perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA
KELUARGA PASIEN PESERTA ASURANSI DENGAN PEMANFAATAN
ASURANSI KESEHATAN DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Baharuddin Ahmad G0006055
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul : Hubungan antara Tingkat Pendidikan Formal Kepala
Keluarga Pasien Peserta Asuransi dengan Pemanfaatan Asuransi Kesehatan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
Baharuddin Ahmad, NIM: G0006055, Tahun 2010
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada hari Senin, Tanggal 2 November 2010
Pembimbing Utama
Nama : H.Endang Sutisna Sulaiman, dr.,M.Kes.
NIP : 19560320 198312 1 002 ( )
Pembimbing Pendamping
Nama : Sumardiyono, S.K.M., M.Kes.
NIP : 19650706 198803 1 002 ( )
Penguji Utama
Nama : H. Zainal Abidin, dr.,M.Kes.
NIP : 19460202 197610 1 001 ( )
Anggota Penguji
Nama : Hardjono, Drs. M.Si.
NIP : 19590119 198903 1 002 ( )
Surakarta, ...
Ketua Tim Skripsi
Muthmainah, dr., M.Kes.
NIP : 19660702 199802 2 001
Dekan FK UNS
Prof. Dr. A. A. Subijanto, dr., M.S.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 2 November 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Baharuddin Ahmad. G0006055. 2010. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Formal Kepala Keluarga Pasien Peserta Asuransi dengan Pemanfaatan Asuransi Kesehatan di RSUD Dr Moewardi Surakarta. Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat
pendidikan formal kepala keluarga pasien peserta asuransi dengan pemanfaatan asuransi kesehatan di RSUD Dr Moewardi Surakarta
Metode: Penelitian ini termasuk jenis penelitian observasional analitik dengan
pendekatan cross sectional. Subjek yang digunakan berjumlah 30 orang. Penelitian dilakukan di unit rawat inap Ruang Mawar I-III, Melati I-III dan Anggrek I-II RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada 12 Oktober sampai 17 Oktober 2010. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive stratified quota incidental sampling. Analisis data yang digunakan adalah uji statistik Pearson-Point Biserial. Pengumpulan data menggunakan kuesioner.
Hasil: Pada penelitian ini diperoleh data subjek penelitian terdiri dari 16 orang
(53,3%) tingkat pendidikan dasar dan 14 orang (46,7%) tingkat pendidikan menengah. Uji normalitas menunjukkan hasil signifikan sehingga distribusi data normal. Hasil uji keabsahan Pearson-Point Biserial menunjukkan signifikansi sebesar 0,269, sehingga tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan formal kepala keluarga pasien peserta asuransi dengan pemanfaatan asuransi kesehatan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Simpulan : Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan formal kepala keluarga
pasien peserta asuransi kesehatan dengan pemanfaatan asuransi kesehatan di RSUD Dr Moewardi Surakarta (p = 0,269). Hal ini berarti pendidikan formal bukan faktor determinan yang menentukan pemanfaatan asuransi kesehatan.
Kata kunci : pendidikan formal kepala keluarga pasien peserta asuransi, asuransi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Baharuddin Ahmad. G0006055. 2010. Correlation between Formal Educational Grade of Patriarch and Utilization of Health Insurance at RSUD Dr. Moewardi
Surakarta. Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta
Objectives: The purpose of the research is to find out an association between formal
educational grade of patriarch and utilization of health insurance at RSUD Dr. Moewardi, Surakarta.
Methods: This research belong to the analytical observational study with cross
sectional design, thirty samples were used as the subjects. Research took place in Mawar I-III, Melati I-III and Anggrek I-II rooms, RSUD Dr. Moewardi, Surakarta and was done at October 12th until October 17th 2010. The sampling technique was purposive stratified quota incidental sampling. Pearson-Point Biserial test was used to find out the association between the two variables. Quesionair was used to collect data.
Results: Data from this researh showed 16 people (53,3%) of case subject were
elementary education, while 14 people (46,7%) of case subject were midle education. The normality test showed that the distribution was normal. The Pearson-Point Biserial test presents 0,269 of the significance, so there was not an association between formal educational grade of patriarch and utilization of health insurrance at RSUD Dr. Moewardi, Surakarta.
Conclusion: There was not an association between formal edocational grade of
patriarch and utilization of health insurance at RSUD Dr. Moewardi, Surakarta (p = 0,269). It means, formal educational is not determinant to the utilization of health insurance.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PRAKATA
Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada Allah SWT atas segala karunia dan rahmat yang selalu dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul, ” Hubungan antara Tingkat Pendidikan Formal Kepala Keluarga Pasien Peserta Asuransi dengan Pemanfaatan Asuransi Kesehatan di RSUD Dr Moewardi Surakarta”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana kedokteran.
Dalam pelaksanaan menyusun laporan ini, penulis tidak terlepas dari berbagai hambatan dan kesulitan. Namun berkat dukungan dari berbagai pihak penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini. Untuk itu perkenankanlah dengan setulus hati penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., M.S., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bimbingan selama menempuh pendidikan.
2. Muthmainah, dr., M.Kes., selaku Ketua Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang senantiasa memberikan dukungan untuk menyelesaikan skripsi tepat waktu.
3. Endang Sutisna Sulaiman, dr., M.Kes., selaku pembimbing utama yang banyak mencurahkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran, dan motivasi.
4. Sumardiyono, SKM., M.Kes., selaku pembimbing pendamping yang selalu
memberikan bimbingan, saran, dan motivasi bagi penulis, mengajarkan metodologi penelitian.
