• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN IPA TERPADU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN IPA TERPADU"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN IPA TERPADU

Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan belajar mengajar yang memperhatikan dan menyesuaikan dengan tingkat perkembangan anak didik (Developmentally Appropriate Practical). Pendekatan yang berangkat dari teori pembelajaran yang menolak drill-system sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak.Pendidikan IPA Terpadu merupakan produk Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 yang tidak lain melaksanakan amanat Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dan hanya dikhususkan untuk siswa jenjang Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pendidikan IPA Terpadu

(integrated science)

sebagaimana telah diterapkan di negara-negara Barat, mencoba menggabungkan, memadukan dan mengintegrasikan pembelajaran IPA dalam satu kesatuan yang utuh. Dengan pengimplementasian pembelajaran IPA Terpadu ini, diharapkan materi-materi IPA yang terpisah-pisah dalam beberapa bidang studi, yakni Fisika, Kimia, dan Biologi dapat diajarkan secara terpadu dan menyeluruh dalam satu bidang studi, IPA Terpadu.

1. Pengertian Pembelajaran Terpadu

Konsep Dasar Kurikulum Integrasi

… integration is a ‘

systematic organization of curriculum content

and parts into a meaningful pattern.’

A

related term, unified studies curriculum, was registered as a keyword in 1980 and is defined as ’

Curriculum designed to

integrate an educational program by eliminating the traditional

boundaries between fields of study and presenting them as one

unified subject’.

Beberapa pengertian dari pembelajaran terpadu yang dikemukakan oleh beberapa orang pakar pembelajaran terpadu diantaranya :

a. Bajah (1983) defines Integrated Science as an proach to the teaching of science in which concepts and principles are presented so as to express the fundamental unity of scientific thought and avoid premature or undue stress on the distinctions between the various scientific fields.

(2)

suatu keseluruhan yang bermakna sehingga batas antara berbagai bidang studi tidaklah ketat atau boleh dikatakan tidak ada. Hari terpadu berupa perancangan kegiatan siswa dari sesuatu kelas pada hari tertentu untuk mempelajari atau mengerjakan berbagai kegiatan sesuai dengan minat mereka. Sementara itu, pembelajaran terpadu menunjuk pada kegiatan belajar yang terorganisasikan secara lebih terstruktur yang bertolak pada tema-tema tertentu atau pelajaran tertentu sebagai titik pusatnya (center core / center of interest);

c. Prabowo (2000 : 2), pembelajaran terpadu adalah suatu proses pembelajaran dengan melibatkan / mengkaitkan berbagai bidang studi. Dan ada dua pengertian yang perlu dikemukakan untuk menghilangkan kerancuan dari pengertian pembelajaran terpadu di atas, yaitu konsep pembelajaran terpadu dan IPA terpadu. Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi. Pendekatan belajar mengajar seperti ini diharapkan akan dapat memberikan pengalaman yang bermakna kepada anak didik kita. Arti bermakna disini dikarenakan dalam pembelajaran terpadu diharapkan anak akan memperoleh pemahaman terhadap konsep-konsep yang mereka pelajari dengan melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami.

d. Prawiradilaga (Sutrisno, 2009), Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan dalam kegiatan pembelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada anak. Pengalaman bermakna merupakan pengalaman langsung yang menghubungkan pengalaman yang telah mereka miliki dengan pengalaman yang akan dipelajari, dan memiliki nilai guna dalam kehidupan mereka pada saat ini maupun mendatang. Fogarty (dalam Depdiknas, 2006:8), dalam arti luas pembelajaran terpadu meliputi pembelajaran yang terpadu dalam satu disiplin ilmu, terpadu antar mata pelajaran, serta terpadu dalam dan lintas peserta didik. Pembelajaran terpadu akan memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik, karena dalam pembelajaran terpadu peserta didik akan memahami konsep-konsep yang dipelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep-konsep lain yang sudah dipahami yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

(3)

memahami konsep-konsep yang mereka pelajaran melalui pengalaman langsung dan nyata yang menhgubungkan antar konsep dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Jika dibandingkan dalam konsep konvensional, maka pembelajaran terpadu tampak lebih menekankan keterlibatan siswa dalam belajar, sehingga siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran untuk pembuatan keputusan. Setiap siswa memerlukan bekal pengetahuan dan kecakapan agar dapat hidup di masyarakat dan bakal ini diharapkan diperoleh melalui pengalaman belajar di sekolah. Oleh karena itu pengalaman belajar di sekolah sedapat mungkin memberikan bekal siswa dalam mencapai kecakapan untuk berkarya. Kecakapan ini disebut kecakapan hidup yang cakupannya lebih luas dibanding hanya sekedar keterampilan.

