• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan pengelolaan kelas dengan motivasi belajar kewirausahaan di SMK Dua Mei Ciputat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan pengelolaan kelas dengan motivasi belajar kewirausahaan di SMK Dua Mei Ciputat"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Dwi Prasetiawati, Nim 207018200489, Hubungan Pengelolaan Kelas dengan Motivasi Belajar Kewirausahaan di SMK 2 Mei Ciputat. Skripsi. Program Studi Manajemen Pendidikan. Jurusan Kependidikan Islam. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta 2012

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Dua Mei terletak di wilayah perbatasan dengan Ibu Kota DKI Jakarta, tepatnya di Jl. H. Abdul Gani No. 135 Cempaka Putih, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Karena terletak di lokasi yang strategis dan kondusif mudah dijangkau siswa yang tinggal di wilayah Ciputat, Pamulang, Bintaro dan sekitarnya. Oleh karena itu SMK Dua Mei selalu berbenah diri untuk selalu meningkatkan mutu pendidikan dan pelayanan sehingga mendorong SMK Dua Mei menjadi sekolah yang bermutu dan dambaan masyarakat, khususnya masyarakat Ciputat dan sekitarnya. Skripsi ini membahas tentang Hubungan Pengelolaan Kelas dengan Motivasi Belajar Siswa Kewirausahaan di SMK 2 Mei Ciputat.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi siswa tentang masalah kemampuan guru dalam mengelola kelas hubungannya terhadap motivasi belajar kewirausahaan. Sumber data dalam penelitian ini adalah :

1. Kepala Sekolah SMK 2 Mei Ciputat.

2. Guru Kewirausahaan di SMK 2 Mei Ciputat.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan dua cara yaitu wawancara dan angket atau kuesioner. Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan statistik korelasional.

Berdasarkan analisis data yang diperoleh bahwa pelaksanaan pengelolaan kelas di SMK Dua Mei Ciputat sudah berjalan cukup baik atau sedang. Adanya pengaruh yang signifikan antara pengelolaan kelas dengan motivasi belajar siswa. Karena, semakin baik pengelolaan kelas yang dilakukan guru, maka semakin baik motivasi belajar siswa SMK Dua Mei Ciputat.

Saran : Sebaiknya Kepala Sekolah mengawasi jalannya kegiatan pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru dalam proses belajar mengajar serta memberikan evaluasi kepada para guru dalam proses belajar mengajar khususnya dalam kegiatan pengelolaan kelas.

(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dalam kehidupan, karena saat ini dunia pendidikan tengah menghadap beragai masalah seperti kemjuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu siswa dharakan agar dapat mengikuti moderisasi pendidikan saat ini.1

Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang berfungsi untuk membentuk

kepribadian anak didik yang baik. Dalam masa kemajuan sekarang ini, setiap

sekolah membutuhkan guru yang betul-betul berkualitas. Guru merupakan salah

satu faktor yang amat penting khususnya dalam pendidikan formal untuk

mewujudkan pencapaian tujuan pendidikan Islam.

Idealnya seorang guru harus mampu membaca dan memprediksi

kemampuan semua siswanya, dan mengetahui karakter siswanya sehingga guru

dapat memposisikan diri dengan baik dan menghadapi mereka sesuai dengan

karakter dan gaya belajar mereka dengan cara yang tepat. Seorang guru harus

dapat menarik perhatian para siswa dengan berbagai macam cara dan pendekatan

guna kelancaran proses pembelajaran. Kepribadian guru merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa dari sekian banyak faktor lainnya.2

Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta

didik, untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan

1

Abudin Nata, Modernisasi Pendidikan Islam Di Indonesia, ( Jakarta : UIN Jakarta Press, 2006),h.19

2

(13)

2

tertentu. Kedudukan guru sebagai pendidik dan pembimbing tidak bisa dilepaskan

dari guru sebagai pribadi.

Tugas utama guru sebagai pengajar adalah membantu perkembangan

intelektual, afektif dan psikomotorik, melalui menyampaikan pengetahuan,

pemecahan masalah, latihan-latihan afektif dan keterampilan.

Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif ini

mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang

bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan,

diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum

pengajaran dilakukan.

Harapan yang tidak pernah sirna oleh seorang guru adalah bagaimana

bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai oleh anak didik secara

tuntas. Ini merupakan masalah yang cukup sulit yang dirasakan oleh guru.

Kesulitan ini dikarenakan anak didik bukan hanya sebagai individu dengan segala

keunikannya, tetapi mereka juga sebagai makhluk sosial dengan latar belakang

yang berbeda.

