• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Strategi Pemerikasaan Pajak Terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Strategi Pemerikasaan Pajak Terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

Analysis of Tax Audit Strategy

On Tax Payer Formal Complience

(Study in Small Taxpayers Services Office Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Sidang

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Disusun Oleh:

NAMA : REFLI AKBAR YUDIANSYAH NIM : 21107002

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)

v

TERHADAP KEPATUHAN FORMAL WAJIB PAJAK

PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA WILAYAH KOTA BANDUNG

Strategi merupakan rencana komprehensif untuk mencapai tujuan organisasi. Pemeriksaan merupakanserangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, daya/bukti yang dilaksanakan secara obyektif dan professional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Sedangkan kepatuhan perpajakan adalah tindakan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam suatu Negara. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh strategi pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan formal wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Kota Bandung.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif. Metode deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran variabel strategi pemeriksaan dan variabel kepatuhan formal wajib pajak, sedangkan verifikatif untuk mengetahui hubungan antara strategi pemeriksaan dan kepatuhan formal wajib pajak. Untuk mengetahui pengaruh strategi pemeriksaan terhadap kepatuhan formal wajib pajak digunakan pengujian statistik. Pengujian statistik yang digunakan adalah perhitungan korelasi Person Product Moment, koefisien determinasi, uji hipotesis dengan menggunakan

softwareSPSS14.0for windows.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa strategi pemeriksaan pajak berpengaruh signifikan dalam kepatuhan formal wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Kota Bandung. Terdapat hubungan antara strategi pemeriksaan pajak dengan kepatuhan formal wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Kota Bandung yaitu sebasar 56,1%.

(3)

iv

ABSTRACT

ANALYSIS OF TAX AUDIT STRATEGY ON FORMAL TAXPAYER COMPLIANCE AT BANDUNG SMALL TAXPAYERS SERVICES OFFICE

Strategy is a comprehensive plan to achieve organizational goals. Audit is a series of activities to collect and process data, information, resources / evidence conducted objectively and professionally based on a standard examination to test compliance with the fulfillment of tax obligations and / or for other purposes in order to carry out the provisions law and taxation. While tax compliance is the act of the taxpayer in compliance with taxation obligations in accordance with the provisions of legislation and regulatory implementation of tax regulations in a State purpose of this study to determine the effect of the strategy of formal compliance checks on taxpayers in the at Bandung small taxpayers services office.

The method used in this research is descriptive method and verification. Descriptive methods are used to know the description of variables tax audit strategy and variable formal taxpayer compliance taxpayers, while verification to determine the relationship between strategy and adherence to formal examination of taxpayers. To determine the effect of a formal strategy for compliance checks of taxpayers use the test statistic. The test statistic used is the calculation of Person Product Moment correlation, coefficient of determination, hypothesis test using the software SPSS 14.0 for windows.

The results of this study indicate that the tax audit strategy have a significantly effect in the formal taxpayer compliance at Bandung small taxpayers office. There is a relationship between the tax audit strategy with formal taxpayer compliance at Bandung small taxpayers office that is equal to 56.1%.

(4)

vi

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, serta senantiasa memberikan kesehatan,

kemampuan, dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Skripsi ini di maksudkan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam

menempuh program studi Strata 1 pada program studi Akuntansi Fakultas

Ekonomi di Universitas Komputer Indonesia Bandung (UNIKOM). Dimana judul

yang diambil yaitu: “ANALISIS STRATEGI PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN FORMAL WAJIB PAJAK (Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Kota Bandung) ”. Penulis tidak bisa memungkiri bahwa dalam menyusun Skripsi ini, penulis menemukan hambatan dan kesulitan,

namun berkat bimbingan ibu Ely Suhayati, SE., M.Si., Ak. Selaku Dosen

pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu guna membimbing,

mengarahkan, dan memberikan petunjuk yang sangat berharga demi selesainya

penyusunan skripsi ini, akhirnya dengan doa, semangat penulis mampu

melewatinya.

Dalam kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih kepada

Bapak/Ibu:

1. Dr. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer

Indonesia.

2. Prof. Dr. Umi Narimawati, DRA., S.E.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi

(5)

vii

5. Siti Kurnia Rahayu, S.E., M.Ak., Ak selaku penguji sidang.

6. Ony Widilestariningtyas SE., M.Si. selaku penguji sidang

7. Kedua orang tuaku yang selalu memberikan doa dengan penuh kasih sayang,

keikhlasan dan kesabaran serta pengorbanan yang tiada henti mendorong dan

selalu memberi semangat penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Adik – adikku Rivaldy Aditya Yudiansyah, Sisi Lilia Dewi Panggarila Yudiansyah yang telah memberikan doa, dorongan, semangat untuk

menyelesaikan skr ipsi ini.

9. Seluruh keluarga besar-ku terimakasih atas dukungan dan doanya serta kasih

sayang yang begitu tulus kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini.

10. Seluruh Staff Dosen Pengajar UNIKOM yang telah membekali penulis

dengan pengetahuan.

11. Lukman Effendi selaku Kepala Kantor Bagian Umum Wilayah DJP Jawa

Barat I yang telah memberikan ijin penelitian di KPP Wilayah Kota Bandung.

12. Seluruh kepala Sub Bagian Umum di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Wilayah Kota Bandung.

13. Seluruh Staff Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Kota Bandung yang

telah bersedia menyediakan waktu dan tempat kepada penulis untuk

(6)

viii

Aditya sunarya, dan yang lainnya terima kasih atas dukungan dan

bantuannya. Semua teman-teman kelas AK-1 (2007) yang tidak penulis

sebutkan.

16. Seluruh pihak-pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak

dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena

keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik

yang membangun dalam penulisan ke depannya. Akhir kata, penulis berharap agar

skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Bandung, Agustus 2011

Penulis

Refli Akbar Yudiansyah

(7)

1

1.1 Latar Belakang

1.2 Latar Belakang Penelitian

Saat ini pajak merupakan sumber utama penerimaan dalam Negeri

Indonesia. Sebagian besar sumber penerimaan Negara yang tertuang dalam

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berasal dari pajak dan sekitar

73,7% dari total penerimaan negara bersumber dari penerimaan pajak

(www.fiskaldepkeu.go.id). Mengingat begitu pentingnya peranan pajak, maka pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan berbagai

upaya untuk memaksimalkan penerimaan pajak. Salah satu upaya yang dilakukan

adalah melalui reformasi peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan

dengan diberlakukannya self assesment system. (www.fiskaldepkeu.go.id)

Beberapa tahun belakangan ini Negara kita sedang gencar-gencarnya

melakukan suatu trobosan terutama dalam bidang perpajakan yang dirangkum

dalam modernisasi perpajakan. Hal ini sebagai upaya dari Direktorat Jenderal

Pajak yaitu dengan salah satu misinya adalah menghimpun penerimaan pajak,

karena pajak merupakan sumber utama untuk pembiayaan penyelenggaraan

pemerintahan suatu Negara. Dengan pajak suatu Negara dapat melaksanakan

pembangunan disegala sektor, dan juga dapat meningkatkan kesejahteraan dan

kemakmuran dari seluruh lapisan masyarakat. Untuk melaksanakan pembangunan

tersebut Negara sangat bergantung kepada dana, baik dana dari dalam maupun

(8)

sumber penerimaan Negara yang paling besar di bandingkan dengan penerimaan

Negara selain pajak, sedangkan penerimaan Negara dari luar negeri diperoleh dari

pinjaman luar negeri, bantuan atau hibah maupun biaya ekspor impor.

Mochamad Tjiptardjo juga mengungkapkan, bahwa realisasi penerimaan

pajak negara dari sektor PPh nonmigas selama 3 tahun terakhir tidak tercapai

sesuai dengan RAPBN-P, yaitu untuk tahun 2006 hanya Rp166 triliun sedangkan

yang ditetapkan dalam RAPBN-P sebesar Rp175 triliun. Pada tahun 2007 realisasi

PPh nonmigas hanya Rp194 triliun padahal target APBN-P ditetapkan sebesar

Rp214 triliun. Pada tahun 2008 target APBN-P Rp251 tapi realisasinya Rp 250

triliun. Hal tersebut yang menyebabkan tax ratio Indonesia saat ini masih rendah

yaitu antara 12%-13%. (Mochamad Tjiptardjo, 4 Januari 2010).

