• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) Dengan Perilaku Merokok Di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan Tahun 2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) Dengan Perilaku Merokok Di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan Tahun 2014."

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) PENERIMA BANTUAN IURAN (PBI) DENGAN

PERILAKU MEROKOK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTANOPAN KABUPATEN MANDAILING NATAL

TAHUN 2014

Oleh :

FITRI AISYAH NIM : 121021062

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) PENERIMA BANTUAN IURAN (PBI) DENGAN

PERILAKU MEROKOK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTANOPAN KABUPATEN MANDAILING NATAL

TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

FITRI AISYAH NIM : 121021062

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : HUBUNGAN KARAKTERISTIK PESERTA

JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) PENERIMA BANTUAN IURAN (PBI) DENGAN PERILAKU MEROKOK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTANOPAN KABUPATEN MANDAILING NATAL TAHUN 2014

Nama Mahasiswa : FITRI AISYAH Nomor Induk Mahasiswa : 121021062

Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat

Peminatan : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Tanggal Lulus : 22 Januari 2015

Disahkan Oleh : Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Juanita, SE. MKes

(4)

ABSTRAK

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) PENERIMA BANTUAN IURAN (PBI) DENGAN

PERILAKU MEROKOK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTANOPAN KABUPATEN MANDAILING NATAL

TAHUN 2014

Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dibakar dan dihisap atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek, rokok putih dan cerutu. Racun utama pada tembakau (rokok) adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida. Menurut WHO (World Health Organization) 2011, pada abad ke-20 ada 100 juta penduduk dunia meninggal dunia akibat rokok dan diperkirakan tahun 2030 angka kematian akibat rokok akan melebihi 8 juta orang pertahun. Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan perilaku merokok penduduk 15 tahun keatas masih belum terjadi penurunan malah cenderung meningkat dari 34,2% (2007) menjadi 36,3% (2013). Selain itu ditemukan juga 9,9% perokok pada kelompok tidak bekerja dan 32,3% pada kelompok kuintil indeks kepemilikan terendah. Peserta PBI di wilayah kerja Puskesmas Kotanopan sebanyak 10.110.

Jenis penelitian ini adalah penelitian cross sectional. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kotanopan. Sampel yang akan diambil yaitu sebanyak 93 responden. Analisis data dilaksanakan dengan program komputer yaitu uji chi square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan (p=1.000) dan persepsi (p=0.114) serta ada hubungan antara umur (p=0.041), jenis kelamin (p<0.001), pekerjaan (p=0.043) dan pengetahuan (p=0.036). Pada K1, kebutuhan rokok adalah kedua terpenting dibandingkan dengan pendidikan.

Berdasarkan hasil tersebut diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal agar lebih menginstruksikan pada Puskesmas untuk terus meningkatkan pendidikan kesehatan terutama tentang rokok pada masyarakat di wilayah kerja puskesmas masing-masing. Kepada Puskesmas Kotanopan diharapkan untuk melakukan penyuluhan-penyuluhan kesehatan tentang bahaya dan kerugian rokok.

(5)

ABSTRACT

Ciggaret is a product of tobacco that burned and smoke inhalation included kretek and cheroot. Tobacco (cigarette) poison is tar, nicotine and carbonmonoxide. WHO (World Health Organization) 2011, the 20th tobacco use could kill 100 million people because of cigarette and by 2030 tobacco will kill more than 8 million people worldwide each year. Result of Riskesdas 2013 showed not decreased smoking behaviour with age 15 years old. Its still increased from 34,2% (2007) to 36,3% (2013) and what is more also find 9,9% not work smoker and 32,3% K1. Health Insurance Membership Aid in Puskesmas Kotanopan working area were 10.110 member.

The study was a cross sectional survey. This study done at Puskesmas Kotanopan working area. The sample were 93 respondent health insurance aid. Sampling conducted with multistage random sampling technique. Data was analyzed with computer program using chi square.

The study result showed : not have relation between education (p=1.000) and perception (p=0.114) and also have relation between age (p=0.041), sex (p<0.001), work (p=0.036), knowledge (p=0.036) with behavior smoker. For quintile 1, the second important is ciggaret than education.

This study expectable to Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal so instruction to puskesmas always increase health education especially about smoke at puskesmas working area. To Puskesmas Kotanopan expectable to health informant knowledge about the danger and less of smoke.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Fitri Aisyah

Tempat/ Tanggal Lahir : Tamiang/05Mei 1989 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Anak ke : 2 dari 5 Bersaudara Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat Rumah : Jalan Medan-Padang Km. 7, Kel. Tamiang, Kec. Kotanopan, Kab. Mandailing Natal

Riwayat Pendidikan : 1. Tahun 1996 – 2002 : SDN 204Tamiang 2. Tahun 2002 – 2005 : SMPN 1 Kotanoapan 3. Tahun 2005 – 2008 :SMAN2Plus Sipirok

4. Tahun 2008 – 2011 : Prodi III Kebidanan STIKes FLORA Medan

(7)

KATA PENGANTAR

Assalamu a’laikum wr.wb

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya berupa kesehatan dan kesempatan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ Hubungan Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) Dengan Perilaku Merokok Di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan Tahun 2014 ”. Terselesaikan dan terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari adanya dukungan dan bantuan bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan segala rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak dr. Heldy. BZ, MPH selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Juanita, SE. M.Kes selaku pembimbing I yang telah banyak membantu dan membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu dr. Rusmalawaty, M.Kes selaku pembimbing II yang telah banyak membantu dan membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

(8)

6. Bapak dr. Fauzi, SKM selaku penguji II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan saran dan masukan dalam menyempurnakan skripsi ini.

7. Ibu Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes selaku Pembimbing Akademik yang banyak membantu membimbing saya selama menjalani pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara ini.

8. Ibu dr. Wuriyandari selaku Kepala Puskesmas Kotanopan yang telah memberikan saya izin untuk melakukan penelitian di wilayah kerja yang ibu pimpin.

9. Seluruh bapak/ibu dosen dan staf di FKM USU khususnya di Departemen AKK, terima kasih atas ilmu yang telah diajarkan, bimbingan dan dukungan serta dorongan selama pendidikan, semoga bermanfaaat untuk yang akan datang.

10.Ayahanda tercinta Bahrum Lubis “tetesan keringat dan iringan do’amu menyertai dan menjadi motivasi perjuanganku tanpa letih kau korbankan segalanya untukku” dan Ibunda tercinta Mardiah Hannum “ pelangi hatiku, belaian kasih sayangmu menjadi sumber inspirasi perjalanan hidup yang melahirkan nuansa-nuansa indah disetiap langkah dan senyummu yang menyejukkan hati yang menjadi sumber kekuatan dalam hidupku”.

11.Saudara-saudaraku tersayang Aminuddin Syah Lubis, ST, Adi Praja Syaputra Lubis, Rahmad Alamsyah Lubis, dan Padri Ansyah Lubis yang telah memberikan semangat, do’a, kasih sayang, kesabaran dan nasehat serta motivasi dalam menyikapi hidup ini sehingga terselesaikannya skripsi ini.

(9)

13.Kakak Risna, Etek Sakdah dan masyarakat wilayah kerja Puskesmas Kotanopan yang telah banyak dan bersedia membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. 14.Seluruh teman-teman FKM USU terutama peminatan AKK 2013 dan khususnya

buat teman-temanku di kost Dr. Sumarsono No. 22 terima kasih untuk kebersamaan dan pelajaran hidup selama ini.

