• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis besarnya pengaruh pembiayaan, financing to deposit ratio (FDR), rasio non performing financing (NPF) terhadap laba bank syariah studi kasus PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis besarnya pengaruh pembiayaan, financing to deposit ratio (FDR), rasio non performing financing (NPF) terhadap laba bank syariah studi kasus PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk."

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS BESARNYA PENGARUH PEMBIAYAAN,

FINANCING TO DEPOSIT RATIO

(FDR) DAN RASIO

NON PERFORMING FINANCING

(NPF) TERHADAP LABA

BANK SYARIAH

(

Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk

)

Oleh

TRI JOKO PURWANTO

H24061626

 

           

   

 

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

TRI JOKO PURWANTO. H24061626. Analisis Besarnya Pengaruh Pembiayaan, Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Rasio Non Performing

Financing (NPF) terhadap Laba Bank Syariah (Studi Kasus PT. Bank Muamalat

Indonesia, Tbk). Di bawah bimbingan BUDI PURWANTO

Semakin banyaknya jumlah bank syariah di Indonesia maka semakin memudahkan masyarakat Indonesia menikmati layanan perbankan syariah baik untuk menabung maupun untuk mengajukan pembiayaan. Bank Indonesia mencatat pada tahun 2005-2009 pertumbuhan dana pihak ketiga dan penyaluran pembiayaan perbankan syariah mencapai lebih dari 20% jauh di atas perbankan konvensional yang hanya mencatat kenaikan rata-rata sebesar 15%. Hal yang sama juga terjadi pada nilai Financing to Deposit Ratio (FDR) perbankan syariah yang selalu berada di atas nilai Loan to Deposit Ratio perbankan konvensional. Hal ini berpengaruh terhadap perolehan laba perbankan syariah yang juga terus tumbuh di periode yang sama. Tetapi yang cukup mengkhawatirkan dari kinerja perbankan syariah adalah rasio Non Performing Financing (NPF) yang juga terus naik, bahkan mencapai lebih dari 5% di akhir 2009.

Dengan mengambil studi kasus pada PT Bank Muamalat Indonesia, penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menganalisis pengaruh total dana pihak ketiga, pembiayaan, FDR dan NPF terhadap laba bank syariah, (2) Menganalisis pengaruh pembiayaan terhadap Non Performing Financing.

Model dalam penelitian ini terdiri dari dua model regresi linier sederhana dan satu model regresi linier berganda, yaitu: (1). Pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap Laba, (2) Pengaruh pembiayaan, Financing to Deposit Ratio dan Non

Performing Financing terhadap Laba, (3) Pengaruh Pembiayaan terhadap Rasio

Non Performing Financing.

(3)

ANALISIS BESARNYA PENGARUH PEMBIAYAAN,

FINANCING TO DEPOSIT RATIO

(FDR) DAN RASIO

NON

PERFORMING FINANCING

(NPF) TERHADAP LABA

BANK SYARIAH

(Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh:

TRI JOKO PURWANTO

H24061626

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

Judul Skripsi : Analisis Besarnya Pengaruh Pembiayaan, Financing to Deposit

Ratio (FDR) dan Rasio Non Performing Financing (NPF) terhadap

Laba Bank Syariah

(Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk)

Nama : Tri Joko Purwanto

NIM : H24061626

Menyetujui, Pembimbing

(Ir. Budi Purwanto, ME) NIP : 19630705 199403 1003  

Mengetahui: Ketua Departemen,

(Dr.Ir. Jono M. Munandar, Msc) NIP : 19610123 198601 1002

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 15 September 1988. Penulis yang bernama lengkap Tri Joko Purwanto ini adalah anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan dari Bapak Tukino dan Ibu Kadinem. 

Penulis memulai pendidikan pada Taman Kanak-Kanak Perintis tahun 1993-1994. Kemudian melanjutkan ke pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri 17 Pondok Bambu dan lulus tahun 2000. Pada tahun 2000 penulis melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 195 Jakarta. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas pada Sekolah Menengah Atas Negeri 53 Jakarta pada tahun 2006. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan studinya di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

(6)

KATA PENGANTAR  

Segala puji hanya milik Alloh SWT yang hingga sampai saat ini masih memberikan segala macam Nikmat, Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.

Perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia yang cukup pesat dalam hal penghimpunan dana pihak ketiga dan penyaluran pembiayaannya membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Besarnya Pengaruh Pembiayaan, Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Rasio

Non Performing Financing (NPF) terhadap Laba Bank Syariah (Studi Kasus PT.

Bank Muamalat Indonesia, Tbk)”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisi pengaruh dana pihak ketiga, pembiayaan, FDR dan NPF terhadap laba bank syariah.

Terima kasih penulis ucapkan kepada bapak Ir. Budi Purwanto, ME yang telah membimbing penulis dan juga pihak-pihak lain yang telah membantu penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan penelitian ini.

Sebuah pepatah mengatakan “tak ada gading yang tak retak”. Penulis mengucapkan permintaan maaf jika dalam skripsi ini banyak kekurangannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ekonomi Islam.

Bogor, Maret 2011  

 

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH  

Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu,penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Sang Pemilik jiwa dan raga ini, Alloh SWT yang hingga sampai detik ini masih terus melimpahkan rahmat, nikmat dan karunia-Nya.

2. Bapak, mama, mbak yuni, mas agung dan mas tris atas segala doa, didikan, dukungan dan kasih sayangnya kepada penulis hingga sampai saat ini.

3. Para guru dan dosen yang telah ikut mendidik dan mengajar penulis.

4. Seluruh staff pengajar dan karyawan/wati di Departeman Manajemen FEM IPB.

5. Subro, Subhan, Randi, Iir, Deden, Hijri, Fian, Akmal, Oyok, Rendy, Eful, Kak Doni, Kak Iqbal, Udin, Junasa dan teman-teman lainnya dari asrama TPB hingga Wisma Madani.

6. Teman-teman di Rohis Manajemen 43 : Yudha, Ade, Rizal, Avis, Holil, Ege, Yunita, Dwi, dan Nurul.

7. Kak Ali, Mahmud, Husein, Dudung, Anto.

8. Kak Miqdam, Kak Doni, Kak Fehmi, Iif, Gusti, Triana, Dian, Riska, Ita, Putri, Ita, Ara, Emi, Risya, Uji, Uni, Tita, Via, Ayun, Eka, Bryan, Agung, Arif dan teman-teman di SES-C lainnya.

9. Wahyu PT, Irmon, Maget, Yanti, Keyko, dan Sisi atas kebersamaan kita sebagai rekan satu bimbingan

10.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut membantu penulis selama ini.

Akhir kata penulis hanya bisa mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada semua pihak.

(8)

DAFTAR ISI  

Halaman

RINGKASAN

RIWAYAT HIDUP ... v

KATA PENGANTAR ... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

DAFTAR ISI ...viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

I.PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II.TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Bank Konvensional dan Bank Syariah ... 8

2.2. Penghimpunan dan Penyaluran Dana ... 11

2.2.1. Dana Pihak Ketiga ... 11

2.2.1.1. Prinsip Wadi’ah ... 11

2.2.1.2. Prinsip Mudharabah ... 12

2.2.1.3. Akad Pelengkap ... 14

2.2.2. Pembiayaan ... 15

2.2.2.1. Pembiayaan Murabahah ... 16

2.2.2.2. Pembiayaan Salam ... 16

2.2.2.3. Pembiayaan Istishna’ ... 16

2.2.2.4. Pembiayaan Ijarah ... 17

2.2.2.5. Pembiayaan Musyarakah ... 17

2.2.2.6. Pembiayaan Mudharabah ... 18

2.3. Financing to Deposit Ratio (FDR) ... 18

2.4. Kualitas Pembiayaan dan Non Performing Financing (NPF) ... 19

2.5. Laba Bank ... 21

III.METODE PENELITIAN ... 22

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 22

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24

3.3. Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 24

3.3.1. Dana Pihak Ketiga ... 24

3.3.2. Pembiayaan ... 24

(9)

3.3.4. Non Performing Financing (NPF) ... 24

3.3.5. Laba ... 25

3.4. Analisis Regresi Linier ... 25

3.4.1. Uji Klasik ... 25

3.4.1.1. Uji Normalitas ... 25

3.4.1.2. Uji Multikolinearitas ... 26

3.4.1.3. Uji Autokorelasi ... 26

3.4.1.4. Uji Heteroskedastisitas ... 26

3.4.2. Model Regresi ... 27

3.4.2.1. Pengaruh pembiayaan, Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Laba ... 27

3.4.2.2. Pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap Laba ... 29

3.4.2.3. Pengaruh Pembiayaan terhadap Rasio Non Performing Financing (NPF) ... 30

3.4.3. Uji Hipotesis ... 30

3.4.3.1. Analisis Ragam (Uji F) ... 30

3.4.3.2. Analisis Uji Parsial (Uji t) ... 31

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 32

4.1.1. Sekilas tentang PT Bank Muamalat Indonesia ... 32

4.1.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 32

4.1.1.2. Visi dan Misi Perusahaan ... 33

4.1.1.3. Strutur Organisasi Perusahaan ... 33

4.1.1. Kinerja Perusahaan... 34

4.1.1.1. Penghimpunan Dana ... 34

4.1.1.2. Penyaluran pembiayaan dan tingkat Financing to Deposit Ratio (FDR) ... 35

4.1.1.3. Pembiayaan Bermasalah ... 36

4.1.1.4. Laba Bank ... 37

4.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laba dan NPF ... 38

4.2.1. Pengaruh Pembiayaan, Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Rasio Non Performing Financing (NPF) Terhadap Laba ... 38