Dengan adanya fenomena penurunan tingkat penerimaan pajak pada tahun

2009 dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan tax ratio Indonesia yang masih

rendah, maka ini akan menjadi tugas mulia bagi Direktorat Jenderal Pajak sebagai

salah satu instansi pemerintahan yang secara struktural berada di bawah

Departemen Keuangan, dengan visi menjadi model pelayanan masyarakat yang

menyelenggarakan sistem dan manajemen perpajakan kelas dunia yang dipercaya

dan dibanggakan masyarakat, dengan menetapkan salah satu misinya yaitu misi

fiskal, adalah untuk menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yaitu

untuk menunjang kemandirian pembiyaan pemerintah berdasarkan

undang-undang perpajakan dengan tingkat efektifitas dan efesiensi yang tinggi.

(9)

Direktorat Jenderal Pajak pada tahun 2002 juga telah melakukan reforamsi

perpajakan, yakni dengan berdirinya Kanwil KPP Wajib Pajak Besar (LTO/Large

Taxpayer Office) merupakan model kantor pajak yang ideal, dan keberadaan

kantor pajak tersebut dibutuhkan dengan alasan-alasan sebagai berikut:

a. Untuk merespon semangat good governance dimana institusi

pemerintah sebagai pelayanan publik dituntut untuk memberikan

pelayanan publik yang profesional dengan berbasis kepada

transparansi dan akuntabilitas. Hal ini bermaksud untuk memberantas

praktek korupsi.

b. Untuk mengimplementasikan knowing yout tax player blue print

Dirjen Pajak tahun 2002. Kebijakan Direktorat Jenderal Pajak yang

dicantumkan dalam cetak biru (Blue Print) tersebut diantaranya

terdapat strategi sebagai berikut:

1. Reformasi moral, etika dan integritas.

2. Reformasi kebijakan perpajakan.

3. Reformasi pelayanan terhadap wajib pajak.

4. Reformasi pengawasan atas pemenuhan kewajiban perpajakan

Wajib Pajak.

c. Untuk menciptakan citra dan kesan yang baik mengenai Dirjen Pajak

melalui pemberian pelayanan yang profesional sekaligus mengawasi

kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya

(10)

d. Untuk mempersiapkan pelayanan kantor pajak otomasi yang

memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak dan juga melakukan

administrasi perpajakan berbasis teknologi informasi, di antaranya

pelayanan dengan konsep one stop service, yaitu pelayanan yang

dilaksanakan oleh petugas account representative, dan pemanfaatan IT

dalam layanan e-filling, adalah suatu cara penyampaian surat

pemberitahuan yang dilakukan melalui sistem on-line dan real time,

e-SPT adalah aplikasi (software) yang dibuat oleh Direktorat Jenderal

Pajak untuk digunakan oleh Wajib Pajak untuk kemudahan dalam

penyampaian SPT, e-registration adalah sistem aplikasi bagi sebagian

dari sistem informasi perpajakan di lingkungan kantor Direktorat

Jenderal Pajak dengan berbasis perangkat keras dan perangakat lunak

yang dihubungkan oleh perangakat komunikasi data yang digunakan

untuk mengelola proses pendaftaran Wajib Pajak, dan pembentukan

call center untuk pelayanan informasi dan pengaduan.

(Amirudin Maruf, 2 Desember 2009).

Pemeriksaan pajak selain untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak, dapat

meningkatkan penerimaan pajak dan mencegah rasa ketidakadilan dalam

perlakuan perpajakan diantara sesama Wajib Pajak. Usaha melambagakan

pemeriksaan sebagai salah satu alat pengawasan terhadap Wajib Pajak terus

dikembangkan, dengan prinsip bahwa setiap Wajib Pajak tanpa kecuali terbuka

(11)

pemeriksaan tetap digunakan dengan harapan dapat memberikan pengaruh positif

kepada Wajib Pajak lainnya.

Berdasarkan hal tersebut, bahwa pemeriksaan pajak merupakan bagian vital

dari fungsi pengawasan dalam self assesment system. Tujuan pemeriksaan adalah

menguji kebenaran pajak terutang yang dilaporkan Wajib Pajak berdasarkan data,

informasi dan bukti pendukung. Dalam meningkatkan kepatuhan sukarela dari

Wajib Pajak diperlukan keadilan dan keterbukaan dalam menerapkan ketentuan

perpajakan, kesederhanaan ketentuan perpajakan, dan prosedur perpajakan dengan

pelayanan prima terhadap Wajib Pajak yang melaksanakan kewajiban perpajakan,

disamping pengawasan dan penegakan hukum. (Salip dan Tendy:2006)

Pemeriksaan pajak sampai saat ini masih dipandang sebagai sosok yang

menakutkan dan terkesan angker bagi Wajib Pajak. Hal ini bisa terjadi karena

masih adanya pemeriksa yang berpilaku menakutkan sehingga image pemeriksaan

sebagai hantu pemeriksaan sulit untuk dihilangkan. Dalam praktik perpajakan

yang sehat seharusnya pemeriksaan tidak lagi dipandang sebagai hal yang

menakutkan, hal ini dapat dibangun melalui meningkatkan profesionalisme

petugas pemeriksa pajak melalui pendidikan pemeriksaan pajak, meningkatkan

penanaman moral dan etika bagi pemeriksa dan melakukan sosialisasi secara yang

diharapkan dapat terjangkau oleh seluruh Wajib Pajak. (Nur Hidayat:2002)

Selain itu, menurut pemeriksa pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di

wilayah Kota Bandung mereka menemukan kendala dalam pelaksanaan

(12)

wajib pajak yang akan diperiksa guna mendukung lancarnya pemeriksaan.

(Ainun: 2011)

Begitu juga fenomena yang terjadi di KPP Pratama Bandung tegallega, sampai

saat ini dalam peroses penyampaian SPT tahunan orang pribadi banyak Wajib

Pajak yang sering menunda untuk menyampaikan kewajiban perpajakannya.

Biasanya Wajib Pajak baru memberikan atau menyempaikan SPT jika Wajib

Pajak sudah mendapat surat teguran. Hal ini memperlihatkan atau

mengindikasikan bahwa kesadara Wajib Pajak masih sangat rendah.

(Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung 2011)

Wajib Pajak masih memadang pegawai pajak itu koruptor padahal cuma satu

fiskus/pegawai pajak yang melakukan kejahatan ”mafia pajak gayus tambunan”

tetapi imbasnya langsung secara nasional yang di rasakan oleh kantor pusat DJP

yang langsung turunya jumlah Wajib Pajak di setiap Kantor Wilayah, Kantor

Pelayanan Pajak Pratama di seluruh Indonesia.

(Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung 2011)

Wajib Pajak masih mengulur ulur waktu untuk membayar pajak padahal DJP

sudah meringankan ketidak sadaran wajib pajak untuk mengajukan surat

permohonan perpajangan penyampainan SPT massanya. Hal ini yang

meyebabkan seringnya wajib pajak terkena sanksi dengan berupa kenaikan jumlah

pajak nya tanpa sepengetahuan wajib pajak

(13)

Dari uraian tersebut diatas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang pengaruh

dari adanya strategi pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan formal wajib pajak,

dan akan melakukan penelitian dengan judul ANALISIS STRATEGI

PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN FORMAL WAJIB

PAJAK .

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan beberapa hal yang telah diuraikan, maka penulis

mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Masih banyaknya wajib pajak yang masih belum mau di periksa

jumlah pajaknya.

