• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kinerja Pertumbuhan Ikan Nila Merah Yang Diberi Pakan Berbasis Distillers Dried Grain with Sollubles Di Waduk Cirata, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kinerja Pertumbuhan Ikan Nila Merah Yang Diberi Pakan Berbasis Distillers Dried Grain with Sollubles Di Waduk Cirata, Jawa Barat"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

iv

ABSTRACT

ARIE KURNIANTO. Growth Performance of Red Tilapia with Distillers Dried Grain with Solubles Feed at Cirata Lake, West Java. Supervised by

MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI dan DEDY YANIHARTO.

Protein is prime source energy of fish. Protein source in fish provided from fish flour and soy bean meal, both of them still import and make the price of feed being expensive. Hence, it is necessary to find an alternative protein source to decrease feed price. The purpose this research was to observe growth of red tilapia with DDGS feed. This research was performed in March till July 2011 at Cirata lake, West Java and Fish Nutrition Laboratory, Department of Aquaculture, Fisheries and Marine Science Faculty, Bogor Agricultural University. The feed treatment were 30% DDGS (feed A), 40% DDGS (feed B), 50% DDGS (feed C), 0% DDGS (Grade A control feed), and 0% DDGS (Grade B control feed). The proximate analysis showed the testing protein feed were ranging 27,87-28,67%. The best result from testing was 50% DDGS feed with 278 g mean weight of fish, survival rate was 93,67 ± 2,51%, specific growth rate was 1,80 ± 0,04%, total consumption feed 36157 ± 4305 g, protein retention was 33,87 ± 2,69%, fat retention was 84,06 ± 2,50%, feed convertion ratio was 1,58 ± 0,02, and feed efficiency was 63,12 ± 0,86%. Finnaly, it can be concluded that the used 50% DDGS to feed can give good growth for fish.

(2)

iii

ABSTRAK

ARIE KURNIANTO. Kinerja Pertumbuhan Ikan Nila Merah yang Diberi Pakan Berbasis Distillers Dried Grain with Solubles Di Waduk Cirata, Jawa Barat.

MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI dan DEDY YANIHARTO.

Protein merupakan sumber energi utama bagi ikan. Protein pada pakan ikan air tawar masih berasal dari tepung ikan dan soy bean meal, kedua bahan masih diimpor sehingga harga pakan menjadi mahal. Oleh karena itu, diperlukan sumber protein alternatif agar harga pakan menjadi kompetitif. Tujuan dari penelitian ini adalah menguji kinerja pertumbuhan ikan nila merah Oreochromis sp. yang diberi pakan berbasis distillers dried grain with soluble (DDGS). Penelitian dilaksanakan pada Maret hingga Juli 2011 di Waduk Cirata, Jawa Barat dan Laboratorium Nutrisi Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pakan uji yang digunakan adalah pakan perlakuan DDGS 30% (pakan A), pakan DDGS 40% (pakan B), pakan DDGS 50% (pakan C), pakan DDGS 0% (pakan kontrol Grade A), dan pakan DDGS 0% (pakan kontrol Grade B). Hasil analisis proksimat menunjukkan protein pakan perlakuan berkisar 27,87-28,67%. Hasil yang terbaik dari pakan perlakuan pada pakan C dengan bobot rata-rata pada akhir pemeliharaan 278 g, kelangsungan hidup 93,67 ± 2,51%, laju pertumbuhan harian 1,80 ± 0,04%, jumlah konsumsi pakan 36157 ± 4305 g, retensi protein 33,87 ± 2,69%, retensi lemak 84,06 ± 2,50%, konversi pakan 1,58 ± 0,02, dan efisensi pakan 63,12 ± 0,86%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan DDGS 50% dalam pakan memberikan pertumbuhan yang baik pada ikan.

(3)

1

I.

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Protein merupakan unsur penting yang dibutuhkan ikan. Pertumbuhan ikan salah satunya ditentukan oleh jumlah protein dalam pakan dan protein pakan yang dicerna oleh ikan. Selama ini protein pakan masih bersumber dari tepung ikan dan bungkil kedelai yang didatangkan dari luar negeri. Diketahui bahwa harga tepung ikan adalah Rp 12.414 per kg (Atanpaim, 2010) dan bungkil kedelai Rp 3.359 per kg (Anonim, 2011). Keadaan ini membuat harga pakan bertambah mahal.

Pakan merupakan bagian penting dalam kegiatan budidaya. Biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan budidaya untuk pakan sebesar 40-89% (Suprayudi, 2010). Masalah seperti ini harus segera diselesaikan agar petani mendapatkan keuntungan yang maksimal, salah satunya dengan memanfaatkan pakan berbahan baku dari dalam negeri maupun pakan berbasis limbah. Pendekatan lain adalah menggunakan karbohidrat dan lemak sebagai sumber energi (Azaza et al., 2009).

Pemanfaatan bahan baku lokal diharapkan dapat meminimumkan biaya yang dikeluarkan untuk pakan. Persyaratan yang harus dipenuhi bahan baku pakan ikan adalah bahan tersebut harus memenuhi kebutuhan nutrien ikan, bahan tersebut tidak berkompetisi dengan kebutuhan manusia, memiliki jumlah yang banyak, berbasis limbah, dan tidak mengandung hazard material (Suprayudi, 2010). Melihat dari persyaratan tersebut, maka distillers dried grains with

solubles (DDGS) dapat digunakan sebagai pakan ikan. DDGS adalah hasil

samping dari proses pengolahan etanol. Pada proses pembuatan etanol terdapat residu dari hasil penggilingan jagung dan difermentasikan oleh Saccharomyces cerevisiae.

(4)

2 akan didapatkan 1,02 L etanol, 0,28 kg karbon dioksida, dan 0,82 kg DDGS (Lim & Aksoy, 2008). Dapat dikatakan bahwa kandungan dalam DDGS 3 kali lipat dari jagung. Adapun penggunaan DDGS dalam pakan pada penelitian yang dilakukan Lim & Aksoy (2008), bahwa dengan mengantikan 30% SBM dengan 30% DDGS dapat meningkatkan pertambahan bobot pada Channel catfish. Ikan nila merah

Oreochromis sp. dipilih dalam penelitian ini karena merupakan salah satu

komoditas unggulan dalam perikanan air tawar dan cocok dalam budidaya intensif. Ikan nila memiliki karakteristik seperti pertumbuhan cepat, dapat menerima pakan buatan, dan mampu dalam beradaptasi pada lingkungan (Azaza

et al., 2009)

1.2 Tujuan

(5)

3

II.

BAHAN DAN METODE

2.1 Pemeliharaan Ikan

Ikan uji yang digunakan adalah ikan nila merah dengan bobot rata-rata ikan 31,59 ± 1,07 g. Pemeliharaan ikan dilakukan selama 120 hari di Waduk Cirata, Jawa Barat. Media pemeliharaan yang digunakan adalah karamba jaring apung dengan dimensi 2 m x 2 m x 1,5 m sebanyak 15 jaring. Padat tebar setiap jaring adalah 25 ekor/m2. Pemberian pakan dilakukan secara at satiation dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak tiga kali sehari, yaitu pukul 07.00, 12.00, dan 16.00 WIB. Pengamatan dilakukan setiap hari dengan mencatat jumlah pakan yang dihabiskan, jumlah dan bobot ikan mati.

