• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aktivitas Perilaku Meghimatium bilineatum dan Deroceras laeve pada daun bawang (Allium fistulotum) di Kawasan Pertanian Agropolitan Cipanas.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aktivitas Perilaku Meghimatium bilineatum dan Deroceras laeve pada daun bawang (Allium fistulotum) di Kawasan Pertanian Agropolitan Cipanas."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

AKTIVITAS PERILAKU

Meghimatium bilineatum

DAN

Deroceras laeve

PADA DAUN BAWANG (

Allium fistulotum

) DI KAWASAN PERTANIAN

AGROPOLITAN CIPANAS

HARIS RIZKY PRATAMA

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aktivitas Perilaku Meghimatium bilineatum dan Deroceras laeve pada daun bawang (Allium fistulotum) di Kawasan Pertanian Agropolitan Cipanas adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

HARIS RIZKY PRATAMA. Aktivitas Perilaku Meghimatium bilineatum dan Deroceras laeve pada daun bawang (Allium fistulotum) di Kawasan Pertanian Agropolitan Cipanas. Dibimbing oleh TRI HERU WIDARTO dan HERYANTO.

Meghimatium bilineatum dan Deroceras laeve merupakan gastropoda yang tidak memiliki cangkang. Binatang ini menjadi hama bagi beberapa komoditas pertanian contohnya daun bawang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas perilaku M. bilineatum dan D. laeve pada daun bawang di Kawasan Pertanian Agropolitan Cipanas. Aktivitas perilaku yang diamati yaitu kemunculan, lokomosi, makan, kembali ke tempat persembunyian dan kawin. Pengamatan dilakukan mulai pukul 18.00 WIB sampai dengan 06.00 WIB selama 20 hari. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa puncak aktivitas perilaku kemunculan M. bilineatum pada pukul 19.00 WIB. Sedangkan, aktivitas lokomosi mencapai puncaknya pada pukul 19.00 WIB dan 02.00 WIB, sementara puncak aktivitas makan terjadi pada pukul 23.00 WIB. Pukul 03.00 WIB merupakan puncak aktivitas kembali ke persembunyian. Aktivitas kawin tidak banyak dijumpai. Untuk D. laeve puncak aktivitas kemunculan, lokomosi, makan dan kembali ke persembunyian berturut-turut pada pukul 18.00, pukul 18.00 dan 04.00, pukul 22.00 WIB, dan pukul 05.00 WIB. Aktivitas kawin tidak banyak dijumpai.

Kata kunci : Meghimatium bilineatum, Deroceras laeve, aktivitas perilaku, Kawasan Agropolitan.

ABSTRACT

HARIS RIZKY PRATAMA. The behavioural activities of Meghimatium bilineatum and Deroceras laeve on leek (Allium fistulotum) at Agropolitan Agricultural Region, Cipanas. Supervised by TRI HERU Widarto and HERYANTO.

Meghimatium bilineatum and Deroceras laeve are gastropod without shells. These animals live as pests in horticultural commodities (such as Allium fistulotum). This study aims to determine the behavioural activities of the M. bilineatum and D. laeve on Allium fistulotum in Agropolitan Agricultural Regions, Cipanas. The observed behavioural activities are their emerging, locomotion, feeding, returning to their hideout and mating. Observations were carried out from 18:00 in the twilight until 6:00 in the morning for 20 days. The results of this study indicated that the M. bilineatum’s behavioural emerging activity was peaked at 19:00, locomotion activity peaked at 19:00 and 02:00, feeding activity peaked at 23:00 pm, and returning to their hideout peaked at 03:00, while mating activity was not too often found. For D. laeve’s emerging activity, locomotion activity, feeding activity, returning to their hideout peaked at 18:00, at 18:00 and 04:00, at 22:00, and respectively, at 05.00. Meanwhile mating activity of this slug is not too obvious.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Biologi

AKTIVITAS PERILAKU

Meghimatium bilineatum

DAN

Deroceras laeve

PADA DAUN BAWANG (

Allium fistulotum

) DI KAWASAN PERTANIAN

AGROPOLITAN CIPANAS

HARIS RIZKY PRATAMA

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Aktivitas Perilaku Meghimatium bilineatum dan Deroceras laeve pada daun bawang (Allium fistulotum) di Kawasan Pertanian Agropolitan Cipanas.

Nama : Haris Rizky Pratama NIM : G34090009

Disetujui oleh

Ir Tri Heru Widarto. MSc Pembimbing I

Ir Heryanto. MSc Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Iman Rusmana. MSi Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari 2013 hingga Maret 2013 di Kawasan Pertanian Agropolitan Cipanas.

Penelitian ini dapat berjalan dengan lancar atas bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam kegiatan penelitian di lapangan maupun ketika penyusunan karya ilmiah. Terima kasih penulis sampaikan kepada Ir Tri Heru Widarto. Msc selaku pembimbing I dan Ir Heryanto. Msc selaku pembimbing II atas segala bimbingan ilmu serta saran yang diberikan. Tak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pengurus Kawasan Pertanian Agropolitan Cipanas yang telah mengizinkan dan memberikan tempat untuk melakukan penelitian.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua, saudara dan teman-teman yang telah memberikan dukungan, semangat, bantuan, doa serta nasihat agar penelitian ini berjalan dengan lancar.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. .

