PENGARUH LINTASAN TRAKTOR DAN BAHAN ORGANIK
TERHADAP PEMADATAN TANAH DAN DRAFT
PENGOLAHAN TANAH
IQBAL
SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Lintasan Traktor dan Bahan Organik Terhadap Pemadatan tanah dan Draft Pengolahan Tanah adalah karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Februari 2006 Iqbal
ABSTRAK
Iqbal. F151030021. Pengaruh Lintasan Traktor dan Bahan Organik Terhadap Pemadatan Tanah dan Draft Pengolahan Tanah. Di bawah bimbingan Tineke Mandang dan E. Namaken Sembiring.
Penambahan bahan organik ke dalam tanah dapat memperbaiki kondisi tanah dan mencegah terjadinya pemadatan tanah akibat lintasan roda traktor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lintasan dan bahan organik terhadap sifat fisik dan mekanik tanah, menganalisis pengaruh lintasan dan bahan organik terhadap keragaan pengolah tanah dan untuk mengetahui pengaruh pemadatan tanah terhadap keragaan tanaman kacang tanah. Penelitian ini dilakukan di laboratorium lapang Leuwikopo dan di laboratorium mekanika tanah untuk analisis tanah.
Hasil menunjukkan bahwa perlakuan lintasan traktor dan bahan organik memberikan pengaruh terhadap pemadatan tanah dan keragaan tanaman kacang tanah. Nilai bulk density tertinggi adalah 1.2 g/cm3 terdapat pada perlakuan 6 lintasan dengan dosis bahan organik 4 ton/ha dan terendah adalah 0.93 g/cm3 terdapat pada perlakuan tanpa lintasan dengan bahan organik 4 ton/ha. Jumlah polong terbesar adalah 25 polong/pohon terdapat pada perlakuan 2 lintasan dengan dosis bahan organik 6 ton/ha dan jumlah polong terkecil adalah 8.6 polong/pohon terdapat pada perlakuan 6 lintasan tanpa bahan organik.
ABSTRACT
Iqbal. F151030021. The Effects of Tractor Traffic and Organic Matter On Soil Compaction and Tillage Draft. Supervised by Tineke Mandang and E. Namaken Sembiring.
The amendment of organic matter into soil can improve the soil condition and prevent soil compaction caused by tractor traffic. The aims of this research are to know the influence of tractor traffic and organic matter to nature of physical mechanic of soil, analyze the influence of organic tractor traffic and organic matter to performance of soil tillage and to know the influence of soil compaction to performance of peanut crop. This research was conducted in Leuwikopo farm (dry land) and in the laboratory for soil analyzes.
The result shows that tractor traffic and organic matter treatment have effect to soil compaction and performance peanut crop. The highest value of bulk density is 1.2 g / cm3 there is at 6 traffic with the organic matter doses 4 ton / ha treatment and lowest is 0.93 g / cm3 at without traffic with the organic matter 4 ton / ha treatment. the biggest sum of pods is 25 pod / tree there is at 2 traffic with the organic matter doses 6 ton / ha treatment and the smallest pods is 8.6 pod / tree at 6 traffic without organic matter treatment.
PENGARUH LINTASAN TRAKTOR DAN BAHAN ORGANIK
TERHADAP PEMADATAN TANAH DAN DRAFT
PENGOLAHAN TANAH
IQBAL
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Departemen Keteknikan Pertanian
SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Tesis :
Pengaruh Lintasan Traktor Dan Bahan Organik Terhadap Pemadatan Tanah Dan Draft Pengolahan Tanah
Nama : Iqbal
NRP : F 151030021
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Tineke Mandang, MS Dr. Ir. E. Namaken Sembiring, MS Ketua Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Keteknikan Pertanian
Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan, M.agr Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian yang berjudul “ Pengaruh Lintasan Traktor Dan Bahan Organik
Terhadap Pemadatan Tanah Dan Draft Pengolahan Tanah ”.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Ir. Tineke
Mandang, MS dan Bapak Dr. Ir. E. Namaken Sembiring, MS selaku pembimbing
yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan serta saran. Juga tak lupa
pula penulis ucapkan terima kasih kepada bapak Ir. Moch. Arskadius A, Ir. Moch
Anwar Msi, Fajar Spi, Ahmad Ibrahim STP, serta rekan-rekan lain yang telah
membantu dalam penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada
Ayah, Ibu, istri dan anak-anakku serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih
sayangnya.
Akhir kata semoga penelitian ini dapat berguna bagi penulis dan pihak
lain.
Bogor, Februari 2006
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Wonomulyo kabupaten Polman, Sulbar pada tanggal 25 desember 1978 dari ayah Salim Nursalim dan ibu Suhaedah Abdullah. Penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara.
Pada tahun 1997 penulis lulus dari SMA Negeri 5 Makassar dan pada tahun yang sama diterima pada Program Studi Teknik Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian dan Kehutanan, UNHAS Makassar lulus pada tahun 2002 dan pada tahun yang sama penulis diterima sebagai staf pengajar pada Program Studi Teknik Pertanian UNHAS. Pada tahun 2003 penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan ke program magister Ilmu Keteknikan Pertanian IPB dengan beasiswa TPSDP dari ADB-Loan.
DAFTAR ISI
C. Pengaruh Pemadatan Tanah Terhadap Produksi Tanaman ... 7
D. Pengaruh Lintasan Traktor Terhadap Pemadatan Tanah ... 9
KESIMPULAN DAN SARAN ... 50
Kesimpulan ... 50
Saran ... 51
DAFTAR PUSTAKA ... 52
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 55
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Kandungan komposisi kimia pupuk tumaritis... 13
2. Beberapa sifat fisik dan kimia tanah pada areal leuwikopo ... 23
3. Nilai Kadar air Setiap Kedalaman Pada Awal Perlakuan ... 24
4. Nilai Tahanan Penetrasi Setiap Kedalaman Pada Awal Perlakuan ....24
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Pengaruh Kadar Air Tanah Terhadap Kedalaman Pemadatan
(Sohne, Agricultural Engineering, 1958) ... 6
2. Pengaruh Pemadatan Tanah Terhadap produksi Jagung (University of Wisconsin Publication A3367) ... 7
3. Pengaruh Berat Isi Terhadap Kebutuhan Energi Untuk Pengolahan Tanah Pada Kadar Air 28 % ... 9
4. Alat-alat Penelitian : Penetrometer SR-2 (a), Pengambil ring sampel tanah (b), Dinamometer (c), Handy Strain Meter (d), Pita Ukur (e),
11. Grafik Pengaruh Intensitas Lintasan Terhadap Bulk Density Pada Kedalaman 0-10 cm ... 29
12. Grafik Pengaruh Intensitas Lintasan Terhadap Bulk Density Pada Kedalaman 10-20 cm... 29
13. Grafik Pengaruh Intensitas Lintasan Terhadap Bulk Density Pada Kedalaman 20-30 cm... 30
14. Grafik Pengaruh Kompos Terhadap Bulk Density Pada Kedalaman 0-10 cm... 31
15. Grafik Pengaruh Kompos Terhadap Bulk Density Pada Kedalaman 10-20 cm... 32
16. Grafik Pengaruh Kompos Terhadap Bulk Density Pada Kedalaman 20-30 cm... 32
17. Grafik Pengaruh Intensitas Lintasan terhadap Tahanan Penetrasi Pada Kedalaman 5 cm... 36
18. Grafik Pengaruh Intensitas Lintasan terhadap Tahanan Penetrasi Pada Kedalaman 10 cm... 36
20. Grafik Pengaruh Intensitas Lintasan terhadap Tahanan Penetrasi
Pada Kedalaman 30 cm... 37
21. Grafik Pengaruh Intensitas Lintasan terhadap Tahanan Penetrasi
Pada Kedalaman 40 cm... 37
22. Grafik Pengaruh Kompos terhadap Tahanan Penetrasi
Pada Kedalaman 5 cm... 38
23. Grafik Pengaruh Kompos terhadap Tahanan Penetrasi
Pada Kedalaman 10 cm... 39
24. Grafik Pengaruh Kompos terhadap Tahanan Penetrasi
Pada Kedalaman 20 cm... 39
25. Grafik Pengaruh Kompos terhadap Tahanan Penetrasi
Pada Kedalaman 30 cm... 39
26. Grafik Pengaruh Kompos terhadap Tahanan Penetrasi
Pada Kedalaman 40 cm... 40
27. Grafik Pengaruh Intensitas Lintasan Terhadap
Draft Aktual Pada Berbagai Dosis Kompos... 42 28. Grafik Pengaruh Kompos Terhadap Draft Aktual
Pada Berbagai Lintasan Roda... 43
29. Grafik Pengaruh Intensitas Lintasan Terhadap Slip Roda
Traktor Pada Berbagai Dosis Kompos... 44
30. Grafik Pengaruh Kompos Terhadap Slip Roda Traktor
Pada Berbagai Lintasan Roda... 45
31. Grafik Pengaruh Jarak Tanam dari Lintasan Terhadap Jumlah Polong/Rumpun Tanaman Kacang
