ABSTRAK
Dwi Prasetiawati, Nim 207018200489, Hubungan Pengelolaan Kelas dengan Motivasi Belajar Kewirausahaan di SMK 2 Mei Ciputat. Skripsi. Program Studi Manajemen Pendidikan. Jurusan Kependidikan Islam. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta 2012
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Dua Mei terletak di wilayah perbatasan dengan Ibu Kota DKI Jakarta, tepatnya di Jl. H. Abdul Gani No. 135 Cempaka Putih, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Karena terletak di lokasi yang strategis dan kondusif mudah dijangkau siswa yang tinggal di wilayah Ciputat, Pamulang, Bintaro dan sekitarnya. Oleh karena itu SMK Dua Mei selalu berbenah diri untuk selalu meningkatkan mutu pendidikan dan pelayanan sehingga mendorong SMK Dua Mei menjadi sekolah yang bermutu dan dambaan masyarakat, khususnya masyarakat Ciputat dan sekitarnya. Skripsi ini membahas tentang Hubungan Pengelolaan Kelas dengan Motivasi Belajar Siswa Kewirausahaan di SMK 2 Mei Ciputat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi siswa tentang masalah kemampuan guru dalam mengelola kelas hubungannya terhadap motivasi belajar kewirausahaan. Sumber data dalam penelitian ini adalah :
1. Kepala Sekolah SMK 2 Mei Ciputat.
2. Guru Kewirausahaan di SMK 2 Mei Ciputat.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan dua cara yaitu wawancara dan angket atau kuesioner. Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan statistik korelasional.
Berdasarkan analisis data yang diperoleh bahwa pelaksanaan pengelolaan kelas di SMK Dua Mei Ciputat sudah berjalan cukup baik atau sedang. Adanya pengaruh yang signifikan antara pengelolaan kelas dengan motivasi belajar siswa. Karena, semakin baik pengelolaan kelas yang dilakukan guru, maka semakin baik motivasi belajar siswa SMK Dua Mei Ciputat.
Saran : Sebaiknya Kepala Sekolah mengawasi jalannya kegiatan pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru dalam proses belajar mengajar serta memberikan evaluasi kepada para guru dalam proses belajar mengajar khususnya dalam kegiatan pengelolaan kelas.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dalam kehidupan, karena saat ini dunia pendidikan tengah menghadap beragai masalah seperti kemjuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu siswa dharakan agar dapat mengikuti moderisasi pendidikan saat ini.1
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang berfungsi untuk membentuk
kepribadian anak didik yang baik. Dalam masa kemajuan sekarang ini, setiap
sekolah membutuhkan guru yang betul-betul berkualitas. Guru merupakan salah
satu faktor yang amat penting khususnya dalam pendidikan formal untuk
mewujudkan pencapaian tujuan pendidikan Islam.
Idealnya seorang guru harus mampu membaca dan memprediksi
kemampuan semua siswanya, dan mengetahui karakter siswanya sehingga guru
dapat memposisikan diri dengan baik dan menghadapi mereka sesuai dengan
karakter dan gaya belajar mereka dengan cara yang tepat. Seorang guru harus
dapat menarik perhatian para siswa dengan berbagai macam cara dan pendekatan
guna kelancaran proses pembelajaran. Kepribadian guru merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa dari sekian banyak faktor lainnya.2
Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta
didik, untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan
1
Abudin Nata, Modernisasi Pendidikan Islam Di Indonesia, ( Jakarta : UIN Jakarta Press, 2006),h.19
2
2
tertentu. Kedudukan guru sebagai pendidik dan pembimbing tidak bisa dilepaskan
dari guru sebagai pribadi.
Tugas utama guru sebagai pengajar adalah membantu perkembangan
intelektual, afektif dan psikomotorik, melalui menyampaikan pengetahuan,
pemecahan masalah, latihan-latihan afektif dan keterampilan.
Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif ini
mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang
bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan,
diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum
pengajaran dilakukan.
Harapan yang tidak pernah sirna oleh seorang guru adalah bagaimana
bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai oleh anak didik secara
tuntas. Ini merupakan masalah yang cukup sulit yang dirasakan oleh guru.
Kesulitan ini dikarenakan anak didik bukan hanya sebagai individu dengan segala
keunikannya, tetapi mereka juga sebagai makhluk sosial dengan latar belakang
yang berbeda.
Dengan adanya pengelolaan kelas yang baik maka akan mewujudkan
interaksi belajar mengajar yang baik pula. Tujuan pembelajarannya pun dapat
dicapai tanpa menemukan kendala yang berarti. Hanya sayangnya pengelolaan
kelas yang baik tidak selamanya dapat dipertahannkan, disebabkan pada kondisi
tertentu ada gangguan yang tidak dikehendaki datang dengan tiba-tiba atau
disebut dengan kendala spontanitas. kendala spontanitas ini dapat mengganggu
suasana kelas sehingga dapat memecahkan konsentrasi anak didik.3
Masalah pengelolaan kelas memang masalah yang tidak pernah absen dari
agenda kegiatan guru. Suatu kondisi yang optimal dapat dicapai jika guru mampu
mengatur anak didik dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam
suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Dengan adanya
hubungan interpersonal yang baik antara guru dan anak didik dengan anak didik,
merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas. Kelas harus dirancang dan
3
3
dikelola dengan seksama agar memberi hasil yang maksimal. pendekatan atas
pengelolaan kelas sangat tergantung pada kemampuan, pengetahuan, sikap guru
terhadap proses pembelajaran, dan hubungan siswa yang mereka ciptakan.4
Undang-undang no.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyrakat, bangsa dan negara.5
Dari pengertian pendidikan di atas, ada beberapa hal yang sangat penting
untuk diketahui. Pertama, pendidikan bukanlah suatu proses yang asal-asalan,
akan tetapi proses yang bertujuan sehingga segala sesuatu yang dilakukan guru
dan siswa harus mengarah ketujuan. Kedua, pendidikan tidak boleh
mengesampingkan proses belajar. Ketiga, proses penididikan harus berorientasi
kepada siswa. keempat, proses pendidikan berujung kepada pembentukan sikap,
pengembangan kecerdasan atau intelektual serta pengembangan keterampilan
anak sesuai dengan kebutuhan. oleh karena itu, Ke empat hal yang berhubungan
dengan pendidikan itu menunjukan betapa pentingnya proses pendidikan yang
mengarah pada tujuan pendidikan. Akan tetapi, pelaksanaan pendidikan di sekolah
belum sesuai dengan mata pelajaran yang diberikannya, seakan mata pelajaran
yang satu terlepas dari mata pelajaran secara menyeluruh. Untuk itu diperlukan
suatu standar yang mengatur proses pembelajaran yang biasa disebut dengan
standar proses pendidikan.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 Bab I Pasal 1 ayat 6
adalah Standar Nasional Pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan
pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi
Lulusan. Dalam standar nasional pendidikan terdapat 8 Standar Nasional antara
lain : Stadar isi pendidikan yang terdapat pada pasal 5 yaitu standar isi pendidikan
mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi
4
Radno Harsanto, Pengelolaan Kelas Yang Dinamis, (Jogyakarta, IKAPI, 2007), h.40
5
4
lulusan pada jenjeng dan jenis pendidikan tertentu, standar proses yang terdapat
pada pasal 19 yaitu proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi sktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas,
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik, dan standar-standar lainnya. dan salah satunya adalah
standar pengelolaan , pada pasal 49 ayat 1 berbunyi pengelolaan satuan
pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menerapkan menajemen
berbasis sekolah yang ditunjukan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi,
keterbukaan, dan akuntabilitas.
