• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Media Video Interaktif Berdasarkan Pendekatan Saintifik untuk Pembelajaran Tematik Integratif pada Siswa SD Kelas 4

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Media Video Interaktif Berdasarkan Pendekatan Saintifik untuk Pembelajaran Tematik Integratif pada Siswa SD Kelas 4"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

6

Dalam bagian kajian teori ini berisi tentang pustaka tentang media pembelajaran yang dikembangkan secara tematik integratif berdasarkan pendekatan saintifik.

2.1.1 Pengertian Media

Kata media berasal dari bentuk jamak kata medium yang secara harfiah artinya perantara atau pengantar. Gagne mengemukakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Istilah media dalam bidang pembelajaran disebut juga media pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, alat bantu atau media tidak hanya dapat memperlancar proses komunikasi akan tetapi dapat merangsang siswa untuk merespon dengan baik segala pesan yang disampaikan. (Arif S. Sadiman , 2009:6)

Menurut Gerlach & Ely (dalam Arsyad, 2002:4), mengatakan bahwa media jika dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi, yang menyebabkan siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Jadi menurut pengertian ini, guru, teman sebaya, buku teks, lingkungan sekolah dan luar sekolah, bagi seorang siswa merupakan media. Sedangkan menurut Harjanto (2006:31), bahwa media pembelajaran adalah sarana pendidikan yang dapat digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran untuk mempertinggi efektifitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pengajaran

(2)

2.1.1.1 Media Pembelajaran

Menurut Zaenal Aqib (2013:49), pada awal sejarah pendidikan, guru merupakan satu-satunya sumber untuk memperoleh pelajaran. Dalam perkembangan selanjutnya, sumber belajar itu kemudian bertambah dengan adanya buku. Pada masa itu dikenal tokoh bernama Johan Amos Camenius yang tercatat sebagai orang pertama yang menulis buku bergambar yang ditujukan untuk anak sekolah.

Pada mulanya media pembelajaran hanya dianggap sebagai alat untuk membantu guru dalam kegiatan mengajar (teaching aids). Alat bantu mengajar grafts atau benda nyata lain. Alat-alat bantu itu dimaksudkan untuk memberikan pengakaman lebih konkret, memotivasi serta mempertinggi daya serap dan daya ingat siswa dalam belajar.

Sekitar pertengahan abad-20 usaha pemanfaatan alat visual mulai dilengkapi dengan peralatan audio. Dari hal ini, maka lahirlah peralatan audio visual pembelajaran. Usaha-usaha untuk membuat pelajaran abstrak menjadi lebih konkret terus dilakukan. Dalam usaha itu, Edgar Dale membuat klasifikasi 11 tingkat pengalaman belajar dari yang paling konkret sampai paling abstrak. Klasifikasi

(3)

Gambar 1 Kerucut Pengalaman Edgar Dale

2.1.1.2Pengertian Media Pembelajaran

Menurut Zaenal Aqib (2013:50), media yaitu perantara atau pengantar. Sedangkan media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan merangsang terjadinya proses belajar pada si pembelajar (siswa). Makna dari media pembelajaran itu sendiri lebih luas dari alat peraga, alat bantu mengajar, dan media audio visual.

Abstrak

(4)

Media belajar merupakan bagian dari sumber belajar. Sumber belajar dapat berupa pesan, orang, bahan, alat teknik, dan lingkungan. Media belajar merupakan kombinasi antara alat (hardware) dan bahan (software). Disini guru hanya merupakan

salah satu jenis sumber belajar yang berupa “orang”.

Ada dua jenis sumber belajar, yaitu: 1) By Design Learning Resources

Sumber belajar yang sengaja dirancang khusus untuk tujuan pembelajaran. Misalnya: buku pelajaran, modul, program audio, program video, LCD, dan lain-lain.

2) Learning Resources by Utilization

Sumber belajar yang bukan dirancang untuk tujuan pembelajaran, namun sudah tersedia dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Misalnya: sawah, pasar, surat kabar, siaran televisi, pabrik, terminal, dan lain-lain.

2.1.1.3Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Menurut Daryanto (2012:8) menyatakan, dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Adapun metode adalah prosedur untuk membantu siswa dalam menerima dan mengolah informasi guna mencapai tujuan pembelajaran.

Dalam kegiatan interaksi antara siswa dan lingkungan, fungsi mediadapat diketahui berdasarkan adanya kelebihan media dan hambatan yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran. Tiga kelebihan kemampuan media (Gerlach & Ely dalam Ibrahim et.al., 2001) adalah sebagai berikut.

