• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi dan Dampak Program CSR PTPN VII terhadap Taraf Hidup Masyarakat Gunung Dempo Sumatera Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Partisipasi dan Dampak Program CSR PTPN VII terhadap Taraf Hidup Masyarakat Gunung Dempo Sumatera Selatan"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

SHOFIYATUL AZIMI

PARTISIPASI DAN DAMPAK PROGRAM CSR PTPN VII

TERHADAP TARAF HIDUP MASYARAKAT GUNUNG

DEMPO SUMATERA SELATAN

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Partisipasi dan Dampak Program CSR PTPN VII terhadap Taraf Hidup Masyarakat Gunung Dempo Sumatera Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

Shofiyatul Azimi

NIM I34090023

(4)

ABSTRAK

SHOFIYATUL AZIMI. Partisipasi dan Dampak Program CSR PTPN VII terhadap Taraf Hidup Masyarakat Gunung Dempo Sumatera Selatan. Dibimbing oleh FREDIAN TONNY NASDIAN

Salah satu bentuk tanggung jawab sosial kepada masyarakat, PT Perkebunan Nusantara VII Persero Unit Usaha Pagar Alam memiliki tanggung jawab sosial perusahaan yaitu program Usaha Mikro Kecil dan Menengah untuk pemberdayaan masyarakat lokal. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan profil komunitas; memaparkan implementasi program CSR PTPN VII UUPA; menganalisis tingkat partisipasi stakeholder dalam implementasi program UMKM; menganalisis dampak partisipasi stakeholder dalam program CSR terhadap taraf hidup masyarakat. Subyek penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Gunung Dempo, termasuk masyarakat lokal, pemerintah kelurahan dan karyawan perusahaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari metode kuantitatif dan didukung dengan penelitian kualitatif menggunakan kuesioner dan panduan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan program UMKM, setiap stakeholder memiliki jenis dan tingkat partisipasi yang berbeda. Semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat yang terlibat dalam pelaksanaan program, maka semakin tinggi taraf hidup masyarakat yang dihasilkan.

Kata kunci : Corporate social responsibility, stakeholder, taraf hidup

ABSTRACT

SHOFIYATUL AZIMI. Participation and the Impact of CSR‟s Program in PTPN VII on Community Living Standards in Gunung Dempo, South Sumatra. Supervised by FREDIAN TONNY NASDIAN

One of responsibility to local communities, PT PTPN VII Persero has a corporate social responsibility program called UMKM program to empower the local communities. The purpose of this research was to describe the profile communities; describe the CSR program implementation in PTPN VII; analyze the level of stakeholder participation in the implementation of UMKM programs; analyze the impact of stakeholders participation in CSR programs on people's lives. The subject of this study was the Village of Mount Dempo, including local communities, government and corporate employees village. The method used in this research consisted of a quantitative method and supported by qualitative research using questionnaires and in-depth interview guide. The results of this research showed that every stakeholders had different types and degree of participation. The higher the level of participation of the communities involved in the implementation of the program, the higher the standard of living that is generated.

(5)

DEMPO SUMATERA SELATAN

SHOFIYATUL AZIMI

Skripsi

Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar

Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(6)
(7)
(8)

Judul Skripsi : Partisipasi dan Dampak Program CSR PTPN VII terhadap Taraf Hidup Masyarakat Gunung Dempo Sumatera Selatan

Nama : Shofiyatul Azimi

NIM : I34090023

Disetujui oleh

Ir Fredian Tonny Nasdian, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat dan karunia yang luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Partisipasi dan Dampak Program CSR PTPN VII terhadap Taraf Hidup Masyarakat Gunung Dempo Sumatera Selatan

Penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada Bapak Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS sebagai dosen pembimbing, yang telah memberikan inspirasi, motivasi, masukan, dan arahan yang luar biasa serta kesabaran dalam membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Kepada dosen penguji Ibu Sarwititi S. Agung dan Bapak Martua Sihaloho yang telah memberikan masukan dan arahan untuk skripsi saya yang lebih baik. Terima kasih juga diucapkan kepada Bapak Sugianto sebagai staf bagian Sinder Sumber Daya Manusia dan Umum PTPN VII Unit Usaha Pagar Alam yang selalu membantu peneliti dalam mencari dan pengumpulan data. Selanjutnya peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada orang tua tercinta, Bapak Drs. Bakhrun Suyuti, MM, Ibu Lisnawita dan adik Muhammad Irfan Farulian yang sudah memberikan dukungan, semangat dan selalu mendoakan dalam penyelesaian skripsi. Teman-teman satu bimbingan dan seperjungan Adia Yuniarti, Gressayana Suciari dan juga teman-teman SKPM 46 serta 3RRR yang telah memberikan dukungan dan bersedia bertukar fikiran serta pihak-pihak yang sudah membantu dalam penelitian ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi banyak pihak.

Bogor, Juli 2013

(10)

DAFTAR ISI

Lokasi dan Waktu Penelitian 24

Pendekatan Kuantitatif 25

Pendekatan Kualitatif 26

Kombinasi Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif 27

PROFIL KOMUNITAS 30

Kondisi Geografis dan Administratif 30

Kependudukan 32

Struktur Sosial dan Kultur Masyarakat 34

Pola-Pola Adaptasi Ekologi Masyarakat 35

Ikhtisar 34

IMPLEMENTASI PROGRAM CSR 38

Profil Perusahaan PT Perkebunan Nusantara VII Persero 38

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan 38

Program Kemitraan Usaha Mikro Kecil dan Menengah 39

Ikhtisar 43

TINGKAT PARTISIPASI 46

Tingkat Partisipasi Masyarakat 46

Partisipasi dalam Tahap Perencanaan 47

Partisipasi dalam Tahap Pelaksanaan 49

Partisipasi dalam Tahap Evaluasi 50

Tingkat Partisipasi Stakeholder 51

Ikhtisar 53

DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM 56

(11)

Tingkat Pendapatan 58

Tingkat Pengeluaran 59

Tingkat Tabungan 60

Dampak Pelaksanaan Program 61

Ikhtisar 63

PARTISIPASI MASYARAKAT DAN DAMPAKNYA TERHADAP TARAF HIDUP

66

Taraf Hidup 66

Hubungan tingkat partisipasi (tahap perencanaan ) dan Taraf Hidup

67

Hubungan tingkat partisipasi (tahap pelaksanaan ) dan Taraf Hidup

68

Hubungan tingkat partisipasi (tahap evaluasi ) dan Taraf Hidup 69

Hubungan Tingkat Partisipasi dan Taraf Hidup 70

Ikhtisar 71

SIMPULAN DAN SARAN 72

Simpulan 72

Saran 72

DAFTAR PUSTAKA 73

LAMPIRAN 75

(12)

DAFTAR TABEL

1 Karakteristik tahap-tahap kedermawanan sosial 12

2 Jarak (km) dan waktu tempuh (menit) dari Kelurahan Gunung Dempo ke Pusat Pemerintahan dan fasilitas lainnya

30

3 Luas Kelurahaan Gunung Dempo berdasarkan penggunaan 31

4 Karakter ekologi Kelurahan Gunung Dempo 31

5 Jumlah dan persentase penduduk Kelurahan Gunung Dempo menurut Jenis Kelamin tahun 2013

32

6 Jumlah penduduk Kelurahan Gunung Dempo menurut

agama yang dianut tahun 2013

32

7 Tingkat Pendidikan di Kelurahan Gunung Dempo 33

8 Jumlah dan persentase penduduk Kelurahan Gunung Dempo menurut jenis mata pencaharian

33

9 Jumlah dan persentase peserta Program UMKM

berdasarkan tingkat partisipasi di Kelurahan Gunung Dempo tahun 2013

46

10 Jumlah dan persentase peserta program UMKM

berdasarkan tingkat partisipasi dalam tahap perencanaan di Kelurahan Gunung Dempo tahun 2013

48

11 Jumlah dan persentase peserta program UMKM

berdasarkan tingkat partisipasi dalam tahap pelaksanaan di Kelurahan Gunung Dempo tahun 2013

49

12 Jumlah dan persentase peserta program UMKM

berdasarkan tingkat partisipasi dalam tahap evaluasi di Kelurahan Gunung Dempo tahun 2013

50

13 Stakeholder yang terlibat dalam masing masing tahapan dan bentuk keterlibatannya

52

14 Jumlah dan persentase peserta program UMKM

berdasrkan tingkat keadaan fisik dan fasilitas rumah tangga di Kelurahan Gunung Dempo, Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan, tahun 2013

56

15 Jumlah dan persentase peserta program UMKM

berdasarkan tingkat pendapatan di Kelurahan Gunung Dempo, Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan, Tahun 2013

58

16 Jumlah dan persentase peserta program UMKM

berdasarkan tingkat pengeluaran di Kelurahan Gunung Dempo, Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan, Tahun 2013