2.2 Pakan Uji

Pakan yang digunakan selama pemeliharaan ikan berbahan dasar DDGS. Berikut adalah pakan perlakuan yang digunakan :

Pakan A : pakan dengan kadar DDGS 30% Pakan B : pakan dengan kadar DDGS 40% Pakan C : pakan dengan kadar DDGS 50%

Pakan D : pakan kontrol 1 (pakan komersial grade A) Pakan E : pakan kontrol 2 (pakan komersial grade B)

(6)

4 Tabel 1. Komposisi pakan dan hasil analisis proksimat pakan

Komposisi

Pakan perlakuan / % DDGS

Grade A Grade B

Analisis proksimat dilakukan pada pakan dan ikan perlakuan. Analisis yang dilakukan adalah analisis protein, serat kasar, kadar lemak, kadar abu, dan kadar air. Analisis proksimat protein menggunakan metode Kjeldhal, analisa kadar

(7)

5

2.4 Parameter Uji

2.4.1 Jumlah Konsumsi Pakan (JKP)

Pengukuran JKP ditentukan dengan menimbang jumlah pakan yang diberikan dikurangi jumlah pakan yang tidak dimakan.

2.4.2 Laju Pertumbuhan Harian (LPH)

Pengukuran LPH ikan uji dihitung berdasarkan persamaan yang dikemukakan oleh Huissman (1987), yaitu:

α = - 1 x 100%

Keterangan:

α = Laju pertumbuhan harian

Wt = Rata-rata bobot individu akhir pemeliharaan (g)

Wo = Rata-rata bobot individu awal pemeliharaan (g)

T = Lama waktu pemeliharaan (hari)

2.4.3 Retensi protein

Nilai retensi protein dihitung dengan persamaan sebagai berikut : RP = [(F-I)/P] x 100%

Keterangan :

RP = Retensi protein (%)

F = Jumlah protein ditubuh ikan pada akhir pemeliharaan (g) I = Jumlah protein ditubuh ikan pada awal pemeliharaan (g) P = Jumlah protein yang dikonsumsi ikan (g)

2.4.4 Retensi lemak

(8)

6

2.4.5 Kelangsungan hidup (survival rate, SR)

Kelangsungan hidup ikan dapat diketahui dengan persamaan sebagai berikut:

Nilai efisiensi pakan dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

2.4.7 Konversi pakan (feed conversion ratio, FCR)

Konversi pakan dihitung dengan persamaan berikut:

FCR = F

Wt + D −Wo

Keterangan:

FCR = Feed Conversion Ratio

F = Jumlah pakan yang diberikan selama pemeliharaan (kg) Wt = Biomassa akhir pemeliharaan (kg)

Wo = Biomassa awal pemeliharaan (kg)

D = Bobot ikan mati (kg)

2.5 Analisis Data

(9)

7

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Perubahan biomasa rata-rata ikan nila merah dengan kadar DDGS berbeda dapat dilihat pada Gambar 1. Perubahan biomassa rata-rata pada pakan DDGS 30% pada awal pemeliharaan 32,87 g menjadi 265,67 g pada akhir pemeliharaan. Pada pakan DDGS 40% pada awal pemeliharaan 30,53 g menjadi 242 g di akhir pemeliharaan. Pakan DDGS 50% di awal pemeliharaan 32,57 g bertambah menjadi 278 g di akhir pemeliharaan. Pada pakan Grade A di tebar awal seberat 30,70 g selama 120 hari menjadi 353,33 g, sedangkan pakan Grade B pada awal tebar 31,30 g selama 120 hari bertambah menjadi 245,67 g. Hasil ini membuktikan bahwa pemberian pakan dengan DDGS dapat meningkatkan bobot biomasa pada ikan selama masa pemeliharaan 120 hari.

Gambar 1. Biomasa ikan rata-rata ikan nila merah Oreochromis sp. selama masa pemeliharaan yang diberi pakan perlakuan A (30% DDGS), pakan B (40% DDGS), pakan C (50% DDGS), pakan D (0% DDGS, kontrol grade A), dan pakan E (0% DDGS, kontrol grade B).

(10)

8 Tabel 2. Jumlah Konsumsi Pakan (JKP), Laju Pertumbuhan Harian (LPH), Konversi pakan (FCR), Efisiensi Pakan (EP), Retensi Lemak (RL), Retensi Protein (RP), dan Kelangsungan hidup (SR) selama masa pemeliharaan

Parameter Pakan perlakuan deviasi yang berbeda pada setiap baris menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (p<0,05).

Nilai LPH pada perlakuan B berbeda nyata dengan perlakuan D (p<0,05) sebesar 1,97 ± 0,08. Nilai JKP tertinggi diperoleh oleh perlakuan D 40634 ± 4710 g, hasil ini tidak berbeda nyata dengan perlakuan A dan C. Nilai EP perlakuan D dan B tidak berbeda nyata (p>0,05) dengan 64,92 ± 2,40 %. Nilai RP pada perlakuan A, B, dan C berbeda nyata dengan perlakuan E sebesar 27,53 ± 2,03 %. Nilai RP perlakuan D berbeda nyata pada semua perlakuan dengan nilai 140,08 ± 5,97 %. Nilai SR tertinggi didapat pada perlakuan E 95,3 ± 0,58 % dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan C 93,67 ± 2,52 %. Nilai FCR terbaik diperoleh oleh perlakuan D 1,44 ± 0,02, dimana dengan perlakuan B tidak berbeda nyata.

3.2 Pembahasan

Penggunaan bahan baku berbasis limbah telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan dalam bahan baku pakan yang masih bersumber pada tepung ikan

dan tepung bungkil kedelai, dimana kedua bahan tersebut masih banyak didatangkan dari luar negri dan memiliki nilai yang tidak murah. Harga bahan baku yang mahal akan mengakibatkan harga pakan juga semakin mahal. Solusi

(11)

9 pakan ikan untuk menggantikan sumber protein yang berasal dari tepung ikan maupun tepung bungkil kedelai.

Jumlah konsumsi pakan berdasarkan pada Tabel 2 memberikan hasil yang berbeda nyata pada pakan DDGS 40% dan pakan grade A, jumlah pakan yang dikonsumsi pada ikan perlakuan DDGS 40% sebanyak 26,65 ± 2,65 kg sedangkan untuk ikan perlakuan grade A menghabiskan 40,63 ± 4,71 kg selama masa pemeliharan. Kemampuan ikan untuk menangkap dan mencerna pakan disebabkan karakteristik fisik dari pakan, seperti kecepatan tenggelam, ukuran, warna dan tekstur pakan (Dias et al., 1997).

Energi diperoleh ikan berasal dari pakan yang dikonsumsi. Energi didapat dengan perombakan nutrient dalam pakan, seperti protein, lemak dan karbohidrat. Energy inilah yang digunakan untuk proses metabolism dan tumbuh, dan jika energy yang didapat berlebih maka akan disimpan dalam tubuh ikan dan dapat terlihat dari nilai retensi protein dan lemak.

Nilai retensi lemak tinggi yang didapat perlakuan D dengan 140,08 ± 5,97% disebabkan tingginya kadar BETN mencapai 49,04% sehingga dirubah dan

disimpan dalam bentuk asam lemak. Pada proses pencernaan pakan, karbohidrat di hidrolisis dalam mulut, lambung dan usus. Hasil akhir dari dari hidrolisis adalah glukosa, fruktosa, galaktosa dan manosa yang kemuidan dibawa darah

menuju hati. Glukosa dioksidasi menjadi asam piruvat, kemudian asam piruvat dekarboksilasi menjadi asilkoenzim. Apabila kadar karbohidrat dalam pakan berlebih, maka Asilkoenzim akan masuk ke dalam jalur pembentukan asam lemak sehingga terbentuk asam lemak (Poedjiaji, 1994). Menurut Bauermeister & Sargent (1979), asam lemak pada ikan ditunjukkan dalam bentuk triasligliserol atau phospholipids yang dibentuk dari gliserol 3-fosfat. Gliserol 3-fosfat dapat dibentuk dari glukosa melalui glikolisis atau dari asam amino melalui glukoneogenesis. Selain karbohidrat, asam amino juga dapat dirubah menjadi asam lemak. Kecenderungan ikan untuk proses glukogenesis dari asam amino adalah sangat mungkin karena ini adalah jalan utama untuk pembentukan gliserol dalam biosintesis gliserolipid pada ikan (Sargent et al., 1972).