2. Masih belum efektifnya pemeriksaan pajak untuk wajib pajak

sehingga wajib pajak masih mengangap remeh masalah perpajakn

yang ada di indonesia.

3. Masih banyaknya wajib pajak yang belum patuh untuk membayar

kewajiban perpajakanya.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan beberapa hal yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Strategi Pemeriksaan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak

(14)

2. Bagaimana Kepatuhan Formal Wajib Pajak di Kantor Pelayanan

Pajak Pratama di Kota Bandung.

3. Seberapa besar pengaruh Strategi Pemeriksaan Pajak terhadap

Kepatuhan Formal Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

di Kota Bandung.

1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.4.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Strategi

Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak di Kantor Pelayanan

Pajak Pratama di Kota Bandung.

1.4.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui Bagaimana Strategi Pemeriksaan Pajak di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama di Kota Bandung.

2. Untuk mengetahui Kepatuhan Formal Wajib Pajak di Kantor Pelayanan

Pajak Pratama di Kota Bandung.

3. Seberapa besar pengaruh Strategi Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan

(15)

1.5 Kegunaan Penelitian

1.5.1 Kegunaan Akademis

1. Bagi peneliti

Peneliti mengharapkan hasil penelitian dapat bermanfaat dan selain itu

untuk menambah pengetahuan, juga memperoleh gambaran langsung

bagaimana Analisis Strategi Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan

Formal Wajib Pajak.

2. Bagi instansi

Dengan penelitian ini dapat memberikan pandangan bagi instansi

tentang Analisis Strategi Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Formal

Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Kota Bandung.

3. Bagi pihak lain

Dapat dijadikan sebagai bahan tambahan pertimbangan dan pemikiran

dalam penelitian lebih lanjut dalam bidang yang sama, yaitu Analisis

Strategi Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak di

Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Kota Bandung.

1.5.2 Kegunaan Praktis

Sebagai tambahan informasi mengenai yaitu Analisis Strategi

Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak di Kantor

(16)

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

1.6.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dan pengumpulan data dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak

Pratama di Wilayah Kota Bndung.

1.6.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan April sampai Juli 2011.

Tabel 1.1

1. Bimbingan dengan dosen pembimbing

2. Membuat outline dan proposal skripsi

3. Mengambil formulir penyusunan skripsi

4. Menentukan tempat penelitian

II

Tahap Pelaksanaan:

1. Mengajukan outline dan proposal skripsi

2. Meminta surat pengantar ke perusahaan

3. Penelitian di perusahaan

4. Penyusunan skripsi

III

Tahap Pelaporan:

1. Menyiapkan draft skripsi

(17)

3. Penyempurnaan laporan skripsi

(18)

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

Dalam melakukan suatu penelitian kita perlu memaparkan tentang apa yang

kita teliti hal tersebut dapat memudahkan dan menjelaskan lebih rinci tentang variabel

yang akan kita teliti.

2.1.1 Pajak

Untuk membiayai semua kepentingan negara yang nantinya akan menjadi

kepentingan umum juga, dibutuhkan suatu peran serta yang cukup aktif dari

masyarakat untuk memberikan iuran kepada negara dalam bentuk pajak. Pajak ini

nantinya akan digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi

masyarakat.

2.1.1.1 Pengertian Pajak

Sebelum membahas secara mendalam tentang pemeriksaan pajak, akan

diuraikan dahulu mengenai pengertian pajak. Ada beberapa pengertian yang dijadikan

acuan, tetapi dalam hal ini penulis hanya mengambil beberapa pengertian yang cukup

(19)

Definisi pajak dalam buku Siti Kurnia Rahayu yang dikemukakan oleh para

ahli adalah:

Menurut P. J. A. Adriani menjelaskan bahwa:

“Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan – peraturan umum undang – undang dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran – pengeluaran

umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan”.

(2003.65) Menurut Rochmat Soemitro S.H dalam Dasar – dasar Hukum Pajak dan Pajak

Pendapatan menjelaskan bahwa:

“Pajak adalah iuran rakyat kepada k

ditunjukan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum”.

(1991.85) Sedangkan menurut Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., & Brock

Horace R, menjelaskan bahwa:

“Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah,

bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas – tugasnya untuk

menjalankan pemerintahan”.

(20)

Dari ketiga definisi tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan tentang ciri – ciri atau

unsur pokok yang terdapat pada pengertian pajak, yaitu.

1. Pajak dipungut berdasarkan undang – undang

Merupakan hal yang sangat mendasar, dalam pemungutan pajak harus didasarkan

pada peraturan perundang – undangan. Asas ini sesuai dengan perubahan ketiga

UUD 1945 pasal 23A yang menyatakan "pajak dan pungutan lain yang bersifat

memaksa untuk keperluan negara diatur dalam undang-undang."

2. Tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi perseorangan) yang dapat

ditunjukkan secara langsung.

Wajib pajak tidak mendapatkan imbalan secara langsung dengan apa yang telah

dibayarkan pada pemerintah. Pemerintah tidak memberikan nilai atau penghargaan

atau keuntungan kepada wajib pajak secara langsung. Apa yang telah dibayarkan

oleh wajib pajak kepada pemerintah digunakan untuk keperluan umum

pemerintah. Wajib pajak hanya dapat merasakan secara tidak langsung bentuk –

bentuk kontraprestasi dari pemerintah. Seperti melihat banyak dibangunnya

fasilitas umum dan prasarana yang dibiayai dari APBN atau APBD. Merasakan

keamanan dan stabilitas negara karena aparatur negara maupun prasarana dan

(21)

3. Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum pemerintah.

Pemerintah dalam menjalankan fungsinya, seperti melaksanakan ketertiban,

mengusahakan kesejahteraan, melaksanakan fungsi pertahanan, dan fungsi

penegakan keadilan, membutuhkan dana untuk pembiayaanya. Dana yang

diperoleh dalam bentuk pajak digunakan untuk memenuhi biaya atas fungsi –

fungsi yang harus dilakukan pemerintah tersebut.

4. Pemungutan pajak dapat dipaksakan.

Pajak dapat dipaksakan apabila wajib pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan

dan dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan perundag – undangan.

5. Berfungsi sebagai budgeter dan regulerend

pendapatan negara, yang digunakan untuk keperluan pembiayaan umum

pemerintah baik rutin maupun untuk pembangunan. Fungsi regulerend adalah

pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau alat untuk melaksanakan

kebijakan yang ditetapkan negara dalam bidang ekonomi sosial untuk mencapai

(22)

2.1.1.2 Fungsi Pajak

Fungsi pajak adalah kegunaan pokok, manfaat pokok pajak. Sebagai alat

untuk menentukan politik perekonomian, pajak memiliki kegunaan dan manfaat

pokok dalam meningkatkan kesejahteraan umum.

Pada umumnya dikenal 2 macam fungsi pajak yaitu:

1. Fungsi Budgetair

Fungsi budgetair ini merupakan fungsi utama pajak, atau fungsi fiskal (fiscal

funcition), yaitu pajak dipergunakan sebagai alat untuk memasukan dana secara

optimal ke kas negara yang dilakukan sistem pemungutan berdasarkan undang –

undang perpajakan yang berlaku.

2. Fungsi Regulerend

Fungsi regulerend disebut juga fungsi mengatur, yaitu pajak merupakan alat

kebijakan pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu. Fungsi regulerend juga

disebut fungsi tambahan, karena fungsi regulerend hanya sebagai tambahan atas

(23)

2.1.2 Pengertian Strategi

Menurut Griffin, dalam Ernie Tisnawati tentang Strategi menjelaskan bahwa:

“Strategi adalah sebagai rencana komprehensif untuk mencapai tujuan

organisasi. (Strategy is a comprehensive plan for accomplishing an

organization’s goals).”

(2008.130)

2.1.3 Pengertian Pemeriksaan Pajak

Salah satu upaya pencegahan tax evasion adalah dengan menggunakan cara

pemeriksaan pajak (Tax Audit). Tax Audit yang dilakukan secara profesional oleh

aparat pajak dalam kerangka self assessment system merupakan bentuk penegakan

hukum perpajakan. Pemeriksaan pajak merupakan hal pengawasan pelaksanaan

sistem self assessment yang dilakukan oleh wajib pajak, harus berpegangan teguh

pada Undang-undang perpajakan.

