• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN PERSEPSI SISWA TENTANG FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU AGRESIF PADA SISWA KELAS XI SMKSE KABUPATEN KENDAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN PERSEPSI SISWA TENTANG FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU AGRESIF PADA SISWA KELAS XI SMKSE KABUPATEN KENDAL"

Copied!
192
0
0

Teks penuh

(1)

1

PERBEDAAN PERSEPSI SISWA TENTANG FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU AGRESIF PADA SISWA KELAS XI

SMKSE-KABUPATEN KENDAL

Skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

oleh Ulfa Masruroh

1301410043

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

ii pada:

Hari :

Tanggal :

Panitia Ujian

Ketua Sekretaris

Drs. Budiyono M.S Dr. Awalya, M.Pd,Kons

NIP.196312091987031002 NIP. 196011011987102001

Penguji I Penguji II

Prof. Dr. DYP Sugiharto, M.Pd, Kons Kusnarto Kurniawan, M.Pd, Kons

NIP.196112011986011001 NIP.197101142005011002

Penguji III/Pembimbing

(3)

iii Nama : ULFA MASRUROH NIM : 1301410043

Jurusan : Bimbingan dan Konseling Fakultas : Ilmu Pendidikan

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “ Perbedaan Persepsi Siswa Tentang Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Agresif Pada Siswa Kelas XI SMK Se-Kabupaten Kendal“, saya tulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, April 2015

Penulis

Ulfa Masruroh

(4)

iv

“Perilaku Merupakan Kunci Kesuksesan Sesorang dalamMenjalani Hidup” “Kebijakan dan Kebajikan Adalah Perisai Terbaik (Aspinal)”

PERSEMBAHAN

1) Almamaterku BK FIP UNNES.

2) Untuk BapakH.Mujdiono dan Ibu Hj.Amanah tercinta untuk segala kasih sayang, doa, dukungan, perjuangan dan motivasinya.

3) Untuk Saudaraku Tersayang, Mbak Anis, Mbak Afif, Mas Teguh, Mas Alim, Mas Fikri, Dek Faruq, Kaka Icha, Dan Dek Akmal.

(5)

v

segala rahmat, hidayah, serta rencana terbaik-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “ Perbedaan Persepsi Siswa Tentang Faktor Yang Mempengaaruhi Perilaku Agresif Pada Siswa Kelas XI SMK Se-Kabupaten Kendal”.Penelitian ini dilakukan karena melihat fenomena disekitar, bahwa pada siswa SMK sering terlaporkan akan kejadian yang tidak seharusnya dilakukan pada anak sekolah, perilaku tersebut merupakan bagian dari perilaku agresif. Sehingga ini bertujuan untukmemperoleh data empiris faktor yang mempengaruhi perilaku agresif pada siswa SMK Se-Kabupaten Kendal.Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh studi di Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan.

2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin penelitian untuk skripsi ini. 3. Drs. Eko Nusantoro, M.Pd., Kons, Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling,

(6)

vi

5. Prof. Dr. DYP. Sugiharto, M.Pd, Kons sebagai dosen penguji satu, yang telah memberikan bimbingan dan masukan selama sidang skripsi hingga perbaikan skripsi.

6. Kusnarto Kurniawan, M.Pd, Kons sebagai dosen penguji dua, yang telah memberikan bimbingan dan masukan selama sidang skripsi hingga perbaikan skripsi.

7. Kepala sekolah SMK Se-Kabupaten Kendal, yang telah memberikan izin penelitian.

8. Guru BK SMK Se-Kabupaten Kendal,yang telah bersedia membantu selama proses penelitian.

9. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang khususnya Dosen Jurusan Bimbingan dan Konseling atas bekal ilmu, wawasan, inspirasi, dan motivasi kepada penulis.

10. Seluruh Staf Karyawan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang, khusunya Staf Jurusan Bimbingan dan Konseling, beserta petugas perpustakaan Jurusan Bimbingan dan Konseling yang telah membantu kelancaran penulisan skripsi.

(7)

vii yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Demikian skripsi ini disusun, semoga kita senangtiasa diberi yang terbaik oleh Allah SWT dan selalu berada dalam Ridho-Nya. Akhir kata, semoga karya ini bermanfaat.

Semarang, April 2015

(8)

viii

Bimbingan dan Konseling. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Drs. Suharso, M.Pd, Kons.

Kata Kunci: perilaku agresif, SMK negeri dan SMK swasta.

Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan fenomena yang yang ada pada lingkungan sekitar yaitu seringnya terjadi perilaku agresif, seperti tawuran, perkelahian, mencuri, pemalakan, dll. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data empiris tentang perbedaan persepsi siswa tentang faktor yang mempengaruhi perilaku agresif yang dilihat dari faktor internal dan faktor eksternal pada siswa kelas XI SMK Se-Kabupaten Kendal. Penelitian ini dilakukan kepada 342 siswa SMK Se-Kabupaten Kendal. Teknik pengambilan sampel menggunakan cluster area. Metode pengumpulan data menggunakan metode Skala Persepsi. Sedangkan teknik analisis data menggunakan analisis kuantitatif yang mencakup deskriptif prosentase serta analisis kualitatifdan perbandingan dengan munggunakan T-test.

Hasil penelitian menunjukkanpada siswa SMK Negeri faktor biologis 71,2% (tinggi), faktor deindividualis 52,7% (rendah), faktor pola perilaku tipe A 65,6% (cukup), faktor mempersepsikan tindakan jahat pada diri orang lain 67,3% (cukup), faktor narsisme 52,2% (rendah), faktor lingkungan 74,8% (tinggi), faktor media 69,3% (cukup), faktor provokasi 75,5% (tinggi), faktor peristiwa tidak menyenangkan 78,8% (tinggi), faktor alkohol 70,3% (cukup), dan faktor sosiokultural 78,3% (tinggi).

Sedangkan pada siswaSMK Swasta faktor biologis 70,5% (cukup), faktor deindividualis 53,7% (rendah), faktor pola perilaku tipe A 65,4% (cukup), faktor mempersepsikan tindakan jahat pada diri orang lain 67,5% (cukup), faktor narsisme 50,7% (rendah), faktor lingkungan 75,2% (tinggi), faktor media 64,9% (cukup), faktor provokasi 76,2% (tinggi), faktor peristiwa tidak menyenangkan 74,3% (tinggi), faktor alkohol 69,7% (cukup), dan faktor sosiokultural 67,4% (tinggi).

(9)

ix

1.1 Latar Belakang Masalah ...1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian . ... 9

1.5 Sistematika Penulisan Skripsi ...9

BAB 2KAJIAN TEORI ... 12 2.3.1 Pengertian Peserta Didik(Siswa) ... 17

2.3.2 Karakteristik Peserta Didik(Siswa) ... 18

2.4 Status Sekolah Menengah Kejuruan ... 19

2.4.1 Hakikat Sekolah menengah Kejuruan (SMK) ... 19

2.4.2 Komponen-komponen SMK ... 20

2.5 Perilaku Agresif ...23

2.5.1 Pengertian Perilkau Agresif ... 23

2.5.2 Ciri – Ciri Perilkau Agresif …... 24

2.5.3 Jenis – Jenis Perilkau Agresif ... 25

2.5.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Agresif ... 28

2.6 Persepsi Siswa Tentang Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Agresif... 42

2.7 Kerangka Berfikir ... 43

(10)

x

BAB 3 METODE PENELITIAN ...45

3.1 Jenis Penelitian ... 45

3.2 Variebel Penelitian ... 46

3.2.1 Identifikasi Variabel ... 46

3.2.2 Hubungan Variabel ... 46

3.2.3 Defenisi Operasional Variabel ... 47

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 47

3.3.1 Populasi ... 47

3.3.2 Sampel ... 48

3.4 Prosedur Penelitian ...50

3.5 Instrumen Penelitian ... 51

3.6 Metode dan AlatPengumpul Data ... 52

3.6.1 Metode pengumpulan Data ... 52

3.6.2 Alat Pengumpulan Data ... 55

3.7 Validitas dan Reliabilitas ...58

3.7.1 Validitas ... 58

3.7.2 Reliabilitas ... 59

3.8 Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ...60

3.8.1 Uji Validitas Skala Persepsi Perilaku Agresif ...60

3.8.2 Uji Reliabilitas Skala Persepsi Perilaku Agresif ...60

3.9 Teknik Analisis Data ... 61

3.8.1 Statistik Diskriptif ... 61

3.8.2 Uji T-Test ... 63

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...67

4.1 Hasil Penelitian ...67

4.1.1 Hasil Penelitian Siswa SMK Negeri ... 67

4.1.2 Hasil Penelitian Siswa SMK Swasta ... 85

4.1.3 Hasil Perbandingan Antara Sswa SMK Negeri dengan Siswa SMK Swata ...105

4.2 Pembahasan ...124

4.2.1 Persepsi Siswa SMK Negeri Tentang Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Agresif ... 124

4.2.2 Persepsi Siswa SMK Swasta Tentang Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Agresif ...130

4.2.3 Perbandingan Persepsi Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Agresif Antara Siswa SMK Negeri dengan Siswa SMK Swasta ... 137

