Analysis of Tax Audit Strategy
On Tax Payer Formal Complience
(Study in Small Taxpayers Services Office Bandung)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Sidang
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Disusun Oleh:
NAMA : REFLI AKBAR YUDIANSYAH NIM : 21107002
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
v
TERHADAP KEPATUHAN FORMAL WAJIB PAJAK
PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA WILAYAH KOTA BANDUNG
Strategi merupakan rencana komprehensif untuk mencapai tujuan organisasi. Pemeriksaan merupakanserangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, daya/bukti yang dilaksanakan secara obyektif dan professional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Sedangkan kepatuhan perpajakan adalah tindakan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam suatu Negara. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh strategi pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan formal wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Kota Bandung.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif. Metode deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran variabel strategi pemeriksaan dan variabel kepatuhan formal wajib pajak, sedangkan verifikatif untuk mengetahui hubungan antara strategi pemeriksaan dan kepatuhan formal wajib pajak. Untuk mengetahui pengaruh strategi pemeriksaan terhadap kepatuhan formal wajib pajak digunakan pengujian statistik. Pengujian statistik yang digunakan adalah perhitungan korelasi Person Product Moment, koefisien determinasi, uji hipotesis dengan menggunakan
softwareSPSS14.0for windows.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa strategi pemeriksaan pajak berpengaruh signifikan dalam kepatuhan formal wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Kota Bandung. Terdapat hubungan antara strategi pemeriksaan pajak dengan kepatuhan formal wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Kota Bandung yaitu sebasar 56,1%.
iv
ABSTRACT
ANALYSIS OF TAX AUDIT STRATEGY ON FORMAL TAXPAYER COMPLIANCE AT BANDUNG SMALL TAXPAYERS SERVICES OFFICE
Strategy is a comprehensive plan to achieve organizational goals. Audit is a series of activities to collect and process data, information, resources / evidence conducted objectively and professionally based on a standard examination to test compliance with the fulfillment of tax obligations and / or for other purposes in order to carry out the provisions law and taxation. While tax compliance is the act of the taxpayer in compliance with taxation obligations in accordance with the provisions of legislation and regulatory implementation of tax regulations in a State purpose of this study to determine the effect of the strategy of formal compliance checks on taxpayers in the at Bandung small taxpayers services office.
The method used in this research is descriptive method and verification. Descriptive methods are used to know the description of variables tax audit strategy and variable formal taxpayer compliance taxpayers, while verification to determine the relationship between strategy and adherence to formal examination of taxpayers. To determine the effect of a formal strategy for compliance checks of taxpayers use the test statistic. The test statistic used is the calculation of Person Product Moment correlation, coefficient of determination, hypothesis test using the software SPSS 14.0 for windows.
The results of this study indicate that the tax audit strategy have a significantly effect in the formal taxpayer compliance at Bandung small taxpayers office. There is a relationship between the tax audit strategy with formal taxpayer compliance at Bandung small taxpayers office that is equal to 56.1%.
vi
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, serta senantiasa memberikan kesehatan,
kemampuan, dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.
Skripsi ini di maksudkan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam
menempuh program studi Strata 1 pada program studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi di Universitas Komputer Indonesia Bandung (UNIKOM). Dimana judul
yang diambil yaitu: “ANALISIS STRATEGI PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN FORMAL WAJIB PAJAK (Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Kota Bandung) ”. Penulis tidak bisa memungkiri bahwa dalam menyusun Skripsi ini, penulis menemukan hambatan dan kesulitan,
namun berkat bimbingan ibu Ely Suhayati, SE., M.Si., Ak. Selaku Dosen
pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu guna membimbing,
mengarahkan, dan memberikan petunjuk yang sangat berharga demi selesainya
penyusunan skripsi ini, akhirnya dengan doa, semangat penulis mampu
melewatinya.
Dalam kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih kepada
Bapak/Ibu:
1. Dr. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer
Indonesia.
2. Prof. Dr. Umi Narimawati, DRA., S.E.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi
vii
5. Siti Kurnia Rahayu, S.E., M.Ak., Ak selaku penguji sidang.
6. Ony Widilestariningtyas SE., M.Si. selaku penguji sidang
7. Kedua orang tuaku yang selalu memberikan doa dengan penuh kasih sayang,
keikhlasan dan kesabaran serta pengorbanan yang tiada henti mendorong dan
selalu memberi semangat penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Adik – adikku Rivaldy Aditya Yudiansyah, Sisi Lilia Dewi Panggarila Yudiansyah yang telah memberikan doa, dorongan, semangat untuk
menyelesaikan skr ipsi ini.
9. Seluruh keluarga besar-ku terimakasih atas dukungan dan doanya serta kasih
sayang yang begitu tulus kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini.
10. Seluruh Staff Dosen Pengajar UNIKOM yang telah membekali penulis
dengan pengetahuan.
11. Lukman Effendi selaku Kepala Kantor Bagian Umum Wilayah DJP Jawa
Barat I yang telah memberikan ijin penelitian di KPP Wilayah Kota Bandung.
12. Seluruh kepala Sub Bagian Umum di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Wilayah Kota Bandung.
13. Seluruh Staff Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Kota Bandung yang
telah bersedia menyediakan waktu dan tempat kepada penulis untuk
viii
Aditya sunarya, dan yang lainnya terima kasih atas dukungan dan
bantuannya. Semua teman-teman kelas AK-1 (2007) yang tidak penulis
sebutkan.
16. Seluruh pihak-pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena
keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dalam penulisan ke depannya. Akhir kata, penulis berharap agar
skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Bandung, Agustus 2011
Penulis
Refli Akbar Yudiansyah
1
1.1 Latar Belakang
1.2 Latar Belakang Penelitian
Saat ini pajak merupakan sumber utama penerimaan dalam Negeri
Indonesia. Sebagian besar sumber penerimaan Negara yang tertuang dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berasal dari pajak dan sekitar
73,7% dari total penerimaan negara bersumber dari penerimaan pajak
(www.fiskaldepkeu.go.id). Mengingat begitu pentingnya peranan pajak, maka pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan berbagai
upaya untuk memaksimalkan penerimaan pajak. Salah satu upaya yang dilakukan
adalah melalui reformasi peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan
dengan diberlakukannya self assesment system. (www.fiskaldepkeu.go.id)
Beberapa tahun belakangan ini Negara kita sedang gencar-gencarnya
melakukan suatu trobosan terutama dalam bidang perpajakan yang dirangkum
dalam modernisasi perpajakan. Hal ini sebagai upaya dari Direktorat Jenderal
Pajak yaitu dengan salah satu misinya adalah menghimpun penerimaan pajak,
karena pajak merupakan sumber utama untuk pembiayaan penyelenggaraan
pemerintahan suatu Negara. Dengan pajak suatu Negara dapat melaksanakan
pembangunan disegala sektor, dan juga dapat meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran dari seluruh lapisan masyarakat. Untuk melaksanakan pembangunan
tersebut Negara sangat bergantung kepada dana, baik dana dari dalam maupun
sumber penerimaan Negara yang paling besar di bandingkan dengan penerimaan
Negara selain pajak, sedangkan penerimaan Negara dari luar negeri diperoleh dari
pinjaman luar negeri, bantuan atau hibah maupun biaya ekspor impor.