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

BAHAN DAN METODE 1

HASIL DAN PEMBAHASAN 2

Aktivitas kemunculan Meghimatium bilineatum dan Deroceras laeve 2

Aktivitas lokomosi Meghimatium bilineatum dan Deroceras laeve 3

Aktivitas makan Meghimatium bilineatum dan Deroceras laeve 5

Aktivitas kembali ke persembunyian Meghimatium bilineatum dan Deroceras laeve 7

Aktivitas kawin Meghimatium bilineatum dan Deroceras laeve 9

Pengaruh kondisi lingkungan terhadap aktivitas 10

SIMPULAN 12

DAFTAR PUSTAKA 13

(10)

DAFTAR TABEL

1 Hasil analisis uji regresi pengaruh kondisi lingkungan terhadap Aktivitas perilaku Meghimatium bilineatum dan Deroceras laeve 11

DAFTAR GAMBAR

1

Rerata persentase aktivitas (a) kemunculan Meghimatium bilineatum dan (b) kemunculan Deroceras laeve 3

2

Rerata persentase aktivitas (a) lokomosi Meghimatium bilineatum dan

(b) lokomosi Deroceras laeve 4

3

Rerata persentase aktivitas (a) makan Meghimatium bilineatum dan (b) makan Deroceras laeve 6

4

Rerata persentase aktivitas (a) kembali ke persembunyian Meghimatium

bilineatum dan (b) kembali ke persembunyian Deroceras leave 8

5

Rerata persentase aktivitas (a) kawin Meghimatium bilineatum dan

(b) kawin Deroceras laeve 9

DAFTAR LAMPIRAN

1

Gambar aktivitas kemunculan dan kembali ke persembunyian

Meghimatium bilineatum 15

2 Gambar aktivitas kemunculan dan kembali ke persembunyian

Deroceras laeve 15 3 Gambar aktivitas lokomosi Meghimatium bilineatum

dan Deroceras laeve 15

(11)

PENDAHULUAN

Meghimatium bilineatum dan Deroceras laeve adalah dua spesies siput terestrial anggota kelas Gastropoda (Filum Mollusca) dengan cangkang rudimenter (ukuran cangkang sangat kecil) atau tidak memiliki cangkang (Cook 2000). Meghimatium termasuk kedalam famili Philomycidae dengan warna tubuh coklat dan garis gelap di bagian sisi serta terkadang terdapat spot diantara keduanya. Siput ini memiliki panjang tubuh 40-60 mm (Azuma 1982). Meghimatium bilineatum memiliki garis longitudinal ungu kecoklatan pada tubuhnya (Li Tsai dan Kuei Wu 2008). Siput ini menyukai tempat yang lembab dibawah semak-semak (Wiktor et al. 2000), lahan pertanian dan di bawah kayu mati.

Deroceras termasuk kedalam famili Agriolimacidae. Warna tubuhnya coklat gelap sampai abu-abu terang dengan pola mirip sidik jari di bagian mantel. Lehernya panjang sehingga mantel terlihat seperti berada di bagian tengah tubuh. Bagian kepala berwarna gelap sedangkan bagian tentakelnya berwarna hitam. Deroceras memiliki lendir bening dan lengket. Panjang tubuhnya berkisar 20-30 mm dengan lebar 2-3 mm (Jutting 1952). Siput ini dijumpai pada ketinggian 1105-1728 m dpl. Mereka menyerang tanaman pada bagian daun dan batang. Deroceras laeve terbagi kedalam dua fase pertumbuhan yaitu juvenil dan dewasa (Faberi et al. 2006).

Agropolitan Cipanas adalah kawasan pertanian yang berada di Kecamatan Pacet. Kawasan ini merupakan pusat produksi sayur mayur yang didalamnya terdapat lebih dari 100 macam sayuran, sayuran yang ditangani dalam penelitian adalah daun bawang. Beberapa macam siput menjadi hama di kawasan pertanian dan menimbulkan dampak negatif terhadap tanaman inang. Aktivitas mereka lebih aktif pada malam hari untuk menghindari evaporasi dari tubuh secara berlebihan (Isnaningsih 2008). Studi dan publikasi mengenai perilaku dan aktivitas siput terestrial di kawasan pertanian di Indonesia masih sangat minim. Pengetahuan tentang perilaku dan aktivitas siput terestrial di kawasan pertanian diharapkan dapat digunakan untuk meminimalisir dampak negatif yang diakibatkannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menghimpun informasi tentang aktivitas perilaku M. bilineatum dan D. laeve di Kawasan Pertanian Agropolitan Cipanas.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari sampai dengan Maret 2013 di Kawasan Pertanian Agropolitan Cipanas. Penelitian lapangan ini menggunakan metode pengamatan langsung yang bersifat eksploratif dan deskriptif dengan tahapan-tahapan yaitu pengamatan awal, pengamatan aktivitas perilaku dan analisis data.

(12)

masing-2

masing spesies diamati setiap hari selama 20 hari sejak pukul 18.00 WIB sampai pukul 06.00 WIB. Pengamatan dibagi kedalam 12 jam pengamatan yaitu 7 hari dilakukan pengamatan pada menit 0-20 tiap jamnya dan 7 hari pada menit 20-40 serta 6 hari pada menit 40-60. Setiap jamnya diamati sebanyak 10 individu M. bilineatum dan D. laeve.