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

(12)

xii

(13)

xiii

4.26 Persepsi Siswa SMK Swasta Tentang Faktor Provokasi Yang Mempengaruhi Perilaku Agresif ...101 4.27 Persepsi Siswa SMK Swasta Tentang Faktor Peristiwa Tidak Menyenangkan Yang Mempengaruhi Perilaku Agresif ...102 4.28 Persepsi Siswa SMK Swasta Tentang Faktor Alkohol Yang Mempengaruhi Perilaku Agresif ...104 4.29 Persepsi Siswa SMK Swasta Tentang Faktor Sosiokultural Yang Mempengaruhi Perilaku Agresif ...105 4.30 Perbandingan Persepsi Faktor Internal yang Mempengaruhi Perilaku Agresif Siswa SMK Negeri Dan Siswa SMK Swasta ...107 4.31 Perbandingan Persentase Faktor Biologis Siswa Negeri dan Swasta ...108

4.32 Perbandingan Persentase Faktor Deindividualis Siswa Negeri dan Swasta... 4.33 Perbandingan Persentase Faktor Pola Perilaku Tipe A Siswa Negeri dan

(14)

xiv

(15)

xv

DAFTAR DIAGRAM

Diagram Halaman

(16)

xvi

(17)

xvii

4.30 Perbandingan Persepsi Faktor Internal yang Mempengaruhi Perilaku Agresif Siswa SMK Negeri Dan Siswa SMK Swasta ...107 4.31 Perbandingan Persentase Faktor Biologis Siswa Negeri dan Swasta ...10

4.32 Perbandingan Persentase Faktor Deindividualis Siswa Negeri dan Swasta... 4.33 Perbandingan Persentase Faktor Pola Perilaku Tipe A Siswa Negeri dan

(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran halaman

1. Daftar SMK se-kabupaten Kendal (Populasi Penelitian) ... 153

2. Daftar Sampel Peneltian ... 154

3. Kisi-kisi Try Out Skala Persepsi Perilaku Agresi ... 156

4. Skala Persepsi Perilaku Agresif (Try Out) ... 159

5. Tabulasi Data Try Out Skala Persepsi perilaku Agresif ... 164

6. Perhitungan Validitas SkalaPersepsi perilaku Agresif... 169

7. Perhitungan Reliabilitas Skala Persepsi perilaku Agresif ... 170

8. Kisi-kisi Intrumen Penelitian Skala Persepsi perilaku Agresif ... 171

9. Instrumen Penelitian Skala Persepsi Perilaku Agresif ... 174

10. Tabulasi SkalaPersepsi perilaku Agresif ... 179

11. Hasil Analisis Uji Normalitas Data ... 244

12. Hasil Analisis Uji Homegenitas Data ... 245

13. Hasil Uji Beda Dua Sampel Berbeda ... 246

14. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 247

(20)

1

1.1 Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju desawa, rentang usia tersebut dari usia 12 tahun sampai usia 22 tahun. “Masa remaja ini meliputi; a) masa remaja awal: 12-15 tahun, b) masa remaja madya: 15-18 tahun, c) masa remaja akhir: 18-22 tahun. Pada fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali dengan kematangan organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi”(Syamsu 2010:184). Dalam periode ini individu telah mengalami banyak perkembangan baik fisik maupun psikis secara signifikan.

(21)

diajak bicara atau yang lainnya yang bisa menimbulkan rasa sakit kepada orang lain.

Siswa SMA dan SMK merupakan sekolah yang sama jenjangnya, namun mereka mempunyai perbedaan, perbedaan tersebut adalah bahwa SMA merupakan sekolah menengah umum, sedangkan SMK siswa telah dibekali pelajaran yang khusus sesuai dengan kejuruan ynag telah diambilnya. Berdasarkan observasi siswa SMK lebih cenderung berperilaku agresif dan lebih sulit untuk dikendalikan dari pada siswa SMA. Pada beberapa fenomen menjelaskan siswa SMK cenderung sering untuk melakukan tawuran dan berperilaku agresif dari pada siswa SMA.

Pada siswa SMK kelas XI biasanya mereka mempunyai karakteristik yang berberda dengan kelas X dan XII. Siswa SMK kelas XI lebih agresif dibandingkan dengan kelas lain, hal ini dapat diketahui berdasarkan hasil wawancara dengan guru-guru disekolah. Ketika berada disekolah siswa kelas XI lebih berani.

(22)

merupakan perilaku yang merugikan dan dapat menimbulkan korban pada pihak yang lain. Niat dan harapan untuk menyakiti orang lain sebagai awal terbentuknya perilaku agresif. Seringkali pelaku menyadarinya bahwa apa yang talah dilakukan merupakan tindakan yang tidak baik bagi dirinya maupun orang lain, akan tetapi anehnya mereka tetap saja melakukan hal tersebut dan lebih mementingkan dirinya sendiri tanpa memperdulikan orang lain dan akan merasa senang dan bangga terlebihnya puas setelah membuat orang lain merasa tersakiti.

Agresif remaja merupakan sikap atau respon sesorang remaja karena rasa yang tidak diinginannya, kekecewaanya, amarah yang bertujuan melukai atau menyakiti orang lain. Perilaku agresif ini dapat terjadi secara individu atau kelompok. Perilaku agresif yang terjadi pada remaja biasanya tawuran, mencomooh, mencaci maki, memukul, menendang, dll.

Beberapa ciri dari perilaku agresif menurut Supriyo (2008:68) adalah 1) adanya tujuan untuk mencelakakan, 2) ketidakinginan sikorban menerima tingkah laku si pelaku, 3) marah-marah tanpa alesan, 4) menyerang pendapat orang lain, 5) melakukan perkelahian.

(23)

membuli temannya sendiri, dan mengancam teman, perilaku tersebut merupakan perilaku agresif yang dapat meresahkan dan membahayakan masyarakat sekitar dan memberikan dampak yang buruk bagi pelaku maupun korbannya.

Berdasarkan pada observasi awal saat PPL pada SMP N 2 Ungaran telah berperilaku agresif. Perilaku tersebut adalah siswa SMP N 2 Ungaran tawuran dengan MTs NU Ungaran, selain itu juga itu ada siswa yang melakuka tindakan bullying 1 geng yang terdiri dari 6 siswa yang berperilaku kurang sopan terhadap guru.

Pada observasi kedua yang dilakukan pada tanggal 29 januari dan 5 februari pada 2 guru SMK Muhammadiyah 03 weleri, diperolaeh hasil data tentang perilaku agresif pada siswa sekolah tersebut adalah siswa SMK Muhammadiyah tawuran dengan dengan Siswa SMA Muallimin pada bulan desember, malak (minta uang dengan memaksa), berantem dengan temannya, mencemooh teman lainnya, dan lain-lain. Hampir setiap harinya pada siswa SMK Muhammadiyah melakukan perilaku agresif.

(24)

menangis dan bahkan tidak ingin masuk sekolah lagi, berkelahi dengan temannya, dan tawuran antar sekolah.

Berdasarkan ciri-ciri perilaku agresif di atas, fenomena yang telah dikemukakan perilaku tersebut tergolong dalam perilaku agresif. Karena perilaku tersebut merupakan perilaku yang bertujuan untuk melukai dan menyakiti orang lain (korban), adanya tindakan kekerasan, ketidak inginan si korban menerima perilaku tersebut dll.

Perilaku agresif ini dapat terjadi kapan saja dan muncul dengan sengaja. Seseorang yang merasa dirinya diperlakukan tidak sesuai dengan kehendaknya dapat dengan mudah memunculkan perilaku agresif. Beberapa faktor yang cenderung mempengaruhi perilaku agresif pada seseorang adalah 1) Lingkungan, lingkungan merupakan hal tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan sesorang. 2) Media masa, misalnya penanyangan pada televisi sering kali ditanyangkan film-film yang beradegan kekerasan dan secara tidak langsung itu akan menjadikan contok untuk anak-anak. 3) Ejekan, hinaan dan ancaman, seseorang yang diejek, dihina dan diancama apabila tidak dapat menerima hal tersebut biasanya akan memimbulkan sikap keberanian untuk berbuat agresif. Ketika peneliti melakukan observasi dikelas, ada salah satu anak mendapatkan ejekan dari temannya dia tidak menerima maka anak tersebuat langsung memukul temannya yang mengejek dan biasanya itu akan berujung pada pertengkaran.

