• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prevalensi Spesies Bakteri Yang Menonjol Bagi Kasus Infeksi Nosokomial Pada Pasien Pasca Persalinan Di Departemen Obgyn Rsup Haji Adam Malik, Medan Dari Juni 2012 Hingga Desember 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prevalensi Spesies Bakteri Yang Menonjol Bagi Kasus Infeksi Nosokomial Pada Pasien Pasca Persalinan Di Departemen Obgyn Rsup Haji Adam Malik, Medan Dari Juni 2012 Hingga Desember 2012"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : KARTHIKEYAN A/L KALIMUTU

Tempat/Tanggal Lahir : PERAK/27 AUGUSTUS 1991

Alamat : JLN SEI PADANG 111C, MEDAN

Riwayat Pendidikan : 1.SK SLIM RIVER

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

DAFTAR PUSTAKA

Alvarado CJ, 2000. The Science of Hand Hygiene: A Self Study Monograph. University of Wisconsin Medical School and Sci-Healt Communication. March.

Darmadi, 2008. Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya, Jakarta Salemba Medika.

Dr dr Anies MKes PKK, 2006. Managemen Berbasis Lingkungan, kelompok Gramedia Jakarta. Available from:

books.google.com/books?isbn=9792086927 [Accessed 25 APRIL 2013]. Ducel, G. et al. 2002. Prevention of hospital-acquired infections, A.practical

guide. 2nd edition. World Health Organization. Department of Communicable disease, Surveillance and Response. Available from:

[Accessed 28 MEI 2013].

Emory TG, and Gaynes RP, 1993. An overview of nosocomial infections, including the role of the clinical laboratory. Clin Microbiol Rev 6(4): 428-442.

Gibbs RS, 1980. Clinical risk factors for puerperal infection, Obstet Gyenco.

55(Supplement 5): 178S-183S.

Gisselquist, D. et al. 2002. HIV infections in sub Saharan Africa not explained by sexual or vertical transmission. Int J STD AIDS 13(10): 657-666.

Hemsell DL, 1991. Propylatic antibiotic in gynecologic and obstretic surgery. Rev Infect Dis. 13 (Supplement 10): S821 – S841.

Horan, T. et al. 1993. NNIS data: nosocomial infections surgical patients in United States-January 1986-June 1992. Infect Contol Hosp Epidemiol. 14(2): 73-80.

Kurt J. Isselbacher, et al. 1995. Harrison: Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit

Dalam,Available at :

books.google.com/books?isbn=9794484547.[Accessed 23 Oktober 2013]. Linda Tietjen, Debora Bossmeyer, Noel McIntosh, 2004. Panduan Pencegahan

(9)

Louisiana. 2002. Preventing Nosocomial Infection. Available

from:http://new.dhh.louisiana.gov/assets/oph/Center-PHCH/CenterCH/infectiousepi/InfectionControl/presentations/Surveillance NosocomialInfections.pdf [Accessed 16 April 2013]

Lynch P, et al. 1997. Infection Prevention with limited Resourses. ETNA Communications: Chicago.

Mayon-White RT, et al. 1988. An international survey of the prevalence of hospital-acquired infection. J Hosp Infect 11 (Supplement A): 43-48.

Mead PB, 1993. Prevention and control of nosocomial infections in obstretrics and gynecology, in Prevention and control Nosocomial infections. 3rd ed, revised. Wenzel RP (ed). Wiliams & Wilkins. Baltimore, MD.

Minkoff HL, and Schwarz RH, 1980. The rising cesarean section rate: can it be safety reversed? Obstet Gynecol. 56(2): 135-143.

Nurvita Wikansari, Retno Hestiningsih, Budi Raharjo, 2012. Pemeriksaan total kuman udara dan Staphylococcus aureus di ruang rawat inap rumah sakit

Ponce-de-Leon S, 1991. The needs of developing countries and the resources required. J Hosp Infect, 18 (Supplement A): 376–381.

Shiliang Liu, 2007. Maternal mortality and severe morbidity associated with low-risk planned cesarean delivery versus planned vaginal delivery at term.

Available at :

Steven G. Gabbe, et al. 2012. Obstetrics: Normal and Problem Pregnancies.

Available from: books.google.co.id/books?isbn=1455733954[Accessed 23 Oktober 2013].

Tikhomirov E, 1987. WHO Programme for the Control of Hospital Infections.

(10)

BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

JENIS BAKTERI SEBAGAI AGEN

INFEKSI INFEKSI NOSOKOMIAL

WANITA PASCAPERSALINAN

(11)

3.2 Definisi Operasional

(12)

3. Jenis bakteri Spesies bakteri yang mengakibatkan infeksi nosokomial pada wanita pascapersalinan

Data pasien yang tercatat di rekam medis Bagian

Obstetri dan Ginekologi

RSUP Adam Malik periode Juni hingga desember

2012

(13)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif retrospektif dengan desain cross sectional yang mengambarkan prevalensi spesies bakteri yang menonjol bagi kasus infeksi nosokomial pada pasien wanita pascapersalinan di bagian Departemen Obgyn RSUP Haji Adam Malik, Medan dari bulan Juni 2012 hingga Desember 2012.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Pengumpulan data akan dilakukan selama 6 bulan mulai Bulan Juni hingga Bulan November 2013. Penelitian in dilakukan di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik dengan alasan rumah sakit ini merupakan salah satu rumah sakit rujukan di seluruh kota Medan dengan jumlah populasi wanita pascapersalinan dengan angka yang cukup tinggi.

4.3 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini meliputi semua pasien pascapersalinan yang mengalami infeksi nosokomial di RSUP Haji Adam Malik dari periode Juni 2012 sampai Desember 2012. Jumlah populasi tersebut telah diambil dari rekam medis. 4.3.2 Sampel

Besar sampel pada penelitian ini adalah menggunakan total sampling dimana besar sampel tergantung dari semua pasien wanita pascapersalinan yang mengalami infeksi nosokomial di Departemen Obgyn RSUP Haji Adam Malik, Medan dari bulan Juni 2012 hingga Desember 2012.