Akar kata pegelolaan adalah “ kelola”, ditambah awalan “pe” dan akhiran
“an”. Istilah lain dari kata pengelolaan adalah “ manajemen”. Manajemen adalah
ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan. Manajemen atau pengelolaan dalam
pengertian umum adalah pengadministrasian, pegaturan atau penataan suatu
kegiatan. Sedangkan kelas yaitu sekelompok siswa yang pada waktu yang sama
menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama.6
M. Entang mengemukakan bahwa pengelolaan kelas adalah berbagai
kegiatan yang sengaja dlakukan oleh guru dengan tujuan menciptakan dan
mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar.7
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan adalah
penyelenggaraan atau pengurusan agar sesuatu yang dikelola dapat berjalan
dengan lancar, efektif dan efisien. Oleh krena itu, agar setiap anak mendapat
perlakuan secara maksimal dan adil maka perlu didaftar, dicatat, dikelompokan,
ditempatkan dikelas. Pada waktu-waktu tertentu, sekolah berkewajiban
memberikan laporan kepada orang tua atau wali murid tentang hasil dari apa yang
telah diucapkan atau dilakukan oleh anak tersebut di sekolah dari hari kehari. Jadi
6
Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas Dan Siswa, (Jakartta, PT Raja Grafindo Persada, 1996) cet, IV, h. 7 dan 17
7
5
pengelolaan siswa adalah pekerjaan mengetur siswa yang meliputi : Mendaftar,
Mencatat, Menempatkan, Melaporkan dan Sebagainya.8
Agar anak didk senang dan bergairah dalam belajar, guru berusaha
menyediakan lingkungan belajar yang kondusif dengan memanfaatkan semua
potensi kelas yang ada. Keinginan ini selalu ada pada setiap diri guru di man pun
dan kapan pun. Hanya sayangnya, tidak semua keinginan guru itu terkabul
semuanya karena berbagai faktor penyebabnya. Masalah motivasi adalah satu dari
sederetan faktor yang menyebabkan itu.
Motivasi memang merupakan faktor yang mempunyai arti penting bagi
seorang anak didik. Apalah artinya anak didik pergi ke sekolah tanpa motivasi
untuk belajar. Keberhasilan belajar siswa dapat ditentukan oleh motivasi belajar
yang dimilikinya. dalam proses pembelajaran motivasi merupakan salah satu
aspek dnamis yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi
bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang, akan tetapi dikarenakan
tidak adanya motivasi untuk belajar sehingga ia tidak berusaha untuk
mengerahkan segala kemampuannya. oleh karena itu, guru harus mampu
membangkitkan motivasi belajar siswa, agar siswa dapat berupaya mengerahkan
segala kemampuannya dalam proses belajar.9
Situasi belajar mengajar di sekolah-sekolah sekarang ini menggambarkan
suatu keadaan yang sangat kompleks. Kekalutan yang ada adalah akibat
faktor-faktor obyektif yang saling mempengaruhi sehingga mengakibatkan menurunnya
hasil belajar. Oleh karena itu, guru-guru perlu menciptakan situasi yang
memungkinkan murid-murid dapat belajar dengan baik dan guru-guru dapat
membimbing dalam suasana kreatif. Jika faktor-faktor obyektif dalam situasi
belajar di sekolah dianalisa maka akan banyak sekali variabel yang menentukan
proses belajar mengajar. Usaha memperbaiki variabel-variabel adalah usaha untuk
membantu guru-guru agar mampu memecahkan persoalan-persoalan yang ada
dalam proses mengajar. Tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas
8
Arikunto,Suharsimi, Pegelolaan Kelas Dan Siswa(Sebuah Pendekatan Edukatif), (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,1996) h.12
9
6
dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara
efektif dan efisien. Beberapa indikator dari sebuah kelas yang tertib adalah
sebagai berikut :
1. Setiap anak terus bekerja, tidak macet, artinya tidak ada anak yang berhenti kerena tidak tahu akan tugas yang harus dilakukan atau tidak dapat melakukan tugas yang diberikan kepadanya.
2. Setiap anak terus melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu, artinya setiap anak akan bekerja secapatnya agar lekas menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Tetapi, mengetjakannya kurang bergairah dan mengulur waktu bekerja. Maka, kelas tersebut dikataka tidak tertib.10
Salah satu sasaran pengelolaan kelas adalah penerapan standar proses
pendidikan di suatu sekolah, karena penerapan standar proses pendidikan untuk
mencapai standar kompetensi lulusan. Secara umum penerapan standar proses di
sekolah-sekolah mengacu kepada visi, misi dan tujuan sekolah tersebut. Karena
standar proses itu adalah menerapkan standar menggunakan kriteria mutu. Dalam
pengelolaan pendidikan indonesia kriteria minimal itu adalah standar nasional
pedidikan. Kriteria minimal sama dengan batas minimal mutu yang menjadi target
pencapaian yang diterapkan satuan pendidikan, idealnya di atas standar nasional.
dalam menerapkan standar nasional, terdapat dua kata kunci yaitu adalah kriteria
yang dipersyaratkan dan adanya proses pengukuran. Hal yang diukur dalam mutu
adalah proses dan hasil belajar. oleh karena itu, indikator mutu meliputi indikator
operasional dan indikator produk. kedua bidang itu penting untuk diukur karena
dari hasil penelitian para ahli terbukti bahwa produk yang baik itu datang dari
proses yang bermutu. proses yang bermutu harus melahirkan produk yang
bermutu pula.
Namun demikian standar pengelolaan tersebut belum berjalan secara
keseluruhan di satuan pendidikan. kendalanya adalah kerena masih ada guru yang
belum paham akan proses pengelolaan kelas tersebut sehingga proses
pembelajaran kurang efektif, , masih ada guru yang belum optimal dalam
menerapkan pengelolaan kelas yang menyebabkan adanya siswa yang bosan di
kelas, siswa tidak memperhatikan pelajaran, siswa yang sering keluar kelas dan
10
7
juga siswa yang mengantuk pada saat proses pembelajaran berlangsung. padahal
jika pembelajaran dikelola dengan baik dapat berpengaruh terhadap motivasi
belajar siswa. dengan demikian motivasi belajar siswa dan kinerja siswa pun akan
meningkat.
Dari fenomena tersebut, maka penulis melakukan penelitian yang
berhubungan dengan kemampuan guru dalam mengelola kelas. dengan demikian
penulis tertarik untuk mengajukan skripsi dengan judul “ PERSEPSI SISWA
TENTANG PENGELOLAAN KELAS PENGARUHNYA TERHADAP
MOTIVASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN DI SMK DUA MEI CIPUTAT”.
Dengan alasan adanya guru yang belum memehami akan proses pengelolaan kelas
sehingga proses pembelajaran kurang efektif, dan belum akan proses pengelolaan
kelas sehingga proses pembelajaran belum maksimal dan belum lengkapnya
sarana dan prasarana yanga ada di sekolah seperti infokus yang hanya ada di
dalam satu ruangan, masih ada guru yang belum optimal dalam menerapkan
pengelolaan kelas yang menyebabkan adanya siswa yang bosan di kelas, siswa
yang tidak memperhatikan pelajaran, siswa yang sering keluar kelas dan juga
siswa yang mengantuk disaat proses belajar berlangsung.
B.
Identifikasi Masalah
Permasalahan yang di hadapi guru ketika berhadapan dengan sejumlah
anak didik adalah masalah pengelolaan kelas. Karena dengan pengelolaan kelas
secara optimal maka akan membeikan semangat belajar siswa. Apa, siapa,
bagaimana, kapan, dan di mana adalah serentetan pertanyaan yang perlu dijawab
dalam hubungannnya dengan masalah pengelolaan kelas. peranan guru itu paling
tidak berusaha mengatur suasana kelas yang kondusif bagi kegairahan dan
kesenangan belajar anak didik. Setiap kali guru masuk kelas selalu dituntut untuk
mengelola kelas hingga berakhirnya kegiatan belajar mengajar. Jadi, masalah
pengeturan kelas ini tidak akan pernah sepi dari kegiatan guru. Semua kegiatan itu
guru lakukan tidak lain demi kepentingan anak didik, demi keberhasilan belajar
8
sayangnya, masih ada guru yang belum memahami pentingnya mencipyakan
lingkungan belajar yang kondusif dengan memanfaatkan semua potensi kelas
yang ada.
Oleh karena itu, latarbelakang masalah yang telah dikemukakan, maka
dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Pengelolaan kelas belum sesuai dengan konsep pembelajaran yang
mengacu pada tujuan pembelajaran
2. Banyaknya guru yang kurang memahami konsep pembelajaran yang
mengacu pada pengelolaan kelas
3. Bagaimana pengaruh pengolahan kelas terhadap motivasi belajar siswa
4. Siswa kurang termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran
C. Pembatasan Masalah
Masalah pokok yang dihadapi guru, baik pemula maupun yang sudah
berpengalaman adalah pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas merupakan masalah
tingkah laku yang kompleks, dan guru menggunakannya untuk menciptakan dan
mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga anak didik dapat
mencapai tujuan pengejaran secara efisien dan memungkinkan mereka dapat
belajar.