Lokasi pengamatan dilakukan pada petak sawah yang ditanami daun bawang saja karena M. bilineatum dan D. laeve banyak ditemukan pada petak sawah daun bawang dibandingkan dengan petak sawah tanaman lainnya. Selain itu faktor keamanan penelitian yang dilakukan saat malam menjadi alasan dipilihnya petak sawah daun bawang saja sebagai tempat pengamatan.

Pengamatan aktivitas perilaku menggunakan lampu senter dengan pencahayaan yang tidak terlalu kuat agar tidak menginterfensi aktivitas siput yang diamati. Pengamatan difokuskan pada perpindahan dan pergerakan dari satu tempat ke tempat lain serta segala aktivitas yang dilakukan oleh siput tersebut. Aktivitas dibagi menjadi ; a. aktivitas kemunculan b. aktivitas lokomosi c. aktivitas makan d. aktivitas kembali ke persembunyian e. aktivitas kawin. Aktivitas perilaku yang terjadi selama pengamatan dicatat ke dalam tabel. Aktivitas yang terjadi juga didokumentasikan. Pengamatan komponen lingkungan yang dicatat yaitu suhu, kelembaban dan kecepatan angin dengan menggunakan termohygroanemometer.

Analisis data dilakukan dengan membuat grafik aktivitas kemunculan, lokomosi, makan, kembali ke persembunyian dan kawin M. bilineatum dan D. laeve pada setiap jamnya. Analisis data menggunakan uji regresi yang terdapat dalam program SPSS statistics untuk mengetahui pengaruh faktor lingkungan terhadap aktivitas perilaku M. bilineatum dan D. laeve.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Aktivitas Kemunculan Meghimatium bilineatum dan Deroceras laeve

(13)

3

Persentase tertinggi kemunculan M. bilineatum terjadi pada pengamatan jam ke-2 (19.00) sebesar 90.5 % (Gambar 1a). Pengamatan jam ke 2 (19.00) dilaksanakan ketika kondisi cahaya sudah gelap. Kondisi cahaya yang gelap merupakan saat yang tepat bagi M. bilineatum untuk muncul karena binatang ini termasuk binatang nokturnal. Persentase jumlah kemunculan D. laeve menurun drastis pada pengamatan jam ke-2 dan ke-3 (19.00 dan 20.00) dengan nilai 12.25 % dan 2% (Gambar 1b). Penurunan persentase terjadi karena puncak kemunculan D. laeve telah terjadi pada pengamatan jam ke-1 (18.00). Persentase jumlah individu M. bilineatum dan D. laeve setelah pengamatan jam ke-3 (pukul 20.00) memiliki nilai 0%, artinya tidak ada lagi individu yang muncul dari tempat persembunyian karena diperkirakan semua M. bilineatum dan D. laeve sudah berlokomosi menuju sawah dan mencari makan. Kemunculan D. laeve dan M. bilineatum yang puncaknya terjadi saat senja pada pengamatan jam ke-1 dan ke-2 (18.00 dan 19.00) sesuai dengan Hyman (1967) yang menyebutkan bahwa binatang-binatang pulmonata terestrial muncul pada saat senja.

Persentase tertinggi kemunculan D. laeve terdapat pada pengamatan jam ke-1 (18.00) lebih awal daripada persentase tertinggi kemunculan M. bilineatum yang terdapat pada pengamatan jam ke-2 (19.00). Hal ini terjadi karena sarang D. laeve lebih dekat dengan sawah jika dibandingkan dengan sarang M. bilineatum sehingga D. laeve lebih cepat muncul daripada M. bilineatum. Disamping itu, D. laeve mempunyai kecepatan merayap yang relatif tinggi sehingga dapat keluar dari sarangnya dengan lebih cepat (Quick1960).

Aktivitas Lokomosi Meghimatium bilineatum dan Deroceras laeve

Meghimatium bilineatum dan Deroceras laeve mulai melakukan aktivitas lokomosi bersamaan dengan awal kemunculannya pada pengamatan jam ke-1 (18.00) dengan nilai persentase 16 % untuk M. bilineatum (Gambar 2a) dan 65.5 % untuk D. laeve (Gambar 2b). Sebagian besar M. bilineatum masih berada di persembunyian dan kebanyakan dari mereka belum melakukan aktivitas lokomosi pada pengamatan jam ke-1 (18.00) sedangkan untuk D. laeve pengamatan jam ke-1 (18.00) ini merupakan persentase tertinggi aktivitas

0

Gambar 1 Rerata persentase aktivitas (a) kemunculan Meghimatium bilineatum dan (b) kemunculan Deroceras laeve

(14)

4

lokomosinya. Persentase aktivitas lokomosi tertinggi M. bilineatum terjadi pada pengamatan jam ke-2 dan ke-3 (19.00 dan 20.00) dengan nilai 93% dan 83% (Gambar 2a). Pengamatan jam ke-2 (19.00) persentase aktivitas lokomosi D. laeve tidak jauh berbeda dengan pengamatan jam ke-1 yaitu sebesar 60.5% (Gambar 2b). Persentase tertinggi aktivitas lokomosi D. laeve yang diperoleh pada pengamatan jam ke-1 (18.00) lebih cepat daripada persentase aktivitas lokomosi M. bilineatum yang baru mencapai persentase tertinggi pada pengamatan jam ke-2 (19.00). Hal ini terjadi karena puncak waktu kemunculan D. laeve juga lebih cepat daripada puncak waktu kemunculan M. bilineatum.

