Lampiran Laporan Keuangan Bank Umum Syariah Periode 2010 - 2014
Tahun Bank CAR NPF FDR ROA
2010
Bank Syariah BNI 27.68 3.59 68.93 0.61
Bank Syariah Mandiri 10.6 3.52 82.54 2.2
Bank Mega Syariah 13.14 3.52 78.17 1.9
Bank Muamalat Indonesia 13.26 4.32 91.52 1.36
Maybank Indonesia Syariah 76.4 0 172.26 4.48
Bank Panin Syariah 54.81 0 69.76 -1.87
Bank Victoria Syariah 76.4 0.95 16.93 1.09
Bank Syariah Bukopin 11.51 3.81 99.15 0.74
BCA Syariah 76.4 1.2 77.9 1
Bank Jabar dan Banten 31.43 1.81 121.31 0.72
Bank Syariah BRI 20.62 3.19 95.82 0.35
2011
Bank Syariah BNI 20.67 3.62 78.6 1.29
Bank Syariah Mandiri 14.57 2.42 86.03 1.95
Bank Mega Syariah 12.03 3.03 83.08 1.58
Bank Muamalat Indonesia 12.01 2.6 83.94 1.52
Maybank Indonesia Syariah 73.44 0 172.26 3.57
Bank Panin Syariah 61.98 0.88 162.97 1.75
Bank Victoria Syariah 45.2 2.43 46.08 4.48
Bank Syariah Bukopin 15.29 1.74 83.54 0.52
BCA Syariah 45.9 0.2 78.8 0.9
Bank Jabar dan Banten 30.29 1.36 79.61 1.23
Bank Syariah BRI 14.74 2.77 90.55 0.2
2012
Bank Syariah BNI 19.07 2.02 84.99 1.48
Bank Syariah Mandiri 13.82 2.82 94.4 2.25
Bank Mega Syariah 13.51 2.67 88.88 3.81
Bank Muamalat Indonesia 11.7 2.09 94.15 1.54
Maybank Indonesia Syariah 63.89 1.25 172.26 2.88
Bank Panin Syariah 32.2 0.2 123.88 3.29
Bank Victoria Syariah 28.08 3.19 73.78 1.43
Bank Syariah Bukopin 12.78 4.59 91.98 0.55
BCA Syariah 31.5 0.1 79.9 0.8
Bank Jabar dan Banten 21.73 3.97 87.99 0.67
Lanjutan
Tahun Bank CAR NPF FDR ROA
2013
Bank Syariah BNI 16.23 1.86 97.86 1.37
Bank Syariah Mandiri 14.1 4.32 89.37 1.53
Bank Mega Syariah 12.99 2.98 93.37 2.33
Bank Muamalat Indonesia 14.07 1.35 99.99 0.5 Maybank Indonesia Syariah 59.41 0 152.87 2.87
Bank Panin Syariah 20.83 1.02 90.4 1.03
Bank Victoria Syariah 18.4 3.71 84.65 0.5 Bank Syariah Bukopin 11.1 4.27 100.29 0.69
BCA Syariah 22.4 0.1 83.5 1
Bank Jabar dan Banten 17.99 1.86 97.4 0.91
Bank Syariah BRI 11.81 3.04 100.9 1.71
2014
Bank Syariah BNI 18.42 1.86 92.58 1.27
Bank Syariah Mandiri 14.76 6.84 82.13 0.17
Bank Mega Syariah 19.26 3.89 93.61 0.29
Bank Muamalat Indonesia 14.22 6.43 84.14 0.17 Maybank Indonesia Syariah 52.13 4.29 157.77 3.61
Bank Panin Syariah 25.69 0.53 94.04 1.99
Bank Victoria Syariah 15.27 6.84 95.91 -1.87 Bank Syariah Bukopin 15.85 4.07 92.89 0.27
BCA Syariah 29.16 0.1 91.2 0.8
Bank Jabar dan Banten 15.78 5.84 84.02 0.72
Bank Syariah BRI 14.15 4.04 102.13 0.46
1. Analisis Data Statistik
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
CAR 55 10.60 76.40 26.7640 19.54147
NPF 55 .00 6.84 2.5836 1.78779
FDR 55 16.93 172.26 95.8898 28.84174
ROA 55 -1.87 4.48 1.3415 1.24647
Valid N (listwise) 55
1.1. Uji Normalitas
b. Grafik Normal Plot
c. Hasil Uji Normalitas dengan Uji Kolmogorov-Smirov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 55
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation 1.08007233
Most Extreme Differences Absolute .111
Positive .108
Negative -.111
Kolmogorov-Smirnov Z .820
Asymp. Sig. (2-tailed) .512
1.2 Uji Heteroskedastisitas a. Grafik Scatterplot
b. Uji Glejser
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) .876 .455 1.924 .060
CAR .010 .007 .253 1.463 .150
NPF .030 .070 .071 .434 .666
FDR -.005 .004 -.180 -1.229 .225
1.3. Uji Autokorelasi a. Uji Durbin-Watson
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .231a .053 -.003 .75854 2.064
a. Predictors: (Constant), FDR, NPF, CAR
b. Dependent Variable: RES_2
1.4. Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) .085 .667 .127 .900
CAR .007 .010 .115 .744 .460 .621 1.611
NPF -.135 .102 -.194 -1.320 .193 .685 1.460
FDR .015 .006 .340 2.604 .012 .862 1.159
2. Pengujian Hipotesis
2.1. Analisis Regresi Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) .085 .667 .127 .900
CAR .007 .010 .115 .744 .460
NPF -.135 .102 -.194 -1.320 .193
FDR .015 .006 .340 2.604 .012
a. Dependent Variable: ROA
2.2. Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 20.905 3 6.968 5.641 .002a
Residual 62.994 51 1.235
Total 83.899 54
a. Predictors: (Constant), FDR, NPF, CAR
b. Dependent Variable: ROA
2.3. Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) .085 .667 .127 .900
CAR .007 .010 .115 .744 .460
NPF -.135 .102 -.194 -1.320 .193
FDR .015 .006 .340 2.604 .012
2.4. Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .499a .249 .205 1.11139
a. Predictors: (Constant), FDR, NPF, CAR
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. 2010. Dasar – dasar Manajemen Keuangan: Assetials of Financial Management. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Dendawijaya, Lukman. 2005. Manajemen Perbankan, Edisi Kedua, Cetakan Pertama. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hasibuan, Malayu S.P. 2008. Dasar-dasar Perbankan, Cetakan Ketujuh. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Muljono, Teguh Pudjo. 2002. Analisa Laporan Keuangan Untuk Perbankan, Cetakan Keempat. Jakarta: Djambatan,
Pandia, Frianto. 2012. Manajemen Dana dan Kesehatan Bank. Jakarta: Rineka Cipta,.
Rivai, Veithzal, Andria Permata Veithzal dan Ferry N. Idroes, 2007. Bank and Financial Institution Management, Edisi Pertama, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Riyadi, Slamet. 2006. Banking Asets and Liability Management. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Siamat, Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan, Edisi Kelima. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Simorangkir, O.P. 2004. Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Sudarsono, Heri. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi. Yogyakarta: Ekonisia.
Triandaru, Sigit dan Totok Budisantoso. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Edisi Kedua. Jakarta: Salemba Empat.
Simamora, Henry. 2010. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis, Jilid Dua, Cetakan Pertama. Jakarta: Salemba Empat.
Syamsuddin. 2009. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Jurnal:
Akhtar, Farhan Muhammad, dkk. 2011. “Factor Influencing The Profitability of Islamic Banks of Pakistan.” International Research Journal of Finance and Economics, Issue. 66, pp. 125-132.