15.Semua pihak yang telah membantu dan saya mohon maaf karena namanya tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari dalam penyelesaian skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan tidak lepas dari kesalahan baik dari penulisan maupun bahasa. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini, sebelumnya penulis ucapkan banyak terima kasih. Wassalamu a’laikum wr.wb

Medan, Januari 2015 Penulis

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar…….. ... v

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar ... xiii

Daftar Lampiran ... xiv

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 11

1.3.Tujuan Penelitian ... 12

1.4.Manfaat Penelitian ... 12

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1. Perilaku ... 13

2.1.1. Pengertian Perilaku ... 13

2.1.2. Klasifikasi Perilaku Kesehatan ... 14

2.2. Teori Determinan Perilaku ... 16

2.3. Rokok .. ... 17

2.3.1. Kandungan Rokok ... 17

2.3.2. Dampak Rokok atau Tembakau bagi Kesehatan ... 20

2.3.3. Belanja Rokok ... 26

2.3.4. Tahap-tahap Merokok ... 27

2.3.5. Tipe Perokok ... 28

2.3.6. Alasan Merokok ... 28

2.4. Konsep dan Sebab Kemiskinan ... 29

2.4.1. Konsep Kemiskinan ... 29

2.4.2. Sebab-sebab Kemiskinan... 32

2.5 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ... 33

2.5.1. Dasar Hukum JKN ... 34

2.5.2. Kepesertaan JKN ... 34

2.5.3. Pelayanan JKN ... 35

2.6. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) ... 36

2.6.1. Pengertian Puskesmas ... 36

2.6.2. Visi dan Misi Puskesmas ... 37

2.6.3. Tujuan Puskesmas ... 38

2.6.4. Fungsi Puskesmas ... 38

(11)

2.7. Kerangka Konsep Penelitian ... 39

2.8. Hipotesis Penelitian ... 39

BAB III : METODE PENELITIAN ... 40

3.1. Jenis Penelitian ... 40

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 40

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 40

3.2.2. Waktu Penelitian ... 40

3.3. Populasi dan Sampel ... 40

3.3.1. Populasi ... 40

3.3.2. Sampel ... 40

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 41

3.4.1. Data Primer ... 41

3.4.2. Data Sekunder ... 41

3.5. Defenisi Operasional ... 42

3.5.1. Variabel Independen ... 42

3.5.2. Variabel Dependen ... 43

3.6. Aspek Pengukuran ... 43

3.6.1. Aspek Pengukuran Variabel Independen ... 44

3.6.2. Aspek Pengukuran Variabel Dependen ... 45

3.7. Tekhnik Pengolahan Data ... 45

3.8. Analisa Data ... 45

BAB IV : HASIL PENELITIAN ... 46

4.1. Gambaran Umum Geografis Lokasi Penelitian ... 46

4.2. Analisis Univariat... 47

4.2.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik PBI JKN di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan ... 47

4.2.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Peserta JKN PBI di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan Berdasarkan Pengetahuan... 48

4.2.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik PBI JKN di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan Berdasarkan Persepsi ... 50

4.2.4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Peserta JKN PBI dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan Berdasarkan Pengeluaran. ... 52

4.3. Analisis Univariat Variabel Dependen ... 54

4.3.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Peserta JKN PBI di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan Berdasarkan Perilaku Merokok. 54 4.4. Analisis Bivariat ... 56

4.4.1. Hubungan Karakteristik Umur Peserta JKN Penerima Bantuan Iuran dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan. ... 56

(12)

4.4.3. Hubungan Karakteristik Tingkat Pendidikan Peserta JKN Penerima Bantuan Iuran dengan Perilaku Merokok di Wilayah

Kerja Puskesmas Kotanopan. ... 57

4.4.4. Hubungan Karakteristik Pekerjaan Peserta JKN Penerima Bantuan Iuran JKN dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan. ... 58

4.4.5. Hubungan Karakteristik Pengetahuan Peserta JKN Penerima Bantuan Iuran dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan ... 59

4.4.6. Hubungan Karakteristik Persepsi Peserta JKN Penerima Bantuan Iuran dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan ... 60

4.4.7. Hubungan Karakteristik Pengeluaran Peserta JKN Penerima Bantuan Iuran dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan ... 61

4.5. Ringkasan Uji Square ... 61

BAB V : PEMBAHASAN ... 62

5.1. Karakteristik Responden... 62

5.2. Hubungan Karakteristik Umur Peserta JKN PBI dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan ... 62

5.3. Hubungan Karakteristik Jenis Kelamin Peserta JKN PBI dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan ... 63

5.4. Hubungan Karakteristik Pendidikan JKN PBI dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan. ... 64

5.5. Hubungan Karakteristik Pekerjaan JKN PBI dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan ... 65

5.6. Hubungan Karakteristik Pengetahuan Peserta JKN PBI dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan ... 66

5.7. Hubungan Karakteristik Persepsi Peserta JKN PBI dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan ... 68

5.8. Hubungan Karakteristik Pengeluaran Peserta JKN PBI dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan ... 69

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

6.1. Kesimpulan ... 73

6.2. Saran ... ... 74 DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1. Distribusi Sampel Penelitian dari Desa/Kelurahan Terpilih ... 41 Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Independen ... 44 Tabel 3.3. Aspek Pengukuran Variabel Dependen ... 41 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Peserta JKN Penerima Bantuan

Iuran (PBI) di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan Tahun 2014…. . 48 Tabel 4.2. Rincian Hasil Jawaban Responden pada Variabel Pengetahuan Tentang

Rokok dan JKN……….. ... 49 Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Peserta JKN Penerima Bantuan

Iuran (PBI) Berdasarkan Tingkat Pengetahuan di Wilayah Kerja

Puskesmas Kotanopan Tahun 2014 ... 50 Tabel 4.4. Rincian Jawaban Responden pada Variabel Persepsi tentang JKN dan

Rokok………. ………. 51

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Karakteristik Peserta JKN Penerima Bantuan Iuran (PBI) berdasarkan Persepsi di Wilayah Kerja Puskesmas

Kotanopan Tahun 2014……….... 51 Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Karakteristik Peserta JKN Penerima Bantuan

Iuran (PBI) Berdasarkan Pengeluaran di Wilayah Kerja Puskesmas

Kotanopan Tahun 2014……… 52

Tabel 4.7. Rata-rata Pengeluaran Peserta JKN Penerima Bantuan Iuran (PBI)

JKN di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan Tahun 2014 ... 53 Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Peserta JKN Penerima Bantuan Iuran (PBI)

Berdasarkan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas

Kotanopan Tahun 2014……… 54

Tabel 4.9. Kebiasaan-Kebiasaan Merokok Responden ... 55 Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Karakteristik Umur Peserta JKN Penerima

Bantuan Iuran (PBI) dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja

(14)

Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Karakteristik Jenis Kelamin Peserta JKN Penerima Bantuan Iuran (PBI) dengan Perilaku Merokok di Wilayah

Kerja Puskesmas Kotanopan Tahun 2014……… 57 Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Karakteristik Pendidikan Peserta JKN Penerima

Bantuan Iuran (PBI) dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja

Puskesmas Kotanopan Tahun 2014……….. 58 Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Karakteristik Pekerjaan Peserta JKN Penerima

Bantuan Iuran (PBI) JKN dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja

Puskesmas Kotanopan Tahun 2014……….. 59 Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Karakteristik Pengetahuan Peserta JKN Penerima

Bantuan Iuran (PBI) JKN dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja

Puskesmas Kotanopan Tahun 2014……….. 60 Tabel 4.15. Distribusi Frekuensi Karakteristik Persepsi Peserta JKN Penerima

Bantuan Iuran (PBI) JKN dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja

Puskesmas Kotanopan Tahun 2014………. 60 Tabel 4.16. Distribusi Frekuensi Karakteristik Pengeluaran Peserta JKN Penerima

Bantuan Iuran (PBI) JKN di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 : Determinan Perilaku Manusia ... 16 Gambar 2 : Kerangka Konsep Penelitian ... 39 Gambar 3 : Grafik Pengeluaran Konsumsi Makanan, Pendidikan dan Rokok

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian ... 78

Lampiran 2 : Surat Izin Memperoleh Data ... 81

Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian ... 82

Lampiran 4 : Surat Izin Meneliti dari Puskesmas Kotanopan ... 83

Lampiran 5 : Jumlah PBI JKN di Puskesmas Kotanopan ... 84

Lampiran 6 : Tabel Master Hasil Penelitian ... 85

(17)

ABSTRAK

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) PENERIMA BANTUAN IURAN (PBI) DENGAN

PERILAKU MEROKOK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTANOPAN KABUPATEN MANDAILING NATAL

TAHUN 2014

Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dibakar dan dihisap atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek, rokok putih dan cerutu. Racun utama pada tembakau (rokok) adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida. Menurut WHO (World Health Organization) 2011, pada abad ke-20 ada 100 juta penduduk dunia meninggal dunia akibat rokok dan diperkirakan tahun 2030 angka kematian akibat rokok akan melebihi 8 juta orang pertahun. Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan perilaku merokok penduduk 15 tahun keatas masih belum terjadi penurunan malah cenderung meningkat dari 34,2% (2007) menjadi 36,3% (2013). Selain itu ditemukan juga 9,9% perokok pada kelompok tidak bekerja dan 32,3% pada kelompok kuintil indeks kepemilikan terendah. Peserta PBI di wilayah kerja Puskesmas Kotanopan sebanyak 10.110.