5. Zainal Abidin, dr., M.Kes., selaku penguji utama yang telah memberikan saran dan arahan untuk melengkapi kekurangan yang selalu ada dalam skripsi ini. 6. Drs. Hardjono, M.Si., selaku penguji pendamping yang tidak hanya menguji,
tetapi juga memberikan bimbingan dan masukan yang sangat berguna.
7. Ayahanda Munawir Ahmad dan Ibunda Tri Wahyuti, kakakku Bahtiar Ahmad dan adikku Thoriq Ahmad yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan
8. RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk
melakukan penelitian ini.
9. Niken Kumala Budi yang mendukung tiada henti, Reza Fauzi, Haris Agung, Risang, Indi dan Mas Wawan yang sering siap membantu kesulitan yang ada, dan teman-teman seperjuangan angkatan 2006, teruslah belajar!!!
10. Keluarga besar BEM FK UNS dan BSMI Solo, dan komunitas EU selalu ada hikmah dalam setiap potongan puzzle kehidupan.
11. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu dalam halaman terbatas ini, yang telah banyak membantu dalam proses penulisan skripsi ini.
“Tiada gading yang tak retak”. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik serta saran untuk peningkatan karya ini di masa datang. Semoga hasil yang sederhana ini akan bermanfaat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
PRAKATA ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II. LANDASAN TEORI ... 9
A. Tinjauan Pustaka ... 9
B. Kerangka Pemikiran ... 17
C. Hipotesis ... 18
BAB III. METODE PENELITIAN ... 19
A. Jenis Penelitian ... 19
B. Lokasi Penelitian ... 19
C. Subjek Penelitian ... 19
D. Teknik Pengambilan Sampel ... 19
E. Desain Penelitian ... 19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 21
H. Instrumen dan Bahan Penelitian ... 22
I. Teknik Analisis Data ... 23
BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 24
BAB V. PEMBAHASAN ... 28
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN... 32
A. Simpulan ... 32
B. Saran ... 32
DAFTAR PUSTAKA ... 34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal ... 25
Tabel 2. Skor Berdasarkan Tingkat Pendidikan. ... 25
Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Skor Kuesioner... 26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
GAMBAR
Halaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 2. Kuesioner Penelitian
Lampiran 3. Informed Concern
Lampiran 4. Tabel Hasil Skor Kuesioner Penelitian
Lampiran 5. Hasil Uji Normalitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kesehatan adalah hak azasi manusia dan sekaligus investasi untuk
keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan
kesehatan secara berencana, menyeluruh dan berkesinambungan dengan tujuan
guna meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Mukti,
2007).
Paradigma hidup sehat menjelaskan empat faktor utama yang dapat
mempengaruhi derajat kesehatan individu atau masyarakat. Keempat faktor
tersebut terdiri dari faktor perilaku atau life style (gaya hidup), faktor lingkungan
(fisik, biologis, sosial-budaya, ekonomi, politik, dsb), faktor pelayanan kesehatan
(jenis, cakupan, dan kualitasnya), dan faktor genetik (keturunan). Keempat faktor
tersebut saling berinteraksi satu sama lain secara dinamis untuk mempengaruhi
derajat kesehatan perorangan, kelompok, dan masyarakat. Di antara keempat
faktor tersebut, faktor perilaku manusia merupakan faktor determinan yang
paling sulit diubah (Muninjaya, 2004).
Keterkaitan keempat faktor tersebut dapat dilihat melalui bagan Paradigma
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar. Paradigma Hidup Sehat Blum (sumber : Muninjaya, 2004)
Menurut Niralua (1994) perilaku kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor
yang saling terkait, yaitu enabling factor (faktor pemungkin), predispositing
factor (faktor predisposisi) dan need factor (faktor kebutuhan sebagai pendorong)
yang semuanya memiliki hubungan yang signifikan terhadap penggunaan
maupun tidak menggunakannya sistem pelayanan kesehatan. Pendapatan
keluarga, jumlah anak yang hidup, pendidikan, jarak dengan fasilitas kesehatan,
penilaian tentang pengalaman petugas kesehatan dan pengalaman kematian anak
berhubungan positif terhadap penggunaan pelayanan kesehatan, tetapi umur
responden berhubungan negatif terhadap penggunaan pelayanan kesehatan.
Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal diperlukan adanya
upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan Lingkungan
Pelayanan Hidup
Sehat
Perilaku Sumber
Daya Alam
Keseimbangan Ekologi
Sistem Budaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah ataupun masyarakat
(Notoatmodjo, 2003).
Secara lebih luas tujuan tersebut tertuang dalam Sistem Kesehatan Nasional
(SKN). Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara
penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya
bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan
pembangunan kesehatan dalam kerangka mewujudkan kesejahteraan rakyat
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945 (Depkes, 2009).
Bentuk pokok sistem kesehatan antara satu negara dengan negara lainnya
sangat bervariasi. Menurut Azwar, terbentuknya sistem kesehatan pada dasarnya
ditentukan oleh tiga unsur utama yakni :
1. Pemerintah
Yang dimaksud pemerintah di sini adalah yang bertanggung jawab dalam
merumuskan berbagai kebijakan pemerintah, termasuk kebijakan kesehatan.
2. Masyarakat
Yang dimaksud masyarakat di sini adalah mereka yang menggunakan
jasa pelayanan kesehatan.