Dengan adanya pengelolaan kelas yang baik maka akan mewujudkan

interaksi belajar mengajar yang baik pula. Tujuan pembelajarannya pun dapat

dicapai tanpa menemukan kendala yang berarti. Hanya sayangnya pengelolaan

kelas yang baik tidak selamanya dapat dipertahannkan, disebabkan pada kondisi

tertentu ada gangguan yang tidak dikehendaki datang dengan tiba-tiba atau

disebut dengan kendala spontanitas. kendala spontanitas ini dapat mengganggu

suasana kelas sehingga dapat memecahkan konsentrasi anak didik.3

Masalah pengelolaan kelas memang masalah yang tidak pernah absen dari

agenda kegiatan guru. Suatu kondisi yang optimal dapat dicapai jika guru mampu

mengatur anak didik dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam

suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Dengan adanya

hubungan interpersonal yang baik antara guru dan anak didik dengan anak didik,

merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas. Kelas harus dirancang dan

3

(14)

3

dikelola dengan seksama agar memberi hasil yang maksimal. pendekatan atas

pengelolaan kelas sangat tergantung pada kemampuan, pengetahuan, sikap guru

terhadap proses pembelajaran, dan hubungan siswa yang mereka ciptakan.4

Undang-undang no.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyrakat, bangsa dan negara.5

Dari pengertian pendidikan di atas, ada beberapa hal yang sangat penting

untuk diketahui. Pertama, pendidikan bukanlah suatu proses yang asal-asalan,

akan tetapi proses yang bertujuan sehingga segala sesuatu yang dilakukan guru

dan siswa harus mengarah ketujuan. Kedua, pendidikan tidak boleh

mengesampingkan proses belajar. Ketiga, proses penididikan harus berorientasi

kepada siswa. keempat, proses pendidikan berujung kepada pembentukan sikap,

pengembangan kecerdasan atau intelektual serta pengembangan keterampilan

anak sesuai dengan kebutuhan. oleh karena itu, Ke empat hal yang berhubungan

dengan pendidikan itu menunjukan betapa pentingnya proses pendidikan yang

mengarah pada tujuan pendidikan. Akan tetapi, pelaksanaan pendidikan di sekolah

belum sesuai dengan mata pelajaran yang diberikannya, seakan mata pelajaran

yang satu terlepas dari mata pelajaran secara menyeluruh. Untuk itu diperlukan

suatu standar yang mengatur proses pembelajaran yang biasa disebut dengan

standar proses pendidikan.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 Bab I Pasal 1 ayat 6

adalah Standar Nasional Pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan

pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi

Lulusan. Dalam standar nasional pendidikan terdapat 8 Standar Nasional antara

lain : Stadar isi pendidikan yang terdapat pada pasal 5 yaitu standar isi pendidikan

mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi

4

Radno Harsanto, Pengelolaan Kelas Yang Dinamis, (Jogyakarta, IKAPI, 2007), h.40

5

(15)

4

lulusan pada jenjeng dan jenis pendidikan tertentu, standar proses yang terdapat

pada pasal 19 yaitu proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan

secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi sktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas,

dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta

psikologis peserta didik, dan standar-standar lainnya. dan salah satunya adalah

standar pengelolaan , pada pasal 49 ayat 1 berbunyi pengelolaan satuan

pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menerapkan menajemen

berbasis sekolah yang ditunjukan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi,

keterbukaan, dan akuntabilitas.

Akar kata pegelolaan adalah “ kelola”, ditambah awalan “pe” dan akhiran

“an”. Istilah lain dari kata pengelolaan adalah “ manajemen”. Manajemen adalah

ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan. Manajemen atau pengelolaan dalam

pengertian umum adalah pengadministrasian, pegaturan atau penataan suatu

kegiatan. Sedangkan kelas yaitu sekelompok siswa yang pada waktu yang sama

menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama.6

M. Entang mengemukakan bahwa pengelolaan kelas adalah berbagai

kegiatan yang sengaja dlakukan oleh guru dengan tujuan menciptakan dan

mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar.7

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan adalah

penyelenggaraan atau pengurusan agar sesuatu yang dikelola dapat berjalan

dengan lancar, efektif dan efisien. Oleh krena itu, agar setiap anak mendapat

perlakuan secara maksimal dan adil maka perlu didaftar, dicatat, dikelompokan,

ditempatkan dikelas. Pada waktu-waktu tertentu, sekolah berkewajiban

memberikan laporan kepada orang tua atau wali murid tentang hasil dari apa yang

telah diucapkan atau dilakukan oleh anak tersebut di sekolah dari hari kehari. Jadi

6

Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas Dan Siswa, (Jakartta, PT Raja Grafindo Persada, 1996) cet, IV, h. 7 dan 17

7

(16)

5

pengelolaan siswa adalah pekerjaan mengetur siswa yang meliputi : Mendaftar,

Mencatat, Menempatkan, Melaporkan dan Sebagainya.8

Agar anak didk senang dan bergairah dalam belajar, guru berusaha

menyediakan lingkungan belajar yang kondusif dengan memanfaatkan semua

potensi kelas yang ada. Keinginan ini selalu ada pada setiap diri guru di man pun

dan kapan pun. Hanya sayangnya, tidak semua keinginan guru itu terkabul

semuanya karena berbagai faktor penyebabnya. Masalah motivasi adalah satu dari

sederetan faktor yang menyebabkan itu.