(12)

10 memperlihatkan adanya pertumbuhan pada ikan setiap harinya. Menurut Watanabe (1988), pertumbuhan maksimum merupakan peningkatan bobot dan ukuran yang dipengaruhi oleh komposisi nutrisi yang optimum. Dapat dilihat bahwa nilai LPH yang mendekati pakan Grade A 1,97 ± 0,08 % adalah pakan DDGS 50% 1,80 ± 0,04 %. Menurut Hertrampf dan Pascual (2000), bahwa secara umum penambahan DDGS pada pakan dapat mencapai 10-35%. Tetapi, hasil yang diperoleh bahwa dengan penambahan DDGS 50% dalam pakan masih memberikan pertumbuhan yang sama dengan pakan grade A.

Ikan menggunakan protein sebagai sumber energi secara efisien (Lovell, 1989). Protein digunakan sebagai pertumbuhan dan unsur pembentuk jaringan baru (NRC, 1993). Pertumbuhan tinggi pada pakan DDGS 50% dan grade A memiliki serat kasar pakan yang rendah dibandingkan yang lain, nilai serat kasar berturut-turut 6,89% dan 7,03%. Sebagian besar ikan dapat menoleransi serat kasar dalam pakan hingga 8%, tetapi jika lebih dari nilai tersebut dapat menekan pertumbuhan (NRC, 1993).

Konversi pakan adalah suatu ukuran yang menyatakan rasio jumlah pakan

yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg daging ikan. Konversi pakan (FCR) dapat digunakan untuk mengetahui kualitas pakan yang diberikan terhadap pertumbuhan ikan (Mahyuddin, 2008). Nilai FCR yang kecil menandakan pakan

dimanfaatkan dengan baik oleh ikan untuk pertumbuhan. Dapat dilihat bahwa pakan DDGS 30% dan 50% memiliki hasil yang tidak berbeda nyata, tetapi pakan DDGS 30% dan 50% berbeda nyata dengan pakan grade A yang memiliki nilai masing-masing 1,59 ± 0,10; 1,58 ± 0,02; 1,44 ± 0,02. Nilai FCR berbanding terbalik dengan nilai efisiensi pakan (EP), semakin kecil FCR maka nilai EP akan semakin besar.

(13)
(14)

12

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Penambahan DDGS 50% masih memberikan hasil yang baik bagi pertumbuhan ikan. Pakan DDGS 50% tidak memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap laju pertumbuhan harian, jumlah konsumsi pakan, retensi protein, efisiensi pakan, dan kelangsungan hidup dengan pakan Grade A, tetapi FCR berbeda dengan pakan grade A.

4.2 Saran

(15)

KINERJA PERTUMBUHAN IKAN NILA MERAH YANG

DIBERI PAKAN BERBASIS

DISTILLERS DRIED GRAINS

WITH SOLUBLES

DI WADUK CIRATA, JAWA BARAT

ARIE KURNIANTO

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(16)

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

KINERJA PERTUMBUHAN IKAN NILA MERAH YANG DIBERI PAKAN BERBASIS Distillers Dried Grain with Solubles DI WADUK CIRATA, JAWA BARAT

adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Februari 2012

(17)

iii

ABSTRAK

ARIE KURNIANTO. Kinerja Pertumbuhan Ikan Nila Merah yang Diberi Pakan Berbasis Distillers Dried Grain with Solubles Di Waduk Cirata, Jawa Barat.

MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI dan DEDY YANIHARTO.

Protein merupakan sumber energi utama bagi ikan. Protein pada pakan ikan air tawar masih berasal dari tepung ikan dan soy bean meal, kedua bahan masih diimpor sehingga harga pakan menjadi mahal. Oleh karena itu, diperlukan sumber protein alternatif agar harga pakan menjadi kompetitif. Tujuan dari penelitian ini adalah menguji kinerja pertumbuhan ikan nila merah Oreochromis sp. yang diberi pakan berbasis distillers dried grain with soluble (DDGS). Penelitian dilaksanakan pada Maret hingga Juli 2011 di Waduk Cirata, Jawa Barat dan Laboratorium Nutrisi Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pakan uji yang digunakan adalah pakan perlakuan DDGS 30% (pakan A), pakan DDGS 40% (pakan B), pakan DDGS 50% (pakan C), pakan DDGS 0% (pakan kontrol Grade A), dan pakan DDGS 0% (pakan kontrol Grade B). Hasil analisis proksimat menunjukkan protein pakan perlakuan berkisar 27,87-28,67%. Hasil yang terbaik dari pakan perlakuan pada pakan C dengan bobot rata-rata pada akhir pemeliharaan 278 g, kelangsungan hidup 93,67 ± 2,51%, laju pertumbuhan harian 1,80 ± 0,04%, jumlah konsumsi pakan 36157 ± 4305 g, retensi protein 33,87 ± 2,69%, retensi lemak 84,06 ± 2,50%, konversi pakan 1,58 ± 0,02, dan efisensi pakan 63,12 ± 0,86%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan DDGS 50% dalam pakan memberikan pertumbuhan yang baik pada ikan.

(18)

iv

ABSTRACT

ARIE KURNIANTO. Growth Performance of Red Tilapia with Distillers Dried Grain with Solubles Feed at Cirata Lake, West Java. Supervised by

MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI dan DEDY YANIHARTO.

Protein is prime source energy of fish. Protein source in fish provided from fish flour and soy bean meal, both of them still import and make the price of feed being expensive. Hence, it is necessary to find an alternative protein source to decrease feed price. The purpose this research was to observe growth of red tilapia with DDGS feed. This research was performed in March till July 2011 at Cirata lake, West Java and Fish Nutrition Laboratory, Department of Aquaculture, Fisheries and Marine Science Faculty, Bogor Agricultural University. The feed treatment were 30% DDGS (feed A), 40% DDGS (feed B), 50% DDGS (feed C), 0% DDGS (Grade A control feed), and 0% DDGS (Grade B control feed). The proximate analysis showed the testing protein feed were ranging 27,87-28,67%. The best result from testing was 50% DDGS feed with 278 g mean weight of fish, survival rate was 93,67 ± 2,51%, specific growth rate was 1,80 ± 0,04%, total consumption feed 36157 ± 4305 g, protein retention was 33,87 ± 2,69%, fat retention was 84,06 ± 2,50%, feed convertion ratio was 1,58 ± 0,02, and feed efficiency was 63,12 ± 0,86%. Finnaly, it can be concluded that the used 50% DDGS to feed can give good growth for fish.

(19)

v

KINERJA PERTUMBUHAN IKAN NILA MERAH YANG

DIBERI PAKAN BERBASIS

DISTILLERS DRIED GRAINS

WITH SOLUBLES

DI WADUK CIRATA, JAWA BARAT

ARIE KURNIANTO

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Teknologi & Manajemen Perikanan Budidaya

Departemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(20)

vi

PENGESAHAN

Judul : Kinerja Pertumbuhan Ikan Nila Merah Yang Diberi Pakan Berbasis

Distillers Dried Grain with Sollubles Di Waduk Cirata, Jawa Barat

Nama : Arie Kurnianto NIM : C14070078 Departemen : Budidaya Perairan

Disetujui,

Diketahui,

Ketua Departemen Budidaya Perairan

Dr. Odang Carman NIP. 19591222 198601 1 001

Tanggal Lulus :

Pembimbing I

Dr. Muhammad Agus Suprayudi NIP. 19650418 199103 1 003

Pembimbing II

(21)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Kinerja Pertumbuhan Ikan Nila Merah yang Diberi Pakan Berbasis

Distillers Dried Grains with Soluble di Waduk Cirata, Jawa Barat” ini sebagai

salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis berterima kasih kepada:

1. Bapak Dr. M. Agus Suprayudi dan Bapak Dedy Yaniharto, M.Sc. sebagai Pembimbing I dan Pembimbing II atas segala bimbingan dan arahan selama penelitian hingga penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. M. Zairin Jr. sebagai Dosen Penguji dalam ujian akhir skripsi ini dan arahannya dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu Dr. Sri Nuryati sebagai dosen pembimbing akademik atas segala bimbingan dan arahan selama studi

4. Kedua Orang Tua yang penulis sayangi dan banggakan, Kakak Ria Amelia atas dukungan dan cintanya selama ini.

5. Bapak Iwing, Bapak Gatot, serta seluruh karyawan Lucky Farm Waduk Cirata

atas kebersamaannya selama penelitian.

