• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANCASILA SEBAGAI PEDOMAN HIDUP SEMAKIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PANCASILA SEBAGAI PEDOMAN HIDUP SEMAKIN"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di jaman yang penuh dengan persaingan ini makna Pancasila seolah-olah terlupakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Menghilangnya Pancasila dalam beberapa tahun terakhir merupakan sebuah keprihatinan kita bersama. Berbagai fakta telah terjadi sebagai tanda semakin hilangnya Pancasila di sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan dasar negara Indonesia semestinya menjadi nilai-nilai yang hidup dan menjadi acuan bersama dalam berbangsa dan bernegara.

Padahal sejarah perumusan Pancasila melalui proses yang sangat panjang oleh para pendiri negara ini. Pengorbanan tersebut akan sia-sia apabila kita tidak menjalankan amanat para pendiri negara yaitu pancasila yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alenia ke-4.

Pancasila merupakan rangkaian kesatuan dan kebulatan yang tidak terpisahkan karena setiap sila dalam pancasila mengandung empat sila lainnya dan kedudukan dari masing-masing sila tersebut tidak dapat ditukar tempatnya atau dipindah-pindahkan. Hal ini sesuai dengan susunan sila yang bersifat sistematis dan hierarkis, yang berarti bahwa kelima sila pancasila itu menunjukkan suatu rangkaian urutan-urutan yang bertingkat-tingkat, dimana tiap-tiap sila mempunyai tempatnya sendiri di dalam rangkaian susunan kesatuan itu sehingga tidak dapat dipindahkan.

(2)

Untuk itu kita sebagai generasi penerus, sudah merupakan kewajiban bersama untuk senantiasa menjaga kelestarian dan selalu mengamalkan nilai-nilai pancasila sehingga Pancasila tidak tergusur dan dilupakan oleh bangsa indonesia. Karena pancasila merupakan dasar sekaligus pondasi bagi Negara Indonesia. Apabila pondasi tersebut runtuh maka runtuh pula bangsa kita begitu pula sebaliknya kuatnya sebuah pondasi maka akan menentukan kuatnya bangunan yang berdiri diatasnya yaitu Negara republik Indonesia.

B. Pengertian Judul A. Pancasila

Pancasila, yang berarti lima dasar atau lima asas, adalah nama daripada Dasar Negara kita, Negara Republik Indonesia. Istilah pancasila telah dikenal sejak jaman Majapahit pada abad XIV, yaitu terdapat di dalam buku Negarakertagama karangan Prapanca dan buku Sutasoma karangan Tantular. Dalam buku Sutasoma ini istilah Pancasila di samping mempunyai arti “berbatu sendi yang lima” (dari bahasa sanskerta), juga mempunyai arti “pelaksanaan kesusilaan yang lima” (pancasila krama), yaitu sebagai berikut:

1. Tidak boleh melakukan kekerasan. 2. Tidak boleh mencuri.

3. Tidak boleh berjiwa dengki. 4. Tidak boleh berbohong.

5. Tidak boleh mabuk minuman keras / obat-obatan terlarang.

(3)

Rumusan Pancasila yang dijadikan dasar negara Indonesia seperti tercantum dalam pembukaan UUD 1945 adalah:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab. 3. Persatuan Indonesia.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.

5. Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.

Kelima sila tersebut sebagai satu kesatuan nilai kehidupan masyarakat Indonesia oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dijadikan Dasar Negara Indonesia.

B. Pedoman Hidup

Landasan yang digunakan sebagai acuan atau pegangan yang harus dilakukan sebagai dasar di dalam kehidupan sehari-hari.

C. Pancasila Sebagai Pedoman Hidup

Pancasila yang berarti lima dasar atau lima asas digunakan sebagai acuan atau pegangan bangsa Indonesia di dalam kehidupan sehari-hari.

D. Pancasila Semakin Hilang di Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

(4)

BAB II

PERMASALAHAN

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Hakikat Pengertian Pancasila

2. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia

3. Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia

4. Bagaimana orang Indonesia tidak lagi Peduli dengan Pancasila ? 5. Ke depan apakah sebagai pengikat Pancasila masih dapat diandalkan? 6. Upaya apa yang dapat dilakukan untuk menjaga nilai-nilai luhur

Pancasila?