(25)

sangat tidak patut untuk dilakukan, namun sebenarnya pada masa remaja memerlukan perhatian dari beberapa pihak orang yang dekat dengannya, selain itu juga perilaku agresif dapat berdampak buruk bagi pelaku maupun korbanya. Dampak tersebut bisa secara fisik maupaun psikis. Misalnya bagi bagi fisik dapat menimbulkan cidera pada sesorang bahkan sampai pada meinggal dunia, selain pada fisik perilaku agresif berdampak pada psikis pelaku maupun korban, misalnya pada korban yang selalu mendapatkan tekanan maupun ancaman dapat menggangu kejiwaanya. Selain itu juga individu tidak dapat mencapai tugas perkembangannya secara optimal, sehingga tidak menutup kemungkinan pada pencapaian tugas perkembangan selanjutnya tidak akan tercapai secara optimal.

Perilaku agresif yang sering muncul pada masa remaja dapat berlanjut pada masa selanjutnya. Seseorang pada usianya akan berlanjut begitu pula dengan tingkahnya, apabila pada masa remajanya sering melakukan tindakan agresif nanti pada masa selanjutanya juga akan tetap melakukan perilaku agresif, karena pada dasarnya kebiasaan seseorang akan terus belanjut dari waktu ke waktu, baik kebiasaan perilaku yang positif maupun negatif. Dengan adanya hal tersebut apabila perilaku agresif ini tidak cegah maka akan membawa dampak yang buruk baik bagi dirinya maupun orang lain dan baik secara fisik maupun secara psikisnya.

(26)

Siswa mempunyai perilaku yang berbeda antara satu dengan yang lain baik perilaku yang positif maupun perilaku negatif. Apabila perilaku siswa itu positif makan konselor memberikan penguatan agar siswa dapat mempertahankan perilaku tersebut. Akan tetapi, jika sebaliknya siswa berperilaku negatif, maka konselor bertugas untuk menekan agar tidak berlanjut. Perilaku agresif merupakan perilaku yang tidak baik maka konselor bertugas memberikan tindakan untuk membantu peserta didik agar dapat mengendalikan perilaku agresif tersebut, namun sebelum memberikan tindakan untuk mengendalikan perilaku agresif tersebut, hendaknya konselor mengetahui sumber atau faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku agresif pada individu tersebut, sehingga konselor saat memberikan tindakan dan treatmen tidak salah sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai secara maksimal.

Persepsi siwa tentang faktor yang mempengaruhi perilaku agresif yaitu, adanya pengaruh dari lingkungan, padahal secara teori tidak hanya saja lingkungan yang mempengaruhi perilaku agresif, namun masih banyak hal yang dapat mempengaruhinya seperti, gen (turunan orang tua), media, alkohol dll. Persepsi antara siswa satu dengan yang lain berbeda. Persepsi merupakan pandangan atau bagaimana seseorang memandang atau mengartikan seseuatu hal tertentu.

(27)

Semua yang dipersepsikan oleh siswa SMK negeri maupuan siswa SMK swasta mempunyai arti tersendri bagi yang memberikan persepsi tersebut. Misalnya, ada siswa yang berperilaku agresif, karena siswa tersebut berada pada lingkungan yang kurang baik, sehingga perilaku tersebut dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Seseorang yang mengambil kesimpulan tentang orang lain berdasarkan dari stimulus yang diterima, meskipun informasi yang diperoleh tidak begitu lengkap. Beda halnya dengan orang yang berperilaku agresif, namun lingkungan sekitarnya merupakn lingkungan yang baik, maka orang tersebut tidak akan mempersepsikan hal tersebut.

Berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan di atas maka perlu diadakan suatu penelitian untuk mengetahui persepsi siswa tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilkau agresif sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Perbedaan Persepsi Siswa TentangFaktor yang Mempengaruhi Perilaku Agresif Pada Siswa kelas XI SMK Se-Kabupaten Kendal”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini yaitu:

1.2.1 Bagaimana persepsi siswa SMK Negeri tentang faktor mempengaruhi

(28)

1.2.2 Bagaimana persepsi siswa SMK Swasta tentang faktor mempengaruhi perilaku agresif?

1.2.3 Apakah ada perbedaan persepsi tentang faktor yang mempengaruhi

perilaku agresif antara siswa SMK Negeri dan Swasta?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan dengan permasalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini yaitu:

1.3.1 Untuk mengetahui persepsi siswa SMK Negeri tentang faktor yang mempengaruhi perilaku agresif

1.3.2 Untuk mengetahui persepsi siswa SMK Swasta tentangfaktor yang mempengaruhi perilaku

1.3.3 Untuk mengetahui perbedaan faktor yang mempengaruhi perilaku agresif antara siswa SMK Negeri dan Swasta.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

(29)

1.4.2 Manfaat Praktis

(1) Bagi civitas akademika ataupun orang yang berminat untuk membaca dapat menjadi bahan acuan dalam mencari faktor yang mempengaruhi perilaku agresif.

(2) Bagi mahasiswajurusan bimbingan dan konseling dan bagi konselor di sekolah diharapkan dapat menjadi bahan acuan dalam mencari faktor yang mempengaruhi perilaku agresif.

1.5 Sistematika Penelitian

Secara sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari tiga bagian yaitu : pendahuluan, bagian ini dan bagian akhir.

1.5.1 Bagian pendahuluan ini meliputi halaman judul, abstrak, halaman pengesahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel dan daftar lampiran. 1.5.2 Bagian isi

Bab 1 : Pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakng pemilhan judul, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian.

(30)

faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku agresif, faktor-faktor determinan yang mempengaruhi perilaku agresi, dan peserta didik.

Bab 3 : metode penelitian yang menguraikan tentang populasi dan sampel, variabel penelitian, desain penelitian, metode pengumpulan data, metode penyusunan instrumen, dan metode analisis data.

Bab 4 : hasil penelitian dan pembahasan. Pada bab ini disajikan hasil penelitian yang berisi masukan selama penelitian.

Bab 5 : kesimpulan dari pembahasan dan saran. 1.5.3 Bagian Akhir

(31)

12

Pada kajian teori ini akan membahas beberapa hal yang berkaitan dengan perilaku agresif dan peserta didik (siswa). Perilaku agresif diantarnya mencakup pengertian perilaku agresif, ciri-ciri perilaku agresif, jenis-jenis perilaku agresif dan faktor-faktor timbulnya perilaku agresif. Sedangkan pada peserta didik hanya mencakup dua hal yaitu pengertian peserta didik dan karakteristik siswa.

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah penelitian yang sudah dilakukan sebelum-sebelumnya oleh peneliti tersebut. Peneliti terdahulu diperlukan sebagai rujukan untuk menguatkan penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti dan untuk membandingkan antara peneliti yang satu dengan yang lainnya. Dalam penelitian terdahulu akan diuraikan pokok bahasan sebagai berikut:

2.1.1 Tita Maela Margawati (2011) tentang mengurangi perilaku agresif melalui layanan konseling behaviour dengan teknik pengkondisian operan pada siswa kelas VII SMP N 1 Bawen.

(32)

agresif dapat diatasi dengan menggunakan konseling behaviour dengan teknik pengkondisian operan.

2.1.2 Junia trisnawati, Fatrah, dan Agrina (20l4) tentang Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Agresif Pada Siswa SMK N 2 Pekan Baru

Junia, Fatrah, dan Agrina melakukan penelitian pada siswa SMK N 2 pekan baru denganjumlah sampel 53 siswa. Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perilaku agresif remaja.

Hasil pada penelitian tersebut setelah melakukan uji chi-squer menunjukan adanya hubungan yang bermakna pola asuh, teman sebaya, dan frustasi dengan perilaku agresif dengan perilaku agresif remaja (p value < 0,05), namun tidak terdapat hubungan yang bermakna antara media elektronik dengan perilaku remaja (p value < 0,05).

2.2 Persepsi

2.2.1 Pengertian Persepsi

(33)

Selanjutnya Sears dkk (1994: 52) dalam Sugiyo (2005: 34) menyatakan bahwa persepsi adalah bagaimana seseorang membuat kesan pertama, prasangka apa yang mempengaruhi mereka dan jenis informasi apa yang kita pakai untuk sampai pada kesan tersebut dan bagaimana akuratnya kesan kita. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah cara seseorang dalam melihat, memandang, mengerti, mengartikan, menyimpulkan dan menafsirkan berbagai informasi dan pesan yang diperoleh dari alat indrawi.

