara
optimal. Belajar atau latihan lari pada siswa SD, perlu disesuaikan dengan tingkat
perkembangan siswa. Kondisi fisik siswa SD belum matang sehingga program
pembelajarannya memerlukan berbagai modifikasi agar hasilnya lebih optimal.
Dalam penelitian ini modifikasi belajar atau latihan lari dilakukan pada aspek kondisi
lingkungan yaitu berupa penataan ruang gerak. Modifikasi kondisi lingkungan
meliputi, peralatan, penataan ruang gerak dan jumlah siswa yang terlibat. Belajar atau
latihan lari untuk siswa SD perlu modifikasi, agar hasilnya optimal. Modifikasi yang
diterapkan dalam pembelajaran lari pada penelitian ini adalah modifikasi lingkungan
metode latihan lari dengan jarak tetap dan, (2) metode latihan lari dengan jarak
bertahap.
b. Tujuan Lari
Tujuan lari adalah menggerakan badan ke depan akibat dari gaya dorongan
ke belakang terhadap tanah, dengan melakukan gerak mengais (pawing movement).
Lari bertujuan untuk menggerakan badan ke depan dengan melangkahkan kaki
secara bergantian, dan selalu ada saat melayamg agar dapat membedakan antara
berjalan dengan berlari. Gerak berlari dengan sikap tubuh yang condong ke depan
dapat mengurangi tahanan angin.
Kesalahan yang sering dilakukan oleh para pelari adalah selalu berlari dalam
posisi duduk, kaki tidak diluruskan sepenuhnya, dan tubuh tidak condong ke depan .
Gerakan khusus yang harus diperhatikan dalam lari adalah sebagai berikut: Badan
condong ke depan 25-30 derajat, usahakan badan rileks. Kaki ditolakan kuat-kuat
sampai lurus ke belakang, kemudian satu lutut ditarik ke depan diangkat tinggi
setinggi panggul (rata pinggang), tungkai bawah mengayun ke depan untuk mencapai
langkah lebar sesuai dengan panjang tungkai masing-masing pelari. Lengan
bergantung di samping badan secara wajar, siku ditekuk 90 derajat, tangan
menggenggam rileks. Gerakan atau ayunan lengan ke depan dan belakang, mengikuti
gerakan tungkai. Tangan dan kaki bergerak berimbang, semakin cepat gerakan kaki
maka makin cepat pula gerak tangan mengikutinya. Punggung lurus dengan kepala,
pandangan lurus ke depan.
c. Nomor Lari Dalam Atletik
Beberapa nomor lari dalam atletik antaralain, yaitu :
1. lari jarak pendek/lari cepat (sprint). Nomor lari jarak pendek/lari cepat (sprint)
yang banyak dikenal mansyarakat di antaranya : nomor lari yang menempuh
jarak 100 m, 200 m, 400 m.
2. lari jarak sedang/menengah. Menempuh jarak 800 m – 1500 m
commit to user
9
4. lari marathon. Menempuh jarak 42,195 km
5. lari gawang
6. lari estafet/sambung. Menempuh jarak 4x100m dan 4x400 m
7. lari lintas alam (cross country)
d. Nomor Lari Cepat (Sprint) 40 Meter
Lari merupakan suatu gerakan maju dengan cepat untuk mencapai tujuan atau
memasuki finish. Hal ini sesuai pendapat Soegito (1992: 8) bahwa, “Lari ialah gerak
maju yang diusahakan agar dapat mencapai tujuan (finish) secepat mungkin atau
dalam waktu singkat”. Salah satu nomor atletik adalah lari jarak pendek atau sprint,
menurut Muhajir (2003 : 92) lari jarak pendek atau sprint adalah ”suatu perlombaan
lari dimana pesertanya berlari dengan kecepatan penuh yang menempuh jarak 40, 60,
80, 100, dan 200 m”. Sedangkan lari cepat atau sprint atau istilah lainnya lari jarak
pendek merupakan lari yang dilakukan dengan kecepatan penuh dari garis start
sampai garis finish dengan waktu sesingkat mungkin. Hal senada dikemukakan Aip
Syarifuddin dan Muhadi (1992: 63) bahwa, “Lari jarak pendek (sprint) adalah suatu
cara lari dimana si atlet harus menempuh seluruh jarak dengan kecepatan yang
maskimal mungkin”.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, lari cepat 40 meter
merupakan lari yang dilakukan dengan kecepatan penuh dari garis start sampai garis
finish menempuh jarak 40 meter dengan waktu yang seingkat-singkat. Dalam lari
sprint pada siswa SD terdapat beberapa nomor yang sering dipergunakan untuk
mengukur kecepatan lari sprint pada siswa dan merupakan nomor lari bergengsi di
tingkat SD. Dalam hal ini Nurhasan (2005: 6. 24) menyatakan, “untuk mengetahui
kecepatan lari sprint pada siswa SD ada nomor yang selalu digunakan yaitu (1) jarak
30 m, (2) jarak 40 m, (3) jarak 40 m. Ketiga jarak atau nomor tersebut menjadi nomor
utama atau sering di gunakan dalam mengukur kecepatan lari sprint pada siswa SD”.
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, untuk mengukur
kecepatan lari sprint pada siswa SD terdiri tiga nomor yaitu jarak 30 meter, 40 meter
pada lintasan lurus. Lari cepat jarak pendek atau sprint 40 m merupakan salah satu tes
yang digunakan dalam tes kesegaran jasmani Indonesia untuk anak umur 10 – 12
tahun. Lari sprint 40 m bertujuan untuk mengukur unsur kondisi fisik yaitu
kecepatan.
Lari 40 m menggunakan lintasan lurus, datar, rata, tidak licin, berjarak 40 m
dan masih mempunyai lintasan lanjutan. Sebagai tanda awal lari menggunakan
bendera start, waktunya dihitung dengan stopwatch. Pengukuran waktu dilakukan
dari saat bendera diangkat sampai pelari tepat melintasi garis finish. Lintasan lari 40
m di beri tanda serbuk kapur atau tali rafia sebagai pembatas lintasan. Lari dimulai
dari sikap berdiri di belakang garis start, pelari pada aba-aba siap mengambil sikap
berdiri bersiap untuk lari. Pada aba-aba Ya pelari lari secepat mungkin menuju garis
finish, menempuh jarak 40 m. Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh
pelari untuk menempuh jarak 40 m, waktu dicatat dalam satuan detik satu angka
dibelakang koma.
e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Lari
Potensi atau pembawaan sejak lahir merupakan faktor yang dominan yang
akan mempengaruhi kecepatan lari seseorang. Salah satu faktor yang dominan dari
pembawaan adalah tipe otot yang dimiliki. Pendapat yang dikemukakan Suharno HP.