Pemeriksaan pajak merupakan salah satu dari pilar-pilar penegakan hukum

pajak. Pemeriksaan pajak adalah salah satu upaya dalam pencegahan tax evasion dan

merupakan hal pengawasan pelaksanaan sistem self assessment yang dilakukan oleh

(24)

Mardiasmo menjelaskan tentang Pemeriksaan Pajak menjelaskan bahwa:

“Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari,mengumpulkan,

mengelola data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang –undangan perpajakan”.

(2009:50) Sedangkan definisi pemeriksaan dijelaskan pada Peraturan Menteri Keuangan

tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak Pasal 1 ayat (2) yang berbunyi:

“Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data,

keterangan, daya/bukti yang dilaksanakan secara obyektif dan professional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”

Dari kedua definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan pajak

adalah serangkaian kegiatan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban

perpajakan dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan.

Tujuan pemeriksaan pajak sebagaimana dimaksudkan dalam Keputusan

Menteri Keuangan No. 199/KMK.03/2007 adalah untuk menguji kepatuhan

pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka memberikan kepastian hukum,

keadilan dan pembinaan kepada Wajib Pajak dan tujuan lain dalam rangka

melaksanakan ketentuan peraturan Perundang-undangan Perpajakan.

Pemeriksaan akan berjalan lancar apabila didukung oleh faktor-faktor yang

(25)

1. Teknologi informasi (Information Technology)

Kemajuan teknologi informasi telah luas dimanfaatkan oleh Wajib Pajak. Seiring

dengan perkembangan tersebut maka pemeriksa harus juga memanfaatkan

perangkat teknologi informasi dengan sebutan Computer Assisted Audit Technique

(CAAT).

2. Jumlah sumber daya manusia (The number of human resources)

Jumlah sumber daya manusia harus sebanding dengan beban kerja pemeriksaan.

Jika jumlah tidak dapat memadai karena pengadaan sumber daya manusia melalui

kualifikasi dan prosedur recruitment terbatas, maka untuk mengatasi jumlah

pemeriksa yang terbatas adalah dengan meningkatkan kualitas pemeriksa dan

melengkapinya dengan teknologi informasi di dalam pelaksanaan pemeriksaan.

3. Kualitas sumber daya (The quality of human resources)

Kualitas sumber daya manusia sangat dipengaruhi oleh pengalaman, latar

belakang, dan pendidikan. Dan kualitas pemeriksa akan mempengaruhi

pelaksanaan pemeriksaan. Solusi agar kesenjangan kualitas pemeriksa teratasi

adalah dengan melalui pendidikan dan pelatihan secara berkesinambungan dan

(26)

4. Sarana dan prasarana pemeriksaan (Audit facilities)

Sarana prasarana pemeriksaan seperti computer Sangay diperluka. Audit

Command Language (ACL), contohnya Sangay membantu pemeriksa di dalam

mengolah data untuk tujuan analisa dan penghitungan pajak.

Pemeriksaan juga tidak akan berjalan dengan baik apabila terdapat

kendala-kendala yang di hadapi dalam pemeriksaan. Kendala-kendala-kendala tersebut antara lain:

1. Psikologis

Persepsi wajib pajak tentang pemeriksaan pajak dan persepsi pemeriksa pajak

mengenai kepatuhan wajib pajak. Persepsi yang terbentuk pada wajib pajak

maupun pemeriksa pajak sangat tergantung pada penguasaan informasi. Apabila

timbul ketimpagan informasi, maka timbul masalah psikologis antara kedua belah

pihak. Wajib pajak timbul penolakan, pemeriksa pajak timbul kecurigaan.

2. Komunikasi

Terdiri dari komitmen wajib pajak untuk membantu kelancaran pemeriksaan pajak

dan frekuensi pembahasan sementara temuan hasil pemeriksaan. Komitmen wajib

pakal timbul apabila wajib pajak memahami tujuan pemeriksaan dan apa yang

menjadi hak dan kewajibannya, serta hak dan kewajiban pemeriksa. Selain itu

temuan sementara pemeriksaan pajak hendaknya disampaikan lebih dini untuk

(27)

catatan atau dokumen tambahan yang mendukung penjelasan-penjelasannya.

Apabila komunikasi tidak kondusif maka hal ini dapat menghambat jalannya

pemeriksaan pajak.

3. Teknis

Terdiri dari ukuran perusahaan, pemenfaatan teknologi informasi, kepemilikan

modal, cakupn transaksi. Semakin kompleks variable teknis akan berdampak

terhadap pelaksanaan pemeriksaan pajak.

4. Regulasi

Terdiri dari kelengkapan ketentuan yang berlaku yang mengatur perlakuan atas

setiap transaksi yang timbul dan sejauh mana jangkauan hak pemajakan

undang-undang domestik atas transaksi internasional.

2.1.3.1Mengumpulkan dan mempelajari Berkas Wajib Pajak (Data Internal dan

Eksternal)

Kegiatan mengumpulkan berkas WP dan berkas data dimulai dengan

meminjam berkas dari seksi terkait dan memanfaatkan data internal yang

terdapat didalam sistem administrasi kantor pajak yang bersangkutan. Pada

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang telah menjalankan sistem administrasi

(28)

dapat dilihat pada system informasi yang terhubung dengan seluruh komputer

pegawai di KPP yang bersangkutan.

1. Sistem Informasi Administrasi

2. Data Tunggakan Wajib Pajak

3. Laporan Hasil Pemeriksaan terdahulu serta Kertas Kerja Pemeriksaannya

4. Riwayat Keberatan/Banding/Peninjauan Kembali

Selain data internal, pemeriksa dapat mengumpulkan informasi dari

sumber-sumber data eksternal antara lain:

1. Media massa (media cetak dan elektronik)

2. Internet

3. Bursa

2.1.3.2 Identifikasi Wajib Pajak (Tax Payer Profile)

Seluruh data dan informasi yang didapat baik itu dari internal maupun

eksternal dirangkum dalam bentuk Tax Payer Profile (profil Wajib Pajak). Profil

Wajib Pajak meliputi: Nama Wajib Pajak, Nomor Pokok Wajib Pajak, Alamat

Wajib Pajak, Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Tanggal Pengukuhan

PKP, Kode Lapangan Usaha (KLU), Jenis Usaha, Merk Dagang, Contact Person,

Pemegang Saham, Hubungan Istimewa, Pengurus (Direksi dan komisaris) dan

(29)

2.1.3.3 Analisis Kuantitatif dan Kualitatif

Untuk data-data berupa laporan keuangan wajib pajak dilakukan analisis

kuantitatif untuk menentukan hal-hal yang harus diperhatikan pada waktu

melakukan pemeriksaan serta untuk menentukan beberapa perkiraan buku besar

yang diprioritaskan dan/atau akan dikembangkan pemeriksaannya.

2.1.3.4 Mengidentifikasi masalah dan Menentukan cakupan (ruang lingkup)

pemeriksaan

Setelah dilakukan analisis data baik kuantitatif maupun kualitatif Pemeriksa

akan mengetahui pos-pos apa saja yang memerlukan perhatian khusus dan

masalah-masalah apa saja yang mungkin ada pada Wajib Pajak.

Atas alternatif-alternatif permasalahan tersebut Pemeriksa harus dapat

mengidentifikasi penyebab paling mungkin atas terjadinya masalah tersebut serta

menentukan pos-pos atau rekening apa saja yang berkaitan dengan masalah yang

ada. Pos-pos atau rekening inilah yang nantinya akan dilakukan pendalaman

lebih jauh. Identifikasi masalah dan cakupan pemeriksaan yang telah ditentukan

akan digunakan sebagai bahan untuk membuat program pemeriksaan.