2.2.2 Proses Persepsi

Sobur (2003:447) mengungkapkan bahwa dari segi psikologi dikatakan bahwa tingkah laku seseorang merupakan fungsi dari cara dia memandang. Oleh karena itu, untuk mengubah tingkah laku seseorang, maka harus dimulai dengan mengubah persepsinya. Pareek (1996) dalam Sobur (2003:451) menjelaskan tiap proses dari persepsi, yaitu sebagai berikut:

a. Proses menerima rangsangan

Proses yang pertama adalah menerima rangsangan atau data dari berbagai sumber yang kebanyakan diterima melalui panca indra. Kita melihat sesuatu, mendengar, mencium, merasakan, atau menyentuhnya untuk mempelajari segi-segi lain dari sesuatu itu.

b. Proses menyelaksi rangsangan

(34)

untuk menghemat perhatian yang digunakan, rangsangan-rangsangan itu disaring dan diseleksi untuk diproseslebih lanjut.

c. Proses pengorganisasian

Rangsangan yang telah diseleksi selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk. Menurut Pareek (1996:18-20) dalam Sobur (2003:462-463) terdapat tiga dimensi utama dalam pengorganisasian rangsangan, yaitu:

1) Pengelompokan

Rangsangan-rangsangan yang telah diterima dikelompokkan dalam suatu bentuk berdasarkan beberapa hal, yaitu kesamaan, kedekatan dan adanya kecenderungan untuk melengkapi hal-hal yang dianggap belum lengkap.

2) Bentuk timbul dan latar

Dalam melihat rangsangan atau gejala, terdapat kecenderungan untuk memusatkan perhatian pada gejala-gejala tertentu yang timbul menonjol, sedangkan rangsangan atau gejala lainnya berada di latar belakang.

3) Kemantapan persepsi

Terdapat suatu kecenderungan untuk menstabilkan persepsi, dan perubahan-perubahan konteks tidak mempengaruhinya. Dunia persepsi diatur menurut prinsip kemantapan itu.

d. Proses penafsiran

(35)

e. Proses pengecekan

Setelah rangsangan atau data tersebut diterima, diseleksi dan ditafsirkan, lalu penerima mengambil beberapa tindakan untuk mengecek apakah penafsirannya benar atau salah. Pengecekkan ini berjalan dengan terlalu cepat sehingga tidak disadari oleh kita. Pengecekan ini dapat dilakukan dari waktu ke waktu untuk menegaskan apakah penafsiran atau persepsi dibenarkan oleh data baru. Data atau kesan-kesan itu dapat dicek dengan menanyakan kepada orang lai mengenai persepsi mereka.

f. Proses reaksi

Tahap yang terakhir adalah bereaksi sehubungan dengan apa yang telah diserap. Tindakan atau reaksi ini dapat berupa reaksi tersembunyi maupun reaksi terbuka. Reaksi tersembunyi berupa pendapat atau sikap, sedangkan reaksi terbuka berupa tindakan atau reaksi nyata sehubungan dengan persepsi itu. Satu gejala yang menarik perhatian dari reaksi tersembunyi adalah pembentukkan kesan (Pareek, 1996) dalam Sobur.

2.2.3 Fungsi Persepsi

(36)

2.3 Perseta Didik (Siswa)

2.3.1 Pengertian Peserta Didik(Siswa)

Dalam proses pendidikan, peserta didik merupakan suatu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral, Desmita (39:2009). “Dalam perspektif pedagogis, peserta didik diartikan sebagai sejenis mahluk hidup homo educandum, mahluk hidup yang menghajatkan pendidikan. Dalam hal ini peserta didik sebagai mahluk yang memiliki potensi dan bersifat laten, sehingga dibutuhkan binaan dan bimbingan untuk mengaktualisasikan hidupnya agar ia dapat menjadi manusia susila dan cakap” Desmita (39:2009).

Sedangkan menurut Arifin dalam Desmita (39:2009) menyatakan “dalam perspektif psikologis, peserta didik adalah individu yang sedang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun psikis menurut fitrahnya masing-masing”.

Dalam perspektif Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 4, “peserta didik diartikan sebangai anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu ”.

(37)

2.3.2 Karakteristik Peserta Didik(Siswa)

Pada masa remaja usia (12-21 tahun) merupakan masa peralihan antara masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami perubahan yang cepat baik perubahan secara fisik maupun psikis. Pada masa ini juga sering disebut masa pencarian jati diri, mempunyai ego yang tingi.

Menurut Desmita (37:2009) Pada masa remaja ini biasanya ditandai dengan beberapa karakteristik penting, yaitu:

a. Mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya.

b. Dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita dewasa yang dijunjung tinggi oleh masayarakat.

c. Menerima keadaan fisik dan mampu menggunakan secara efektif.

d. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya. e. Memilih dan mempersiapkan karier di masa depan sesuai dengan minat dan

kemampuannya.

f. Mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan, hidup berkeluarga dan memiliki anak.

g. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan sebagai warga negara.

h. Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial.

i. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman dalam bertingkah laku, dan

(38)

2.4 Status Sekolah Menengah Kejuruan

Dalam penyelenggaraan pendidikan ditetapkan jenjang pendidikan yang berkelanjutan. Jenjang pendidikan adalah “tahap pendidikan yang berkelanjutan, yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tingkat kerumitan bahan pengajaran dan cara menyajikan bahan pengajaran” Ihsan (2005:22). Jenjang pendidikan tersebut adalah, pra sekolah, sekolah dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

Sekolah menengah kejuruan yang sering disingkat dengan SMK berdasarkan peraturan pemerinta RI No 66 Tahun 2010 tentang perubahan atas peraturan pememrintah No 17 tahun 2010 tentang pengelola dan penyelenggaraan pendidikan “salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP atau MTs”.

2.4.1 Hakikat Sekolah menengah Kejuruan (SMK)

(39)

ditanggung oleh negara, sedangkan pada SMKS dimiliki oleh swasta, sehingga segala sesatu ditanggung oleh yayasan atau swadaya masyarakat, mempunyai otonomi tersendiri namuan masih dalam naungan pemerintah karena sifatnya formal.

2.4.2 Komponen-komponen SMK

Dalamhttp://kuliahpunya.blogspot.com/2009/12/komponen-komponen

pembelajaran.htmldisebutkan bahwa komponen-komponen pembelajaran dalam

SMK sebagai berikut “tujuan, tenaga pendidik, peserta didik, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi” berikut penjelasan tentang komponen-komponen SMK.

2.4.2.1 Tujuan

Dalam pembelajaran tujuan merupakan serangkaian perencanaan yang harus dicapai. Dalam SMK Negeri maupun SMK Swasta pada dasarnya sama sebagai kegiatan formal juga memiliki tujuan yang hendak yang dicapai. Pendidikan menengah kejuruan memiliki karakteristik yang berbeda dengan satuan pendidikan lainnya. Perbedaan tersebut dapat dikaji dari tujuan pendidikan, substansi pelajaran, tuntutan pendidikan dan lulusannya. Dalam http://www.smkn22-jkt.sch.id/tujuan-smk-dan-smkn-22/ menyebutkan Pendidikan

kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan peserta didik untuk hidup mandiri melalui :

(40)

2. Mendidik Sumber Daya Manusia yang mempunyai etos kerja dan kompetensi berstandar internasional,

3. Memberikan berbagai layanan Pendidikan Kejuruan yang permabel dan fleksibel secara terintegrasi antara jalur dan jenjang pendidikan,

4. Memperluas layanan dan pemerataan mutu pendidikan kejuruan, 5. Mengangkat keunggulan lokal sebagai modal daya saing bangsa.

2.4.2.2 Tenaga Pendidik

Komponen yang kedua yaiu tenaga peserta didik, dalam lingkup sekolah tenaga pendidik biasanya disebut dengan Guru. Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dalam SMK Negeri dan SMK Swasta, guru sebagai fasilitator siswa dalam kegiatan pembelajaran, tidak ada perbedaan guru dalam SMK Negeri maupun SMK Swasta. Namun dalam penerimaan tenaga pendidik (guru) dalam SMK Negeri melewati proses yang tidak mudah lebih sulit dibandingan dengan proses di SMK Swsta.

2.4.2.3 Perserta Didik

(41)

masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu ”. Dalam kenyataan SMK Negeri jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah SMK Swasta, dengan ini dapat diartikan bahwa siswa SMK Negeri jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan siswa SMK Swasta, denganadanya hal tersebut, dalam penenimaan siswa baru, dalam sekolah negeri lebih sulit dibandingkan dengan swasta, karena dalam SMK Negeri jumlah siswa dibatasi dalam peneneimaan, sedangkan SMK Swasta tidak membatasi jumlah siswa yang akan masuk.

2.4.2.4. Kegiatan Pembelajaran

Komponen yang keempat adalah kegiatan pembelajaran dalam sekolah pada dasarnya mengacu pada pendekatan mengajar, metode, materi dan media. Komponen ini hubungannya sangat erat dengan guru dan sarana prasarana. dalam sekolah negeri dengan segala kekurannya akan terus menururs unuk membenahinya. Dalam sekolah negeri fasilatas dalam pembelajrannya biasanya lebih lengkap dibandingkan dengan sekolah swasta.

