• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 4.1.1 Kebutuhan Desain Pelatihan Pengembangan Pembelajaran Tematik Integratif menggunakan CEM - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Desain Pelatih

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 4.1.1 Kebutuhan Desain Pelatihan Pengembangan Pembelajaran Tematik Integratif menggunakan CEM - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Desain Pelatih"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian

4.1.1 Kebutuhan Desain Pelatihan Pengembangan Pembelajaran Tematik Integratif

menggunakan CEM

(2)

kegiatan pelatihan. Namun, kegiatan tersebut tergolong jarang sekali, karena hanya dilakukan 1 tahun sekali dan tidak semua guru dapat mengikuti; d) Pelatihan yang dilakukan selama ini bersifat top down, tidak didasari oleh kebutuhan guru dalam pembelajaran; e) Oleh karena pelatihan yang dilakukan selama ini bersifat top down, maka hasil yang diperoleh belum tentu sesuai dengan kebutuhan guru dalam hal pembelajaran. Pelatihan yang dilakukan selama ini sifatnya sosialisasi dengan alokasi waktu yang terbatas, sehingga belum melibatkan guru untuk menyusun sebuah produk yang menunjang pembelajaran tematik, misalnya merancang jaring tema dan subtema sesuai kondisi lingkungan siswa.

(3)

(55%) menilai cukup dan 5 lainnya (45%) menilai baik. Pada aspek pemahaman terhadap pembelajaran tematik, 11 guru (55%) menyatakan cukup dan 9 lainnya (45%) menyatakan paham terhadap pembelajaran tematik.

Pada aspek perlunya pengembangan pembelajaran tematik berbasis lingkungan, 20 guru (100%) menyatakan perlu dilakukan pengembangan pembelajaran tematik berbasis lingkungan. Pada aspek kebutuhan akan pelatihan, 19 guru (95%) menyatakan membutuhkan pelatihan dan 1 lainnya (5%) menyatakan tidak membutuhkan. Alasan yang ditulis adalah karena tinggal beberapa bulan lagi sudah pensiun. Selanjutnya, pada aspek kesediaan mengikuti pelatihan, terdapat 19 guru (95%) yang bersedia meluangkan waktu untuk kegiatan pelatihan dan 1 lainnya (5%) menyatakan tidak bersedia dengan alasan sudah hampir pensiun.

Komponen kedua yaitu kompetensi pedagogik guru. Rekapitulasi hasil angket kompetensi pedagogik guru dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut. Tabel 4.1 Persentase Hasil Angket Kompetensi Pedagogik

Guru

Aspek yang dinilai TB C B SB Std.

UPT Gap

1. Pemahaman terhadap model

desain pembelajaran tematik 0% 65% 35% 0% 80%

B 45% 2. Kemampuan memerinci

kelebihan dan kelemahan model desain pembelajaran tematik

(4)

3. Kemampuan memilih model 5. Keterampilan menyusun jaring

tema 0% 65% 35% 0%

Sumber: diolah dari hasil angket studi kebutuhan

Ket: TB (tidak baik), C (cukup), B (baik), SB (sangat baik)

Tabel 4.1 di atas, merupakan komparasi hasil angket kompetensi pedagogik guru dengan standar UPT Dikdas LS-Simo sehingga nampak kesenjangannya. Pada aspek pemahaman terhadap model desain pembelajaran tematik, terdapat 13 guru (65%) yang menyatakan cukup dan 7 guru lainnya (35%) menyatakan memahami model desain pembelajaran tematik dengan baik. Jika dibandingkan dengan standar UPT, yaitu setidaknya terdapat 16 guru (80%) yang menyatakan baik pada aspek yang dinilai, maka nampak kesenjangannya sebesar 45%.

(5)

memerinci kelebihan dan kelemahan model desain pembelajaran tematik. Jika dibandingkan dengan standar UPT, yaitu setidaknya terdapat 16 guru (80%) yang menyatakan baik pada aspek yang dinilai, maka nampak kesenjangannya sebesar 15%.

Aspek kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik, jumlah guru yang menjawab cukup adalah sebanyak 10 guru (50%) dan 10 guru lainnya (50%) menyatakan memiliki keterampilan yang baik dalam memilih model desain pembelajaran tematik. Jika dibandingkan dengan standar UPT, yaitu setidaknya terdapat 16 guru (80%) yang menyatakan baik pada aspek yang dinilai, maka nampak kesenjangannya sebesar 30%.

Pada aspek keterampilan mentabulasikan SKL, KI, KD, dan silabus, terdapat 6 guru (30%) yang menyatakan cukup dan 14 lainnya (70%) menyatakan memiliki keterampilan yang baik dalam mentabulasikan SKL, KI, KD, dan silabus. Jika dibandingkan dengan standar UPT, yaitu setidaknya 16 guru (80%) menyatakan baik, maka kesenjanganya hanya adalah sebesar 10%.

(6)

memiliki kemampuan yang baik dalam menyusun jaring tema, maka kesenjangan yang muncul sebesar 45%.

Pada aspek pemahaman terhadap model-model pembelajaran, terdapat 9 guru (45%) yang menjawab cukup dan 11 lainnya (55%) menyatakan memiliki pemahaman yang baik terhadap model-model pembelajaran. Jika dibandingkan dengan standar UPT, minimal 16 guru (80%) memiliki pemahaman yang baik terhadap model-model pembelajaran, maka kesenjangan yang nampak adalah sebesar 25%.

Pada aspek kemampuan memilih model-model pembelajaran, ada 9 guru (45%) yang menyatakan cukup dan 11 lainnya (55%) menyatakan baik dalam memilih model-model pembelajaran. Jika dibandingkan dengan standar UPT, yaitu minimal 16 guru (80%) menyatakan baik dalam memilih model-model pembelajaran, maka besar kesenjanganya adalah 25%.

(7)

dalam merancang skenario pembelajaran, maka kesenjangan yang nampak adalah sebesar 40%.

Pada aspek keterampilan menentukan teknik penilaian, terdapat 13 guru (65%) yang menyatakan cukup dan 7 lainnya (35%) menyatakan baik dalam menentukan teknik penilaian. Jika dibandingkan dengan standar UPT, yaitu minimal 16 guru (80%) menyatakan baik dalam menentukan teknik penilaian, maka kesenjangan yang nampak adalah sebesar 45%.

Pada aspek terakhir yaitu menyusun instrumen penilaian, terdapat 15 guru (75%) yang menyatakan cukup dan 5 lainnya (25%) menyatakan memiliki keterampilan yang baik dalam menyusun instrumen penilaian. Jika dibandingkan dengan standar UPT, yaitu minimal 16 guru (80%) menyatakan baik dalam menyusun instrumen penilaian, maka nampak kesenjangannya sebesar 55%.

4.1.2 Hasil Pengembangan Desain Pelatihan

Pengembangan Pembelajaran Tematik

Integratif menggunakan CEM

(8)

pembelajaran tematik integratif seperti telah diuraikan pada bagian 4.1.1 di atas. Pengembangan desain pelatihan Pengembangan Pembelajaran Tematik Integratif menggunakan CEM ini diambil dari teori Nadler (1988: 1).

Seperti telah dijelaskan pada Bab III, proses mendesain pelatihan CEM ini terdiri atas delapan tahap, yaitu (1) mengidentifikasi kebutuhan lembaga, (2) spesifikasi pelaksanaan pekerjaan, (3) mengidentifikasi kebutuhan peserta, (4) menentukan tujuan, (5) memilih kurikulum, (6) menentukan strategi pembelajaran, (7) menentukan sumber-sumber pembelajaran, dan (8) melakukan pelatihan.

(9)

kebutuhan sekolah terkait kompetensi guru dalam mengembangkan pembelajaran tematik integratif. Solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan sekolah tersebut adalah memberikan pelatihan kepada guru-guru yang mempunyai kompetensi rendah dalam hal mengembangkan pembelajaran. Umpan balik yang diperoleh adalah semestinya identifikasi masalah tidak hanya dilakukan kepada kepala UPT saja, namun juga dilakukan dengan kepala sekolah.

Kedua, menspesifikasikan kinerja guru. Spesifikasi kinerja guru dalam mengembangkan pembelajaran tematik integratif dituangkan dalam bentuk Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pelatihan yang diambil dari Permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru. Evaluasi pada tahap ini mendapatkan hasil bahwa pelatihan betul-betul dibutuhkan. Pada tahap kedua ini diperoleh umpan balik bahwa ada baiknya jika spesifikasi kinerja guru diambil semua dari 10 aspek yang terdapat pada Permendiknas No. 16 Tahun 2007, tidak hanya 3 aspek saja.

(10)

guru ideal (yang harapkan UPT). Hasil evaluasi tahap ini menunjukkan bahwa guru memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi agar mutu pendidikan dapat meningkat. Salah satu langkah yang harus dilakukan saat ini adalah memberikan pelatihan kepada guru agar kebutuhan dalah hal pembelajaran dapat terpenuhi. Umpan balik yang diterima adalah ada baiknya jika analisis kebutuhan guru dilakukan melalui tes, tidak hanya angket.