6. Bapak Wasjan dan Ibu Retno atas bimbingannya selama di laboratorium

7. Bapak Maryanta, Ibu Yuli, Bapak Asep, dan Bapak Adhi saat mengurus administrasi studi hingga lulus.

8. Teman-teman Laboratorium Nutrisi, Nurfadhillah, Gebbie Edriani, Asep El-Qusairy, Dina Silmina, Azis Kurniansyah, Aditya Hutama, Upmal Deswira, Feri Kurniawati, Zulhadiati Agustina, Retno Cahya, dan Ridha Nugroho. 9. Teman-teman COMB44T atas kebersamannya selama ini khususnya, Bachtiar,

Agus, Tyas, Ikbal, Reky, Aulia, Annisa, Yunika, Ikhsan, dan Rico.

Bogor, Februari 2012

(22)

viii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 20 Mei 1989 dari pasangan Bapak Soeharno dan (alm.) Ibu Tini. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Setelah menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 35 Jakarta pada tahun 2007, penulis melanjutkan pendidikan di IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama masa perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Akuakultur periode 2010-2011. Penulis juga pernah menjadi asisten pada mata kuliah Nutrisi Ikan (2011), Teknologi Produksi Pakan Alami, Bentos dan Algae (2011), dan Teknologi Pembuatan Pakan Ikan (2011). Penulis pernah mengikuti Pekan Kreativitas Mahasiswa yang berjudul: Pemeriksaan kondisi kesehatan ikan lele Clarias batrachus melalui pengamatan gambaran darah. Dalam usaha menambah wawasan dan pengetahuan di bidang

akuakultur, penulis melakukan kegiatan magang di BBPBL Lampung (2007), BBPBL Jepara (2007), dan BBL Lombok (2010). Untuk menyelesaikan studi, penulis menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kinerja Pertumbuhan Ikan Nila

(23)
(24)

ii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Komposisi pakan dan hasil analisis proksimat pakan ... 4

(25)

iii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Prosedur analisis proksimat ... 15

1.1 Prosedur analisis kadar air ... 15 1.2 Prosedur analisis kadar serat kasar ... 15 1.3 Prosedur analisis kadar protein ... 16 1.4 Prosedur analisis kadar lemak ... 17 1.5 Prosedur analisis kadar abu ... 17

2. Analisis kelangsungan hidup ... 18

3. Analisis retensi lemak ... 19

4. Analisis jumlah konsumsi pakan………. . 20

5. Analisis laju pertumbuhan harian……….. 20

6. Analisis retensi protein……….. ... 21

7. Analisis konversi pakan………. 22

(26)

1

I.

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Protein merupakan unsur penting yang dibutuhkan ikan. Pertumbuhan ikan salah satunya ditentukan oleh jumlah protein dalam pakan dan protein pakan yang dicerna oleh ikan. Selama ini protein pakan masih bersumber dari tepung ikan dan bungkil kedelai yang didatangkan dari luar negeri. Diketahui bahwa harga tepung ikan adalah Rp 12.414 per kg (Atanpaim, 2010) dan bungkil kedelai Rp 3.359 per kg (Anonim, 2011). Keadaan ini membuat harga pakan bertambah mahal.

Pakan merupakan bagian penting dalam kegiatan budidaya. Biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan budidaya untuk pakan sebesar 40-89% (Suprayudi, 2010). Masalah seperti ini harus segera diselesaikan agar petani mendapatkan keuntungan yang maksimal, salah satunya dengan memanfaatkan pakan berbahan baku dari dalam negeri maupun pakan berbasis limbah. Pendekatan lain adalah menggunakan karbohidrat dan lemak sebagai sumber energi (Azaza et al., 2009).

Pemanfaatan bahan baku lokal diharapkan dapat meminimumkan biaya yang dikeluarkan untuk pakan. Persyaratan yang harus dipenuhi bahan baku pakan ikan adalah bahan tersebut harus memenuhi kebutuhan nutrien ikan, bahan tersebut tidak berkompetisi dengan kebutuhan manusia, memiliki jumlah yang banyak, berbasis limbah, dan tidak mengandung hazard material (Suprayudi, 2010). Melihat dari persyaratan tersebut, maka distillers dried grains with

solubles (DDGS) dapat digunakan sebagai pakan ikan. DDGS adalah hasil

samping dari proses pengolahan etanol. Pada proses pembuatan etanol terdapat residu dari hasil penggilingan jagung dan difermentasikan oleh Saccharomyces cerevisiae.

(27)

2 akan didapatkan 1,02 L etanol, 0,28 kg karbon dioksida, dan 0,82 kg DDGS (Lim & Aksoy, 2008). Dapat dikatakan bahwa kandungan dalam DDGS 3 kali lipat dari jagung. Adapun penggunaan DDGS dalam pakan pada penelitian yang dilakukan Lim & Aksoy (2008), bahwa dengan mengantikan 30% SBM dengan 30% DDGS dapat meningkatkan pertambahan bobot pada Channel catfish. Ikan nila merah

Oreochromis sp. dipilih dalam penelitian ini karena merupakan salah satu

komoditas unggulan dalam perikanan air tawar dan cocok dalam budidaya intensif. Ikan nila memiliki karakteristik seperti pertumbuhan cepat, dapat menerima pakan buatan, dan mampu dalam beradaptasi pada lingkungan (Azaza

et al., 2009)

1.2 Tujuan

(28)

3

II.

BAHAN DAN METODE

2.1 Pemeliharaan Ikan

Ikan uji yang digunakan adalah ikan nila merah dengan bobot rata-rata ikan 31,59 ± 1,07 g. Pemeliharaan ikan dilakukan selama 120 hari di Waduk Cirata, Jawa Barat. Media pemeliharaan yang digunakan adalah karamba jaring apung dengan dimensi 2 m x 2 m x 1,5 m sebanyak 15 jaring. Padat tebar setiap jaring adalah 25 ekor/m2. Pemberian pakan dilakukan secara at satiation dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak tiga kali sehari, yaitu pukul 07.00, 12.00, dan 16.00 WIB. Pengamatan dilakukan setiap hari dengan mencatat jumlah pakan yang dihabiskan, jumlah dan bobot ikan mati.

2.2 Pakan Uji

Pakan yang digunakan selama pemeliharaan ikan berbahan dasar DDGS. Berikut adalah pakan perlakuan yang digunakan :

Pakan A : pakan dengan kadar DDGS 30% Pakan B : pakan dengan kadar DDGS 40% Pakan C : pakan dengan kadar DDGS 50%

Pakan D : pakan kontrol 1 (pakan komersial grade A) Pakan E : pakan kontrol 2 (pakan komersial grade B)

(29)

4 Tabel 1. Komposisi pakan dan hasil analisis proksimat pakan

Komposisi

Pakan perlakuan / % DDGS

Grade A Grade B

Analisis proksimat dilakukan pada pakan dan ikan perlakuan. Analisis yang dilakukan adalah analisis protein, serat kasar, kadar lemak, kadar abu, dan kadar air. Analisis proksimat protein menggunakan metode Kjeldhal, analisa kadar

(30)

5

2.4 Parameter Uji

2.4.1 Jumlah Konsumsi Pakan (JKP)

Pengukuran JKP ditentukan dengan menimbang jumlah pakan yang diberikan dikurangi jumlah pakan yang tidak dimakan.