(5)

Kedua, kemampuan manipulatif, artinya media dapat menampilkan kembali

obyek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai keperluan. Misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, dan dapat pula diulang-ulang penyajiannya.

Ketiga, kemampuan distributif, artinya media mampu menjangkau audiens yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak, misalnya siaran TV atau radio.

Menurut Zainal Aqib (2013:51) menyatakan bahwa ada beberapa manfaat umum dari media pembelajaran, yaitu:

1) Menyeragamkan penyampaian materi. 2) Pembelajaran lebih jelas dan menarik. 3) Proses pembelajaran lebih interaksi. 4) Efesiansi waktu dan tenaga.

5) Meningkatkan kualitas hasil belajar.

6) Belajar dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja.

7) Menumbuhkan sikap positif belajar terhadap proses dan materi belajar. 8) Meningkatkan peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.

Manfaat dari masing-masing media: 1) Memperjelas penyajian pesan (tidak verbalis).

2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra. 3) Objek bisa besar/kecil.

4) Gerak bisa cepat/lambat.

5) Kejadian masa lalu, objek yang kompleks. 6) Konsep bisa luas/sempit.

7) Mengatasi sikap pasif peserta.

(6)

2.1.1.4Klasifikasi Media Pembelajaran Menurut Para Ahli

Menurut Daryanto (2012:17) menyatakan bahwa media pembelajaran diklasifikasi berdasarkan tujuan pemakaian dan karakteristik jenis media. Terdapat lima model klasifikasi, yaitu menurut: (1) Wilbur Schramm, (2) Gagne, (3) Ibrahim.

Menurut Schramm, media digolongkan menjadi media rumit, mahal, dan sederhana. Schramm juga mengelompokkan media menurut kemampuan daya liputan, yaitu (1) liputan luas dan serentak seperti TV, radio, dan faksimile; (2) liputan terbatas pada ruangan, seperti film, video, slide, poster audio tape; (3) media untuk belajar individual, seperti buku, modul, program belajar dengan komputer dan telepon.

Menurut Gagne, media diklasifikasi menjadi tujuh kelompok, yaitu benda untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar bergerak, film bersuara, dan mesin belajar. Ketujuh kelompok media pembelajaran tersebut dikaitkan dengan kemampuannya memenuhi fungsi menurut hirarki belajar yang dikembangkan, yaitu pelontar stimulus belajar, penarik minat belajar, contoh perilaku belajar, memberi kondisi eksternal, menuntun cara berpikir, memasukkan alih ilmu, dan pemberi umpan balik.

Menurut Ibrahim, media dikelompokkan berdasarkan ukuran dan kompleks tidaknya alat dan perlengkapannya atau lima kelompok, yaitu media tanpa proyeksi dua dimensi, media tanpa proyeksi tiga dimensi, audio, proyeksi, televisi, video, dan komputer.

(7)

2.1.1.5Peran Media dalam Pembelajaran

Hamalik, (2006: 43) mengemukakan bahwa pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan stimulan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pengajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu (Azhar Arsyad, 2003: 15-16).

Media pembelajaran, menurut Kemp & Dayton dalam Hamalik (2005:28), dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya, yaitu :

1) Memotivasi minat atau tindakan 2) Menyajikan informasi

3) Memberi instruksi

Berbagai manfaat media pembelajaran telah dibahas oleh banyak ahli. Menurut Kemp & Dayton meskipun telah lama disadari bahwa banyak keuntungan penggunaan media pembelajaran,menerimanya serta pengintegrasiannya ke dalam program-program pengajaran berjalan amat lambat. Mereka mngemukakan beberapa hasil penelitian yang menunjukan dampak positif dari penggunaan media sebagai bagian integral pembelajaran dikelas atau sebagai cara utama pembelajaran langsung sebagai berikut:

1) Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. 2) Pembelajaran bisa lebih menarik

3) Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan dengan diterapkannya teori belajar dengan prinsip – prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan

(8)

Hubungan guru-siswa tetap merupakan elemen paling penting dalam sistem pendidikan modern saat ini. Guru harus selalu hadir untuk menyajikan materi pelajaran dengan bantuan media apa saja agar manfaat berikut ini dapat terealisasi : 1) Meningkatkan rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas

2) Membuahkan perubahan signifikan tingkah laku siswa

3) Menunjukan hubungan antara mata pelajaran dan kebutuhan dan minat siswa dengan meningkatnya motivasi belajar siswa

4) Membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar siswa

5) Membuat hasil belajar lebih bermakna bagi berbagai kemampuan siswa

6) Mendorong pemanfaatan yang bermakna dari mata pelajaran dengan jalan melibatkan imajinasi dan partisipasi aktif yang mengakibatkan meningkatkan hasil belajar

7) Memberikan umpan balik yang diperlukan yang dapat membantu siswa menemukan seberapa banyak telah mereka pelajari

8) Melengkapi pengalaman yang kaya dengan pengalaman itu konsep-konsep yang bermakna dapat dikembangkan

9) Memperluas wawasan dan pengalaman siswa yang mencerminkan pembelajaran nonverbalistik dan membuat generalisasi yang tepat

10) Meyakinkan diri bahwa urutan dan kejelasan pikiran yang siswa butuhkan jika mereka membangun struktur konsep dan system gagasan yang bermakna.

2.1.2 Pemilihan Media dalam Pembelajaran

Menurut Rudi Susilana (2009:61) kriteria pemilihan media dalam pembelajaran yaitu:

1) Kesesuaian dengan tujuan (instrusional goals)

(9)

pemilihan media didasarkan atas kesesuaiannya.Kriteria pemilihan media didasarkan atas kesesuainnya dengan standar kompetisi, kompetesi dasar dan terutama indikator 2) Kesesuaian dengan materi pembelajaran

Bahan atau kajian apa yang diajarkan pada program pembelajaran tersebut. Pertimbangan lainnya, dari bahan tersebut sudah sampai sejauh mana kedalaman yang harus dicapai, dengan demikian kita bisa mempertimbangkan media apa yang sesuai dengan penyampaian bahan tersebut.

3) Kesesuaian dengan karakteristik pengajar atau siswa

Dalam hal ini media haruslah familiar dengan karakteristik siswa atau guru. Yaitu mengkaji sifat-sifat dan media yang akan digunakan. Bagaimana karakteristik mereka, berapa jumlahnya, bagaimana latar belakang sosialnya, apakah ada yang berkelainan, bagaimana motivasi dan minat belajarnya dan seterusnya. Karena pada akhirnya sasaran inilah yang akan mengambil manfaat dari media yang dipilih.

4) Kesesuaian dengan teori

Pemilihan media didasarkan atas kesesuaian dengan teori. Media dipilih bukan karena fanatisme guru terhadap media yang paling disukai, namun didasarkan atas teori yang diangkat dari penelitian dan riset sehingga telah teruji validitasnya. 5) Kesesuaian dengan gaya belajar siswa

Kriteria ini didasarkan atas kondisi psikologis siswa, bahwa siswa belajar dipengaruhi pula oleh gaya belajar siswa. Media disesuaikan dengan tipe gaya belajar siswa.

6) Kesesuaian dengan kondisi lingkungan, fasilitas pendukung yang tersedia.

Bagaimanapun bagusnya sebuah media apabila tidak didukung oleh fasilitas dan waktu maka kurang efektif.

7) Karateristik media yang bersangkutan

(10)

lebih sesuai dibanding yang lain. Oleh karena itu, sebelum menentukan jenis media tertentu, pahami dengan baik bagaimana karaktristik media tersebut.

8) Waktu

Yang dimaksud waktu di sini adalah berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengadakan atau membuat media yang akan dipilih, serta berapa lama waktu yang tersedia / yang dimiliki, cukup atau tidak. Jangan sampai terjadi, media yang telah dibuat dengan menyita banyak waktu, tetapi pada saat digunakan dalam pembelajaran ternyata kekurangan waktu.

2.1.3 Penerapan Video sebagai Media Pembelajaran

Menurut Canning Wilson, video merupakan sarana yang paling tepat dan sangat akurat dalam menyampaikan pesan dalam bentuk audio-visual (Asnawir, 2002:67). Dalam mengajarkan materi pelajaran praktek (aspek psikomotor), video akan sangat membantu pemahaman peserta didik. Peserta didik lebih suka menggunakan video untuk mempelajari bahasa melalui penayangan film atau hiburan di dalam kelas (Mujiono, 2006:36). Video pembelajaran akan sangat membantu siswa dalam meniru, mengikuti, mencontoh dan memahami urutan tindakan yang harus di kuasai suatu mata pelajaran.

