• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

ii

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODELPROBLEM BASED

LEARNING(PBL) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS

SISWA

(Studi eksperimen pada Materi Pokok Sistem Peredaran Darah kelas XI SMA Negeri 4 Metro tahun pelajaran 2011/2012)

Oleh

UMMU KHOIRIYAH

Keterampilan proses sains siswa pada materi pokok Sistem Peredaran Darah di kelas XI IPA2dan XI IPA4SMA Negeri 4 belum tercapai secara maksimal. Hal ini karena pembelajaran masih terpusat pada guru. Untuk mengatasi masalah tersebut maka telah diadakan penelitian dengan menggunakan modelProblem Based Learning(PBL). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penerapan pembelajaran PBL terhadap keterampilan proses sains siswa pada materi sistem peredaran darah.

(2)

iii

lembar observasi dan dianalisis secara deskriptif dalam bentuk persentase.

Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rataN-gainketerampilan proses sains siswa kelas eksperimen 62,23 lebih tinggi dibanding kelas kontrol 41,03. Hal ini berarti bahwa model PBL lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa dibandingkan dengan kelas yang pembelajarannya menggunakan diskusi. Indikator mengamati merupakan indikator tertinggi yang dicapai siswa pada kelas yang menggunakan model PBL. Rata-rata persentase aktivitas belajar siswa yang menggunakan model PBL lebih tinggi dibandingkan dengan yang menggunakan metode diskusi. Hal ini berarti penerapan model PBL lebih efektif dalam

meningkatkan aktivitas belajar siswa dibandingkan dengan menggunakan diskusi. Aspek bertanya dan melakukan kegiatan diskusi merupakan aktivitas tertinggi yang dilakukan siswa pada kelas yang menggunakan model PBL.

(3)

iv

LEARNING(PBL) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS

SISWA

(Studi Eksperimen pada Materi Pokok Sistem Peredaran Darah kelas XI SMA Negeri 4 Metro tahun pelajaran 2011/2012)

(Skripsi)

Oleh :

UMMU KHOIRIYAH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

LEARNING(PBL) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES

SAINS SISWA

(Studi Eksperimen pada Materi Pokok Sistem Peredaran Darah kelas XI SMA Negeri 4 Metro tahun pelajaran 2011/2012)

(Skripsi)

Oleh :

UMMU KHOIRIYAH

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

xiii

Halaman

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

F. Kerangka Pikir ... 8

G. Hipotesis ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran... 12

B. ModelProblem Based Learning(PBL) ... 14

C. Keterampilan Proses Sains... 20

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25

B. Populasi dan Sampel ... 25

C. Desain Penelitian ... 25

D. Prosedur Penelitian... 26

E. Jenis Data danTeknik Pengambilan Data... 32

F. Teknik Analisis Data... . 33

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 39

1. Keterampilan Proses... 39

2. Aktivitas Belajar Siswa ... 42

B. Pembahasan... 43

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 56

(6)

xiv

1. Perangkat pembelajaran ... 58

2. Data Hasil Penelitian... 105

3. Analisis Statistik Data Hasil Penelitian ... 131

4. Foto-foto Penelitian ... 148

(7)

xv

Tabel Halaman

1. Sintaks Model PBL ... 19

2. Indikator Keterampilan Proses ... 23

3. Lembar Observasi AktivitasSiswa……….... 37

4. Klasifikasi Aktivitas Siswa ... 38

5. Hasil Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Nilai Pretes, Postes dan N-gain Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 39

6. Hasil Uji t Nilai Pretes, Postes dan N-gainSiswa pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 40

7. Hasil Uji t terhadap indikator Keterampilan Proses Sains pada Kelas Eksperimen dan KelasKontrol………... 41

(8)

xvi

Gambar Halaman

1. Diagram Hubungan Antara Variabel Bebas dengan Variabel

Terikat ... 10 2. Desain Pretes Postes non ekuivalen ... 26 3. Contoh jawaban siswa pada soal indikator keterampilan proses

sains mengobservasi (LKK pertemuan 1 kelas eksperimen) ... 49 4. Contoh jawaban siswa pada soal indikator keterampilan proses

sains mengobservasi (LKK pertemuan 1 kelas kontrol) ... 50 5. Contoh jawaban siswa pada soal indikator keterampilan proses

sains mengobservasi dan mengklasifikasi

(LKK pertemuan 2 kelas ekperimen) ... 51 6. Contoh jawaban siswa pada soal indikator keterampilan proses

sains mengobervasi dan mengklasifikasi

(LKK pertemuan 2 kelas kontrol) ... 51 7. Contoh jawaban siswa pada soal indikator keterampilan

proses sains memprediksi (LKK pertemuan 1 kelas eksperimen) ... 52 8. Contoh jawaban siswa pada soal indikator keterampilan proses

sains memprediksi (LKK pertemuan 1 kelas kontrol) ... 52 9. Contoh jawaban siswa pada soal indikator keterampilan proses

sains menginterpretasi (LKK pertemuan 2 kelas eksperimen) ... 53 10. Contoh jawaban siswa pada soal indikator keterampilan proses

sains menginterpretasi (LKK pertemuan 2 kelas kontrol) ... 53 11. Contoh jawaban siswa pada soal indikator keterampilan proses

sains menyimpulkan (LKK pertemuan kelas eksperimen) ... 54 12. Contoh jawaban siswa pada soal indikator keterampilan proses

(9)
(10)

vi

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Tri Jalmo, M.Si

Sekretaris : Berti Yolida, S.Pd., M.Pd

Penguji

Bukan Pembimbing : Neni Hasnunidah, S.Pd., M.Si

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si.

NIP 19600315 1985031 003

(11)

v

PROBLEM BASED LEARNING(PBL) TERHADAP PENINGKATAN

KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

(Studi eksperimen pada materi pokok Sistem Peredaran Darah kelas XI IPA di SMA Negeri 4 Metro tahun pelajaran 2011/2012)

Nama Mahasiswa : Ummu Khoiriyah

Nomor Pokok Mahasiswa : 0613024051

Program Studi : Pendidikan Biologi

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI,

1.Komisi Pembimbing

Dr. Tri Jalmo, M. Si Berti Yolida, S.Pd., M.Pd.

NIP 19610910 198603 1 005 NIP 198310152006042001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.

(12)

vii Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ummu Khoiriyah

Nomor Pokok Mahasiswa : 0613024051 Program Studi : Pendidikan Biologi

Jurusan : Pendidikan MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa penelitian ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya tidak berisi materi yang telah dipublikasikan atau ditulis oleh orang lain atau telah dipergunakan dan diterima sebagai persyaratan penyelesaian studi pada universitas atau institut lain.

Bandar Lampung, 2012 Yang menyatakan

(13)

viii

Penulis dilahirkan di Talang Padang, 22 Desember 1988, yang merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan bahagia Bapak Darul Kotni dan Ibunda Yuliani.

Pendidikan formal yang di tempuh penulis adalah Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Gantiwarno diselesaikan pada tahun 2000, Madrasah Tsanawiyah (Mts) Darul A’mal Metro diselesaikan pada tahun 2003, Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Pekalongan Lampung Timur diselesaikan pada tahun 2006.

(14)

ix

PERSEMBAHAN

Alhamdullilahirobbil alamin segala puji untukmu ya ALLah atas segala

kemudahan, limpahan rahmad dan karunia yang Engkau berikan selama ini, teriring

do a dan rasa syukur kehadirat ALLah SWT, penulis mempersembahkan skripsi

ini sebagai tanda bakti dan cinta kasih penulis yang tulus kepada :

Yang tercinta Papa dan Mama ku, Darul Kotni dan Yuliani yang telah

mendidik dan membesarkanku dengan doa, kesabaran dan limpahan cinta yang

takkan pernah bisa terbalas, serta selalu mendoakan dan menunggu

keberhasilanku.Curahan kasih sayang kalian yang menjadi pelecut semangatku.

Adik-adikku terkasih, Thoyibatun Nisa, Maria Ulfa Al Adawiyah dan

Kholifahtussa diyah yang selalu memberikan keceriaan, perhatian. motivasi

dan kasih sayangnya disetiap langkahku.