Siput-siput ini muncul dari persembunyian setelah itu langsung memulai melakukan aktivitas lokomosi menuju sawah tempat mereka mendapatkan makanan. Hal ini sesuai dengan Kerkut dan Taylor (1956) yang mengatakan perilaku lokomosi binatang-binatang gastropoda terestrial berpotensi memiliki fungsi yang salah satunya orientasi terhadap sumber daya seperti makanan.

Pengamatan aktivitas lokomosi D. laeve jam ke-3 dan ke-4 (20.00 dan 21.00) persentase mengalami penurunan jika dibandingkan dengan pengamatan jam ke-1 dan ke-2 yaitu 42.5% dan 30%. Persentase lokomosi D. laeve cenderung kecil dan stabil dengan nilai 18.5%, 15%, 19.5%, 15.5%, 15%, 23% (Gambar 2b) pada pengamatan jam ke-5, 6 ,7, 8, 9, 10 (22.00, 23.00, 24.00, 01.00, 02.00, 03.00). Pengamatan aktivitas lokomosi M. bilinetum pada jam ke-4,5,6 (21.00, 22.00, 23.00) persentase juga mengalami penurunan dengan nilai masing-masing 61%, 23%, 21% (Gambar 2a). Penurunan nilai persentase aktivitas lokomosi terjadi karena pada saat itu M. bilineatum dan D. laeve sedang melakukan aktivitas makan dan tidak banyak bergerak pada saat melakukan aktivitas makan. Aktivitas lokomosi hanya terjadi akibat berpindah tempat dari bagian pangkal ke bagian tengah atau bagian atas tanaman atau daerah disekitar tempat makan yang jaraknya dekat.

Lokomosi M. bilineatum dan D. laeve lambat, bergerak perlahan dan terkadang diam sejenak dalam perjalanan. Lokomosi M. bilineatum dan D. laeve menghasilkan jejak-jejak lendir yang terdapat disepanjang jalan yang dilewatinya dan pada tanaman tempat makannya. Hal ini sesuai dengan Denny (1980) yang

Gambar 2 Rerata persentase aktivitas (a) lokomosi Meghimatium bilineatum dan (b) lokomosi Deroceras laeve

a

(15)

5 mengatakan lokomosi gastropoda terestrial lambat dan menghasilkan jejak lendir. Jejak-jejak lendir tersebut bisa digunakan untuk menelusuri pergerakan siput. Lendir tersebut sebenarnya berfungsi untuk melapisi bagian luar tubuh siput dan membantu mencegah kekeringan pada jaringan lunak tubuhnya. Selain itu, lendir juga berfungsi sebagai perekat untuk menempel ke permukaan sehingga siput tidak jatuh ketika berada pada posisi vertikal (Ewoldt et al. 2007). Lendir-lendir M. bilineatum dan D. laeve yang menempel pada tanaman dapat menurunkan kualitas tanaman dan menurunkan nilai jual. Petani biasa melakukan pemungutan siput untuk meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan. Petani dapat memungut M. bilineatum dan D. laeve sebelum siput ini sampai ke sawah jika telah mengetahui aktivitas lokomosinya,.

Persentase jumlah individu M. bilineatum yang melakukan aktivitas lokomosi mengalami peningkatan kembali pada pengamatan jam ke-8 dan ke-9 (01.00 dan 02.00) dengan nilai nilai 57% dan 80% (Gambar 2a) sedangkan untuk D. laeve terjadi peningkatan aktivitas lokomosi pada pengamatan jam ke 11-12 (05.00-06.00) dengan nilai 58% dan 42% (Gambar 2b). Hal ini terjadi karena M. bilineatum dan D. laeve telah selesai melakukan aktivitas makan dan mulai bergerak kembali menuju tempat persembunyian. Pengamatan jam ke 10, 11, 12 (03.00, 04.00, 05.00) persentase M. bilineatum yang melakukan aktivitas lokomosi sudah sangat kecil yaitu 7% , 2.5%, 1.5% (Gambar 2a). Nilai persentase yang kecil karena sebagian besar M. bilineatum telah kembali masuk ke tempat persembunyiannya. Menurut Kerkut dan Taylor (1956) perilaku lokomosi binatang-binatang gastropoda terestrial ini berpotensi memiliki fungsi orientasi kembali keperlindungan.