B. Tujuan

Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester mata kuliah Pendidikan Pancasila.

2. Untuk memahami hakikat pengertian Pancasila.

3. Untuk memahami Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia. 4. Untuk memahami Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia. 5. Untuk mengetahui bagaimana orang Indonesia tidak lagi Peduli dengan

Pancasila.

6. Untuk mengetahui apakah sebagai pengikat Pancasila masih dapat diandalkan.

(5)

BAB III

PEMBAHASAN

A. Hakikat Pengertian Pancasila

1. Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa

Ketuhanan berasal dari kata Tuhan, ialah Allah, Pencipta segala yang ada dan semua makhluk.

Yang Maha Esa berarti Yang Maha Tunggal, tiada sekutu; esa dalam zatNya, esa dalam sifatNya, esa dalam perbuatanNya, artinya bahwa Zat Tuhan tidak terdiri dari zat-zat yang banyak lalu menjadi satu, bahwa sifat Tuhan adalah sesempurna-sesempurnanya, bahwa perbuatan Tuhan tiada dapat disamai oleh siapapun.

Jadi, Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung pengertian dan keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta Alam semesta beserta isinya.

Keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Esa itu bukanlah suatu kepercayaan yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya melalui akal-pikiran, melainkan suatu kepercayaan yang berakar pada pengetahuan yang benar yang dapat diuji atau dibuktikan melalui kaidah-kaidah logika.

Atas keyakinan yang demikianlah, maka Negara Indonesia berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, dan Negara memberi jaminan kebebasan kepada setiap penduduk untuk memeluk agama sesuai dengan keyakinannya dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

2. Sila Kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradab

(6)

manusia menjadi berkebudayaan. Dengan budi nuraninya manusia menyadari nilai-nilai dan norma-norma.

Kemanusiaan terutama berarti sifat manusia yang merupakan essensia dan identitas manusia, karena martabat kemanusiaannya (human dignity).

Adil terutama mengandung arti bahwa suatu keputusan dan tindakan didasarkan atas norma-norma yang obyektif, jadi tidak subyektif apalagi sewenang-wenang.

Beradab berasal dari kata adab yang berarti budaya. Jadi beradab berarti berbudaya. Ini mengandung arti bahwa sikap hidup, keputusan dan tindakan selalu berdasarkan nilai-nilai budaya, terutama norma sosial dan kesusilaan (moral). Adab terutama mengandung pengertian tata-kesopanan, kesusilaan atau moral. Dengan demikian beradab dapat ditafsirkan sebagai berdasar nilai-nilai kesusilaan atau moralitas khususnya dan kebudayaan umumnya.

Jadi, Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kesadaran sikap dan perbuatan manusia yang didasarkan kepada potensi budinurani manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan umumnya, baik terhadap diri pribadi, sesama manusia maupun terhadap alam dan hewan.

Potensi kemanusiaan ini dimiliki oleh semua manusia di dunia, tidak pandang ras dan warna kulitnya, jadi bersifat universal. Mereka sama-sama memiliki martabat kemanusiaan yang tinggi. Mereka harus diperlakukan sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan, sesuai dengan fitrahnya sebagai makhluk Tuhan yang mulia.

3. Sila Ketiga: Persatuan Indonesia

(7)

Indonesia mengandung dua makna, pertama: makna geografis, yang berarti sebagian bumi yang membentang dari 95˚-141˚ Bujur Timur dan 6˚ Lintang Utara sampai 11˚ Lintang Selatan. Kedua: makna bangsa dalam arti politis, yaitu bangsa yang hidup di dalam wilayah tersebut. Indonesia sila ke III ini ialah Indonesia dalam pengertian bangsa.

Jadi, Persatuan Indonesia ialah persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia yang bersatu karena didorong untuk mencapai kehidupan kebangsaan yang bebas dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat. Persatuan Indonesia merupakan faktor yang dinamis dalam kehidupan bangsa Indonesia, bertujuan memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa serta mewujudkan perdamaian yang abadi.