4.3.3 Teknik Sampling

(14)

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data wanita pascapersalinan yang mengalami infeksi nosokomial yang dikumpulkan dari rekam medis di RSUP Haji Adam selama periode Juni 2012 sampai dengan Desember 2012.

4.5 Pengolahan dan Analisa Data 4.5.1 Pengolahan data

Setelah data terkumpul, diolah agar dapat memberikan arti dalam menyimpulkan problem penelitian proses pengolahan data tersebut meliput : a. Editing

Upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data dan diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul (Hidayat, 2007).

b. Coding

Memberikan kode dalam bentuk angka (numerik) pada setiap variabel yang diteliti sehingga mempermudah dalam pengolahan data.

c. Entry

Entry data merupakan proses memasukan data yang telah dikumpulkan ke dalam perangkat komputer, yaitu dengan memasukkan variabel-variabel yang ada dalam penelitian dengan cara dikategorikan.

d. Tabulating

Pada tahap ini data yang sudah lengkap ditabulasi kemudian diklasifikasikan ke dalam masing-masing variabel kemudian dimasukkan di tabel sehingga mempermudah dalam menganalisa dan pembahasan selanjutnya (Hidayat, 2007).

e. Analisis data

(15)

4.6 Etika Penelitian

Masalah etika penelitian kebidanan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian kebidanan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan. Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah :

(a) Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika kebidanan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subyek penelitian dengan memberikan kode rekam medis untuk pasien.

(b) Kerahasiaan (confidentiality)

(16)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan merupakan rumah sakit milik pemerintah. Rumah sakit ini dikelola oleh Pemerintah Pusat bersama Pemerintah Daerah Prov. Sumatera Utara. Rumah Sakit ini terletak di lahan yang luas di pinggiran kota Medan Indonesia. Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik merupakan Rumah Sakit tipe A sesuai dengan SK Menkes no.547/Menkes/SK/VII/1998 dan juga sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991. Sejak 1991, RSUP H. Adam Malik juga merupakan Pusat Rujukan wilayah Pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat dan Riau. RSUP H. Adam Malik mulai berfungsi sejak tanggal 17 Juni 1991 dengan pelayanan Rawat Jalan sedangkan untuk pelayanan Rawat Inap baru dimulai tanggal 2 Mei 1992.

5.1.2. Distribusi Infeksi Nosokomial Pada Wanita Pascapersalinan Di Bagian Obgyn Di RSUP. H. Adam Malik Dari Juni sampai Desember 2012.

Tabel 5.1. Distribusi Terjadinya Infeksi Nosokomial pada Wanita Pascapersalinan

No Infeksi Nosokomial n %

1 Positif 93 47,9

2 Negatif 101 52.1

Total 194 100

(17)

sebanyak 101 orang. Diperkirakan angka prevalensi penderita infeksi nosokomial adalah sebanyak 47,9% dan prevalensi bagi yang tidak menderita infeksi nosokomial adalah sebanyak 52,1%.

5.1.3. Distribusi Jenis Bakteri yang Tumbuh dari Hasil Kultur Penderita Berdasarkan Penderita Infeksi Nosokomial pascapersalinan Di RSUP. H. Adam Malik dari Juni sampai Desember 2012

Tabel 5.2. Distribusi Jenis Bakteri yang Tumbuh dari Hasil Kultur Penderita infeksi nosokomial Berdasarkan Jenis Persalinan

Berdasarkan tabel 5.2, dapat diketahui jenis bakteri yang tertinggi berdasarkan dari hasil kultur penderita infeksi nosokomial. Angka prevalensi untuk jenis bakteri diperkirakan dengan jumlah hasil penderita infeksi nosokomial yang melahirkan anak secara normal dan seksio sesarea yang dikultur yaitu total penderita adalah sebanyak 93 orang. Streptococcus agalactiae

merupakan bakteri yang paling banyak ditemukan yaitu sejumlah 31 kasus dengan prevalensi sebanyak 33,3%, diikuti dengan Streptococcus pyogenes

yaitu sejumlah 25 kasus dengan prevalensi sebanyak 26,9%. Bakteri

Escherichia coli pula ditemukan sebanyak 10 kasus dengan prevalensi 10,8% diikuti dengan bakteri Neisseria gonorrhoeae ditemukan sebanyak 8

(18)

kasus dengan prevalensi 8,6%. Bakteri Clostridium perfringens dan

Enterococcus ditemukan sejumlah 6 kasus masing-masing dengan prevalensi 6,5%. Bakteri Chlamydia trachomatis ditemukan sejumlah 5 kasus dengan prevalensi 5,4% dan bakteri yang paling sedikit ditemukan adalah

Gardenella vaginalis sejumlah 2 kasus dengan angka prevalensi 2,2.

Wanita yang mendapat infeksi nosokomial melalui persalinan seksio sesarea adalah sebanyak 56 orang dengan prevalensi 60,3% dan wanita yang mendapat infeksi nosokomial melalui persalinan normal adalah sebanyak 37 orang dengan prevalensi 39,7% .

5.2. Pembahasan

5.2.1. Distribusi Infeksi Nosokomial pada Wanita Pascapersalinan Di Bagian Obgyn Di RSUP. H. Adam Malik dari Juni sampai Desember 2012.

Jumlah pasien pascpersalinan adalah sebanyak 194 orang. Pasien pascapersalinan yang menderita infeksi nosokomial adalah sejumlah 93 orang dengan angka prevalensi sebanyak 47,9%. Pasien yang tidak menderita infeksi nosokomial adalah sejumlah 101 orang dengan prevalensi sebanyak 52,1%.

Didapati angka infeksi nosokomial pada wanita pascapersalinan adalah tinggi dalam hasil penelitian ini. Batasan untuk infeksi nosokomial di negara-negara maju adalah sebanyak 5-10%. Hal ini mungkin terjadi disebabkan oleh lama masa perawatan di rumah sakit, daya tahan pasien yang rendah, agen yang menginfeksi, infeksi secara langsung atau secara tidak langsung, faktor lingkungan rumah sakit dan mikroba yang resisten obat-obatan (Ducel, G, 2002).