2.4.2.5 Evaluasi

(42)

2.5 Perilaku Agresif

2.5.1 Pengertian Perilaku Agresif

Perilaku agresif adalah “suatu cara untuk melawan dengan kuat, berkelahi, menyerang, melukai, membunuh, menghukum orang lain, atau agresif merupakan tindakan yang dimaksud untuk melukai orang lain atau merusak milik orang lain” (Supriyo, 2006:67). Sedangkan Menurut Sofyan (2010:121) menyatakan bahwa “ Agresif adalah hasil dari proses kemarahan yang memuncak. Sedangkan dari devinisi motivasional perbuatan agresif adalah perbuatan yang bertujuan untuk melukai orang lain”.

Menurut Sugiyo (2005:110) terdapat dua pengertian perilaku agresi (1) menurut kaum behavioristik perilaku dikatakan agresif apabila perilaku tersebut melukai orang lain, (2) menurut kaum kognitif perilaku agresif didefinisikan sebagai tindakan yang dimaksud untuk melukai orang lain.

Menurut Robert Baron dalam Dayakisni (2009:193) perilaku agresif adalah “tingkah laku individu yang ditunjukan untuk melukai orang lain atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut”. Perilaku agresif pada umumnya dapat diartikan sebagai “suatu serangan yang dilakukan oleh suatu organisme terhadap organisme lain” Dayakisni (2009:193).

(43)

agresif. Sering kali pelaku menyadarinya bahwa apa yang talah dilakukan merupakan tindakan yang tidak baik bagi dirinya maupun orang lain, akan tetapi anehnya mereka tetap saja melakukan hal tersebut dan lebih mementingkan dirinya sendiri tanpa memperdulikan orang lain dan akan merasa senang bangga setelah membuat orang lain merasa tersakiti. Perilaku yang tidak disengaja namun menyebabkan orang lain tersakiti tidak dapat digolongkan pada perilaku agresif, karena pada dasarnya perilaku agresif adalah yang dilakukan secara sengaja agar orang lain merasa tersakiti.

2.5.2 Ciri-ciri Perilaku Agresif

Menurut Supriyo (2008:68) menyatakan unsur dan ciri perilaku agresif yang ada pada diri seseorang antara lain:

a. Adanya tujuan untuk mencelakakan

Terdapat tujuan mencelakakan dari perilaku agresif kepada korban. Dalam hal ini pelaku berniat dan ada tujuan untuk menyakiti atau mencelakakan korban. b. Ketidakinginan si korban menerima tingkah laku si pelaku

Pelaku dapat dikatakan sebagai perilaku agresif bila sang korban tidak menginginkan datangnya perilaku tersebut.

c. Menyerang pendapat orang lain

(44)

d. Marah-marah tanpa alasan

Sang pelaku marah-marah dengan penuh emosi kepada korban dengan alasan yang tidak jelas.

e. Melakukan perkelahian

Melakukan perkelahian dengan individu lain merupakan perilaku agresif.

2.5.3 Jenis-jenis Perilaku Agresif

Sementara Buss dalam Dayakisni (2009:212) mengelompokan agresi manusia dalam delapan jenis,yaitu.

a. Agresi fisik aktif langsung

Agresi fisik aktif langsung tindakan agresi fisik yang dilakukan individu atau kelompok dengan cara berhadapan secara langsung dengan individu/kelompok lain menjadi targetnya dan terjadi kontak fisik secara langsung, seperti memukul, mendorong, menembak, dll.

b. Agresi pasik aktif langsung

Agresi pasik aktif langsung tindakan agresi fisik yang dilakukan individu atau kelompok dengan cara berhadapan secara langsung dengan individu/kelompok lain menjadi targetnya, namun tidak terjadi kontak fisik secar langsung, seperti demonstrasi, aksi mogok, aksi diam.

c. Agresi fisik aktif tidak langsung

(45)

langsung, seperti merusak harta korban, membakar rumah, menyewa tukang pukul dll.

d. Agresi fisik pasif tidak aktif

Agresi fisik pasif tidak aktif tindakan agresi fisik yang dilakukan individu atau kelompok dengan cara berhadapan dengan individu/kelompok secara langsung dengan individu/kelompok lain menjadi targetnya dan terjadi kontak fisik secara langsung, seperti tidak peduli, apatis, masa bodoh.

e. Agresi verbal aktif langsung

Agresi verbal aktif langsung yaitu tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu/kelompok dengan cara berhadapan secara langsung dengan individu/kelompok lain seperti, menghina, memaki, marah, mengumpat.

f. Agresi verbal pasif langsung

Agresi verbal pasif langsung yaitu tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu/kelompok dengan cara berhadapan secara langsung dengan individu/kelompok lain namun, tidak terjadi kontak verbal secara langsung, seperti menolak bicara, bungkam.

g. Agresi verbal aktif tidak langsung

(46)

h. Agresi verbal pasif tidak langsung

Agresi verbal pasif tidak langsung yaitu tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu/kelompok dengan cara tidak berhadapan secara langsung dengan individu/kelompok lain yang menjadi targetnya dan tidak terjadi kontak verbal secara langsung, seperti tidak memberi dukungan, tidak menggunakan hak suara.

Supriyo (2008:68) menyatakan macam-macam agresif antara lain: a. Agresi Emosi

Agresi ini merupakan agresi kemarahan dan ditandai emosi yang tinggi. Agresi sebagai agresi itu sendiri, maksudnya tujuan dari perilaku agresi itu adalah perilaku agresi itu sendiri. Akibat dari agresi emosi ini biasanya fatal dan sangat merugikan orang lain.

b. Agresif Instrumental

Agresif instrumental tidak disertai dengan emosi. Agresif hanya sebagai saran untuk mencapai tujuan lain, misalnya polisi yang menembak pencuri.

(47)

2.5.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Agresif

Menurut Myers (2010:83) ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku agresif diantaranya adalah.

a. Peristiwa yang tidak menyenangkan.

Penyebab timbulanya agresi seringkali bermacam-macam pengalaman yang tidak menyenangkan : sakit, panas, penyerangan atau kesesakan.

1. Sakit

Rasa sakit dapat meningkatkan agresi pada manusia. Semua peristiwa tidak mengenakan, baik harapan yang hancur, penghinaan maupaun rasa sakit pada tubuh dapat menimbulkan ledakan emosi. Bahkan siksaan yang berasar dari kondisi depresi dapat meningkatkan kemungkinan permusuhan dan perilaku agresif.

2. Panas

Ada kemungkinan suhu dapat menjadi penyebab agresi, tetapi korelasi suhu dan agresi tidak terbukti. Orang akan jelas lebih mudah untuk marah pada saat cuaca panas dan keras.

3. Penyerangan

Diserang atau dihina orang lain sangat mendorong terjadinya agresi, penyerangan yang disengaja dapat melahirkan serangan balasan.

a) Keterbangkitan.

(48)

ditamabah dengan pemikiran dan perasaan bermusuhan, dapat melahirkan perilaku agesif.

b) Sinyal Agresi

Senjata tidak hanya memberikan sinyal agresi, tetapi jarak psikologis antara agresor dan korbanya. Jarak antara agresor dan korbannya memudahkan terjadinya kekerasa.

b. Pengaruh Media: Pronografi dan Kekerasan Seksual.

Para psikologi sosial menyatakan bahwa melihat gambaran tidak nyata seorang laki-laki yang menguasai dan membangkitkan gairah wanita, dapat, 1) Memutarbalikan persepsi sesorang tentang reaksi wanita yang sesungguhnya terhadap seksual, 2) Meningkatkan kekerasan yang dilakukan lelaki terhadap wanita.

c. Pengaruh Media: Televisi

Seseorang yang sering menonton televisi akan cenderung untuk menirukan apa yang mereka lihat. Setelah menyaksikan ribuan tindakan kekerasan, terdapat alasan jelas akan munculnya kebebasan emosi.

d. Pengaruh Media: Games

Memainkan video gamen yang berisi kekerasan dapat meningkatkan keterbangkitan fisik, meningkatkan perasaan agresif, meningkatkan perilaku agresif dan mengurangi perilaku prososial. Permainan ini akan cenderung untuk ditiru oleh pemainnya, biasanya lebih sering terliabt dalam perkelahian.

(49)

Kelompok dapat memperkuat reaksi agresif. Agresi lebih banyak dilakukan oleh kelompok. Keadaan yang memicu individu dapat memicu kelompok juga. Dengan adanya penyebaran tanggung jawab dan tindakan polarisasi, kondisi dalam kelompok memperkuat rekasi agresif.