4. Sila keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh himat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan

Kerakyatan berasal dari kata “rakyat”, yang berarti sekelompok manusia yang bediam dalam satu wilayah tertentu. Kerakyatan dalam hubungan sila keempat ini berarti bahwa “kekuasaan yang tertinggi berada di tangan rakyat”. Kerakyatan disebut pula kedaulatan rakyat (rakyat yang berdaulat/berkuasa) atau demokrasi (rakyat yang memerintah).

Hikmat kebijaksanaan berarti penggunaan pikiran atau rasio yang sehat dengan selalu mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa, kepentingan rakyat dan dilaksanakan dengan sadar, jujur dan bertanggung jawab serta didorong oleh itikad baik sesuai dengan hati nurani.

Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas kepribadian Indonesia untuk merumuskan dan atau memutuskan sesuatu hal berdasarkan kehendak rakyat, hingga tercapai keputusan yang berdasarkan kebulatan pendapat atau mufakat.

(8)

Jadi, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan berarti rakyat dalam menjalankan kekuasaannya melalui sistem perwakilan dan keputusan-keputusannya diambil dengan jalan musyawarah yang dipimpin oleh pikiran yang sehat serta penuh tanggung jawab, baik kepada Tuhan Yang Maha Esa maupun kepada rakyat yang diwakilinya.

5. Sila Kelima: Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia

Keadilan Sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala bidang kehidupan, baik material maupun spiritual.

Seluruh Rakyat Indonesia berarti setiap orang yang menjadi Rakyat Indonesia, baik yang berdiam di wilayah kekuasaan Republik Indonesia maupun warga negara Indonesia yang berada di luar negeri.

Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia berarti, bahwa setiap orang Indonesia mendapat perlakuan yang adil dalam bidang hukum, politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan. Sesuai dengan UUD 1945, makna keadilan sosial mencakup pula pengertian adil dan makmur.

B. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia

(9)

tergolong muda dalam barisan negara-negara di dunia, maka masalah pandangan hidup merupakan masalah yang sangat mendasar dan prinsipil.

Negara Republik Indonesia memang tergolong muda dalam barisan negara-negara di dunia. Tetapi bangsa Indonesia lahir dari sejarah dan kebudayaannya yang tua, melalui masa gemilangnya negara Kerajaan Sriwijaya, Majapahit dan Mataram kemudian mengalami masa penderitaan penjajahan sepanjang tiga setengah abad, sampai akhirnya dalam tahun 1945. Bangsa kami memproklamasikan kemerdekaan setelah melakukan perlawanan dan pemberontakan melawan penjajahan yang kejam kesemuanya itu membentuk kepribadian kami. Kepribadian inilah yang kami tetapkan menjadi pandangan hidup kami, falsafah Negara kami. Pancasila yang merupakan kesatuan yang bulat dari Ketuhanan Yang Maha Esa, Perikemanusiaan, Kebangsaan, Kedaulatan Rakyat dan Keadilan Sosial. Di dalamnya mengandung dorongan-dorongan kepada kami untuk nilai-nilai yang kami anggap luhur. Di dalamnya juga tersimpul kesadaran kami bahwa manusia pada akhirnya tergantung pada imbangan antara manusia dengan masyarakatnya, keseimbangan antar manusia dengan Tuhan-nya, keseimbangan antara kemajuan lahir dan kesejahteraan batin. (Presiden Soeharto, 1979).

(10)

Kristalisasi adalah sesuatu yang telah tersaing dari nilai-nilai yang ada, sehingga ia merupakan inti pokok yang telah mengkristal, kuat, kokoh, tidak dapat pecah. Kristalisasi niali-nilai Pancasila adalah nilai sosial budaya bangsa Indonesia yang mengkristal, telah terbentuk dari perjalanan sejarah bangsa Indonesia, yang baik dan cocok dengan bangsa Indonesia.

