1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Saripohatji merupakan salah satu produk bedak yang berasal
dari Ciamis Jawa Barat, produk buatan Siti Marijah ini sudah ada
semenjak tahun 1927. Awalnya Saripohatji pertama kali diproduksi
secara industri rumahan dan berkembang menjadi pabrik seiring
banyaknya permintaan konsumen. Bahan pembuatan bedak
Saripohatji berupa ramuan alami dari rempah-rempah lalu dicampur
ke dalam media bedak yang terbuat dari beras, bentuk bedak berupa
butiran-butiran yang terlebih dahulu dihaluskan jika akan digunakan
sebagai bedak, selain itu Saripohatji juga dapat digunakan sebagai
masker dan bedak bayi. Setiap 20 gram bedak Saripohatji dikemas
menggunakan kertas dengan dominan warna kuning, putih dan
merah, saat ini produk Saripohatji dapat ditemui di sejumlah pasar
tradisional, toko kosmetik berskala kecil dan penjual jamu dengan
harga berkisar Rp 1000 – Rp 2500 per buah.
Menurut salah satu artikel media cetak koran Pikiran Rakyat
edisi 27 Juli 2010, bedak Saripohatji sempat terkenal di Jawa Barat
sekitar tahun 1950-1980 dan menjadi primadona produk kecantikan
bagi para wanita, bahkan menembus pasar internasional sehingga
berhasil mendapat penghargaan pada tahun 1965 oleh pihak
2
Saripohatji merupakan salah satu produk yang unggul dan
dipertahankan secara turun-temurun oleh para konsumen setianya
sampai sekarang.
Pada masa sekarang ini produk-produk kecantikan mengalami
banyak perubahan yang sangat menonjol seiring perubahan persepsi
wanita yang menginginkan kulit wajahnya menjadi putih dan bersih
secara instan. Moderenisasi produk yang sesuai perkembangan
jaman menjadikan produk berbahan kimia lebih banyak diminati oleh
konsumen wanita dari berbagai macam usia. Saripohatji yang
mempertahankan produknya secara turun-temurun tidak mampu
bersaing sehingga mulai dilupakan dan tidak dikenali lagi.
Saripohatji hanya diketahui dan digunakan oleh sebagian
konsumen setianya yang rata-rata berusia senja, hal ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor lainnya seperti tidak adanya inovasi baru dan
usaha untuk mengeksistensikan produk. Seharusnya Produk
Saripohatji dapat mempertahankan keberadaannya lebih besar lagi,
karena Saripohatji adalah salah satu produk kecantikan khas Jawa
Barat, ditambah dengan sifatnya yang alami dan tidak berbahaya
tentu dapat dijadikan salah satu nilai tambah dari produk ini agar
Saripohatji mampu bersaing dengan produk lain.
1.2 Identifikasi Masalah
Saripohatji yang mulai dilupakan memiliki beberapa faktor
3
1. Penjualan bedak Saripohatji hanya mengandalkan konsumen setia
saja yang jumlahnya semakin berkurang.
2. Produk bedak Saripohatji tidak mampu untuk menarik konsumen
baru dengan berinovasi pada kemasan / produknya, karena
selama ini Saripohatji tidak pernah mengubah kemasan, dan
hanya dilestarikan dengan cara turun-temurun dari para konsumen
yang setianya.
3. Tidak adanya komunikasi pemasaran / kegiatan promosi untuk
mengeksistensikan diri.
4. Pada segi pendistribusian barang produk bedak Saripohatji hanya
di sebar di daerah Jawa Barat dengan jumlah yang terbatas
sehingga sulit ditemui di pasaran.
1.3 Fokus Masalah
Keberadaan Saripohatji yang semakin tenggelam membuatnya
tidak diketahui lagi oleh masyarakat secara umum, dari berbagai
identifikasi masalah yang muncul maka dapat ditemukan fokus
permasalahan pada produk Saripohatji. Produk bedak Saripohatji ini
perlu memperluas pangsa pasarnya dengan cara menarik konsumen
baru yang lebih muda. Persepsi Saripohatji sebagai produk kuno yang
hanya digunakan oleh orang tua saja harus dirubah, mengingat
tuanya usia produk dan kemasan yang masih bernuansa zaman dulu.
Hal ini dapat dirubah melalui pencitraan pada kemasan terlebih dahulu
4
tidak mampu lagi untuk mengkomunikasikan pesan produk dengan
baik kepada semua konsumennya terutama kepada kelompok usia
muda.
1.4 Batasan Masalah
Agar lebih memperjelas pembahasan, maka pada laporan ini
penulis hanya akan fokus terhadap perubahan pencitraan pada
produk bedak Saripohatji. Dimana produk ini dianggap sebagai produk
kuno yang hanya dipakai oleh orang tua saja menjadi produk yang
layak untuk dipergunakan juga oleh kaum muda melalui perubahan
kemasan sebagai tahap awal dari inovasi Saripohatji.
1.5 Tujuan Perancangan
Tujuan dari perancangan ini ialah untuk mempertahankan
keberadaaan Saripohatji dengan memperluas pangsa pasar untuk
mendapatkan loyalitas dari konsumen baru dengan segmentasi dan
5 BAB II
LANDASAN TEORI PERUBAHAN CITRA MEREK PRODUK SARIPOHATJI MELALUI PERUBAHAN PADA DESAIN KEMASAN
Pembahasan pada bab ini berkaitan dengan beberapa teori yang
diambil dari ilmu manajemen pemasaran mengenai pemahaman tentang
suatu merek (brand) dan pencitraan merek (brand image) dengan ilmu
desain khususnya mengenai desain kemasan, pembahasan tentang bedak
Saripohatji dan analisisnya, serta ilmu-ilmu lain yang terkait.
2.1 Pengertian Merek (Brand)
Merek menjadi suatu hal yang sangat penting dalam suatu
produk/jasa, merek diperkenalkan dan ditawarkan dalam suatu
kegiatan pemasaran, agar seorang konsumen dapat menentukan
pilihan pada suatu produk. Merek menurut Aaker (1997:9) merupakan
nama dan atau simbol yang bersifat membedakan (seperti logo, cap,
atau kemasan) dengan maksud mengidentifikasi barang atau jasa dari
seorang penjual atau sebuah penjual tertentu yang mampu
membedakannya dari barang-barang yang dihasilkan oleh para
kompetitor. Merek merupakan ciri khas sebagai pembeda dari suatu
produk sebagai alat identifikasi konsumen untuk menentukan
6 Elemen Merek
Dalam buku karangan Surachman (2008:31) menjelaskan
mengenai merek yang terdiri dari beberapa elemen-elemen utama
yang dapat membedakannya dengan produk lain, elemen-elemen
ini berfungsi untuk meningkatkan kesadaran merek (brand
awareness) dan asosiasi merek yang berhubungan dengan
bagaimana suatu merek dapat diartikan oleh para kosumennya,
elemen merek tersebut terdiri dari :
1. Nama Merek yaitu hal mendasar yang menggambarkan tema
sentral atau asosiasi kunci suatu produk dalam suatu penyajian
iklan yang sederhana maupun yang lebih kompleks.
2. Logo dan simbol yang merupakan kesatuan yang dapat
mewakili desain produk.
3. Karakter adalah hasil dari simbol suatu merek.
4. Slogan merupakan rangkaian kalimat pendek yang bertujuan
untuk mengkomunikasikan informasi tentang suatu merek.
5. Jingles adalah suatu pesan musikal yang ditulis dalam cakupan
merek tersebut.
6. Kemasan merupakan suatu hal yang pertama kali dilihat oleh
konsumen dalam memilih suatu merek pada produk.
2.2 Citra Merek (Brand Image)
7
dihubungkan dengan pengalaman seseorang tersebut. Citra dapat
bersifat positif dan negatif, dalam sebuah produk citra yang positif
dapat membantu membentuk loyalitas atau kesetiaan pada
konsumen, sehingga konsumen yang loyal akan menolak segala
bentuk kegiatan dari para pesaingnya. Sedangkan citra yang negatif
akan berdampak sangat buruk kepada tingkat pembelian oleh
konsumen. Dari penjelasan di atas, pengertian citra merek menurut
Kotler yang dikutip oleh Fajhrianti dan Zattul Farah (2005:285) berarti
seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki seseorang
terhadap sebuah merek. Sedang menurut Zikmund dalam buku
Freddy Rangkuti mengemukakan bahwa konsumen cenderung
mendefinisikan sendiri sesuai dengan nilai simbolis dari keinginan
mereka sendiri. Nilai simbolis yang berhubungan dengan merek
disebut brand image (2009:90).