Pembelajaran IPA Terpadu di SMP, yaitu pembelajaran yang menghubungkan pelajaran fisika, kimia, dan biologi, menjadi suatu bentuk pembelajaran yang tidak berdiri sendiri-sendiri, melainkan menjadi suatu kesatuan yang diajarkan secara simultan (karakteristik nomor 3). Kesimpulan ini sejalan dengan pernyataan yang disampaikan oleh ketua BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) Bambang Suhendro dalam Harian Suara Pembaharuan, Senin 9/1/06: “...untuk mata pelajaran IPS terpadu di tingkat SMP, seringkali kompetensi akademik guru kurang memadai. Guru yang mempunyai latar belakang sejarah lebih banyak mengajarkan sejarah. Padahal kompetensi IPS terpadu tidak hanya sejarah, tetapi ada sosiologi, antropologi dan geografi. Begitu juga dengan mata pelajaran IPA terpadu yang mencakup pelajaran fisika, kimia dan biologi”. Pernyataan ketua BSNP tersebut menyiratkan bahwa seorang guru mata pelajaran IPA di SMP dituntut untuk dapat mengajarkan semua subjek dalam pelajaran IPA, yaitu fisika, kimia, dan biologi, terlepas dari latar belakang pendidikannya.

2. Landasan IPA Terpadu

Ada beberapa teori dan filsafat yang melandasi pembelajaran terpadu. Adapun landasan-landasan tersebut sebagai berikut:

a. Teori Konstruktivis

(4)

bermakna tidak akan terwujud jika hanya dengan ceramah atau membaca buku tentang pengalaman orang lain.

b. Teori Perkembangan Kognitif

Piaget (dalam Ipotes.WordPress.com).mengemukakan perkembangan kognitif sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya setiap anak mengalami perkembangan kognitif yang berbeda-beda tergantug pada umur dan lingkungannya. Lingkungan sangat mempengaruhi perkembangan kognitif anak. Menurut Piaget (dalam Arini, 1999:25) perkembangan kognitif terjadi dalam empat tahap yakni sensori motor, praoperasional, operasional kongkret, dan operasional formal.

Berdasarkan teori perkembangan kognitif, pembelajaran diarahkan pada pembelajaran yang disesuaikan dengan perkembangan kognitif siswa (Arini, 1999:26). Siswa SMP/MTs berada pada taraf transisi dan fase kongkrit ke fase operasi formal, maka diharapkan sudah mulai dilatih untuk mampu berpikir abstrak, sehingga segala permasalahan dalam pembelajaran bisa dilakukan dengan kegiatan eksperimen.

c. Teori Vygotsky

Vygotsky mengemukakan bahwa untuk membantu mengembangkan pengetahuan yang sungguh bermakna, dengan cara memadukan antara konsep-konsep dan prosedur melalui demonstrasi dan praktek (Budiningsih, 2005:104). Dalam hal ini siswa memperoleh pengalaman secara langsung dengan mengamati demonstrasi yang dilakukan oleh guru, dan juga pada saat melakukan praktikum. Menurut (Ipotes.WordPress.com) teori belajar Vygotsky adalah salah satu teori belajar sosial sehingga sangat sesuai dengan model pembelajaran kooperatif karena dalam model pembelajaran kooperatif terjadi interaktif sosial yaitu interaksi antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru dalam usaha menemukan konsep - konsep dan pemecahan masalah. Dalam pembelajaran terpadu dapat dilakukan dengan metode pembelajaran kooperatif (kelompok).

d. Filsafat Progresivisme

(5)

kreativitas, aktivitas, belajar "naturalistik", hasil belajar "dunia nyata" dan juga pengalaman teman sebaya (Sismanto, 2007). Anak memperoleh kesempatan melakukan aktivitas belajar secara alami dan mengalami secara langsung, sehingga seluruh aktivitas belajar lebih bermakna. Hasil belajarnya akan dapat bertahan lama.