2.1.3.5 Menyusun program pemeriksaan dan menentukan buku-buku dan

(30)

Program pemeriksaan adalah suatu daftar langkah-langkah pemeriksaan atau

pengujian yang dilakukan terhadap objek yang diperiksa. Program pemeriksaan

disusun berdasarkan cakupan pemeriksaan dan hasil penelaahan yang diperoleh

pada tahap-tahap persiapan pemeriksaan sebelumnya. Program pemeriksaan

harus merujuk kepada identifikasi permasalahan serta cakupan (ruang lingkup)

yang telah ditentukan. Hal ini perlu dilakukan agar arah pemeriksaan tidak terlalu

melebar sehingga tidak fokus.

Program pemeriksaan meliputi prosedur-prosedur yang perlu dilaksanakan

oleh pemeriksa dalam melakukan pemeriksaan. Berdasarkan program

pemeriksaan dapat diidentifikasi buku-buku atau catatan yang akan dipinjam

kepada Wajib Pajak.

2.1.3.6 Menyediakan sarana dan prasarana pemeriksaan

Agar pelaksanaan pemeriksaan dapat berjalan dengan lancar, maka sebelum

melakukan pemeriksaan perlu dipersiapkan sarana-sarana.

2.1.3.7 Pemeriksaan di Tempat Wajib Pajak

Pemeriksaan di tempat Wajib Pajak dapat didefinisikan sebagai serangkaian

kegiatan yang dilakukan Pemeriksa di tempat/lokasi Wajib Pajak untuk mencari,

mengumpulkan, mengolah data dan atau keterangan lainnya guna mengetahui

dan mendapatkan fakta-fakta yang berkaitan dengan kegiatan usaha Wajib Pajak,

(31)

kebenaran atau keberadaan fisik aktiva tetap yang dilaporkan dan

kepemilikannya dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan.

2.1.3.8 Melakukan Penilaian Atas Sistem Pengendalian Intern (SPI)

Sistem ini terdiri dari kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur yang

dirancang untuk memberikan manajemen keyakinan memadai bahwa tujuan dan

sasaran satuan usaha dapai dicapai. Kebijakan dan prosedur ini seringkali disebut

pengendalian, dan secara bersama-sama membentuk struktur pengendalian intern

suatu bentuk usaha.

Untuk mengetahui lemah/kuatnya Sistem Pengendalian Intern (SPI) sebagai

dasar untuk menentuka luasnya cakupan pemeriksaan dan dalamnya

pengujian-pengujian yang akan/harus dilakukan.

2.1.3.9 Menyesuaikan Cakupan dan Program Pemeriksaan

Agar pemeriksaan lebih terarah kepada permasalahan yang factual sehingga

dapat mencapai hasil yang optimal. Setelah kita melakukan penilaian SPI maka

akan terlihat kearah mana sebaiknya program pemeriksaan dilakukan. Proram

pemeriksaan yang telah dibuat sebelumnya akan dimutakhirkan seirama dengan

(32)

2.1.3.10 Melakukan Pemeriksaan Buku, Catatan, dan Dokumen

Pemeriksaan buku, catatan, dan dokumen merupakan jantung dari tahap

pelaksaan pemeriksaan. Seluruh rangkaian persiapan pemeriksaan sampai dengan

langkah penilaian SPI tidak akan berarti apa-apa jika tidak disertai dengan

langkah pemeriksaan buku-buku, catatan dan dokumen Wajib Pajak. Temuan

atau koreksi bukanlah suatu sulap yang bias hadir begitu saja hanya dengan

menjentikan jari.

Langkah pemeriksaan buku, catatan dan dokumen dilakukan dengan

berpedoman pada program pemeriksaan yang telah disusun dan dimutakhirkan.

Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan suatu teknik dan metode-metode

tertentu.

2.1.3.11 Melakukan Konfirmasi Kepada Pihak Ketiga

Menegaskan kebenaran dan kelengkapan data atau informasi dari Wajib Pajak

dengan bukti –bukti yang diperoleh dari pihak ketiga.

2.1.3.12 Memberitahukan Hasil Pemeriksaan Kepada Wajib Pajak

1. Memberitahukan secara tertulis koreksi fiskal dan perhitungan pajak terutang kepada Wajib Pajak.

(33)

3. Memberikan kesempatan kepada Wajib Pajak untuk menyampaikan pendapat, sanggahan, persetujuan atau meminta penjelasan lebih lanjut mengenai temuan dan koreksi fiskal yang telah dilakukan.

2.1.3.13 Melakukan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan

Tujuan melakukan pembahasan akhir hasil pemeriksaan adalah sebagai upaya

memperoleh pendapat yang sama dengan Wajib Pajak atas temuan pemeriksaan

dan koreksi fiscal terhadap seluruh jenis pajak yang diperiksa. Hasil pembahasan

tersebut dituangkan dalam Berita Acara Hasil Pemeriksaan yang harus

ditandatangai oleh Wajib Pajak dan pemeriksa disertai lampiran yang

menyebutkan jumlah koreksi dan jumlah pajak terutang yang disetujui oleh

Wajib Pajak dan Pemeriksa.

2.2.1 Kepatuhan Formal Wajib Pajak

2.2.1.1 Pengertian Kepatuhan Formal Wajib Pajak

Kepatuhan Wajib Pajak dikemukakan oleh Norman D. Nowak dalam Siti

Kurnia Rahayu menjelaskan bahwa:

“Suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan,

tercermin dalam situasi di mana:

1.Wajib Pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,

2. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas, 3. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar, 4. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.”

(34)

Menurut Chaizi Nasucha, dalam Siti Kurnia Rahayu mengatakan bahwa

kepatuhan Wajib Pajak dapat diidentifikasikan dari:

“Kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri, kepatuhan untuk

melaporkan kembali surat pemberitahuan, kepatuhan dalam perhitungan dan

pembayaran pajak terutang, dan kepatuhan dalam pembayaran tunggakan”

(2010:138) Sedangkan menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 544/KMK.04/2000

yang dikutip oleh Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu, menjelaskan bahwa:

“Kepatuhan perpajakan adalah tindakan Wajib Pajak dalam pemenuhan

kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentun peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam suatu

Negara.”

(2006:112) Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa wajib pajak yang patuh

adalah wajib pajak yang sadar akan pajak, paham atas hak dan kewajiban

perpajakannya, dan diharapkan peduli pajak yaitu melaksanakan kewajiban

perpajakan dengan benar serta tepat waktu dalam melaporkan kembali Surat

Pemberitahuan (SPT).

Pengertian Wajib Pajak Menurut Siti Resmi dalam Ketentuan Umum dan Tata

(35)

“Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak dan

pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.”

(2008:21) Dari pengertian diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa kepatuhan

merupakan suatu tindakan patuh dan sadar terhadap ketertiban pembayaran dan

pelaporan kewajiban perpajakan masa dan tahunan dari wajib pajak yang berbentuk

sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan usaha sesuai dengan ketentuan

perpajakan yang berlaku.

2.2.1.2 Menyampaikan SPT Tahunan PPh Tepat Waktu

Menurut Siti Kurnia Rahayu Wajib Pajak telah menjalankan kewajibannya

dalam menyampaikan SPT Tahunan tepat waktu jika:

“Misalnya ketentuan batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak

Penghasilan (SPT PPh) Tahunan tanggal 31 Maret. Apabila Wajib Pajak telah melaporkan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan (SPT PPh) Tahunan

sebelum tanggal 31 Maret maka Wajib Pajak telah memenuhi kewajibannya.”

(2010: 138) Jadi sesuai dengan ketetapan perundangan perpajakan yang berlaku bahwa

Wajib Pajak yang menyampaikan SPT Tahunan PPh dalam kurung waktu yang

ditetapkan yaitu sebelum tanggal 31 Maret maka wajib pajak tersebut dikategorikan

(36)

2.2.1.3 Menyampaikan SPT Tahunan PPh Terlambat/ Lewat Waktu

(Permohonan Perpanjangan Penyampaian SPT)

Terdapat banyak kasus dimana Wajib Pajak tidak menyampaikan kembali

SPT pada waktunya dikarenakan ketidaklengkapan persyaratan berupa laporan

keuangan dari WP Badan tersebut.

Menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati menjelaskan bahwa:

“Pasal 3 ayat 4 dan 5 UU KUP menyatakan bahwa WP dapat mengajukan permohonan perpanjangan untuk waktu penyampaian SPT tahunan. Dengan cara mengisi formulir yang tersedia di kantor pelayanan pajak, masing-masing rangkap dua. Dalam permohonan secara tertulis itu diajukan sebelum tanggal 25 sebelum batas akhir penyampaian SPT Tahunan”.

(2009:46)

2.2.1.4 Menyampaikan SPT Tahunan PPh Pembetulan

Menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati menjelaskan bahwa:

“Terhadap kekeliruan dalam pengisian SPT yang dibuat oleh Wajib Pajak

masih terbuka baginya hak untuk melakukan pembetulan atas kemauan sendiri dalam jangka waktu 2 tahun sesudah berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak dengan syarat Dirjen Pajak belum melakukan pemeriksaan. Dalam hal pembetulan SPT tersebut diatas menyatakan rugi atau lebih bayar”.

(2009:46) Dengan fasilitas tersebut diatas, Wajib Pajak dapat tetap melakukan

kewajibannya walaupun dengan keterlambatan waktu, namun dapat dikategorikan

(37)

2.3. Hubungan Pemeriksaan Pajak Terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak

Pemeriksaan pajak adalah suatu keniscayaan yang harus diterima oleh Wajib

Pajak sebagai penyeimbang dari pelaksanaan sistem perpajakan yang menganut self

assesment. Tujuan utama yang ingin dicapai dari pemeriksaan pajak adalah untuk

menguji kepatuhan Wajib Pajak. Adapun konsep penghubung Pemeriksaan Pajak

Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.

Menurut Gunadi menjelaskan bahwa:

Tax compliance merupakan salah satu indikator penting dalam mengukur

kinerja administrasi perpajakan oleh institusi pemungut pajak. Salah satu

sarana dalam peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak adalah pemeriksaan pajak”.

(2005.58) Menurut Manish Gupta and Vishnuprasad Nagadevara menjelaskan bahwa:

“Penelitian ini menemukan hubungan yang positif antara pemeriksaan dan

kepatuhan sukarela. Temuan menunjukkan bahwa pengaruh pemeriksaan atas

kepatuhan sukarela akan meningkatkan pendapatan Negara.”

Sedangkan menurut Siti Kurnia Rahayu menjelaskan bahwa:

“Kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan adalah

(38)

(2010:262) Dalam ketiga penjelasan tersebut diatas, penulis menyimpulkan bahwa

pemeriksaan pajak selain bertujuan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban

perpajakan. Pemeriksaan pajak juga sekaligus sebagai sarana pembinaan dan

pengawasan terhadap Wajib Pajak sehingga dapat tercapai tingkat kepatuhan wajib

pajak, terutama dalam pemenuhan kepatuhan ketepatan waktu dalam penyampaian

SPT. Dengan dilakukan pemeriksaan pajak, akan diperoleh tingkat kebenaran laporan

Wajib Pajak yang dituangkan dalam SPT. Dari hasil pemeriksaan yang telah

dilakukan, akan dapat diukur tingkat kepatuhan atau ketaatan Wajib Pajak dalam

memenuhi kewajiban perpajakannya.

2.4 Kerangka Pemikiran

Dalam praktek pemungutan pajak di Indonesia Wajib Pajak diberi

kepercayaan untuk melaksanakan suatu sistem dimana Wajib Pajak menghitung,

memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang, sehingga

melalui sistem ini administrasi perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan dengan

lebih rapi, terkendali, sederhana, dan mudah untuk dipahami oleh anggota masyarakat

wajib pajak.

Dengan adanya kepercayaan yang sangat besar yang telah diberikan

pemerintah kepada masyarakat maka sudah selayaknya diimbangi dengan upaya

penegakan hukum dan pengawasan yang ketat atas kepatuhan wajib pajak dalam

(39)

dalam Sistem Perpajakan Indonesia sekarang ini menuntut Direktorat Jenderal Pajak

(DJP) untuk selalu melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Wajib Pajak. Hal

utama yang dilakukan dalam pengawasan adalah melalui pemeriksaan pajak yang

mana menjadi sarana untuk menguji tingkat kepatuhan Wajib Pajak yang dilakukan

oleh Pemeriksa Pajak. Penting bagi DJP untuk memiliki Pemeriksa Pajak yang hadal

dan tanggap dalam menjalankan tugasnya, dengan begitu akan memungkinkan

diperolehnya manfaat ganda apabila dikombinasikan dengan unsur-unsur

self-assessment, sehingga penerimaan pajak secara maksimal dapat tercapai. Salah satu

langkah penting yang dilakukan oleh DJP sebagai wujud nyata kepedulian pada

pentingnya kualitas pelayanan adalah memberikan pelayanan prima kepada Wajib

Pajak serta mengoptimalisasikan penerimaan negara.

Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, Wajib Pajak

menjadi patuh secara sukarela pada saat mereka sadar bahwa institusi dalam hal ini

DJP, memperlakukan mereka dengan wajar dan adil. Lebih jauh lagi, Wajib Pajak

yang diakui sebagai Wajib Pajak patuh juga ingin mengetahui bagaimana aparat pajak

menghadapi para Wajib Pajak yang tidak patuh. Dengan cara ini, peraturan yang

responsive akan dapat mewujudkan kepercayaan dan keyakinan Wajib Pajak akan

ligitimasi system perpajakan kita. Dan dengan demikian akan timbulah kepatuhan

pajak Wajib Pajak yang sukarela pula.

Berdasarkan kelima penelitian tersebut diatas yang membedakan dengan

(40)

beberapa analisa risiko untuk mengetahui tingkat risikonya apakah akan berpengaruh

tinggi, cukup tinggi atau rendah terhadap ketidakpatuhan Wajib Pajak, dan berbagai

strategi pemeriksaan pajak untuk mengikur tingkat kepatuhan Wajib Pajak, namun

pada penelitian-penelitian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pentingnya

mengukur tingkat kepatuhan Wajib Pajak untuk dapat menjadi tolak ukur bagi kinerja

DJP melalui pemeriksaan pajak dan dapat menambah pendapatan negara.

Berbagai faktor menjadi latar belakang munculnya ketidakpatuhan oleh Wajib

Pajak di Wilayah Jawa Barat. Menurut dari Organisation for Ekonomi Co-operation

and Development (2004) bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi

ketidakpatuhan Wajib Pajak terhadap kewajiban perhitungan dan penyampaian

SPTnya, yaitu faktor ekonomi dan faktor non-ekonomi. Faktor ekonomi berhubungan

secara langsung dengan beban keuangan yang akan dikeluarkan oleh Wajib Pajak

dalam penyelesaian kewajibannya. Sedangkan faktor non-ekonomi berhubungan pada

perilaku Wajib Pajak, dimana setiap individu memiliki perilaku yang berbeda sesuai

dengan latar belakang, tingkat pendidikan serta kepribadian. Pada saat memiliki

kesempatan untuk bisa menghindari kewajiban pajaknya, maka Wajib Pajak akan

mengambil peluang tersebut demi mendukung faktor ekonomi yang

melatarbelakangi.

Sedangkan menurut Widyaiswara mengelompokan bahwa ketidakpatuhan

formal Wajib pajak yaitu Wajib Pajak dengan sengaja tidak mendaftarkan diri, Wajib

(41)

benar/ tidak lengkap/ melampirkan keterangan yang tidak benar, Wajib Pajak yang

sengaja tidak bersedia meninjamkan pembukuan, catatan, atau dokumen lainnya, hal

tersebut dapat terdeteksi dengan dilakukannya pemeriksaan pajak.