4.2.2. Pengaruh Dana Pihak Ketiga Terhadap Laba ... 43

4.2.3. Pengaruh Pembiayaan Terhadap Rasio Non Performing Financing ... 44

4.3. Implikasi Manajerial ... 45

KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

1. Kesimpulan ... 48

2. Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50

Lampiran ...52

(10)

DAFTAR TABEL  

No Halaman

1. Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Perbankan Syariah ... 2

2. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan antara Industri Perbankan secara Keseluruhan dan Perbankan Syariah 2005-2009 ... 3

3. Pertumbuhan Pembiayaan, LDR/FDR dan NPL/NPF Bank Konvensional dan Bank Syariah, 2005-2009 ... 5

4. Perbandingan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional ... 9

5. Indikator Kualitas Pembiayaan ... 19

6. Kesimpulan Hasil Pengolahan Regresi Linier Berganda ... 39

(11)

DAFTAR GAMBAR  

No Halaman 1. Bagan Operasional Bank Syariah  ... 10  2. Bagan Kerangka Pemikiran ... 23  3. Grafik Perkembangan Dana Pihak Ketiga PT Bank Muamalat

Indonesia,Tbk kuartal IV 2000- kuartal III 2010. ... 34  4. Grafik Jumlah Pengumpulan Dana Pihak Ketiga dan Penyaluran Pembiayaan

PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk Kuartal IV 2000- Kuartal III 2010. ... 35  5. Grafik Perkembangan Financing to Deposit Ratio PT Bank Muamalat

Indonesia, Tbk Kuartal IV 2000- Kuartal III 2010 ... 36  6. Grafik Perkembangan Jumlah Pengumpulan Dana Pihak Ketiga dan

Penyaluran Pembiayaan PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk Kuartal IV 2000- Kuartal III 2010. ... 37  7. Grafik Perkembangan Laba PT Bank Muamalat Indonesia Kuartal IV 2000-

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Struktur Organisasi PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk ... 52 

2. Data DPK, FDR, Pembiayaan, NPF dan Laba PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk...53

3. Hasil Uji Normalitas ... 55 

4. Hasil Uji Autokorelasi ... 56 

5. Hasil Uji Multikolinearitas ... 57 

6. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 58   

(13)

I.PENDAHULUAN  

1.1. Latar Belakang

Menurut Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan, perbankan nasional Indonesia menganut dual banking system yaitu, sistem perbankan konvensional dan sistem perbankan syariah. Sistem perbankan konvensional seperti yang kita ketahui menggunakan bunga (interest) sebagai landasan operasionalnya. Berbeda halnya dengan perbankan konvensional yang menggunakan bunga sebagai landasan operasionalnya, sistem perbankan syariah menggunakan prinsip bagi hasil sebagai landasan dasar bagi operasionalnya secara keseluruhan. Secara syariah, prinsipnya berdasarkan kaidah al-

mudharabah. Berdasarkan prinsip ini, bank syariah akan berfungsi sebagai mitra,

baik dengan penabung maupun dengan pengusaha yang meminjam dana. Antara keduanya diadakan akad mudharabah yang menyatakan pembagian keuntungan masing-masing pihak.

Adanya Undang-Undang No. 7 tahun 1992 ini kemudian diikuti dengan beroperasinya bank syariah pertama di Indonesia, Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tahun yang sama. Dalam perkembangannya sampai pada saat ini sejak BMI terbentuk, industri perbankan syariah di Indonesia semakin berkembang. Meskipun hingga pada awal tahun 2000 bank umum syariah di Indonesia hanya berjumlah tiga buah, pada saat ini industri perbankan syariah semakin semarak. Bahkan pada saat ini, industri ini tidak hanya diisi oleh para pemain dari dalam negeri tetapi juga para pemain dari luar negeri.

(14)

Tabel 1. Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Perbankan Syariah

2005 2006 2007 2008 2009 Bank Umum Syariah

• Jumlah Bank

• Jumlah Kantor

3 304 3 349 3 401 5 581 6 711 Unit Usaha Syariah (UUS)

• Jumlah Bank*

• Jumlah Kantor

19 154 20 183 26 196 27 241 25 287 Bank Perkereditan Rakyat Syariah

• Jumlah Bank

• Jumlah Kantor

92 92 105 105 114 185 131 202 139 225

Total Kantor 550 637 882 1024 1223

Ket: * Jumlah bank konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah (UUS) Sumber: Bank Indonesia, 2009

Meningkatnya jumlah bank dan kantor perbankan syariah yang beroperasi di Indonesia ini memberikan dampak yang positif bagi perkembangan industri perbankan syariah. Peningkatan ini memberikan kemudahan bagi masyarakat Indonesia untuk dapat menikmati layanan dari perbankan syariah. Selain berpengaruh terhadap pertumbuhan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK), meningkatnya jumlah bank dan kantor bank syariah juga berpengaruh terhadap pertumbuhan penyaluran pembiayaan perbankan syariah. Bila dibandingkan dengan yang terjadi pada industri perbankan secara keseluruhan yang ada di Indonesia, keduanya mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan dengan rata-rata pertumbuhan setiap tahunnya yang mencapai 25%.

(15)

Tabel 2. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan antara Industri Perbankan secara keseluruhan dan Perbankan Syariah 2005-2009 Tahun % Pertumbuhan DPK % Pertumbuhan Pembiayaan

Industri perbankan Perbankan syariah

Industri perbankan Perbankan syariah

2005 14,61% 23,93% 19,58% 24,75%

2006 12,37% 24,57% 12,20% 25,31%

2007 14,80% 26,20% 20,93% 26,84%

2008 13,83% 23,99% 23,38% 26,85%

2009 11,14% 29,50% 9,06% 18,53%

Sumber: Bank Indonesia, 2009 (diolah)

Tabel di atas menunjukan bahwa dalam lima tahun terakhir industri perbankan syariah selalu mengalami pertumbuhan yang positif, baik dalam pengumpulan DPK maupun penyaluran pembiayaan. Pertumbuhannya melebihi pertumbuhan industri perbankan secara keseluruhan. Tabel 2 di atas juga menunjukan bahwa selama kurun waktu 2005-2008 pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah melebihi pertumbuhan pengumpulan dana pihak ketiganya. Tetapi pada tahun berikutnya, perbankan syariah dapat mengembalikan keadaan dengan pertumbuhan pembiayaan lebih kecil dari pertumbuhan pengumpulan dana pihak ketiga.

(16)

Efektifitas sebuah bank dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi dapat dilihat dari nilai Loan to Deposit Ratio (pada bank konvensional) atau nilai Financing to Deposit Ratio (pada bank syariah) bank tersebut. Semakin besar nilai Loan to Deposit Ratio / Financing to Deposit Ratio

sebuah bank maka semakin efektif pula bank tersebut dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi.

Tabel 3 menunjukan bahwa selama 2005-2009, nilai Financing to Deposit

Ratio (FDR) perbankan syariah selalu lebih besar dari Loan to Deposit Ratio

(LDR) perbankan konvensional. Dalam lima tahun terakhir FDR bank syariah selalu lebih besar dari 95%. Bahkan di tahun 2008 nilai FDR perbankan syariah mencapai angka 103,65 %. Hal ini berarti selain seluruh DPK yang berhasil dikumpulkan oleh perbankan syariah disalurkan kembali sebagai pembiayaan, modal yang dimiliki perbankan syariah pun juga ikut disalurkan.

Berbanding terbalik dengan bank konvensional yang dalam lima tahun terakhir nilai LDR nya bahkan belum pernah menembus angka 90%. Hal ini membuktikan bahwa perbankan syariah dapat menjalankan fungsi intermediasi lebih baik dari bank konvensional. Tetapi jika dilihat dari sisi lain FDR yang tinggi dapat juga dikatakan bahwa perbankan syariah mengalami likuiditas yang sangat ketat. Likuiditas yang sangat ketat akan menimbulkan risiko likuiditas yang tinggi.

(17)

Tabel 3. Pertumbuhan Pembiayaan, LDR/FDR dan NPL/NPF Perbankan Konvensional dan Perbankan Syariah, 2005-2009

 

% Pertumbuhan

Pembiayaan LDR / FDR NPL / NPF

% Pertumbuhan Laba

BK BS BK BS BK B S BK BS

2005 19,46% 24,75% 61,17% 97,93% 7,62% 2,81% -18,97% 47,09%

2006 11,85% 25,31% 60,95% 98,90% 6,10% 4,75% 11,87% 32,96%

2007 20,76% 26,84% 65,69% 99, 76% 4,07% 4,05% 18,84% 34,26%

2008 23,27% 26,85% 73,96% 103,66% 3,18% 3,95% -14,26% -25%

2009 8,74 % 18,53% 72,42% 89,68% 3,68% 5,32% 32,08% 45,39%

Sumber: Bank Indonesia (diolah)

Selain itu, ada hal lain yang cukup mengkhawatirkan dari industri perbankan syariah di Indonesia dalam beberapa tahun ini. Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa dalam selang waktu antara 2005-2007 rasio Non Performing

Financing (NPF) bank syariah cukup kecil bahkan nilainya di bawah rasio Non

Performing Loan (NPL) bank konvensional. Tetapi dalam kurun waktu

2008-2009 rasio NPF bank syariah meningkat cukup pesat. Hal ini berkebalikan dengan bank konvensional yang dapat menekan rasio NPL nya. Bahkan pada akhir 2009 rasio NPF bank syariah telah menembus angka 5%. Ambang batas aman yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia.