Almilia, Luciana Spica dan Herdiningtyas, Winny. 2005, “Analisis Rasio CAMEL Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Lembaga Perbankan Periode 2000-2002”, Jurnal Akuntansi & Keuangan, Vol. 7, No. 2, pp. 131-147.
Dewi, Luh Eprima, 2015. “Analisis Pengaruh NIM, BOPO, GCG, LDR, Dan NPL Terhadap Profitabilitas (Studi Kasus Pada Bank Umum Swasta Nasional yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia Periode 2009 - 2013)”.
Francis, Munyambonera Ezra, 2013. “Determinants of Commercial Bank Profitability in Sub-Saharan Africa”.
Hasbi, Hariandy dan Tendi Haruman. 2011. “ Banking: According to Islamic Sharia Concepts and Its Performance in Indonesia.” International Review of Business Research Papers, Vol. 7, No. 1, pp. 60 – 76.
Mawardi, Wisnu. 2005. ”Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Bank Umum di Indonesia (Studi Kasus pada Bank Umum dengan Total Aset Kurang dari 1 Triliun).” Jurnal Bisnis Strategi, Vol 14, No. 1, pp. 83-94.
Pamularsih, Diyah, 2013. Pengaruh LDR, NPL, NIM, BOPO, CAR, DAN SUKU BUNGA Terhadap Profitabilitas Pada Sektor Perbankan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2009-2013. Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Volume 3 Nomor 2, hal 46-65.
Pratiwi, Dhian Dayinta . 2012. “Pengaruh CAR, BOPO, NPF dan FDR Terhadap Return on Asset (ROA) Bank Umum Syariah (Studi Kasus pada Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2005 –2010)”.
Prasanjaya, A.A Yogi dan I Wayan Ramantha, 2013. Analisis Pengaruh Rasio CAR, BOPO, LDR, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas Bank yang Terdaftar di BEI. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 4.1 (2013): 230-245.
Rizkita, Andra, 2012. Analisis Pengaruh CAR, BOPO, NIM, NPL dan LDR Terhadap Perubahan Laba Perbankan yang Terdaftar di BEI. Diponegoro Journal Of Management. Vol.1, No.2, hal: 49-57 (2012).
Yuliani. 2007. "Hubungan Efisiensi Operasional dengan Kinerja Profitabilitas pada Sektor Perbankan yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta.” Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya, Vol. 5, No. 10, pp. 15-43.
Peraturan Perundang-undangan:
Bank Indonesia.Surat Edaran No.26/5/BPPP tanggal 29 Mei tahun 1993 tentang Besarnya CAR yang harus dicapai, Indonesia, Jakarta.
Bank Indonesia. 2007. “Surat Edaran No. 9/24/DPbS Perihat Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Syariah.” Dalam http://www.bi.go.id.
Bank Indonesia. Surat Edaran Bank Indonesia No.6/ 23./DPNP tanggal 31 Mei 2004 Perihal Pedoman Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum (CAMELS Rating), Bank Indonesia, Jakarta.
Peraturan Bank Indonesia Nomor: 6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
Situs:
Bank Indonesia. “Laporan Keuangan Publikasi Bank Umum Syariah.” Dalam
Bank Syariah Mega Indonesia. 2010 - 2014. “ Laporan Publikasi Tahunan.” http://www.bsmi.co.id.
Bank Muamalat Indonesia. 2010 - 2014. “Laporan Publikasi Tahunan.” Dalam http://www.muamalatbank.co.id.
Bank Syariah Mandiri. 2010 - 2014. “ Laporan Publikasi Tahunan.” Dalam http://www.syariahmandiri.co.id.
Bank Bukopin Syariah. 2010 - 2014. “ Laporan Publikasi Tahunan.” Dalam http://www.bukopinsyariah.co.id.
Bank BNI Syariah. 2010 - 2014. “ Laporan Publikasi Tahunan.” Dalam http://www.BNISyariah.co.id.
Bank BRI Syariah. 2010 - 2014. “ Laporan Publikasi Tahunan.” Dalam http://www.BRISyariahmandiri.co.id.
Bank Maybank Syariah. 2010 - 2014. “ Laporan Publikasi Tahunan.” Dalam http://www.maybanksyariah.co.id.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif yang bertujuan
untuk mengetahui pengaruh antara dua variabel atau lebih. Dalam penelitian ini
maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan,
meramalkan, dan mengontrol suatu gejala (Sugiyono 2012:36).
3.2.Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di website resmi masing – masing bank syariah dan
website resmi Bank Indonesia, melalui media internet dengan mengunjungi
website:
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan dari bulan november 2015 sampai dengan januari 2016
Batasan operasional dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio
(CAR), Non Performing Financing (NPF) dan Financing to Deposit Ratio
(FDR)
2. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Return on Assets (ROA)
3. Perusahaan yang diteliti adalah Bank Umum Syariah di Indonesia selama
periode 2010 - 2014
3.4. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variable penelitian ini adalah sebagai berikut:.
3.4.1. Variabel Dependen
Variabel dependent (Y) yaitu variabel yang nilainya dipengaruhi oleh
variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah aspek
profitabilitas yang diukur dengan ROA. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut
(Surat Edaran BI No 3/30/DPNP 14 Des 2001) :
% 100 X Aset
Total
Pajak Sebelum Laba
ROA=
3.4.2. Variabel Independen
1. Capital Adequacy Ratio (X1)
Capital Adequcy Ratio (CAR) atau biasa disebut dengan rasio kecukupan
modal, yang berarti jumlah modal sendiri yang diperlukan untuk menutupi resiko
kerugian dari penanaman aktiva-aktiva yang mengandung resiko. Secara
matematis, CAR dirumuskan (Surat Edaran BI No 3/30/DPNP 14 Des 2001):
% 100 X ATMR Total
2. Non Performing Financing (X2)
Non Performing Financing analog dengan Non Performing Loan pada
bank konvensional adalah perbandingan antara total pembiayaan bermasalah
dengan total pembiayaan yang diberikan kepada debitur. NPF dirumuskan sebagai
berikut (Surat Edaran BI No 3/30/DPNP 14 Des 2001):
% 100 X Pembiayaan Total ) M , D , KL ( Pembiayaan NPF=
3. Financing to Deposit Ratio (X3)
Financing to Deposit Ratio adalah perbandingan antara pembiayaan yang
diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga yang berhasil dikerahkan oleh
bank. FDR dirumuskan sebagai berikut (Surat Edaran BI No 3/30/DPNP 14 Des
2001) : % 100 X Ketiga Pihak Dana Total Pembiayaan Total FDR= 3.5.Operasionalisasi Variabel
Berbagai unsur-unsur yang menjadi dasar dari penelitian ilmiah termuat
dalam operasionalisasi variabel penelitian. Secara rinci, operasionalisasi variabel
dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini:
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian
No Variabel Definisi Indikator Skala
Ukur
1 Capital Adequacy Ratio (X1)
Rasio kinerja bank untuk mengukur ke-cukupan modal yang dimiliki bank yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang menghasilkan risiko
ModalBank
AktivaTertimbangMenurutRisiko X 100%
2 Non
Performing Financing (X3)
Rasio antara kredit bermasalah terhadap kredit yang disalur-kan.
JumlahKreditBermasalah
TotalKredit X 100%
Rasio
3 Financing to
Deposit Ratio (X3)
Rasio untuk merng-ukur komposisi jum-lah kredit yang diberikan dibanding-kan dengan jumlah dana masyarakat (Dana Pihak Ketiga) yang digunakan
JumlahKredityangDiberikan
JumlahDanaPihakKetiga X 100%
Rasio
Lanjutan tabel 3.1
No Variabel Definisi Indikator Skala
Ukur
4 Return on Assets (Y)
3.6 Populasi dan Sampel 3.6.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek / subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh Bank Umum
Syariah yang terdapat di Indonesia hingga tahun 2014. Jumlah Bank Umum
Syariah yang ada dari tahun 2010 hingga tahun 2014 sebanyak 11 bank.
3.6.2 Sampel
Teknik sampling menggunakan sampel jenuh, yaitu teknik penentuan
sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Sering dilakukan
pada kasus di mana jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 (Kurniawan,
2011:83).
Berdasarkan teknik sampling, maka sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 11 (sebelas) Bank Umum Syariah, yaitu:
Tabel 3.2
Daftar Sampel Penelitian
No. Nama Bank
1 Bank Muamalat Indonesia 2 Bank Syariah Mandiri 3 Bank Mega Syariah 4 Bank Syariah BRI 5 Bank Syariah Bukopin 6 Bank Panin Syariah 7 Bank Victoria Syariah 8 BCA Syariah
10 Bank Syariah BNI
11 Maybank Indonesia Syariah
3.7 Jenis Data
Dalam melaksanakan penelitian ini, data yang dipergunakan adalah data
sekunder yang berupa rasio keuangan masing-masing perusahaan perbankan di
Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder
yang diperoleh dari Laporan Keuangan Publikasi Tahunan yang diterbitkan oleh
Bank Umum Syariah dalam website resmi Bank Indonesia dan website resmi
masing-masing bank syariah. Periode data menggunakan data Laporan Keuangan
Tahunan Bank Umum Syariah yang dipublikasikan selama tahun 2010 hingga
2014. Jangka waktu tersebut dirasa cukup untuk meliput perkembangan kinerja
bank karena menggunakan data time series.
3.8 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi
dokumentasi dengan mengumpulkan data sekunder yang berupa laporan keuangan
yang diperoleh dari website Bank Umum Syariah
3.9 Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
melakukan analisis kuantitatif yang dinyatakan dengan angka-angka yang dalam
perhitungannya menggunakan metode statistik yang dibantu dengan program
pengolah data statistik SPSS. Metode-metode yang digunakan yaitu :
Analisis deskriptif adalah suatu metode analisis yang dilakukan dengan
mengumpulkan data-data yang diperlukan, kemudian data-data tersebut
diklasifikasikan, dianalisis, dan diinterpretasikan secara objektif sehingga
diperoleh gambaran yang jelas mengenai topik ataupun masalah yang diteliti.
3.9.2 Analisis Regresi Berganda
Metode analisis yang digunakan adalah model regresi linier berganda yang
persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut:
Y = ∝+ b1X1 + b2X2 + b3X3+ ε dimana:
Y = Return on Asset (ROA) Bank Umum Syariah
∝ = konstanta
X1 = Capital Adequacy Ratio (CAR) X2 = Non Performing Financing (NPF) X3 = Financing to Deposit Ratio (FDR) b1, b2, b3 = Koefisien regresi
ε = error term
Nilai koefisien regresi disini sangat menentukan sebagai dasar analisis,
mengingat penelitian ini bersifat fundamental method. Hal ini berarti jika
koefisien b bernilai positif (+) maka dapat dikatakan terjadi pengaruh searah
antara variabel independen dengan variabel dependen, setiap kenaikan nilai
variabel independen akan mengakibatkan kenaikan variabel dependen. Demikian
pula sebaliknya, bila koefisien nilai b bernilai negatif (-), hal ini menunjukkan
adanya pengaruh negatif dimana kenaikan nilai variabel independen akan
3.10 Pengujian Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik merupakan persyaratan statistik yang harus dipenuhi
dalam analisis linier berganda yang berbasis Ordiny Least Square (OLS).
Sebelum pengujian hipotesis dilakukan terlebih dahulu dilakukan pengujian
asumsi klasik ini yang meliputi uji normalitas, multikoliniearitas,
heteroskedastisitas, dan autokorelasi.
3.10.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk apakah dalam model regresi, dependen
variabel dan independen variabel keduanya mempunyai distribusi normal atau
tidak. Menurut Suliyanto (2011:69) uji normalitas dimaksudkan untuk menguji
apakah nilai residual yang telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi
normat atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data
normal.
Pengujian normalitas menggunakan analisis grafik yang dilakukan
menggunakan histogram dengan menggambarkan variabel dependen sebagai
sumbu vertikal sedangkan nilai residual terstandarisasi digambarkan sebagai
sumbu horizontal. Cara lain untuk menguji normalitas dengan pendekatan garfik
adalah menggunakan Normal Probability Plot, yaitu dengan membandingkan
distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari
distribusi normal.
Adapun kriteria pengujian sebagai berikut :
b.Jika Asym. Sig < 0,05berarti seluruh data berdistribusi tidak normal
3.10.2 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu ke pengamatan yang lain. Model
regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas. Metode yang dapat dipakai untuk mendeteksi gejala
heterokedasitas antara lain: metode grafik, Uji Park Glajser, Uji Rank Spearman,
dan Barlett.
3.10.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah didalam sebuah model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan periode t-1 (sebelumnya), autokorelasi ini timbul pada data yang
bersifat time series. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya
autokorelasi adalah dengan Uji Durbin – Watson (DW test). Uji Durbin – Watson
hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocor intercept
relation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan
tidak ada variabel lagi diantara variabel independen. Hipotesis yang akan diuji
adalah:
Ho : tidak ada autokorelasi ( r = 0)
Ha : ada autokorelasi (r ≠ 0)
Pengambilan keputusan ada atau tidaknya autokorelasi ditunjukkan dalam
Tabel 3.3
Pengambilan Keputusan Autokorelasi
Hipotesis nol Keputusan Jika
Tidak ada korelasi positif Tolak 0 < d < dl Tdk ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du Tdk ada korelasi negatif Tolak 4-dl < d < 4 Tidak ada korelasi negatif No decision 4-du ≤ d ≤ 4 –dl Tidak ada autokorelasi positif
maupun negatif
Tidak ditolak du < d < 4-du
Sumber: Ghozali (2006)
3.10.4 Uji Multikolonieritas
Menurut Ghozali (2006) uji ini bertujuan menguji apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Pada model regresi
yang baik seharusnya antar variabel independen tidak terjadi kolerasi. Untuk
mendeteksi ada tidaknya multikoloniearitas dalam model regresi adalah sebagai
berikut:
a. Nilai �2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat
tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel bebas banyak yang tidak
signifikan mempengaruhi variabel terikat.
b. Menganalisa matrik korelasi antar variabel bebas jika terdapat korelasi antar
variabel bebas yang cukup tinggi (> 0,9) hal ini merupakan indikasi adanya
multikolonieritas
c. Dilihat dari nilai VIF dan Tolerance, Sebagai dasar acuannya dapat
disimpulkan:
1. Jika nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan
bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model
2. Jika nilai tolerance < 0,10 dan nilai VIF > 10, maka dapat disimpulkan
bahwa ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.
3.11 Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan koefisiean determinasi, secara
serempak (Uji F) dan secara parsial (Uji t).
3.11.1 Uji F (Uji Serempak)
Uji statistik F bertujuan untuk mengetahui pengaruh semua variabel bebas
yang terdapat di dalam model secara serempak terhadap variabel terikat. Hipotesis
ini dirumuskan sebagai berikut:
1. H0 : b1 = b2 = b3 = 0, Artinya secara serempak Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR),
berpengaruh tidak signifikan terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank
Umum Syariah di Indonesia.
2. H1 : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0, Artinya secara serempak Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR),
berpengaruh signifikan terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Umum
Syariah di Indonesia.
Pada uji ini dilakukan uji satu sisi dengan tingkat signifikan (α) = 5% untuk
mendapatkan nilai F tabel. Kriteria pengambilan keputusannya sebagai berikut:
a. Jika Fhitung ≤ Ftabel atau nilai signifikan (α) ≥ 0.05, maka H0 diterima.
b. Jika Fhitung ≥ Ftabel atau nilai signifikan (α) ≤ 0.05, maka H1 diterima.
Pengujian ini dilakukan untuk menguji pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen dengan pengujian sebagai berikut:
1. H0 : bi = 0, Artinya secara parsial Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR),
berpengaruh tidak signifikan terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank
Umum Syariah di Indonesia.
2. H₁ : bi ≠ 0, Artinya secara parsial, Capital Adequacy Ratio (CAR), Non
Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR),
berpengaruh signifikan terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Umum
Syariah di Indonesia.
Selanjutnya pada penelitian ini nilai Fhitung akan dibandingkan dengan ttabel
pada tingkat signifikan (α)= 5%. Kriteria pengambilan keputusan pada uji-t ini
adalah sebagai berikut:
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1. PT Bank Syariah Mandiri
Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan hikmah
sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998. Sebagaimana
diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis
beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan
masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri
perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami
krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan
merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.
Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki
oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT
Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi
tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta
mengundang investor asing.
Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan
penggabung-an (merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim,
dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada
tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan
menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru
BSB.
Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan
konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah.
Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah
di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya UU
No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi
Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan
oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/ KEP.BI/1999,
25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior
Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi
PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut,
PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25
Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999.
PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang
mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi
kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani
inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam
kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama membangun
Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik.
4.1.2. PT Bank Muamalat Indonesia Tbk
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H
atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan
Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawwal 1412
H atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan
Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank
Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen
pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada acara silaturahmi peringatan pendirian
tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa
Barat yang turut menanam modal senilai Rp 106 miliar.
Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank
Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini
semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah pertama dan
terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus
dikembangkan.
Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang
memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor
perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank
Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet
(NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar.
Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari sepertiga modal
setor awal.
Saat ini Bank Mumalat memberikan layanan bagi lebih dari 4,3 juta
nasabah melalui 457 gerai yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Jaringan
BMI didukung pula oleh aliansi melalui lebih dari 4000 Kantor Pos Online/SOPP
di seluruh Indonesia, 1996 ATM, serta 95.000 merchant debet. BMI saat ini juga
merupakan satu-satunya bank syariah yang telah membuka cabang luar negeri,
yaitu di Kuala Lumpur, Malaysia. Untuk meningkatkan aksesibilitas nasabah di
Malaysia, kerjasama dijalankan dengan jaringan Malaysia Electronic Payment
Malaysia. Selain itu Bank Muamalat memiliki produk shar-e gold dengan
teknologi chip pertama di Indonesia yang dapat digunakan di 170 negara dan
bebas biaya diseluruh merchant berlogo visa. Sebagai Bank Pertama Murni
Syariah, bank muamalat berkomitmen untuk menghadirkan layanan perbankan
yang tidak hanya comply terhadap syariah, namun juga kompetitif dan aksesibel
bagi masyarakat hingga pelosok nusantara.
4.1.3. PT. Bank BNI Syariah
Pada tanggal tanggal 29 April 2000 didirikan Unit Usaha Syariah (UUS)
BNI dengan 5 kantor cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan
Banjarmasin. Selanjutnya UUS BNI terus berkembang menjadi 28 Kantor Cabang
dan 31 Kantor Cabang Pembantu.
Berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor
12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian izin usaha
kepada PT Bank BNI Syariah. Dan di dalam Corporate Plan UUS BNI tahun 2000
ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer dan akan dilakukan spin off tahun
2009. Rencana tersebut terlaksana pada tanggal 19 Juni 2010 dengan
beroperasinya BNI Syariah sebagai Bank Umum Syariah (BUS). Realisasi waktu
spin off bulan Juni 2010 tidak terlepas dari faktor eksternal berupa aspek regulasi
yang kondusif yaitu dengan diterbitkannya UU No.19 tahun 2008 tentang Surat
Berharga Syariah Negara (SBSN) dan UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah. Disamping itu, komitmen Pemerintah terhadap pengembangan perbankan
syariah semakin kuat dan kesadaran terhadap keunggulan produk perbankan
Juni 2014 jumlah cabang BNI Syariah mencapai 65 Kantor Cabang, 161
Kantor Cabang Pembantu, 17 Kantor Kas, 22 Mobil Layanan Gerak dan 20
Payment Point.
4.1.4. PT. Bank BRI Syariah
Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., terhadap
Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan izin dari Bank
Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui suratnya o.10/67/KEP.GBI/DpG/2008,
maka pada tanggal 17 November 2008 PT. Bank BRI Syariah secara resmi
beroperasi. Kemudian PT. Bank BRI Syariah merubah kegiatan usaha yang
semula beroperasional secara konvensional, kemudian diubah menjadi kegiatan
perbankan berdasarkan
Aktivitas PT. Bank BRI Syariah semakin kokoh setelah pada 19 Desember
2008 ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero), Tbk., untuk melebur ke dalam PT. Bank BRI Syariah (proses
spin off-) yang berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2009. Penandatanganan
dilakukan oleh Bapak Sofyan Basir selaku Direktur Utama PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero), Tbk., dan Bapak Ventje Rahardjo selaku Direktur Utama PT.
Bank BRI Syariah.
Saat ini PT. Bank BRI Syariah menjadi bank syariah ketiga terbesar
berdasarkan aset. PT. Bank BRI Syariah tumbuh dengan pesat baik dari sisi aset,
jumlah pembiayaan dan perolehan dana pihak ketiga. Dengan berfokus pada
segmen menengah bawah, PT. Bank BRI Syariah menargetkan menjadi bank ritel
4.1.5. PT. Bank Syariah Mega Indonesia
Berawal dari PT Bank Umum Tugu (Bank Tugu). Bank umum yang
didirikan pada 14 Juli 1990 tersebut diakuisisi CT Corpora (d/h Para Group)
melalui Mega Corpora (d/h PT Para Global Investindo) dan PT Para Rekan
Investama pada 2001. Sejak awal, para pemegang saham memang ingin
mengonversi bank umum konvensional itu menjadi bank umum syariah.
Keinginan tersebut terlaksana ketika Bank Indonesia mengizinkan Bank Tugu
dikonversi menjadi PT Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI) pada 27 Juli 2004.
Pengonversian tersebut dicatat dalam sejarah perbankan Indonesia sebagai upaya
pertama pengonversian bank umum konvensional menjadi bank umum syariah.
Pada 25 Agustus 2004, BSMI resmi beroperasi. Hampir tiga tahun
kemudian, pada 7 November 2007, pemegang saham memutuskan perubahan
bentuk logo BSMI ke bentuk logo bank umum konvensional yang menjadi sister
company-nya, yakni PT Bank Mega, Tbk., tetapi berbeda warna. Sejak 2
November 2010 sampai dengan sekarang, bank ini berganti nama menjadi PT
Bank Mega Syariah.
Untuk mewujudkan visi “Bank Syariah Kebanggaan Bangsa”, CT Corpora
sebagai pemegang saham mayoritas memiliki komitmen dan tanggung jawab
penuh untuk menjadikan Bank Mega Syariah sebagai bank umum syariah terbaik
di industri perbankan syariah nasional. Komitmen tersebut dibuktikan dengan
terus memperkuat modal bank. Dengan demikian, Bank Mega Syariah akan
mampu memberikan pelayanan terbaik dalam menghadapi persaingan yang
2010, sejalan dengan perkembangan bisnis, melalui rapat umum pemegang saham
(RUPS), pemegang saham meningkatkan modal dasar dari Rp400 miliar menjadi
Rp1,2 triliun dan modal disetor bertambah dari Rp150,060 miliar menjadi
Rp318,864 miliar. Saat ini, modal disetor telah mencapai Rp769,814 miliar.
Sejak 16 Oktober 2008, Bank Mega Syariah telah menjadi bank devisa.
Dengan status tersebut, bank ini dapat melakukan transaksi devisa dan terlibat
dalam perdagangan internasional. Artinya, status itu juga telah memperluas
jangkauan bisnis bank ini, sehingga tidak hanya menjangkau ranah domestik,
tetapi juga ranah internasional. Strategi peluasan pasar dan status bank devisa itu
akhirnya semakin memantapkan posisi Bank Mega Syariah sebagai salah satu
bank umum syariah terbaik di Indonesia.
4.1.6. PT. Bank Syariah Bukopin
PT Bank Syariah Bukopin (selanjutnya disebut Perseroan) sebagai bank
yang beroperasi dengan prinsip syariah yang bermula masuknya konsorsium PT
Bank Bukopin, Tbk diakuisisinya PT Bank Persyarikatan Indonesia (sebuah bank
konvensional) oleh PT Bank Bukopin, Tbk., proses akuisisi tersebut berlangsung
secara bertahap sejak 2005 hingga 2008, dimana PT Bank Persyarikatan Indonesia
yang sebelumnya bernama PT Bank Swansarindo Internasional didirikan di
Samarinda, Kalimantan Timur berdasarkan Akta Nomor 102 tanggal 29 Juli 1990
merupakan bank umum yang memperolah Surat Keputusan Menteri Keuangan
nomor 1.659/ KMK.013/1990 tanggal 31 Desember 1990 tentang Pemberian Izin
Peleburan Usaha 2 (dua) Bank Pasar dan Peningkatan Status Menjadi Bank
kegiatan operasi berdasarkan surat Bank Indonesia (BI) nomor
24/1/UPBD/PBD2/Smr tanggal 1 Mei 1991 tentang Pemberian Izin Usaha Bank
Umum dan Pemindahan Kantor Bank.
Pada tahun 2001 sampai akhir 2002 proses akuisisi oleh Organisasi
Muhammadiyah dan sekaligus perubahan nama PT Bank Swansarindo
Internasional menjadi PT Bank Persyarikatan Indonesia yang memperoleh
persetujuan dari (BI) nomor 5/4/KEP. DGS/2003 tanggal 24 Januari 2003 yang
dituangkan ke dalam akta nomor 109 Tanggal 31 Januari 2003. Dalam
perkembangannya kemudian PT Bank Persyarikatan Indonesia melalui tambahan
modal dan asistensi oleh PT Bank Bukopin, Tbk., maka pada tahun 2008 setelah
memperolah izin kegiatan usaha bank umum yang beroperasi berdasarkan prinsip
syariah melalui Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia nomor
10/69/KEP.GBI/DpG/2008 tanggal 27 Oktober 2008 tentang Pemberian Izin
Perubahan Kegiatan Usaha Bank Konvensional Menjadi Bank Syariah, dan
Perubahan Nama PT Bank Persyarikatan Indonesia Menjadi PT Bank Syariah
Bukopin dimana secara resmi mulai efektif beroperasi tanggal 9 Desember 2008,
kegiatan operasional Perseroan secara resmi dibuka oleh Bapak M. Jusuf Kalla,
Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2004 -2009. Sampai dengan akhir
Desember 2014 Perseroan memiliki jaringan kantor yaitu 1 (satu) Kantor Pusat
dan Operasional, 11 (sebelas) Kantor Cabang, 7 (tujuh) Kantor Cabang Pembantu,
4 (empat) Kantor Kas, 1 (satu) unit mobil kas keliling, dan 76 (tujuh puluh enam)
Kantor Layanan Syariah, serta 27 (dua puluh tujuh) mesin ATM BSB dengan
4.1.7. PT. Bank BCA Syariah
Perkembangan perbankan syariah yang tumbuh cukup pesat dalam
beberapa tahun terakhir menunjukkan minat masyarakat mengenai ekonomi
syariah semakin bertambah. Untuk memenuhi kebutuhan nasabah akan layanan
syariah, maka berdasarkan akta Akuisisi No. 72 tanggal 12 Juni 2009 yang dibuat
dihadapan Notaris Dr. Irawan Soerodjo, S.H., Msi,. PT.Bank Central Asia, Tbk
(BCA) mengakuisisi PT Bank Utama Internasional Bank (Bank UIB) yang
nantinya menjadi PT. Bank BCA Syariah.
Selanjutnya berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan di Luar Rapat
Perseroan Terbatas PT Bank UIB No. 49 yang dibuat dihadapan Notaris Pudji
Rezeki Irawati, S.H., tanggal 16 Desember 2009, tentang perubahan kegiatan
usaha dan perubahan nama dari PT Bank UIB menjadi PT Bank BCA Syariah.
Akta perubahan tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik
Indonesia dalam Surat Keputusannya No. AHU-01929. AH.01.02 tanggal 14
Januari 2010. Pada tanggal yang sama telah dilakukan penjualan 1 lembar saham
ke BCA Finance, sehingga kepemilikan saham sebesar 99,9997% dimiliki oleh PT
Bank Central Asia Tbk, dan 0,0003% dimiliki oleh PT BCA Finance.
Perubahan kegiatan usaha Bank dari bank konvensional menjadi bank
umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui Keputusan
Gubernur BI No. 12/13/KEP.GBI/DpG/2010 tanggal 2 Maret 2010. Dengan
memperoleh izin tersebut, pada tanggal 5 April 2010, BCA Syariah resmi
4.1.8. PT. Bank BJB Syariah
Pendirian bank bjb syariah diawali dengan pembentukan Divisi/Unit
Usaha Syariah oleh PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk.
pada tanggal 20 Mei 2000, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Jawa Barat yang mulai tumbuh keinginannya untuk menggunakan jasa perbankan
syariah pada saat itu.
Setelah 10 (sepuluh) tahun operasional Divisi/Unit Usaha syariah,
manajemen PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk.
berpandangan bahwa untuk mempercepat pertumbuhan usaha syariah serta
mendukung program Bank Indonesia yang menghendaki peningkatan share
perbankan syariah, maka dengan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham PT
Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. diputuskan untuk
menjadikan Divisi/Unit Usaha Syariah menjadi Bank Umum Syariah.
Pada tanggal 6 Mei 2010 bank bjb syariah memulai usahanya, setelah
diperoleh Surat Ijin Usaha dari Bank Indonesia Nomor 12/629/DPbS tertanggal 30
April 2010, dengan terlebih dahulu dilaksanakan cut off dari Divisi/Unit Usaha
Syariah PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. yang
menjadi cikal bakal bank bjb syariah.
Hingga saat ini bank bjb syariah berkedudukan dan berkantor pusat di
Kota Bandung, Jalan Braga No 135, dan telah memiliki 8 (delapan) kantor
cabang, 44 (empat puluh empat) kantor cabang pembantu, 54 (empat puluh enam)
jaringan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) yang tersebar di daerah Propinsi Jawa
2013 diharapkan bank bjb semakin memperluas jangkauan pelayanannya yang
tersebar di daerah Propinsi Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta.
4.1.9. PT. Bank Maybank Syariah Indonesia
Sejak memulai kegiatan usaha sebagai bank syariah pada bulan Oktober
2010, PT Bank Maybank Syariah Indonesia (Maybank Syariah) telah
mengembangkan berbagai layanan dan solusi inovatif untuk memenuhi kebutuhan
para nasabah sekaligus meraih peluang di pasar keuangan regional yang terus
berkembang. Kini, Maybank Syariah memposisikan diri sebagai lembaga
intermediasi keuangan dan penghubung antara Malaysia dan Indonesia. Maybank
Syariah merupakan anak perusahaan Maybank Group, lembaga jasa keuangan
terbesar Malaysia dengan total aset lebih dari USD 100 milyar serta salah satu
perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Saham Malaysia"
Beroperasi di jantung kawasan ASEAN, Maybank merupakan kelompok
bisnis jasa keuangan di Malaysia dengan jaringan internasional yang tersebar di
14 negara. Anak perusahaan Maybank di sektor perbankan syariah yaitu Maybank
Islamic Berhad adalah bank syariah komersial terbesar di kawasan Asia Pasifik
dan termasuk Top 20 lembaga keuangan syariah di dunia
4.1.10. PT. Bank Panin Syariah Tbk
PT Bank Panin Syariah Tbk (“Panin Bank Syariah”), berkedudukan di
Jakarta dan berkantor pusat di Gedung Panin Life Center, Jl. Letjend S. Parman
Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Panin Bank Syariah, ruang
lingkup kegiatan Panin Bank Syariah adalah menjalankan kegiatan usaha di
bidang perbankan dengan prinsip bagi hasil berdasarkan syariat Islam. Panin Bank
Syariah mendapat ijin usaha dari Bank Indonesia berdasarkan Surat Keputusan
Gubernur Bank Indonesia No.11/52/KEP.GBI/DpG/2009 tanggal 6 Oktober 2009
sebagai bank umum berdasarkan prinsip syariah dan mulai beroperasi sebagai
Bank Umum Syariah pada tanggal 2 Desember 2009.
4.1.11. PT. Bank victoria Syariah
PT. Bank Victoria Syariah (d/h. PT. Bank Swaguna) didirikan di kota
Cirebon pada tahun 1966 dan mulai beroperasi tanggal 7 Januari 1967. Akuisisi
saham PT. Bank Swaguna sebesar 99,80% oleh PT. Bank Victoria International
Tbk telah disetujui oleh Bank Indonesia pada tanggal 3 Agustus 2007.
September 2007 Bank telah meningkatkan modal disetor menjadi Rp 90
milyar dan pada Maret 2008 modal disetor Bank meningkat menjadi Rp 110
milyar. PT. Bank Victoria Syariah telah mendapatkan Izin Operasional sebagai
Bank Syariah bedasarkan SK Gubernur Bank Indonesia
No.12/8/KEP.GBI/DpG/2010 tanggal 10 Februari 2010. 1 April 2010 beroperasi
secara penuh Sebagai Bank Umum Syariah (BUS).
Saat ini Bank Victoria Syariah memiliki 1 (satu) Kantor Pusat, 8 (delapan)
kantor Cabang dan 6 (Enam) kantor Cabang Pembantu yang tersebar di DKI,
Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Bali.
4.2.1. Statistik Deskriptif
Statistik Deskriptif adalah ilmu statistik yang mempelajari cara-cara
pengumpulan, penyusunan dan penyajian data suatu penelitian. Tujuannya adalah
untuk memudahkan orang untuk membaca data serta memahami maksudnya.
Berikut ini merupakan output SPSS versi 17, yang merupakan keseluruhan data
yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil olahan data SPSS dalam bentuk
deskriptif statistik akan menampilkan karakteristik sampel yang digunakan
didalam penelitian ini meliputi: jumlah sampel (N), rata-rata sampel (mean),
minimum dan maksimum serta standar deviasi (σ) untuk masing-masing variabel.
Deskripsi dalam penelitian ini meliputi 4 variabel, yaitu Capital Adequecy Ratio
(CAR), Non Performing Financing (NPF) Financing to Deposit Ratio (FDR) dan
[image:38.595.126.499.449.630.2]Return on Asset (ROA) yang disajikan dalam Tabel 4.1. berikut:
Tabel 4.1
Deskriptif Variabel Penelitian Bank Umum Syariah di Indonesia
N Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
CAR 55 10.60 76.40 26.7640 19.54147
NPF 55 .00 6.84 2.5836 1.78779
FDR 55 16.93 172.26 95.8898 28.84174
ROA 55 -1.87 4.48 1.3415 1.24647
Valid N (listwise)
55
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)
Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah data yang dugunakan
dalam penelitian ini adalah sebanyak 55 sampel data yang diambil dari laporan
a. Variabel CAR memiliki nilai minimum 10,60, nilai maksimum 76,40, rata-rata
CAR 26,764 dan standar deviasi sebesar 19,54147 dengan jumlah amatan
sebanyak 55.
b. Variabel NPF memiliki nilai minimum 0, nilai maksimum 6,84, rata-rata NPF
2,5836 dan standar deviasi sebesar 1,78779 dengan jumlah amatan sebanyak
55.
c. Variabel FDR memiliki nilai minimum 16,93, nilai maksimum 172,26, rata -
rata FDR 95,8898 dan standar deviasi sebesar 28,84174 dengan jumlah amatan
sebanyak 55.
d. Variabel ROA memiliki nilai minimum -1,87, nilai maksimum 4,48, rata-rata
ROA 1,3415 dan standar deviasi sebesar 1,24647 dengan jumlah amatan
sebanyak 55.
Semakin besar nilai standar deviasi maka semakin besar kemungkinan
nilai riil menyimpang dari yang diharapkan. Dalam kasus seperti ini, dimana nilai
mean masing-masing variabel lebih kecil dari pada standar deviasinya, biasanya
didalam data terdapat outlier (data yang terlalu ekstrim). Outlier adalah data yang
memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari
observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim. Data-data outlier
tersebut biasanya akan mengakibatkan tidak normalnya distribusi data.
Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif terdapat diperoleh standar deviasi yang
jauh lebih kecil dari nilai rata-rata variabel, sehingga dapat disimpulkan tidak
4.2.2. Uji Asumsi Klasik 4.2.2.1. Uji Normalitas
Pengujian normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang
digunakan telah terdistribusi secara normal. Salah satu metode untuk mengetahui
normalitas adalah dengan menggunakan model analisis grafik, baik dengan
melihat grafik secara histogram ataupun dengan secara Normal Probability Plot.
Hasil uji normalitas dengan grafik histogram yang diolah dengan SPSS, secara
normal probability plot dan dapat ditunjukkan sebagai berikut:
[image:40.595.142.420.407.639.2]Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)
Hasil uji normalitas diatas memperlihatkan bahwa pada grafik histogram
diatas distribusi data mengikuti kurva berbentuk lonceng yang tidak menceng
(skewness) kiri maupun menceng kanan atau dapat disimpulkan bahwa data
tersebut normal.
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)
[image:41.595.163.409.299.531.2]
Gambar 4.2 Normal P-P Plot
Hasil uji normalitas menggunakan probability plot, dimana terlihat bahwa
titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa
data dalam model regresi terdistribusi secara normal.
Semua hasil pengujian melalui analisis grafik dan statistik di atas
asumsi normalitas dan dapat dilakukan pengujian asumsi klasik berikutnya pada
data yang telah disajikan.
Dalam penelitian ini juga dilakukan pengujian normalitas residual dengan
menggunakan uji Kolmogrorov-Smirnov, yaitu dengan membandingkan distribusi
komulatif relative hasil observasi dengan distribusi komulatif relative teoritisnya.
Jika probabilitas signifikansi nilai residual lebih dari 0,05 berarti residual
terdistribusi dengan normal, demikian pula sebaliknya. Hasil penelitian ini
menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,512 seperti yang ditunjukkan oleh Tabel
4.2 karena nilai signifikansi uji Kolmogorov-Smirnov di atas 0,05 maka dapat
[image:42.595.129.505.461.662.2]disimpulkan bahwa data terdistribusi secara normal.
Tabel 4.2
Hasil Uji Normalitas
Unstandardized Residual
N 55
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation
1.08007233
Most Extreme Differences
Absolute .111
Positive .108
Negative -.111
Kolmogorov-Smirnov Z .820
Asymp. Sig. (2-tailed) .512
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda akan disebut
heteroskedastisitas. Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas antar
variabel independen dapat dilihat dari grafik plot antara nilai prediksi terikatnya
independen dapat dilihat dari grafik plot antara nilai prediksi variabel (ZPRED)
dengan residual (SRESID). Heteroskedastisitas ini dapat dilihat dengan grafik
scatterplot dan Uji Glejser. Hasil dari uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada
grafik scatterplot berikut ini:
Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (Data Diolah)
[image:43.595.182.455.442.614.2]
Gambar 4.3 tabel
Berdasarkan Gambar 4.3, terlihat bahwa titik-titik tidak terlalu menyebar
(menumpuk). Hal ini mengindikasikan tidak terjadi heteroskedastisitas pada
model regresi sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi ROA
berdasarkan masukan variabel independennya.
Selain dengan grafik, hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada
[image:44.595.147.473.318.542.2]statistik berikut ini:
Tabel 4.3
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Model
Unstandardized Coefficients
Standardiz ed Coefficien
ts
t Sig.
B
Std.
Error Beta
1 (Constant) .876 .455 1.924 .060
CAR .010 .007 .253 1.463 .150
NPF .030 .070 .071 .434 .666
FDR -.005 .004 -.180 -1.229 .225
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)
Berdasarkan hasil uji glejser, dapat dilihat bahwa pada Tabel 4.3
menunjukkan tidak satupun variabel independen yang signifikan secara statistik
mempengaruhi variabel dependen absolut. Hal ini terlihat dari probabilitas
signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5% (0,05), sehingga dapat
disimpulkan model regresi tidak mengarah pada heteroskedastisitas.
Uji autokorelasi ini digunakan untuk menguji asumsi klasik regresi
berkaitan dengan adanya autokorelasi. Model regresi yang baik adalah model
yang tidak mengandung autokorelasi. Pengujian ini menggunakan Uji
Durbin-Watson (DW test) untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi. Hasil pengujian
[image:45.595.114.479.270.362.2]Uji Durbin-Watson (DW test) dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini:
Tabel 4.4
Hasil Uji Durbin-Watson
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .499a .249 .205 1.11139 2.016
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)
Hasil output SPSS menunjukkan nilai DW sebesar 2.016, nilai ini akan
dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan derajat kepercayaan 5%,
jumlah sampel (n) = 55 dan jumlah variabel bebas (k) = 3, maka di tabel
Durbin-Watson didapatkan nilai dL (durbin-watson lower/batas bawah) = 1.452, nilai dU
(durbin-watson upper/batas atas) = 1.681 dan 4 ̶ dU = 2.238. Pengambilan
keputusannya adalah dU (0.972) ˂ d (2.016) ˂ 4 ̶ dU (2.319), artinya tidak ada
autokorelasi positif atau negatif. Dengan demikian, tidak terdapat adanya
autokorelasi pada model regresi.
4.2.2.4. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Uji yang dilakukan
untuk menguji multikolinearitas adalah dengan menghitung nilai VIF untuk
multikolinearitas dapat dilihat dari nilai VIF yang tinggi pada variabel-variabel
bebas suatu model regresi. Jika dalam penelitian nilai VIF >10 maka ini
menunjukkan adanya gajala multikolinearitas dalam model regresi. Hasil dari uji
multikolinearitas dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini :
Hasil Uji Multikolinieritas
Model
Unstandardized Coefficients
Standardize d Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B
Std.
Error Beta
Toleranc
e VIF
1 (Constan t)
.085 .667 .127 .900
CAR .007 .010 .115 .744 .460 .621 1.611
NPF -.135 .102 -.194 -1.320 .193 .685 1.460
FDR .015 .006 .340 2.604 .012 .862 1.159
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)
Hasil uji multikolinearitas pada Tabel 4.5 menunjukkan bahwa keseluruhan
variabel mempunyai nilai VIF < 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
tersebut tidak terjadi multikolinearitas.
Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak
dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi, nilai tolerance yang rendah
sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Hasil penelitian ini
mengidikasikan bahwa tidak terjadi multikolinearitas di antara variabel
independen dalam penelitian.
4.2.3. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui arah hubungan
antara variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing
(NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR)dan Return on Asset (ROA) pada Bank
Badan Umum Syariah di Indonesia. Beberapa tahapan yang dilakukan untuk
mencari hubungan antara variabel independen dan variabel dependen, melalui
pengaruh CAR (X1), NPF (X2), FDR (X3) terhadap ROA. Hasil regresi dapat
[image:47.595.117.509.335.504.2]dilihat pada Tabel 4.6 berikut :
Tabel 4.6
Hasil Analisis Regeresi
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constan t)
.085 .667 .127 .900
CAR .007 .010 .115 .744 .460
NPF -.135 .102 -.194 -1.320 .193
FDR .015 .006 .340 2.604 .012
Berdasarkan pengelolaan data pada Tabel 4.6 pada kolom Unstandardized
Coefficients bagian B, diperoleh model persamaan regresi berganda berikut:
Y = ∝ - b1 X1- b2 X2 + b3 X3 + �
Sehingga, persamaan regresinya menjadi sebagai berikut:
ROA= 0,085 – 0,07 X1 - 0,135X2 + 0,015X3 + �
Berdasarkan persamaan regresi linier berganda, berikut interpretasi dari
a. Nilai konstanta sebesar 0,085 artinya tanpa mempertimbangkan variabel
independen, maka nilai Return on Assets (ROA) akan diperoleh sebesar
0,085%.
b. Koefisien CAR (X1) = 0,07, artinya setiap penambahan CAR sebesar 1%, jika
variabel lain dianggap konstan, maka akan menurunkan ROA sebesar 0,07%.
c. Koefisien NPF (X2) = - 0,135 artinya setiap penambahan NPF sebesar 1%, jika variabel lain dianggap konstan, maka akan meningkatkan ROA sebesar
0,135%.
e. Koefisien FDR (X3) = 0,015 artinya setiap penambahan FDR sebesar 1%, jika variabel lain dianggap konstan, maka akan menurunkan ROA sebesar 0,015%.
4.2.4. Pengujian Hipotesis 4.2.4.1. Uji F (Uji Serempak)
Kemudian untuk menguji Capital Adequecy Ratio (CAR), Non Performing
Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR) secara bersama-sama
(serempak) terhadap Return on Asset (ROA), digunakan uji statistik F.
Langkah-langkah melakukan uji F adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan Formulasi Hipotesis
H0 : b1 = b2 = b3 = 0
Artinya secara serempak Capital Adequecy Ratio (CAR), Non Performing
Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh signifikan
terhadap Return on Assets (ROA).
Artinya secara serempak Capital Adequecy Ratio (CAR), Non Performing
Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh tidak
signifikan terhadap Return on Assets (ROA).
2. Merumuskan Kriteria Pengujian
Bila Fhitung > Ftabel, maka H1 diterima dan H0 ditolak
Bila Fhitung ≤ Ftabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak 3. Analisis Data
[image:49.595.126.503.339.457.2]Hasil uji statistik F dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.7
Uji Statistik F (Serempak)
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 20.905 3 6.968 5.641 .002a
Residual 62.994 51 1.235
Total 83.899 54
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)
Berdasarkan Tabel 4.7, diperoleh nilai Fhitung sebesar 5,641, lebih besar dari
Ftabel, yaitu 4,50 dengan tingkat signifikansi 0,02, jauh lebih kecil dari 0,05. Oleh karena itu, maka model regresi bisa dipakai untuk memprediksi ROA ( Return on
Assets ) dengan kata lain, variabel CAR, NPF, FDR berpengaruh signifikan
terhadap ROA.
Secara Quick Look, bila nilai F lebih besar dari 4, maka Ho dapat ditolak
pada derajat kepercayaan 5%. Dengan kata lain H1 diterima, yang menyatakan
bahwa semua variabel independen yaitu CAR, NPF, FDR secara simultan dan
4.2.4.2. Uji t (secara Parsial)
Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel
independen, yaitu Capital Adequecy Ratio (CAR), Non Performing Financing
(NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR) secara parsial (individual) berpengaruh
terhadap terhadap Return on Assets (ROA). Uji t juga dilakukan untuk
mengetahui apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak menggunakan
statistik t (uji t). jika thitung < ttabel, maka H1 ditolah dan H0 diterima, sedangkan
jika thitung > ttabel, maka H1 diterima dan H0 ditolak. Jika tingkat signifikan
dibawah 0,05 maka H1 diterima dan H0 ditolak. Secara parsial pengaruh dari
keenam variabel independen tersebut terhadap ROA ditunjukkan pada Tabel 4.8
[image:50.595.120.506.438.606.2]berikut:
Tabel 4.8 Uji Statistik t
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constan t)
.085 .667 .127 .900
CAR .007 .010 .115 .744 .460
NPF -.135 .102 -.194 -1.320 .193
FDR .015 .006 .340 2.604 .012
Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)
Kesimpulan yang dapat diambil dari analisis tersebut adalah:
a. Capital Adequecy Ratio (X1) terhadap Return on Asset (Y) menunjukkan sig.
(1,681), maka H1 ditolak dan H0 diterima. Artinya terdapat pengaruh positif
tidak signifikan antara Capital Adequecy Ratio terhadap Return on Asset
b. Non Performing Financing (X2) terhadap Return on Asset (Y) menunjukkan
sig. (0,193) > α (0,05) dan thitung adalah -1,320 dimana thitung (-1,320) <
ttabel (1,681), maka H1 ditolak dan H0 diterima, artinya terdapat pengaruh negatif yang tidak signifikan antara Non Performing Loan terhadap Return on
Asset.
c. Financing to Deposit Ratio (X3) terhadap Return on Asset (Y) menunjukkan
sig. (0,012) < α (0,05) dan thitung adalah 2,604 dimana thitung (2,604) >
ttabel (1,681), maka H1 diterima dan H0 ditolak. Artinya terdapat pengaruh positif yang signifikan antara Financing to Deposit Ratio terhadap Return on
Asset.
4.2.4.3. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan
antara variabel bebas dengan variabel terikat. Nilai R2 terletak antara 0 sampai
dengan 1 (0 ≤ R2 ≤ 1). Tujuan menghitung koefisien determinasi adalah untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Dari hasil analisis
data diperoleh hasil yang ditunjukkan pada Tabel 4.9 sebagai berikut:
[image:51.595.151.443.644.724.2]
Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)
Tabel 4.9
Hasil Koefisien Determinasi
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Berdasarkan Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa nilai adjusted R2 adalah
0,205. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 20,5%. Return on Asset Bank Umum
Syariah dipengaruhi oleh variasi dari ketiga variabel independen yang digunakan
yaitu Capital Adequecy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF),dan
Financing to Deposit Ratio (FDR). Sedangkan sisanya sebesar 79,5% dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
4.3. Pembahasan
4.3.1. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return on Asset (ROA)
Hasil penelitian ini mengindikasikan peningkatan atau penurunan Capital
Adequacy Ratio selama periode penelitian tidak mempengaruhi Return on Asset
secara signifikan. Tidak signifikannya CAR terhadap ROA, hal ini kemungkinan
dikarenakan peraturan BI yang mengharuskan setiap bank untuk menjaga CAR
dengan ketentuan minimal 8%, sehingga para pemilik bank menambah modal
bank dengan menyediakan dana (fresh money) untuk mengantisipasi skala usaha
yang berupa ekspansi kredit atau pinjaman yang diberikan agar rasio kecukupan
modal (CAR) bank dapat memenuhi ketentuan BI. Sehingga, banyak terdapat
dana yang mengendap (idle fund) yang secara umum tidak dapat menghasilkan
keuntungan.
Hasil pengujian ini tidak mendukung hipotesis yang telah ditetapkan yang
menyatakan bahwa CAR berpengaruh signifikan terhadap ROA. Jika nilai CAR
kerugian yang timbul dari kegiatan usahanya (Rivai, et al., 2007:709). Dengan
meningkatnya rasio ini, maka akan berpengaruh pada meningkatnya laba atau
profitabilitas (ROA) suatu bank, karena kerugian-kerugian yang ditanggung bank
dapat diserap oleh modal yang dimiliki oleh bank tersebut. Namun, hasil
pengujian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pamularsih (2013)
yang menyatakan bahwa CAR tidak berpengaruh terhadap ROA.
4.3.2. Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap Return on Asset (ROA)
Hasil penelitian ini mengindikasikan peningkatan atau penurunan Non
Performing Financing selama periode penelitian tidak mempengaruhi Return on
Asset secara signifikan. Hal ini mengindikasikan adanya kecenderungan bahwa
meningkatnya NPF tidak memicu terjadinya penurunan ROA yang besar, karena
sebagian besar Bank Umum Syariah selama periode penelitian memiliki nilai NPF
di bawah 5% sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia yang dikategorikan masih
cukup sehat. Berpengaruh negatifnya variabel NPF terhadap ROA menandakan
bahwa semakin besar bank publik melakukan operasionalnya terutama dalam
pencairan kredit berarti bertambahnya resiko yang muncul yaitu non performing
Financing (NPF) yang semakin besar. Artinya, jika jumlah piutang semakin
besar, maka kinerja bank publik akan semakin menurun.
Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Mitasari (2013), hasil
penelitian tersebut menunjukkan NPF berpengaruh negatif signifikan terhadap
ROA. Hal ini sesuai dengan penelitian Mawardi (2005), hasil penelitian tersebut
Hasibuan (2008:115) menyatakan bahwa semakin rendah NPF maka angka kedit
macet juga akan semakin kecil, sehingga laba atau profitabilitas bank (ROA)
tersebut akan semakin meningkat.
4.3.3. Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap Return on Asset (ROA)
Hasil penelitian ini mengindikasikan peningkatan atau penurunan
Financing To Deposit Ratio selama periode penelitian mempengaruhi Return on
Asset secara signifikan. Semakin tinggi FDR, maka ROA akan meningkat, namun
pada batas yang ditentukan yaitu 110%. Dana Pihak Ketiga merupakan variabel
yang memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap penyaluran kredit. Hal ini
dikarenakan DPK merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh
bank (bisa mencapai 80-90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank).
Disamping itu, penyaluran pembiayaan merupakan kegiatan utama yang
dilakukan bank dalam menghasilkan keuntungan. Hal ini berarti juga jika
kemampuan bank dalam menyalurkan pembiayaan dari pihak ketiga kepada pihak
kreditur tinggi akan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan atau laba bank yang
akhirnya berpengaruh terhadap ROA sehingga dapat dikatakan kinerja keuangan
bank publik tersebut meningkat.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2010) yang
menyatakan FDR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA. Hasil penelitian
tinggi ROA Bank Umum Syariah tersebut. Tingkat likuiditas suatu bank
mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap besar kecilnya perolehan
laba bank (Dendawijaya, 2005:121).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka disimpulkan sebagai
berikut:
1. Secara serempak Capital Adequecy Ratio (CAR), Non Performing Financing
(NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), berpengaruh signifikan terhadap
Return on Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia.
2. Secara p