Agar anak didik senang dan bergairah belajar, guru berusaha menyediakan
lingkungan belajar yang kondusif dengan memanfaatkan semua potensi kelas
yang ada. keinginan ini selalu ada pada setiap diri guru dimana pun dan kapan
pun. Hanya sayangnya, tidak semua keinginan guru itu terkabul semuanya karena
berbagai faktor penyebabnya. Masalah motivasi adalah salah satu sederetan faktor
yang menyebabkan itu.
Motivasi memang merupakan faktor yang mempunyai arti penting bagi
seorang anak didik. Apalah artinya anak didik pergi kesekolah tanpa motivasi
untuk belajar. Untuk bermain-main berlama-lama di sekolah adalah bukan
waktunya yang tepat. Untuk mengganggu teman atau membuat keributan di dalam
kelas adalah suatu perbuatan yang kurang terpuji bagi orang terpelajar seperti
9
untuk belajar demi masa depannya kelak dikemudian hari. Oleh karena itu,
mengingat keterbatasan peneliti, maka pembahasan penelitian ini dibatasi pada
bagian tentang pengelolaan kelas pengaruhnya pada motivasi belajar siswa.
D. Perumusan Masalah
Pengelolaan kelas bukanlah hal yang mudah. Jangankan bagi guru yang
baru menerjunkan diri kedalam dunia pendidikan, bagi guru yang sudah
profesional pun sudah merasakan betapa sukarnya mengelola kelas. Namun begitu
tidak pernah guru merasa jenuh dan kemudian jera mengelola kelas setiap kali
mengajar. Oleh karena itu, tugas guru disini adalah membangkitkan motivasi pada
murid-muridnya. Usahakanlah agar motivasi yang timbul pada anak-anak adalah
motivasi intrinsik (motif yang mendorongnya ada kaitannya langsung dengan
nilai-nilai yang terkandung di dalam objeknya/tujuan pekerjaannya itu sendiri),
sehingga mereka dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan.
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, berikut ini di kemukakan
rumusan masalahnya yaitu adakah hubungan yang signifikan antara persepsi siswa
terhadap pengelolaan kelas, pengaruhnya terhadap motivasi belajar
kewirausahaan. untuk memperjelas dan menyelesaikan penelitian ini berikut
pertanyaan-pertanyan penelitian :
1. Bagaimana hubungan pengelolan kelas terhadap terhadap motivasi belajar
siswa?
2. Bagaimana pengelolaan kelas pada mata pelajaran kewirausahaan?
3. Bagaimana motivasi belajar siswa pada saat pembelajaran kewirausahaan?
E.
Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah : untuk menggambarkan persepsi siswa
tentang masalah kemampuan guru dalam mengelola kelas hubungannya
terhadap motivasi belajar kewirausahaan.
10
a. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
tentang pengelolaan kelas dalam mencapai tujuan yang optimal
b. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan menjadi masukan tentang
pentingnya pengelolaan kelas bagi guru-guru maupun kepala sekolah
SMK dua mei ciputat
c. Bagi jurusan kependidikan islam program studi manajemen pendidikan
dan civitas akademia UIN Syahid, diharapkan dapat menambah
pembendaharaan karya ilmiah serta menjadi acuan dalam
11
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teoritik
1. Pengertian Persepsi
Presepsi berasal dari bahasa Inggris, yaitu perception, yang berarti pengamatan11. Menurut Sarlito Wirawan Sarsono, persepsi adalah kemampuan untuk membeda-bedakan, mengelompokan, memfokuskan objek-objek disebut sebagai kemampuan untuk mengorganisasikan pengamatan.12
Presepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh pengindraan.
Pengindraan adalah suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui
alat indra, namun proses tersebut tidak berhenti di situ saja, pada umumnya
stimulus tersebut diteruskan oleh syaraf ke otak sebagai pusat susunan syaraf ,
dan proses selanjutnya merupakan proses presepsi. Karena itu, proses presepsi
tidak dapat lepas dari proses pengindraan, dan proses pengindraan merupakan
proses yang mendahului terjadinya prsepsi. Proses pengindraan terjadi setiap
saat, yaitu pada waktu individu menerima stimulus yang mengenai dirinya
melalui alat indra. Alat indra merupakan penghubung antara individu dengan
dunia luar. Stimulus yang mengenai individu itu kemudian diorganisasikan,
diinterpretasikan sehingga individu menyadari tentang apa yang diinderanya
itu. Proses inilah yang dimaksud dengan presepsi.
11
W. J. S Poerwadarminta, Kamus Lengkap Inggris Indonesia, ( Bandung : Hasta, 1982), h. 143
12
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta : Bulan Bintang, 1982), cet. 11, h. 39
12
Aktifitas jiwa manusia mengenai rangsangan-rangsangan yang melalui
alat-alat indra dengan kemampuan manusia mengenai lingkungan hidupnya,
disebut presepsi atau pengamatan. Manusia yang memperesepsi tersebut tidak
terbatas pada rangsangan dari benda-benda atau obyek-obyek alam luar, akan
tetapi juga dapat mengenali rangsangan sakit, lapar, dahaga, yang merupakan
fakta-fakta obyektif dari dalam diri manusia. Oleh karena itu, presepsi adalah
proses individu mengenali obyek-obyek dan fakta-fakta obyektif dengan
menggunakan alat indera.13
Dengan presepsi, individu dapat menyadari, dan mengerti tentang
keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya, dan juga tentang keadaan diri
individu yang bersangkutan. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa
dalam presepsi stimulus dapat datang dari luar diri individu, tetapi juga dapat
datang dari dalam individu yang bersangkutan. Bila yang dipersepsi dirinya
sendiri sebagai objek persepsi, inilah yang disebut presepsi diri ( self-perception). Karena dalam presepsi itu merupakan aktifitas yang integred, maka seluruh apa yang ada dalam diri individu seperti perasaan, pengalaman,
kemampuan berfikir, kerangka acuan, dan aspek-aspek lain yang ada dalam
diri individu akan ikut berperandalam presepsi tersebut. Berdasarkan atas hal
tersebut, dapat dikemukakan bahwa dalam presepsi itu sekalipun stimulusnya
sama, tetapi karena pengalaman tidak sama, kemampuan berfikir tidak sama,
kerangka acuan tidak sama, adanya kemungkinan hasil presepsi antara
individu satu dengan individu yang lain tidak sama. Keadaan tersebut
memberikan gambaran bahwa presepsi itu memang bersifat individual.
2. Faktor-fakor yang mempengaruhi presepsi
Presepsi merupakan proses organisasi yang berwujud diterimaya
stimulus oleh individu melalui alat indranya dan menggabungkan data-data
indra untuk dikembangkan sedemikian rupa. Menurut Sarlito Wirawan
Sarsono terdapat enam faktor yang mempengaruhi preepsi, yaitu :
13
13
a. Perhatian : Biasa kita tidak menangkap seluruh rangsangan yang ada di sekitar kita sekaligus, tetapi kita memfokuskan perhatian pad satu atau dua objek saja. Perbedaan fokus antara satu dengan orang lain, menyebabkan perbedaan presepsi antara mereka.
b. Set : Set adalah harapan seseorang akan rangsangan yang akan timbul. misalnya, pada seorang pelari yang siap di garis “start” terdapat set bahwa akan terdengan bunyi pistol di saat mana ia harus berlari.
c. Kebutuhan : Kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun yang menetap pada diri
seseorang, akan mempengaruhi presepsi orang tersebut.
d. Sistem nilai : Sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat berpengaruh pula terhadap presepsi
e. Ciri kepribadian : Ciri kepribadian akan mempengaruhi pula presepsi f. Gangguan kejiwaan : Gangguan kejiwaan dapat menimbulkan kesalahan
presepsi yang disebut halusinasi. Berbeda dengan ilusi, halusinasi bersifat individual, jadi hanya dialami oleh penderita yang bersangkutan saja.14
3. Ciri-ciri Presepsi.
Pengindraan terjadi dalam suatu konteks tertentu, konteks ini disebut
persepsi. Agar dihasilkan suatu pengindraan yang bermakna ada ciri-ciri umum
persepsi, yaitu :
a. Rangsangan-rangsangan yang diterima harus sesuai dengan modalitas tiap-tiap indra
b. Dunia persepsi mempunyai sifat ruang
c. Dunia persepsi mempunyai dimensi waktu
d. Objek-objek atau gejala-gejala dalam dunia pengamatan mempunyai struktur yang menyatu dengan konteksnya15.