5.2.2. Distribusi Jenis Bakteri yang Tumbuh dari Hasil Kultur Penderita Berdasarkan Penderita Infeksi Nosokomial Pascapersalinan Di RSUP. H. Adam Malik dari Juni sampai Desember 2012

Jenis bakteri yang paling banyak ditemukan adalah Streptococcus

(19)

yang paling banyak menyebabkan infeksi postpartum seperti chorioamniotis dan endometritis. Hal ini disebabkan karena bakteri jenis ini sering ditemukan sebagai flora normal pada vagina atau rectum pada wanita hamil. Jadi keadaan ini memungkinkan wanita untuk mengalami infeksi bakteri ini secara mudah.

Prevalensi bakteri ini tinggi mungkin juga karena pola resistensi telah berubah, banyak yang telah resisten terhadap antimikroba bahkan ada yang multi resisten, sehingga untuk mengatasi hal ini diperlukan pemberian antibiotik yang rasional. Menurut penelitian dari pierson CL, 2003, bakteri Group B Streptococcus (GBS) telah menjadi resisten kepada eritromisin sebanyak 29% dan clindamisin sebanyak 21%. Bakteri yang paling sedikit ditemukan adalah

G a r d e n e l l a v a g i n a l i s sejumlah 2 kasus dengan angka prevalensi sebanyak 2,2% dimana tergolong dalam bakteri anaerob fakultatif.

(20)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Angka kejadian infeksi nosokomial pada wanita pascapersalinan adalah tinggi. Maka dapat disimpulkan bahwa pasien pascapersalinan yang melahirkan anak secara normal dan seksio sesarea masih memerlukan pengawasan yang ketat dari para petugas rumah sakit.

2 Jenis bakteri yang paling banyak ditemukan adalah Streptococcus agalactiae yang merupakan golongan dari Group B Streptococcus (GBS) dengan prevalensi 35.5%.

6.2. Saran

1. Rumah Sakit harus mengeliminasi dan mengurangi perkembangan agen penyebab infeksi dan faktor lainnya yang menyebabkan perkembangan infeksi nosokomial.

2. Petugas, dokter, ko-as dan perawat harus mengambil langkah dalam mengatasi infeksi nosokomial, seperti menggunakan handscoon dalam melakukan tindakan, menggunakan masker, menggunakan alat yang steril, melakukan tindakan sesuai dengan peraturan dari Rumah Sakit dengan baik.

3. Rumah Sakit menetapkan atau memilih prioritas penyakit untuk diisolasikan, seperti pada pasien-pasien infeksius, diprioritaskan di ruang isolasi dan dilarang dikunjungi oleh keluarganya atau dilarang ditunggu. 4. Rumah Sakit harus menyingkatkan lama perawatan pasien di r u a n g rawat

(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

INFEKSI NOSOKOMIAL 2.1 Definisi

Nosokomial berasal dari bahasa yunani, dari kata nosos yang artinya penyakit dan komeo yang artinya merawat. Nosokomian berarti tempat untuk merawat atau disebut sebagai rumah sakit. Jadi infeksi nosokomial diartikan sebagai infeksi yang diperoleh atau terjadi di rumah sakit (Darmadi, 2008).

Infeksi nosokomial adalah adanya infeksi di rumah sakit dengan catatan sewaktu masuk ke dalam rumah sakit tidak dalam masa inkubasi. Umumnya telah tampak sewaktu pasien masih dirawat di rumah sakit, tapi sebagian (kira-kira 25% dari infeksi luka operasi), gejala-gejala akan timbul setelah pasien pulang (mims CA., et al)

Infeksi yang diperoleh di rumah sakit dan menjadi jelas setelah keluar dari rumah sakit. Infeksi pada bayi baru lahir yang diakibatkan dari jalan lahir. (Infectious Disease Epidemiology Section Office of Public Health Louisiana Dept of Health & Hospitals).

2.2 Epidemiologi

(22)

11,8% dan 10% (Mayon-white dkk 1988). Angka kejadian ini belum mencerminkan keadaan saat ini, karena pada waktu itu pandemik HIV/AIDS baru saja mulai. Terlebih lagi, survei tidak mengikutkan negara di Afrika di mana insidens infeksi nosokomial jauh lebih tinggi. Walaupun demikian, survei memberikan beberapa pedoman tentang infeksi nosokomial apa yang sering terjadi di negara berkembang. Infeksi tempat pembedahan, infeksi saluran kencing dan infeksi saluran napas bawah (pneumonia) merupakan jenis utama yang dilaporkan. Urutan ini berbeda dengan yang dilaporkan di AS, misalnya, infeksi saluran kencing dan saluran pernapasan lebih umum, diikuti oleh infeksi tempat pembedahan (Emori dan Gaynes 1993).

Penelitian WHO dan lain-lain, juga menemukan bahwa prevalensi infeksi nosokomial yang tertinggi terjadi di Unit Gawat Darurat, perawatan bedah akut, dan bangsal ortopedi. Tidak mengherankan apabila kejadian infeksi lebih tinggi di antara pasien yang lebih rentan karena usia tua, dan beratnya penyakit yang sedang diderita.

2.3 Etiologi 2.3.1 Agen Infeksi

Pasien akan terpapar berbagai macam mikroorganisme selama ia dirawat di rumah sakit. Kontak antara pasien dan berbagai macam mikroorganisme ini tidak selalu menimbulkan gejala klinis karena banyaknya faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial. Kemungkinan terjadinya infeksi tergantung pada karakteristik mikroorganisme, resistensi terhadap zat-zat antibiotika, tingkat virulensi,dan banyaknya materi infeksius (Ducel, G, 2002).

(23)

makanan dan udara dan benda atau bahan-bahan yang tidak steril. Penyakit yang didapat dari rumah sakit saat ini kebanyakan disebabkan oleh mikroorganisme yang umumnya selalu ada pada manusia yang sebelumnya tidak atau jarang menyebabkan penyakit pada orang normal (Ducel, G, 2002).