3. Penyedia Layanan Kesehatan
Yang dimaksud dengan penyedia layanan kesehatan di sini adalah yang
bertanggung jawab secara langsung dalam menyelenggarakan berbagai upaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Ketiga unsur tersebut saling mempengaruhi dan berhubungan. Sedangkan
sistem kesehatan memiliki dua subsistem yakni subsistem organisasi pelayanan
kesehatan dan subsistem organisasi pembiayaan kesehatan (Azwar, 1996).
Subsistem pembiayaan kesehatan adalah bentuk dan cara penyelenggaraan
berbagai upaya penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan dana kesehatan
untuk mendukung penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Depkes, 2009).
Tujuan dari penyelenggaraan subsistem pembiayaan kesehatan adalah
tersedianya dana kesehatan dalam jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil,
merata, dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna, tersalurkan
sesuai peruntukkannya guna menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
(Depkes, 2009).
Di dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2009, unsur-unsur yang
tercakup dalam subsistem pembiayaan kesehatan adalah unsur dana, sumber daya
dan pengelolaan dana kesehatan. Sedangkan pelaksanaan pembiayaan kesehatan
harus memenuhi prinsip kecukupan, efektif dan efisien, adil, dan transparan.
Mukti (2007) menyebutkan bahwa di seluruh dunia, secara garis besar
sistem pembiayaan kesehatan dapat dibedakan menjadi empat kelompok :
a. Sistem pelayanan kesehatan nasional atau National Health Service (NHS)
seperti di Inggris dan Malaysia yang sumber pembiayaannya murni
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id b. Sistem pembiayaan kesehatan yang diserahkan pada mekanisme pasar,
dengan asuransi profit komersial sebagai pilar utamanya seperti di Amerika
Serikat.
c. Sistem asuransi kesehatan sosial dimana pembiayaannya bersumber pada
asuransi sosial seperti di Jerman, Belanda, Perancis, Jepang, Korea, dan
Taiwan.
d. Sistem pembiayaan kesehatan sosialis seperti yang diterapkan di
negara-negara sosialis komunis, seperti di Rusia dan China. Dana pembiayaan
kesehatan sepenuhnya diusahakan pemerintah untuk kesejahteraan rakyat
secara merata.
Sedangkan sistem yang dipilih Indonesia adalah campuran antara pajak
dengan anggaran pemerintah pusat dan daerah, out of pocket (pembayaran
langsung secara tunai), sistem asuransi sosial dan komersial, serta jaminan
perusahaan atau institusi lainnya. Sejak diterbitkannya Undang-Undang No 40
Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan Undang-Undang No 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang salah satu isinya mengatur
tentang otonomi keuangan daerah, maka sistem pembiayaan kesehatan di
Indonesia menuju sistem asuransi kesehatan sosial (Mukti, 2007).
Muninjaya (2004) menjelaskan tingginya biaya pelayanan kesehatan di
Indonesia saat ini merupakan masalah yang sangat serius karena sangat
membebani masyarakat pengguna jasa pelayanan kesehatan sehingga perlu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Ada empat sumber utama pembiayaan kesehatan, yaitu: pemerintah, swasta,
masyarakat dalam bentuk fee for services (pembayaran langsung) dan asuransi,
serta sumber-sumber lain dalam bentuk hibah atau pinjaman dari luar negeri.
Pembiayaan kesehatan yang bersumber dari asuransi kesehatan merupakan salah
satu cara yang terbaik untuk mengatasi mahalnya biaya pelayanan kesehatan
(Muninjaya, 2004).
Berdasarkan laporan dari RSUD Dr Moewardi didapatkan jumlah seluruh
pasien rawat inap yang memanfaatkan asuransi kesehatan selama periode
Januari-Maret tahun 2010 adalah 4929 pasien. Jumlah tersebut meliputi pasien
Askes PNS dan pensiunan sebanyak 1.704 kasus (34,6%), PKMS sebanyak 811
kasus (16,4%), Jamkesmas sebanyak 2386 kasus (48,4%), Jamkesprop sebanyak
28 kasus (0,6%).
Penelitian yang dilakukan Yulianto di Puskesmas Nglipar II, Kabupaten
Gunungkidul memperoleh hasil bahwa masyarakat yang memiliki pendidikan
tinggi biasanya mempunyai akses lebih baik terhadap pelayanan kesehatan yang
modern dan berkualitas (Yulianto, 2008).
Selain itu, rendahnya tingkat pendidikan dan ekonomi secara tidak
langsung akan memengaruhi tingkat pengetahuan akan perlindungan masyarakat
terhadap diri dan keluarganya sehingga berdampak pada kurangnya akses
perawatan dan kesehatan (Maria dan Yuristianti, 2000).
Dengan uraian di atas, tampak bahwa pembiayaan kesehatan dengan
asuransi lebih efektif dan efisien. Dengan adanya Undang-Undang No 40 Tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2004 tentang Pemerintahan Daerah serta semakin banyaknya asuransi kesehatan
yang disediakan oleh pihak swasta diharapkan pelayanan kesehatan melalui
asuransi semakin meningkat. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti
sejauh mana pemanfaatan asuransi kesehatan oleh masyarakat dan sejauh mana
pengaruh pendidikan formal kepala keluarga pasien peserta asuransi dengan
pemanfaatan asuransi kesehatan oleh masyarakat.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian ini, yaitu apakah ada hubungan tingkat pendidikan formal kepala
keluarga pasien peserta asuransi dengan pemanfaatan asuransi kesehatan di
RSUD Dr. Moewardi Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan
tingkat pendidikan formal kepala keluarga pasien peserta asuransi kesehatan
dengan pemanfaatan asuransi kesehatan di Rumah Sakit Dr Moewardi Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
pemanfaatan asuransi kesehatan oleh peserta asuransi kesehatan berdasarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan rujukan dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan menumbuhkan kesadaran
untuk turut serta dalam asuransi kesehatan.