Jenis penelitian ini adalah penelitian cross sectional. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kotanopan. Sampel yang akan diambil yaitu sebanyak 93 responden. Analisis data dilaksanakan dengan program komputer yaitu uji chi square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan (p=1.000) dan persepsi (p=0.114) serta ada hubungan antara umur (p=0.041), jenis kelamin (p<0.001), pekerjaan (p=0.043) dan pengetahuan (p=0.036). Pada K1, kebutuhan rokok adalah kedua terpenting dibandingkan dengan pendidikan.

Berdasarkan hasil tersebut diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal agar lebih menginstruksikan pada Puskesmas untuk terus meningkatkan pendidikan kesehatan terutama tentang rokok pada masyarakat di wilayah kerja puskesmas masing-masing. Kepada Puskesmas Kotanopan diharapkan untuk melakukan penyuluhan-penyuluhan kesehatan tentang bahaya dan kerugian rokok.

(18)

ABSTRACT

Ciggaret is a product of tobacco that burned and smoke inhalation included kretek and cheroot. Tobacco (cigarette) poison is tar, nicotine and carbonmonoxide. WHO (World Health Organization) 2011, the 20th tobacco use could kill 100 million people because of cigarette and by 2030 tobacco will kill more than 8 million people worldwide each year. Result of Riskesdas 2013 showed not decreased smoking behaviour with age 15 years old. Its still increased from 34,2% (2007) to 36,3% (2013) and what is more also find 9,9% not work smoker and 32,3% K1. Health Insurance Membership Aid in Puskesmas Kotanopan working area were 10.110 member.

The study was a cross sectional survey. This study done at Puskesmas Kotanopan working area. The sample were 93 respondent health insurance aid. Sampling conducted with multistage random sampling technique. Data was analyzed with computer program using chi square.

The study result showed : not have relation between education (p=1.000) and perception (p=0.114) and also have relation between age (p=0.041), sex (p<0.001), work (p=0.036), knowledge (p=0.036) with behavior smoker. For quintile 1, the second important is ciggaret than education.

This study expectable to Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal so instruction to puskesmas always increase health education especially about smoke at puskesmas working area. To Puskesmas Kotanopan expectable to health informant knowledge about the danger and less of smoke.

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masalah kesehatan sangat memerlukan perhatian karena dengan terwujudnya masyarakat yang sehat maka akan terwujud pula kecamatan, kabupaten, provinsi bahkan negara yang sehat. Kesehatan merupakan salah satu indikator kesejahteraan nasional. Oleh karena itu, kesehatan diupayakan dapat menjangkau dan dimanfaatkan oleh setiap warga negara.

Undang-undang (UU) Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 5 menyebutkan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya dibidang kesehatan, setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau serta setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya. Dalam pasal 20 menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan yang bermutu, aman, efisien, dan terjangkau.

(20)

Program jaminan kesehatan ini dimaksudkan untuk memberi perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan bagi peserta yang telah membayar iuran (Peraturan BPJS No. 1 Tahun 2014). JKN ini diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

Dalam pelaksanaannya sering terjadi Moral Hazard dimana orang yang sudah memiliki asuransi kesehatan cenderung akan merasa terjamin untuk mengakses layanan kesehatan sesuka hati mereka. Kepemilikan asuransi memang baik untuk menjamin ekuitas tapi itu menyimpan efek buruk di sisi lain. Ini membuat seseorang merasa terjamin mengenai masa depan layanan kesehatannya. Mau sakit apapun bisa mudah berobat. Tak ada lagi kepedulian berapa harganya yang penting terjangkau dan terpenuhi. Perilaku berisiko yang kerap terus dilakukan karena merasa akses layanan kesehatan bagi dirinya sudah terjamin ( ex-ante moral hazard) atau berulangkali datang ke layanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan yang sebenarnya tak benar-benar ia perlukan (ex-post moral hazard) (Fuady, 2012).

(21)

anggaran sebesar Rp 2,11 triliun setiap tahunnya jika ada larangan bagi perokok untuk menerima layanan Jamkesmas. Larangan ini menyangkut moral karena perokok memilih untuk menerima risiko penyakit ketika merokok dan sudah diingatkan pemerintah. Setiap tahunnya, pengeluaran negara untuk Jamkesmas mencapai Rp 6,7 triliun hingga Rp 7,4 triliun. Sedangkan, biaya perawatan medis rawat inap dan rawat jalan bagi pasien yang sakit akibat rokok mencapai Rp 2,11 triliun per tahun (Wicaksono, 2013).

Menurut Kemenkes, bantuan dari pemerintah berupa Jamkesmas hanya ditujukan bagi masyarakat yang membutuhkan dan telah melaksanakan kewajiban menjaga kesehatan. Saat ini Kemenkes sudah meminta pengelola program Jamkesmas, seperti PT Askes untuk mendata secara lengkap penyakit yang dilayani akibat rokok. Hal ini untuk memastikan kelengkapan data pendukung peraturan larangan perokok mendapatkan Jamkesmas atau layanan BPJS Kesehatan nantinya. Rencana pemerintah menerapkan larangan perokok mengantongi Jamkesmas juga untuk mendukung keberadaan UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan serta Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan (Wicaksono, 2013).

(22)

jangka waktu yang pendek tetapi akan baru terasa setelah beberapa tahun bahkan setelah berpuluh-puluh tahun (Utama, 2004).

Dari hasil kajian Badan Litbangkes tahun 2013, dampak buruk akibat tembakau/merokok pada kesehatan di Indonesia menunjukkan kenaikan kematian prematur akibat penyakit terkait tembakau dari 190.260 di tahun 2010 menjadi 240.618 kematian di tahun 2013, serta kenaikan penderita penyakit akibat konsumsi tembakau dari 384.058 orang tahun 2010 menjadi 962.403 orang tahun 2013. Kondisi ini berdampak pula pada peningkatan total kumulatif kerugian ekonomi secara makro akibat penggunaan tembakau. Jika dinilai dengan uang, kerugian ekonomi naik dari 245,41 trilyun rupiah tahun 2010 menjadi 378,75 trilyun rupiah tahun 2013 (Kemenkes RI, 2014).

Menurut Tobacco Control Support Center (TCSC), Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) 2007, pada tahun 2005 jumlah kematian akibat 3 kelompok penyakit utama yaitu kanker, penyakit jantung dan penyakit pernafasan kronik obstruktif diperkirakan sebesar 400.000 orang yang menyebabkan kerugian total sebesar 167 triliun rupiah atau setara dengan 5 kali lipat pendapatan pemerintah dari cukai tembakau pada tahun yang sama sebesar 37 triliun rupiah. Merokok mengurangi separuh usia hidup penggunanya dan 50% dari kematian tersebut terjadi pada usia 30-69 tahun. Pada tahun 2005, kematian dini akibat merokok mencapai 5 juta penduduk dunia (Wijaya, 2011).

(23)

bayi dan angka kematian balita antara keluarga yang ayahnya merokok dan keluarga dengan ayah tidak merokok. Terlihat bahwa angka kematian bayi dan balita pada keluarga yang ayahnya merokok lebih tinggi daripada pada keluarga dengan ayah yang tidak merokok. Sementara itu, menurut WHO

(World Health Organization) 2011, pada abad ke-20 yang baru lalu, ada 100 juta penduduk dunia meninggal dunia akibat rokok. Diperkirakan pada tahun 2030 angka kematian akibat rokok akan melebihi 8 juta orang pertahun dan akan ada 1 milyar kematian akibat rokok selama abad 21 ini bila tidak dilakukan upaya-upaya intervensi yang efektif.

(24)

bermain anak, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja dan tempat umum serta tempat lain yang telah ditetapkan.

Peraturan penanggulangan rokok yang telah ada belum berjalan secara efektif, terbukti masih tingginya prevalensi perokok. Di seluruh dunia, prevalensi orang yang merokok mengalami penurunan tetapi jumlah perokok meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Hasil temuan dari tim peneliti Amerika bahwa jumlah perokok di seluruh dunia meningkat menjadi hampir satu milyar orang (dikutip dari BBC dalam Journal Of The American Medical Association).

Menurut WHO 2008, Indonesia merupakan negara ketiga dengan jumlah perokok aktif terbanyak di dunia (61,4 juta perokok) setelah Cina dan India. Sementara itu, Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) di University of Washington memperkirakan jumlah perokok Indonesia sebanyak 52 juta orang. Jumlah perokok pria di Indonesia dalam 30 tahun terakhir meningkat 57%. Peningkatan ini merupakan jumlah tertinggi kedua di dunia berdasarkan hasil penelitian The Institute for Health Metrics and Evaluation (IMHE) dalam Jurnal Kesehatan Amerika (Hafid. 2014).