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa bahwa presepsi bukan
proses pengindraan saja, tetapi ada unsur intepretasi di dalamnya. Persepsi juga
merupakan proses pengamatan individu terhadap segala sesuatu yang ada di
lingkungannya dengan menggunakan indranya yang dimilikinya, hasil proses
pengamatan tersebut menjadikan individu sadar terhadap segala sesuatu yang ada
dilingkungannya, di samping itu, presepsi individu muncul karena adanya aktifitas
mengindra, menginterpretasikan dan memberi penilaian terhadap objek-objek
fisik maupun sosial yang ada dilingkungannya. secara singkat persepsi informasi
14
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi ... cet. VIII, h. 43-44
15
14
proses menginterpretasikan atau menafsirkan informasi yang diperoleh melalui
sistem indera manusia.
B. Pengelolaan Kelas
1. Pengertian Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab (Guru) kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agar tercapai oleh kondisi yang optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar mengajar seperti yang diharapkan. 16
Pengelolaan kelas adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap masalah dan situasi. ini berarti guru bertugas menciptakan, memperbaiki, dan memelihara sistem atau organisasi kelas, sehingga anak didik dapat memanfaatkan kemampuan dan bakatnya pada tugas-tugas individu. Sedangkan menurut Sadirman A.M, bahwa pengelolaan kelas merupakan upaya dalam mendayagunakan potensi kelas, karena itu kelas mempunyai peran dan fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan proses interaksi edukatif. 17
Pengelolaan kelas diperlukan karena dari hari ke hari dan bahkan waktu ke
waktu tingkah laku dan perbuatan anak didik selalu berubah. Hari ini anak didik
dapat belajar dengan baik dan tenang, tetapi besok belum tentu tenang. Selain itu
terjadi persaingan yang sehat dalam kelompok, sebaliknya di masa mendatang
persaingan itu menjadi tidak sehat, Oleh karena itu, kelas selalu dinamis dalam
bentuk perilaku, perbuatan, sikap, mental, dan emosional anak didik.
Jadi, pengelolaan kelas adalah suatu upaya mendayagunakan potensi kelas
yang ada seoptimal mungkin untuk mendukung proses interaksi edukatif dalam
mencapai tujuan pembelajaran. M. Entang mengemukakan bahwa pengelolaan
kelas adalah berbagai kegiatan yang sengaja dilakukan oleh guru dengan tujuan
menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal dalam proses mengajar18.
Dari pengertian pengelolaan kelas tersebut, penulis dapat menyimpulkan
bahwa pengelolaan kelas adalah suatu kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh
16 Suharsimi, Arikunto, Pengelolaan Kelas Dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif, (
jakarta : CV, Rajawali, 1988) , cet ke-2, h. 68
17
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta :PT Renika Cipta, 2000), cet ke-1, h. 172.
18
15
seorang guru dengan tujuan agar terjadi proses belajar mengajar dengan situasi
dan kondisi yang efektif, kondusif dan menyenangkan bagi kedua belah pihak
yaitu antara guru yang mengajar dan siswa yang sehingga tercapai suatu
pembelajaran yang optimal. Mengelola kelas merupakan suatu keterampilan
seorang guru untuk menciptakan suasana pengajaran yang serasi tanpa adaanya
suatu gangguan. Seorang guru harus berusaha mengembalikan kondisi tersebut
jika terdapat hal-hal yang mengganggu konsentrasi siswa serta mengganggu
kelancaaran belajar. Suatu kondisi belajar yang optimal akan dicapai apabila
seorang guru mampu mengatur siswa dengan suasana pelajaran yang serasi dan
mengendalikan suasana belajar yang menyenangkan.
2. Pengaturan siswa di dalam kelas.
Kualitas dan kuantitas siswa di dalam kelas bergantung pada banyaknya
faktor antara lain adalah guru, hubungan pribadi antara siswa di dalam kelas, serta
kondisi umum dan suasana di dalam kelas 19.
Untuk lebih jelasnya, pengaturan siswa dan fasilitas kelas dapat dilihat dalam
bagan seperti ini 20.
Kegiatan pengelolaan kelas
Mengatur orang( kondisi
Emosional)
- Tingkah laku
- Kedisiplinan
- Minat
- Antusias belajar
- Dinamika kelompok
Mengatur fasilitas belajar mengajar
(Kondisi Fisik)
- Ventilasi
- Pencahayaan
- Kenyamanan
- Letak duduk
- Penempatan siswa
kegiatan pengelolaan kelas secara dinamis antara lain adalah sebagai berikut :
19
Ibid, hal.10
20
16
a. Pengelolaan Tempat Belajar Atau Ruang Kelas
Pengelolaan tempat belajar atau ruang ini sangatlah penting dilakukan
untuk dapat menciptakan suasana belajar yang beraneka ragam sehingga
siswa tidak merasa jenuh dikelas setiap harinya. Pengelolaan tempat
belajar ini meliputi pengelolaan terhadap benda-benda yang ada diruang
belajar seperti meja, kursi yang disusun bervariasi diantaranya :
1. Bentuk kelompok
Manfaatnya adalah : Siswa mudah untuk saling berinteraksi dan berkomunikasi
baik antara guru dan siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan siswa.
17
Manfaatnya adalah : Siswa dapat dengan mudah menjangkau alat dan sumber
belajar, siswa dan guru mudah bergerak dari satu bagian ke bagian lain di dalam
kelas
3. bentuk berjajar atau secara berbaris
Manfaatnya adalah siswa dapat bekerja secara perorangan, walaupun sebenarnya
pengaturan duduk seperti ini sedikit kurang optimal bagi siswa yang mendapat
posisi duduk di belakang, karena terlalu jauh dari jangkauan alat dan sumber
belajar. Oleh karena itu peran seorang guru sangatlh penting di dalam kelas.
Seorang guru harus mampu menciptakan kondisi belajarSeorang guru harus
mampu menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan dan berusaha
mengembalikan kondisi tersebut jika terdapat hal-hal yang mengganggu
18
Pengelolaan terhadap pajangan hasil karya siswa, seperti peralatan sekolah
atau sumber belajar lainnya yang ada dikelas juga harus dikelola. Pengelolaan
terhadap tempat belajar ini dilakukan sesuai dengan strategi yang akan digunakan
oleh guru. Ruang kelas atau tempat belajar, terutama kursi dan meja siswa serta
posisi guru, ditata sedemikian rupa sehingga menunjang kegiatan pembelajaran
aktif.
b. Pengelolaan bahan pelajaran
Pengelolaan bahan pelajaran dilakukan oleh guru, dan guru perlu
merencanakan tugas dan alat belajar yang menantang untuk siswa,
memberikan umpan balik, dan menyediakan program penilaian yang
memungkinkan semua siswa maupun melakukan unjuk kemampuan atau
demonstrasi diri sebagai hasil belajar.
c. Pengelolaan kegiatan dan waktu
Dalam proses belajar mengajar biasanya ada tiga kegiatan besar yaitu awal, kegiatan inti dan penutup. Kegiatan awal ini diisi dengan hal yang bisa menarik minat siswa untuk belajar, membahas ulang pelajaran atau menyampaikan informasi awal atau penjelasan tugas kepada siswa. Kegiatan inti ini dilakukan dengan berbagai kegiatan untuk siswa sehingga siswa dapat mengalami kegiatan secara langsung dalam belajar mengajar di kelas. Kegiatan inti ini sebaiknya dilakukan dengan melibatkan siswa secara berpasangan atau kelompok atau perorangan. Kegiatan penutup biasanya diisi dengan kegiatan meresume atau meringkas hasil belajar dan biasanya diseling dengan memberikan pertayaan kepada siswa21.