Jenis mikroba penyebab Infeksi Nosokomial : - Bakteri Gram negatif yang sering :

- Pseudomonas aeruginosa

- Methicillin Resistant Staphylococcus Epidermidis (MRSE) - Vancomycin Resistant Enterococcus (VRE)

- Virus : Hepatitis B, Hepatitis C, HIV - Jamur : Candida spp. , Aspergillus spp. - Parasit : Malaria

2.3.2 Respon dan toleransi tubuh pasien

Faktor terpenting yang mempengaruhi tingkat toleransi dan respon tubuh pasien dalam hal ini adalah umur, status imunitas penderita, penyakit yang diderita, obesitas dan malnutrisi, orang yang menggunakan obat-obatan immunosupresan dan steroid serta tindakan invasif yang dilakukan pada tubuh untuk melakukan diagnosa dan terapi (WHO).

(24)

AIDS. Keadaan-keadaan ini akan meningkatkan toleransi tubuh terhadap infeksi dari kuman yang semula bersifat opportunistik. Obat-obatan yang bersifat immunosupresif dapat menurunkan pertahanan tubuh terhadap infeksi. Banyaknya prosedur pemeriksaan penunjang dan terapi seperti biopsi, endoskopi, kateterisasi, intubasi dan tindakan pembedahan juga meningkatkan resiko infeksi (WHO).

2.3.3 Lingkungan

Tempat pelayanan kesehatan adalah lingkungan di mana orang yang terinfeksi dan orang yang berisiko mendapat infeksi akan berkumpul. Pasien dengan infeksi atau sebagai karier mikroorganisme patogen yang dimasukkan ke dalam rumah sakit adalah sumber yang utama dalam menyebabkan infeksi pada pasien lain dan petugas kesehatan. Orang yang ramai yang datang untuk menerima rawatan di rumah sakit, pasien yang sering ditukar dari satu unit ke unit yang lain, dan konsentrasi pasien yang sangat rentan terhadap infeksi dalam satu area (misalnya bayi baru lahir, pasien luka bakar dan pasien dalam perawatan intensif), semuanya berkontribusi pada pengembangan infeksi nosokomial (WHO).

2.3.4 Resistensi bakteri

Penggunaan obat antimikroba secara meluas untuk terapi atau profilaksis (termasuk obat topikal) adalah penentu utama bagi resistensi bakteri terhadap obat antimikroba. Dalam beberapa kasus, obat antimikroba menjadi kurang efektif karena resistensi bakteri. Antimikroba yang banyak digunakan menyebabkan bakteri menjadi resisten terhadap obat ini dan akhirnya muncul dan menyebar di tempat pelayanan kesehatan. Banyak bakteri seperti staphylococci dan

enterococci, saat ini telah menjadi resisten terhadap sebagian besar atau semua antimikroba yang dulunya efektif (WHO).

(25)

I. Faktor-faktor luar (extrinsic factor) yang berpengaruh dalam proses terjadinya infeksi nosokomial seperti petugas pelayanan medis (dokter, perawat, bidan, tenaga laboratorium, dan sebagainya), peralatan, dan dan material medis (jarum, kateter, instrumen, respirator, kain/doek, kassa, dan lain-lain), lingkungan seperti lingkungan internal seperti ruangan /bangsal perawatan, kamar bersalin, dan kamar bedah, sedangkan lingkungan eksternal adalah halaman rumah sakit dan tempat pembuangan sampah/pengelolahan limbah, makanan/minuman (hidangan yang disajikan setiap saat kepada penderita, penderita lain (keberadaan penderita lain dalam satu kamar/ruangan/bangsal perawatan dapat merupakan sumber penularan), pengunjung/keluarga (keberadaan tamu/keluarga dapat merupakan sumber penularan).

Petugas(dokter,perawat dan lain-lain)

penderita dalam perawatan

Bangsal/lingkungan

Gambar 2.1 Faktor-faktor luar (extrinsic factors) yang berpengaruh dalam proses terjadinya infeksi nosokomial

Penderita lain Peralatan medis

Makanan dan minuman Pengunjung atau

(26)

II. Faktor-faktor yang ada dalam diri penderita (instrinsic factors) seperti umur, jenis kelamin, kondisi umum penderita, risiko terapi, atau adanya penyakit lain yang menyertai (multipatologi) beserta komplikasinya. III. Faktor keperawatan seperti lamanya hari perawatan (length of stay),

menurunnya standar pelayanan perawatan, serta padatnya penderita dalam satu ruangan.

IV. Faktor mikroba seperti tingkat kemampuan invasi serta tingkat kemampuan merusak jaringan, lamanya paparan (length of exposure)

antara sumber penularan (reservoir) dengan penderita.

2.5 Penilaian yang digunakan untuk Infeksi Nosokomial

Infeksi nosokomial disebut juga dengan “Hospital Acquired Infection” apabila memenuhi batasan atau kriteria sebagai berikut: (Darmadi, 2008)

I. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak didapatkan tanda-tanda klinik dari infeksi tersebut.

II. Pada waktu penderita mulai dirawat tidak dalam masa inkubasi dari infeksi tersebut.

III. Tanda-tanda infeksi tersebut baru timbul sekurang-kurangnya 3 × 24 jam sejak mulai dirawat.

IV. Infeksi tersebut bukan merupakan sisa (residual) dari infeksi sebelumnya.(Hasbullah T, 1992)

V. Bila saat mulai dirawat di rumah sakit sudah ada tanda-tanda infeksi, dan terbukti infeksi tersebut didapat penderita ketika dirawat di rumah sakit yang sama pada waktu yang lalu, serta belum pernah dilaporkan sebagai infeksi nosokomial.

Dari batasan infeksi nosokomial tersebut di atas, ada catatan khusus yang perlu diketahui:

(27)

2. Untuk penderita yang telah keluar dari rumah sakit dan kemudian timbul tanda-tanda infeksi dapat digolongkan sebagai infeksi nosokomial apabila infeksi tersebut dapat dibuktikan berasal dari rumah sakit.

3. Infeksi yang terjadi pada petugas kesehatan medis serta keluarga/pengunjung, tidak termasuk infeksi nosokomial.

2.6 Cara penularan Infeksi Nosokomial

Menurut Depkes RI (1995) macam-macam penularan infeksi nosokomial bisa berupa :

1) Infeksi silang (Cross Infection), yaitu infeksi yang disebabkan oleh kuman yang didapat dari orang atau penderita lain di rumah sakit secara langsung atau tidak langsung.