(18)

walaupun di tahun 2009 perbankan syariah kembali dapat meningkatkan pertumbuhan labanya melebihi perbankan konvensional.

Pertumbuhan penyaluran pembiayaan dan tingginya tingkat FDR yang melebihi perbankan konvensional merupakan prestasi luar biasa yang dicapai industri perbankan syariah. Tetapi tingginya kedua variabel tersebut juga diikuti tingginya tingkat NPF. Untuk itu diperlukan sebuah evaluasi bagaimana ketiga variabel tersebut dapat mempengaruhi laba suatu bank syariah yang merupakan salah satu tujuan didirikannya perusahaan/bank tersebut.

1.2. Perumusan Masalah

Pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah pengaruh besarnya pengumpulan DPK terhadap laba bank syariah?

2. Bagaimanakah pengaruh besarnya penyaluran pembiayaan terhadap laba bank syariah?

3. Bagaimanakah pengaruh tingginya nilai FDR terhadap laba bank syariah? 4. Bagaimanakah pengaruh tingginya nilai rasio NPF terhadap laba bank

syariah?

5. Bagaimanakah pengaruh besarnya pengumpulan DPK terhadap laba bank syariah?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis pengaruh total DPK, total penyaluran pembiayaan, FDR dan rasio NPF terhadap laba bank syariah.

2. Menganalisis pengaruh pembiayaan terhadap Non Performing Financing

pada bank syariah. 1.4. Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah : 1. Memberikan evaluasi atas penyaluran pembiayaan yang telah dilakukan

terhadap perolehan laba bank syariah.

(19)

3. Memberikan evaluasi atas nilai rasio Non Performing Financing yang tinggi terhadap perolehan laba syariah.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

(20)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

 

2.1. Bank Konvensional dan Bank Syariah

Bank berasal dari kata Italia banco yang artinya bangku. Bangku inilah yang dipergunakan oleh banker untuk melayani kegiatan operasionalnya kepada para nasabah. Istilah bangku secara resmi dan popular menjadi Bank (Rivai dan Veithzal, 2008).

Menurut Undang-Undang RI No. 10 tahun 1998 sebagai Perubahan atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan bank adalah “Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatakan taraf hidup rakyat banyak”

Berdasarkan Undang-Undang No: 21 tahun 2008 bank berdasarkan sistem operasionalnya dibedakan atas dua jenis, yaitu bank konvensional dan bank syariah. Bank Konvensional adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri atas Bank Umum Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat. Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Dalam khasanah internasional bank syariah sering disebut juga dengan Islamic Banking.

Menurut Rivai dan Veithzal (2008), Islamic Banking adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada dalam ajaran Islam, berfungsi sebagai badan usaha yang menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat, atau sebagai perantara keuangan. Prinsip Islam yang dimaksud adalah perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank, pihak lain untuk penyimpan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha.

Menurut Antonio (2001), karakteristik yang membedakan bank syariah dengan bank konvensional antara lain: tidak mengenal adanya konsep time value

of money, tidak diperkenankan kegiatan yang bersifat spekulatif karena adanya

(21)

dan bank syariah, yaitu aspek legal dan usaha yang dibiayai. Dalam aspek legal di bank syariah, akad yang dilakukan memiliki konsekuensi dunia dan akhirat

(ukhrawi) karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum Islam. Pada aspek

bisnis dan usaha yang dibiayai, dalam bank syariah tidak dimungkinkan membiayai usaha yang terkandung di dalamnya hal-hal yang diharamkan. Hal yang harus dipastikan adalah apakah obyek yang dibiayai dikategorikan pembiayaan halal atau tidak, apakah proyek yang dibiayai menimbulkan kemudharatan untuk masyarakat atau tidak.

Tabel 4. Perbandingan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional

Sumber: Antonio (2001)

Menurut Undang-undang no: 21 tahun 2008, bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiataannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Selain Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat

No Perbedaan Bank Syariah Bank Konvensional

1 Falsafah •Tidak berdasarkan bunga,

ketidakjelasan dan spekulasi.

•Berdasarkan bunga

2 Operasional •Dana masyarakat berupa titipan

dan investasi yang baru akan mendapatkan hasil jika ’diusahakan’ terlebih dahulu.

•Penyaluran pada usaha yang

halal dan menguntungkan.

•Dana masyarakat berupa simpanan

yang harus dibayar bunganya pada saat jatuh tempo.

•Penyaluran pada sektor yang

menguntungkan, aspek halal tidak menjadi pertimbangan utama.

3 Orientasi •Profit dan falah oriented Profit oriented

4 Hubungan •Hubungan kemitraan •Hubungan debitur-kreditur

5 Organisasi •Harus memiliki Dewan

Pengawas Syariah

•Tidak memiliki Dewan Pengawas

(22)

Syariah, dalam perbankan syariah juga dikenal Unit Usaha Syariah (UUS). Unit Usaha Syariah adalah unit kerja dari kantor Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.

Di sisi lain, dengan pengusaha/peminjam dana, bank syariah akan bertindak sebagai shahibul maal (penyandang dana, baik yang berasal dari tabungan/giro/ deposito/giro maupundana bank sendiri berupa modal pemegang saham). Sementara itu, pengusaha/peminjam akan berfungsi sebagai mudharib (pengelola) karena melakukan usaha dengan cara memutar dan mengelola dana bank. Operasional bank syariah secara sederhana dapat dilihat pada bagan di bawah ini:

Gambar 1. Bagan Operasional Bank Syariah (Antonio, 2001)

Yang membedakan bank syariah dari bank konvensional adalah dominasi penggunaan prinsip berbagi hasil dan berbagi risikonya sebagai landasan dasar bagi operasionalnya. Hal ini antara lain tercermin pada beberapa karakteristik berikut ini:

a. Tidak sebagaimana bank konvensional, bank syariah hanya menjamin pembayaran kembali nominal simpanan giro dan tabungan (seandainya mekanisme yang dipilih adalah wadiah), tetapi tidak menjamin pembayaran kembali nilai nominal dari deposito (investment deposit/ mudharabah deposit). Bank syariah juga tidak menjamin keuntungan atas deposito. Mekanisme pengaturan relisasi pembagian keuntungan final atas deposito pada bank syariah bergantung pada performance dari bank, tidak sebagaimana bank konvensional yang menjamin pembayaran keuntungan atas deposito berdasarkan tingkat bunga tertentu dengan mengabaikan performance-nya.

PENABUNG

 

NASABAH 

PEMINJAM 

BANK

 

(23)

b. Sistem operasional bank syariah berdasarkan pada sistem equity di mana setiap modal mengandung risiko. Oleh karena itu, hubungan kerja sama antara bank syariah dan nasabahnya adalah berdasarkan prinsip berbagi hasil dan berbagi risiko (profit and loss

sharing/PLS)

c. Dalam melakukan pembiayaan (financing), bank syariah menggunakan model pembiayaan muamalah maaaliyah (Islamic

modesof financing): PLS dan non-PLS. Sehubungan dengan itu,

bank syariah melakukan pooling dana-dana nasabah dan berkewajiban menyediakan manajemen investasi yang professional.

2.2. Penghimpunan dan Penyaluran Dana

Menurut Karim (2004), pada dasarnya, produk yang ditawarkan perbankan syariah dapat terbagi menjadi tiga bagian besar, yaitu: 1). Produk penyaluran dana

(financing); 2) Produk penghimpunan dana (funding); dan 3) Produk jasa (service)

Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok perbankan. Penyaluran dana dengan tujuan untuk memperoleh penerimaan akan dapat dilakukan apabila dana telah dihimpun. Penghimpunan dana dari masyarakat perlu dilakukan dengan cara-cara tertentu sehingga efisien dan dapat disesuaikan dengan rencana penggunaan tersebut. Sedangkan kegiatan memberikan jasa-jasa bank lainnya hanyalah pendukung dari kedua kegiatan di atas.

2.2.1. Dana Pihak Ketiga

Dana Pihak Ketiga adalah simpanan pihak ketiga bukan bank yang terdiri dari giro, tabungan dan simpanan berjangka. Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghipunan dana masyarakat adalah: 1). prinsip wadi’ah, 2). prinsip mudhorobah dan 3). akad pelengkap (Karim, 2004).