3. SEJARAH ILMU TERPADU DI DUNIA

a. Pengembangan Kurikulum Ilmu Spesifik (1870 - 1900)

Tiga puluh tahun (tiga dekade) mengikuti 1.870 memperlihatkan peningkatan permintaan pendidikan sains di sekolah dasar. Peningkatan ini bersamaan dengan tumbuhnya permintaan dari berbagai faktor pembangunan ekonomi dan sosial yang terjadi selama abad 18 dan 19 termasuk:

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Eropa dan Amerika serta aplikasinya di dunia industri dan kehidupan sehari-hari. pesatnya metode laboratorium dalam teknologi. Meningkatnya kebutuhan tenaga kerja laki-laki yang terampil untuk industri Pengaruh filsafat baru pendidikan yang menekankan aktivitas siswa 'sebagai ekspresi alami dari perkembangan biologis.

b. Studi Alam Gerakan (1890 - 1920)

Selama periode ini banyak pendidik ilmu di Eropa, Amerika dan bagian Afrika menunjukkan antusiasme yang besar untuk pengenalan studi alam ke sekolah. Tujuan utama dari gerakan ini adalah untuk meningkatkan pertanian dan untuk mengatasi keinginan anak petani untuk meninggalkan pertanian untuk pergi ke kota. Tren baru-baru ini (1910)

Dalam dekade terakhir empat setengah, telah terjadi perubahan dalam sifat ilmu yang diajarkan di sekolah-sekolah. Misalnya, ilmu pengetahuan telah menjadi lebih terintegrasi dan penekanan telah di produk (konsep yaitu, hukum dan teori-teori) dan proses ilmu pengetahuan, dimana siswa yang baik untuk memahami dan sering melakukan. Dekade 1960-an ditandai dengan inisiasi dan pengembangan sejumlah besar sekolah kurikulum ilmu proyek yang dirancang untuk meningkatkan program ilmu pengetahuan.

4. Empat Unsur Utama IPA

IPA didefinisikan sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil eksperimen dan observasi.

(6)

b. Proses : prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan;

c. Produk : berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum;

d. Aplikasi : penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Ada tiga kemampuan IPA yang harus dimiliki siswa, yaitu : (1) kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati, (2) kemampuan untuk memprediksi apa yang belum diamati, dan kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil eksperimen, serta (3) dikembangkannya sikap ilmiah.

5. Dasar Berpikir Ilmiah

a. Kemanusiaan dan peradaban berkembang karena kuriositi terhadap alam.

b. Ingat pertanyaan “mengapa?” yang kerap dikemukakan anak 3 tahunan. c. Sains “hanyalah” kegiatan mengeksplorasi alam.

d. Seorang saintis hanyalah seorang pengeksplorasi.

6. Tujuan Pembelajaran IPA Terpadu

Tujuan pembelajaran IPA terpadu sebagai berikut (BSNP, 2008: 6-7) a. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran

Dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai peserta didik masih dalam lingkup bidang kajian energi dan perubahannya, materi dan sifatnya, dan makhluk hidup dan proses kehidupan. Banyak ahli yang menyatakan pembelajaran IPA yang disajikan secara disiplin keilmuan dianggap terlalu dini bagi anak usia 7-14 tahun, karena anak pada usia ini masih dalam transisi dari tingkat berpikir operasional konkret ke berpikir abstrak. Selain itu, peserta didik melihat dunia sekitarnya masih secara holistik. Atas dasar itu, pembelajaran IPA hendaknya disajikan dalam bentuk yang utuh dan tidak parsial. Di samping itu pembelajaran yang disajikan terpisah-pisah dalam energi dan perubahannya, makhluk hidup dan proses kehidupan, materi dan sifatnya, dan bumi-alam semesta memungkinkan adanya tumpang tindih dan pengulangan, sehingga membutuhkan waktu dan energi yang lebih banyak, serta membosankan bagi peserta didik. Bila konsep yang tumpang tindih dan pengulangan dapat dipadukan, maka pembelajaran akan lebih efisien dan efektif. Keterpaduan bidang kajian dapat mendorong guru untuk mengembangkan kreativitas tinggi karena adanya tuntutan untuk memahami keterkaitan antara satu materi dengan materi yang lain. Guru dituntut memiliki kecermatan, kemampuan analitik, dan kemampuan kategorik agar dapat memahami keterkaitan atau kesamaan materi maupun metodologi.