3. Manfaat Aplikatif
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman
masyarakat mengenai asuransi kesehatan sehingga pelayanan kesehatannya
terjamin dan derajat kesehatan masyarakat meningkat melalui partisipasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pendidikan Formal Kepala Keluarga Pasien
a. Pendidikan
Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara (Depdiknas, 2003).
Frederick J. Mc. Donald dalam Sunggara (2009) mendefinisikan
pendidikan sebagai suatu proses atau kegiatan yang diarahkan untuk
mengubah tabiat. Pendidikan merupakan salah satu media untuk
menumbuhkan pengetahuan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
akan berpengaruh terhadap pola pikir dan daya nalar dalam menghadapi
suatu masalah (Hutasoit, 2006).
Sementara Naser (2009) mengungkapkan dengan perbedaan tingkat
pendidikan tersebut akan memberikan warna dan corak perilaku yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id yang nantinya akan berpengaruh dan mewarnai tingkah laku seseorang.
Tingkah laku seseorang setidaknya dipengaruhi oleh pendidikan yang
diperoleh dari lingkungan hidupnya.
Hal serupa disampaikan Soekanto (2000), pendidikan adalah upaya
memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang
meningkat.
b. Tingkat Pendidikan Formal
Tingkat pendidikan adalah suatu proses pendidikan jangka panjang
yang menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir (Depdiknas, 2008).
Berdasarkan jenisnya, pendidikan dibedakan menjadi pendidikan formal
dan pendidikan informal. Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003,
tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan jenjang pendidikan
formal terdiri dari :
1) Pendidikan dasar terdiri dari Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah
Ibtidaiyah (MI) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah
Tsanawiyah (MTs).
2) Pendidikan menengah terdiri dari Sekolah Menengah Atas (SMA) atau
Madrasah Aliyah (MA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau
Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK).
3) Pendidikan tinggi terdiri dari akademi atau institut atau sekolah tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id c. Pasien
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi IV, pasien
adalah orang sakit (yang dirawat oleh dokter).
d. Kepala Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang tinggal dan berkumpul di suatu tempat di
bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes,1988).
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi
IV, kepala keluarga adalah orang yang bertanggung jawab terhadap suatu
keluarga (biasanya bapak/suami).
e. Tingkat Pendidikan Formal Kepala Keluarga Pasien
Berdasarakan uraian tersebut, tingkat pendidikan formal kepala
keluarga disimpulkan sebagai pendidikan terakhir yang dialami oleh kepala
keluarga. Dalam hal ini terbagi ke dalam tiga kategori, yaitu pendidikan
dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
2. Pemanfaatan Asuransi Kesehatan
a. Pemanfaatan
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) cetakan IV,
pemanfaatan adalah proses, cara, dan perbuatan memanfaatkan.
b. Asuransi
1) Pengertian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id mengalihkan risiko individu menjadi risiko kelompok, beban ekonomi
yang harus dipikul oleh masing-masing peserta asuransi akan lebih
ringan tetapi mengandung kepastian karena memperoleh jaminan
(Muninjaya, 2004).
Asuransi juga dapat dipahami sebagai upaya membagi secara
merata suatu risiko diantara sejumlah orang, sehingga biaya untuk
mengobati suatu penyakit misalnya, dapat ditanggung oleh kontribusi
dari semua orang (Mills dan Gilson,1990).
2) Unsur-unsur asuransi kesehatan terdiri atas :
a) Adanya perjanjian.
b) Adanya pembelian perlindungan.
c) Adanya pembayaran premi oleh masyarakat.
3) Keunggulan Asuransi Kesehatan
Sistem pembiayaan kesehatan dengan asuransi memiliki beberapa
keunggulan, antara lain :
a) Meningkatkan efisiensi dengan cara memberikan peran pada
masyarakat dalam pembiayaan pelayanan kesehatan.
b) Memeratakan beban biaya kesehatan menurut waktu dan populasi
yang lebih luas sehingga dapat mengurangi risiko secara individu
(Muninjaya, 2004).
c) Mendapatkan kompensasi untuk mengurangi kerugian finansial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id d) Memungkinkan pengendalian biaya dengan buying power (kekuatan
menawar dalam membeli), terutama untuk asuransi sosial
(Sulastomo, 2008).
4) Jenis-Jenis Asuransi Kesehatan
Bank Dunia dalam laporannya tahun 1993, mengelompokkan tiga
bentuk asuransi kesehatan yang kini banyak dipakai di dunia, yaitu :
Social Health Insurance, Private Voluntary Health Insurance,
Regulated Private Health Insurance.
a) Asuransi Kesehatan Sosial (Social Health Insurance)
Prinsip-prinsip yang dianut :
(1) Keikutsertaan bersifat wajib.
(2) Menyertakan tenaga kerja dan keluarga.
(3) Iuran/premi berdasarkan prosentase gaji/pendapatan.
(4) Premi untuk tenaga kerja ditanggung bersama oleh pemberi
kerja dan tenaga kerja.
(5) Premi tidak ditentukan oleh risiko perorangan tetapi berdasarkan
risiko kelompok.
(6) Tidak diperlukan pemeriksaan kesehatan awal.
(7) Jaminan pemeliharaan kesehatan yang diperoleh bersifat
menyeluruh.
