TUGAS MAKALAH EKONOMI PENGANTAR
‘MESKIPUN BERAT, KU TETAP BERJUANG’
DISUSUN OLEH :
Setyawan Primandaru
12051133
Robby Hendra. S
12051146
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
PENDAHULUAN
Artikel ini ditulis berdasarkan hasil kunjungan langsung yang didasari guna mengetahui keadaan ekonomi yang tengah dihadapi seseorang dalam berjuang,bertahan dalam kerasnya hidup. Pembelajaran dapat diperoleh dari manapun, disini kami mencoba mendalami apa yang terjadi di zaman yang modern ini. Mayoritas sekarang seseorang yang sudah kaya akan bertambah kaya, namun bagi yang miskin akan semakin miskin. Dikarenakan pola ketidakadilan dari kalangan pemerintah yang kurang memerhatikan kondisi masyarakatnya khususnya rakyat kecil dan lansia.
Disatu sisi dampak sosial yang cenderung acuh tak acuh terhadap sesama semakin terasa di zaman ini yang disebabkan kurangnya rasa menghargai usaha seseorang. Hal ini tidak dapat dijadikan tolak ukur, dalam faktanya banyak pula peran dari segelintir orang untuk bersama-sama mengubah negara ini agar lebih adil,makmur,sejahtera dalam segala aspek.
Objek dalam penulisan artikel ini kami dapat dari seorang nenek yang terus berjuang demi hidup dengan berjualan koran, beliau tidak mengenal namanya usia yang beliau pikirkan bagaimana dia bisa terus hidup. Hidup sendiri di rumah kecil progam bantuan pemerintah.
Tinggal di bantaran kali code di perkampungan yang sempit, tak berbeda jauh kehidupan atau keadaan ekonomi warga disana. Apakah ini yang disebut Negara yang adil dan mementingkan kehidupan rakyat, atau mengatas namakan rakyat untuk sekedar mencari simpati dan memeras tenaga mereka tanpa memberikan timbal balik yang sesuai sebagai bentuk saling menghargai.
Di dalam mata kuliah ekonomi pengantar kurang lebih kita bisa mengetahui keadaan ekonomi Negara kita saat ini apakah sudah adil dan setara tingkat kesejahteraannya, dan mencari solusi dalam aspek perbaikan ekonomi kerakyatan maupu secara universal.
ISI
Mbah Waginem bisa menjadi pembuktian belum maksimalnya progam pemerintah dalam mengatasi kemiskinan serta bisa menjadi motivasi bagi kita dalam menjalani kerasnya hidup. Meskipun sudah berumur sekitar 90 tahun semangat hidupnya masih jelas terlihat dengan kerja kerasnya mengumpulkan uang dari berjualan koran.
Jelas berbeda dengan para lansia seumurannya yang hidupnya lebih beruntung, menikmati hari tua dengan segala hal yang berkecukupan, tanpa harus bersusah payah memikirkan makan,tempat tinggal, dll. Mbah Waginem tinggal di bantaran kali code tepatnya di belakang Masjid Syuhada, gang sempit jelas jadi pemandangan yang setiap hari beliau lihat, keadaan kampung yang bisa di bilang jauh dari kemewahan sudah bukan hal asing bagi warga yang tinggal di sana. Wilayah di bantaran kali code ini merupakan bantuan tempat tinggal yang disediakan oleh pemerintah. Sebelumnya Mbah Waginem tinggal disekitar jembatan Gondolayu, namun pada tahun 2000 pemerintah merelokasi warga disana untuk pindah, hingga kemudian Mbah Waginem dan sebagian warga memutuskan pindah di bantaran kali code sampai sekarang. Berangkat dari rumah untuk memulai aktifitas pukul 04.00 pagi dan pulang sekitar pukul 17.00 menjadi hari perjuangan Mbah Waginem untuk mencari rejeki yang tidak pasti hasilnya. Dengan pendapatan sekitar 5000 – 20.000 sehari Mbah Waginem sampai saat ini masih bisa meneruskan hidup tanpa harus meminta minta,
Mbah Waginem bisa mendapatkan pekerjaan ini dari salah satu orang yang memiliki bisnis penjualan Koran di daerah Mangkubumi. Setiap pagi Mbah Waginem menerima setoran koran baru yang akan di jual dan sekaligus penyetor mengambil koran sisa penjualan kemarin. Dari hasil jerih payah setiap hari di gunakan untuk makan, dan masih menyisihkan untuk membayar pajak bangunan, air dan listrik.
1. Untuk raskin beras yang didapat berkualitas jelek sehingga tidak layak komsumsi.
2. Jamkesmas, dikarenakan Mbah Waginem tidak pernah mengalami sakit keras jadi Mbah Waginem tidak menggunakan fasilitas kesehatan tersebut.
PERMASALAHAN
Dalam hal ini masalah yang di hadapi Mbah Waginem adalah :
1. Dari segi usia tidak seharusnya Mbah Waginem melakukan pekerjaan yang berat, apalagi dengan penghasilan yang kecil.
2. Kondisi yang sewaktu waktu sakit disaat bekerja dikarenakan cuaca yang berubah-ubah. 3. Kondisi tempat tinggal yang sempit pada akhirnya memaksa Mbah Waginem untuk tidur
dengan berdekatan dengan dapur.
4. Jarak antara rumah dan tempat berjualan koran yang cukup jauh. 5. Cara untuk memaksimalkan penjualan koran.
SOLUSI
Solusi yang kami tawarkan untuk Mbah Waginem adalah :
1. Alat bantu pendengaran, alasan ini dikarenakan pendengaran beliau yang kurang baik sehingga bisa membantu beliau dalam beraktifitas.
2. Pemberian gerobak disekitar rumah, ini bertujuan agar beliau tidak perlu menempuh jarak terlalu jauh dalam berjualan koran.
PENUTUP
Dari kisah di atas diharapkan mampu membuka hati pemerintah agar lebih melihat keadaan masyarakat kalangan bawah, bukan hanya menjadikan masyarakat kecil sebagai objek-objek janji politik.
Namun benar-benar mengedepankan nasib rakyat agar lebih baik mungkin, dengan progam standar kesejahteraan hidup, yang meliputi pendapatan ekonomi, kelayakan tempat tinggal, pemberian bantuan berupa uang kepada lansia yang kurang mampu agar tidak perlu bekerja.