59

17 Jumlah dan persentase peserta program UMKM

berdasarkan tingkat tabungan di Kelurahan Gunung Dempo, Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan

60

18 Tingkat partisipasi dan taraf hidup anggota kelompok masyarakat penerima UMKM menurut konsep Uphoff

19 Jumlah dan Persentase Berdasarkan Dampak Pelaksanaan Program CSR/PKBL

(13)

20 Skor rata-rata dampak pelaksanaan program UMKM terhadap taraf hidup masyarakat

63

21 Skor taraf hidup masyarakat peserta program CSR dan bukan peserta CSR menurut tingkatannya

66

22 Jumlah dan presentase masyarakat peserta program CSR menurut taraf hidup tahun 2013

66

23 Persentase tingkat partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan terhadap taraf hidup masyarakat di Kelurahan Gunung Dempo, Tahun 2013

67

24 Persentase tingkat partisipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan terhadap taraf hidup masyarakat di Kelurahan Gunung Dempo, Tahun 2013

68

25 Persentase tingkat partisipasi masyarakat pada tahap evaluasi terhadap taraf hidup masyarakat di Kelurahan Gunung Dempo, Kecamatan Pagar Alam Selatan, Kota Pagar Alam tahun 2013

69

26 Persentase tingkat partisipasi masyarakat terhadap taraf hidup masyarakat di Kelurahan Gunung Dempo, Kecamatan Pagar Alam Selatan, Kota Pagar Alam tahun 2013

70

DAFTAR GAMBAR

1 Perkembangan kemiskinan di Indonesia 2004-2012 1

2 Hubungan triple bottom line 9

3 Delapan tingkatan dalam tangga partisipasi masyarakat Arnstein

18

4 Kerangka pemikiran Partisipasi Stakeholder Program Corporate Social Responsibility dan Dampaknya terhadap Taraf Hidup Kelurahan Gunung Dempo Sumatera Selatan

19

5 Persentase masyarakat yang menerima program

berdasarkan tingkat partisipasi keseluruhan dalam program UMKM PTPN VII UUPA Kelurahan Gunung Dempo, Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan

47

6 Persentase masyarakat yang menerima program berdasakan tingkat partisipasi dalam tahap perencanaan dalam program UMKM PTPN VII UUPA Kelurahan Gunung Dempo, Kota Pagar Alam.

48

7 Persentase masyarakat yang menerima program berdasakan tingkat partisipasi dalam tahap pelaksanaan dalam program UMKM PTPN VII UUPA Kelurahan Gunung Dempo, Kota Pagar Alam.

50

8 Persentase masyarakat yang menerima program berdasakan tingkat partisipasi dalam tahap evaluasi dalam program

(14)

UMKM PTPN VII UUPA Kelurahan Gunung Dempo, Kota Pagar Alam.

9 Persentase masyarakat yang menerima program berdasakan dampak ekonomi dalam kategori keadaan fisik dan fasilitas rumah tangga dalam program UMKM PTPN VII UUPA di Kelurahan Gunung Dempo, Kota Pagar Alam.

57

10 Persentase masyarakat yang menerima program berdasakan dampak ekonomi dalam kategori tingkat pendapatan dalam program UMKM PTPN VII UUPA Kelurahan Gunung Dempo, Kota Pagar Alam

58

11 Persentase masyarakat yang menerima program berdasakan taraf hidup dalam kategori tingkat

pengeluaran dalam program UMKM PTPN VII UUPA Kelurahan Gunung Dempo, Kota Pagar Alam.

59

56

12 Persentase masyarakat yang menerima program berdasakan taraf hidup dalam kategori tingkat tabungan dalam program UMKM PTPN VII UUPA Kelurahan Gunung Dempo, Kota Pagar Alam.

60

13 Persentase masyarakat yang menerima program berdasarkan taraf hidup Pelaksanaan Program UMKM PTPN VII UUPA Kelurahan Gunung Dempo, Kota Pagar Alam.

62

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta lokasi 75

2 Jadwal Penelitian 76

3 Kerangka sampling 77

4 Daftar nama informan 79

5 Tabel frekuensi 80

6 Tabulasi silang 82

7 Korelasi rank spearman 83

8 Wawancara mendalam informan 85

(15)
(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kemiskinan di Indonesia masih menjadi persoalan yang cukup serius hingga saat ini. Data BPS September 2012 menjelaskan bahwa jumlah penduduk miskin di Indonesia pada September 2012 mencapai 28.59 juta orang (11.66%). Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada Maret 2012, maka selama enam bulan tersebut terjadi penurunan jumlah penduduk miskin sebesar 0.54 juta orang. Berdasarkan daerah tempat tinggal, pada periode Maret-September 2012, baik penduduk miskin di perkotaan maupun pedesaan sama-sama mengalami penurunan, yaitu masing-masing turun sebesar 0.18% (0.14 juta orang) dan 0.42% (0.40 juta orang). Begitu juga dengan tingkat kemiskinan yang ada di provinsi Sumatera Selatan, pada Maret 2012 tingkat kemiskinan sebesar 14.16% dan turun sebesar 0.87% sebesar 13.29%. sedangkan di pedesaan, mengalami kenaikan dari 13.57% menjadi 13.58%. Hal ini dilihat dari kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach) yang diukur dari sisi pengeluaran. Adanya penurunan dan kenaikan yang tidak signifikan dari sebelumnya tersebut tidak lepas dari usaha-usaha pemerintah dalam menanggulangi persoalan kemiskinan, salah satunya dengan berkerja sama dengan perusahaan-perusahaan swasta. Gambar 1 berikut menjelaskan perkembangan angka kemiskinan dari Tahun 2004-2012.

Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional seperti dikutip BPS (2012)

Gambar 1 Perkembangan kemiskinan di Indonesia 2004-2012

(17)

pelaksanaan program CSR tidak semudah yang dibayangkan. Banyak sekali faktor-faktor yang menyebabkan program CSR kurang maksimal. Dalam praktiknya, program CSR dapat meningkatkan taraf hidup, namun seringkali hal ini juga membuat masyarakat mengalami ketergantungan dalam program tersebut. Menanggapi hal tersebut, pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 20071 tentang Perseroan Terbatas. Menurut undang-undang tersebut, setiap perusahaan diwajibkan untuk melakukan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagai komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya. Keberhasilan sebuah perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya tidak hanya dipengaruhi oleh pihak dalam dan

stakeholder internal saja, namun lebih kepada pihak eksternal di sekitar perusahaan, seperti masyarakat yang tinggal di sekitar perusahaan (Wibisono 2007). Selanjutnya Wibisono (2007) menjelaskan bahwa sebuah perusahaan tidak hanya mencari keuntungan yang sebesar-besarnya, namun harus memperhatikan beberapa aspek lainnya, seperti lingkungan dan masyarakat sekitar. Akibat hal tersebut, saat ini berkembanglah konsep Corporate Social Responsibility (CSR) bagi perusahaan.

Pengertian umum mengenai CSR ini sangat beragam dan belum memiliki definisi tunggal. The World Bussiness for Sustainable Development (2000) seperti dikutip Wibisono (2007) mendefinisikan CSR sebagai suatu komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas. Melo dan Morgado (2011) mengartikan CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan sebagai salah satu kunci dalam memberikan reputasi bagi perusahaan untuk mendapatkan keuntungan kompetitif. Terobosan baru mengenai konteks CSR oleh Elkington seperti dikutip Wibisono (2007) melalui konsep 3P (profit, people dan planet), yakni tidak hanya profit yang diburu, namun juga dapat memberikan kontribusi positif kepada masyarakat (people) dan ikut berperan serta dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet). Hal ini mensyaratkan bahwa perusahaan tidak hanya dihadapkan pada tanggung jawab sosial yang berpijak pada single bottom line, berupa aspek ekonomi, namun harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya (Wibisono 2007). Hal ini berarti mengindikasikan bahwa setiap perusahaan wajib menjaga kelestarian lingkungan untuk keberlanjutannya. Selanjutnya Wibisono (2007) menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan CSR hendaknya memperhatikan beberapa stakeholder-stakeholder terkait sehingga dapat memberikan pemahaman tentang pentingnya CSR bagi masyarakat dan perusahaan itu sendiri.

Pada perkembangan awal konsep tanggung jawab sosial perusahaan tidak lepas dari konteks waktu yang sangat mempengaruhi perkembangannya (Solihin 2009). Tidak bisa dipungkiri, sejauh ini program CSR yang berkelanjutan sangat diharapkan dalam menciptakan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera dan

1

(18)

mandiri. Setiap kegiatan tersebut akan melibatkan semangat sinergi dari semua pihak secara terus menerus membangun dan mencitrakan kesejahteraan dan pada akhirnya akan tercipta kemandirian dari masyarakat yang terlibat dalam program tersebut, sesuai dengan kemampuannya. Kondisi ini dapat diatasi dengan program yang bersifat holistik sehingga dapat membangun tingkat kepercayaan dalam diri masyarakat, untuk itu didukung oleh program CSR yang sustainable (Siregar 2007).