(11)

C. Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia

Setiap Negara di dunia ini, supaya kokoh, kuat dan tangguh harus memiliki fondasi (landasan) yang berakar kuat dan memiliki daya penyanggah yang handal berupa “Dasar negara” keberadaan dasar negara dapat dilukiskan bagaikan suatu bangunan yang besar, tinggi dan megah jika tidak menggunakan fondasi yang kokoh dan memadai tentu lekas runtuh dan rusak Pancasila dalam pengertian ini sering disebut Dasar Falsafah Negara (Dasar Filsafat Negara), Philosophische Grondslag dari Negara, Ideologi Negara, Staatsidee. Dalam hal ini Pancasila dipergunakan sebagai dasar mengatur tata pemerintahan Negara. Atau dengan kata lain Pancasila digunakan sebagai dasar negara untuk mengatur Penyelenggaraan Negara.

Mengenai Pancasila sebagai Dasar Negara ini, Prof. Drs. Notonagoro, SH, dalam karangan beliau yang berjudul “Berita pikiran ilmiah tentang jalan ke luar dari kesulitan mengenai Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia” antara lain dinyatakan “di antara unsur-unsur pokok kaidah negara yang pondamental, asas kerokhanian Pancasila adalah mempunyai kedudukan istimewa dalam hidup kenegaraan dan hukum bangsa Indonesia”. Di bagian lain beliau mengatakan, “norma hukum yang pokok dan disebut pokok kaidah pondamental daripada negara itu dalam hukum mempunyai hakikat dan kedudukan yang tetap, kuat dan tak berubah bagi negara yang dibentuk, dengan lain perkataan dengan jalan hukum tidak dapat diubah”.

(12)

XX/MPRS/1966 (Ketetapan MPR No. V/MPR/1973 dan Ketetapan MPR No. IX/MPR/1978).

Maka seluruh kehidupan bernegara dan bermasyarakat haruslah didasari oleh Pancasila. Landasan hukum Pancasila sebagai dasar negara memberi akibat hukum dan filosofis; yaitu kehidupan negara dari bangsa ini haruslah berpedoman kepada Pancasila.

D. Bagaimana Orang Indonesia Tidak Lagi Peduli Dengan Pancasila

Mencermati kehidupan berbangsa di Indonesia saat ini, semakin jauh dari tuntunan Pancasila, baik dalam praktik tata kelola pemerintahan maupun dalam kehidupan sosial kemasyarakatan sehari-hari. Berbagai fakta telah terjadi sebagai tanda semakin hilangnya Pancasila di sendi-sendi kehidupan berbangsa. Realitas sosial masyarakat Indonesia yang mengalami berbagai masalah sosial seperti kemiskinan, KKN atau konflik seperti tidak dapat “diobati” oleh Pancasila. Bahkan dalam masyarakat saat ini terdapat kecenderungan melihat Pancasila dengan apatis atau sinis sebagai sesuatu ideologi yang pasif, tidak responsif, mudah dimanipulasi atau tidak relevan. Hal ini bertentangan dengan keadaan sebelumnya di mana di masa Orde Baru Pancasila justru dianggap sebagai ideologi yang sakral dan sakti. Singkatnya terdapat suatu masalah penting dimana dirasakan terjadi semacam kesenjangan antara Pancasila sebagai ideologi dan dasar hidup masyarakat Indonesia dengan realitas sosial yang terjadi.

(13)

asasi manusia (KAM); (3) lonjakan pemanfaatan teknologi informasi oleh masyarakat, di mana informasi menjadi kekuatan yang amat berpengaruh dalam berbagai aspek kehidupan, tapi juga yang rentan terhadap "manipulasi" informasi dengan segala dampaknya. perubahan tersebut telah mendorong terjadinya pergeseran nilai yang dialami bangsa Indonesia, sebagaimana terlihat dalam pola hidup masyarakat pada umumnya, termasuk dalam corak perilaku kehidupan politik dan ekonomi yang terjadi saat ini. (BJ Habibie, 2011)

Para pejabat negara yang seharusnya lebih memberikan teladan dalam mengamalkan nilai-nilai Pancasila, sekarang ini justru terjadi sebaliknya. Pelanggaran nilai-nilai Pancasila kerap terjadi di kalangan pejabat negara. Korupsi adalah salah satu cerminan pelanggaran nilai-nilai Pancasila yang dilakukan para oknum pejabat. Begitu banyak kasus korupsi yang terjadi di negeri ini, mulai dari kasus-kasus besar seperti kasus Bank Century yang merugikan uang Negara triliunan rupiah, kasus Gayus Tambunan yang melahap uang pajak dari rakyat, kasus Nazarudin, kasus BLBI, kasus Nunun Nurbaeti dan begitu banyak kasus korupsi lainnya.

