• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA PASIEN PESERTA ASURANSI DENGAN PEMANFAATAN ASURANSI KESEHATAN DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA PASIEN PESERTA ASURANSI DENGAN PEMANFAATAN ASURANSI KESEHATAN DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA

KELUARGA PASIEN PESERTA ASURANSI DENGAN PEMANFAATAN

ASURANSI KESEHATAN DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Baharuddin Ahmad G0006055

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul : Hubungan antara Tingkat Pendidikan Formal Kepala

Keluarga Pasien Peserta Asuransi dengan Pemanfaatan Asuransi Kesehatan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta

Baharuddin Ahmad, NIM: G0006055, Tahun 2010

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada hari Senin, Tanggal 2 November 2010

Pembimbing Utama

Nama : H.Endang Sutisna Sulaiman, dr.,M.Kes.

NIP : 19560320 198312 1 002 ( )

Pembimbing Pendamping

Nama : Sumardiyono, S.K.M., M.Kes.

NIP : 19650706 198803 1 002 ( )

Penguji Utama

Nama : H. Zainal Abidin, dr.,M.Kes.

NIP : 19460202 197610 1 001 ( )

Anggota Penguji

Nama : Hardjono, Drs. M.Si.

NIP : 19590119 198903 1 002 ( )

Surakarta, ...

Ketua Tim Skripsi

Muthmainah, dr., M.Kes.

NIP : 19660702 199802 2 001

Dekan FK UNS

Prof. Dr. A. A. Subijanto, dr., M.S.

(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 2 November 2010

(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Baharuddin Ahmad. G0006055. 2010. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Formal Kepala Keluarga Pasien Peserta Asuransi dengan Pemanfaatan Asuransi Kesehatan di RSUD Dr Moewardi Surakarta. Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat

pendidikan formal kepala keluarga pasien peserta asuransi dengan pemanfaatan asuransi kesehatan di RSUD Dr Moewardi Surakarta

Metode: Penelitian ini termasuk jenis penelitian observasional analitik dengan

pendekatan cross sectional. Subjek yang digunakan berjumlah 30 orang. Penelitian dilakukan di unit rawat inap Ruang Mawar I-III, Melati I-III dan Anggrek I-II RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada 12 Oktober sampai 17 Oktober 2010. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive stratified quota incidental sampling. Analisis data yang digunakan adalah uji statistik Pearson-Point Biserial. Pengumpulan data menggunakan kuesioner.

Hasil: Pada penelitian ini diperoleh data subjek penelitian terdiri dari 16 orang

(53,3%) tingkat pendidikan dasar dan 14 orang (46,7%) tingkat pendidikan menengah. Uji normalitas menunjukkan hasil signifikan sehingga distribusi data normal. Hasil uji keabsahan Pearson-Point Biserial menunjukkan signifikansi sebesar 0,269, sehingga tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan formal kepala keluarga pasien peserta asuransi dengan pemanfaatan asuransi kesehatan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

Simpulan : Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan formal kepala keluarga

pasien peserta asuransi kesehatan dengan pemanfaatan asuransi kesehatan di RSUD Dr Moewardi Surakarta (p = 0,269). Hal ini berarti pendidikan formal bukan faktor determinan yang menentukan pemanfaatan asuransi kesehatan.

Kata kunci : pendidikan formal kepala keluarga pasien peserta asuransi, asuransi

(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

Baharuddin Ahmad. G0006055. 2010. Correlation between Formal Educational Grade of Patriarch and Utilization of Health Insurance at RSUD Dr. Moewardi

Surakarta. Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta

Objectives: The purpose of the research is to find out an association between formal

educational grade of patriarch and utilization of health insurance at RSUD Dr. Moewardi, Surakarta.

Methods: This research belong to the analytical observational study with cross

sectional design, thirty samples were used as the subjects. Research took place in Mawar I-III, Melati I-III and Anggrek I-II rooms, RSUD Dr. Moewardi, Surakarta and was done at October 12th until October 17th 2010. The sampling technique was purposive stratified quota incidental sampling. Pearson-Point Biserial test was used to find out the association between the two variables. Quesionair was used to collect data.

Results: Data from this researh showed 16 people (53,3%) of case subject were

elementary education, while 14 people (46,7%) of case subject were midle education. The normality test showed that the distribution was normal. The Pearson-Point Biserial test presents 0,269 of the significance, so there was not an association between formal educational grade of patriarch and utilization of health insurrance at RSUD Dr. Moewardi, Surakarta.

Conclusion: There was not an association between formal edocational grade of

patriarch and utilization of health insurance at RSUD Dr. Moewardi, Surakarta (p = 0,269). It means, formal educational is not determinant to the utilization of health insurance.

(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PRAKATA

Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada Allah SWT atas segala karunia dan rahmat yang selalu dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul, ” Hubungan antara Tingkat Pendidikan Formal Kepala Keluarga Pasien Peserta Asuransi dengan Pemanfaatan Asuransi Kesehatan di RSUD Dr Moewardi Surakarta”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana kedokteran.

Dalam pelaksanaan menyusun laporan ini, penulis tidak terlepas dari berbagai hambatan dan kesulitan. Namun berkat dukungan dari berbagai pihak penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini. Untuk itu perkenankanlah dengan setulus hati penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., M.S., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bimbingan selama menempuh pendidikan.

2. Muthmainah, dr., M.Kes., selaku Ketua Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang senantiasa memberikan dukungan untuk menyelesaikan skripsi tepat waktu.

3. Endang Sutisna Sulaiman, dr., M.Kes., selaku pembimbing utama yang banyak mencurahkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran, dan motivasi.

4. Sumardiyono, SKM., M.Kes., selaku pembimbing pendamping yang selalu

memberikan bimbingan, saran, dan motivasi bagi penulis, mengajarkan metodologi penelitian.