Keempat, menentukan tujuan pelatihan. Tujuan pelatihan dirumuskan berdasarkan indikator yang telah dikembangkan dari SK dan KD pelatihan. Hasil evaluasi tahap empat ini menunjukkan bahwa tujuan pelatihan sudah sesuai dengan kebutuhan guru dan institusi. Namun agak rancu dengan tujuan penelitian. Pada tahap ini terdapat masukan, yaitu sebaiknya dipisahkan antara tujuan pelatihan dan tujuan penelitian.

(11)

kelayakan materi pelatihan, telah divalidasi oleh dua orang ahli materi pelatihan. Hasil evaluasi langkah ini adalah materi pelatihan ini sudah menjawab kebutuhan guru dan dapat diujicobakan dengan beberapa perbaikan. Sehingga setelah materi ini disajikan, dimungkinkan kebutuhan guru akan terpenuhi. Hanya saja materi terlalu banyak. Umpan balik yang diterima yaitu sebaiknya materi diringkas saja.

Langkah selanjutnya adalah memilih strategi pembelajaran. Pemilihan strategi pelatihan ini berupa aktivitas instruktur dan peserta pelatihan di konkretkan dalam bentuk silabus dan RPP pelatihan yang telah divalidasi oleh dua orang ahli desain pelatihan. Hasil evaluasi langkah enam ini menunjukkan bahwa strategi pelatihan telah disesuaikan dengan materi pelatihan dengan memperhatikan karakteristik peserta pelatihan. Hanya saja metode pembelajaran pada setiap RPP menggunakan metode yang sama. Umpan balik yang diterima yaitu sebaiknya metode yang digunakan berbeda-beda, sehingga peserta tidak mudah bosan.

(12)

dan peserta. Adapun sumber daya fisik yang telah dipersiapkan meliputi ruang pelatihan,

soundsystem, ATK, dll. Evaluasi pada tahap ini telah dilakukan dan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa sumber daya manusia, sumber daya fisik, dan finansial telah tersedia maka kegiatan pelatihan siap diimplementasikan. Sayangnya, instruktur pelatihan hanya ada 1, hal ini menyebabkan peserta bosan. Umpan balik yang diterima yaitu, jika memungkinkan, sebaiknya instruktur ditambah.

Langkah yang terakhir adalah melaksanakan pelatihan. Evaluasi pelaksanaan pelatihan ini dipaparkan pada bagian hasil uji coba terbatas.

Secara lebih rinci hasil evaluasi dan umpan balik langkah-langkah CEM dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2 Hasil Evaluasi dan Umpan Balik Langkah-langkah CEM

Langkah 1

Pertanyaan Hasil Evaluasi

Apakah telah ditemukan permasalahan yang menjadi kebutuhan sekolah?

Perancang telah menemukan permasalahan yang menjadi kebutuhan sekolah, terkait kompetensi guru dalam mengembangkan pembelajaran tematik integratif SD. Namun baru melibatkan kepala UPT saja belum melibatkan pihak sekolah untuk mengidentifikasi masalah, seperti kepala sekolah.

Apakah masalah dan kebutuhan dinyatakan dengan jelas secara tertulis?

Ya, masalah dan kebutuhan telah dinyatakan secara tertulis.

(13)

Dikdas telah menyetujui adanya permasalahan tersebut?

disetujui oleh pihak sekolah dan UPTD Dikdas.

Apakah disepakati bahwa pelatihan adalah solusi yang tepat untuk memecahkan masalah yang ditemukan? Jangan-jangan sudah bisa dipecahkan hanya dengan kegiatan pengadaan buku-buku kurikulum 2013, tidak perlu pelatihan.

Untuk meningkatkan kompetensi guru dalam mengembangkan pembelajaran tematik integratif, guru tidak cukup hanya diberi buku panduan kurikulum 2013. Hal itu disebabkan karena motivasi guru untuk belajar berbeda-beda, sehingga tidak ada jaminan buku panduan kurikulum 2013 betul-betul dipelajari oleh guru. Oleh karena itu, disepakati bahwa program pelatihan merupakan solusi terbaik dari permasalahan yang ditemukan.

Apakah perlu dirancang program pelatihan untuk mengatasi permasalahan tersebut?

Perlu dirancang program pelatihan untuk memetakan sumber daya dan dana yang dibutuhkan.

Apakah telah ada keputusan khusus untuk mulai merancang sebuah program pelatihan?

Telah diputuskan oleh pihak sekolah dan UPTD Dikdas untuk mulai merancang pelatihan dalam rangka mengatasi kebutuhan yang ditemukan. Program pelatihan dirancang khusus untuk mengatasi masalah yang ditemukan. Apakah telah dilakukan

perancangan yang melibatkan berbagai pihak dari sekolah dan UPTD Dikdas untuk merancang pelatihan?

Ya. Program pelatihan dirancang oleh peneliti dan disetujui oleh pihak sekolah dan UPTD Dikdas.

Umpan balik: semestinya identifikasi masalah tidak hanya dilakukan dengan kepala UPT saja, melainkan juga melibatkan kepala sekolah dasar di kecamatan Simo.

Langkah 2

Pertanyaan Hasil Evaluasi

Menginjak tahap yang kedua, apakah perancangan program pelatihan sebagai solusi dari masalah yang muncul dapat dilanjutkan?

Dapat dilanjutkan

(14)

spesifikasi kinerja guru dalam bentuk Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pelatihan yang

diharapkan dapat

meningkatkan kinerja guru

dalam implementasi

Kurikulum 2013?

SD/MI dalam bentuk Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pelatihan. Spesifikasi kinerja guru tersebut diambil dari Permendiknas nomor 16 tahun 2007, sehingga spesifikasi kinerja guru sesuai dengan tuntutan pemerintah.

Apakah spesifikasi kinerja guru dalam bentuk Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pelatihan telah disepakati oleh pihak sekolah dan UPTD Dikdas?

Ya. Kinerja guru yang telah dispesifikasikan oleh perancang selanjutnya didiskusikan dengan pihak sekolah dan UPTD Dikdas, sehingga kinerja guru yang dispesifikasikan oleh perancang sesuai dengan harapan sekolah dan UPTD Dikdas.

Apakah disepakati bahwa sekolah dan UPTD Dikdas bersedia mengalokasikan waktu untuk program pelatihan?

Telah disepakati bahwa pihak UPTD dan sekolah bersedia mengalokasikan waktu untuk pelatihan dalam rangka memecahkan permasalahan guru.

Umpan balik: alangkah baiknya jika 10 aspek yang terdapat dalam permendiknas nomor 16 tahun 2007 dispesifikasikan semua, tidak hanya 3 aspek saja.

Langkah 3

Pertanyaan Hasil Evaluasi

Bagaimana cara yang

dilakukan untuk

mengidentifikasi

kebutuhan masing-masing guru? Apakah guru diberikan tes, wawancara, angket atau yang lainnya?

Identifikasi kebutuhan guru dilakukan dengan cara pemberian angket dan tes kepada guru yang menerapkan kurikulum 2013. Selain itu juga dilakukan wawancara dengan pihak UPTD Dikdas terkait kinerja guru melaksanakan pembelajaran.

Jika kebutuhan guru terpenuhi, apakah kinerja guru bisa lebih baik atau meningkat?

Jika kebutuhan guru terpenuhi, dan guru tersebut mempunyai komitmen juga tanggungjawab, dimungkinkan akan meningkatkan kinerja guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2013. Jika kebutuhan guru

terpenuhi, apakah permasalahan institusi akan terpecahkan?

(15)

Seberapa penting dan genting permasalahan kebutuhan guru tersebut untuk diatasi?

Pentingnya kebutuhan guru untuk diatasi adalah karena kebutuhan guru merupakan akar dari permasalahan institusi (sekolah). Jika kompetensi guru tidak dapat mencapai standar yang ditetapkan pemerintah, tentu akan menyebabkan pembelajaran tidak bermutu dan pada akhirnya berdampak pada output yaitu lulusan yang tidak berkompeten. Oleh karena itu, dipandang genting untuk segera mencari solusi terbaik dalam rangka mengatasi permasalahan guru, mengingat dampak yang ditimbulkan tidak hanya merugikan institusi tetapi juga siswa.

Untuk mengatasi

kebutuhan guru, apakah pelatihan merupakan solusi terbaik?

Ya. Untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan tentang cara mengembangkan pembelajaran tematik integratif tidak cukup dengan memberikan buku panduan kurikulum 2013 ataupun sosialisasi, melainkan perlu diberikan pelatihan sehingga guru dapat berlatih/praktik mengembangkan pembelajaran, berkonsultasi dengan instruktur, dan berdiskusi dengan teman sejawat.

Apakah para guru yang tentang cara mengembangkan pembelajaran kurikulum 2013 bersedia diberikan pelatihan. Hal ini telah dinyatakan oleh masing-masing guru pada angket yang diberikan.

Umpan balik: jika memungkinkan, alangkah lebih baik analisis kebutuhan guru-guru dilakukan melalui tes.

Langkah 4

Pertanyaan Hasil Evaluasi

Apakah tujuan umum pelatihan yang dirumuskan perancang dapat diterima oleh pihak sekolah dan UPTD Dikdas?

Ya, dapat. Sejauh ini pihak sekolah maupun UPTD belum pernah menyelenggarakan pelatihan menggunakan Critical Events Model

(16)

pelatihan menggunakan Critical Events Model (CEM). Namun, tujuan pelatihan rancu dengan tujuan penelitian. Perlu di pilah terlebih dahulu sehingga dapat diterima.