Mochamad Tjiptardjo juga mengungkapkan, bahwa realisasi penerimaan
pajak negara dari sektor PPh nonmigas selama 3 tahun terakhir tidak tercapai
sesuai dengan RAPBN-P, yaitu untuk tahun 2006 hanya Rp166 triliun sedangkan
yang ditetapkan dalam RAPBN-P sebesar Rp175 triliun. Pada tahun 2007 realisasi
PPh nonmigas hanya Rp194 triliun padahal target APBN-P ditetapkan sebesar
Rp214 triliun. Pada tahun 2008 target APBN-P Rp251 tapi realisasinya Rp 250
triliun. Hal tersebut yang menyebabkan tax ratio Indonesia saat ini masih rendah
yaitu antara 12%-13%. (Mochamad Tjiptardjo, 4 Januari 2010).
Dengan adanya fenomena penurunan tingkat penerimaan pajak pada tahun
2009 dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan tax ratio Indonesia yang masih
rendah, maka ini akan menjadi tugas mulia bagi Direktorat Jenderal Pajak sebagai
salah satu instansi pemerintahan yang secara struktural berada di bawah
Departemen Keuangan, dengan visi menjadi model pelayanan masyarakat yang
menyelenggarakan sistem dan manajemen perpajakan kelas dunia yang dipercaya
dan dibanggakan masyarakat, dengan menetapkan salah satu misinya yaitu misi
fiskal, adalah untuk menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yaitu
untuk menunjang kemandirian pembiyaan pemerintah berdasarkan
undang-undang perpajakan dengan tingkat efektifitas dan efesiensi yang tinggi.
Direktorat Jenderal Pajak pada tahun 2002 juga telah melakukan reforamsi
perpajakan, yakni dengan berdirinya Kanwil KPP Wajib Pajak Besar (LTO/Large
Taxpayer Office) merupakan model kantor pajak yang ideal, dan keberadaan
kantor pajak tersebut dibutuhkan dengan alasan-alasan sebagai berikut:
a. Untuk merespon semangat good governance dimana institusi
pemerintah sebagai pelayanan publik dituntut untuk memberikan
pelayanan publik yang profesional dengan berbasis kepada
transparansi dan akuntabilitas. Hal ini bermaksud untuk memberantas
praktek korupsi.
b. Untuk mengimplementasikan knowing yout tax player blue print
Dirjen Pajak tahun 2002. Kebijakan Direktorat Jenderal Pajak yang
dicantumkan dalam cetak biru (Blue Print) tersebut diantaranya
terdapat strategi sebagai berikut:
1. Reformasi moral, etika dan integritas.
2. Reformasi kebijakan perpajakan.
3. Reformasi pelayanan terhadap wajib pajak.
4. Reformasi pengawasan atas pemenuhan kewajiban perpajakan
Wajib Pajak.
c. Untuk menciptakan citra dan kesan yang baik mengenai Dirjen Pajak
melalui pemberian pelayanan yang profesional sekaligus mengawasi
kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya
d. Untuk mempersiapkan pelayanan kantor pajak otomasi yang
memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak dan juga melakukan
administrasi perpajakan berbasis teknologi informasi, di antaranya
pelayanan dengan konsep one stop service, yaitu pelayanan yang
dilaksanakan oleh petugas account representative, dan pemanfaatan IT
dalam layanan e-filling, adalah suatu cara penyampaian surat
pemberitahuan yang dilakukan melalui sistem on-line dan real time,
e-SPT adalah aplikasi (software) yang dibuat oleh Direktorat Jenderal
Pajak untuk digunakan oleh Wajib Pajak untuk kemudahan dalam
penyampaian SPT, e-registration adalah sistem aplikasi bagi sebagian
dari sistem informasi perpajakan di lingkungan kantor Direktorat
Jenderal Pajak dengan berbasis perangkat keras dan perangakat lunak
yang dihubungkan oleh perangakat komunikasi data yang digunakan
untuk mengelola proses pendaftaran Wajib Pajak, dan pembentukan
call center untuk pelayanan informasi dan pengaduan.
(Amirudin Maruf, 2 Desember 2009).
Pemeriksaan pajak selain untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak, dapat
meningkatkan penerimaan pajak dan mencegah rasa ketidakadilan dalam
perlakuan perpajakan diantara sesama Wajib Pajak. Usaha melambagakan
pemeriksaan sebagai salah satu alat pengawasan terhadap Wajib Pajak terus
dikembangkan, dengan prinsip bahwa setiap Wajib Pajak tanpa kecuali terbuka
pemeriksaan tetap digunakan dengan harapan dapat memberikan pengaruh positif
kepada Wajib Pajak lainnya.
Berdasarkan hal tersebut, bahwa pemeriksaan pajak merupakan bagian vital
dari fungsi pengawasan dalam self assesment system. Tujuan pemeriksaan adalah
menguji kebenaran pajak terutang yang dilaporkan Wajib Pajak berdasarkan data,
informasi dan bukti pendukung. Dalam meningkatkan kepatuhan sukarela dari
Wajib Pajak diperlukan keadilan dan keterbukaan dalam menerapkan ketentuan
perpajakan, kesederhanaan ketentuan perpajakan, dan prosedur perpajakan dengan
pelayanan prima terhadap Wajib Pajak yang melaksanakan kewajiban perpajakan,
disamping pengawasan dan penegakan hukum. (Salip dan Tendy:2006)
Pemeriksaan pajak sampai saat ini masih dipandang sebagai sosok yang
menakutkan dan terkesan angker bagi Wajib Pajak. Hal ini bisa terjadi karena
masih adanya pemeriksa yang berpilaku menakutkan sehingga image pemeriksaan
sebagai hantu pemeriksaan sulit untuk dihilangkan. Dalam praktik perpajakan
yang sehat seharusnya pemeriksaan tidak lagi dipandang sebagai hal yang
menakutkan, hal ini dapat dibangun melalui meningkatkan profesionalisme
petugas pemeriksa pajak melalui pendidikan pemeriksaan pajak, meningkatkan
penanaman moral dan etika bagi pemeriksa dan melakukan sosialisasi secara yang
diharapkan dapat terjangkau oleh seluruh Wajib Pajak. (Nur Hidayat:2002)
Selain itu, menurut pemeriksa pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di
wilayah Kota Bandung mereka menemukan kendala dalam pelaksanaan
wajib pajak yang akan diperiksa guna mendukung lancarnya pemeriksaan.
(Ainun: 2011)
Begitu juga fenomena yang terjadi di KPP Pratama Bandung tegallega, sampai
saat ini dalam peroses penyampaian SPT tahunan orang pribadi banyak Wajib
Pajak yang sering menunda untuk menyampaikan kewajiban perpajakannya.
Biasanya Wajib Pajak baru memberikan atau menyempaikan SPT jika Wajib
Pajak sudah mendapat surat teguran. Hal ini memperlihatkan atau
mengindikasikan bahwa kesadara Wajib Pajak masih sangat rendah.
(Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung 2011)
Wajib Pajak masih memadang pegawai pajak itu koruptor padahal cuma satu
fiskus/pegawai pajak yang melakukan kejahatan ”mafia pajak gayus tambunan”
tetapi imbasnya langsung secara nasional yang di rasakan oleh kantor pusat DJP
yang langsung turunya jumlah Wajib Pajak di setiap Kantor Wilayah, Kantor
Pelayanan Pajak Pratama di seluruh Indonesia.
(Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung 2011)
Wajib Pajak masih mengulur ulur waktu untuk membayar pajak padahal DJP
sudah meringankan ketidak sadaran wajib pajak untuk mengajukan surat
permohonan perpajangan penyampainan SPT massanya. Hal ini yang
meyebabkan seringnya wajib pajak terkena sanksi dengan berupa kenaikan jumlah
pajak nya tanpa sepengetahuan wajib pajak
Dari uraian tersebut diatas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang pengaruh
dari adanya strategi pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan formal wajib pajak,
dan akan melakukan penelitian dengan judul ANALISIS STRATEGI
PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN FORMAL WAJIB
PAJAK .