5. Zainal Abidin, dr., M.Kes., selaku penguji utama yang telah memberikan saran dan arahan untuk melengkapi kekurangan yang selalu ada dalam skripsi ini. 6. Drs. Hardjono, M.Si., selaku penguji pendamping yang tidak hanya menguji,

tetapi juga memberikan bimbingan dan masukan yang sangat berguna.

7. Ayahanda Munawir Ahmad dan Ibunda Tri Wahyuti, kakakku Bahtiar Ahmad dan adikku Thoriq Ahmad yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan

8. RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk

melakukan penelitian ini.

9. Niken Kumala Budi yang mendukung tiada henti, Reza Fauzi, Haris Agung, Risang, Indi dan Mas Wawan yang sering siap membantu kesulitan yang ada, dan teman-teman seperjuangan angkatan 2006, teruslah belajar!!!

10. Keluarga besar BEM FK UNS dan BSMI Solo, dan komunitas EU selalu ada hikmah dalam setiap potongan puzzle kehidupan.

11. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu dalam halaman terbatas ini, yang telah banyak membantu dalam proses penulisan skripsi ini.

“Tiada gading yang tak retak”. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik serta saran untuk peningkatan karya ini di masa datang. Semoga hasil yang sederhana ini akan bermanfaat.

(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II. LANDASAN TEORI ... 9

A. Tinjauan Pustaka ... 9

B. Kerangka Pemikiran ... 17

C. Hipotesis ... 18

BAB III. METODE PENELITIAN ... 19

A. Jenis Penelitian ... 19

B. Lokasi Penelitian ... 19

C. Subjek Penelitian ... 19

D. Teknik Pengambilan Sampel ... 19

E. Desain Penelitian ... 19

(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 21

H. Instrumen dan Bahan Penelitian ... 22

I. Teknik Analisis Data ... 23

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 24

BAB V. PEMBAHASAN ... 28

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN... 32

A. Simpulan ... 32

B. Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 34

(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal ... 25

Tabel 2. Skor Berdasarkan Tingkat Pendidikan. ... 25

Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Skor Kuesioner... 26

(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

GAMBAR

Halaman

(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian

Lampiran 3. Informed Concern

Lampiran 4. Tabel Hasil Skor Kuesioner Penelitian

Lampiran 5. Hasil Uji Normalitas

(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan adalah hak azasi manusia dan sekaligus investasi untuk

keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan

kesehatan secara berencana, menyeluruh dan berkesinambungan dengan tujuan

guna meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang agar terwujud kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Mukti,

2007).

Paradigma hidup sehat menjelaskan empat faktor utama yang dapat

mempengaruhi derajat kesehatan individu atau masyarakat. Keempat faktor

tersebut terdiri dari faktor perilaku atau life style (gaya hidup), faktor lingkungan

(fisik, biologis, sosial-budaya, ekonomi, politik, dsb), faktor pelayanan kesehatan

(jenis, cakupan, dan kualitasnya), dan faktor genetik (keturunan). Keempat faktor

tersebut saling berinteraksi satu sama lain secara dinamis untuk mempengaruhi

derajat kesehatan perorangan, kelompok, dan masyarakat. Di antara keempat

faktor tersebut, faktor perilaku manusia merupakan faktor determinan yang

paling sulit diubah (Muninjaya, 2004).

Keterkaitan keempat faktor tersebut dapat dilihat melalui bagan Paradigma

(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar. Paradigma Hidup Sehat Blum (sumber : Muninjaya, 2004)

Menurut Niralua (1994) perilaku kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor

yang saling terkait, yaitu enabling factor (faktor pemungkin), predispositing

factor (faktor predisposisi) dan need factor (faktor kebutuhan sebagai pendorong)

yang semuanya memiliki hubungan yang signifikan terhadap penggunaan

maupun tidak menggunakannya sistem pelayanan kesehatan. Pendapatan

keluarga, jumlah anak yang hidup, pendidikan, jarak dengan fasilitas kesehatan,

penilaian tentang pengalaman petugas kesehatan dan pengalaman kematian anak

berhubungan positif terhadap penggunaan pelayanan kesehatan, tetapi umur

responden berhubungan negatif terhadap penggunaan pelayanan kesehatan.

Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal diperlukan adanya

upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan Lingkungan

Pelayanan Hidup

Sehat

Perilaku Sumber

Daya Alam

Keseimbangan Ekologi

Sistem Budaya

(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah ataupun masyarakat

(Notoatmodjo, 2003).

Secara lebih luas tujuan tersebut tertuang dalam Sistem Kesehatan Nasional

(SKN). Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara

penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya

bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan

pembangunan kesehatan dalam kerangka mewujudkan kesejahteraan rakyat

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945 (Depkes, 2009).

Bentuk pokok sistem kesehatan antara satu negara dengan negara lainnya

sangat bervariasi. Menurut Azwar, terbentuknya sistem kesehatan pada dasarnya

ditentukan oleh tiga unsur utama yakni :

1. Pemerintah

Yang dimaksud pemerintah di sini adalah yang bertanggung jawab dalam

merumuskan berbagai kebijakan pemerintah, termasuk kebijakan kesehatan.

2. Masyarakat

Yang dimaksud masyarakat di sini adalah mereka yang menggunakan

jasa pelayanan kesehatan.

3. Penyedia Layanan Kesehatan

Yang dimaksud dengan penyedia layanan kesehatan di sini adalah yang

bertanggung jawab secara langsung dalam menyelenggarakan berbagai upaya

(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Ketiga unsur tersebut saling mempengaruhi dan berhubungan. Sedangkan

sistem kesehatan memiliki dua subsistem yakni subsistem organisasi pelayanan

kesehatan dan subsistem organisasi pembiayaan kesehatan (Azwar, 1996).