Dalam sebuah produk citra merek menjadi sangat penting
karena akan memberikan suatu kesan kepada konsumen yang akan
mempengaruhi keputusan pembelian. Kemasan sebagai salah satu
elemen merek merupakan bagian dari strategi pemasaran dalam
menyampaikan citra produk secara langsung kepada konsumen.
Sebagai contoh perbandingan antara suatu produk minuman yang
dikemas dalam sebuah wadah botol kaca yang di desain khusus akan
lebih menarik dibandingkan dengan kemasan yang hanya
menggunakan plastik tipis, hal ini karena produk tersebut
8
Dengan kata lain citra suatu produk akan terpancar salah satunya
melalui kemasan dengan desain yang baik dan mampu memberikan
suatu citra yang baik pula sehingga mendapat respon positif dari
konsumen untuk melakukan pembelian.
2.3 Kemasan (Packaging)
Kemasan telah ada sejak ribuan tahun yang lalu, sejak dahulu
para manusia purba menggunakan kulit binatang dan keranjang
rumput untuk membungkus sesuatu, sampai pada perkembangannya
keramik dibuat oleh bangsa Cina. Selain keramik penggunaan bahan
lain pun semakin berkembang mulai dari kayu, kain, bambu, kaca dan
material lainnya. Perubahan besar pada kemasan ditandai dengan
penemuan kantung kertas yang berlanjut pada mesin sederhana
untuk membuatnya. Kemasan pada saat itu hanya berfungsi sebagai
alat pelindung barang dari pengaruh cuaca, mencegah kerusakan,
dan mempermudah dalam proses pemindahan barang, karenanya
kemasan masih dibuat sangat sederhana dan tidak memiliki nilai lain.
Perkembangan zaman yang semakin modern dan kompleks
membuat kemasan menjadi sangat penting dalam dunia pemasaran.
Kemasan tidak lagi dibuat sederhana, menurut Hermawan Kertajaya
dalam makalah akademik (2009:17) mengatakan “Packaging protects
what it sells, now packaging sells what it protects” (Kemasan
9
dilindungi). Dengan kata lain, kemasan bukan lagi sebagai pelindung
atau wadah tetapi harus dapat menjual produk yang dikemasnya.
Pada dasarnya pengertian kemasan mengacu kepada objek
fisik itu sendiri seperti karton, container atau bungkusan. Sedang
mengemas merupakan tindakan membungkus atau menutup suatu
barang atau sekelompok barang (Klimchuck, 2006:34). Pengemasan
berarti kegiatan merancang dan memproduksi kemasan/pembungkus
untuk produk. Kemasan termasuk wadah utama dari produk dan juga
kemasan kedua yang membungkus sebuah produk. (Rangkuti,
2009:132). Tujuan utama kemasan adalah mewadahi dan melindungi,
tetapi tujuan lain yang dapat bervariasi adalah pada penampilan,
tekstur, grafis, bentuk, biaya dan struktur. Ketika mendesain sebuah
kemasan, tidak ada desain kemasan yang begitu benar atau salah
tetapi pertimbangannya adalah layak atau tidaknya, hal ini
diungkapkan oleh Denison dalam kutipan makalah akademik (2009:7).
Menurut Bob Cotton dalam makalah akademik (2009:11),
sebuah kemasan yang berhasil yaitu merupakan perpaduan antara
pemasaran dan desain, dan harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Stand Out (menonjol)
Jika kemasan tidak atau kurang menonjol maka ia akan
kehilangan fungsinya sebagai daya tarik.
2. Contents (isi)
Kemasan harus dapat memberikan informasi tentang isi kemasan
10
3. Suitable (sesuai)
Desain kemasan harus sesuai dengan produk yang dikemas.
4. Distinctive (unik)
Secara keseluruhan desain kemasan harus unik dan berbeda
dengan prduk pesaing.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemasan memiliki
peranan penting dalam penjualan produk, karena pada masa
sekarang aktifitas jual dan beli banyak dilakukan sendiri atau self
service dengan adanya swalayan. Selain itu produk di swalayan
dijajarkan pada rak yang sama, sehingga persaingan desain kemasan
menjadi sangat penting untuk menarik konsumen untuk mendapatkan
respon positif sehingga sampai pada tahap pembelian.
2.3.1 Desain Kemasan (Struktur Kemasan)
Desain kemasan adalah bisnis kreatif yang mengkaitkan bentuk, struktur, material, warna, citra, tipografi, dan
elemen-elemen desain dengan informasi produk agar produk dapat
dipasarkan (Klimchuck, 2006:33). Pada akhirnya desain
kemasan berlaku sebagai pemasaran produk dengan
mengkomunikasikan kepribadian atau fungsi produk secara
unik. Penjelasan di atas mengemukakan desain pada kemasan
turut menentukan pencitraan yang terdapat pada sebuah merek
yang menjadi identitas / kepribadiannya, hal ini mempengaruhi
11
akhirnya menggunakan produk tersebut. Sebagai contoh
produk Coca-cola memiliki kemasan botol kaca yang unik dan
berbeda yang menjadi salah satu identitasnya, jika Coca-cola
ditempatkan pada botol lain maka produk tersebut bukanlah
Coca-cola.
Desain kemasan harus dibuat semenarik mungkin dan
sesuai dengan apa yang akan direpresentasikan oleh suatu
produk, maka elemen dan prinsip desain serta strategi kreatif
perlu diterapkan dalam konsep dan penerapannya. Berikut
adalah beberapa perhatian utama yang harus diperhatikan
dalam pembuatan desain kemasan :
1. Tipografi dalam desain kemasan adalah medium utama
untuk mengkomunikasikan nama, fungsi, dan fakta produk
bagi konsumen luas. Pemilihan tipografi, tata letak, dan
penerapan huruf dan kata-kata mempengaruhi bagaimana
cetakan dibaca. Pada akhirnya tipografi menjadi elemen
penting dari ekspresi visual produk (Klimchuck, 2006:87).
Pada dasarnya huruf memiliki energi yang dapat
mengaktifkan gerak mata. Dalam desain tipografi terdapat
istilah legibility yang berarti sebagai kualitas huruf / naskah
dalam tingkat kemudahannya untuk dibaca. Tingkat
keterbacaan ini tergantung kepada tampilan bentuk fisik itu
sendiri, ukuran serta penataannya dalam naskah (Danton,
12
2. Warna merupakan salah satu aspek yang paling
berpengaruh dari desain kemasan. Jill Morton dalam buku
Klimchuck menyatakan “sebagai alat marketing, warna dapat menjadi suatu komponen fungsional dari penglihatan
manusi, warna dapat menarik perhatian, menyejukkan atau
menyakitkan mata, dan berkontribusi pasa kesuksesan
suatu produk, jasa atau bahkan suatu interior ruangan”
(Klimchuck, 2006:107). Warna juga dapat dijadikan variasi
pada produk dan mewakili asosiasi warna dari suatu objek
yang disesuaikan dengan latar belakang budaya dan
interpretasi sosial yang terjadi.
3. Ilustrasi menjadi bahasa universal dari produk, dapat
menggunakan fotografi atau ilustrasi dengan penggayaan
yang sesuai dengan karakteristik konsumen.
4. Kemasan berarti berhubungan dengan struktur (bentuk) dan
bahan material untuk membungkus produk tersebut.
Struktur dan material berpengaruh dalam proses
pengepakan barang dari produsen hingga penggunaan
produk oleh konsumen. Bentuk juga memiliki suatu fungsi
ergonomis, dimana kemasan harus bisa membuka dan
menutup secara baik, mengeluarkan dan dalam beberapa
contoh menyimpan.
5. Tata letak merupakan keseluruhan tampilan aspek grafis
13
6. Identitas produk seperti merek sebagai simbol dari produk
dicantumkan agar lebih mudah dikenali dan menjadi ciri
khas.
Selain keenam elemen diatas olah pesan dan informasi
produk pada kemasan harus diperhatikan agar dapat
menyampaikan keterangan produk, brand, kategori produk,
maupun keuntungan yang ditawarkan oleh produk secara tepat.