Pada Perlakuan 0, 2, 4 dan 6 Lintasan... 47
32. Grafik Pengaruh Jarak Tanam dari Lintasan Terhadap Jumlah Polong/Rumpun Tanaman Kacang Pada
DAFTAR LAMPIRAN
6. Pengaruh Perlakuan Intensitas Lintasan Dan Dosis Kompos Terhadap Kadar Air Tanah... 59
7. Pengaruh Perlakuan Intensitas Lintasan Dan Dosis Kompos Terhadap Tahanan Penetrasi Tanah... 59
8. Pengaruh Perlakuan Intensitas Lintasan Dan Dosis Kompos Terhadap Nilai Bulk Density Tanah... 59
9. Pengaruh Perlakuan Intensitas Lintasan Dan Dosis Kompos Terhadap Draft Pengolahan Tanah... 59
10. Pengaruh Perlakuan Intensitas Lintasan Dan Dosis Kompos Terhadap Slip Roda Traktor... 60
11. Pengaruh Perlakuan Intensitas Lintasan Dan Dosis Kompos Terhadap Jumlah Polong / Rumpun Tanaman Kacang... 60
12. Nilai Kadar Air Akibat Pengaruh Perlakuan Dosis Kompos Dan Lintasan Traktor Pada Setiap Kedalaman Tanah... 60
13. Hasil Uji Pemadatan Tanah Di Laboratorium... 61
14. Nilai Bulk Density Akibat Pengaruh Perlakuan Dosis Kompos Dan Lintasan Traktor Pada Setiap Kedalaman Tanah... 61
15. Nilai Tahanan Penetrasi Tanah Akibat Pengaruh Perlakuan Dosis Kompos Dan Lintasan Traktor pada Kedalaman 5 cm... 61
16. Nilai Tahanan Penetrasi Tanah Akibat Pengaruh Perlakuan Dosis Kompos Dan Lintasan Traktor pada Kedalaman 10 cm... 62
17. Nilai Tahanan Penetrasi Tanah Akibat Pengaruh Perlakuan Dosis Kompos Dan Lintasan Traktor pada Kedalaman 20 cm... 62
18. Nilai Tahanan Penetrasi Tanah Akibat Pengaruh Perlakuan Dosis Kompos Dan Lintasan Traktor pada Kedalaman 30 cm... 62
20. Nilai Draft Aktual dan Slip Roda Akibat Pengaruh
Perlakuan Dosis Kompos Dan Lintasan Traktor ... 63
21. Data Pengukuran Draft Aktual dan Slip Roda Traktor... 63
22. Hasil Kalibrasi mikro strain (μs) ke kilogran (kg) ... 63
23. Grafik Hasil Kalibrasi load cell ... 64
24. Data Pengukuran Slip Roda Traktor... 64
25. Jumlah Polong per Rumpun Tanaman Kacang Tanah akibat Pengaruh Jarak Tanam dari Lintasan Roda Pada Setiap Perlakuan... 65
26. Data Jumlah Polong Per Tanaman Kacang... 66
27. Data Tahanan Penetrasi Tanah... 67
28. Data Nilai Bulk Density... 68
29. Gambar Pengukuran Tahanan penetrasi Tanah... 69
30. Gambar Petak Penelitian... 69
31. Gambar Pengolahan Tanah dengan Rotari... 69
32. Gambar Biji Kacang Tanah... 70
33. Gambar polong Kacang Tanah... 70
34. Gambar Hasil Panen Kacang... 70
35. Gambar Polong Kacang dengan Rumpunnya... 71
36. Gambar Oven dan Timbangan... 71
37. Gambar Pengambilan Sampel Tanah... 71
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengolahan tanah adalah perlakuan pemotongan, pemecahan,
pengangkatan dan pembalikan tanah untuk tujuan tertentu. Dalam bidang
pertanian, pengolahan tanah bertujuan untuk menciptakan kondisi fisik tanah yang
sesuai untuk pertumbuhan tanaman.
Mekanisasi pertanian dengan menggunakan traktor sebagai tenaga
penggerak sudah berlangsung hingga saat ini. Dampak negatif dari penggunaan
traktor dan peralatan mekanis lainnya adalah pemadatan tanah. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa lalu lintas traktor di lahan pertanian merupakan
salah satu sumber pemadatan tanah. Pengaruh langsung terhadap tanaman yaitu
menurunnya pertumbuhan vegetatif tanaman yang akhirnya akan menurunkan
produksi tanaman (Stone and Ekwue 1993). Kok Hans et al. (1996) menyatakan bahwa pemadatan dapat menghambat pertumbuhan tanaman, menghambat
penetrasi akar tanaman, membatasi pergerakan air dan udara di dalam tanah dan
menyebabkan pertumbuhan benih menjadi lambat dan akhirnya akan dapat
mengurangi produksi tanaman.
Untuk mengolah tanah diperlukan gaya untuk menarik alat pengolah
tanah. Komponen horizontal dari gaya tarik yang sejajar dengan arah gerakan alat
pengolah tanah disebut draft. Ada beberapa faktor yang mempengauhi draft pengolahan tanah antara lain faktor tanah, faktor alat dan faktor operasi.
Bahan organik dapat mempengaruhi sifat fisik tanah seperti struktur tanah
akan menjadi lebih remah dan gembur, kemampuan tanah menahan air meningkat
dan merangsang granulasi agregat dan memantapkannya (Bailey 1986).
Pemberian bahan organik dapat mempermudah pengolahan tanah sehingga
menurunkan kebutuhan draft pengolahan tanah. Bahan organik selain sebagai penyedia hara bagi tanaman juga dapat memperbaiki sifat fisik, biologi dan kimia
tanah. Pupuk organik walau hanya sedikit mempunyai kandungan unsur NPK
ternyata mempunyai peranan yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan,
perkembangan, dan kesehatan tanaman. Bahan organik berupa kompos sampah
dibanding dengan pupuk kimia atau pupuk anorganik. Kompos berasal dari sisa
sayuran, bahan makanan, daun-daun pohon, jerami padi, pohon kacang-kacangan
dan serbuk gergaji yang telah mengalami proses pengomposan (Suriawiria 2002).
Kacang tanah merupakan tanaman yang buahnya mengalami
perkembangan di dalam tanah, yang tentunya sangat dipengaruhi oleh keadaan
tanah. Budidaya tanaman kacang tanah di indonesia pada umumnya masih
dilakukan secara tradisional atau belum menggunakan alat mekanis dalam
pembudidayaannya. Padahal proses mekanisasi dalam pembudidayaan tanaman
kacang dapat dilakukan tidak hanya pada pengolahan tanah saja, tetapi pada saat
penanaman benih, penyiangan, pemupukan, pemberantasan hama penyakit dan
pada pemanenan. Ada beberapa hal yang memungkinkan pembudidayaan kacang
tanah secara mekanisasi antara lain : 1) pertanamannya luas, 2) tanahnya datar,
tidak berbatu dan tidak bertunggul kayu sehingga memudahkan pengoperasian
mesin, 3) tersedia modal yang cukup besar dan 4) tersedia tenaga terampil yang
dapat menjalankan dan merawat alat-alat pertanian.
Penelitian ini mencoba untuk mengetahui pengaruh mekanisasi terhadap
produksi tanaman kacang tanah dan pengaruh bahan organik dalam meredam efek
pemadatan tanah akibat penerapan mekanisasi. Usaha tani secara mekanisasi
diterapkan adalah full mechanization, semi-mechanization dan selected mechanization.
B. TUJUAN
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pengaruh lintasan dan bahan organik terhadap sifat fisik dan
mekanik tanah.
2. Menganalisis pengaruh lintasan dan bahan organik terhadap keragaan
pengolahan tanah.
3. Mengetahui pengaruh pemadatan tanah terhadap keragaan tanaman kacang
TINJAUAN PUSTAKA
A. SIFAT FISIK DAN MEKANIK TANAH PADA PENGOLAHAN TANAH
Tanah merupakan suatu sistem yang dinamis, tersusun dari empat bahan
utama yaitu bahan mineral, bahan organik, air, dan udara. Bahan-bahan penyusun
tanah tersebut masing-masing berbeda komposisinya untuk setiap jenis tanah,
kadar air dan perlakuan terhadap tanah. Sebagai suatu sistem yang dinamis, tanah
dapat berubah keadaannya dari waktu ke waktu, sesuai sifat-sifatnya yang
meliputi : sifat fisik, sifat kimia dan sifat mekanis, serta keadaan lingkungan yang
keseluruhannya menentukan produktifitas tanah. Pada tanah-tanah pertanian, sifat
mekanis tanah yang terpenting adalah reaksi tanah terhadap gaya-gaya yang
bekerja pada tanah, dimana salah satu bentuknya yang dapat diamati adalah
perubahan tingkat kepadatan tanah. Perubahan fisik dan mekanik tanah tersebut,
sesuai perkembangan tanah, terjadi baik secara alami atau akibat kegiatan
manusia, seperti pengolahan tanah dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman
melalui perbaikan aerasi, pergerakan air dan penetrasi akar dalam profil tanah
(Yunus 2004)
Sifat-sifat dinamik tanah adalah sifat-sifat yang dinyatakan melalui
pergerakan tanah. Apabila suatu blok tanah bergerak di atas sebuah permukaan
maka gesekan resultan adalah merupakan sifat dinamik dari tanah dan sifat ini
tidak akan terlihat dan ditentukan sebelum blok tanah tersebut bergerak. Contoh
lain adalah bila tanah gembur dipadatkan maka kekuatan tanahnya akan
meningkat. Kekuatan tanah merupakan sifat dinamik dari tanah yang merupakan
kemampuan dari suatu tanah pada kondisi tertentu untuk melawan gaya yang
bekerja atau kemampuan suatu tanah untuk mempertahankan diri dari deformasi
(Mandang dan Nishimura 1991).
Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah berdasarkan
perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu dan liat. Dalam klasifikasi tanah
(taksonomi tanah) tingkat famili, kasar halusnya tanah ditunjukkan oleh sebaran
ukuran butir (partickle size distribution) yang merupakan penyederhanaan dari kelas tekstur tanah dengan memperhatikan pula fraksi tanah yang lebih besar
dari 2 mm (fraksi tanah halus) meliputi : berpasir, berlempung kasar, berlempung
halus, berdebu kasar, berdebu halus, (berliat) halus, (berliat) sangat halus. Bila
fraksi tanah halus (kurang dari 2 mm) sedikit sekali (< 10 %) dan tanah terdiri dari
kerikil, batu-batu dan lain-lain (≥ 90 % volume) disebut fragmental. Bila tanah halus masuk kelas berpasir, berlempung atau berliat, tetapi mengandung 35 % - 90
% (volume) fragmen batuan (kerikil, batu-batu) maka kelas sebaran butirnya disebut berpasir skeletal, berlempung skeletal, dan berliat skeletal. (Hardjowigeno 2003).
Tekstur tanah dipengaruhi oleh faktor dan proses pembentukan tanah
tersebut. Faktor pembentukan tanah yang penting antara lain adalah bahan induk
tanah. Bahan induk bertekstur kasar cenderung menghasilkan tanah bertekstur
kasar dan sebaliknya (Buol et al. 1980).
Struktur tanah adalah penyusunan (arrangement) partikel-partikel tanah primer seperti pasir, debu dan liat membentuk agregat-agregat yang satu agregat
dengan lainnya dibatasi oleh bidang alami yang lemah. Struktur dapat
memodifikasikan pengaruh tekstur dalam hubungannya dengan kelembaban,
porositas, tersedianya unsur hara, kegiatan jasad hidup dan pertumbuhan akar
(Bailey 1986).
Tanah dengan struktur baik (granuler, remah) mempunyai tata udara yang
baik, unsur-unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Struktur tanah
yang baik adalah yang bentuknya membulat sehingga tidak dapat saling
bersinggungan dengan rapat. Akibatnya pori-pori tanah banyak terbentuk. Di
samping itu struktur tanah harus tidak mudah rusak (mantap) sehingga pori-pori
tanah tidak cepat tertutup bila terjadi hujan (Hardjowigeno 2003).
Kerapatan lindak atau bobot isi (bulk density) menunjukkan perbandingan antara berat tanah kering dengan volume tanah termasuk volume pori-pori tanah.
B. PEMADATAN TANAH
Pemadatan tanah adalah perubahan keadaan dimana terjadi penyusutan
volume tanah atau terjadi kenaikan berat tanah pada satu satuan volume tertentu.
Kondisi tanah atau tingkat kepadatan tanah dapat ditentukan dengan parameter-
parameter tertentu seperti Void ratio, porositas, bulk density, dan berat jenis isi. Void ratio adalah perbandingan antara volume pori terhadap volume padatan. Porositas adalah perbandingan volume pori terhadap volume total. Bulk density adalah perbandingan berat tanah terhadap volume tanah total dan berat isi
tanah adalah perbandingan berat kering tanah terhadap volume padatan
(Mandang dan Nishimura 1991).
Harris (1971) menyatakan bahwa ada empat hal yang mungkin terjadi
sehingga menghasilkan perubahan tingkat kepadatan tanah, yaitu :
1. Pemampatan partikel-partikel padatan tanah.
2. Pendesakkan cairan dan gas pada ruang pori tanah.
3. Perubahan kandungan cairan dan gas di dalam ruang pori tanah.
4. Perubahan susunan partikel-partikel padatan tanah.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses pemadatan tanah antara
lain berat alat, tekanan udara ban, kadar air tanah pada saat melintas. Selain itu
ada faktor lain yang perlu diperhatikan yaitu intensitas lalu lintas alat,
slip roda, dan baru tidaknya lahan tersebut diolah sebelumnya
(Hersyami dan Sembiring 2000).
James dan Donald (1993) menyatakan bahwa pemadatan dapat disebabkan
oleh berat mesin, ukuran ban dan tekanan udara ban. Mesin seperti combine dan mesin pemupukan beratnya bisa mencapai lebih dari 30 ton. Beban yang ringan
pada mesin hanya menyebabkan pemadatan di permukaan tanah, sedangkan beban
yang berat dapat menyebabkan pemadatan yang lebih dalam yang tidak dapat
diperbaiki dengan pengolahan tanah. Penambahan penggunaan ban pengapung
telah dianjurkan pada pengoperasian di lahan yang terlalu basah untuk
mendukung mesin. Hal ini juga mendorong terjadinya pemadatan yang dalam.
Gambar 1 menunjukkan bagaimana kadar air tanah mempengaruhi kedalaman
pemadatan. Pembebanan dan ukuran ban menyebabkan pemadatan yang lebih
Mandang dan Nishimura (1991) menyatakan bahwa gaya-gaya pada tanah
dapat diklasifikasikan dalam dua katagori yaitu internal dan eksternal. Gaya-gaya
internal timbul pada proses pembekuan, pengeringan dan pengerutan/penyusutan
pada tanah. Gaya-gaya eksternal bersumber pada berbagai bentuk pembebanan
tanah dari benda-benda di sekitar massa tanah, seperti bangunan, kendaraan dan
kegiatan yang berlangsung di sekitar massa tanah. Gaya-gaya internal dapat
dikatakan bersumber dari proses alam sedangkan gaya-gaya eksternal adalah
ciptaan manusia.
Prosedur pengukuran kepadatan tanah yang umum digunakan adalah
menentukan volume dan berat contoh tanah atau dengan mengukur konduktivitas
tanah. Kemampuan tanah dalam meneruskan tegangan dan kekuatan tanah adalah
juga bentuk ukuran tingkat kepadatan tanah (Mandang dan Nishimura 1991).
Gambar 1. Pengaruh Kadar Air Tanah Terhadap Kedalaman Pemadatan
C. PENGARUH PEMADATAN TANAH TERHADAP PRODUKSI TANAMAN
Thompson et al. (1987) diacu dalam Stone dan Ekwue (1993) menyatakan bahwa pemadatan tanah adalah hal yang tidak diinginkan dalam kegiatan
tanaman, dan menghambat pertumbuhan akar tanaman. Pemadatan tanah yang
disebabkan oleh beratnya mesin merupakan penyebab utama degradasi tanah di
daerah Quebec, pemadatan tanah menyebabkan kerugian produksi setiap tahun.
Nilai kerugian produksi akibat pemadatan tanah yang telah diestimasi oleh Fox
and Coote (1985) diacu dalam Lavoie et al. (1991) sekitar US$ 30 juta dan oleh Dewan Science Kanada (1986) dan Mehuys (1984) diacu dalam Lavoie et al. (1991) sekitar US$ 100 juta .
Penelitian di daerah Indiana Wisconsin dan Kanada (Gambar 2)
menunjukkan bahwa pemadatan tanah mengurangi produksi jagung. Penelitian
lain yang dilakukan oleh Southwest Research Centre dengan perlakuan sebuah plot yang secara intensif dipadatkan oleh lalu lintas truk berbeban berat sebelum
proses pengolahan tanah dan penanaman. Penelitian ini menemukan bahwa
pemadatan menghambat pertumbuhan tanaman, pada tongkol jagung tidak
terdapat biji jagung. Pengaruh pemadatan terhadap produksi lebih nyata pada
beberapa jenis tanah, tanah lempung liat berpasir lebih terpangaruh oleh
pemadatan daripada lempung berpasir. Secara umum, semakin kecil
partikel-partikel tanah, maka akan lebih padat dan mengurangi produksi
(James dan Donald 1993).
Gill dan Vanden Berg (1968) menyatakan bahwa pemadatan tanah
menurunkan aerasi tanah sehingga menghambat metabolisme perakaran tanaman,
meningkatkan keteguhan tanah sehingga menghambat perkembangan akar,
menurunkan permeabilitas tanah sehingga meningkatkan aliran permukaan dan
erosi.
D. PENGARUH LINTASAN TRAKTOR TERHADAP PEMADATAN TANAH
Pada penggunaan tanah di bidang pertanian, kepadatan tanah merupakan
faktor yang penting untuk dipertimbangkan karena mempengaruhi produktivitas
tanah. Pemadatan tanah sampai batas tertentu memang diperlukan, misalnya
untuk memperbaiki kontak antara benih dan tanah, tetapi jika berlebihan akan
berpengaruh buruk terhadap kondisi fisik tanah dan tanaman (Moolenaar 1990).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Faozi (2002), menyatakan bahwa
perlakuan lintasan traktor terhadap tanah memberikan pengaruh pada nilai bulk density, dimana semakin meningkat intensitas lintasan traktor yang diberikan maka nilai bulk density yang dihasilkan juga meningkat. Pada perlakuan tanpa lintasan traktor di kedalaman 0 – 10 cm nilai bulk density-nya 1.012 gr/cc, sedang pada perlakuan dengan tiga lintasan traktor di kedalaman yang sama nilai
bulk density-nya 1.330 gr/cc, kemudian untuk perlakuaan lima lintasan traktor di kedalaman yang sama nilai bulk density naik menjadi 1.403 gr/cc.
Pengaruh lintasan terhadap pemadatan tanah memperlihatkan hubungan
yang nyata, dimana tahanan penetrasi dan nilai bulk density meningkat setelah dilintasi traktor. Tahanan penetrasi paling besar terjadi pada proses pemadatan
dengan tiga dan lima kali lintasan, nilai tahanan penetrasi tertinggi pada
kedalaman 15 dan 25 cm sebesar 24.2 kg/cm2. Secara umum nilai bulk density tanah setelah mendapat perlakuan lintasan memperlihatkan nilai yang meningkat
sejalan dengan penambahan jumlah lintasan pada tiap kedalaman (Kusuma 1998).