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan beberapa hal yang telah diuraikan, maka penulis
mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Masih banyaknya wajib pajak yang masih belum mau di periksa
jumlah pajaknya.
2. Masih belum efektifnya pemeriksaan pajak untuk wajib pajak
sehingga wajib pajak masih mengangap remeh masalah perpajakn
yang ada di indonesia.
3. Masih banyaknya wajib pajak yang belum patuh untuk membayar
kewajiban perpajakanya.
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan beberapa hal yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Strategi Pemeriksaan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak
2. Bagaimana Kepatuhan Formal Wajib Pajak di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama di Kota Bandung.
3. Seberapa besar pengaruh Strategi Pemeriksaan Pajak terhadap
Kepatuhan Formal Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
di Kota Bandung.
1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.4.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Strategi
Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama di Kota Bandung.
1.4.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui Bagaimana Strategi Pemeriksaan Pajak di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama di Kota Bandung.
2. Untuk mengetahui Kepatuhan Formal Wajib Pajak di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama di Kota Bandung.
3. Seberapa besar pengaruh Strategi Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan
1.5 Kegunaan Penelitian
1.5.1 Kegunaan Akademis
1. Bagi peneliti
Peneliti mengharapkan hasil penelitian dapat bermanfaat dan selain itu
untuk menambah pengetahuan, juga memperoleh gambaran langsung
bagaimana Analisis Strategi Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan
Formal Wajib Pajak.
2. Bagi instansi
Dengan penelitian ini dapat memberikan pandangan bagi instansi
tentang Analisis Strategi Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Formal
Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Kota Bandung.
3. Bagi pihak lain
Dapat dijadikan sebagai bahan tambahan pertimbangan dan pemikiran
dalam penelitian lebih lanjut dalam bidang yang sama, yaitu Analisis
Strategi Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Kota Bandung.
1.5.2 Kegunaan Praktis
Sebagai tambahan informasi mengenai yaitu Analisis Strategi
Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak di Kantor
1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian
1.6.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dan pengumpulan data dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama di Wilayah Kota Bndung.
1.6.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai bulan April sampai Juli 2011.
Tabel 1.1
1. Bimbingan dengan dosen pembimbing
2. Membuat outline dan proposal skripsi
3. Mengambil formulir penyusunan skripsi
4. Menentukan tempat penelitian
II
Tahap Pelaksanaan:
1. Mengajukan outline dan proposal skripsi
2. Meminta surat pengantar ke perusahaan
3. Penelitian di perusahaan
4. Penyusunan skripsi
III
Tahap Pelaporan:
1. Menyiapkan draft skripsi
3. Penyempurnaan laporan skripsi
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
Dalam melakukan suatu penelitian kita perlu memaparkan tentang apa yang
kita teliti hal tersebut dapat memudahkan dan menjelaskan lebih rinci tentang variabel
yang akan kita teliti.
2.1.1 Pajak
Untuk membiayai semua kepentingan negara yang nantinya akan menjadi
kepentingan umum juga, dibutuhkan suatu peran serta yang cukup aktif dari
masyarakat untuk memberikan iuran kepada negara dalam bentuk pajak. Pajak ini
nantinya akan digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi
masyarakat.
2.1.1.1 Pengertian Pajak
Sebelum membahas secara mendalam tentang pemeriksaan pajak, akan
diuraikan dahulu mengenai pengertian pajak. Ada beberapa pengertian yang dijadikan
acuan, tetapi dalam hal ini penulis hanya mengambil beberapa pengertian yang cukup
Definisi pajak dalam buku Siti Kurnia Rahayu yang dikemukakan oleh para
ahli adalah:
Menurut P. J. A. Adriani menjelaskan bahwa:
“Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan – peraturan umum undang – undang dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran – pengeluaran
umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan”.
(2003.65) Menurut Rochmat Soemitro S.H dalam Dasar – dasar Hukum Pajak dan Pajak
Pendapatan menjelaskan bahwa:
“Pajak adalah iuran rakyat kepada k
–
ditunjukan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum”.
(1991.85) Sedangkan menurut Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., & Brock
Horace R, menjelaskan bahwa:
“Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah,
bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas – tugasnya untuk
menjalankan pemerintahan”.
Dari ketiga definisi tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan tentang ciri – ciri atau
unsur pokok yang terdapat pada pengertian pajak, yaitu.
1. Pajak dipungut berdasarkan undang – undang
Merupakan hal yang sangat mendasar, dalam pemungutan pajak harus didasarkan
pada peraturan perundang – undangan. Asas ini sesuai dengan perubahan ketiga
UUD 1945 pasal 23A yang menyatakan "pajak dan pungutan lain yang bersifat
memaksa untuk keperluan negara diatur dalam undang-undang."
2. Tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi perseorangan) yang dapat
ditunjukkan secara langsung.
Wajib pajak tidak mendapatkan imbalan secara langsung dengan apa yang telah
dibayarkan pada pemerintah. Pemerintah tidak memberikan nilai atau penghargaan
atau keuntungan kepada wajib pajak secara langsung. Apa yang telah dibayarkan
oleh wajib pajak kepada pemerintah digunakan untuk keperluan umum
pemerintah. Wajib pajak hanya dapat merasakan secara tidak langsung bentuk –
bentuk kontraprestasi dari pemerintah. Seperti melihat banyak dibangunnya
fasilitas umum dan prasarana yang dibiayai dari APBN atau APBD. Merasakan
keamanan dan stabilitas negara karena aparatur negara maupun prasarana dan
3. Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum pemerintah.
Pemerintah dalam menjalankan fungsinya, seperti melaksanakan ketertiban,
mengusahakan kesejahteraan, melaksanakan fungsi pertahanan, dan fungsi
penegakan keadilan, membutuhkan dana untuk pembiayaanya. Dana yang
diperoleh dalam bentuk pajak digunakan untuk memenuhi biaya atas fungsi –
fungsi yang harus dilakukan pemerintah tersebut.
4. Pemungutan pajak dapat dipaksakan.
Pajak dapat dipaksakan apabila wajib pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan
dan dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan perundag – undangan.
5. Berfungsi sebagai budgeter dan regulerend
pendapatan negara, yang digunakan untuk keperluan pembiayaan umum
pemerintah baik rutin maupun untuk pembangunan. Fungsi regulerend adalah
pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau alat untuk melaksanakan
kebijakan yang ditetapkan negara dalam bidang ekonomi sosial untuk mencapai
2.1.1.2 Fungsi Pajak
Fungsi pajak adalah kegunaan pokok, manfaat pokok pajak. Sebagai alat
untuk menentukan politik perekonomian, pajak memiliki kegunaan dan manfaat
pokok dalam meningkatkan kesejahteraan umum.
Pada umumnya dikenal 2 macam fungsi pajak yaitu:
1. Fungsi Budgetair
Fungsi budgetair ini merupakan fungsi utama pajak, atau fungsi fiskal (fiscal
funcition), yaitu pajak dipergunakan sebagai alat untuk memasukan dana secara
optimal ke kas negara yang dilakukan sistem pemungutan berdasarkan undang –
undang perpajakan yang berlaku.
2. Fungsi Regulerend
Fungsi regulerend disebut juga fungsi mengatur, yaitu pajak merupakan alat
kebijakan pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu. Fungsi regulerend juga
disebut fungsi tambahan, karena fungsi regulerend hanya sebagai tambahan atas
2.1.2 Pengertian Strategi
Menurut Griffin, dalam Ernie Tisnawati tentang Strategi menjelaskan bahwa:
“Strategi adalah sebagai rencana komprehensif untuk mencapai tujuan
organisasi. (Strategy is a comprehensive plan for accomplishing an
organization’s goals).”