Apakah tujuan khusus pelatihan dapat diterima oleh pihak sekolah dan UPTD Dikdas?

Ya, dapat; Karena perumusan tujuan pada program pelatihan ini didasari oleh kebutuhan guru dan institusi.

Apakah semua kebutuhan institusi dan guru telah tercermin dalam rumusan tujuan?

Ya. Kebutuhan institusi yang berakar dari kebutuhan guru telah tercermin dalam rumusan tujuan khusus meningkatkan kompetensi guru dalam mengembangkan pembelajaran tematik integratif.

Adakah tujuan pelatihan yang diprioritaskan?

Tidak ada.

Apakah rumusan tujuan pelatihan sinkron dengan indikator kinerja guru?

Sinkron, karena indikator kinerja guru dijabarkan dari tujuan pelatihan.

Umpan balik: sebaiknya dibedakan antara tujuan pelatihan dengan tujuan penelitian. Perlu ada perbaikan pada tujuan umum dan khusus (sesuai catatan).

Langkah 5

Pertanyaan Hasil Evaluasi

Bagaimana proses penyusunan materi pelatihan? Apakah disusun oleh perancang pelatihan, disusun oleh instruktur, atau menggunakan materi dari Kemendikbud?

Materi pelatihan disusun oleh perancang pelatihan dengan mengadopsi materi dari Kemendikbud dan dari berbagai sumber lain yang relevan dan mutakhir.

Apakah materi pelatihan memenuhi tujuan yang telah dirumuskan?

Materi dikembangkan dari kebutuhan yang tercermin dalam tujuan. Sehingga materi yang dikembangkan memenuhi tujuan yang telah dirumuskan. Namun materi terlalu banyak, mungkin bisa dibuat ringkas saja.

Jika materi pelatihan dikuasai oleh guru, apakah kebutuhan guru akan terpenuhi?

Ya.

(17)

relevan untuk meningkatkan kinerja guru?

untuk menjawab kebutuhan guru. Jika kebutuhan guru telah terpenuhi, maka pada gilirannya akan meningkatkan kinerja guru.

Apakah materi pelatihan relevan dengan kebutuhan sekolah terkait dengan kompetensi guru?

Relevan. Secara tidak langsung, materi pelatihan yang dikembangkan relevan dengan kebutuhan sekolah. Pada dasarnya materi pelatihan dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan guru. Jika kebutuhan guru telah terpenuhi dan kinerjanya meningkat, maka kebutuhan sekolahpun juga terpenuhi.

Umpan balik: materi sebaiknya diringkas saja tidak usah terlalu banyak.

Langkah 6

Pertanyaan Hasil Evaluasi

Apakah strategi atau metode pembelajaran dirancang sesuai dengan materi pelatihan?

Ya. Pemilihan strategi atau metode pembelajaran disesuaikan dengan materi pelatihan.

Apakah pemilihan strategi pembelajaran yang direncanakan dapat diterapkan dalam pelatihan?

Dapat. Strategi pembelajaran telah dipilih dengan memperhatikan karakteristik peserta pelatihan, lingkungan belajar, dan kompetensi instruktur.

Jika lesson plans atau RPP pelatihan dilaksanakan, akankah tujuan pelatihan dapat tercapai?

Ya. Jika lesson plans atau RPP pelatihan dilaksanakan diikuti dengan komitmen instruktur & peserta pelatihan, juga penguasaan materi oleh peserta pelatihan, maka tujuan pelatihan dapat tercapai. Apakah lesson plans atau mencerminkan kebutuhan guru. Misal: guru belum mampu menyusun instrumen penilaian sikap dan keterampilan, maka pada lesson plans atau RPP pelatihan terdapat langkah dimana guru berkesempatan untuk berlatih, berdiskusi, dan berkonsultasi tentang cara menyusun instrumen penilaian sikap dan keterampilan.

Jika lesson plans atau RPP pelatihan digunakan,

(18)

apakah akan berkaitan dengan kinerja guru?

terpenuhi, maka akan berpengaruh positif pada kinerja guru.

Jika pelatihan dilakukan berpedoman pada lesson plans atau RPP, apakah permasalahan institusi akan terpecahkan?

Ya. Jika pelaksanaan pelatihan berpedoman pada lesson plans atau RPP yang telah disusun dan tujuan pembelajaran dapat dicapai oleh guru, maka kebutuhan guru akan terpenuhi. Setelah kebutuhan guru terpenuhi maka permasalahan sekolahpun akan terpecahkan.

Umpan balik: sebainya metode pembelajaran dalam pelatihan berbeda-beda, sehingga peserta pelatihan tidak bosan.

Langkah 7

Pertanyaan Hasil Evaluasi

Apakah sumber daya manusia, sumber daya fisik, dan finansial pelatihan tersedia?

Tersedia, yaitu Sumber Daya Manusia (Supervisor, Instruktur, Pengelola, dan Peserta); sumber daya fisik (ruang pelatihan, soundsystem, ATK); finansial (anggaran)

Siapakah yang akan menjadi instruktur pelatihan? Apakah memiliki kompetensi yang memadai?

Pengewas SD yang sudah mempunyai sertifikat sebagai Instruktur Nasional. Instruktur pelatihan yang dipilih adalah instruktur yang berkompeten di bidang Kurikulum 2013

Akankah instruktur yang ditunjuk bersedia memberikan pelatihan?

Bersedia. Sayangnya, instruktur hanya satu, hal ini menimbulkan perasaan bosan bagi peserta.

Apakah instruktur diberikan pembekalan awal dari perancang pelatihan sebelum memulai pelatihan?

Ya. Sebelum pelaksanaan pelatihan, instruktur mendapatkan pembekalan awal dari perancang pelatihan agar pelaksanaan pelatihan dapat berjalan sesuai rancangan.

Siapakah yang akan menjadi peserta pelatihan?

Peserta pelatihan adalah guru-guru SD/MI kelas 4 yang sudah menerapkan kurikulum 2013 (yang mempunyai kebutuhan tentang pembelajaran tematik integratif) dan siap mengimplementasikan hasil pelatihan di sekolah masing-masing. Akankah peserta yang ditunjuk

bersedia mengikuti pelatihan?

(19)

mempunyai kebutuhan. Siapakah yang menjadi supervisor

dalam pelatihan? Apakah memiliki kompetensi yang memadai?

Supervisor yang dipilih untuk meninjau perancangan dan pelaksanaan pelatihan adalah Ka.UPTD Dikdas yang telah berkompeten dalam hal pelatihan. Akankah supervisor bersedia hadir

ketika pelaksanaan pelatihan?

Bersedia

Apakah supervisor memerlukan instruksi awal dari perancang pelatihan sebelum meninjau pelatihan?

Ya. Supervisor mendapatkan instruksi awal dari perancang untuk meninjau pelaksanaan pelatihan dengan menggunakan instrumen evaluasi.

Siapakah yang menjadi pengelola/panitia pelaksanaan pelatihan?

Pengelola/panitia pelatihan adalah beberapa staf UPTD Dikdas.

Akankah pengelola/panitia yang ditunjuk bersedia melaksanakan tugasnya ketika pelaksanaan pelatihan?

Bersedia.

Bahan-bahan pelatihan apa sajakah yang perlu dipersiapkan?

Materi pelatihan, alat tulis kantor, tanda pengenal

Apakah bahan-bahan pelatihan telah disiapkan?

Telah disiapkan

Peralatan pelatihan apasajakah yang perlu dipersiapkan?

LCD, proyektor, microphone

Apakah peralatan tersebut telah dipersiapkan?

Telah disiapkan

Sudahkah ada perkiraan dana sebelumnya?

Sudah, yaitu sebesar kurang lebih Rp. 4.000.000,-

Apa saja yang termasuk dalam anggaran?

Sewa gedung, honorarium instruktur, transportasi peserta, honorarium supervisor, panitia, konsumsi, dll.

Akankah pelatihan menggunakan biaya secara efektif?

Ya, telah dialokasikan secara detail.

Siapa yang akan dikenai biaya dalam pelatihan?

Perancang pelatihan (dalam rangka penelitian tesis)

Apakah ada alternatif lain terkait anggaran?

Tidak ada

Setelah mengevaluasi beberapa aspek (dari langkah 1 sampai dengan 7), apakah rancangan

(20)

pelatihan dapat diimplementasikan?

Umpan balik: Jika memungkinkan, Instruktur sebaiknya ditambah.

Langkah 8

Pertanyaan Hasil Evaluasi

a. Setelah melaksanakan pelatihan, apakah hasil pelatihan telah memecahkan masalah institusi dan guru?

Ya, sejauh ini telah memecahkan masalah institusi dan guru. namun keberhasilan ini harus ditindaklanjuti agar tidak menurun atau muncul permasalahan yang baru.

b. Apakah ada kebutuhan untuk mengulangi pelatihan?

Tidak ada

c. Jika program pelatihan perlu diulang, modifikasi atau perbaikan seperti apakah yang dapat menjawab kebutuhuan?

Tidak perlu diulang.