Motivasi memang merupakan faktor yang mempunyai arti penting bagi

seorang anak didik. Apalah artinya anak didik pergi ke sekolah tanpa motivasi

untuk belajar. Keberhasilan belajar siswa dapat ditentukan oleh motivasi belajar

yang dimilikinya. dalam proses pembelajaran motivasi merupakan salah satu

aspek dnamis yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi

bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang, akan tetapi dikarenakan

tidak adanya motivasi untuk belajar sehingga ia tidak berusaha untuk

mengerahkan segala kemampuannya. oleh karena itu, guru harus mampu

membangkitkan motivasi belajar siswa, agar siswa dapat berupaya mengerahkan

segala kemampuannya dalam proses belajar.9

Situasi belajar mengajar di sekolah-sekolah sekarang ini menggambarkan

suatu keadaan yang sangat kompleks. Kekalutan yang ada adalah akibat

faktor-faktor obyektif yang saling mempengaruhi sehingga mengakibatkan menurunnya

hasil belajar. Oleh karena itu, guru-guru perlu menciptakan situasi yang

memungkinkan murid-murid dapat belajar dengan baik dan guru-guru dapat

membimbing dalam suasana kreatif. Jika faktor-faktor obyektif dalam situasi

belajar di sekolah dianalisa maka akan banyak sekali variabel yang menentukan

proses belajar mengajar. Usaha memperbaiki variabel-variabel adalah usaha untuk

membantu guru-guru agar mampu memecahkan persoalan-persoalan yang ada

dalam proses mengajar. Tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas

8

Arikunto,Suharsimi, Pegelolaan Kelas Dan Siswa(Sebuah Pendekatan Edukatif), (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,1996) h.12

9

(17)

6

dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara

efektif dan efisien. Beberapa indikator dari sebuah kelas yang tertib adalah

sebagai berikut :

1. Setiap anak terus bekerja, tidak macet, artinya tidak ada anak yang berhenti kerena tidak tahu akan tugas yang harus dilakukan atau tidak dapat melakukan tugas yang diberikan kepadanya.

2. Setiap anak terus melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu, artinya setiap anak akan bekerja secapatnya agar lekas menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Tetapi, mengetjakannya kurang bergairah dan mengulur waktu bekerja. Maka, kelas tersebut dikataka tidak tertib.10

Salah satu sasaran pengelolaan kelas adalah penerapan standar proses

pendidikan di suatu sekolah, karena penerapan standar proses pendidikan untuk

mencapai standar kompetensi lulusan. Secara umum penerapan standar proses di

sekolah-sekolah mengacu kepada visi, misi dan tujuan sekolah tersebut. Karena

standar proses itu adalah menerapkan standar menggunakan kriteria mutu. Dalam

pengelolaan pendidikan indonesia kriteria minimal itu adalah standar nasional

pedidikan. Kriteria minimal sama dengan batas minimal mutu yang menjadi target

pencapaian yang diterapkan satuan pendidikan, idealnya di atas standar nasional.

dalam menerapkan standar nasional, terdapat dua kata kunci yaitu adalah kriteria

yang dipersyaratkan dan adanya proses pengukuran. Hal yang diukur dalam mutu

adalah proses dan hasil belajar. oleh karena itu, indikator mutu meliputi indikator

operasional dan indikator produk. kedua bidang itu penting untuk diukur karena

dari hasil penelitian para ahli terbukti bahwa produk yang baik itu datang dari

proses yang bermutu. proses yang bermutu harus melahirkan produk yang

bermutu pula.

Namun demikian standar pengelolaan tersebut belum berjalan secara

keseluruhan di satuan pendidikan. kendalanya adalah kerena masih ada guru yang

belum paham akan proses pengelolaan kelas tersebut sehingga proses

pembelajaran kurang efektif, , masih ada guru yang belum optimal dalam

menerapkan pengelolaan kelas yang menyebabkan adanya siswa yang bosan di

kelas, siswa tidak memperhatikan pelajaran, siswa yang sering keluar kelas dan

10

(18)

7

juga siswa yang mengantuk pada saat proses pembelajaran berlangsung. padahal

jika pembelajaran dikelola dengan baik dapat berpengaruh terhadap motivasi

belajar siswa. dengan demikian motivasi belajar siswa dan kinerja siswa pun akan

meningkat.

Dari fenomena tersebut, maka penulis melakukan penelitian yang

berhubungan dengan kemampuan guru dalam mengelola kelas. dengan demikian

penulis tertarik untuk mengajukan skripsi dengan judul “ PERSEPSI SISWA

TENTANG PENGELOLAAN KELAS PENGARUHNYA TERHADAP

MOTIVASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN DI SMK DUA MEI CIPUTAT”.

Dengan alasan adanya guru yang belum memehami akan proses pengelolaan kelas

sehingga proses pembelajaran kurang efektif, dan belum akan proses pengelolaan

kelas sehingga proses pembelajaran belum maksimal dan belum lengkapnya

sarana dan prasarana yanga ada di sekolah seperti infokus yang hanya ada di

dalam satu ruangan, masih ada guru yang belum optimal dalam menerapkan

pengelolaan kelas yang menyebabkan adanya siswa yang bosan di kelas, siswa

yang tidak memperhatikan pelajaran, siswa yang sering keluar kelas dan juga

siswa yang mengantuk disaat proses belajar berlangsung.

B.