2.4.2 Laju Pertumbuhan Harian (LPH)

Pengukuran LPH ikan uji dihitung berdasarkan persamaan yang dikemukakan oleh Huissman (1987), yaitu:

α = - 1 x 100%

Keterangan:

α = Laju pertumbuhan harian

Wt = Rata-rata bobot individu akhir pemeliharaan (g)

Wo = Rata-rata bobot individu awal pemeliharaan (g)

T = Lama waktu pemeliharaan (hari)

2.4.3 Retensi protein

Nilai retensi protein dihitung dengan persamaan sebagai berikut : RP = [(F-I)/P] x 100%

Keterangan :

RP = Retensi protein (%)

F = Jumlah protein ditubuh ikan pada akhir pemeliharaan (g) I = Jumlah protein ditubuh ikan pada awal pemeliharaan (g) P = Jumlah protein yang dikonsumsi ikan (g)

2.4.4 Retensi lemak

(31)

6

2.4.5 Kelangsungan hidup (survival rate, SR)

Kelangsungan hidup ikan dapat diketahui dengan persamaan sebagai berikut:

Nilai efisiensi pakan dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

2.4.7 Konversi pakan (feed conversion ratio, FCR)

Konversi pakan dihitung dengan persamaan berikut:

FCR = F

Wt + D −Wo

Keterangan:

FCR = Feed Conversion Ratio

F = Jumlah pakan yang diberikan selama pemeliharaan (kg) Wt = Biomassa akhir pemeliharaan (kg)

Wo = Biomassa awal pemeliharaan (kg)

D = Bobot ikan mati (kg)

2.5 Analisis Data

(32)

7

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Perubahan biomasa rata-rata ikan nila merah dengan kadar DDGS berbeda dapat dilihat pada Gambar 1. Perubahan biomassa rata-rata pada pakan DDGS 30% pada awal pemeliharaan 32,87 g menjadi 265,67 g pada akhir pemeliharaan. Pada pakan DDGS 40% pada awal pemeliharaan 30,53 g menjadi 242 g di akhir pemeliharaan. Pakan DDGS 50% di awal pemeliharaan 32,57 g bertambah menjadi 278 g di akhir pemeliharaan. Pada pakan Grade A di tebar awal seberat 30,70 g selama 120 hari menjadi 353,33 g, sedangkan pakan Grade B pada awal tebar 31,30 g selama 120 hari bertambah menjadi 245,67 g. Hasil ini membuktikan bahwa pemberian pakan dengan DDGS dapat meningkatkan bobot biomasa pada ikan selama masa pemeliharaan 120 hari.

Gambar 1. Biomasa ikan rata-rata ikan nila merah Oreochromis sp. selama masa pemeliharaan yang diberi pakan perlakuan A (30% DDGS), pakan B (40% DDGS), pakan C (50% DDGS), pakan D (0% DDGS, kontrol grade A), dan pakan E (0% DDGS, kontrol grade B).

(33)

8 Tabel 2. Jumlah Konsumsi Pakan (JKP), Laju Pertumbuhan Harian (LPH), Konversi pakan (FCR), Efisiensi Pakan (EP), Retensi Lemak (RL), Retensi Protein (RP), dan Kelangsungan hidup (SR) selama masa pemeliharaan

Parameter Pakan perlakuan deviasi yang berbeda pada setiap baris menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (p<0,05).

Nilai LPH pada perlakuan B berbeda nyata dengan perlakuan D (p<0,05) sebesar 1,97 ± 0,08. Nilai JKP tertinggi diperoleh oleh perlakuan D 40634 ± 4710 g, hasil ini tidak berbeda nyata dengan perlakuan A dan C. Nilai EP perlakuan D dan B tidak berbeda nyata (p>0,05) dengan 64,92 ± 2,40 %. Nilai RP pada perlakuan A, B, dan C berbeda nyata dengan perlakuan E sebesar 27,53 ± 2,03 %. Nilai RP perlakuan D berbeda nyata pada semua perlakuan dengan nilai 140,08 ± 5,97 %. Nilai SR tertinggi didapat pada perlakuan E 95,3 ± 0,58 % dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan C 93,67 ± 2,52 %. Nilai FCR terbaik diperoleh oleh perlakuan D 1,44 ± 0,02, dimana dengan perlakuan B tidak berbeda nyata.

3.2 Pembahasan

Penggunaan bahan baku berbasis limbah telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan dalam bahan baku pakan yang masih bersumber pada tepung ikan

dan tepung bungkil kedelai, dimana kedua bahan tersebut masih banyak didatangkan dari luar negri dan memiliki nilai yang tidak murah. Harga bahan baku yang mahal akan mengakibatkan harga pakan juga semakin mahal. Solusi

(34)

9 pakan ikan untuk menggantikan sumber protein yang berasal dari tepung ikan maupun tepung bungkil kedelai.

Jumlah konsumsi pakan berdasarkan pada Tabel 2 memberikan hasil yang berbeda nyata pada pakan DDGS 40% dan pakan grade A, jumlah pakan yang dikonsumsi pada ikan perlakuan DDGS 40% sebanyak 26,65 ± 2,65 kg sedangkan untuk ikan perlakuan grade A menghabiskan 40,63 ± 4,71 kg selama masa pemeliharan. Kemampuan ikan untuk menangkap dan mencerna pakan disebabkan karakteristik fisik dari pakan, seperti kecepatan tenggelam, ukuran, warna dan tekstur pakan (Dias et al., 1997).

Energi diperoleh ikan berasal dari pakan yang dikonsumsi. Energi didapat dengan perombakan nutrient dalam pakan, seperti protein, lemak dan karbohidrat. Energy inilah yang digunakan untuk proses metabolism dan tumbuh, dan jika energy yang didapat berlebih maka akan disimpan dalam tubuh ikan dan dapat terlihat dari nilai retensi protein dan lemak.

Nilai retensi lemak tinggi yang didapat perlakuan D dengan 140,08 ± 5,97% disebabkan tingginya kadar BETN mencapai 49,04% sehingga dirubah dan

disimpan dalam bentuk asam lemak. Pada proses pencernaan pakan, karbohidrat di hidrolisis dalam mulut, lambung dan usus. Hasil akhir dari dari hidrolisis adalah glukosa, fruktosa, galaktosa dan manosa yang kemuidan dibawa darah

menuju hati. Glukosa dioksidasi menjadi asam piruvat, kemudian asam piruvat dekarboksilasi menjadi asilkoenzim. Apabila kadar karbohidrat dalam pakan berlebih, maka Asilkoenzim akan masuk ke dalam jalur pembentukan asam lemak sehingga terbentuk asam lemak (Poedjiaji, 1994). Menurut Bauermeister & Sargent (1979), asam lemak pada ikan ditunjukkan dalam bentuk triasligliserol atau phospholipids yang dibentuk dari gliserol 3-fosfat. Gliserol 3-fosfat dapat dibentuk dari glukosa melalui glikolisis atau dari asam amino melalui glukoneogenesis. Selain karbohidrat, asam amino juga dapat dirubah menjadi asam lemak. Kecenderungan ikan untuk proses glukogenesis dari asam amino adalah sangat mungkin karena ini adalah jalan utama untuk pembentukan gliserol dalam biosintesis gliserolipid pada ikan (Sargent et al., 1972).