Umpan balik: sebaiknya panitia tidak ada yang dating terlambat, hingga tugasnya harus diambil alih oleh panitia yang lainnya.

a. Tingkat Validitas dan Kualitas Produk Desain

Pelatihan Pengembangan Pembelajaran

Tematik Integratif SD

(21)

Endang Purwaningsih, M.Pd kepala SDN 1 Simo-Boyolali. Sedangkan validator ahli materi pelatihan tentang pembelajaran tematik integratif SD adalah Dr. Mawardi, M.Pd, dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar - FKIP UKSW Salatiga dan Drs. Abdul Basith, M.Pd.I, kepala Madrasah Ibtidayah Pulutan-Salatiga.

1. Hasil Uji Tingkat Validitas Produk Desain Pelatihan Pengembangan Pembelajaran Tematik Integratif SD oleh Ahli

a) Tingkat Validitas Silabus dan RPP Pelatihan

Seperti telah dipaparkan pada Bab III, bahwa produk desain pelatihan akan divalidasi oleh ahli dengan menggunakan instrumen rubrik penilaian. Instrumen rubrik penilaian desain pelatihan ini mencakup dua komponen, yaitu komponen silabus (8 item) dan komponen Rencana Pelaksanaan Pelatihan (10 item). Dokumen rubrik penilaian otentik yang telah diisi oleh para ahli desain pelatihan dapat dilihat pada lampiran. Hasil penilaian para ahli terhadap desain pelatihan disajikan pada tabel 4.3 dan 4.4 berikut.

Tabel 4.3 Penilaian ahli desain pelatihan terhadap silabus

No Aspek yang dinilai

Skor Ahli

Desain Re

rata

(22)

1. Kelengkapan identitas silabus 5 4 4.5 2. Kualitas perumusan Kompetensi

Dasar

4 4 4

3. Kualitas perumusan indikator 5 4 4.5 4. Relevansi antara KD, indikator,

materi dan evaluasi

4 4 4

5. Kualitas pengembangan materi pelatihan

5 4 4.5

6. Kejelasan kegiatan pelatihan 4 4 4 7. Kesesuaian jenis dan deskripsi

bahan dengan materi

3 4 3.5

8. Ketepatan penentuan alokasi waktu

4 4 4

Jumlah skor 34 32 33

Skor Persentase 85% 80% 83%

Sumber: diolah dari hasil penilaian ahli terhadap silabus

Hasil penilaian ahli desain pelatihan terhadap silabus seperti pada tabel 4.2, nampak bahwa persentase skor dari ahli 1 sebesar 85%, ahli 2 sebesar 80%, dan rata-rata dari kedua ahli adalah 83%. Berdasarkan kategori hasil uji validasi ahli seperti telah dipaparkan pada Bab III, maka skor persentase dari ahli 1, ahli 2, dan rerata kedua ahli masuk dalam kategori sangat tinggi. Hal ini berarti bahwa desain pelatihan Pengembangan Pembelajaran Tematik Integratif SD berupa silabus ini layak untuk diujicobakan secara terbatas.

Tabel 4.4 Penilaian ahli desain pelatihan terhadap RPP

No. Aspek yang dinilai

Skor Ahli

Desain Re

rata

1 2

(23)

KD, tujuan, metode, langkah-langkah pembelajaran, sumber dan bahan belajar, penilaian) 2. Kesesuaian rumusan tujuan

dengan indikator

4 4 4

3. Ketepatan perumusan tujuan dalam mencapai kompetensi

4 4 4

4. Cakupan materi 4 4 4

5. Kejelasan skenario pelatihan 5 4 4.5 6. Urutan langkah-langkah

pembelajaran

5 4 4.5

7. Ketepatan metode pembelajaran 3 4 3.5 8. Kesesuaian pemilihan alat dan

bahan dengan metode pelatihan

3 4 3.5

9. Ketepatan penentuan alokasi waktu dengan materi

3 4 3.5

10. Kesesuaian teknik penilaian dengan indikator

4 3 3.5

Jumlah Skor 39 39 39

Skor persentase 78% 78% 78%

Sumber: diolah dari hasil penilaian ahli terhadap RPP

(24)

Disamping memberikan penilaian terhadap silabus dan RPP pelatihan, para ahli desain pelatihan juga memberikan saran-saran untuk perbaikan. Saran-saran yang diberikan oleh ahli desain pelatihan 1 adalah sebagai berikut:

a) Perbaiki lembar evaluasi setiap langkah CEM, agar menggambarkan bahwa setiap langkah CEM

dikritisi oleh supervisor.

b) Lengkapi desain pelatihan dengan panduan instruktur, panduan peserta, panduan pengelola, dan panduan supervisor.

c) Tambahkan metode pelatihan pada RPP.

d) Tambahkan jaminan keberhasilan implementasi pelatihan.

e) Gunakan istilah secara konsisten “model pelatihan” atau “desain pelatihan”.

f) Perbaiki kata pengantar.

Saran-saran yang diberikan oleh ahli desain pelatihan 2 adalah sebagai berikut:

a) Sebaiknya tulisan Madrasah Ibtidaiyah dihapus saja karena UPT hanya mengelola SD Negeri dan Swasta.

b) Sinkronkan antara indikator dengan instrumen penilaian yang disusun.

(25)

d) Perbaiki penulisan “UPTD Dikdas Kecamatan Simo”, yang tepat adalah “UPT Dikdas LS Kecamatan Simo”.

e) Bedakan dan perbaiki rumusan tujuan umum dan khusus. Sebaiknya tujuan penelitian tidak perlu dimasukkan pada tujuan pelatihan.

b) Tingkat Validitas Materi Pelatihan

Produk materi pelatihan tentang pembelajaran tematik integratif SD, divalidasi menggunakan instrumen berupa rubrik penilaian. Instrumen tersebut terdiri dari 25 item pernyataan. Dokumen rubrik penilaian otentik yang telah diisi oleh para ahli materi pembelajaran tematik integratif dapat dilihat pada lampiran. Pada tabel 4.4 berikut disajikan hasil penilaian para ahli materi pembelajaran tematik integratif.

Tabel 4.5 Penilaian Ahli Materi Pembelajaran Tematik Integratif

No Aspek yang dinilai

Skor Ahli Desain

Re rata

1 2

1. Kesesuaian materi dengan indikator

5 5 5

2. Kesesuaian kedalaman materi dengan indikator

4 4 4

3. Kesesuaian keluasan materi dengan indikator

5 4 4.5

4. Materi yang dikembangkan mendorong rasa ingin tahu guru

4 4 4

(26)

memperkaya pengetahuan dan wawasan guru

6. Keakuratan fakta atau data yang digunakan

3 4 3.5

7. Keakuratan konsep atau definisi yang digunakan

4 4 4

8. Keakuratan prinsip atau pernyataan kaidah yang digunakan

4 4 4

9. Keakuratan prosedur yang digunakan

4 4 4

10. Keakuratan ilustrasi, gambar, dan diagram

5 4 4.5

11. Keakuratan istilah yang digunakan

5 4 4.5

12. Relevansi materi dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terbaru.

4 4 4

13. Kemutakhiran contoh kasus yang digunakan

3 4 3.5

14. Kemutakhiran sumber pustaka 4 4 4 15. Kemutakhiran foto/gambar yang

digunakan

5 4 4.5

16. Keruntutan materi 4 4 4 17. Kualitas gambar dalam materi. 5 4 4.5 18. Ketepatan ukuran gambar dalam

materi

4 4 4

19. Ketepatan struktur kalimat 4 5 4.5 20. Keefektifan kalimat 4 5 4.5 21. Kebakuan istilah 4 4 4 22. Kemudahan informasi/pesan

untuk dipahami

4 5 4.5

23. Keterpaduan antarparagraf 4 5 4.5 24. Kekonsistenan dalam penggunaan

istilah

4 5 4.5

25. Kekonsistenan dalam menggunakan tanda baca

4 5 4.5

Jumlah Skor 104 107 106

(27)

Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa skor persentase penilaian ahli 1 sebesar 83%, dan ahli 2 sebesar 86%. Rata-rata skor persentase

kedua ahli adalah 85%. Berdasarkan kategori hasil uji validasi ahli, skor persentase penilaian ahli 1, ahli 2, dan rata-rata ahli 1 dan 2 masuk pada kategori sangat tinggi. Hal ini berarti bahwa materi pelatihan Pengembangan Pembelajaran Tematik Integratif SD berupa RPP ini layak untuk diujicobakan secara terbatas.

Disamping memberikan penilaian terhadap materi pelatihan, ahli materi 1 juga memberikan saran-saran untuk perbaikan. Namun ahli materi 2 tidak memberikan saran pada penilaian. Adapun saran-saran yang diberikan oleh ahli materi 1 adalah sebagai berikut:

Unit 1:

a) Perlu kecermatan dalam editing penomoran. Lihat halaman 59. … F. Penilaian …, mulai angka 5, seharusnya 1.

b) Perbaiki kutipan halaman 63 “Tim Pengembang PGSD (1997)” dengan mengecek sumbernya.