Aktivitas Makan Meghimatium bilineatum dan Deroceras laeve

Pengamatan jam ke-1 persentase jumlah individu M. bilineatum dan D. laeve yang melakukan aktivitas makan bernilai 0% begitu juga pada pengamatan jam ke-2 (19.00) untuk M. bilineatum. Meghimatium bilineatum dan Deroceras laeve belum ada yang melakukan aktivitas makan karena mereka belum ada yang sampai ke sawah dan baru muncul dari tempat persembunyiannya. Deroceras laeve mulai melakukan aktivitas makan pada pengamatan jam ke-2 (19.00) dengan nilai 32,5% (Gambar 3b) sedangkan M. bilineatum mulai melakukan aktivitas makan pada pengamatan jam ke-3 (20.00) dengan nilai persentase sebesar 15% (Gambar 3a). Awal aktivitas makan D. laeve dan M. bilineatum dimulai setelah persentase tertinggi aktivitas lokomosinya. Kebanyakan gastropoda melakukan awal aktivitas makan setelah aktivitas lokomosi (Bailey dan Wedgwood 1991; Hommay et al. 1998).

(16)

6

Deroceras laeve yang melakukan aktivitas makan pada pengamatan jam ke-3 dan ke-4 (20.00 dan 21.00) memiliki nilai sebesar 45% dan 59 % (Gambar 3b) sedangkan persentase M. bilineatum yang melakukan aktivitas makan pada pengamatan jam ke-4 dan ke-5 (21.00 dan 22.00) memiliki nilai sebesar 41.5% dan 74.5% (Gambar 3a). Peningkatan persentase terjadi karena M. bilineatum dan D. laeve sudah banyak yang sampai ke sawah. Persentase tertinggi D. laeve yang melakukan aktivitas makan sebesar 67% (Gambar 3b) terjadi pada pengamatan jam ke-5 (22.00) sedangkan persentase tertinggi M. bilineatum terdapat pada pengamatan jam ke-6 (23.00) dengan nilai 80% (Gambar 3a). Hal ini terjadi karena sebagian besar M. bilineatum dan D. laeve telah berada pada tanaman daun bawang tempat mereka makan.

Berdasarkan hasil pengamatan ketika aktif makan D. laeve lebih banyak terlihat pada bagian atas pangkal daun bawang, batang daun bawang, tengah daun bawang, dan ujung daun bawang sedangkan M. bilineatum lebih menyukai bagian pangkal daun dan bagian-bagian daun yang sudah tua dan menguning. Struktur daun yang tua lebih halus sehingga memudahkan untuk dimakan. Meghimatium bilineatum yang melakukan aktivitas makan jarang ditemukan pada bagian ujung daun bawang. Ukuran M. bilineatum yang lebih besar daripada D. laeve diperkirakan menjadi penyebab M. bilineatum sulit mencapai bagian atas dan ujung daun bawang yang memiliki permukaan yang sempit sehingga menyulitkan M. bilineatum untuk mencapai bagian tersebut.

Pada saat melakukan aktivitas makan M. bilineatum terlihat menempel pada bagian pangkal daun bawang dan tidak melakukan aktivitas lain. Meghimatium bilineatum terlihat mengeluarkan lendir dari bagian mulut ketika melakukan aktivitas makan. Pada beberapa daun bawang ditemukan kotoran-kotoran hasil sisa pencernaan M. bilineatum, kotoran tersebut menempel pada tanaman. Daun bawang yang dimakan D. laeve memiliki titik titik putih kecil dan lubang kecil yang menandakan bekas aktivitas makan D. laeve. Tanaman daun bawang yang terdapat kotoran serta titik-titik putih dan lubang-lubang kecil dapat menurunkan nilai jual. Hal ini menjadi salah satu dampak negatif yang ditimbulkan oleh aktivitas M. bilineatum dan D. laeve.

0

Gambar 3 Rerata persentase aktivitas (a) makan Meghimatium bilineatum dan (b) makan Deroceras laeve

(17)

7 Persentase jumlah individu D. laeve yang aktif makan cenderung stabil pada pengamatan jam ke-6,7,8,9,10 (23.00, 24.00, 01.00, 02.00, 03.00) dengan nilai 58.5%, 53%, 51.5%, 52.5%, 51.5% (Gambar 3b) karena pada saat itu D. laeve lebih banyak menghabiskan waktunya ditempat makan. Tidak selamanya D. laeve melakukan aktivitas makan selama selang waktu tersebut. Ada saat dimana D. laeve diam. Pada saat aktif makan bagian kepala dan mulut D. laeve terlihat aktif dan jelas. Pada saat diam bagian kepala dan mulut tidak aktif, terlihat seperti mengatup dan ukurannya lebih pendek jika dibandingkan dengan ukuran ketika aktif. Hal ini sesuai dengan (Barker 2001) yang mengatakan terdapat dua pola perilaku makan siput yaitu mereka dapat menerima makanan sampai oesophagus mereka penuh atau mereka menolaknya.

Pengamatan jam ke-7 dan ke-8 (pukul 24.00 dan 01.00) persentase M. bilineatum yang melakukan aktivitas makan sebesar 60 % dan 27.5 % (Gambar 3a). Terdapat penurunan persentase yang cukup drastis diantara pengamatan jam ke-7 dan ke-8 untuk aktivitas makan M. bilineatum. Deroceras laeve mengalami penurunan persentase pada pengamatan jam ke-11 (04.00) dengan nilai 22.5 %. Penurunan persentase terjadi karena sebagian besar siput telah selesai melakukan aktivitas makan dan sedang melakukan aktivitas lokomosi untuk kembali ke persembunyian.

