SANTRI DENGAN USTADZAH DI PONDOK PESANTREN
AL WASHILAH JAKARTA BARAT
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh Nenden Nelawati
1112051000135
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan karya asli yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memeproleh gelar strata satu (S1) Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan adalam penelitian ini telaha saya
cantumkan sesuai drngan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya saya ini merupakan hasil
plagiat atau hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 30 Agustus 2016
Penulis
i 1112051000135
Implementasi Etika Komunikasi dari Kitab Al Akhlaq Lil Banat dalam Komunikasi antara Santri dengan ustadzahanya di Pondok Pesantren al Washilah Jakarta Barat
Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan yang berbasis Agama Islam, didalamnya terdapat santri-santri yang memiliki tekad dan keyakinan untuk menuntut ilmu dunia akhirat dan memperbaiki akhlak agar memiliki akhlak mulia (etika komunikasi yang baik). Pondok pesantren pasti memiliki pedoman buku/kitab dalam setiap pembelajarannya dan berharap materi yang disampaikan seharusnya terealisai atau terimplementasi. Salah satunya adalah pondok pesantren al Washilah yang ada di wilayah Jakarta Barat, di pondok tersebut
menggunakan kitab Al Akhlaq Lil Banat untuk materi etika komunikasi.
Berhubungan dengan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah mengetahui bagaimana implementasi etika komunikasi yang
digunakan pondok pesantren al Washilah dari kitab Al Akhlaq Lil Banat terhadap
komunikasi antara santri dengan ustadzahnya?
Adapun teori yang digunakan adalah teori etika deontologi yang dikatakan oleh Immanuel Kant (1734-1804), kemauan baik harus dinilai baik pada dirinya sendiri terlepas dari apa pun juga. Dalam menilai seluruh tindakan kita, kemauan baik harus selalu dinilai paling pertama dan menjadi kondisi dari segalanya (Burhanudin:2002).
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis deskriftif. Subjek penelitian adalah informan yang memberi informasi yaitu pimpinan, ustadzah dan santri pondok pesanten al Washilah. Adapun objek
penelitiannya adalah etika komunikasi dari kitab Al Akhlaq Lil Banat dalam
komunikasi antara santri dengan ustadzah dipondok pesantren al Washilah.
Berdasarkan hasil penelitian etika komunikasi di pondok pesantren al Washilah telah terimplementasi, itu semua terbukti dengan berlangsungnya proses
etika komunikasi dari kitab al akhlaq lil banat yang digunakan oleh pondok
pesantren al Washilah dalam kehidupan keseharian santri, yaitu terlaksananya etika komunikasi santri dengan ustadzahnya ketika di dalam kelas, etika komunikasi antara santri dengan ustadzahnya di luar kelas, etika komunikasi antara santri ketika bertemu dengan ustadzahnya diluar pondok, kemudian etika komunikasi santri ketika berbicara dengan ustadzhanya serta etika komunikasi santri ketika bersikap dan berjalan di depan ustadzahnya.
ii Bismillahirrahmanirrahim….
Alhamdulillahirabbil’alamin, tiada kata yang pantas penulis ucapkan selain
pujian kepada Allah SWT yang telah memberi rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulisan tugas akhir yang sederhana ini telah terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad
saw beserta keluarganya, sahabatnya dan seluruh umatnya yang mudah-mudahan mendapat syafa’at di hari akhir nanti.
Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik itu bantuan secara moril ataupun materil. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan
terim kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan berupa arahan, bimbingan serta motivasi selama penulis menyelesaikan skripsi ini. Adapun ucapan terimakasih tersebut ditujukan kepada pihak-pihak yang sudah
membantu penulis diantaranya :
1. Bapak Dr.H.Arif Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi beserta Bapak Suparto, M.Ed, Ph.D, selaku wakil dekan bidang Akademik, Ibu Dr.Hj.Roudhonah, M.Ag, selaku wakil dekan bidang administrasi, dan Bapak Dr. Suhaimi, M.Si.selaku wakil
dekan bidang kemahasiswaan.
2. Bapak Drs. Masran, M.A selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan
iii duduk berada di bangku kuliah.
4. Bapak Drs. S. Hamdani, MA selaku dosen pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktunya ditengah-tengah kesibukannya untuk
membimbing dengan sabar dan memberikan pengarahan serta semangat kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan ilmu yang sangat bermanfaat dan pengalaman yang sangat
berharga kepada penulis dan seluruh staf Akademik yang telah membantu dalam perkuliahan.
6. Kepada seluruh pihak Perpustakaan Utama UIN syarif Hidayatullah
Jakarta yang sudah mengizinkan dan memberi arahan kepada penulis dalam memilih dan meminjamkan buku-buku ataupun skripsi-skripsi terdahulu untuk dijadikan rujukan dalam skripsi yang ditulis penulis.
7. Kepada seluruh pihak Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang sudah mengizinkan dan memberi arahan kepada
penulis dalam memilih dan meminjamkan buku-buku ataupun skripsi-skripsi terdahulu untuk dijadikan rujukan dalam skripsi-skripsi yang ditulis penulis.
8. Kepada Keluarga Besar Pondok Pesantren al Washilah Jakarta terutama
Ibu Nyai Hj. Fuaedah dan Bapak H. Moh. Hasim Adnan, ST yang telah
iv
pesantren, serta tak lupa kepada ustadzah Siti Suaebah Aslamiyah, Spd.I
yang telah berbagi cerita, pengalaman yang berkesan selama di lapangan, dan membantu dalam pengumpulan data, serta anak-anak santri ponpes al
Washilah Jakarta.
9. Kepada orang tua penulis ayahanda Dadang Jamashari dan Ibunda
Neneng Sumiyati, yang selalu memberikan dorongan, semangat, dan doa
yang tiada henti selama penulis mengerjakan skripsi.
10.Kepada ketiga adik penulis Taufiq, Devi dan Julia yang selalu memberikan
semangat canda tawa disela-sela proses pembuatan skripsi ini, walaupun
sering timbul sedikit rasa kesal di dalam hati yang penulis rasakan.
11.Kepada kakak Ebah yang selalu memberikan semangat dan do’a yang
tiada henti disela-sela kesibukannya, serta Ms. Tuti yang selalu memberikan semangat selama penulis sibuk dalam penulisan skripsi ini.
12.Sahabat-sahabatku ratu selfie Mia Kurnia Ningsih, Imas Hayati Nufus,
Nirma Sugiarti, Novi Fitriani, Dewi Utari, Apik Sopan Katanya, yang selah memberikan, semangat, do’a, dan saran yang tiada henti.
13.Semua kawan-kawan seperjuangan KPI E angkatan 2012, Thabitha Nasty
Dhiradja, Mudillah, Syifa Maulidina, Fitri Permata Sari, Sarah Meida Pratiwi, Siti Aisyah, Dityan Pranisa, Anisa Bilqis, Apik Sopan Katanya,
Nirma Sugiarti, Dewi Utari, Mia Kurnia Ningsih, Imas Hayati Nufus, Novi Fitriani, Ahmad Fikry Fauzan, M. Aidillah P, Arif Sahrizal, Arif
v
terimakasih atas peretmanan selama ini serta do’a dan dukungan dari
kalian, semoga kita dapat meraih kesuksesan dan bermanfaat untuk sesama.
Untuk semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu perasatu, mohon maaf dan terimkasih atas kebaikannya membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan anda.Penulis berharap
skripsi ini dapat memberikan menfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
pembaca.Amin ya Rabbal Allamin….