2) Infeksi sendiri (Self infection, Auto infection), yaitu infeksi yang disebabkan oleh kuman dari penderita itu sendiri berpindah tempat dari satu jaringan kejaringan lain.

3) Infeksi lingkungan (Environmental infection), yaitu infeksi yang disebabkan oleh kuman yang berasal dari benda atau bahan yang tidak bernyawa yang berada di lingkungan rumah sakit, misalnya lingkungan yang lembab dan lain-lain.

2.7 Dampak infeksi nosokomial

Infeksi nososkomial menambahkan ketidakberdayaan fungsional, tekanan emosional, dan kadang-kadang pada beberapa kasus akan menyebabkan kondisi kecacatan sehingga menurunkan kualitas hidup. Sebagai tambahan, infeksi nosokomial sekarang juga merupakan salah satu penyebab kematian (Ponce-de-Leon 1991). Dampak infeksi nosokomial jelas di Negara miskin, terutama yang dilanda HIV/AIDS, karena temuan terakhir membuktikan bahwa pelayanan medis yang tidak aman merupakan factor penting dalam transmisi HIV (Gisselquist dkk 2002).

(28)

Infeksi nosokomial meningkatkan biaya pelayanan kesehatan di negara-negara yang kurang mampu karena meningkatnya:

Lama rawat inap di rumah sakit,

i. Terapi dengan obat-obat mahal (seperti obat retroviral untuk HIV/AIDS, dan antibiotik)

ii. Penggunaan pelayanan lain (seperti pemeriksaan laboratorium, rontsen, transfusi)

Konsekuensinya, di negara dengan sumber daya rendah, upaya pencegahan infeksi nosokomial harus dianggap jauh lebih penting jika, upaya untuk memperbaiki pelayanan kesehatan di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya akan dilakukan (Panduan pencegahan Infeksi Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya terbatas).

2.8 Pencegahan

Pencegahan infeksi nosokomial yang dikemukakan oleh WHO (2002) menyatakan bahwa infeksi nosokomial membutuhkan keterpaduan, pemantauan, dan program dari semua tenaga kesehatan profesional yang meliputi: dokter, perawat, terapis, apoteker, dan lain-lain. Pencegahan infeksi nosokomial yang menjadi kunci utama yaitu:

a. membatasi transmisi organisme antara pasien dalam melakukan perawatan pasien secara langsung melalui cuci tangan, menggunakan sarung tangan, teknik aseptik yang tepat, strategi isolasi, sterilisasi dan teknik desinfektan. b. mengendalikan lingkungan yang berisiko untuk infeksi.

c. melindungi pasien dengan penggunaan profilaksis antimikroba yang tepat, nutrisi, dan vaksinasi.

d. membatasi risiko terjadinya infeksi endogenous dengan meminimalkan prosedur invasif, dan mempromosikan penggunaan antimikroba yang optimal. e. surveilans infeksi, mengidentifikassi dan mengendalikan wabah.

f. pencegahan infeksi pada tenaga kesehatan.

(29)

h. meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan secara terus menerus dengan memberikan pendidikan.

2.9 Sejarah infeksi nosokomial pada pasien obstetri

Menjelang paruh kedua abad XIX Ignaz Philip Semmelwis, seorang dokter ahli kebidanan di Wina Austria, telah mengamati 30% dari para ibu yang melahirkan di rumah sakit menderita demam setelah melahirkan dengan angka kematian sebesar 12,24%. Mereka yang melahirkan di rumah sendiri tidak terserang demam demikian.

Semmelwis melihat pula bahwa para dokter muda yang memeriksa para ibu tersebut di rumah sakit umumnya tidak mencuci tangannya sebelum melakukan pemeriksaan. Ketika kemudian salah seorang dokter itu meninggal karena demam setelah tangannya terluka karena terkena pisau bedah, Semmelwis menyimpulkan bahwa demam pada para ibu yang melahirkan itu akibat sepsis (terkena hama) dan dapat menular.

Kemudian ia mewajibkan para dokter yang akan memeriksa pasien agar terlebih dahulu mencuci tangan mereka dengan cairan kaporit. Dengan cara ini angka kematian para ibu dapat diturunkan sampai 1,27%.

Tetapi, Semmelwis tidak mendapat atas penemuannya itu, bahkan banyak ditentang oleh para dokter di zamannya. Akhirnya, ia meninggal di rumah sakit jiwa di Wina pada thaun 1865 (Managemen Berbasis Lingkungan, 2006).

2.10 Definisi Infeksi nosokomial pada pasien obstetri

(30)

2.11 Teori infeksi nosokomial pada persalinan pervaginam dan seksio sesarea Setiap tindakan medis obstetri baik fisiologis (normal) maupun patologis (abnormal) akan mengundang resiko adanya invasi mikroba pathogen yang akan menimbulkan penyakit infeksi bagi ibu dan janinnya (Darmadi, 2008)

Persalinan pervaginam berhubungan dengan sejumlah faktor yang meningkatkan resiko perempuan terhadap endometriosis dan infeksi saluran kencing termasuk:

a. Ketuban pecah lama (>24 jam)

b. Trauma jalan lahir (laserasi vaginal atau perineal dan robekan uretral) c. Pengeluaran plasenta secara manual karena tertinggalnya sisa-sisa plasenta d. Episiotomi

e. Persalinan forceps tengah (Hemsell 1991; Newton, Prihoda dan Gibbs 1990)

Seksio sesarea merupakan faktor paling penting yang memberi sumbangan pada frekuensi dan keparahan endometritis pascapersalinan (Gibbs 1980).

Infeksi di Tabel 2.1 Distribusi infeksi nosokomial pada pasien seksio sesarea

Diadaptasi dari: Horan dkk. 1993.