Pengamatan jam ke-9 (02.00) sudah tidak ditemukan lagi M. bilineatum yang melakukan aktivitas makan. Pengamatan jam ke-10, 11, 12 (03.00, 04.00, 05.00) persentase M. bilineatum yang melakukan aktivitas makan juga memiliki nilai 0% (Gambar 3a). Pengamatan jam ke-12 (05.00) persentase D. laeve yang melakukan aktivitas makan hanya 3.5% (Gambar 3b). Hal ini terjadi karena. siput sudah kembali ke persembunyiannya.

Meghimatium bilineatum aktif makan pada pukul 20.00 sampai pukul 02.00 sedangkan D. laeve aktif makan pada pukul 19.00 sampai 04.00. Waktu aktif makan D. laeve lebih lama daripada waktu aktif makan M. bilineatum. Ukuran D. laeve yang lebih kecil memudahkan mendapatkan tempat persembunyian di celah-celah tanah yang berada di dekat tanaman. Hal ini dapat mengurangi waktu kembali ke persembunyian mereka sehingga mereka dapat lebih lama melakukan aktivitas makan jika dibandingkan dengan M. bilineatum yang ukurannya lebih besar dan lebih banyak memiliki tempat persembunyian di celah-celah bebatuan pada dinding pematang sawah.

Aktivitas Kembali ke Persembunyian

Meghimatium bilineatum dan Deroceras laeve

(18)

8

dibandingkan dengan pengamatan jam ke-8 (01.00). Hal ini terjadi karena pada pengamatan jam ke 9 (02.00) M. bilineatum sudah selesai melakukan aktivitas makan. Meghimatium bilineatum sudah banyak yang melakukan aktivitas lokomosi mendekati tempat persembunyian untuk masuk ke persembunyiannya kembali.

Persentase jumlah individu yang kembali ke persembunyian meningkat sampai pada pengamatan jam 10 (03.00). Persentase pada pengamatan jam ke-10 (03.00) ini memiliki nilai terbesar yaitu 94 % (Gambar 4a). Saat itu hampir seluruh M. bilineatum bergerak masuk ke celah-celah dinding bebatuan tempat persembunyiannya. Pengamatan jam ke-11 dan ke-12 (04.00 dan 05.00) persentase menurun drastis dengan nilai 3.5 % dan 2% (Gambar 4a). Persentase nya sangat kecil karena hampir seluruh M. bilineatum sudah berada di dalam persembunyian sehingga sulit untuk menemukannya. Persentase jumlah individu tertinggi D. laeve yang kembali ke tempat persembunyian terdapat pada pengamatan jam ke-12 (05.00) dengan nilai 74% (Gambar 4b). Deroceras laeve kembali ke tempat persembunyian dari waktu subuh sampai menjelang matahari terbit.

Terdapat nilai persentase individu M. bilineatum yang kembali ke tempat persembunyian pada pengamatan jam ke-2,4,5,6,7 (19.00, 21.00, 22.00, 23.00, 24.00) begitu juga dengan D. laeve yang terjadi pada pengamatan jam ke-1 sampai jam ke-11 (18.00 sampai 04.00). Hal ini terjadi karena beberapa hari dari keseluruhan pengamatan terdapat kondisi cuaca dan kondisi angin yang ekstrim sehingga mempengerahui nilai persentase. Kondisi cuaca ekstrim tersebut menghambat aktivitas M. bilineatum dan D. laeve karena kondisinya sangat berbeda jauh dengan kondisi idealnya. Hal ini sesuai dengan penelitian Dundee dan Rogers (1977) yang menyebutkan faktor kecepatan angin yang memiliki perbedaan signifikan dapat mempengaruhi pola aktivitas. Kondisi cuaca yang ekstrim ini juga memiliki resiko yang sangat besar bagi siput jika tetap melanjutkan aktivitasnya karena diperkirakan siput bisa saja mati apabila tetap memaksakan untuk melakukan aktivitasnya. Saat hujan deras dan kondisi angin sangat kencang siput memilih kembali ke tempat persembunyiannya untuk

0

Gambar 4 Rerata persentase aktivitas (a) kembali ke persembunyian Meghimatium bilineatum dan (b) kembali ke persembunyian Deroceras laeve

(19)

9 berlindung dari kondisi lingkungan ekstrim hal ini sesuai dengan Barker (2001) yang menyebutkan bahwa kembali ke tempat persembunyian merupakan cara siput untuk melindungi diri dari lingkungan ekstrim

Aktivitas Kawin Meghimatium bilineatum dan Deroceras laeve

Persentase jumlah individu M. bilineatum yang melakukan aktivitas kawin di lapang sangat kecil. M. bilineatum yang melakukan aktivitas kawin memiliki nilai persentase hanya 1 % (Gambar 5a) ditemukan pada pengamatan jam ke 3,4, 6 (20.00, 21.00, 23.00). Deroceras laeve yang melakukan aktivitas kawin juga memiliki nilai persentase 1% (Gambar 5b) dan hanya ditemukan pada pengamatan jam ke-2 (19.00). Aktivitas kawin yang teramati di lapangan memperlihatkan siput saling mendekatkan kepala serta tentakel dan menyentuhkan tentakel ke individu lainnya, perilaku kawin ini termasuk kedalam karakter face to face dalam sitem perkawinan siput. Hal ini sesuai dengan Davinson (2005) yang mengatakan bahwa face to face merupakan karakter yang mencolok dalam sistem perkawinan siput. Pada saat pengamatan aktivitas kawin, siput yang tadinya menempel kembali memisahkan diri pada saat didekati sehingga aktivitas kawin tidak teramati secara detail.