(2008.130)
2.1.3 Pengertian Pemeriksaan Pajak
Salah satu upaya pencegahan tax evasion adalah dengan menggunakan cara
pemeriksaan pajak (Tax Audit). Tax Audit yang dilakukan secara profesional oleh
aparat pajak dalam kerangka self assessment system merupakan bentuk penegakan
hukum perpajakan. Pemeriksaan pajak merupakan hal pengawasan pelaksanaan
sistem self assessment yang dilakukan oleh wajib pajak, harus berpegangan teguh
pada Undang-undang perpajakan.
Pemeriksaan pajak merupakan salah satu dari pilar-pilar penegakan hukum
pajak. Pemeriksaan pajak adalah salah satu upaya dalam pencegahan tax evasion dan
merupakan hal pengawasan pelaksanaan sistem self assessment yang dilakukan oleh
Mardiasmo menjelaskan tentang Pemeriksaan Pajak menjelaskan bahwa:
“Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari,mengumpulkan,
mengelola data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang –undangan perpajakan”.
(2009:50) Sedangkan definisi pemeriksaan dijelaskan pada Peraturan Menteri Keuangan
tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak Pasal 1 ayat (2) yang berbunyi:
“Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data,
keterangan, daya/bukti yang dilaksanakan secara obyektif dan professional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”
Dari kedua definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan pajak
adalah serangkaian kegiatan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Tujuan pemeriksaan pajak sebagaimana dimaksudkan dalam Keputusan
Menteri Keuangan No. 199/KMK.03/2007 adalah untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka memberikan kepastian hukum,
keadilan dan pembinaan kepada Wajib Pajak dan tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan Perundang-undangan Perpajakan.
Pemeriksaan akan berjalan lancar apabila didukung oleh faktor-faktor yang
1. Teknologi informasi (Information Technology)
Kemajuan teknologi informasi telah luas dimanfaatkan oleh Wajib Pajak. Seiring
dengan perkembangan tersebut maka pemeriksa harus juga memanfaatkan
perangkat teknologi informasi dengan sebutan Computer Assisted Audit Technique
(CAAT).
2. Jumlah sumber daya manusia (The number of human resources)
Jumlah sumber daya manusia harus sebanding dengan beban kerja pemeriksaan.
Jika jumlah tidak dapat memadai karena pengadaan sumber daya manusia melalui
kualifikasi dan prosedur recruitment terbatas, maka untuk mengatasi jumlah
pemeriksa yang terbatas adalah dengan meningkatkan kualitas pemeriksa dan
melengkapinya dengan teknologi informasi di dalam pelaksanaan pemeriksaan.
3. Kualitas sumber daya (The quality of human resources)
Kualitas sumber daya manusia sangat dipengaruhi oleh pengalaman, latar
belakang, dan pendidikan. Dan kualitas pemeriksa akan mempengaruhi
pelaksanaan pemeriksaan. Solusi agar kesenjangan kualitas pemeriksa teratasi
adalah dengan melalui pendidikan dan pelatihan secara berkesinambungan dan
4. Sarana dan prasarana pemeriksaan (Audit facilities)
Sarana prasarana pemeriksaan seperti computer Sangay diperluka. Audit
Command Language (ACL), contohnya Sangay membantu pemeriksa di dalam
mengolah data untuk tujuan analisa dan penghitungan pajak.
Pemeriksaan juga tidak akan berjalan dengan baik apabila terdapat
kendala-kendala yang di hadapi dalam pemeriksaan. Kendala-kendala-kendala tersebut antara lain:
1. Psikologis
Persepsi wajib pajak tentang pemeriksaan pajak dan persepsi pemeriksa pajak
mengenai kepatuhan wajib pajak. Persepsi yang terbentuk pada wajib pajak
maupun pemeriksa pajak sangat tergantung pada penguasaan informasi. Apabila
timbul ketimpagan informasi, maka timbul masalah psikologis antara kedua belah
pihak. Wajib pajak timbul penolakan, pemeriksa pajak timbul kecurigaan.
2. Komunikasi
Terdiri dari komitmen wajib pajak untuk membantu kelancaran pemeriksaan pajak
dan frekuensi pembahasan sementara temuan hasil pemeriksaan. Komitmen wajib
pakal timbul apabila wajib pajak memahami tujuan pemeriksaan dan apa yang
menjadi hak dan kewajibannya, serta hak dan kewajiban pemeriksa. Selain itu
temuan sementara pemeriksaan pajak hendaknya disampaikan lebih dini untuk
catatan atau dokumen tambahan yang mendukung penjelasan-penjelasannya.
Apabila komunikasi tidak kondusif maka hal ini dapat menghambat jalannya
pemeriksaan pajak.
3. Teknis
Terdiri dari ukuran perusahaan, pemenfaatan teknologi informasi, kepemilikan
modal, cakupn transaksi. Semakin kompleks variable teknis akan berdampak
terhadap pelaksanaan pemeriksaan pajak.
4. Regulasi
Terdiri dari kelengkapan ketentuan yang berlaku yang mengatur perlakuan atas
setiap transaksi yang timbul dan sejauh mana jangkauan hak pemajakan
undang-undang domestik atas transaksi internasional.
2.1.3.1Mengumpulkan dan mempelajari Berkas Wajib Pajak (Data Internal dan
Eksternal)
Kegiatan mengumpulkan berkas WP dan berkas data dimulai dengan
meminjam berkas dari seksi terkait dan memanfaatkan data internal yang
terdapat didalam sistem administrasi kantor pajak yang bersangkutan. Pada
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang telah menjalankan sistem administrasi
dapat dilihat pada system informasi yang terhubung dengan seluruh komputer
pegawai di KPP yang bersangkutan.
1. Sistem Informasi Administrasi
2. Data Tunggakan Wajib Pajak
3. Laporan Hasil Pemeriksaan terdahulu serta Kertas Kerja Pemeriksaannya
4. Riwayat Keberatan/Banding/Peninjauan Kembali
Selain data internal, pemeriksa dapat mengumpulkan informasi dari
sumber-sumber data eksternal antara lain:
1. Media massa (media cetak dan elektronik)
2. Internet
3. Bursa
2.1.3.2 Identifikasi Wajib Pajak (Tax Payer Profile)
Seluruh data dan informasi yang didapat baik itu dari internal maupun
eksternal dirangkum dalam bentuk Tax Payer Profile (profil Wajib Pajak). Profil
Wajib Pajak meliputi: Nama Wajib Pajak, Nomor Pokok Wajib Pajak, Alamat
Wajib Pajak, Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Tanggal Pengukuhan
PKP, Kode Lapangan Usaha (KLU), Jenis Usaha, Merk Dagang, Contact Person,
Pemegang Saham, Hubungan Istimewa, Pengurus (Direksi dan komisaris) dan
2.1.3.3 Analisis Kuantitatif dan Kualitatif
Untuk data-data berupa laporan keuangan wajib pajak dilakukan analisis
kuantitatif untuk menentukan hal-hal yang harus diperhatikan pada waktu
melakukan pemeriksaan serta untuk menentukan beberapa perkiraan buku besar
yang diprioritaskan dan/atau akan dikembangkan pemeriksaannya.
2.1.3.4 Mengidentifikasi masalah dan Menentukan cakupan (ruang lingkup)
pemeriksaan
Setelah dilakukan analisis data baik kuantitatif maupun kualitatif Pemeriksa
akan mengetahui pos-pos apa saja yang memerlukan perhatian khusus dan
masalah-masalah apa saja yang mungkin ada pada Wajib Pajak.