Wiwoho (2011) menjelaskan bahwa pemahaman tentang CSR pada umumnya berkisar pada tiga hal pokok, yaitu pertama, CSR merupakan suatu peran yang sifatnya sukarela dimana suatu perusahaan membantu mengatasi masalah sosial dan lingkungan, oleh karena itu perusahaan mempunyai kehendak bebas untuk melakukan dan tidak melakukan peran. Kedua, disamping sebagai institusi profit, perusahaan menyisihkan sebagian keuntungannya untuk kedermawanan yang tujuannya untuk memberdayakan sosial dan perbaikan kerusakan lingkungan akibat eksplorasi dan ekploitasi. Ketiga, CSR sebagai bentuk kewajiban perusahaan untuk peduli dalam mengentaskan krisis kemanusiaan, kemiskinan dan lingkungan yang terus meningkat.

Salah satu program dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat yaitu dengan melakukan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan menurut Swift dan Levin (1987) seperti dikutip Mardikanto (2010) menunjuk pada kemampuan orang, khususya kelompok rentan dan lemah, untuk: (1) memiliki akses terhadap sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa yang mereka perlukan (2) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka. Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan melalui perubahan struktur sosial.

Sa‟adah (2010) menjelaskan bahwa program pemberdayaan masyarakat desa yang dilakukan oleh perusahaan merupakan program pengembangan aspek sosial ekonomi dan pengentasan kemiskinan. Hal ini merupakan salah satu wujud kepedulian perusahaan dalam bersinergi dengan pemerintah dalam rangka memberdayakan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat juga diperlukan partisipasi masyarakat dalam proses pelaksanaan hingga akhir evaluasi program. Hal ini penting karena dengan adanya partisipasi dalam pelaksanaan program akan mengindikasikan keberhasilan atau tidak dari suatu program. Implementasi CSR yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan berdampak pada upaya pemberdayaan masyarakat di berbagai bidang seperti pemberdayaan ekonomi rakyat, pengentasan kemiskinan, pendidikan, kesehatan, pemulihan sosial ekonomi masyarakat akibat konflik, dan sebagainya yang sejauh ini telah dirintis oleh berbagai kalangan tetapi belum membuahkan hasil. Jadi, tak dapat dipungkiri bahwa kegiatan CSR yang bersifat holistik berdasarkan pada konsep 3P seperti yang dijelaskan oleh Elkington (planet, people, profit) dan menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat memiliki dampak postif terhadap perubahan taraf hidup.

(19)

usaha di provinsi Bengkulu beberapa. Luas areal PT Perkebunan Nusantara VII Persero seluas 68 105 Ha, areal plasma 47 111 Ha dan areal kemitraan sebesar 18 307 Ha. Komoditas utama dari PTPN VII sangat beragam seperti kelapa sawit, karet, tebu dan teh. Beberapa usaha-usaha yang dilakukan oleh perusahan PTPN VII dalam program CSR berupa pemberian keterampilan dan bantuan modal melalui program kemitraan, menciptakan lapangan pekerjaan sehingga mengurangi angka pengangguran, membentuk kemitraan petani plasma sehingga dapat membina dan meningkatkan kesejahteraan petani, membentuk sektor usaha mikro kecil menengah (UMKM) dan menyalurkan pinjaman serta memberikan pelatihan dan pengetahuan manajerial khusus sehingga berperan dalam pemberdayaan masyarakat mandiri, dan adanya fasilitas yang memadai untuk pekerja seperti perumahan yang tersebar di beberapa rukun warga di sekitar perusahaan.

Tanggung jawab sosial yang sudah dilakukan oleh PT. Perkebunan Nusantara VII Persero Unit Usaha Pagar Alam (PTPN VII UUPA) adalah program kemitraan dan bina lingkungan. Program kemitraan terdiri dari bantuan UMKM berupa pinjaman modal untuk meningkatkan usaha masyarakat, pemberian bantuan dalam pembangunan rumah ibadah, pemberian bantuan beasiswa untuk siswa berprestasi yang kurang mampu, mengadakan sunatan massal untuk keluarga yang kurang mampu. Program bina lingkungan yang sudah dilakukan yaitu program penghijauan lingkungan seperti penanaman pohon. Keseluruhan program CSR oleh PTPN VII UUPA tersebar di sebagian besar kelurahan di wilayah Kota Pagar Alam. Salah satu program CSR PTPN VII UUPA di bidang kemitraan dilakukan di Kelurahan Gunung Dempo, yaitu program UMKM. Program tanggung jawab sosial PTPN VII UUPA yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah program kemitraan usaha mikro kecil dan menengah. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan utama yaitu

bagaimana partisipasi dan dampak program CSR PTPN VII terhadap taraf hidup masyarakat Gunung Dempo Sumatera Selatan?

Masalah Penelitian

Langkah awal yang perlu dilakukan sebelum melihat hubungan antara partisipasi masyarakat dan stakeholder dengan taraf hidup masyarakat terhadap program CSR UMKM yaitu mengetahui bagaimana kondisi komunitas yang ada di Kelurahan Gunung Dempo. Oleh karena itu, penting untuk dikaji bagaimana profil komunitas di Kelurahan Gunung Dempo.

(20)

adanya upaya yang dilakukan oleh perusahaan dalam hal ini PTPN VII UUPA dalam mengembangkan masyarakat. Selanjutnya penting untuk dikaji bagaimana implementasi program CSR PTPN VII UUPA.

Dalam pelaksanaan CSR yang berbasis masyarakat tidak terlepas dari keikutsertaan masyarakat dalam pelaksanaan hingga evaluasi program CSR. Hal ini menjadi sangat penting karena masyarakat menjadi salah satu stakeholder

utama dalam pelaksanaan program CSR yang berbasiskan masyarakat.

Stakeholder menjadi bagian yang sangat penting dalam pelaksanaan suatu program CSR. Program UMKM merupakan salah satu program CSR PTPN VII UUPA yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan usaha

mereka. Penyelenggaraannya program UMKM melibatkan

stakeholder-stakeholder dalam setiap pelaksanaannya. Adanya partisipasi stakeholder baik itu dari pemerintah, masyarakat, dan swasta akan sangat terasa program yang dilaksanakan untuk kemajuan masyarakat dan keberlanjutan perusahaan sehingga

sangat penting membutuhkan partisipasi stakeholder dalam proses

penyelenggarannya. Pertanyaannya, sejauh mana tingkat partisipasi

stakeholder (pemerintah, masyarakat, dan swasta) dalam program UMKM.

Pelaksanaan program CSR secara tidak langsung akan berdampak kepada taraf hidup masyarakat. Setelah melihat sejauhmana partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program CSR, dampak yang dirasakan masyarakat biasanya berupa dampak fisik dan non-fisik. Untuk itu perlu dirumuskan, sejauhmana dampak pelaksanaan program CSR terhadap taraf hidup masyarakat?

Tujuan akhir dari pelaksanaan CSR suatu perusahaan bagi masyarakat yaitu seharusnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan peningkatan taraf hidup masyarakat dengan kerjasama stakeholder yang terlibat sehingga pada akhirnya akan memberikan penilaian sendiri bagi masyarakat terhadap perusahaan tersebut. Program-program CSR perusahaan adalah untuk keberlanjutan perusahaan itu sendiri dengan memperhatikan aspek-aspek lainnya seperti sosial, ekonomi, dan lingkungan. Hal ini akan sangat berdampak kepada masyarakat yang berperanserta dalam program CSR. Untuk itu perlu dianalisis, bagaimana dampak partisipasi masyarakat dan stakeholder program CSR terhadap taraf hidup masyarakat.

Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini yaitu untuk menganalisis sejauhmana tingkat partisipasi stakeholder program corporate social responsibility dan dampaknya terhadap taraf hidup di Kelurahan Gunung Dempo, Sumatera Selatan. Selanjutnya tujuan khusus penelitian ini sebagai berikut :

1. memaparkan profil komunitas;

2. memaparkan implementasi program CSR PTPN VII UUPA;

3. menganalisis tingkat partisipasi stakeholder dalam implementasi program UMKM;

4. menganalisis dampak pelaksanaan CSR terhadap taraf hidup masyarakat; 5. mengnalisis dampak partisipasi masyarakat dan stakeholder dalam

(21)

Kegunaan Penelitian

1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan kajian mengenai implementasi tanggung jawab sosial perusahaan. 2. Bagi masyarakat, dapat memberikan pemahaman terhadap peran PTPN

VII dalam melaksanakan kepedulian kepada masyarakat.