Pendamping masa depanku kelak, yang akan menjadi imamku dan menemaniku

dalam menjalani kehidupan.

Seluruh pengajarku, yang telah membuat hidup lebih berarti dan bernilai.

(15)

x

MOTTO

Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha

penyayang.

Man jadda wa jadda

Man shobaru wal iman

(16)

xi

Puji Syukur pada Allah SWT, atas segala nikmat dan kehendak-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA, FKIPUnila. Skripsi ini berjudul “EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL

PROBLEM BASED LEARNING(PBL) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA (Studi eksperimen pada Materi Pokok Sistem Peredaran Darah kelas XI SMA Negeri 4 Metro tahun pelajaran 2011/2012)”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Unila.

2. Dr.Caswita, M. Si. selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Unila.

3. Neni Hasnunidah, S.Pd.,M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi dan Pembahas atas saran dan masukannya.

4. Dr. Tri Jalmo, M.Si. selaku Pembimbing I atas bimbingan, saran dan motivasinya.

(17)

xii

guru mitra yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian. 7. Teristimewa untuk Papa dan Mama tercinta yang selalu mendoakan,

menyayangi dan menjadi penyemangatku.

8. Adik-adikku, Thoyibatun Nisa, Maria Ulfa Al Adawiyah dan

Kholifahtussa’diyahatas kasih sayang dan motivasinya.

9. Sahabat-sahabatku yang memberi semangat : Septi Nurasiah S.Pd, Winda Rohani S.Pd, Lia Herniza S.Pd, Novita Indriyani S.Pd, dan Eresi Yuliani P S.Pd.

10. Teman seperjuangan Pendidikan Biologi’06 reg maupun nonreg, kakak

biologi reg maupun nonreg’05, dan adik-adik biologi ’07, ’08, ’09 dan ‘10: terima kasih banyak untuk persaudaraan, pengertian, semangat, motivasi, nasihat, dan kritikannya.

11. Nurapriadi atas motivasi dan perhatiannya.

12. Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Amien.

Bandar Lampung, 2012 Penulis

(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Efektivitas Pembelajaran

Pembelajaran dianggap dapat berhasil apabila proses dan hasil belajarnya baik. Efektivitas berasal dari kata efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:283), efektif berarti ada efeknya (akibatnya dan

pengaruhnya) membawa hasil. Sedangkan dalam Ensiklopedi Indonesia (1980:883), efektivitas menunjukkan taraf tercapainya suatu tujuan. Suatu usaha dikatakan efektif kalau usaha itu mencapai tujuannya. Menurut Salim (1991:376), efektif adalah ada pengaruhnya, akibatnya, dan sebagainya; serta dapat menghasilkan atau membawa hasil. Efektivitas adalah bentuk kata benda dari efektif. Menurut Roestiyah (1991:12) efektif menunjuk pada sesuatu yang mampu memberikan dorongan atau bantuan dalam mencapai suatu tujuan. Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai

tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Hasil yang mendekati sasaran berarti makin tinggi efektivitasnya.

(19)

hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya

dicapai” Efektivitas merupakan hubungan antara output dan tujuan. Semakin

besar kontribusi output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program, kegiatan. Jadi dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu keadaan atau ukuran yang menunjukkan adanya pengaruh atau hasil yang diharapkan.

Pada dasarnya pembelajaran efektif terdiri dari dua karakteristik menurut Dunne dan Ted (1996:3) sebagai berikut:

1. Pembelajaran efektif memudahkan murid belajar sesuatu yang bermanfaat, seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama atau sesuatu hasil belajar yang diinginkan 2. Pembelajaran efektif adalah jika keterampilan tersebut diakui oleh mereka

yang berkompeten, seperti guru, pelatih guru-guru, pengawas tutor dan pemandu mata pelajaran atau murid-murid sendiri.

Suatu cara untuk mengukur efektivitas adalah dengan jalan menentukan transferbilitas (kemampuan memindahkan) prinsip-prinsip yang dipelajari. Jika kemampuan mentransfer informasi atau skill yang dipelajari lebih besar dicapai melalui suatu strategi tertentu dibandingkan strategi yang lain, maka strategi tersebut lebih efektif untuk pencapaian tujuan (Hartono, 2007:7).

(20)

dari hasil belajar. Ilberstax dalam Suharsimi (1995:160) mengemukakan bahwa efektivitas mengajar dapat diukur minimal dengan 3 cara:

a. Pendekatan analisis, penelitian menentukan standar minimal yang dapat dicapai siswa.

b. Pendekatan deskriptif, memberi pada evaluator tentang keberhasilan yang dicapai siswa dalam belajar.

c. Pendekatan eksperimen, yaitu dengan cara membandingkan dua

kelompok, kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan catatan kedua kelompok dengan kondisi yang sama, untuk kedua kelompok diberi perlakuan berbeda, maka akan diketahui efektif tidaknya perlakuan tersebut dengan melihat perbedaan hasil belajar.

B. ModelProblem Based Learning(PBL)

Pengajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan

keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri (Arends, 1997).

Menurut pendapat Brunner (Dahar 1988:125) bahwa berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya,

(21)

tersebut dapat digunakan pula memecahkan masalah-masalah serupa, karena pengalaman itu memberikan makna tersendiri bagi peserta didik.

Belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dengan respons, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik, menurut Dewey (Sudjana 2001: 19)

Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.

Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks (Ratumanan, 2002 dalam Trianto, 2009: 92).

Model pembelajaran ini biasa disebut ModelProblem Based Learning(PBL) yang dikembangkan oleh Barrows sejak tahun 1970-an. Model PBL berfokus pada penyajian suatu permasalahan (nyata atau simulasi) pada siswa.

Kemudian siswa diminta mencari pemecahan melalui serangkaian percobaan yang berdasarkan teori, konsep dari suatu bidang ilmu. Model PBL

menawarkan kebebasan kepada siswa dalam proses pembelajaran. Melalui model PBL siswa diharapkan terlibat dalam proses penelitian atau percobaan yang mengharuskan siswa untuk mengidentifikasi permasalahan,

(22)

masalah. Model PBL sering kali merupakan aktivitas individu siswa, namun tidak jarang juga merupakan aktivitas kelompok siswa. Bila pembelajaran dilakukan sekelompok siswa, maka proses konstruksi pengetahuan dilakukan secara bersama (Pannen, dkk. 2005:85).

Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang

membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata (Sanjaya, 2009:13).

Model PBL memiliki lima asumsi utama menurut Pannen dkk (2005:88). yaitu.

1. Permasalahan sebagai pemandu.

Permasalahan menjadi acuan yang harus menjadi perhatian siswa. Bacaan diberikan sejalan dengan permasalahan. Siswa ditugaskan untuk membaca dengan selalu mengacu pada permasalahan. Permasalahan menjadi

kerangka pikir dalam mengerjakan tugas. 2. Permasalahan sebagai kesatuan.

Permasalahan diberikan kepada siswa setelah tugas - tugas dan penjelasan diberikan. Tujuannya memberikan kesempatan pada siswa untuk

menerapkan pengetahuan yang sudah diperolehnya dalam pemecahan masalah.

(23)

Permasalahan merupakan salah satu contoh dan bagian dari bahan pelajaran siswa. Permasalahan digunakan untuk menggambarkan teori, konsep, atau prinsip dan dibahas dalam diskusi kelompok.

4. Permasalahan sebagai sarana yang memfasilitasi terjadinya proses. Permasalahan menjadi alat untuk melatih siswa dalam bernalar dan berfikir kritis.

5. Permasalahan sebagai stimulus dalam aktivitas belajar.

Fokusnya pada pengembangan keterampilan pemecahan masalah dari kasus - kasus serupa. Keterampilan tidak diajarkan oleh guru, tetapi ditemukan dan dikembangkan sendiri oleh siswa melalui aktivitas pemecahan masalah. Keterampilan dimaksudkan meliputi keterampilan fisik. keterampilan data dan menganalisis data yang berkaitan dengan permasalahan, dan keterampilan metakognitif.