Atas alternatif-alternatif permasalahan tersebut Pemeriksa harus dapat
mengidentifikasi penyebab paling mungkin atas terjadinya masalah tersebut serta
menentukan pos-pos atau rekening apa saja yang berkaitan dengan masalah yang
ada. Pos-pos atau rekening inilah yang nantinya akan dilakukan pendalaman
lebih jauh. Identifikasi masalah dan cakupan pemeriksaan yang telah ditentukan
akan digunakan sebagai bahan untuk membuat program pemeriksaan.
2.1.3.5 Menyusun program pemeriksaan dan menentukan buku-buku dan
Program pemeriksaan adalah suatu daftar langkah-langkah pemeriksaan atau
pengujian yang dilakukan terhadap objek yang diperiksa. Program pemeriksaan
disusun berdasarkan cakupan pemeriksaan dan hasil penelaahan yang diperoleh
pada tahap-tahap persiapan pemeriksaan sebelumnya. Program pemeriksaan
harus merujuk kepada identifikasi permasalahan serta cakupan (ruang lingkup)
yang telah ditentukan. Hal ini perlu dilakukan agar arah pemeriksaan tidak terlalu
melebar sehingga tidak fokus.
Program pemeriksaan meliputi prosedur-prosedur yang perlu dilaksanakan
oleh pemeriksa dalam melakukan pemeriksaan. Berdasarkan program
pemeriksaan dapat diidentifikasi buku-buku atau catatan yang akan dipinjam
kepada Wajib Pajak.
2.1.3.6 Menyediakan sarana dan prasarana pemeriksaan
Agar pelaksanaan pemeriksaan dapat berjalan dengan lancar, maka sebelum
melakukan pemeriksaan perlu dipersiapkan sarana-sarana.
2.1.3.7 Pemeriksaan di Tempat Wajib Pajak
Pemeriksaan di tempat Wajib Pajak dapat didefinisikan sebagai serangkaian
kegiatan yang dilakukan Pemeriksa di tempat/lokasi Wajib Pajak untuk mencari,
mengumpulkan, mengolah data dan atau keterangan lainnya guna mengetahui
dan mendapatkan fakta-fakta yang berkaitan dengan kegiatan usaha Wajib Pajak,
kebenaran atau keberadaan fisik aktiva tetap yang dilaporkan dan
kepemilikannya dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
2.1.3.8 Melakukan Penilaian Atas Sistem Pengendalian Intern (SPI)
Sistem ini terdiri dari kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur yang
dirancang untuk memberikan manajemen keyakinan memadai bahwa tujuan dan
sasaran satuan usaha dapai dicapai. Kebijakan dan prosedur ini seringkali disebut
pengendalian, dan secara bersama-sama membentuk struktur pengendalian intern
suatu bentuk usaha.
Untuk mengetahui lemah/kuatnya Sistem Pengendalian Intern (SPI) sebagai
dasar untuk menentuka luasnya cakupan pemeriksaan dan dalamnya
pengujian-pengujian yang akan/harus dilakukan.
2.1.3.9 Menyesuaikan Cakupan dan Program Pemeriksaan
Agar pemeriksaan lebih terarah kepada permasalahan yang factual sehingga
dapat mencapai hasil yang optimal. Setelah kita melakukan penilaian SPI maka
akan terlihat kearah mana sebaiknya program pemeriksaan dilakukan. Proram
pemeriksaan yang telah dibuat sebelumnya akan dimutakhirkan seirama dengan
2.1.3.10 Melakukan Pemeriksaan Buku, Catatan, dan Dokumen
Pemeriksaan buku, catatan, dan dokumen merupakan jantung dari tahap
pelaksaan pemeriksaan. Seluruh rangkaian persiapan pemeriksaan sampai dengan
langkah penilaian SPI tidak akan berarti apa-apa jika tidak disertai dengan
langkah pemeriksaan buku-buku, catatan dan dokumen Wajib Pajak. Temuan
atau koreksi bukanlah suatu sulap yang bias hadir begitu saja hanya dengan
menjentikan jari.
Langkah pemeriksaan buku, catatan dan dokumen dilakukan dengan
berpedoman pada program pemeriksaan yang telah disusun dan dimutakhirkan.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan suatu teknik dan metode-metode
tertentu.
2.1.3.11 Melakukan Konfirmasi Kepada Pihak Ketiga
Menegaskan kebenaran dan kelengkapan data atau informasi dari Wajib Pajak
dengan bukti –bukti yang diperoleh dari pihak ketiga.
2.1.3.12 Memberitahukan Hasil Pemeriksaan Kepada Wajib Pajak
1. Memberitahukan secara tertulis koreksi fiskal dan perhitungan pajak terutang kepada Wajib Pajak.
3. Memberikan kesempatan kepada Wajib Pajak untuk menyampaikan pendapat, sanggahan, persetujuan atau meminta penjelasan lebih lanjut mengenai temuan dan koreksi fiskal yang telah dilakukan.
2.1.3.13 Melakukan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan
Tujuan melakukan pembahasan akhir hasil pemeriksaan adalah sebagai upaya
memperoleh pendapat yang sama dengan Wajib Pajak atas temuan pemeriksaan
dan koreksi fiscal terhadap seluruh jenis pajak yang diperiksa. Hasil pembahasan
tersebut dituangkan dalam Berita Acara Hasil Pemeriksaan yang harus
ditandatangai oleh Wajib Pajak dan pemeriksa disertai lampiran yang
menyebutkan jumlah koreksi dan jumlah pajak terutang yang disetujui oleh
Wajib Pajak dan Pemeriksa.
2.2.1 Kepatuhan Formal Wajib Pajak
2.2.1.1 Pengertian Kepatuhan Formal Wajib Pajak
Kepatuhan Wajib Pajak dikemukakan oleh Norman D. Nowak dalam Siti
Kurnia Rahayu menjelaskan bahwa:
“Suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan,
tercermin dalam situasi di mana:
1.Wajib Pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,
2. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas, 3. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar, 4. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.”
Menurut Chaizi Nasucha, dalam Siti Kurnia Rahayu mengatakan bahwa
kepatuhan Wajib Pajak dapat diidentifikasikan dari:
“Kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri, kepatuhan untuk
melaporkan kembali surat pemberitahuan, kepatuhan dalam perhitungan dan
pembayaran pajak terutang, dan kepatuhan dalam pembayaran tunggakan”
(2010:138) Sedangkan menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 544/KMK.04/2000
yang dikutip oleh Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu, menjelaskan bahwa:
“Kepatuhan perpajakan adalah tindakan Wajib Pajak dalam pemenuhan
kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentun peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam suatu
Negara.”
(2006:112) Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa wajib pajak yang patuh
adalah wajib pajak yang sadar akan pajak, paham atas hak dan kewajiban
perpajakannya, dan diharapkan peduli pajak yaitu melaksanakan kewajiban
perpajakan dengan benar serta tepat waktu dalam melaporkan kembali Surat
Pemberitahuan (SPT).
Pengertian Wajib Pajak Menurut Siti Resmi dalam Ketentuan Umum dan Tata
“Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak dan
pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.”
(2008:21) Dari pengertian diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa kepatuhan
merupakan suatu tindakan patuh dan sadar terhadap ketertiban pembayaran dan
pelaporan kewajiban perpajakan masa dan tahunan dari wajib pajak yang berbentuk
sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan usaha sesuai dengan ketentuan
perpajakan yang berlaku.
2.2.1.2 Menyampaikan SPT Tahunan PPh Tepat Waktu
Menurut Siti Kurnia Rahayu Wajib Pajak telah menjalankan kewajibannya
dalam menyampaikan SPT Tahunan tepat waktu jika:
“Misalnya ketentuan batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak
Penghasilan (SPT PPh) Tahunan tanggal 31 Maret. Apabila Wajib Pajak telah melaporkan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan (SPT PPh) Tahunan
sebelum tanggal 31 Maret maka Wajib Pajak telah memenuhi kewajibannya.”