Terima Kasih
Jakarta, 30 Agustus 2016
vi
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR BAGAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Metodologi Penelitian ... 9
F. Tinjauan Pustaka ... 17
G. Kerangka Teoritis ... 19
H. Sistematika Penulisan………. ... 20
BAB II LANDASAN TEORI A. Implementasi ... 21
1. Pengertian Implementasi ... 21
2. Tahapan Implementasi ... 21
B. Etika Komunikasi ... 23
1. Pengertian Etika ... 23
2. Sistematika Etika ... 30
3. Ukuran Baik dan Buruk ... 34
4. Dimensi-dimensi Etika ... 36
5. Kaitan Etika Komunikasi ... 37
6. Implementasi Etika Komunikasi ... 38
BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK PESNTREN AL WASHILAH JAKARTA BARAT DAN KITAB AL AKHLAQ LIL BANAT A. Profil Pondok Pesantren ... 41
1. Sejarah Pondok Pesantren ... 41
2. Kondisi Umum Pondok Pesantren ... 42
3. Visi, Misi, Tujuan, dan Program Pondok Pesantren ... 44
vii
1. Metode yang digunakan ... 49
2. Alat atau Media Pengajaran ... 50
C. Aktivitas Santri dan Ustadzah ... 51
1. Jadwal Kegiatan Santri ... 51
2. Jadwal Kegiatan Ustadzah ... 52
D. Daftar Jumlah Santri ... 53
E. Profil Kitab Al Akhlaq Lil Banat ... 54
F. Etika Komunikasi di dalam Kitab Al Akhlaq Lil Banat ... 55
G. Isi Kandungan Kitab Al Aklaq Lil Banat tentang Etika Komunikasi antara Santri dengan Ustadzahnya ... 67
1. Sejarah dan Pengarang kitab Al Akhlaq Lil Banat ... 67
2. Etika Komunikasi Santri dengan Ustadzahnya dalam kitab Al Aklaq Lil Banat ... 68
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Implementasi Etika Komunikasi dari Kitab Al Akhalaq Lil Banat dalam Berkomunikasi antara Santri dengan Ustadzah di Pondok Pesantren al Washilah Jakarta Barat ... 73
1. Etika Komunikasi antara Santri dengan Ustadzah di dalam kelas ... 74
2. Etika Komunikasi antara Santri dengan Ustadzah di luar kelas ... 77
3. Etika Komunikasi antara Santri dengan Ustadzah di luar Pondok Pesantren ... 79
4. Ketika Santri Berbicara dengan Ustadzahnya secara langsung atau tidak langsung ... 82
5. Ketika Santri Bersikap (bahasa tubuh) dan Berjalan di depan Ustadzahnya ... 86
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 89
B. Saran-Saran ... 93
viii
[image:12.595.138.505.218.609.2]ix
Bagan 1 Struktur Organisasi Yayasan Pondok Pesantren al Washilah ... 46
1
A. Latar Belakang
Jakarta adalah ibu Kota, di dalamnya terdapat beragam masyarakat.
Banyak orang berlomba-lomba mencari nafkah, bersaing di kehidupan sosial, Agama dan pendidikan. Pemerintah selalu berusaha untuk mencoba memenuhi semua kebutuhan masyarakat, akan tetapi pemerintah pun tidak dapat mengatasi
semuanya tanpa bantuan dari masyarakat itu sendiri. Misalnya di dunia pendidikan, pemerintah sudah menyediakan lembaga pendidikan seperti
sekolah-sekolah Negeri. Akan tetapi mengahadapi persaingan dikota Jakarta yang besar ini, sekolah pun menjadi beragam, banyak yang mendirikan sekolah Swasta,(Paforit), Bimbel/Les Private, dan Pondok Pesantren.
Sungguh hebat di Kota Jakarta metropolitan dan dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, pondok pesantren dengan notabennya memiliki pendidikan Agama bahkan kebanyakan orang enggan untuk masuk pesantren, tapi
masih bisa berkembang dan meluas. Itu semua terbukti dengan data bahwa di DKI Jakarta terdaftar ada 88 Pondok Pesantren, 19 pondok pesantren di Jakarta
Selatan, 37 pondok pesantren di Jakarta Timur, dua pondok pesantren di Jakarta Pusat, 15 pondok pesantren di Jakarta Barat, 13 pondok pesantren di Jakarta
Utara, dan satu pondok pesantren di Kepulauan Seribu.1
Salah satu pondok pesantren yang berada di Jakarta Barat adalah pondok pesantren Al Washilah, beralamat di Jl. Kampung Baru No. 20 Rt.004/10
1
Roudlatul Ulum Kencong. Data diakses pada 19 Feb 2016 dari
Kembangan Utara Jakarta Barat 11610 Telp. (021) 5811672 / 583 583 44. Yayasan Pondok Pesantren al-Washilah Jakarta berdiri pada tahun 1988 di bawah Pimpinan alm. KH. Ahmad Dasuki Adnan SH, MA. Diatas tanah seluas 8000
meter persegi (m²).
Dahulu Ponpes al-Washilah ini bernama Yayasan al-Washilah, dan diisi
oleh santri kalong (santri yang tidak menetap). Kegiatan di Yayasan al-Washilah ini adalah pesantren kilat bagi siswa sekolah umum. Pendiri Yayasan al-Washilah mengajak khalayak umum, serta siswa diberbagai sekolah umum lainnya untuk
mengisi liburan dan bulan Ramadhan dengan pengajian di pesantren. Kemudian Yayasan al-Washilah ini juga memiliki program-program seperti:
1. Pesantren Preman (anak-anak preman diajak untuk belajar di Yayasan
al-Washilah)
2. Gempar (Gerakan Metode Praktis Baca Tulis al-Qur’an) mengajak
masyarakat yang buta huruf terhadap baca al-Quran.
3. Sekolah Anjal (Anak Jalanan) mengajak dan merangkul anak jalanan
yang tidak mampu sekolah untuk mendapatkan pendidikan yang layak, dalam program ini Yayasan al-Washilah mengadakan program
sekolah bagi anak jalanan di tingkatan SLTP (SMP) dan SMK (STM) untuk bersekolah secra gratis dan tidak dipungut uang sepeserpun.
4. Radio Dakwah (al Waish 1602 Khz:Pencipta Nuansa Bahagia)
5. Pembinaan Pemuda /Remaja Beriman (Preman)
Tahap-demi tahap pembangunan terus dilalui oleh Yayasan al-Washilah sehingga menjadi Yayasan Pondok Pesantren al-Washilah dengan beberapa sekolah yang berada didalamnya yaitu TK, MI, MTS, SMP dan Madrasah Aliyah
(MA). Sampai sekarang Pondok Pesantren al-Washilah semakin berkembang,
semua program menyesuaikan dengan keadaan lingkungan dan zaman.2
Pondok pesantren Al Washilah ini menjadi istimewa, karena ponpes ini adalah ponpes yang awalnya hanyalah ponpoes untuk anak jalanan, akan tetapi
ponpes ini bisa menjadi ponpes modern sekarang. Kemudianponpes al washilah ini tidak hanya membimbing dalam pendidikan akhirat saja, akan tetapi dibarengi dengan kehidupan dunia yaitu dengan mengembangkan potensi anak-anak santri
terjun langsung (praktek sesuai jurusan). Bahkan pondok pesantren al washilah adalah salah satu pondok pesantren yang termurah dalam biaya masuk
pendaftaran di kota Jakarta Barat, sehingga semua kalangan bisa memasukan anaknya untuk bersekolah dipondok pesantren al washilah ini tanpa memikirkan biaya yang besar.
Ilmu keagamaan dan permasalahan kehidupan sosial diajarkan di Pondok pesantren, yang kemudian pelajaran tersebut akan diterapkan dikehidupan mereka
nantinya ketika sudah terjun ke masyarakat. Dalam proses pembelajarannya pondok pesantren tidak hanya mengandalkan para kiyai dan ustad atau ustdzahnya dalam pengajaran. Walaupun, ustad dan ustadzahnya memliki ilmu dan
2
pengalaman yang luas, akan tetapi mereka pun pasti memiliki pegangan buku/kitab sebagai pedoman mereka dalam proses pembelajaran. Salah satu
buku/kitab yang pondok pesantren al washilah gunakan adalah kitab Al Akhlaq
LilBanat.
"Kitab Al AkhlaqLilBanat adalah kitab karya Umar Baradja, yaitu
kitab yang membahas tentang akhlak khusus bagi putri. Demikian ini karena putri sekarang akan menjadi ibu dimasa mendatang. Apa bila ia besar dalam akhlak yang mulia dan tumbuh dengan pendidikan yang benar, maka ia pun akan menjadi sekolah dasar dimana anak-anak menerima dasar-dasar
kebaikan dan tonggak-tonggak kebesaran serta kemuliaan darinya."3
Karena komunikasi berlangsung dalam latar dan lingkungan tertentu, dengan sendirinya ada juga ikatan etika dalam berkomunikasi. Kebermuatan komunikasi ini antara lain juga ditentukan oleh seberapa etis komunikasi yang
dilakukan. Karena itu komunikasi bukan hanya dilakukan dengan landasan nilai-nilai. Dengan kata lain, komunikasi itu dilakukan dengan cara yang baik untuk
mencapai tujuan yang baik atau dilakukan dengan cara bermutu untuk mencapai tujuan bermutu.