Padahal jika kita lihat sila kelima Pancasila, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, seharusnya pejabat Negara lebih mengedepankan kepentingan rakyat untuk kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Tapi betapa jahatya para pejabat kita yang hanya mementingkan kepentingan pribadi dan golongan, memperkaya diri sendiri, tak peduli jutaan rakyat Indonesia yang masih kelaparan.

(14)

beberapa bulan saja, dan tidak hanya itu, para koruptor masih dapat menikmati kemewahan di dalam penjara.

Keadilan di negeri ini hanya tajam ke bawah tapi masih tumpul ke atas. Pengadilan begitu tegasnya jika menghadapi rakyat kecil namun jika berhadapan dengan para pejabat, orang besar, keadilan begitu mudahnya dipermainkan. Kasus terakhir yang sangat menyedihkan adalah kasus bentrok di Bima. Masyarakat Bima memprotes adanya tambang di daerah mereka yang dirasa mengancam lingkungan, polisi mengerahkan anggotanya untuk membubarkan warga, begitu beringasnya polisi membubarkan warga dengan senjata yang berujung tewasnya 2 orang dan melukai puluhan orang. Polisi yang seharusnya melindungi masyarakat namun yang terjadi malah polisi seakan menganggap masyarakat musuh negeri yang harus dilenyapkan.

Hilangnya nilai – nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa juga terjadi dalam kehidupan rakyat biasa. Persatuan bangsa yang semakin lama terhapus akibat tingginya primordial, yaitu suatu penyempitan fokus perhatian pada kelompok sendiri dimana kemampuan untuk merasakan kebersamaan “kita sebangsa” atau “kita sewilayah” diganti oleh perspektif “mereka” dan “kami”, di mana “kami” semakin sempit dan “mereka” yang lain dirasakan sebagai ancaman. Akibatnya semakin marak bentrokan antar warga ataupun antar suku yang seringkali hanya dilatarbelakangi oleh masalah kecil.

(15)

E. Apakah Sebagai Pengikat Pancasila Masih Dapat Diandalkan

Tergantung bagaimana orang Indonesia menanggapinya sekarang. Kalau saya, jujur saja, sangat khawatir. Orang sekarang malas berbicara soal Pancasila. Saya bertanya, siapa yang mau berdiskusi soal Pancasila sekarang? Orang kampus saja, sudah ogah. Sebagai warga negara, justru hal seperti itu sangat saya khawatirkan. Tidak ada sebuah negara yang tidak tegak di atas sebuah ideologi. Selonggar apa pun pengertian ideologi itu. Amerika punya ideologi, ideologi demokrasi. Kita punya apa? Angkatan pergerakan nasional sudah memberikannya kepada kita, yakni Pancasila. Sayangnya, dalam upaya penerapannya, Pancasila selalu ditawarkan dalam bahasa cuci otak. Dipaksakan dengan cara indoktrinasi. (Prof. Anhar Gonggong, 2008)

Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa orang Indonesia seolah sudah lupa bahwa mereka memiliki dasar negara yang harus dikembangkan dan dipahami. Melalui pendidikan, Pancasila dapat disosialisasikan sebagai ilmu. Dapat dalam bermacam-macam bentuknya. Misalnya, melalui ilmu sejarah, dengan menerangkan secara benar proses kelahiran dan perumusannya atau melalui ilmu kenegaraan, bagaimana kita bernegara secara Pancasilais. Jadi, Pancasila dapat berkembang dan tidak hanya sekadar dikunyah-kunyah sebagai alat verbalistik. Pancasila harus menjadi ide realistik.