Menurut Nevid et all (205:2002) menyatakan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya perilaku agresif yaitu:

a. Biologis

Dalam biologis faktor yang dapat mempengaruhi diantaranya jenis kelamin. Seorang laiki-laki cenderung lebih agresif dibandingankan dengan perempuan. Meskipun testosteron yang dihasilkan yang dihasilakn oleh tubuh lelaki dan perempuan, tingkatannya pada lelaki lebih tinggi. Seorang laki-laki yang mempunyai testoteron lebih tinggi akan lebih cenderung untuk agresif.

b. Sosial-Kognitif

Pembelajaran modeling. Seseorang yang sering melihat kekerasan secara tidak langsung itu akan menjadi pelajaran bagi dirinya. dengan adanya hal tersebeut maka seseorang akan mempraktekan apa yang sudah dipelajarinya. c. Sosiokultural

Keadaaan ekonomi dalam keluar berpengaruh terhadapa perilaku agresif. Dalam keluarga yang berada dalam ekonomi kebawah biasanya berada dalamtekanan-tekanan hidup, termasuk tekanan yang berkaitan dengan kekerasan yang berada dalam lingkungannya

(50)

Seseorang yang menggunakan alkohol akan membuat dirinya sulit untuk menimbang konsekuensi-konsekuensi dari perilakunya, melonggarkan hambatan, dan menurunkan sensivitas pada tanda-tanda yang membangkitkan kecemasan, yang sebenarnya (dilain kesempatan) Dapat berfungsi menghambat implus-implus agresif.

e. Emosional

Frustasi dan kemarahan dapat beraksi sebagai katalis perilaku agresif, utamnya ketika individu menyalahkan orang lain sebagai penanggung jawab atas situasi frustasi atau kemarahannya.

Menurut Robert dan Donn (2005:143) determinan agresi dari manusia sebagai berikut:

a. Determinan Sosial Dari Agresi 1. Frustasi

Frustasi kadang-kadang menghasilkan agresi karena adanya hubungan mendasar antara efek negatif (perasaaan tidak menyenangkan)dengan perilaku agresif-suatu hubungan yang telah dikonfirmasikan oleh banyak peneliti (misalnya, da Glori dkk., 1994 dalam Baron)

2. Provokasi langsung

(51)

kita terima-atau mungkin lebih sedikit lebih, terutama jika kita merasa bahwa pasti orang lain tersebut bermaksud untuk menyakiti kita.

3. Agresi yang dipindahkanpemaparan terhadap kekerasan media

Agresi terhadap seseorang yang bukan sumber dari provokasi yang kuat; agresi dipindahkan terjadi karena orang yang melakukannya tidak ingin atau tidak dapat melakukan agresi terhadap sumber provokasi awal.

4. Pemaparan terhadap kekerasan di media: dapa dari melihat agresi

Pemaparan terhadap kekekerasan di media secara berulang-ulang dapat menguatkan dapat dampak utama tersebut seiring dengan waktu, pengaruh dari penonton kekrasan bisa terakumulasi- dan bahkan menjadi lebih penting dari pada yang diasumsikan sebelumnya.

5. Keterangsangan yang meningkat

Dalam berbagai kondisi, keterangsangan yang meningkat apapu sumbernya dapat meningkatkan agresi, sebagai respon terhadap provokasi, frustasi, dan faktor lain. Dalam teori transfer eksitasi menyatakan bahwa keterangsangan yang dihasilkan dalam satu situasi dapat tersisa dan memperkuat reaksi emosional yang timbul dalam situasi berikutnya.

b. Penyebab Pribadi Dari Agresi 1. Pola Perilaku A

(52)

dari kontinum ini terdapat orang-orang yang tidak menunjukan karakteristik tersebut individu-individu yang sangat tidak kompetitif, yang tidak selalu bertanding melawan waktu, dan tidak mudah kehilangan kendali; orang-orang yang didiskripsikan seperti ini menunjukan pola peilaku type B (Type B behaviour pattern) Melihat karakteristik tersebut bahwa tipe A cenderung lebih agresif dari pada type B.

2. Mempersepsikan Maksud Jahat Dalam Diri Orang Lain: Bias Atribusional Hostile

Atribusi memainkan peran penting dalam reaksi kita terhadap perilaku orang lain dan terutama terhadap provokasi nyata adalah titik mula bagi karakteristik pribadi penting lain yang mempengaruhi agresi yaitu bias atribusional hostile (hostile attributional bias) (misalnya, Dodge dkk., 1968) dalam Robert dan Donn (2005:152). Dengan kata lain, orang-orang yang memiliki bias atribusional hostile yang tinggi jarang mempresepsikan tindakan hostile orang lain sebagai ketidaksengajaan, namun segera mengasumsikan bahwa tindakan provokasi manapun dari orang lain tersebut sebagai sengaj, dan mereka segera beraksi melawan atau membalasnya. 3. Narsisme, Ancaman-Ego, Dan Agresi: Bahaya Keinginan Untuk Menjadi

Superior

(53)

orang lain, umpan balik yang mengancam self-imagemereka tinggi (Bhusman dan Baumeister ,1998) dalam Robert dan Donn (2005:152). Orang-orang yang seperti ini memiliki keraguan yang mengganggu mengenai kebenaran ego mereka yang besar sehingga reaksi dengan kemarahan yang intens pada siapa pun yang mengnacam untuk menjatuhkan mereka.

c. Determinan Situasional Dari Agresi 1. Dampak sushu udara tinggi

Selain dipengaruhi secar kuat oleh faktor-faktor sosial dan karakteristik pribadi, agresi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terkait dengan situasi dan konteks peningkatan kekerasan sesuatu yang tidak dibutuhkan oleh spesies kita. Pada penelitian yang telah dilakukan dengan (Baron, 1972a) dalam suatu kondisi, penyejuk udara dinyalahkan, sehingga ruangan menjadi sejuk dan nyaman. Dalam kondisi lain, kami mematikan penyejuk udaran dan membuka jendala; hal ini meningkatkan suhu udara. Hasil dari penelitian; suhu udara tinggi mengurangi agresi bik pada orang yag diprovokasi maupun yang tidak diprovokasi.

2. Konsumsi alkohol

Dipercaya seseorang secara luas bahwa beberapa orang, setidaknya, menjadi lebih agresif ketika mereka mengkonsumsi alkohol dibandingkan dengan orang yang tidak mengkonsumsi alkohol. Fakta bahwa bar-bar dan club sering menjadi tempat terjadinya kekerasan.

(54)

a. Sosial, faktor sosial yang dapat menyebabkan perilaku agresif adalah frustasi, provokasi dan pemakaian alkohol.

b. Personal, faktor personal disini yaitu kepribadian seseorang dan juga perbedaan jenis kelamin yang sama sering diungkapkan bahwa lelaki lebih agresif dari pada perempuan.

c. Kebudayaan, lingkungan juga berperan terhadap tingkah laku sehingga kebudayaan merupakan salah satu penyebab munculnya perilaku agresif. d. Situasional, keadaan cuaca panas sering memicu timbulnya perilaku agresif. e. Sumber daya, salah satu pendukung utama kehidupan manusia adalah daya

dukung alam dan jika sumber alam tidak mencukupi kebutuhan manusia karena keterbatasannya, maka bisa menimbulkan perilaku agresif

f. Media masa, tayangan dari televisi berpotensi besar diimitasi oleh individu.

(55)

Effect), penggunaan obat-obatan terlarang dan alkohhol meningkatkan kemungkinan respon agresif ketika seorang diprovokasi.

Menurut Zainun dalam Supriyo (69:2008)menyatkan bahwa ada bebrapa hal yang dapat mempengaruhi timbulnya perilaku agresif antara lain yaitu:

a. Amarah, merupakan emosi yang memiliki ciri-ciri aktifitas sitem saraf para simpatik yang tinggi dan adanya perasaan yang tidak suka sangat kuat yang biasanya disebabkan adanya kesalahan, yang mungkin nyata-nyata salah satu atau mungkin juga tidak.

b. Kekecewaan, sakit fisik, penghinaan, atau ancaman sering memancing amarah dan akhirnya memancing agresi.

c. Ejekan, hinaan dan ancaman merupakan pancingan yang jitu terhadap amarah yang akan mengarah pada agresi.

d. Menurut Davidoff dalam Supriyo (70:2008), gen tampaknya berpengaruh pada pembentukan sistem neural otak yang mengatur perilaku agresi.

e. Sistem otak yang tidak terlibat dalam agresi ternyata juga dapat memperkuat atau menghambat sikruit neural yang mengendalikan emosi.