Biasanya etika komunikasi itu akan berkaitan dengan etika komunikator saat
menyampaikan pesan, etika pesan, dan etika komunikan dalam menyampaikan pesan. Etika komunikator berkaitan dengan prilaku komunikasi yang etis atau
yang berdadab yang diperlihatkan komunikator. Sedangkan etika pesan berkaitan dengan kualitas kandungan pesan dan tujuan penyampain pesan. Ada pun etika
3
Umar Baradja, Bimbingan Akhlak bagi Putri-Putri Anda,(Surabaya: YPI “Al-Ustadz
UmarBaradja”, 1992), 7. Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor To remove
komunikan berkaitan dengan bagaimana komunikan menerima pesan dan
memandang komunikator sebagai sumber pesan.4
Di dalam kitab Al Akhlaq Lil Banat terdapat pembahasan tentang akhlak
terhadap guru (sopan santun anak perempuan terhadap ustadzahnya), yaitu yang pertama adalah Seorang murid/santri harus mencintai kedua orang tuanya, karena
mereka telah mendidiknya dirumah. Sehingga seorang santri harus mencitai ustadzahnya karena dia telah mendidiknya dengan akhlak mulia, mengajarkan ilmu yang bermanfaat, memberi nasihat yang berguna ketika santri di sekolah.
Kedua Menghormati ustadzahnya seperti menghormati kedua orang tuanya, ketika duduk di depannya maka duduklah denga sopan, berbicaralah dengan sopan,
ketika ustadzahmu berbicara janganlah seorang santri memotong pembicaraannya, tapi tunggulah sampai ustadzahnya selesai berbicara.
Dengarkalah ketika ustadzahmu menjelaskan pelajaran, ketika kamu tidak
paham maka bertanyalah kepada ustadzahmu, dengan lembut dan hormat, sebaiknya kamu mengangkat tangan agar ustadzahmu tahu kalau kamu ingin
bertanya, bertanyalah sesuai pelajaran. Apabila ustadzahmu bertanya sesuatu kepadamu, maka berdirilah kemudian jawab pertanyaan dengan jawaban yang
baik. Seoarang santri tidak boleh menjawab pertanyaan yang bukan diajukan kepada dirinya. Ketiga jika kamu (santri) ingin dicintai oleh ustadzahnya, maka laksanakanlah kewajibanmu, yaitu hadir setiap hari dengan tepat waktu, jangan
absen (bolos) atau terlambat kecuali ada halangan yang benar.
4
Hendaklah masuk kelas ketika jam istirahat habis, jika ustadzamu menegurmu janganlah keralasan dihadapannya dengan alasan-alasan yang tidak benar. Pahamilah seluruh pelajaran, pelajarilah dan hafalkan. Seorang santri asru
memperhatikan kebersihan kitab-kitab, alat-alatmu, dan ketertiban. Hendaklah seorang santri tunduk kepada perintah ustadzahnya dari hatimu, bukan karena
takut hukuman. Janganlah sorang santri marah ketika diberi hukuman oleh sutadzahnya, karena seorang ustadzah tidak akan menghukum kecuali agar kamu melaksanakan kewajiban-kewajibanmu. Keempat walaupun seorang ustadzah
menghukummu, mereka tetap mencintimu dan berharap semoga hukuman itu berguna bagimu. Berterimakasihlah kepadah ustadzahmu atas keikhlasannya
dalam mendidikmu dan jangalah melupakan kebaikannya selama-lamanya. Semua itu pasti ada aturan atau etikanya, sehingga mereka tidak seenaknya ketika berhadapan dengan gurunya/ustadzahnya. Apakah ketika mereka sudah
mempelajarinya akan terimplementasi atau mereka terapkan dalam kehiduapan mereka sehari-hari?
Karena seberapa banyak ilmu yang kita pelajari bahkan kita kuasai jika semua itu tidak di barengi dengan akhlak yang mulia maka ilmu tersebut akan
sia-sia. Sama halnya dengan seberapa banyak teori yang kita pelajari dan kita kuasai akan tetapi jika tidak kita praktekan atau realisasikan maka percuma, ilmu tersebut akan sia-sia dan tidak bermanfaat. Dengan dikajinya kitab aklakulilbanat di
pondok pesantren al washilah dengan secara terus menerus, apakah semua santri akan mengimplementasikan atau menerapkannya di kehidupan sehari-hari
Sehubungan dengan hal di atas, kemudian peneliti tertarik untuk mengetahui tentang apakah terimplementasi materi tentang etika berkomunikasi
dari kitab yang mereka pelajari (kitab Al Akhlaq Lil Banat) ketika mereka
berkomunikasi dengan ustadzahnya. Sehingga Penulis tertarik untuk mengambil
judul skripsi“Implementasi Etika Komunikasi dari Kitab Al Akhlaq Lil Banat
dalam Komunikasi antara Santri dengan Ustadzah di Pondok Pesantren al Washilah Jakarta Barat”
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
Agar penelitian ini terarah dan fokus, untuk itu dalam penelitian ini penulis ingin membatasi masalah yang akan diteliti yaitu peneliti hanya menggunakan juz
1 dan bab 34 yaitu mengenai atau materi tentang etika komunikasi (akhlak murid
perempuan terhadap Guru) dari kitab Al Akhlaq Lil Banat hanya di pondok
pesantren al Washilah Jakarta Barat. Adapun perumusan masalah dalam penelitian
ini :
1. Bagaimana Implementasi etika komunikasi yang digunakan pondok
pesantren al Washilah dari kitab Al Akhlaq Lil Banat terhadap
komunikasi antara Santri dengan Ustadzahnya ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan batasan dan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana implementasi etika komunikasi yang
digunakan pondok pesantren al washilah dari kitab Al Akhlaq Lil Banat
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat membrikan manfaat secara akademis dan
praktis yaitu:
1. Segi Akademis
a. Untuk menambah referensi baru dalam materi mengenai etika
komunikasi khususnya pada konteks etika berkomunikasi antara santri dengan ustadzahnya di Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Hasil penelitian ini memberikan kontribusi terhadap sejarah islam
terutama dibidang etika komunikasi dari sebuah kitab di pondok
pesantren, yaitu kitab Al Akhlaq Lil Banat dan bagaimana etika
komunikas tersebut bisa terimplementasi.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Peneliti sendiri, hasil ini dijadikan sebagai upaya menambah
pengetahuan dan wawasan serta pengalaman, terutama dibidang
etika komunikasi dari kitab Al Akhlaq Lil Banatdan bagaimana
etika komunikasi tersebut bisa terimplementasi di pondok pesantren al Washilah Jakarta Barat.
b. Bagi masyarakat, diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat
dijadikan referensi tambahan dalam bidang komunikasi khususnya
E. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian
Dalam hal ini peneliti menggunakan metode kualitatif dengan pertimbangan bahwa metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan-kenyataan ganda. Metode ini mengahadapkan secara langsung si peneliti dengan
responden.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif.
Sebagaimana pendapat Kirk dan Miller seperti yang dikutip oleh Moeleong, yang menyatakan bahwa penelitian kualitatif "Berusaha mengungkapkan gejala suatu tradisi tertentu yang secara fundamental tergantung pada pengamatan manusia
dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam
bahasannya dan peristilahnya".5
Sedangkan pendekatan deskriptif menurut Moeleong adalah "Laporan
Penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian
laporan".6
2. Sumber dan Jenis Data
Sumber data yang peneliti gunakan untuk memperoleh data yang valid dan
akurat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
5
Lexy J Moeleong, Metodoligi Penelitian Kalitatif, (Bandung:PT. Remaja Rosda Karya Offest, 202), h.3
6Mas’ud Hasan Abdul Qahar kk,
a. Data primer yang dimaksud adalah data pokok yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti. Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, teknik pemilihan informan
yang digunakan penelitian ini adalah sampel bertujuan dimana
teknik ini dalam non-probability sampling yang berdasarkan kepada
ciri-ciri yang dimiliki oleh subjek yang dipilih karena ciri-ciri
tersebut sesuai dengan tujuan peneliti yang akan dilakukan.7 Adapun
data informan dalam penelitian ini bisa dilihat dari tabel berikut :
7
[image:23.595.131.518.223.703.2]Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta:Salemba Humaikan, 2010), ed-3,hal,106
Tabel 01
Subjek Jumlah Alasan
Lurah Pondok Putri 1 orang Melihat, memahami, dan
mengontrol sikap
dankegiaatanustadzahdananak santri selama 24 jam dan
setiap hari dilingkungan
pondok pesantren.