3. Keterampilan dalam mengelola kelas
Komponen keterampilan dalam mengelola kelas di antaranya meliputi :
a) Keterampilan yang berhubungan dengan menciptakan kondisi belajar yang
optimal
Keterampilan ini berhubungan dengan kompetensi guru dalam mengambil
inisiatif dan pengendalian pelajaran. Aktivitas-aktivitas yang berkaitan
dengan keterampilan ini ialah sebagai berikut :
1) Sikap tanggap
a) Memandang secara seksama
21
Mansur. Muchlis, Pembelajaran Berbasis Kompetensi Dan Konstektual,
19
b) Gerak mendekati siswa
c) Memberi pernyataan
d) Memberi reaksi
Memberi reaksi terhadap gangguan atau kekacauan di dalam kelas
Kelas tidak selamanya tenang. pasti terdapat gangguan. Hal ini
perlu disadari guru dan tidak boleh dibiarkan. Teguran perlu
dilakukan guru untuk mengembalikan keadaan kelas. Teguran ini
merupakan tanda bahwa guru ada bersama anak didik dan anak
didik sadar akan perbuatan yang dilakukan oleh anak didik
tersebut.
2) Menghindari kericuhan di dalam kelas
Untuk menghindari kericuhan di dalam kelas ini, ada beberapa hal
yang harus dilakukan guru. Antara lain adalah :
a) Penguatan
Untuk mengatasi anak didik yang mengganggu atau tidak
mengerjakan tugas, dapat diberikan penguatan untuk mengubah
tingkah laku anak didik. Untuk mengatasi anak didik yang terus
mengganggu atau tidak mengerjakan tugas, maka cara guru
memberikan penguatan yang sederhana terhadapa anak didik antara
lain adalah :
1. Menggunakan peraturan positif bila anak didik tidak
menghentikan gangguan atau kembali pada tugas yang
diberikan guru
2. Menggunakan penguatan positif terhadap anak didik yang
bersikap baik dikelas dan dijadikan contoh untuk anak didik
lainnya.
b) Kelancaran
Kelancaran atau kemajuan anak didik dalam belajar adalah
indikator bahwa anak didik dapat memusatkan perhatian pada
pelajaran yang diberikan di kelas. Hal ini perlu didukung oleh
20
mengganggu konsebtrasi anak didik. Berikut ini adalah hal-hal
yang harus dihindari oleh seorang guru antar lain :
1) Adanya campur tangan yang berlebihan ( Teacher Interruption)
2) Penyimpangan (Fade Away)
c) Kecepatan
Kecepatan di sini diartikan sebagai tingkat kemajuan yang
dicapai anak didik dalam suatu pelajaran. Yang perlu dihindari guru
adalah kesalahan menahan kecepatan yang tidak perlu, atau menhan
penyajian pelajaran atau kemajuan tugas. ada dua hal kesalahan
kecepatan yang harus dihindari oleh guru adalah :
1) Bertele-tele (Over Dwelling)
kesalahan ini terjadi bila pembicaraan bersifat mengulang-ulang
hal tertentu, memperpanjang keterangan atau penjelasan.
2) Pengulangan penjelasan yang berlebihan
Kesalahan yang perlu dihindari oleh guru adalah pengulangan
(Fragmenting) yang berlebihan. Kesalahan ini muncul bila guru memberi petunjuk pengajaran atau penjelasan kepada kelompok
kecil anak didik atau secara individu, yang sebenarnya sudah
diberikan dalam kelas atau kelompok besar secara bersama.
b). Keterampilan yang berhubungan dengan pengembangan kondisi belajar
optimal
Keterampilan ini berkaitan dengan tanggapan guru terhadap gangguan
anak didik yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat
mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang
optimal. apabila terdapat anak didik yang menimbulkan gangguan yang
berulang-ulang, Walaupun telah menggunakan tingkah laku dan tindakan
yang sesuai, guru dapat meminta bantuan kepala sekolah, konselor
sekolah, atau orang tua anak didik untuk membantu mengatasi masalah
tersebut.22
22
21
4. Prinsip-Prinsip dalam Mengelola Kelas
Terdapat beberapa prinsip pengelolaan kelas antara lain adalah sebagai
berikut :
a. Hangat dan Antusias
Hangat dan antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar, guru yang hangat dan akrab dengan murid selalu menunjukan antusias pada tugasnya atau aktivitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas. Keberhasilan ini berkaitan dengan interpersonal yang baik antara guru dan siswa, hubungan yang baik di butuhkan karena salah satu kebutuhan dasar manusia. Dalam hal ini siswa adalah afeksi dari guru terhadap siswanya akan memudahkan guru tersebut yang berakhir pada keberhasilan kelas.
b. Tantangan
Tantangan yang diberikan bisa berupa kuis lisan, tanya jawab spontan atau semacam pemberian penghargaan atau hadiah kecil kepada siswa sebagai apersepsi terhadap nilai lebih yang dimilikinya dengan cara yang sportif tanpa menyinggung perasaan siswa lainnya. Pada akhirnya penghargaan tersebut dapat meningkatkan semangat dan kompetensi yang positif bagi siswa. c. Bervariasi
Penggunaan alat media atau alat bantu, gaya mengajar seorang guru, pola interaksi antara guru dan anak-anak akan mengurangi munculnya gangguan dan meningkatkan perhatian anak didik. Dalam hal ini dibutuhkan kreatifitas dalam diri seorang guru dengan menggunakan media audiovisual dalam pengajaran dan tidak terlalu monoton dalam mengajar karena dapat membuat siswa menjadi bosan.
d. Keluwesan
Keluwesan seorang guru akan sangat berpengaruh terhadap siswa dalam menciptakan suasana dalam kelas, dan siswa dapat membuka diri dalam hal-hal yang positif kepada guru.
e. Penekanan Pada Hal-Hal Yang Positif
Pada dasarnya, dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif . Penekanan terhadap hal-hal yang positif tapa membahas hal-hal yang negatif akan mengajarkan sekaligus membiasakandiri siswa untuk mampu berfikir terhadap hal-hal yang positif.
f. Penanaman Disiplin Diri
22
Penanaman disiplin hendaknya didominasi dengan memberikan contoh melalui perbuatan, kemudian didukung oleh perkataan melalui apa yang mereka lihat. Pengelolaan kelas tersebut akan menjadi sangat efektif apabila guru mampu melaksanakan prinsipnya sebagai seorang guru dan dapat menciptakan suasanya yang menyenangkan.23
Jadi dapat disimpulkan bahwa dari berbagai prinsip pengelolaan kelas bagi
seorang guru adalah harus lebih menekankan pada hal-hal yang positif agar
penanaman disiplin pada diri siswa dapat menghasilkan pendidikan yang bermutu
baik secara moril dan intelektual.
5. Tujuan Pengelolaan Kelas
Tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan
fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar mencapai
hasil yang baik, sedangkan tujuan khusus dalam mengelola kelas adalah
mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar,
menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa belajar, serta membantu siswa
untuk memperoleh hasil yang diharapkan.24
Pengelolaan kelas yang dilakukan guru bukan tanpa tujuan. Kerena ada
tujuan itulah guru selalu berusaha mengelola kelas, walaupun terkadang kelelahan
fisik meupun fikiran. Guru sadar tanpa mengelola kelas dengan baik, maka akan
menghambat kegiatan belajar mengejarnya. Itu sama saja membiarkan jalannya
pengajaran tanpa membawa hasil, yaitu mengantarkan anak didik dari tidak tahu
menjadi tahu, dari tidak mengerti menjasi mengerti, dan dari tidak berilmu
menjadi berilmu.