PBL merupakan salah satu bentuk model pembelajaran yang berbasis pada paradigma kontruktivisme serta berfokus pada penyajian masalah, berfokus pada siswa dan berorientasi pada proses belajar siswa. Oleh karena itu, pemecahan masalah yang dapat menumbuhkan proses belajar siswa secara kelompok maupun individual, merupakan ciri utama PBL. Permasalahan menjadi fokus, stimulus, dan pemandu proses belajar, sementara guru menjadi fasilitator dan pembimbing. Untuk dapat memecahkan masalah, siswa mencari informasi, memperkaya wawasan dan keterampilannya melalui berbagai upaya aktif dan mandiri, sehingga proses belajar individu terjadi secara langsung. PBL terdiri dari lima tahap utama menurut Nurhadi dkk (2003:60) yaitu:

(24)

2. Mengorganisasi siswa untuk belajar

3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

PBL memiliki langkah-langkah menurut Djamarah dan Zain (2006:19), sebagai berikut:

1. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan kemampuannya.

2. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya dengan cara membaca buku-buku, meneliti, bertanya, berdiskusi, dan lain-lain.

3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data-data yang diperoleh dari langkah kedua di atas.

4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga yakin bahwa jawaban tersebut benar-benar cocok.

5. Menarik kesimpulan. Artinya, siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tersebut.

(25)

Tabel 1. Sintaks model PBL

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap-1 Orientasi siswa pada

masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasiatau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih.

Tahap-2 Mengorganisasi siswa untuk belajar

Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen atau berdiskusi, dan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

Tahap-4 Mengembangkan dan

menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

Tahap-5 Menganalisis dan mengevaluasi proses

pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

Kekuatan model PBL menurut Pannen dkk (2005:99):

1. Fokus pada kebermaknaan, bukan fakta (deep versus surface learning) Pembelajaran berbasis masalah semata-mata tidak menyajikan informasi untuk diingat siswa. Jika pembelajaran berbasis masalah menyajikan informasi, maka informasi tersebut harus digunakan dalam pemecahan masalah, sehingga terjadi proses kebermaknaan terhadap informasi. 2. Meningkatkan kemampuan siswa untuk berinisiatif

Penerapan PBL membiasakan siswa untuk berinisiatif, sehingga pada akhirnya kemampuan tersebut akan meningkat.

3. Pengembangan keterampilan dan pengetahuan

(26)

tinggi keterampilan dan pengetahuan siswa yang dituntut untuk mampu memecahkan masalah.

4. Pengembangan keterampilan interpersonal dan dinamika kelompok Keterampilan interaksi sosial merupakan keterampilan yang amat

diperlukan siswa di dalam proses pembelajaran maupun dalam kehidupan sehari-hari.

5. Pengembangan sikap “Self-Motivated

Pembelajaran berbasis masalah yang memberikan kebebasan untuk siswa bereksplorasi bersama siswa lain dalam bimbingan guru merupakan proses pembelajaran yang disenangi siswa. Dengan situasi belajar yang

menyenangkan, siswa dengan sendirinya termotivasi untuk belajar terus. 6. Tumbuhnya hubungan siswa-fasilitator

Hubungan siswa-fasilitator yang terjadi dalam model PBL pada akhirnya dapat menjadi lebih menyenangkan bagi guru maupun siswa.

7. Jenjang pencapaian pembelajaran dapat ditingkatkan

Proses pembelajaran dengan model PBL dapat menghasilkan pencapaian siswa dalam penguasaan materi yang sama luas dan sama dalamnya

dengan pembelajaran tradisional. Belum lagi, keragaman keterampilan dan kebermaknaan yang dapat dicapai oleh siswa merupakan nilai tambah pemanfaatan model PBL.

C. Keterampilan Proses

(27)

diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuwan berhasil menemukan sesuatu yang baru (Semiawan dkk, dalam Nasution, 2007: 9-10).

Keterampilan proses sains adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan mendasar yang telah dikembangkan dan telah terlatih lama-kelamaan akan menjadi suatu

keterampilan, sedangkan pendekatan keterampilan proses sains adalah cara memandang anak didik sebagai manusia seutuhnya. Cara memandang ini dijabarkan dalam kegiatan belajar mengajar memperhatikan pengembangan pengetahuan, sikap, nilai, serta keterampilan. Ketiga unsur itu menyatu dalam satu individu dan terampil dalam bentuk kreatifitas (Dimyati dan Mudjiono, 2002:138).

Keterampilan proses sains dapat dibedakan menjadi 2 tingkatan sebagaimana yang dikemukakan oleh Funk dalam Dimyati dan Mudjiono (2002:140) sebagai berikut:

1. Keterampilan dasar (Basic Skills) yang terdiri dari enam keterampilan yaitu mengobservasi, mengklasifikasikan, memprediksikan, mengukur, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan.

2. Keterampilan terintegrasi terdiri dari sepuluh keterampilan yaitu

(28)

mengidentifikasikan variabel secara oprasional, merancang penelitian, dan melaksanakan eksperimen.

Berdasarkan Funk (Dimyati dan Mujiono 2002:141) lebih lanjut

mengemukakan “meskipunketerampilan-keterampilan proses sains

merupakan dasar atau landasan sebelum menuju keterampilan-keterampilan terintegrasi yang lebih kompleks. Kegiatan keterampilan proses dasar dapat dilaksanakan dengan bentuk-bentuk:

1. Mengamati/mengobservasi

Siswa dapat melakukan suatau kegiatan belajar melalui proses : melihat, mendengar, merasa (kulit meraba), mencium/membau,

mencicipi/mengecap. 2. Mengklasifikasikan

Siswa dapat melakukan suatu kegiatan belajar melalui proses: mencari persamaan, mencari perbedaan, membandingkan, mengkontraskan, menggolongkan.

3. Memprediksi

Suatu prediksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang berdasarkan perkiraan pada hubungan antara fakta, konsep, dan prinsip dalam ilmu pengetahuan. Dapat dilakukan dengan menghitung penentuan secara tepat perilaku terhadap lingkungan kita.

4. Mengukur

(29)

5. Menyimpulkan

Suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep, dan prinsip yang diketahui.

6. Mengkomunikasikan

Siswa dapat melakukan suatu kegiatan belajar melalui proses: berdikusi, mendeklamasikan, mendramakan, bertanya, mengarang, memperagakan, mengekspresikan dan melaporkan dalam bentuk lisan, tulisan, gambar, atau penampilan.

Usman (2002:43-44) menjabarkan keterampilan proses dalam bentuk kemampuan sebagai berikut:

Tabel 2. Indikator keterampilan proses

No Kemampuan Keterampilan

1 Mengamati Melihat, mendengarkan, merasa, meraba,

membaur, mencicipi, mengecap, menyimak,

mengukur, membaca.

2 Menggolongkan Mencari persamaan, menyamakan,

membedakan, membandingkan,

mengontraskan, mencari dasar penggolongan.

3 Menafsirkan (menginterpretasikan) Menaksirkan, memberi arti, mengartikan,

memposisikan, mencari hubungan

ruang-waktu, menemukan pola, menarik kesimpulan,

mengeneralisasikan

4 Meramalkan (memprediksi) Mengantisipasi berdasarkan kecenderungan,

pola, atau hubungan antardata atau informasi.

5 Menerapkan Menggunakan (informasi, kesimpulan,

konsep, hukum, teori, sikap, nilai, atau

keterampilan dalam situasi), menghitung,

menentukan variabel, mengendalikan variabel,

menghubungkan konsep, merumuskan konsep

(30)

membuat model.

6 Merencanakan penelitian Menentukan masalah/objek yang akan diteliti,

menentukan tujuan penelitian, menentukan

ruang lingkup penelitian, menentukan sumber

data/informasi, menentukan cara analisis,

menentukan langkah pengumpulan data,

menetukan alat, bahan dan sumber

kepustakaan, menentukan cara penelitian

7 Mengkomunikasikan Berdiskusi, mendeklamasikan, mendramakan,

bertanya, merenungkan, mengarang,

meragakan, mengungkapkan, melaporkan

(dalam bentuk lisan, tulisan, gerak, atau

(31)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan, artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang

menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap; bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Kegiatan pembelajaran seperti mengorganisasi pengalaman belajar, mengolah kegiatan pembelajaran,

menilai proses dan hasil belajar, kesemuanya termasuk dalam tanggung jawab guru. Jadi, hakikat belajar adalah perubahan (Djamarah, 2006: 11).