b. Meningkatkan minat dan motivasi

(7)

kebutuhan dan kesiapan peserta didik. Dalam hal ini, pembelajaran terpadu memberikan peluang bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tema yang disampaikan. Pembelajaran IPA Terpadu dapat mempermudah dan memotivasi peserta didik untuk mengenal, menerima, menyerap, dan memahami keterkaitan atau hubungan antara konsep pengetahuan dan nilai atau tindakan yang termuat dalam tema tersebut. Dengan model pembelajaran yang terpadu dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari, peserta didik digiring untuk berpikir luas dan mendalam untuk menangkap dan memahami hubungan konseptual yang disajikan guru. Selanjutnya peserta didik akan terbiasa berpikir terarah, teratur, utuh, menyeluruh, sistimik, dan analitik. Peserta didik akan lebih termotivasi dalam belajar bila mereka merasa bahwa pembelajaran itu bermakna baginya, dan bila mereka berhasil menerapkan apa yang telah dipelajarinya.

c. Beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus

Model pembelajaran IPA terpadu dapat menghemat waktu, tenaga, dan sarana, serta biaya karena pembelajaran beberapa kompetensi dasar dapat diajarkan sekaligus. Di samping itu, pembelajaran terpadu juga menyederhanakan langkah-langkah pembelajaran. Hal ini terjadi karena adanya proses pemaduan dan penyatuan sejumlah standar kompetensi, kompetensi dasar, dan langkah pembelajaran yang dipandang memiliki kesamaan atau keterkaitan.

Menurut Tymamya (2008) Pembalajaran terpadu dikembangkan selain untuk mencapai tujuan pembalajaran yang telah ditetapkan, diharapkan siswa juga dapat :

d. Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna.

e. Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah, dan memanfaatkan informasi.

f. Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan.

g. Menumbuhkembangkan keterampilan social seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain.

h. Meningkatkan minat dalam belajar,

i. Memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

7. Karakteristik pembelajaran terpadu

Karakteristik pembelajaran terpadu Menurut Sutrisno (2009) meliputi, a. Pembelajaran yang berawal dari adanya pusat minat (

centre of

interest

) yang digunakan untuk memahami gejala-gejala konsep lain, baik yang berasal dari bidang ilmu yang sama maupun yang berbeda. b. Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan anak secara

simultan.

(8)

d. Menggabungkan sejumlah konsep kepada beberapa bidang studi yang berbeda, dengan harapan anak dapat belajar lebih baik dan bermakna.

6. Karakteristik Pembelajaran IPA Terpadu

pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa karakteristik atau ciri-ciri yaitu: Pembelajaran terpadu sebagai suatu proses berpusat pada anak (student centered), proses pembelajaran mengutamakan pemberian pengalaman langsung, serta pemisahan antar bidang studi tidak terlihat jelas. Disamping itu pembelajaran terpadu menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam satu proses pembelajaran. Kecuali mempunyai sifat luwes, pembelajaran terpadu juga memberikan hasil yang dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak. Karakteristik Pembelajaran IPA terpadu Menurut Depdikbud 1996 (Trianto, 2008:13) :

a. Holistik

Suatu gejala atau fenomena yang menjadi pusat dalam pembelajaran terpadu diamati dan dikaji dari beberapa bidang kajian sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak. Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi.Pada gilirannya nanti, hal ini akan membuat siwa menjadi lebih arif dan bijak dalam menyingkapi atau menghadapi kejadian yang ada di hadapan mereka.

b. Bermakna

Pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek seperti yang telah

dijelaskan di atas memungkinkan terbentuknya semacam jalinan atar konsep- konsep yang berhubungan yang disebut skemata. Hal ini akan berdampak pada

kebermaknaan dari materi yang di pelajari. Rujukan yang nyata dari segala konsep yang diperoleh dan keterkatannya dengan kondep-konsep yang lainnya akan menambah kebermaknaaan kondep-konsep yang dipelajari. Selanjutnya hal ini akan mengakibatkan pembelajaran yang fungsional. Siswa mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah yang muncul di dalam kehidupan.