Identifikasi Masalah

Permasalahan yang di hadapi guru ketika berhadapan dengan sejumlah

anak didik adalah masalah pengelolaan kelas. Karena dengan pengelolaan kelas

secara optimal maka akan membeikan semangat belajar siswa. Apa, siapa,

bagaimana, kapan, dan di mana adalah serentetan pertanyaan yang perlu dijawab

dalam hubungannnya dengan masalah pengelolaan kelas. peranan guru itu paling

tidak berusaha mengatur suasana kelas yang kondusif bagi kegairahan dan

kesenangan belajar anak didik. Setiap kali guru masuk kelas selalu dituntut untuk

mengelola kelas hingga berakhirnya kegiatan belajar mengajar. Jadi, masalah

pengeturan kelas ini tidak akan pernah sepi dari kegiatan guru. Semua kegiatan itu

guru lakukan tidak lain demi kepentingan anak didik, demi keberhasilan belajar

(19)

8

sayangnya, masih ada guru yang belum memahami pentingnya mencipyakan

lingkungan belajar yang kondusif dengan memanfaatkan semua potensi kelas

yang ada.

Oleh karena itu, latarbelakang masalah yang telah dikemukakan, maka

dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Pengelolaan kelas belum sesuai dengan konsep pembelajaran yang

mengacu pada tujuan pembelajaran

2. Banyaknya guru yang kurang memahami konsep pembelajaran yang

mengacu pada pengelolaan kelas

3. Bagaimana pengaruh pengolahan kelas terhadap motivasi belajar siswa

4. Siswa kurang termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran

C. Pembatasan Masalah

Masalah pokok yang dihadapi guru, baik pemula maupun yang sudah

berpengalaman adalah pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas merupakan masalah

tingkah laku yang kompleks, dan guru menggunakannya untuk menciptakan dan

mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga anak didik dapat

mencapai tujuan pengejaran secara efisien dan memungkinkan mereka dapat

belajar.

Agar anak didik senang dan bergairah belajar, guru berusaha menyediakan

lingkungan belajar yang kondusif dengan memanfaatkan semua potensi kelas

yang ada. keinginan ini selalu ada pada setiap diri guru dimana pun dan kapan

pun. Hanya sayangnya, tidak semua keinginan guru itu terkabul semuanya karena

berbagai faktor penyebabnya. Masalah motivasi adalah salah satu sederetan faktor

yang menyebabkan itu.

Motivasi memang merupakan faktor yang mempunyai arti penting bagi

seorang anak didik. Apalah artinya anak didik pergi kesekolah tanpa motivasi

untuk belajar. Untuk bermain-main berlama-lama di sekolah adalah bukan

waktunya yang tepat. Untuk mengganggu teman atau membuat keributan di dalam

kelas adalah suatu perbuatan yang kurang terpuji bagi orang terpelajar seperti

(20)

9

untuk belajar demi masa depannya kelak dikemudian hari. Oleh karena itu,

mengingat keterbatasan peneliti, maka pembahasan penelitian ini dibatasi pada

bagian tentang pengelolaan kelas pengaruhnya pada motivasi belajar siswa.

D. Perumusan Masalah

Pengelolaan kelas bukanlah hal yang mudah. Jangankan bagi guru yang

baru menerjunkan diri kedalam dunia pendidikan, bagi guru yang sudah

profesional pun sudah merasakan betapa sukarnya mengelola kelas. Namun begitu

tidak pernah guru merasa jenuh dan kemudian jera mengelola kelas setiap kali

mengajar. Oleh karena itu, tugas guru disini adalah membangkitkan motivasi pada

murid-muridnya. Usahakanlah agar motivasi yang timbul pada anak-anak adalah

motivasi intrinsik (motif yang mendorongnya ada kaitannya langsung dengan

nilai-nilai yang terkandung di dalam objeknya/tujuan pekerjaannya itu sendiri),

sehingga mereka dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan.

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, berikut ini di kemukakan

rumusan masalahnya yaitu adakah hubungan yang signifikan antara persepsi siswa

terhadap pengelolaan kelas, pengaruhnya terhadap motivasi belajar

kewirausahaan. untuk memperjelas dan menyelesaikan penelitian ini berikut

pertanyaan-pertanyan penelitian :

1. Bagaimana hubungan pengelolan kelas terhadap terhadap motivasi belajar

siswa?

2. Bagaimana pengelolaan kelas pada mata pelajaran kewirausahaan?

3. Bagaimana motivasi belajar siswa pada saat pembelajaran kewirausahaan?

E.

Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah : untuk menggambarkan persepsi siswa

tentang masalah kemampuan guru dalam mengelola kelas hubungannya

terhadap motivasi belajar kewirausahaan.

(21)

10

a. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

tentang pengelolaan kelas dalam mencapai tujuan yang optimal

b. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan menjadi masukan tentang

pentingnya pengelolaan kelas bagi guru-guru maupun kepala sekolah

SMK dua mei ciputat

c. Bagi jurusan kependidikan islam program studi manajemen pendidikan

dan civitas akademia UIN Syahid, diharapkan dapat menambah

pembendaharaan karya ilmiah serta menjadi acuan dalam

(22)

11

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teoritik

1. Pengertian Persepsi

Presepsi berasal dari bahasa Inggris, yaitu perception, yang berarti pengamatan11. Menurut Sarlito Wirawan Sarsono, persepsi adalah kemampuan untuk membeda-bedakan, mengelompokan, memfokuskan objek-objek disebut sebagai kemampuan untuk mengorganisasikan pengamatan.12

Presepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh pengindraan.