Agar proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan siswa
mendapatkan hasil yang memuaskan, maka di dalam pengelolaan kelas diperlukan
adanya suatu tujuan agar dalam mengelola kelas mendapatkan hasil yang
signifikan. Dan akan sia-sia jika seorang guru dalam menciptakan pengelolaan
kelas tanpa adanya tujuan.
beberapa indikator dari sebuah kelas yang tertib adalah sebagai berikut :
23
Syamsul Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Jakarta : PT Renika Cipta 2000, cet 1, h. 148-149
24
23
a. Setiap anak terus bekerja, tidak macet. artinya tidak ada anak yang berhenti kerena tidak tahu tugas yang akan dilakukan atau tidak dapat melakukan tugas yang diberikan oleh guru
b. Setiap anak harus melakukan pekerjaan sekolah tanpa membuang waktu, artinya setiap anak akan bekerja secepatnya agar dengan cepat menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya.25
Selanjutnya menurut Syaiful Bahri Djamarah membagi tujuan pengelolaan
kelas menjadi dua bagian yaitu :
1) Untuk Anak Didik
a) Mendorong anak didik mengembanhkan tanggung jawab individu
terhadap tingkah lakuya dan kebutuhan untuk mengontrol diri sebdiri b) Membantu anak didik mengetahui tingkah laku yang sesuai dengan
tata tertib kelas dan memahami bahwa teguran guru meerupakan suatu perigatan dan bukan kemarahan
c) Membengkitkan rasa tanggung jawab dalam tugas dan kegiatan yang diadakan sekolah
2) Untuk Guru
a) Mengembangkan pemahaman dalam penyajian pelajaran dengan
pembukaan yang lancar dan kecepatan yang tepat
b) Menyadari kebutuhan anak didik dan memilih kemampuan dalam
memberi petunjuk secara jelas kepada anak didik
c) Mempelajari bagaimana merespon secara efektif terhadap tingkah laku anak didik yang tidak serius belajar (mengganggu suasana belajar). d) Memiliki strategi remedial yang lebih komprehensif yan dapat
digunakan pada siiswa yang mempunyai masalah pada tingkah laku anak didik di dalam kelas.26
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pengelolaan kelas bagi
siswa adalah mengembangkan rasa tanggung jawab terhadap tingkah lakunya,
siswa mengetahui tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib, dan teguran yang
diberikan guru bukanlah kemarahan melainkan suatu teguran atau peringatan atas
kesalahan yang diperbuatnya, menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri
dalam tugas serta bertingkah laku yang baik. Sedangkan tujuan pengelolaan kelas
bagi guru adalah mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan
belajar maupun sebagai kelompok belajar sehingga siswa dapat mengembangkan
25
Arikunto, Suharsimi, Pengelolaan Kelas Dan Siswa Sebuah Pendekatan Edukatif, ... h. 68
26
24
potensinya, serta dapat menghilangkan berbagai hambatan yang terjadi ketika
proses belajar mengajar berlangsung, menyediakan dan mengatur fasilitas belajar
yang mendukung dan memugkinkan siswa belajar dengan baik, membantu siswa
mengetahui tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas, dan
mengembangkan rasa tanggung jawab, menyadari kebutuhan siswa dan memiliki
kemampuan dalam memberi petunjuk secara jelas kepada siswa.
6. Cara Pengelolaam Kelas
Pengelolaan kelas mengarah kepada kegiatan-kegiatan yang meanciptakan
dan mempertahankan kondisi yang optimal dalam proses belajar mengajar.
Sebagai pemberian dasar serta penyiapan kondisi bagi terjadinya proses belajar
yang efektif, pengelolaan kelas menunjukan kepada pengaturan kepada
pengaturan ventilasi, penerangan, tempat duduk, sampai dengan perencanaan
pengaturan peserta didik dan ruang kelas.
Dalam hal ini tempat duduk siswa harus diatur dengan kebutuhan dan
metode yang digunakan, ruang tempat berlangsungnya pelajaran harus
menyenangkan. hal ini menyangkut pengaturan ruang secara rapi. Kerapihan meja
guru dengan taplak meja dan bunga, penghias dinding, gambar-gambar ( peta,
grafik,lukisan-lukisan, dan lain-lain yang bersifat mendidik).
Ruangan tempat berlangsungnya pelajaran selain indah dan menarik, juga
harus rapi dan bersih. Fasilitas-fasilitas fisik lainnya seperti keadaan cahaya atau
penerangan, ventilasi (tempat keluar masuknya udara), warna dinding, papan tulis,
dan lainnya dlam suatu kelas merupaka faktor yang sangat penting dalam
manajemen kelas.
Kondisi belajar siswa akan optimal jika pengajar mampu mengatur siswa
dan sarana pembelajaran serta mengendalikannya dalan suasana yang
menyenangkan untuk mencapai tujuan belajar yang efektif dan efisien.
Pengaturan siswa dapat berupa penempatan tempat duduk siswa maupun
pengelompokan dalam belajar. Ada berbagai macam ventilasi, tempat duduk
maupun pengelompokan dalam belajar, diantaranya adalah bisa dengan berbanjar
25
berbentik huruf U dan lain sebagainya. Susana hangat dan keakraban juga harus
tercipta dengan baik antar guru dengan murid agar tidak terjadi kejenuhan atau
bahkan kekacauan dalam kelas antar masing-masing individu.
C. Motivasi belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Keberhasilan belajar siswa dapat ditentukan oleh motivasi belajar yang
dimilikinya. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi cenderung prestasinya
pun akan tinggi pula, sebaliknya siswa yang motivasinya rendah, akan rendah pula
prestasinya. Karena motivasi merupakan penggerak atau pendorong untuk
melakukan tindakan tertentu. Tinggi rendahnya motivasi dapat menentukan tinggi
rendahnya usaha atau semangat seseorang untuk beraktivitas, dan tentu saja tinggi
rendahnya semangat akan menentukan hasil yang diperoleh.
Woodwort mengatakan suatu motive adalah suatu set yang dapat membuat individu melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan. Dengan
demikian, motivasi adalah dorongan yang dapat menimbulkan perilaku tertentu
yang terarah kepada pencapaian suatu tujuan tertentu. Perilaku atau tindakan yang
ditunjukan seseorang dalam upaya mencapai tujuan tertent sangat tergantung dari
motive yang dimilikinya. Freededirc J. McDonald mengungkapkan, motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai oleh munculnya
perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, maka munculnya
motivasi ditandai oleh adanya perubahan energi dalam diri seseorang yang
mungkin disadari ataupun tidak.27 Motivasi adalah segala sesuatu yang menjadi
pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong orang untuk memenuhi
suatu kebutuhan. Dan sesuatu yang dijadikan motivasi itu merupakan suatu
keputusan yang telah ditetapkan individu sebagai suatu keputusan yang telah
27
26
ditetapkan individu sebagai suatu kebutuhan atau tujuan yang nyata ingin
dicapai.28
Hasibuan, Mengemukakan bahwa motif adalah suatu perangsang
keinginan dan daya penggerak kemauan bekerja seseorang karena setiap motif
mempunyai tujuan tertentu yang ingi dicapai. Adapun, Siagian mengatakan bahwa
motif adalah keadaan kejiwaan yang mendorong, mengaktifkan, atau
menggerakkan dan motif itulah yang mengarahkan dan menyalurkan perilaku,
sikap, dan tindak tanduk seseorang yang selalu dikaitkan dengan pencapaian
tujuan, baik tujuan individu maupun tujuan kelompok. Motivasi merupakan akibat
dari interaksi seseorang dengan situasi tertentu yang dihadapinya. Karena itulah,
terdapat perbedaan dalam kekuatann motivasi yang ditunjukan oleh seseorang
dalam menghadapi situsi tertentu dibandingkan dengan orang lain yang
menghadapi situsi yang sama. bahkan, seseorang akan menunjukan dorongan
tertentu dalam menghadapi situasi yang berbeda dan dalam waktu yang berlainan
pula.
Wexley & Yukl memberikan pendapat bahwa pengertian motivasi itu
adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan belajar. Motivasi
adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan belajar
seseorang, agar mereka mau bekerja sama, belajar efektif, dan terintegrasi dengan
segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan. Hasibuan. Adapun Robbins
mengemukakan motivasi sebagai suatu kerelaan berusaha seoptimal mungkin
dalam pencapaian tujuan organisasi yang dipengeruhi oleh kemampuan usaha
memuaskan beberapa kebutuhan individu.29
Adapun menurut Mc Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari yang dikemukakan oleh Mc Donald ini,
maka terdapat tiga elemen atau ciri pokok dalam motivasi, yakni ; motivasi
28
M.Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 2006) cet,IV, h.129
29
27
mengawali terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan
dirangsang karena adanya tujuan .30
2. Jenis-jenis Motivasi Belajar
Motivasi banyak jenisnya. pembagian motivasi dapat dilihat dari perspektif
kebutuhan dan perspektif fungsional, serta dari sifatnya.
a. Perspektif Kebutuhan
Teori motivasi yang memandang dari sudut kebutuhan dikembangkan oleh
Maslow. Menurut Maslow, kebutuhan manusia itu bertingkat-tingkat. individu itu
akan merasa puas memenuhi kebutuhan pada taraf tertentu manakala pada taraf
sebelumnya kebutuhan itu telah terpenuhi. kebutuhan-kebutuhan itu adalah
sebagai berikut :
1). Kebutuhan Fisiologis, yaitu kebutuhan dasar yang harus terpenuhi sebelum
kebutuhan-kebutuhan lain terpenuhi. Kebutuhan fisiologis meliputi kebutuhan
rasa lapar, haus, kebutuhan istirahat dan lain sebagainya.