Ustadzah yang
Mengajar Kitab Al
Akhlaq Lil Banat
1 orang Merupakan ustadzah yang
memberikan pelajaran akhlaq
Kerangka Subyek Penelitian Sumber: Data Primer
Dalam memilih sampel untuk anak santri, peneliti menggunaka kriteria usia anak santri yang remaja berdasarkan usia 16 sampai dengan 18 tahun. Adapun mengutip Hurlock dalam Yudarik Jahja, membagi masa remaja awal (13
hingga 16 atu 17 tahun) dan masa remaja akhir (17 sampai 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir
individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa
depan.8
Pada usia 17 atau 18 tahun ini biasanya usia yang sudah bisa memutuskan
dan menentukan pillihan serta mendorong sebagian besar remaja untuk berprilaku lebih matang. Adapun ciri-ciri dalam kriteria yang digunakan untuk responden
anak santri adalah :
1. Anak santri.
8
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (jakarta, Kencana Media Group, 2011), ed.1 Cet.1, hal.220
Anak Santri Mereka masuk dalam kriteria
sampel yang peneliti buat untuk daftar responden untuk
2. Sudah menjadi santri 3 tahun atau lebih.
3. Berusia 16 sampai dengan 18 tahun.
b. Data sekunder adalah data yang peneliti peroleh dari hasil
wawancara dan observasi dari berbagai pihak di pondok pesantren al washilah, bahkan dari berbagai literature atau dokumentasi misalnya
berupa buku yang memuat segala informasi terkait dengan judul penelitian.
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah ” informan yang memberi data informasi kepada
peneliti. Orang yang diteliti dikatakan subjek dalam hal ini karena merekalah yang
memberi informasi”.9
Adapun subjek utama yaitu para pemimpin dan ustadzah di ponpes Al Washilah. Subjek pendukung adalah anak-anak santri ponpes al
washilah. Pemilihan subjek ini dilakukan karena mereka memiliki data yang dibutuhkan untuk penellitian.
Objek dalam penelitian adalah konsep atau kata-kata kunci yang diteliti atau
topik peneltian. 10Dalam hal ini yang menjadi objek penelitian adalah etika
komunikasi dari kitab Al Akhlaq Lil Banat dalam komunikasi antara santri dengan
ustadzah di pondok pesantren al Washilah.
9
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta;Kencana Media Group, 2011) ed.1 cet.1, Hal.220
10
4. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan, dimulai dari tanggal 01 April
2016 sampai dengan 31 Mei 2016. Bertempat di Pondok Pesantren Al washilah Jakarta Jln. Kampung Baru, No. 20 Rt. 004/010 Kembanga Utara, Jakarta Barat,
11610.
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti
adalah:
a. Observasi
Observasiadalahpengamatandanpencatatanyang
sistematisterhadapgejala-gejala yang diteliti.11Menurut Kartono
pengertian observasi ialah study yang disengaja dan sistematis tentang
fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Selanjutnya, dikemukakan tujuan observasi adalah mengerti ciri-ciri dan luasnya signifikasi dari interelasinya elemen-elemen
tingkah laku manusia pada fenomena sosial serba kompleks dalam
pola-pola kultur tertentu. 12Pengamatan ini dilakukan dengan melihat dan
mencermati kegiatan santri ketika berkomunikasi dengan ustadzahnya
ketika berada di dalam asrama dan di sekolah. Hasil observasi ini ada di bab 4.
11
Husaini Usman dan Purnomo Setiady, Metodologi Penelitian Sosial.(Jakarta:Bumi Akasara, 200),h.54
12
b. Wawancara
Wawancara berarti “proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya-jawab sambil bertatap muka antara si
penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau informan dengan
menggunakan alat yang dinamakan interview guide (pedoman
wawancara).”13
Dalam penelitian ini yang menjadi sumber adalah para ustdazah dan santri putri pondok pesantren al washilah. Adapun lurah
pondok putri yaitu Ustadzah Hj. Ati Rohayati, SPd.I, Ustadzah yang
mengajar kitab Al Akhlaq Lil Banat ustadzah St. Suaebah Aslamiyah,
SPd.I., dan santri.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah “teknik pengumpulan data yang tidak
langsung ditujukan kepada subjek penelitian. Dokumen yang diteliti
tidak hanya dokumen resmi”.14 Teknik dokumentasi sudah lama
digunakan dalam penelitian sebagai sumber data, “karena dalam
banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk
menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan”.15
Peneliti menggunakan metode dokumentasi untuk mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan penelitian. Untuk melengkapi data
13
Moh. Nazir, Metode Penelitian. (Jakarta:Galia Indonesia. 1999).h.63 14
Irwan Soehartono, Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2004), h.70
15
yang sudah diperoleh melalui observasi dan wawancara. Data-data tersebut berasal dari artikel, media elektronik, dan foto-foto sebagai lampirannya.
6. Teknik Pengolahan Data
Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan
menggunakan teknik (triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus samapai
datanya jenuh.16 Dalam penelitian seluruh temuan harus dicek keabsahannya,
agar hasil penelitiannya dapat dipertanggungjawabkan dan dibuktikan. Untuk
mengecek keabsahan temuan ini teknik yang dipakai oleh peniliti adalah triangulasi.
Triangulasi menurut Moeloeng adalah "teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data itu”,17
Pengolahan data yang dilakukan
oleh peneliti adalah :
1. Triangulasi Data, yaitu dengan cara membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, data hasil wawancara dan data hasil denga dokumentasi. Hasil perbandingan ini diharapkan dapat menyatukan persepsi atas data yang diperoleh.
2. Triangulasi Metode, yaitu dengan cara mencari data lain tentang sebuah fenomena yang diperoleh dengan menggunakan metode yang beebeda yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi. Kemudian hasil yang diperoleh dengan menggunakan metode ini dibandingkan dan disimpulkan sehingga memperoeh data yang bisa dipercaya. 3. Triangulasi Sumber, yaitu dengan cara membandingkan kebenaran
suatu fenomena berdasarkan data yang diperoleh oleh peneliti, baik
dilihat dari dimensi waktu maupun sumber lainnya.18
16
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kulaitatif dan R&D.( Bandung:Alfabeta, 2013), h.243
17
Lexy J Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif,hlm. 178 18Rofa’atul Fauziyah, Aplikasi Pembelajaran
Kitab Al-akhlâq Lil Banîn Dalam
7. Teknik Analisis Data
Analisis Data menurut Moeleong adalah proses mengorganisasikan dan menggurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga
dapat ditemukan tema dan dapat dirumusan hipotesis kerja seperti yang
disarankan oleh data.19Teknik Analisis data yang digunakan peneliti yaitu dengan
melakukan langkah-langkah sebagai berikut: 20
a. Tahap pertama adalah pengumpulan data yang didapat saat observasi
dan wawancara di lapangan.
b. Tahap kedua adalag reduksi data, dimana reduksi adalah
merangkum, memilih hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
c. Tahap ketiga tahap display data adalah tahap penyajian data, dimana
dalam penyajian data yang sudah dikelompokkan akan disajikan
dalam bentuk uraian singkat, hubungan anatara kategori, flowchart
dan sejenisnya.
d. Tahap keempat adalah tahap penarikan kesimpulan atau verifikasi
atas data yang sudah disajikan.atau menarik kesimpulan.
Jombang.(Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2011), h.11
19
Lexy J Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif, h.103 20
8. Pedoman Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan pedoman penulisan skripsi karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) yang dterbitkan oleh CeQDA
April 2007.
F. Tinjauan Pustaka
Buku yang dijadikan tinjauan pustaka oleh peneliti adalah buku sebagai berikut :
1. Kitab Al Akhlaq Lil Banat juz 1. Karangan Al Ustadz Umar Baradja
(terjemahan jilid 1).
2. Buku Teori Komunikasi (Sejarah, Metode, dan Terapan di dalam Media
Massa), karangan Warner J. Severin, James W dan Tankard, Jr. Tahun 2001.
3. Buku Etika Komunikasi Richard L. Johanesen. Pengantar Dr. Deddy
Mulyana, M.A. 1996.
Kemudian penelitian terhadap kitab ini di lingkungan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta sebelumnya belum ada. Namun demikian, ada beberapa penelitian terhadap kitab ini dan di lakukan pada Magister atau S2. Penelitian
mengenai ini penulis telusuri melalui website-website dan sebagian bias (dibaca secara keseluruhan). Menurut penulis ada beberapa perbedaan yang signifikan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang penulis lakukan, khususnya
Implementasi Pendidikan Islam di Pondok Pesantren Jagasatru Kota Cirebon. Disusun oleh Jazuli untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Islam, di Institut Agama Isam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon tahun 2012.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui latar belakang berdirinya Pondok Pesantren Jagasatru Kota Cirebon. Menjelaskan kurikulum yang digunakan di
Pondok Pesantren Jagasatru Kota Cirebon. Menggambarkan proses pelaksanaan pendidikan Islam di Pondok Pesantren Jagasatru Kota Cirebon, dan Menunjukan faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi pendidikan Islam di
Pondok Pesantren Jagasatru Kota Cirebon.