(25)

menjadi 36,3% (2013). Hasil GATS (Global Adaults Tobacco Survey) 2011 dan Riskesdas 2013 menunjukkan proporsi perokok pria dari 67% tahun 2011 menjadi 64,9% tahun 2013. Selain itu ditemukan juga 9,9% perokok pada kelompok tidak bekerja dan 32,3% pada kelompok kuintil indeks kepemilikan terendah. Sedangkan rerata jumlah batang rokok yang dihisap sekitar 12,3 batang, untuk terendah 10 batang dan tertinggi 18,3 batang.

Hasil penelitian Darwati 2009 adalah anggota asuransi kesehatan yang merokok lebih banyak yaitu 70,4% dibandingkan dengan yang tidak merokok sebanyak 29,6%. Berdasarkan pendidikan, lulusan SMP/SMA 1,2 kali lebih banyak yang memiliki kebiasaan merokok dibandingkan dengan yang lulusan SD/Tidak Sekolah, untuk usia, responden yang berumur diatas 29 tahun memiliki dua kali lipat kemungkinan kebiasaan merokok dibandingkan dengan yang berusia kurang atau sama dengan 29 tahun, responden yang berpendapatan lebih tinggi dari UMK memiliki 0,4 kali kemungkinan kebiasaan merokok dibanding yang berpendapatan lebih kecil daari UMK serta pria dan wanita memiliki kemungkinan kebiasaan merokok yang sama.

(26)

kemampuan menyediakan kebutuhan akan makanan bergizi bagi keluarga, pendidikan dan upaya memperoleh pelayanan kesehatan (Wijaya, 2011).

Kebutuhan masyarakat Indonesia adalah 72% kebutuhan pokok atau beras, 11,5% rokok, 11% ikan, daging, susu, dan sejenisnya, pendidikan

Di Indonesia kelompok keluargatermiskin justru mempunyai prevalensi merokok lebihtinggi dari pada kelompok pendapatan terkaya. Proporsipengeluaran bulanan untuk belanja rokok pada rumahtangga termiskin (12%) juga lebih tinggi dari rumahtangga terkaya (7%).Proporsi belanja bulanan rokok keluarga termiskinperokok adalah kedua terbesar (12%) setelah beras(22%). Belanja bulanan rokok keluarga termiskin setara dengan 15 kali biaya pendidikan (0,8%) dan 9 kali bagikesehatan (1,3%). Dibandingkan pengeluaran makananbergizi, jumlah itu setara 5 kali pengeluaran untuk telurdan susu (2,3%), 2 kali pengeluaran untuk ikan (6,8%)dan 17 kali pengeluaran

(27)

membeli daging (0,7%). Susenas 2006 menunjukkan rata-rata pengeluaran rokok pada keluarga perokok sekitar Rp 117 ribu per bulan, pada keluarga termiskin rata-rata Rp 52 ribu yang dihabiskan membeli rokok. Program pengurangan kemiskinan akan terhambat apabila keluarga miskin masih terperangkap adiksi rokok (TCSC-IAKMI, 2009).

Perilaku kesehatan menurut Skiner (Notoadmojo, 2007) adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya yaitu : makan dengan menu seimbang, olahraga teratur, tidak merokok, mengendalikan stress, perilaku dan gaya hidup. Menurut Notoadmojo 2007, perilaku dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, pengetahuan, persepsi dan sebagainya.

(28)

Penerima Bantuan Iuran (PBI) untuk masyarakat miskin/peralihan dari Jamkesmas.

Jumlah peserta peralihan (warga miskin yang tidak mampu menanggung iuran) tercatat sebanyak 116.122.065 peserta (50%) yang akan ditanggung pemerintah melalui kelompok Penerima Bantuan Iuran (PBI). Di seluruh Indonesia jumlah peserta PBI mencapai 86,4 juta orang. Di Provinsi Sumatera Utara PBI tercatat sebanyak 4.192.297 orang (30%). Data Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2013, penduduk yang memiliki askeskin/jamkesmas sebanyak 175. 187 peserta (42,63%) yang otomatis akan menjadi peserta PBI.

Dari hasil penelitian Siyoto tahun 2013 bahwa rata-rata unur kepala keluarga adalah 49,5 tahun, pengeluaran rata-rata 122,331>UMR, mayoritas pekerjaannya adalah buruh tani, buruh bangunan, pendidikan mayoritas SMP/SMA serta aktif mengikuti kegiatan RT di lingkungan tempat tinggalnya dan sebagian besar merokok 63% dengan pengeluaran sebesar Rp. 268.948,-. Pengeluaran terbesar kepala keluarga penerima Jamkesmas/PBI di Kota Kediri ternyata didapatkan nilai yang melebihi UMR Kota Kediri (Rp. 850.000 tahun 2012 dan Rp. 1.040.000 tahun 2013). Pengeluaran terbesar keluarga untuk makan kemudian untuk rokok atau tembakau. Baru kemudian untuk pendidikan anak, listrik, komunikasi, arisan , dll (Siyoto, 2013).

(29)

pedagang dan buruh harian. Dari pengumpulan data puskesmas ditemukan sepuluh penyakit terbesar di Puskesmas Kotanopan dengan ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) sebagai urutan pertama (Profil Puskesmas Kotanopan, 2013).

Jumlah peserta PBI di wilayah kerja Puskesmas Kotanopan sebanyak 10.110 peserta. Namun dari penuturan petugas puskesmas sebagian besar dari peserta PBI ini memiliki kebiasaan merokok. Dari penuturan beberapa warga, mereka juga mengatakan sudah lama merokok dan bisa menghabiskan rokok antara 6 sampai 15 batang per hari. Harga rokok berkisar antara Rp. 9.000 s/d Rp. 11.000 per bungkus dengan penghasilan rata-rata Rp. 1.500.000 per bulan. Mereka merokok disela-sela istirahat dari aktivitasnya, diwaktu luang, sehabis makan dan konsumsi rokok akan meningkat jika sedang suntuk. Mereka juga mengatakan sudah pernah mencoba berhenti merokok apalagi saat mereka sakit tetapi hanya bertahan sementara karena bagi mereka merokok adalah salah satu kenikmatan apalagi setelah makan.

(30)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini adalah Apakah Ada Hubungan Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) Dengan Perilaku Merokok Di Puskesmas Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2014?

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui apakah ada Hubungan Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) Dengan Perilaku Merokok Di Puskesmas Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2014.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Dinas Kabupaten Mandailing Natal dan Puskesmas Kotanopan dalam pembuatan atau penyusunan program kesehatan lainnya dan sebagai informasi pelaksanaan dan kepesertaan JKN di wilayah kerjanya.

1.4.2. Diharapkan bisa menjadi referensi bagi pengembangan penelitian selanjutnya.

(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku

2.1.1. Pengertian Perilaku

Perilaku adalah hasil dari pada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku merupakan respons seseorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dalam dirinya. Perilaku kesehatan adalah segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan. Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan (Sarwono, 1997 dan Notoatmodjo, 2007).

(32)

2.1.2. Klasifikasi Perilaku Kesehatan

Dari batasan Skiner dalam Notoadmojo (2007), perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu :

1. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (Health Mantainance)

Perilaku pemeliharaan kesehatan adalah usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Aspek pemeliharaan keesehatan terdiri dari tiga aspek yaitu :

a. Perilaku pencegahan dan penyembuhan penyakit bila sakit serta pemulihan kesehatan bila telah sembuh dari sakit.

b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila keadaan seseorang dalam keadaan sehat. Maksudnya orang yang sehat pun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.

c. Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan minuman dapat memelihara serta meningkatkan kesehatan seseorang tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan bahkan mendatangkan kesehatan.

2. Perilaku Pencarian dan Penggunaan Sistem atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan, atau Perilaku Pencarian Pengobatan (Health Seeking Behavior)

(33)

3. Perilaku Kesehatan Lingkungan

Perilaku kesehatan lingkungan adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik maupun sosial budaya sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Atau perilaku kesehatan lingkungan merupakan bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga ataupun masyarakat disekitarnya.