2.2.1.1. Prinsip Wadi’ah

(24)

wadi’ah amanah. Dalam wadiah amanah, pada prinsipnya harta titipan tidak boleh dimanfatkan oleh yang dititipi. Sedang dalam wadiah yad dhamanah, pihak yang dititipi (bank) bertangung jawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia boleh memanfaatkan harta titipan tersebut. Karena wadi’ah yang diterapkan dalam produk giro perbanakan ini juga disifati dengan yad dhamanah, maka implikasi hukumnya sama dengan qordh, dimana nasabah bertindak sebagai yang meminjamkan uang, bank bertindak sebagai yang dipinjami. Ketentuan umum dari produk ini: -keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik atau ditanggung bank, sedang pemilik dana tidak dijanjikan imbalan dan tidak menanggung kerugian.

Bank dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik dana sebagai suatu insentif untuk menarik dana masyarakat namun tidak boleh diperjanjikan dimuka. Bank harus membuat akad pembukaan rekening yang isinya mencakup izin penyaluran dana yang disimpan dan persyaratan lain yang disepakati selama tidak bertentangan prinsip syariah. Khusus bagi pemilik rekening giro, bank dapat memberikan buku cek, bilyet dan debit card.Terhadap pembukaan rekening ini bank dapat mengenakan pengganti biaya administrasi unutuk sekedar menutupi biaya yang benar benar terjadi. Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan

rekening giro dan tabungan tetap berlaku selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

2.2.1.2. Prinsip Mudharabah

Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpan atau deposan bertindak sebagai shohibul maal (pemilik modal) dan bank sebagai mudhorib

(pengelola). Dana tersebut digunakan untuk melakukan pembiayaaan murabahah

atau ijaroh. Dapat pula dana tersebut digunakan bank untuk melakukan pembiayaan mudharabah. Hasil usaha ini akan dibagi hasilkan berdasarakan nisbah yang disepakati. Dalam hal bank menggunakan untuk melakukan pembiayaan mudharabah, maka bank bertanggung jawab penuh atas kerugian yang terjadi. Rukun mudharabah terpenuhi sempurna (ada mudharib-ada pemilik modal, ada usaha yang akan dibagi hasilkan, ada nisbah, ada ijab kabul). Prinsip

(25)

berjangka. Berdasarkan kewenangan yang diberikan pihak penyimpan dana prinsip mudharabah terbagi dua:

a. Mudharabah Mutlaqoh: Penerapan mudharabah mutlaqoh dapat berupa

tabungan dan deposito sehingga terdapat dua jenis penghimpunan dana yaitu: tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. Berdasarkan prinsip ini tidak ada pembatasan bagi bank dalam penggunaan dana yang dihimpun. Ketentuan ketentuan umum produk ini adalah:

¾ Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah dan tata cara pemberitahuan keuntungan dan atau pembagian keuntungan secara resiko yang ditimbulkan dari penyimpanan dana. Apabila telah tercapai kesepakatan , maka hal tersebut harus dicantumkan dalam akad.

¾ Untuk tabungan mudharabah, bank dapat memberikan kartu tabungan sebagai bukti penyimpanan, serta kartu ATM atau alat penarikan lainnya kepada penabung. Deposito mudharabah, bank wajib memberikan sertifikat atau tanda penyimpanan (bilyet) deposito kepada deposan.

¾ Tabungan mudharabah dapat diambil setiap saat oleh penabung sesuai dengan perjanjian yang disepakati, namun tidak diperkenankan mengalami saldo negatif.

¾ Deposito mudharabah hanya dapat dicairkan sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati. Deposito yang diperpanjang setelah jatuh tempo akan diberlakukan sama seperti deposito baru, tetapi bila pada akad dicantumkan perpanjangan secara otomatis maka tidak perlu dibuat akad baru.

¾ Keketentuan lain yang berkaitan dengan tabungan dan deposito tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

b. Mudharabah Muqayyadah On Ballance Sheet: Jenis mudharabah ini

(26)

akad tertuntu atau digunakan untuk nasabah tertentu. Karakteristik jenis simpanan ini sebagai berikut:pemilik dana wajib menetapkan syarat tertentu yang harus dilakukan oleh bank. Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah dan tata cara pemberitahuan keuntungan dana atau keuntungan secara resiko yang dapat ditimbulkan dari penyimpanan dana. Apabila telah tercapai kesepakatan, maka hal itu harus tercantum dalam akad. Sebagai tanda bukti simpanan bank menerbitkan bukti simpanan khusus. Bank wajib memisahkan dana dari rekening lainnya. Untuk deposito mudharabah bank wajib memberikan sertifikat atau tanda penyimpanan (bilyet) deposito kepada deposan.

c. Mudharabah Muqoyyadah Off Ballance Sheet: Jenis mudharabah ini

merupakan penyaluran dana mudharabah langsung kepada pelaksana usahanya, dimana bank bertindak sebagai perantara (arranger) yang mempertemukan antara pemilik dana dengan palaksana usaha. Pemilik dana dapat menetapkan syarat syarat tertentu yang harus dipatuhi bank dalam mencarai kegiatan usaha yang akan dibiayai dan pelaksana usahanya. Karakteristik jenis simpanan ini adalah sebagai beriktu:-sebagai tanda bukti simpanan bank menerbitkan bukti simpanan khusus. Bank wajib memisahkan dana dari rekening lainnya. Simpanan khusus dicatat pada pos tersendiri dalam rekening administratif.Dana simpanan khusus harus disalurkan secara langsung kepada pihak yang diamanatkan oleh pemilik dana.- Bank menerima komisi atas jasa mempertemukan kedua belah pihak.

Sedangkan antara pemilik dana dan pelaksana usaha berlaku nisbah bagi hasil. 2.2.1.3. Akad Pelengkap

Untuk mempermudah pelaksanaan penghimpunan dana biasanya diperlukan juga akad pelengkap. Akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, namun ditujukan untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan. Meskipun tidak ditujukan untuk mencarai keuntungan, dalam akad pelengkap dibolehkan untuk meminta pengganti biaya-biaya yang dikeluarkana untuk melaksanakan akad ini. Besarnya pengganti biaya ini sekedar menutupi biaya yang benar benar terjadi.

(27)

memberikan kuasa kepada bank untk mewakili dirinya melakukan pekerjaan tertentu, seperti inkaso dan transfer uang.

2.2.2. Pembiayaan

Dalam perbankan syariah, sebenarnya penggunaan kata pinjam-meminjam kurang tepat digunakan disebabkan dua hal. Pertama, pinjaman merupakan salah satu metode hubungan finansial dalam Islam. Masih banyak metode yang diajarkan oleh syariah selain pinjaman, seperti jual beli, bagi hasil, sewa dan sebagainya. Kedua, dalam Islam, pinjam-meminjam adalah akad sosial, bukan akad komersial. Artinya, bila seseorang meminjam sesuatu, ia tidak boleh disyaratkan untuk memberikan tambahan atas pokok pinjamannya. Hal ini berdasarka hadist Nabi saw.yang menyatakan bahwa setiap pinjaman yang menghasilkan manfaat adalah riba, sedangkan para ulama sepakat bahwa riba itu haram. Karena itu, dalam perbankan syariah, pinjaman tidak disebut kredit, tetapi pembiayaan (financing).

Menurut Karim dalam Antonio (2001), pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit. Istilah pembiayaan pada intinya berarti I Believe, I trust, ‘saya percaya’ atau ‘saya menaruh kepercayaan’. Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara lembaga keuangan dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu, dengan imbalan atau bagi hasil (Rivai dan Veithzal, 2008).

Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua hal berikut:

(28)

bank bertindak sebagai penyandang dana (Shahibul maal),sedangkan nasabah sebagai pengusaha (Mudharib).

2. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.

Akad-akad yang biasa digunakan dalam penyaluran dana pada bank syariah adalah: 1). Pembiayaan Murabahah 2).Pembiayaan Salam, 3).Pembiayaan

Istishna’ 4).Pembiayaan Ijarah 5).Pembiayaan Musyarakah, dan 6). Pembiayaan

Mudharabah

2.2.2.1. Pembiayaan Murabahah

Murabahah adalah transaksi jual beli dimana bank menyebut jumlah

keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah bertindak sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan (margin). Dalam perbankan murabahah selalu dilakukan dengan cara pembayaram cicilan.

2.2.2.2. Pembiayaan Salam

Salam adalah transaksi jualbeli dimana barang yang diperjualbelikan belum ada. Oleh karena itu, barang diserahkan secara tangguh sementara pembayaran dilakukan secara tunai. Bank bertindak sebagai pembeli, sementara nasabah bertindak sebagai penjual. Sekilas transaksi jual beli ini mirip jual beli ijon, namun dalam transaksi ini kuantitas, kualitas, harga, dan waktu penyerahan barang harus ditentukan secara pasti.

2.2.2.3. Pembiayaan Istishna’

(29)

ditanggung nasabah. Skim istishna’ dalam Bank Syariah pada umumnya diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi.

2.2.2.4. Pembiayaan Ijarah

Pada dasarnya, ijarah didefinisikan sebagai hak untuk memanfaatkan barang/jasa dengan membayar imbalan tertentu. Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang disewakannya kepada nasabah. Karena itu dalam perbankan syariah dikenal ijarah muntahiyyah bittamlik (sewa yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan). Harga sewa dan harga jual disepakati di awal perjanjian.