Lalu lintas mesin telah memberikan pengaruh terhadap produksi tanaman
dengan pertambahan nilai bulk density tanah. Pertambahan nilai bulk density tanah dapat menghambat penetrasi akar ke dalam tanah, mengurangi ketersedian
udara dan mengurangi infiltrasi air ke dalam tanah sehingga mengurangi produksi
tanaman (Raghavan 1978 diacu dalam Lavoie 1991).
Dari segi kebutuhan energi, meningkatnya kepadatan tanah berarti
meningkatkan energi untuk pengolahan tanah. Hasil penelitian Bateman. et al. (1965) diacu dalam Moolenaar (1990) menunjukkan bahwa kebutuhan energi
untuk pengolahan tanah berhubungan dengan derajat kehancuran yang diinginkan
Gambar 3. Pengaruh Berat Isi Terhadap Kebutuhan Energi untuk Pengolahan Tanah Pada Kadar Air 28 % .
Menurut Mc Kyes (1985) perubahan kebutuhan energi tersebut karena
perubahan sifat hidraulis tanah akibat pemadatan tanah. Dikemukakannya bahwa
kohesi dan sudut gesekan dalam (internal friction) tanah akan meningkat sejalan dengan makin padatnya tanah, yang berarti meningkatkan kebutuhan traksi. Gill
(1971) menggunakan besaran “spesific draft” untuk menggambarkan kebutuhan energi dan mengemukakan bahwa “spesific draft” meningkat 0.01 kg/cm2 untuk setiap kenaikan 1 kg/cm2 tahanan penetrasi tanah.
E. PENGARUH PEMBERIAN BAHAN ORGANIK TERHADAP DRAFT
PENGOLAHAN TANAH
Komponen horizontal gaya tarik yang sejajar arah gerak biasa disebut
tahanan tarik (Draft) (Bainer et al. 1978) sedangkan perbandingan antara draft dengan luas penampang olahan disebut sebagai draft spesifik. Komponen vertikal draft berpengaruh terhadap penambahan beban pada roda belakang traktor dan pengurangan beban dari roda depan. Karena itu gaya ini sangat
mempengaruhi kemampuan traksi, stabilitas dan kemudahan pengemudian traktor
serta mempertahankan kedalaman alat (Bainer et al. 1978).
Draft atau gaya horizontal pengolahan tanah adalah suatu fenomena kompleks yaitu ditentukan oleh banyak faktor yang dikelompokkan ke dalam
faktor tanah (antara lain kerapatan/kepadatan, kandungan air, kohesi tanah,
kandungan liat, dan sudut gesekan dalam tanah), faktor alat (antara lain bentuk,
jenis dan ukuran) dan faktor operasi (antara lain kedalaman olah, lebar olah,
potong tanah). Telah banyak penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari
faktor-faktor tersebut di atas terhadap draft pada kondisi-kondisi tertentu atau untuk mendapatkan persamaan-persamaan penduga draft pengolahan tanah (Sembiring et al. 1995).
Bainer et al. (1978) menghubungkan draft dengan kecepatan olah dalam persamaan :
K = konstanta yang tergantung dari tipe tanah dan alat
Prasojo (1993) melakukan pendugaan tahanan tarik tanah jenis latosol pada berbagai tingkat kedalaman pembajakan dengan menggunakan model bajak
singkal pada soil bin. Prasojo (1993) menyatakan bahwa kedalaman pembajakan dominan pengaruhnya terhadap tahanan tarik tanah, dengan semakin
meningkatnya kedalaman pembajakan akan memperbesar nilai tahanan tarik
tanah. Dengan semakin meningkatnya nilai kohesi maka akan memperbesar nilai
tahanan tarik sedangkan bulk density tanah kurang dominan pengaruhnya terhadap tahanan tarik tanah.
Warsono (1993) menyatakan bahwa tahanan tarik tanah mengalami
penurunan sampai batas terendah dengan bertambahnya kadar air sampai
mendekati batas plastis dan semakin bertambahnya kadar air akan meningkatkan
kembali tahanan tarik. Tahanan tarik tanah semakin besar dengan meningkatnya
sudut gesek dalam sehingga didapat korelasi linier antara tahanan tarik tanah
dengan sudut gesek dalam. Begitu juga hubungan antara tahanan tarik tanah
dengan nilai kohesi yang memiliki korelasi linier.
Draft tanah yang diukur merupakan draft tanah aktual dan draft tanah spesifik. Draft tanah aktual dan spesifik adalah gaya reaksi tanah horizontal yang arahnya berlawanan namun tegak lurus terhadap bidang operasi permukaan kerja
Informasi kecepatan, lebar dan kedalaman potongan tanah diperlukan
untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap dari tahanan tarik alat pengolah
tanah dan kebutuhan daya traktor (Bainer et al. 1978). Menurut Liljedahl et al. (1979) bahwa alat ukur draft yang sederhana yaitu spring type dynamometer (dinamometer tipe pegas). Prinsip alat ini didasarkan pada perpanjangan dan
perpendekan dari pegas, namun alat ini terbatas untuk pengukuran yang kasar,
disebabkan oleh fluktuasi beban yang terjadi pada penggandengan yang pertama.
Penelitian yang dilakukan Surawijaya (1995) menunjukkan bahwa
perlakuan pemberian bahan organik memberikan pengaruh yang nyata pada draft. Nilai tahanan draft pada perlakuan pemberian bahan organik ternyata lebih rendah dibanding dengan perlakuan tanpa bahan organik. Penurunan draft pengolahan lahan sebesar 28.2 % - 44.5 % dimana draft terendah diperoleh pada perlakuan pengolahan tanah dengan bajak rotari dan bahan organik Sesbania rostrata.
F. BAHAN ORGANIK
Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan
tanah, baik secara fisika, kimia, dan biologi tanah. Bahan organik adalah bahan
pemantap agregat tanah yang baik, merupakan sumber hara tanaman. Bahan
organik berasal dari bahan tanaman dan binatang yang mengalami dekomposisi
dan terangkut ke lapisan bawah serta tercampur dengan tanah.
Bahan organik akan mempengaruhi sifat fisik tanah seperti ;
1) kemampuan tanah menahan air meningkat, 2) warna tanah menjadi coklat
hingga hitam, 3) merangsang granulasi agregat dan memantapkannya, 4)
menurunkan plastisitas, kohesi dan sifat buruk lainnya dari liat (Bailey 1986).
Peran pupuk organik dalam memperbaiki sifat fisik tanah, memberikan
banyak keuntungan. Fungsi pupuk organik antara lain (Suriawiria 2002) :
a. Sebagai pengatur kelembaban tanah, dengan keadaan tanah yang tetap
lembab semua proses kehidupan di dalamnya akan berjalan secara baik.
b. Sebagai pengatur sirkulasi udara di dalam tanah.
c. Dapat mempermudah penetrasi akar di dalam tanah.
d. Dapat mempermudah masuknya air ke dalam tanah.
e. Sebagai sumber unsur-unsur mikro, zat pengatur tumbuh yang dibutuhkan
f. Dapat menyimpan air (konservasi air hujan) dan mengefesienkan
penggunaan pupuk anorganik.
Pemberian pupuk organik dengan cara pengadukan bersama pengolahan
tanah mampu memperbaiki struktur tanah dan sifat fisik lain yang berkaitan, juga
mampu menurunkan fluktuasi suhu harian tanah (Suwardjo, Abdurachman dan
Sutono, 1984 diacu dalam Surawijaya 1995). Keterolahan tanah pada tanah
bertekstur halus dipengaruhi oleh kadar bahan organik. Jumlah bahan organik
tanah yang cukup akan mengurangi pengaruh buruk pengolahan tanah dan akan
memperlebar selang kadar air optimum untuk pengolahan tanah. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan Mastur et al. (1993) yang menyatakan bahwa tanah yang diberi bahan organik akan lebih mudah diolah atau dengan kata
lain kebutuhan draft pengolahan tanah cenderung lebih rendah, ini terlihat dari lebar tanah terolah pada perlakuan bahan organik yang cenderung lebih tinggi
dibanding perlakuan pupuk anorganik.
Jenis pupuk organik yang sudah umum dikenal adalah pupuk organik
kompos. Pupuk organik kompos berasal dari sampah rumah tangga seperti sisa
sayuran, sisa bahan makanan yang dibuang karena membusuk, daun-daun pohon,
jerami padi, pohon kacang-kacangan yang telah diambil buahnya dan serbuk
gergaji yang telah mengalami proses pengomposan. Pupuk kompos baik bahan
baku, tempat pembuatan dan cara pembuatannya dapat dilakukan oleh siapa pun
dan di mana pun. Begitu pula dengan pemanfaatannya, kompos dapat digunakan
untuk tanaman hias, tanaman sayuran, tanaman buah-buahan, dan tanaman pangan
Tabel 1. Kandungan komposisi kimia pupuk tumaritis :
Unsur Jumlah
PH 7.90
N organik (%) 1.21
C organik (%) 7.68
Fospor, P (%) 0.38
Air (%) 27.00
Nitrogen, N (%) 0.78
Kalium, K (%) 23.45
Kalsium, Ca (%) 0.39
Magnesium, Mg (%) 0.40
METODE PENELITIAN
A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium lapangan Leuwikopo jurusan
Teknik Pertanian IPB. Analisa tanah dilakukan di Laboratorium Mekanika dan
Fisika Tanah, Jurusan Teknik Pertanian IPB. Kegiatan penelitian ini dilakukan
pada bulan Mei - Oktober 2005.