Infeksi sayatan bedah organ/ruangan seperti endometritis lebih dari separuhnya dan yang paling serius dan mahal adalah infeksi luka (hampir 20%). Umpamanya, pasien dengan luka biasanya menghabiskan 7 hari lebih lama di rumah sakit daripada mereka yang tidak terkena infeksi dan 4 hari lebih lama dari pasien dengan endometritis. Infeksi luka terutama akibat kontaminasi langsung

dari area sayatan dengan organisme pada rongga uterus pada saat pembedahan. (Panduan pencegahan Infeksi Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya

(31)

Faktor predisposisi untuk infeksi luka adalah perempuan yang:

I. Mempunyai vaginosis bacterial (Gardenella vaginalis) yang diperoleh dari endometrium

II. Diseksio sesarea sewaktu kala dua persalinan

III. Didiagnosis infeksi selaput ketuban (korioamniotis) sebelum kelahiran (Mead 1993)

Infeksi obstretik lainnya jarang, berkisar kurang 1% sampai dengan 15%. Urutan frekuensi yang menurun, termasuk infeksi saluran kencing nosokomial (kira-kira 12%) yang kebanyakan terjadi pada perempuan yang mengalami seksio sesarea,infeksi episiotomi (<5%,biasanya sederhana dan tidak sulit), pneumonia nosokomia (3% dan hampir selalu pada pasien pasca seksio sesarea), Septikemia yaitu 2% dan kebanyakan pada pasien pasca seksio sesarea, dan infeksi payudara yaitu mastitis pada perempuan pasca persalinan menyusui (<3%) (Panduan pencegahan Infeksi Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya terbatas).

2.12 Perawatan ibu pascapersalinan

Untuk meminimalkan infeksi nosokomial pada ibu pascapersalinan perhatikan hal-hal berikut : (Panduan pencegahan Infeksi Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya terbatas).

Gunakan sarung tangan pemeriksaan atau utiliti sewaktu membersihkan perineum, menyentuh lokia atau epiostomi. Pada waktu pascapersalinan dini, yakinkan ibu dapat berkemih tanpa kesukaran. Ajari ibu bagaimana membersihkan daerah perineum dengan air matang sesudah mengganti kotek atau buang air. Jika menyusui, ajari ia merawat payudara dan puting susu untuk mencegah infeksi yaitu mastitis. Jika persalinan diseksio sesarea, untuk mencegah masalah pernapasan dalam masa pascapersalinan:

- Hati-hati menggunakan obat

- Segera mobilisasi dan tarik napas dalam sering-sering

Jika persalinan dengan seksio sesarea dan memakai kateter menetap, untuk mencegah masalah urinasi :

(32)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Infeksi nosokomial adalah adanya infeksi yang tampak pada pasien ketika berada didalam rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya, dimana infeksi tersebut tidak tampak pada saat pasien diterima di rumah sakit.Infeksi nosokomial ini termasuk juga adanya tanda tanda infeksi yang muncul setelah pasien keluar dari rumah sakit dan juga termasuk infeksi pada petugas petugas yang bekerja di fasilitas kesehatan (WHO).

Infeksi nosokomial saat ini merupakan salah satu penyebab meningkatnya angka kesakitan (morbidity) dan angka kematian(mortality) dirumah sakit,sehingga dapat menjadi masalah kesehatan baru, baik di negara berkembang maupun di negara maju (Darmadi,2008).

Sebuah survei mengenai prevalensi infeksi nosokomial yang dikelola WHO, pada 55 rumah sakit di 14 negara yang dibagi menjadi 4 wilayah, yakni Eropa, Mediterranian Timur, Asia Tenggara dan Pasifik Barat, menunjukkan bahwa sekitar 8,7 % rumah sakit pasien mengalami infeksi nosokomial, pada survei lain menyatakan sekitar 1,4 juta pasien diseluruh dunia mengalami infeksi nosokomial. Dilaporkan frekuensi paling tinggi terjadi pada rumah sakit di Mediterranian Timur sebesar 11,8 %, diikuti wilayah Asia Tenggara 10%, kemudian wilayah Pasifik Barat 9,0% dan diikuti Eropah 7,7 % (WHO/CDS/CSR/EPH/2002.12).

(33)

mendapat infeksi yang baru selama dirawat. Pasien bedah merupakan pasien yang mempunyai risiko tinggi untuk mendapatkan infeksi nosokomial, lebih-lebih apabila dirawat di rumah sakit dengan tingkat hygiene lingkungan rumah sakit yang masih belum sesuai dengan yang dipersyaratkan (JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 384 – 392).

Suatu kehamilan merupakan satu proses alami yang berjalan waktu ke waktu. Janin tumbuh dalam rahim seorang ibu dengan harapan dapat tumbuh secara fisiologis dan dapat lahir melalui sebuah proses persalinan yang fisiologis pula.Namun pada kenyataannya tidak semua kehamilan dan persalinan dapat berjalan secara fisiologis,tetapi sebaliknya berjalan secara patologis sehingga sangat berisiko terhadap ibu serta janin yang akan dilahirkannya (Darmadi, 2008). Setiap tindakan medis obstetri, baik fisiologis (normal) maupun patologis (abnormal) akan mengundang risiko adanya invasi mikroba patogen yang akan menimbulkan penyakit infeksi bagi ibu di rumah sakit yang dinamakan infeksi nosokomial pada pascapersalinan (Darmadi, 2008).

(34)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, saya ingin merumuskan permasalahan yaitu Berapakah angka prevalensi spesies bakteri yang menonjol bagi kasus infeksi nosokomial pada pasien wanita pascapersalinan di bagian Departemen Obgyn RSUP Haji Adam Malik, Medan dari Juni 2012 hingga Desember 2012?

1.3.Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mendapatkan prevalensi spesies bakteri yang menonjol bagi kasus infeksi nosokomial pada pasien wanita pascapersalinan di bagian Departemen

Obgyn RSUP Haji Adam Malik, Medan dari bulan Juni 2012 hingga Desember 2012.

1.3.2.Tujuan khusus

Untuk mengetahui tentang jenis bakteri yang paling banyak dari kasus infeksi nosokomial pada wanita pascapersalinan yang melahirkan anak secara pervaginam dan juga seksio sesarea di pascapersalinan di Departemen Obgyn RSUP Haji Adam Malik, Medan.