2.2.2.5. Pembiayaan Musyarakah

Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai aset yang mereka miliki secara bersama-sama. Semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih di mana mereka secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang berwujud maupun tidak berwujud. Secara spesifik bentuk kontribusi daripihak yang bekerja sama dapat berupa dana, barang perdagangan, kewiraswastaan, kepandaian, kepemilikan, peralatan atau intangible asset (seperti hak paten atau goodwill), kepercayaan/reputasi, dan barang-barang lainnya yang dapat dinilai dengan uang.

Ketentuan umum Pembiayaan musyarakah adalah sebagai berikut:

• Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek musyarakah dan dikelola secara bersama-sama. Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek.

• Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka waktu proyek harus diketahui bersama. Keuntungan harus dibagi sesuai porsi kesepakatan sedangkan kerugian dibagi sesuai dengan porsi kontribusi modal.

(30)

2.2.2.6. Pembiayaan Mudharabah

Mudaharabah adalah bentuk kerja sama antara dua pihak atau lebih di mana

pemilik modal (shahib al-mal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola

(mudharib) dengan suatu perjanjian keuntungan. Bentuk ini menegaskan paduan

kontribusi 100% modal kas dari shahib al-mal dan keahlian dari mudharib. Ketentuan umum skema pembiayaan mudahrabah adalah sebagai berikut:

• Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola modal harus diserahkan tunai, dan dapat berupa uang atau barang yang dinyatakan nilainya dalam satuan uang. Apabila modal diserahkan secara bertahap harus jelas tahapannya dan disepakati bersama.

• Hasil dari pengelolaan pembiayaan mudharabah dapat diperhitungkan dengan cara, yakni:

¾ Perhitungan dari pendapatan proyek (revenue sharing) ¾ Perhitungan dari keuntungan proyek (profit sharing)

• Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad, pada setiap bulan atau waktu yang disepakati. Bank selaku pemilik modal menanggung seluruh kerugian kecuali akibat kelalaian dan penyimpangan pihak nasabah.

• Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan namun tidak berhak mencampuri urusan pekerjaan/usaha nasabah.

2.3. Financing to Deposit Ratio (FDR)

(31)

2.4. Kualitas Pembiayaan dan Non Performing Financing (NPF)

[image:31.595.76.523.263.763.2]

Pembiayaan menurut kualitasnya pada hakikatnya didasarkan atas risiko kemungkinan terhadap kondisi dan kepatuhan nasabah pembiayaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya untuk membayar bagi hasil, serta melunasi pembiayaannya. Jadi unsur utama dalam menetukan kualitas tersebut adalah waktu pembayaran bagi hasil, pembayaran angsuran maupun pelunasan pokok pembiayaan dan diperinci atas:

Tabel 5. Indikator Kualitas Pembiayaan

No Kualitas Pembiayaan Kriteria

1 Pembiayaan Lancar a. Pembayaran angsuran pokok dan/atau bagi hasil tepat waktu; dan

b. Memiliki rekening yang aktif; atau

c. Bagian dari pembiayaan yang dijamin dengan agunan tunai (cash colateral).

2 Perhatian Khusus a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bagi hasil yang belum melampui Sembilan puluh hari: atau

b. Kadang-kadang terjadi cerukan; atau c. Mutasi rekening relative aktif; atau

d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan; atau

e. Didukung oleh pinjaman baru

3 Kurang Lancar a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bagi hasil; atau

b. Sering terjadi cerukan; atau

c. Frekuensi mutasi rekeningrelatif rendah

d. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikanlebih dari Sembilan puluh hari; atau

(32)

dihadapi debitur; atau

f. Dokumentasi pinjaman yang lemah

4 Diragukan a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bagi hasil; atau

b. Terdapat cerukan yang bersifat permanen; atau c. Terdapat wanprestasi lebih dari 180 hari atau d. Terdapat kapitalisasi bunga; atau

e. Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian pembiayaan maupun pengikatan jaminan.

5 Macet a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bagi hasil; atau

b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; atau

c. Dari segi hukummaupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar

Sumber: Dimodifikasi dari Rivai dan Veithzal, 2008

NPF adalah tingkat pengembalian pembiayaan yang diberikan deposan kepada bank dengan kata lain NPF merupakan tingkat pembiayaan macet pada bank tersebut. NPF diketahui dengan cara menghitung Pembiayaan Non Lancar Terhadap Total Pembiayaan. Apabila semakin rendah NPL maka bank tersebut akan semakin mengalami keuntungan, sebaliknya bila tingkat NPL tinggi bank tersebut akan mengalami kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian kredit macet. Kredit bermasalah yang terdiri dari kredit yang berklasifikasi Kurang Lancar, Diragukan dan Macet.

(33)

kelambatan dalam pengembalian atau diperlukan tindakan yuridis dalam pengembalian atau kemungkinan potensial loss.

2.5. Laba Bank

Setiap pendirian suatu organisasi memiliki tujuan. Begitu juga dengan sebuah perusahaan. Tujuan dari didirikannya sebuah perusahaan oleh pemilik perusahaan adalah untuk menciptakan laba. Termasuk di dalamnya adalah pendirian sebuah bank, baik itu bank konvensional maupun bank syariah. Laba dapat juga diartikan sebagai opportunity cost bagi seseorang yang menginvestasikan dana yang dimiliki.

(34)

III.

METODE PENELITIAN

 

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Menurut Undang-Undang RI No. 10 tahun 1998 sebagai Perubahan atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan bank adalah “Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatakan taraf hidup rakyat banyak”. Efektifitas perbankan dalam menjalankan fungsi intermediasinya tersebut dapat dilihat dari LDR pada bank konvensional dan FDR pada bank syariah. Semakin tinggi LDR atau FDR tersebut maka semakin efektif bank tersebut menjalankan fungsi intermediasinya. Semakin besar volume pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan maka akan semakin besar pula pendapatan yang diterima oleh bank tersebut dan pada akhirnya akan meningkatkan laba yang merupakan tujuan bank sebagai sebuah perusahaan.

(35)
[image:35.595.98.504.95.691.2]

Gambar 2. Bagan Kerangka Pemikiran

Bank Syariah

Pengumpulan dan Penyaluran Dana

Biaya Pendapatan

FDR

Kualitas Pembiayaan: 1.Pembiayaan lancar 2.Perhatian Khusus 3.Kurang Lancar 4. Diragukan 5.Macet

• Wadiah • Mudharobah • Akad pelengkap  

NPF

Laba

(36)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk yang berlokasi di Jakarta. Waktu penelitian dimulai dari bulan Februari 2010 sampai Mei 2010.

3.3. Pengumpulan dan Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan dari penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang dimaksud adalah data historis Laporan Keuangan PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk (BMI), studi literature, dan laporan penelitian.

Setelah data berupa laporan keuangan diperoleh lalu kemudian dilakukan pengolahan data terlebih dahulu untuk kemudian menghasilkan variabel-variabel yang relevan dengan kerangka pemikiran.

3.3.1. Dana Pihak Ketiga

Variabel dana pihak ketiga dalam penelitian ini adalah seluruh pengumpulan dana yang dilakukan oleh bank dari pihak ketiga (masyarkat).

3.3.2. Pembiayaan

Variabel pembiayaan dalam penelitian ini adalah seluruh penyaluran dana yang dilakukan bank syariah.

3.3.3. Financing to Deposit Ratio (FDR)

VariabelFDR dalam penelitian ini didapat dari perbandingan antara jumlah pembiayaan dengan total dana pihak ketiga. Secara matematis dapat dituliskan:

Rasio FDR = (Pembiayaan / Dana Pihak Ketiga) x 100%...(1) 3.3.4. Non Performing Financing (NPF)

Variabel NPF dalam penelitian ini diperoleh dari perbandingan antara jumlah pembiayaan dalam kualitas kurang lancar (kolektabilitas 3), diragukan (kolektabilitas 4) dan macet (kolektabilitas 5). Secara matematis dapat dituliskan:

Rasio NPF=P , ,

(37)

3.3.5. Laba

Variabel laba dalam penelitian ini menggunakan laba bersih, dihitung dalam satuan rupiah, mengikuti rumus:

Laba= Pendapatan-biaya ...(3) 3.4. Analisis Regresi Linier

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier, analisis ini merupakan suatu metode analisis statistik yang mempelajari pola hubungan antara dua variable atau lebih. Dalam analisis regresi, dikenal dua jenis variable yaitu:

• Variabel Respon disebut juga variable dependent yaitu variable yang keberadaannya dipengaruhi oleh variable lainnya dan dinotasikan dengan Y.

• Variabel Prediktor disebut juga variable independent yaitu variable yang bebas (tidak dipengaruhi oleh variable lainnya) dan dinotasikan dengan X. 3.4.1. Uji Klasik

Untuk model regresi linier berganda, ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi. Oleh karena itu diperlukan pengujian asumsi tersebut yang meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas,uji autokorelasi dan heteroskedastisitas. Keempat uji tersebut disebut dengan uji klasik.