(1993 : 48) bahwa “faktor-faktor penentu kecepatan secara umum adalah : (1) Macam
fibril otot yang dibawa sejak lahir (pembawaan), fibril berwarna putih (pahsic) baik
untuk gerak yang cepat, (2) Pengaturan nervous system, (3) Kekuatan otot, (4)
Kemampuan elastisitas dan relaksasi suatu otot, (5) Kemauan dan disiplin individu
atlet “.
Faktor bawaan khususnya fibril otot putih merupakan faktor yang menentukan
kecepatan yang dimiliki seseorang. Semakin banyak fibril otot putih dimiliki, maka
kecepatannya akan baik. Lebih lanjut, Suharno HP. (1993 : 48) menyatakan bahwa, ”
faktor-faktor penentu khusus kecepatan lari meliputi : (1) Tergantung pada kekuatan
otot yang bekerja, (2) Panjang tungkai atas, (3) Frekuensi gerak dan (4) Teknik lari
commit to user
11
f. Kecepatan Lari
1. Pengertian Kecepatan
Lari adalah suatu gerakan dengan kaki yang berpindah tempat untuk
mencapai tujuan, gerak maju untuk mencapai tujuan (finish) secepat mungkin
atau dalam waktu sesingkat-singkatnya. Gerakan lari pada dasarnya sama
hanya tergantung pada nomor lari yang akan dipelajari.
Nomor lari adalah nomor yang menggunakan kecepatan sebagai
komponen fisik yang utama. Kecepatan menjadi faktor penentu di dalam
cabang olahraga seperti lari sprint, tinju, renang, beberapa cabang olahraga
permainan dan lain sebagainya. Kecepatan tidak hanya menggerakkan seluruh
tubuh dengan cepat, tetapi dapat pula terbatas pada menggerakkan
anggota-anggota tubuh dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Kecepatan ditentukan
frekuensi stimulus, kemauan, mobilitas syaraf, kecepatan kontraksi otot,
tingkat otomatis gerak dan power otot. Berkaitan dengan kecepatan Andi
Suhendro (1999 : 4.20) menyatakan bahwa, "kecepatan adalah kemampuan
seseorang untuk melakukan gerakan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya".
Sedangkan menurut Mulyono B (2007 : 58)” Kecepatan adalah kemampuan
untuk melakukan suatu gerak dalam periode waktu yang singkat. Menurut
Suharno HP (1993 : 47)” kecepatan adalah kemampuan atlet untuk melakukan
gerakan yang sejenis secara berturut – turut dalam waktu singkat”.
Pada prinsipnya ketiga pendapat ahli tesebut mempunyai pengertian
yang hampir sama. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, kecepatan
merupakan bentuk gerakan berulang-ulang untuk menempuh jarak tertentu
yang di lakukan dalam waktu sesingkat mungkin. Untuk mendapatkan
kecepatan yang maksimal, maka harus didukung gerakan dari bagian tubuh
yang mendukung gerakan lari (ayunan lengan) yang dilakukan secara baik dan
2. Macam – macam Kecepatan
Kecepatan menjadi faktor penentu utama di dalam cabang olahraga
seperti lari, dari pengertian kecepatan yang telah dijelaskan dapat diketahui
terdapat macam – macam kecepatan diantaranya :
Kecepatan sprint adalah kemampuan – kemampuan atlet untuk
menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Faktor-faktor
penentu khusus yang dapat mempengaruhi kecepatan sprint : tergantung pada
kekuatan otot yang bekerja, panjang tungkai atas, frekuensi gerak, teknik lari
yang sempurna.
Kecepatan reaksi adalah waktu antara rangsangan dan jawaban gerak
pertama. Faktor-faktor penentu khusus yang dapat mempengaruhi kecepatan
reaksi : tergantung pada iriabilitas susunan saraf, daya orientasi situasi yang
dihadapi atlet, ketajaman panca indera dalam menerima rangsangan,
kecepatan gerak dan daya ledak atlet.
Kecepatan bergerak adalah kemampuan atlet bergerak secepat
mungkin dalam satu gerak yang ditandai waktu antara gerak permulaan dan
gerak akhir. Faktor – faktor penentu khusus yang dapat mempengaruhi
kecepatan bergerak : tergantung pada kekuatan otot, baik tidaknya power
(daya ledak), daya koordinasi gerakan-gerakan, kelincahan dan
keseimbangan, penguasaan teknik gerak yang sempurna.
Menurut beberapa macam kecepatan yang telah disebutkan maka
dapat disimpulkan kecepatan yang sangat dominan digunakan dalam nomor
lari jarak pendek adalah kecepatan sprint, karena pada kecepatan sprint
kemampuan atlet untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya sangat diperlukan.
g. Teknik Lari
Peningkatan prestasi dalam olahraga menuntut adanya perbaikan dan
pengembangan unsur teknik untuk mencapai tujuannya. Teknik dikatakan baik
commit to user
13
terpenuhi persyaratannya secara baik, dapat diterapkan dalam praktik dan
memberikan sumbangan terhadap pencapaian prestasi maksimal.
Teknik merupakan rangkuman metode yang dipergunakan dalam melakukan
gerakan dalam suatu cabang olahraga. Teknik juga merupakan suatu proses gerakan
dan pembuktian dalam suatu cabang olahraga. Dengan kata lain teknik merupakan
pelaksanaan suatu kegiatan secara efektif dan rasional yang memungkinkan suatu
hasil yang optimal dalam latihan atau pertandingan. Peningkatan prestasi lari cepat 40
meter menuntut adanya perbaikan dan pengembangan unsur teknik dalam lari cepat.
Menurut Djumidar (2004 : 12.6) bahwa, “Tahapan gerakan lari jarak pendek itu dapat
dibagi menjadi tiga tahap yang harus dipahami dan dikuasai yaitu mengenai: (1)
gerakan start, (2) gerakan lari cepat dan, (3) gerakan melewati garis finish”.
Gerakan yang harus dipahami dan dikuasai dalam lari jarak pendek (sprint)
ada tiga bagian yaitu gerakan start, gerakan lari dan gerakan memasuki finish.