Klasifikasi perilaku kesehatan lingkungan menurut Becker, 1979 dibagi menjadi :

a. Perilaku hidup sehat

Perilaku hidup sehat adalah perilaku yang berakaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini mencakup antara lain : makan dengan menu seimbang (appropriate diet), olahraga teratur, tidak merokok, tidak minum minuman keras dan narkoba, istirahat yang cukup, mengendalikan stress, dan perilaku atau gaya hidup yang positif.

b. Perilaku sakit (illness behaviour)

Perilaku sakit ini mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan peyakitnya dan sebagainya.

c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior)

(34)

penyembuhan penyakit yang layak, dan mengetahui hak dan kewajiban orang sakit (Notoatmodjo, 2007).

2.2. Teori Determinan Perilaku

Faktor penentu/faktor-faktor yang mempengaruhi (determinan) perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan resultan dari berbagai faktor baik faktor internal maupun eksternal sebagai berikut :

1. Faktor internal adalah karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat bawaaan seperti : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, persepsi, minat, dan sebagainya.

2. Faktor eksternal yakni lingkungan baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya.

[image:34.612.136.554.494.627.2]

Kedua faktor tersebut akan dapat terpadu menjadi perilaku yang selaras dengan lingkungannya apabila perilaku yang terbentuk dapat diterima oleh lingkungannya dan dapat diterima oleh individu yang bersangkutan.

Gambar 1. Determinan Perilaku Manusia (Notoadmodjo, 2012) Pengalaman

Keyakinan Fasilitas Sosial budaya

Pengetahuan Persepsi Sikap Keinginan Kehendak

(35)

2.3. Rokok

Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar dan dihisap dan/atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies/sintesis lainnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa tambahan (PP No. 109 Tahun 2012).

Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dimasukkan dengan mudah kedalam kantong. Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut juga umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang ditimbulkan karena merokok, misalnya: kanker paru-paru atau serangan jantung. Walaupun pada kenyataanya itu hanya tinggal hiasan, jarang sekali dipatuhi (Gondodiputro,2007). 2.3.1. Kandungan Rokok

Sarafindo (1994) menyatakan bahwa rokok mengandung tiga unsur zat yaitu: karbomonoksida (carbomonoxide), tar, nikotin (nicotines).

a. Karbomonoksida (Carbomonoxide) adalah gas yag mudah diserap ke dalam pembuluh darah yang berakibat pada ketergantungan secara fisiologis (physiological dependency).

b. Tar adalah partikel residu yang mungkin dapat menyebabkan gangguan penyakit kanker paru-paru.

(36)

Menurut Gondodiputro tahun 2007, bahan utama rokok adalah tembakau, dimana tembakau mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen dan setidaknya 200 diantaranya berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada tembakau adalah tar, nikotin, dan CO. Selain itu, dalam sebatang tembakau juga mengandung bahan-bahan kimia yang juga sama beracun. Zat-zat beracun yang terdapat dalam tembakau antara lain :

1. Karbon Monoksida (CO) adalah unsur yang dihasilkan oleh pembakaran tidak sempurna dari unsur zat arang dan karbon. Gas CO yang dihasilkan sebatang tembakau dapat mencapai 3% - 6% dan gas ini dapat dihisap oleh siapa saja. Seseorang yang merokok hanya akan menghisap sepertiga bagian saja yaitu arus tengah sedangkan arus pinggir akan tetap berada diluar. Setelah itu perokok tidak akan menelan semua asap tetapi akan disemburkan keluar. 2. Nikotin adalah suatu zat yang memiliki efek adiktif dan psikoaktif sehingga

perokok akan merasakan kenikmatan, kecemasan berkurang, toleransi dan keterikatan. Banyaknya nikotin yang terkandung dalam rokok adalah sebesar 0,5–3 nanogram dan semua diserap sehingga didalam cairan darah ada sekitar 40-50 nanogram nikotin setiap 1 mlnya. Nikotin bukan merupakan komponen karsinogenik.

(37)

4. Cadmium adalah zat yang dapat meracuni jaringan tubuh terutama ginjal. 5. Amoniak merupakan gas yang tidak berwarna terdiri dari nitrogen dan

hydrogen, zat ini mempunyai bau yang tajam dan sangat merangsang. Karena kerasnya racun yang terdapat pada amoniak sehingga jika masuk sedikit saja kedalam peredaran darah akan mengakibatkan seseorang pingsan atau koma. 6. HCN (Asam Sianida) merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, tidak

berbau, dan tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan, mudah terbakar, dan sangat efesien untuk menghalangi pernafasan dan merusak saluran pernafasan.

7. Nitrous Oxide merupakan sejenis gas yang tidak berwarna dan bila terhisap dapat menghilangkan rasa sakit. Nitrous Oxide ini mulanya digunakan dokter sebagai pembius saat melakukan operasi.

8. Formaldehyde adalah sejenis gas yang mempunyai bau tajam, gas ini tergolong sebagai pembasmi hama. Gas ini juga sangat beracun terhadap semua organisme hidup.

9. Fenol adalah campuran dari Kristal yang dihasilkan dari beberapa zat organik seperti kayu dan arang.Zat ini beracun dan berbahaya karena fenol ini terikat ke protein sehingga menghalangi aktivitas enzim.

10.Asetol adalah hasil pemanasan aldehid dan mudah menguap dengan alkohol. 11.H2S (Asam Sulfida) adalah sejenis gas yang beracun yang mudah terbakar

dengan bau yang keras, zat ini menghalangi oksidasi enzim.

(38)

13.Metil Klorida adalah zat senyawa organik yang beracun.

14.Methanol adalah sejenis cairan ringan yang mudah menguap dan mudah terbakar. Jika meminum atau menghisap methanol mengakibatkan kebutaan bahkan kematian.

15.Polycylic Aromatic Hydrocarbonas (PAH) senyawa ini merupakan senyawa reaktif yang cenderung bersifat ganotoksik. Senyawa ini merupakan penyebab tumor.

16.Volatik Nitrosamine merupakan jenis asap tembakau yang diklasifikasikan sebagai karsinogen yang potensional (Gondodiputro,2007).

2.3.2.Dampak Rokok atau Tembakau Bagi Kesehatan

(39)

Selain itu, mengkonsumsi tembakau berkontribusi terhadap timbulnya katarak, pneumonia, kanker lambung, kanker pankreas, kanker servik, kanker ginjal dan penyakit lainnya. Penyakit-penyakit ini menambah panjangnya daftar penyakit yang ditimbulkan oleh mengkonsumsi tembakau seperti kanker paru-paru, oesophagus, laring, mulut dan tenggorokan, penyakit paru kronik, melebarnya gelembung pada paru-paru dan radang pada tenggorokan, stroke, serangan jantung dan penyakit kardiovaskular lainnya.

Hampir 90% kanker paru-paru disebabkan oleh konsumsi tembakau. Tembakau juga dapat merusak sistem reproduksi, berkontribusi pada keguguran, kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, kematian bayi setelah lahir dan penyakit pada anak-anak. Namun demikian, tidak hanya perokok saja yang mendapatkan penyakit tersebut tetapi masyarakat banyak yang terpapar asap rokok yang kita kenal dengan passive smoking (perokok pasif). Telah terbukti perokok pasif beresiko terkena penyakit kardiovaskular, kanker paru-paru, asma, dan penyakit paru lainnya (Gondodiputro, 2007).

(40)

alat kontrasepsi pil akan cenderung membuat darah bergumpal. Dampak buruk merokok tidak hanya bagi perokok tapi juga bagi orang-orang disekitarnya. Di Amerika Serikat sekitar 4.000 orang perokok pasif meninggal setiap tahun karena kanker paru (Djauzi, S. 2004).

Menurut Gondodiputro (2007) ada beberapa penyakit yang disebabkan rokok yaitu :

1. Efek Tembakau terhadap susunan saraf pusat

Hal ini disebabkan karena nikotin yang diabsorpsi dapat menimbulkan gemetar pada tangan dan kenaikan berbagai hormon dan rangsangan dari sumsum tulang belakang menyebabkan mual, dan muntah. Dilain tempat nikotin juga menyebabkan rasa nikmat sehingga perokok akan merasa lebih tenang, daya pikir serasa lebih cemerlang dan mampu menekan rasa lapar. Sedangkan efek lain menimbulkan rangsangan senang sekaligus mencari tembakau lagi. Efek dari tembakau memberi stimulasi depresi ringan, gangguan daya tangkap, alam perasaan, alam pikiran, tingkah laku dan fungsi psikomotor.

2. Penyakit kardiovaskular

(41)

kekurangan darah (ischemia). Sehingga apabila melakukan aktivitas fisik atau stress, kekurangan aliran darah meningkat sehingga menimbulkan sakit dada.