2.3.2 Visualisasi Kemasan
Tampilan pada kemasan dapat berupa berbagai macam
objek yang sesuai dengan produk yang dijual. Kemasan yang
menjual harus dapat merepresentasikan keunggulan dari
produk tersebut. Visualisasi kemasan pada produk sangat
berpengaruh besar, penggunaan karakter unik dan cara
eksekusi tampilan harus tepat sehingga sesuai dengan tujuan
dari pengemasan dan pemasaran.
Visualisasi pada kemasan dapat berupa fotografi yang
biasanya cocok untuk menggambarkan suatu keaslian dari
produk, seperti terdapat pada kemasan produk makanan,
kecantikan, atau peralatan. Penggunaan fotografi juga
dianggap lebih cepat mengungkapkan sesuatu secara efektif
14
Gambar 2.1 Visualisasi kemasan menggunakan fotografi
Selain menggunakan fotografi, visualisasi kemasan
dapat menyesuaikan dengan karakter target, kekuatan merek
yang dimiliki suatu produk (contoh pemberian logo dengan
ukuran yang mendominasi) atau penggunaan tipografi pada
kemasan. Seperti yang sudah dijelaskan tipografi atau huruf
merupakan salah satu elemen penting dalam proses
mendesain, selain digunakan sebagai keterangan tipografi
pada kemasan juga dapat mewakili representasi visual dari
produk (contoh karakter huruf yang dibuat sesuai dengan
pesan produk).
15 2.4 Pengertian Bedak dan Jenis-Jenisnya
Menurut salah satu artikel Tabloid Nova (2009), bedak ialah
bubuk higroskopis yang sangat halus yang berguna khususnya untuk
mengurangi gesekan pada kulit. Karena sifatnya yang higroskopis,
maka bedak dapat menyerap sebagian hasil sekresi tubuh dan
mengeringkan kulit. Selain itu, bedak bersifat sebagai penutup,
pelindung, dan pendingin. Jika dilihat dari bahan pembuatannya,
bedak dibedakan menjadi dua jenis ya itu:
1. Bedak Tumbuhan / organik
Bahan utamanya ialah starch yakni granul polisakarida (yang
berasal dari jagung, beras, dan wheat) serta zeasorb. yang
mengandung metil selulose. Bedak jenis ini memiliki kemampuan
absorbsi yang lebih besar daripada talcum.
2. Bedak mineral / anorganik.
Umumnya mengandung talcum venetian (talcum), zinc oxide,
magnesium oksid, titanium dioksid, dan sebagainya. Bahan Talcum
merupakan magnesium polisiikat murni dan dianggap sebagai
bahan kimiawi yang inert, sangat ringan, yang mempunyai daya slip
cukup besar dan daya lekat. Untuk keamanan pemakai talcum
dibuat dengan ukuran partikel yang sangat halus. Oxydum zincicwn
merupakan bubuk halus berwama putih yang bersifat hidrofob, dan
tidak menyebabkan hipersensitasi. Efek utamanya ialah daya
16
dapat terjadi gumpalan-gumpalan karena pembentukan carhonas
zincicum yang dapat merangsang kulit.
Sedangkan penggolongan bedak menurut Menurut Windya
Novita (2009:128) pada dunia kosmetika bedak dikelompokan menjadi
lima jenis yang berbeda berdasarkan bentuk dan kegunaannyanya
yaitu:
a. Loose powder (bedak bubuk) dikenal juga sebagai bedak tabur
dan berbentuk bubuk halus.
b. Compact powder biasa digunakan setelah menggunakan alas
bedak dan berbentuk padat.
c. Shimmering powder berbentuk bubuk juga tetapi yang
membedakannya adalah bedak ini memiliki warna dan ber-glitter,
digunakan sebagai pulasan akhir sebuah tata rias agar tampak
berkilau dan bercahaya.
d. Meteorite powder berbentuk bulat kecil berwarna-warni, sama
seperti shimmering powder , bedak ini digunakan sebagai pulasan
akhir juga tetapi pengaplikasiannya menggunakan kuas bukan
spons.
e. Two-way cake powder adalah bedak dengan fungsi ganda yaitu
berfungsi sebagai bedak dan foundation.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik bedak
Saripohatji, bedak ini tergolong ke dalam bedak dengan bahan alami
dan dapat digunakan sebagai bedak dasar sebelum penggunaan
17
bedak dasar, bedak Saripohatji akan berfungsi menetralkan beberapa
kandungan yang terdapat pada jenis bedak lain yang digunakan.
2.5 Bedak Saripohatji
2.5.1 Sejarah Bedak Saripohatji
Menurut artikel koran Pikiran Rakyat edisi 27 Juli 2010, pencipta produk bedak ini adalah seorang wanita bernama Siti
Marijah. Awalnya Siti Marijah membuat bedak Saripohatji untuk
keperluannya sendiri. Bahan dasarnya adalah tepung beras
yang ditumbuk, dicampur ramuan sejumlah dedaunan seperti
daun suji, pandan, daun jambu, daun beungbeureuman,
mamangkokkan, dan teklan. Dicampur pula dengan ekstrak
Curcuma xanthorriza (temulawak), Curcuma domestica (kunyit),
Solanum lycopersicum (tomat), Citrus aurantifolia (jeruk nipis),
serta bahan-bahan lainnya yang berasal dari alam.
Tidak kurang dari empat puluh macam bahan yang
digunakan dalam ramuan Saripohatji. Bedak itu dipakai sendiri
oleh Siti Marijah. Kemudian, para tetangga meminta bedak
buatan Siti Marijah dan mereka merasa cocok. Jumlah
permintaan produk Saripohatji semakin banyak sehingga tahun
1927 Siti Marijah mulai menekuni usahanya sebagai home
18
Gambar 2.3 Rempah-Rempah Ramuan Saripohatji Sumber : Dokumen Pribadi Pabrik Bedak Saripohatji
Siti Marijah kemudian memberi merk bedak ramuannya
“Saripohatji”. Nama itu berasal dari nama dewi beras Sripohaci karena bahan dasar ramuan bedaknya dari tepung beras.
Saripohatji dikemas memakai dedaunan kering dan dijual dari
warung ke warung dengan menggunakan sepeda ontel. Seiring
waktu, bedak Saripohatji pun terus menjadi tenar dan
berkembang pesat sehingga menjadi satu-satunya produk
bedak yang terkenal pada masa tersebut.
Selain sebagai bedak kecantikan yang membuat kulit
menjadi putih bersih, Saripohatji yang dibuat oleh Siti Marijah
memiliki banyak khasiat diantaranya sebagai obat kulit untuk
menghilangkan jerawat dan dapat dijadikan bedak untuk bayi.
Karena khasiat yang berlimpah tersebut, Saripohatji menjadi
primadona pada jamannya, para wanita banyak yang memakai
produk ini karena menginginkan kulit wajah yang halus dan
19
Gambar 2.4 Siti Marijah
Sumber : Dokumen Pribadi Pabrik Bedak Saripohatji
Gambar 2.5 Sando Hardjo, Neneng Fatimah, Ocoh Setiawati Sumber : Dokumen Pribadi Pabrik Bedak Saripohatji
Siti Marijah menjadi generasi pertama dari pemilik pabrik
bedak Saripohatji ini, ketika Siti Marijah meninggal dunia pada
tahun 1959 usaha pabrik dilanjutkan oleh suaminya yaitu
Sandjo Hardjo hingga tahun 1971.Kemudian setelah suami Siti
Marijah meninggal dunia maka usaha diteruskan oleh istri
kedua Sandjo Hardjo bernama Neneng Fatimah dan dilanjutkan
oleh istri ketiga Ny. Ocoh Setiawati dan anak-anaknya sampai
20 2.5.2 Legenda Dewi Sri
Seperti yang sudah disebutkan di atas, pemakaian nama
Saripohatji yang berasal dari nama Sripohaci (dewi padi) tidak
hanya karena berbahan dasar beras, tetapi jika ditelaah
berdasarkan mitos nama ini juga dapat dijadikan proyeksi
kecantikan dari daerah Pasundan (Jawa Barat) pada masanya.
Hal ini diakui oleh salah seorang pemilik pabrik Saripohatji yang
merupakan anak dari Ny. Ocoh setiawati bapak Asep Hidayat,
beliau berkata nama Saripohatji memang di ambil dari nama
dewi priangan timur yang menurut legenda begitu cantik,
sehingga mengispirasi Siti Marijah untuk memberikan nama
produknya “Saripohatji”.