(32)

Pembelajaran Biologi mempelajari permasalahan yang berkait dengan fenomena alam dan berbagai permasalahan dalam kehidupan masyarakat. Fenomena alam dalam pembelajaran biologi dapat ditinjau dari objek, persoalan, tema, dan tempat kejadiannya. Pembelajaran biologi memerlukan kegiatan penyelidikan, baik melalui observasi maupun eksperimen, sebagai bagian dari kerja ilmiah yang melibatkan keterampilan proses yang dilandasi sikap ilmiah. Selain itu, pembelajaran Biologi mengembangkan rasa ingin tahu melalui penemuan berdasarkan pengalaman langsung yang dilakukan melalui kerja ilmiah.Melalui kerja ilmiah, peserta didik dilatih untuk

memanfaatkan fakta, membangun konsep, prinsip, teori sebagai dasar untuk berpikir kreatif, kritis, analitis, dan divergen (BNSP 2007:12).

Penjelajahan dan pemahaman alam sekitar secara ilmiah maka perlu

pengembangan keterampilan proses sains siswa. Keterampilan proses siswa dikembangkan agar siswa terbiasa untuk menemukan suatu fakta dan konsep sendiri seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang berlangsung semakin cepat, untuk melatih siswa berfikir dan bertindak secara kreatif, untuk melatih siswa dalam mengembangkan pikiran (kognitif) melalui gerakan dan perbuatan serta untuk mengembangkan sikap dan nilai pada diri siswa sehingga menghasilkan pribadi yang manusiawi (Semiawan, 1986:14).

Keterampilan proses ini meliputi keterampilan mengamati dengan seluruh indra, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu mempertimbangkan keselamatan kerja, mengajukan

(33)

temuan secara beragam, menggali dan memilih informasi faktual yang relevan dari konsep-konsep biologi yang dipelajari sangat dianjurkan dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran biologi tersebut bagi diri serta masyarakat.Pemberian

pengalaman belajar secara langsung sangat ditekankan melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah dengan tujuan untuk memahami konsep-konsep dan mampu memecahkan masalah (Depdiknas, 2003:2).

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Biologi bahwa selama ini guru kurang memberdayakan keterampilan proses secara optimal,khususnya pada materi pokok Sistem Peredaran Darah. Seringkali guru menggunakan diskusi yang bersifat teoritis, tidak pernah dihubungkan dengan permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari sehingga

pembelajaran terkesan membosankan dan keterampilan proses sains siswa tidak tergali. Kurangnya pengembangan keterampilan proses sains, sehingga menyebabkan siswa sulit memahami konsep-konsep dan pemecahan

(34)

Untuk itu dibutuhkan alternatif model pembelajaran interaktif yang mungkin dapat mengoptimalkan peningkatan keterampilan proses sains siswa. Salah satunya adalah dengan menggunakanProblem Based Learning

yangmerupakan salah satu bentuk pembelajaran yang berlandaskan pada paradigma konstruktivisme yaitu berfokus pada penyajian suatu

permasalahan (nyata atau simulasi) kepada siswa, lalu siswa diminta mencari pemecahannya melalui serangkaian penelitian dan investigasi berdasarkan teori, konsep, dan prinsip yang dipelajarinya dari berbagai ilmu. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurhadi dkk (2003:60) bahwa permasalahan menjadi fokus, stimulus, dan pemandu proses belajar, sementara guru menjadi

fasilitator dan pembimbing. Untuk dapat memecahkan masalah, siswa mencari informasi, memperkaya wawasan dan keterampilannya melalui berbagai upaya aktif dan mandiri, sehingga proses belajar individu terjadi secara langsung. Selain itu model ini memberikan kesempatan padasiswa bereksplorasi, mengumpulkan, dan menganalisis data secara lengkapuntuk memecahkan masalah yang dihadapi. Hal ini diduga dapatmeningkatkan keterampilan proses yang juga menjadi suatu konteks bagisiswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan terampil dalammemecahkan masalah.

(35)

Pada kurikulum biologi SMA, materi pokok Sistem Peredaran Darah

dipelajari di kelas XI IPA. Untuk mencapai tujuan pembelajaran pada materi tersebut, siswa harus memiliki sejumlah keterampilan proses misalnya

keterampilan mengamati (mengobservasi) untuk mencari informasi mengenai macam-macam organ penyusun peredaran darah dan bagian-bagiannya; keterampilan mengklasifikasi untuk bisa menggolongkan perbedaan

pembuluh darah bila dikaitkan dengan fungsinya; keterampilan memprediksi untuk mengetahui pentingnya fungsi darah, pembuluh darah dan peredaran darah dan keterampilan menyimpulkan untuk mengetahui tentang sistem peredaran darah di dalam kehidupan sehari-hari.

(36)

Hal ini didukung dari hasil penelitian Budiarti (2009:44), menyatakan

penerapan model PBL berpengaruh nyata terhadap keterampilan proses sains IPA biologi pada siswa kelas VII SMP PGRI 2 Labuhan Ratu Lampung Timur. Demikian juga hasil penelitian Indriyani (2011) yang menyatakan model PBL berpengaruh secara signifikan terhadap keterampilan proses sains siswa pada materi Perkembangan dan Pertumbuhan pada siswa kelas VIII Muhammadiyah 3 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil tersebut,

kemungkinan penerapan model PBL juga dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada materi pokok Sistem Peredaran Darah di SMA Negeri 4 Metro pada siswa kelas XI IPA.

Maka perlu diadakan penelitian mengenai efektivitas penggunaan melalui pembelajaran PBL di SMA Negeri 4 Metro. Penelitian ini juga dilakukan karena masih kurangnya pengetahuan guru dalam penggunaan dengan berbagai model pembelajaran seperti PBL untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa dan di SMA Negeri 4 Metro belum pernah dilakukan penelitian seperti ini sebelumnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah penerapan PBL pada materi pokok Sistem Peredaran Darah efektif dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa?

(37)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui efektivitas penerapan PBL dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada materi pokok Sistem Peredaran Darah.

2. Untuk mengetahui efektivitas penerapan PBL dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pokok Sistem Peredaran Darah.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Siswa: memberikan siswa pengalaman belajar yang berbeda dalam mata pelajaran biologi dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam mencari informasi sendiri.

2. Guru: memberikan alternatif model pembelajaran dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa dan meningkatkan kecakapan dalam menentukan media pembelajaran yang sesuai dengan materi, situasi dan kondisi lingkungan sekolah.

3. Sekolah: memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan kualitas pengelolaan kegiatan pembelajaran di sekolah.

4. Peneliti: memberikan pengalaman meneliti sebagai calon guru dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa dan mengetahui tingkat keberhasilan melalui penerapan pembelajaran PBL sehingga memudahkan peneliti dalam menyampaikan materi terutama pada materi sistem

(38)

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari salah penafsiran dalam penelitian ini, maka ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:

1. Efektivitas merupakan hasil guna yang akan dicapai dan diperoleh setelah proses pembelajaran sehingga mencapai ketuntasan hasil belajar siswa yaitu nilai siswa pada materi sistem peredaran darah > 6,8, sesuai dengan KKM yang berlaku di sekolah.

2. PBL merupakan pembelajaran yang berdasarkan penyajian suatu masalah yang bersifat nyata atau berupa simulasi pada siswa. Langkah-langkah model PBL yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah orientasi siswa pada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing

penyelidikan, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. 3. Indikator keterampilan proses sains dalam penelitian iniadalah

keterampilan mengamati, mengklasifikasikan, menginterpretasi, memprediksi, dan menyimpulkan.

4. Materi pembelajaran yang digunakan adalah materi pokok Sistem Peredaran Darah.

F. Kerangka Pikir

(39)

sikap dan nilai.Ilmu Biologi adalah ilmu yang dikembangkan melalui kemampuan pemahaman dan menganalisa serta memecahkan masalah yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Di dalam suatu proses

pembelajaran tidak semua sistem belajar akan berjalan seperti apa yang diinginkan. Keanekaragaman sifat dan perilaku siswa, serta ketidaksesuaian model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa merupakan beberapa faktor penyebab ketidaktuntasan di dalam proses pembelajaran. Sehingga mempunyai dampak yang sangat besar terhadap keterampilan proses sains oleh siswa khususnya pada materi pokok Sistem Peredaran Darah.