Penyempitan yang berat/penyumbatan dari satu atau lebih arteri koroner berakhir dengan kematian jaringan/komplikasi dari infark miokard termasuk irama jantung tidak teratur dan jantung berhenti mendadak. Iskemia yang berat dapat menyebabkan otot jantung kehilangan kemampuan untuk memompa sehingga terjadi pengumpulan cairan di jaringan tepi maupun penimbunan cairan di paru-paru. Orang yang merokok lebih 20 batang tembakau per hari memiliki resiko 6 kali lebih besar terkena infark mikard dibandingkan dengan bukan perokok. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab utama kematian di negara-negara industri dan berkembang yaitu sekitar 30% dari semua penyakit jantung berkaitan dengan konsumsi tembakau.

3. Arteriosklerosis

(42)

Dalam stadium ini tindakan yang dilakukan adalah amputasi jika penyumbatan terjadi di percabangan aorta daerah perut akan menimbulkan sakit di daerah pinggang termasuk pula timbulnya gangguan ereksi.

4. Tukak Lambung dan Tukak Usus Dua Belas Jari

Tembakau meningkatkan asam lambung dengan daya perlindungan. Tembakau meningkatkan asam lambung sehingga terjadilah tukak lambung dan usus dua belas jari. Perokok menderita gangguan dua kali lebih tinggi dari bukan perokok.

5. Efek terhadap Bayi

Ibu hamil merokok mengakibatkan kemungkinan melahirkan prematur. Jika kedua orang tuanya perokok mengakibatkan daya tahan bayi menurun pada tahun pertama sehingga akan menderita radang paru-paru maupun bronchitis dua kali lipat dibandingkan dengan yang tidak merokok sedangkan terhadap infeksi lain meningkat 30%. Terdapat bukti bahwa anak yang orang tuanya merokok menunjukkan perkembangan mental terbelakang.

6. Efek terhadap Otak dan Daya Ingat

Akibat proses arteriosklerosis yaitu penyempitan dan penyumbatan aliran darah ke otak yang dapat merusak jaringan otak karena kekurangan oksigen. Studi tentang hubungan tembakau dan daya ingat juga dilakukan baru-baru ini. Dari hasil analisis otak peneliti dari Neuropsychiatric Institute University of California

(43)

7. Impotensi

Pada laki-laki berusia 30-40 tahun merokok dapat meningkatkan disfungsi ereksi (sekitar 50%). Ereksi tidak dapat terjadi bila darah tidak mengalir bebas ke penis. Oleh karena nikotin, pembuluh darah menyempit arteri yang menuju penis, mengurangi aliran darah dan tekanan darah menuju penis. Efek ini meningkat bersama dengan waktu. Masalah ereksi ini merupakan peringatan awal bahwa tembakau telah merusak area lain dari tubuh.

8. Kanker

Asap tembakau menyebabkan lebih dari 85% kanker paru-paru dan berhubungan dengan kanker mulut, faring, laring, esophagus, lambung, pankreas, saluran kencing, ginjal, ureter, kandung kemih dan usus. Tipe kanker yang umumnya terjadi pada pemakai tembakau adalah kanker kandung kemih, kanker esophagus, kanker pada ginjal, kanker serviks, kanker payudara, dan lain-lain. Mekanisme kanker yang disebabkan tembakau yaitu merokok menyebabkan kanker pada berbagai organ tetapi organ yang terpengaruh langsung oleh karsinogen adalah saluran nafas.

9. Chronic Obstruktive Pulmonary Diaseases (COPD)

(44)

10.Interaksi dengan Obat

Perokok metabolisme berbagai jenis obat lebih cepat dari pada non perokok yang disebabkan enzim-enzim di mukosa, usus, atau hati oleh komponen dalam asap tembakau. Dengan demikian, efek obat-obat tersebut berkurang sehingga perokok membutuhkan obat dengan dosis lebih tinggi dari pada non perokok, misalnya analgetika.

11.Penyakit pada perokok pasif

Perokok pasif dapat terkena penyakit kanker paru-paru dan jantung koroner. Menghirup asap tembakau orang lain dapat memperburuk kondisi pengidap penyakit angina, asma, alergi dan gangguan pada wanita hamil.

2.3.3. Belanja Rokok

Jumlah perokok Indonesia sangatlah besar sesuai dengan jumlah penduduknya yang besar pula. Tahun 2005 cukai sebesar Rp. 32,6 trilyun dari rokok tetapi biaya pengobatan penyakit akibat rokok mencapai Rp.167 trilyun atau 5 kali lipat cukai rokok. Rokok juga menjadi pengeluaran terbesar kedua bagi para rakyat Indonesia. Pada data di Lembaga Demografi FE UI tahun 2006 tercatat pengeluaran rokok sebesar 11,89%, setengahnya dari pengeluaran terhadap padi-padian yang mencapai 22,10%, namun lebih tinggi dari listrik, telepon dan BBM yang sebesar 10,95 % serta lebih tinggi dari pada sewa dan kontrak yang mencapai 8,82%.

(45)

akibat rokok mencapai Rp125 triliun hingga Rp130 triliun. Sehingga hampir Rp 100 triliun ditanggung pembayar pajak lainnya dan rakyat miskin banyak yang menjadi korban akibat penyakit itu. Kebutuhan masyarakat Indonesia adalah, 72 persen kebutuhan pokok atau beras 11,5%, rokok 11%, ikan, daging, susu, dan sejenisnya; pendidikan 3,2 persen; dan kesehatan 2,3 persen. “Artinya, ikan, daging, susu, pendidikan, dan kesehatan masih kalah penting daripada rokok.

Hasil kajian Badan Litbangkes tahun 2013 menunjukkan telah terjadi kenaikan kematian prematur akibat penyakit terkait tembakau dari 190.260 tahun 2010 menjadi 240.618 kematian tahun 2013, serta kenaikan penderita penyakit akibat konsumsi tembakau dari 384.058 orang tahun 2010 menjadi 962.403 orang tahun 2013. Kondisi tersebut berdampak pula terhadap peningkatan total kumulatif kerugian ekonomi secara makro akibat penggunaan tembakau. Jika dinilai dengan uang, kerugian ekonomi naik dari 245,41 trilyun rupiah tahun 2010 menjadi 378,75 trilyun rupiah tahun 2013 (Kemenkes RI, 2014).

2.3.4. Tahap-tahap Merokok

Menurut Leventhal & Clearly terdapat 4 tahap perilaku merokok sehingga menjadi perokok yaitu :

1. Tahap prepatory, pada tahap ini seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat, atau dari hasil bacaan yang menimbulkan minat untuk merokok.

(46)

3. Tahap Becoming a Smoker pada tahap ini apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi perokok.

4. Tahap Maintenance of smoking pada tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri (self regulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan.

2.3.5. Tipe Perokok

Tipe perokok ada dua jenis yaitu:

1. Perokok aktif (Active smoker) ialah individu yang benar-benar memiliki kebiasaan merokok. Merokok yang sudah menjadi kebiasaan hidupnya sehingga rasanya tidak enak jika sehari tak merokok.

2. Perokok pasif (pasif smoker) yaitu individu yang tidak memiliki merokok namun terpaksa harus menghisap asap rokok yang dihembuskan orang lain yang kebetulan didekatnya. Kalau tak merokok kelompok ini merasa tidak apa-apa dan tidak terganggu aktivitasnya. Jadi, perokok pasif dianggap sebagai korban dari perokok aktif (Dariyo, 2004).

2.3.6. Alasan Merokok

Tomkins dalam Dariyo (2004) menyatakan bahwa alasan individu untuk memiliki perilaku kebiasaan merokok antara lain :

(47)

b. Pengaruh negatif yaitu merokok dapat meredakan emosi-emosi negatif yang dihadapinya.

c. Habitual (ketergantungan psikologis) yaitu perilaku yang sudah menjadi kebiasaan. Secara fisik individu merasa ketagihan untuk merokok dan ia tak dapat menghindari atau menolak permintaan yang berasal dari dalam dirinya (internal). Akibatnya, ia harus merokok baik dalam menghadapi keadaan suatu masalah maupun dalam keadaan santai. Hal ini akan menjadi suatu kebiasaan bahkan menjadi gaya hidup (life style).

d. Ketergantungan psikologis yaitu kondisi ketika individu selalu merasakan, memikirkan dan memutuskan untuk merokok terus-menerus. Dalam keadaan apa saja dan dimana saja ia selalu cenderung untuk merokok (Dariyo, 2004). 2.4. Konsep dan Sebab Kemiskinan

2.4.1. Konsep Kemiskinan

(48)

Kemiskinan secara umum didefinisikan sebagai suatu kondisi ketidakmampuan pendapatan dalam memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan lainnya yang dapat menjamin terpenuhinya standar kualitas hidup. Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2004, kemiskinan adalah kondisi sosial ekonomi seseorang atau sekelompok orang yang tidak terpenuhinya hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Kebutuhan dasar yang menjadi hak seseorang atau sekelompok orang meliputi kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya alam, lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan kehidupan sosial dan politik.