c. Otentik

(9)

sendiri,bukan sekedar pemberitahuan dari guru.Informasi dan pengetahuan yang diperoleh sifatnya lebih otentik.Misanya hukum pemantulan cahaya diperoleh siswa melalui kegiatan eksperimen.Guru lebih banyak bersifat sebagai fasilitator dan katalisator,sedang siswa bertindak sebagai aktor pencari informasi dan pengetahuan. Guru memberikan bimbingan ke arah mana yang dilalui dan memberikan fasilitas seoptimal mungkin untuk mencapai tujuan tersebut.

d. Aktif

Pembelajaran terpadu menekankan keaktiafan siswa dalam pembelajaran baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosional guna tercapainya hasil nelajar yang optimal dengan mempertimbangkan hasrat, minat dan kemampuan sisaw sehingga mereka termotivasi untuk terus-menerus belajar. Dengan demikian pembelajaran terpadu bukan semata-mata merancang aktivitas-aktivtas dari masing-masing mata pelajaran yang saling terkait.Pembelajaran terpadu bisa saja saja dikembangkan dari suatu tema yang disepakati bersama dengan melirik aspek-aspek kurikulum yang bisa dipelajari secara bersama melalui pengembangan tema tersebut.

7.Advantages (Kekuatan/Manfaat )

a. Dengan menggabungkan berbagai bidang kajian akan terjadi penghematan waktu, karena ketiga bidang kajian tersebut (Energi dan perubahannya, Materi dan sifatnya, dan Makhluk hidup dan proses kehidupan) dapat dibelajarkan sekaligus. Tumpang tindih materi juga dapat dikurangi bahkan dihilangkan. Efisien dan Efektif. Model pembelajaran IPA Terpadu memungkinkan terjadinya proses kegiatan belajar mengajar (KBM) yang lebih efisien dan efektif. Mengapa demikian? Karena dengan pembelajaran IPA Terpadu, materi-materi tidak akan saling tumpang tindih antara satu dengan yang lain sebagaimana apabila diajarkan secara terpisah-pisah. Selain itu, waktu pembelajaran dapat dihemat untuk kegiatan lapangan, misalnya praktikum.

b. Peserta didik dapat melihat hubungan yang bermakna antar konsep, misalnya Energi dan perubahannya, Materi dan sifatnya, dan Makhluk hidup dan proses kehidupan. Beberapa Kompetensi Dasar dapat dicapai sekaligus. Model pembelajaran IPA Terpadu dapat menghemat waktu, tenaga dan sarana, serta pendidikan. Hal ini dikarenakan pembelajaran beberapa kompetensi dasar dapat diajarkan sekaligus. Langkah-langkah pembelajaran dapat disederhanakan karena adanya proses penggabungan beberapa materi yang berkaitan satu dengan yang lain meskipun dari perspektif IPA yang berbeda.

(10)

d. Pembelajaran terpadu menyajikan penerapan/aplikasi tentang dunia nyata yang dialami dalam kehidupan sehari-hari, sehingga memudahkan pemahaman konsep dan kepemilikan kompetensi IPA.

e. Motivasi belajar peserta didik dapat diperbaiki dan ditingkatkan. Meningkatkan Minat dan Motivasi. Model pembelajaran IPA Terpadu akan mempermudah dan memotivasi peserta didik untuk memahami konsep pengetahuan secara menyeluruh. Peserta didik diajak berpikir luas dan analitik untuk menelaah suatu tema IPA secara terpadu dari berbagai perspektif, baik Fisika, Kimia, atau Biologi dan mempelajari keterkaitan antara satu dengan yang lain. Tema-tema yang diangkat haruslah tema-tema yang langsung berhubungan dengan kehidupan keseharian sehingga peserta didik mampu mengambil makna dari pembelajaran tersebut.

f. Pembelajaran terpadu membantu menciptakan struktur kognitif yang dapat menjembatani antara pengetahuan awal peserta didik dengan pengalaman belajar yang terkait, sehingga pemahaman menjadi lebih terorganisasi dan mendalam, dan memudahkan memahami hubungan materi IPA dari satu konteks ke konteks lainnya.

g. Akan terjadi peningkatan kerja sama antarguru bidang kajian terkait, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik/guru dengan narasumber; sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang lebih bermakna. h. Pengalaman dan kegiatan belajar anak relevan dengan tingkat

perkembangannya.

i. Kegiatan yang dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.

j. Kegiatan belajar bermakna bagi anak, sehingga hasilnya dapat bertahan lama.

k. Keterampilan berpikir anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu.

l. Kegiatan belajar mengajar bersifat pragmatis sesuai dengan lingkungan anak.

m. Keterampilan sosial anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu. Keterampilan sosial ini antara lain adalah : kerja sama, komunikasi, dan mau mendengarkan pendapat orang lain.