(2010: 138) Jadi sesuai dengan ketetapan perundangan perpajakan yang berlaku bahwa
Wajib Pajak yang menyampaikan SPT Tahunan PPh dalam kurung waktu yang
ditetapkan yaitu sebelum tanggal 31 Maret maka wajib pajak tersebut dikategorikan
2.2.1.3 Menyampaikan SPT Tahunan PPh Terlambat/ Lewat Waktu
(Permohonan Perpanjangan Penyampaian SPT)
Terdapat banyak kasus dimana Wajib Pajak tidak menyampaikan kembali
SPT pada waktunya dikarenakan ketidaklengkapan persyaratan berupa laporan
keuangan dari WP Badan tersebut.
Menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati menjelaskan bahwa:
“Pasal 3 ayat 4 dan 5 UU KUP menyatakan bahwa WP dapat mengajukan permohonan perpanjangan untuk waktu penyampaian SPT tahunan. Dengan cara mengisi formulir yang tersedia di kantor pelayanan pajak, masing-masing rangkap dua. Dalam permohonan secara tertulis itu diajukan sebelum tanggal 25 sebelum batas akhir penyampaian SPT Tahunan”.
(2009:46)
2.2.1.4 Menyampaikan SPT Tahunan PPh Pembetulan
Menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati menjelaskan bahwa:
“Terhadap kekeliruan dalam pengisian SPT yang dibuat oleh Wajib Pajak
masih terbuka baginya hak untuk melakukan pembetulan atas kemauan sendiri dalam jangka waktu 2 tahun sesudah berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak dengan syarat Dirjen Pajak belum melakukan pemeriksaan. Dalam hal pembetulan SPT tersebut diatas menyatakan rugi atau lebih bayar”.
(2009:46) Dengan fasilitas tersebut diatas, Wajib Pajak dapat tetap melakukan
kewajibannya walaupun dengan keterlambatan waktu, namun dapat dikategorikan
2.3. Hubungan Pemeriksaan Pajak Terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak
Pemeriksaan pajak adalah suatu keniscayaan yang harus diterima oleh Wajib
Pajak sebagai penyeimbang dari pelaksanaan sistem perpajakan yang menganut self
assesment. Tujuan utama yang ingin dicapai dari pemeriksaan pajak adalah untuk
menguji kepatuhan Wajib Pajak. Adapun konsep penghubung Pemeriksaan Pajak
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
Menurut Gunadi menjelaskan bahwa:
“Tax compliance merupakan salah satu indikator penting dalam mengukur
kinerja administrasi perpajakan oleh institusi pemungut pajak. Salah satu
sarana dalam peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak adalah pemeriksaan pajak”.
(2005.58) Menurut Manish Gupta and Vishnuprasad Nagadevara menjelaskan bahwa:
“Penelitian ini menemukan hubungan yang positif antara pemeriksaan dan
kepatuhan sukarela. Temuan menunjukkan bahwa pengaruh pemeriksaan atas
kepatuhan sukarela akan meningkatkan pendapatan Negara.”
Sedangkan menurut Siti Kurnia Rahayu menjelaskan bahwa:
“Kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan adalah
(2010:262) Dalam ketiga penjelasan tersebut diatas, penulis menyimpulkan bahwa
pemeriksaan pajak selain bertujuan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan. Pemeriksaan pajak juga sekaligus sebagai sarana pembinaan dan
pengawasan terhadap Wajib Pajak sehingga dapat tercapai tingkat kepatuhan wajib
pajak, terutama dalam pemenuhan kepatuhan ketepatan waktu dalam penyampaian
SPT. Dengan dilakukan pemeriksaan pajak, akan diperoleh tingkat kebenaran laporan
Wajib Pajak yang dituangkan dalam SPT. Dari hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan, akan dapat diukur tingkat kepatuhan atau ketaatan Wajib Pajak dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya.
2.4 Kerangka Pemikiran
Dalam praktek pemungutan pajak di Indonesia Wajib Pajak diberi
kepercayaan untuk melaksanakan suatu sistem dimana Wajib Pajak menghitung,
memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang, sehingga
melalui sistem ini administrasi perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan dengan
lebih rapi, terkendali, sederhana, dan mudah untuk dipahami oleh anggota masyarakat
wajib pajak.
Dengan adanya kepercayaan yang sangat besar yang telah diberikan
pemerintah kepada masyarakat maka sudah selayaknya diimbangi dengan upaya
penegakan hukum dan pengawasan yang ketat atas kepatuhan wajib pajak dalam
dalam Sistem Perpajakan Indonesia sekarang ini menuntut Direktorat Jenderal Pajak
(DJP) untuk selalu melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Wajib Pajak. Hal
utama yang dilakukan dalam pengawasan adalah melalui pemeriksaan pajak yang
mana menjadi sarana untuk menguji tingkat kepatuhan Wajib Pajak yang dilakukan
oleh Pemeriksa Pajak. Penting bagi DJP untuk memiliki Pemeriksa Pajak yang hadal
dan tanggap dalam menjalankan tugasnya, dengan begitu akan memungkinkan
diperolehnya manfaat ganda apabila dikombinasikan dengan unsur-unsur
self-assessment, sehingga penerimaan pajak secara maksimal dapat tercapai. Salah satu
langkah penting yang dilakukan oleh DJP sebagai wujud nyata kepedulian pada
pentingnya kualitas pelayanan adalah memberikan pelayanan prima kepada Wajib
Pajak serta mengoptimalisasikan penerimaan negara.
Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, Wajib Pajak
menjadi patuh secara sukarela pada saat mereka sadar bahwa institusi dalam hal ini
DJP, memperlakukan mereka dengan wajar dan adil. Lebih jauh lagi, Wajib Pajak
yang diakui sebagai Wajib Pajak patuh juga ingin mengetahui bagaimana aparat pajak
menghadapi para Wajib Pajak yang tidak patuh. Dengan cara ini, peraturan yang
responsive akan dapat mewujudkan kepercayaan dan keyakinan Wajib Pajak akan
ligitimasi system perpajakan kita. Dan dengan demikian akan timbulah kepatuhan
pajak Wajib Pajak yang sukarela pula.
Berdasarkan kelima penelitian tersebut diatas yang membedakan dengan
beberapa analisa risiko untuk mengetahui tingkat risikonya apakah akan berpengaruh
tinggi, cukup tinggi atau rendah terhadap ketidakpatuhan Wajib Pajak, dan berbagai
strategi pemeriksaan pajak untuk mengikur tingkat kepatuhan Wajib Pajak, namun
pada penelitian-penelitian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pentingnya
mengukur tingkat kepatuhan Wajib Pajak untuk dapat menjadi tolak ukur bagi kinerja
DJP melalui pemeriksaan pajak dan dapat menambah pendapatan negara.
Berbagai faktor menjadi latar belakang munculnya ketidakpatuhan oleh Wajib
Pajak di Wilayah Jawa Barat. Menurut dari Organisation for Ekonomi Co-operation
and Development (2004) bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi
ketidakpatuhan Wajib Pajak terhadap kewajiban perhitungan dan penyampaian
SPTnya, yaitu faktor ekonomi dan faktor non-ekonomi. Faktor ekonomi berhubungan
secara langsung dengan beban keuangan yang akan dikeluarkan oleh Wajib Pajak
dalam penyelesaian kewajibannya. Sedangkan faktor non-ekonomi berhubungan pada
perilaku Wajib Pajak, dimana setiap individu memiliki perilaku yang berbeda sesuai
dengan latar belakang, tingkat pendidikan serta kepribadian. Pada saat memiliki
kesempatan untuk bisa menghindari kewajiban pajaknya, maka Wajib Pajak akan
mengambil peluang tersebut demi mendukung faktor ekonomi yang
melatarbelakangi.