3. Bagi perusahaan, sebagai bahan evaluasi terhadap pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan dan untuk bahan masukan terhadap program selanjutnya.

(22)

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Konsep Corporate Social Responsibility

Pengembangan konsep tanggung jawab sosial sebagaimana dikatakan oleh H.R. Bowen bahwa kewajiban atau tanggung jawab sosial perusahaan bersandar pada keselarasan dengan tujuan (objectivies) dan nilai nilai (value) dari suatu masyarakat (Watrick dan Cochran 1985 seperti yang dikutip Solihin 2009). Kedua hal tersebut yakni keselarasan dengan tujuan dan nilai nilai masyarakat merupakan dua premis dasar tanggung jawab sosial. Premis pertama, perusahaan bisa mewujudkan dalam suatu masyarakat karena adanya dukungan dari masyarakat. Premis kedua, pelaku bisnis bertindak sebagai agen moral dalam suatu masyarakat yang harus memuat dimensi etika dari tanggung jawab sosial (Solihin 2009). Dalam perkembangannya (Jones 1995 seperti dikutip Solihin 2009) mengklasifikasikan kedalam dua kategori. Kategori tersebut yaitu inside stakeholders dan outside stakeholders. Inside stakeholders yaitu orang-orang yang memiliki kepentingan dan tuntutan terhadap sumber daya perusahaan dan berada di dalam organisasi perusahaan seperti manager dan karyawan, sedangkan outside stakehoklders terdiri dari orang orang maupun pihak yang bukan pemilik perusahaan, bukan pemimpin perusahaan, bukan pula karyawan melainkan orang yang memiliki kepentingan kepada perusahaan dan dipengaruhi oleh keputusan serta tindakan yang dilakukan oleh perusahaan, seperti pemasok, pemerintah, masyarakat lokal, dan masyarakat umum. Solihin (2009) juga menjelaskan bahwa pelaksanaan program CSR juga harus terus dipantau agar pelaksanaan program CSR tidak menyimpang dari rencana awal. Oleh karena adanya konsep pembangunan berkelanjutan, maka perusahaan juga mengumumkan corporate governance-nya beserta dampak yang ditimbulkan melalui sebuah sustainability report. Sebagai contoh, perusahaan UPS dalam UPS Corporate Sustainability Report-nya pada bulan Juli 2006 mempublikasikan dampak ekonomi dari kegiatan perusahaan antara lain dalam bentuk pembayaran pajak, pemberian santunan, dan pembagian deviden

(23)

mengungkapkan informasi mengenai dampak sosial dan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh aktivitas perusahaan (Wibisono 2007).

Selanjutnya Wibisono (2007) menjelaskan bahwa pentingnya CSR disclosure sebagai wujud tanggung jawab perusahaan terhadap CSR merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan sehingga kinerja lingkungan perusahaan serta karakteristik perusahaan yang disesuaikan dengan size perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris, profile, dan leverage di duga berpengaruh terhadap CSR.

Menurut Elkington (1997) seperti dikutip Wibisono (2007) yang mendeskripsikan bahwa sebuah perusahaan jika ingin sustain, maka perlu memperhatikan 3P, yakni profit, people, dan planet. Selain profit yang diburu, perusahaan juga harus memperhatikan dan terlibat terhadap pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat (people) tetapi juga turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet). Profit merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan utama dalam setiap kegiatan usaha sehingga tidak jarang sebuah perusahaan berlomba-lomba mengejar profit yang sebesar-besarnya baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain untuk meningkatkan profit, suatu perusahaan juga menyadari bahwa masyarakat (people) sekitar perusahaan merupakan salah satu stakeholder penting bagi perusahaan. Oleh karena itu, dukungan masyarakat sekitar sangat diperlukan bagi keberadaan, kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan yang menjadi bagian yang tak terpisahkan untuk memberikan manfaat besar bagi perusahaan. Unsur ketiga yaitu planet, dimana lingkungan menjadi salah satu faktor penting untuk keberhasilan suatu perusahaan. Mendongkrak laba dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi memang penting, namun tak kalah penting jika kita bisa melestarikan lingkungan sekitar. Hubungan ini kemudian dapat diilustrasikan dalam bentuk segitiga, seperti Gambar 2.

Sumber: Wibisono ( 2007)

Gambar 2 Hubungan Triple Bottom Line

(24)

pada salah satu aspek. Seperti halnya aspek ekonomi, yang direfleksikan dalam kondisi keuntungan saja, namun juga harus memperhatikan aspek lingkungan dan sosial di sekitar wilayah perusahaan. Hal ini menjadi sangat penting dalam rangka penyelenggaraan kegiatan CSR.

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Good Corporate Governance karena pelaksanaan dari CSR merupakan bagian yang merupakan prinsip dalam GCG (Charolinda 2006). Selanjutnya Wibisono (2007) menjelaskan mengenai prinsip-prinsip dari GCG yaitu:

1. Tranparency (keterbukaan informasi): perusahaan dituntut untuk menyediakan informasi yang cukup, tepat waktu kepada semua

stakeholdernya;

2. Accountabilty (akuntabilitas): adanya kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan pertanggungjawaban elemen perusahaan. Apabila sudah dilaksanakan dengan efektif maka akan ada kejelasan fungsi dan struktur dalam suatu perusahaan;

3. Responsibility (pertanggung jawaban): kepatuhan perusahaan terhadap suatu hal yang berlaku dalam perusahaan;

4. Independency (kemandirian): perusahaan hendaknya dikelola secara professional tanpa ada benturan kepentingan dan tanpa tekanan atau intervensi dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku;

5. Fairness (kesetaraan dan kewajaran): Adanya perlakuan yang adil dalam memenuhi kebutuhan stakeholder sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Penerapan prinsip ini diharapkan dapat membuat perusahaan menyadari bahwa perlu untuk menjalin hubungan baik dengan masyarakat untuk melestarikan lingkungan. Charolinda (2006) menjelaskan mengenai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan sebagai berikut:

1. Pengelolaan lingkungan kerja secara baik. Termasuk didalamnya penyediaan lingkungan yang aman dan nyaman, sistem kompensasi yang layak dan perhatian terhadap kesejahteraan keluarga karyawan;

2. Kemitraan antara perusahaan dan masyarakat, khususnya masyarakat lokal. Wujud yang paling umum adalah program community development untuk membantu peningkatan kesejahteraan umum masyarakat setempat dalam kurun waktu yang cukup panjang. Melalui program ini, diharapkan masyarakat akan menerima manfaat keberadaan perusahaan yang digunakan untuk menopang kemandiriannya bahkan setelah perusahaan berhenti beroperasi;

3. Penanganan kelestarian lingkungan. Dimulai dari lingkungan perusahaan sendiri, termasuk melakukan penghematan penggunaan listrik, air, kertas, dll, sampai penanganan limbah akibat kegiatan perusahaan, agar tidak mencemari lingkungan sekitar kantor; dan

(25)

Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan konsep penting dalam kegiatan perusahaan untuk senantiasa berhubungan dengan masyarakat dan

stakeholder lainnya. Wibisono (2007) menjelaskan perusahaan yang telah berhasil dalam menerapkan CSR menggunakan tahap tahap sebagai berikut:

1. Tahap perencanaan

Pada tahap perencanaan terdiri dari tiga langkah utama, yaitu Awareness Building, CSR Assessement, dan CSR Manual Building. Pada tahap

Awareness Building, merupakan langkah awal dalam membangun kesadaran dan arti penting CSR dan komitmen manajemen yang dilakukan melalui seminar, lokakarya, diskusi kelompok, dan lain-lain. CSR Assessement yaitu memetakan kondisi perusahaan dan mengidentifikasi aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR secara efektif. Selanjutnya CSR Manual, yaitu melakukan bencmarking, menggali dari referensi atau bagi perusahaan yang menginginkan langkah cepat, dilakukan dengan meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan. Langkah ini diharapkan dapat memberikan kejelasan pola pikir dan pola tindak seluruh elemen perusahaan guna tercapainya pelaksanaan program yang terpadu, efektif, dan efisien.

2. Tahap implementasi

Pada tahap ini dirumuskan beberapa pertanyaan, seperti pengorganisasian sumber daya yang diperlukan, penyusunan untuk menempatkan orang yang sesuai dengan tugas, pengarahan terkait dengan melakukan tindakan, pengawasan atau koreksi terhadap pelaksanaan, pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana, dan bagaimana penilaian untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan.

3. Tahap evaluasi

Pada tahap ini langkah yang dilakukan setelah CSR yang

diimplementasikan. Tahap ini perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauhmana efektivitas penerapan CSR.

4. Pelaporan

Pelaporan diperlukan untuk membangun sitem informasi baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun informasi material dan relevan mengenai perusahaan.

