• Tidak ada hasil yang ditemukan

Preferensi Politik Buruh Tebu dalam Pemilukada 2010 Kota Binjai (Studi Kasus Perilaku Buruh Tebu PTPN 2 Kebun Sei Semayang dalam Pemilihan Walikota Binjai Tahun 2010)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Preferensi Politik Buruh Tebu dalam Pemilukada 2010 Kota Binjai (Studi Kasus Perilaku Buruh Tebu PTPN 2 Kebun Sei Semayang dalam Pemilihan Walikota Binjai Tahun 2010)"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

PREFERENSI POLITIK BURUH TEBU DALAM

PEMILUKADA 2010 KOTA BINJAI

(Studi kasus: Pada Buruh Tebu PTPN II Kebun Sei Semayang)

HASUDUNGAN REYNALD 080906071

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

Nama : Hasudungan Reynald (080906071)

PREFERENSI POLITIK BURUH TEBU DALAM PEMILUKADA 2010 KOTA BINJAI

(Studi Kasus : Pada Buruh Tebu PTPN 2 Kebun Sei Semayang)

ABSTRAK

Pemilu merupakan sarana untuk memobilisasi dan menggerakkan dukungan rakyat terhadap Negara dan pemerintahan dengan jalan ikut serta dalam proses politik. Setiap individu dalam masyarakat memiliki latar belakang dan konteks yang berbeda-beda. Hal inilah yang membuat kondisi mayarakat heterogen dan bervariasi. Mulai dari kondisi sosial, ekonomi, psikologi, dan budaya. Terdapat pula kelompok-kelompok kategorial dalam masyarakat, seperti jenis kelamin, perbedaan usia dan perbedaan pendidikan. Hal-hal ini mempengaruhi perilaku politik pada momen politik nantinya, sebab hal-hal yang melatarbelakangi ini akan berimplikasi pada bangunan pengetahuan dan preferensi kemudian.

Dalam masyarakat yang pluralisme budayanya tinggi, terdapat kegiatan yang bervariasi dan tidak mustahil terdapat perbedaan dalam pelaksanaannya. Untuk memahami perilaku politik diperlukan tinjauan dari sudut pandang yang multidimensi. Hal ini berarti bahwa latar belakang dan faktor-faktor yang mendorong perilaku politik tidak bersifat determinan, tetapi bersifat member pengaruh. Oleh karena itu penelitian ini akan mencoba menguraikan perilaku buruh tebu PTPN 2 Kebun Sei Semayang dalam pemilukada kota binjai 2010 dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi buruh tebu dalam membentuk sikap dan perilaku pemilih dalam pemilihan kepala daerah kota Binjai tahun 2010.

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

Name : Hasudungan Reynald (080906071)

THE POLITIC PREFERENCE OF SUGARCANE WORKER IN ELECTION REGENT 2010 BINJAI CITY

(Research Case : The Sugarcane PTPN 2 Kebun Sei Semayang)

ABSTRACT

General selection is an instrument for mobilization and activates the support of citizenry of country and the government by joining in politic process. Everyone in society has different background and context. That is why the condition of the society is heteregenous and has variations. From the social condition, economy, psychology, and culture. There are also some groups of categorical in society, like sex, age and education. These things influence the behavior of politic in the politics moment later, because they will implicate to the knowledge development and preference later.

Society which has high pluralism culture, there are various activities and it is impossible there are difference in implementation, for understanding the behavior of politic, we need the observe from multidimension point of view. Therefore, this research will try to analyze the behavious sugarcane worker PTPN 2 Kebun Sei Semayang in Binjai in geneal election 2010 and analysis factor which influence sugarcane worker in forming attitude and voters behavior in Binjai regant election 2010.

(4)

KATA PENGANTAR

Terlebih dahulu penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan

Yesus Kristus karena berkat kasih dan rahmatnya berupa kesempatan dan

kesehatan penulis dapat menyelesaikan studi ini berupa penulisan skripsi dan hasil

penelitian yang dikerjakan dari proses awal tidak kurang dari sepuluh bulan.

Skripsi ini berjudul “Preferensi Politik Buruh Tebu Dalam Pemilukada

2010 Kota Binjai Dengan Studi Kasus Perilaku Buruh Tebu PTPN 2 Kebun Sei

Semayang Dalam Pemilihan Walikota Binjai Tahun 2010.

Skripsi ini menjelaskan perilaku buruh tebu dalam pemilukada kota binjai

tahun 2010 pada putaran kedua dan menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi buruh tebu dalam membentuk sikap dan perilaku pemilih dalam

pemilihan kepala daerah kota Binjai tahun 2010.

Selama penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dan

dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terima kasih kepada bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si,

selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumater Utara,

ibu Dra. T. Irmayani, M.Si, selaku Ketua Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Dosen

Pembimbing saya yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan masukan,

arahan dan bimbingan didalam proses penulisan skripsi ini, bapak Drs. P.

Antonius Sitepu, M.Si, selaku Sekertaris Departemen Ilmu Politik, bapak

Muryanto Amin, S.Sos, M.Si, selaku Dosen Pembaca saya yang telah bersedia

meluangkan waktu, dan memberikan bimbingan serta arahan dalam proses

penulisan skripsi ini. Dan seluruh staf pengajar Ilmu Politik FISIP USU yang

telah memberikan bantuan dan dukungan untuk saya didalam proses perkuliahan

(5)

Kepada seluruh keluarga tercinta, mama dan bapak serta kedua adikku

Rika Anggita dan Ruhut Trifosa yang sangat saya kasihi dan yang selalu

memberikan dorongan baik berupa moril maupun materil, mulai dari awal

perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini. Terimakasih buat pacar saya Sylvia

Anggreni Siagian yang banyak membantu dan selalu memberikan semangat dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan dan

kelemahan baik dari segi bobot ilmiah maupun tata bahasa. Oleh sebab itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi

perbaikan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih atas semua bantuan dan

dukungan dari semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini dan

kiranya skripsi ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan

kita.

Medan, 17 Desember 2012

(6)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan………. i

Abstrak ………. ii

Abstract ………iii

Kata Pengantar ………... iv

Daftar Isi ………..vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah……… 1

1.2 Perumusan Masalah………... 7

1.3 Pembatasan Masalah……….. 7

1.4 Tujuan Penelitian………... 8

1.5 Signifikansi Penelitian……… 8

1.6 Kerangka Teori………... 8

1.6.1 Perilaku Politik……….. 8

1.6.1.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Politik……….. 9

1.6.1.2 Bentuk-Bentuk Perilaku Politik……….. 11

1.6.2 Perilaku Pemilih………. 13

1.6.2.1 Pendekatan Sosiologis……… 13

1.6.2.2 Pendekatan Psikologis……… 14

1.6.2.3 Pendekatan Rasional………... 15

1.6.2.4 Pendekatan Kepercayaan Politik………. 16

1.6.3 Buruh……… 17

1.6.3.1 Buruh Perkebunan………18

1.7 Metodologi Penelitian………...19

1.7.1 Jenis Penelitian……….19

1.7.2 Lokasi Penelitian………. 20

(7)

1.7.4 Data dan Teknik Pengumpulan Data……… 21

1.7.5 Teknik Analisis Data……… 22

1.8 Sistematika Penulisan………. 23

BAB II DESKRIPSI DAN LOKASI PENELITIAN

2.1 Sejarah Singkat Perusahaan……… 24

2.2 Struktur Organisasi Perusahaan……….. 29

2.3 Serikat Pekerja Perkebunan……… 34

BAB III HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

3.1 Karakteristik Responden……… 38

3.2 Analisis Data Pemahaman Terhadap Pemilukada……….. 42

3.3 Perilaku Politik Buruh Tebu………... 49

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan……….. 55

B. Saran………. 56

DAFTAR PUSTAKA………. 59 LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1 (Data Karyawan PTPN 2 Kebun Sei Semayang) Tabel 2 ( Karakteristik Responden Berdasarkan Umur)

Tabel 3 (Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin) Tabel 4 (Karakteristik Responden Berdasarkan agama)

Tabel 5 (Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir) Tabel 6 (Karakteristik Responden Mengenai Partisipasi Mengikuti

Pemilukada)

Tabel 7 (Karakteristik Responden Alasan Mengikuti Pemilukada)

Tabel 8 (Karakteristik Responden Mengenai Pengenalan Terhadap Calon) Tabel 9 (Karakteristik Responden Sumber Mengenal Calon)

(8)

Tabel 11 (Karakteristik Responden Apakah Termasuk Anggota Serikat Perkebunan)

Tabel 12 (Karakteristik Responden Apakah Serikat Perkebunan Mendukung Salah Satu Pasangan Calon)

Tabel 13 (Karakteristik Responden Pilihan Pasangan Calon Dalam Pemilukada 2010 Putaran Kedua)

Tabel 14 (Karakteristik Responden Alasan Memilih Calon)

Tabel 15 (Karakteristik Responden Kedekatan Personal Dengan Calon Yang Dipilih)

Tabel 16 (Karakteristik Responden Apakah Kesamaan Agama Mempengaruhi Pilihan Dalam Pemilukada 2010) Tabel 17 (Karakteristik Responden Apakah Pendidikan Calon

(9)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

Nama : Hasudungan Reynald (080906071)

PREFERENSI POLITIK BURUH TEBU DALAM PEMILUKADA 2010 KOTA BINJAI

(Studi Kasus : Pada Buruh Tebu PTPN 2 Kebun Sei Semayang)

ABSTRAK

Pemilu merupakan sarana untuk memobilisasi dan menggerakkan dukungan rakyat terhadap Negara dan pemerintahan dengan jalan ikut serta dalam proses politik. Setiap individu dalam masyarakat memiliki latar belakang dan konteks yang berbeda-beda. Hal inilah yang membuat kondisi mayarakat heterogen dan bervariasi. Mulai dari kondisi sosial, ekonomi, psikologi, dan budaya. Terdapat pula kelompok-kelompok kategorial dalam masyarakat, seperti jenis kelamin, perbedaan usia dan perbedaan pendidikan. Hal-hal ini mempengaruhi perilaku politik pada momen politik nantinya, sebab hal-hal yang melatarbelakangi ini akan berimplikasi pada bangunan pengetahuan dan preferensi kemudian.