(28)

mendukung fakta yang digunakan dalam mengembangkan materi.

d) Perbaiki tata tulis. Lihat halaman 66 Langkah-langkah mendesain pembelajaran Ayu Tia Wilis, tidak ada angka 2-nya.

e) Lengkapi dengan materi dalam bentuk

PowerPoint. Unit 2:

a) Perbaiki pengetikan dan editing. Lihat halaman 71, F. Teknik Penilaian Indikator 8.2, 8.3, dst. b) Tambahkan contoh hasil tabulasi analisis SKL,

KI, KD, dan Silabus.

c) Perbaiki halaman 77. Analisis SKL, KI, KD, dan Silabus bagian D. petunjuk no.1 dan 2 sama. d) Tambahkan materi dalam bentuk PowerPoint. Unit 3:

a) Perbaiki pengetikan/penomoran halaman 80. F. No. 5.5, dst.

b) Perbaiki kalimat pada paragraf pertama halaman 81, terdapat lompatan ide.

c) Tambahkan contoh hasil pengembangan implementasi model pembelajaran.

(29)

Unit 4:

a) Perbaiki pengetikan halaman 91. F.

b) Tambahkan contoh hasil pengembangan instrumen penilaian yang dibuat oleh guru SD, khususnya ranah sikap.

c) Tambahkan materi dalam bentuk PowerPoint. Unit 5:

a) Perbaiki editing dan tata tulis.

b) Halaman 114, dst. No. 5. Mengidentifikasi dan Mengembangkan … nomornya 5 atau e?

c) Tambahkan contoh RPP hasil kerja guru SD. d) Tambahkan materi dalam bentuk PowerPoint.

2. Revisi Produk Desain Pembelajaran

Pengembangan Pembelajaran Tematik Integratif SD

(30)

lebih jelas perbedaan sebelum dan sesudah direvisi dapat dilihat pada lampiran nomor 11.

1) Revisi Silabus dan RPP Pelatihan

Berikut adalah hasil revisi silabus dan RPP pelatihan yang telah dilakukan.

a) Lembar evaluasi setiap langkah CEM telah direvisi sehingga menggambarkan bahwa setiap langkah CEM dikritisi oleh supervisor. b) Produk telah dilengkapi dengan panduan

instruktur, panduan peserta, panduan pengelola, dan panduan supervisor.

c) Pada RPP setiap sesi pelatihan telah ditambahkan metode pembelajaran yaitu ceramah, tanya jawab, diskusi, dan presentasi.

d) Telah ditambahkan jaminan keberhasilan implementasi pelatihan.

e) Telah direvisi sehingga konsisten menggunakan “desain pelatihan”.

f) Kata pengantar telah diperbaiki.

g) Telah direvisi dengan menghapus tulisan Madrasah Ibtidaiyah.

(31)

i) Lembar evaluasi langkah CEM telah diperbaiki dengan menggunakan kata-kata yang operasional.

j) Penulisan “UPTD Dikdas Kecamatan Simo”, telah diganti dengan “UPT Dikdas LS Kecamatan Simo”.

k) Telah direvisi rumusan tujuan khusus dan umum serta telah dihapus tujuan penelitian yang ada pada tujuan pelatihan.

2) Revisi Materi Pelatihan

a. Telah diperbaiki editing pengetikan dan penomoran hal. 59 pada bagian F. Penilaian dimulai angka 1; tata tulis pada hal. 66; petunjuk lembar kerja peserta pada hal. 77 penomoran pada hal. 114 “e”; penomoran pada hal. 80; pengetikan pada hal. 91 F; dst. b. Telah direvisi sumber kutipan “Tim

Pengembang PGSD (1997)” diganti dengan sumber yang lebih mutakhir yaitu “Mawardi dan Bambang S. Sulasmono (2011: 96)”.

c. Telah ditambahkan contoh jaring tema yang dikembangkan oleh pemerintah.

(32)

e. Kalimat pada paragraf pertama halaman 81 telah direvisi sehingga sudah tidak ada lompatan ide.

f. Telah ditambahkan contoh hasil pengembangan implementasi model pembelajaran.

g. Kegiatan pembelajaran telah diganti dengan sintak model.

h. Telah ditambahkan contoh hasil pengembangan instrumen penilaian yang dibuat oleh guru SD, khususnya ranah sikap. i. Telah ditambahkan contoh RPP hasil kerja

guru SD.

j. Telah dilengkapi dengan materi dalam bentuk

PowerPoint pada setiap Unit.

b. Hasil Uji Coba Terbatas

1. Deskripsi Kompetensi Pedagogik Guru

(33)

dalam pelatihan ini adalah 10 orang guru kelas 4 SD di Kecamatan Simo.

Pelaksanaan uji coba terbatas dilakukan pada tanggal 20 dan 23 November 2017. Alokasi waktu adalah 16 jam tatap muka dan 16 jam tugas mandiri tanpa tatap muka. Proses pelatihan pengembangan pembelajaran tematik integratif berpedoman pada RPP yang telah disusun. Kegiatan ujicoba meliputi pretes untuk mengukur kompetensi pedagogik guru sebelum pelatihan, kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup, serta postes untuk mengukur kompetensi pedagogik guru setelah pelatihan.

(34)

dilanjutkan pada sesi mandiri tanpa tatap muka. Meskipun demikian, setiap kelompok harus mempresentasikan progress ataupun hasil yang didapat untuk memperoleh masukan dari instruktur dan teman sejawat.

Pada kegiatan penutup, peserta melakukan refleksi terhadap proses belajarnya dan instruktur menginisiasi peserta untuk melanjutkan tugasnya secara mandiri tanpa tatap muka.

Selama peserta mengerjakan tugas mandiri, peserta dapat berkonsultasi dengan instruktur via email. Kegiatan uji coba pelatihan ini diakhiri dengan postes untuk mengukur kompetensi pedagogik guru setelah melakukan pelatihan. Tabel 4.5 berikut \memaparkan data hasil pretes dan postes guru.

Tabel 4.6 Data Hasil Pretes dan Postes

No

Inisial Peserta Pelatihan

Skor Pretes

Skor Postes

Gain Skor

1. W 60 83 23

2. S 70 76 6

3. HD 56 76 20

4. AS 66 80 14

5. II 70 86 16

6. R 70 76 6

7. SL 63 80 17

8. P 76 86 10

(35)

10. SH 63 80 17

Rerata 66 81 14,3

Minimal 56 76

Maksimal 76 86

Sumber: diolah dari hasil pretes dan postes

Dari tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa pada rerata skor pretes kompetensi guru sebesar 66, skor minimal 56 dan maksimal 76. Pada kolom postes, rerata kompetensi guru mencapai 81, dengan skor minimal 76 dan maksimal 86.

2. Hasil Uji Wilcoxon

Pada bagian Bab III telah dipaparkan bahwa untuk melihat ada tidaknya peningkatan kompetensi pedagogik guru, khususnya dalam mengembangkan pembelajaran tematik integratif di SD, dilakukan uji Wilcoxon. Tabel 4.6. berikut memaparkan hasil olahan uji Wilcoxon menggunakan bantuan program SPSS.

Tabel 4.7 Hasil Uji Wilcoxon Ranks

N

Mean Rank

Sum of Ranks sesudahpelatihan -

sebelumpelatihan

Negative

Ranks 0 (a) .00 .00 Positive

Ranks 10 (b) 5.50 55.00 Ties 0 (c)

(36)

a. sesudahpelatihan < sebelumpelatihan b. sesudahpelatihan > sebelumpelatihan c. sesudahpelatihan = sebelumpelatihan

Test Statistics (b)

Sesudahpelatihan - sebelumpelatihan

Z -2.807 (a)

Asymp. Sig. (2-tailed) .005 a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Hasil uji Wilcoxon seperti dalam Tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa:

1) negative rank atau selisih negatif antara pretes (skor tes sebelum pelatihan) dengan postes (skor tes sesudah pelatihan) adalah 0, artinya tidak ada penurunan dari hasil pretes ke postes;

(37)

3) Ties, yaitu kesamaan skor pretes dan postes adalah 0, artinya tidak ada skor yang sama antara pretes dan postes.

Pada ouput tentang Test Statistics diketahui bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,005 dan nilai Z sebesar -2,807. Lazimnya dasar pengambilan keputusan uji Wilcoxon berbantuan program SPSS adalah menggunakan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,005, dimana apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima,

sebaliknya apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak.

Jika dirumuskan hipotesis:

H0: M-setelah pelatihan ≤ M-sebelum pelatihan

Median kompetensi pedagogik guru SD dalam mengembangkan pembelajaran tematik integratif setelah pelatihan lebih rendah atau sama dengan sebelum pelatihan.

Ha: M-setelah pelatihan > M-sebelum pelatihan

Median kompetensi pedagogik guru SD dalam mengembangkan pembelajaran tematik integratif setelah pelatihan lebih tinggi dibandingkan sebelum pelatihan.

(38)

0,0025. Nilai 0,0025 ini ternyata < 0,05, maka H0

ditolak dan Ha diterima. Artinya kompetensi

pedagogik guru SD dalam mengembangkan pembelajaran tematik integratif setelah pelatihan lebih tinggi dibandingkan sebelum pelatihan.

c. Deskripsi Keterlaksanaan dan Keterterimaan Pelatihan

Data penilaian tentang keterlaksanaan pelatihan pengembangan pembelajaran tematik integratif diperoleh berdasarkan rubrik penilaian yang diberikan kepada supervisor. Rubrik penilaian keterlaksanaan pelatihan tersebut terdiri dari 18 item pernyataan.