Video pembelajaran yang ditujukan guna mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan keinginan siswa. Menuurut Daryanto (2008: 32) dalam beberapa sistem, video pembelajaran hanya digunakan sebagai bahan pelengkap materi hand-out, tidak dipersiapkan secara profesional untuk mempresentasikan materi secara menyeluruh.

2.1.4 Media Pembelajaran Video (Audio-Visual) dalam Pengembangan Bahan

Ajar Tematik

Menurut Andi Prastowo (2013:325), untuk meninjau kembali keputusan

dalam memilih jenis “video atau film” sebagai media pembelajaran yang tepat, ada

(11)

pembelajaran video merupakan bahan ajar terbaik dimulai dengan menganalisis tujuan pembelajaran, materi yang akan disajikan, dan pertimbangan pendistribusian.

Semua jawaban harus “ya”.

Media pembelajaran audio visual dalam pengembangan bahan ajar tematik terdiri dari dua jenis, yaitu video atau film dan orang, Kedua jenis ini memiliki struktur yang berbeda.

1. Media Pembelajaran Berbentuk Video atau Film

Media pembelajaran berbentuk video atau film mempunyai struktur yang meliputi empat komponen, yaitu judul, petunjuk belajar, kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung, latihan, dan penilaian.

2. Media Pembelajaran Berbentuk Orang

Media pembelajaran orang mempunyai struktur yang hanya meliputi lima komponen. Itu pun, tidak semuanya terdapat pada bahan ajar. Sebab, tiga komponen terdapat pada bahan ajar, yaitu judul, kompetensi dasar atau materi pokok, dan informasi pendukung, sementara komponen latihan dan penilaian terdapat pada kertas lain.

2.1.5 Pendekatan Saintifik

Pembelajaran tematik terpadu menggunakan salah satu model pembelajaran terpadu menurut Robin Fogarty (1991), yaitu model jaring laba-laba (webbed model). Model ini berangkat dari pendekatan tematis sebagai acuan dasar bahan dan kegiatan pembelajaran. Tema yang dibuat dapat mengikat kegiatan pembelajaran, baik dalam mata pelajaran tertentu maupun antarmata pelajaran.

(12)

mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu (modul Diklat Kurikulum 2013).

Kondisi pembelajaran pada saat ini diharapkan diarahkan agar peserta didik mampu merumuskan masalah (dengan banyak menanya), bukan hanya menyelesaikan masalah dengan menjawab saja. Proses pembelajaran diharapkan diarahkan untuk melatih berpikir analitis (peserta didik diajarkan bagaimana mengambil keputusan) bukan berpikir mekanitis (rutin dengan hanya mendengarkan dan menghapal semata). Dan perlu didukung oleh pembelajaran yang kondusif bagi terciptanya suasana yang aman, nyaman dan tertib, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan tenang dan menyenangkan (Mulyasa, 2008:33).

2.1.5.1Pengertian Pendekatan Saintifik

Menurut Daryanto (2014:51) dalam bukunya, menyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupaagar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik

kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.

Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru.

(13)

Metode saintifik sangat relevan dengan tiga teori belajar yaitu teori Bruner, teori Piaget, dan teori Vygotsky. Teori belajar Bruner disebut juga teori belajar penemuan. Ada empat hal pokok berkaitan dengan teori belajar Bruner (dalam Carin & Sund, 1975). Pertama, individu hanya belajar dan mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan pikirannya. Kedua, dengan melakukan proses-proses kognitif dalam proses penemuan, siswa akan memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan suatu penghargaan intrinsic. Ketiga, satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari teknik-teknik dalam melakukan penemuan adalah ia memiliki kesempatan untuk melakukan penemuan. Keempat, dengan melakukan penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan. Empat hal tersebut adalah bersesuaian dengan proses kognitif yang diperlukan dalam pembelajaran mengguanakan metode saintifik.

Teori Piaget, menyatakan bahwa belajar berkaitan dengan pembentukan dan perkembangan skema (jamak skemata). Skema adalah suatu struktur mental atau struktur kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya (Baldwin, 1967). Skema tidak pernah berhenti berubah, skemata seorang anak akan berkembang menjadi skemata orang dewasa. Proses yang menyebabkan terjadinya perubahan skemata disebut dengan adaptasi. Proses terbentuknya adaptasi ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan stimulus yang dapat berupa persepsi, konsep, hukum, prinsip ataupun pengalaman baru ke dalam skema yang sudah ada di dalam pikirannya. Akomodasi dapat berupa pembentukan skema baru yang dapat cocok dengan ciri-ciri stimulus yang ada. Dalam pembelajaran diperlukan adanya penyeimbangan atau ekuilibrasi antara asimilasi dan akomodasi.