B. BAHAN DAN ALAT
Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah bahan organik berupa
kompos sampah organik dari perusahaan pengomposan sampah organik
“Tumaritis” dan benih kacang tanah varietas gajah.
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
1. Dua unit traktor roda empat
2. Satu unit bajak piring dan rotari
3. Alat pengukur draft yaitu load cell (Kyowa, LT-5TSA71C) dan handystrain meter serta kabel baja.
4. Pengukur kondisi tanah digunakan penetrometer SR-2, pengambil sampel
tanah atau ring sampel, cangkul, kantong plastik, oven, dan timbangan.
5. Untuk mengukur mobilitas pengoperasian stop watch, pita ukur dan penggaris, dan patok
6. Pelantak (rammer) seberat 2.5 kg
C. METODE PERCOBAAN
Rancangan Percobaan dan Perlakuan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan perlakuan split plot dengan rancangan lingkungan RAL (Rancangan Acak Lengkap) yang menggunakan dua faktor (petak utama dan anak petak) dengan tiga ulangan.
- Faktor lintasan roda traktor (L) sebagai petak utama terdiri atas
empat taraf yaitu :
L0 : tanpa lintasan traktor
L2 : dua kali lintasan traktor
L4 : empat kali lintasan traktor
L6 : enam kali lintasan traktor
- Faktor bahan organik berupa kompos (K) sebagai anak petak
terdari dari tiga dosis yaitu :
K0 : tanpa kompos ( 0 ton/ha)
K4 : dosis kompos 4 ton/ha
K6 : dosis kompos 6 ton/ha
- Tanaman indikator yang digunakan adalah kacang tanah vaeritas
gajah
Dengan demikian akan terdapat sejumlah 3 x 4 = 12 perlakuan, dan 12
perlakuan x 3 ulangan = 36 petak percobaan, tata letak percobaan dapat dilihat
pada Lampiran 2.
Gambar 4 Alat-alat penelitian : penetrometer SR-2 (a), pengambil ring sampel tanah (b), load cell (c), handy strain meter (d), pita ukur (e), kabel handy strain meter (f).
a
d
c b
Gambar 5 Bahan organik kompos “tumaritis”.
Sesuai rancangan yang digunakan maka model linear aditifnya adalah :
Yijk = μ + Ai + ik + Bj + (AB)ij + ijk
Dimana :
Yijk = nilai pengamatan (respons) pada ulangan ke-k, petak utama ke-i
dan perlakuan anak petak ke-j
μ = rataan umum
Ai = pengaruh petak utama ke-i
ik = pengaruh galat yang muncul pada taraf ke-i dari faktor A
(lintasan) dalam ulangan ke-k sering juga disebut galat petak
utama
Bj = pengaruh anak petak ke-j (faktor kompos)
(AB)ij = pengaruh interaksi taraf ke-i faktor A (lintasan) dan taraf ke-j
faktor B (kompos).
ijk = pengaruh galat pada ulangan ke-k, yang memperoleh taraf ke-i
faktor A dan taraf ke-j faktor B, sering juga disebut galat anak
petak.
D. PERLAKUAN PENELITIAN
Prosedur Penelitian
Persiapan bahan Organik Bahan organik berupa kompos sampah organik
yang diperoleh dari perusahaan pengomposan sampah organik “Tumaritis” di
Lahan percobaan dibersihkan, membuat petakan sebanyak 12 buah dengan
ukuran 2 x 12 m. Untuk memudahkan maka perlakuan lintasan roda traktor yang
sama diletakkan pada satu baris.
Kompos ditebar pada masing-masing petak percobaan setelah tanah diolah
dengan bajak, dengan perlakuan dosis yaitu 0, 4, dan 6 ton/ha. Tanah kemudian
diolah dengan bajak rotari dua kali, selanjutnya areal dibiarkan selama 2 minggu
agar kompos dapat terdekomposisi. Setelah itu dilakukan penanaman kacang
tanah varietas gajah dengan jarak tanam 30 x 20 cm.
Perlakuan pemadatan dengan 6 lintasan roda didasarkan pada asumsi bahwa
dalam penanaman sampai pemanenan menggunakan mekanisasi penuh yaitu
dalam penanaman, pemupukan, penyiangan I, pemberantasan hama penyakit,
penyiangan II, dan pemanenan sedangkan untuk perlakuan 4 lintasan roda,
mekanisasi dilakukan pada penanaman, pemupukan, pemberantasan hama
penyakit dan pemanenan. Sedangkan perlakuan pemadatan dengan 2 lintasan roda
didasarkan pada asumsi mekanisasi hanya pada proses penanaman dan
pemanenan.
Proses pemadatan tanah dengan lintasan roda traktor dilakukan pada
penanaman (hari ke-1), pemupukan pada hari ke-20 setelah tanam, penyiangan I
dan II masing-masing pada minggu ke-2 dan minggu ke-4 setelah tanam,
pemberantasan hama penyakit pada hari ke-50 setelah tanam dan pemanenan pada
hari ke-100.
Penelitian yang dilakukan di laboratorium adalah pengujian pemadatan
tanah dengan menggunakan Standart Proctor Test.
Pengukuran sifat fisik dan mekanik tanah dilakukan setelah panen meliputi
parameter: kadar air tanah, bulk density tanah, tahanan penetrasi tanah, kebutuhan draft aktual pengolahan tanah, dan slip roda traktor. Pengumpulan data keragaan tanaman kacang tanah dilakukan setelah panen yaitu jumlah polong
Gambar 6 Bagan alir penelitian
Mulai
Pembuatan Petak Percobaan dan diolah dengan bajak piring
Pengolahan lahan dan Pencampuran Bahan Organik + tanah dengan bajak rotari
Masa Inkubasi
Pemadatan Tanah / Proses Mekanisasi
Pengukuran Kondisi Tanah
Pengukuran Draft Penaburan Bahan organik
Penyiapan Lahan dan Bahan Organik
Penanaman Tanaman
Gambar 7 Tata letak areal percobaan
Gambar 8 Traktor deutz D7206.
E. PENGUMPULAN DATA
a. Pengukuran sifat fisik dan mekanik tanah. Pengukuran sifat fisik dan mekanik
tanah dilakukan setelah panen meliputi parameter sebagai berikut :
- Perhitungan Kadar Air Tanah
Perhitungan kadar air tanah dapat dilakukan dengan mengambil sampel
tanah pada setiap perlakuan, kemudian ditimbang dan dikeringkan dalam oven
selama 24 jam dengan suhu 105°. Perhitungan kadar air dilakukan pada
kedalaman 5 cm, 15 cm, dan 25 cm. Kadar air tanah dihitung dengan
persamaan :
% 100
× ⎟ ⎠ ⎞ ⎜
⎝
⎛ −
=
Wb Wb Wa
Dimana :
KA = kadar air tanah (%)
Wa = berat sampel tanah basah (gr)
Wb = berat sampel tanah kering (gr)
- Perhitungan bulk density tanah
Bulk density atau bobot isi tanah dapat dihitung dengan mengambil sampel tanah pada setiap perlakuan yang dihitung dengan persamaan :
Vt
Perhitungan nilai bulk density dilakukan pada kedalaman 5 cm, 15 cm, dan 25 cm.
- Perhitungan tahanan penetrasi tanah
Pengukuran tahanan penetrasi tanah dilakukan sebelum dan sesudah
panen dengan menggunakan penetrometer SR-2 pada kedalaman 5 cm, 15 cm,
dan 25 cm. Perhitungan tahanan penetrasi untuk tiap tekanan menggunakan
persamaan :
- Pengukuran Pemadatan Tanah di Laboratorium
Uji pemadatan dilakukan di laboratorium dengan tanah maximum
1000 cm3 (V) dengan cara menjatuhkan penumbuk seberat 2.5 kg (w) dari
- Pengukuran Kebutuhan Draft Aktual pengolahan Tanah
Pengukuran draft pengolahan dengan bajak piring menggunakan load cell yang dihubungkan dengan handystrain meter. Traktor uji yang menarik implement bajak digandengkan dengan traktor penarik (Gambar 9). Traktor
penarik dihubungkan dengan traktor uji melalui rantai penghubung yang
dipasangkan load cell untuk mengukur gaya tariknya. Draft pembajakan adalah selisih dari gaya tarik ketika bajak dioperasikan dengan gaya tarik
ketika bajak tidak dioperasikan. Persamaan yang digunakan untuk menghitung
draft aktual adalah :
Slip putaran roda traktor dihitung dengan persamaan :
%
So = jarak putaran roda tanpa beban pada permukaan rata (m)
Si = jarak putaran roda traktor dengan beban (m)
Gambar 9. Sistem Pengukuran Draft di Lapangan.