Sedangkan menurut Widyaiswara mengelompokan bahwa ketidakpatuhan
formal Wajib pajak yaitu Wajib Pajak dengan sengaja tidak mendaftarkan diri, Wajib
benar/ tidak lengkap/ melampirkan keterangan yang tidak benar, Wajib Pajak yang
sengaja tidak bersedia meninjamkan pembukuan, catatan, atau dokumen lainnya, hal
tersebut dapat terdeteksi dengan dilakukannya pemeriksaan pajak.
Ketidakpatuhan ini telah menjadi pekerjaan rumah yang wajib diselesaikan
oleh Dirjen Pajak karena ketidakpatuhan Wajib Pajak akan berpengaruh pada
pendapatan Negara yang menjadi sumber dana pembangunan dan pemeliharaan saran
publik bagi masyarakat. Untuk itu pentingnya melihat peningkatan pengawasan dari
DJP terhadap semua Wajib Pajak salah satunya melalui pelaksanaan pemerik saan
pajak.
Menurut Siti Kurnia Rahayu menjelaskan bahwa:
“Kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kondisi sistem
administrasi perpajakan suatu negara, pelayanan pada Wajib Pajak, penegakan
hukum pajak, pemeriksaan pajak, dan tarif pajak”.
(2010:140) Dari penjelasan diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa kepatuhan
merupakan kesadaran yang timbul dalam diri Wajib Pajak untuk memenuhi
kewajiban perpajakannya dalam penyampaian Surat Pemberitahuan sesuai
undang-undang yang berlaku.
Berdasarkan uraian diatas, penulis menuangkan kerangka pemikirannya dalam
Gambar 2.1
Menyampaikan SPT Tahunan PPh Tepat waktu
* Menyampaiakan SPT Tahunan PPh Terlambat (Permohonan perpanjangan waktu)
* Menyampaikan SPT tahunan PPh Pembetulan
Hipotesis
Adanya pengaruh Strategi Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan
Formal Wajib Pajak Strategi Pemeriksa
Pajak
*Mengumpulkan dan mempelajari Berkas Wajib Pajak (Data Internal dan Eksternal)
*Identifikasi Wajib Pajak (Tax Payer Profile) Analisis Kuantitatif dan Kualitatif
*Mengidentifikasi masalah dan Menentukan cakupan (ruang lingkup)pemeriksaan
*Menyusun program pemeriksaan dan menentukan buku-buku dan dokumen yang akan dipinjam
*Menyediakan sarana dan prasarana pemeriksaan Pemeriksaan di Tempat Wajib Pajak
*Melakukan Penilaian Atas Sistem Pengendalian Intern (SPI) *Menyesuaikan Cakupan dan Program Pemeriksaan
*Melakukan Pemeriksaan Buku, Catatan, dan Dokumen *Melakukan Konfirmasi Kepada Pihak Ketiga
*Memberitahukan Hasil Pemeriksaan Kepada Wajib Pajak Melakukan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan
2.5 Hipotesis
Menurut Sugiyono menjelaskan bahwa:
“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun
dalam bentuk kalimat pertanyaan.”
(2010:93) Hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara
terhadap masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul dan harus
diuji secara empiris. Berdasarkan uraian kerangka pemikiran diatas, maka dapat
disajikan oleh penulis adalah berhipotesis bahwa “Analisis Strategi Pemeriksaan
38
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu
penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan
jawaban maupun solusi dari permasalahan yang terjadi.
Adapun pendapat Sugiyono (2010:13) menjelaskan pengertian objek
penelitian adalah sebagai berikut;
“Objek penelitian adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid dan reliable
tentang suatu hal (variabel tertentu)”.
Maka yang akan diteliti dalam penyusunan skripsi ini adalah Analisis Strategi
Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak. Penelitian ini
dilakukan oleh peneliti di Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Kota Bandung.
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya. Metode dalam penelitian ini menggunakan
metode deskriptif dan verifikatif, yaitu hasil penelitian yang kemudian diolah dan
diambil kesimpulannya. Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui
hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan
Sugiyono (2010;2) mengemukakan metode penelitian sebagai berikut:
“Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.”
Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat empat kata
kunci yang perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Cara
ilmiah didasarkan pada ciri-ciri keilmuan , data yang diperoleh terhadap informasi
tertentu, dan kegunaannya untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi
masalah.
Pengertian metode deskriptif yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010:29)
adalah sebagai berikut;
“Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan
atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk
membuat kesimpulan yang lebih luas”.
Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan rumusan masalah ke
satu dan masalah kedua. Data yang dibutuhkan adalah data yang sesuai dengan
masalah-masalah yang ada dan sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga data
tersebut akan dikumpulkan, dianalisis dan diproses lebih lanjut sesuai dengan
teori-teori yang telah dipelajari, jadi dari data tersebut akan ditarik kesimpulan.
Sedangkan menurut Masyhuri (2010:45) pengertian metode verifikatif adalah
“Metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk
menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di
tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan.”
Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan
perhitungan statistik. Penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh Variabel X
terhadap Y yang diteliti. Verifikatif berarti menguji teori dengan pengujian suatu
hipotesis apakah diterima atau ditolak.
3.2.1 Desain Penelitian
Desain Penelitian adalah rancangan penelitian yang digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi
semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian, karena langkah dalam melakukan
penelitian mengacu kepada desain penelitian yang telah dibuat.
Menurut Sugiyono (2010:13) dapat disimpulkan proses penelitian meliputi:
1. Sumber masalah 2. Rumusan masalah
3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan 4. Pengajuan hipotesis
5. Metode penelitian
6. Menyusun instrumen penelitian 7. Kesimpulan
Berdasarkan proses penelitian yang telah dijelaskan diatas, maka desain pada
1. Sumber masalah
Membuat identifikasi masalah berdasarkan latar belakang penelitian sehingga
mendapatkan judul sesuai dengan masalah yang ditemukan. Identifikasi
masalah yang diperoleh dari adanya fenomena yang terjadi, seperti Strategi
Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak.
2. Rumusan masalah
Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicari jawabannya
melalui pengumpulan data. Proses penemuan masalah merupakan tahap
penelitian yang paling sulit karena tujuan penelitian tidak dapat dilakukan
dengan baik jika masalahnya tidak dirumuskan secara jelas. Berikut rumusan
masalah:
1. Bagaimana Strategi Pemeriksaan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama di Kota Bandung.
2. Bagaimana Kepatuhan Formal Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama di Kota Bandung.
3. Seberapa besar pengaruh Strategi Pemeriksaan Pajak terhadap
Kepatuhan Formal Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama di
Kota Bandung.
3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan
Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (berhipotesis),
maka peneliti dapat membaca referensi teoritis yang relevan dengan masalah
dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan jawaban sementara terhadap
masalah penelitian (hipotesis). Telaah teoritis mempunyai tujuan untuk
menyusun kerangka teoritis yang menjadi dasar untuk menjawab masalah atau
pertanyaan penelitian yang merupakan tahap penelitian dengan menguji
terpenuhinya kriteria pengetahuan yang rasional.
4. Pengajuan hipotesis
Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan
didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara
empiris (factual) maka jawaban itu disebut hipotesis. Hipotesis yang dibuat
pada penelitian ini adalah Analisis Strategi Pemeriksaan Pajak terhadap
Kepatuhan Formal Wajib Pajak.