Subsistem pembiayaan kesehatan adalah bentuk dan cara penyelenggaraan

berbagai upaya penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan dana kesehatan

untuk mendukung penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna mencapai

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Depkes, 2009).

Tujuan dari penyelenggaraan subsistem pembiayaan kesehatan adalah

tersedianya dana kesehatan dalam jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil,

merata, dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna, tersalurkan

sesuai peruntukkannya guna menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan

untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

(Depkes, 2009).

Di dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2009, unsur-unsur yang

tercakup dalam subsistem pembiayaan kesehatan adalah unsur dana, sumber daya

dan pengelolaan dana kesehatan. Sedangkan pelaksanaan pembiayaan kesehatan

harus memenuhi prinsip kecukupan, efektif dan efisien, adil, dan transparan.

Mukti (2007) menyebutkan bahwa di seluruh dunia, secara garis besar

sistem pembiayaan kesehatan dapat dibedakan menjadi empat kelompok :

a. Sistem pelayanan kesehatan nasional atau National Health Service (NHS)

seperti di Inggris dan Malaysia yang sumber pembiayaannya murni

(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id b. Sistem pembiayaan kesehatan yang diserahkan pada mekanisme pasar,

dengan asuransi profit komersial sebagai pilar utamanya seperti di Amerika

Serikat.

c. Sistem asuransi kesehatan sosial dimana pembiayaannya bersumber pada

asuransi sosial seperti di Jerman, Belanda, Perancis, Jepang, Korea, dan

Taiwan.

d. Sistem pembiayaan kesehatan sosialis seperti yang diterapkan di

negara-negara sosialis komunis, seperti di Rusia dan China. Dana pembiayaan

kesehatan sepenuhnya diusahakan pemerintah untuk kesejahteraan rakyat

secara merata.

Sedangkan sistem yang dipilih Indonesia adalah campuran antara pajak

dengan anggaran pemerintah pusat dan daerah, out of pocket (pembayaran

langsung secara tunai), sistem asuransi sosial dan komersial, serta jaminan

perusahaan atau institusi lainnya. Sejak diterbitkannya Undang-Undang No 40

Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan Undang-Undang No 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang salah satu isinya mengatur

tentang otonomi keuangan daerah, maka sistem pembiayaan kesehatan di

Indonesia menuju sistem asuransi kesehatan sosial (Mukti, 2007).

Muninjaya (2004) menjelaskan tingginya biaya pelayanan kesehatan di

Indonesia saat ini merupakan masalah yang sangat serius karena sangat

membebani masyarakat pengguna jasa pelayanan kesehatan sehingga perlu

(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Ada empat sumber utama pembiayaan kesehatan, yaitu: pemerintah, swasta,

masyarakat dalam bentuk fee for services (pembayaran langsung) dan asuransi,

serta sumber-sumber lain dalam bentuk hibah atau pinjaman dari luar negeri.

Pembiayaan kesehatan yang bersumber dari asuransi kesehatan merupakan salah

satu cara yang terbaik untuk mengatasi mahalnya biaya pelayanan kesehatan

(Muninjaya, 2004).

Berdasarkan laporan dari RSUD Dr Moewardi didapatkan jumlah seluruh

pasien rawat inap yang memanfaatkan asuransi kesehatan selama periode

Januari-Maret tahun 2010 adalah 4929 pasien. Jumlah tersebut meliputi pasien

Askes PNS dan pensiunan sebanyak 1.704 kasus (34,6%), PKMS sebanyak 811

kasus (16,4%), Jamkesmas sebanyak 2386 kasus (48,4%), Jamkesprop sebanyak

28 kasus (0,6%).

Penelitian yang dilakukan Yulianto di Puskesmas Nglipar II, Kabupaten

Gunungkidul memperoleh hasil bahwa masyarakat yang memiliki pendidikan

tinggi biasanya mempunyai akses lebih baik terhadap pelayanan kesehatan yang

modern dan berkualitas (Yulianto, 2008).

Selain itu, rendahnya tingkat pendidikan dan ekonomi secara tidak

langsung akan memengaruhi tingkat pengetahuan akan perlindungan masyarakat

terhadap diri dan keluarganya sehingga berdampak pada kurangnya akses

perawatan dan kesehatan (Maria dan Yuristianti, 2000).

Dengan uraian di atas, tampak bahwa pembiayaan kesehatan dengan

asuransi lebih efektif dan efisien. Dengan adanya Undang-Undang No 40 Tahun

(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2004 tentang Pemerintahan Daerah serta semakin banyaknya asuransi kesehatan

yang disediakan oleh pihak swasta diharapkan pelayanan kesehatan melalui

asuransi semakin meningkat. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti

sejauh mana pemanfaatan asuransi kesehatan oleh masyarakat dan sejauh mana

pengaruh pendidikan formal kepala keluarga pasien peserta asuransi dengan

pemanfaatan asuransi kesehatan oleh masyarakat.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah

penelitian ini, yaitu apakah ada hubungan tingkat pendidikan formal kepala

keluarga pasien peserta asuransi dengan pemanfaatan asuransi kesehatan di

RSUD Dr. Moewardi Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan

tingkat pendidikan formal kepala keluarga pasien peserta asuransi kesehatan

dengan pemanfaatan asuransi kesehatan di Rumah Sakit Dr Moewardi Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

pemanfaatan asuransi kesehatan oleh peserta asuransi kesehatan berdasarkan

(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan rujukan dalam

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan menumbuhkan kesadaran

untuk turut serta dalam asuransi kesehatan.

3. Manfaat Aplikatif

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman

masyarakat mengenai asuransi kesehatan sehingga pelayanan kesehatannya

terjamin dan derajat kesehatan masyarakat meningkat melalui partisipasi

(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pendidikan Formal Kepala Keluarga Pasien

a. Pendidikan

Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

negara (Depdiknas, 2003).