Dalam masyarakat yang pluralisme budayanya tinggi, terdapat kegiatan yang bervariasi dan tidak mustahil terdapat perbedaan dalam pelaksanaannya. Untuk memahami perilaku politik diperlukan tinjauan dari sudut pandang yang multidimensi. Hal ini berarti bahwa latar belakang dan faktor-faktor yang mendorong perilaku politik tidak bersifat determinan, tetapi bersifat member pengaruh. Oleh karena itu penelitian ini akan mencoba menguraikan perilaku buruh tebu PTPN 2 Kebun Sei Semayang dalam pemilukada kota binjai 2010 dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi buruh tebu dalam membentuk sikap dan perilaku pemilih dalam pemilihan kepala daerah kota Binjai tahun 2010.

(10)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

Name : Hasudungan Reynald (080906071)

THE POLITIC PREFERENCE OF SUGARCANE WORKER IN ELECTION REGENT 2010 BINJAI CITY

(Research Case : The Sugarcane PTPN 2 Kebun Sei Semayang)

ABSTRACT

General selection is an instrument for mobilization and activates the support of citizenry of country and the government by joining in politic process. Everyone in society has different background and context. That is why the condition of the society is heteregenous and has variations. From the social condition, economy, psychology, and culture. There are also some groups of categorical in society, like sex, age and education. These things influence the behavior of politic in the politics moment later, because they will implicate to the knowledge development and preference later.

Society which has high pluralism culture, there are various activities and it is impossible there are difference in implementation, for understanding the behavior of politic, we need the observe from multidimension point of view. Therefore, this research will try to analyze the behavious sugarcane worker PTPN 2 Kebun Sei Semayang in Binjai in geneal election 2010 and analysis factor which influence sugarcane worker in forming attitude and voters behavior in Binjai regant election 2010.

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Buruh pada saat ini dianggap oleh kebanyakan orang sama dengan pekerja,

padahal dari dasar pengertiannya buruh berbeda dengan pekerja. Secara teori,

didalam suatu perusahaan terdapat dua kelompok yaitu kelompok pemilik modal

dan kelompok buruh, yaitu orang-orang yang diperintah dan dipekerjanan yang

berfungsi sebagai salah satu komponen dalam proses produksi. Dalam teori Karl

Marx tentang nilai lebih, disebutkan bahwa kelompok yang memiliki dan

menikmati nilai lebih disebut sebagai majikan dan kelompok yang terlibat dalam

proses penciptaan nilai lebih itu disebut Buruh. Dari segi kepemilikan kapital dan

aset-aset produksi, dapat kita tarik benang merah, bahwa buruh tidak terlibat

sedikitpun dalam kepemilikan aset, sedangkan majikan adalah yang mempunyai

kepemilikan aset. Dengan demikian seorang manajer atau direktur disebuah

perusahaan sebetulnya adalah buruh walaupun mereka mempunyai embel-embel

gelar keprofesionalan.

Buruh sendiri memberikan pengaruh yang besar baik dalam hal ekonomi

maupun politik. Didalam bidang ekonomi misalnya buruh sebagai unsur

penggerak langsung perekonomian, tanpa adanya buruh mustahil kegiatan

perekonomian khususnya di pabrik-pabrik maupun di perkebunan dapat berjalan

dengan baik. Sedangkan pengaruh buruh di bidang politik berkaitan dengan peran

penting mereka sebagai salah satu kegiatan ekonomi yaitu sadar bahwa peran

mereka begitu penting dalam bidang ekonomi, maka buruh menuntut berbagai

tuntutan-tuntutan yang berkaitan dengan kepentingan mereka.

Kepentingan-kepentingan ini akhirnya dijadikan sebagai jalan bagi buruh menuju kegiatan

politik. Disamping itu, peran buruh dalam politik yang cukup kuat juga

dipengaruhi oleh kuantitas buruh yang cukup signifikan, kuantitas ini diikuti juga

dengan kekompakan dan sifat militan dari buruh, kekompakan dan sifat militan ini

(12)

ingin dicapai adalah sama. Tidaklah heran jika banyak partai – partai politik

maupun calon – calon penguasa memanfaatkan isu buruh sebagai salah satu cara

untuk mendongkrak suara dan popularitasnya. Peran buruh yang cukup besar

tersebut mendapatkan pengakuan oleh berbagai pihak, hal ini ditandai dengan

adanya hari buruh atau yang sering disebut dengan May Day. May Day lahir dari

berbagai rentetan perjuangan kelas pekerja untuk meraih kendali ekonomi-politis

hak-hak industrial.

Perkembangan

perubahan drastis ekonomi-politik, terutama di negara-negara kapitalis di Eropa

Barat da

minimnya upah, dan buruknya kondisi kerja di tingkatan pabrik, melahirkan

perlawanan dari kalangan kelas pekerja. Pemogokan pertama kelas pekerja

Amerika Serikat terjadi di ta

membawa para pengorganisirnya ke meja pengadilan dan juga mengangkat fakta

bahwa kelas pekerja di era tersebut bekerja dari 19 sampai 20 jam seharinya.

Sejak saat itu perjuangan untuk menuntut diubahnya jam kerja menjadi agenda

bersama kelas pekerja di Amerika Serikat.

Di Indonesia, pergerakan buruh sudah ada semenjak masa penjajahan

Belanda dimana pemerintah Belanda selalu menentang setiap gerakan buruh yang

ada pada saat itu dan menangkap para pemimpin buruh. Setelah Indonesia

merdeka, maka pada tanggal 19 September 1945 kaum buruh membentuk sebuah

organisasi buruh yaitu Barisan Buruh Indonesia (BBI) yang bertujuan untuk ikut

serta mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Perjalanan gerakan buruh di

Indonesia pada masa orde lama ditandai dengan munculnya beberapa organisasi

buruh yang berhaluan komunis, seperti SOBSI (Sentral Organisasi Buruh) pada

bulan Mei 1947 dan BKS-BUMIL (Badan Kerjasama Buruh Militer) tahun 1956.1

Tapi sejak masa pemerintaha setiap gerakan buruh tidak

diperbolehkan lagi, ini disebabkan karena gerakan buruh dihubungkan dengan

gerakan dan paham komunis yang sejak kejadian G30S pada 1965 ditabukan di

(13)

Indonesia. Ini juga termasuk dimana hari buruh yang tidak diperingati lagi di

Indonesia karena semasa Soeharto berkuasa, aksi untuk peringatan May Day atau

hari buruh masuk kategori aktivitas

dikonotasikan dengan ideologi

Saat rezim otoriter Orde Baru runtuh (1998), banyak orang menduga

bahwa buruh yang terorganisir sedang berada pada posisi yang diuntungkan.

Secara berturut-turut pemerintahan pasca Soeharto mengubah hukum perburuhan

yang bertujuan untuk memperluas hak-hak buruh, mempermudah pembentukan

serikat, serta memperbesar ruang kebebasan berbicara dan berkumpul. Namun

sekarang ini, banyak pengamat yang setuju bahwa masyarakat pekerja, khususnya

buruh yang terorganisir gagal memanfaatkan ruang-ruang baru yang tersedia

untuk unjuk gigi dalam dunia politik. Rendahnya posisi tawar buruh disebabkan

pula peran serikat buruh seperti SPSI (Serikat Pekerja Seluruh Indonesia) maupun

SP-BUN (Serikat Pekerja Perkebunan) tidak optimal, tidak berfungsi seperti yang

diharapkan sebagian besar buruh karena konflik antar serikat yang duduk di dalam

kepengurusan telah melemahkan daya tawar mereka, dan karenanya tidak jarang

mereka diperdaya oleh oknum-oknum pejabat negara dan pengusaha yang licik.

Kelompok buruh memang tidak memiliki kekuatan politik yang tinggi bila

dibandingkan dengan pengusaha ataupun pemilik modal tetapi dengan berkumpul

dalam jumlah besar, mengganggu lalu lintas dengan turun ke jalan, kemudian

melakukan pendudukan atas gedung-gedung dan tempat-tempat penting.