Pengindraan adalah suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui

alat indra, namun proses tersebut tidak berhenti di situ saja, pada umumnya

stimulus tersebut diteruskan oleh syaraf ke otak sebagai pusat susunan syaraf ,

dan proses selanjutnya merupakan proses presepsi. Karena itu, proses presepsi

tidak dapat lepas dari proses pengindraan, dan proses pengindraan merupakan

proses yang mendahului terjadinya prsepsi. Proses pengindraan terjadi setiap

saat, yaitu pada waktu individu menerima stimulus yang mengenai dirinya

melalui alat indra. Alat indra merupakan penghubung antara individu dengan

dunia luar. Stimulus yang mengenai individu itu kemudian diorganisasikan,

diinterpretasikan sehingga individu menyadari tentang apa yang diinderanya

itu. Proses inilah yang dimaksud dengan presepsi.

11

W. J. S Poerwadarminta, Kamus Lengkap Inggris Indonesia, ( Bandung : Hasta, 1982), h. 143

12

Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta : Bulan Bintang, 1982), cet. 11, h. 39

(23)

12

Aktifitas jiwa manusia mengenai rangsangan-rangsangan yang melalui

alat-alat indra dengan kemampuan manusia mengenai lingkungan hidupnya,

disebut presepsi atau pengamatan. Manusia yang memperesepsi tersebut tidak

terbatas pada rangsangan dari benda-benda atau obyek-obyek alam luar, akan

tetapi juga dapat mengenali rangsangan sakit, lapar, dahaga, yang merupakan

fakta-fakta obyektif dari dalam diri manusia. Oleh karena itu, presepsi adalah

proses individu mengenali obyek-obyek dan fakta-fakta obyektif dengan

menggunakan alat indera.13

Dengan presepsi, individu dapat menyadari, dan mengerti tentang

keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya, dan juga tentang keadaan diri

individu yang bersangkutan. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa

dalam presepsi stimulus dapat datang dari luar diri individu, tetapi juga dapat

datang dari dalam individu yang bersangkutan. Bila yang dipersepsi dirinya

sendiri sebagai objek persepsi, inilah yang disebut presepsi diri ( self-perception). Karena dalam presepsi itu merupakan aktifitas yang integred, maka seluruh apa yang ada dalam diri individu seperti perasaan, pengalaman,

kemampuan berfikir, kerangka acuan, dan aspek-aspek lain yang ada dalam

diri individu akan ikut berperandalam presepsi tersebut. Berdasarkan atas hal

tersebut, dapat dikemukakan bahwa dalam presepsi itu sekalipun stimulusnya

sama, tetapi karena pengalaman tidak sama, kemampuan berfikir tidak sama,

kerangka acuan tidak sama, adanya kemungkinan hasil presepsi antara

individu satu dengan individu yang lain tidak sama. Keadaan tersebut

memberikan gambaran bahwa presepsi itu memang bersifat individual.

2. Faktor-fakor yang mempengaruhi presepsi

Presepsi merupakan proses organisasi yang berwujud diterimaya

stimulus oleh individu melalui alat indranya dan menggabungkan data-data

indra untuk dikembangkan sedemikian rupa. Menurut Sarlito Wirawan

Sarsono terdapat enam faktor yang mempengaruhi preepsi, yaitu :

13

(24)

13

a. Perhatian : Biasa kita tidak menangkap seluruh rangsangan yang ada di sekitar kita sekaligus, tetapi kita memfokuskan perhatian pad satu atau dua objek saja. Perbedaan fokus antara satu dengan orang lain, menyebabkan perbedaan presepsi antara mereka.

b. Set : Set adalah harapan seseorang akan rangsangan yang akan timbul. misalnya, pada seorang pelari yang siap di garis “start” terdapat set bahwa akan terdengan bunyi pistol di saat mana ia harus berlari.

c. Kebutuhan : Kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun yang menetap pada diri

seseorang, akan mempengaruhi presepsi orang tersebut.

d. Sistem nilai : Sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat berpengaruh pula terhadap presepsi

e. Ciri kepribadian : Ciri kepribadian akan mempengaruhi pula presepsi f. Gangguan kejiwaan : Gangguan kejiwaan dapat menimbulkan kesalahan

presepsi yang disebut halusinasi. Berbeda dengan ilusi, halusinasi bersifat individual, jadi hanya dialami oleh penderita yang bersangkutan saja.14

3. Ciri-ciri Presepsi.

Pengindraan terjadi dalam suatu konteks tertentu, konteks ini disebut

persepsi. Agar dihasilkan suatu pengindraan yang bermakna ada ciri-ciri umum

persepsi, yaitu :

a. Rangsangan-rangsangan yang diterima harus sesuai dengan modalitas tiap-tiap indra

b. Dunia persepsi mempunyai sifat ruang

c. Dunia persepsi mempunyai dimensi waktu

d. Objek-objek atau gejala-gejala dalam dunia pengamatan mempunyai struktur yang menyatu dengan konteksnya15.