Frederick J. Mc. Donald dalam Sunggara (2009) mendefinisikan

pendidikan sebagai suatu proses atau kegiatan yang diarahkan untuk

mengubah tabiat. Pendidikan merupakan salah satu media untuk

menumbuhkan pengetahuan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang

akan berpengaruh terhadap pola pikir dan daya nalar dalam menghadapi

suatu masalah (Hutasoit, 2006).

Sementara Naser (2009) mengungkapkan dengan perbedaan tingkat

pendidikan tersebut akan memberikan warna dan corak perilaku yang

(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id yang nantinya akan berpengaruh dan mewarnai tingkah laku seseorang.

Tingkah laku seseorang setidaknya dipengaruhi oleh pendidikan yang

diperoleh dari lingkungan hidupnya.

Hal serupa disampaikan Soekanto (2000), pendidikan adalah upaya

memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang

meningkat.

b. Tingkat Pendidikan Formal

Tingkat pendidikan adalah suatu proses pendidikan jangka panjang

yang menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir (Depdiknas, 2008).

Berdasarkan jenisnya, pendidikan dibedakan menjadi pendidikan formal

dan pendidikan informal. Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003,

tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan jenjang pendidikan

formal terdiri dari :

1) Pendidikan dasar terdiri dari Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah

Ibtidaiyah (MI) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah

Tsanawiyah (MTs).

2) Pendidikan menengah terdiri dari Sekolah Menengah Atas (SMA) atau

Madrasah Aliyah (MA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau

Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK).

3) Pendidikan tinggi terdiri dari akademi atau institut atau sekolah tinggi

(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id c. Pasien

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi IV, pasien

adalah orang sakit (yang dirawat oleh dokter).

d. Kepala Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang tinggal dan berkumpul di suatu tempat di

bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes,1988).

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi

IV, kepala keluarga adalah orang yang bertanggung jawab terhadap suatu

keluarga (biasanya bapak/suami).

e. Tingkat Pendidikan Formal Kepala Keluarga Pasien

Berdasarakan uraian tersebut, tingkat pendidikan formal kepala

keluarga disimpulkan sebagai pendidikan terakhir yang dialami oleh kepala

keluarga. Dalam hal ini terbagi ke dalam tiga kategori, yaitu pendidikan

dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

2. Pemanfaatan Asuransi Kesehatan

a. Pemanfaatan

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) cetakan IV,

pemanfaatan adalah proses, cara, dan perbuatan memanfaatkan.

b. Asuransi

1) Pengertian

(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id mengalihkan risiko individu menjadi risiko kelompok, beban ekonomi

yang harus dipikul oleh masing-masing peserta asuransi akan lebih

ringan tetapi mengandung kepastian karena memperoleh jaminan

(Muninjaya, 2004).

Asuransi juga dapat dipahami sebagai upaya membagi secara

merata suatu risiko diantara sejumlah orang, sehingga biaya untuk

mengobati suatu penyakit misalnya, dapat ditanggung oleh kontribusi

dari semua orang (Mills dan Gilson,1990).

2) Unsur-unsur asuransi kesehatan terdiri atas :

a) Adanya perjanjian.

b) Adanya pembelian perlindungan.

c) Adanya pembayaran premi oleh masyarakat.

3) Keunggulan Asuransi Kesehatan

Sistem pembiayaan kesehatan dengan asuransi memiliki beberapa

keunggulan, antara lain :

a) Meningkatkan efisiensi dengan cara memberikan peran pada

masyarakat dalam pembiayaan pelayanan kesehatan.

b) Memeratakan beban biaya kesehatan menurut waktu dan populasi

yang lebih luas sehingga dapat mengurangi risiko secara individu

(Muninjaya, 2004).

c) Mendapatkan kompensasi untuk mengurangi kerugian finansial

(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id d) Memungkinkan pengendalian biaya dengan buying power (kekuatan

menawar dalam membeli), terutama untuk asuransi sosial

(Sulastomo, 2008).

4) Jenis-Jenis Asuransi Kesehatan

Bank Dunia dalam laporannya tahun 1993, mengelompokkan tiga

bentuk asuransi kesehatan yang kini banyak dipakai di dunia, yaitu :

Social Health Insurance, Private Voluntary Health Insurance,

Regulated Private Health Insurance.

a) Asuransi Kesehatan Sosial (Social Health Insurance)

Prinsip-prinsip yang dianut :

(1) Keikutsertaan bersifat wajib.

(2) Menyertakan tenaga kerja dan keluarga.

(3) Iuran/premi berdasarkan prosentase gaji/pendapatan.

(4) Premi untuk tenaga kerja ditanggung bersama oleh pemberi

kerja dan tenaga kerja.

(5) Premi tidak ditentukan oleh risiko perorangan tetapi berdasarkan

risiko kelompok.

(6) Tidak diperlukan pemeriksaan kesehatan awal.

(7) Jaminan pemeliharaan kesehatan yang diperoleh bersifat

menyeluruh.

(8) Pemerintah memiliki peran yang sangat besar (Muninjaya,

(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Prinsip asuransi sosial meliputi kepesertaan yang bersifat

wajib dan non diskriminatif, bagi kelompok formal, iuran

berdasarakan persentase pendapatan menjadi beban bersama antara

pemberi dan penerima kerja sampai batas tertentu, sehingga ada

kegotongroyongan antara yang kaya-miskin, risiko sakit

tinggi-rendah, tua-muda, dengan manfaat pelayanan medis yang sama

(prinsip ekuitas), bersifat komprehensif, meliputi pelayanan

kesehatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, termasuk

obat dan bahan medis habis pakai (Sulastomo, 2008).

b) Asuransi Kesehatan Komersial Perorangan (Private Voluntary

Health Insurance)

Prinsip-prinsip yang dianut :

(1) Keikutsertaan bersifat perorangan dan sukarela.