(8) Pemerintah memiliki peran yang sangat besar (Muninjaya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Prinsip asuransi sosial meliputi kepesertaan yang bersifat
wajib dan non diskriminatif, bagi kelompok formal, iuran
berdasarakan persentase pendapatan menjadi beban bersama antara
pemberi dan penerima kerja sampai batas tertentu, sehingga ada
kegotongroyongan antara yang kaya-miskin, risiko sakit
tinggi-rendah, tua-muda, dengan manfaat pelayanan medis yang sama
(prinsip ekuitas), bersifat komprehensif, meliputi pelayanan
kesehatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, termasuk
obat dan bahan medis habis pakai (Sulastomo, 2008).
b) Asuransi Kesehatan Komersial Perorangan (Private Voluntary
Health Insurance)
Prinsip-prinsip yang dianut :
(1) Keikutsertaan bersifat perorangan dan sukarela.
(2) Iuran/premi berdasarkan angka absolut.
(3) Ditetapkan berdasarkan jenis tanggungan yang diperoleh.
(4) Premi didasarkan atas risiko perorangan dan ditentukan oleh
faktor usia, jenis kelamin dan pekerjaan.
(5) Dilakukan pemeriksaan kesehatan awal.
(6) Jaminan pemeliharaan kesehatan yang diperoleh sesuai dengan
kontrak.
(7) Pemerintah memiliki peranan yang relatif kecil (Muninjaya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id c) Asuransi Kesehatan Komersial Kelompok (Regulated Private
Health Insurance).
Prinsip-prinsipnya antara lain :
(1) Keikutsertaan bersifat sukarela tetapi berkelompok.
(2) Iuran/premi dibayar berdasarkan atas angka absolut.
(3) Perhitungan premi bersifat community rating (rata-rata
komunitas) yang berlaku untuk kelompok masyarakat.
(4) Tidak diperlukan pemeriksaan kesehatan awal.
(5) Jaminan pemeliharaan kesehatan diberikan sesuai kontrak.
(6) Pemerintah memiliki peran yang cukup besar dengan membuat
peraturan perundang-undangan (Muninjaya, 2004).
5) Pemanfaatan Asuransi Kesehatan
Pemanfaatan asuransi kesehatan oleh pasien dalam penelitian
ini didasarkan pada sejauh mana kepala keluarga pasien
memanfaatkan asuransi kesehatan untuk diri dan keluarganya.
3. Hubungan Tingkat Pendidikan Formal dengan Pemanfaatan Asuransi
Kesehatan
Pendidikan merupakan salah satu media untuk menumbuhkan
pengetahuan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh
terhadap pola pikir dan daya nalar dalam menghadapi suatu masalah
(Hutasoit, 2006). Proses pendidikan diarahkan untuk mengubah tabiat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Berdasarkan laporan dari World Bank (1993) adanya perbedaan tingkat
pendidikan pada seseorang menyebabkan perbedaan pengetahuan kesehatan.
Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin mudah seseorang menerima serta
mengembangkan pengetahuan dan teknologi sehingga akan meningkatkan
produktivitas yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Rendahnya tingkat pendidikan secara tidak langsung mempengaruhi
pengetahuan akan perlindungan masyarakat terhadap diri dan keluarganya
sehingga berdampak pada kurangnya akses kesehatan (Maria dan Yuristianti,
2000).
Sedangkan menurut Basov (2002) tingkat pendidikan merupakan salah
satu faktor yang sangat mendasar dalam diri manusia untuk mengembangkan
diri, karena tingkat pendidikan dapat menunjukkan status kesehatan
seseorang.
Sementara Naser (2009) mengungkapkan dengan perbedaan tingkat
pendidikan tersebut akan memberikan warna dan corak perilaku yang berbeda
dalam menanggapi dan memecahkan setiap permasalahan. Pendidikan akan
terkait dengan luas dan sempitnya wawasan seseorang yang nantinya akan
berpengaruh dan mewarnai tingkah laku seseorang. Tingkah laku seseorang
juga dipengaruhi oleh pendidikan yang diperoleh dari lingkungan hidupnya.
Dari hasil penelitian tentang pemanfaatan asuransi kesehatan keluarga
miskin (Askeskin) yang dilakukan Yulianto di Puskesmas Nglipar II,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pendidikan tinggi mempunyai akses lebih baik terhadap pelayanan kesehatan
yang modern dan berkualitas (Yulianto, 2008).
Hal ini menguatkan hasil penelitian sebelumnya yang menyebutkan
bahwa rendahnya tingkat pendidikan dan ekonomi secara tidak langsung akan
mempengaruhi tingkat pengetahuan akan perlindungan masyarakat terhadap
diri dan keluarganya sehingga berdampak pada kurangnya akses perawatan
dan kesehatan (Maria dan Yuristianti, 2000).
B. Kerangka Pemikiran
Tingkat Pendidikan Formal Kepala Keluarga
Pasien Peserta Asuransi
Pengetahuan, Perilaku dan Sikap
Pemanfaatan asuransi kesehatan Faktor Internal (kepala keluarga pasien):
1. Pendidikan nonformal 2. Usia
3. Tingkat sosial-ekonomi 4. Domisili (akses
geografi) 5. Perilaku
pencarian pengobatan
Faktor Eksternal : (organisasi asuransi
kesehatan) 1. Kebijakan asuransi
kesehatan
2. Dukungan sumber
daya(dana, sarana dan prasarana pelayanan kesehatan)
3. Jenis serta fasilitas pelayanan
kesehatan 4. Informasi
pelayanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
C. Hipotesis
Terdapat hubungan positif antara tingkat pendidikan formal kepala
keluarga pasien peserta asuransi dengan pemanfaatan asuransi kesehatan di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan secara
cross sectional.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr Moewardi Surakarta.