Jika ditelaah secara etimologis nama Sripohaci berasal
dari dua suku kata yaitu Sri dan Pohaci. Sri berarti sang atau
cantik sedangkan Pohaci dalam buku berjudul Ensiklopedi
Sunda (2000:519) ialah makhluk khayangan yang diutus oleh
Sunan Ambu untuk menolong anak-cucunya yang mengalami
kesulitan. Pada akhirnya pohaci sering dikaitkan dengan
dewa-dewi, bahkan bagi para dewi pohaci dikatakan sebagai
bidadari.
2.5.3 Pembuatan Produk Saripohatji
Bedak Saripohatji diproduksi oleh sebuah pabrik yang
21
rumah pemiliknya yang masih bergaya arsitektur Art Deco.
Pembuatan bedak Saripohatji dikerjakan oleh 9 orang pekerja
wanita yang berasal dari daerah terdekat pabrik.
Gambar 2.6 Rumah Pemilik Bedak Saripohatji Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 2.7 Pabrik Bedak Saripohatji Sumber : Dokumen Pribadi
Bahan pembuatan bedak Saripohatji masih sangat
22
yang berada di halaman sekitar dan kebun yang berada pada
sisi halaman pabrik, hanya media untuk bedak saja yang harus
dibeli yaitu tepung kaolin. Sekarang bedak Saripohatji tidak lagi
menggunakan beras sebagai media untuk bedak, menurut
bapak Asep Hidayat selaku pemilik pabrik seiring
perkembangan zaman dan penelitian yang dilakukan, tepung
kaolin memiliki kualitas yang lebih bagus dari tepung beras.
Media batu bintang atau gipsum dengan kualitas terbaik
sebelumnya pernah digunakan Saripohatji sebagai media
bedak, namun pada akhirnya tepung kaolin dipilih karena
dianggap yang paling baik dan cocok untuk bahan dasar media
bedak Saripohatji.
Gambar 2.8 Tepung Kaolin Sumber : Dokumen Pribadi
Pembuatan bedak Saripohatji dimulai dengan
penyortiran temulawak, kuning santen dan rempah dedaunan
23
saring / filtrasi sehingga memperoleh sari-sari yang kemudian
dicampur dengan tepung kaolin dan dibentuk menjadi adonan.
Gambar 2.9 Proses Pembuatan Bedak Saripohatji Sumber : Dokumen Pribadi Pabrik Bedak Saripohatji
Adonan ini didiamkan dalam tempat penyimpanan
selama beberapa hari. Adonan yang siap dicetak dicampur
kembali dengan tepung kaolin sampai menjadi pasta yang siap
untuk dipilin. Setelah dipilin kemudian dijemur menggunakan
sinar matahari agar butiran bedak dapat menyerap vitamin D
24
Gambar 2.10 Tempat Penyimpanan Adonan Bedak Saripohatji Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 2.11 Proses Pemilinan Produk Bedak Sumber : Dokumen pribadi
25
Gambar 2.13 Proses Pengemasan Produk Bedak Sumber : Dokumen pribadi
Jika cuaca sedang mendung, maka butiran bedak akan
memasuki oven yang dibakar dengan arang selanjutnya
dikeringkan lagi dengan bantuan sinar matahari. Bedak harus
benar-benar kering agar tidak mudah hancur saat
pengemasan, setelah keseluruhan proses di atas Bedak
Saripohatji siap dikemas dan dipasarkan.
2.5.4 Kemasan Saripohatji
Produk bedak Saripohatji yang berbentuk butiran-butiran
sebanyak kurang lebih 20 gram dikemas ke dalam kertas HVS
berukuran 7,5cm x 9,5cm, kemasan terdiri dari dua lapis yaitu
kemasan bagian luar dan kemasan bagian dalam untuk
membungkus produk butiran bedak. Pada kemasan luar
berwarna kuning dan merah, bagian muka terdapat tahun
berdiri perusahaan, logo cap potret, nama produk, nama
26
GEDEP. Sedangkan pada bagian belakang mencantumkan
keterangan produk dan berat bersih.
Gambar 2.14 Gambar Kemasan Bagian Luar Bedak Saripohatji Sumber : Dokumen Pribadi Pabrik Bedak Saripohatji
27
Desain pada bagian muka terdiri dari beberapa warna
dimana menurut hasil wawancara dengan pemilik pabrik bedak
Saripohatji, warna kuning pada kemasan melambangkan
kesejahteraan, sedangkan merah hanya menjadi warna kontras
yang menyeimbangakan warna kuning. Beberapa objek desain
seperti lambang padi dan kapas yang mengitari logo dan ujung
kemasan berarti nilai akan kehidupan. Lapisan kertas yang
kedua berfungsi sebagai wadah bedak yang bertuliskan
tentang keterangan dari produk dan cara pemakaian yang lebih
rinci, serta terdapat nama produk, nama pembuat, nomor
produk dan logo.
Kemasan yang berlapis dipengaruhi oleh perkembangan
zaman pada awal pembuatan kemasan dibuat yaitu tahun 1927
dimana Saripohatji mengikuti kemasan puyer dan obat. Proses
pencetakan kemasan awalnya dilakukan di dalam pabrik itu
sendiri menggunakan mesin handpress dengan tinta cetak
biasa, tetapi sekarang diserahkan kepada pihak luar karena
28
Gambar 2.16 Mesin Handpress Milik Pabrik Bedak Saripohatji Sumber : Dokumen Pribadi
Tipografi yang digunakan mengikuti anatomi huruf arial
dan tidak ada arti khusus dalam pencantumannya ke dalam
kemasan. Keterangan yang ada pada kemasan masih
menggunakan ejaan lama pada zaman Belanda dan tidak
pernah diterjemahkan sampai sekarang.
2.5.5 Data Penjualan dan Saluran Distribusi
Data pada Koran Pikiran Rakyat edisi 27 Juli 2010
menyebutkan dahulu pabrik bedak ini dapat memproduksi
sampai 400 pak/minggu, sedangkan pada saat ini pabrik hanya
memproduksi bedak sebanyak 300 pak/bulan (1 pak berisi 50
kantong). Produk ini dipasarkan hanya pada wilayah Jawa
Barat saja seperti Bandung, Garut, Tasikmalaya, dan Ciamis.
Khusus area Bandung, saripohatji memiliki 1 buah mobil box
untuk mengantarkan produk yang biasanya dipesan terlebih
29
Saripohatji langsung dibeli di tempat pembuatannya oleh
pedagang grosir ataupun eceran.
2.6 Tinjauan Citra Merek Saripohatji Dari Perspektif Desain Kemasan
Kemasan Saripohatji yang tidak berubah semenjak tahun 1927
memiliki suatu persepsi atau citra sebagai produk yang ketinggalan
zaman dan tidak modern. Bagi para konsumen yang sudah setia
dengan produk Saripohatji tentu tidak akan terlalu peduli dengan
kemasan, karena mereka sudah merasakan khasiat yang dimiliki
suatu produk. Tetapi kemasan akan sangat berpengaruh besar bagi
para konsumen baru yang pada hal ini berusia muda, Saripohatji
dianggap sebagai produk yang tidak cocok dengan kepribadian
mereka karena image / citra tua dan kuno sangat melekat. Anggapan
Saripohatji hanya produk yang dipakai oleh orang tua sangat relevan
karena selama ini Saripohatji hanya dipakai oleh para ibu-ibu dan
nenek yang masih setia dengan produk yang terkenal pada era
mereka.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis
kepada 50 orang wanita usia 16-50 tahun di daerah Jl. Ir. H. Djuanda
(kawasan Dago-Simpang) kota Bandung didapatkan hasil:
1. 54% responden mengetahui produk Saripohatji dan mengetahui
30
2. 100% dari responden yang mengetahui produk Saripohatji
mengenal produk ini dengan sebutan “bedak dingin” dan “obat jerawat”
3. 100% dari responden yang mengetahui produk Saripohatji tidak
menyukai kemasan produk.
4. 100% dari responden yang mengetahui produk Saripohatji
beranggapan produk ini identik dengan produk yang dipakai oleh
orang tua.
5. Dari 40% kuisoner yang dibagikan kepada responden usia 16-20
tahun hanya sekitar 2% (4 orang) yang mengetahui produk
Saripohatji.