(2) Iuran/premi berdasarkan angka absolut.

(3) Ditetapkan berdasarkan jenis tanggungan yang diperoleh.

(4) Premi didasarkan atas risiko perorangan dan ditentukan oleh

faktor usia, jenis kelamin dan pekerjaan.

(5) Dilakukan pemeriksaan kesehatan awal.

(6) Jaminan pemeliharaan kesehatan yang diperoleh sesuai dengan

kontrak.

(7) Pemerintah memiliki peranan yang relatif kecil (Muninjaya,

(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id c) Asuransi Kesehatan Komersial Kelompok (Regulated Private

Health Insurance).

Prinsip-prinsipnya antara lain :

(1) Keikutsertaan bersifat sukarela tetapi berkelompok.

(2) Iuran/premi dibayar berdasarkan atas angka absolut.

(3) Perhitungan premi bersifat community rating (rata-rata

komunitas) yang berlaku untuk kelompok masyarakat.

(4) Tidak diperlukan pemeriksaan kesehatan awal.

(5) Jaminan pemeliharaan kesehatan diberikan sesuai kontrak.

(6) Pemerintah memiliki peran yang cukup besar dengan membuat

peraturan perundang-undangan (Muninjaya, 2004).

5) Pemanfaatan Asuransi Kesehatan

Pemanfaatan asuransi kesehatan oleh pasien dalam penelitian

ini didasarkan pada sejauh mana kepala keluarga pasien

memanfaatkan asuransi kesehatan untuk diri dan keluarganya.

3. Hubungan Tingkat Pendidikan Formal dengan Pemanfaatan Asuransi

Kesehatan

Pendidikan merupakan salah satu media untuk menumbuhkan

pengetahuan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh

terhadap pola pikir dan daya nalar dalam menghadapi suatu masalah

(Hutasoit, 2006). Proses pendidikan diarahkan untuk mengubah tabiat

(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Berdasarkan laporan dari World Bank (1993) adanya perbedaan tingkat

pendidikan pada seseorang menyebabkan perbedaan pengetahuan kesehatan.

Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin mudah seseorang menerima serta

mengembangkan pengetahuan dan teknologi sehingga akan meningkatkan

produktivitas yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan keluarga.

Rendahnya tingkat pendidikan secara tidak langsung mempengaruhi

pengetahuan akan perlindungan masyarakat terhadap diri dan keluarganya

sehingga berdampak pada kurangnya akses kesehatan (Maria dan Yuristianti,

2000).

Sedangkan menurut Basov (2002) tingkat pendidikan merupakan salah

satu faktor yang sangat mendasar dalam diri manusia untuk mengembangkan

diri, karena tingkat pendidikan dapat menunjukkan status kesehatan

seseorang.

Sementara Naser (2009) mengungkapkan dengan perbedaan tingkat

pendidikan tersebut akan memberikan warna dan corak perilaku yang berbeda

dalam menanggapi dan memecahkan setiap permasalahan. Pendidikan akan

terkait dengan luas dan sempitnya wawasan seseorang yang nantinya akan

berpengaruh dan mewarnai tingkah laku seseorang. Tingkah laku seseorang

juga dipengaruhi oleh pendidikan yang diperoleh dari lingkungan hidupnya.

Dari hasil penelitian tentang pemanfaatan asuransi kesehatan keluarga

miskin (Askeskin) yang dilakukan Yulianto di Puskesmas Nglipar II,

(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pendidikan tinggi mempunyai akses lebih baik terhadap pelayanan kesehatan

yang modern dan berkualitas (Yulianto, 2008).

Hal ini menguatkan hasil penelitian sebelumnya yang menyebutkan

bahwa rendahnya tingkat pendidikan dan ekonomi secara tidak langsung akan

mempengaruhi tingkat pengetahuan akan perlindungan masyarakat terhadap

diri dan keluarganya sehingga berdampak pada kurangnya akses perawatan

dan kesehatan (Maria dan Yuristianti, 2000).

B. Kerangka Pemikiran

Tingkat Pendidikan Formal Kepala Keluarga

Pasien Peserta Asuransi

Pengetahuan, Perilaku dan Sikap

Pemanfaatan asuransi kesehatan Faktor Internal (kepala keluarga pasien):

1. Pendidikan nonformal 2. Usia

3. Tingkat sosial-ekonomi 4. Domisili (akses

geografi) 5. Perilaku

pencarian pengobatan

Faktor Eksternal : (organisasi asuransi

kesehatan) 1. Kebijakan asuransi

kesehatan

2. Dukungan sumber

daya(dana, sarana dan prasarana pelayanan kesehatan)

3. Jenis serta fasilitas pelayanan

kesehatan 4. Informasi

pelayanan

(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

C. Hipotesis

Terdapat hubungan positif antara tingkat pendidikan formal kepala

keluarga pasien peserta asuransi dengan pemanfaatan asuransi kesehatan di

(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan secara

cross sectional.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr Moewardi Surakarta.

C. Subyek Penelitian

Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap di

bangsal Mawar I-III, Melati I-III, dan Anggrek I dan II RSUD Dr Moewardi

Surakarta.

D. Teknik Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive stratified quota

incidental sampling, yaitu pengambilan sampel dengan kriteria yang telah

ditentukan dengan stratifikasi dalam bentuk tingkatan tertentu sampai jumlah

sampel yang dibutuhkan telah tercukupi. Penelitian kuantitatif menggunakan

minimal 30 responden untuk jenis penelitian bivariat, sesuai dengan Rule of

Thumb (Murti, 2010). Demikian pula, penelitian ini mengambil sampel sebanyak

30 orang karena pertimbangan penelitian.