Penguasaan gerakan lari cepat yang baik akan dapat mendukung pencapaian prestasi
lari cepat secara optimal. Agar siswa dapat melakukan lari cepat dengan baik dan
prestasi yang tinggi, maka gerakan lari cepat tersebut harus dipahami dan dikuasai.
Didalam lari sprint 40 meter terdapat 3 macam teknik yang harus dipahami
dan dikuasai, hal ini sesuai dengsn pendapat aip Syarifuddin (1992: 41) bahwa,”
Dalam lari jarak pendek ada tiga teknik yang harus dipahami dan dikuasai yaitu
mengenai: (1) teknik start, (2) teknik lari, (3) teknik melewati garis finish”. Seperti
dikemukakan oleh Tamsir Riyadi (1985: 23) bahwa,”Pada lari jarak pendek perlu
memperhatikan 4 masalah yaitu: (1) starting position, (2) starting action, (3)
sprintingaction, (4) finishingaction”.
Penguasaan teknik lari cepat (sprint) yang baik akan dapat mendukung
pencapaian prestasi lari sprint secara optimal. Agar siswa dapat melakukan lari cepat
(sprint) dengan baik dan memperoleh prestasi yang optimal, maka teknik-teknik
tersebut harus dipahami dan dikuasai. Untuk lebih jelasnya ketiga teknik lari sprint 40
(1) Teknik Start
Start atau disebut juga pertolakan merupakan kunci pertama yang harus
dikuasai oleh seorang sprinter. Dalam melakukan start bila terjadi keterlambatan itu
berarti kerugian besar bagi seorang sprinter. Dalam lari sprint 40 meter kemenangan
diperoleh dengan selisih waktu yang sangat kecil, karena itu kemampuan melakukan
start yang baik sangat diperlukan.
Dalam hal ini teknik start untuk lari sprint adalah start berdiri. Start berdiri
yaitu start atau sikap awal lari dengan posisi berdiri. Dengan kaki kiri berada di depan
dan kaki kanan berada di belakang. Start : saat pemberangkatan, tempat tolakan kaki
pada start lari jarak pendek biasanya menggunakan start blok.
a). Aba-aba ”Bersedia”
Jika mendengar aba-aba bersedia pelari segera menempatkan diri di belakang
garis start, Salah satu lutut diletakkan di tanah dengan jarak kurang lebih 1
jengkal dari start, Kaki lainnya diletakkan tepat di samping lutut yang
menempel ke tanah dengan jarak kurang lebih satu kepal, badan membungkuk
ke depan, kedua tangan terletak di tanah tepat di belakang garis start, keempat
jari tangan rapat dan ibu jari terbuka (membentuk huruf V terbalik), kepala
menunduk, pandangan ke bawah leher rileks (tidak tegang), konsentrasi pada
aba-aba selanjutnya.
b). Aba-aba ”Siap”
Lutut yang terletak ditanah diangkat, pinggul diangkat setinggi bahu, berat
badan dibawa dimuka, kepala tetap tunduk dan leher rileks, pandangan tetap
ke bawah, konsentrasi pada aba-aba selanjutnya.
c). Aba-aba ”Ya”
Menolak dengan badan tetap rendah/condong ke depan, lengan diayunkan
dengan kuat, langkah kaki pendek-pendek tetapi cepat agar badan tidak
commit to user
15
(2) Teknik Lari Cepat
Selain teknik start dalam lari cepat juga harus memperhatikan teknik lari
yang benar. Waktu melakukan lari sprint, posisi badan hampir tegak lurus pada tanah
dan condong ke depan ± 60 derajat. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Rusli
Lutan dkk. (1992: 137) Menyatakan,”Posisi badan lari cepat dipertahankan tetap
menghadap ke depan dan agak condong ke depan. Sikap badan seperti ini
memungkinkan titik berat badan selalu berada di depan”. Kecepatan lari juga akan
bertambah bila didukung dengan gerak ayunan kedua lengan. Pada waktu berlari,
ayunan kedua lengan harus rileks dan posisi kedua tangan mengepal serta ibu jari
menyilang pada jari telunjuk.
Beberapa prinsip teknik lari cepat menurut Soegito (1992: 12) antara lain: 1) Lari pada ujung kaki. 2) Menumpu dengan kuat, agar mendapatkan dorongan kedepan dengan kuat pula. 3) Badan condong ke depan ± 60 derajat, sehingga titik berat badan selalu didepan. 4) Ayunan lengan kuat-kuat dan cepat, siku dilipat, tangan menggenggam lemas, agar gerakan langkah kaki juga cepat dan kuat. 5) Setelah ± 20 m dari garis start, langkah diperlebar tetapi condong badan harus tetap dipertahankan. Serta ayunan lengan dan gerakan langkah kaki juga dipertahankan kecepatan dan kekuatannya, bahkan kalu mungkin ditingkatkan.
Kecepatan yang maksimal juga harus dilakukan oleh seorang sprinter pada
waktu melakukan start sampai jarak 40 meter atau finish. Jika sprinter telah mencapai
kecepatan puncak, maka harus dipertahankan dengan sekuat tenaga bahkan
ditingkatkan dengan cara memperlebar langkah dan diusahakan tidak mengurangi
kecepatan, selain itu juga didukung dengan menggerakkan kedua lengan sesuai arah
ayunan .
(3) Teknik Memasuki Garis Finish
Memasuki garis finish adalah fase akhir penentu menang atau kalahnya
seorang sprinter. Teknik memasuki garis finish sangat penting untuk dipahami dan
dikuasai oleh sprinter, sebab meski punya kekuatan dan kecepatan bila teknik
sprinter bebas menentukan dengan cara ataupun teknik sendiri melewati garis finish
yang dianggap paling efektif dan efisien.
Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Agus Mukholid
(2004: 102) ” teknik melewati garis finish terbagi menjadi tiga cara, yaitu: Dengan
cara terus secepat-cepatnya melewati garis finish dengan tidak mengubah posisi lari.
Saat akan menyentuh pita atau melewati garis finish, dada dicondongkan ke depan.
Saat akan menyentuh pita atau melewati garis finish, dada diputar sehingga salah satu
bahu maju ke depan terlebih dahulu”.