2.7 Merancang Kembali Desain Kemasan Sebagai Langkah Pertama Untuk Merubah Citra Saripohatji
Menurut Iwan Wirya pada penelitian dari seluruh kegiatan penginderaan manusia, 80% adalah penginderaan melalui
penglihatan atau kasat mata (visual). Karena itulah unsur-unsur grafis
dari kemasan antara lain: warna, bentuk, merek, ilustrasi, huruf dan
tata letak merupakan unsur visual yang mempunyai peran terbesar
dalam proses penyampaian pesan secara kasat mata (visual
communication). Agar berhasil, maka penampilan sebuah kemasan
harus mempunyai daya tarik. Daya tarik pada kemasan dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu daya tarik visual / estetika dan daya
31
tertentu yang akan direkam otak dan kemudian mempengaruhi pola
pikir dan tindakan seseorang (1999:11).
Sebagai contoh Bedak Saripohatji merupakan salah satu
produk kecantikan yang dapat digolongkan ke dalam kosmetik untuk
pemakaian luar daerah wajah. Seperti yang telah diketahui
produk-produk kosmetik memiliki nilai eksklusif yang dapat dinilai dari
kemasan dan harga sehingga mempengaruhi tingkat kepercayaan
seorang wanita untuk mencoba dan memakai produk tersebut.
Terutama pada area wajah, kaum wanita biasanya selektif dan tidak
bisa asal menerima suatu produk untuk langsung dipakai. Citra yang
terbentuk dari persepsi dari pola pikir pada produk menjadi sangat
penting dalam menentukan tingkat kepercayaan yang mempengaruhi
tindakan seorang konsumen, dimana pada produk-produk seperti
kecantikan yang secara langsung menjual citra pada kemasan
produknya untuk mendapatkan kepercayaan bahwa produk tersebut
baik, aman, atau pasti berkhasiat. Maka dapat disimpulkan kemasan
mewakili kualitas dari sebuah produk yang dapat mempengaruhi
tingkat kepercayaan konsumen untuk menggunakannya sebagai
tindak lanjut, karena sebuah desain yang baik harus mampu
mempengaruhi konsumen untuk memberikan respons positif tanpa
disadarinya.
Penurunan jumlah konsumen Saripohatji dari tahun ke tahun
akan mengancam keberadaan dari produk ini di pasaran. Jika hal ini
32
Pada saat ini konsumen Saripohatji hanya mengandalkan yang loyal
saja dengan usia rata-rata sudah tua. Perluasan pangsa pasar
dengan mencari konsumen setia yang baru perlu dilakukan agar
Saripohatji tetap bertahan. Konsumen dengan usia lebih muda akan
menjadi target market yang baru untuk produk Saripohatji, karenanya
Saripohatji harus dapat menyesuaikan produknya dengan target.
Image produk yang hanya dipakai oleh orang tua harus dirubah
menjadi produk yang layak dan bagus digunakan oleh kaum muda.
Perubahan desain kemasan yang mengikuti perkembangan
zaman dan penyesuaian dengan karakteristik target market yang
berusia muda, dapat menjadi langkah pertama dari strategi produk
Saripohatji untuk mendapatkan konsumen baru tanpa harus
melupakan konsumen yang lama. Hal ini dimaksudkan agar
Saripohatji dapat kembali menarik konsumen sebanyak-banyaknya
sehingga melakukan pemutusan pembelian yang berkelanjutan.
Perubahan kemasan ini perlu didukung oleh kegiatan promosi dan
dengan sistem saluran pendistribusian yang diperbaharui.
2.8 Analisis SWOT Produk Bedak Saripohatji dan Pesaing
Analisis SWOT merupakan evaluasi keseluruhan kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman yang berguna untuk menyusun
strategi dalam pengembangannya, berikut adalah analisa dari produk
33
1. Strength (kekuatan)
- Masyarakat sudah cukup mengenali produk ini dan asal
daerahnya, selain itu nama Saripohatji mengandung unsur
kebudayaan daerah Jawa Barat.
- Istilah bedak dingin dan obat jerawat melekat pada benak
masyarakat yang mengetahui bedak Saripohatji.
- Saripohatji memiliki banyak kegunaan yaitu sebagai bedak
wajah, bedak bayi, masker, dan obat untuk penyakit kulit.
- Saripohatji bersifat alami karena terbuat dari bahan-bahan yang
berasal dari berbagai macam tumbuhan.
- Memiliki beberapa konsumen yang setia walau kebanyakan
berusia senja.
2. Weakness (kelemahan)
- Saripohatji hanya mengandalkan penjualan dari konsumen
yang setia saja.
- Hanya sedikit generasi muda terutama remaja tidak pernah
mengenali produk ini.
- Saripohatji identik dengan produk orang tua sehingga
konsumen berusia muda masih enggan menggunakannya.
- Kemasan Saripohatji yang tidak pernah dirubah semenjak
pertama kali diproduksi, memperlihatkan tidak adanya
34 - Produk Saripohatji sulit didapat di pasaran karena
pendistribusian barang yang sedikit dan terbatas daerah Jawa
Barat saja.
- Tidak adanya usaha pengeksistensian produk kepada
masyarakat dalam bentuk kegiatan promosi atau iklan cetak
maupun elektonik.
- Produk Saripohatji hanya diketahui dari keluarga (turun
temurun) atau teman saja.
3. Opportunity (peluang)
- Saripohatji dapat menggunakan atribut sebagai produk khas
Jawa Barat kepada konsumennya, mengingat pengetahuan
mengenai produk pada responden cukup dikenali.
- Bahan pembuatan Saripohatji yang alami, dapat menjadi
peluang yang baik bagi pengenalan produk ini.
- Khasiat yang melimpah pada produk Saripohatji akan menarik
pembelian karena terdapat fungsi ganda yaitu produk
kecantikan sekaligus obat kulit.
4. Threats (Ancaman)
- Terdapat produk-produk lain yang lebih menarik dari segi
kemasan maupun promosinya, sehingga menyebabkan tingkat
loyalitas pada pengguna Saripohatji menurun.
- Budaya yang serba cepat mendorong masyarakat memilih
35
Pesaing dari bedak Saripohatji adalah produk kecantikan lain
yang lebih modern, salah satunya ialah produk kosmetik dari Viva.
Viva kosmetik berasal dari kota Surabaya yang berdiri sejak tahun
1961 yang di produksi oleh PT.VITAPHARM. Produk Viva dianggap
sebagai salah satu pesaing dari Saripohatji karena harga dari
produknya yang tergolong murah dan memiliki target pasar menengah
ke bawah.
Gambar 2.17 Logo Viva Kosmetik Sumber : www.vivacosmetic.com
1. Strength (kekuatan)
- Produk Viva memiliki banyak variant produk kecantikan yang
lengkap selain produk bedak.
- Bedak viva banyak jenisnya dan memiliki tingkatan warna kulit. - Viva merupakan salah satu merek yang terkenal di kalangan
masyarakat menengah ke bawah dengan harga terjangakau.
36 - Penyebarluasan produk sampai pada pelosok daerah dan
memiliki mitra yang luas dalam penyebaran produknya,
sehingga produk Viva mudah di dapatkan.
- Kegiatan kampanye produk yang terus menerus dan dapat
ditemui dengan mudah dan Viva terkenal dengan kosmetik
untuk kulit tropis.
2. Weakness (kelemahan)
- Lambannya inovasi Viva dibandingkan pesaing modern lainnya. - Kemasan produk viva sudah modern tapi desain dan bentuknya
terlihat kaku dan kurang menarik.
- Produk pembersih wajah Viva lebih terkenal daripada bedak
atau maskernya.
- Bedak Viva tidak memiliki banyak fungsi selain merias wajah.
3. Opportunity (peluang)
- Dengan beragam jenisnya viva dapat terus memperluas inovasi
produk yang lebih banyak.
- Viva dapat dengan mudah memperluas pasar dengan jalur
distribusi pada toko-toko yang semakin banyak.
4. Threat (Ancaman)
- Viva memiliki persaingan yang ketat dengan produk lain yang
lebih modern dan menarik.