Aksi-aksi ini memaksa otoritas untuk melihat para buruh sebagai satu kelompok dan

mengakui kekuatan kolektif yang mereka miliki. Para buruh juga berhasil

memperlihatkan ke publik bagaimana penderitaan-penderitaan yang selama ini

mereka lalui. Strategi turun ke jalan ini mencerminkan kekuatan politik dari

kelompok terpinggirkan di dalam masyarakat kita, yang menunjukkan bahwa

mereka mampu memperjuangkan dan menentukan nasibnya sendiri. Disisi lain,

karena jumlah buruh yang cukup besar, keberadaan buruh sering dieksploitasi

(14)

Indonesia memiliki banyak perkebunan Nusantara yang tersebar di

berbagai wilayah yang ada di Indonesia. Adapun perkebunan Nusantara yang ada

di Indonesia, yaitu:

- Perkebunan Nusantara I, PT State Jl.Kebon Baru, Langsa, Aceh Timur,

D.I.Aceh.

- Perkebunan Nusantara II, PT State Tanjung Morawa Km 16 Desa Bakalia

Tanjung Morawa, Medan, Sumatera Utara.

- Perkebunan Nusantara III, PT State Jl.Sei Sikambing Medan, Sumatera

Utara.

- Perkebunan Nusantara IV (Sei Bahar)/Pirsus State Pebatu, Tebing Tinggi,

Sumatera Utara.

- Perkebunan Nusantara V, PT State Jl.Ronggoarsito No.40 Pekan Baru,

Riau.

- Perkebunan Nusantara VI, PT State Jl.Katip Sulaiman No.54 Padang,

Sumatera Barat.

- Perkebunan Nusantara VII, PT State Jl.Teuku Umar No.300 Bandar

Lampung, Lampung.

- Perkebunan Nusantara VIII, PT State Jl.Sindang Sirna No.4 Bandung,

Jawa Barat.

- Perkebunan Nusantara X (Tebenan).

- Perkebunan Nusantara XIII, PT State Jl.Let.Jen.Sutoyo No.19 Pontianak,

Kalimantan Barat

- Perkebunan Nusantara XIV, PT State Jl.Slamet Riyadi No.14 Ujung

Pandang, Sulawesi Selatan.2

2

(15)

Adapun jumlah buruh pada Februari 2010 menurut Badan Pusat Statistik

berjumlah 30.720.000 dan pada bulan Agustus meningkat menjadi 32.52.000

orang, berdasarkan penelitian Badan Pusat Statistik pada tahun 2011 jumlah buruh

pada bulan Februari yakni berjumlah 34.510.000 orang, kemudian berkembang

menjadi 37.770.000 orang pada bulan Agustus 2011, sedangkan pada bulan

Februari 2012 jumlah buruh mengalami peningkatan menjadi 38.130.000 atau

mengalami peningkatan sebanyak 7.410.000 dari bulan Februari tahun 2010.3

Buruh seharusnya dapat lebih bijak dalam mengikuti kegiatan politik dan

memilih para elite yang mewakili suara mereka di pemerintahan, hal ini dapat

dilakukan para buruh dengan ikut berpartisipasi didalam pemilu. Dengan kata

lain, partisipasi langsung dari masyarakat yang seperti ini merupakan

penyelenggaraan kekuasaan politik yang sah dan oleh rakyat keikutsertaan

masyarakat dalam berpartisipasi sangatlah penting karena teori demokrasi

menyebutkan bahwa masyarakat tersebut lebih mengetahui apa yang mereka

inginkan. Hal inilah yang seharusnya diperhatikan oleh para buruh melalui serikat

buruh untuk dapat menyampaikan apa yang menjadi kebutuhan mereka dan apa

yang mereka inginkan, karena sistem demokrasi melalui pemilu, buruh dapat ikut

mengambil peran didalam menentukan kebijakan yang diambil oleh pemerintah

terutama kebijakan yang berhubungan dengan pekerja ataupun buruh. Tidak ada

demokrasi tanpa partisipasi dari warga Negara karena keterlibatan masyarakat

dalam berpolitik merupakan ukuran demokrasi suatu Negara. Dapat kita lihat dari Dan

jumlah buruh PTPN yang ada di seluruh Indonesia sebanyak 82.500 orang.

Dengan melihat banyaknya jumlah buruh tersebut banyak partai politik

mengarahkan pola gerakannya untuk merekrut buruh sebagai alat kepentingan

politik mereka dan berupaya merebut suara mereka dengan menjanjikan perbaikan

untuk nasib buruh, yang kita sama-sama tahu bahwa nasib buruh dari hari ke hari

tetap saja sebagai alat produksi yang dapat dibuang dan diganti setiap saat.

3

(16)

pengertian demokrasi tersebut secara normatif, yakni pemerintahan dari rakyat,

oleh rakyat, dan untuk rakyat.4

Adanya kebebasan rakyat dalam menjalankan pemilu menjadi ukuran

untuk melihat eksistensi demokrasi dalam suatu Negara. Didalam pemilu, rakyat

yang telah memenuhi syarat untuk memilih, secara bebas, dan rahasia

menjatuhkan pilihannya pada figur yang dinilai sesuai dengan aspirasinya.5

Terwujudnya pemilu yang baik tidak terlepas dari perilaku politik

masyarakatnya, perilaku politik dapat dirumuskan sebagai kegiatan yang

berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik. Bentuk

perilaku politik ini menjadi alat analisis untuk melihat bagaimana perilaku pemilih

masyarakat dalam hal ini buruh tebu PTPN 2 kebun sei semayang dalam

pemilihan kepala daerah 2010 kota Binjai. Buruh yang dibahas dalam penelitian

ini adalah buruh tebu PTPN 2 kebun sei semayang dimana buruh yang dimaksud

dalam hal ini adalah mereka yang berposisi sebagai karyawan lepas dan karyawan

pelaksana, dengan memiliki jumlah yang cukup besar mereka dianggap sebagai

objek penting oleh pasangan calon kepala daerah untuk memperoleh jumlah suara.

Antusias yang ditunjukkan oleh buruh tebu PTPN2 dalam pemilukada juga cukup

baik, ini terlihat dengan mengikuti kampanye dari pasangan calon walikota Binjai,

banyak buruh yang rela cuti kerja untuk mengikuti kampanye dari calon pasangan

walikota. Keikutsertaan mereka didalam kampanye menunjukkan bagaimana

bentuk perilaku politik buruh tebu dalam mengikuti pemilukada kota Binjai,

karena mereka berharap calon yang didukung akan dapat membantu memperbaiki

kesehjateraan hidup mereka. Janji-janji yang disampaikan serta pendekatan yang

digunakan oleh calon walikota akan sangat berpengaruh dalam menarik simpati

buruh, karena akan menentukan bagaimana perilaku memilih dari buruh tebu

PTPN2.

Oleh

karena itu, kekuasaan yang dimiliki oleh para pemimpin bukanlah muncul karena

dirinya sendiri, melainkan titipan dari rakyat melalui pemilu.

4

Mochtar Mas’oed, Negara, Kapital dan demokrasi, Yogyakarta : Pustaka Pelajar,2003, hal 43

(17)

Sampai saat ini, belum terlalu banyak kalangan pemerhati politik

Indonesia yang melakukan kajian intensif terhadap perilaku pemilih khususnya

pada buruh. Padahal kajian tentang perilaku buruh dalam memilih juga tidak kalah

pentingnya terutama didalam pemilukada. Dengan demikian menyadari akan

kurangnya penelitian tentang perilaku politik buruh, maka didalam penelitian ini

penulis akan menjelaskan dan meneliti tentang perilaku politik buruh tebu PTPN

2 Kebun Sei Semayang pada Pemilukada 2010 Kota Binjai. Penulis menggunakan

analisis perilaku politik untuk melihat perilaku memilih buruh.

2. Perumusan Masalah

Buruh pada saat ini memiliki pengaruh yang besar baik dalam hal ekonomi

maupun politik, tanpa adanya buruh mustahil kegiatan perekonomian dapat

berjalan dengan baik. Begitu juga dengan peran buruh di politik, menyadari

peran mereka yang cukup besar maka mereka menuntut bergagai tuntutan yang

sesuai dengan kebutuhan mereka, maka penting untuk mengetahui bagaimana

perilaku buruh tersebut dikehidupan politik.

Sejalan dengan latar belakang dan persoalan yang telah diuraikan diatas,

maka perumusan masalah dalam penelitian saya ini adalah “Bagaimana

perilaku politik buruh tebu PTPN 2 Kebun Sei Semayang pada Pemilukada

2010 Kota Binjai ?”

3. Pembatasan Masalah

Agar penelitian terfokus terhadap permasalahannya akan lebih baik jika

dibuat pembatasan masalah. Pada penelitian ini adapun masalah yang ingin diteliti

adalah :

1. Penelitian ini melihat fenomena perilaku politik buruh tebu PTPN 2 Kebun

Sei Semayang dalam Pemilukada 2010 Kota Binjai.

2. Penelitian ini mengkaji faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku

politik buruh tebu PTPN 2 Kebun Sei Semayang dalam Pemilukada 2010

(18)

4. Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui fenomena perilaku politik apa yang terjadi pada pada buruh

tebu PTPN 2 Kebun Sei Semayang dalam Pemilukada 2010 Kota Binjai.

2. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku politik

buruh tebu PTPN 2 Kebun Sei Semayang dalam Pemilukada 2010 Kota

Binjai.

5. Signifikansi Penelitian

1. Secara pribadi penelitian ini mampu mengasah kemampuan peneliti dalam

melakukan sebuah proses penelitian yang bersifat ilmiah dan juga

memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi program sarja

strata satu (S1) Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Secara akademis, penelitian ini merupakan kajian ilmu politik yang

diharapkan mampu memberikan kontribusi pemikiran mengenai preferensi

politik buruh dan memberikan solusi atas permasalahan buruh.

3. Secara kelembagaan penelitian ini berguna bagi keperluan lembaga

pendidikan dan juga lembaga politik yang berbicara mengenai preferensi

politik terkhusus buruh.

6. Kerangka Teori 6.1. Perilaku Politik

Perilaku politik dapat dirumuskan sebagai kegiatan yang berkenaan

dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik.6

dan individu dalam masyarakat dalam rangka proses pembuatan, pelaksanaan,

penegakan keputusan politik pada dasarnya merupakan perilaku politik.

Interaksi antara

pemerintah dengan masyarakat, antar lembaga pemerintah dan antar kelompok

6

(19)

Pada dasarnya, manusia yang melakukan kegiatan politik dibagi menjadi

dua, yakni warga Negara yang memiliki fungsi pemerintahan (pejabat

pemerintahan), dan warga Negara biasa yang tidak memiliki fungsi pemerintahan

tetapi memiliki hak untuk mempengaruhi orang yang memiliki fungsi

pemerintahan. Suatu tindakan dan keputusan politik tidak hanya ditentukan oleh

tugas dan wewenang yang melekat pada lembaga yang mengeluarkan keputusan,

tetapi juga dipengaruhi oleh kepribadian individu yang membuat keputusan

tersebut.

Perilaku politik berkenaan dengan tujuan suatu masyarakat, kebijakan

untuk mengambil suatu tujuan, serta sistem kekuasaan yang memungkinkan

adanya suatu otoritas untuk mengatur kehidupan masyarakat secara umum.

Perilaku politik dirumuskan sebagai kegiatan yang berkaitan dengan sikap politik,

yakni yang berkaitan dengan kesiapan bereaksi terhadap objek lingkungan tertentu

yang merupakan suatu penghayatan terhadap objek tersebut.7 Perilaku politik tidaklah sesuatu yang dapat berdiri sendiri, tetapi perilaku politik mengandung

keterkaitan dengan hal yang lain. Salah satu sikap yang penting adalah sikap

politik. Dimana antara sikap dengan perilaku memiliki tingkat keeratan yang

sangat tinggi, namun keduanya dibedakan. Sikap merupakan kesiapan untuk

bereaksi terhadap objek lingkungan tertentu. Sikap belum merupakan tindakan

tetapi masih berupa suatu kecenderungan.

6.1.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Politik

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku politik adalah sebagai

berikut :

1. faktor kondisi historis. Dimana setiap sikap dan perilaku politik

masyarakat dipengaruhi oleh proses – proses dan peristiwa historis masa

lalu. Hal ini disebabkan budaya politik tidak merupakan kenyataan yang

statis melainkan berubah dan berkembang sepanjang masa.

(20)

2. faktor kondisi geografis memberikan pengaruh dalam perilaku politik

masyarakat sebagai kawasan geostrategic, walaupun kemajemukan budaya

Indonesia merupakan hal yang rawan bagi terciptanya disintegrasi.

Kondisi ini mempegaruhi perbedaan tingkat partisipasi politik masyarakat,

kesenjangan pemerataan pembangunan, kesenjangan informasi,

komunikasi, teknologi mempengaruhi proses sosialisasi politik.

3. faktor budaya politik memiliki pengaruh dalam perilaku politik

masyarakat. Berfungsinya budaya politik ditentukan oleh tingkat

keserasian antara tingkat kebudayaan bangsa dan struktur politiknya.

Kemajuan budaya Indonesia mempengaruhi budaya budi bangsa. Berbagai

budaya daerah pada masyarakat Indonesia berimplikasi pada terciptanya

hsebuah bentuk perilaku politik dengan memahami budaya politik

masyarakat yang dipandang penting untuk memahami perilaku politik.

4. perilaku politik masyarakat dipengaruhi oleh agama dan keyakinan.

Agama telah memberikan nilai etika dan moral politik yang memberikan

pengaruh bagi masyarakat dalam perilaku politiknya. Keyakinan

merupakan acuan yang penuh dengan norma – norma dan kaidah yang

dapat mendorong dan mengarahkan perilaku politik sesuai dengan agama

dan keyakinannya, proses politik dan partisipasi warga Negara paling tidak

dapat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya pemahaman agama seseorang.

5. faktor pendidikan dan komunikasi juga mempengaruhi perilaku politik

seseorang. Semakin tinggi pendidikan masyarakat maka semakin tinggi

tingkat kesadaran politiknya. Komunikasi yang intens akan mempengaruhi

perilaku politik seseorang dalam kegiatan politiknya.

(21)

7. faktor lingkungan sosial politik mempengaruhi aktor politik secara

langsung seperti keadaan keluarga. Lingkungan sosial politik saling

mempengaruhi dan berhubungan satu dengan yang lain dan bukannya

sebagai faktor yang berdiri sendiri.8

Selain faktor – faktor diatas, ada beberapa faktor lain yang juga memainkan

peranan penting dalam menentukan pilihan rakyat yaitu standar kehidupan, faktor

penghasilan atau gaji, kelompok umur, dan jenis kelamin.

6.1.2 Bentuk – Bentuk Perilaku Politik

Perilaku politik dilihat sebagai sebuah alat analisis untuk melihat bagaimana

masyarakat ikut berpartisipasi di dalam pemilihan umum, baik itu melalui

pemberian suara (voting), maupun keikutsertaan seseorang dalam kampanye.

1. Pemberian Suara (Voting)

Richard G. Niemi dan Herbert F.Weisberg yang dikutip dalam komunitas

embun pagi, berpendapat bahwa faktor sosialisasilah sebenarnya yang

menentukan perilaku memilih seseorang, bukan karena karakteristik sosiologis.

Pendekatan ini menggunakan dan mengembangkan konsep psikologis (terutama

konsep sosialisasi dan sikap) untuk menjelaskan perilaku seseorang. Pendekatan

ini berkeyakinan bahwa pemilih menentukan pilihannya karena pengaruh

kekuatan psikologis yang berkembang dalam dirinya sebagai produk dari

sosialisasi yang mereka terima. Maka dalam hal ini diperlukan “kurikulum

sosialisasi politik”. Ini penting terutama bagi pemilih pemula yang cenderung

belum pernah memilih. Harus dilakukan sosialisasi yang sistematis agar pemilih

pemula ini dapat mengerti dan tidak menunjukkan karakter yang apatis (tidak

adanya minat terhadap persoalan – persoalan politik), anomi (perasaan tidak

berguna). Maka kesadaran politik warga Negara menjadi faktor determinan dalam

partisipasi politik masyarakat, artinya berbagai hal yang berhubungan dengan

(22)

pengetahuan dan kesadaran akan hak dan kewajiban yang berkaitan dengan

lingkungan masyarakat dan kegiatan politik menjadi tolok ukur seseorang terlibat

dalam proses partisipasi politik.9

2. Kampanye

Kampanye adalah suatu tindakan politik yang bertujuan mendapatkan

pencapaian dukungan, usaha kampanye bisa dilakukan oleh perorangan atau

sekelompok orang yang terorganisir untuk melakukan pencapaian suatu proses

pengambilan keputusan di dalam suatu kelompok, kampanye biasa juga dilakukan

guna mempengaruhi, penghambatan, pembelokan pencapaian.10

Jenis-jenis kampanye dapat dilihat sebagai berikut :

1. Product-Oriented Campaigns atau kampanye yang berorientasi pada

produk umumnya yang terjadi di lingkungan bisnis. Isitilah lain yang

sering dipertukarkan dengan kampanye jenis ini adalah commercial

campaign, atau corporate campaign. Motivasi yang mendasarinya adalah

memperoleh keuntungan finansial.

2. Candidate-Oriented Campaigns atau kampanye yang berorientasi pada

kandidat umumnya dimotivasi oleh hasrat untuk meraih kekuasaan politik.

Karena itu jenis kampanye ini dapat pula disebut sebagai kampanye politik

(Political Campaigns). Tujuannya antara lain adalah untuk memenangkan

dukungan masyarakat terhadap kandidat-kandidat yang diajukan partai

politik agar dapat menduduki jabatan-jabatan politik yang diperebutkan

lewat proses pemilihan umum.

9

Richard G. Niemi dan Herbert F.Weisberg, Controversier of Voting Behaviour, yang dikutip di dalam komunitas embun pagi.