(14)

perkembangan anak saat ini yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.

Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) Berpusat pada siswa.

2) Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip.

3) Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. 4) Dapat mengembangkan karakter siswa.

2.1.5.2Tujuan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Daryanto (2014:54) menyatakan tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah:

1) Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.

2) Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.

3) Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.

4) Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.

5) Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah.

6) Untuk mengembangkan karakter siswa.

2.1.5.3Esensi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran

(15)

saintifik dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan penalaran induktif daripada penalaran deduktif. Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik. Sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan. Sejatinya, penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi ide yang lebih luas. Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum.

Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Karena itu, metode ilmiah umumnya memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau eksperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis.

(16)

2.1.5.4Prinsip-prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Daryanto (2014:58) menyatakan beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut:

1) Pembelajaran berpusat pada siswa.

2) Pembelajaran membentuk students self concept. 3) Pembelajaran terhindar dari velbalisme.

4) Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip.

5) Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa. 6) Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru. 7) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam

komunikasi.

8) Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.

2.1.5.5Langkah-langkah Umum Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

(17)

Gambar 2 Langkah-langkah Pendekatan Saintifik

Sedangkan enurut Abdul Majid (2014: 211-234), terdapat 7 langkah dalam pendekatan saintifik. Langkah-langkah dalam pendekatan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Mengamati

Kegiatan mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfuli learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media objek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaanya.

2. Menanya

Istilah pertanyaan tidak selalu dalam bentuk kalimat tanya, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan verbal. 3. Menalar

Menurut Andi Prasetyo (2014: 223) menalar adalah salah satu istilah dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Menurut Daryanto (2014:75) aplikasi pengembangan aktivitas pembelajaran untuk meningkatkan daya menalar siswa dapat dilakukan dengan cara: guru menyusun bahan pembelajaran yang sudah siap sesuai dengan tuntutan Observing

(mengamati)

Questioning (menanya)

Associating (menalar)

Experimentil (mencoba)

(18)

kurikulum, tidak banyak ceramah, bahan pembelajaran disusun secara hierarkis, berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati, setiap kesalahan harus segera diperbaiki, perlu pengulangan, penilaian otentik, dan guru harus mencatat semua kemajuan siswa untuk kemungkinan memberikan tindakan pembelajaran perbaikan.

4. Mengolah

Pada tahapan mengolah ini, peserta didik sedapat mungkin dikondisikan belajar secara kolaboratif. Pengolahan informasi dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut.

5. Mencoba

Aplikasi metode mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

6. Menyimpulkan

Kegiatan menyimpulkan merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah, bisa dilakukan bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau bisa juga dengan dikerjakan sendiri setelah mendengarkan hasil kegiatan mengolah informasi. 7. Menyajikan

Hasil tugas yang telah dikerjakan bersama-sama secara kolaboratif dapat disajikan dalam bentuk laporan tertulis dan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan untuk portofolio.

2.1.6 Tematik Integratif

2.1.6.1 Pengertian Tematik Integratif

(19)

mewadahi dan menyentuh secara terpadu dimensi emosi, fisik, dan akademik siswa di dalam kelas atau di lingkungan sekolah.

Sedangkan pengertian mengenai tematik integratif dikemukakan oleh Yani

(2014:114) “pembelajaran tematik integratif adalah pembelajaran yang tidak

menggunakan ‘nama-nama disiplin ilmu’ sebagai nama mata pelajaran tetapi menggunakan tema-tema tertentu. Hal ini juga dijelaskan oleh Prastowo (2013: 223) yang menjelaskan bahwa pembelajaran tematik integratif merupakan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik integratif adalah adanya penggabungan dari beberapa mata pelajaran ke dalam satu tema. Sehingga pembelajaran tematik integratif dapat diartikan sebagai pembelajaran yang menggunakan tema sebagai pengait beberapa mata pelajaran.