Menurut Foltz et al. (1980) D. laeve dapat melakukan self-fertilaztion. Self fertilization ini bisa saja tidak teramati pada saat pengamatan di lapang sehingga nilai persentase individu yang melakukan aktivitas kawin yang diperoleh sangat kecil. Self fertilization merupakan perilaku yang umum terjadi pada D. laeve (Mohamed dan Ali 2011). Persentase nilai kawin yang kecil dapat juga terjadi karena pada pengamatan tidak mencari titik-titik dimana saja mereka biasa melakukan aktivitas kawin. Hal ini menyebabkan sedikit sekali M. bilineatum dan D. laeve yang terlihat sedang melakukan aktivitas kawin selama pengamatan. Pulmonata terestrial melakukan aktivitas kawin pada malam hari di tempat tempat lembab seperti dalam tanah, celah-celah, kayu, di bawah kayu, di bawah lapisan

Gambar 5 Rerata persentase aktivitas (a) kawin Meghimatium bilineatum dan (b) kawin Deroceras laeve

(20)

10

Pengaruh kondisi lingkungan terhadap aktivitas

Analisis data dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh suhu, kelembaban dan kecepatan angin terhadap aktivitas perilaku M. bilineatum dan D. laeve. Analisis ini menggunakan SPSS statistics. Data yang digunakan dalam pengolahan uji regresi ini merupakan hasil kondisi lingkungan selama 20 hari pengamatan.

Nilai P Value diatas 0.05 menunjukan salah satu faktor kondisi lingkungan yang diuji tidak berpengaruh terhadap aktivitas siput sedangkan nilai P Value dibawah 0.05 menunjukan salah satu kondisi lingkungan yang diuji berpengaruh terhadap aktivitas siput. Berdasarkan hasil analisis data, hanya aktivitas kembali ke persembunyian D. laeve saja yang dipengaruhi oleh kondisi suhu karena memiliki nilai P value 0.01 (Nilai P Value lebih kecil daripada 0.05) sedangkan yang lain memiliki nilai P value yang lebih besar dari 0.05. Kondisi suhu, kelembaban, kecepatan angin tidak mepengaruhi aktivitas D. laeve yang lainnya seperti kemunculan, lokomosi, makan dan kawin karena memiliki nilai P value yang lebih besar daripada 0.05. Kondisi suhu, kelembaban, kecepatan angin juga tidak mepengaruhi aktivitas M. bilineatum karena memiliki nilai P value yang lebih besar daripada 0.05.

Suhu selama pengamatan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap aktivitas perilaku siputhal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyebutkan pola aktivitas dipengaruhi oleh kondisi cahaya dan suhu tetapi suhu hanya memberikan efek yang sedikit pada aktivitas (Lewis 1969 a,b). Kawasan Pertanian Agropolitan Cipanas memiliki kisaran suhu rata-rata 19oC, kondisi ini merupakan kondisi habitat yang ideal bagi D. laeve dan M. bilineatum. Hal ini sesuai dengan pernyataan Barker (2001) yang menyebutkan habitat siput yang ideal memiliki kisaran suhu 7.8o– 19o C.

Kelembaban selama pengamatan tidak mempengaruhi aktivitas perilaku M. bilineatum dan D. laeve karena kawasan Agropolitan memiliki kelembaban rata-rata yang stabil bernilai 77 sampai 80 % Rh. Secara keseluruhan kecepatan angin rata-rata dalam kondisi normal selama pengamatan tidak mempengaruhi aktivitas perilaku M. bilineatum dan D. laeve. Kawasan Agropolitan memiliki kecepatan angin rata-rata 0.8-1.3 mps. Kondisi kecepatan angin yang sangat ekstrim dapat mepengaruhi aktivitas. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyebutkan faktor kecepatan angin yang memiliki perbedaan signifikan dapat mempengaruhi pola aktivitas (Dundee dan Rogers 1977).

(21)

11 Tabel 1 Hasil analisis uji regresi pengaruh kondisi lingkungan terhadap Aktivitas

perilaku M. bilineatum dan D. laeve

Hewan Kondisi Lingkungan Aktivitas P Value

Meghimatium

bilineatum Kecepatan Angin Makan 0.163

Kemunculan 0.652

Hewan Kondisi Lingkungan Aktivitas P Value

Deroceras

laeve Kecepatan Angin Makan 0.277

Kemunculan 0.417

(22)

12

SIMPULAN

(23)

13

DAFTAR PUSTAKA

Azuma M. 1982. Colored Illustrations of The Land Snails of Japan. Osaka : Hoikusha.

Bailey SER, Wedgwood MA. 1991. Complementary video and acoustic recording of foraging by two pest species of slugs on non-toxic and molluscicidal baits. Ann Appl Biol 119: 163-176.

Barker GM. 2001. The Biology Of Terrestrial Molluscs. New York : CABI. Cameron RAD. 1970. The effect of temperature on the activity of three species of

helicid snail (Mollusca: Gastropoda). J Zool 162: 303-315.