10

(23)

3. Ideologically or Cause Oriented Campaigns adalah jenis kampanye yang

berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus yang sering kali

berdimensi perubahan sosial. Karena itu kampanye jenis ini disebut

sebagai Social Change Campaigns, yakni kampanye untuk menangani

masalah-masalah sosial melalui perubahan sikap dan perilaku publik yang

terkait.11

6.2 Perilaku Pemilih

Perilaku pemilih dapat didefenisikan sebagai keikutsertaan warga dalam

pemilu sebagai rangkaian pembuatan keputusan yaitu apakah memilih atau tidak

memilih dalam pemilihan umum. Jikalau memutuskan untuk memilih apakah

memilih partai atau kandidat (X) ataukah partai politik atau kandidat (Y).12 Ada empat pendekatan yang dapat digunakan dalam menganalisa perilaku memilih

yaitu pendekatan sosiologis, pendekatan psikologis, pendekatan rasional, dan

pendekatan kepercayaan politik.

6.2.1 Pendekatan Sosiologis

Pendekatan ini pada dasarnya menekankan peranan faktor-faktor sosiologi

dalam membentuk perilaku politik seseorang, pendekatan ini menjelaskan bahwa

karakteristik sosial dan pengelompokan sosial itu mempunyai pengaruh yang

cukup signifikan dalam menentukan perilaku pemilih. Karakter dan

pengelompokan sosial berdasarkan umur, jenis kelamin, agama, status sosial,

ekonomi, aspek geografis dan lain sebagainya13

11

Antar Venus, Manajemen Kampanye, Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2009, hal. 11.

. Hal ini dianggap mempunyai

peranan yang cukup menentukan dalam bentuk perilaku pemilih. Aliran yang

menggunakan pendekatan sosiologi dalam menganalisis perilaku pemilih ini

menyatakan bahwa preferensi politik termasuk preferensi pemberian suara di

kotak pemilihan seseorang merupakan produk dari karakteristik sosial ekonomi

dimana dia berada, seperti profesi, kelas sosial, agama, dan seterusnya. Dalam

12

P.Antonius Sitepu Teori – Teori Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012. Hal.90.

13

(24)

status sosial ekonomi terdapat beberapa indikator yang digunakan untuk

melakukan analisis tentang suatu hubungan atau pengaruh, yaitu antara lain:

pendidikan, pekerjaan, pendapatan, atau kekayaan.14

6.2.2 Pendekatan Psikologis

Munculnya pendekatan psikologis merupakan sebuah reaksi terhadap

ketidakpuasan terhadap pendekatan sosiologis. Pendekatan ini menggunakan dan

mengembangkan konsep psikologis terutama konsep sikap dan sosialisasi untuk

menjelaskan prilaku pemilih. Pendekatan ini menjelaskan bahwa sikap seseorang

merupakan sebagai refleksi dari kepribadian seseorang yang merupakan variable

yang menentukan dalam mempengaruhi prilaku politiknya. Pendekatan

psikologis, yang sering disebut Mazhab Michigan (The Michigan Survey Reseach

Center) lebih menekankan pada faktor psikologis seseorang dalam menentukan

perilaku atau pilihan politik. Menurut penganut pendekatan psikologis, secara

metodologis pendekatan sosiologis dianggap sulit diukur, seperti bagaimana

mengukur secara tepat sejumlah indicator kelas sosial, tingkat pendidikan, agama,

dan sebagainya.

Pendekatan psikologis ini mengembangkan konsep Psikologis, khususnya

konsep sikap dan sosialisasi dalam menjelaskan perilaku seseorang. Konsep sikap

merupakan variable sentral dalam menjelaskan perilaku pemilih karena menurut

Greenstein ada tiga fungsi sikap yakni ; pertama, sikap merupakan fungsi penting.

Artinya, penilaian terhadap suatu obyek diberikan berdasarkan motivasi, minat

dan kepentingan orang tersebut. Kedua, sikap merupakan penyesuaian diri.

Artinya seseorang bersikap tertentu sesuai dengan keinginan orang itu untuk sama

atau tidak sama dengan tokoh atau kelompok yang dikaguminya. Ketiga, sikap

merupakan sikap eksternalisasi dan pertahanan diri. Artinya, sikap seseorang itu

merupakan upaya untuk mengatasi konflik batin atau tekanan psikis, yang

mungkin berujud mekanisme pertahanan (Defensce Mechanisme)

14

(25)

Dalam pendekatan ini juga terdapat tiga faktor yang berpengaruh terhadap

perilaku pemilih. Tiga faktor itu adalah identifikasi partai, orientasi isu atau tema,

dan orientasi kandidat. Identifikasi partai dalam hal ini bukan sekedar partai apa

yang dipilih tetapi juga tingkat identifikasi individu terhadap partai politik

tersebut. Kemudian yang dimaksud dengan orientasi isu atau tema adalah tema

atau isu apa saja yang diangkat dan dijadikan acuan bagi partai politik atau

kandidat tersebut. Sedangkan yang dimaksud dengan orientasi kandidat siapa

yang akan mewakili partai politik tersebut.15 Dengan demikian, konsep identifikasi partai merupakan variable sentral dalam menjelaskan perilaku pemilih

dalam penekatan psikologis ini. Dalam hal ini, hubungan pengaruh antara

identifikasi partai dengan perilaku pemilih sudah menjadi aksioma.

6.2.3 Pendekatan Rasional

Munculnya pendekatan rasional disebabkan karena dua pendekatan

terdahulu hanya menempatkan pemilih pada ruang dan waktu yang kosong baik

secara eksplisit maupun implisit. Dalam hal ini pemilih diibaratkan sebagai

wayang yang tidak mempunyai kehendak bebas kecuali atas perintah atau kendali

dalangnya. Dimana karakteristik sosiologis, latar belakang keluarga, pembelahan

cultural atau identifikasi partai dan pengalaman hidup pada karakteristik

psikologis, merupakan variabel yang dengan sendirinya maupun komplomenter

mempengaruhi perilaku atau pilihan politik seseorang.

Dalam teori rasional (Rational Choise Theory) bahwa ketika seseorang

dhadapkan pada beberapa jenis tindakan, maka orang biasanya akan melakukan

apa yang mereka yakini berkemungkinan memberikan hasil yang terbaik. Pilihan

rasional muncul sebagai revolusi pendekatan dalam ilmu politik 16

15

David Marsh, Teori dan Metode Dalam Ilmu Politik. Nusa Media; Bandung, 2002. Hal.76.

. Dengan

kemunculan teori rasional ini, maka ada sebagian pemilih yang mengubah pilihan

politiknya. Hal ini disebabkan oleh adanya ketergantungan pada peristiwa politik

16

(26)

tertentu yang bisa saja mengubah preferensi pilihan politik seseorang.

Dalam pendekatan rasional terdapat dua orientasi yang menjadi daya tarik

pemilih, yaitu orientasi isu dan orientasi kandidat. Dimana orientasi isu fokus

pada pertanyaan : apa yang seharusnya dilakukan dalam memecahkan persoalan –

persoalan yang dihadapi masyarakat, bangsa, dan negara. Sementara orientasi

kandidat berpusat kepada sikap pemilih terhadap pribadi kandidat tanpa

memperdulikan label partainya. Him Melweit mengatakan bahwa perilaku pemilih

merupakan pengambilan keputusan cepat dan pengambilan keputusan tersebut

tergantung pada situasi sosial politik tertentu yang tidak beda dengan pengambilan

keputusan lainnya.

Pada akhirnya pendekatan rasional mengantarkan kita pada kesimpulan

bahwa para pemilih benar – benar rasional. Para pemilih melakukan penilaian

yang valid terhadap visi, misi, program kerja pasangan calon atau kandidat dan

partai politik. Pemilih rasional memiliki motivasi, prinsip, pengetahuan dan

informasi yang cukup. Perbedaan antara pendekatan rasional dengan lainnya

bahwa pemilih rasional adalah pemberi suara yang responsitif dan tidak

permanen.17

6.2.4 Pendekatan Kepercayaan Politik

Penggunaan variabel kepercayaan politik untuk menjelaskan perilaku

politik nonvoting, sebenarnya diadopsi dari variabel kepercayaan untuk

menjelaskan keaktifan atau ketidak aktifan seseorang dalam kegiatan politik.

Ketidak aktifan dalam konsep ketidak percayaan politik sendiri selalu

mengandung pengertian ganda. Pertama, ketidak aktifan dapat diinterpretasikan

sebagai ekspresi atas kepercayaan yang rendah terhadap sistem politik atau

sebagai suatu ekspresi atas perasaan keterasingan (alienasi). Kedua, ketidak

aktifan juga dapat diinterpretasikan sebagai ekspresi kepercayaan yang tinggi, di

mana ketidak aktifan seseorang dalam bilik suara menendakan bahwa mereka

17

(27)

puas terhadap sistem politik yang ada, atau tidak khawatir dengan keadaan politik

yang ada.18

6.3 Buruh

Buruh dalam Pasal 1 angka 2 UU Nomor 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan memiliki pengertian setiap orang yang bekerja dengan menerima

upah atau imbalan dalam bentuk lain. Buruh terdiri dari beberapa macam yaitu :

a. Buruh harian, buruh yang menerima upah berdasarkan hari masuk kerja.

b. Buruh kasar, buruh yang menggunakan tenaga fisiknya karena tidak

mempunyai keahlian dibidang tertentu.

c. Buruh musiman, buruh yang bekerja hanya pada musim-musim tertentu

(misalnya buruh tebang tebu).

d. Buruh pabrik, buruh yang bekerja di pabrik-pabrik.

e. Buruh tambang, buruh yang bekerja di pertambangan.

f. Buruh tani, buruh yang menerima upah dengan bekerja di kebun atau di

sawah orang lain.

g. Buruh terampil, buruh yang mempunyai keterampilan di bidang tertentu.

h. Buruh terlatih, buruh yang sudah dilatih untuk keterampilan tertentu.19

Pendapat lain menyebutkan buruh diartikan sebagai orang yang bekerja

dibawah perintah orang lain, dengan menerima upah karena telah melakukan

pekerjaan di perusahaan.20 Kemudian Muchtar Pakpahan mengatakan buruh adalah mereka yang bekerja dan menggantungkan hidupnya dari gaji dan

mendapat upah dari jasa atau tenaga yang dikeluarkannya. Jadi, siapapun yang

bekerja dan mendapatkan gaji, mereka adalah buruh. Orang yang bekerja di bank,

rumah sakit, perusahaan sawit atau tebu, jurnalis, swalayan, toko, atau dimanapun,

adalah buruh.