Ketidakpatuhan ini telah menjadi pekerjaan rumah yang wajib diselesaikan

oleh Dirjen Pajak karena ketidakpatuhan Wajib Pajak akan berpengaruh pada

pendapatan Negara yang menjadi sumber dana pembangunan dan pemeliharaan saran

publik bagi masyarakat. Untuk itu pentingnya melihat peningkatan pengawasan dari

DJP terhadap semua Wajib Pajak salah satunya melalui pelaksanaan pemerik saan

pajak.

Menurut Siti Kurnia Rahayu menjelaskan bahwa:

“Kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kondisi sistem

administrasi perpajakan suatu negara, pelayanan pada Wajib Pajak, penegakan

hukum pajak, pemeriksaan pajak, dan tarif pajak”.

(2010:140) Dari penjelasan diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa kepatuhan

merupakan kesadaran yang timbul dalam diri Wajib Pajak untuk memenuhi

kewajiban perpajakannya dalam penyampaian Surat Pemberitahuan sesuai

undang-undang yang berlaku.

Berdasarkan uraian diatas, penulis menuangkan kerangka pemikirannya dalam

(42)

Gambar 2.1

Menyampaikan SPT Tahunan PPh Tepat waktu

* Menyampaiakan SPT Tahunan PPh Terlambat (Permohonan perpanjangan waktu)

* Menyampaikan SPT tahunan PPh Pembetulan

Hipotesis

Adanya pengaruh Strategi Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan

Formal Wajib Pajak Strategi Pemeriksa

Pajak

*Mengumpulkan dan mempelajari Berkas Wajib Pajak (Data Internal dan Eksternal)

*Identifikasi Wajib Pajak (Tax Payer Profile) Analisis Kuantitatif dan Kualitatif

*Mengidentifikasi masalah dan Menentukan cakupan (ruang lingkup)pemeriksaan

*Menyusun program pemeriksaan dan menentukan buku-buku dan dokumen yang akan dipinjam

*Menyediakan sarana dan prasarana pemeriksaan Pemeriksaan di Tempat Wajib Pajak

*Melakukan Penilaian Atas Sistem Pengendalian Intern (SPI) *Menyesuaikan Cakupan dan Program Pemeriksaan

*Melakukan Pemeriksaan Buku, Catatan, dan Dokumen *Melakukan Konfirmasi Kepada Pihak Ketiga

*Memberitahukan Hasil Pemeriksaan Kepada Wajib Pajak Melakukan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan

(43)

2.5 Hipotesis

Menurut Sugiyono menjelaskan bahwa:

“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun

dalam bentuk kalimat pertanyaan.”

(2010:93) Hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara

terhadap masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul dan harus

diuji secara empiris. Berdasarkan uraian kerangka pemikiran diatas, maka dapat

disajikan oleh penulis adalah berhipotesis bahwa “Analisis Strategi Pemeriksaan

(44)

38

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu

penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan

jawaban maupun solusi dari permasalahan yang terjadi.

Adapun pendapat Sugiyono (2010:13) menjelaskan pengertian objek

penelitian adalah sebagai berikut;

“Objek penelitian adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan

tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid dan reliable

tentang suatu hal (variabel tertentu)”.

Maka yang akan diteliti dalam penyusunan skripsi ini adalah Analisis Strategi

Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak. Penelitian ini

dilakukan oleh peneliti di Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Kota Bandung.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data penelitiannya. Metode dalam penelitian ini menggunakan

metode deskriptif dan verifikatif, yaitu hasil penelitian yang kemudian diolah dan

diambil kesimpulannya. Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui

hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan

(45)

Sugiyono (2010;2) mengemukakan metode penelitian sebagai berikut:

“Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.”

Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat empat kata

kunci yang perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Cara

ilmiah didasarkan pada ciri-ciri keilmuan , data yang diperoleh terhadap informasi

tertentu, dan kegunaannya untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi

masalah.

Pengertian metode deskriptif yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010:29)

adalah sebagai berikut;

“Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan

atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk

membuat kesimpulan yang lebih luas”.

Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan rumusan masalah ke

satu dan masalah kedua. Data yang dibutuhkan adalah data yang sesuai dengan

masalah-masalah yang ada dan sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga data

tersebut akan dikumpulkan, dianalisis dan diproses lebih lanjut sesuai dengan

teori-teori yang telah dipelajari, jadi dari data tersebut akan ditarik kesimpulan.

Sedangkan menurut Masyhuri (2010:45) pengertian metode verifikatif adalah

(46)

“Metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk

menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di

tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan.”

Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan

perhitungan statistik. Penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh Variabel X

terhadap Y yang diteliti. Verifikatif berarti menguji teori dengan pengujian suatu

hipotesis apakah diterima atau ditolak.

3.2.1 Desain Penelitian

Desain Penelitian adalah rancangan penelitian yang digunakan sebagai

pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi

semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian, karena langkah dalam melakukan

penelitian mengacu kepada desain penelitian yang telah dibuat.

Menurut Sugiyono (2010:13) dapat disimpulkan proses penelitian meliputi:

1. Sumber masalah 2. Rumusan masalah

3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan 4. Pengajuan hipotesis

5. Metode penelitian

6. Menyusun instrumen penelitian 7. Kesimpulan

Berdasarkan proses penelitian yang telah dijelaskan diatas, maka desain pada

(47)

1. Sumber masalah

Membuat identifikasi masalah berdasarkan latar belakang penelitian sehingga

mendapatkan judul sesuai dengan masalah yang ditemukan. Identifikasi

masalah yang diperoleh dari adanya fenomena yang terjadi, seperti Strategi

Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak.

2. Rumusan masalah

Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicari jawabannya

melalui pengumpulan data. Proses penemuan masalah merupakan tahap

penelitian yang paling sulit karena tujuan penelitian tidak dapat dilakukan

dengan baik jika masalahnya tidak dirumuskan secara jelas. Berikut rumusan

masalah:

1. Bagaimana Strategi Pemeriksaan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak

Pratama di Kota Bandung.

2. Bagaimana Kepatuhan Formal Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak

Pratama di Kota Bandung.

3. Seberapa besar pengaruh Strategi Pemeriksaan Pajak terhadap

Kepatuhan Formal Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama di

Kota Bandung.

3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan

Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (berhipotesis),

maka peneliti dapat membaca referensi teoritis yang relevan dengan masalah

(48)

dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan jawaban sementara terhadap

masalah penelitian (hipotesis). Telaah teoritis mempunyai tujuan untuk

menyusun kerangka teoritis yang menjadi dasar untuk menjawab masalah atau

pertanyaan penelitian yang merupakan tahap penelitian dengan menguji

terpenuhinya kriteria pengetahuan yang rasional.

4. Pengajuan hipotesis

Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan

didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara

empiris (factual) maka jawaban itu disebut hipotesis. Hipotesis yang dibuat

pada penelitian ini adalah Analisis Strategi Pemeriksaan Pajak terhadap

Kepatuhan Formal Wajib Pajak.

5. Metode penelitian

Dalam melakukan penelitian penulis menggunakan metode deskriptif dan

verifikatif. Metode deskriptif digunakan untuk menjawab rumusan masalah

pertama dan kedua, yaitu:

1. Untuk mengetahui Pelaksanaan Strategi Pemeriksaan Pajak di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama di Kota Bandung.

2. Bagaimana Untuk mengetahui Kepatuhan Formal Wajib Pajak di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama di Kota Bandung.

3. Seberapa besar pengaruh Strategi Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan

(49)

6. Menyusun instrument penelitian

Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat menyusun

instrument penelitian. Instrument ini digunakan sebagai alat pengumpul data.