9.Kelemahan Pembelajaran Integrated Science

Bagaimana pelaksanaan IPA Terpadu saat ini? Setelah sekian tahun berjalan, kenyataan menunjukkan bahwa pembelajaran IPA Terpadu belum sepenuhnya dapat diimplementasikan. Masih banyak kelemahan yang ada di lapangan. Pusat Kurikulum Depdiknas (2008), menyebutkan beberapa kelemahan pelaksanaan IPA Terpadu, diantaranya:

(11)

dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu saja. b. Aspek peserta didik: Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan

belajar peserta didik yang relatif “baik”, baik dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi karena model pembelajaran terpadu menekankan pada kemampuan analitik (mengurai), kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan), kemampuan eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menggali). c. Aspek sarana dan sumber pembelajaran: Pembelajaran terpadu

memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, termasuk juga fasilitas internet untuk menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Semua ini dapat diatasi karena internet mudah diakses dan warnet mudah ditemukan.

d. Aspek kurikulum: Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru mempunyai kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik.

e. Aspek penilaian: Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan dalam menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dengan penilaian yang bervariasi serta berkoordinasi dengan guru lain, bila materi pelajaran berasal dari guru yang berbeda. Pembelajaran terpadu menuntut diadakannya evaluasi tidak hanya pada produk, tetapi juga pada proses. Evaluasi pembelajaran terpadu tidak hanya berorientasi pada dampak instruksional dari proses pembelajaran, tetapi juga pada proses dampak pengiring dari proses pembelajaran tersebut. Dengan demikian pembelajaran terpadu menuntut adanya teknik evaluasi yang banyak ragamnya. Oleh karenanya tugas guru menjadi lebih banyak (Prabowo, 2000:4).

f. Suasana pembelajaran

Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan salah satu bidang kajian dan ‘tenggelam’nya bidang kajian lain.

10.

Model-Model Pembelajaran Terpadu

(12)

a. Model Terhubung (

Connected Model)

Menurut Hadisubroto (dalam Trianto, 2007:43) pembelajaran ini dilakukan dengan mengaitkan satu pokok bahasan ke pokok bahasan yang lain, menghubungkan satu konsep ke konsep yang lain, mengaitkan satu keterampilan dengan keterampilan yang lain dalam suatu bidang studi (inter bidang studi). Kunci utama model pembelajaran seperti ini adalah adanya usaha secara sadar menghubungkan bidang kajian dalam satu disiplin ilmu dalam satu mata pelajaran.

b. Model Jaring Laba-laba

(Webbed Model)

Menurut (Trianto, 2007:45) Pembelajaran terpadu model jaring laba-laba

(webbed model)

adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu. Tema bisa ditetapkan dengan negosiasi guru dan siswa, tetapi dapat pula diskusi sesama guru. Setelah tema tersebut disepakati, dikembangkan sub-sub temanya dengan memperhatikan kaitannya dengan bidang-bidang studi. Dari sub-sub tema ini dikembangkan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa.

c. Model integrasi

(Integrated Model)

Pembelajaran terpadu model integrasi

(integrated model)

adalah model pembelajaran yang menggunakan pendekatan antar bidang studi, menggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang saling tumpang tindih dalam beberapa bidang studi Fogarty (dalam Trianto, 2007:47). Pengintegrasikan konsep, keterampilan, dan isi konsep yang tumpang tindih secara keseluruhan, contohnya Matematika, IPA, IPS, dan Bahasa.

Dari ketiga model tersebut peneliti menggunakan model terhubung

,

karena dengan model ini peserta didik lebih mudah menemukan keterkaitan inter bidang studi karena masih dalam satu bidang studi yaitu IPA.

11. Strategi Pembalajaran Terpadu

Langkah awal dalam melaksanakan pembelajaran terpadu adalah pemilihan/ pengembangan topik atau tema. Dalam langkah awal ini guru mengajak anak didiknya untuk bersama-sama memilih dan mengembangkan topik atau tema tersebut. Dengan demikian anak didik terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pembuatan keputusan.