2. Latihan Fisik
a. Pengertian Latihan Fisik
Kondisi fisik yang baik merupakan faktor yang mendasar untuk
mengembangkan faktor lainnya, sehingga akan mendukung pencapaian prestasi yang
optimal. Hal senada dikemukakan Andi Suhendro (1999 : 4.1) bahwa, “ Kondisi fisik
merupakan salah satu syarat penting dalam meningkatkan prestasi seorang atlit, dan
bahkan sebagai keperluan yang sangat mendasar untuk meraih prestasi olahraga”.
Pentingnya peranan kondisi fisik untuk mendukung pencapaian prestasi olahraga,
maka harus dilatih dengan baik dan benar.
Latihan fisik pada umumnya memberikan beban fisik pada tubuh secara
teratur, sistematik, berkesinambungan sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan
kemampuan didalam melakukan kerja. Latihan fisik yang teratur, sistematik dan
berkesinambungan yang dituangkan dalam suatu program latihan akan meningkatkan
kemampuan fisik secara nyata. Berkaitan dengan latihan fisik Andi Suhendro (1999 :
3.5) bahwa, “ Latihan fisik adalah latihan yang ditujukan untuk mengembangkan dan
meningkatkan kondisi seseorang. Latihan ini mencakup semua komponen kondisi
fisik antara lain kekuatan otot, daya tahan kardiovaskuler, daya tahan otot,
kelincahan, kecepatan, power, stamina, kelentukan dan lain-lain”.
Latihan fisik merupakan salah satu bagian latihan olahraga secara
menyeluruh, yaitu untuk meningkatkan prestasi olahraga serta untuk meningkatkan
commit to user
17
komponen kondisi fisik tertentu sesuai tujuannya. Hal ini artinya, latihan fisik yang
dilakukan harus bersifat spesifik sesuai dengan karakteristik komponen fisik yang
dibutuhkan untuk tujuan tertentu.
b. Prinsip-Prinsip Dasar Latihan
Prestasi dalam olahraga dapat dicapai melalui latihan secara intensif dan
teratur. Pelaksanaan latihan harus berpedoman pada prinsip-prinsip latihan yang
benar. Prinsip latihan merupakan garis pedoman yang hendaknya dipergunakan
dalam latihan yang terorganisir dengan baik. Prinsip latihan pada dasarnya
merupakan suatu pedoman dalam memberikan beban latihan, sehingga beban latihan
dapat dilakukan dengan baik dan akan terjadi peningkatan. Pengembangan kondisi
fisik dari hasil latihan tergantung pada tipe dan beban latihan yang diberikan dan
tergantung dari kekhususan latihan. Berkaitan dengan prinsip-prinsip latihan dan
prinsip dasar latihan oleh Sudjarwo (1995 : 21-23 ) dirinci sebagai berikut :
Prinsip-prinsip latihan digunakan agar pemberian dosis latihan dapat dilaksanakan secara tepat dan tidak merusak atlit. Agar tujuan latihan dapat dicapai secara optimal, hendaknya diterapkan prinsip-prinsip latihan yang baik dan tepat. Prinsip dasar latihan adalah sebagai berikut :
a) Prinsip individual
b) Prinsip beban berlebih ( overload principle) c) Prinsip interval
d) Prinsip stress. (penekanan) e) Latihan sepanjang tahun
f) Prinsip makanan yang baik ( nutrition )
Sedangkan prinsip-prinsip latihan menurut Suharno HP.(1993 : 10-21) sebagai berikut:
a) Latihan setahun tanpa berselang. (Prinsip kontinyu dalam latihan) b) Kenaikan beban latihan secara teratur.
c) Prinsip individual d) Prinsip interval
e) Prinsip stress. (penekanan) f) Prinsip spesialisasi
Dari pendapat tersebut diatas terdapat beberapa persamaan antara kedua
pendapat dan saling melengkapi. Dalam mencapai tujuan harus menganut prinsip
Dapat diambil kesimpulan dari kedua pendapat tersebut diatas bahwa latihan harus
dilakukan secara bervariasi, latihan setahun tanpa berselang (Prinsip kontinyu dalam
latihan), beban sesuai atau lebih dengan tumbuh kembang seseorang, prinsip aktif dan
bersungguh-sungguh, prinsip modeling, prinsip interval, prinsip stress (penekanan),
prinsip makanan yang baik ( nutrition ), kenaikan beban latihan secara teratur,
prinsip individu, prinsip interval dan terspesialisasi. Prinsip latihan merupakan dasar
yang harus digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan latihan. Penerapan
prinsip-prinsip latihan yang benar akan lebih memperbesar kemungkinan dalam
pencapaian tujuan yang diinginkan.
c. Penyusunan Program Latihan
Program latihan merupakan salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan
dalam pelatihan olahraga prestasi. Berkaitan dengan program latihan Andi Suhendro
(1999 : 5.13) menyatakan, “ Program latihan merupakan suatu petunjuk atau
pedoman yang mengikat secara tertulis berisi cara-cara yang akan ditempuh untuk
mencapai tujuan dimasa mendatang yang telah ditetapkan”.
Pendapat tersebut menunjukkan, bahwa program latihan merupakan
petunjuk atau pedoman dalam latihan yang disusun oleh pelatih dan harus
dilaksanakan oleh atlet. Program latihan yang dibuat secara teratur dan terprogram
dengan baik dalam jangka waktu yang tertentu akan membuat kemampuan
meningkat.
Unsur-unsur pendukung untuk pencapaian prestasi maksimal meliputi unsur
fisik, teknik, taktik, dan mental akan dapat meningkat secara maksimal dengan
membutuhkan proses yang panjang. Dengan adanya program latihan yang teratur
dengan baik, maka latihan akan terarah, sehingga tujuan yang ditetapkan akan dapat
tercapai. Hai ini sesuai pendapat Sudjarwo (1995 : 81) “ Suatu hal yang harus
diperhatikan dalam menyusun program latihan adalah menentukan terlebih dahulu
tujuan latihan atau target yang hendak dicapai”.
Dalam pencapaian prestasi yang tinggi diperlukan usaha melalui latihan yang
commit to user
19
untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Oleh karenanya, pelatih dituntut
untuk memiliki kemampuan membuat rencana program latihan yang cermat dan
tepat. Program latihan mempunyai manfaat yang penting terhadap pelaksanaan dan
tujuan latihan. Manfaat dari program latihan diantaranya sebagai pedoman yang
teroragnisir, terhindar dari faktor kebetulan, waktu yang digunakan lebih efektif dan
efisien, dapat terhindar dari hambatan-hambatan, arah dan tujuan latihan menjadi
lebih jelas serta sebagai kontrol latihan yang telah dilaksanakan.