Pola Pembentukan Akhlak dalam Kitab Al Akhlaq Lil Banin dan Kitab Al Akhlak Lil Banat Karya Umar Bin Ahmad Baraja (Kajian Pedagogis dan Psikologis). Disusun oleh Agung Nugroho untuk memperoleh gelar Magister di Institut Agama Isam Negeri (IAIN) Antasari Banjarmasin. Penelitian ini
dilakukan untuk mendeskripsikan pembentukan akhlak dalam kitab tersebut dengan menggunakan pendekatan pedagodis dan psikologis. Pendekatan
pedagogis digunkan untuk mendeskripsikan pola pembentukan akhlak mulai dari tujuan, materi, pendekatan dan metode. Sedangkan pendekatan psikologis
digunakan untuk mengidentifikasi kadar dan tingkat kesesuaian materi, pendekatan dan metode dengan tingkat perkembangan kognitif, afektif dan sosial
moral anak. Tesis ini merupakan penelitian kepustakaan.21
21
G. Kerangka Teoritis
Teori yang mendasari studi ini adalah teori Deontologis, dimana pemikiran
etis yang menyatakan bahwa baik buruknya tindakan tidak diukur dari akibat yang ditimbulkan, tetapi berdasar sifat tertentu dari hasil yang dicapainya. Ini berarti ada kewajiban moral atau keharusan etis yang harus dipatuhi. Ada dua jenis
pemikiran deontologis, yaitu deontologist tindakan dan deontologist aturan. Deontologis tindakan menyatakan bahwa baik dan buruknya tindakan dapat
dirumuskan atau diputuskan dalam dan untuk situasi tertentu dan sama sekali tidak ada peraturan umum. Deontologis aturan adalah bahwa kaidah moral dan tindakan baik-buruk diukur dari aturan yang berlaku secara universal, bersifat
mutlak, dan tidak dilihat dari baik buruknya akibat perbuatan itu.22
Dikatakan oleh Immanuel Kant (1734-1804), kemauan baik harus dinilai
baik pada dirinya sendiri terlepas dari apa pun juga. Dalam menilai seluruh tindakan kita, kemauan baik harus selalu dinilai paling pertama dan menjadi
kondisi dari segalanya.23 Moral manusia bagi Kant berarti rasa kewajibannya.
Hukum alam timbul di dalam batin manusia sebagai rasa kewajiban atau juga disebut kata hati. Kewajiban manusia ialah patuh pada hukum moral di dalam batinnya. Hukum moral yang menghendaki supaya kewajiban seseorang harus
berada di atas keinginan dan dorongan alamnya, terkenal dirumuskan dengan
22
Muhammad Mufid. Etika dan Filsafat Komunikasi. (kencana:Jakarta, 2010) hal. 183-185. 23
ungkapn “ Du Sollst” (kamu harus). Bagi Kant perbuatan yang baik, ialah yang
dilakukan dengan kemauan atau niat yang baik.24
H. Sistematika Penulisan
Agar penulisan skripsi ini lebih sistematis dan saling berhubungan antara satu bab dengan bab berikutnya, maka penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima
bab, adapun susunannya adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis memaparkan tentang latar belakang masalah, batasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan
sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini penulis memaparkan bebarapa landasan teori-teori relevan yang digunakan dalam penulisan skripsi yang diperoleh dari berbagai sumber seperti buku referensi maupun internet.
BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN
AL WASHILAH DAN KITAB AL AQHLAK LIL BANAT
Dalam bab ini penulis akan memaparkan beberapa hal
diantaranya meliputi profil Pondok Pesantren al Washilah, sejarah berdirinya, kondisi umum, visi-misi, tujuan, dan program pondok
pesantren al Washilah Jakarta Barat.
24
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Dalam bab ini penulis akan memaparkan hasil temuan data dilapangan mengenai, apakah terimplementasi etika komunikasi
dari kitab Al Akhlaq Lil Banatdalam komunikasi antara santri
dengan ustadzah di Pondok Pesantren Al Washilah Jakarta Barat.
BAB V PENUTUP
22
BAB II
LANDASAN TEORI A. Implementasi
1. Pengertian Implementasi
Implementasi adalah kegiatan yang kita lakukan setelah kita mendapatkan
sebuah materi. Ketika kita sudah mempelajari, menelaah, kemudian mengerti, maka selanjutnya adalah melakukan kegiatannnya dalam kehidupan kita
sehari-hari. Akibat dari kegiatan yang kita lakukan maka secara tidak langsung akan bertambahnya pengetahuan kita, keterampilan kita, dan akan mengubah prilaku kita.
Hal ini di jelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa
Implementasi adalah pelaksanaan atau penerapan.1Implementasi juga merupakan
suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan,
keterampilan, maupun nilai, dan sikap. Implementasi dapat berarti “put something
into effect”, (penerapan sesuatu yang memberikan efek /dampak).2
2. Tahapan Implementasi
Ketika berbicara tentang pelaksanaan atau penerapan sebuah kegiatan maka semua itu tidak semata-mata berlangsung sesuai dengan yang kita inginkan. Tapi semua itu ada prosesnya, ada poin-poin atau bagian-bagian tertentu yang harus
kita tentukan dan kita jalani. Seperti trik apa yang akan kita gunakan, kemudian kita koordinir, siapa yang maju terlebih dahulu, membagikan tugas, tentukan siapa
1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indinesia. (Jakarat: Balai Putaka, 1988 )h.327
2
yang menjadi ketuanya, kemudian siapa yang bisa mengatur dan mengurus
semuanya agar rencana yang disusun berjalan dengan baik. Itu semua harus di tentukan dan dipersiapakan diawal sebelum pelaksanaannya.
Adapun tahapan implementasi itu diawali oleh strategi implementasi, pengorganisasian, penggerakan dan kepemimpinan serta pengendalian.Tahapan-tahapan ini pada dasarnya dilakukan sebagai cara untuk meruntut apa yang harus
dilakukan sehingga runtutan itu menjamin terciptanya kesinambungan program
yang akan dilaksanakan.3
B. Etika Komunikasi 1. Pengertian Etika
Ketika membahas tentang etika, kita tidak bisa membahasnya dengan
berdasarkan satu bidang atau satu sisi saja, akan tetapi kita bisa membahasnya dari semua sisi. Karena semua bidang pasti memiliki sebuah etika. Etika merupakan
prilaku yang kita tunjukkan dalam kehidupan sehari-hari kita berdasarkan kebudayaan yang kita miliki atau kita panuti.
Secara etimologi (bahasa) “etika”berasal dari kata bahasa Yunani, yaitu
ethos. Dalam bentuk tunggal, “ethos” berarti tempat tinggal biasa, padang rumput,
kandang, kebiasaan, adat, akhlak perasaan, cara berfikir. Dalam bentuk jamak, ta
etha berarti adat kebiasaan.4
3
Murniati dan Nasir Usman, Implementasi Manajemen Stratejik dalam Pemberdayaan Sekolah Menengah Kejuruan, (Bandung:Citapustaka Media Perintis, 2009), cet-I, h.162-163
4
Etika pun bisa dikatakan sebagai sebuah ajaran. Ajaran tentang prilaku baik
itu seperti apa, kelompok nilai atau asas yang berkenaan dengan moral, dan point betul atau tidaknya sesuatu.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang lama, “etika” dijelaskan
sebagai: “ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral)”. Jadi kamus lama
hanya mengenal satu arti, yaitu etika sebagai ilmu. Sedangkan dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia yang baru, disitu “etika“ dijelaskan dengan membedakan
tiga arti:5
1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, dan tentang hak
dan kewajiban moral (akhlak),
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat.
Etika juga bisa dikatakan sebuah materi atau pembelajaran, sedangkan moral bersifat kegiatan atau pelaksanaanya. Etika mencari dan menimbang sesuatu yang indah dan yang tidak, dan moral mengatakan takaranyang indah
bagaimana prilaku manusia ketika di dalam lingkungan sosial khusus.