Pembelajaran terpadu dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu memadukan siswa dan memadukan materi-materidari matapelajaran-matapelajaran:

a. Integrasi melalui pemaduan siswa.

(13)

Misalnya kelas 1 dan kelas 2 SD diajar matematika bersama-sama. Cara ini tentunyam memerlukan keahlian guru untuk memberikan tugas yang bertingkat sehingga siswa belajar dari yang mudah menuju tingkat yang lebih sulit. Siswa kelas 1 dapat belajar dari siswa yang lebih tua dan lebih pengetahuannya, sedangkan siswa yang lebih tua (kelas 2) dapat mengajarkan pengetahuannya kepada siswa yang lebih muda.

b. Integrasi materi/matapelajaran

Cara ini memadukan materi dari beberapa mata pelajaran dalam satu kesatuan kegiatan pembelajaran. Dalam 1 kegiatam pembelajaran siswa belajar berbagai matapelajaran misal matematika, Bahasa, IPA, dan IPS. Cara ini biasanya dilakukan dengan memadukan topik-topik (tema-tema) menjadi satu kesatuan tema yang disebut tematik unit. Tematik unit merupakan rangkaian tema yang dikembangkan dari suatu tema dasar. Sedangkan tema dasar merupakan pilihan atau kesepakatan antara guru dengan siswa berdasarkan kajian keseharian yang dialami siswa dengan penyesuaian dari materi-materi yang ada pada kurikulum. Selanjutnya tema dasar tersebut dikembangkan menjadi banyak tema yang disebut unit tema(subtema).

12. Hasil Belajar

Menurut Bloom (dalam Dahar, 1991:134) hasil belajar meliputi tiga aspek yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor. Penelitian ini menggunakan penilaian terhadap tiga aspek tersebut atau penilaian hasil belajar. Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai dengan menggunakan kriteria tertentu. Menurut (Depdiknas, 2008:4) Penilaian hasil belajar dalam pembelajaran IPA berfungsi untuk menumbuhkan kesadaran terhadap keteraturan dan keindahan ciptaan Tuhan, meningkatkan pemahaman konsep dan prinsip-prinsip melalui sejumlah keterampilan proses dan sikap ilmiah. Keterampilan proses mencakup: pengamatan, penggunaan alat dan bahan yang dilaksanakan melalui kegiatan praktik, sesuai dengan prosedur dan keselamatan kerja. Ketiga aspek (kognitif, afektif dan psikomotor) memiliki bobot penilaian yang proporsional, dan proses penilaiannya dilaksanakan secara meny0065luruh dan terpadu.

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam pembelajaran IPA terpadu pada penelitian ini ketiga aspek taksonomi Bloom, dapat dijelaskan dalam konteks pembelajaran IPA sebagai berikut.

a. Kemampuan kognitif adalah kemampuan yang berkaitan dengan kemampuan menalar, meliputi jenjang kemampuan ingatan (C1),

pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5) dan

evaluasi (C6).

(14)

c. Kemampuan psikomotor adalah kemampuan yang berkaitan dengan keterampilan/gerak tubuh. Dalam pembelajaran fisika keterampilan yang dinilai adalah keterampilan menggunakan alat, merangkai alat, melakukan percobaan dan memasukkan data kedalam tabel pengamatan.

13. Teknik, Bentuk, dan instrumen Penilaian a. Teknik Penilaian

Teknik penilaian merupakan cara yang digunakan dalam melaksanakan penilaian tersebut. Teknik-teknik yang dapat diterapkan untuk jenis tagihan tes meliputi: (1) Kuis dan (2) Tes Harian.

Untuk jenis tagihan nontes, teknik-teknik penilaian yang dapat diterapkan adalah: (1) observasi, (2) angket, (3) wawancara,(4) tugas, (5) proyek, dan (6) portofolio.

b. Bentuk Instrumen

Penilaian/pengukuran/evaluasi terhadap pencapaian kompetensi peserta didik. Bentuk-bentuk instrumen yang dikelompokkan menurut jenis tagihan dan teknik penilaian adalah:

1) Tes: isian, benar-salah, menjodohkan, pilihan ganda, uraian, dan unjuk kerja

2) Nontes: panduan dan lembar/format rambu-rambu observasi, kuesioner, rambu-rambu wawancara, dan rubrik.

c.