E. Desain Penelitian

(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

F. Identifikasi Variabel

1. Variabel bebas : Tingkat pendidikan formal kepala keluarga peserta

asuransi kesehatan

2. Variabel terikat : Pemanfaatan asuransi kesehatan.

Kuesioner Pasien peserta asuransi kesehatan

Pendidikan Dasar SD, MI, SLTP, MTs

Pendidikan Menengah SMA, SMK, SMEA,

MA, MAK

Pendidikan Tinggi S1, S2, Diploma,

(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Variabel Pengganggu

a. Faktor internal : Pendidikan nonformal, usia, tingkat sosial-ekonomi,

domisili (akses geografi), dan perilaku pencarian

pengobatan.

b. Faktor eksternal : Kebijakan asuransi kesehatan, dukungan sumber daya

(dana, sarana, dan prasarana pelayanan kesehatan),

jenis dan fasilitas pelayanan, serta informasi layanan

asuransi kesehatan.

G. Definisi Operasional Variabel

1. Tingkat Pendidikan Formal Kepala Keluarga Pasien Peserta Asuransi

Kesehatan

a. Tingkat pendidikan formal kepala keluarga pasien peserta asuransi

kesehatan adalah derajat pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh

kepala keluarga.

b. Alat ukur : kuesioner

c. Satuan pengukuran : pengelompokan sampel menjadi tingkat

pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan

tinggi.

d. Skala pengukuran : ordinal

2. Pemanfaatan Asuransi

a. Pemanfaatan asuransi kesehatan adalah pemanfaatan layanan yang

(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c. Cara pengukuran : pengukuran dilakukan dengan menggunakan

kuesioner

c. Satuan : jumlah skor yang diperoleh oleh responden

berdasarkan pertanyaan dalam kuesioner.

d. Skala pengukuran : interval

H. Instrumen dan Bahan Penelitian

1. Instrumen

Penelitian ini menggunakan kuesioner yang berisi

pertanyaan-pertanyaan tertutup. Agar diperoleh distribusi nilai hasil pengukuran

mendekati normal, maka kuesioner yang akan digunakan dalam penelitian

diujicobakan terlebih dahulu (Notoatmodjo, 2002). Jumlah responden untuk

uji coba adalah 10 orang responden.

Kuesioner akan diwawancarakan oleh peneliti. Sebelum wawancara,

terlebih dahulu dilakukan informed consent oleh peneliti. Pasien memiliki

hak untuk menolak maupun berhenti berpartisipasi dalam penelitian.

2. Cara Kerja

a. Peneliti melakukan survei awal penelitian di beberapa lokasi rumah sakit

untuk mendapatkan gambaran awal dan menentukan lokasi penelitian.

b. Setelah ditentukan lokasi penelitian, peneliti mengurus perizinan dan

administrasi yang dibutuhkan.

c. Melakukan ujicoba kuesioner terhadap populasi.

d. Setelah kuesioner tervalidasi, kemudian dilakukan penelitian selama satu

(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id e. Mengolah data yang diperoleh dari penelitian dan mempresentasikan

hasilnya.

I. Teknik Analisis Data

Uji statistik yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara tingkat

pendidikan formal kepala keluarga pasien dengan pemanfaatan asuransi

kesehatan adalah Uji Pearson-Point Biserial.

Data yang diperoleh akan dianalisis dalam bentuk uji statistik parametrik

dengan memakai Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17.0 for

(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Telah dilakukan penelitian di RSUD Dr. Moewardi Surakarta dengan

menggunakan subjek penelitian sebanyak 30 orang responden. Responden adalah

kepala keluarga pasien peserta asuransi kesehatan. Asuransi yang dimaksud dalam

penelitian ini meliputi asuransi sosial (PKMS, JAMKESMAS, JAMKESDA,

JAMKESPROV), asuransi wajib (ASKES PNS, JAMSOSTEK) dan asuransi swasta.

Tidak ada kriteria restriksi dalam menentukan responden yang dipilih.

Penelitian dilakukan selama satu minggu di RSUD Dr. Moewardi Surakarta

yaitu di Ruang Mawar I-III, Melati I-III dan Anggrek I-II. Keterbatasan penelitian

disebabkan tidak diperkenankannya pengambilan sampel responden di Ruang

Cendana karena prosedur yang berlaku.

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive stratified quota

incidental sampling, yaitu pengambilan sampel dengan kriteria yang telah ditentukan

dengan stratifikasi dalam bentuk tingkatan tertentu sampai jumlah sampel yang

dibutuhkan telah tercukupi. Penelitian kuantitatif menggunakan minimal 30

responden untuk jenis penelitian bivariat, sesuai dengan Rule of Thumb (Murti,

2010). Demikian pula penelitian ini menggunakan 30 orang sampel.

Dari data hasil wawancara dengan responden yang berjumlah 30 orang

(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah Sampel Persentase

Pendidikan Dasar 16 orang 53,3 %

Pendidikan Menengah 14 orang 46,7 %

(Sumber : hasil penelitian Oktober 2010)

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 30 orang responden, didapatkan 16

orang (53,3%) dengan tingkat pendidikan dasar, 14 orang (46,7%) dengan tingkat

pendidikan menengah. Sementara itu, dalam penelitian ini tidak ditemukan sampel

dari tingkat pendidikan tinggi.