C. Subyek Penelitian
Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap di
bangsal Mawar I-III, Melati I-III, dan Anggrek I dan II RSUD Dr Moewardi
Surakarta.
D. Teknik Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive stratified quota
incidental sampling, yaitu pengambilan sampel dengan kriteria yang telah
ditentukan dengan stratifikasi dalam bentuk tingkatan tertentu sampai jumlah
sampel yang dibutuhkan telah tercukupi. Penelitian kuantitatif menggunakan
minimal 30 responden untuk jenis penelitian bivariat, sesuai dengan Rule of
Thumb (Murti, 2010). Demikian pula, penelitian ini mengambil sampel sebanyak
30 orang karena pertimbangan penelitian.
E. Desain Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
F. Identifikasi Variabel
1. Variabel bebas : Tingkat pendidikan formal kepala keluarga peserta
asuransi kesehatan
2. Variabel terikat : Pemanfaatan asuransi kesehatan.
Kuesioner Pasien peserta asuransi kesehatan
Pendidikan Dasar SD, MI, SLTP, MTs
Pendidikan Menengah SMA, SMK, SMEA,
MA, MAK
Pendidikan Tinggi S1, S2, Diploma,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3. Variabel Pengganggu
a. Faktor internal : Pendidikan nonformal, usia, tingkat sosial-ekonomi,
domisili (akses geografi), dan perilaku pencarian
pengobatan.
b. Faktor eksternal : Kebijakan asuransi kesehatan, dukungan sumber daya
(dana, sarana, dan prasarana pelayanan kesehatan),
jenis dan fasilitas pelayanan, serta informasi layanan
asuransi kesehatan.
G. Definisi Operasional Variabel
1. Tingkat Pendidikan Formal Kepala Keluarga Pasien Peserta Asuransi
Kesehatan
a. Tingkat pendidikan formal kepala keluarga pasien peserta asuransi
kesehatan adalah derajat pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh
kepala keluarga.
b. Alat ukur : kuesioner
c. Satuan pengukuran : pengelompokan sampel menjadi tingkat
pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan
tinggi.
d. Skala pengukuran : ordinal
2. Pemanfaatan Asuransi
a. Pemanfaatan asuransi kesehatan adalah pemanfaatan layanan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
c. Cara pengukuran : pengukuran dilakukan dengan menggunakan
kuesioner
c. Satuan : jumlah skor yang diperoleh oleh responden
berdasarkan pertanyaan dalam kuesioner.
d. Skala pengukuran : interval
H. Instrumen dan Bahan Penelitian
1. Instrumen
Penelitian ini menggunakan kuesioner yang berisi
pertanyaan-pertanyaan tertutup. Agar diperoleh distribusi nilai hasil pengukuran
mendekati normal, maka kuesioner yang akan digunakan dalam penelitian
diujicobakan terlebih dahulu (Notoatmodjo, 2002). Jumlah responden untuk
uji coba adalah 10 orang responden.
Kuesioner akan diwawancarakan oleh peneliti. Sebelum wawancara,
terlebih dahulu dilakukan informed consent oleh peneliti. Pasien memiliki
hak untuk menolak maupun berhenti berpartisipasi dalam penelitian.
2. Cara Kerja
a. Peneliti melakukan survei awal penelitian di beberapa lokasi rumah sakit
untuk mendapatkan gambaran awal dan menentukan lokasi penelitian.
b. Setelah ditentukan lokasi penelitian, peneliti mengurus perizinan dan
administrasi yang dibutuhkan.
c. Melakukan ujicoba kuesioner terhadap populasi.
d. Setelah kuesioner tervalidasi, kemudian dilakukan penelitian selama satu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id e. Mengolah data yang diperoleh dari penelitian dan mempresentasikan
hasilnya.
I. Teknik Analisis Data
Uji statistik yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara tingkat
pendidikan formal kepala keluarga pasien dengan pemanfaatan asuransi
kesehatan adalah Uji Pearson-Point Biserial.
Data yang diperoleh akan dianalisis dalam bentuk uji statistik parametrik
dengan memakai Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17.0 for
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Telah dilakukan penelitian di RSUD Dr. Moewardi Surakarta dengan
menggunakan subjek penelitian sebanyak 30 orang responden. Responden adalah
kepala keluarga pasien peserta asuransi kesehatan. Asuransi yang dimaksud dalam
penelitian ini meliputi asuransi sosial (PKMS, JAMKESMAS, JAMKESDA,
JAMKESPROV), asuransi wajib (ASKES PNS, JAMSOSTEK) dan asuransi swasta.
Tidak ada kriteria restriksi dalam menentukan responden yang dipilih.
Penelitian dilakukan selama satu minggu di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
yaitu di Ruang Mawar I-III, Melati I-III dan Anggrek I-II. Keterbatasan penelitian
disebabkan tidak diperkenankannya pengambilan sampel responden di Ruang
Cendana karena prosedur yang berlaku.
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive stratified quota
incidental sampling, yaitu pengambilan sampel dengan kriteria yang telah ditentukan
dengan stratifikasi dalam bentuk tingkatan tertentu sampai jumlah sampel yang
dibutuhkan telah tercukupi. Penelitian kuantitatif menggunakan minimal 30
responden untuk jenis penelitian bivariat, sesuai dengan Rule of Thumb (Murti,
2010). Demikian pula penelitian ini menggunakan 30 orang sampel.