(35)

10 memperlihatkan adanya pertumbuhan pada ikan setiap harinya. Menurut Watanabe (1988), pertumbuhan maksimum merupakan peningkatan bobot dan ukuran yang dipengaruhi oleh komposisi nutrisi yang optimum. Dapat dilihat bahwa nilai LPH yang mendekati pakan Grade A 1,97 ± 0,08 % adalah pakan DDGS 50% 1,80 ± 0,04 %. Menurut Hertrampf dan Pascual (2000), bahwa secara umum penambahan DDGS pada pakan dapat mencapai 10-35%. Tetapi, hasil yang diperoleh bahwa dengan penambahan DDGS 50% dalam pakan masih memberikan pertumbuhan yang sama dengan pakan grade A.

Ikan menggunakan protein sebagai sumber energi secara efisien (Lovell, 1989). Protein digunakan sebagai pertumbuhan dan unsur pembentuk jaringan baru (NRC, 1993). Pertumbuhan tinggi pada pakan DDGS 50% dan grade A memiliki serat kasar pakan yang rendah dibandingkan yang lain, nilai serat kasar berturut-turut 6,89% dan 7,03%. Sebagian besar ikan dapat menoleransi serat kasar dalam pakan hingga 8%, tetapi jika lebih dari nilai tersebut dapat menekan pertumbuhan (NRC, 1993).

Konversi pakan adalah suatu ukuran yang menyatakan rasio jumlah pakan

yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg daging ikan. Konversi pakan (FCR) dapat digunakan untuk mengetahui kualitas pakan yang diberikan terhadap pertumbuhan ikan (Mahyuddin, 2008). Nilai FCR yang kecil menandakan pakan

dimanfaatkan dengan baik oleh ikan untuk pertumbuhan. Dapat dilihat bahwa pakan DDGS 30% dan 50% memiliki hasil yang tidak berbeda nyata, tetapi pakan DDGS 30% dan 50% berbeda nyata dengan pakan grade A yang memiliki nilai masing-masing 1,59 ± 0,10; 1,58 ± 0,02; 1,44 ± 0,02. Nilai FCR berbanding terbalik dengan nilai efisiensi pakan (EP), semakin kecil FCR maka nilai EP akan semakin besar.

(36)
(37)

12

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Penambahan DDGS 50% masih memberikan hasil yang baik bagi pertumbuhan ikan. Pakan DDGS 50% tidak memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap laju pertumbuhan harian, jumlah konsumsi pakan, retensi protein, efisiensi pakan, dan kelangsungan hidup dengan pakan Grade A, tetapi FCR berbeda dengan pakan grade A.

4.2 Saran

(38)

13

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Tak ada jagung DDGs pun jadi. Artikel Trobos. Available at www.trobos.com [7 September 2011].

Anonim. 2011. Bahan baku pakan. http. Indonetwork.co.id [23 Juli 2011].

Aryanto EW. 2011. Patogenesis Streptococcus agalactiae pada Ikan Nila

Oreochromis niloticus. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Atanpaim. 2010. Fishmeal monthly price. http://www.indexmundi.com. [29 Juli 2011].

Azaza MS, Mensi F., Kammoun A., Abdelouaheb B., Brini, Kraiem M. 2009. Nutritional evaluation of waste date fruit as partial substitute for soybean meal in practical diets of juvenile nile tilapia Oreochromis niloticus L. Aquaculture Nutrition 15, 262-272.

Dias J, Gomes EF. & Kaushik SJ. 1997. Improvement of feed intake through supplement with an attractant mix in European seabass fed plant-protein rich diets. Aquatic Living Resources 10, 385-389.

Halver J.E. 1989. Fish Nutrition. Academic press, USA.

Hertrampf and Pasqual. 2000. Handbook on ingredients for aquaculture feeds. Kluwer Achademic Publisher, Netherlands.

Huissman, EA. 1987. Principle of Fish Production. Department of Fish Culture and Fisheries. Wageningen Agricultural University, The Netherlands.

Kingsly & Ileleji. 2009. Sorption isotherm of corn distillers dried grain with soluble (DDGS) and its prediction using chemical production. Food chemistry 116 (2009), 939-946.

Lim dan Aksoy. 2008. Distillers Dried Grain with Solubles as an alternative protein in fish feed. International symposium on Tilapia 8, 67-82.

Lovell T. 1989. Nutrition and Feeding of Fish. Van Nostrand Reinhold, New York.

Mahyuddin K. 2008. Panduan lengkap agribisnis lele. Penebar Swadaya, Jakarta.

National Research Council [NRC]. 1993. Nutrien Requirement of Fish. National Academy Press, Washington DC.

(39)

14 Sergeant JR, Gatten RR, McIntosh R. 1972. Lipids 7, 240-245.

Suprayudi, M.A. 2010. Bahan baku lokal: Tantangan dan harapan akuakultur masa depan. Abstrak. Simposium Nasional Bioteknologi Akuakultur III. IPB Convention Center, Bogor, Oktober 2010. p. 31.

Takeuchi T. 1988. Laboratory Work Chemical Evaluation of Dietary Nutriens. In: Fish Fish Nutrition and Mariculture. Watanabe, T. Department of Aquatic Biosience. Tokyo University of Fisheries. JICA p. 179-226.

(40)

15

LAMPIRAN

Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat (Takeuchi, 1988) Lampiran 1.1 Prosedur analisis kadar air

�� = 1 +� − 2

� × 100%

Lampiran 1.2 Prosedur analisis kadar serat kasar

� = 2− 1− 3

� × 100%

Cawan porselen dipanaskan pada suhu 105-110oC selama 1 jam, didinginkan dalam desikator, dan timbang (X1)

Cawan dan bahan dipanaskan selama 4 jam pada suhu 105-110oC, didinginkan dan ditimbang (X2)

Bahan ditimbang 2-3 gram (A), lalu dimasukkan ke dalam cawan

Bahan ditimbang 0,5 gram (A), lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml

Ditambahkan 50 ml H2SO4 0,3 N lalu

dipanaskan di atas hotplate

Setelah 30 menit ditambahkan 25 ml NaOH 1,5 N, lalu dipanaskan kembali selama 30 menit

Kertas saring dipanaskan pada labu

Buchner yang telah terhubung dengan

vacumm pump

Kertas saring dipanaskan dalam oven, didinginkan, dan ditimbang (X1)

Dilakukan penyaringan larutan bahan dengan pembilasan secara berurutan sebagai berikut: 50 ml air panas, 50 ml H2SO4 0,3 N, 50 ml air panas, dan 25 ml Aceton.