Berdasarkan prinsip-prinsip latihan menunjukkan, bahwa kecepatan lari dapat
ditingkatkan dengan baik jika memiliki unsur-unsur penentu kecepatan yang baik.
Jika unsur-unsur penentu kecepatan tersebut dalam kondisi baik, maka kecepatan lari
dapat ditingkatkan secara maksimal. Di samping itu juga, dalam melatih kecepatan
harus dilakukan dengan cara yang tepat. Lebih lanjut Suharno HP. (1993 : 49)
menyatakan cara melatih kecepatan (sprint)dapat dilakukan dengan interval training
yaitu:
1) Volume beban latihan 5-10 kali giliran lari, tiap-tiap giliran atlet lari secepat-cepatnya dengan jarak 30-80 meter.
2) Intensitas lari 80%-100% dengan pedoman waktu dari pelatih. 3) Frekuensi dan tempo secepat-cepatnya.
4) Peningkatan beratnya latihan dapat mencari variasi perubahan ciri-ciri
loading sesuai dengan kehendak atlet dan pelatih.
Menerapkan cara latihan yang tepat sangat penting agar diperoleh hasil latihan
yang maksimal. Cara-cara melatih kecepatan tersebut harus dipahami dan dikuasai
dengan baik dan benar.
3. Metode Latihan
Salah satu tujuan dari latihan adalah pencapaian prestasi yang sebaik
mungkin. Upaya mencapai prestasi olahraga banyak faktor yang mempengaruhinya.
Salah satu faktor yang memberikan sumbangan bagi pencapaian prestasi dalam
olahraga dan masalah pembinaan olahraga yang kompleks ialah penerapan metode
Metode latihan merupakan suatu cara yang digunakan oleh pelatih dalam
menyajikan materi latihan, agar tujuan latihan dapat tercapai. Berkaitan dengan
metode latihan. Metode latihan merupakan cara yang digunakan seorang pembina
atau pelatih berfungsi sebagai alat yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
atau keterampilan bagi atlit yang dilatih. Dalam hal ini seorang pelatih harus
menerapkan metode latihan yang efektif. Efektivitas latihan merupakan jalan
keberhasilan dalam proses pembiasaan atau sosialisasi siswa atau atlet dan
pengembangan sikap serta pengetahuan yang mendukung pencapaian keterampilan
yang lebih baik dalam kerangka program pembinaan. Metode latihan yang digunakan
pada pelaksanaan latihan adalah sebagai berikut :
a. Latihan lari dengan jarak tetap
Teknik pendekatan latihan dengan variasi lari jarak tetap adalah salah satu
metode dalam proses latihan untuk meningkatkan kecepatan lari. Dalam lari cepat,
penguasaan gerakan lari cepat merupakan dasar yang yang sangat penting agar dapat
berlari dengan baik. Berlatih untuk meningkatkan penguasaan gerakan lari cepat
dapat dilakukan dengan berbagai teknik latihan yaitu dengan drill, dengan alat, tanpa
alat, atau game situation. Latihan dengan variasi jarak lari tetap merupakan variasi
bentuk latihan yang diberikan dengan tidak merubah jarak tempuh berlari dan
pemberian waktu istirahat di antara waktu latihan. Teknik pendekatan latihan dengan
variasi jarak lari tetap dapat dilakukan dengan bentuk latihan yang diselingi dengan
istirahat di antara waktu latihan. Metode ini mempunyai beberapa keuntungan baik
bagi pelatih maupun atlet. Waktu istirahat memberi kesempatan untuk atlit
mengadakan pemulihan diantara pengulangan gerakan. Waktu istirahat sangat penting
diantara waktu latihan dan intensitas dapat ditambahkan setiap 2 minggu sekali agar
atlit dapat beradaptasi terhadap beban latihan dan pemulihan tenaga kembali bagi atlit
dalam proses latihan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1995 : 1050 ) tetap
adalah “ selalu ada (tinggal, berdiri, dsb) ditempatnya: tidak berubah ( keadaannya,
jarak tempuhnya, kedudukannya,dsb) tidak berpindah-pindah, tidak beranjak, selalu
commit to user
21
latihan dengan variasi jarak lari tetap dapat dilakukan dengan bentuk latihan yang
dalam pelaksanaan proses latihan menggunakan pendekatan latihan dengan metode
drill, menambah intensitas dan tidak harus merubah jarak tempuh latihan, variasi
jarak lari tetap dapat diterapkan dalam berbagai variasi bentuk latihan.
Pelaksanaan latihan lari jarak tetap :
1. Sikap permulaan
Pelari berdiri dibelakang garis start, kaki kiri didepan, pandangan ke depan,
badan sedikit dicondongkan.
2. Gerakan
a. pada aba-aba ”SIAP” pelari mengambil sikap start berdiri, pelari siap untuk
lari.
b. pada aba-aba “YA” pelari lari secepat mungkin menuju garis finish, dan
menempuh jarak 40 m.
3. Sikap akhir
Pelari mencapai garis finish dengan menempuh jarak 40m, kecepatan lari
diukur menggunakan stop watch yang dimulai dari saat bendera diangkat sampai
pelari tepat melintas garis finish.
Beberapa contoh pelaksanaan lari jarak tetap dengan berbagai variasi dapat
dilihat dalam gambar berikut :
Gambar 1. Lari bolak balik berpasangan dengan formasi berhadap – hadapan
Gambar 2. Lari memasukkan simpai ke patok
Djumidar (2004 : 5.12)
Gambar 3. Lari berpasangan memasukkan simpai ke patok
Djumidar (2004 : 5.12)
Ditinjau dari pelaksanaan latihan lari 40 m dengan metode variasi jarak lari
tetap dapat diidentifikasi kelebihannya antara lain:
1) Dapat mengotomatisasikan gerak lari, karena setiap kali melakukan dengan jarak
yang sebenarnya.
2) Kondisi fisik siswa akan terhindar dari kelelahan yang berlebihan (overtraining)
3) Kondisi atlet akan lebih siap untuk melakukan session latihan berikutnya dengan
commit to user
23
Ditinjau dari pelaksanaan latihan lari 40 m dengan metode variasi jarak lari
tetap juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan latihan lari 40 m dengan metode
variasi jarak lari tetap antara lain:
1) Dapat menimbulkan rasa bosan atau jenuh saat istirahat untuk menunggu
gilirannya.