Seperti yang di katakan Sidi Gazalba, etika bersifat teori, moral bersifat
praktek. Yang pertama membicarakan bagaimna seharusnya, yang kedua bagaimana adanya. Etika menyelidiki dan mempertimbangkan tentang yang baik dan yang buruk, moral menyatakan ukuran yang baik tentang tindakan manusia
5
dalam kesatuan sosial tertentu. Moral pada dasarnya dibentuk oleh etika, ia
merupakan muara etika.6
Etika adalah bagian dari filsafat. Etika selalu menyelidiki sebuah penjelasan
(benar) sampai ke akar-akarnya. Etika selalu menganggap menyelidiki patokan baik-buruknya prilaku manusia sebagai sebuah pekerjaan tertentu.
Etika merupakan cabang dari filsafat. Etika mencari kebenaran dan sebagai filsafat ia mencari keterangan (benar) yang sedalam-dalamnya. Sebagai tugas tertentu bagi Etika, ia mencari ukuran baik-buruknya bagi tingkah-laku manusia.
Etika hendak mencari, tindakan manusia manakah yang baik.7
Adapun macam-macam etika yaitu etika deskriptif dan etika normatif.
Pertama etika deskriptif, mencoba melihat dengan kritis atau secara nyata tingkah laku manusia dan kegiatan seperti apa yang mereka anggap penting yang mereka lakukan setiap harinya dalam kehidupan mereka. Kedua yaitu etika normatif,
mencoba menentukan bermacam tingkah laku yang sempurna yang semestinya dilakukan oleh manusia, dan apa yang seharusnya kita lakukan agar kehidupan yang kita jalani selama ini memiliki nilai yang berharga.
Etika deskriptif membahas tentang kenyataan yang ada, yaitu nilai dan pola prilaku manusia menjadi sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dan
kenyataan yang pasti yang menyeluruh. Sedangkan etika normatif, membahas tentang norma-norma yang menjadi panutan prilaku manusia, memberi arahan, membimbing bagaimana seharusnya kita berprilaku sesuai dengan norma yang
ada dan menjauhi prilaku yang tercela.
Seperti yang dijelaskan oleh Burhanudin, “dalam kaitan dengan nilai dan
norma yang digemuli dalam etika, kita menemukan dua macam etika: 1) Etika
6
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta:Gramedia Pustaka utama, 2002), h.672 7
deskriptif, yang berusaha meneropong secara kritis dan dan rasional sikap dan pola prilaku manusia dan apa yang dikerjakan oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif berbicara mengenai fakta apa adanya, yang mengenai nilai dan pola prilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang konkret yang membudaya. 2) Etika normatif, yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yan seharusnya dijalankan oleh manusia, dan apa tindakan yang seharusnya diambil oleh manusia untuk mencapai apa yang bernilai dalam hidup ini. Etika normatif berbicra mengenai norma-norma yang menuntun tingkah laku manusia, serta memberi penilaian dan himbawan kepada manusia untuk bertindak sebagaimana seharusnya berdasarkan
norma-norma.8
Sebenarnya dari semua teori etika dan penerapannya,ujung dari apa yang manusia lakukan dalam kehidupannya selama ini, yang mencoba berbuat baik, mengindari perbuatan tercela, baik itu perbuatan yang biasa ataupun luar biasa,
yaitu tidak halnya manusia mencari sebuah kesenangan, manusia ingin senang dan nyaman selama mereka hidup. Kesenangan inilah yang dijadikan inti dalam
kehidupan mereka yang selalau di buru oleh manusia sealam hidupnya.
Umumnya tujuan akhir ini dari dari seluruh tindakan kecil dan besar yang kita ambil dan ajalankan dalam kehidupan sehari-hari tidak lain adalah
kebahagiaan. Inilah nilai tertinggi yang selalu dikejar oleh manusia dalam
hidupnya.9
Sopan santun, etiket, budi pekerti, susial sebenranya mempunyai komitmen yang memiliki sama makna dengan etika, akhlak dan moral, namun jika sopan santun, etika, budi pekerti, susila lebih merujuk seperti apa tindakan itu terjadi,
dan hanya dalam lingkup pertemanan, biasa saja, dan manusia hanya dilihat dari sisi lahirnya.
8
Burhanudin Salam, Etika Sosial (Asas dalam Kehidupan Manusia) , (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), cet. 1. Hal 3-4
9
Sedangkan istilah lain yang sering didengar adalah sopan santun, etiket,
budi pekerti, susila pada dasar prinsipnya juga mempunyai makna yang sama dengan etika, akhlak dan moral, dengan catatan bahwa sopan santun, etika, budi
pekerti, susila lebih menekankan pada bagaimana suatu perbuatan itu dilakukan, hanya berlaku dalam pergaulan, bersifat relatif, dan memandang manusia dari segi
lahirnya saja.10
Akhlak merupakan tingkah laku atau sikap manusia yang selalu terjadi dalam kehidupnnya sehari-hari bahkan bisa disebut sebagai sebuah adat, sikap
tersebut selalu tercermin atau diperlihatkannya secara nyata. Tidak hanya itu, setiap prilaku yang di tunjukkan oleh manusia secara nyata secara tidak langsung
dapat berpengaruh terhadap perasaaan orang lain.
Dalam Lisan al-Arab, makna akhlak adalah perilaku seseorang yang sudah
menjadi kebiasaannya, dan kebiasaan atau tabiat tersebut selalu terjelma dalam
perbuatannya secara lahir. Pada umumnya sifat atau perbuatan yang lahir tersebut
akan memengaruhi batin seseorang.11
Dengan melihat rumusan pengertian diatas pada dasarnya istilah tersebut
bermuara pada satu makna yaitu tentang baik dan buruknya, pantas tidak pantasnya, diterima atau ditolak perbuatan manusia. Maka untuk lebih terlihatnya
perbedaan antara akhlak (moralitas Islami) dibandingkan dengan berbagai istilah yang lahirnya perlu dikemukakan beberapa karakteristik akhlak/etika Islam
(miralitas Islam) itu, yaitu:12
10
Kasmuri Selamat dan Ihsan Sanusi, Akhlak Tasawuf : Upaya Meraih Kehalusan Budi dan Kedekatan Ilahi, (Jakarta:Kalam Mulia, 2012), h.4-5
11
Muhammad Abdurahman, Akhlak; Menjadi Seseorang Muslim Berakhlak Muia,
(Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada, 2016), cet.1, hal.6 12
a. Akhlak/etika Islam mengajarkan dan menuntun manusia kepada
tingkah laku yang baik dan menjauhkan dari tingkah laku yang buruk.
b. Etika Islam menetapkan bahwa yang menjadi sumber moral, ukuran
baik dan buruk adalah Allah SWT.
c. Etika Islam bersifat universal dan komprehensif dapat dijadikan
petunjuk dan pedoman bagi seluruh umat manusia kapan dan dimanapun.
d. Etika Islam mengatur dan mengarahkan fitrah manusia kejenjang
akhlak yang luhur dan meluruskan perbuatan manusia.
Hampir sama dengan etika dan moral, ilmu akhlak merupakan materi atau
pembelajaran yang membahas tentang prilaku atau sikap manusia, sedangkan akhlak adalah sikap atau prilaku manusianya.
Akhlaq dan Ilmu Akhlaq memiliki perbedaan, akhlaq diartikan sebagai
tingkah laku manusia, sedangkan ilmu akhlaq diartikan sebagai teori yang
mempelajari tingkah laku manusia.13
Berdasarkan pengertian dan penjelasan diatas, dapat dikatakan bahwa etika
adalah suatu ilmu aturan yang ada di dalam diri kita yang selanjutnya harus diikuti, karena etika merujuk kepada suatu kebaikan dan kebenaran, yang nantinya
etika menjadi sebuah kebiasaan atau adat manusia selama berada dalam kehidupannya. Etika memiliki arti yang sama dengan akhlak, sehingga ketika kita membahas sebuah etika maka tidak akan lepas dari pembahasan akhlak yang
dimiliki manus, yang sebenarny sudah tertanam dalam diri manusia sejak lahir.