3.4.1.1. Uji Normalitas

(38)

3.4.1.2. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah kondisi dimana peubah-peubah bebas memiliki korelasi diantara satu dengan yang lainnya. Jika peubah-peubah bebas memiliki korelasi sama dengan satu satu berkorelasi sempurna mengakibatkan koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat diperkirakan dan nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tak hingga (Arief dalam Rohaeni, 2009). Uji multikolinearitas adalah uji untuk melihat apakah terdapat korelasi antara peubah bebas yang digunakan dalam model regresi. Untuk melihat apakah ada multikolinearitas pada model regresi dilihat dari nilai variance inflation factor ( VIF). Menurut Iriawan dan Astuti (2006) jika nilai VIF masing-masing peubah bebas memiliki nilai lebih besar dari 5 maka model regresi memiliki multikolinearitas sehingga menjadi tidak valid.

3.4.1.3. Uji Autokorelasi

Menurut Arief dalam Rohaeni, 2009; penaksiran model regresi linear memilki asumsi bahwa tidak terdapat korelasi serial atau autokorelasi. Autokorelasi atau korelasi serial kemungkinan terjadi pada data time series.

Model regresi yang baik tidak memperkenankan terjadinya autokorelasi. Akibat dari terjadinya autokorelasi adalah pengujian dalam uji F menjadi tidak valid dan jika diterapkan akan memberikan kesimpulan yang menyesatkan pada tingkat signifikansi dan koefisien regresi yang ditaksir.

Uji autokorelasi dengan perangkat lunak Minitab melalui uji run test

residual. Jika hasil perhitungan didapatkan p-value lebih besar dari α, menunjukan

tidak adanya autokorelasi. 3.4.1.4. Uji Heteroskedastisitas

(39)

Konsekuensi dari adanya heterokedastisitas adalah kemungkinan untuk mengambil kesimpulan yang salah dari Uji F karena pengujian tingkat signifikansi yang kurang kuat Gujarati dalam Susanti (2007).

Untuk melihat apakah pada model regresi terdapat heteroskedastisitas dilihat dari sebaran titik-titik yang tersebar pada output perhitungan dengan perangkat lunak Minitab. Sebaran titik-titik yang tidak membentuk pola-pola tertentu namun tersebar di atas dan di bawah nol menunjukan bahwa model regresi tidak mengalami masalah heteroskedastisitas (Iriawan dan Astuti, 2006).

3.4.2. Model Regresi

Variabel-variabel yang relevan dalam kerangka pemikiran dapat dianalisis dalam tiga model. Pada awalnya penelitian ini menguji fungsi dari laba yang dipengaruhi oleh variabel DPK, pembiayaan, FDR dan NPF. Variabel DPK diuji pada model yang berbeda dikarenakan pada saat dilakukan pengolahan terjadi multikolinearitas antara variabel DPK dan pembiayaan. Model persamaan dalam penelitian ini terdiri dari dua model regresi linier sederhana dan satu model regresi linier berganda, yaitu:

3.4.2.1. Pengaruh pembiayaan, Financing to Deposit Ratio dan Non

Performing Financing terhadap Laba

(40)

Bentuk persamaannya adalah sebagai berikut:

Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 ...(4) Dengan:

Y = Laba

a = Konstanta

X1 = Pembiayaan

X2 = Financing Deposit Ratio

X3 = Non Performing Financing

b1, b2, dan b3 = Koefisien X1, X2, dan X3

Variabel laba yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan variabel laba bersih. Variabel ini didapat dari seluruh pendapatan dikurangi dengan seluruh seluruh biaya dan pajak yang harus dibayarkan. Penggunaan variabel laba bersih dalam penelitian ini diharapkan dapat lebih merepresentasikan kinerja dari bank syariah. Data laba yang digunakan dalam penelitian ini diukur dalam satuan jutaan rupiah.

Variabel pembiayaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh penyaluran pembiayaan yang dilakukan bank kepada masyarakat. Variabel ini digunakan karena variabel ini merupakan salah satu variabel yang berpengaruh secara langsung terhadap laba bank syariah. Data pembiayaan dalam penelitian ini diukur dalam satuan jutaan rupiah.

Variabel FDR yang digunakan dalam penelitian ini didapat dari perbandingan antara jumlah total pembiayaan yang yang disalurkan dengan jumlah total DPK yang berhasil dihimpun. Variabel ini digunakan untuk menganalisis pengaruh efektifitas fungsi intermediasi yang dilakukan bank terhadap kinerja bank syariah. Data FDR dalam penelitian ini menggunakan diukur dalam satuan persen.

(41)

Dari persamaan di atas akan dapat diketahui apakah variabel pembiayaan, FDR dan NPF tersebut berpengaruh positif atau negatif terhadap laba perusahaan. Akan dapat dilihat pengaruh pengurangan atau penambahan variabel-variabel independen tersebut terhadap variabel dependen.

Model regresi dengan menggunakan satuan-satuan pengukuran diatas (rupiah, persen) tidak bertentangan dengan syarat-syarat regresi linier sehingga memungkinkan dilakukan analisis dengan satuan-satuan variabel yang berbeda. 3.4.2.2. Pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap Laba

Laba dipengaruhi secara langsung oleh pengumpulan DPK. Semakin besarnya DPK yang berhasil dikumpulkan maka bank syariah akan semakin banyak pula dalam menyalurkan pembiayaannya yang pada akhirnya akan meningkatkan laba yang diperoleh.

Bentuk persamaannya adalah sebagai berikut:

Y = a + bX ...(5) Dengan:

Y = Laba a = Konstanta b = koefisien dari X X = Dana Pihak Ketiga

Perhitungan variabel DPK yang digunakan dalam penelitian ini didapat dari seluruh dana yang berhasil dikumpulkan oleh bank dari pihak ketiga (masyarakat). Pengukuran variabel ini terhadap perolehan laba diharapkan dapat menganalisis seberapa efektif bank tersebut dapat memaksimalkan dana yang berhasil dikumpulkan untuk memperoleh laba yang optimal. Data DPK dalam penelitian ini diukur dalam satuan jutaan rupiah.

(42)

adalah karena variabel dana pihak ketiga memiliki hubungan multikolinieritas dengan variabel pembiayaan.

3.4.2.3. Pengaruh Pembiayaan terhadap Rasio Non Performing Financing

Rasio NPF akan dipengaruhi secara langsung oleh besarnya pembiayaan yang disalurkan. Semakin besarnya pembiayaan yang disalurkan diharapkan dapat menurunkan rasio NPF yang saat ini cukup besar.

Bentuk persamaannya adalah sebagai berikut:

Y= a+bX ... (6) Dengan:

Y = Rasio Non Performing Financing

a = Konstanta b = Koefisien dari X X = Pembiayaan

Analisis regresi linier ini untuk mengetahui pembiayaan berpengaruh positif atau negatif terhadap Non Performing Financing dan seberapa besar pengaruhnya. Akan dapat dilihat seberapa besar pengaruh pengurangan atau penambahan pembiayaan tersebut terhadap Non Performing Financing.

3.4.3. Uji Hipotesis

3.4.3.1. Analisis Ragam (Uji F)

Untuk menguji pengaruh peubah bebas terhadap peubah tak bebas secara simultan dapat diuji dengan menggunakan uji F. Penggunaan uji F dalam menguji pengaruh peubah bebas secara simultan sering disebut analisis ragam. Pengujian secara simultan dimaksudkan melihat pengaruh peubah bebas secara bersama-sama terhadap peubah tak bebas (Mattjik dan Sumertajaya, 2006). Bentuk hipotesis dari analisis ragamnya adalah:

Ho : β1 = β2 = ... = βp = 0

Hi : ada i diman βi≠ 0

(43)

p peubah bebas yang dilibatkan dalam model regresi linier berganda tersebut diharapkan terdapat paling sedikit satu peubah bebas yang berpengaruh langsung terhadap peubah tak bebas.

3.4.3.2. Analisis Uji Parsial (Uji t)

Untuk melihat pengaruh peubah bebas secara parsial dapat diuji dengan menggunakan uji t. Pengujian ini akan berguna jika pada pengujian analisis ragam diperoleh kesimpulan bahwa terdapat paling sedikit satu peubah yang berpengaruh terhadap peubah tak bebas. Sehingga pengujian ini akan sangat bermanfaat untuk menunjukan peubah bebas mana yang berpengaruh terhadap peubah tak bebas (Mattjik dan Sumertajaya, 2006).

Bentuk hipotesis parsialnya dapat dituliskan sebagai berikut: H0: βi = k

H1 : βi ≠ k

Statistik ujinya dapat dirumuskan sebagai berikut:

t =

...(6)

Nilai t tabel yang diperoleh dibandingkan nilai t hitung, bila t hitung lebih besar dari t tabel, maka Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independent berpengaruh pada variabel dependent.

Apabila t hitung lebih kecil dari t tabel, maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

(44)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN  

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1. Sekilas tentang PT Bank Muamalat Indonesia

4.1.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan

PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk (BMI) didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1 November 1991 yang diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah. BMI mulai beroperasi 27 Syawal 1412 H atau 1 Mei 1992. Selain dukungan tokoh-tokoh, pemimpin dan beberapa pengusaha muslim terkemuka pendiriannya juga mendapat dukungan masyarakat berupa komitmen pembelian saham senilai Rp 84 Miliar pada saat penandatanganan Akta Pendiriam Perseroan. Selanjutnya, dalam acara silaturahmi pendiriannya di Istana Bogor, diperoleh tambahan modal dari masyarakat sebesar Rp 106 Miliar sebagai wujud dukungannya.