2). Kebutuhan akan keamanan, yaitu kebutuhan rasa terlindungi, bebas dari rasa
takut dan kecemasan
3). Kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan akan cinta kasih seperti rasa diterima oleh
kelompok, perasaan dihargai dan dihormati oleh orang lain.
4). Kebutuhan untuk menjadi dirinya sendiri, yaitu kebutuhan berprestise yang
erat dengan kebutuhan untuk mengembangkan bakat dan minat yang dimilikinya
baik dalam bidang pengetahuan, sosial dan lain sebagainya.
Menurut Maslow, motivasi pada setiap tingkatan hanya dapat dibangkitkan
manakala telah terpenuhinya tingkat motivasi sebelumnya. Misalkan, anak hanya
mungkin dapat mengembangkan minat dan bakatnya dengan sempurna, manakala
telah memiliki rasa diterima oleh kelompok sosialnya.
a. Perspektif Fungsional
30
28
Perspektif ini membagi jenis motivasi dilihat dari konsep motivasi sebagai
penggerak, harapan dan insentif. motivasi sebagai penggerak adalah motivasi
yang memberi tenaga untuk aktivitas itu hanya mungkin terjadi apabila ada faktor
pendorong yang menggerakkan seluruh energi yang tersedia. Tanpa adanya
penggerak tidak mungkin akan terjadi aktivitas. Penggerak itu bisa datang dari
luar diri individu yang kemudian dinamakan sumber eksternal atau bisa muncul
dari dalam yang kemudian dinamakan sumber internal.
b. Sifat Motivasi
Dilihat dari sifatnya motivasi dapat dibedakan antara motivasi instrinsik dan motivasi instrinsik. Motivasi instrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri individu, misalkan siswa belajar karena didorong oleh keinginannya sendiri menambah pengetahuan atau seseorang berolehraga tenis karena memang ia mencintai olehraga tersebut. Jadi dengan demikian, dalam motivasi instrinsik tujuan yang ingi dicapai ada dalam kegiatan itu sendiri. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang datang dari luar diri. misalkan, siswa belajar dengan penuh semangat karena ingin mendapat nilai yang bagus, seseorang berolahraga karena ingin menjadi juara dalam suatu turnamen. Dengan demikian, dalam motivasi ekstrinsik tujuan yang ingin dicapai berada di luar kegiatan itu.31
Motivasi internal, yaitu keinginan bertindak yang disebabkan faktor
pendorong dari dalam diri individu. Dalam proses belajar mengajar siswa yang
termotivasi secara instrinsik dapa dilihat dari kegiatan yang tekun dalam
mengerjakan tugas-tugas belajar karena merasa butuh dan ingin mencapai tujuan
belajar yang sebenarnya. Sedangkan motivasi eksternal adalah motivasi yang
keberadaannya karena pengeruh rangsangan dari luar. Motivasi eksternal bukan
merupakan keinginan yang sebenarnya yang ada di dalam diri siswa untuk belajar,
tujuan individu melakukan kegiatan adalah mencapai tujuan yang terletak di luar
aktivitas belajar itu sendiri, atau tujuan itu tidak terlibat di dalam aktivitas belajar.
Antara motivasi internal dan eksternal saling menambah atau memperkuat,
bahkan motivasi eksternal dapat membangkitkan motivasi internal. Dari
definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah suatu dorongan,
baik yang bersifat internal maupun eksternal yang membuat siswa bergerak,
31
29
bersemangat, dan senang belajar secara serius dan terus menerus selama kegiatan
proses belajar.32
3. Prinsip-prinsip Motivasi
Dalam penerapan motivasi belajar untuk memperoleh hasil pembelajaran
yang optimal, perlu diperhatikan prinsip-prinsip penerapan motivasi. Dari hasil
penelitiannya Kenneth H. Hoover mengemukakan sejumlah prinsip sebagai
berikut :
a. Pujian lebih efektif dari pada hukuman. Hukuman bersifat menghentikan suatu perbuatan, sedangkan pujian bersifat menghargai hasil kerja yang telah dilakukan. Oleh karena itu, memberikan pujian akan lebih efektif untuk membangkitkan motivasi belajar
b. Pasa siswa memiliki kebutuhan psikologis yang bersifat dasar yang perlu mendapat kepuasan. Siswa berbeda-beda dalam upaya memenuhi kebutuhan tersebut. Bagi siswa yang dapat memenuhi kebutuhannya secara efektif melalui kegiatan-kegiatan belajar lebih sedikit memerlukan bantuan dibandingkan dengan siswa yang tidak dapat memenuhi kebutuhannya itu.
c. Dorongan yang datang dari dalam (instrinsik), lebih efektif dibandingkan dengan dorongan yang muncul dari luar (ekstrinsik), dalam menggerakan motivasi belajar
d. Tindakan-tindakan atau respon siswa yang sesuai dengan tujuan, perlu diberikan penguatan untuk menetapkan hasil belajar. Penguatan itu sangat penting artinya untuk membangkitkan motivasi belajar siswa melalui penguatan siswa akan merespon ulang setiap kali muncul stimulus
e. Motivasi mudah menular kepada orang lain. Guru yang mengajar penuh antusias dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga dapat mendorong kepada temannya yang lain untuk meningkatkan motivasi bealajarnya
f. Pemahaman siswa yang jelas terhadap tujuan dapat membangkitkan
motivasi belajar siswa. oleh karena itu, siswa perlu tahu arah dan tujuan pembelajaran
g. Minat siswa untuk menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri, akan lebih besar dibandingkan dengan tugas yang dibebankan oleh orang lain. Guru perlu mempertimbangkan pemberian tugas yang sesuai dengan minat siswa sehingga siswa tidak merasa terpaksa untuk mengerjakannya
h. Berbagai macam penghargaan seperti ganjaran yang diberikan dari luar kadang-kadang diperlukan untuk merangsang minat belajar siswa. Guru perlu memberikan penghargaan yang wajar sebagai upaya meningkatkan belajar siswa
32
30
i. Penerapan strategi pembelajaran yang bervariasi dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Guru perlu memahami dan mampu menerapkan berbagai strategi pembelajaran sesuai dengan tujuan yang dicapai.
j. Minat khusus yang dimiliki siswa akan sangat bermanfaat dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa manakala dihubungkan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan.33
4. Faktor-faktor Pengaruh Motivasi
Motivasi sebagai proses psikologis dalam diri seseorang akan dipengaruhi
oleh beberapa faktor. faktor-faktor tersebut dapat dibedakan atas faktor intern dan
ekstern.
1. Faktor Intern
Motivasi intern mengacu pada faktor-faktor dari dalam, tersirat baik dalam
tugas itu sendiri maupun pada diri siswa. Kebanyakan teori pendidikan modern
mengambil motivasi intrinsik sebagai pendorong bagi aktivitas dalam pengajaran
dan dalam pemecahan soal. Ini tidak mengherankan, karena keinginan untuk
menambah pengetahuan dan untuk melacak merupakan faktor instrinsik pada
semua orang.
2. Faktor Ekstern
Motivasi ekstern mengacu kepada faktor-faktor dari luar, dan ditetapkan
pada tugas atau pada siswa oleh orang lain. Motivasi ekstern biasa berupa
penghargaan, pujian, hukuman atau celaan.
Pada umumnya motivasi intern berhubungan erat dengan dua kebutuhan
tingkat tinggi dari Maslow, yaitu kebutuhan penghargaan dan kebutuhan berusaha,
sedangkan motivasi ektern berhubungan tiga jenis kebutuhan tingkat rendah.