(56)

g. Kesenjangan generasi, yaitu adanya perbedaan atau jurang pemisah antra generasi anak dengan orang tuanya dapat terlihat dalam bentuk hubungan komunikasi yang semakin minimal dan seringkali tidak nyambung.

h. Lingkungan, apabila seorang anak dibesarkan dalam lingkungan kemiskinan, maka perilaku agresi mereka secara alamia mengalami peningkatan.

i. Peran belajar model kekerasan, tidak dapat dipungkiri bahwa pada saat ini anak-anak dan remaja banyak belajar menyaksikan adegan kekerasan memalui televisi dan juga “games” ataupun permianan yang bertema kekerasan.

Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan faktor yang mempengaruhi perilaku agresif ada dua yaitu faktor internal dan eksternal.

2.5.4.1 Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang muncul dari dalam individu itu sendiri. Pada faktor internal ini terdapat lima faktor yaitu:

1. Biologis

(57)

b) Sistem otak yang tidak terlibat dalam agresi dapat memperkuat atau menghambat jalan syaraf yang mengendalikan agresi. Seseorang yang sering merasakan kesenangan, kegembiraan, cenderung tidak pernah melakukan kekejaman dan pengahncuran (agresi) dibandingkan dengan orang yang tidak pernha merasakan kesenangan, kegembiraan dll.

c) Kimia darah (khususnya hormon seks yang sebagian ditentukan oleh faktor keturunan) juga dapat mempengaruhi perilaku agresi pada wanita yang sedang mengalami haid, kadar hormon kewanitaan yaitu estrogen, dan progresteron menurun jumlahnya, akibatnya wanita bahwa prasaan mereka mudah tersinggung, gelisah, tegang, dan bermusuhan. Banyak wanita yang melakukan tidakan ini saat berlangsungnya masa haid.

2. Deinduvidualis

Deindividuasi dapat memperkuat agresif pada seseorang, karena hal ini akan membuat sesorang mengabaikan jati dirinya sendiri dan si korban, tidak memperdulikan lagi, dan emosioanal pelaku semakin tingga tidak terkontrol. 3. Pola perilaku type A.

(58)

4. Mempersepsikan Maksud Jahat Dalam Diri Orang Lain: Bias Atribusional Hostile

Orang-orang yang memiliki bias atribusional hostile yang tinggi jarang mempresepsikan tindakan hostile orang lain sebagai ketidaksengajaan, namun segera mengasumsikan bahwa tindakan provokasi manapun dari orang lain tersebut sebagai sengaj, dan mereka segera beraksi melawan atau membalasnya. 5. Narsisme, Ancaman-Ego, Dan Agresi: Bahaya Keinginan Untuk Menjadi

Superior

Orang dengan narsisme (narcissim) yang tinggi (orang yang setuju dengan pernyataan seperti “Jika saya memperinta dunia, maka dunia akan menjadi tempat yang jauh lebih baik” dan “saya lebih mampu dari pada orang lain”) bereaksi dengan tigkat agresi yang sangat tinggi terhadap penghinaan dari orang lain, umpan balik yang mengancam self-imagemereka tinggi (Bhusman dan Baumeister ,1998) dalam Robert dan Donn (2005:152). Orang yang seperti itu biasanya mempunya tingkatn sensivitas yang tingggi pada dirinya, sehingga ia mudah tersinngung saat mendapat masukan dariorang lain.

2.5.4.2 Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang muncul dari luar individu itu sendiri. Pada faktor eksternal ini terdapat beberapa faktor yaitu:

1. Lingkungan

(59)

tinggi agresifitasnya. Selain itu juga anak yang hidup pada lingkungan yang kurang baik cenderung lebih agfresif.

2. Media

Dengan pergantian zaman ini, perkembangan media terjadi dengan pesat, tanpa kita sadari terkadang media tersebut memberikan pengaruh yang tidak baik bagi kita, ada beberapa media yang dapat menimbulkan perilaku agresif, antara lain televisi, games, pornografi dll. Pada media tersebut terkadang menampilkan hal-hal yang tidak baik untuk dipertontonkan, karena pada dasarnya pada usia remaja memiliki rasa ingin yang tahu lebih tinggi, sehingga individu meniru apa yang telah dipertontonnya.

3. Profokasi

Profokasi dapat menimbulkan agresif pada seseorang, karena profokasi akan dilihat oleh pelaku sebangai ancaman yang harus dilawan dengan respon agresif. Seseorang yang mendapat profokasi biasanya tingkatan emosionalnya kan semakin tinngi, dan itu akan semakin memperkuat seseorang untuk berperilaku agresif. Seseorang yang sedang menggunakan obat terlarang akan mudah untuk terprofokasi, dan itu memudahkan seseorang untuk melakukan agresif.

4. Peristiwa tidak menyenangkan

(60)

a) Sakit

Seseorang yang sedang mengalmi rasa sakit fisik mauh psikis (kekecewaan) akan menimbulkan ledakan emosi, bahkan siksaan yang bersa dari kondisi depresi dapat meningkatkan permusuhan dan perilaku agresif.

b) Hinaan

Hinaan yang dilakukan oleh lawan akan memancing terhadap amarah yang mengarah pada agresif. Ejekan yang semakin seru yang dilakuakn oleh teman-teman yang lain akan lebih memanan situasinya, apabila indivudu tidak dapat menahan emosinya maka ia akan menyerang balik lawan tersebut.

c) Panas

Pada cuaca yang panas, seseorang akan cenderung untuk marah. Misalnya saja, seseorang ynag sedang berdesakan dalam keadaan panas maka orang tersebut akan sering marah.

5. Alkohol

(61)

6. Sosiokultural

Keadaaan ekonomi dalam keluar berpengaruh terhadapa perilaku agresif. Dalam keluarga yang berada dalam ekonomi kebawah biasanya berada dalamtekanan-tekanan hidup, termasuk tekanan yang berkaitan dengan kekerasan yang berada dalam lingkungannya.

2.6 Persepsi Siswa Tentang Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Agresif

Dari berbagai penjelasan persepsi, siswa, perilaku agresif, dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi siswa tentang faktor yang mempengaruhi perilaku agresif pada siswa adalah cara siswadalam memandang, mengerti, mengamati dan menyimpulkan berbagai pesan dan informasi yang telah didapat dari hasil panca indrawi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku agresif yang terjadi pada siswa.

(62)

siswa tentang faktor yang mempengaruhi perilaku agresif, sehingga ketika guru BK berkaitan dengan perilaku agresif siswa dapat ditinjau terlebih dau dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Perilaku agresif dapat terjadi karena danya faktor-faktor yang mempengaruhinya, dengan adanya hal tersebut, maka siswa disekolah akan memberikan persepsi faktor yang mempengaruhi perilaku agresif berdasarkan informasi yang telah didapatkannya. Dengan adanya hal tersebut, dibutuhkannya persepsi siswa tentang faktor yang mempengaruhi perilaku agresif agar dapat membantu kerja konselor di sekolah.

2.7 Kerangka Berfikir

Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa remaja tersebut individu sedang mencari jati dirinya, banyak mengalami perubahan baik secara fisik maupun secara psikis. Pada masa remaja ini individu sedang berada pada emosional yang tinggi. Pada pencarian jati dirinya, terkadang invidu salah untuk menunjukan jati dirinya pada hal yang negatif.

Perilaku agresif adalah “suatu cara untuk melawan dengan kuat, berkelahi, menyerang, melukai, membunuh, menghukum orang lain, atau agresif merupakan tindakan yang dimaksud untuk melukai orang lain atau merusak milik orang lain” (Supriyo, 2006:67).

(63)

tersebut dapat timbul dari diri individu tersebut maupun dari luar individu tersebut. Dengan adanya hal tersebut, maka diadakan penelitian tentang “persesi siswa tentang faktor yang mempengaruhi perilaku agresif”.

2.8 Hipotesis Penelitian

(64)

45

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah dan pada dasarnya adalah rangkaian dalam kegiatan dalam rangka pemecahan suatu permasalahan. Penelitian selalu berpedoman pada tata cara atau metode yang benar dan relevan. Metode penelitian sendiri merupakan cara yang harus ditempuh dalam penelitian ilmiah guna menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. Hal yang perlu diperhatiakn adalah metode yang digunakan harus sesuai dengan objekpenelitian dan tujuan yang akan dicapai, sehingga penelitian dapat mengarah dan sistematis. Berdasarkan hal tersebut, dalam bab 3 ini akan dibahas secara sistematis mengenai jenis penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel, prosedur penelitian, instrumen, metode pengumpulan data, metode dan alat pengumpulan data, validitas dan reliabilitas, hasil uji coba dan metode analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan untuk meneliti perbedaan persepsi anara siswa SMK Negeri dengan siswa SMK Swasta tentang faktor yang mempengaruhi perilaku agresif adalah dengan menggunakan penelitian komparatif.

(65)

Dalam studi komparatif ini, memang sulit untuk mengetahui faktor-faktor penyebab yang dijadikan dasar pembanding, sebab penelitian komparatif tidak mempunyai kontrol (Nazir, 2003:58).