Dalam upaya meningkatkan keterampilan proses sains siswa di sekolah khususnya dalam pembelajaran biologi, perlu didorong untuk secara aktif melakukan kegiatan agar dapat memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi pelajaran sehingga siswa dapat terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Pola belajar seperti ini diharapkan keterampilan proses sains siswa dapat meningkat. Keberhasilan belajar tidak terlepas dari beberapa faktor yang mempengaruhinya, dan salah satu diantaranya adalah model pembelajaran yang digunakan.

Salah satu cara untuk mencapai keberhasilan dalam proses pembelajaran adalah dengan PBL untuk mengetahui pengaruh dan keefektifannya terhadap keterampilan proses sains siswa. PBLmerupakan salah satu bentuk

(40)

nyata. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan oleh siswa dan biasanya masalah tersebut tumbuh dari siswa sesuai kemampuannya. Kemudian siswa mencari data atau keterangan untuk dapat memecahkan masalah tersebut. Di dalam pembelajaran PBL ini, siswa menetapkan jawaban sementara untuk masalah tersebut dan setelah itu menguji kebenaran jawaban sementara itu. Di dalam langkah ini siswa diharapkan dapat memecahkan masalah sehingga yakin bahwa jawaban tersebut benar-benar cocok. Melalui model ini, siswa dapat menarik kesimpulan dari jawaban masalah tersebut.

Penggunaan PBLdapat memunculkan aspek keterampilan proses sains seperti keterampilan mengamati, mengklasifikasikan, menginterpretasi, memprediksi dan menyimpulkan. Karena dari sintaks PBL, siswa lebih mudah dalam menggali dan mengolah informasi yang dibutuhkan. Selain itu di dalam PBL dalam sintaksnya berkaitan dengan keterampilan proses seperti melakukan penyelidikan yang berhubungan dengan indikator keterampilan proses yaitu mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi dan menyimpulkan seperti yang telah disebutkan di atas tadi..

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan terikat. Dimana variabel bebasnya adalah PBL, sedangkan variabel terikatnya adalah keterampilan proses sains. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat ditunjukkan pada tabel dibawah ini:

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

(41)

Keterangan : X: PembelajaranProblem Based Learning(PBL) ; Y: keterampilan proses sains siswa.

G. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Ho= Keterampilan proses sains siswa dengan penerapan PBL sama dengan yang tidak menggunakan PBL

Hi= Keterampilan proses sains siswa dengan penerapan PBL tidak sama dengan yang tidak menggunakan PBL

2. Ho= Penerapan PBL sama efektif dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada materi pokok Sistem Peredaran Darah Hi= Penerapan PBL lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan

(42)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan, artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang

menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap; bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Kegiatan pembelajaran seperti mengorganisasi pengalaman belajar, mengolah kegiatan pembelajaran,

menilai proses dan hasil belajar, kesemuanya termasuk dalam tanggung jawab guru. Jadi, hakikat belajar adalah perubahan (Djamarah, 2006: 11).

(43)

Pembelajaran Biologi mempelajari permasalahan yang berkait dengan fenomena alam dan berbagai permasalahan dalam kehidupan masyarakat. Fenomena alam dalam pembelajaran biologi dapat ditinjau dari objek, persoalan, tema, dan tempat kejadiannya. Pembelajaran biologi memerlukan kegiatan penyelidikan, baik melalui observasi maupun eksperimen, sebagai bagian dari kerja ilmiah yang melibatkan keterampilan proses yang dilandasi sikap ilmiah. Selain itu, pembelajaran Biologi mengembangkan rasa ingin tahu melalui penemuan berdasarkan pengalaman langsung yang dilakukan melalui kerja ilmiah.Melalui kerja ilmiah, peserta didik dilatih untuk

memanfaatkan fakta, membangun konsep, prinsip, teori sebagai dasar untuk berpikir kreatif, kritis, analitis, dan divergen (BNSP 2007:12).

Penjelajahan dan pemahaman alam sekitar secara ilmiah maka perlu

pengembangan keterampilan proses sains siswa. Keterampilan proses siswa dikembangkan agar siswa terbiasa untuk menemukan suatu fakta dan konsep sendiri seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang berlangsung semakin cepat, untuk melatih siswa berfikir dan bertindak secara kreatif, untuk melatih siswa dalam mengembangkan pikiran (kognitif) melalui gerakan dan perbuatan serta untuk mengembangkan sikap dan nilai pada diri siswa sehingga menghasilkan pribadi yang manusiawi (Semiawan, 1986:14).

Keterampilan proses ini meliputi keterampilan mengamati dengan seluruh indra, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu mempertimbangkan keselamatan kerja, mengajukan

(44)

temuan secara beragam, menggali dan memilih informasi faktual yang relevan dari konsep-konsep biologi yang dipelajari sangat dianjurkan dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran biologi tersebut bagi diri serta masyarakat.Pemberian

pengalaman belajar secara langsung sangat ditekankan melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah dengan tujuan untuk memahami konsep-konsep dan mampu memecahkan masalah (Depdiknas, 2003:2).

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Biologi bahwa selama ini guru kurang memberdayakan keterampilan proses secara optimal,khususnya pada materi pokok Sistem Peredaran Darah. Seringkali guru menggunakan diskusi yang bersifat teoritis, tidak pernah dihubungkan dengan permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari sehingga

pembelajaran terkesan membosankan dan keterampilan proses sains siswa tidak tergali. Kurangnya pengembangan keterampilan proses sains, sehingga menyebabkan siswa sulit memahami konsep-konsep dan pemecahan

(45)

Untuk itu dibutuhkan alternatif model pembelajaran interaktif yang mungkin dapat mengoptimalkan peningkatan keterampilan proses sains siswa. Salah satunya adalah dengan menggunakanProblem Based Learning

yangmerupakan salah satu bentuk pembelajaran yang berlandaskan pada paradigma konstruktivisme yaitu berfokus pada penyajian suatu

permasalahan (nyata atau simulasi) kepada siswa, lalu siswa diminta mencari pemecahannya melalui serangkaian penelitian dan investigasi berdasarkan teori, konsep, dan prinsip yang dipelajarinya dari berbagai ilmu. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurhadi dkk (2003:60) bahwa permasalahan menjadi fokus, stimulus, dan pemandu proses belajar, sementara guru menjadi

fasilitator dan pembimbing. Untuk dapat memecahkan masalah, siswa mencari informasi, memperkaya wawasan dan keterampilannya melalui berbagai upaya aktif dan mandiri, sehingga proses belajar individu terjadi secara langsung. Selain itu model ini memberikan kesempatan padasiswa bereksplorasi, mengumpulkan, dan menganalisis data secara lengkapuntuk memecahkan masalah yang dihadapi. Hal ini diduga dapatmeningkatkan keterampilan proses yang juga menjadi suatu konteks bagisiswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan terampil dalammemecahkan masalah.

(46)

Pada kurikulum biologi SMA, materi pokok Sistem Peredaran Darah

dipelajari di kelas XI IPA. Untuk mencapai tujuan pembelajaran pada materi tersebut, siswa harus memiliki sejumlah keterampilan proses misalnya

keterampilan mengamati (mengobservasi) untuk mencari informasi mengenai macam-macam organ penyusun peredaran darah dan bagian-bagiannya; keterampilan mengklasifikasi untuk bisa menggolongkan perbedaan

pembuluh darah bila dikaitkan dengan fungsinya; keterampilan memprediksi untuk mengetahui pentingnya fungsi darah, pembuluh darah dan peredaran darah dan keterampilan menyimpulkan untuk mengetahui tentang sistem peredaran darah di dalam kehidupan sehari-hari.