2) Siswa yang aktif adalah atlit yang mendapat giliran, sedangkan yang lainnya
hanya menjadi penonton untuk menunggu giliran.
3) Seringnya waktu istirahat akan mengakibatkan penguasaan teknik gerakan
menjadi agak berkurang karena gerakan yang sudah terbentuk akan berkurang
lagi dalam istirahat.
4) Bersifat monoton sehingga siswa merasa kurang tertantang dalam melakukannya.
5) Pola gerakan lari kurang maksimal.
6) Kondisi fisik siswa kurang diperhatikan, sehingga terjadi kelelahan pada siswa
yang tidak diperhatikan kondisi fisiknya.
b. Latihan lari dengan jarak bertahap
Teknik pendekatan latihan dengan variasi lari jarak bertahap adalah salah satu
metode dalam proses latihan untuk meningkatkan kecepatan lari. Dalam lari cepat,
penguasaan gerakan lari cepat merupakan dasar yang yang sangat penting agar dapat
berlari dengan baik. Berlatih untuk meningkatkan penguasaan gerakan lari cepat
dapat dilakukan dengan berbagai teknik latihan yaitu dengan drill, dengan alat, tanpa
alat, atau game situation. Teknik pendekatan latihan dengan jarak lari bertahap
dilakukan dengan cara memperjauh jarak lari secara bertahap. Pada awal latihan
dimulai dari jarak yang terdekat hingga jarak yang terjauh. Hal ini dimaksudkan agar
atlit dengan menggunakan tenaga yang sedikit, dapat berlari dengan baik dan dapat
menggunakan teknik yang efektif dan efisien. Setelah menunjukkan keberhasilan dari
jarak yang dekat, latihan ditingkatkan dengan jarak yang lebih jauh yaitu secara
bertahap mundur hingga pada jarak 40 meter.
Pendekatan latihan dengan jarak lari secara bertahap diperjauh diharapkan
berkaitan erat dengan fungsi fisiologis tubuh dalam unjuk kerja berlari meliputi
penggunaan tenaga berlari dan menghasilkan kecepatan maksimal. Adaptasi mental
pola latihan secara bertahap akan membiasakan diri siswa dari hal yang mudah
menuju ke hal yang sulit, sehingga hambatan yang diterima siswa meningkat pula
sesuai dengan tingkatan tahapan yang dihadapi. Selain hal itu keberhasilan dalam
unjuk kerja akan menumbuhkan kepercayaan diri pada diri siswa, sehingga pada diri
siswa akan tumbuh motivasi dan kemauan yang kuat.
Untuk mencapai tingkat keterampilan suatu cabang olahraga, maka dalam
pelaksanaan latihan seorang atlet harus melakukan gerakan dengan frekuensi
sebanyak-banyaknya. Dengan pengulangan gerakan yang sebanyak-banyaknya akan
diperoleh keterampilan yang lebih baik. Karena tanpa melakukan pengulangan
gerakan keterampilan yang dipelajari, maka suatu keterampilan tidak dapat dikuasai.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1995 : 990) ” tahap adalah bagian dari
perkembangan (pertumbuhan), bagian dari sesuatu yang ada awal dan akhirnya,
bagian dari urutan (menegak atau menyamping) tingkat, jenjang”. Menurut Garry. A
Carr (2003:18) ” setelah pemula mempelajari gerakan yang benar dan mendapatkan
ritme yang diperlukan, kecepatan gerakan mereka dapat ditingkatkan. Jarak yang
disarankan adalah meningkat dari 10 hingga 15 meter dengan 2 atau 3 kali
pengulangan”. Menurut Garry. A Carr (2003:21, 22) ” Pemula berlari sejauh 25
hingga 30 meter, jarak yang diterima oleh pemula adalah 35 hingga 40 meter”.
Seperti yang dikemukakan Suharno HP. (1993 : 8) bahwa, “ untuk mengotomatiskan
penguasaan unsur gerak fisik, teknik, taktik, dan keterampilan yang benar atlet harus
melakukan latihan berulang-ulang dengan frekuensi sebanyak-banyaknya secara
kontinyu”. Mengulang-ulang gerakan yang dipelajari secara terus-menerus atau
sebanyak-banyaknya merupakan faktor yang sangat penting agar keterampilan yang
dipelajari dapat dikuasai dengan baik. Dengan mengulang-ulang secara
terus-menerus akan menguatkan respon.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, metode jarak lari
commit to user
25
Disamping itu juga, dengan latihan secara terus-menerus akan meningkatkan
kemampuan mengontrol gerakan pada waktu latihan dan akan merangsang
kemampuan otot yang dibutuhkan dalam cabang olahraga tertentu untuk mencapai
prestasi yang lebih baik.
Pelaksanan latihan lari dengan jarak bertahap :
1) Sikap permulaan
Pelari berdiri dibelakang garis start, kaki kiri didepan, pandangan ke depan,
badan sedikit dicondongkan.
2) Gerakan
a. pada aba-aba ”SIAP” pelari mengambil sikap start berdiri, siap untuk lari
b. pada aba-aba “YA” pelari lari secepat mungkin dengan menempuh jarak
secara bertahap, dengan menempuh jarak 10m kemudian pelari kembali ke
garis start, berikutnya dengan sikap yang sama dan dengan aba-aba yang
sama pelari lari menempuh jarak 15 m, 20 m, 25 m, 30 m, 35 m, hingga siswa
menempuh jarak 40 m.
3) Sikap akhir
Pelari menempuh jarak yang diukur kecepatannya menggunakan stop watch
sampai pelari mencapai garis finish.
Beberapa contoh pelaksanaan lari jarak bertahap dengan berbagai variasi
dapat dilihat dalam gambar berikut :
Gambar 4. Lari mengitar simpai berputar sesuai formasi berbanjar
Gambar 5. Lari mengitar kotak - kotak berputar sesuai formasi berbanjar
Djumidar (2004 : 5.13)
Gambar 6. Lari memasukkan simpai berputar sesuai formasi berbanjar
Djumidar (2004 : 5.13)
Berdasarkan pelaksanaan latihan lari dengan metode jarak lari bertahap
dapat diidentifikasi kelebihan dan kelemahannya. Kelebihan pelaksanaan latihan lari
40 m dengan metode variasi jarak lari bertahap antara lain:
1) Pengusaan terhadap pola gerakan lari akan lebih cepat tercapai, karena latihan
secara terus-menerus dan bertahap akan dapat membentuk pola gerakan lari yang
lebih cepat.