Dari data hasil wawancara dengan responden yang berjumlah 30 orang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Jumlah Sampel Persentase
Pendidikan Dasar 16 orang 53,3 %
Pendidikan Menengah 14 orang 46,7 %
(Sumber : hasil penelitian Oktober 2010)
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 30 orang responden, didapatkan 16
orang (53,3%) dengan tingkat pendidikan dasar, 14 orang (46,7%) dengan tingkat
pendidikan menengah. Sementara itu, dalam penelitian ini tidak ditemukan sampel
dari tingkat pendidikan tinggi.
Sementara itu, dari skor yang diperoleh berdasarkan kuesioner diperoleh data
[image:36.842.230.643.414.660.2]sebagai berikut:
Tabel 2. Skor Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Skor tertinggi Skor terendah Rata-rata
Pendidikan Dasar 43 26 35,87
Pendidikan Menengah 42 33 37,29
(Sumber : hasil penelitian Oktober 2010)
Tampak pada tabel di atas, bahwa skor yang didapat dari hasil wawancara
paling kecil adalah 26 pada tingkat pendidikan dasar dan skor terbesar adalah 43
pada tingkat pendidikan dasar. Selain itu rata-rata skor untuk pendidikan dasar dan
menengah masing-masing adalah 35,87 dan 37,29, sedangkan rata-rata skor secara
keseluruhan adalah 36,53. Secara lebih lengkap perolehan skor terdapat pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id hasil untuk uji normalitas sebagai berikut :
Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Skor Kuesioner
Tests of Normality
Tingkat Pendidikan
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Skor Kuesioner
Pendidikan Dasar .200 16 .087 .930 16 .248
Pendidikan Menengah
.111 14 .200* .980 14 .975
(Sumber : penelitian Oktober 2010)
Uji normalitas dengan metode Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk
keduanya menunjukkan nilai signifikansi > 0,05 untuk semua tingkat pendidikan.
Dalam penelitian ini, digunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil uji normalitas data
menunjukkan bahwa distribusi data normal, sehingga dapat dilakukan pengolahan
data selanjutnya.
Data yang diperoleh tidak perlu dilakukan uji homogenitas, selanjutnya
dilakukan uji Pearson-Point Biseriat dengan software SPSS didapatkan hasil sebagai
berikut :
Tabel 4. Hasil Uji Korelasi Pearson-Point Biserial
Skor Kuesioner
Tingkat Pendidikan
Skor Kuesioner Pearson Correlation 1 .209
Sig. (2-tailed) .269
N 30 30
Tingkat Pendidikan Pearson Correlation .209 1
Sig. (2-tailed) .269
N 30 30
(Sumber : penelitian Oktober 2010)
[image:37.842.230.638.412.714.2]perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id adalah 0,269 (p >0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian tidak
signifikan. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PEMBAHASAN
Penelitian tentang hubungan antara tingkat pendidikan formal kepala
keluarga pasien peserta asuransi dengan pemanfaatan asuransi kesehatan di RSUD
Dr. Moewardi Surakarta menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Hasil uji
Pearson-Point Biserial menunjukkan tingkat signifikansi ( p ) sebesar 0,269 (p>0,05). Dengan
kata lain, tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan formal kepala keluarga
pasien peserta asuransi dengan pemanfaatan asuransi kesehatan.
Berlainan dengan hasil penelitian tentang pemanfaatan asuransi kesehatan
keluarga miskin (Askeskin) yang dilakukan Yulianto di Puskesmas Nglipar II,
Kabupaten Gunungkidul, diperoleh hasil bahwa masyarakat yang memiliki
pendidikan tinggi biasanya mempunyai akses lebih baik terhadap pelayanan
kesehatan yang modern dan berkualitas (Yulianto, 2008). Secara teoritis, menurut
Basov (2002) tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat mendasar
dalam diri manusia untuk mengembangkan diri, karena tingkat pendidikan dapat
menunjukkan status kesehatan seseorang. Selain itu, rendahnya tingkat pendidikan
secara tidak langsung mempengaruhi pengetahuan tentang perlindungan masyarakat
terhadap diri dan keluarganya, sehingga berdampak pada kurangnya akses kesehatan
(Maria dan Yuristianti, 2000). Terdapat faktor lain yang lebih mempengaruhi
pemanfaatan asuransi kesehatan oleh peserta asuransi kesehatan, misalnya : tingkat
sosial ekonomi, fasilitas layanan kesehatan, informasi layanan kesehatan asuransi.
Berdasarkan data hasil penelitian, keluarga dengan tingkat pendidikan dasar
dan menengah memiliki kecenderungan untuk memanfaatkan asuransi kesehatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id yang mencapai 37,29 untuk pendidikan menengah dan 35,87 untuk pendidikan dasar.
Keadaan ini disebabkan sebagian besar subyek penelitian adalah keluarga miskin
yang mendapatkan layanan asuransi sosial yang disediakan oleh pemerintah,
sehingga layanan asuransi sosial yang ada digunakan sebagai pilihan utama untuk
pembiayaan pelayanan kesehatan.
Hasil skor kuesioner yang diperoleh seperti terlampir dalam lampiran 4,
menunjukkan bahwa dalam upaya memperoleh layanan kesehatan peserta asuransi
sosial lebih mengutamakan layanan kesehatan tanpa mempertimbangkan jarak
tempat tinggal dengan fasilitas kesehatan ataupun faktor-faktor lain. Hal ini karena
kondisi sosial ekonomi masyarakat kurang mampu membiayai secara mandiri
layanan kesehatan.