Definisi kemiskinan yang dikemukakan oleh Chambers adalah definisi yang saat ini mendapatkan perhatian dalam setiap program pengentasan kemiskinan diberbagai negara-negara berkembang dan dunia ketiga. Pandangan yang dikemukakan dalam definisi kemiskinan dari Chambers menerangkan bahwa kemiskinan adalah suatu kesatuan konsep (integrated concept) yang memiliki lima dimensi, yaitu:

1) Kemiskinan (Proper)

(49)

2) Ketidakberdayaan (Powerless)

Pada umumnya, rendahnya kemampuan pendapatan akan berdampak pada kekuatan sosial (social power) dari seseorang atau sekelompok orang terutama dalam memperoleh keadilan/persamaan hak untuk mendapatkan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

3) Kerentanan menghadapi situasi darurat (State of emergency)

Seseorang/sekelompok orang yang disebut miskin tidak memiliki kemampuan untuk menghadapi situasi yang tidak terduga dimana situasi ini membutuhkan alokasi pendapatan untuk menyelesaikannya. Misalnya, situasi rentan berupa bencana alam, kondisi kesehatan yang membutuhkan biaya pengobatan yang relatif mahal, dan situasi-situasi darurat lainnya yang membutuhkan kemampuan pendapatan yang dapat mencukupinya. Kondisi dalam kemiskinan dianggap tidak mampu untuk menghadapi situasi ini.

4) Ketergantungan (dependency)

Keterbatasan kemampuan pendapatan ataupun kekuatan sosial dariseseorang/sekelompok orang yang disebut miskin menyebabkantingkat ketergantungan terhadap pihak lain sangat tinggi. Merekatidak memiliki kemampuan atau kekuatan untuk menciptakan solusi/penyelesaian masalah terutama yang berkaitan dengan penciptaanpendapatan baru. Bantuan pihak lain sangat diperlukan.

5) Keterasingan (Isolation)

(50)

umumnya, masyarakat yang disebut miskin iniberada pada daerah yang jauh dari pusat-pusat pertumbuhan ekonomi. Halini dikarenakan sebagian besar fasilitas kesejahteraan lebih banyakterkonsentrasi di pusat-pusat pertumbuhan ekonomi. Masyarakat yang tinggal di daerah terpencilsulit dijangkau oleh fasilitas-fasilitas kesejahteraan sehingga relatif memiliki tarafhidup yang rendah yang menyebabkan adanyakemiskinan.

2.4.2. Sebab-sebab Kemiskinan

Sen dalam Ismawan (2003) mengutarakan bahwa penyebab kemiskinan atau keterbelakangan adalah persoalan aksesibilitas. Akibat keterbatasan dan ketiadaan akses maka manusia mempunyai keterbatasan (bahkan tidak ada) pilihan untuk mengembangkan hidupnya kecuali terpaksa menjalankan apa yang saat ini bisa dilakukan bukan apa yang seharusnya dilakukan. Dengan demikian, manusia memiliki keterbatasan dalam melakukan pilihan, akibatnya potensi manusia akan terhambat untuk mengembangkan kemampuannya.

Menurut Kuncoro yang dikutip Sharp (2000) penyebab kemiskinan adalah 1. Secara mikro kemiskinan minimal karena adanya ketidaksamaan pola

kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya mempunyai sumber daya yang terbatas dan kualitas rendah.

(51)
[image:51.612.134.527.260.440.2]

3. Kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal. Ketiga penyebab kemiskinan ini bermuara pada teori lingkaran setan kemiskinan (vicious circle poverty). Adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktivitas sehingga mengakibatkan rendahnya pendapatan yang mereka terima. Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan investasi yang berakibat pada keterbelakangan dan seterusnya.

Gambar 2. Lingkaran Setan Kemiskinan (vicious circle poverty)

2.5.Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Program Jaminan Kesehatan Nasional disingkat Program JKN adalah suatu program Pemerintah dan Masyarakat/Rakyat dengan tujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi setiap rakyat Indonesia agar penduduk Indonesia dapat hidup sehat, produktif, dan sejahtera untuk melindungi kesehatan seluruh rakyat Indonesia baik secara mandiri ataupun dengan bantuan. Pemerintah memberikan perlindungan kesehatan bagi rakyat miskin yang disebut dengan PenerimaBantuan Iuran (PBI).

Ketidaksempurnaan pasar Keterbelakangan

Ketertinggalan

Kekurangan Modal

(52)

2.5.1. Dasar Hukum JKN

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) merupakan perubahan dari PT. ASKES (Persero) sejak tanggal 1 Januari 2014 dengan berdasarkan pada Undang-undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), Undang-undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2012 Tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan, dan Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan.

2.5.2. Kepesertaan JKN

Peserta Kepesertaan JKN ini dilakukan secara bertahap. Tahap pertama dilakukan sejak tanggal 1 Januari 2014 dimana peserta masih terdiri dari peserta yang didaftarkan oleh pemberi kerja (PNS dan pensiunan, TNI/POLRI dan pensiunan, JPK Jamsostek) dan pemerintah (Jamkesmas). Tahap selanjutnya, mencakup seluruh penduduk yang belum terdaftar sebagai peserta BPJS paling lambat 1 Januari 2019.

(53)

2.5.3. Pelayanan JKN

JKN yang berisfat pelayanan kesehatan perorangan, mencakup pelayan preventif, promotif, kuratif, rehabilitatif, pelayanan obat, bahan medis habis pakai sesuai dengan indikasi medis yang diperlukan. Dalam pemberian pelayanan kesehatan peserta JKN ada juga beberapa pelayanan yang tidak dijamin yaitu : 1. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui posedur yang diatur

dalam peraturan yang berlaku.

2. Pelayanan ksehatan yang dilakukan di fasilitas kesehatan yang tidak bekerja sama dengan BPJS kesehatan kecuali dalam kasus gawat darurat.

3. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan kerja terhadap penyakit atau cidera akibat kecelakaan atau hubungan kerja. 4. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri.

5. Pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik. 6. Pelayanan untuk mengatasi infertilitas. 7. Pelayanan meratakan gigi (ortodentis)

8. Gangguan kesehatan/ penyakit akibat ketergantungan obat dan/ atau alcohol. 9. Gangguan kesehatn akibat sengaja menyakiti diri sendiri atau akibat

melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri.

10. Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional yang belum dinyatakan efektif berdasarkan penilaian tekhnologi kesehatan.

11. Pengobatan atau tindakan medis yang dikategorikan percobaan. 12. Alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan susu.

(54)

14. Pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap darurat, kejadian luar biasa/wabah ( Per Pres No. 111 Tahun 2013).

2.6. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

Puskesmas dikembangkan di Indonesia sejak dicanangkannya pembangunan jangka panjang yang pertama tahun 1971. Puskesmas diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.128 / Menkes /SK/II/2004. 2.6.1. Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah Unit Pelaksana Tekhnis (UPT) Dinas Kesehatan Kab/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.

Unit Pelaksana Tekhnis Dinas (UPTD) adalah suatu unit organisasi dilingkungan Dinas Kesehatan Kab/Kota yang melakukan tugas tekhnis operasional dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.

Pembangunan Kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Pengertian pembangunan kesehatan juga meliputi pembangunan yang berwawasan kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan keluarga serta pelayanan kesehatan.

(55)

Puskesmas bertanggungjawab hanya untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan dibebankan Dinas Kesehatan Kab/Kota sesuai kemampuannya.

Wilayah Kerja, secara nasional standar wilayah puskesmas adalah satu kecamatan. Tetapi apabila terdapat lebih dari satu puskesmas maka tanggungjawab puskesmas dibagi antar puskesmas.

2.6.2. Visi dan Misi Puskesmas a. Visi Puskesmas

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat. Indikator kecamatan sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama yaitu : lingkugan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu dan derajat kesehatan masyarakat kecamatan.

b. Misi Puskesmas

(56)

2.6.3. Tujuan Puskesmas

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan puskesmas yaitu mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia sehat. 2.6.4. Fungsi Puskesmas

Puskesmas berfungsi sebagai penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama meliputi : pelayanan perorangan dan pelayanan masyarakat.