13
Mahjuddin, Akhlak Tasawuf II;Pencarian Ma’rifah Bagi Sufi Klasik dan Penemuan
Akhlak atau etika Islam sebagai sebuah pedomanyang harus dilaksanakan
umat jelas bersumber dari al-Qur’an dan pemikiran manusia itu sendiri.
a. Diantara ayat al-Quran yang menjadi sumber ajaran akhlak
diantaranya:
َه ا و ج ْرَي اك ْ َ ل ٌةَنَسَح ٌةَوْس ا ه ْو س َر ْيف ْم َل َ اَك ْدَقَل
ارْيثَك َهَرَكَ َو َرخ َ ْاا َم ْوَيْلاَو
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada ( diri )Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (QS.al-Ahzab/33:21)
Sikap atau tingkah laku manusia merupakan inti dari pembahasan dari ilmu
etika, dan baik-tidaknya atau benar-tidaknya sikap merupakan inti formulanya yang merujuk kepada norma moral atau aturan yang berlaku. Norma moral dijakdikan sebagai ukuran manusia itu sudah bersikap baik atau tbelum.
Objek material ilmu etika adalah, tingkah laku atau tindakan manusia sebagai manusia: sedangkan objek formulanya adalah segi baik-buruknya atau
benarsalahnya, tindakan tersebut berdasarkan norma moral. Penilaian dan putusan tentang apakah tingkah laku seseorang dapat dikatakan baik atau buruk, atau apakah tindakannya sebagai manusia itu benar atau salah secara moral tentunya
mengandaikan adanya suatu tolek ukur disebut norma moral.14
Sikap dan prilaku manusia biasanya ada yang dilakukan dengan sesuai
keinginan manusia itu sendiri, dan ada sikap atau prilaku yang mereka lakukan
14
tanpa keinginannya, namun dengan secara spontan prilaku tersebut terjadi begitu
saja.
Secara umum perbuatan manusia dapat dikelompokkan menjadi dua: 15
a. Perbuatan yang lahir dengan kehendak dan disengaja
b. Perbuatan yang lahir tanpa kehendak dan tidak disengaja
Dari dua bentuk perbuatan itu maka bagian yang pertamalah yang menjadi objek kajian ilmu akhlak. Sedangkan yang kedua bukanlah menjadi objek kajian ilmu akhlak. Namun sebagai pertimbangan untuk melihat apakah perbuatan itu
disengaja atau tidak.
2. Sistematika Etika
Ada etika umum ada etika khusus. Pertama, etika umum yaitu membahas tentang keadaan-keadaan awal pertama kali ketika manusia berprilaku nyata, membuat kepastian nyata, pembahasan atau teori tentang etika, aturan-aturan
awal moral yang dimiliki dan memang seharusnya menjadi panutan bahkan menjadi ukuran ketika melihat prilaku baik dan tidaknya prilaku manusia.
Etika secara umum dapat dibagi menjadi etika umum dan etika khusus.
Etika umum berbicara mengnai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori
etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam
bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik buruknya suatu tindakan.16
Kedua, etika khusus merupakan pelaksanaan atau praktek aturan moral
ketika dalam bidang tertentu. Pelaksaan ini nampak keadaannya, ketika seseorang
15
Kasmuri Selamat dan Ihsan Sanusi, Akhlak Tasawuf : Upaya Meraih Kehalusan Budi dan Kedekatan Ilahi, (Jakarta:Kalam Mulia, 2012), h.7
16
membuat kepastian, melakukan kegiaatan tertentu dalam kesehariannya, sesuai
dengan materi-materi dan aturan-aturan moral dasar seharusnya yang telah dipelajari.
Etika khusus adalah penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud:Bagaimana saya mengambil
keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang saya
lakukan, yang didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar.17
Dalam etika khusus terpecah lagi menjadi dua bagian yang lebih diperinci,
yaitu etika individu dan etika sosial. Pertama, etika individu membahas tentang sebuah kewajiban dan prilaku yang dimiliki oleh seseorang, berdasarkan orang
tersebut. Kedua, etika sosial yaitu membahas tentang tanggung jawab atau kewajiban, prilaku, dan pandangan sebagai kelompok atau bagian dari seluruh manusia.
Etika khusus dibagi lagi menjadi dua, yaitu etika individu dan etika sosial. Etika individual menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri. Etika sosial berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola prilaku
manusia sebagai anggota umat manusia.18
Etika sosial membicarakan bagaimana manusia berhubungan dengan
manusia lainnya, baik manusia itu sendiri atau kelompok. Prilaku yang banyak menimbulkan pertanyaan terhadap pemikiran dunia zaman sekarang, tingkah laku dan cara pandang terhadap dunia, alam serta kewajban manusia kepada manusia
17
Burhanudin Salam, Etika Sosial (Asas dalam Kehidupan Manusia) , (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), cet. 1. Hal 7
18
lainnya. Etika yang memang harus mereka gunakan dalam kehidupan sosialnya
seperti ketika mereka berada di dunia pendidikan, kerja dan sebagainya.
Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia baik secara
perorangan dan langsung maupun secara bersama dan dalam bentuk kelembagaan (keluarga, masyarakat, negara), sikap kritis terhadap pandangan-pandangan dunia
dan ideologi, sikap dan pola perilaku dalam bidang kegiatan masing-masing, maupun tentang tanggung jawab manusia terhadap makhluk hidup lainnya serta
alam semesta pada umumnya.19
Etika Umum
Etika Etika Individual
Etika Khusus Sikap terhadap Biomedis
Etika Sosial sesama Bisnis
Etika Keluarga Hukum
Etika Profesi Guru/Dosen
Etika Politik Pekerja Sosial
Etika Lingkungan Hidup ABRI
Kritik Ideologi Wartawan
I.Pengetahuan Dan Lain-lain Sesungguhnya membangun dan membuat manusia sadar terhadap kewajiban mereka bahwa mereka itu berada dalam lingkungan sosial di setiap
keadaanya merupakan sesuatu yang menjadi tujuan bahkan fungsi etika sosial tersebut.
Tujuan dan fungsi dari etika sosial pada dasarnya adalah untuk menggugah kesadaran kita akan tanggung jawab kita sebagai manusia dalam kehidupan
bersama dalam segala dimensinya.20
19
Burhanudin Salam, Etika Sosial (Asas dalam Kehidupan Manusia) , (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), cet. 1. Hal 8
20
Tidak hanya itu, adapula yang dinamakan dengan akhlak. Akhlak berada
di mana-mana dalam kehidupan sehari-hari manusia, seperti dalam dunia sekolah yang di dalamnya berada sebuah interaksi antara pengajar dan siswa, serta adapula
sebuah aturan-aturan seperti sebuah penghormatan yang harus di patuhi oleh keduanya.
Sebagaimna dimaklumi bahwa akhlak terdapat dalam setiap lingkungan pergaulan hidup manusia, maka demikianlah dalam lingkungan perguruan, pendidikan dan pengajaran, di mana terdapat hubungan antara guru dan murid
terdapat pula prinsip-prinsip kesopanan yang perlu dilaksanakan oleh semua
pihak.21
Di lingkungan pembelajaran seoarang guru berinteraksi langsung dengan siswanya, namun guru pun penting tertanam dalam dirinya sendiri untuk mengikuti aturan-aturan yang semestinya mereka lakukan dan harus mereka ikuti,
mereka tidak bisa bersikap seenaknya. Sebagai seorang guru ketika mereka menyalurkan ilmunya dan mendidik siswanya harus rela, ikhlas, penuh kasih sayang, bersikap bijaksana, menempatkan waktu yang sesuai dengan kebutuhan
masing-masing dan seorang guru pun tidak hanya mengajari melalui materi saja, akan tetapi harus menjadi contoh yang baik bagi siswa-siswanya.
Dalam suasana pengajaran berlangsung, guru berhadapan dengan murid (pelajar). Dalam hubungan ini guru harus berpegang kepada kode etik yang sesuai dengan fungsinya, yakni: niat ikhlas, kasih sayang, hikmah kebijaksanaan,
memilih waktu yang tepat, serta memberi teladan.22
21
Burhanudin Salam, Etika Sosial (Asas dalam Kehidupan Manusia) , (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), cet. 1. Hal 21
Sebagai seorang siswapun demikian, ketika di sekolah mereka berinteraksi
dan berkomunikasi dengan gurunya. Ketika mereka di sekolah dan berhadapan dengan gurunya maka mereka harus mengikuti aturan-aturan kesopanan yang ada
sesuai dengan semestinya. Karena ketika kita menjadi seorang siswa, dimana kita memerlukan ilmu serta berkah dari ilmu yang kita pelajari dari guru kita. Ketika
kita belajar kita harus mempunyai niat yang baik, tekad (kemauan) yang tinggi, serius dalam mengikuti pelajaran, mengikuti serta menghormati guru kita.