(47)

Hal ini didukung dari hasil penelitian Budiarti (2009:44), menyatakan

penerapan model PBL berpengaruh nyata terhadap keterampilan proses sains IPA biologi pada siswa kelas VII SMP PGRI 2 Labuhan Ratu Lampung Timur. Demikian juga hasil penelitian Indriyani (2011) yang menyatakan model PBL berpengaruh secara signifikan terhadap keterampilan proses sains siswa pada materi Perkembangan dan Pertumbuhan pada siswa kelas VIII Muhammadiyah 3 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil tersebut,

kemungkinan penerapan model PBL juga dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada materi pokok Sistem Peredaran Darah di SMA Negeri 4 Metro pada siswa kelas XI IPA.

Maka perlu diadakan penelitian mengenai efektivitas penggunaan melalui pembelajaran PBL di SMA Negeri 4 Metro. Penelitian ini juga dilakukan karena masih kurangnya pengetahuan guru dalam penggunaan dengan berbagai model pembelajaran seperti PBL untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa dan di SMA Negeri 4 Metro belum pernah dilakukan penelitian seperti ini sebelumnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah penerapan PBL pada materi pokok Sistem Peredaran Darah efektif dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa?

(48)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui efektivitas penerapan PBL dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada materi pokok Sistem Peredaran Darah.

2. Untuk mengetahui efektivitas penerapan PBL dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pokok Sistem Peredaran Darah.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Siswa: memberikan siswa pengalaman belajar yang berbeda dalam mata pelajaran biologi dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam mencari informasi sendiri.

2. Guru: memberikan alternatif model pembelajaran dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa dan meningkatkan kecakapan dalam menentukan media pembelajaran yang sesuai dengan materi, situasi dan kondisi lingkungan sekolah.

3. Sekolah: memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan kualitas pengelolaan kegiatan pembelajaran di sekolah.

4. Peneliti: memberikan pengalaman meneliti sebagai calon guru dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa dan mengetahui tingkat keberhasilan melalui penerapan pembelajaran PBL sehingga memudahkan peneliti dalam menyampaikan materi terutama pada materi sistem

(49)

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari salah penafsiran dalam penelitian ini, maka ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:

1. Efektivitas merupakan hasil guna yang akan dicapai dan diperoleh setelah proses pembelajaran sehingga mencapai ketuntasan hasil belajar siswa yaitu nilai siswa pada materi sistem peredaran darah > 6,8, sesuai dengan KKM yang berlaku di sekolah.

2. PBL merupakan pembelajaran yang berdasarkan penyajian suatu masalah yang bersifat nyata atau berupa simulasi pada siswa. Langkah-langkah model PBL yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah orientasi siswa pada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing

penyelidikan, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. 3. Indikator keterampilan proses sains dalam penelitian iniadalah

keterampilan mengamati, mengklasifikasikan, menginterpretasi, memprediksi, dan menyimpulkan.

4. Materi pembelajaran yang digunakan adalah materi pokok Sistem Peredaran Darah.

F. Kerangka Pikir

(50)

sikap dan nilai.Ilmu Biologi adalah ilmu yang dikembangkan melalui kemampuan pemahaman dan menganalisa serta memecahkan masalah yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Di dalam suatu proses

pembelajaran tidak semua sistem belajar akan berjalan seperti apa yang diinginkan. Keanekaragaman sifat dan perilaku siswa, serta ketidaksesuaian model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa merupakan beberapa faktor penyebab ketidaktuntasan di dalam proses pembelajaran. Sehingga mempunyai dampak yang sangat besar terhadap keterampilan proses sains oleh siswa khususnya pada materi pokok Sistem Peredaran Darah.

Dalam upaya meningkatkan keterampilan proses sains siswa di sekolah khususnya dalam pembelajaran biologi, perlu didorong untuk secara aktif melakukan kegiatan agar dapat memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi pelajaran sehingga siswa dapat terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Pola belajar seperti ini diharapkan keterampilan proses sains siswa dapat meningkat. Keberhasilan belajar tidak terlepas dari beberapa faktor yang mempengaruhinya, dan salah satu diantaranya adalah model pembelajaran yang digunakan.

Salah satu cara untuk mencapai keberhasilan dalam proses pembelajaran adalah dengan PBL untuk mengetahui pengaruh dan keefektifannya terhadap keterampilan proses sains siswa. PBLmerupakan salah satu bentuk

(51)

nyata. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan oleh siswa dan biasanya masalah tersebut tumbuh dari siswa sesuai kemampuannya. Kemudian siswa mencari data atau keterangan untuk dapat memecahkan masalah tersebut. Di dalam pembelajaran PBL ini, siswa menetapkan jawaban sementara untuk masalah tersebut dan setelah itu menguji kebenaran jawaban sementara itu. Di dalam langkah ini siswa diharapkan dapat memecahkan masalah sehingga yakin bahwa jawaban tersebut benar-benar cocok. Melalui model ini, siswa dapat menarik kesimpulan dari jawaban masalah tersebut.

Penggunaan PBLdapat memunculkan aspek keterampilan proses sains seperti keterampilan mengamati, mengklasifikasikan, menginterpretasi, memprediksi dan menyimpulkan. Karena dari sintaks PBL, siswa lebih mudah dalam menggali dan mengolah informasi yang dibutuhkan. Selain itu di dalam PBL dalam sintaksnya berkaitan dengan keterampilan proses seperti melakukan penyelidikan yang berhubungan dengan indikator keterampilan proses yaitu mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi dan menyimpulkan seperti yang telah disebutkan di atas tadi..

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan terikat. Dimana variabel bebasnya adalah PBL, sedangkan variabel terikatnya adalah keterampilan proses sains. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat ditunjukkan pada tabel dibawah ini:

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

(52)

Keterangan : X: PembelajaranProblem Based Learning(PBL) ; Y: keterampilan proses sains siswa.

G. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Ho= Keterampilan proses sains siswa dengan penerapan PBL sama dengan yang tidak menggunakan PBL

Hi= Keterampilan proses sains siswa dengan penerapan PBL tidak sama dengan yang tidak menggunakan PBL

2. Ho= Penerapan PBL sama efektif dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada materi pokok Sistem Peredaran Darah Hi= Penerapan PBL lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan

(53)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Efektivitas Pembelajaran

Pembelajaran dianggap dapat berhasil apabila proses dan hasil belajarnya baik. Efektivitas berasal dari kata efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:283), efektif berarti ada efeknya (akibatnya dan

pengaruhnya) membawa hasil. Sedangkan dalam Ensiklopedi Indonesia (1980:883), efektivitas menunjukkan taraf tercapainya suatu tujuan. Suatu usaha dikatakan efektif kalau usaha itu mencapai tujuannya. Menurut Salim (1991:376), efektif adalah ada pengaruhnya, akibatnya, dan sebagainya; serta dapat menghasilkan atau membawa hasil. Efektivitas adalah bentuk kata benda dari efektif. Menurut Roestiyah (1991:12) efektif menunjuk pada sesuatu yang mampu memberikan dorongan atau bantuan dalam mencapai suatu tujuan. Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai

tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Hasil yang mendekati sasaran berarti makin tinggi efektivitasnya.

(54)

hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya

dicapai” Efektivitas merupakan hubungan antara output dan tujuan. Semakin

besar kontribusi output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program, kegiatan. Jadi dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu keadaan atau ukuran yang menunjukkan adanya pengaruh atau hasil yang diharapkan.

Pada dasarnya pembelajaran efektif terdiri dari dua karakteristik menurut Dunne dan Ted (1996:3) sebagai berikut:

1. Pembelajaran efektif memudahkan murid belajar sesuatu yang bermanfaat, seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama atau sesuatu hasil belajar yang diinginkan 2. Pembelajaran efektif adalah jika keterampilan tersebut diakui oleh mereka

yang berkompeten, seperti guru, pelatih guru-guru, pengawas tutor dan pemandu mata pelajaran atau murid-murid sendiri.

Suatu cara untuk mengukur efektivitas adalah dengan jalan menentukan transferbilitas (kemampuan memindahkan) prinsip-prinsip yang dipelajari. Jika kemampuan mentransfer informasi atau skill yang dipelajari lebih besar dicapai melalui suatu strategi tertentu dibandingkan strategi yang lain, maka strategi tersebut lebih efektif untuk pencapaian tujuan (Hartono, 2007:7).