Tabel 4.8 Data Hasil Penilaian Keterlaksanaan Pelatihan

No. Pernyataan Skor Komentar

dan Saran 1 2 3 4 5

1. Penjelasan pra pelatihan

2. Menjawab pertanyaan

perserta

3. Pemahaman terhadap tujuan

pelatihan

4. Pemahaman terhadap silabus

dan Lesson Plans Pelatihan

5. Pemahaman terhadap Lesson

Plans Pelatihan

6. Penguasaan materi pelatihan

7. Kejelasan penyajian materi

8. Membantu peserta

memahami konsep/materi

(39)

bertanya atau berpendapat 10. Membantu mencari sumber

informasi tambahan

11. Mendorong peserta berpikir kritis, memecahkan masalah, dan memotivasi secara perorangan

12. Menciptakan suasana belajar

yang kondusif

13. Pengelolaan proses pelatihan

sesuai rencana (lesson plans)

14. Perlakuan terhadap peserta

15. Bimbingan kepada peserta

16. Pemberian evaluasi dan umpan balik

17. Pemberian pretes dan posttes

18. Pemberian umpan balik

terhadap tugas-tugas

Skor total 76

Skor Persentase 84%

Sumber: diolah dari hasil penilaian keterlaksanaan pelatihan

Berdasarkan data pada tabel 4.8, skor total hasil penilaian supervisor terhadap keterlaksanaan pelatihan adalah 76, skor persentasenya adalah sebesar 84%. Berdasarkan kategori hasil evaluasi keterlaksanaan pelatihan, skor persentase tersebut masuk kategori sangat tinggi. Artinya bahwa tingkat kualitas pelaksanaan pelatihan berada pada kategori sangat tinggi.

Tabel 4.9 Data Hasil Penilaian Keterterimaan Pelatihan Peserta Jumlah skor Persentase

1 130 96

2 131 97

3 122 90

(40)

5 130 96

6 112 83

7 114 84

8 130 96

9 123 91

10 119 88

Rerata 123 91 %

Sumber: diolah dari data hasil penilaian peserta terhadap pelatihan

Bedasarkan data pada tabel 4.9 di atas, dapat diketahui bahwa skor rerata penilaian peserta terhadap pelatihan pengembangan pembelajaran tematik integratif menggunakan CEM sebesar 123, dengan rerata skor persentase sebesar 91%. Jika dibandingkan dengan kategori keterterimaan pelatihan seperti diuraikan pada Bab 3, maka skor persentase tersebut masuk kategori sangat tinggi. Artinya bahwa tingkat keterterimaan pelatihan pengembangan pembelajaran tematik integratif menggunakan CEM berada pada tingkatan sangat tinggi.

4.2. Pembahasan

(41)

my student have found useful and that my client have been able to relate to so offer it as one model…” (Nadler & Nadler, 1988: 11). Dalam rangka membuktikan keefektifan teori Nadler ini, dilakukan suatu penelitian dan pengembangan (R&D). Mulastin (2016) menyatakan bahwa melalui penelitian dan pengembangan yang dilakukan telah membuktikan keberhasilan pelatihan CEM untuk meningkatkan sumber daya manusia.

Sesuai teori Nadler, ada delapan tahapan dalam pelatihan ini, yaitu mengidentifikasi kebutuhan lembaga, spesifikasi pelaksanaan pekerjaan, mengidentifikasi kebutuhan peserta, menentukan tujuan, memilih kurikulum, menentukan strategi pembelajaran, menentukan sumber-sumber pembelajaran, dan melakukan pelatihan.

(42)

kebutuhan pelatihan dalam organisasi agar tercapai tujuan yang diinginkan. Identifikasi kebutuhan merupakan komponen kritis dan sangat penting dalam keseluruhan proses pelatihan bahwa menganalisis kebutuhan pelatihan organisasi merupakan langkah pertama yang harus dilakukan dalam mendesain program pelatihan (Dick, Carey & Carey, 2009: 23; Hariandja dan Hardiwat, 2007: 174).

Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian Kanada (2015: 158), bahwa pelatihan In-House Training

secara konsisten dan berkesinambungan dapat terjamin secara kuantitas, tetapi disisi lain dibutuhkan pelatihan yang terjamin secara kualitas. Untuk menjamin kualitas pelatihan, dibutuhkan analisis kebutuhan pelatihan organisasi, jabatan, dan individu pegawai. Bahkan setelah dilakukan identifikasi kebutuhan dilakukan kegiatan evaluation and feedback

pada setiap event sebagai output event yang sedang berlangsung dan input pada event berikutnya. (Nadler & Nadler, 1988: 12; 2011: 15).

(43)

Permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru).

(44)

guru. Lebih lanjut hasil penelitian Sari menunjukkan bahwa semakin tinggi kompetensi pedagogik guru maka semakin tinggi pula kinerja mengajar guru dan sebaliknya semakin rendah kompetensi pedagogik yang dimiliki guru maka semakin rendah pula kinerja mengajarnya.

Setelah dilakukan spesifikasi kinerja guru dalam bentuk SK dan KD, selanjutnya dilakukan evaluasi untuk meninjau apakah kinerja guru yang dispesifikasikan dikembangkan dari permendiknas dan untuk memastikan bahwa kegiatan pelatihan betul-betul dibutuhkan. Hasil evaluasi pada tahap ini menunjukkan bahwa spesifikasi kinerja guru dalam bentuk SK dan KD dikembangkan dari permendiknas dan disepakati bahwa program pelatihan merupakan alternatif terbaik.

(45)

memilih model-model pembelajaran dengan baik; 8) merancang skenario pembelajaran; 9) memilih teknik penilaian yang tepat; dan 10) menyusun instrument penilaian dengan baik.

Hasil evaluasi tahap ini menunjukkan bahwa guru memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi agar mutu pendidikan dapat meningkat. Salah satu langkah yang harus dilakukan saat ini adalah memberikan pelatihan kepada guru agar kebutuhan dalah hal pembelajaran dapat terpenuhi.

(46)

analisis pekerjaan (job analysis) untuk program pelatihan tertentu.

Temuan pada langkah keempat, berhasil merumuskan tujuan pelatihan dalam bentuk indikator yang dikembangkan dari SK dan KD pelatihan (deskripsi 16 indikator pelatihan menyatu dalam Silabus pelatihan terlampir). Soetarno Joyoatmojo (2011: 80-81) menyatakan bahwa indikator pelatihan sebenarnya merupakan tujuan pembelajaran/pelatihan khusus yang dikembangkan dari tujuan umum pelatihan (SK dan KD). Tujuan pelatihan khusus merupakan deskripsi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang akan dicapai oleh perserta pelatihan, sekaligus sebagai acuan dalam memilih materi, strategi dan instrumen penilaian. Tujuan pelatihan khusus yang dinyatakan dengan jelas akan menjadi pedoman bagi peserta pelatihan untuk menguasai kompetensi pelatihan.

(47)

Hasil pengembangan langkah kelima, memilih kurikulum, hakikatnya adalah memilih materi pelatihan yang digunakan. Materi ini diadaptasi dari Kemendikbud dengan materi pokok berupa: a) Merancang Jaring Tema; b) analisis SKL, KI-KD, dan silabus pembelajaran tematik integratif; c) analisis model-model pembelajaran tematik integratif dan merancang jaring tema; d) mengembangkan instrumen penilaian hasil belajar; e) merancang rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Pemilihan materi pelatihan yang telah ada ini sesuai saran dari Soetarno Joyoatmojo (2011: 86) yang menyatakan bahwa materi pelatihan dapat menggunakan materi yang telah ada asalkan sesuai dengan tujuan pelatihan. Pemilihan materi ini juga disesuaikan dengan tujuan pelatihan sebagaimana ditegaskan oleh Mujiman (2011: 71) yang menyatakan hal yang sama.

(48)

Hasil pengembangan langkah selanjutnya (keenam) adalah memilih strategi pelatihan. Pemilihan strategi pelatihan ini berupa aktivitas instruktur dan peserta pelatihan di konkretkan dalam bentuk silabus dan RPP pelatihan. Hasil evaluasi pada tahap ini menunjukkan bahwa strategi pelatihan telah disesuaikan dengan materi pelatihan dengan memperhatikan karakteristik peserta pelatihan. Hal ini sesuai dengan pandangan Nadler (2011: 164) bahwa dalam memilih strategi pembelajaran perlu disesuaikan dengan materi pelatihan. Berbeda dengan pandangan Nadler, Mujiman (2011: 71) mengungkapkan bahwa strategi pembelajaran dalam pelatihan ditentukan oleh tujuan pembelajaran, karakteristik peserta pelatihan, ketersediaan alat bantu pembelajaran, preferensi, kemampuan instruktur, dan sebagainya.

Pengembangan berikutnya, pada langkah ketujuh yaitu menentukan sumber daya manusia, sumber daya fisik, dan finansial. Sumber daya manusia pelatihan telah disiapkan, yaitu supervisor, instruktur, pengelola, dan peserta. Adapun sumber daya fisik yang telah dipersiapkan meliputi ruang pelatihan,

(49)

Hal ini sesuai dengan pandangan Mujiman (2011: 72), sumber belajar pelatihan dapat berupa bahan ajar baik cetak maupun elektronik, alat bantu belajar, instruktur, dan peserta pelatihan. Semua sumber belajar harus telah teridentifikasi sebelum instruktur memulai pelatihan.