- Beragam inovasi dari produk modern yang semakin
37 BAB III
STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL KEMASAN BARU PRODUK SARIPOHATJI
Saripohatji yang hanya memiliki satu jenis produk tentu kalah bersaing
dibandingkan produk modern yang lebih beragam dan memiliki banyak jenis
produk, dengan begitu produk modern dapat memperluas target market dari
berbagai golongan dan mendominasi konsumen. Pada produk Saripohatji,
selain berfungsi sebagai bedak terdapat juga fungsi-fungsi lain yang dapat
dipisah menurut fungsi masing-masing dengan pendekatan kepada karakter
target market yang baru, sehingga Saripohatji dapat memiliki varian produk
dan menyeimbangkan dengan pesaing. Selain itu dengan memiliki beragam
jenis produk, tentu saja akan menambah pilihan bagi konsumen agar dapat
memilih yang sesuai dengan kebutuhannya.
3.1 Strategi Komunikasi Pemasaran Segmentasi Target Market
Demografis : Kemasan baru Saripohatji ini akan ditujukan bagi remaja perempuan, berusia antara 15-25 tahun,
berstatus sebagai pelajar SMA - Mahasiswa dengan tingkat
ekonomi skala menengah ke bawah.
38 Geografis : Daerah sisi kota dan perkotaan di daerah Jawa Barat, hal ini dikarenakan Saripohatji dahulu sangat terkenal
di Jawa Barat, maka pada sasaran target audiens dapat
diingatkan kembali akan produk Saripohatji dan
mengenalkannya pada target market sebelum produk ini
dipasarkan pada daerah lain.
Psikografis
- Para remaja dengan segmentasi seperti ini biasanya
senang berkelompok dan bergabung dalam suatu
komunitas baik dalam kehidupan nyata maupun pada
dunia maya.
- Memiliki aktifitas rutin di luar ruangan (ekstrakulikuler,
kegiatan peduli lingkungan atau pecinta alam).
- Tanggap terhadap informasi dan hal baru (teknologi dan
isu lingkungan).
- Memiliki rasa penasaran dan rasa ingin mencoba yang
cukup tinggi.
- Mulai menyadari akan penampilan diri dan meniru tokoh
idola.
- Mulai memiliki keinginan untuk memilih dan memenuhi
kebutuhannya seperti masalah kosmetik atau perawatan
diri.
- Menginginkan tampil berbeda dan memiliki identitas diri
39 Target Audien : Para orang tua (ibu)
Positioning
Saripohatji dengan umur produk yang sangat lama memiliki
konsumen setia yang secara turun temurun mengenali dan
menggunakan produk Saripohatji, karenanya produk Saripohatji
akan diposisikan sebagai “Produk terpercaya yang aman untuk
perawatan kulit remaja secara natural”.
3.2 Strategi Pesan (Pendekatan Verbal)
Produk Saripohatji dikenal dengan bedak dingin oleh
konsumen, hal ini dikarenakan Saripohatji memang memiliki efek
dingin ketika digunakan pada wajah sehingga bersifat menyejukkan
dan menyegarkan kembali wajah. Kelebihan produk di atas akan
dikaitkan dengan isu perubahan lingkungan yang semakin ekstrim
terutama pada musim panas yang dapat mempengaruhi perubahan
terutama pada kulit wajah. Maka sifat pesan atau bahasa verbal yang
akan digunakan bersifat membujuk / persuasif dengan suatu tingkat
kepercayaan yang tinggi dan bersifat sedikit serius, karena produk
kecantikan sangat memperhatikan detail dari penjelasan produk,
dengan begitu target market akan berfikir logis dan percaya untuk
menggunakan produk Saripohatji. Sedangkan gaya pesan akan dibuat
apa adanya sesuai dengan yang diketahui oleh target audien yang
sudah mengenali produk ini sedari dulu, dengan begitu target audien
40 3.3 Strategi Visual (Pendekatan Visual)
Agar desain dapat sesuai dengan target market maka perlu di
perhatikan elemen desain serta gaya apa saja yang sesuai dan
menarik bagi para remaja, hal ini dapat di analisis dari beberapa
produk lain yang diperuntukan bagi remaja, lalu memakai
esensi-esensi dari elemen tersebut dalam pengaplikasian desain kemasan
baru Saripohatji.
3.3.1 Bentuk
Beberapa produk remaja memliki bentuk yang sangat
bervariasi, tetapi memiliki suatu persamaan pada sebagian
produk yang khusus bagi remaja, kesan bentuk bulat
cenderung oval banyak dipakai atau bentuk lain tetapi memiliki
ujung bidang yang membulat, selain itu pada bagian tetentu
bentuk melebar atau meninggi seakan-akan berkesan tumbuh.
Hal ini sesuai dengan masa pertumbuhan yang dialami oleh
remaja, meninggi atau melebar adalah suatu gerakan tumbuh.
41
Gambar 3.19 Contoh Produk Remaja Dari Puteri
3.3.2 Garis
Garis pada desain remaja sangat dinamis, terkesan aktif
dan bergerak, gaya garis artistik dengan ujung tebal tipis
memberikan suatu kesan yang lembut dan indah. Selain itu
terdapat juga garis yang melengkung dan lurus pada beberapa
desain remaja. Remaja merupakan salah satu fase dimana
seseorang mulai banyak mempelajari sesuatu sehingga
kegiatan yang aktif melekat pada keseharian remaja. Berikut
terdapat referensi mengenai garis pada desain remaja
perempuan.
42
Gambar 3.21 Contoh Desain Remaja Pada Web Banner Puteri Sumber : www.mustikaputeri.com
Gambar 3.22 Contoh Desain Remaja Pada Web Banner Belia Sumber : www.belia.com
3.3.3 Huruf
Gambar 3.23 Contoh Karakteristik Huruf Remaja
Huruf yang digunakan tentu saja mengikuti karakter dari
43
garis tebal dan tipis akan memperkuat konsep desain pada
huruf. Pada banyak logo produk untuk remaja banyak memakai
huruf dengan karakteristik di atas, atau memiliki ekor pada
ujung hurufnya.
3.3.4 Layout
44
Pada desain remaja layout banyak sekali menggunakan
ilustrasi, bentuk penyederhanaan banyak terjadi dengan gaya
pewarnaan gradasi pada background atau transparan, dan
biasanya objek utama terlihat di tengah.
3.3.5 Warna
Memiliki struktur warna dominan pada tone yang rendah
sehingga terkesan lembut, tetapi tetap memiliki suatu kontras
warna yang cenderung mencolok. Jumlah warna yang dipakai
pun tidak terlalu banyak, kadang terdiri dari tiga sampai empat
warna yang kontras dengan background layout.
Dari beberapa studi pendekatan visual di atas dapat
disimpulkan beberapa karakter yang akan digunakan pada
desain kemasan baru produk Saripohatji yaitu :
1. Memiliki bentuk meninggi atau melebar yang terkesan
tumbuh dan cenderung memiliki ujung membulat pada
sisinya.
2. Garis yang artistik tebal tipis berkesan lembut dan aktif.
3. Tipografi memiliki bentuk yang cenderung tipis, memanjang,
dan memiliki ekor.
4. Menggunakan gaya gambar ilustratif.
5. Warna berada pada tone yang rendah dan memiliki warna
45 3.4 Strategi Kreatif
Konsep verbal dan visual pada kemasan akan mengacu
kepada pendekatan-pendekatan yang sebelumnya telah dijelaskan,
namun akan disesuaikan dengan konsep produk Saripohatji yang
natural. Pada jenis produk yang memiliki beberapa varian hanya akan
dibedakan melalui warna sesuai dengan image dari jenis produknya,
selain itu jenis kemasan akan mengacu kepada beberapa jenis kulit
yang umum dimiliki oleh para remaja.
Kemasan akan disajikan dalam bentuk yang berbeda dari
kemasan-kemasan produk sejenis yang sudah beredar, baik melalui
bentuk ataupun visual yang biasanya menggunakan fotografi untuk
image kemasan kosmetik. Gaya ilustratif akan membuat perbedaan
yang menarik sesuai karakteristik target market. Pewarnaan dengan
warna dominan tetapi memiliki warna kontras akan menjadi daya tarik
pada produk untuk membuat suatu perbedaan yang signifikan
diantara tampilan beberapa produk sejenis yang dipajang.