Tanggung jawab sosial perusahaan juga sangat erat kaitannya dengan pemangku kepentingan yang ada di setiap bagiannya. Pengertian luas CSR bertujuan berlangsungnya sustainable economic activity, sedangkan dalam pengertian yang sempit merupakan sosial responsibility dan perusahaan dan hubungan perusahaan itu dengan pihak internal dan eksternal (Wiwoho 2008).

Stakeholder menjadi saling mempengaruhi di setiap perusahaan untuk keberlanjutan program. Menurut Kasali (2005) seperti dikutip Wibisono (2007) membagi stakeholder menjadi beberapa bagian, sebagai berikut :

1. Stakeholder internal dan stakeholder eksternal.

Stakeholder internal yaitu stakeholder yang berada dalam lingkungan organisasi, seperti karyawan, manajer, pemegang saham. Sedangkan

(26)

2. Stakeholder primer, sekunder, dan marjinal.

Stakeholder primer yaitu stakeholder yang paling penting, sedangkan

stakeholder sekunder yaitu yang tidak terlalu penting. Sedangkan

stakeholder marjinal adalah stakeholder yang bisa diabaikan. 3. Stakeholder tradisional dan stakeholder masa depan.

Stakeholder tradisional yaitu berhubungan dengan organisasi seperti karyawan dan konsumen. Sedangkan stakeholder masa depan yaitu dapat memberikan pengaruhnya pada organisasi, seperti mahasiswa, peneliti dan konsumen potensial.

4. Proponent, opponent, dan uncommitted

Dalam stakeholder, ada kelompok yang memihak (proponents), menentang organisasi (opponents), dan ada yang tidak peduli atau abai (uncommitted).

5. Silent majority dan vocal minority

Silent majority berarti aktivitas stakeholder yang pasif dalam melakukan

complain atau mendukung perusahaan, sedangkan vocal inority yaitu

stakeholder yang secara aktif dalam melakukan penentangan atau dukungannya.

Dalam aktualisasinya, kontribusi dunia usaha untuk turut serta dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat harus mengalami metamorfosis, dari yang bersifat charity menjadi aktivitas yang menekankan pada penciptaan kemandirian masyarakat yaitu program pemberdayaan. Metamorfosis tersebut pernah diungkapkan oleh Zaidi (2003) dalam Ambadar (2008).

Tabel 1 Karakteristik Tahap-Tahap Kedermawanan Sosial

Paradigma Charity Philanthropy Good Corporate

Citizenship (GCC)

Pengorganisasian Kepanitiaan Yayasan / dana

abadi /

Kontribusi Hibah sosial Hibah

pembangunan

Hibah (sosial &

pembangunan serta

keterlibatan sosial)

Inspirasi Kewajiban Kepentingan bersama

(27)

Berbeda dengan aktivitas charity, terlihat jelas bahwa dalam aktivitas

philanthropy, aktivitas lebih didorong oleh norma, etika dan hukum, bukan sekedar untuk memenuhi kewajiban, inspirasi aktivitas adalah untuk memenuhi kepentingan semua pihak. Tampak bahwa comdev (pemberdayaan masyarakat) merupakan ruh pelaksanaan aktivitas CSR perusahaan. Dengan CSR yang berbasiskan comdev dapat mencapai tujuan strategis perusahaan, selain untuk mencapai profit optimum juga bermanfaat bagi komunitas (Ambadar 2008).

Taraf Hidup

Owolabi dan Olu-Owolabi (2009) mendeskripsikan kriteria yang digunakan untuk mengukur kualitas taraf hidup manusia yaitu, terpenuhinya kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup hayati. Kebutuhan dasar ini bersifat mutlak dan harus dilaksanakan dan dipenuhi sehingga akan mendorong keinginan seluruh manusia dalam menjaga kelangsungan hidup. Kelangsungan hidup tidak hanya menyangkut dirinya sendiri, tetapi juga masyarakat sekitarnya dan terutama kelangsungan hidupnya bersama keturunannya akan kebutuhan. Kebutuhan dasar ini terdiri atas udara, air yang bersih, pangan, kesempatan untuk mendapatkan keturunan serta perlindungan terhadap serangan penyakit dan sesama manusia. Selanjutnya, kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup manusiawi. Berbeda dengan makhluk hidup yang lain, manusia sebagai makhluk yang berbudaya tidak cukup hanya sekedar hidup secara hayati, melainkan karena perkembangan kebudayaannya maka manusia harus hidup secara manusiawi. Kebutuhan dasar untuk hidup secara manusiawi, sebagian bersifat material dan sebagian lagi bersifat non-material. Hal inilah yang membedakan manusia dengan hewan. Pekerjaan bukanlah sekedar sumber pendapatan untuk memenuhi kebutuhan dasar hayati sebagaimana yang diajarkan oleh induk hewan kepada anaknya, tetapi juga perlu diberikan pengetahuan tentang agama, filsafat, ilmu, seni dan budaya yang membedakan pendidikan manusia dengan hewan. Terakhir yaitu, kebutuhan dasar untuk memilih. Derajat kebebasan untuk memilih dibatasi oleh hukum, baik yang tertulis maupu yang tidak tertulis. Kemampuan memilih merupakam sifat hakiki untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Pemberdayaan Masyarakat

(28)

Pemberdayaan menurut Swift dan Levin (1987) seperti yang dikutip Mardikanto (2010) menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah, untuk:

1. Memiliki akses terhadap sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa yang mereka perlukan.

2. Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang

mempengaruhi mereka. Pemberdayaan menunjuk pada usaha

pengalokasian kembali kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial. Pengertian yang disebutkan Mardikanto (2010) di atas, pemberdayaan mengandung arti perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan setiap individu dan masyarakat baik dalam arti: (1) perbaikan ekonomi, terutama kecakupan pangan; (2) perbaikan kesejahteraan sosial (pendidikan dan kesehatan); (3) kemerdekaan dari segala bentuk penindasan; (4) terjaminnya keamanan; (5) terjaminnya hak asasi manusia yang bebas dari rasa takut dan kekhawatiran; (6) dan lain-lain. Perlu diperhatikan, pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan ialah masyarakat merupakan subjek dari upaya pembangunnya sendiri bukan merupakan objek. Seperti yang dijelaskan Soesilowati et al. 2011 bahwa beberapa LSM dalam program pemberdayaan masyarakat yang mendorong Yayasan Obor tani melalui program CSR menawarkan konsep “one product one village” dalam

rangka mewujudkan program “Mbalik Deso Mbangun Deso” lalu diintegrasikan

dengan beberapa program CSR BUMN yang pengintegrasian kegiatan CSR yang diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan produktivitas lahan kering dan mengurangi ketergantungan pada produk impor

Perkembangan manusia yang mengalami perubahan-perubahan yang mengakibatkan berubahnya kebutuhan manusia terjadi akibat ulah perilaku manusia sendiri sehingga masyarakat dihadapkan pada dua pilihan, yaitu mau menunggu perubahan secara alami untuk mencapai keselarasan baru atau bergerak aktif untuk mengimbangi perubahan-perubahan yang terjadi. SDC (1995) seperti yang dikutip Mardikanto (2010) menyatakan bahwa pemberdayaan tidak sekedar merupakan proses perubahan perilaku pada diri seseorang, tetapi merupakan proses perubahan sosial, yang mencakup banyak aspek, termasuk politik dan ekonomi yang dalam jangka panjang secara bertahap mampu diandalkan menciptakan pilihan-pilihan baru untuk memperbaiki kehidupan masyarakatnya. Yentifa (2008) menjelaskan seperti halnya dengan PT. Bogasari yang memiliki program CSR yang terintegrasi dengan program perusahannya, melalui pendampingan para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) berbasis terigu mampu meningkatkan kualitas produksi, sekaligus menjamin distribusi. Jika program CSR dapat diberdayakan secara optimal akan ada banyak usaha kecil dan menengah yang akan terbantu dan tidak dapat dipungkiri lagi pemberdayaan ekonomi lokal akan menuju kemandirian masyarakat yang akhirnya memperkuat perekonomian nasional. Sa‟adah (2010) menyatakan pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial.