Langkah yang terakhir, langkah kedelapan adalah melaksanakan pelatihan. Evaluasi pelaksanaan pelatihan ini dipaparkan pada bagian hasil uji coba terbatas. Khusus langkah terakhir akan dibahas secara khusus pada bagian Pembahasan Keefektifan Desain Pelatihan Berdasarkan Uji Perbedaan Rerata.

(50)

tinggi tingkat validitas Desain Pelatihan menggunakan CEM untuk meningkatkan Kompetensi Guru dalam Mengembangkan Pembelajaran Tematik Integratif di SD?; dan 5) apakah kompetensi guru SD dalam Mengembangkan Pembelajaran Tematik Integratif dapat ditingkatkan melalui Desain Pelatihan menggunakan CEM?

4.2.1 Pembahasan Kebutuhan Desain Pelatihan Pengembangan Pembelajaran Tematik Integratif menggunakan CEM

(51)

diterimanya tidak begitu detail karena materi pelatihan sifatnya umum, tidak spesifik pada permasalahan guru.

Desain pelatihan yang dapat menutup kekurangan pelatihan top down, yaitu desain pelatihan menggunakan CEM. Desain pelatihan CEM ini memiliki 8 langkah yang prosedural dan saling berkaitan. Langkah pertama yang dilakukan pada desain pelatihan menggunakan CEM adalah mengidentifikasi kebutuhan. Kebutuhan yang teridentifikasi inilah yang akan menjadi titik pijak pelatihan. Dengan demikian kegiatan pelatihan akan sesuai kebutuhan dan tidak ada hal yang sia-sia.

(52)

memiliki kemampuan untuk memilih model-model pembelajaran dengan baik; 8) 40% guru belum memiliki keterampilan untuk merancang skenario pembelajaran dengan baik; 9) 45% guru belum memiliki kemampuan untuk menentukan teknik penilaian dengan baik; 10) 55% guru belum memiliki keterampilan dalam menyusun instrument penilaian dengan baik.

Berdasarkan kesenjangan yang muncul, dapat disimpulkan bahwa kesenjangan tersebut di atas menjadi kebutuhan untuk dipecahkan. Oleh sebab itu perlu dikembangkan desain pelatihan menggunakan

CEM. Desain pelatihan menggunakan CEM ini secara teoritik memiliki potensi untuk memperbaiki desain pelatihan sebelumnya yang sifatnya top down. Kelebihan desain pelatihan menggunakan CEM yaitu: 1) desain pelatihan CEM didasari oleh kebutuhan instansi dan guru (bottom up), sehingga hasilnya pun juga sesuai kebutuhan; 2) CEM memiliki langkah-langkah yang prosedural, artinya tahapan demi tahapan pelaksanaan pelatihan memiliki keterkaitan logis; 3) setiap langkah CEM selalu dievaluasi sebagai masukan bagi tahap berikutnya.

(53)

Pembahasan hasil pengembangan desain pelatihan menggunakan CEM (menjawab rumusan masalah yang ketiga) tentang bagaimana desain pelatihan pengembangan pembelajaran tematik integratif menggunakan CEM. Desain pelatihan pengembangan pembelajaran tematik integratif menggunakan CEM, dikonkretkan dalam sebuah buku yang dilampiri dengan silabus, RPP pelatihan lengkap dengan materi pelatihan dan instrument evaluasi, buku panduan untuk pengelola, supervisor, instruktur, dan peserta.

Buku desain pelatihan menggunakan CEM itu sendiri terdiri dari tiga bagian. Bagian pendahuluan berisi latar belakang, tujuan, dan fungsi. Bagian kedua berisi tentang matalatih pengembangan pembelajaran tematik integratif, yang terdiri dari tiga subjudul, antara lain hakikat matalatih, tujuan matalatih, dan kompetensi dasar dan materi pokok pelatihan. Bagian ketiga pada buku desain ini berisi tentang desain pelatihan pengembangan pembelajaran menggunakan

CEM, yang terdiri dari empat subjudul yaitu pelatihan

CEM, desain pelatihan, desain pelatihan menggunakan

CEM, dan jaminan keberhasilan implementasi pelatihan.

(54)

waktu. RPP pelatihan mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan, metode, langkah-langkah pembelajaran, sumber belajar, bahan, teknik penilaian, dan alokasi waktu. Buku panduan pengelola, berisi tiga Bab, yaitu pendahuluan, pelaksanaan pelatihan, dan tugas pengelola. Pada Bab I Pendahuluan berisi tentang rasional perlunya pelatihan bagi guru SD, dasar pelaksanaan pelatihan, tujuan pelatihan, dan hasil yang diharapkan. Pada Bab II Pelaksanaan Pelatihan berisi penjelasan tentang peserta, waktu, dan tempat pelatihan, pola kegiatan, instruktur pelatihan, jadwal pelaksanaan pelatihan, alur kegiatan pelatihan, pembiayaan pelatihan, dan evaluasi pelatihan. Pada Bab III berisi penjelas tentang tugas panitia.

(55)

Buku panduan instruktur terdiri dari tiga Bab, yaitu pendahuluan, pelaksanaan pelatihan, dan tugas supervisor. Bab I Pendahuluan berisi tentang rasional perlunya pelatihan bagi guru SD, dasar pelaksanaan pelatihan, tujuan pelatihan, dan hasil yang diharapkan. Pada Bab II Pelaksanaan Pelatihan berisi penjelasan tentang peserta, waktu, dan tempat pelatihan, pola kegiatan, instruktur pelatihan, jadwal pelaksanaan pelatihan, alur kegiatan pelatihan, pembiayaan pelatihan, dan evaluasi pelatihan. Pada Bab III berisi penjelasan tentang tugas dan peran instruktur.

Buku panduan peserta juga terdiri dari tiga Bab, yaitu pendahuluan, pelaksanaan pelatihan, dan tugas supervisor. Bab I Pendahuluan berisi tentang rasional perlunya pelatihan bagi guru SD, dasar pelaksanaan pelatihan, tujuan pelatihan, dan hasil yang diharapkan. Pada Bab II Pelaksanaan Pelatihan berisi penjelasan tentang peserta, waktu, dan tempat pelatihan, pola kegiatan, instruktur pelatihan, jadwal pelaksanaan pelatihan, alur kegiatan pelatihan, pembiayaan pelatihan, dan evaluasi pelatihan. Pada Bab III berisi tentang tata tertib, kewajiban, dan hak peserta.

4.2.3 Tingkat Validitas Desain Pelatihan

Pengembangan Pembelajaran Tematik

(56)

a. Tingkat Validitas Desain Berdasarkan Uji Ahli

Pada bagian hasil validasi ahli telah dipaparkan bahwa ahli yang memberikan penilaian terhadap produk desain pelatihan pengembangan pembelajaran tematik integratif meliputi: 1) Prof. Dr. Slameto, M.Pd, guru besar Program Magister Manajemen Pendidikan UKSW Salatiga, sebagai validator ahli desain pelatihan. 2) Dr. Mawardi, M.Pd, dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar UKSW Salatiga, sebagai validator ahli materi pelatihan pengembangan pembelajaran tematik integratif. 3) Endang Purwaningsih, M.Pd, Kepala SDN 1 Simo-Boyolali, sebagai validator ahli desain pelatihan. 4) Drs. Abdul Basith, M.Pd, Kepala MI Ma’arif Pulutan-Salatiga, sebagai validator ahli materi pelatihan pengembangan pembelajaran tematik integratif.

(57)

III, maka angka persentase dari ahli 1, ahli 2, maupun rerata dari kedua ahli tergolong dalam kategori sangat tinggi. Hal ini berarti bahwa kualitas silabus sebagai bagian dari desain pelatihan pengembangan pemelajaran tematik integratif, kualitasnya sangat baik.

Temuan rerata persentase skor penilaian terhadap RPP pelatihan oleh ahli desain pelatihan yaitu Slameto dan Endang Purwaningsih adalah 78%. Jika dibandingkan dengan kriteria hasil uji ahli, maka angka 78% masuk kategori tinggi. Hal ini berarti bahwa RPP pelatihan kualitasnya tinggi.

(58)

mengelola SD Negeri dan Swasta. 8) Sinkronkan antara indikator dengan instrumen penilaian yang disusun. 9) Perbaiki lembar evaluasi setiap langkah CEM, gunakan kata-kata yang operasional, sehingga supervisor dapat menilai dengan mudah. 10) Perbaiki penulisan “UPTD Dikdas Kecamatan Simo”, yang tepat adalah “UPT Dikdas LS Kecamatan Simo”. 11) Bedakan dan perbaiki rumusan tujuan umum dan khusus. Sebaiknya tujuan penelitian tidak perlu dimasukkan pada tujuan pelatihan

Berkaitan dengan penilaian terhadap materi pelatihan, diperoleh persentase skor dari ahli materi ke-1 sebesar 83%, ahli ke-2 sebesar 86%, sehingga rerata skor persentase dari kedua ahli sebesar 85%. Berdasarkan kategori uji ahli, angka persentase dari ahli ke-1, ahli ke-2, dan rerata dari keduanya berada pada kategori sangat tinggi. Artinya kualitas materi pelatihan pengembangan pembelajaran tematik integratif sebagai bagian dari produk desain pelatihan ini berada pada kategori sangat tinggi.