18 Asfar Muhammad, Presiden Golput, Surabaya : Jawa Pos Press 2004, Hal.41 19

20

(28)

Pemahaman orang tentang makna dan arti buruh sangat sempit. Buruh

dianggap mereka yang bekerja dan mengandalkan tenaganya, untuk

pekerjaan-pekerjaan berat. Tak heran muncul berbagai istilah baru sebagai bentuk

pengaburan makna buruh itu sendiri. Seperti, pekerja kerah putih, ekspatriat,

eksekutif dan lainnya. Pemaknaan dan determinasi ini memang sengaja

dimunculkan sebagai bentuk dari pengkotak-kotakan kelas buruh. Sehingga ketika

terjadi permasalahan di suatu perusahaan, misalnya di perusahaan tebu, sawit,

kayu, garmen, atau perusahaan apapun, tidak akan menimbulkan simpati bagi

buruh di perusahaan yang lain.

6.3.1 Buruh Perkebunan

Buruh Perkebunan merupakan para pekerja yang bekerja di sektor

perkebunan. Perkebunan itu sendiri merupakan bidang kerja produktif yang

melakukan berbagai aktifitas produksi demi pencapaian hasil, yang tentunya

memerlukan banyak tenaga kerja.

Jenis-Jenis perkebunan yang terdapat di Indonesia, yaitu :

NO PERUSAHAAN PERKEBUNAN PRODUKSI

1. PTPN 1 Kelapa sawit, karet

2. PTPN 2 Tebu, kelapa sawit, karet, tembakau

3. PTPN 3 Kelapa sawit

4. PTPN 4 Kelapa sawit, Karet

5. PTPN 5 Kelapa sawit, karet

6. PTPN 6 Kelapa sawit, the

7. PTPN 7 Kelapa sawit, karet, tebu, the

8. PTPN 8 Kelapa sawit, karet, teh, kina, kakao

9. PTPN 10 Tebu, tembakau, kakao

10. PTPN 13 Kelapa sawit, karet

(29)

Perkebunan Tebu di Indonesia adalah perkebunan yang selain padat

modal, juga memerlukan lahan yang besar, serta melibatkan tenaga kerja yang

cukup banyak. Perkebunan tebu memiliki tenaga kerja yang beragam keahlian,

pendidikan, berbeda sosial budaya, berbeda agama, serta berbeda

produktivitasnya. Adapun kegiatan di kebun terdiri dari beragam kegiatan, baik

kegiatan rutin maupun kegiatan lapangan, yang keseluruhannya dikerjakan oleh

tenaga kerja yang tersedia. Untuk setiap pekerjaan di kebun diperlukan tenaga

kerja dengan berbagai jenis keterampilan yang berbeda untuk setiap bidang

pekerjaannya.

Penggunaan tenaga kerja menuntut adanya penghargaan dari pihak

perusahaan perkebunan atas para pekerjanya terhadap produktivitas ataupun

kinerja yang mereka lakukan bagi perusahaan. Tenaga kerja diperkebunan tebu

terbagi atas dua macam yaitu pekerja tetap dan pekerja lepas. Pekerja tetap

merupakan karyawan yang bekerja secara tetap dan permanen di perusahaan,

sedangkan pekerja lepas merupakan karyawan yang bekerja secara musiman atau

ketika perusahaan sedang dalam proses pembuatan gula.

7. Metodologi Penelitian 7.1 Jenis Penelitian

Berangkat dari uraian serta tujuan penelitian maupun kerangka teori diatas,

maka jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian

kualitatif dengan format deskriptif. Dengan maksud untuk menggambarkan

ataupun meneliti sekelompok manusia, suatu objek, kondisi, pemikiran dan

peristiwa pada masa sekarang. Tipe yang paling umum dari penelitian ini adalah

penelitian sikap, atau pendapat individu, organisasi, keadaan ataupun prosedur

yang dikumpulkan melalui daftar pertanyaan, survey, wawancara atau observasi.21

21

(30)

7.2Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi lokasi penelitian ini adalah berada di PTP Nusantara II

Kebun Sei Semayang berjarak 12,5 km dari kota medan tepatnya di kecamatan

sunggal, kabupaten deli serdang.

7.3 Populasi dan Sampel 7.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan diterapkan kesimpulannya. Populasi mempunyai lambang

(N). 22 Dalam hal ini, populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah para buruh yang tergolong sebagai karyawan tetap yang telah memiliki hak suara di

dalam pemilihan kepala daerah di PTPN 2 Kebun Sei Semayang, yang berjumlah

152 orang.

7.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah yang dapat mewakili karakteristik dari

populasi. Disebabkan jumlah populasi cukup besar yaitu 152 orang, maka rumus

yang digunakan untuk menentukan dan pengambilan sampel adalah rumus yang

dikemukakan oleh Taro Yamane, yaitu:

n = N

N.d2 +1

Keterangan:

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d = Presisi, ditetapkan 10% dengan derajat kepercayaan 90%.

22

(31)

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah:

n = 152

152 (10%)2 + 1

n = 152

152 (0,01) + 1

n = 60,3 atau 63 orang

Dikarenakan populasi yang bersifat homogen, maka peneliti menggunakan teknik

Random Sampling dalam menentukan sampel, dimana setiap unit penelitian atau

elemen dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai

sampel. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan rancangan sampel probabilitas

dengan teknik penentuan sampel secara random sistematis (Systematic Random

Sampling).23

7.4 Data dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulakan data dari lapangan dan

selanjutnya mengolah data yang telah diperoleh dari lapangan, serta melakukan

analisa dengan menggunakan teori-teori dari perpustakaan, dan akhirnya menarik

kesimpulan. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden yang

terpilih pada lokasi penelitian. Data primer ini diperoleh dengan 2 (dua) cara

yaitu penyebaran kuisioner dan wawancara langsung. Kuisioner merupakan

kumpulan pertanyaan dengan pilihan jawaban seputar rumusan masalah yang

akan dijawab oleh responden.24 Sementara, wawancara untuk melengkapi data dari hasil penyebaran kuesioner.

23

M.Arif Nasution, dkk, Metode Penelitian, Medan : Fisip USU Press, 2008. Hal 103

24

(32)

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber

sekunder. Sumber data sekunder dapat membantu memberi keterangan, atau

data pelengkap sebagai bahan pembanding. Ada dua kategori data sekunder,

yakni :

a. Internal Data, yaitu tersedia tertulis pada sumber data sekunder,

seperti buku, jurnal, internet dan laporan hasil riset yang sebelumnya.

b. Eksternal Data, seperti data sensus dan data register, serta data yang

diperoleh dari badan atau lembaga yang aktifitasnya mengumpulkan

data atau keterangan yang relevan dengan berbagai masalah.25 Badan

atau lembaga yang menjadi sumber data adalah KPUD Kota Binjai

dan PTPN 2 Sei Semayang.

7.5 Teknik Analisis Data

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan tujuan memberi gambaran mengenai

situasi atau kondisi yang terjadi dengan menggunakan analisa kualitatif.

Data-data yang yang telah dikumpul dan diperoleh di lapangan akan dikaji

dan selanjutnya akan menghasilkan suatu kesimpulan yang mampu

menjelaskan masalah yang diteliti.

25

(33)

8. Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini akan disajikan penulis kedalam IV Bab, dengan

sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, kerangka teori penelitian dan Metodologi penelitian, dan

sistematika penelitian.

BAB II : DESKRIPSI DAN LOKASI PENELITIAN

Bab ini akan menggambarkan segala sesuatu mengenai objek penelitian yaitu

gambaran umum PTPN 2 Kebun Sei Semayang, yang dilihat dari sejarah singkat

perusahaan, tujuan berdirinya perusahaan, struktur organisasi perusahaan dan

serikat pekerja perkebunan di PPTPN 2 Kebun Sei Semayang.