2.1.6.2 Ciri dan Prinsip Tematik Integratif

Sesuai dengan pengertian tematik integratif yang merupakan penggabungan dari mata pelajaran, maka dapat dikatakan bahwa salah satu ciri dari tematik integratif adalah adanya keterpaduan antara mata pelajaran dalam satu tema. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2014:16) menyebutkan enam ciri dari pembelajaran tematik integrattif, yaitu: (a) berpusat pada anak, (b) memberikan pengalaman langsung pada anak, (c) pemisahan antar muatan pelajaran tidak begitu jelas, (d) menyajikan konsep dari berbagai pelajaran dalam satu proses pembelajaran, (e) bersifat luwes (keterpaduan berbagai muatan pelajaran), dan (f) hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.

Kemudian Majid (2014:89) mengemukakan beberapa prinsip yang berkenaan dengan pembelajaran tematik integratif. Prinsip tersebut adalah sebagai berikut. a. Pembelajaran tematik integratif memiliki satu tema yang aktual, dekat dengan

(20)

b. Pembelajaran tematik integratif perlu memilih materi beberapa mata pelajaran yang mungkin saling terkait. Dengan demikian, materi-materi yang dipilih dapat mengungkapkan tema secara bermakna.

c. Pembelajaran tematik integratif tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku.

d. Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema selalu mempertimbangkan karakteristik siswa seperti minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal.

e. Materi pelajaran yang dipadukan tidak terlalu dipaksakan. Artinya materi yang tidak mungkin dipadukan tidak usah dipadukan.

Dari keterangan-keterangan yang telah diutarakan, dapat dikatakan bahwa prinsip-prinsip dari pembelajaran tematik integratif harus senantiasa mengiringi karakteristik dari pembelajaran tersebut. Sebagai contoh meskipun pembelajaran tematik integratif merupakan perpaduan dari beberapa materi pelajaran namun jika materi yang terpakasa tidak bisa dipadukan, tidak perlu dipadukan.

2.1.6.3 Kelebihan dan Kelemahan Tematik Integratif

Terdapat beberapa kelebihan yang dapat diperoleh dalam penerapan pembelajaran tematik integratif. Namun, sebelum dikemukakan pendapat tentang kelebihan pembelajaran tematik integratif, berikut ini terdapat pendapat tentang kelebihan pembelajaran tematik dan pembelajaran terpadu. Menurut Majid (2014:92) kelebihan dari pembelajaran terpadu adalah sebagai berikut: (a) pengalaman dan kegiatan belajar siswa akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak; (b) kegiatan yang dipilih dapat disesuaikan dengan minat dan kebutuhan siswa; (c) seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi siswa; (d) menumbuhkembangkan keterampilan berpikir dan sosial siswa; (e) menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis; dan (f) dapat meningkatkan kerja sama.

(21)

sehingga siswa dengan mudah memahami sekaligus melakukannya; (b) siswa juga dengan mudah dapat mengaitkan hubungan materi pelajaran di mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran lainnya; dan (c) guru dapat dengan mudah menggunakan belajar siswa aktif sebagai metode pembelajaran.

Selain adanya kelebihan dalam pembelajaran tematik integratif, terdapat pula kelemahannya. Majid (2014:93) menyatakan bahwa pembelajaran terpadu memiliki kelemahan terutama dalam pelaksanaannya, yaitu pada perancangan dan pelaksanaan evaluasi yang lebih banyak menuntut guru untuk melakukan evaluasi proses, dan tidak hanya evaluasi dampak pembelajaran langsung saja. Puskur, Balitbang Diknas dalam Majid (2014:93) mengidentifikasi beberapa aspek keterbatasan pembelajaran tematik integratif, yaitu sebagai berikut.

a) Aspek Guru

Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan materi.

b) Aspek Siswa

Siswa dituntut untuk memiliki kemampuan belajar yang baik, baik dalam kemampuan akademik maupun kreativitas.

c) Aspek Sarana dan Sumber Pembelajaran

Memerlukan bahan bacaan dan sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi.

d) Aspek Kurikulum

Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman siswa (bukan pada pencapaian target penyampaian materi).

e) Aspek Penilaian

Membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh, yaitu menetapkan keberhasilan belajar siswa dari bebarapa bidang kajian terkait yang dipadukan.

(22)

merfleksikan dunia nyata anak, selaras dengan cara anak berpikir dimana anak dengan mudah dapat mengaitkan hubungan materi pelajaran di mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran lainnya, dan kegiatan yang dipilih dapat disesuaikan dengan kebituhan anak. Selain terdapat kelebihan, ada juga kelemahannya. Kelemahan tersebut antara lain membutuhkan kreativitas yang tinggi dari guru, menuntut siswa untuk aktif, membutuhkan banyak sarana dan prasarana, serta membutuhkan penilaian yang menyeluruh.