2.6.5. Upaya Kesehatan Puskesmas

Upaya kesehatan puskesmas dibagi dua yaitu :

a. Upaya kesehatan wajib yang terdiri dari : upaya promosi kesehatan, upaya kesehatan lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana, upaya perbaikan gizi masyarakat, upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan upaya pengobatan.

(57)

2.7. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian dan landasan teori yang telah dikemukakan maka kerangka konsep penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :

[image:57.612.127.526.173.386.2]

S

Gambar 3. Kerangka Konsep Penelitian (Notoadmodjo, 2012) 2.8.Hipotesis Penelitian

Ada hubungan karakteristik peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) dengan perilaku merokok di Puskesmas Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2014.

Variabel Independen Variabel Dependen

Perilaku Merokok Karakteristik Peserta JKN

PBI :

• Umur

(58)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitiancross sectional yaitu untuk melihat apakah ada hubungan karakteristik peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) dengan perilaku merokok di wilayah kerja Puskesmas Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2014 dimana pengumpulan data mengenai fakta-fakta yang terjadi dilakukan sekaligus dalam waktu yang bersamaan.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal, melihat data Riskesdas 2013 menunjukkan perilaku merokok penduduk 15 tahun keatas masih belum terjadi penurunan dari 34,2% (2007) menjadi 36,3% (2013) serta dari 10.110 peserta PBI sebagian besardari peserta PBI ini memiliki kebiasaan merokok.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari Mei sampai selesai. 3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

(59)

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan tekhnik multistage random samplingyaitu pengambilan sampel berdasarkan tingkat wilayah secara bertahap (Praktiknya, 2011). Sampel yang akan diambil yaitu sebesar 20% dari 36 desa/kelurahan yaitu sebanyak 7 desa yang dipilih secara sistematik random sampling dengan N= 1.346 orang sehingga n= 93 orang. Jumlah sampel diambil dengan cara stratifikasi proporsional random sampling pada tiap desa yang

terpilih. Rumus yang digunakan untuk sampel yaitu : �= � ����

[image:59.612.134.530.367.589.2]

������ �. Adapun distribusi sampel dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.1 : Distribusi Sampel Penelitian dari Desa/Kelurahan Terpilih No. Desa/Kel Terpilih Populasi Rumus Sampel

1. Desa Tobang 159 159

1346× 93

11

2. Desa Usor Tolang 190 190

1346× 93

13

3. Desa Muara Botung 342 342

1346× 93

24

4. Desa Padang Bulan 174 174

1346× 93

12

5. Desa Manambin 118 118

1346× 93

8 6. Desa Gunung Tua M. Soro 306 306

1346× 93

21

7. Desa Gading Bain 57 57

1346× 93

4

Jumlah 1.346 93

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

(60)

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder pada penelitian ini yaitu data yang diperoleh dari laporan atau data-data terkait yang diambil dari berbagai instansi :

1. Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal 2. Puskesmas Kotanopan

3.5 Defenisi Operasional Variabel 3.5.1 Variabel Independen

Variabel independen penelitian ini adalah karakteristik peserta PBI JKNsebagai berikut :

1. Umur adalah lama waktu hidup responden dihitung sejak ia lahir sampai dilakukan wawancara yang dinyatakan dengan ulang tahun terakhir yang dikategorikan :

1. Umur 20-29 Tahun 2. Umur 30-39 Tahun 3. Umur 40 Tahun Keatas

2. Jenis Kelamin adalah jenis kelamin responden. 1. Laki-laki

2. Perempuan

3. Pendidikan adalahjenjang pendidikan formal yang diperoleh responden yaitu : 1. Tidak Sekolah/SD

(61)

4.Pekerjaan adalah sumber mata pencaharian responden yaitu: 1. Petani

2. Pedagang 3. Buruh Harian

4. Lainnya (………)

5. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden tentang rokok.

1. Tahu 2. Tidak tahu

6. Persepsi adalah segala bentuk pemahaman/penafsiran sesuatu oleh responden tentang rokok.

7. Pengeluaran adalah jumlah uang yang dikeluarkan untuk biaya, listrik dan pulsa, pendidikan, transportasi, serta konsumsi makanan sehari-hari.

3.5.2. Variabel Dependen

Variabel dependen penelitian ini adalah perilaku merokok yaitu segala kegiatan menghisap rokok yang dilakukan oleh responden secara teratur dan berulang.

3.6 Aspek Pengukuran

(62)

3.6.1 Aspek Pengukuran Variabel Independen

[image:62.612.116.575.223.573.2]

Variabel independen terdiri umur, jenis kelamin pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan persepsi serta pengeluaran. Skala pengukurannya terdapat pada tabel berikut :

Tabel 3.2 : Aspek Pengukuran Variabel Independen No Variabel Jumlah

Indika tor Indikator Kategori Jawaban Bobot Nilai Kategori Variabel

Skor Skala Ukur

1 Umur 1.20-29 tahun 1. Muda Ordinal

2.30-39 tahun 2. Sedang

3.40 tahun

keatas

3. Tua 2 Jenis

Kelamin

1.Laki-laki Nominal

2.Perempuan 3 Pendidikan 1.Tidak

sekolah/SD

Ordinal 2.SMP/SMA

4 Pekerjaan 1. Petani Nominal

2.Pedagang

3.Buruh harian

4.Lainnya

5 Pengetahuan 10 1.Tahu 2 1.Baik 1.15-20 Ordinal 2.Tidak tahu 1 2.Kurang 2. 10-14

6 Persepsi 4 1.Setuju 2 1.Baik 1. 7-8 Ordinal

2.Tidak setuju 1 2.Buruk 2. 4-6

(63)

3.6.2 Aspek Pengukuran Variabel Dependen

Variabel dependen meliputi perilaku merokok sebagai berikut : Tabel 3.3. Aspek Pengukuran Variabel Dependen

No Variabel Jumlah Indikator

Indikator Kategori Jawaban

Bobot Nilai

Kategori Variabel

Skor Skala Ukur 1 Perilaku

Merokok

1. Ya Nominal

2. Tidak 3.7. Tekhnik Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul akan diolah dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Editing yaitu proses memeriksa kembali kebenaran data yang telah diperoleh. b. Koding adalah proses pemberian kode data yang diberikan responden pada

tiap kategori.

c. Entry data yaitu kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master data atau data base di komputer.

3.8. Analisis Data

Analisis data dilaksanakan dengan program komputer yaitu uji chi squre

(64)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Kotanopan berada di wilayah kerja Dinas Kesehatan Mandailing Natal. Puskesmas Kotanopan ini memiliki luas wilayah 325,25 km2 dengan 36 desa/kelurahan sebagai wilayah kerjanya. Wilayah kerja Puskesmas Kotanopan ini antara lain :

Gambar

Gambar 1. Determinan Perilaku Manusia (Notoadmodjo, 2012)
Gambar 2. Lingkaran Setan Kemiskinan (vicious circle poverty)
Gambar 3. Kerangka Konsep Penelitian (Notoadmodjo, 2012)
Tabel 3.1 : Distribusi Sampel Penelitian dari Desa/Kelurahan Terpilih
+7

Referensi

Dokumen terkait

mengajar dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan cara.. memberikan latihan

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana pengaruh dan seberapa besar pengaruh modal sosial dan beberapa variabel lainya diantaranya : modal, tingkat

Dari hasil penelitian uji kuat tekan dengan menggunakan uji validitas, kuat tekan bata beton ringan rata-rata (kg/cm 2 ) yang masuk dalam tingkat mutu I dengan berat jenis yang

Fungsi audit internal harus membantu organisasi dalam memelihara pengendalian intern yang efektif dengan cara mengevaluasi kecukupan, efisiensi dan efektifitas pengendalian tersebut,

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

Pada hasil pengujian yang terdapat pada Tabel 4.5 yang dilakukan sebanyak 5 kali pengujian tanpa sekat pada jarak 3 sampai 12 meter tidak terdapat masalah karena memiliki

Dari hasil kajian yang dilakukan di tahun 2013, beberapa kendala yang dihadapi pengangguran terdidik dalam mencari pekerjaan atau mengembangkan usaha mandiri adalah: (1)

Saluran bentuk lingkaran, parabol dan bulat telur Keuntungan dari penggunaan saluran ini mempunyai kemampuan membawa · air dan debit yang cukup besar dan luas penampang