BAB III : HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

Bab ini akan berisikan tentang penyajian data dan fakta yang didapat dari

lapangan yang diperoleh dari kuesioner yang telah diberikan kepada responden

serta pembahasan dan analisis dari fakta dan data tersebut.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini akan mencakup kesimpulan dan saran – saran yang diperoleh dari hasil

(34)

BAB II

GAMBARAN UMUM PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II (PERSERO)

KEBUN TEBU SEI SEMAYANG

I. Sejarah Singkat dan Struktur Organisasi Perusahaan I.1. Sejarah Singkat Perusahaan

Pabrik Gula Sei Semayang (PGSS) adalah perusahaan penghasil gula yang

dikelola langsung oleh PTPN IX. Pada mulanya PTPN IX hanya memproduksi

lembaran daun tembakau (dekblat). Lahan bekas tembakau yang telah dipanen

harus dihutankan kembali untuk mencegah penyakit layu daun pada tanaman

tembakau berikutnya. Umur tanaman tembakau kurang lebih 100 hari, sedangkan

lama penghutanan kembali adalah 5 tahun. Dari segi komersil, keadaan ini sulit

untuk dipertahankan. Disamping itu, permintaan dekblat dipasar internasional

menurun. Jika dipandang dari segi produktivitas, penggunaan areal tanah untuk

tanaman tembakau tidak ekonomis lagi, tetapi tembakau deli harus tetap

dipertahankan karena merupakan komoditi ekspor tradisional dengan catatan

harus diselingi dengan tanaman rotasi (tanaman selingan).

Didorong untuk menggunakan tanah milik PTPN IX agar lebih berdaya

guna maka diambil suatu kebijakan untuk mengadakan diversifikasi tanaman

dengan penanaman coklat, kelapa sawit dan tebu. Sehingga perkebunan tembakau

yang ada di PTPN IX telah banyak dialihkan ke tanaman tersebut. Percobaan

penanaman tebu merupakan awal dari pendirian Pabrik Gula Sei Semayang yang

dimulai pada tahun 1975 oleh Proyek Pengembangan Industri Gula (PPIG).

Dengan persetujuan BKU-PNP, percobaan PPIG dilakukan di tiga tempat, yaitu

proyek perkebunan Tanjung Morawa, perkebunan Batang Kuis, dan perkebunan

(35)

Kelanjutan dari penanaman tebu diikuti dengan studi kelayakan yang

dilakukan oleh “Philippine Consortium of Sugar Consultant” pada bulan

Februari 1978. Hasil studi ini menyatakan bahwa pembangunan PGSS layak

dilakukan, sehingga pada akhir tahun 1978 keluarlah izin proyek pembangunan

pabrik gula dari Menteri Pertanian RI. Kredit investasi yang digunakan untuk

membangun pabrik tersebut diperoleh dari dua sumber yaitu dari Bank Bumi

Daya sebagai kreditur utama dan dari PTPN IX itu sendiri, serta didukung juga

oleh perkebunan lainnya.

Adapun pelaksanaan yang dilakukan dalam pembangunan tersebut, ialah :

A. Supply Contract, ditangani oleh :

1. Kawasaki Heavy Industri Coorporation.

2. Yoshimini.

3. Nischo Iwai/Egara.

B. Perakit Lokal : Super Andal Steel Medan.

C. Pelaksana : PT. Aneka Usaha Perkebunan.

D. Pengawas : KPB Surabaya.

PGSS mulai dibangun pada tanggal 21 April 1981 dengan kapasitas 4000

TCD (Ton Cano Per Days) dan selesai dibangun pada tanggal 15 Oktober 1982.

Peresmian pabrik ini dilaksanakan oleh Presiden RI Soeharto. Sebelum

diresmikan, PGSS telah mengadakan penggilingan percobaan pada Desember

1981, tetapi belum mencapai kapasitas penuh. Pabrik gula ini mulai berproduksi

secara komersil pada awal Januari 1983 sampai dengan Juli 1983 dan

penggilingan kedua dimulai pertengahan Januari 1984 sampai dengan Agustus

1984. Kebun Sei Semayang berada di Desa Mulyorejo Kecamatan Medan Sunggal

Kabupaten Deli Serdang yang terletak di Jalan Medan-Binjai KM 12,5 sebagai

tempat pelaksanaan produksi dengan luas areal sekitar 16.000 m².

Pabrik ini mempunyai delapan perkebunan dan penanaman tebu dilakukan

(36)

menjadi tanaman tebu) dan pada daerah rotasi (areal tanaman tebu yang dirotasi

dengan tanaman tembakau). Selain menambah pendapatan dan lapangan kerja,

pembangunan PGSS juga mendorong usaha-usaha industri seperti pengadaan

karung, kapur tohor, penambang girang dan transportasi.

Visi, Misi, Tujuan Serta Karakteristik PTPN II

VISI : Dari perusahaan perkebunan menjadi perusahaan multi usaha berdaya saing tinggi.

MISI :

1. Mengoptimalkan seluruh potensi sumber daya dan usaha

2. Memberikan kontribusi optimal

3. Menjaga kelestarian dan pertambahan nilai

Tujuan Perusahaan :

1. Peningkatan kinerja operasional organisasi dan manajemen serta

pemanfaatan peluang bisnis seoptimal mungkin, sehingga menjadi

perusahaan perkebunan yang sustainable (berkelanjutan) berdaya saing,

makmur dan menghasilkan laba sehingga dapat berperan dalam

pembangunan daerah dan nasional serta dalam mensejahterakan karyawan.

2. Melaksanakan pembangunan dan pengembangan agribisnis sector

perkebunan sesuai prinsip perusahaan yang sehat, kuat dan tumbuh dalam

skala usaha yang ekonomis.

3. Meningkatnya posisi portofolio bisnis melalui perbaikan internal semua

aspek sumber daya yang dimiliki PT Perkebunan Nusantara II.

4. Meningkatkan profitabilitas usaha pada kondisi unggulan serta

mempertahankan dan meningkatkan sumbangan devisa di bidang

(37)

peningkatan ekspor non migas, serta memelihara sumber daya alam dan

lingkungan serta konservasi air dan tanah.

Karakter PTPN II :

1. Pekerja keras.

2. tangguh dan bertanggungjawab.

3. Sadar berbiaya.

4. Persaudaraan dan kebersamaan.

5. Taqwa dan berakhlak mulia.

6. Setia pada nusa bangsa

Budaya Perusahaan :

1. kebenaran formal dan material melalui keteladanan, keterbukaan,

kepercayaan, kejujuran, Mengutamakan keselarasan dan kebersamaan

dalam meningkatkan produktivitas dan etos kerja.

2. Dalam setiap gerak langkah senantiasa mengedepankan konsultasi,

komunikasi dan koordinasi.

3. Dalam menyelesaikan setiap tugas selalu melaksanakan dengan cepat,

cekatan, cerdas, cermat dan menjaga citra.

4. Menghargai setiap hasil karya yang baik, memiliki rasa hormat dan santun

dalam berprilaku.

(38)

DATA KARYAWAN PTPN II KEBUN SEI SEMAYANG

BIDANG JUMLAH SELURUHNYA

P W JLH

Sumber : Data PTPN2 Kebun Sei Semayang

Tabel diatas merupakan jumlah buruh di perkebunan PTPN 2 Kebun Sei

Semayang beserta bagian-bagian ataupun bidang pekerjaan mereka, dimana buruh

di dominasi oleh lelaki.

(39)

Struktur organisasi merupakan kerangka (framework) pembagian tanggung

jawab fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan

kegiatan-kegiatan pokok perusahaan, sehingga memungkinkan setiap unit-unit

organisasi dapat bekerja sama seefektif mungkin untuk mencapai suatu tujuan.

Kegiatan dan suatu perusahaan akan dapat berjalan lancar apabila ada pembagian

tugas dari pimpinan. Hal ini dapat dicapai dengan cara memberikan tanggung

jawab kepada orang-orang yang akan melaksanakan kegiatan sesuai dengan

keahlian yang dimilikinya, dengan demikian pimpinan perusahaan akan mudah

mengetahui siapa yang bertanggung jawab dari setiap kegiatan yang dilaksanakan

dan dapat mengukur tingkat prestasi tiap pegawai dalam lingkungan pekerjaan

yang menjadi tanggung jawabnya.

Untuk melihat Iebih jelasnya batas-batas wewenang dan tanggung jawab

orang-orang yang terlibat dalam kegiatan perusahaan dan untuk mengetahui

darimana mereka menerima tugas dan kepada siapa pula mereka

mempertanggungjawabkan semua kegiatannya. Strukiur organisasi PT.

(40)

Struktur Organisasi

PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Sei Semayang

Sumber : PT. Perkebunan Nusantara II Kebun Sei Semayang

ADMINISTRATUR

Asisten Admi/Umum

Ka. Rayon A Ka. Rayon B Ka. Rayon c Ka. TRI

Ass. Tehnik PAPAM Ass. Tehnik

Ass. Tehnik Ass. Tehnik

(41)

Dari bagan struktur organisasi tersebut dapat diuraikan fungsi dan uraian

dari masing-masing bagian sebagai berikut :

1. Administratur bertugas dan berwenang untuk :

a. Bertanggung jawab kepada Direksi.

b. Melaksanakan perencanaan, pengorganisasian, pengendarian, dan

pengawasan guna menunjang tugas pokok secara efektif dan efisien.

c. Mengajukan rencana kerja dan anggaran perusahaan(RKAP) unit

kebun.

d. Mengendalikan kegiatan harian operasional kebun.

e. Memberikan usul dan saran kepada Direksi untuk perbaikan kinerja

perusahaan.

f. Memberi teguran, kondute, dan usul kepada karyawan.