Pada 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, BMI berhasil menyandang predikat Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisinya sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa dan produk yang terus dikembangkan.

Krisis moneter tahun 1997-1998 yang telah memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara termasuk Indonesia. sektor perbankan nasional terbelit negatif spread dan bencana kredit macet. Akibatnya sejumlah bank mengalami kondisi terburuk dalam pengawasan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dan terpaksa harus memperoleh rekapitalisasi dari pemerintah. Alhamdulillah sistem syariah menjadikan BMI terjaga dari negatif spread pada saat krisis moneter menghantam sehingga bank syariah pertama ini tetap bertahan dalam kategori A yang tidak membutuhkan pengawasan BPPN maupun rekapitalisasi pemerintah.

(45)

yaitu di Kuala Lumpur, Malaysia. Untuk meningkatkan aksesibilitas nasabah di Malaysia, kerjasama dijalankan dengan jaringan Malaysia Electronic Payment System (MEPS) sehingga layanan BMI dapat diakses di lebih dari 2000 ATM di Malaysia. Sebagai Bank Pertama Murni Syariah, bank muamalat berkomitmen untuk menghadirkan layanan perbankan yang tidak hanya comply terhadap syariah, namun juga kompetitif dan aksesibel bagi masyarakat hingga pelosok nusantara. Komitmen tersebut diapresiasi oleh pemerintah, media massa, lembaga nasional dan internasional serta masyarakat luas melalui lebih dari 70 award bergengsi yang diterima oleh BMI dalam 5 tahun Terakhir. Penghargaan yang diterima antara lain sebagai Best Islamic Bank in Indonesia 2009 oleh Islamic

Finance News (Kuala Lumpur), sebagai Best Islamic Financial Institution in

Indonesia 2009 oleh Global Finance (New York) serta sebagai The Best Islamic

Finance House in Indonesia 2009 oleh Alpha South East Asia (Hong Kong).

4.1.1.2. Visi dan Misi Perusahaan

BMI memiliki sebuah visi yaitu “Menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual, dikagumi di pasar rasional”. Untuk mencapai visi tersebut PT Bank Muamalat Indonesia memiliki misi, yaitu “Menjadi ROLE MODEL Lembaga Keuangan Syariah dunia dengan penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimumkan nilai bagi “stakeholder”.

4.1.1.3. Strutur Organisasi Perusahaan

Pada dasarnya bank syariah memiliki struktur yang sama dengan bank konvensional, misalnya dalam hal komisaris dan direksi. Pada BMI, perusahaan dipimpin oleh seorang presiden direktur. Dibawahnya terdapat lima direktur yang terdiri dari: Compliance&Corporate Planning Director, Corporate Banking Director, Retail Banking Director, Treasury&International Banking Director, dan Finance&Operations Director.

(46)

Dewan Komisaris. Hal ini untuk menjamin efektifitas dari setiap opini yang dikeluarkan oleh Dewan Pengawas Syariah. Untuk lebih jelasnya struktur organisasi BMI dapat dilihat pada Lampiran 1.

4.1.2. Kinerja Perusahaan

4.1.2.1. Penghimpunan Dana

[image:46.595.114.511.335.555.2]

Sehubungan dengan fungsi penghimpunan dana ini, bank sering pula disebut sebagai lembaga kepercayaan. Hal ini karena bank membutuhkan kepercayaan dari masyarakat agar masyarakat mempercayakan dananya untuk disimpan dalam bank. Sumber dana bank yang berasal dari masyarakat dapat berbentuk berupa tabungan, giro, dan simpanan berjangka (deposito). Sedangkan untuk akad, bank syariah mempergunakan akad wadiah dan mudharobah.

Gambar 3. Grafik Perkembangan Dana Pihak Ketiga PT Bank Muamalat Indonesia,Tbk kuartal IV 2000- kuartal III 2010.

Selama periode kuartal IV 2000 - kuartal II 2009, penghimpunan DPK BMI terlihat bahwa deposito memiliki kontribusi terbesar dalam penghimpunan dana pihak ketiga diikuti oleh tabungan dan giro. Hal ini mungkin disebabkan oleh rasio bagi hasil yang ditawarkan oleh BMI di mana rasio bagi hasil untuk nasabah deposito lebih besar dari pada tabungan atau giro. Selain itu dapat dilihat dari grafik di atas bahwa perkembangan dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh BMI memiliki kecenderungan menguat setiap waktunya. Dalam kurun waktu

0 2000000 4000000 6000000 8000000 10000000 12000000 14000000 16000000 2000/ …

2001/9 2002/6 2003/3 2003/

2004/9 2005/6 2006/3 2006/

2007/9 2008/6 2009/3 2009/

… 2010/9 dalam   juta   rupiah

total giro

total tabungan

total deposito

Total Dana Pihak 

(47)

tersebut tercatat bahwa ada peningkatan dalam penghimpunan dana pihak ketiga oleh PT Bank Muamalat Indonesia sebesar 1650,1%.

4.1.2.2. Penyaluran pembiayaan dan tingkat Financing to Deposit Ratio (FDR)

[image:47.595.109.511.315.546.2]

Selain menghimpun dana dari masyarakat, fungsi lain yang utama dari bank adalah menyalurkan kredit (dalam istilah perbankan syariah disebut pembiayaan) kepada masyarakat. Sumber dana pembiayaan perbankan selain dari modal sendiri juga yang utama adalah dari dana pihak ketiga. Dengan menyalurkan pembiayaan bank mendapatkan pendapatan dan dengan ini pula bank dapat memberikan imbal hasil bagi nasabah penabungnya. Perkembangan penyaluran pembiayaan dan total dana pihak ketiga BMI dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Gambar 4. Grafik Jumlah Pengumpulan Dana Pihak Ketiga dan Penyaluran Pembiayaan PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk Kuartal IV 2000- Kuartal III 2010.

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa penyaluran pembiayaan yang dilakukan oleh BMI cenderung meningkat mengikuti kenaikan pengumpulan dana pihak ketiga. Pertumbuhan penyaluran pembiayaan dalam kurun waktu tersebut 1337,1%.

Perkembangan nilai FDR BMI berdasarkan grafik di bawah ini cukup berfluktuasi dengan nilai rata-rata sebesar 93,7%. FDR dengan kisaran tersebut bisa dikatakan sangat tinggi jika dibandingkan dengan LDR perbankan

0 2000000 4000000 6000000 8000000 10000000 12000000 14000000 16000000

2000/12 2001/9 2002/6 2003/3 2003/12 2004/9 2005/6 2006/3 2006/12 2007/9 2008/6 2009/3 2009/12 2010/9

DPK

(48)
[image:48.595.111.513.280.498.2]

konvensional. Berdasarkan hal itu maka di dapat dua kesimpulan. Pertama, dengan tingginya FDR BMI maka bank ini dapat menjalankan fungsi intermediasinya dengan baik karena hampir seluruh dana pihak ketiga yang berhasil dikumpulkan dapat disalurkan kembali menjadi pembiayaan. Kedua, dengan tingginya FDR bahkan jika kita lihat di beberapa periode mencapai lebih dari 100% hal itu berarti BMI mengalami likuiditas yang cukup ketat. Dengan kata lain BMI memiliki risiko likuiditas yang cukup tinggi. Risiko likuiditas yang tinggi apabila tidak dikelola dengan baik maka akan membahayakan bagi bank tersebut.

Gambar 5. Grafik Perkembangan Financing to Deposit Ratio PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk Kuartal IV 2000- Kuartal III 2010

4.1.2.3. Pembiayaan Bermasalah

Hal penting yang perlu diperhatikan oleh perbankan termasuk di dalamnya perbankan syariah adalah kualitas pembiayaan yang mereka salurkan. Kualitas penyaluran pembiayaan berdasarkan kolektibilitasnya terdiri atas: 1) Pembiayaan Lancar, 2) Dalam Perhatian Khusus, 3) Kurang Lancar, 4) Diragukan, dan 5) Macet. Yang dimaksud dengan Non Performing Financing (NPF) adalah pembiayaan dengan kolektibilitas kurang lancar, diragukan dan macet. Sedangkan rasio NPF diperoleh dari pembagian antara jumlah ketiga kolektibilitas

0 20 40 60 80 100 120 140

2001/3 2001/9 2002/3 2002/9 2003/3 2003/9 2004/3 2004/9 2005/3 2005/9 2006/3 2006/9 2007/3 2007/9 2008/3 2008/9 2009/3 2009/9 2010/3 2010/9

(49)
[image:49.595.115.512.130.347.2]

tersebut dengan jumlah pembiayaan yang disalurkan. Perkembangan rasio NPF BMI dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Gambar 6. Grafik Perkembangan Rasio Non Performing Financing PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk Kuartal IV 2000- Kuartal III 2010.

Dapat dilihat pada grafik di atas bahwa rasio NPF PT Bank Muamalat Indonesia pada kuartal IV 2000- kuartal IV 2001 berada pada kondisi yang mengkhawatirkan karena sangat jauh dari nilai yang telah ditetapkan Bank Indonesia untuk batas aman, yaitu 5%. Tetapi setelah kurun waktu tersebut rasio NPF dapat ditekan walaupun terkadang masih melewati ambang batas 5%.