(55)

dari hasil belajar. Ilberstax dalam Suharsimi (1995:160) mengemukakan bahwa efektivitas mengajar dapat diukur minimal dengan 3 cara:

a. Pendekatan analisis, penelitian menentukan standar minimal yang dapat dicapai siswa.

b. Pendekatan deskriptif, memberi pada evaluator tentang keberhasilan yang dicapai siswa dalam belajar.

c. Pendekatan eksperimen, yaitu dengan cara membandingkan dua

kelompok, kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan catatan kedua kelompok dengan kondisi yang sama, untuk kedua kelompok diberi perlakuan berbeda, maka akan diketahui efektif tidaknya perlakuan tersebut dengan melihat perbedaan hasil belajar.

B. ModelProblem Based Learning(PBL)

Pengajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan

keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri (Arends, 1997).

Menurut pendapat Brunner (Dahar 1988:125) bahwa berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya,

(56)

tersebut dapat digunakan pula memecahkan masalah-masalah serupa, karena pengalaman itu memberikan makna tersendiri bagi peserta didik.

Belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dengan respons, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik, menurut Dewey (Sudjana 2001: 19)

Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.

Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks (Ratumanan, 2002 dalam Trianto, 2009: 92).

Model pembelajaran ini biasa disebut ModelProblem Based Learning(PBL) yang dikembangkan oleh Barrows sejak tahun 1970-an. Model PBL berfokus pada penyajian suatu permasalahan (nyata atau simulasi) pada siswa.

Kemudian siswa diminta mencari pemecahan melalui serangkaian percobaan yang berdasarkan teori, konsep dari suatu bidang ilmu. Model PBL

menawarkan kebebasan kepada siswa dalam proses pembelajaran. Melalui model PBL siswa diharapkan terlibat dalam proses penelitian atau percobaan yang mengharuskan siswa untuk mengidentifikasi permasalahan,

(57)

masalah. Model PBL sering kali merupakan aktivitas individu siswa, namun tidak jarang juga merupakan aktivitas kelompok siswa. Bila pembelajaran dilakukan sekelompok siswa, maka proses konstruksi pengetahuan dilakukan secara bersama (Pannen, dkk. 2005:85).

Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang

membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata (Sanjaya, 2009:13).

Model PBL memiliki lima asumsi utama menurut Pannen dkk (2005:88). yaitu.

1. Permasalahan sebagai pemandu.

Permasalahan menjadi acuan yang harus menjadi perhatian siswa. Bacaan diberikan sejalan dengan permasalahan. Siswa ditugaskan untuk membaca dengan selalu mengacu pada permasalahan. Permasalahan menjadi

kerangka pikir dalam mengerjakan tugas. 2. Permasalahan sebagai kesatuan.

Permasalahan diberikan kepada siswa setelah tugas - tugas dan penjelasan diberikan. Tujuannya memberikan kesempatan pada siswa untuk

menerapkan pengetahuan yang sudah diperolehnya dalam pemecahan masalah.

(58)

Permasalahan merupakan salah satu contoh dan bagian dari bahan pelajaran siswa. Permasalahan digunakan untuk menggambarkan teori, konsep, atau prinsip dan dibahas dalam diskusi kelompok.

4. Permasalahan sebagai sarana yang memfasilitasi terjadinya proses. Permasalahan menjadi alat untuk melatih siswa dalam bernalar dan berfikir kritis.

5. Permasalahan sebagai stimulus dalam aktivitas belajar.

Fokusnya pada pengembangan keterampilan pemecahan masalah dari kasus - kasus serupa. Keterampilan tidak diajarkan oleh guru, tetapi ditemukan dan dikembangkan sendiri oleh siswa melalui aktivitas pemecahan masalah. Keterampilan dimaksudkan meliputi keterampilan fisik. keterampilan data dan menganalisis data yang berkaitan dengan permasalahan, dan keterampilan metakognitif.

PBL merupakan salah satu bentuk model pembelajaran yang berbasis pada paradigma kontruktivisme serta berfokus pada penyajian masalah, berfokus pada siswa dan berorientasi pada proses belajar siswa. Oleh karena itu, pemecahan masalah yang dapat menumbuhkan proses belajar siswa secara kelompok maupun individual, merupakan ciri utama PBL. Permasalahan menjadi fokus, stimulus, dan pemandu proses belajar, sementara guru menjadi fasilitator dan pembimbing. Untuk dapat memecahkan masalah, siswa mencari informasi, memperkaya wawasan dan keterampilannya melalui berbagai upaya aktif dan mandiri, sehingga proses belajar individu terjadi secara langsung. PBL terdiri dari lima tahap utama menurut Nurhadi dkk (2003:60) yaitu:

(59)

2. Mengorganisasi siswa untuk belajar

3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

PBL memiliki langkah-langkah menurut Djamarah dan Zain (2006:19), sebagai berikut:

1. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan kemampuannya.

2. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya dengan cara membaca buku-buku, meneliti, bertanya, berdiskusi, dan lain-lain.

3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data-data yang diperoleh dari langkah kedua di atas.

4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga yakin bahwa jawaban tersebut benar-benar cocok.

5. Menarik kesimpulan. Artinya, siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tersebut.

(60)

Tabel 1. Sintaks model PBL

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap-1 Orientasi siswa pada

masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasiatau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih.

Tahap-2 Mengorganisasi siswa untuk belajar

Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen atau berdiskusi, dan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

Tahap-4 Mengembangkan dan

menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

Tahap-5 Menganalisis dan mengevaluasi proses

pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

Kekuatan model PBL menurut Pannen dkk (2005:99):

1. Fokus pada kebermaknaan, bukan fakta (deep versus surface learning) Pembelajaran berbasis masalah semata-mata tidak menyajikan informasi untuk diingat siswa. Jika pembelajaran berbasis masalah menyajikan informasi, maka informasi tersebut harus digunakan dalam pemecahan masalah, sehingga terjadi proses kebermaknaan terhadap informasi. 2. Meningkatkan kemampuan siswa untuk berinisiatif

Penerapan PBL membiasakan siswa untuk berinisiatif, sehingga pada akhirnya kemampuan tersebut akan meningkat.

3. Pengembangan keterampilan dan pengetahuan

(61)

tinggi keterampilan dan pengetahuan siswa yang dituntut untuk mampu memecahkan masalah.

4. Pengembangan keterampilan interpersonal dan dinamika kelompok Keterampilan interaksi sosial merupakan keterampilan yang amat

diperlukan siswa di dalam proses pembelajaran maupun dalam kehidupan sehari-hari.

5. Pengembangan sikap “Self-Motivated

Pembelajaran berbasis masalah yang memberikan kebebasan untuk siswa bereksplorasi bersama siswa lain dalam bimbingan guru merupakan proses pembelajaran yang disenangi siswa. Dengan situasi belajar yang

menyenangkan, siswa dengan sendirinya termotivasi untuk belajar terus. 6. Tumbuhnya hubungan siswa-fasilitator

Hubungan siswa-fasilitator yang terjadi dalam model PBL pada akhirnya dapat menjadi lebih menyenangkan bagi guru maupun siswa.

7. Jenjang pencapaian pembelajaran dapat ditingkatkan

Proses pembelajaran dengan model PBL dapat menghasilkan pencapaian siswa dalam penguasaan materi yang sama luas dan sama dalamnya

dengan pembelajaran tradisional. Belum lagi, keragaman keterampilan dan kebermaknaan yang dapat dicapai oleh siswa merupakan nilai tambah pemanfaatan model PBL.

C. Keterampilan Proses

(62)

diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuwan berhasil menemukan sesuatu yang baru (Semiawan dkk, dalam Nasution, 2007: 9-10).

Keterampilan proses sains adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan mendasar yang telah dikembangkan dan telah terlatih lama-kelamaan akan menjadi suatu

keterampilan, sedangkan pendekatan keterampilan proses sains adalah cara memandang anak didik sebagai manusia seutuhnya. Cara memandang ini dijabarkan dalam kegiatan belajar mengajar memperhatikan pengembangan pengetahuan, sikap, nilai, serta keterampilan. Ketiga unsur itu menyatu dalam satu individu dan terampil dalam bentuk kreatifitas (Dimyati dan Mudjiono, 2002:138).