2. Kepala Rayon bertugas dan berwenang untuk :

a. Bertanggung jawab kepada Adminisratur.

b. Menyusun, mengevaluasi, dan melakukan perbaikan terhadap

penyimpangan kerja di lapangan serra pengendarian biaya operasional

agar efektif dan efisien.

c. Melaksanakan perencaniuul, pengorganisasian, pengendalian, dan

pengawasan ditingkat rayon untuk menunjang pencapaian sasaran yang

telah ditetapkan Administratur.

d. Mengkoordinir pelaksanaan penlusunan RKAP unit DP.

e. Memberikan usul dan saran perbaikan yang diperlukan unit kebun

kepada Administratur.

3. Asisten Tebu Rakyat lntensifikasi (TRI) bertugas dan berwenang untuk :

a. Bertanggung jawab kepada Administratur.

b. Melaksanakan kebijakan Administratur dalam pengolahan TRI.

(42)

d. Melaksanakan pembinaan dan penyuluhan kepada peserta/calon

peserta TRI sehingga dapat meningkatkan pengetahuan bercocok

tanam tebu.

e. Memberikan teguran, kondute, dan usulan bawahan kepada

Administratur.

4. Asisten Administrasi/Umum bertugas dan berwenang untuk :

a. Bertanggung jawab kepada Administratur.

b. Menyusun rencan kerja dan anggaran perusahaan untuk laporan

manajemen

c. Menyimpan uang kas dan surat-surat berharga milik perusahaan.

d. Mengendalikan sumber dana dan penggunaan dan serta pengamanan

terhadap asset perusahaan.

e. Menyampaikan saran-saran tentang kondisi keuangan dan administrasi

yang berkaitan dengan operasional perusahaan kepada Administratur.

f. Pengawasan dan evaluasi pelaksanaan rencan kerja.

g. Melaksanakan standar biaya dan fisik.

h. Mengkoordinir seluruh kegiatan administrasi perkantoran.

i. Mengusulkan/menilai kondute karyawan pelaksana lingkup kantor.

5. Personalia bertugas dan berwenang untuk :

a. Bertanggung jawab kepada Asisten Admi/Umum.

b. Mengelola tenaga kerja/personalia, pensiunan, asuransi, dan humas.

c. Mengelola sekretariat dan rumah tangga serta pengawasan terhadap

inventaris kantor dan rumah-rumah perusahaan.

d. Mempersiapkan kondute dan usulan kenaikan berkala/golongan

karyawan pimpinan dan karyawan pelaksana sepanjang menyangkut

wewenang Administratur.

e. Mengambil keputusan yang sifatnya tidak menyimpang dari

kebijaksanaan Asisten/Umum dan memberikan teguran, kondute, dan

(43)

6. .Administrasi bertugas dan berwenang untuk :

a. Bertanggung jawab kepada Asisten Admi/Umum.

b. Melaksanakan kebijakan Asisten Admi/Umum dan Administratur

dalam mengelola administrasi pembukuan.

c. Menyusun rencana anggaran bulanan dan tahunan.

d. Menganalisa dan mengevaluasi laporan Pb 7l/LM.

e. Mengambil keputusan yang sifatnya tidak prinsipal serta tidak

menyimpang dari kebijaksanaan Administratur dan Asisten

Admi/Umum.

7. Asisten Tanaman bertugas dan berwenang untuk :

a. Bertanggung jawab kepada Kepala Rayon.

b. Membuat rencana kerja ditingkat DP yang menyangkut bidang

tanaman dan produksi.

c. Membantu Kepala Rayon melaksanakan tugas dan kebijaksanaan yang

telah digariskan perusahaan.

d. Membuat RKAP DP sesuai dengan norma-norna yang telah

ditentukan.

e. Memberikan saran dan usul perbaikan kepada Kepala Rayon.

8. Asisten Tehnik bertugas dan berwenang untuk:

a. Bertanggung jawab kepada Administratur.

b. Melaksanakan kebijakan Administratur dalam mengelola dibidang

tehnik.

c. Bertugas memelihara dan memperdayakan alat angkut berat, bengkel

tehnik, infrastruktur dan bangunan.

d. Mernbuat rencana tentang pengadaan perbaikan dan pengoperasian

transport bangunan/sipil, bengkel tehnik dan mekanisasi.

e. Menilai kondute karyawan pelaksana dalam mengusulkan mutasi dan

(44)

9. PAPAM (Perwira Pengamanan) bertugas dan berwenang untuk :

a. Bertanggung jawab kepada Administratur.

b. Bersama dinas/unit lainnya mengkoordinasi latihan bersama untuk

keamanan keselamatan kerja dan melakukan inspeksi/patroli.

c. Menyusun rencana kerja tahunan bidang keamanan.

d. Menganalisa dan memperbaiki serta meningkatkan hasil kerja dibidang

keamanan.

e. Mengusulkan kondute, mutasi promosi lingkup bidang keamanan.

I.3. SERIKAT PEKERJA PERKEBUNAN (SPBUN)

Serikat Pekerja Perkebunan PTPN II didirikan oleh Serikat pekerja

Perkebunan Tingkat Unit Kerja / Kebun lingkup PT. Perkebunan Nusantara II

(Persero) pada tanggal 20 Agustus l998 di Tanjung Morawa memenuhi

Undang-Undang Nomor 21 Trahun 2000 untuk jangka waktu 5 (lima ) tahun. SPBUN itu

sendiri memiliki tujuan dan fungsi, yaitu :

1. Tujuan SPBUN :

a. Turut serta secara aktif mewujudkan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan

Republik Indonesia l7 Agustus 1945 dan Undang- Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 serta khususnya para pekerja perkebunan

(45)

b. Menghimpun dan mempersatukan para pekerja perkebunan, memupuk

rasa setia kawan serta mempererat tali persaudaraan.

c. Membela dan melindungi serta memperjuangkan hak-hak dan kepentingan

para pekerja dan keluarganya.

d. Meningkatkan kesejahteraan pekerja, syarat-syarat kerja dan kondisi kerja

serta penghidupan yang layak sesuai dengan sila kemanusiaan yang adil

dan beradab.

e. Meningkatkan keterampilan pengetahuan dan produktivitas para pekerja

perkebunan.

f. Melindungi anggota dalam iklim Hubungan lndustrial, sehingga tercipta

ketenangan kerja dan kelangsungan usaha demi peningkatan taraf hidup,

kecerdasan dan kesejahteraan anggota dan keluarganya.

2. Fungsi SPBUN :

a. Meningkatkan partisipasi dan tanggung jawab daram kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

b. Meningkatkan efektivitas komunikasi antara pelaku produksi.

c. Meningkatkan pemahaman, pengalaman hak dan kewajiban

masing-masing anggota secara selaras, serasi dan seimbang.

d. Menjembatani / Memfasilitasi hubungan antara pekerja dengan

Manajemen.

(46)

SERIKAT PEKERJA PERKEBUNAN (SPBUN) UNIT KERJA KEBUN SEI SEMAYANG

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II MASA BHAKTI 2012 – 2017

1. Ketua : JEPRIN

PENGURUS HARIAN :

Wakil Ketua 1. Nuralunan

2. Sadana Barus, SP, MSi

3. Syarituddin

4. Deli Ketaren

5. Sumarno

Sekretaris : LILIK RAHAYUDI

Wakil Sekretaris 1. Suprapto Tresno, SP

2. Mawardi Nur

3. Rianto

Bendahara : SUDARSONO II

Wakil Bendahara : l. Rointan Bakara

2. Lisnawati

3. Bendahara

BIDANG - BIDANG :

1. BIDANG PERLINDUNGAN DAN PEMBELAAN :

1. Purwanto

2. Toni Wasno

3. Sabari

(47)

2. BIDANG KESEJAHTERAAN PEKERJA :

1. Erwandi

2. Joz Hambali, Amk

3. Suherman

4. Maswadi Sinulingga

3. BIDANG PENDIDIKAN DAN LATIHAN :

l. Rusli

2. Ranto Marpaung, SPd.I

3. Sampat Tarigan

4. Svahril

4. BIDANG ANALISIS PERUSAHAAN :

1. Suriadi R.

2. Rusman

3. Jasa Ginting

4. Roslina

5. BIDANG PENGEMBANGAN USAHA DAN KOPERASI :

1. Wagino

2. Binton Siagian

3. Mislan

4. Syamsir

6. BIDAIIG UMUM DAN PERANAN WANITA : 1. Sardi

2. Resi Sinaga

3. Arifah

Gambar

Tabel diatas merupakan jumlah buruh di perkebunan PTPN 2 Kebun Sei
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 5
+7

Referensi

Dokumen terkait

keluhan gangguan kulit dalam penggunaan asam formiat pada pekerja bagian. produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau

Hubungan Riwayat Penyakit Kulit dengan Keluhan Gangguan Kulit dalam Penggunaan Asam Formiat pada Pekerja Bagian Produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau

• 165 Analisis Penilaian Kinerja Manajer Pusat Biaya Pada Kantor Kebun Sei Baruhur PTPN III Partisipasi aktif di setiap tingkat manajemen dalam menyusun anggaran menanamkan rasa