Sementara itu, dari skor yang diperoleh berdasarkan kuesioner diperoleh data

[image:36.842.230.643.414.660.2]

sebagai berikut:

Tabel 2. Skor Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Skor tertinggi Skor terendah Rata-rata

Pendidikan Dasar 43 26 35,87

Pendidikan Menengah 42 33 37,29

(Sumber : hasil penelitian Oktober 2010)

Tampak pada tabel di atas, bahwa skor yang didapat dari hasil wawancara

paling kecil adalah 26 pada tingkat pendidikan dasar dan skor terbesar adalah 43

pada tingkat pendidikan dasar. Selain itu rata-rata skor untuk pendidikan dasar dan

menengah masing-masing adalah 35,87 dan 37,29, sedangkan rata-rata skor secara

keseluruhan adalah 36,53. Secara lebih lengkap perolehan skor terdapat pada

(37)
[image:37.842.200.646.166.304.2]

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id hasil untuk uji normalitas sebagai berikut :

Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Skor Kuesioner

Tests of Normality

Tingkat Pendidikan

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Skor Kuesioner

Pendidikan Dasar .200 16 .087 .930 16 .248

Pendidikan Menengah

.111 14 .200* .980 14 .975

(Sumber : penelitian Oktober 2010)

Uji normalitas dengan metode Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk

keduanya menunjukkan nilai signifikansi > 0,05 untuk semua tingkat pendidikan.

Dalam penelitian ini, digunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil uji normalitas data

menunjukkan bahwa distribusi data normal, sehingga dapat dilakukan pengolahan

data selanjutnya.

Data yang diperoleh tidak perlu dilakukan uji homogenitas, selanjutnya

dilakukan uji Pearson-Point Biseriat dengan software SPSS didapatkan hasil sebagai

berikut :

Tabel 4. Hasil Uji Korelasi Pearson-Point Biserial

Skor Kuesioner

Tingkat Pendidikan

Skor Kuesioner Pearson Correlation 1 .209

Sig. (2-tailed) .269

N 30 30

Tingkat Pendidikan Pearson Correlation .209 1

Sig. (2-tailed) .269

N 30 30

(Sumber : penelitian Oktober 2010)

[image:37.842.230.638.412.714.2]
(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id adalah 0,269 (p >0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian tidak

signifikan. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan

(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PEMBAHASAN

Penelitian tentang hubungan antara tingkat pendidikan formal kepala

keluarga pasien peserta asuransi dengan pemanfaatan asuransi kesehatan di RSUD

Dr. Moewardi Surakarta menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Hasil uji

Pearson-Point Biserial menunjukkan tingkat signifikansi ( p ) sebesar 0,269 (p>0,05). Dengan

kata lain, tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan formal kepala keluarga

pasien peserta asuransi dengan pemanfaatan asuransi kesehatan.

Berlainan dengan hasil penelitian tentang pemanfaatan asuransi kesehatan

keluarga miskin (Askeskin) yang dilakukan Yulianto di Puskesmas Nglipar II,

Kabupaten Gunungkidul, diperoleh hasil bahwa masyarakat yang memiliki

pendidikan tinggi biasanya mempunyai akses lebih baik terhadap pelayanan

kesehatan yang modern dan berkualitas (Yulianto, 2008). Secara teoritis, menurut

Basov (2002) tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat mendasar

dalam diri manusia untuk mengembangkan diri, karena tingkat pendidikan dapat

menunjukkan status kesehatan seseorang. Selain itu, rendahnya tingkat pendidikan

secara tidak langsung mempengaruhi pengetahuan tentang perlindungan masyarakat

terhadap diri dan keluarganya, sehingga berdampak pada kurangnya akses kesehatan

(Maria dan Yuristianti, 2000). Terdapat faktor lain yang lebih mempengaruhi

pemanfaatan asuransi kesehatan oleh peserta asuransi kesehatan, misalnya : tingkat

sosial ekonomi, fasilitas layanan kesehatan, informasi layanan kesehatan asuransi.

Berdasarkan data hasil penelitian, keluarga dengan tingkat pendidikan dasar

dan menengah memiliki kecenderungan untuk memanfaatkan asuransi kesehatan

(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id yang mencapai 37,29 untuk pendidikan menengah dan 35,87 untuk pendidikan dasar.

Keadaan ini disebabkan sebagian besar subyek penelitian adalah keluarga miskin

yang mendapatkan layanan asuransi sosial yang disediakan oleh pemerintah,

sehingga layanan asuransi sosial yang ada digunakan sebagai pilihan utama untuk

pembiayaan pelayanan kesehatan.

Hasil skor kuesioner yang diperoleh seperti terlampir dalam lampiran 4,

menunjukkan bahwa dalam upaya memperoleh layanan kesehatan peserta asuransi

sosial lebih mengutamakan layanan kesehatan tanpa mempertimbangkan jarak

tempat tinggal dengan fasilitas kesehatan ataupun faktor-faktor lain. Hal ini karena

kondisi sosial ekonomi masyarakat kurang mampu membiayai secara mandiri

layanan kesehatan.

Sementara itu masyarakat secara umum mengungkapkan bahwa prosedur

pengurusan asuransi kesehatan sosial relatif mudah, sehingga masyarakat mau

mengurus persyaratan yang diwajibkan untuk memperoleh pembiayaan kesehatan

melalui asuransi kesehatan. Kondisi ini menjadikan peserta asuransi sosial memilih

menggunakan layanan asuransi kesehatan.

Dari segi kepuasan masyarakat pengguna asuransi kesehatan sosial, dapat

disimpulkan bahwa hampir semua responden yang dijadikan sampel dalam penelitian

ini mengungkapkan cukup puas dengan fasilitas dan layanan yang diberikan asuransi

kesehatan sosial. Kepuasan terhadap layanan kesehatan, pemeriksaan laboratorium,

obat yang diberikan, serta ruang rawat inap yang diberikan menjadikan masyarakat

(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Dari 30 responden yang diwawancarai, didapatkan 16 orang (53,3%) dengan

tingkat pendidikan dasar dan 14 orang (46,7%) dengan tingkat pendidikan

menengah. Dari 30 responden yang diwawancarai, 26 responden (86,7%)

menyatakan menggunakan asuransi sosial (JAMKESMAS, PKMS, JAMKESDA dan

JAMKESPROV), 2 orang (6,7%) menyatakan menggunakan asuransi pekerja

(JAMSOSTEK) dan 2 orang (6,7%) menyatakan menggunakan asuransi kesehatan

pegawai negeri (ASKES PNS).