F. ANALISIS DATA
Untuk mengetahui nyata tidaknya pengaruh perlakuan dilakukan
analisis ragam pada taraf uji 5 persen. Sedangkan untuk melihat perbedaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. KARAKTERISTIK LAHAN PERCOBAAN
Lahan tempat penelitian yang digunakan merupakan tanah dengan
permukaan datar yang banyak ditumbuhi semak dan rumput liar. Sebelum
dilakukan percobaan, lahan dibersihkan dari rumput. Tanah pada laboratorium
lapang Leuwikopo Darmaga merupakan tanah jenis latosol dengan sifat fisik dan
kimia tanah seperti tertera pada Tabel 2 berikut :
Tabel 2 Beberapa sifat fisik dan kimia tanah pada areal leuwikopo
Parameter Nilai
Kadar air batas Plastis (%) 49.89 Kadar air batas Cair (%) 79.40
Tabel 2 menunjukkan bahwa kandungan bahan organik unsur C dan unsur
N dari lahan yang digunakan sedikit ( 3.06 % dan 0.16 %). Hal ini
mengindikasikan bahwa tanah di laboratorium lapang Leuwikopo tergolong
kurang subur. Walaupun menurut Singer dan Munns (1987) sebagian besar tanah
mengandung bahan organik kurang dari 5 % dengan mayoritas penyusunnya
adalah karbon (C), namun jumlah kandungan bahan organik pada laboratorium
lapang Leuwikopo yang hanya 3.06 % relatif masih kecil jika dibanding dengan
kondisi tanah secara umum (jumlah kandungan bahan organik sekitar 5 %) dan
tanah ini digolongkan ke dalam golongan tanah yang kurang subur. Berdasarkan
perbandingan liat, debu dan pasir, tanah tersebut merupakan tanah yang bertekstur
liat berdasarkan sistem USDA dan mempunyai karakteristik akan mengkerut bila
kering dan membentuk pasta bila basah. Sifat ini akan mempengaruhi kekerasan
tanah tersebut. Tekstur liat merupakan tanah yang memiliki kemampuan menahan
air dan menyediakan unsur hara yang tinggi. Hal ini disebabkan karena luas
partikel liat yang besar (Hardjowigeno 2003). Menurut Soepardi (1983) bahwa
terlalu kering akan menggumpal dan keras, pada keadaan basah nilai kelengketan
pada roda traktor dan alat pengolah tanah akan semakin tinggi.
Kandungan liat yang besar (>20 %) pada Tabel 2 mengindikasikan tanah
ini termasuk tanah plastis (Bainer et al. 1978). Batas plastis yang tinggi (>46 %) merupakan batas antara tanah dalam keadaan semi plastis dengan keadaan plastis.
Batas cair yang sangat tinggi (>71 %) dimana kandungan air mulai bersifat
setengah cair.
Keadaan permukaan tanah sebelum diolah merupakan tanah yang datar
dan terletak di daerah yang lapang. Keadaan ini menyebabkan tingginya nilai
evaporasi. Penguapan tertinggi akan terjadi pada lapisan permukaan. Tingginya
rata-rata kadar air pada awal perlakuan yaitu sebesar 47.4 % (Tabel 3) disebabkan
oleh curah hujan yang tinggi dan waktu pengambilan sampel dilakukan pada pagi
hari sekitar pukul 6 sampai pukul 7, sehingga evaporasi pada permukaan tanah
belum terjadi, dengan rata-rata tahanan penetrasi sebesar 8.26 kg/cm2 (Tabel 4).
Tabel 3 Nilai kadar air setiap kedalaman pada awal perlakuan
Kedalaman (cm)
Kadar air (%)
L0K0 L0K4 L0K6 L2K0 L2K4 L2K6 L4K0 L4K4 L4K6 L6K0 L6K4 L6K6
1-10 39.6 45.6 40.4 45.1 45.6 46.4 47.8 48.9 47.3 50.4 53.6 48.5
10-20 45.3 46.7 46 45.5 49.2 47.3 46.8 48.5 47.6 54.2 55.2 51.4
20-30 42.9 44 44.7 46.1 45.6 44.9 49.2 51 45.9 49.4 52.3 49
Tabel 4 Nilai tahanan penetrasi setiap kedalaman pada awal perlakuan
Kedalaman (cm)
Tahanan Penetrasi (kg/cm2)
L0K0 L0K4 L0K6 L2K0 L2K4 L2K6 L4K0 L4K4 L4K6 L6K0 L6K4 L6K6
1-10 1.83 1.33 1.5 6.67 4.5 5 5.5 4 5.67 4 4.67 3.83
10-20 5.5 3.33 5.83 11.5 9.5 8.83 9.83 10 10.3 11.7 10.8 11
20-30 12.5 9.83 12.2 12.3 11.3 11.8 12 11.7 12.3 12.2 11 11.7
B. PENGARUH LINTASAN DAN BAHAN ORGANIK TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIK TANAH
1. Uji Pemadatan Tanah Di Laboratorium
Hasil pengujian pemadatan tanah di laboratorium dengan menggunakan
beban 2.5 kg, ketinggian beban 30 cm dengan 25 kali jumlah tumbukan untuk tiap
lapisan dan dilakukan sampai tiga lapisan. Pengukuran pemadatan di laboratorium
kepadatan tanah. Kadar air kritis pemadatan tanah di laboratorium ini bervariasi
untuk setiap perlakuan kompos. Hasil yang dicapai pada pengujian di
laboratorium untuk perlakuan tanpa kompos menghasilkan kepadatan maksimum
1.76 gr/cm3 pada kadar air 37.42 %, perlakuan kompos 4 ton/ha menghasilkan
kepadatan maksimum 1.76 gr/cm3 pada kadar air 39.00 % dan untuk kompos 6
ton/ha menghasilkan kepadatan maksimum 1.75 gr/cm3 pada kadar air 37.40 %
(Lampiran 13).
Pada perlakuan bahan organik kompos dosis 6 ton/ha, kompos dapat
meredam terjadinya pemadatan tanah hal ini ditunjukkan dengan nilai kepadatan
maksimum yang lebih kecil jika dibanding dengan perlakuan tanpa kompos dan
kompos 4 ton/ha. Pada perlakuan kompos 4 ton/ha didapat nilai kepadatan
maksimum yang lebih besar dibanding perlakuan kompos 6 ton/ha hal ini
dikarenakan oleh nilai kadar air optimum lebih besar dibanding perlakuan 6
ton/ha. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kusuma (1998) menunjukkan bahwa
semakin tinggi kandungan bahan organik maka kemampuan tanah untuk mengikat
air semakin tinggi dan tanah akan semakin sulit untuk melepas sehingga
menyebabkan kandungan air cenderung tinggi.
Hasil uji pemadatan di laboratorium ini menunjukkan hasil yang hampir
sama dengan pengukuran tahanan penetrasi dan bulk density di lapang, dimana perlakuan dosis kompos 6 ton/ha menghasilkan efek pemadatan yang lebih kecil
dibanding dengan 2 perlakuan kompos lainnya pada perlakuan intensitas lintasan
yang sama.
Uji laboratorium menunjukkan pada tingkat tekanan tertentu berat isi
kering (Dry bulk density) tanah bertambah dengan naiknya kadar air tanah dan mencapai puncak yang disebut berat isi kering maksimum pada nilai kadar air
yang optimum. Selanjutnya berat isi kering menurun dengan meningkatnya kadar
air tanah. Hasil penelitian Surawijaya (1995) menunjukkan bahwa peningkatan
pemadatan tanah (bulk density) disebabkan oleh terisinya rongga udara di antara partikel tanah sehingga porositas menurun dan pemadatan tanah meningkat
terhadap kenaikan kadar air. Jika rongga udara di antara partikel tanah sudah
hampir semua terisi maka tanah akan mencapai pemadatan maksimum dan kadar
Hillel (1980) mengatakan, pada suatu pemadatan tanah yang tetap, bulk
density tanah merupakan fungsi dari kadar air tanah. Bulk density tanah meningkat mulai dari meningkatnya kadar air tanah dan mencapai puncak pada
kadar air yang disebut kadar air tanah optimum. Selanjutnya menurun dengan
meningkatnya kadar air tanah. Hasil tersebut dapat dilihat pada Gambar 10 grafik
pemadatan tanah yang menunjukkan adanya tiga fase perubahan kadar air tanah,
yaitu fase perubahan positif, fase transisi dan fase perubahan negatif. Menurut
Nichols dalam Bainer et al. (1978), fase perubahan positif terjadi pada selang kadar air tanah lebih rendah dari kadar air tanah optimum yang menyebabkan
tanah bersifat adhesif. Pada kondisi tersebut peningkatan kepadatan tanah sejalan
dengan peningkatan nilai kadar air tanah. Selanjutnya terjadi fase transisi dimana
pada fase ini terjadi pemadatan maksimum. Kadar air tanah pada fase transisi
disebut kadar air tanah optimum pemadatan tanah. Sedang fase perubahan negatif
terjadi pada kadar air tanah lebih tinggi dari kadar air tanah optimum yang
menyebabkan sifat pelumas pada tanah. Fase ini merupakan kebalikan dari
kondisi adhesif. Nilai kadar air optimum di atas digunakan sebagai nilai kadar air
patokan dalam pengolahan tanah di lapang dan dapat digunakan pula sebagai
pembanding hasil pengukuran di lapang terhadap perubahan tingkat kepadatan
tanah.
2. Bulk Density (Bobot Isi Tanah)
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan intensitas lintasan
memberikan pengaruh nyata terhadap nilai bulk density tanah pada taraf α = 0.05 (Lampiran 8), sedangkan perlakuan pemberian bahan organik berupa kompos
tidak berpengaruh nyata terhadap nilai bulk density pada taraf α = 0.05. Hal ini dapat dilihat pada tabel Lampiran 14, dimana nilai bulk density terkecil adalah 0.93 gr/cm3 pada perlakuan tanpa lintasan dengan dosis kompos 4 ton/ha pada
kedalaman 0-10 cm. Sedangkan nilai bulk density yang terbesar adalah 1.2 gr/cm3 pada perlakuan 6 lintasan dengan dosis kompos 4 ton/ha juga di kedalaman
0-10 cm. Dari hasil di tersebut terlihat bahwa tanah setelah dilintasi roda
cenderung memperlihatkan kenaikan nilai yang menandakan terjadinya
pemadatan tanah.