Keterampilan proses sains dapat dibedakan menjadi 2 tingkatan sebagaimana yang dikemukakan oleh Funk dalam Dimyati dan Mudjiono (2002:140) sebagai berikut:

1. Keterampilan dasar (Basic Skills) yang terdiri dari enam keterampilan yaitu mengobservasi, mengklasifikasikan, memprediksikan, mengukur, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan.

2. Keterampilan terintegrasi terdiri dari sepuluh keterampilan yaitu

(63)

mengidentifikasikan variabel secara oprasional, merancang penelitian, dan melaksanakan eksperimen.

Berdasarkan Funk (Dimyati dan Mujiono 2002:141) lebih lanjut

mengemukakan “meskipunketerampilan-keterampilan proses sains

merupakan dasar atau landasan sebelum menuju keterampilan-keterampilan terintegrasi yang lebih kompleks. Kegiatan keterampilan proses dasar dapat dilaksanakan dengan bentuk-bentuk:

1. Mengamati/mengobservasi

Siswa dapat melakukan suatau kegiatan belajar melalui proses : melihat, mendengar, merasa (kulit meraba), mencium/membau,

mencicipi/mengecap. 2. Mengklasifikasikan

Siswa dapat melakukan suatu kegiatan belajar melalui proses: mencari persamaan, mencari perbedaan, membandingkan, mengkontraskan, menggolongkan.

3. Memprediksi

Suatu prediksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang berdasarkan perkiraan pada hubungan antara fakta, konsep, dan prinsip dalam ilmu pengetahuan. Dapat dilakukan dengan menghitung penentuan secara tepat perilaku terhadap lingkungan kita.

4. Mengukur

(64)

5. Menyimpulkan

Suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep, dan prinsip yang diketahui.

6. Mengkomunikasikan

Siswa dapat melakukan suatu kegiatan belajar melalui proses: berdikusi, mendeklamasikan, mendramakan, bertanya, mengarang, memperagakan, mengekspresikan dan melaporkan dalam bentuk lisan, tulisan, gambar, atau penampilan.

Usman (2002:43-44) menjabarkan keterampilan proses dalam bentuk kemampuan sebagai berikut:

Tabel 2. Indikator keterampilan proses

No Kemampuan Keterampilan

1 Mengamati Melihat, mendengarkan, merasa, meraba,

membaur, mencicipi, mengecap, menyimak,

mengukur, membaca.

2 Menggolongkan Mencari persamaan, menyamakan,

membedakan, membandingkan,

mengontraskan, mencari dasar penggolongan.

3 Menafsirkan (menginterpretasikan) Menaksirkan, memberi arti, mengartikan,

memposisikan, mencari hubungan

ruang-waktu, menemukan pola, menarik kesimpulan,

mengeneralisasikan

4 Meramalkan (memprediksi) Mengantisipasi berdasarkan kecenderungan,

pola, atau hubungan antardata atau informasi.

5 Menerapkan Menggunakan (informasi, kesimpulan,

konsep, hukum, teori, sikap, nilai, atau

keterampilan dalam situasi), menghitung,

menentukan variabel, mengendalikan variabel,

menghubungkan konsep, merumuskan konsep

(65)

membuat model.

6 Merencanakan penelitian Menentukan masalah/objek yang akan diteliti,

menentukan tujuan penelitian, menentukan

ruang lingkup penelitian, menentukan sumber

data/informasi, menentukan cara analisis,

menentukan langkah pengumpulan data,

menetukan alat, bahan dan sumber

kepustakaan, menentukan cara penelitian

7 Mengkomunikasikan Berdiskusi, mendeklamasikan, mendramakan,

bertanya, merenungkan, mengarang,

meragakan, mengungkapkan, melaporkan

(dalam bentuk lisan, tulisan, gerak, atau

(66)

A. Waktu dan tempat

Penelitian ini telah dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012, yaitu pada bulan November 2011 di SMA Negeri 4 Metro.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI semester ganjil SMA Negeri 4 Metro tahun pelajaran 2011/2012. Sampel tersebut adalah siswa-siswi kelas XI IPA2sebagai kelas eksperimen dan siswa-siswi kelas XI IPA4sebagai kelas kontrol. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik

cluster random sampling.Menurut Margono (2005: 127)cluster random samplingyang dimaksud yaitu populasi tidak terdiri dari individu-individu, melainkan terdiri dari kelompok-kelompok individu atauclustermisalnya kelas sebagaicluster.

C. Desain Penelitian

(67)

Struktur desainnya adalah sebagai berikut:

Gambar 2. Desain pretes-postes kelompok non equivalen. Keterangan: I= kelas eksperimen; II= kelas kontrol; O1= pretes; O2= postes; X= perlakuan eksperimen

(menggunakan model PBL); dan C= kontrol (pembelajaran menggunakan model pembelajaran diskusi) (modifikasi dari Riyanto, 2001:43).

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut:

a. Membuat surat izin penelitian ke sekolah tempat diadakannya penelitian. b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk

mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti. c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen menggunakan

dengan model PBL dan kelas kontrol pembelajaran menggunakan model pembelajaran diskusi.

d. Mengambil data yang akan digunakan sebagai acuan dalam pembuatan kelompok.

e. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Kerja (LKK) untuk kelas

I

O

1

X

O

2

(68)

eksperimen pada setiap pertemuan. LKK berisi permasalahan tentang komponen darah dan penggolongan darah (pertemuan I), LKK berisi pembuluh darah dan peredaran darah (pertemuan II) dan LKK berisi contoh dan penyebab penyakit atau kelainan darah (pertemuan III). f. Membuat instrumen evaluasi yaitu pretes dan postes untuk pertemuan

pertama dan pertemuan terakhir. Bentuk soal yang diberikan berupa soal esai yang berjumlah sepuluh soal.

g. Membentuk kelompok diskusi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang bersifat heterogen berdasarkan nilai akademik siswa atau nilai kognitifnya, dua siswa dengan nilai tinggi, dua siswa dengan nilai

sedang, dan dua siswa dengan nilai yang rendah. Setiap kelompok terdiri dari enam orang siswa (Lie, 2004:42). Nilai diperoleh dari hasil uji blok pada materi pokok sebelumnya dari dokumentasi pada guru kelas. h. Membuat lembar observasi aktivitas siswa.

i. Menyiapkan lembar catatan lapangan.

2. Pelaksanaan Penelitian

Mengadakan kegiatan pembelajaran menggunakan dengan model PBL dan untuk kelas kontrol pembelajaran menggunakan model pembelajaran diskusi. Penelitian ini direncanakan sebanyak tiga kali pertemuan.

Pertemuan pertama membahas submateri pokok komponen darah dan

Gambar

Tabel 1. Sintaks model PBL
Tabel 2. Indikator keterampilan proses
Gambar 1.  Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
Gambar 1.  Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
+5

Referensi

Dokumen terkait

Itu berarti skor ketuntasan siswa kelas IV hanya 34,5% dari batas minimal ketuntasan rata-rata kelas, yaitu 75% sedangkan sesudah diterapkan model Inkuiri Sosial menunjukkan

Penelitian yang digunakan penulis adalah pengujian hipotesis untuk menguji perbedaan alokasi belanja modal dan alokasi revisi belanja total pada kepala daerah

c) Pada hari Minggu warga jemaat atau pun anggota Majelis juga dapat menyampaikan persembahan ke Gedung Induk Papringan maupun Pepanthan Nologaten, pelayanan

Tipe SQ, perangkat solusi antrian standar yang dapat digunakan tanpa komputer8. Tipe SCQ, perangkat solusi antrian standar yang digunakan

Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan analisis jumlah kebutuhan air bersih untuk 10 tahun mendatang, mengetahui kebutuhan unit pompa yang diperlukan untuk

Data pemantau tindakan merupakan data yang digunakan untuk mengontrol kesesuaian pelaksanaan metode permainan bingo untuk meningkatkan pemahaman kosakata bahasa Inggris siswa

Dalam rangka memenuhi standar good corporate govermance perbankan syariah dalam aspek akuntabilitas dan transparansi, diperlukan adanya pedoman kerja dan mekanisme pengawasan

Foto Pengambilan Ikan dan Pengukuran Parameter Fisik Kimia Perairan.