Kertas saring hasil penyaringan dimasukkan ke dalam cawan porselen

Dipanaskan pada suhu 105-110oC selama 1 jam, didinginkan, dan ditimbang (X2)

Dipanaskan dalam tanur pada suhu 6000C hingga berwarna putih, didinginkan, dan ditimbang (X3) Cawan porselen dipanaskan

(41)

16 Lampiran 1.3 Prosedur analisis kadar protein

Tahap oksidasi

* = setiap 0,05 NaOH ekivalen dengan 0,0007 gram N ** = Faktor nitrogen

Hasil destruksi dititrasi dengan NaOH 0,05 N

Dititrasi hingga 1 tetes setelah larutan menjadi bening

ml titran dicatat (V)

BLANKO

SAMPEL Dimasukkan ke dalam labu Kjedhal dan dipanaskan hingga berwarna hijau

bening, didinginkan, dan diencerkan hingga volume 100 ml

Bahan ditimbang 0,5 gr (A) Katalis ditimbang 3 gr H2SO4 pekat 10 ml

2-3 tetes indikator Phenolpthalein 10 ml H2SO4 0,05 N

Dimasukkan ke dalam erlenmeyer 5 ml larutan hasil oksidasi dimasukkan

ke dalam labu destilasi

(42)

17 Lampiran 1.4 Prosedur analisis kadar lemak

� = ( 2− 1)

� × 100%

Lampiran 1.5 Prosedur analisis kadar abu

� = ( 2− 1)

� × 100%

Labu dipanaskan pada suhu 104-110oC selama 1 jam, didinginkan dalam desikator, dan timbang (X1)

Dimasukkan ke dalam tabung Sochlet dan beri 100-150 ml N-Hexan hingga selongsong terendam. Sisa N-Hexan dimasukkan ke dalam labu

Bahan ditimbang 2-3 gram (A) lalu dimasukkan ke dalam selongsong

Labu dipanaskan di atas hotplate hingga larutan perendam selongsong dalam Sochlet berwarna bening

Labu dan lemak yang tersisa dipanaskan dalam oven selama 15 menit, didinginkan, lalu ditimbang (X2)

Cawan dipanaskan pada suhu 105-110oC selama 1 jam, didinginkan dalam desikator, dan ditimbang (X1)

Bahan ditimbang 2-3 gram (A), lalu dimasukkan ke dalam cawan

(43)

18 Lampiran 2. Analisis kelangsungan hidup

Ulangan Perlakuan

A B C D E

Awal 100 100 100 100 100

Akhir

1 87 80 91 94 95

2 87 84 94 86 95

3 88 89 96 85 96

Rata-rata 87,33 84,33 93,67 88,33 95,33

Simpangan baku 0,58 4,51 2,52 4,93 0,58

TABEL ANOVA

Jumlah Kuadrat df Kuadrat Tengan F hitung F tabel

Antara kelompok 251.067 4 62.767 6.074 .010

Dalam kelompok 103.333 10 10.333

Total 354.400 14

UJI LANJUT (TUKEY)

Perlakuan

N

Pasangan untuk α = 0.05

1 2

Pakan B (40%) 3 84.3333

Pakan A (30%) 3 87.3333 87.3333

Pakan D (Grade A) 3 88.3333 88.3333

Pakan C (50%) 3 93.6667

(44)

19 Lampiran 3. Analisis retensi lemak

A B C D E

Rata-Rata 23201,67 20345 26042 31263,33 23413,33

Lemak Tubuh Awal 1 168,00 169,05 170,61 153,92 172,70

Rata-Rata 2387,16 2373,45 3100,69 3559,71 2448,39

Lemak Yang Disimpan 1 2197,72 2126,00 3258,12 3698,20 2509,03 2 1927,19 2420,79 2411,22 3202,46 2481,39 3 2522,14 2095,66 3122,98 3297,95 1864,82

Rata-Rata 2215,68 2214,15 2930,78 3399,54 2285,08

(45)

20 Lampiran 4. Analisis jumlah konsumsi pakan

Ulangan Perlakuan

Dalam kelompok 1.447E8 10 1.447E7

Total 4.725E8 14

Lampiran 5. Analisis laju pertumbuhan harian

(46)

21

Lampiran 6. Analisis retensi protein

(47)

22

Lampiran 7. Analisis Feed Convertion Ratio

(48)

23 Lampiran 8. Analisis efisiensi pakan

Ulangan Perlakuan

A B C D E

1 66,86 63,13 64,12 69,62 57,50

2 59,07 67,64 62,60 68,62 58,70

3 62,97 63,98 62,67 70,11 58,72

rata-rata 62,96 64,92 63,13 69,45 58,31

simpangan baku 3,89 2,40 0,86 0,76 0,70

TABEL ANOVA

Jumlah kuadrat df Kuadrat tengah F hitung F tabel

Antara kelompok 193.421 4 48.355 10.649 .001

Dalam kelompok 45.410 10 4.541

Total 238.832 14

UJI LANJUT (TUKEY)

Perlakuan

N

Pasangan untuk = 0.05

1 2 3

Pakan E (Grade B) 3 58.3072

Pakan A (30%) 3 62.9640 62.9640

Pakan C (50%) 3 63.1297 63.1297

Pakan B (40%) 3 64.9160 64.9160

(49)

KINERJA PERTUMBUHAN IKAN NILA MERAH YANG

DIBERI PAKAN BERBASIS

DISTILLERS DRIED GRAINS

WITH SOLUBLES

DI WADUK CIRATA, JAWA BARAT

ARIE KURNIANTO

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(50)

13

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Tak ada jagung DDGs pun jadi. Artikel Trobos. Available at www.trobos.com [7 September 2011].

Anonim. 2011. Bahan baku pakan. http. Indonetwork.co.id [23 Juli 2011].

Aryanto EW. 2011. Patogenesis Streptococcus agalactiae pada Ikan Nila

Oreochromis niloticus. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Atanpaim. 2010. Fishmeal monthly price. http://www.indexmundi.com. [29 Juli 2011].

Azaza MS, Mensi F., Kammoun A., Abdelouaheb B., Brini, Kraiem M. 2009. Nutritional evaluation of waste date fruit as partial substitute for soybean meal in practical diets of juvenile nile tilapia Oreochromis niloticus L. Aquaculture Nutrition 15, 262-272.

Dias J, Gomes EF. & Kaushik SJ. 1997. Improvement of feed intake through supplement with an attractant mix in European seabass fed plant-protein rich diets. Aquatic Living Resources 10, 385-389.

Halver J.E. 1989. Fish Nutrition. Academic press, USA.

Hertrampf and Pasqual. 2000. Handbook on ingredients for aquaculture feeds. Kluwer Achademic Publisher, Netherlands.

Huissman, EA. 1987. Principle of Fish Production. Department of Fish Culture and Fisheries. Wageningen Agricultural University, The Netherlands.

Kingsly & Ileleji. 2009. Sorption isotherm of corn distillers dried grain with soluble (DDGS) and its prediction using chemical production. Food chemistry 116 (2009), 939-946.

Lim dan Aksoy. 2008. Distillers Dried Grain with Solubles as an alternative protein in fish feed. International symposium on Tilapia 8, 67-82.

Lovell T. 1989. Nutrition and Feeding of Fish. Van Nostrand Reinhold, New York.

Mahyuddin K. 2008. Panduan lengkap agribisnis lele. Penebar Swadaya, Jakarta.

National Research Council [NRC]. 1993. Nutrien Requirement of Fish. National Academy Press, Washington DC.

(51)

14 Sergeant JR, Gatten RR, McIntosh R. 1972. Lipids 7, 240-245.

Suprayudi, M.A. 2010. Bahan baku lokal: Tantangan dan harapan akuakultur masa depan. Abstrak. Simposium Nasional Bioteknologi Akuakultur III. IPB Convention Center, Bogor, Oktober 2010. p. 31.

Takeuchi T. 1988. Laboratory Work Chemical Evaluation of Dietary Nutriens. In: Fish Fish Nutrition and Mariculture. Watanabe, T. Department of Aquatic Biosience. Tokyo University of Fisheries. JICA p. 179-226.

(52)

15

LAMPIRAN

Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat (Takeuchi, 1988) Lampiran 1.1 Prosedur analisis kadar air

�� = 1 +� − 2

� × 100%

Lampiran 1.2 Prosedur analisis kadar serat kasar

� = 2− 1− 3

� × 100%

Cawan porselen dipanaskan pada suhu 105-110oC selama 1 jam, didinginkan dalam desikator, dan timbang (X1)

Cawan dan bahan dipanaskan selama 4 jam pada suhu 105-110oC, didinginkan dan ditimbang (X2)

Bahan ditimbang 2-3 gram (A), lalu dimasukkan ke dalam cawan

Bahan ditimbang 0,5 gram (A), lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml

Ditambahkan 50 ml H2SO4 0,3 N lalu

dipanaskan di atas hotplate

Setelah 30 menit ditambahkan 25 ml NaOH 1,5 N, lalu dipanaskan kembali selama 30 menit

Kertas saring dipanaskan pada labu

Buchner yang telah terhubung dengan

vacumm pump

Kertas saring dipanaskan dalam oven, didinginkan, dan ditimbang (X1)

Dilakukan penyaringan larutan bahan dengan pembilasan secara berurutan sebagai berikut: 50 ml air panas, 50 ml H2SO4 0,3 N, 50 ml air panas, dan 25 ml Aceton.