2.1.7 Desain Pengembangan ADDIE

Dalam buku Branch yang berjudul Instructional Design: The Addie Approach, istilah ADDIE merupakan singkatan dari Analyze, Design, Develop, Implement dan Evaluation. ADDIE telah banyak diterapkan dalam lingkungan belajar yang telah

dirancang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Berdasarkan landasan filosofi pendidikan penerapan ADDIE harus bersifat student center, inovatif, otentik dan inspriratif. Konsep pengembangannya sudah diterapkan sejak terbentuknya komunitas sosial. Pembuatan sebuah produk pembelajaran dengan menggunakan ADDIE merupakan sebuah kegiatan yang menggunakan perangkat yang efektif. ADDIE yang membantu menyelesaikan permasalah pembelajaran yang komplek dan juga mengembagkan produk-produk pendidikan dan pembelajaran.

Berikut ini adalah beberapa langkah-langkah pelaksanaan pengembangan model ADDIE yakni :

1) Analysis (analisa)

(23)

a. Analisis Kinerja

Analisis Kinerja dilakukan untuk mengetahui dan mengklarifikasi apakah masalah kinerja yang dihadapi memerlukan solusi berupa penyelenggaraan program pembelajaran atau perbaikan manajemen.

b. Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan merupakan langkah yang diperlukan untuk menentukan kemampuan-kemampuan atau kompetensi yang perlu dipelajari oleh siswa untuk meningkatkan kinerja atau prestasi belajar.

2) Design (desain/perancangan)

Yang dilakukan dalam tahap desain ini, pertama, merumuskan tujuan pembelajaran yang SMAR (spesifik, measurable, applicable, dan realistic). Selanjutnya menyusun tes, dimana tes tersebut harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yag telah dirumuskan tadi. Kemudian tentukanlah strategi pembelajaran media danyang tepat harusnya seperti apa untuk mencapai tujuan tersebut. Selain itu, dipertimbangkan pula sumber-sumber pendukung lain, semisal sumber belajar yang relevan, lingkungan belajar yang seperti apa seharusnya, dan lain-lain. Semua itu tertuang dalam sautu dokumen bernama blue-print yang jelas dan rinci.

3) Development (pengembangan)

(24)

4) Implementation (implementasi/eksekusi)

Implementasi adalah langkah nyata untuk menerapkan sistem pembelajaran yang sedang dibuat. Artinya, pada tahap ini semua yang telah dikembangkan dan dirancang sedemikian rupa dijadwal dengan peran atau fungsinya agar bisa diimplementasikan. Implementasi atau penyampaian materi pembelajaran merupakan langkah keempat dari model desain sistem pembelajaran ADDIE.

5) Evaluation (evaluasi/ umpan balik)

Evaluasi yaitu proses untuk melihat apakah sistem pembelajaran yang sedang dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal atau tidak. Sebenarnya tahap evaluasi bisa terjadi pada setiap empat tahap di atas. Evaluasi yang terjadi pada setiap empat tahap di atas itu dinamakan evaluasi formatif, karena tujuannya untuk kebutuhan revisi. Evaluasi merupakan langkah terakhir dari model desain sistem pembelajaran ADDIE. Evaluasi adalah sebuah proses yang dilakukan untuk memberikan nilai terhadap program pembelajaran.

2.1.8 Efektivitas Pembelajaran

Pelaksanaan suatu pembelajaran, tentu menginginkan suatu pencapaian dari tujuan. Tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan menunjukkan bahwa pembelajaran tersebut adalah efektif. Hal ini sesuai dengan pendapat menurut

Ma’mur (2011:60) pembelajaran yang efektif berarti proses pembelajaran tersebut bermakna bagi siswa. Warsita (2008:287) juga mengatakan bahwa suatu kegiatan dikatakan efektif bila kegiatan itu dapat diselesaikan pada waktu yang tepat dan mencapai tujuan yang diinginkan. Jika suatu kegiatan tersebut adalah kegiatan pembelajaran berarti kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dapat diselesaikan tepat waktu dan tercapai tujuan yang diinginkan.