Dalam penelitian ini distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan

adalah tidak merata. Hal ini karena responden yang peneliti temukan sebagian besar

adalah peserta asuransi kesehatan sosial yang memiliki tingkat pendidikan rendah

dan menengah. Tidak ditemukan sampel dari tingkat pendidikan tinggi, menunjukkan

salah satu kelemahan dari penelitian ini.

Dalam pemanfaatan asuransi kesehatan sosial, variabel tingkat pendidikan

secara langsung ataupun tidak langsung dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Di antara

faktor-faktor tersebut yang paling menonjol adalah faktor sosial ekonomi berupa

tingkat pendapatan. Hal ini karena kondisi sosial ekonomi seseorang sangat dominan

dalam menentukan layanan kesehatan yang akan dimanfaatkan dan sejauh mana

memanfaatkan layanan kesehatan tersebut.

Kelemahan lain penelitian ini adalah jumlah pengguna asuransi sosial lebih

dominan dalam penelitian. Hal ini karena penelitian ini dilaksanakan di rumah sakit

pemerintah yang banyak dimanfaatkan masyarakat untuk mendapatkan layanan

asuransi kesehatan sosial.

(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id terhadap kepedulian pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan untuk

masyarakat kurang mampu. Diharapkan akan ada penelitian serupa yang mampu

menguraikan secara lebih mendalam pemanfaatan asuransi kesehatan di masyarakat

baik asuransi sosial, asuransi wajib, maupun asuransi swasta, sehingga diharapkan

diperoleh gambaran yang jelas sejauh mana asuransi kesehatan dimanfaatkan oleh

masyarakat.

BAB VI

(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

A. Simpulan

Tidak ditemukan hubungan antara tingkat pendidikan formal kepala

keluarga pasien peserta asuransi dengan pemanfaatan asuransi kesehatan di

RSUD Dr Moewardi, Surakarta.

Pemanfaatan asuransi kesehatan sosial lebih dominan dilatarbelakangi

kondisi sosial ekonomi masyarakat yang masih kurang. Selain itu layanan

asuransi kesehatan sosial yang sudah dinilai cukup memuaskan oleh masyarakat

menjadikannya pilihan utama untuk meringankan biaya layanan kesehatan

terutama ketika sakit berat atau membutuhkan rawat inap.

B. Saran

1. Bagi masyarakat umum

Masyarakat mendapatkan informasi yang memadai tentang asuransi

kesehatan dan mampu memperoleh layanan kesehatan yang layak. Lebih jauh

diharapkan terwujud masyarakat yang sadar akan pola hidup sehat sehingga

taraf hidup dan produktivitas masyarakat meningkat.

2. Bagi praktisi kesehatan

Perlu memberikan informasi kepada masyarakat tentang bagaimana

memanfaatkan asuransi kesehatan secara lebih maksimal dan lebih bijak.

Selain itu perlu dipertimbangkan regulasi yang lebih mapan dan terencana

sehingga target yang ingin dicapai dengan adanya asuransi kesehatan akan

dapat terwujud.

3. Bagi pemerintah/pemegang kekuasaan

(44)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menyeluruh, perlu merealisasikan pelaksanaan Undang-Undang No 40 Tahun

2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional yang didukung oleh

peraturan-peraturan yang memadai.

Dibutuhkan program pengembangan kesehatan yang menekankan pada

pola pencegahan dan edukasi pola hidup sehat kepada masyarakat. Tujuannya

untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan mampu menghemat

pembiayaan kesehatan.

4. Bagi akademisi

Perlu dilakukan penelitian tentang asuransi kesehatan dengan variabel

yang berbeda, misalkan tingkat kepuasan terhadap layanan kesehatan dan

faktor-faktor lain yang mendorong masyarakat memanfaatkan asuransi.

Sehubungan masih sedikitnya karya ilmiah yang mengupas tentang

asuransi, maka diharapkan para akademisi tertarik untuk semakin

memperdalam kajian mengenai topik tersebut.

Gambar

Tabel 4. Hasil Uji Pearson-Point Biserial tes. .....................................................
Gambar : Bagan Paradigma Hidup Sehat Blum. ..............................................
Gambar. Paradigma Hidup Sehat Blum (sumber : Muninjaya, 2004)
Tabel 2. Skor Berdasarkan Tingkat Pendidikan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan saya dengan siswa terjalin dengan baik dalam proses belajar mengajar.. Saya taat terhadap peraturan yang ditetapkan di

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: (1) ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap profesionalisme guru ditinjau dari locus of control ; (2) ada pengaruh

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai cara penentuan harga jual produk Benang di PT.. Desain

The road growing dynamics is constrained by two obvious costs: (a) The cost of having roads pass through existing urbanized areas, the denser an area, the more costly, (b) and the

Dalam proses evolusi biologi yang telah berlangsung sangat lama itu, banyak bentuk mahluk yang sederhana itu telah hilang dan punah dari muka bumi, akan tetapi banyak juga yang

Select object to offset or <exit>:Pilih garis atas dari kotak sebelah bawah Specify point on side to offset: Klik bagian atas dari garis kotak sebelah atas Maka akan

Perbedaan rasa dan kualitas pakan saat pembelian pakan juga mempengaruhi konsumsi pakan pada menu 1 dengan menu 2, owa jawa akan mengkonsumsi pakan yang lebih banyak pada

Dr. Ernan Rustiadi, M.Agr Dr.. Sustainable Rice Field to Assure Food Security in Garut