1.4.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat seperti berikut. 1. Data atau informasi hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh para petugas

di rumah sakit dengan mengidentifikasikan masalah yang menyebabkan infeksi nosokomial dengan cara yang cepat dan benar.

(35)

ABSTRAK

Latar Belakang: Infeksi nosokomial sampai sekarang masih merupakan masalah perawatan kesehatan di rumah sakit seluruh dunia. Prevalensi infeksi nosokomial di negara-negara berpendapatan tinggi berkisar antara 3,5- 12%; sementara prevalensi di Negara-negara berpendapatan rendah dan menengah berkisar antara 5,7-19,1%, termasuk 7,1% di Indonesia.tingkat keparahan infeksi di rumah sakit biasanya minimal sebanyak 1-3% pada persalinan pervaginam dan juga dapat mencapai tahap yang maksimal pada seksio sesarea sebanyak 85%.

Metode: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui angka prevalensi infeksi nosokomial pada wanita pascapersalinan di bagian obgyn di RSUP Haji Adam Malik, Medan. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif retrospektif di rumah sakit, pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study dan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik Total Sampling. Populasi penelitian adalah semua wanita pascapersalinan dari Juni hingga Desember 2012.

Hasil penelitian: Dengan jumlah sampel sebanyak 194 pasien, diperoleh angka prevalensi sebanyak 47,9% pada pasien yang menderita infeksi nosokomial setelah persalinan. Jenis bakteri yang banyak ditemukan adalah Group B Streptococcus (GBS) dengan prevalensi 35.5%.

Diskusi: Prevalensi infeksi nosokomial pada wanita pascapersalinan adalah 47,9% dan prevalensi spesies bakteri yang paling tinggi yaitu Group B Streptococcus (GBS) adalah 35.5%. Maka dapat disimpulkan bahwa pasien wanita pascapersalinan masih memerlukan pengawasan yang ketat dari para petugas rumah sakit. Disarankan rumah sakit harus mengembangkan program yang efektif untuk mengendalikan dan mencegah infeksi nosokomial pada wanita pascapersalinan.

(36)

ABSTRACT

Background: Nosocomial infection is a healthcare problem in hospitals

around the world. The prevalence of nosocomial infection in high-income countries ranged between 3.5 - 12%, while the prevalence in low-income countries and middle-ranged between 5.7 to 19.1%, including 7.1% in Indonesia. Severity of infection in hospital is usually at least as much as 1-3% in the vaginal delivery and can also reach the maximum stage in caesarean section as much as 85%.

Methods: The purpose of this study was to determine the prevalence of

nosocomial infections in postpartum women at the gynecology department in Haji Adam Malik Hospital, Medan. This study was conducted by retrospective descriptive study in a hospital, the approach used in this study design was a cross sectional study and the sampling used was total sampling technique. The study population was all the postpartum women from June to December 2012.

Results: With a total sample of 194 patients, the result shows that the prevalence of nosocomial infections is 47.9% in patients after childbirth. The type of bacteria that is commonly found is Group B Streptococcus (GBS) with a prevalence of 35.5%

Discussion: The prevalence of nosocomial infection in postpartum women was

47.9% and the prevalence of bacterial species the highest of Group B Streptococcus (GBS) is 35.5%. It can be concluded that postpartum female patients still require close supervision of the hospital staff. It is recommended that hospital must develop effective programs to control and prevent nosocomial infections in postpartum women.

(37)

KARYA TULIS ILMIAH

PREVALENSI SPESIES BAKTERI YANG MENONJOL BAGI

KASUS INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN

PASCA PERSALINAN DI DEPARTEMEN

OBGYN RSUP HAJI ADAM MALIK, MEDAN

DARI JUNI 2012 HINGGA DESEMBER 2012

OLEH

KARTHIKEYAN A/L KALIMUTU

100100304

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(38)

PREVALENSI SPESIES BAKTERI YANG MENONJOL BAGI

KASUS INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN

PASCA PERSALINAN DI DEPARTEMEN

OBGYN RSUP HAJI ADAM MALIK, MEDAN

DARI JUNI 2012 HINGGA DESEMBER 2012

Karya Tulis Ilmiah ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

OLEH

KARTHIKEYAN A/L KALIMUTU

100100304

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(39)
(40)

ABSTRAK

Latar Belakang: Infeksi nosokomial sampai sekarang masih merupakan masalah perawatan kesehatan di rumah sakit seluruh dunia. Prevalensi infeksi nosokomial di negara-negara berpendapatan tinggi berkisar antara 3,5- 12%; sementara prevalensi di Negara-negara berpendapatan rendah dan menengah berkisar antara 5,7-19,1%, termasuk 7,1% di Indonesia.tingkat keparahan infeksi di rumah sakit biasanya minimal sebanyak 1-3% pada persalinan pervaginam dan juga dapat mencapai tahap yang maksimal pada seksio sesarea sebanyak 85%.

Metode: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui angka prevalensi infeksi nosokomial pada wanita pascapersalinan di bagian obgyn di RSUP Haji Adam Malik, Medan. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif retrospektif di rumah sakit, pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study dan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik Total Sampling. Populasi penelitian adalah semua wanita pascapersalinan dari Juni hingga Desember 2012.

Hasil penelitian: Dengan jumlah sampel sebanyak 194 pasien, diperoleh angka prevalensi sebanyak 47,9% pada pasien yang menderita infeksi nosokomial setelah persalinan. Jenis bakteri yang banyak ditemukan adalah Group B Streptococcus (GBS) dengan prevalensi 35.5%.

Diskusi: Prevalensi infeksi nosokomial pada wanita pascapersalinan adalah 47,9% dan prevalensi spesies bakteri yang paling tinggi yaitu Group B Streptococcus (GBS) adalah 35.5%. Maka dapat disimpulkan bahwa pasien wanita pascapersalinan masih memerlukan pengawasan yang ketat dari para petugas rumah sakit. Disarankan rumah sakit harus mengembangkan program yang efektif untuk mengendalikan dan mencegah infeksi nosokomial pada wanita pascapersalinan.