1) Pengaruh Intensitas Lintasan Traktor Terhadap Bulk Density (Bobot Isi Tanah)
Perlakuan intensitas lintasan pada kedalaman 0-10 cm (Gambar 11)
memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai bulk density (bobot isi) tanah baik pada petak yang diberi kompos maupun tidak diberi kompos, dimana
semakin meningkat intensitas lintasan roda traktor maka nilai bulk density cenderung meningkat. Hal ini disebabkan oleh berat mesin yang digunakan dalam
proses pemeliharaan tanaman kacang. Pada tabel Lampiran 16, terlihat nilai bulk density tertinggi terdapat di daerah permukaan pada perlakuan 6 lintasan dengan kompos 4 ton/ha yaitu sebesar 1.20 gr/cm3 dengan kadar air 30.50 % (Lampiran
12) sedangkan nilai bulk density terendah sebesar 0.93 gr/cm3 juga di daerah permukaan pada perlakuan tanpa lintasan dengan kompos 4 ton/ha dengan kadar
air 34 % (Lampiran 12). Selain karena berat mesin, nilai bulk density juga dipengaruhi oleh kadar air tanah di lapang pada saat mesin beroperasi. Tabel pada
Lampiran 12 menunjukkan bahwa persentase kadar air semakin menurun seiring
dengan semakin meningkatnya intensitas lintasan sehingga nilai bulk density
cenderung meningkat pula, terutama pada daerah permukaan
(kedalaman 0-10 cm).
Hasil penelitian Kasim (1992) menunjukkan bahwa pengaruh terbesar
intensitas lintasan. Hal ini sesuai yang dikemukakan Raghavan et al. (1977) diacu dalam Mc Kyes (1985) bahwa faktor tekanan pembebanan dan lintasan roda
traktor menentukan besarnya tingkat pemadatan tanah yang terjadi. Semakin besar
tekanan pembebanan dan intensitas lintasan roda traktor maka semakin besar
tingkat pemadatan tanah yang dihasilkan, sedangkan kadar air tanah pada saat
pelintasan traktor menentukan pemadatan maksimum yang terjadi.
Kecenderungan kenaikan nilai bulk density yang seiring dengan banyaknya perlakuan intensitas lintasan disebabkan oleh tekanan yang berasal dari
roda traktor mendesak air dan udara sehingga daerah yang dipengaruhi tekanan
menjadi lebih padat dan secara langsung dapat meningkatkan nilai bulk density tanah, hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Harris (1971) bahwa peningkatan
nilai bulk density kemungkinan ada 4 hal yang terjadi yaitu (1) pemampatan partikel padatan (2) pemampatan cairan dan gas di dalam ruang pori (3)
perubahan kandungan cairan dan gas di dalam ruang pori dan (4) perubahan
susunan partikel padatan.
Pengaruh intensitas lintasan traktor sangat terlihat pada daerah permukaan
tanah (0-10 cm). Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan yang tinggi dari nilai
bulk density antara petak tanpa lintasan dengan petak 6 lintasan pada dosis kompos 4 ton/ha sebesar 29.03%. Peningkatan tersebut merupakan yang tertinggi
dibanding kedalaman 10-20 cm dan 20-30 cm.
Pengaruh intensitas lintasan traktor pada kedalaman 10-20 cm masih
terlihat pengaruhnya walau tidak sebesar pada kedalaman 0-10 cm. Gambar 12
memperlihatkan nilai bulk density cenderung naik meski pada perlakuan 4 lintasan sempat turun namun pada perlakuan 6 lintasan nilai bulk density kembali meningkat. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kedalaman maka pengaruh
intensitas lintasan semakin kecil, hal ini dapat dilihat pada kedalaman 20-30 cm
dimana nilai bulk density cenderung konstan. Gambar 13 menunjukkan nilai bulk density meningkat seiring dengan intensitas lintasan tapi peningkatannya sangat kecil. Rata-rata kenaikan nilai bulk density pada kedalaman ini adalah 3.48 %. Nilai bulk density terkecil pada kedalaman ini adalah 1.03 gr/cm3 pada perlakuan tanpa lintasan, sedangkan yang terbesar adalah 1.12 gr/cm3 pada perlakuan 4 dan
Hasil penelitian Trouse dan Humbert (1961) diacu dalam Kasim (1992)
menyatakan bahwa pada jenis tanah low humiclatosol dalam keadaan basah yang dilintasi truk menunjukkan bahwa pada kedalaman 0-20 cm merupakan daerah
yang sangat berpengaruh terhadap efek terjadinya pemadatan tanah dan menurut
Gill dan Vanden Berg (1962) diacu dalam Kasim (1992) menyatakan bahwa
tekanan yang terjadi pada kedalaman lebih besar dari 30 cm lebih kecil 1/5 kali
tekanan yang diberikan pada permukaan tanah.
Bulk Density Kedalaman 0-10 cm
0.8
Gambar 11 Grafik pengaruh intensitas lintasan terhadap bulk density pada kedalaman 0-10 cm
Bulk Density Kedalaman 10-20 cm
0.8
Bulk Density Kedalaman 20-30 cm
Gambar 13 Grafik pengaruh intensitas lintasan terhadap bulk density pada kedalaman 20-30 cm
2) Pengaruh Kompos Terhadap Bulk Density (Bobot Isi Tanah)
Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa pengaruh perlakuan pemberian
bahan organik berupa kompos tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap
nilai bulk density (bobot isi) tanah setelah panen, hal ini diduga karena kompos sebagai bahan organik yang diberikan belum terdekomposisi dengan sempurna
dalam waktu yang singkat hal ini juga dapat disebabkan oleh tingkat dosis yang
diberikan belum mencapai taraf yang mampu memberikan pengaruh yang
signifikan, hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Surawijaya
(1995) dan Mastrur et al. (1993) yang menyatakan bahwa tidak adanya pengaruh nilai bulk density (bobot isi) tanah terhadap pemberian bahan organik dan pengolahan tanah pada masa setelah panen. Padahal bahan organik dapat
memperbaiki struktur tanah dan menurunkan bulk density serta membantu mengikat partikel tanah menjadi agregat sehingga tanah tidak mudah padat oleh
lintasan roda (Charles and Jasa 2003). Pada Gambar 14 memperlihatkan bahwa
nilai bulk density yang tertinggi adalah 1.2 gr/cm3 terjadi pada daerah permukaan tanah yaitu kedalaman 0–10 cm pada perlakuan 6 lintasan dengan kompos 4
ton/ha. Hal ini seperti yang terjadi pada uji pemadatan di laboratorium yang
menghasilkan kepadatan maksimum pada perlakuan dosis bahan organik 4 ton/ha
Peningkatan nilai bulk density dari petak tanpa kompos dengan petak kompos terlihat signifikan pada daerah permukaan tanah (0-10cm). Hal ini
ditunjukkan dengan persentase kenaikan nilai bulk density dari petak tanpa kompos ke petak kompos dosis 4 ton/ha dengan 6 lintasan sebesar 9.10 %.
peningkatan tersebut tertinggi dibanding kedalaman 10-20 cm (Gambar 15) dan
20-30 cm (Gambar 16). Hal ini disebabkan oleh rata-rata persentase kadar air
yang lebih besar pada daerah permukaan tanah (Lampiran 12) dibanding 2
kedalaman lainnya sehingga berat mesin sangat besar pengaruhnya dalam proses
pemadatan tanah. Pada Lampiran 12 terlihat rata-rata persentase kadar air untuk
kedalaman 0-10 cm adalah 31.38 %, kedalaman 10-20 cm sebesar 31.28 % dan
31.31 % untuk kedalaman 20-30 cm.
Rata-rata nilai kadar air tanah pada akhir perlakuan adalah 31.30 %
sedangkan kadar air tanah pada awal perlakuan adalah 47.40 %, hal ini berarti
terjadi penurunan kadar air tanah sebesar 33.97 %. Menurut Haris (1971) keadaan
tersebut menunjukkan terjadinya perpindahan cairan di dalam ruang pori tanah
yang diakibatkan oleh adanya interaksi antara cairan dengan tanah atau gaya-gaya
yang timbul akibat adanya tekanan beban dan gaya gravitasi.
Bulk Density Kedalaman 0-10 cm
0.8
Bulk Density Kedalaman 10-20 cm Gambar 15 Grafik pengaruh kompos terhadap bulk density pada kedalaman 10-20 cm
Bulk Density Kedalaman 20-30 cm
0.8
Hasil pengukuran tahanan penetrasi setelah panen menunjukkan bahwa
perlakuan intensitas lintasan roda traktor menunjukkan pengaruh nyata terhadap
tahanan penetrasi tanah tetapi untuk perlakuan pemberian kompos ternyata tidak
memberikan pengaruh yang nyata (Lampiran 7). Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Kusuma (1998) yang menyatakan bahwa perlakuan lintasan
secara umum meningkatkan nilai tahanan penetrasi tanah terutama pada
kedalaman olah (0-30 cm) baik yang diberi bahan organik maupun tidak.