Instrument pada penelitian ini berbentuk kuesioner, untuk pedoman wawancara

atau observasi. Sebelum digunakan untuk pengumpulan data, maka instrument

penelitian harus terlebih dahulu diuji validitas dan realibilitasnya. Dimana

validitas digunakan untuk mengukur sejauh mana pengukuran tersebut dapat

dipercaya. Setelah data terkumpul maka selanjutnya dianalisis untuk menjawab

rumusan masalah dan menguji hipotesis yang diajukan dengan teknik statistik

tertentu. Selanjutnya peneliti menganalisis dan mengambil sampel untuk

melakukan penelitian mengenai:

a. Strategi Pemeriksaan Pajak yang diperoleh dari data kuesioner yang akan

diisi oleh Pegawai pajak pada seksi Pemeriksaan.

b. Kepatuhan Formal Wajib Pajakyang diperoleh dari data kuesioner yang akan

diisi oleh Pegawai pajak pada seksi Pemeriksaan.

7. Kesimpulan

Kesimpulan adalah langkah terakhir suatu periode penelitian yang berupa

jawaban atas rumusan masalah. Dengan menekankan pada pemecahan masalah

berupa informasi mengenai solusi masalah yang bermanfaat sebagai dasar untuk

pembuatan keputusan.

(50)

Tabel 3.1

Unit Analisis Time Horizon

T - 1 Deskriptif Deskriptif

T - 3 Verifikatif Explanatory

Survey

Pegawai Pajak (Seksi Pemeriksaan)

Cross Sectional

Dari tabel diatas kemudian peneliti uraikan sebagai berikut:

1. Tujuan pertama penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana Strategi

Pemeriksaan di KPP wilayah Kota Bandung, digunakan metode deskriptif dan

survey yang dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada pegawai

pajak pada seksi Pemeriksaan.

2. Tujuan kedua penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana kepatuhan Formal

Wajib Pajak di KPP wilayah Kota Bandung, digunakan metode dekriptif dan

survey dengan cara menyebarkan kuesioner kepada pegawai pajak khususnya di

seksi Pemeriksaan.

3. Tujuan ketiga penelitian adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

kualitas Strategi Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak di

KPP wilayah Kota Bandung, digunakan metode analisis dekriptif dan verifikatif

(51)

tersebut dan menganalisisnya secara kuantitatif serta melakukan uji hipotesis

yang telah ditetapkan

3.2.2 Operasional Variabel

Operasional variabel diperlukaan untuk menentukan jenis, indikator, serta

skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga pengujian

hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar sesuai dengan

judul penelitian. Adapun definisi operasional menurut Nur Indriantoro dan Bambang

Supono (2002:69) menjelaskan bahwa:

“Definisi operasional adalah penentuan construct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu dapat digunakan oleh peneliti dalam mengoperasionalkan construct,

sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran

constructyang lebih baik.”

Variabel itu sendiri dalam konteks penelitian menurut Sugiyono (2010:58)

sebagai berikut:

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.”

Penelitian “Analisis Strategi Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Kota Bandung”,

maka variabel-variabel yang diteliti dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Variabel Bebas / Independent (variabel X)

(52)

“Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat)”.

Dalam hal ini variabel bebas yang akan berkaitan dengan masalah yang akan

diteliti adalah data yang menjadi variabel bebas (variabel X) yaitu Pelaksanaan

Strategi Pemeriksaan Pajak. Dalam operasionalisasi variabel ini diukur oleh

instrument pengukur dalam bentuk kuesioner.

2. Variabel Terikat / Dependent (variabel Y)

Menurut Sugiyono (2010:59) variabel dependent atau variabel terikat yaitu:

“Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat,

karena adanya variabel bebas”.

Data yang menjadi variabel terikat (variabel Y) adalah Kepatuhan Formal

Wajib Pajak.

Adapun operasionalisasi setiap variabel adalah sebagai berikut

Tabel 3.2

Operasional Variabel

VARIABEL KONSEP INDIKATOR SKALA Nomor

(53)
(54)

Dalam operasionalisasi untuk variabel Pelaksanaan Strategi Pemeriksaan dan

Kepatuhan Formal Wajib Pajakmenggunakan skala ordinal. Pengertian dari skala

ordinal menurut Nur Indriantoro dan Bambang (2002:98) bahwa skala ordinal

adalah:

“Skala pengukuran yang tidak hanya menyatakan katagori, tetapi juga

menyatakan peringkat constructdiukur.”

Berdasarkan pengertian diatas, maka skala yang digunakan adalah skala

ordinal dengan tujuan untuk memberikan informasi berupa nilai pada jawaban.

Variabel-variabel tersebut diukur oleh instrument pengukur dalam bentuk kuesioner

berskala ordinal.

Untuk setiap pilihan jawaban diberi skor, maka responden harus

menggambarkan, mendukung pernyataan (item positif) atau tidak mendukung

pernyataan (item negative).

Pada jawaban kuesioner diberikan skor pertanyaan yang memiliki jawaban

positif dan pertanyaan yang memiliki jawaban negatif. Pertanyaan positif bertujuan

untuk mengetahui jawaban yang sesuai dengan kebenaran, sedangkan jawaban

negatif bertujuan untuk mengkroscek apakah responden menjawab secara konsisten

dan benar-benar menjawab kuesioner.

(55)

Tabel 3.3

Scoring Untuk Jawaban Kuesioner Positif

Jawaban Responden Skor

A 5

B 4

C 3

D 2

E 1

Sumber: Sugiyono (2010:94)

Untuk pertanyaan negatif, tingkat jawabannya terdapat pada tabel 3.4 dibawah ini:

Tabel 3.4

Scoring Untuk Jawaban Kuesioner Negatif

Jawaban Responden Skor

A 1

B 2

C 3

D 4

E 5

Sumber: Sugiyono (2010:94)

3.2.3 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data 3.2.3.1 Sumber Data

Jenis data yang digunakan peneliti dalam penelitian mengenai Analisis

Strategi Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama di Kota Bandung..

Menurut Sugiyono (2009:137) sumber data primer adalah:

“Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data

(56)

Pengumpulan data primer dalam penelitian ini melalui cara menyebarkan

kuesioner, dalam hal ini para pegawai KPP seksi Pemeriksaan di wilayah Kota

Bandung.

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data

Untuk menunjang hasil penelitian, maka peneliti melakukan pengelompokan

yang diperlukan kedalam dua golongan, yaitu :

1. Populasi

Populasi merupakan objek atau subjek yang memenuhi kriteria tertentu

yang telah ditentukan peneliti. Menurut Sugiyono (2010:80) tentang pengertian

populasi bahwa:

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”.

Berdasarkan pengertian diatas, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa

populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan

memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian. Pada penelitian

ini yang menjadi populasi adalah 75 orang pegawai pajak seksi Pemeriksaan pada 5

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama di Wilayah Kota Bandung.

2. Sample

Dengan meneliti secara sampel, diharapkan hasil yang telah diperoleh akan

memberikan kesimpulan gambaran sesuai dengan karakteristik populasi.

Gambar

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Tabel 3.2 Operasional Variabel
Tabel 3.5 Standar Penilaian untuk Reliabilitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul

Hanya Anda yang tahu apa yang ingin Anda ciptakan, hanya Anda yang bisa benar-benar memvisikan apa yang Anda inginkan, hanya Anda yang bisa melibatkan semua indera Anda

Pada bulan Desember 2013, Nilai Tukar Petani untuk Subsektor Hortikultura (NTPH) dilaporkan terjadi peningkatan sebesar 0,57, hal ini disebabkan karena

Sejarah sebagai kisah dapat berupa narasi yang disusun berdasarkan memori, kesan, atau tafsiran manusia terhadap kejadian atau peristiwa yang terjadi pada waktu lampau.. Sejarah

Kesimpulan dalam penelitian ini ialah (1) Karakteristik anggota lebih banyak anggota yang berjenis kelamin perempuan dengan golongan umur produktif akhir serta bekerja berwirausaha

[r]

[r]

Berkaitan dengan uraian tersebut, masalah yang menjadi dasar ulasan adalah bagaimana bentuk kebudayaan prasejarah yang spesifik dari masa awal Holosen dan masa Neolitik di