Seperti yang di katakan oleh Burhanudin Salam, “Dalam menghadapi
seorang guru, maka murid harus melaksanakan prinsip-prinsip adab yang baik sesuai dengan kedudukannya selaku orang yang membutuhkan hikmah
pengetahuan. Adapun adab tersebut meliputi:niat, azam (kemauan keras), tekun,
patuh (hormat)”.23
3. Ukuran Baik dan Buruk
Ketika membicarakan atau membahas etika sebagai filsafat prilaku manusia, maka pembahasan ini melihat tolak ukur baik buruknya prilaku manusia. Namun tolak ukur tersebut bersifat universal bagi seluruh manusia. Adapun hal
yang berhubungan dengan penjelasan ini di bahas dalam teori-teori deontologis dan teleologis. Teori deontologis ini menggali tolak ukur baik buruknya prilaku
dan peraturan tersebut. Sedangkan teori teleologis adalah yang menjadi tolak ukur baik buruknya dampak yang ada.
Dalam etika sebagai filsafat tentang tingkah laku, antara lain dibicarakan
apakah ukuran baik dan buruknya kelakuan manusia. Yang dicari adalah ukuran yang bersifat umum yang berlaku bagi semua manusia dan tidak hanya berlaku
23
bagi sebagian manusia. Pada garis besarnya teori-teori yang berkenaan dengan hal
ini dapat digolongkan pada dua golongan. Teori-teori yang deontologis yang mencari ukuran baik buruknya perbuatan pada perbuatannya dan aturannya
sendiri, dan teori-teori yang teleologis yang mengukur baik buruknya perbuatan
dari akibat-akibat yang ditimbulkannnya.24
Dalam etika deontologis ketika manusia memiliki niat dan keinginan baik, maka harus kita hargai dan melihatnya bahwa itu baik untuk pribadinya dan tidak usah memikirkan yang lainnya. Semua prilaku yang kita lakukan dan keinginan
baik kita yang kita tanamkan dalam hati harus di proritaskan.
Atau sebagaimana dikatakan oleh Immanuel Kant (1734-1804), kemauan
baik harus dinilai baik pada dirinya sendiri terlepas dari apa pun juga. Dalam menilai seluruh tindakan kita, kemauan baik harus selalu dinilai paling pertama
dan menjadi kondisi dari segalanya.25
Dalam hidup ini semua yang kita miliki dalam diri kita dan semua yang kita lakukan di dunia ini tidak ada gunanya dan tidak akan bermanfaat ketika kita mengawalinya tidak dengan niat dan kemauan yang baik. Tidak hanya itu ketika
kita melakukan sesuatu dengan mengawalinya dengan niat dan kemauan yang baik maka secara tidak langsung kita sudah menjalankan kewajiban yang memang
semestinya kita jalankan.
Ada dua hal pokok yang di tekankan oleh Kant, seorang filsuf yang paling
berpengaruh dalam etika deontologi :26
24
Burhanudin Salam, Etika Sosial (Asas dalam Kehidupan Manusia) , (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), cet. 1. Hal 67
25
Burhanudin Salam, Etika Sosial (Asas dalam Kehidupan Manusia) , (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), cet. 1. Hal 69
26
a. Tidak ada hal di dunia ini yang bisa dianggap baik tanpa kualifikasi
kecuali kemauan baik. Kepandaian, kearifan, penilaian, dan bakat lainnya bisa merugikan kalau tidak didasarkan pada kemauan baik.
b. Dengan menekankan kemauan baik, menurut Kant, tindakan yang
baik adalah tindakan yang tidak saja sesuai dengan kewajiabn
melainkan tindakan yang dijalankan demi kewajiban.
Sedangkan etika teleologis mengukur baik buruknya sebuah prilaku sesuai dengan keinginan yang ingin di capai dengan prilaku tersebut, atau merujuk pada
dampak yang ada karena prilaku tersebut. Sebuah prilaku akan dianggap baik jika memiliki sesuatu tujuan yang baik, dan tujuan tersebut dapat dicapai.
Etika ini justru mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu. Suatu tindakan dinilai baik, kalau bertujuan
mencapai sesuatu.27
4. Dimensi-Dimensi Etika
Etika komunikasi bukan membahas tentang perbuatan atau sikap seorang
komunikator (pelaku komunikasi) saja, tidak ada batasan baginya. Etika komunikasi berkaitan dengan semua bidang seperti praktek isntitusi, hukum,
kelompok, sosial, politik bahkan dunia bisnis yang berhubungan dengan ekonomi. Sesuatu yang ingin dicapai, perlengkapan, dan aktor serta proses berlangsungya komunikasi tersebut merupakan dimensi etika komunikasi yang tidak bisa di
pisahkan sat sama lain.
27
Etika komunikaasi tidak hanya berhenti pada masalah perilaku aktor
komunikasi (wartawan, editor, agen iklan, dan pengelola rumah produksi). Ia tidak dibatasi hanya pada deontologi jurnalisme. Etika komunikasi berhubungan
juga dengan praktek institusi, hukum, komunitas, struktur sosial, politik dan ekonomi. Maka aspek sarana atau etika strategi dalam bentuk regulasi sangat
perlu.Etika komunikasi memiliki tiga dimensi yang terkait satu dengan yang lain,
yaitu tujuan, sarana, dan aksi komunikasi itu sendiri.28
5. Kaitan Etika dengan Komunikasi
Komunikasi tidak dapat lepas dari semua bidang dalam kehidupan manusia, setiap kegiatan yang terjadi pasti memiliki atau terdapat proses
terjadinya komunikasi. Mereka selalu berusaha bagaimana caranya pertukaran informasi berjalan dengan baik sehingga tujuan yang diinginkan berjalan dengan baik, dapat terpenuhi dan memberikan pengaruh.
Filsuf H.P Grice memandang percakapan sehari-hari sabagai salah satu jenis prilaku manusia yang bertujuan dan rasional. Ia berusaha menyingkapkan beberapa harapan dasar yang perlu dipenuhi supaya percakapan, baik saling
menukar informasi maupun berusaha untuk mempengaruhi, memadai.29
Ilmu etika yang selama ini kita pelajari dan berusaha untuk kita terapkan
sebenarnya semua merujuk kepada kebudayaan dan ajaran Agama sendiri. Dimana komunikasi yang baik adalah komunikasi yang berjalan secara baik dan benar. Bahkan jika dilihat dari ajaran Agama Islam kita sebagai umat manusia
harus menjalankan amar ma’ruf nahi munkar, menjalankan kebaikan dan
menghinrai keburukan atau sikap tercela, dan kita sebagai umat islam harus
28
Etika Komunikasi, (Yogyakarta:Kanisius (anggota IKAPI), 2007). Cet. 1. Hal 43-44 29
memiliki pondasi yang kuat yaitu iman dan takwa, agar proses kehidupan yang
kita jalani bisa berjalan dengan baik, begitupun proses komunikasi yang kita jalani akan berjalan dengan baik.
Kalau etika dikaitkan dengan komunikasi, maka itu berarti bahwa komunikasi harus berlangsung secara baik dan benar. Di sini kemudian etika
komunikasi dilihat dari segi kebudayaan dan Agama, sehingga etika komunikasi menjadi jelas bahwa komunikasi itu berlangsung secara baik dan benar menurut nilai-nilai budaya atau Agama yang dianut oleh suatu masyarakat. Kemudian
kalau dilihat dari segi etika Islam Komunikasi itu harus didasarkan pada iman dan
takwa serta diarahkan untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar atau
memerintahkan kebaikan dan mencegah keburukan. 30
6. Implementasi Etika Komunikasi
Kita hidup di dalam dunia yang memiliki banyak Agama dan banyak
kebudayaan, sehingga secara otomatis masing-masing dari kita mempunyai agama, budaya, bahkan pola pikir yang berbeda. Sesuatu yang dianggap baik oleh kita belum tentu itu dianggap baik oleh Agama dan budaya lain, begitupun
sesuatu yang kita anggap buruk belum tentu menurut Agama dan budaya lain itu buruk. Persoalan ini yang menjadi permasalahn yang harus kita pelajari dan
pahami, agar etika komunikasi yang kita jalankan atau kita lakukan ketika berhadapan dengan sesorang yang memiliki Agama dan budaya berbeda dengan kita bisa berjalan dengan baik dan lancar, bahkan bisa mencapai tujuan yang
diinginkan oleh bersama.Tidak hanya itu, bisa saja sopan santun yang kita
30
Perspektif-perspektif lain tentang etika komunikasi mungkin punya
pandangan-pandangan yang berbeda. Perbedaan-perbedaan budaya