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Arikunto (2006:267) bahwa penelitian komparatif akan menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan tentang benda-benda, tentang orang, tentang prosedur kerja, tentang ide-ide, kritik terhadap orang, kelompok, terhadap suatu ide, atrau prosedur kerja.

Dengan memperhatikan pengertian penelitan komparatif diatas, dalam penelitian ini akan mencari data mengenai perbedaan persepsi antara siswa SMK Negeri dengan siswa SMK Swasta tentang faktor yang mempengaruhi perilaku agresif.

3.2 Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2007:4) ”variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan ditarik kesimpulan”. Variabel dalam penelitian ini peneliti menggunakan variabel tunggal. Selain itu penelitian ini sebagai penelitian deskriptif yang mencoba menggambarkan secara jelas suatu objek.

3.2.1 Identifikasi Variabel

(66)

3.2.2 Hubungan Variabel

Penelitian ini hanya menggunakan satu variabel/variabel tunggal, sehingga tidak ada hubungan antar variabel yang terjadi.

3.2.3 Definisi Operasional Variabel

Menurut Suryabrata (2006:29) menyatakan bahwa “definisi operasional variabel adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat variabel yang dapat didevinisikan dan dapat diamati”. Merujuk pengertian tersebut cara siswa dalam memandang, mengerti, mengamati dan menyimpulkan berbagai pesan dan informasi yang telah didapat dari hasil panca indrawi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku agresif yang terjadi pada siswa SMK. Faktor penyebab perilaku agresif terdiri dari faktor internal yaitu biologis dan deindividualis sedangkan faktor eksternal, yaitu, lingkungan, media, profokasi, peristiwa tidak menyenangkan, alkohol dan sosiokultural.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

(67)

Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian ini adalah Siswa SMK Se-kabupaten Kendal. Yang terdiri dari 7 SMK Negeri dan 22 Swasta. Jumlah siswa kelas XI sejumlah 9853 siswa .

(68)

3.3.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2010:118) menyatakan bahwa “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Dalam penelitian kuantitatif terdapat dua jenis pengambilan data yaitu probality sampling dan nonprobaliti sampling.

Pada penelitian ini jenis yang digunakan dalam penentuan sampel pada penelitian ini adalah probability sampling dengan teknik cluster sampling (area sampling). Pengambilan sampel dilakukan secara dengan menentukan daerah terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan menentukan orang-orang yang ada pada daerah tersebut secara acak. Sampel ang digunakan sebanyak 7 sekolah yang terdiri dari 3 SMK Negeri dan 4 SMK Swasta.

Tabel 3.2

Daftar Sampel Penelitian

SMK NEGERI SMK SWASTA

SMKN 02 Kendal SMKN 04 Kendal SMK 05 Kendal

SMK Muhammdiyah 03 SMK NU 03

SMK Bhinieka

SMK Muhammadiyah 02

(69)

nomogram tersebut tidak perlu dilakukan perhitungan yang rumit dalam menentukan jumlah sampel pada penelitian.

Harry King menghitung sampel tidak hanya didasarkan pada kesalahan 5% saja, tetapi bervariasi mulai dari 0,3% sampai dengan 15%. Selain itu jumlah populasi yang paling tinggi yakni 2000. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan nomogram Harry King dengan tarap kesalahn 5% untuk menentukan ukuran sampel. Untuk menentukan ukuran sampel dengan jumlah populasi 9853 yang dibulatkan menjadi 10.000 dan taraf kesalahan 5% diperoleh ukuran sampel 342 responden.

3.4 Prosedur Penelitian

Adapun prosedur penelitian yang harus ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

(1) Menentukan sampel penelitian menggunakan teknik cluster random sampling

(2) Menyusun kisi-kisi instrumen (3) Menyusun instrumen berupa angket

(4) Mengujicobakan instrumen pada sekolah diluar sampel

(5) Menganalisi data hasil uji coba instrumen untuk mengetahui validitas dan reabilitas

(6) Menentukan persyaratan angket yang memenuhi syarat berdasarkan nomer lima

(70)

(8) Melaksanakn penelitian dengan menyebar angket di sekolah yang ditentukan menjadi sampel

(9) Menganalisi data hasil skala psikologis (10) Menyusul hasil penelitian

3.5 Instrumen Penelitian

Langkah-langkah penyusunan instrumen penelitian dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 3.1 Prosedur Penyusunan Instrumen

Setelah mengetahui langkah-langkah dalam penyusuna instrumen peneltian, selanjutnya adalah membahsa mengenai kisi-kisi instrumen. Setelah menyusun kisi-kisi instrumen, maka dilanjutkan dengan penyusunan instrumen skala psikologis secara utuh beserta lembar jawabnya.

3.6 Metode dan Alat Pengumpul Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standard untuk memperoleh data yang diperlukan. Arikunto (2006:149) mengemukakan bahwa

Kisi-kisi pengembangan

instrumen penelitian Instrumen

Uji coba

Revisi Instrumen jadi

(71)

metode pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya.

Selalu ada hubungan antara metode pengumpulan data dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Penyelenggaraan pengumpulan data bermaksud mengumpulkan seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan siswa dalam berbagai aspeknya. Data yang dikumpulkan merupakan hasil dari upaya aplikasi instrumentasi dan apa yang menjadi isi dari pengumpulan data dimanfaatkan sebesar-besarnya dalam kegiatan layanan sesuai dengan kebutuhannya.

3.6.1 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode skala psikologi.Skala psikologi adalah alat yang digunakan untuk mengukur atribut psikologi. Aribut yang diungkap adalah perilaku agresif. Alasan menggunakan skala psikologi sebagai alat ukur adalah karena sub variabel dalam variabel faktor yang mempengaruhi perilaku gresif merupakan atribut psikologi yang sifatnya tidak tampak (innert behavior) dan menggambarkan aspek kepribadian individu. Hal tersebut sejalah dengan pendapat Azwar (2005:3) bahwa istilah skala psikologi selalu mengacu kepada alat ukur atau atribut efektif. Azwar (2005:5) juga mengungkapkan bahwa dalam skala psikologis dapat mengungkap tentang:

a. Data yang diungkap berupa konsep psikologis yang menggambarkan kepribadian individu.

(72)

mengumpulkan sebanyak mungkin indikasi dari aspek kepribadian yang lebih abstrak.

c. Responden tidak menyadari arah jawaban yang dikehendaki dan kesimpulan dari pertanyaan.

d. Responden terhadap skala psikologis diberi skor lewat penskalaan.

e. Skala psikologi hanya diperuntukan untuk mengungkap atribut tunggal.

Dijelaskan lebih rinci oleh Azwar (2005:3-4) bahwa karakteristik alat ukur psikologi antara lain:

1. Stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan. 2. Atribut psikologis diungkap secara tidak langsung melalui

indikator-indikator perilaku, sedangkan indikator perilaku diterjemahkan dalam bentuk item-item.

3. Respon subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban “benar” atau “salah”. Semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan sungguh-sungguh. Hanya saja, jawaban yang berbeda akan diintrerpretasikan berbeda pula.

Dengan demikian, skala psikologi dapat digunakan sebagai alat ukur yang dapat mengungkap indikator perilaku yang berupa pertanyaan maupun pernyataan sebagai stimulus. Responden tidak mengetahui arah jawaban dari pertanyaan maupun pernyataan rersebut.

Gambar

Tabel 3.1 Daftar Populasi Penelitian
Tabel 3.2
gambar dibawah ini:
Tabel 3.3 Penskoran Kriteria Jawaban
+5

Referensi

Dokumen terkait

antara konformitas teman sebaya dengan perilaku agresif pada siswa kelas XI. SMK Saraswati Salatiga tahun

yang positif signifikan antara konformitas teman sebaya dengan perilaku agresif. siswa kelas XI SMK Saraswati Salatiga tahun

Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan yang positif signifikan antara konformitas teman sebaya dengan perilaku agresif pada siswa kelas XI SMK Saraswati

hubungan antara eksposur kekerasan di televisi dengan jenis perilaku agresif. siswa kelas XI SMK

mempraktikkannya (learning by doing). Disamping aktivitas siswa, perilaku agresif juga mempengaruhi proses pembelajaran. Perilaku agresif dapat timbul dikarenakan ada

Prastyani (2011) melakukan penelitian mengenai faktor eksternal yang berhubungan dengan perilaku agresif, berdasarkan penelitiannya didapatkan data bahwa terdapat hubungan

Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa konsep diri tidak memberikan pengaruh terhadap perilaku agresif karena ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi seperti

Prastyani (2011) melakukan penelitian mengenai faktor eksternal yang berhubungan dengan perilaku agresif, berdasarkan penelitiannya didapatkan data bahwa terdapat hubungan