Sementara itu masyarakat secara umum mengungkapkan bahwa prosedur
pengurusan asuransi kesehatan sosial relatif mudah, sehingga masyarakat mau
mengurus persyaratan yang diwajibkan untuk memperoleh pembiayaan kesehatan
melalui asuransi kesehatan. Kondisi ini menjadikan peserta asuransi sosial memilih
menggunakan layanan asuransi kesehatan.
Dari segi kepuasan masyarakat pengguna asuransi kesehatan sosial, dapat
disimpulkan bahwa hampir semua responden yang dijadikan sampel dalam penelitian
ini mengungkapkan cukup puas dengan fasilitas dan layanan yang diberikan asuransi
kesehatan sosial. Kepuasan terhadap layanan kesehatan, pemeriksaan laboratorium,
obat yang diberikan, serta ruang rawat inap yang diberikan menjadikan masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Dari 30 responden yang diwawancarai, didapatkan 16 orang (53,3%) dengan
tingkat pendidikan dasar dan 14 orang (46,7%) dengan tingkat pendidikan
menengah. Dari 30 responden yang diwawancarai, 26 responden (86,7%)
menyatakan menggunakan asuransi sosial (JAMKESMAS, PKMS, JAMKESDA dan
JAMKESPROV), 2 orang (6,7%) menyatakan menggunakan asuransi pekerja
(JAMSOSTEK) dan 2 orang (6,7%) menyatakan menggunakan asuransi kesehatan
pegawai negeri (ASKES PNS).
Dalam penelitian ini distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan
adalah tidak merata. Hal ini karena responden yang peneliti temukan sebagian besar
adalah peserta asuransi kesehatan sosial yang memiliki tingkat pendidikan rendah
dan menengah. Tidak ditemukan sampel dari tingkat pendidikan tinggi, menunjukkan
salah satu kelemahan dari penelitian ini.
Dalam pemanfaatan asuransi kesehatan sosial, variabel tingkat pendidikan
secara langsung ataupun tidak langsung dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Di antara
faktor-faktor tersebut yang paling menonjol adalah faktor sosial ekonomi berupa
tingkat pendapatan. Hal ini karena kondisi sosial ekonomi seseorang sangat dominan
dalam menentukan layanan kesehatan yang akan dimanfaatkan dan sejauh mana
memanfaatkan layanan kesehatan tersebut.
Kelemahan lain penelitian ini adalah jumlah pengguna asuransi sosial lebih
dominan dalam penelitian. Hal ini karena penelitian ini dilaksanakan di rumah sakit
pemerintah yang banyak dimanfaatkan masyarakat untuk mendapatkan layanan
asuransi kesehatan sosial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id terhadap kepedulian pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan untuk
masyarakat kurang mampu. Diharapkan akan ada penelitian serupa yang mampu
menguraikan secara lebih mendalam pemanfaatan asuransi kesehatan di masyarakat
baik asuransi sosial, asuransi wajib, maupun asuransi swasta, sehingga diharapkan
diperoleh gambaran yang jelas sejauh mana asuransi kesehatan dimanfaatkan oleh
masyarakat.
BAB VI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
A. Simpulan
Tidak ditemukan hubungan antara tingkat pendidikan formal kepala
keluarga pasien peserta asuransi dengan pemanfaatan asuransi kesehatan di
RSUD Dr Moewardi, Surakarta.
Pemanfaatan asuransi kesehatan sosial lebih dominan dilatarbelakangi
kondisi sosial ekonomi masyarakat yang masih kurang. Selain itu layanan
asuransi kesehatan sosial yang sudah dinilai cukup memuaskan oleh masyarakat
menjadikannya pilihan utama untuk meringankan biaya layanan kesehatan
terutama ketika sakit berat atau membutuhkan rawat inap.
B. Saran
1. Bagi masyarakat umum
Masyarakat mendapatkan informasi yang memadai tentang asuransi
kesehatan dan mampu memperoleh layanan kesehatan yang layak. Lebih jauh
diharapkan terwujud masyarakat yang sadar akan pola hidup sehat sehingga
taraf hidup dan produktivitas masyarakat meningkat.
2. Bagi praktisi kesehatan
Perlu memberikan informasi kepada masyarakat tentang bagaimana
memanfaatkan asuransi kesehatan secara lebih maksimal dan lebih bijak.
Selain itu perlu dipertimbangkan regulasi yang lebih mapan dan terencana
sehingga target yang ingin dicapai dengan adanya asuransi kesehatan akan
dapat terwujud.
3. Bagi pemerintah/pemegang kekuasaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menyeluruh, perlu merealisasikan pelaksanaan Undang-Undang No 40 Tahun
2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional yang didukung oleh
peraturan-peraturan yang memadai.
Dibutuhkan program pengembangan kesehatan yang menekankan pada
pola pencegahan dan edukasi pola hidup sehat kepada masyarakat. Tujuannya
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan mampu menghemat
pembiayaan kesehatan.
4. Bagi akademisi
Perlu dilakukan penelitian tentang asuransi kesehatan dengan variabel
yang berbeda, misalkan tingkat kepuasan terhadap layanan kesehatan dan
faktor-faktor lain yang mendorong masyarakat memanfaatkan asuransi.
Sehubungan masih sedikitnya karya ilmiah yang mengupas tentang
asuransi, maka diharapkan para akademisi tertarik untuk semakin
memperdalam kajian mengenai topik tersebut.