Instrumen

Instrumen merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi untuk mengukur tingkat ketercapaian kompetensi atau pencapaian kompetensi.

Apabila penilaian menggunakan tehnik tes tertulis uraian, tes unjuk kerja dan tugas rumah yang berupa proyek, harus disertai rubrik penilaian.

Jenis penilaian terpadu terdiri atas tes dan bukan tes. Sistem penilaian dengan menggunakan tes merupakan sistem penilaian konvensional. Sistem ini kurang dapat menggambarkan kemampuan peserta didik secara menyeluruh, sebab hasil belajar digambarkan dalam bentuk angka yang gambaran maknanya sangat abstrak. Oleh karena itu untuk melengkapi gambaran kemajuan belajar secara menyeluruh maka dilengkapi dengan non-tes,

(15)

Artinya materi dalam satu catur wulan tersebut dapat diatur urutan pembelajarannya, asal cakupannya tetap tercapai.

Berangkat dari pokok pemikiran tersebut di atas, maka sebelum merancang pembelajaran terpadu, hendaknya guru mengumpulkan dan menyusun seluruh pokok bahasan dari semua bidang studi dalam satu catur wulan, kemudian dilanjutkan dengan proses perancangan pembelajaran terpadu.

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan terpadu ini diharapkan akan dapat memperbaiki kualitas pendidikan dasar, terutama untuk mencegah gejala penjejalan kurikulum dalam proses pembelajaran di sekolah. Dampak negatif dari penjejalan kurikulum akan berakibat buruk terhadap perkembangan anak. Hal tersebut terlihat dengan dituntutnya anak untuk mengerjakan berbagai tugas yang melebihi kapasitas dan kebutuhan mereka. Mereka kurang mendapat kesempatan untuk belajar, untuk membaca dan sebagainya. Disamping itu mereka akan kehilangan pengalaman pembelajaran alamiah langsung, pengalaman sensorik dari dunia mereka yang akan membentuk dasar kemampuan pembelajaran abstrak (Prabowo, 2000:3).

Sumber Bacaan :

http://gedelalu.blogspot.com/2009/02/ipa-terpadu.html

http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/pengertian-pembelajaran-terpadu.html

http://edukasi.kompasiana.com/2011/06/01/pendidikan-ipa-terpadu-harus-bisa/

Mudzakir, Ahmad. 2012.

The Meaning of Science and Integrated Science, and

Historical Development of Integrated Science.

UPI Bandung

Trianto, MPd.

Model Pembelajaran Terpadu

Konsep

, Strategi, dan

Implementasinya dalam kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP)

. (2012). Bumi Aksara. Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Akibatnya, jika peserta didik tidak tuntas, pendidik IPA Terpadu langsung menuntaskannya sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran dan itu

Kekuatan/manfaat yang dapat dipetik melalui pelaksanaan pembelajaran terpadu antara lain sebagai berikut: (1) penghematan waktu, (2) peserta didik dapat melihat hubungan

Cara yang dilakukan untuk menyampaikan rubrik penilaian sebelum pelaksanaan penilaian adalah dengan membagikan rubrik penilaian kepada peserta didik, menjelaskan

Berdasarkan validasi ahli dan penilaian oleh ahli materi, ahli media dan guru IPA SMP/MTs dapat disimpulkan bahwa Kualitas Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) IPA Terpadu

Kegiatan inti merupakan kegiatan pelaksanaan pembelajaran terpadu yang menekankan pada proses pembentukan pengalaman belajar peserta didik (learning

Penilaian produk lembar kerja peserta didik (LKPD) IPA Terpadu berbasis model /qra' dan mitigasi bencana erupsi Merapi ahli materi, ahli media dan Guru IPA SMP/MTs. Penilaian

Penilaian hasil belajar siswa dilakukan secara menyeluruh karena menurut Sanjaya (dalam Sugiyanto, 2009:23) dalam pembelajaran kontekstual, keberhasilan

Melalui praktikum IPA Terpadu, peserta didik kelas VIIA dan VIIB menjadi terampil dalam melakukan suatu percobaan, yang dapat dilihat dari beberapa aspek keterampilan proses sains yang