Kertas saring hasil penyaringan dimasukkan ke dalam cawan porselen

Dipanaskan pada suhu 105-110oC selama 1 jam, didinginkan, dan ditimbang (X2)

Dipanaskan dalam tanur pada suhu 6000C hingga berwarna putih, didinginkan, dan ditimbang (X3) Cawan porselen dipanaskan

(53)

16 Lampiran 1.3 Prosedur analisis kadar protein

Tahap oksidasi

* = setiap 0,05 NaOH ekivalen dengan 0,0007 gram N ** = Faktor nitrogen

Hasil destruksi dititrasi dengan NaOH 0,05 N

Dititrasi hingga 1 tetes setelah larutan menjadi bening

ml titran dicatat (V)

BLANKO

SAMPEL Dimasukkan ke dalam labu Kjedhal dan dipanaskan hingga berwarna hijau

bening, didinginkan, dan diencerkan hingga volume 100 ml

Bahan ditimbang 0,5 gr (A) Katalis ditimbang 3 gr H2SO4 pekat 10 ml

2-3 tetes indikator Phenolpthalein 10 ml H2SO4 0,05 N

Dimasukkan ke dalam erlenmeyer 5 ml larutan hasil oksidasi dimasukkan

ke dalam labu destilasi

(54)

17 Lampiran 1.4 Prosedur analisis kadar lemak

� = ( 2− 1)

� × 100%

Lampiran 1.5 Prosedur analisis kadar abu

� = ( 2− 1)

� × 100%

Labu dipanaskan pada suhu 104-110oC selama 1 jam, didinginkan dalam desikator, dan timbang (X1)

Dimasukkan ke dalam tabung Sochlet dan beri 100-150 ml N-Hexan hingga selongsong terendam. Sisa N-Hexan dimasukkan ke dalam labu

Bahan ditimbang 2-3 gram (A) lalu dimasukkan ke dalam selongsong

Labu dipanaskan di atas hotplate hingga larutan perendam selongsong dalam Sochlet berwarna bening

Labu dan lemak yang tersisa dipanaskan dalam oven selama 15 menit, didinginkan, lalu ditimbang (X2)

Cawan dipanaskan pada suhu 105-110oC selama 1 jam, didinginkan dalam desikator, dan ditimbang (X1)

Bahan ditimbang 2-3 gram (A), lalu dimasukkan ke dalam cawan

(55)

18 Lampiran 2. Analisis kelangsungan hidup

Ulangan Perlakuan

A B C D E

Awal 100 100 100 100 100

Akhir

1 87 80 91 94 95

2 87 84 94 86 95

3 88 89 96 85 96

Rata-rata 87,33 84,33 93,67 88,33 95,33

Simpangan baku 0,58 4,51 2,52 4,93 0,58

TABEL ANOVA

Jumlah Kuadrat df Kuadrat Tengan F hitung F tabel

Antara kelompok 251.067 4 62.767 6.074 .010

Dalam kelompok 103.333 10 10.333

Total 354.400 14

UJI LANJUT (TUKEY)

Perlakuan

N

Pasangan untuk α = 0.05

1 2

Pakan B (40%) 3 84.3333

Pakan A (30%) 3 87.3333 87.3333

Pakan D (Grade A) 3 88.3333 88.3333

Pakan C (50%) 3 93.6667

(56)

19 Lampiran 3. Analisis retensi lemak

A B C D E

Rata-Rata 23201,67 20345 26042 31263,33 23413,33

Lemak Tubuh Awal 1 168,00 169,05 170,61 153,92 172,70

Rata-Rata 2387,16 2373,45 3100,69 3559,71 2448,39

Lemak Yang Disimpan 1 2197,72 2126,00 3258,12 3698,20 2509,03 2 1927,19 2420,79 2411,22 3202,46 2481,39 3 2522,14 2095,66 3122,98 3297,95 1864,82

Rata-Rata 2215,68 2214,15 2930,78 3399,54 2285,08

(57)

20 Lampiran 4. Analisis jumlah konsumsi pakan

Ulangan Perlakuan

Dalam kelompok 1.447E8 10 1.447E7

Total 4.725E8 14

Lampiran 5. Analisis laju pertumbuhan harian

(58)

21

Lampiran 6. Analisis retensi protein

(59)

22

Lampiran 7. Analisis Feed Convertion Ratio

(60)

23 Lampiran 8. Analisis efisiensi pakan

Ulangan Perlakuan

A B C D E

1 66,86 63,13 64,12 69,62 57,50

2 59,07 67,64 62,60 68,62 58,70

3 62,97 63,98 62,67 70,11 58,72

rata-rata 62,96 64,92 63,13 69,45 58,31

simpangan baku 3,89 2,40 0,86 0,76 0,70

TABEL ANOVA

Jumlah kuadrat df Kuadrat tengah F hitung F tabel

Antara kelompok 193.421 4 48.355 10.649 .001

Dalam kelompok 45.410 10 4.541

Total 238.832 14

UJI LANJUT (TUKEY)

Perlakuan

N

Pasangan untuk = 0.05

1 2 3

Pakan E (Grade B) 3 58.3072

Pakan A (30%) 3 62.9640 62.9640

Pakan C (50%) 3 63.1297 63.1297

Pakan B (40%) 3 64.9160 64.9160

Gambar

Tabel 1. Komposisi pakan dan hasil analisis proksimat pakan
Gambar 1. Biomasa ikan rata-rata ikan nila merah Oreochromis sp. selama masa
Tabel 2. Jumlah Konsumsi Pakan (JKP), Laju Pertumbuhan Harian (LPH), Konversi pakan (FCR), Efisiensi Pakan (EP), Retensi Lemak (RL), Retensi Protein (RP), dan Kelangsungan hidup (SR) selama masa pemeliharaan
Tabel 1. Komposisi pakan dan hasil analisis proksimat pakan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Parameter yang dievaluasi pada penelitian ini adalah penambahan bobot tubuh, laju pertumbuhan spesifik, jumlah konsumsi pakan, rasio konversi pakan, retensi

proporsi 5% dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan berat mutlak, laju pertumbuhan harian, kelangsungan hidup, dan efisiensi pakan yang optimal pada budidaya

Hasil penelitian menunjukkan ikan Tor tambroides yang diberi pakan dengan kandungan protein sebesar 35% dan 50% memiliki pertumbuhan panjang, bobot, laju

proporsi 5% dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan berat mutlak, laju pertumbuhan harian, kelangsungan hidup, dan efisiensi pakan yang optimal pada budidaya

Tingkat kesegaran bahan ikan asin sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan efisiensi pakan untuk ikan nila, tetapi tidak untuk kelangsungan hidup ikan nila

Pemberian enzim bromelin dengan dosis berbeda berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan harian , efisiensi pakan, dan sintasan ikan lele dimana laju pertumbuhan

Tingkat kesegaran bahan ikan asin sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan efisiensi pakan untuk ikan nila, tetapi tidak untuk kelangsungan hidup ikan nila

Hasil menunjukkan bahwa pemberian kadar protein dan rasio energi protein pakan berbeda, memberikan pengaruh nyata (P&lt;0,05) terhadap kinerja pertumbuhan (jumlah konsumsi pakan,