(29)

Hashemi dan Riley seperti dikutip Sa‟adah (2010) yang mereka sebut sebagai

empowerment index antara lain, yaitu:

1. Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi keluar rumah atau keluar wilayah tempat tinggalnya, seperti ke pasar, fasilitas medis, bioskop, rumah ibadah, kerumah tetangga. Tingkat mobilitas ini dianggap tinggi jika individu mampu pergi sendirian;

2. Kemampuan membeli komoditas kecil: kemampuan individu untuk membeli barang-barang (beras, minyak tanah, minyak goreng, bumbu) kebutuhan dirinya (minyak rambut, sabun mandi, rokok, bedak, shampoo). Individu dianggap mampu melakukan kegiatan ini terutama jika dapat membuat keputusan sendiri tanpa meminta ijin pasangannya, terlebih jika ia dapat membeli barang-barang tersebut dengan menggunakan uangnya sendiri;

3. Kemampuan membeli komoditas besar: kemampuan individu untuk membeli barang-barang sekunder atau tersier, seperti lemari pakaian, TV, radio, koran, majalah, pakaian keluarga. Seperti halnya indikator di atas,

point tinggi diberikan individu yang dapat membuat keputusan sendiri tanpa meminta ijin pasangannya, terlebih jika ia dapat membeli barang-barang tersebut dengan menggunakan uangnya sendiri;

4. Terlibat dalam pembuatan keputusan-keputusan rumah tangga. Mampu membuat keputusan secara sendiri maupun bersama suami atau istri mengenai keputusan-keputusan keluarga;

5. Kebebasan relative dan dominasi keluarga; 6. Kesadaran hukum dan politik;

7. Keterlibatan dalam kampanye dan protes-protes: seseorang dianggap berdaya jika ia pernah terlibat dalam kampanye atau bersama orang lain melakukan protes misalnya terhadap kekerasan dalam ramah tangga, gaji yang tidak adil, penyalahgunaan bantuan sosial atau penyalahgunaan kekuasaan polisi dan pegawai pemerintah; dan

8. Jaminan ekonomi dan kontribusi terhadap keluarga: memiliki rumah, tanah, aset produktif, tabungan. Seseorang dianggap memiliki poin tinggi jika ía memiliki aspek-aspek tersebut secara sendiri atau terpisah dan pasangannya.

Strategi pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan melalui tiga aras seperti yang dinyatakan Suharto seperti yang dikutip Sa‟adah (2010), yaitu:

1. Aras Mikro: pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis intervention. Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai pendekatan yang berpusat pada tugas (Task Centered Approach);

2. Aras Mezzo: pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Penddikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya;

(30)

lingkungan yang lebih luas. Perumasan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik, adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini. Strategi sistem besar memandang klien sebagai orangan yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.

Wilson [tahun tidak diketahui] seperti dikutip Sumaryadi (2004) mengemukakan bahwa kegitan pemberdayaan pada setiap individu dalam suatu organisasi merupakan suatu siklus kegiatan yang terdiri atas:

1. Menumbuhkan keinginan pada diri seseorang untuk berubah dan memperbaiki, yang merupakan titik awal perlunya pemberdayaan. Tanpa adanya keinginan untuk berubah dan memperbaiki maka semua upaya pemberdayaan masyarakat yang dilakukan tidak akan memperoleh perhatian, simpati, atau partisipasi masyarakat;

2. Menumbuhkan kemauan dan keberanian untuk melepaskan diri dari kesenangan dan atau hambatan-hambatan yang dirasakan, untuk kemudian mengambil keputusan mengikuti pemberdayaan demi terwujudnya perubahan dan perbaikan yang diharapkan;

3. Mengembangkan kemauan untuk mengikuti atau mengambil bagian dalam kegiatan pemberdayaan yang memberikan manfaat atau perbaikan keadaan;

4. Peningkatan peran atau partisipasi dalam kegiatan pemberdayaan yang telah dirasakan manfaat/perbaikannya;

5. Peningkatan peran dan kesetiaan pada kegiatan pemberdayaan, yang ditunjukkan berkembangnya motivasi-motivasi untuk melakukan perubahan;

6. Peningkatan efektivitas dan efisiensi kegiatan pemberdayaan; dan

7. Peningkatan kompetensi untuk melakukan perubahan melalui kegiatan pemberdayaan baru.

Partisipasi

Partisipasi masyarakat adalah ikutsertanya anggota masyarakat dalam menyelesaikan suatu permasalahan masyarakat. Nasdian (2006) mendeskripsikan partisipasi adalah proses aktif, dimana inisiatif diambil oleh masyarakat sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat melakukan kontrol secara efektif. Hal ini dimaksudkan bahwa masyarakat diberi kemampuan untuk mengelola potensi yang dimiliki secara mandiri. Selanjutnya Nasdian (2006), juga menjelaskan partisipasi komunitas dalam pengembangan masyarakat merupakan proses bertingkat dan pendistribusian kekuasaan pada komunitas sehingga mereka memperoleh kontrol besar pada hidup mereka sendiri.

Uphoff et al. (1979) membagi partisipasi menjadi empat tahapan, yaitu: 1. Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan dengan keikutsertaan

masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud disini yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan suatu program; 2. Tahap pelaksanaan yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan,

(31)

bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk tindakan sebagai anggota proyek;

3. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini merupakan umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya; dan

4. Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek. Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subyek pembangunan, maka semakin besar manfaat proyek dirasakan, berarti proyek tersebut berhasil mengenai sasaran.

Arnsterin (1969) dalam makalahnya yang berjudul “A Ladder of Citizen Participation” dalam Journal of The American Planning Associaton

mendeskripsikan delapan tangga atau tingkatan partisipasi. Delapan tingkat tersebut diuraikan sebagai berikut:

1. Manipulasi: masyarakat diikutkan sebagai „stempel karet‟ dalam badan penasihat. Tujuannya adalah untuk dipakai sebagai formalitas semata dan untuk dimanfaatkan dukungannya. Tingkat ini bukanlah tingkat partisipasi masyarakat yang murni, karena telah diselewengkan dan dipakai sebagai alat publikasi oleh penguasa;

2. Terapi: pada tingkatan ini, pemegang kekuasaan sama dengan ahli kesehatan jiwa. Mereka menganggap ketidakberdaayan sebagai penyakit mental. Berpura-pura mengikutsertakan masyarakat dalam suatu perencanaan, mereka sebenarnya menganggap masyarakat sebagai sekelompok orang yang memerlukan pengobatan;

3. Menginformasikan: memberi informasi kepada masyarakat akan hak, tanggung jawab, dan pilihan mereka merupakan langkah awal yang sangat penting dalam pelaksanaan partisipasi masyarakat. Namun seringkali pemberian informasi dari penguasa kepada masyarakat tersebut bersifat satu arah. Masyarakat tidak memiliki kesempatan untuk memberikan umpan balik dan tidak memiliki kekuatan untuk negosiasi. Apalagi ketika informasi disampaikan pada akhir perencanaan, masyarakat hanya memiliki sedikit kesempatan untuk mempengaruhi program. Komunikasi satu arah ini biasanya dengan menggunakan media pemberitahuan, pamflet dan poster;

4. Konsultasi: konsultasi dengan masyarakat merupakan suatu langkah logis menuju partisipasi penuh. Namun konsultasi ini masih merupakan partisipasi semu karena tidak ada jaminan bahwa pendapat mereka akan diperhatikan. Cara yang sering digunakan dalam tingkat ini adalah jajak pendapat, pertemuan warga dan dengar pendapat. Jika pemegang kekuasaan membatasi usulan masyarakat, maka kegiatan tersebut hanyalah partisipasi palsu;

5. Menenangkan: pada tingkat ini masyarakat sudah memiliki beberapa pengaruh meskipun dalam beberapa hal pengaruh tersebut tidak memiliki jaminan akan diperhatikan. Masyarakat memang diperbolehkan untuk memberikan masukan atau mengusulkan rencana akan tetapi pemegang kekuasaanlah yang berwenang untuk menentukan. Salah satu strateginya adalah dengan memilih masyarakat miskin yang layak untuk dimasukkan ke dalam suatu lembaga; 6. Kemitraan: pada tingkatan ini kekuasaan disalurkan melalui negosiasi antara

(32)

Aturan ditentukan melalui mekanisme take and give, sehingga diharapkan tidak mengalami perubahan secara sepihak. Kemitraan dapat berjalan efektif bila dalam masyarakat ada kekuasaan yang terorganisir, pemimpin bertanggung jawab, masyarakat mampu membayar honor yang cukup bagi pemimpinnya serta adanya sumber dana untuk menyewa teknisi, pengacara dan organisator masyarakat. dengan demikian masyarakat benar-benar memiliki posisi tawar menawar yang tinggi sehingga akan mampu mempengaruhi suatu perencanaan; 7. Kekuasaan didelegasikan: negosiasi antara masyarakat dengan pejabat pemerintah bisa mengakibatkan terjadinya dominasi kewenangan pada masyarakat terhadap rencana atau program tertentu. Pada tingkat ini masyarakat menduduki mayoritas kursi, sehingga memiliki kekuasaan dalam menentukan suatu keputusan. Selain itu masyarakat juga memegang peranan penting dalam menjamin akuntabilitas program tersebut. Untuk mengatasi perbedaan, pemegang kekuasaan tidak perlu meresponnya akan tetapi dengan mengadakan proses tawar menawar; dan

8. Kontrol warga negara: adanya masyarakat yang menginginkan adanya jaminan bahwa kewenangan untuk mengatur program atau kelembagaan diberikan kepada mereka, bertanggung jawab penuh terhadap kebijakan dan aspek-aspek manajerial dan bisa mengadakan negosiasi apabila ada pihak ketiga yang akan mengadakan perubahan. Dengan demikian, masyarakat dapat berhubungan langsung dengan sumber-sumber dana untuk memperoleh bantuan atau pinjaman tanpa melewati pihak ketiga;

Sumber : Arsntein (1969)

Gambar 3 Eight rungs on the ladder of citizen participation

Manipulasi dan Terapi termasuk kedalam level „non-partisipasi‟, inisiatif pembangunan tidak bermaksud untuk memberdayakan masyarakat akan tetapi membuat pemegang kekuasaan untuk “menyembuhkan” atau “mendidik”

(33)

komunitas. Informasi, Konsultasi, dan Placation termasuk dalam level „Tokenisme‟, komunitas bisa mendapatkan informasi dan menyuarakan pendapat akan tetapi tidak ada jaminan kalau pendapat komunitas akan diakomodasi.