Tampilan teks pada kemasan menggunakan rata tengah agar
penyampaian pesan lebih terfokus dan langsung menginformasikan
pesan produk kepada target. Material kemasan pada produk
menggunakan kertas, hal ini dikarenakan pembuatan kemasan akan
menyesuaikan dengan kemampuan finansial pabrik Saripohatji yang
diperkirakan, agar kemasan ini dapat menjadi bahan pertimbangan
untuk direalisasikan secara objektif. Kemudian tekhnis bukaan dibuat
46
kemungkinan untuk disimpan dan dapat menjadi media pengingat
dikemudian hari.
3.5 Strategi Media
Media utama berupa kemasan baru produk Saripohatji akan
diperluas berdasarkan jenis dan kegunaannya, maka Saripohatji akan
memiliki banyak varian produk agar dapat bersaing dengan produk
lain yang lebih banyak jenis dan lebih modern. Berikut adalah bagan
dari hierarki produk Saripohaji yang dibuat.
Gambar 3.25 Bagan Hierarki Produk Saripohatji
Perluasan jenis produk pada masker dan jenis-jenisnya bukan
tanpa alasan, hal ini menyesuaikan dengan karakteristik remaja
sebagai target market baru. Target dengan usia remaja yang mulai Produk Saripohatji
Bedak Saripohatji Masker Saripohatji
Masker tomat
Masker kunyit
Masker jeruk nipis
47
menyadari akan pentingnya merawat tubuh terutama pada bagian
wajah dan mulai mencocokan produk dengan jenis kulitnya
masing-masing. Maka target akan berusaha untuk memenuhi kebutuhannya
tersebut sesuai dengan kemampuannya finansialnya juga. Dengan
beredarnya fenomena salon-salon kecantikan yang tidak hanya
memotong rambut tetapi sekaligus menawarkan perawatan wajah dan
tubuh menjadi acuan produk masker cocok untuk dihadirkan, hal ini
untuk memberikan solusi sebagai cara bagi para remaja untuk bisa
merawat wajah mereka di rumah, karena biaya untuk perawatan pada
salon kecantikan memiliki kisaran harga yang tidak sedikit dan kurang
sesuai dengan kemampuan remaja terutama yang masih bersekolah.
Produk bedak Saripohatji tidak dibuat berbagai macam jenis
seperti masker, karena pemakaian bedak hanya akan mendukung dari
perawatan oleh masker pada remaja bersekolah. Bedak lebih sering
digunakan dibandingkan masker, pemakaian yang intensif ini
mendorong seseorang pengguna bedak selalu membawa bedak
tersebut kemanapun ia pergi. Kondisi remaja yang masih bersekolah
tidak jarang melarang para siswanya untuk membawa alat kecantikan,
maka dari itu produk Saripohatji banyak diperluas pada jenis masker
untuk kepentingan target yang pada sekolahnya melarang membawa
alat kecantikan. Selain media utama, dibutuhkan berbagai macam
media pendukung lainnya yaitu berupa media informasi dan media
48
Stiker
Stiker akan menjadi salah satu media informasi yang lebih meluas
lagi karena akan ditempelkan pada pintu angkutan umum seperti
angkutan kota atau bus. Dengan begitu informasi memungkinkan
untuk dibaca oleh target market dan target audiens karena
penempatan stiker pada media yang berpindah-pindah.
Flyer
Merupakan media yang berisi tentang informasi singkat tentang
perubahan kemasan baru Saripohatji yang akan dibagikan kepada
target audiens dan target market, Flyer dipilih karena dapat dibawa
oleh target dan kemungkinan akan dibaca oleh target lain. Flyer ini
akan memberikan informasi tentang kemasan baru produk Masker
Saripohatji isi tiga dan kemasan baru produk Bedak.
Hanging Mobile
Berfungsi sebagai salah satu daya tarik pada penempatan produk
Saripohatji di mini market atau swalayan yang bekerjasama
dengan Saripohatji sebagai jalur distribusi barang.
Mini Display
Merupakan salah satu pembeda dari produk-produk lain yang
dapat menarik perhatian pada penempatan di swalayan. Produk
akan dipajang khusus dengan mini display ini sehingga terkesan
49 Marchendise (buku note dan gantungan pin cermin)
Berupa pin dan buku note, media ini menyesuaikan dengan
aktifitas dari target. Note merupakan suatu media yang umum
dimiliki sebagai marchendise, pemilihan note dikarenakan target
merupakan pelajar yang masih lekat dengan tulis menulis dalam
catatan. Sedangkan gantungan pin cermin adalah marchendise
yang bisa ditampilkan sebagai penghias pada barang-barang
lainnya sehingga memungkinkan untuk dapat dilihat setiap kali,
dan dengan tambahan cermin yang memiliki fungsi lain untuk
menjaga penampilan target.
Paket alat masker
Merupakan suatu media yang baik untuk dapat selalu
mengingatkan target dengan produk Saripohatji, paket alat
perawatan ini dapat dijadikan suatu promosi produk, dengan
pembelian jumlah produk tertentu maka akan mendapatkan paket
tersebut.
3.6 Strategi Distribusi
Pendistribusian media sangat penting untuk menunjang
keberhasilan suatu penjualan produk, karena pemilihan strategi yang
benar akan memudahkan para target untuk mendapatkan produk
tersebut. Berikut adalah beberapa strategi yang akan digunakan
50
Gambar 3.26 Tabel tahapan media
Pada bulan pertama stiker akan ditempel pada kendaraan umum seperti pada pintu bis dan angkutan kota selama tiga bulan.
Hanging mobile dan mini display merupakan media yang akan digunakan sebagai daya tarik pada display produk di toko, hal ini
agar produk menjadi perhatian diantara pajangan produk lainnya.
51
bulan ini cuaca kemungkinan sudah mendekati iklim musim panas
dan Saripohatji sebagai perawatan wajah yang bersifat
menyejukkan akan mendapat kesempatan yang baik untuk lebih
mudah memberikan persuasi pada target market.
Flyer sebagai media informasi akan dikeluarkan selama 1 bulan penuh pada April yang berisi informasi mengenai peluncuran
kemasan 3 kali dan bedak padat Saripohatji.
Kemudian pada bulan April Kemasan masker isi tiga dan produk bedak padat Saripohatji dipasarkan.
Pembelian dalam jumlah yang ditentukan akan mendapatkan marchendise notes dan pin yang dibagikan selama satu bulan
terhitung kemasan 3 kali dan bedak padat diluncurkan.
Tahap terakhir paket alat masker akan dihadiahkan dengan jumlah pembelian yang juga ditentukanyanga akn dibagikan pada bulan
Agustus.
3.6.1 Pertimbangan Dasar distribusi
Penyebaran produk secara umum akan dilakukan ke
pada minimarket dan swalayan di Jawa Barat. Minimarket pada
perkembangannya sangat pesat hingga dapat mencapai
pelosok, sehingga penyebaran produk akan merata dan mudah
ditemui. Selain itu dengan menjadi sponsor sebuah event
lingkungan, mengadakan acara perlombaan ekstrakulikuler
52
menjadi sponsor dari kampanye sosial tentang produk
kecantikan alami akan membuat produk dari Saripohatji
semakin dihargai dan dapat menjadi suatu ikon mengenai
produk remaja yang natural dan aman.
3.7 Konsep Visual Kemasan Produk Saripohatji 3.7.1 Bentuk Kemasan
Gambar 3.27 Studi Bentuk Kemasan
Berdasarkan beberapa strategi yang telah dijelaskan
sebelumnya, maka konsep visual dari kemasan produk
Saripohatji akan memadukan karakteristik desain remaja
dengan konsep natural dan segar dari kelebihan produk
Saripohatji. Bentuk dari kemasan memiliki dasar segitiga yang
53
pada setiap ujung daun yang tumbuh terdapat bentuk
mengerucut dan semakin sempit. Tetapi bentuk tidak dibuat
sangat tajam melainkan dengan bentuk membulat dan memiliki
suatu kesan melebar atau tumbuh pada bagian atas kemasan.
Karakteristik remaja yang masih berada pada tahap
pertumbuhan juga menjadi dasar dari dipilihnya bentuk
tersebut, selain itu bentuk kemasan menjadi terlihat mirip
dengan ikon wanita yang sudah biasa ditemukan pada
masyarakat.