Cook RT. 2000. The influence of nutritional status on the feeding behaviour of the field slug Deroceras reticulum. Anim Behav 59: 167-176.

Davinson. 2005. Sex and darts in slugs and snails (Mollusca: Gastropoda : Sttylommatophora). J Zool 267: 329-328.

Denny M. 1980. Locomotion: the cost of gastropod crawling. Science 208: 1288-1290.

Dundee DS, Rogers JS. 1977. Factors affecting molluscan activity. Bull of Amer Malac 4 : 61-63.

Ewoldt RH, Clasen C, Hosoi AE, McKinley GH. 2007. Rheological finger printing of gastropod pedal mucus and synthetic complex fluids for biomimicking adhesive locomotion. Soft Matter 3: 634-643.

Faberi AJ, Lopez AN, Manetti PL, Clemente CL, Castillo A. 2006. Growth and reproduction of the slug Deroceras laeve (Muller) (Pulmonata: Stylommatophora) under controlled conditions. Span J Agri 4 : 345-350. Foltz DW, Schaitikin BM, Selander RK. 1980. Gametik disequilibrium in the

self-fertilization slug Deroceras laeve. Evol 36: 80-85.

Hermida J, Ondina P, Outeiro A. 1995. Influence of soil characteristics on the distribution of terrestrial gastropods in northwest Spain. Europ J Soil Biol 31 : 29-38.

Hommay G, Jacky F, Ritz MF. 1998. Feeding acitivity of Limax valentianus Ferussac : nocturnal rhythm and alimentary competition. J Moll Stud 64: 137-146.

Hyman LH. 1967. The Invertebrates: Mollusca I. New York : McGraw-Hill. Isnaningsih NR. 2008. Siput telanjang (slug) sebagai hama tanaman budidaya.

Faun Indones 8:21-24.

Jutting WSSB. 1952. Systematic studies on nonmarine mollusca of the Indo-Australian archipelago III. Critical revision of the Javanese pulmonate land snails of the families Ellobiidae to Limacidae, with an appendix on Helicarionidae. Treubia 21:291-435.

Kerkut Ga, Taylor BJR. 1956. The sensitivity of the pedal ganglion of the slug to osmotic pressure change. J Moll Stud 56: 9-15.

Lewis RD. 1969a. Studies on the locomotor activity of the slug Arion ater (Linnaeus). I. Humidity, temperature and light reactions. Malacologia 7: 295-306.

(24)

14

Li Tsai, Kuei Wu. 2008. A new Meghimatium slug (Pulmonata: Philomycidae) from Taiwan. Zool Stud 47: 759-766.

Mohamed MI, Ali RF. 2011. Laboratory studies on terrestrial marsh slug Deroceras laeve (Muller) (Agriolimacidae: Mollusca). Anim Biol. 2: 133-141.

Peake J. 1978. Distribution and ecology of the stylommatophora.Pulmonates2 : 429-526.

QuickHE. 1960. British Slugs (Pulmonata: Testacellidae, Arionidae, Limacidae). Bull of Brit Mus , Zoology 6:103226..

Stephenson JW. 1967. The distribution of slugs in a potato crop. J Appl Ecol 4: 129-135.

(25)

15 Lampiran 1 Gambar aktivitas (a) kemunculan dan (b) kembali ke persembunyian

Meghimatium bilineatum

Lampiran 2 Gambar aktivitas (a) kemunculan dan (b) kembali ke persembunyian Deroceras laeve

Lampiran 3 Gambar aktivitas lokomosi (a) Meghimatium bilineatum dan (b) Deroceras laeve

a

b

a

b

(26)

16

Lampiran 4 Gambar aktivitas makan Meghimatium bilineatum

Lampiran 5 Gambar aktivitas (a) makan dan (b) diam Deroceras laeve

```

(27)

17

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 23 Januari 1992 dengan nama lengkap Haris Rizky Pratama. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Mardiono dan Yulia. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Cibinong. Pada tahun 2009 penulis diterima di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB. Beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) diperoleh dari DIKTI pada tahun 2009-2013.

Gambar

Gambar aktivitas kemunculan dan kembali ke persembunyian
Gambar 2 Rerata persentase aktivitas (a) lokomosi
Gambar 4 Rerata persentase aktivitas (a) kembali ke persembunyian
Gambar 5 Rerata persentase aktivitas (a) kawin
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tautan untuk mengunduh buku Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman ada pada tautan

Tidak dipungkiri bahwa penggunaan printer dalam suatu pekerjaan tidak selalu efektif. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan printer dalam sebuah perusahaan, seperti

STUDI TENTANG MINTA TERHADAP PROFESI GURU GEOGRAFI PADA MAHASISWA DEPARTEMEN GEOGRAFI FPIPS UPI.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pencegahan preventif yang dilakukan oleh Kepolisian dalam penanggulangan tindak pidana pelaku penyebaran Berita Hoax adalah dengan cara membentuk Satuan Tugas

Hasil analisis jawaban butir soal nomor 4 tentang fungsi lensa seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9, diperoleh bahwa cukup banyak responden yang mengalami kesulitan dalam

Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan

– Zat atau obat yg berasal dari tanaman a bukan tanaman, sintetis a semi sintetis yg dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi