THE INFLUENCE OF DUE PROFESSIONAL CARE AND
AUDITOR DYSFUNCTIONAL BEHAVIOR ON AUDIT QUALITY
(The Research on Accountant Public Firm in Bandung that Listed in
BAPEPAM-LK)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Jenjang Sarjana (S1) Pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Komputer Indonesia
Oleh :
NAMA : DIAN PRATIWI NIM : 21110007
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
viii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN MOTTO
ABSTRAK ABSTRACT
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian... 1
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 5
1.2.1 Identifikasi Masalah ... 5
1.2.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 6
1.3.1 Maksud Penelitian ... 6
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Kegunaan Penelitian ... 7
1.4.1 Kegunaan Praktis ... 7
ix
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS... 10
2.1 Kajian Pustaka ... 10
2.1.1 Due Professional Care ... 10
2.1.1.1 Pengertian Due Professional Care ... 10
2.1.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Due Professional Care ... 11
2.1.2 Perilaku Disfungsional Auditor ... 13
2.1.2.1 Pengertian Perilaku Disfungsional Auditor ... 13
2.1.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Disfungsional Auditor ... 13
2.1.3 Kualitas Audit ... 15
2.1.3.1 Pengertian Kualitas Audit ... 15
2.1.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kualitas Audit ... 16
2.2 Kerangka Pemikiran ... 17
2.2.1 Pengaruh Due Professional Care terhadap Kualitas Audit .. 19
2.2.2 Pengaruh Perilaku Disfungsional terhadap Kualitas Audit... 20
2.3 Penelitian Sebelumnya ... 21
x
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 25
3.1 Objek Penelitian ... 25
3.2 Metode Penelitian ... 25
3.2.1 Desain penelitian ... 27
3.3 Operasionalisasi Variabel ... 29
3.4 Sumber Data ... 32
3.5 Alat Ukur Penelitian ... 33
3.5.1 Uji Validitas ... 33
3.5.2 Uji Reliabilitas ... 35
3.6 Populasi dan Penarikan Sampel... 36
3.6.1 Populasi ... 36
3.6.2 Sampel ... 37
3.7 Metode Pengumpulan Data ... 38
3.8 Metode Pengujian Data ... 39
3.8.1 Rancangan Analisis ... 39
3.8.2 Uji Hipotesis ... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55
4.1 Hasil Penelitian ... 55
4.1.1 Gambaran Umum Kantor Akuntan Publik ... 55
4.1.1.1 Sejarah Akuntan publik ... 55
4.1.1.2 Struktur Organisasi Kantor Akuntan Publik ... 59
4.1.1.3 Deskripsi Jabatan ... 61
xi
4.1.2.2 Hasil pengujian Reliabilitas ... 72
4.1.3 Analisis Deskriptif Tanggapan Responden ... 74
4.1.3.1 Analisis Deskriptif Due Professional Care ... 74
4.1.3.2 Analisis Deskriptif Perilaku Disfungsional... 76
4.1.3.3 Analisis Deskriptif Kualitas Audit ... 77
4.1.4 Analisis Verifikatif ... 78
4.1.4.1 Pengaruh Due Professional Care dan Perilaku Disfungsional Auditor Terhadap Kualitas Audit ... 78
4.1.4.2 Uji Hipotesis ... 88
4.2 Pembahasan ... 92
4.2.1 Pengaruh Due Professional Care Terhadap Kualitas Audit . 92 4.2.2 Pengaruh Perilaku Disfungsional Terhadap Kualitas Audit 93 4.2.3 Pengaruh Due Professional Care dan Perilaku Disfungsional Auditor Terhadap Kualitas Audit ... 95
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 97
5.1 Kesimpulan ... 97
5.2 Saran ... 98
5.2.1 Saran Praktis ... 98
5.2.2 Saran Akademis ... 99
xii
100
quality, in Small and Medium-Sized Entities (SMEs). 1st Edition, LAP Lambert Gmbh &co. KG, Germany.
Abdul, Halim. 2008. Auditing : Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan STIM YKPN.
Achmat, Badjuri. 2011. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Kualitas Audit Auditor Independen Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Jawa Tengah. Dinamika Keuangan dan Perbankan Vol. 3, No. 2. ISSN : 1979-4878. Akuntan Online. 2013. AP Harus Lebih Teliti Mengaudit Laporan LKS. Diakses
pada 28 April 2014, dari World Wide Web: akuntanonline.com
Andi Supangat. 2007. “Statistika: Dalam Kajian Deskriptif, Inferensial, dan Nonparametik. Edisi 1, Kencana : Jakarta.
Arens, Alvin A. James L. Loebbecke. 2008. Auditing Pendekatan Terpadu,
Terjemahan oleh Amir Abadi Yusuf, Buku Dua, Edisi Indonesia, Salemba Empat, Jakarta.
Arens, A.A., Elder, R.J., and Beasley, m.s. 2012. “Auditing and Assurance
Service – An Integrated Approach”. 14th Edition. Pearson Education Limited, Edinburg UK.
Bapepam. 2014. Daftar Nama Kantor Akuntan Publik Di Wilayah Kota Bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK. Diakses pada 6 April 2014, dari World Wide Web: Bapepam.co.id
Barker et al. 2002. Research Methods In Clinical Psychology. John Wiley & Sons Ltd. England.
Bisnis Indonesia. 2006. Taspen Beri Waktu Akuntan 1 pekan. Diakses pada 24 Maret 2014, dari World Wide Web: bumn.go.id
Boynton, W.C., Johnson, R.N., Kell, G.W. 2003. Modern Auditing. (edisi 7).Jakarta: Erlangga.
101
Candra Setya Santoso. 2009. Izin Tiga Akuntan Publik Ditetapkan Menkeu.
Diakses pada 29 April 2014, dari World Wide Web: okezone.com
Danang, Sunyoto. 2013. Metodologi Penelitian. Bandung: PT Refika Aditama.
Don R. Hansen dan Maryanne M. Mowen, (2005), Management Accounting 7th edition, Thomson Learning, Singapore.
Donnelly D.P., Quirin J.J., David O’Bryan. 2003. “Auditor Acceptance of Dysfunctional Audit Behavior: An Explanatory Model Using Auditor’s Personal Characteristics”. Behavioral Research In Accounting. Vol 15, 87.
Donnelly, James H., Gibson, James L., Ivancevich, John M., dan Konopaske, Robert. 2006. Organization : Behavior, Structure, Prosses. Twelfth edition, Singapore: McGraw - Hill. New York.
Edy Sujana, Tjiptohadi Sawarjuwono. 2006. Perilaku Disgungsional Auditor:Perilaku yang Tidak Mungkin Dihentikan. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol.8 No.3.
Fitrini Mansyur, dkk. 2010. Pengaruh Time Budget Pressure dan Perilaku Disfungsional Terhadap Kualitas Audit. Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Humaniora, Jambi.
Gustati. 2012. Persepsi Auditor Tentang Pengaruh Locus of Control Terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit. Jurnal Akuntansi & Manajemen. Vol.7. No. 2.
Husein Umar. 2008. Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia). 2011. Standar Profesional Akuntan Publik
(SPAP). Jakarta :SalembaEmpat.
Indra, Bastian. 2007. Audit Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.
Ikhsan, Arfan, Muhammad Ishak, 2008, Akuntansi Keperilakuan, Salemba Empat, Jakarta.
102
Kadous, K., S. J. Kennedy, and M. E. Peecher. 2000. The effect of quality assessmentand directional goal commitment on auditors’ acceptance of client-preferred accounting methods. The Accounting Review 78(3): 759-778.
Kane, Gregory D., Uma Velury. 2005. "The Impact of Managerial Ownership on the Likelihood of Provision of High Quality Auditing Services", Review of Accounting and Finance, Vol. 4, Number 2. 2005 ABI/ INFORM Global, pp. 86-106.
Kusnendi, 2005. ANALISIS JALUR Konsep dan Aplikasi dengan Program SPSS dan LISREL 8, Jurusan Pendidikan Ekonomi UPI.
Louwers, Timothy J., Elaine Henry., Brad J, Reed., & Elizabeth, A, Gordon. 2008. Deficiencies in Auditing Related-Party Transactions: Insights from AAERs. Current Issues in Auditing, Vol 2, Issue 2. A10–A16.
Mansur, Tubagus. 2007. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit Ditinjau dari Persepsi Auditor atas Pelatihan dan Keahlian, Independensi dan Penggunaan Kemahiran Profesional. Tesis Program Studi Magister Sains Akuntansi Universitas Gadjah Mada.
Mashuri Maschab. 2008. Kekuasaan Eksekutif di Indonesia. Rineka Cipta, Jakarta.
Moch.Nazir. 2003. Metode Penelitian, Salemba Empat, Jakarta,63.
Mulyadi dan Puradiredja, K. 1998. Auditing. Edisi ke-5. Salemba Empat, Jakarta. Pierce, B, and Sweeney, B. 2004. “Cost-Quality Conflict in Audit Firms: An
Empirical Investigation”. Europan Accounting Review. Vol. 13. No. 1. pp. 415-441
PPAJP. 2010. Kasus Pelanggaran oleh KAP yang terjadi di Indonesia Tahun 2010. Biro Hubungan Masyarakat Departemen Keuangan, Press Release
Kementrian Keuangan Republik Indonesia.
Rahman, A. T. 2009. Persepsi Auditor Mengenai Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Due Professional Care terhadap Kualitas Audit.
103
Rita Yuniarti. 2012. The Effect of Tenure Audit and Dysfuntional Behavior on Audit Quality. International Conference on Economics, Business and Marketing Managemen IPEDR vol.29 (2012) IACSIT Press, Singapore.
Rosita, Amilin. , Dewi. (2008). Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Akuntan Publik dengan Role Stres sebagai Variabel Moderating. JAAI, 12(1), 13-24.
Rr Putri Arsika Nirmala, Nur Cahyonowati. 2013. Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Professional Care , Akuntabilitas, Kompleksitas Audit, dan Time Budget Pressure Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Auditor KAP di Jawa Tengah dan DIY). DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTINGVolume 2, Nomor 3, Tahun 2013,ISSN.
Samuel, H.N. 2013. The Impact of Objectivity, Proficiency and due Professional Care of Auditors to Quality of Performance Audit Results. Proceedings of 8th Asian Business Research Conference 1 - 2 April 2013, Bangkok, Thailand, ISBN: 978-1-922069-20-7.
Saripudin Netty Herawaty, Rahayu. 2012. Pengaruh independensi, Pengalaman, Due Professional Care dan Akuntabilitas terhadap Kualitas Audit. e-Jurnal BINAR AKUNTANSI Vol.1 No 1.September 2012
Sarwono, Jonathan, 2007 Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS,. Yogyakarta.
Singgih, Elisha Muliani dan Icuk Rangga Bawono. 2010. Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Proffesional Care, dan Akuntanbilitas terhadap Kualitas Audit. Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto.
Singgih, Santoso. 2005. Menguasai Statistik di Era Informasi Dengan SPSS 12. PT. Alex Media Komputindo, Jakarta
Simamora, Jenry. 2002. Auditing. Jilid I. UPP AMP YKPN
Siti Kurnia Rahayu, dan Ely Suhayati. 2010. Auditing: Konsep dasar dan pedoman pemeriksaan akuntan publik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Smith, Gerald. 1995. Statistical Process Control and Quality Improvement (2nd Edition). Prentice Hall, New Jersey.
Sofyan Syafri Harahap. 2007. “Teori Akuntansi”. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
104
Sugiyono. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung : CV Alfabeta Umi, Narimawati. 2007. Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta: Agung Media. Umi, Narimawati. 2010. Metodelogi Penelitian : Dasar Penyusunan Penelitian
Ekonomi. Jakarta: Penerbit Genesis.
Zainal Mustafa, 2009, Mengurai Variabel hingga Instrumentasi. Yogyakarta : Graha Ilmu.
137
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Data Pribadi
Nama : Dian Pratiwi
Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 11 Oktober1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : JL Bojongkoneng Atas No.43 RT. 03 RW.
19 Bandung 40191
Telephone : 087824305257
II. Latar Belakang Pendidikan
a. Formal
1998– 2004 : SD NegeriTikukur 1
2004– 2007 : SMP Negeri 16 Bandung
2007 – 2010 : SMA Sumatra 40-1 Bandung
2010 – Sekarang : Universitas Komputer Indonesia
b. Non Formal
138 dan Internet.)
d. Pengalaman Kerja
Praktek Kerja di Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Kantor
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul,
“Pengaruh Due Professional Care dan Perilaku Disfungsional Auditor
Terhadap Kualitas Audit” sesuai dengan yang direncanakan.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat menempuh jenjang
Strata 1 Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Komputer
Indonesia. Dalam penyajian Skripsi ini penulis menyadari masih belum mendekati
kesempurnaan. Namun penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, skripsi ini tidak dapat penulis selesaikan. Atas segala petunjuk dan
bimbingan yang telah penulis dapatkan maka dalam kesempatan ini penulis juga
ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, Selaku Rektor Universitas Komputer
Indonesia.
2. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec. Lic Selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Komputer Indonesia.
3. Dr. Surtikanti, SE., M.Si., Ak Selaku Ketua Program Studi Akuntansi ,
Dosen Pembimbing & Dosen Wali Kelas Akuntansi 1 Fakultas Ekonomi
Universitas Komputer Indonesia.
4. Wati Aris Astuti, SE., M.Si., Selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi
vii
7. Kepada kedua Orang Tua dan keluarga tercinta yang telah memberikan
banyak dukungan, doa, motivasi serta kasih sayang yang tidak pernah
surut yang diberikan kepada penulis.
8. Hery Wijaya terimakasih untuk bantuan, dukungan dan motivasi serta
kasih sayang yang diberikan kepada penulis.
9. Sahabat-sahabatku Anni Suryani, Evi Setiowati, Futri Marita Sari, Riska
Mutiara Dewi terimakasih dukungan, saran dan telah memberikan
semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
10.Kepada teman-teman Ak 1 dan rekan-rekan di Fakultas Ekonomi Program
Studi Akuntansi terimakasih atas kebersamaannya.
11.Semua pihak yang telah membantu dan terlibat dalam penyusunan skripsi
ini.
Dengan segala keterbatasan, penulis memohon maaf apabila terdapat
kesalahan dalam penulisan skripsi ini.
Wasalamu’alaikumWr.Wb.
Bandung, Juli 2014
Penulis
25 BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu
penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk
mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi.
Definisi objek penelitian menurut Menurut Sugiyono (2012:38) pengertian
objek penelitian yaitu :
“Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa objek penelitian digunakan
untuk mendapatkan data sesuai tujuan dan kegunaan tertentu yang objektif, valid
dan realible. Dan juga digunakan untuk sasaran ilmiah yaitu siapa, apa dan
dimana dan mempunyai variasi yang ditetapkan oleh peneliti. Objek penelitian
yang diteliti oleh penulis adalah Due Professional Care, Perilaku Disfungsional dan Kualitas Audit pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Wilayah Kota Bandung
yang terdaftar di BAPEPAM-LK.
3.2 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dan metode
verifikatif. Sebelum menjelaskan kedua metode tersebut penulis akan menjelaskan
Menurut Umi Narimawati (2010 : 127) mendefinisikan metode penelitian
adalah sebagai berikut :
“Metode penelitian merupakan cara penelitian yang digunakan untuk
mendapatkan data untuk mencapai tujuan tertentu”.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian
merupakan cara pemecahan masalah penelitian yang dilaksanakan secara
terencana dan cermat dengan maksud mendapatkan fakta dan kesimpulan agar
dapat memahami, menjelaskan, meramalkan, dan mengendalikan keadaan.
Metode penelitian juga merupakan cara kerja untuk memahami dan mendalami
objek yang menjadi sasaran.
Metode penelitian ini menggunakan metode deskriftif dan verifikatif.
Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui hubungan yang
signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang
akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.
Menurut Sugiyono (2010:14) mendefinisikan metode deskriptif adalah
sebagai berikut :
“Statistika yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya”.
Tujuan metode deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau
lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki. Metode Deskriptif digunakan untuk
27
Sedangkan Medote Verifikatif menurut Mashuri (2008:45) mendefinisikan
metode verifikatif adalah sebagai berikut :
“Metode Verifikatif adalah memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan”.
Penelitian sendiri dimaksudkan untuk menguji hipotesis dengan
menggunakan perhitungan statistik. Penelitian ini digunakan untuk menguji
pengaruh due professional care dan perilaku disfungsional terhadap kualitas audit.
Verifikatif berarti menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima
atau ditolak. Dengan menggunakan metode penelitian, maka akan diketahui
hubungan yang signifikan antara variabel-variabel yang diteliti sehingga
menghasilkan suatu kesimpulan yang akan memperjelas dalam penelitian ini.
3.2.1 Desain Penelitian
Dalam melakukan suatu penelitian sangat perlu dilakukan perencanaan
dan perancangan penelitian, agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan
baik dan sistematis.
Menurut Jonathan Sarwono (2006:27) mendefinisikan desain penelitian
adalah sebagai berikut:
“Desain penelitian bagaikan alat penuntun bagi peneliti dalam melakukan
proses penentuan instrumen pengambilan data, penentuan sampel, koleksi
data dan analisisnya”.
Langkah-langkah desain penelitian menurut Umi Narimawati (2010:30)
1. Menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena penelitian, selanjutnya menetapkan judul penelitian;
2. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi; 3. Menetapkan rumusan masalah;
4. Menetapkan tujuan penelitian;
5. Menetapkan hipotesis penelitian, berdasarkan fenomena dan dukungan teori;
6. Menetapkan konsep variabel sekaligus pengukuran variabel penelitian yang digunakan;
7. Menetapkan sumber data, teknik penentuan sampel dan teknik pengumpulan data;
8. Melakukan analisis data;
9. Melakukan pelaporan hasil penelitian.
Tabel 3.1
Dari tabel di atas dapat penulis uraikan sebagai berikut:
1. Tujuan penelitian pertama adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
due professional care terhadap kualitas audit pada KAP di wilayah Bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK, metode yang digunakan metode deskriptif
dan verifikatif yaitu dengan cara mengumpulkan informasi dengan membuat
29
serta melakukan uji hipotesis yang telah ditetapkan dengan menggunakan uji
statistika.
2. Tujuan penelitian kedua adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
perilaku disfungsioanl terhadap kualitas audit pada KAP di wilayah Bandung
yang terdaftar di BAPEPAM-LK, metode yang digunakan metode deskriptif
dan verifikatif yaitu dengan cara mengumpulkan informasi dengan membuat
instrumen kedua variabel dan menganalisis secara kualitatif dan kuantitatif
serta melakukan uji hipotesis yang telah ditetapkan dengan menggunakan uji
statistika.
3. Tujuan penelitian ketiga adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
due professional care dan perilaku disfungsional terhadap kualitas audit pada KAP di wilayah Bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK, metode yang
digunakan metode deskriptif dan verifikatif yaitu dengan cara mengumpulkan
informasi dengan membuat instrumen kedua variabel dan menganalisis secara
kualitatif dan kuantitatif serta melakukan uji hipotesis yang telah ditetapkan
dengan menggunakan uji statistika.
3.3 Operasionalisasi Variabel
Operasionalisasi variabel adalah untuk memudahkan penelitian untuk
mendapatkan penilaian dari apa yang diteliti. Untuk itu penulis terlebih dahulu
harus menentukan operasional variabel, untuk mempermudah proses penelitian ini
dengan masalah-masalah yang ada. Menurut Sugiyono (2010:38), menyatakan
“Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal yang berbentuk apa
saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”.
Operasional variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator, serta
skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian. Variabel-variabel yang
terkait dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Bebas / Independent
Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu Due Professional care dan Perilaku Disfungsional.
2. Variabel Dependent
Dalam penelitian ini variabel yang berkaitan dengan masalah yang akan
diteliti adalah Kualitas Audit.
Jenis skala pengukuran yang digunakan yaitu ordinal, dimana oleh
Zainal Mustafa (2009:55) dikemukakan bahwa :
”Skala Ordinal merupakan suatu instrument yang menghasilkan nilai
atau skor yang bertingkat atau berjenjang (bergradasi)”.
Berdasarkan pengertian diatas, maka skala yang digunakan dalam
penelitian ini adalah skala ordinal dengan tujuan untuk memberikan informasi
berupa nilai pada jawaban. Variabel-variabel tersebut diukur oleh instrument
pengukur dalam bentuk kuesioner berskala ordinal.
31
Tabel 3.2 Operasional Variabel
Variabel Konsep Variabel Indikator Skala No
auditor integrity, particularly independence.
Arens, et al, (2012 :105)
Untuk setiap pilihan jawaban diberi skor, maka responden harus
menggambarkan, mendukung pernyataan (item positif) atau tidak mendukung
pernyataan (item negatif).
Tabel 3.3
Scoring Untuk Jawaban Kuesioner
Jawaban Responden Skor Positif Skor Negatif
Selalu 5 1
Sering 4 2
Kadang-kadang 3 3
Pernah 2 4
Tidak Pernah 1 5
(Sugiyono 2010: 94)
3.4 Sumber Data
Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer
dengan cara menyebarkan kuesioner.
Data primer menurut Umi Narimawati (2007:76) adalah :
“Data yang diperoleh dari responden secara langsung yang dikumpulkan
melalui survei lapangan dengan menggunakan teknik pengumpulan data
tertentu yang dibuat secara khusus untuk itu.”
Pengumpulan data primer dalam penelitian ini dengan cara menyebarkan
kuesioner kepada responden yang menjadi sample untuk mengetahui tanggapan
tentang penelitian yang akan diteliti, responden dalam penelitian ini adalah
33
Bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK.dan melakukan wawancara secara
langsung dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan penelitian yang
dilakukan. Selain itu data primer juga meliputi dokumen-dokumen kantor akuntan
publik berupa sejarah perkembangan KAP, struktur organisasi, dan data-data
statistik mengenai jumlah pegawai dan lain-lain yang berhubungan dengan
penelitian ini.
3.5Alat Ukur Penelitian
Sebelum kuesioner digunakan untuk pengumpulan data yang sebenarnya,
terlebih dahulu dilakukan uji coba kepada responden yang memiliki karakteristik
yang sama dengan karakteristik populasi penelitian. Uji coba dilakukan untuk
mengetahui tingkat kesahihan (validitas) dan kekonsistenan (reliabilitas) alat ukur
penelitian, sehingga diperoleh item-item pertanyaan-pertanyaan yang layak untuk
digunakan sebagai alat ukur untuk pengumpulan data penelitian.
3.5.1 Uji Validitas
Menurut Sugiyono (2010:2) valid adalah:
“Menunjukkan derajad ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi
pada obyek dengan data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti.”
Berdasarkan definisi diatas, maka validitas dapat diartikan sebagai suatu
karakteristik dari ukuran terkait dengan tingkat pengukuran sebuah alat test
(kuesioner) dalam mengukur secara benar apa yang diinginkan peneliti untuk
diukur. Suatu alat ukur disebut valid bila dia melakukan apa yang seharusnya
Seperti yang telah dijelaskan pada metodologi penelitian bahwa untuk
menguji valid tidaknya suatu alat ukur digunakan pendekatan secara statistika,
yaitu melalui nilai koefisien korelasi skor butir pernyataan dengan skor total =
0,30 maka pernyataan tersebut dinyatakan valid dan apabila < 0,30 berarti data
tersebut dapat dikatakan tidak valid. Berdasarkan hasil pengolahan menggunakan
rumus korelasi .
Seperti dilakukan pengujian lebih lanjut, semua item pernyataan dalam
kuesioner harus diuji keabsahannya untuk menentukan valid tidaknya suatu item.
Uji validitas dilakukan untuk mengukur pernyataan yang ada dalam kuesioner.
Validitas suatu data tercapai jika pernyataan tersebut mampu mengungkapkan apa
yang akan diungkapkan. Uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan masing -
masing pernyataan dengan jumlah skor untuk masing-masing variabel. Teknik
korelasi yang digunakan adalah teknik korelasi pearson.
Untuk mempercepat dan mempermudah penelitian ini pengujian validitas
dilakukan dengan bantuan komputer dengan menggunakan software SPSS 14.0for windows dengan metode korelasi. Adapun rumus dari pada korelasi adalah sebagai berikut :
(Sumber: Nazir 2003: 464)
Keterangan :
r = Koefisien korelasi pearson
35
3.5.2 Uji Reliabilitas
Menurut Sugiyono (2010:3) reliabiltas adalah derajad
konsistensi/keajegan data dalam interval waktu tertentu.
Berdasarkan definisi diatas, maka relibilitas dapat diartikan sebagai suatu
karakteristik terkait dengan keakuratan, ketelitian, dan kekonsistenan. Suatu alat
disebut reliabel apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap
kelompok subjek sama sekali diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang
diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Dalam hal ini relatif sama
berarti tetap adanya toleransi perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa
kali pengukuran.
Pengujian ini dilakukan terhadap butir pertanyaan yang termasuk dalam
kategori valid. Pengujian reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan internal consistency, yaitu dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian dianalisis dengan menggunakan suatu teknik perhitungan
reliabilitas. Teknik yang digunakan untuk menguji keandalan kuesioner pada
penelitian ini adalah metode split-half dari Spearman-Brown menurut Sugiono (2009:126)dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Butir-butir instrument di belah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok instrument ganjil dan genap.
2. Skor untuk masing-masing pertanyaan pada tiap belahan dijumlahkan sehingga menghasilkan dua skor total untuk masing-masing responden. 3. Mengkorelasikan skor total satu dengan skor total dua dengan analisis
korelasi
Sumber: Sugiyono (2010:131)
Keterangan :
ri = reliabilitas internal seluruh instrumen
rb = korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua.
Selain valid instrumen penelitian juga harus andal, keandalan instrumen
menjadi indikasi bahwa responden konsisten dalam memberikan tanggapan atas
pernyataan yang diajukan. Seperti yang dikemukakan Barker et al (2002:70) sekumpulan butir pernyataan yang mengukur variabel dapat diterima jika memilki
koefisien reliabilitas lebih besar atau sama dengan 0,70.
3.6 Populasi dan Penarikan Sampel 3.6.1 Populasi
Adapun pengertian populasi menurut Sugiyono (2009:115)
mengemukakan bahwa :
“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.”
Berdasarkan definisi di atas, populasi merupakan obyek atau subyek yang
berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan
masalah dalam penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah Kantor Akuntan
37
Tabel 3.4
Daftar Nama Kantor Akuntan Publik di Wilayah Kota Bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK
No Nama Kantor
Akuntan Publik Alamat Kantor Akuntan Publik Responden
1 Af. Rachman & Soetjipto
WS.
Jl. Pasir Luyu Raya No.36 Bandung 42254
2
2
Djoemarma, Wahyudin & Rekan
Jl. Dr. Slamet No.55 Bandung 40161 2
3 Dr. H.E.R.
Suhardjadinata & Rekan
Metro Trade Center Blok C No.5 Jl.
Soekarno – Hatta Bandung 40286
2
4 Drs. Sanusi & Rekan Jl. Surya Sumantri No.76 C, Bandung. 2
5 Doly, Bambang, Sulistyo,
Dadang & Ali
Jl. Jakarta, Ruko Kota Baru Permai kav 10
2
6 Roebiandini & Rekan Jl. Sidoluhur No.26 RT 004 / 007 Kel.
Sukaluyu Kec. Cibeunying Kaler
Metro Trade Center Blok F No.29 Jl.
Soekarno – Hatta Bandung 40286
2
TOTAL 14
Sumber: bapepam.co.id, 2014
3.6.2 Sampel
Menurut Sugiyono (2011:85) menjelaskan bahwa :
“Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi yang digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi reratif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi menjadi sampel”.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan sampling jenuh atau sensus
karena penulis menggunakan seluruh populasi yaitu 7 Kantor Akuntan Publik di
Wilayah Kota Bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK untuk dijadikan sampel
3.7 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan dua
cara, yaitu Penelitian Lapangan (Field Research) dan studi kepustakaan (Library Research). Pengumpulan data primer dan sekunder dilakukan dengan cara :
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
a. Metode pengamatan (Observasi), yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang sedang diteliti,
diamati atau kegiatan yang sedang berlangsung. Dalam penulisan laporan
ini, penulis mengadakan pengamatan langsung pada Kantor Akuntan
Publik di Wilayah Kota Bandung.
b. Wawancara (Interview), yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh dengan cara tanya jawab langsung dengan pihak- pihak yang terkait
langsung dan berkompeten dengan permasalahan yang penulis teliti yaitu
dengan salah satu auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik Wilayah
Kota Bandung.
c. Kuesioner, teknik kuesioner yang penulis gunakan adalah kuesioner
tetutup, suatu cara pengumpulan data dengan memberikan atau
menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden dan yang menjadi
responden dalam penelitian ini adalah auditor Kantor Akuntan Publik
Wilayah Kota Bandung dengan harapan mereka dapat memberikan respon
39
2. Penelitian kepustakaan (Library Research)
Penelitian ini dilakukan melalui studi kepustakaan atau studi literatur
dengancara mempelajari, meneliti, mengkaji serta menelah literatur berupa
buku-buku (text book), peraturan perundang-undangan, majalah, surat kabar, artikel, situs web dan penelitian-penelitian sebelumnya yang memiliki
hubungan dengan masalah yang diteliti. Studi kepustakaan ini bertujuan
untuk memperoleh sebanyak mungkin teori yang diharapkanakan dapat
menunjang data yang dikumpulkan dan pengolahannya lebih lanjut dalam
penelitian ini.
3.8 Metode Pengujian Data 3.8.1 Rancangan Analisis
Menurut Umi Narimawati (2010:41), rancangan analisis adalah proses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil
observasi lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke
dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke
dalam pola, memilih mana yang lebih penting dan yang akan dipelajari dan
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang
lain.
Berdasarkan pertimbangan tujuan penelitian, maka metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode verifikatif.
Dalam pelaksanaan, penelitian ini menggunakan jenis atau alat bentuk penelitian
deskriptif dan verifikatif yang dilaksanakan melalui pengumpulan data
1. Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang menggambarkan apa yang
dilakukan oleh perusahaan berdasarkan fakta-fakta yang ada untuk
selanjutnya diolah menjadi data. Data tersebut kemudian dianalisis untuk
memperoleh suatu kesimpulan. Penelitian deskriptif digunakan untuk
menggambarkan bagaimana pengaruh due professional care dan perilaku disfungsional terhadap kualitas audit.
2. Penelitian verifikatif adalah penelitian yang digunakan untuk menguji
hipotesis dengan menggunakan perhitungan statistik. Penelitian ini digunakan
untuk menguji pengaruh variabel independent (X) terhadap variabel
dependent (Y) yang diteliti. Verifikatif berarti menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak.
Peneliti melakukan analisa terhadap data yang telah diuraikan dengan
menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif.
1. Analisis Kualitatif
Menurut Sugiyono (2009:14) menerangkan bahwa analisis kualitatif adalah
sebagai berikut:
“Metode penelitian kualitatif itu dilakukan secara intensif, peneliti ikut
berpartisipasi lama di lapangan, mencatat secara hati-hati apa yang terjadi,
melakukan analisis reflektif terhadap berbagai dokumen yang ditemukan
dilapangan, dan membuat laporan penelitian secara mendetail.”
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah sebagai
41
a. Setiap indikator yang dinilai oleh responden, diklasifikasikan dalam lima
alternatif jawaban dengan menggunakan skala ordinal yang
menggambarkan peringkat jawaban.
b. Dihitung total skor setiap variabel/subvariabel = jumlah skor dari seluruh
indikator variabel untuk semua responden.
c. Dihitung skor setiap variabel/subvariabel = rata-rata dari total skor.
d. Untuk mendeskripsikan jawaban responden, juga digunakan statistik
deskriptif seperti distribusi frekuensi dan tampilan dalam bentuk tabel
ataupun grafik.
e. Untuk menjawab deskripsi tentang masing-masing variabel penelitian ini,
digunakan rentang kriteria penilaian sebagai berikut :
Keterangan :
n = jumlah sampel yang diambil
m = jumlah alternatif jawaban tiap item
Untuk menetapkan peringkat dalam setiap variabel penelitian, dapat dilihat
dari perbandingan antara skor aktual dan ideal. Skor aktual diperoleh melalui hasil
perhitungan seluruh pendapat responden, sedangkan skor ideal diperoleh dari
prediksi nilai tertinggi dikalikan dengan jumlah pertanyaan kuesioner dikalikan
dengan jumlah responden. Apabila digambarkan dengan rumus, maka akan
Keterangan:
a. Skor aktual adalah jawaban seluruh responden atas kuesioner yang telah diajukan
b. Skor ideal adalah skor atau bobot tertinggi atau semua responden diasumsikan memilih jawaban dengan skor tertinggi.
Prinsip pengklasifikasian persentase skor jawaban responden diadopsi dari
buku Metode Penelitian Bisnis karangan Sugiyono dengan kriteria
pengklasifikasian sebagai berikut:
Tabel 3.5
Kriteria Skor Jawaban Responden Berdasarkan Persentase Skor Aktual
No Persentase Skor Kategori Skor
1 20,00 – 36,00 Sangat Rendah/ Sangat Tinggi 2 36,01 – 52,00 Rendah/ Tinggi
3 52,01 – 68,00 Cukup Tinggi/ Sedang 4 68,01 – 84,00 Tinggi/ Rendah
5 84,01 – 100 Sangat Tinggi/ Sangat Rendah
Sumber: Umi Narimawati (2007)
2. Analisis Kuantitatif
Menurut Sugiyono (2010:8) analisis kuantitatif adalah sebagai berikut :
“Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.”
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif.
Dimana variabel X1 (due professional care) dan X2 (perilaku disfungsional) dipasangkan dengan data variabel Y (kualitas audit) yang dikumpulkan melalui
43
terlebih dahulu dikonversi menjadi data interval menggunakan Methode Succesive Internal (MSI).
Langkah-langkah transformasi data ordinal ke data interval yaitu :
a. Memperhatikan setiap butir jawaban responden dari kuesioner yang
disebarkan.
b. Pada setiap butir yang ditentukan dihitung masing-masing frekuensi
jawaban responden.
c. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut
proporsi.
d. Menetukan proporsi kumulatif dengan jalan menjumlahkan nilai proporsi
secara berurutan perkolom skor.
e. Menggunakan Tabel Distribusi Normal, hitung nilai Z untuk setiap proporsi
kumulatif yang diperoleh.
f. Menentukan nilai tinggi densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh
(dengan menggunakan Tabel Tinggi Densitas).
g. Menggunakan skala dengan rumus.
Keterangan :
Density at Lower Limit = kepadatan batas bawah
Density at Upper Limit = kepadatan batas atas
Area Below Upper Limit = daerah dibawah batas atas
Area Below Upper Limit = daerah dibawah batas bawah
h. Sesuaikan nilai skala ordinal ke interval, yaitu Skala Value (SV) yang
nilainya terkecil (harga negatif yang terbesar) diubah menjadi sama dengan
Sebelum kuesioner digunakan untuk pengumpulan data yang sebenarnya,
terlebih dahulu dilakukan uji coba kepada responden yang memiliki karakteristik
yang sama dengan karakteristik populasi penelitian. Uji coba dilakukan untuk
mengetahui tingkat kesahihan (validitas) dan kekonsistenan (reliabilitas) alat ukur
penelitian, sehingga diperoleh item-item pertanyaan/pernyataan yang layak untuk
digunakan sebagai alat ukur untuk pengumpulan data penelitian.
Adapun langkah-langkah analisis kuantitatif yang diuraikan diatas adalah sebagai berikut :
1. Uji Asumsi Klasik
Terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum
menggunakan Multiple Linear Regression sebagai alat untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel yang diteliti. Beberapa asumsi itu diantaranya:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah model regresi mempunyai
distribusi normal ataukah tidak. Asumsi normalitas merupakan persyaratan yang
sangat penting pada pengujian kebermaknaan (signifikansi) koefisienregresi.
Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi normal
atau mendekati normal, sehingga layak dilakukan pengujian secara statistik.
Selain itu uji normalitas digunakan untuk mengetahui bahwa data yang diambil
berasal dari populasi berdistribusi normal.
45
berasal dari populasi berdistribusi normal melawan hipotesis tandingan bahwa
populasi berdistribusi tidak normal.
Menurut Singgih Santoso (2005:393), dasar pengambilan keputusan bisa
dilakukan berdasarkan probabilitas (Asymtotic Significance), yaitu : a. Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari populasi adalah normal.
b. Jika probabilitas < 0,05 maka populasi tidak berdistribusi secara normal
b. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas merupakan suatu situasi dimana beberapa atau semua
variabel bebas berkorelasi kuat. Jika terdapat korelasi yang kuat di antara sesama
variabel independen maka konsekuensinya adalah:
a. Koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir
b. Nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tidak terhingga
Dengan demikian berarti semakin besar korelasi diantara sesama variable
Independen, maka tingkat kesalahan dari koefisien regresi semakin besar yang
mengakibatkan standar errornya semakin besar pula. Cara yang digunakan untuk
mendeteksi ada tidaknya multikoliniearitas adalah dengan menggunakan Variance Inflation Factors (VIF).
(Danang Sunyoto 2013 : 88 )
Jika nilai tolerance (α) lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF lebih kecil dari 10
maka tidak memiliki masalah multikolinearitas diantara kedua variabel bebasnya,
sehingga model memenuhi salah satu asumsi untuk dilakukan pengujian regresi
linier berganda (Danang Sunyoto, 2013: 88).
c. Uji Heteroskedastisitas
Situasi heteroskedastisitas akan menyebabkan penaksiran
koefisien-koefisien regresi menjadi tidak efisien dan hasil taksiran dapat menjadi kurang
atau melebihi dari yang semestinya. Dengan demikian, agar koefisien-koefisien
regresi tidak menyesatkan, maka situasi heteroskedastisitas tersebut harus
dihilangkan dari model regresi.
Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas digunakan metode
grafik/scatterplot yaitu metode yang digunakan dengan cara melihat grafik
scatterplot antara standardized predicted value (ZPRED) dengan studentized residual (SRESID), ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED (Danang Sunyoto, 2013:90).
2. Analisis Regresi Linier Berganda
Menurut Sugiyono (2010:149) analisis linier regresi digunakan untuk
melakukan prediksi bagaimana perubahan nilai variabel dependen bila nilai
variable independen dinaikan/diturunkan.
Penjelasan garis regresi menurut Andi Supangat (2007:325)yaitu:
“Garis regresi (regression line/line of the best fit/estimating line) adalah suatu garis yang ditarik diantara titik-titik (scatter diagram) sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan untuk menaksir besarnya variabel yangsatu berdasarkan variabel yang lain, dan dapat juga dipergunakan untuk mengetahui macam korelasinya (positif atau negatifnya).”
Dalam penelitian ini, analisis regresi linier berganda digunakan untuk
membuktikan sejauh mana hubungan pengaruh Due Professional Care dan Perilaku Disfungsional terhadap kualitas audit pada KAP di Wilayah Kota
47
Analisis regresi ganda digunakan untuk meramalkan bagaimana keadaan
(naik turunnya) variabel dependen, bila dua atau lebih variabel independen
sebagai indikator. Analisis ini digunakan dengan melibatkan dua atau lebih
variabel bebas antara variable dependen (Y) dan variabel independen (X1 dan
X2). Persamaan regresinya sebagai berikut:
Dimana:
Y = variabel tak bebas (kualitas audit) A = bilangan berkonstanta
b1,b2 = koefisien arah garis
X1 = variabel bebas (Due Professional Care). X2 = variabel bebas (Perilaku Disfungsional).
Syarat untuk memperoleh hasil yang lebih akurat pada regresi berganda,
maka dilakukan pengujian asumsi klasik terlebih dahulu.
3. Analisis Korelasi Pearson
Analisis korelasi bertujuan untuk mengukur kekuatan asosiasi (hubungan)
linier antara dua variabel. Korelasi juga tidak menunjukkan hubungan fungsional.
Dengan kata lain, analisis korelasi tidak membedakan antara variabel dependen
dengan variabel independen. Dalam analisis regresi, analisis korelasi yang
digunakan juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan
variabel independen selain mengukur kekuatan asosiasi (hubungan).
Langkah-langkah perhitungan uji statistik dengan menggunakan analisis
a. Koefisien korelasi parsial
Koefisien korelasi parsial antar X1 terhadap Y, bila X2 dianggap konstan
dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
b. Koefisien korelasi parsial
Koefisien korelasi parsial antar X2 terhadap Y, apabila X1 dianggap
konstan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
c. Koefisien korelasi secara simultan
Koefisien korelasi simultan antar X1 dan X2 terhadap Y dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Besarnya koefisien korelasi adalah -1≤ r≤1 :
a. Apabila (-) berarti terdapat hubungan negatif.
b. Apabila (+) berarti terdapat hubungan positif.
Interprestasi dari nilai koefisien korelasi :
a. Apabila r = -1 atau mendekati -1, maka hubungan antara kedua variabel
kuat dan mempunyai hubungan yang berlawanan (jika X naik maka Y
turun atau sebaliknya).
b. Apabila r = +1 atau mendekati +1, maka hubungan yang kuat antara
variable X dan variabel Y dan hubungannya searah. r =�1 ∑ X1� + �2 ∑ X2Y
49
Sedangkan harga r akan dikonsultasikan dengan tabel interprestasi nilai
r sebagai berikut :
Tabel 3.6
Pedoman untuk memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi
Sumber: Sugiono (2006:183)
4. Koefisien Determinasi
Analisis Koefisiensi Determinasi (KD) digunakan untuk melihat seberapa
besar variabel independen (X) berpengaruh terhadap variabel dependen (Y) yang
dinyatakan dalam persentase.
Menurut Kusnendi (2005:17) untuk mengetahui besar kontribusi pengaruh
secara parsial diperoleh dari hasil perkalian antara nilai Beta dengan Zero-Order.
Beta merupakan koefisien regeresi yang sudah tersetandarkan (Unstandardized Coefficients), sedangkan Zero-Order merupakan korelasi parsial dari masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat.
Besarnya koefisien determinasi secara simultan dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Dimana :
Kd = Seberapa jauh perubahan variabel Y dipergunakan oleh variabel X r² = Kuadrat koefisien korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
3.8.2 Uji Hipotesis
Rancangan pengujian hipotesis ini dinilai dengan penetapan hipotesis nol
dan hipotesis alternatif, penelitian uji statistik dan perhitungan nilai uji statistik,
perhitungan hipotesis, penetapan tingkat signifikan dan penarikan kesimpulan.
Hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini berkaitan dengan ada
tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Hipotesis nol (Ho)
tidak terdapat pengaruh yang signifikan dan Hipotesis alternatif (Ha)
menunjukkan adanya pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat.
Rancangan pengujian hipotesis penelitian ini untuk menguji ada tidaknya
pengaruh antara variabel independent (X) yaitu due professional care (X1) dan perilaku disfungsional (X2) terhadap kualitas audit (Y), dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka
dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :
a. Hipotesis parsial antara variabel bebas due professional care terhadap variable terikat kualitas audit.
Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara due professional care terhadap kualitas audit.
Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara due professional care
terhadap kualitas audit.
b. Hipotesis parsial antara variabel bebas perilaku disfungsional terhadap
51
Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara perilaku
disfungsional auditor terhadap kualitas audit.
Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara perilaku disfungsional
terhadap kualitas audit.
c. Hipotesis secara keseluruhan antara variabel bebas due professional care dan perilaku disfungsional terhadap variabel terikat kualitas audit Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara due professional
care dan perilaku disfungsional terhadap kualitas audit.
Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara due professional care
dan perilaku disfungsional terhadap kualitas audit.
2. Menetukan Tingkat Signifikan
Ditentukan dengan 5% dari derajat bebas (dk) = n – k – l, untuk
menentukan t tabel sebagai batas daerah penerimaan dan penolakan hipotesis.
Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05 atau 5% karena dinilai cukup
untuk mewakili hubungan variabel – variabel yang diteliti dan merupakan
tingkat signifikasi yang umum digunakan dalam suatu penelitian.
a. Menghitung nilai nilaithitung dengan mengetahui apakah variabel koefisien
korelasi signifikan atau tidak dengan rumus :
Sumber : Suharyadi dan Purwanto (2004:525) Dimana :
t = Nilai uji t
bi = koefisien regresi
s(bi)=standar error dari koefisien regresi
t =
��b. Selanjutnya menghitung nilai Fhitung sebagai berikut:
Dimana :
R = koefisien kolerasi ganda K = jumlah variabel independen n = jumlah anggota sampel
3. Menggambar Daerah Penerimaan dan Penolakan
Untuk menggambar daerah penerimaan atau penolakan maka digunakan
kriteria sebagai berikut :
1. Hasil thitung dibandingkan dengan Ftabel dengan kriteria :
a. Jika thitung ≥ t tabel maka H0 ada di daerah penolakan, berarti Ha
diterima artinya antara variabel X dan variabel Y ada pengaruhnya.
b. Jika thitung ≤ t tabel maka H0 ada di daerah penerimaan, berarti Ha
ditolak artinya antara variabel X dan variabel Y tidak ada pengaruhnya.
c. thitung ; dicari dengan rumus perhitungan t hitung, dan
d. ttabel; dicari di dalam tabel distribusi t student dengan ketentuan
sebagai berikut, α = 0,05 dan dk = (n-k-1) atau 14-2-1=11
2. Hasil Fhitung dibandingkan dengan Ftabel dengan kriteria :
a. Tolak Ho jika Fhitung > Ftabel pada alpha 5% untuk koefisien positif.
b. Tolak Ho jika Fhitung < Ftabel pada alpha 5% untuk koefisien negatif.
53
Gambar 3.1
Uji daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis Secara Simultan
Gambar 3.2
Uji daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis Secara Parsial (Koefisien Positif)
Gambar 3.3
Uji daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis Secara Parsial (Koefisien Negatif)
Daerah penolakan Ho
thitung = -
ttabel=
Daerah Penerimaan Ho
0 Ftabel
0
Daerah Penerimaan Ho
Daerah Penolakan Ho
Fhitung
Daerah
penolakan Ho
thitung
ttabel
Daerah Penerimaan H0
4. Penarikan Kesimpulan
Daerah yang diarsir merupakan daerah penolakan, dan berlaku sebaliknya.
Jika thitung dan Fhitung jatuh di daerah penolakan (penerimaan), maka Ho
ditolak (diterima) dan Ha diterima (ditolak). Artinya koefisian regresi
signifikan (tidak signifikan). Kesimpulannya, due professional care dan perilaku disfungsional berpengaruh (tidak berpengaruh) terhadap kualitas
audit. Tingkat signifikannya yaitu 5 % (α = 0,05), artinya jika hipotesis nol
ditolak (diterima) dengan taraf kepercayaan 95%, maka kemungkinan bahwa
hasil dari penarikan kesimpulan mempunyai kebenaran 95% dan hal ini
menunjukan adanya (tidak adanya) pengaruh yang meyakinkan (signifikan)
97 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan penulis
mengenai pengaruh Due Professional Care dan Perilaku Disfungsional terhadap Kualitas Audit pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung yang Terdaftar
di BAPEPAM-LK, maka di bab ini penulis mengambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Hasil penelitian menunjukan due professional care memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit, sementara sisanya dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain seperti independensi, pengalaman, akuntabilitas,
objektivitas dan lainnya. Terdapat hubungan kuat yang positif antara due professional care dengan kualitas audit. Hal ini berarti apabila due professional care meningkat maka kualitas auditnya pun akan meningkat pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung yang terdaftar di
BAPEPAM-LK.
2. Hasil penelitian menunjukan perilaku disfungsional auditor memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit, sementara sisanya
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti time budget pressure, audit tenure
dan lainnya. Terdapat hubungan kuat yang negatif antara perilaku
disfungsional dengan kualitas audit. Hal ini berarti apabila perilaku
disfungsional meningkat maka kualitas auditnya akan menurun pada Kantor
3. Secara simultan due professional care dan perilaku disfungsional auditor memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit pada Kantor
Akuntan Publik di Wilayah Bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK. Due professional care dan perilaku disfungsional memiliki hubungan yang sangat kuat terhadap kualitas audit. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa due professional care memberikan kontribusi pengaruh paling kuat terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung yang
terdaftar di BAPEPAM-LK.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan mengenai due professional care dan perilaku disfungsional terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di wilayah Bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK, maka
peneliti memberikan saran sebagai bahan pertimbangan dan dapat dijadikan
masukan kepada auditor pada Kantor Akuntan Publik di wilayah Bandung yang
terdaftar di BAPEPAM-LK sebagai berikut:
1. Sikap due professional care pada Kantor Akuntan Publik yang berada di kota Bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK berada dalam kategori yang baik.
Namun pada indikator sikap skeptis berada dalam kategori yang cukup baik.
Agar dalam pelaksanaan audit memperoleh bukti yang memadai, maka
auditor perlu melakukan pelatihan-pelatihan dan pengendalian diri untuk
menerapkan sikap skeptis agar memperoleh keyakinan yang memadai bahwa
99
kecurangan dapat terdeteksi oleh auditor sehingga menghasiklan kualitas
audit yang baik.
2. Perilaku Disfungsional pada Kantor Akuntan Publik yang berada di kota
Bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK untuk berada dalam kategori
rendah. Namun pada indikator premature sign off berada dalam kategori sedang. Agar memperoleh kualitas audit yang baik maka perlunya KAP melakukan pengawasan atas program audit. Dan perlunya auditor
melaksanakan keseluruhan perencanaan audit, memperoleh bukti audit yang
kompeten dan melakukan pengujian pengendalian intern serta melakukan
penetapan resiko dan materialitas. Dengan pengawasan dan pemahaman yang
efektif dalam pelaksanaan program audit dapat mengurangi kecenderungan
auditor melakukan perilaku disfungsional sehingga dapat meningkatkan
1
(The Research on Accountant Public Firm in Bandung that Listed in BAPEPAM-LK)
Dian Pratiwi 21110007
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
Abstract
The research was conducted In Accountant Public Firm in Bandung that Listed in
BAPEPAM-LK. Audit quality means how tell an audit detects and report material misstatements
in financial statements. The detection aspect is a reflection of auditor competence, while repoiting is a reflection of ethics or auditor integrity and independence.The purpose of this study is to determine how much influence of Due Professional Care and Dysfunctional Behavior Auditor to Audit Quality.
The method used in this study is a descriptive analysis method and verificative method. To know how much the effect of the Due Professional Care and Dysfunctional Behavior Auditor to Audit Quality using statistical tests. The test statistic used is use the multiple linear regression, Pearson correlation coefficient, coefficient of determination, and to test the hypothesis used is the F test and t test using SPSS 17.0 for Windows software.
The results showed that simultaneously Due Professional Care and Dysfunctional Auditor Behavior has effects on audit quality. Due Professional Care and Dysfunctional Auditor Behavior have a strong correlation with audit quality. The result showed too that Due Professional Care have a most powerful effect to audit quality on Accountant Public Firm in
Bandung that Listed in BAPEPAM-LK
Keyword : Due Professional Care, Dysfunctional Behavior Auditor and Audit Quality
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Di Indonesia bidang akuntansi baru dikenal tahun 1950an sejalan dengan mulai tumbuhnya perusahaan-perusahaan di Indonesia. Sejalan dengan perkembangan ekonomi dan bisnis maka perekonomian mendorong berdirinya organisasi profesi akuntansi yang dikenal dengan sebutan “Ikatan Akuntansi Indonesia” (IAI) pada tanggal 23 Desember 1957 (Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati, 2010 : 17). Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat, dari profesi akuntan publik masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan (Mulyadi dan Puradiredja, 1998:3).
Laporan Keuangan merupakan output dan hasil dari proses akuntansi yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan (Sofyan Syafri Harahap, 2007:201). Profesi akuntan publik bertanggung jawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan, sehingga masyarakat memperoleh informasi keuangan yang andal sebagai dasar pengambilan keputusan, kepercayaan yang besar dari pemakai laporan keuangan auditan dan jasa lainnya yang diberikan oleh akuntan publik yang akhirnya mengharuskan akuntan publik memperhatikan kualitas audit yang dihasilkannya (Mulyadi dan Puradiredja,1998:3).
2
dilakukan untuk mengetahui apakah laporan telah disusun dengan wajar sesuai Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Menurut Boynton dan Kell (2003) kualitas jasa sangat penting untuk meyakinkan bahwa profesi bertanggung jawab kepada klien, masyarakat umum, dan aturan-aturan. Sedangkan dalam SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik), dinyatakan bahwa kriteria atau ukuran mutu mencakup mutu profesional auditor.
Dengan adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahman (2009) mampu memberikan
bukti empiris bahwa due professional care merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap
kualitas audit, serta penelitian Louwers dkk (2008) yang menyimpulkan bahwa kegagalan audit
dalam kasus fraud transaksi pihak-pihak terkait disebabkan karena kurangnya sikap skeptis dan
due professional care auditor daripada kecurangan dalam standar auditing.
Seperti kasus yang menyangkut penerapan PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah berlaku efektif sejak tahun 2007, namun masih banyak LKS (lembaga keuangan syariah) seperti perbankan asuransi syariah tidak menerapkannya. Karena itu, para akuntan publik (AP) perlu lebih teliti dalam mengaudit laporan keuangan LKS. Ketua Dewan Standar Akuntansi Keuangan Syariah Ikatan Akuntan Indonesia (DSAS-IAI) Yusuf Wibisana mengakui penerapan PSAK 102 tentang Akutansi Murabahah di lapangan sangat lemah."PSAK 102 versi 2007 ternyata tidak sesuai dengan praktek di industri secara mayoritas," (Rabu, 23/10/2013). Selama ini, industri keuangan syariah lebih memilih penerapan pedoman akuntansi lainnya yang mengatur transaksi murabahah dan menerapkan pedoman lain dengan acuan bermacam macam. "Banyak yang menggunakan PSAK 55 tentang Instrument Keuangan, tapi itu pun hanya diambil satu-dua yang menguntungkan perusahaannya. Jadi tidak seluruhnya diterapkan," katanya. Kondisi tersebut sayangnya tidak terdeteksi AP yang melakukan audit laporan keuangan tahunan entitas dari sektor lembaga keuangan syariah. "Walau banyak yang tidak menerapkan PSAK tsb, namun setahu saya tidak ada opini AP terhadap mereka yang disclaimer atau tidak memberikan pendapat. Sebenarnya jika mereka tidak menerapkan, merupakan temuan materiil, "ujarnya (Akuntanonline.com, 2013).
Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas audit adalah perilaku disfungsional. Perilaku disfungsional auditor merupakan perilaku yang membenarkan terjadinya penyimpangan dalam penugasan audit, yang mengakibatkan penurunan kualitas laporan audit baik secara langsung maupun tidak langsung. Sehingga, para pengguna laporan mengalami krisis kepercayaan atas hasil laporan audit yang dihasilkan oleh auditor (Donelly, 2003).
Seperti kasus pelanggaran oleh Kantor Akuntan Publik dan Akuntan Publik yang tercatat oleh PPAJP yaitu pada tahun 2010 KAP ABC diberikan sanksi berupa peringatan karena
menurut pemeriksaan yang dilakukan oleh PPAJP dan BAPEPAM-LK Akuntan Publik “A”
ditemukan melakukan pelanggaran terhadap Standar Auditing (SPAP) dalam pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan PT PB tahun buku 2010. Kasus ini terungkap setelah PPAJP dan BAPEPAM-LK melihat ketidakberesan dalam laporan audit independen KAP yang bersangkutan. Pelanggaran yang dilakukan antara lain belum sepenuhnya melakukan perencanaan audit secara memadai sesuai SA seksi 311 dan belum sepenuhnya memperoleh bukti audit kompeten yang cukup untuk menyimpulkan kewajaran laporan keuangan sesuai SA seksi 326 serta tidak terdapat pengujian pengendalian intern, penetapan resiko audit, materialitas sesuai SA seksi 312 dan SA seksi 319 (Sumber: PPAJP, 2010).
Berdasarkan fenomena yang terjadi pada Due Professional Care dan Perilaku Disfungsional
auditor terhadap kualitas audit, maka penulis memberi judul penelitian ini “Pengaruh Due
Professional care dan Perilaku Disfungsional Auditor Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Kota Bandung Yang Terdaftar di BAPEPAM-LK”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas maka penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Seberapa besar pengaruh Due Professional Care terhadap Kualitas Audit Pada Kantor