3.7.2 Ilustrasi Kemasan
Objek visual yang dipakai berhubungan dengan alam,
banyak memakai unsur bentuk daun dan akar merambat pada
tumbuhan, hal ini dikarenakan Saripohatji merupakan ramuan
alami yang terdiri dari berbagai macam tumbuhan dimana
daun, akar, buah serta bagian lain dari tumbuhan banyak yang
dimanfaatkan. Bentuk ini kemudian digambar dengan memakai
garis dengan karakteristik remaja yang tebal tipis berdasarkan
beberapa referensi, serta menggunakan objek ilustrasi pada
bagian tertentu seperti pada varian masker yang memakai
karakteristik ilustratif. Ilustrasi kemasan juga memakai salah
satu objek yang ada pada kemasan Saripohatji yang
54
Gambar 3.28 Studi ilustrasi Kemasan
3.7.3 Warna Kemasan
Penggunaan warna pada visual didominasi oleh warna
hijau sebagai representasi dari warna tumbuhan. Hijau
memberikan suatu kesan yang berasal dari alam dan memiliki
55
beberapa warna tambahan seperti merah, kuning kecoklatan
dan hijau kekuningan merupakan representasi dari warna
tomat, kunyit dan jeruk nipis yang menjadi salah satu bahan
dasar dari ramuan Saripohatji. Warna putih merupakan
representasi dari bentuk isian produk yang berwarna putih dan
khasiat produk yang berfungsi untuk memberikan kulit cerah
pada wajah. Warna yang digunakan untuk kebutuhan cetak
memakai warna CMYK (cyan, magenta, yellow,black).
Gambar 3.29 Warna Pada Kemasan
3.7.4 Tipografi Kemasan
Terdapat dua karakter huruf yang berbeda pada
kemasan hal ini dikarenakan fungsi baca dan maksud yang
berbeda pula. Pada kemasan, huruf yang digunakan juga
56
tebal tipis dan meliuk-liuk atau memiliki ekor yang diadaptasi
dari karakter tumbuhan merambat, maka hasilnya ialah:
Gambar 3.30 Logo produk Saripohatji
Penggunaan huruf lain untuk mendukung informasi
kemasan, pada nama produk ditulis dengan huruf
“BAHIASCRIPT” yang berkarakter lembut dan memiliki garis
tebal tipis pada bagian hurufnya.
BAHIA SCRIPT
ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ
Abcdefghijklmnopqrstuvwxyz
1234567890
Untuk penyampaian informasi yang bersifat keterangan
57
sifat pesan yang serius dan penuh dengan kepercayaan. Garis
pada huruf ini bersifat tegas memiliki kaki dan tidak berkait.
HENRY FONT
ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ
Abcdefghijklmnopqrstuvwxyz
1234567890
3.7.5 Tagline
Pada media desain pendukung lainnya terdapat tagline yaitu “Alami sejak remaja” yang berarti ambigu. Pada target
audiens alami berarti “pernah melalui” dimana para orang tua
yang sudah mengetahui Saripohatji pernah memakai atau
mengetahui tentang produk ini, sedangkan untuk target market
alami berarti sebenarnya yaitu berasal dari alam dan tidak
berbahaya.
“Alami Sejak Remaja”
3.7.6 Format Kemasan
Ukuran kemasan mengacu kepada beberapa referensi
contoh kemasan lain, keseluruhan kemasan dibuat
berdasarkan perbandingan lebar, tinggi dan berat bersih dari
58
kemasan seluruhnya dibuat dalam ukuran kertas A4 (21cm x
29,7cm). Ukuran font yang digunakan untuk informasi ialah 7pt
sedangkan ukuran 30,29pt digunakan untuk judul kemasan
agar komposisinya lebih besar dan dominan. Teks dan image
dibuat rata tengah agar bacaan lebih terfokus dan mengikuti
bentuk keseluruhan kemasan. Berikut adalah layout dan pola
masing-masing kemasan:
59
Gambar 3.32 Pola Kemasan Isi Tiga (60 gr)
60 3.7.7 Layout Keseluruhan Kemasan
Format desain keseluruhan proses tersebut dimulai dari
proses analisis dan perencanaan perancangan visual, lalu
melalui tahap sketsa sampai pada digitalisasi yang dikerjakan
oleh program computer, maka didapatkan layout desain akhir
dari keseluruhan produk dan varian baru dari Saripohatji
sebagai berikut :
Gambar 3.34 Visual Depan Kemasan Masker Isi Satu
61
Gambar 3.36 Visual Kemasan Bagian Dalam Masker Isi Satu
62
Gambar 3.38 Visual Kemasan Bagian Dalam Masker Isi Tiga
63 BAB IV
MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI
4.1 Proses Perancangan Kemasan Baru Produk Saripohatji
Proses pembuatan kemasan baru Produk Saripohatji diawali
dengan tahap pra produksi, pertama data produk dianalisis terlebih
dahulu kemudian dilanjutkan dengan membuat perencanaan
perancangan berdasarkan konsep yang ditentukan. Dilanjutkan
dengan menganalisis karakter visual yang cocok dengan target dan
mencoba mengaplikasikannya melalui sketsa kasar terlebih dahulu.
Barulah kemudian mengalami proses digitalisasi pada komputer
dengan memindahkan sketsa gambar terlebih dahulu melalui alat
scan.
Pada proses digitalisasi digunakan program desain di
Komputer, dimulai dari pengerjaan logo produk dan beberapa
alternatifnya sampai keseluruhan pengerjaan visual kemasan.
Digitalisasi kemasan mengalami banyak perubahan ketika ada pada
proses komputerisasi, objek pada gambar sketsa di olah dan
disesuaikan dengan layout dari kemasan. Maka antara hasil sketsa
dan digital tidak begitu mirip karena adanya proses pengolahan
gambar tersebut. Tetapi hal ini tidak keluar dari konsep visual yang
sebelumnya ditentukan, sehingga tetap berada dalam lingkup yang
64
Kemudian dari beberapa tampilan visual yang dibuat, dipilihlah
salah satu yang paling sesuai dan tepat. Dari visual utama tersebut
maka diaplikasikanlah kepada beberapa media pendukung, hal ini
berguna untuk memperkuat penyampaian pesan kepada target.
Media-media tersebut kembali dikerjakan pada program di computer
untuk dicetak dalam bentuk dummy yang berguna untuk meminimalisir
kesalahan pada pencetakan yang sebenarnya. Setelah dummy
tersebut selesai dibuat dan mendapat perbaikan, maka keseluruhan
media utama dan pendukung siap dicetak dan diaplikasikan langsung.
4.2 Media dan Teknis Produksi
Keseluruhan media yang diproduksi merupakan media lini
bawah yaitu media utama dan media pendukung. Pembuatan
media-media tersebut dipertimbangkan berdasarkan kemampuan finansial
perusahaan Saripohatji yang telah diperkirakan berdasarkan data
hasil penjualan yang diperoleh. Selain berdasarkan data penjualan,
pemilihan media juga disesuaikan dengan target market yang baru,
sehingga lebih mudah menarik perhatian dan menyisipkan pesan ke
dalam pemikiran target.
4.2.1 Kemasan Produk Saripohatji
Pembuatan kemasan baru produk Saripohatji
merupakan media utama yang menjadi solusi bagi
65
penjualan yang sangat penting, dan setiap kemasan mencirikan
target pengguna dari produk tersebut. Kemasan baru
Saripohatji dibuat dalam beberapa jenis produk untuk
mengimbangi pesaing yang cenderung memiliki lebih dari satu
jenis produk. Hal ini juga didasari oleh karekteristik target
market yang baru, dimana target cenderung ingin memilih
suatu produk yang sesuai dengan dirinya. Pengotakan jenis
produk menjadi beberapa jenis yang sesuai kondisi kulit target
dianggap menjadi solusi dari pengembangan produk
Saripohatji.
Maka Saripohatji dibuat dalam 2 kategori produk yaitu
Bedak Saripohatji dan Masker Saripohatji, Masker Saripohatji
memiliki jenis lain yang lebih spesifik yaitu :
1. Masker ekstrak kunyit untuk kulit normal
2. Masker ekstrak tomat untuk kulit kering, dan
3. Masker ekstrak jeruk nipis untuk kulit berminyak
Produk masker ini dikemas kedalam kemasan 20 gr untuk satu
kali pakai dan 60 gr untuk tiga kali pakai. Jenis produk masker
di perbanyak karena Saripohatji akan lebih menekankan
produknya sebagai solusi perawatan alami kulit remaja yang
bisa dilakukan di rumah.
Pengerjaan perancangan kemasan produk Saripohatji
masih mengadaptasi dari kemasannya terlebih dahulu, dimana