Pengukuran tahanan penetrasi dilakukan pada petak yang sama dengan
1) Pengaruh Intensitas Lintasan traktor Terhadap Tahanan Penetrasi Tanah
Perlakuan intensitas lintasan roda traktor secara umum meningkatkan nilai
tahanan penetrasi tanah (Lampiran 26). Hasil ini menunjukkan bahwa pengaruh
lintasan dapat meningkatkan tahanan penetrasi tanah yang sangat nyata terutama
pada daerah permukaan tanah yaitu pada kedalaman 0-20 cm, baik yang diberi
bahan organik kompos maupun tidak. Hasil analisis statistik (Lampiran 7)
menunjukkan bahwa pengaruh intensitas lintasan roda traktor terhadap
peningkatan tahanan penetrasi adalah nyata pada taraf α = 0.05 terutama pada
daerah permukaan 5 cm. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 17, dimana nilai
tahanan penetrasi tanah cenderung mengalami peningkatan seiring dengan
meningkatnya intensitas lintasan roda traktor. Nilai tahanan penetrasi terkecil
terdapat pada perlakuan tanpa lintasan yaitu sebesar 4.17 kgf/cm2 dengan kadar
air 34 % dan yang terbesar pada perlakuan 6 lintasan roda yaitu 15.80 kgf/cm2
dengan kadar air 30.50 %. Hal ini seperti yang terjadi pada nilai bulk density dimana nilai bulk density yang terbesar dan yang terkecil terdapat pada kadar air tersebut di atas. Pengaruh perlakuan intensitas lintasan roda pada kedalaman 5 cm
(Gambar 17), setelah mendapat perlakuan 2 lintasan terjadi peningkatan tahanan
penetrasi yang cukup besar yaitu 178.20 %, hal ini disebabkan oleh adanya
pengolahan tanah sehingga tanah menjadi gembur, namun ketika mendapat gaya
tekan yang besar dari roda traktor menyebabkan tanah mengalami pemampatan
dan menjadi padat. Hasil penelitian yang dilakukan Yanda (1999) menunjukkan
bahwa perlakuan lintasan dapat meningkatkan tahanan penetrasi dan bulk density tanah sampai pada kedalaman 20 cm. Peningkatan nilai tahanan penetrasi dan bulk density menunjukkan adanya peningkatan kepadatan tanah sebagai akibat dari meningkatnya intensitas lintasan roda traktor. Hal ini terjadi diduga karena
pemampatan partikel-partikel tanah sehingga ruang pori tanah menjadi semakin
sempit atau kecil.
Perlakuan intensitas lintasan roda terhadap tahanan penetrasi pada
kedalaman 10 cm masih memberikan pengaruh yang nyata walau tidak sebesar
pengaruh pada kedalaman 5 cm. Gambar 16 menunjukkan bahwa nilai tahanan
terkecil terdapat pada perlakuan tanpa lintasan yaitu sebesar 4.83 kgf/cm2, sedang
kenaikan ini adalah 194 %. Gambar 18 menunjukkan bahwa nilai tahanan
penetrasi cenderung naik seiring dengan perlakuan intensitas lintasan roda, hal ini
menandakan bahwa berat traktor masih sangat berpengaruh terhadap pemadatan
tanah di daerah kedalaman olah. Hal yang sama juga masih ditunjukkan pada
kedalaman 20 cm (Gambar 17), dimana perlakuan intensitas lintasan masih
berpengaruh nyata terhadap tahanan penetrasi tanah sekalipun kenaikannya tidak
sebesar pada kedalaman 5 cm dan 10 cm, persentase kenaikan nilai tahanan
penetrasi pada kedalaman 20 cm adalah 58.10 %. Pada Gambar 19 terlihat bahwa
tahanan penetrasi terkecil adalah 8.67 kgf/cm2 terjadi pada perlakuan tanpa
lintasan, sedangkan tahanan penetrasi terbesar pada perlakuan 6 lintasan yaitu
sebesar 14.80 kgf/cm2. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Yefrinaldi (1994) yang menyatakan bahwa perlakuan lintasan dapat meningkatkan
tahanan penetrasi dan bulk density tanah sampai kedalaman 25 cm.
Peningkatan nilai tahanan penetrasi tanah juga disebabkan oleh persentase
kadar air tanah di lapang pada saat pengukuran, dimana terlihat pada Lampiran
12, persentase kadar air tanah cenderung menurun seiring meningkatnya intensitas
lintasan sehingga meningkatkan nilai tahanan penetrasi tanah. Berat mesin yang
beroperasi pada lahan mengakibatkan air dan rongga udara dalam tanah terdesak
oleh partikel padatan sehingga tanah akan menjadi semakin padat.
Pengaruh intensitas lintasan terhadap tahanan penetrasi pada kedalaman 30
cm tidak begitu besar, rata-rata nilai tahanan penetrasi mengalami peningkatan
sebesar 4 %, hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 18 yang menunjukkan nilai
kenaikan tahanan penetrasi yang tidak begitu besar, dimana tahanan penetrasi
terkecil terjadi pada perlakuan 2 lintasan yaitu sebesar 8.42 kgf/cm2, sedangkan
tahanan penetrasi terbesar yaitu 12.30 kgf/cm2 terjadi pada perlakuan 4 dan 6
lintasan. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh intensitas lintasan roda traktor
semakin kecil dan hanya berpengaruh besar pada daerah permukaan. Gambar 18
terlihat bahwa nilai tahanan penetrasi pada perlakuan tanpa lintasan lebih besar
daripada perlakuan 2 lintasan, dan kemudian mengalami kenaikan pada perlakuan
4 dan 6 lintasan akan tetapi kenaikannya sangat kecil yaitu 4 %. Hal ini terjadi
diduga karena kadar air pada perlakuan tanpa lintasan lebih tinggi daripada
Nilai tahanan penetrasi pada kedalaman 40 cm cenderung konstan, hal ini
menunjukkan bahwa perlakuan intensitas lintasan roda sudah tidak berpengaruh
lagi. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 21, dimana nilai tahanan penetrasi terkecil
terjadi pada perlakuan 2 lintasan yaitu sebesar 8 kgf/cm2, sedangkan nilai tahanan
penetrasi yang terbesar adalah 10.80 kgf/cm2 terjadi pada perlakuan 4 dan 6
lintasan. Pada Gambar 21 terlihat jelas bahwa nilai tahanan penetrasi cenderung
konstan, bahkan nilai tahanan penetrasi pada perlakuan 2 lintasan lebih rendah
jika dibanding dengan perlakuan tanpa lintasan yang nilainya hampir sama dengan
perlakuan 4 dan 6 lintasan. Hal ini sesuai penelitian yang dilakukan oleh
Yefrinaldi (1994) yang menyatakan bahwa untuk kedalaman 25-40 cm pengaruh
lintasan yang diberikan tidak berpengaruh lagi terhadap tahanan penetrasi tanah.
Hasil pengukuran tahanan penetrasi tanah di lapang menunjukkan hasil
yang sama dengan nilai bulk density tanah, dimana terjadi pemadatan maksimum pada kedalaman 0-10 cm. Pada tabel Lampiran 26 terlihat peningkatan tahanan
penetrasi tanah pada kedalaman 5-20 cm dan pada kedalaman selanjutnya
cenderung terjadi penurunan. Adanya perubahan tingkat kepadatan tanah tersebut
menyebabkan tanah menjadi sulit ditembus oleh penetrometer atau gaya yang
diperlukan untuk menekan penetrometer untuk menembus tanah persatuan luas
tertentu menjadi lebih besar. Selain itu, adanya tekanan terhadap tanah pada saat
pengolahan tanah akan mengurangi kadar air tanah, porositas tanah dan
mengganggu sistem tanah. Dengan berkurangnya kadar air tanah tersebut akan
menyebabkan kenaikan tahanan penetrasi tanah atau pada kadar air tanah yang
rendah maka tanah akan menjadi sangat keras dan sangat sulit ditembus
penetrometer dan sebaliknya pada kadar air tinggi maka tanah akan menjadi
lembek dan mudah ditembus penetrometer. Pada penelitian ini secara umum
menunjukkan peningkatan tahanan penetrasi tanah dengan menurunnya kadar air
Tahanan Penetrasi Kedalaman 5 cm
Gambar 17 Grafik pengaruh intensitas lintasan terhadap tahanan penetrasi pada kedalaman 5 cm
Tahanan Penetrasi Kedalaman 10 cm
Gambar 18 Grafik pengaruh intensitas lintasan terhadap tahanan penetrasi pada kedalaman 10 cm
Tahanan Penetrasi Kedalaman 20 cm
Tahanan Penetrasi Kedalaman 30 cm
Gambar 20 Grafik pengaruh intensitas lintasan terhadap tahanan penetrasi pada kedalaman 30 cm
Tahanan Penetrasi Kedalaman 40 cm
Gambar 21 Grafik pengaruh intensitas lintasan terhadap tahanan penetrasi pada kedalaman 40 cm
2) Pengaruh Kompos Terhadap Tahanan Penetrasi Tanah
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan dosis kompos tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap tahanan penetrasi (Lampiran 7). Hal
ini dapat dilihat pada Gambar 22 sampai Gambar 26 dimana perlakuan dosis
kompos pada setiap kedalaman (5, 10, 20, 30, dan 40 cm) terlihat bahwa nilai
tahanan penetrasi cenderung konstan. Ini menunjukkan bahwa bahan organik
kompos yang diberikan pada tanah belum terdekomposisi secara sempurna dalam
waktu singkat sehingga belum terlihat peranannya dalam meredam pemadatan
tanah akibat berat traktor. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Surawijaya (1995) yang menyatakan bahwa perlakuan pemberian bahan