5. Metode penelitian
Dalam melakukan penelitian penulis menggunakan metode deskriptif dan
verifikatif. Metode deskriptif digunakan untuk menjawab rumusan masalah
pertama dan kedua, yaitu:
1. Untuk mengetahui Pelaksanaan Strategi Pemeriksaan Pajak di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama di Kota Bandung.
2. Bagaimana Untuk mengetahui Kepatuhan Formal Wajib Pajak di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama di Kota Bandung.
3. Seberapa besar pengaruh Strategi Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan
6. Menyusun instrument penelitian
Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat menyusun
instrument penelitian. Instrument ini digunakan sebagai alat pengumpul data.
Instrument pada penelitian ini berbentuk kuesioner, untuk pedoman wawancara
atau observasi. Sebelum digunakan untuk pengumpulan data, maka instrument
penelitian harus terlebih dahulu diuji validitas dan realibilitasnya. Dimana
validitas digunakan untuk mengukur sejauh mana pengukuran tersebut dapat
dipercaya. Setelah data terkumpul maka selanjutnya dianalisis untuk menjawab
rumusan masalah dan menguji hipotesis yang diajukan dengan teknik statistik
tertentu. Selanjutnya peneliti menganalisis dan mengambil sampel untuk
melakukan penelitian mengenai:
a. Strategi Pemeriksaan Pajak yang diperoleh dari data kuesioner yang akan
diisi oleh Pegawai pajak pada seksi Pemeriksaan.
b. Kepatuhan Formal Wajib Pajakyang diperoleh dari data kuesioner yang akan
diisi oleh Pegawai pajak pada seksi Pemeriksaan.
7. Kesimpulan
Kesimpulan adalah langkah terakhir suatu periode penelitian yang berupa
jawaban atas rumusan masalah. Dengan menekankan pada pemecahan masalah
berupa informasi mengenai solusi masalah yang bermanfaat sebagai dasar untuk
pembuatan keputusan.
Tabel 3.1
Unit Analisis Time Horizon
T - 1 Deskriptif Deskriptif
T - 3 Verifikatif Explanatory
Survey
Pegawai Pajak (Seksi Pemeriksaan)
Cross Sectional
Dari tabel diatas kemudian peneliti uraikan sebagai berikut:
1. Tujuan pertama penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana Strategi
Pemeriksaan di KPP wilayah Kota Bandung, digunakan metode deskriptif dan
survey yang dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada pegawai
pajak pada seksi Pemeriksaan.
2. Tujuan kedua penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana kepatuhan Formal
Wajib Pajak di KPP wilayah Kota Bandung, digunakan metode dekriptif dan
survey dengan cara menyebarkan kuesioner kepada pegawai pajak khususnya di
seksi Pemeriksaan.
3. Tujuan ketiga penelitian adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
kualitas Strategi Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak di
KPP wilayah Kota Bandung, digunakan metode analisis dekriptif dan verifikatif
tersebut dan menganalisisnya secara kuantitatif serta melakukan uji hipotesis
yang telah ditetapkan
3.2.2 Operasional Variabel
Operasional variabel diperlukaan untuk menentukan jenis, indikator, serta
skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga pengujian
hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar sesuai dengan
judul penelitian. Adapun definisi operasional menurut Nur Indriantoro dan Bambang
Supono (2002:69) menjelaskan bahwa:
“Definisi operasional adalah penentuan construct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu dapat digunakan oleh peneliti dalam mengoperasionalkan construct,
sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran
constructyang lebih baik.”
Variabel itu sendiri dalam konteks penelitian menurut Sugiyono (2010:58)
sebagai berikut:
“Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.”
Penelitian “Analisis Strategi Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Kota Bandung”,
maka variabel-variabel yang diteliti dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Variabel Bebas / Independent (variabel X)
“Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat)”.
Dalam hal ini variabel bebas yang akan berkaitan dengan masalah yang akan
diteliti adalah data yang menjadi variabel bebas (variabel X) yaitu Pelaksanaan
Strategi Pemeriksaan Pajak. Dalam operasionalisasi variabel ini diukur oleh
instrument pengukur dalam bentuk kuesioner.
2. Variabel Terikat / Dependent (variabel Y)
Menurut Sugiyono (2010:59) variabel dependent atau variabel terikat yaitu:
“Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas”.
Data yang menjadi variabel terikat (variabel Y) adalah Kepatuhan Formal
Wajib Pajak.
Adapun operasionalisasi setiap variabel adalah sebagai berikut
Tabel 3.2
Operasional Variabel
VARIABEL KONSEP INDIKATOR SKALA Nomor
Dalam operasionalisasi untuk variabel Pelaksanaan Strategi Pemeriksaan dan
Kepatuhan Formal Wajib Pajakmenggunakan skala ordinal. Pengertian dari skala
ordinal menurut Nur Indriantoro dan Bambang (2002:98) bahwa skala ordinal
adalah:
“Skala pengukuran yang tidak hanya menyatakan katagori, tetapi juga
menyatakan peringkat constructdiukur.”
Berdasarkan pengertian diatas, maka skala yang digunakan adalah skala
ordinal dengan tujuan untuk memberikan informasi berupa nilai pada jawaban.
Variabel-variabel tersebut diukur oleh instrument pengukur dalam bentuk kuesioner
berskala ordinal.
Untuk setiap pilihan jawaban diberi skor, maka responden harus
menggambarkan, mendukung pernyataan (item positif) atau tidak mendukung
pernyataan (item negative).
Pada jawaban kuesioner diberikan skor pertanyaan yang memiliki jawaban
positif dan pertanyaan yang memiliki jawaban negatif. Pertanyaan positif bertujuan
untuk mengetahui jawaban yang sesuai dengan kebenaran, sedangkan jawaban
negatif bertujuan untuk mengkroscek apakah responden menjawab secara konsisten
dan benar-benar menjawab kuesioner.
Tabel 3.3
Scoring Untuk Jawaban Kuesioner Positif
Jawaban Responden Skor
A 5
B 4
C 3
D 2
E 1
Sumber: Sugiyono (2010:94)
Untuk pertanyaan negatif, tingkat jawabannya terdapat pada tabel 3.4 dibawah ini:
Tabel 3.4
Scoring Untuk Jawaban Kuesioner Negatif
Jawaban Responden Skor
A 1
B 2
C 3
D 4
E 5
Sumber: Sugiyono (2010:94)
3.2.3 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data 3.2.3.1 Sumber Data
Jenis data yang digunakan peneliti dalam penelitian mengenai Analisis
Strategi Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama di Kota Bandung..
Menurut Sugiyono (2009:137) sumber data primer adalah:
“Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
Pengumpulan data primer dalam penelitian ini melalui cara menyebarkan
kuesioner, dalam hal ini para pegawai KPP seksi Pemeriksaan di wilayah Kota
Bandung.
3.2.3.2 Teknik Penentuan Data
Untuk menunjang hasil penelitian, maka peneliti melakukan pengelompokan
yang diperlukan kedalam dua golongan, yaitu :
1. Populasi
Populasi merupakan objek atau subjek yang memenuhi kriteria tertentu
yang telah ditentukan peneliti. Menurut Sugiyono (2010:80) tentang pengertian
populasi bahwa:
“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”.
Berdasarkan pengertian diatas, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa
populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan
memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian. Pada penelitian
ini yang menjadi populasi adalah 75 orang pegawai pajak seksi Pemeriksaan pada 5
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama di Wilayah Kota Bandung.
2. Sample
Dengan meneliti secara sampel, diharapkan hasil yang telah diperoleh akan
memberikan kesimpulan gambaran sesuai dengan karakteristik populasi.