(25)

tujuan pembelajaran. Tercapainya tujuan pembelajaran tersebut dapat diukur dari skor nilai yang diperoleh dalam mengerjakan soal evaluasi yang diberikan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, efektivitas pembelajaran dapat dikatakan sebagai ukuran keberhasilan dari proses pembelajaran yang telah dilakukan, apakah tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai atau tidak. Dalam penelitian ini, ukuran keberhasilan tersebut dilihat dari skor hasil belajar siswa dari tes formatif dalam satu subtema. Efektivitas pembelajaran yang dilihat dari skor hasil belajar tersebut didasarkan dari KKM yang telah ditentukan oleh sekolah. KKM yang ditetapkan di sekolah adalah KKM yang ditetapkan secara nasional dalam Kurikulum 2013, yakni 66. Jika rata-rata skor seluruh siswa dari tes formatif mencapai batas KKM maka pembelajaran dikatakan efektif, sebaliknya jika tidak mencapai batas KKM maka pembelajaran dikatakan tidak efektif.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang dikembangkan terdapat dalam tabel 1 berikut ini.

Tabel 1

Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

No. Nama

(26)

melakukan belajar.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terbukti bahwa media pembelajaran merupakan suplemen tambahan yang efektif untuk meningkatkan efektivitas belajar siswa. Dengan adanya media pembelajaran, siswa juga lebih tertarik dan termotivasi mengikuti pembelajaran. Oleh karena itu dilakukan penelitian pengembangan media video interaktif berdasarkankan pendekatan saintifik untuk pembelajaran tematik integratif pada siswa SD kelas 4 , khususnya tema 7 Cita-citaku subtema 2 Hebatnya Cita-citaku.

2.3 Kerangka Pikir

Media pembelajaran merupakan bagian dari sumber belajar yang digunakan sebagai perantara untuk menyampaikan informasi dalam proses pembelajaran pada siswa. Dalam media pembelajaran tematik ada tiga yaitu media visual, audio, dan audio visual. Media audio visual atau video adalah yang paling sempurna, karena dalam proses pembelajaran dibutuhkan media pembelajaran yang menarik, variatif, dan tidak monoton. Terutama media video yang dapat memancing respon dan interaksi dengan siswa. Sebab dengan adanya media pembelajaran yang berbetuk video interaktif yang dirancang dengan menarik, maka pelaksanaan pembelajaran tematik dapat berhasil serta siswa lebih termotivasi mengikuti pembelajaran.

(27)

pembelajaran siswa menjadi tertarik dan bersemangat mengikuti pembelajaran. Dan dengan adanya media video siswa dapat mengkonkretkan konsep-konsep yang abstrak.

Dari kelebihan dari penggunaan media video interaktif, peneliti ingin mengembangkan media pembelajaran yang berbentuk video interaktif untuk meningkatkan efektivitas belajar siswa. Media video interaktif ini nantinya akan mendampingi siswa selama proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti.

2.4 Hipotesis Penelitian

Gambar

Gambar 1 Kerucut Pengalaman Edgar Dale
Gambar 2 Langkah-langkah Pendekatan Saintifik
Tabel 1 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Referensi

Dokumen terkait

Motivasi merupakan suatu faktor pendorong bagi karyawan untuk bekerja lebih baik dan ia dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain seperti faktor internal yang berasal dari proses

Critical Scrutiny of Business Computing Power & Speed Computing Power & Speed Battle for Analytical Talent Battle for Analytical Talent Factors Factors Information

Judul Skripsi : Analisis Nilai Kerugian Petani Padi Akibat Variabilitas Cuaca dan Kaitanya dengan Asuransi Pertanian (Studi Kasus: Kabupaten Majalengka Bagian Utara).

Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampah kota terseleksi yang terdiri dari styrofoam , komponen berbahan dasar biomass (daun pisang), komponen berbahan

Violating disclosure agreements Violating disclosure agreements Breaking confidentiality Breaking confidentiality Misrepresenting results Misrepresenting results Deceiving

Sistem neraca nasional yang terintegrasi (integrated system of economic and environmental account) yang semula hanya menunjukkan aspek produksi yang dihasilkan oleh suatu negara

Prosedur pembayaran gaji spesifik bervariasi diantara perusahaan, Titik proses dijelaskan bahwa otorisasi gaji dan rincian transaksi (jam kerja) dimasukkan ke

Pada teori menyebutkan bahwa massa benda di dalam air lebih kecil dari pada massa benda di udara, berarti pada percobaan ini sudah sesuai dengan teori karena diperoleh massa benda