Placation sebagai level tertinggi dalam tokenisme, komunitas bisa memberikan saran kepada pemegang kekuasaan, tetapi penentuan tetap berada pada pemegang kekuasaan. Kemitraan, membuat komunitas dapat bernegosiasi dan terlibat dalam pengambilan keputusan. Pendelegasian Kewenangan dan Kontrol, komunitas memegang mayoritas pengambilan keputusan dan kekuatan pengelolaan. Tiga level terakhir termasuk kedalam level Kekuatan Warga Negara (Citizen Power).

Kerangka Pemikiran

Kerangka penelitian ini melihat sejauh mana keterlibatan atau partisipasi

stakeholder terhadap program CSR, yakni program UMKM. Bagaimana membina hubungan sinergis antara stakeholder-stakeholder yang terlibat merupakan salah satu tolak ukur dalam menilai keberhasilan dalam perlaksanaan program UMKM. Oleh karena itu, stakeholder yang terdiri dari masyarakat, pemerintah dan swasta (perusahaan) memiliki peran dalam keseluruhan tahapan partisipasi dalam pelaksanaan program UMKM Pabrik Teh PTPN VII UUPA. Khasali (2005) seperti dikutip Wibisono (2007) menjelaskan konsep pemangku kepentingan terkategori menjadi dua kategori, yakni stakeholder eksternal terdiri dari pemerintah dan masyarakat. Sedangkan stakeholder internal adalah perusahaan itu sendiri.

Gambar 4 Kerangka pemikiran Partisipasi Stakeholder Program Corporate Social Responsibility dan Dampaknya terhadap Taraf Hidup di Kelurahan Gunung Dempo, Sumatera Selatan

(34)

Program CSR secara tidak langsung akan memberikan dampak kepada masyarakat pemanfaat program. Tingkatan partisipasi menurut Uphoff et al. (1979) terdiri dari empat kategori, yakni tingkat pengambilan keputusan (perencanaan), tingkat pelaksanaan, tingkat evaluasi, dan tingkat pemanfaatan hasil. Dalam penelitian ini, akan mengukur taraf hidup masyarakat yang melaksanakan program CSR taraf hidup masyarakat dilihat dari keadaan fisik dan fasilitas bangunan (jenis lantai bangunan, jenis dinding terluas, fasilitas buang air besar, sumber penerangan, sumber air minum, bahan bakar untuk memasak, kepemilikan alat transportasi) rumah tangga yang merujuk kepada data BPS dalam SUSENAS, tingkat pendapatan, tingkat pengeluaran, dan tingkat tabungan.

Hipotesis Penelitian

Semakin tinggi tingkat partisipasi stakeholder maka semakin tinggi taraf hidup masyarakat.

Definisi Operasional

1. Tingkat partisipasi yaitu keterlibatan anggota masyarakat dan stakeholder

lainnya dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, program CSR/PKBL sesuai denga tahap-tahap yang berlaku. Fokus penelitian ini hanya sampai pada tiga tahap saja, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program CSR.

a. Partisipasi pada tahap perencanaan.

Keikutsertaan masyarakat dalam merumuskan, dan merancang program yang bersifat teknis maupun non-teknis, seperti kehadiran, keikutsertaan, dan keaktifan

b. Partisipasi pada tahap Pelaksanaan

Keikutsertaan dan keterlibatan stakeholder dalam pelaksanaan program berupa kehadiran, keikutsertaan dalam pengambilan keputusan.

c. Partisipasi pada tahap Evaluasi

Keikutseraan dan keterlibatan stakeholder dalam mengevaluasi program yang sudah dilaksanakan, dan pemberian saran , kritik dan ide-ide.

Untuk melihat tingkat partisipasi stakeholder, maka nilai setiap indikator (baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi) akan dihitung skor dari setiap pertanyaan, dengan kategori:

1. Tingkat Partisipasi sangat rendah (sangat tidak setuju), diberi skor 1 2. Tingkat Partisipasi rendah (tidak setuju), diberi skor 2

3. Tingkat Partisipasi sedang (kurang setuju), diberi skor 3 4. Tingkat Partisipasi tinggi (setuju), diberi skor 4

5. Tingkat Partisipasi sangat tinggi (sangat setuju), diberi skor 5

(35)

keadaan fisik dan fasilitas rumah tangga, tingkat pendapatan, tingkat pengeluaran, dan tingkat tabungan

1. keadaan fisik dan fasilitas bangunan yang mengacu pada data BPS dalam SUSENAS.

a. Jenis lantai bangunan, dikategorikan : 1.Tanah, diberi skor 1

2.Bambu, diberi skor 2 3.Kayu murah, diberi skor 3 4.Kayu mahal, diberi skor 4 5.Keramik, diberi skor 5

b. Jenis dinding terluas, dikategorikan: 1. Rumbia, diberi skor 1

2. Bambu, diberi skor 2

3. Kayu kualitas rendah, diberi skor 3 4. Tembok bata, diberi skor 4

5. Tembok beton, diberi skor 5

c. Fasilitas tempat buang air besar, dikategorikan: 1. WC umum, diberi skor 1

2. WC bersama tanah/semen, diberi skor 2 3. WC bersama keramik, diberi skor 3 4. WC pribadi tanah/semen, diberi skor 3 5. WC pribadi keramik, diberi skor 5 d. Sumber penerangan, dikategorikan:

1. Obor, diberi skor 1

2. Senter/petromak, diberi skor 2 3. Listrik non-PLN, diberi skor 3

4. Listrik PLN(bersama tetangga), diberi skor 4 5. Listrik PLN, diberi skor 5

e. Sumber air minum, dikategorikan:

1. Air sungai, air hujan, mata air, diberi skor 1 2. Sumur, Ledeng eceran diberi skor 2

3. Ledeng meteran, diberi skor 3 4. Sumur bor/pompa terlindung, skor 4

5. Air minum dalam kemasan/ isi ulang, skor 5 f. Bahan bakar untuk memasak, dikategorikan:

1. Kayu bakar, diberi skor 1 2. Minyak tanah, diberi skor 2 3. Kayu Bakar dan Gas, diberi skor 3 4. Gas, diberi skor 4

5. Listrik, diberi skor 5

g. Kepemilikan alat transportasi, dikategorikan: 1. Gerobak, diberi skor 1

2. Sepeda, becak, diberi skor 2

(36)

2. Tingkat Pendapatan yaitu rata-rata hasil kerja yang didapatkan oleh individu perbulan. Tingkat pendapatan diukur dengan membagi menjadi tiga kategori, yaitu

1. Tinggi, diberi skor 3 2. Sedang, diberi skor 2 3. Rendah, diberi skor 1

3. Tingkat pengeluaran yaitu pengeluaran yang digunakan dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya, seperti sandang, pangan, pendidikan, dan kesehatan. Tingkat pengeluaran dikategorikan sebagi berikut :

1. Tinggi, diberi skor 3 2. Sedang, diberi skor 2 3. Rendah, diberi skor 1

4. Tingkat tabungan yaitu pendapatan yang disimpan dalam bentuk uang. Tingkat investasi dikategorikan sebagai berikut :

(37)
(38)

METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian yang mengukur partisipasi stakeholder dalam program tanggung jawab sosial perusahaan dan dampaknya terhadap taraf hidup masyarakat di komunitas. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan secara kuantitatif yang di dukung dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan metode survei kepada responden dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner dijadikan sebagai instrumen dalam mengumpulkan data dan informasi dari responden. Metode survei digunakan untuk memperoleh data tingkat partisipasi stakeholder dan taraf hidup masyarakat dalam program kemitraan UMKM PTPN VII UUPA.