Menurut Morrison dan Mclntyrw kebanyakan guru lebih memikirkan motivasi
ektern, hal yang nampak umpamanya, diskusi-diskusi yang itu-itu juga tentang
hukuman dan sangsi-sangsi lain dalam pengajaran klasikal. karenanya peranan
yang dibawa oleh motivasi intern sering diabaikan, dan ada juga sangkaan bahwa
33
31
guru, yang menggunakan motivasi intern, merupakan guru yang bersikap terlalu
lunak.34
5.Ciri-ciri Motivasi Siswa
Motivasi mempunyai fungsi yang sangat penting dalam belajar siswa,
karena motivasi akan menentukan intensitas usaha belajar yang dilakukan oleh
siswa. Berikut ini adalah ciri-ciri motivasi siswa, yaitu :
a. Cita-cita
Cita-cita adalah suatu target yang ingin dicapai. Target ini diartikan
sebagai tujuan yang ditetapkan dalam suatu kegiatan yang mengandung
makna bagi sesorang. Munculnya cita-cita seseorang disertai dengan
perkembangan akar, moral kemuan, bahasa dan nilai-nilai kehidupan yang
juga menimbulkan adanya perkembangan kepribadian.
b. Kemampuan Belajar
Setiap siswa mempunyai kemampuan belajar berbeda, hal ini diukur
melalui taraf perkembangan berfikir siswa dimana siswa yang memiliki
kemampuan untuk melakukan sesuatu maka akan mendorong dirinya
berbuat sesuatu untuk dapat mewujudkan tujuan yang ingin diperolehnya
dan sebaliknya yang merasa tidak mampu akan merasa malas untuk
berbuat sesuatu.
c. Kondisi Siswa
Kondisi siswa dapat diketahui dari kondisi fisik dan kondisi psikologis,
karena siswa adalah makhluk yang terdiri dari kesatuan psikofisik. Kondisi
fisik siswa lebih cepat diketahui daripada kondisi psikologis, hal ini
dikarenakan kondisi fisik lebih jelas menunjukan gejalanya daripada
kondisi psikologis.
d. Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan merupakan unsur yang datang dari luar diri siswa
yaitu lngkungan keluarga, sekolah dan masyarakat, lingkungan fisik
sekolah, sarana dan prasarana perlu ditata dan dikelola agar dapat
menyenangkan dan membuat siswa merasa nyaman untuk
34
32
belajar.kebutuhan emosional psikologis juga perlu mendapat perhatian.
Misalnya, kebutuhan rasa aman, berprestasi, dihargai, diakui yang harus
dipenuhi agar motivasi belajar timbul dan dapat dipertahannkan.
e. Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar
Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang
keberadaannya didalam proses belajar tidak stabil, kadang-kadang kuat,
kdang-kadang lemah dan bahkan hilang sama sekali misalnya gairah
belajar, emosi siswa dan lain-lain.
f. Upaya Guru Membelajarkan Siswa
Upaya guru membelajarkan siswa adalah usaha guuru dalam
mempersiapkan diri untuk membelajarkan siswa mulai dari penguasaan
materi, cara menyampaikan, menarik perhatian siswa dan mengevaluasi
hasil belajar siswa. Bila upaya guru hanya sekedar mengajar artinya
keberhasilan guru yang menjadi titik tolak, besar kemungkinan siswa tidak
tertarik untuk belajar sehingga motivasi belajar siswa menjadi melemah
atau hilang.35
Dalam hal ini, berarti siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan
tekun dalam belajar dan terus belajar secara continue (bersambung) tanpa mengenal putus asa.
6. Cara Meningkatkan Motivasi Belajar
Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif
membangkitkan motivasi belajar siswa. dibawah ini dikemukakan beberapa
petunjuk.
a. Memperjelas Tujuan Yang Ingin Dicapai
Tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham ke arah mana ia ingin di
bawa. Pemahaman siswa tentang tujuan pembelajaran dapat menumbuhkan minat
siswa untuk belajar yang pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi belajar
mereka. Semakin jelas tujuan yang ingi dicapai, maka akan semakin kuat motivasi
35
33
belajar siswa. Oleh karena itu ,sebelum proses pembelajaran dimulai hendaknya
guru menjelaskan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai
b. Membangkitkan Minat Siswa
Siswa akan terdorong untuk belajar, manakala mereka memiliki minat
untuk belajar. Oleh sebab itu mengembangkan minat belajar siswa merupakan
salah satu teknik dalam mengembangkan motivasi belajar. Beberapa cara dapat
dilakukan untuk membangkitkan minat belajar siswa di antaranya :
1). Hubungan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan siswa.
Minat siswa akan tumbuh manakala ia dapat menangkap bahwa materi pelajaran
itu berguna untuk kehidupannya. Dengan demikian, guru perlu menjelaskan
keterkaitan materi pelajaran dengan kebutuhan siswa.
2). Susuaikan materi pelajaran dengan tingkat pengalaman dan kemampuan siswa.
Materi pelajaran yang terlalu sulit untuk dipelajari atau materi pelajaran yang jauh
dari pengalaman siswa, akan tidak diminati oleh siswa. Materi pelajaran yang
terlalu sulit akan tidak diminati oleh siswa. Materi pelajaran yang terlalu sulit
tidak akan dapat diikuti dengan baik, yang dapat menimbulkan siswa akan gagal
mencapai hasil yang optimal, dan kegagalan itu dapat membunuh minat siswa
untuk belajar. biasanya minat siswa akan tumbuh kalau ia mendapatkan
kesuksesan dalam belajar.
3). Gunakan berbagai model dan strategi pembelajaran secara bervariasi misalnya
diskusi, kerja kelompok, eksperimen, demonstrasi dan lain sebagainnya.
c. Menciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar
Siswa hanya mungkin dapat belajar dengan baik, manakala ada dalam suasana
yang menyenangkan, merasa aman bebas dari rasa takut. suasana yang
menyenangkan dapat memungkinkan siswa beraktivitas dengan penuh semangat
dan penuh gairah. Usahakan agar kelas selamanya dalam suasana hidup dan segar,
terbebas dari rasa tegang. Untuk itu guru sekali-sekali dapat melakukan hal-hal
yang lucu.
34
Motivasi akan tumbuh manakala siswa merasa dihargai. memberikan
pujian yang wajar merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
mmemberikan penghargaan. pujian tidak selamanya harus dengan kata-kata,
justru ada anak yang merasa tidak senang dengan kata-kata. Pujian sebagai
penghargaan bisa dilakukan dengan isyarat misalnya, senyuman dan anggukan
yang wajar, atau mungkin dengan tatapan mata yang meyakinkan.
e. Berikan Penilaian
Banyak siswa yang belajar karena ingin memperoleh nilai yang bagus.
Untuk itu mereka belajar dengan giat. Bagi sebagian siswa nilai dapat menjadi
motivasi yang kuat untuk belajar. Oleh karena itu, penilaian harus dilakukan
dengan segera, agar siswa secepat mungkin mengetahui hasil kerjanya. Penilaian
harus dilakukan secara objektif sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing.
f. Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa
Siswa butuh penghargaan. penghargaan bisa dilakukan dengan
memberikan komentar yang positif. Setelah siswa selesai mengerjakan suatu
tugas, sebaiknya berikan komentar secepatnya misalnya dengan memberikan
tulisan “bagus”, atau”teruskan pekerjaanmu” dan lain sebagainya. Komentar yang
positif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
g. Ciptakan persaingan dan kerja sama.
Persaingan dan kompetisi yang sehat dapat memberikan pengarus yang
baik untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa. Melalui persaingan siswa
dimungkinkan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh hasil yang
terbaik. Oleh sebab itu, guru harus mendesain pembelajaran yang memungkinkan
siswa untuk bersaing baik antara kelompok maupun antar individu. Namun
demikian, diakui persaingan tidak selamanya menguntungkan, khususnya untuk
siswa yang memang dirasakan tidak mampu untuk bersaing. oleh sebab itu,
35
yang memiliki perbedaan kemampuan, misalnya dengan strategi cooperative learning dapat dipertimbangkan untuk menciptakan persaingan yang sehat.36
Guru selalu berusaha secara sistematis untuk memperkuat motivasi siswa
lewat penyajian bahan pelajaran, sangsi-sangsi dan hubungan pribadi dengan
muridnya. Hubungan baik antara guru dengan murid, harus diciptakan dan
dipelihara dengan baik. Murid harus diperlakukan sedemikian rupa sehingga
terwujud rasa harga diri,