4.1.2.4. Laba Bank

Perolehan laba suatu perusahaan termasuk bank di dalamnya merupakan salah satu variabel yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan tersebut. Hal ini dikarenakan laba merupakan tujuan utama dari didirikan dan dioperasikannya sebuah perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh sebuah perusahaan maka dapat dikatakan perusahaan tersebut memiliki kinerja yang baik.

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00

2000/12 2001/6 2001/12 2002/6 2002/12 2003/6 2003/12 2004/6 2004/12 2005/6 2005/12 2006/6 2006/12 2007/6 2007/12 2008/6 2008/12 2009/6 2009/12 2010/6

(50)
[image:50.595.115.510.85.300.2]

Gambar 7. Grafik Perkembangan Laba PT Bank Muamalat Indonesia Kuartal IV 2000- Kuartal III 2010.

Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa perkembangan laba BMI selalu berfluktuatif. Selama kurun waktu kuartal IV 2000 – kuartal II 2002 BMI masih mengalami kerugian. Setelah kurun waktu tersebut BMI selalu meraih keuntungan walaupun terjadi naik turun di beberapa periode. Penurunan perolehan laba terbesar terjadi pada tahun 2009 sebesar Rp159,638 miliar dari Rp 432,38 miliar pada kuartal I 2009 ke posisi Rp 272,746 miliar pada akhir tahun. Di tahun 2010, BMI berhasil meningkatkan perolehan labanya kembali hingga mencapai Rp 33, 944 miliar dari Rp 328,275 miliar di awal tahun hinggaRp 362,219 miliar di akhir tahun. 

4.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laba dan NPF

Penelitian ini menggunakan tiga model yaitu: 1) Pengaruh FDR, pembiayaan, dan NPF terhadap laba, 2) Pengaruh dana pihak ketiga terhadap laba; dan 3) Pengaruh pembiayaan terhadap rasio NPF. Model pertama dan kedua dilakukan terpisah karena apabila disatukan maka akan terdapat multikolinearitas antara dana pihak ketiga dan pembiayaan.

4.2.1. Pengaruh Pembiayaan, Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Rasio Non Performing Financing (NPF) Terhadap Laba

Berdasarkan uji klasik untuk menguji kelayakan model regresi, dapat disimpulkan bahwa model regresi telah memenuhi berbagai persyaratan yang

‐100000

0 100000 200000 300000 400000 500000

2000/12 2001/6 2001/12 2002/6 2002/12 2003/6 2003/12 2004/6 2004/12 2005/6 2005/12 2006/6 2006/12 2007/6 2007/12 2008/6 2008/12 2009/6 2009/12 2010/6

(51)
[image:51.595.147.510.213.398.2]

diperlukan untuk dapat diregresikan, yaitu model regresi menyebar secara normal dan di dalam model tidak ditemukan adanya autokorelasi, multikolinieritas, dan heteroskedastisitas. Setelah model memenuhi syarat untuk dilakukan regresi linier berganda maka dengan menggunakan Minitab 14, kesimpulan dari hasil regresi linier barganda, Uji T, dan Uji F dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 6. Kesimpulan Hasil Pengolahan Regresi Linier Berganda

Konstanta Pembiayaan FDR NPF

Koefisien 29659 0,0327 -401 -4000 Uji T 0,134* 0,000*** 0,540* 0,014** Uji F 0,000***

R² 93,9 %

Ket: *** berpengaruh nyata pada α = 1% ** berpengaruh nyata pada α = 5% * tidak berpengaruh nyata

Berdasarkan Tabel di atas bentuk fungsi regresi linier berganda dari hubungan antara Pembiayaan, FDR dan rasio NPF terhadap laba adalah sebagai berikut:

Laba = 29659 + 0,0327 Pembiayaan – 401 FDR – 4000 NPF... (3) Model regresi linier berganda di atas dapat diartikan bahwa setiap kenaikan satu rupiah pembiayaan akan mengakibatkan kenaikan 0,0387 rupiah laba. Nilai koefisien dari FDR yang sebesar -1131 dapat diartikan bahwa setiap kenaikan FDR sebesar satu persen akan mengakibatkan penurunan laba sebesar 1,131 miliar rupiah. Sedangkan nilai koefisien NPF yang sebesar -1967 dapat diartikan bahwa setiap kenaikan NPF sebesar satu persen akan mengakibatkan penurunan laba sebesar 1,967 miliar rupiah.

(52)

Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh keseluruhan variabel independen terhadap variabel dependen. Perhitungannya dapat menggunakan Minitab 14.

Dengan menggunakan Minitab 14 seperti yang terlihat di atas didapatkan bahwa nilai p-value = 0,000 < α = 0,01. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa variabel independen (pembiayaan, FDR, dan NPF) secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependen (laba). Penggunaan taraf nyata atau

α sebesar 0,01 pada model regresi ini menunjukan bahwa pengaruh variabel pembiayaan, Financing to Deposit Ratio dan Non Performing Financing secara bersama-sama memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap laba.

Uji t dilakukan untuk melihat pengaruh parsial antara variabel independen terhadap variabel dependen. Uji t ini juga dapat dilakukan dengan menggunakan Minitab 14.

Hasil perhitungan dengan menggunakan Minitab 14 dapat diketahui bahwa:

¾ Untuk pembiayaan, nilai p-value pada saat dilakukan uji t ini adalah sebesar 0,000. Hal ini menunjukan bahwa pembiayaan berpengaruh sangat nyata terhadap laba karena nilai p-value = 0,000 < α = 0,01. Regression Analysis: Laba versus Pembiayaan; FDR; NPF

The regression equation is

Laba = 29659 + 0,0327 Pembiayaan - 401 FDR - 4000 NPF

Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant 29659 56561 0,52 0,603 Pembiayaan 0,032713 0,001526 21,43 0,000 1,2 FDR -401,1 648,7 -0,62 0,540 1,2 NPF -4000 1542 -2,59 0,014 1,2

S = 35082,5 R-Sq = 94,4% R-Sq(adj) = 93,9% Analysis of Variance

Source DF SS MS F P Regression 3 7,47143E+11 2,49048E+11 202,35 0,000 Residual Error 36 44308100828 1230780579

(53)

Berdasarkan Uji t yang telah dilakukan tersebut, pembiayaan berpengaruh sangat nyata terhadap laba. Koefisien pembiayaan yang bernilai positif dengan koefisien sebesar 0,0327 dapat diinterpretasikan bahwa dengan meningkatkan pembiayaan sebesar satu juta rupiah maka laba akan meningkat sebesar 0,0327 juta rupiah. Hubungan yang positif ini dapat dijelaskan yaitu dengan menyalurkan pembiayaan sebanyak-banyaknya maka bank juga akan mendapatkan pendapatan yang tinggi pula, baik itu dari pendapatan margin jual beli, sewa maupun pendapatan yang didapatkan dari bagi hasil sehingga pada akhirnya akan meningkatkan laba.

¾ Untuk FDR nilai p-value pada saat dilakukan Uji t ini adalah sebesar 0,031. Hal ini menunjukan bahwa FDR tidak berpengaruh nyata terhadap laba karena nilai p-value =0,540 > α = 0,05.

Berdasarkan Uji t yang telah dilakukan, FDR tidak berpengaruh nyata terhadap laba. Hal ini menunjukan bahwa tingginya efektifitas fungsi intermediasi PT Bank Muamalat Indonesia yang ditunjukan dengan tingginya FDR tidak mempengaruhi laba yang diperoleh PT Bank Muamalat Indonesia.

Tetapi jika kita melihat pada fungsi yang menunjukan bahwa koefisien FDR yang bernilai negati

Gambar

Tabel 1.  Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Perbankan Syariah
Tabel 2. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan antara Industri
Tabel 3. Pertumbuhan Pembiayaan, LDR/FDR dan NPL/NPF Perbankan
Gambar 1. Bagan Operasional Bank Syariah (Antonio, 2001)
+7

Referensi

Dokumen terkait

vogelii masing-masing pada konsentrasi 0,62% dan 0,60% dapat mematikan 80% serangga uji sehingga kedua ekstrak tersebut dipandang berpotensi baik untuk digunakan

1. Dengan memiliki daya tarik yang berada di kaki gunung welirang dan dibawahnya juga terdapat kolam penampungan air yang jatuh dari coban canggu menjadikan daya

Nama PARILAWATI S.Pd.AUD Jabatan KEPALA SEKOLAH Tanggal Pengisian 1 April 2016. Tanda

Laporan laba rugi komprehensif (statement of compherensive income) PSAK 1 memperkenalkan laba rugi komprehensif yaitu laporan yang memberikan informasi mengenai kinerja entitas

Sehingga modul pelatihan berbasis andragogi pada hakikatnya merupakan modul pelatihan orang dewasa yang disusun secara sistematis dengan mengacu pada tujuan

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: (1) secara simultan, variabel independen upah

Karya- karya tentang ekonomi oleh para imuwan Barat, seperti ilmuwan Yunani dan zaman Scholastic bercorak tidak ilmiah, karena pemikir zaman pertengahan

Maka pada tugas akhir kali ini dilakukan penelitian sistem yang dapat mendeteksi dan mengklasifikasi tingkat keparahan retinopati diabetes tipe non proliferative dengan