Pendekatan kualitatif dilakukan dengan menggunakan metode studi kasus kepada informan menggunakan teknik bola salju. Pendekatan kualitatif dilakukan karena mampu memberikan informasi mendalam, lebih jelas, dan terperinci yang berupa studi kasus. Dalam penelitian kualitatif analisis yang digunakan yaitu mereduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (Sitorus 1998). Pendekatan kualitatif dilakukan dengan menggunakan wawancara mendalam kepada informan serta pengamatan.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelurahan Gunung Dempo, Kecamatan Pagar Alam Selatan, Kota Pagar Alam (Lampiran 1). Kelurahan ini di pilih karena merupakan kelurahan yang menjadi binaan dari PTPN VII Unit Usaha Pagar Alam dan sebagai partisipan dalam program CSR atau dalam hal ini disebut dengan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PTPN VII UUPA. Sebelum memilih lokasi penelitian, peneliti melakukan telaah data sekunder dan observasi. Data sekunder dilakukan dengan telaah dokumen. Observasi dilakukan untuk melihat kelurahan mana yang menjadi binaan dari Pabrik The PTPN VII UUPA dan kondisi lapangan. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive). Berdasarkan informasi yang didapat, PTPN VII merupakan perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang bergerak di bidang agribisnis perkebunan yang mempunyai komoditas utama seperti teh, karet, sawit, dan tebu. Dalam perjalanannya, PTPN VII Persero memiliki tiga unit pusat yang tersebar di tiga provinsi, yakni Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Lampung. Penelitian ini dilakukan di unit usaha Pagar Alam, Sumatera Selatan yang mempunyai komoditas utama yaitu teh. PTPN VII Unit Usaha Pagar Alam telah

menerapkan CSR/PKBL sebagai tanggung jawab perusahaan dalam

(39)

partisipan di kelurahan ini berkesempatan untuk meminjam lebih dari satu putaran. Penelitian ini juga difokuskan untuk melihat sejauhmana partisipasi masyarakat yang mendapatkan program Kemitraan dan sejauhmana peran

stakeholder dalam pelaksaannya serta hubungannya dengan dampak ekonomi dalam hal taraf hidup masyarakat yang mendapatkan program Kemitraan. Penjajagan lokasi penelitian dilakukan pada bulan Januari 2013 dan penelitian dilaksanakan pada bulan April 2013 ( Lampiran 2).

Pendekatan Kuantitatif

Penelitian kuantitatif dilakukan dengan menggunakan metode survei dan penyebaran kuesioner. Metode survei digunakan untuk memperoleh data tingkat partisipasi stakeholder dan taraf hidup masyarakat dalam program kemitraan UMKM PTPN VII UUPA. Populasi atau universe didefinisikan sebagai jumlah keseluruhan unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga (Singarimbun dan Effendi 1989). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumah tangga masyarakat Kelurahan Gunung Dempo yang menjadi partisipan Program Kemitraan, yang berjumlah 55 orang. Dari keseluruhan populasi, dibentuklah kerangka sampling yang berjumlah 55 orang (Lampiran 3) dengan meliputi partisipan Program Kemitraan yang tersebar di 6 RW / dusun, yakni RW 01 Pabrik, RW 02 Talang Darat, RW 03 Gunung Gare, RW 04 Muara Perikan, RW 05 Muara Abadi, RW 06 Janang.

Responden didefinisikan sebagai orang atau pihak yang memberikan keterangan tentang identitas diri dan kegiatan yang dilakukannya. Pemilihan responden dilakukan dengan teknik simple random sampling. Singarimbun dan Effendi (1989) menyampaikan bahwasanya sampel dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, sedangkan pertimbangan yang diambil itu berdasarkan tujuan penelitian dan kerangka sampel. Cara pengambilan sampel seperti ini ialah kita memilih subgrup dari populasi sedemikian rupa sehingga sampel yang dipilih mempunyai sifat yang sesuai dengan sifat-sifat populasi.. Mengingat penelitian ini diarahkan untuk melihat dampak penyelenggaraan program sehingga responden yang dipilih merupakan partisipan program kemitraan yang tergolong aktif dalam kegiatan UMKM. Selanjutnya, dikarenakan dalam penelitian ini akan mengkur dampak, maka di ukur dengan menggunakan

with and without project. Pengukuran dampak dengan menggunakan without project dilakukan dengan memilih salah satu desa yang tidak terkena program dan memiliki karakteristik yang sama. Total dari 50 responden yang terdiri dari 30 responden dari rumah tangga pemanfaat program kemitraan simpan pinjam dan 20 responden adalah rumah tangga non-pemanfaat program kemitraan UMKM. Sebanyak 30 orang responden dari kategori pemanfaat program kemitraan simpan pinjam diambil dari kerangka sampling yang berjumlah 55 orang (Lampiran 3).

(40)

didasarkan pada pertimbangan tujuan penelitian, dimana untuk melihat bagaimana dampak terhadap taraf hidup tidak dapat diukur dalam cakupan skala individu.

Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer dilakukan dengan penyebaran kuesioner dilakukan kepada 50 responden yang terdiri dari 30 responden yang merupakan non-pemanfaat program dan 20 orang responden yang merupakan pemanfaat program dengan menggunakan daftar pertanyaan. Data sekunder didapatkan dari data perusahaan dan dokumen pihak kelurahan.

Data kuantitatif dianalisis dengan mengukur tingkat partisipasi dan dampak dari pelaksanaan program kemitraan terhadap masyarakat akibat adanya program CSR melalui kuesioner. Data kuantitatif diolah dengan menggunakan Microsoft Excel2010 dan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 16.0 for Windows

dan dianalisis disesuaikan dengan metode yang digunakan. Analisis tingkat partisipasi stakeholder dan masyarakat untuk mengetahui sejauh mana partisipasi dari stakeholder dalam setiap tahap penyelenggaraan program, baik dalam tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Analisis dampak pelaksanaan program CSR terhadap taraf hidup masyarakat partisipan program UMKM dalam setiap kategori, seperti atribut tingkat fasilitas rumah tangga, tingkat pendapatan, tingkat pengeluaran, dan tingkat tabungan. Selanjutnya, untuk mengetahui hubungan tingkat partisipasi partisipan program kemitraan simpan pinjam dan taraf hidup masyarakat dari pelaksanaan program CSR/PKBL digunakan uji korelasi Rank Spearman. Uji statistik ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara tingkat partisipasi anggota program CSR dalam setiap tahapan penyelenggaraan program, baik perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi dengan dampak ekonomi. Selain itu juga, penelitian ini melihat perbandingan antara masyarakat pemanfaat program kemitraan dan masyarakat non-pemanfaat program kemitraan untuk mengetahui dampak dari pelaksanaan program PKBL atau CSR. Tabel frekuensi digunakan untuk melihat jumlah dan persentase hasil perhitungan dari setiap variabel yang digunakan sehingga memudahkan dalam membaca dan memahami tabel (Lampiran 5). Tabulasi silang digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yang digunakan sehingga memudahkan peneliti dalam perhitungan (Lampiran 6). Skor penilaian responden menggunakan skala likert dengan skala 1-5 dan digolongkan berdasarkan nilai yang diperoleh dengan mengalikan besarnya pada kategori tertentu yang sudah ditetapkan. Selanjutnya ditentukan nilai rata-rata dan standar deviasi untuk menentukan kategori rendah, sedang, tinggi dalam setiap tahapan.

Pendekatan Kualitatif

Gambar

Tabel 1 Karakteristik Tahap-Tahap Kedermawanan Sosial
Gambar 3 Eight rungs on the ladder of citizen participation
tabel luas wilayah menurut penggunaannya.
Gambar 5 menjelaskan persentase klasifikasi tingkat partisipasi total
+6

Referensi

Dokumen terkait

Uji persentase daya hambat dilakukan pada media agar dengan cara menginokulasikan isolat bakteri dan patogen yang ada secara berpasangan dalam cawan petri berdiameter 9 cm..

Pogge, Relational Conceptions of Justice : Responsibilities for Health Outcomes yang termuat dalam Sudhir Anand, Fabiene Peter, and Amartya Sen (Editors), Public

 Bagian statistika yang tidak mengikuti suatu distribusi tertentu parameter dan populasinya atau memiliki distribusi yang bebas dari persyaratan dan variansnya tidak

Berdasarkan hasil penelitian distribusi frekuensi responden sebelum diberikan pengaruh terapi musik suara alam terhadap kualitas tidur pasien mayoritas pasien

Peubah amatan yang diamati adalah tinggi bibit kakao, diameter batang bibit kakao, jumlah daun bibit kakao, total luas daun bibit kakao, bobot basah tajuk bibit kakao,

Indonesia Tahun 2014 Nomor 168, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5558) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah

• izkaz finančnih tokov in bilanca stanja – bilanca stanja nam kaže finančni položaj podjetja na določen dan, izkaz finančnih tokov pa spremembo sredstev in obveznosti do

pelayanan yang disediakan oleh Restoran meliputi pelayanan penjualan makanan dan/atau minuman yang dikonsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan maupun di tempat