2) Dapat merangsang motivasi siswa untuk mencoba latihan lari 40 m.
3) Dapat meningkatkan daya tahan fisik, sehingga akan mendukung penampilannya
commit to user
27
4) Karena bervariasi siswa dapat tertantang untuk mencoba melakukan latihan secara
berulang-ulang.
5) Dengan jarak bertahap Siswa akan selalu aktif dan tidak terlalu lama menunggu
gilirannya.
6) Karena sering diulang-ulang siswa akan mengingat dan menguasai gerak yang
baik dan benar.
7) Pola gerakan lari terbentuk dengan maksimal karena koreksi gerak dapat segera
dilakukan.
Kelemahan latihan lari 40 m dengan metode variasi jarak lari bertahap
antara lain:
1) Penguasaan gerak lari kurang dapat tercapai dengan baik, sebab gerakan yang
dilakukan secara terus-menerus akan menyebabkan kelelahan, hal ini akan
berpengaruh terhadap kesempurnaan gerakan.
2) Pengontrolan dan perbaikan teknik gerakan sulit dilakukan karena tidak ada
waktu istirahat.
3) Akan sering terjadi kesalahan teknik karena terlalu lelah. Dapat menyebabkan
kelelahan yang berlebihan (overtraining) dan dapat menimbulkan cedera.
B. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan diatas dapat disusun
kerangka pemikiran sebagai berikut:
Kemampuan lari 40 meter siswa di SD Negeri Gumpang 1 dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain: sumber daya manusia (pelatih/guru penjas, siswa/atlit,
pembina/pengurus), sarana prasarana. Selain faktor- faktor tersebut, faktor eksternal
(siswa) juga akan mempengaruhi kualitas individu, salah satunya adalah besarnya
peranan metode latihan dengan berbagai variasi, dengan menggunakan metode
latihan jarak tetap dan jarak bertahap diharapkan dapat berpengaruh terhadap
kemampuan berolahraga atau cabang olahraga yang ditekuni dalam hal ini
suatu tes, salah satu bentuk tes kemampuan lari 40 meter adalah dengan tes lari 40
meter.
Metode latihan jarak tetap dan jarak bertahap merupakan suatu metode
untuk meningkatkan kemampuan lari 40 meter. Latihan lari menggunakan jarak tetap
dan jarak bertahap merupakan bentuk latihan yang mengarah pada pengembangan
gerakan lari yang baik dan efektif. Dari kedua metode yang digunakan bertujuan
untuk merangsang siswa agar kemampuan lari 40 meter menjadi lebih cepat.
Perbedaan metode dan cara pelaksanaan dari kedua latihan tersebut tentu akan
menimbulkan respon yang berbeda.
Pengaruh modifikasi latihan jarak tetap terhadap kemampuan lari 40 meter,
dapat menghasilkan kekuatan dan daya ledak otot kaki dalam berlari. Bagi siswa yang
baru latihan metode ini cocok karena dapat mengotomatisasikan gerak lari, karena
setiap kali melakukan dengan jarak yang sebenarnya. Namun seringkali metode ini
membosankan bagi siswa, terutama yang sudah menguasai bahan. Rasa bosan atau
jenuh saat istirahat untuk menunggu giliran akan mengalihkan perhatian siswa kepada
hal – hal lain yang mengurangi hasil latihan yang diharapkan. Siswa yang aktif adalah
atlet yang mendapat giliran, sedangkan yang lainnya hanya menjadi penonton untuk
menunggu giliran. Seringnya waktu istirahat akan mengakibatkan penguasaan tehnik
gerakan menjadi agak berkurang karena gerakan yang sudah terbentuk akan
berkurang lagi dalam istirahat.
Kondisi fisik siswa akan terhindar dari kelelahan yang berlebihan
(overtraining), kondisi atlit akan lebih siap untuk melakukan session latihan
berikutnya dengan baik. Selain itu latihan lari dengan jarak tetap menuntut guru untuk
lebih kreatif melakukan model-model latihan sehingga hal ini akan sulit berjalan
apabila guru kurang kreatif dalam proses latihannya.
Pengaruh modifikasi latihan jarak bertahap terhadap kemampuan lari 40
meter, dapat menghasilkan kekuatan dan daya ledak otot kaki dalam berlari.
Pendekatan latihan dengan jarak lari secara bertahap diperjauh diharapkan mampu
commit to user
29
dengan fungsi fisiologis tubuh dalam unjuk kerja berlari meliputi penggunaan tenaga
berlari dan menghasilkan kecepatan maksimal. Adaptasi mental pola latihan secara
bertahap akan membiasakan diri siswa dari hal yang mudah menuju ke hal yang sulit,
sehingga hambatan yang diterima siswa meningkat pula sesuai dengan tingkatan
tahapan yang dihadapi. Dalam latihan lari dengan jarak bertahap memungkinkan
siswa dapat menguasai pola gerak lari akan lebih cepat tercapai, karena latihan secara
terus-menerus dan bertahap akan dapat membentuk pola gerakan lari yang lebih
cepat. Dapat merangsang motivasi siswa untuk mencoba latihan lari 40 m karena
jarak yang ditempuh siswa bervariasi dan tidak membosankan. Dapat meningkatkan
daya tahan fisik, sehingga akan mendukung penampilannya dalam melakukan lari.
Selain itu koreksi dan pembetulan terhadap gerakan yang salah akan lebih efektif dan
mudah dilakukan.
Pada latihan jarak bertahap siswa dapat merasakan bahwa latihan ini dapat
menghasilkan kecepatan yang maksimal. Pengusaan terhadap pola gerakan lari akan
lebih cepat tercapai, karena latihan secara terus-menerus dan bertahap akan dapat
membentuk pola gerakan lari yang lebih baik. Dengan demikian, diduga latihan lari
dengan jarak bertahap mempunyai pengaruh yang lebih baik terhadap kemampuan
lari 40 meter.
C. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran yang telah
dikemukakan di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
1. Ada perbedaan pengaruh latihan lari dengan jarak tetap dan jarak bertahap
terhadap kemampuan lari 40 m siswa putra Kelas IV dan V SD Negeri Gumpang
1 Kartasura, Kab Sukoharjo tahun 2010.
2. Latihan lari dengan jarak bertahap lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan
kemampuan lari 40 m siswa putra Kelas IV dan V SD Negeri Gumpang 1
commit to user
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lapangan SD Negeri Gumpang 1 Kartasura, Kab Sukoharjo tahun 2010. Penelitian ini direncanakan pada bulan September 2010. Jadwal penelitian menyesuaikan.
B. Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa putra kelas IV dan V di SD Negeri Gumpang 1 Kartasura, Kab Sukoharjo tahun 2010 yang berjumlah 28 orang.
C. Rancangan Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian, metode yang digunakan dalam penelitian ini ditetapkan berdasarkan pada tujuan dan hasil penelitian yang diharapkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen.
Dalam penelitian ini digunakan design atau rancangan penelitian dan treatment penelitiannya adalah sebagai berikut :
1. Design atau rancangan penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan two groups pretest – posttest design. Rancangan penelitian pretest – posttest design dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :
Keterangan :
OP = Ordinal Pairing
KE 1 = Kelompok Eksperimen 1 X = Latihan lari 40 m jarak tetap KE 2 = Kelompok Eksperimen 2 Y = Latihan lari 40 m jarak bertahap
Untuk pembagian kelompok menggunakan ordinal pairing, yaitu setelah dilakukan tes awal, kemudian hasil tes awal dirangking setelah itu dipisahkan ke
commit to user
dalam kelompok 1 dan kelompok 2 dengan cara ordinal pairing sehingga kedua kelompok mempunyai keterampilan yang setara atau seimbang. Adapun pembagian kelompok dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Dan seterusnya
2. Variabel
Sesuai dengan masalah yang diajukan, dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian, yaitu :
1) Variabel Bebas
a) Latihan lari 40 m jarak tetap
Latihan dengan variasi jarak lari tetap merupakan variasi bentuk latihan yang diberikan dengan tidak merubah jarak tempuh berlari dan pemberian waktu istirahat di antara waktu latihan.
b) Latihan lari 40 m jarak bertahap
Latihan dengan variasi jarak lari bertahap merupakan variasi bentuk latihan yang diberikan dengan merubah jarak lari secara bertahap agar atlit menggunakan tenaga yang sedikit, dapat berlari dengan baik dan dapat menggunakan teknik yang efektif dan efisien.
2) Variabel Terikat
Kemampuan lari 40 m merupakan salah satu jarak lari yang diajarkan di sekolah dasar. Lari jarak pendek atau sprint adalah suatu perlombaan lari dimana pesertanya berlari dengan kecepatan penuh yang menempuh jarak 40, 60, 80, 100, dan 200 m. Lari cepat jarak pendek atau sprint 40 m merupakan salah satu tes yang digunakan dalam tes kesegaran jasmani Indonesia untuk anak umur 10 – 12 tahun.
commit to user
bulan) . Frekuensi latihan dilaksanakan 3 kali seminggu. Intensitas latihan untuk kedua kelompok adalah sama.
D. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan masalah dan hipotesis yang telah diajukan dalam judul penelitian, maka data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini dengan teknik tes dan pengukuran olahraga. Kecepatan Lari 40 meter diukur dengan tes Lari 40 meter dari DEPDIKNAS (1999 : 6). Petunjuk pelaksanaan masing-masing terlampir.
E. Teknik Analisis Data
Berdasarkan data yang diperoleh, teknik pengolahannya menggunakan teknik analisis data dengan rumus t-test dengan taraf signifikansi 5%. Sebelum menguji dengan t-test, terlebih dahulu dilakukan uji realibilita dan uji persyaratan analisis data dengan melakukan uji normalitas dan homogenitas. Dengan demikian langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data adalah sebagai berikut :
1) Reliabilitas Tes
Untuk mengetahui validitas data menggunakan tes uji reliabelitas dengan ANOVA dari THOMAS dan Nelson (2001:351) sebagai berikut :
Keterangan :
R : Koefisien reliabilitas
MSA : Jumlah rata-rata dalam kelompok MSW : Jumlah rata-rata antara kelompok
MSA - MSW R=
2) Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui kenormalan data atau data berbeda dalam suatu kurve normal. Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan metode Lillieforse dari Sudjana (2002:466) untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini berasal dari populasi yang normal atau tidak. Adapun prosedur uji normalitas tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pengamatan X1, X2, ...., Xn dijakdikan bilangan baku Z1, Z2, ...., Zn dengan menggunakan rumus :
Keterangan : X = Rata-rata
s = Simpangan Baku
2. Untuk bilangan baku ini menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian di hitung peluang F(Zi) = P(Z<Xi)
3. Selanjutnya di hitung proporsi Z1, Z2, …., Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi. Jika proporsi dinyatakan oleh S(Zi), maka :
4. Hitung selisih F(Zi) – S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya. 5. Menentukan harga terbesar dari harga mutlak diambil sebagai Lo.
Rumus Lo = F(Zi)-S(Zi) maksimum Kriteria :
yang digunakan berasal dari kelompok yang sama atau setara. Untuk mencari atau menguji homogenitas data, digunakan rumus untuk mencari uji homogenitas (Sudjana, 1996:386) Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Keterangan :
db : vb = derajat kebebasan dari varians yang lebih besar db : Vk = derajat kebebasan dari varians yang lebih kecil SD2bs = Varians yang lebih besar
SD2kt = Varians yang lebih kecil
3) Uji Perbedaan
a). Mencari perbedaan kelompok
commit to user b). Mencari perbedaan antar kelompok
[ M1 - M2 ] t = Ö (s1 2 / n1)+ (s2 2 / n2 )
(Jerry R. Thomas dan Jack K. Nelson, 2001 : 121 )
ditolak. Artinya tidak ada perbedaan pengaruh latihan lari dengan jarak tetap dan jarak bertahap terhadap kecepatan lari 40 m pada siswa putra kelas IV dan V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura, Kab Sukoharjo tahun 2010.
Jika thitung > ttabel = 5%, maka Hi diterima. Artinya ada perbedaan pengaruh pembelajaran latihan lari dengan jarak tetapdan jarak bertahap terhadap kecepatan lari 40 m pada siswa putra kelas IV dan V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura, Kab Sukoharjo tahun 2010.
Adapun uji perbedaannya menggunakan derajat kebebasan N – 1 pada taraf signifikansi 5 %. Peningkatan prosentasi dari latihan yang telah dilakukan, dicari dengan cara sebagai berikut.