(16)

F. Upaya Menjaga Nilai-nilai Luhur Pancasila

Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila merupakan suatu cerminan dari kehidupan masyarakat Indonesia (nenek moyang kita) dan secara tetap telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan bangsa Indonesia. Untuk itu kita sebagai generasi penerus bangsa harus mampu menjaga nilai – nilai tersebut. Untuk dapat melakukan hal tersebut maka perlu adanya berbagai upaya yang didukung oleh seluruh masyarakat Indonesia. Upaya-upaya tersebut antara lain :

1. Melalui dunia pendidikan, dengan menambahkan mata pelajaran khusus pancasila pada setiap satuan pendidikan bahkan sampai ke perguruan tinggi

2. Lebih memasyarakatkan pancasila dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya.

3. Menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari

4. Memberikan sanksi yang tegas kepada pihak-pihak yang melakukan pelanggaran terhadap pancasila.

(17)

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pancasila sebagai ideologi negara yang telah direncanakan oleh para pendiri bangsa, belum begitu terwujud dengan apa yang diinginkan. Hal ini terlihat dari bagaimana cara pemerintah maupun masyarakat Indonesia dalam memahami dan melaksanakan pancasila sebagai pedoman hidup maupun sebagai landasan hukum tertinggi.

Bahkan pada jaman sekarang ini Pancasilan seolah telah terlupakan oleh bangsa Indonesia baik itu sebagai Pedoman hidup maupun landasan hukum berbangsa Indonesia. Dan apa yang terjadi dalam negara ini tidak lain adalah akibat dari terlupakannya nilai arti yang terkandung dalam Pancasila dan bangsa ini tidak lagi menanamkan Budaya Berpancasila sebagai ideologi.

B. Saran

(18)

DAFTAR PUSTAKA

M. Aziz Toyibin dan A. Kosasih Djahiri. (1992/1993). Pendidikan Pancasila I. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Pendidikan.

Prof. Darji Darmodiharjo, SH. (1984). Pancasila Suatu Orientasi Singkat. Jakarta: Aries Lima.

Sekretariat Negara Republik Indonesia. (1985). Undang-Undang Dasar. Indonesia: PT Cicero.

Prof. Drs. C. S. T. Kansil, S.H dan Christine S. T. Kansil, S.H, M. H. (2003).

Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Jakarta: PT Pradnya Paramita.

Policy paper. (2012). Revitalisasi Pendidikan Pancasila. Jakarta: Sekolah Tanpa Batas.

Tim Modul Pkn SMA Jakarta Timur. (2012). Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Galuh Pustaka.

Simposium Pringatan Hari Lahir Pancasila. (2006). Restorasi Pancasila Mendamaikan Politik Identitas dan Modernitas. Jakarta: GH2J4

Franz Magnism – Suseno. (2007). Berebut Jiwa Bangsa. Jakarta: Kompas

http://habibiecenter.or.id/detilurl/id/117//Pidato.BJ.Habibie.Dalam.Peringatan.Hari .Lahir.Pancasila

http://nasional.kompas.com/read/2013/06/02/07041698/Pancasila.Makin.Dibutuh kan.Bangsa.Ini

http://wardonojakarimba.blogspot.com/2012/01/hilangnya-pancasila-di-sendi-sendi.html

http://nauvallrizal.tumblr.com/post/47541591110/hilangnya-nilai-nilai-pancasila-dari-jiwa-anak

(19)

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak: Bimbingan belajar adalah suatu bantuan dari pembimbing kepada individu (siswa) dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang

Sesuai ketentuan pasal 3 ayat (1) Peraturan Dirjen Masyarakat Islam Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah: bahwa penyelenggara kursus pra nikah adalah Badan

Variabel bebas adalah faktor pasien mencakup usia dan jenis kelamin, intervensi yang diberikan meliputi tindakan pembedahan dan terapi obat, dan faktor pembedahan

a) Bahwa dalil pengaduan Pengadu dalam kedudukannya sebagai pendukung Calon Bupati Kabupaten Karawang dengan nomor urut 6 ( enam ) yaitu Saan Mustopa adalah dalil

Scanned

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan bagi para investor dan bagi manajemen perusahaan: 1) Bagi Investor;

Seiring dengan kemajuan teknologi saat ini, berbagai permasalahan yang ada dapat diselesaikan dengan memanfaatkan teknologi salah satunya dengan membangun aplikasi

Bahkan, akibat rendahnya harga yang diterima petani, banyak perkebunan kopi yang dikonversi ke tanaman lain terjadi di Propinsi Lampung yang mengakibatkan