(59)

seharusnya 1, sdt. 2) Perbaiki kutipan halaman 63 “Tim Pengembang PGSD (1997)” dengan mengecek sumbernya. 3) Tambahkan contoh-contoh jaring tema yang dikembangkan pemerintah maupun guru untuk mendukung fakta yang digunakan dalam mengembangkan materi. 4) Tambahkan contoh hasil tabulasi analisis SKL, KI, KD, dan Silabus. 5) Perbaiki kalimat pada paragraf pertama halaman 81, terdapat lompatan ide. 6) Tambahkan contoh hasil pengembangan implementasi model pembelajaran. 7)

Halaman 88 kolom kegiatan pembelajaran sebaiknya sintak modelnya, bukan struktur RPP. 8) Tambahkan contoh hasil pengembangan instrumen penilaian yang dibuat oleh guru SD, khususnya ranah sikap. 9) Tambahkan contoh RPP hasil kerja guru SD. 10) tambahkan materi dalam bentuk PowerPoint pada setiap unitnya.

4.2.4 Keefektifan Desain Pelatihan Pengembangan

Pembelajaran Tematik Integratif

menggunakan CEM

(60)

digunakan untuk menjawab rumusan pertanyaan penelitian yang ke lima yaitu “Apakah kompetensi guru SD dalam Mengembangkan Pembelajaran Tematik Integratif dapat ditingkatkan melalui Desain Pelatihan menggunakan CEM?”

a. Pembahasan Tingkat Kompetensi Pedagogik Guru

Temuan gain skor pretes dan postes kompetensi guru mencapai 14,3 poin bergerak antara 6 sampai dengan 23 merupakan temuan yang mengejutkan karena 8 dari 10 guru (80%) mengalami peningkatan yang tinggi (10 sd 23 poin). Data ini menunjukkan bahwa desain pelatihan pengembangan pembelajaran tematik integratif menggunakan model CEM mampu meningkatkan kompetensi pedagogik guru SD.

Lebih lanjut temuan ini sesuai dengan pendapat Nadler & Nadler (2011) yang menyatakan bahwa pelatihan guru menggunakan CEM dipandang paling relevan untuk menutup kelemahan pelatihan yang digunakan selama ini, sehingga menghasilkan output yang lebih baik.Temuan peningkatan kompetensi guru ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Mulastin, Samsudi, Rusdarti (2016), yang meskipun persiapannya kurang maksimal, namun memberikan hasil yang baik. Hasil uji t terhadap hasil postes pelatihan kelompok eksperimen menggunakan ICEM

(61)

bagi Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan di Jawa Tengah (t-hitung = 10,72> nilai t-tabel 2,101).

b. Pembahasan Keefektifan Desain Pelatihan

Berdasarkan Uji Perbedaan Rerata

Hasil uji hipotesis H0 yang menyatakan bahwa “Median kompetensi pedagogik guru SD dalam mengembangkan pembelajaran tematik integratif setelah pelatihan lebih rendah atau sama dengan sebelum pelatihan” ditolak, dan Ha diterima. Hal ini

dibuktikan dengan nilai probabilitas 0,0025 ternyata < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya

kompetensi pedagogik guru SD dalam mengembangkan pembelajaran tematik integratif setelah pelatihan lebih tinggi dibandingkan sebelum pelatihan.

Secara umum, keefektifan desain pelatihan CEM

(62)

tunggal dalam pelatihan, melainkan merupakan sebuah proses pada setiap tahap. Fleksibilitas CEM

terlihat pada pertanyaan yang muncul setiap tahapan sebagai bantuan perancang untuk memutuskan tindakan selanjutnya. Hal inilah yang membantu keefektifan desain pelatihan CEM dalam meningkatkan kompetensi guru.

Faktor berikutnya, yaitu desain pelatihan CEM

didasari oleh kebutuhan sekolah dan guru dalam pembelajaran tematik integratif, sehingga guru lebih termotivasi untuk mendapatkan apa yang di butuhkan. Hal ini sesuai dengan temuan Kazu, H. & Demiralp, D. (2016) yang menyarankan bahwa semestinya kegiatan pelatihan dilakukan berbasis kompetensi yang dibutuhkan guru.

(63)

Temuan lain yang mendukung temuan penelitian ini adalah temuan Jalmo dan Rustaman (2010). Temuan Jalmo dan Rustaman menunjukkan bahwa program pelatihan dengan strategi Scaffolding efektif meningkatkan kompetensi guru. Meskipun sedikit berbeda dengan penelitian ini yang menggunakan desain pelatihan CEM, namun secara umum kedua penelitian sama-sama melakukan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi guru, tetapi peningkatan kompetensi guru tidak semata-mata hanya karena dilakukan pelatihan tanpa menggunakan strategi didalamnya.

(64)

Secara garis besar, beberapa hasil penelitian di atas membuktikan bahwa program pelatihan merupakan salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan kompetensi yang dimilikinya. Oleh sebab itu, kegiatan pelatihan harus dilakukan secara

continew seperti yang diungkapkan Yoto (2015). Berdasarkan hasil penelitian literatur yang dilakukan oleh Yoto, bahwa guru perlu melakukan pelatihan secara terus-menerus agar mengetahui dan memahami perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Melalui pelatihan, guru mampu dan terampil dalam memainkan peran di hadapan peserta didik, sehingga mutu pendidikan akan menjadi baik dan lulusannya mampu bersaing dalam mencari pekerjaan. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian Sari (2014: 47) yang menunjukan bahwa kompetensi pedagogik memberikan konstribusi terhadap kinerja mengajar guru. Semakin tinggi kompetensi pedagogik guru maka semakin tinggi pula kinerja mengajar guru dan sebaliknya semakin rendah kompetensi pedagogik yang dimiliki guru maka semakin rendah pula kinerja mengajarnya.

Secara lebih spesifik, temuan penelitian yang mendukung keefektifan desain pelatihan CEM

(65)

perencanaan dan pelaksanaan pelatihan penelitian bagi dosen masih kurang efektif dan 2). Integrated Critical Event Model (ICEM) terbukti efektif digunakan dalam pelatihan penelitian bagi Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan di Jawa Tengah (hitung = 10,72> nilai t-tabel 2,101). Senada dengan temuan Mulastin, pada penelitian ini juga telah membuktikan keefektifan desain pelatihan CEM dengan nilai Z sebesar -2.807. dan nilai probabilitas 0,0025 (<0,05), maka H0 ditolak

dan Ha diterima. Artinya kompetensi pedagogik guru

SD dalam mengembangkan pembelajaran tematik integratif setelah pelatihan lebih tinggi dibandingkan sebelum pelatihan.

(66)

dari buku panduan instruktur dan peserta, model pelatihan PTK berbasis pendampingan, buku pedoman pelatihan, dan modul materi pelatihan. Setelah dilakukan kegiatan pelatihan, peserta mampu menghasilkan produk berupa karya ilmiah laporan hasil PTK. Temuan ini mendukung R&D yang dilakukan oleh peneliti tentang pengembangan desain pelatihan CEM. Bedanya dalam penelitian yang dilakukan oleh Masrukhi, Widodo, Sukestiyarno dan Raharjo adalah mengembangkan model pelatihan PTK berbasis pendampingan dengan menghasilkan beberapa produk berupa buku panduan instruktur dan peserta, buku pedoman pelatihan, dan modul materi pelatihan, sedangkan pada R&D yang dilakukan peneliti adalah mengembangkan desain pelatihan menggunakan CEM dengan produk berupa silabus, RPP, dan materi pelatihan.

Kelebihan desain pelatihan CEM dalam penelitian ini dengan penelitian sebelumnya

4.2.5 Keterlaksanaan dan Keterterimaan Desain Pelatihan

Gambar

Tabel 4.1 Persentase Hasil Angket Kompetensi Pedagogik
Tabel 4.1 di atas, merupakan komparasi hasil
Tabel 4.2 Hasil Evaluasi dan Umpan Balik Langkah-langkah CEM
Tabel 4.3 Penilaian ahli desain pelatihan terhadap silabus
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi positif dan saran terhadap perusahaan Honda sebagai bahan pertimbangan untuk membentuk strategi pemasaran

Selain teknik pertumbuhan bakteri atau teknik isolasi di atas, dikenal juga adanya teknik isolasi mikroba yaitu inokulasi yang merupakan suatu teknik pemindahan suatu

Kesetiaan merek memiliki Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada EWOM dan kesadaran merek terhadap niat pembelian konsumen yang

Dua diantaranya yang paling sering digunakan adalah metode cawan gores dan metode cawan tuang yang didasarkan pada prinsip pengenceran dengan maksud untuk

Berdasarkan Tabel 4, hasil uji t yang dilakukan oleh peneliti, menyatakan bahwa kesadaran merek secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap loyalitas

“Sistem Informasi merupakan serangkaian komponen berupa manusia, prosedur, data, dan teknologi (seperti komputer) yang digunakan untuk melakukan sebuah proses

Prosedur pembayaran gaji spesifik bervariasi diantara perusahaan, Titik proses dijelaskan bahwa otorisasi gaji dan rincian transaksi (jam kerja) dimasukkan ke

Based on the problem formulation above, the objective of the research is to find the appropriate way in using picture series to improve the students’ ability in recount