(41)

ABSTRACT

Background: Nosocomial infection is a healthcare problem in hospitals

around the world. The prevalence of nosocomial infection in high-income countries ranged between 3.5 - 12%, while the prevalence in low-income countries and middle-ranged between 5.7 to 19.1%, including 7.1% in Indonesia. Severity of infection in hospital is usually at least as much as 1-3% in the vaginal delivery and can also reach the maximum stage in caesarean section as much as 85%.

Methods: The purpose of this study was to determine the prevalence of

nosocomial infections in postpartum women at the gynecology department in Haji Adam Malik Hospital, Medan. This study was conducted by retrospective descriptive study in a hospital, the approach used in this study design was a cross sectional study and the sampling used was total sampling technique. The study population was all the postpartum women from June to December 2012.

Results: With a total sample of 194 patients, the result shows that the prevalence of nosocomial infections is 47.9% in patients after childbirth. The type of bacteria that is commonly found is Group B Streptococcus (GBS) with a prevalence of 35.5%

Discussion: The prevalence of nosocomial infection in postpartum women was

47.9% and the prevalence of bacterial species the highest of Group B Streptococcus (GBS) is 35.5%. It can be concluded that postpartum female patients still require close supervision of the hospital staff. It is recommended that hospital must develop effective programs to control and prevent nosocomial infections in postpartum women.

(42)

KATA PENGANTAR

Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karunia-Nya yang telah memelihara dan memampukan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah.

Banyak sekali hambatan dan tantangan yang dialami penulis selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Dengan dorongan, bimbingan dan arahan dari beberapa pihak, akhirnya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah pada waktunya. Ucapan jutaan terima kasih ini penulis tujukan kepada kedua orang tua penulis yaitu yang telah memberikan dorongan dan doa restu, maupun material selama penulis menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. Gontar A. Siregar, Sp.PD. KGEH atas izin penelitian yang telah diberikan.

2. Dr.Rahmat Sjah DMM, SpMK, selaku dosen pembimbing semasa menyelesaikan penelitian, yang telah banyak membantu dan memberikan bimbingan dalam rangka penyelesaian skripsi ini,

3. Direktur RSUP H. Adam Malik, Medan atas izin penelitian yang diberikan untuk melakukan penelitian di RSUP H.Adam Malik.

4. Staf-staf di RSUP HAM, Medan yang telah membantu penulis dalam mendapatkan informasi rekam medis yang dibutuhkan.

5. Kepada semua teman penulis yang ikut membantu penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuan tersebut diatas. Akhirnya semoga skripsi ini ada manfaatnya. Demikian dan terima kasih.

Medan, 09 Desember 2013,

(43)

DAFTAR ISI

2.4. Faktor-faktor mempengaruhi terjadinya Infeksi Nosokomial ... 7

2.5. Penilaian yang digunakan untuk Infeksi Nosokomial ... 9

2.6. Cara penularan Infeksi Nosokomial ... 10

2.7. Dampak Infeksi Nosokomial ... 10

2.8. Pencegahan Infeksi Nosokomial... 11

2.9. Sejarah Infeksi Nosokomial pada pasien obstetri ... 12

2.10. Definisi Infeksi Nosokomial pda pasien obstetri ... 12

2.11. Teori Infeksi Nosokomial pada pascapersalinan ... 13

2.12. Perawatan ibu pascapersalinan ... 14

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 16

(44)

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 20

4.6. Etika Penelitian ... 21

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 22

5.1. Hasil Penelitian ... 22

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 22

5.1.2 Distribusi Infeksi Nosokomial pada wanita pascapersalinan .. 22

5.1.3 Distribusi Jenis bakteri yang tumbuh dari Hasil kultur Penderita infeksi nosokomial pascapersalinan ... 23

5.2. Pembahasan ... 24

5.2.1 Distribusi Infeksi Nosokomial pada wanita pascapersalinan .. 24

5.2.2 Distribusi Jenis bakteri yang tumbuh dari Hasil kultur Penderita infeksi nosokomial pascapersalinan ... 25

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 27

6.1. Kesimpulan ... 27

6.2. Saran ... 27 DAFTAR PUSTAKA

(45)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 2.1 Distribusi Infeksi Nosokomial Pada Pasien Seksio Sesarea 13

3.2 Definisi Operasional 17

5.1. Distribusi Terjadinya Infeksi Nosokomial pada Wanita

Pascapersalinan 22

(46)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman 2.1 Faktor-Faktor Luar (Extrinsic Factors) Yang

Berpengaruh Dalam Proses Terjadinya Infeksi

Nosokomial ... 8 3.1 Kerangka Konsep Prevalensi Spesies Bakteri Yang

Menonjol Bagi Kasus Infeksi Nosokomial Pada Pasien Wanita Pascapersalinan Di Departemen Obgyn

RSUP Haji Adam Malik, Medan Dari Bulan Juni

Gambar

Tabel 5.1. Distribusi Terjadinya Infeksi Nosokomial
Tabel 5.2. Distribusi Jenis Bakteri yang Tumbuh dari Hasil
Gambar 2.1 Faktor-faktor luar (extrinsic factors) yang berpengaruh dalam proses terjadinya infeksi nosokomial
Tabel 2.1 Distribusi infeksi nosokomial pada pasien seksio sesarea

Referensi

Dokumen terkait

Pihak lain yang bukan direktur utama/pimpinan perusahan yang namanya tidak tercantum dalam akta pendirian/anggaran dasar, sepanjang pihak lain tersebut

[r]

nggal Delapan bulan Oktober Tahun Dua angan dibawah ini dengan berpedoman p es Nomor 70 Tahun 2012, tentang Ped enteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah Jasa

[r]

Sehubungan dengan telah dilaksanakan Evaluasi Dokumen Penawaran dari perusahaan yang saudara pimpin, maka dengan ini kami mengundang saudara dalam kegiatan

[r]

bertempat di STAIN Jurai Siwo Metro, Kelompok Kerja (POKJA) Seleksi sederhana Jasa Konsultansi Perencanaan Teknis Pembangunan Gedung Kuliah Kampus II STAIN Jurai Siwo Metro

Program aplikasi ini dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic 2005 yang merupakan pengembangan terbaru visual basic.Net dari Microsoft Corporation yang