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa bahwa presepsi bukan

proses pengindraan saja, tetapi ada unsur intepretasi di dalamnya. Persepsi juga

merupakan proses pengamatan individu terhadap segala sesuatu yang ada di

lingkungannya dengan menggunakan indranya yang dimilikinya, hasil proses

pengamatan tersebut menjadikan individu sadar terhadap segala sesuatu yang ada

dilingkungannya, di samping itu, presepsi individu muncul karena adanya aktifitas

mengindra, menginterpretasikan dan memberi penilaian terhadap objek-objek

fisik maupun sosial yang ada dilingkungannya. secara singkat persepsi informasi

14

Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi ... cet. VIII, h. 43-44

15

(25)

14

proses menginterpretasikan atau menafsirkan informasi yang diperoleh melalui

sistem indera manusia.

B. Pengelolaan Kelas

1. Pengertian Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab (Guru) kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agar tercapai oleh kondisi yang optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar mengajar seperti yang diharapkan. 16

Pengelolaan kelas adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap masalah dan situasi. ini berarti guru bertugas menciptakan, memperbaiki, dan memelihara sistem atau organisasi kelas, sehingga anak didik dapat memanfaatkan kemampuan dan bakatnya pada tugas-tugas individu. Sedangkan menurut Sadirman A.M, bahwa pengelolaan kelas merupakan upaya dalam mendayagunakan potensi kelas, karena itu kelas mempunyai peran dan fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan proses interaksi edukatif. 17

Pengelolaan kelas diperlukan karena dari hari ke hari dan bahkan waktu ke

waktu tingkah laku dan perbuatan anak didik selalu berubah. Hari ini anak didik

dapat belajar dengan baik dan tenang, tetapi besok belum tentu tenang. Selain itu

terjadi persaingan yang sehat dalam kelompok, sebaliknya di masa mendatang

persaingan itu menjadi tidak sehat, Oleh karena itu, kelas selalu dinamis dalam

bentuk perilaku, perbuatan, sikap, mental, dan emosional anak didik.

Jadi, pengelolaan kelas adalah suatu upaya mendayagunakan potensi kelas

yang ada seoptimal mungkin untuk mendukung proses interaksi edukatif dalam

mencapai tujuan pembelajaran. M. Entang mengemukakan bahwa pengelolaan

kelas adalah berbagai kegiatan yang sengaja dilakukan oleh guru dengan tujuan

menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal dalam proses mengajar18.

Dari pengertian pengelolaan kelas tersebut, penulis dapat menyimpulkan

bahwa pengelolaan kelas adalah suatu kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh

16 Suharsimi, Arikunto, Pengelolaan Kelas Dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif, (

jakarta : CV, Rajawali, 1988) , cet ke-2, h. 68

17

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta :PT Renika Cipta, 2000), cet ke-1, h. 172.

18

(26)

15

seorang guru dengan tujuan agar terjadi proses belajar mengajar dengan situasi

dan kondisi yang efektif, kondusif dan menyenangkan bagi kedua belah pihak

yaitu antara guru yang mengajar dan siswa yang sehingga tercapai suatu

pembelajaran yang optimal. Mengelola kelas merupakan suatu keterampilan

seorang guru untuk menciptakan suasana pengajaran yang serasi tanpa adaanya

suatu gangguan. Seorang guru harus berusaha mengembalikan kondisi tersebut

jika terdapat hal-hal yang mengganggu konsentrasi siswa serta mengganggu

kelancaaran belajar. Suatu kondisi belajar yang optimal akan dicapai apabila

seorang guru mampu mengatur siswa dengan suasana pelajaran yang serasi dan

mengendalikan suasana belajar yang menyenangkan.

2. Pengaturan siswa di dalam kelas.

Kualitas dan kuantitas siswa di dalam kelas bergantung pada banyaknya

faktor antara lain adalah guru, hubungan pribadi antara siswa di dalam kelas, serta

kondisi umum dan suasana di dalam kelas 19.

Untuk lebih jelasnya, pengaturan siswa dan fasilitas kelas dapat dilihat dalam

bagan seperti ini 20.

Kegiatan pengelolaan kelas

Mengatur orang( kondisi

Emosional)

- Tingkah laku

- Kedisiplinan

- Minat

- Antusias belajar

- Dinamika kelompok

Mengatur fasilitas belajar mengajar

(Kondisi Fisik)

- Ventilasi

- Pencahayaan

- Kenyamanan

- Letak duduk

- Penempatan siswa

kegiatan pengelolaan kelas secara dinamis antara lain adalah sebagai berikut :

19

Ibid, hal.10

20

(27)

16

a. Pengelolaan Tempat Belajar Atau Ruang Kelas

Pengelolaan tempat belajar atau ruang ini sangatlah penting dilakukan

untuk dapat menciptakan suasana belajar yang beraneka ragam sehingga

siswa tidak merasa jenuh dikelas setiap harinya. Pengelolaan tempat

belajar ini meliputi pengelolaan terhadap benda-benda yang ada diruang

belajar seperti meja, kursi yang disusun bervariasi diantaranya :

1. Bentuk kelompok

Manfaatnya adalah : Siswa mudah untuk saling berinteraksi dan berkomunikasi

baik antara guru dan siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan siswa.

(28)

17

Manfaatnya adalah : Siswa dapat dengan mudah menjangkau alat dan sumber

belajar, siswa dan guru mudah bergerak dari satu bagian ke bagian lain di dalam

kelas

3. bentuk berjajar atau secara berbaris

Manfaatnya adalah siswa dapat bekerja secara perorangan, walaupun sebenarnya

pengaturan duduk seperti ini sedikit kurang optimal bagi siswa yang mendapat

posisi duduk di belakang, karena terlalu jauh dari jangkauan alat dan sumber

belajar. Oleh karena itu peran seorang guru sangatlh penting di dalam kelas.

Seorang guru harus mampu menciptakan kondisi belajarSeorang guru harus

mampu menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan dan berusaha

mengembalikan kondisi tersebut jika terdapat hal-hal yang mengganggu

(29)

18

Pengelolaan terhadap pajangan hasil karya siswa, seperti peralatan sekolah

atau sumber belajar lainnya yang ada dikelas juga harus dikelola. Pengelolaan

terhadap tempat belajar ini dilakukan sesuai dengan strategi yang akan digunakan

oleh guru. Ruang kelas atau tempat belajar, terutama kursi dan meja siswa serta

posisi guru, ditata sedemikian rupa sehingga menunjang kegiatan pembelajaran

aktif.

b. Pengelolaan bahan pelajaran

Pengelolaan bahan pelajaran dilakukan oleh guru, dan guru perlu

merencanakan tugas dan alat belajar yang menantang untuk siswa,

memberikan umpan balik, dan menyediakan program penilaian yang

memungkinkan semua siswa maupun melakukan unjuk kemampuan atau

demonstrasi diri sebagai hasil belajar.

c. Pengelolaan kegiatan dan waktu

Dalam proses belajar mengajar biasanya ada tiga kegiatan besar yaitu awal, kegiatan inti dan penutup. Kegiatan awal ini diisi dengan hal yang bisa menarik minat siswa untuk belajar, membahas ulang pelajaran atau menyampaikan informasi awal atau penjelasan tugas kepada siswa. Kegiatan inti ini dilakukan dengan berbagai kegiatan untuk siswa sehingga siswa dapat mengalami kegiatan secara langsung dalam belajar mengajar di kelas. Kegiatan inti ini sebaiknya dilakukan dengan melibatkan siswa secara berpasangan atau kelompok atau perorangan. Kegiatan penutup biasanya diisi dengan kegiatan meresume atau meringkas hasil belajar dan biasanya diseling dengan memberikan pertayaan kepada siswa21.

3. Keterampilan dalam mengelola kelas

Komponen keterampilan dalam mengelola kelas di antaranya meliputi :

a) Keterampilan yang berhubungan dengan menciptakan kondisi belajar yang

optimal

Keterampilan ini berhubungan dengan kompetensi guru dalam mengambil

inisiatif dan pengendalian pelajaran. Aktivitas-aktivitas yang berkaitan

dengan keterampilan ini ialah sebagai berikut :

1) Sikap tanggap

a) Memandang secara seksama

21

Mansur. Muchlis, Pembelajaran Berbasis Kompetensi Dan Konstektual,

(30)

19

b) Gerak mendekati siswa

c) Memberi pernyataan

d) Memberi reaksi

Memberi reaksi terhadap gangguan atau kekacauan di dalam kelas

Kelas tidak selamanya tenang. pasti terdapat gangguan. Hal ini

perlu disadari guru dan tidak boleh dibiarkan. Teguran perlu

dilakukan guru untuk mengembalikan keadaan kelas. Teguran ini

merupakan tanda bahwa guru ada bersama anak didik dan anak

didik sadar akan perbuatan yang dilakukan oleh anak didik

tersebut.

2) Menghindari kericuhan di dalam kelas

Untuk menghindari kericuhan di dalam kelas ini, ada beberapa hal

yang harus dilakukan guru. Antara lain adalah :

a) Penguatan

Untuk mengatasi anak didik yang mengganggu atau tidak

mengerjakan tugas, dapat diberikan penguatan untuk mengubah

tingkah laku anak didik. Untuk mengatasi anak didik yang terus

mengganggu atau tidak mengerjakan tugas, maka cara guru

memberikan penguatan yang sederhana terhadapa anak didik antara

lain adalah :

1. Menggunakan peraturan positif bila anak didik tidak

menghentikan gangguan atau kembali pada tugas yang

diberikan guru

2. Menggunakan penguatan positif terhadap anak didik yang

bersikap baik dikelas dan dijadikan contoh untuk anak didik

lainnya.

b) Kelancaran

Kelancaran atau kemajuan anak didik dalam belajar adalah

indikator bahwa anak didik dapat memusatkan perhatian pada

pelajaran yang diberikan di kelas. Hal ini perlu didukung oleh

(31)

20

mengganggu konsebtrasi anak didik. Berikut ini adalah hal-hal

yang harus dihindari oleh seorang guru antar lain :

1) Adanya campur tangan yang berlebihan ( Teacher Interruption)

2) Penyimpangan (Fade Away)

c) Kecepatan

Kecepatan di sini diartikan sebagai tingkat kemajuan yang

dicapai anak didik dalam suatu pelajaran. Yang perlu dihindari guru

adalah kesalahan menahan kecepatan yang tidak perlu, atau menhan

penyajian pelajaran atau kemajuan tugas. ada dua hal kesalahan

kecepatan yang harus dihindari oleh guru adalah :

1) Bertele-tele (Over Dwelling)

kesalahan ini terjadi bila pembicaraan bersifat mengulang-ulang

hal tertentu, memperpanjang keterangan atau penjelasan.

2) Pengulangan penjelasan yang berlebihan

Kesalahan yang perlu dihindari oleh guru adalah pengulangan

(Fragmenting) yang berlebihan. Kesalahan ini muncul bila guru memberi petunjuk pengajaran atau penjelasan kepada kelompok

kecil anak didik atau secara individu, yang sebenarnya sudah

diberikan dalam kelas atau kelompok besar secara bersama.

b). Keterampilan yang berhubungan dengan pengembangan kondisi belajar

optimal

Keterampilan ini berkaitan dengan tanggapan guru terhadap gangguan

anak didik yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat

mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang

optimal. apabila terdapat anak didik yang menimbulkan gangguan yang

berulang-ulang, Walaupun telah menggunakan tingkah laku dan tindakan

yang sesuai, guru dapat meminta bantuan kepala sekolah, konselor

sekolah, atau orang tua anak didik untuk membantu mengatasi masalah

tersebut.22

22

(32)

21

4. Prinsip-Prinsip dalam Mengelola Kelas

Terdapat beberapa prinsip pengelolaan kelas antara lain adalah sebagai

berikut :

a. Hangat dan Antusias

Hangat dan antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar, guru yang hangat dan akrab dengan murid selalu menunjukan antusias pada tugasnya atau aktivitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas. Keberhasilan ini berkaitan dengan interpersonal yang baik antara guru dan siswa, hubungan yang baik di butuhkan karena salah satu kebutuhan dasar manusia. Dalam hal ini siswa adalah afeksi dari guru terhadap siswanya akan memudahkan guru tersebut yang berakhir pada keberhasilan kelas.

b. Tantangan

Tantangan yang diberikan bisa berupa kuis lisan, tanya jawab spontan atau semacam pemberian penghargaan atau hadiah kecil kepada siswa sebagai apersepsi terhadap nilai lebih yang dimilikinya dengan cara yang sportif tanpa menyinggung perasaan siswa lainnya. Pada akhirnya penghargaan tersebut dapat meningkatkan semangat dan kompetensi yang positif bagi siswa. c. Bervariasi

Penggunaan alat media atau alat bantu, gaya mengajar seorang guru, pola interaksi antara guru dan anak-anak akan mengurangi munculnya gangguan dan meningkatkan perhatian anak didik. Dalam hal ini dibutuhkan kreatifitas dalam diri seorang guru dengan menggunakan media audiovisual dalam pengajaran dan tidak terlalu monoton dalam mengajar karena dapat membuat siswa menjadi bosan.

d. Keluwesan

Keluwesan seorang guru akan sangat berpengaruh terhadap siswa dalam menciptakan suasana dalam kelas, dan siswa dapat membuka diri dalam hal-hal yang positif kepada guru.

e. Penekanan Pada Hal-Hal Yang Positif

Pada dasarnya, dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif . Penekanan terhadap hal-hal yang positif tapa membahas hal-hal yang negatif akan mengajarkan sekaligus membiasakandiri siswa untuk mampu berfikir terhadap hal-hal yang positif.

f. Penanaman Disiplin Diri

(33)

22

Penanaman disiplin hendaknya didominasi dengan memberikan contoh melalui perbuatan, kemudian didukung oleh perkataan melalui apa yang mereka lihat. Pengelolaan kelas tersebut akan menjadi sangat efektif apabila guru mampu melaksanakan prinsipnya sebagai seorang guru dan dapat menciptakan suasanya yang menyenangkan.23

Jadi dapat disimpulkan bahwa dari berbagai prinsip pengelolaan kelas bagi

seorang guru adalah harus lebih menekankan pada hal-hal yang positif agar

penanaman disiplin pada diri siswa dapat menghasilkan pendidikan yang bermutu

baik secara moril dan intelektual.

5. Tujuan Pengelolaan Kelas

Tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan

fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar mencapai

hasil yang baik, sedangkan tujuan khusus dalam mengelola kelas adalah

mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar,

menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa belajar, serta membantu siswa

untuk memperoleh hasil yang diharapkan.24

Pengelolaan kelas yang dilakukan guru bukan tanpa tujuan. Kerena ada

tujuan itulah guru selalu berusaha mengelola kelas, walaupun terkadang kelelahan

fisik meupun fikiran. Guru sadar tanpa mengelola kelas dengan baik, maka akan

menghambat kegiatan belajar mengejarnya. Itu sama saja membiarkan jalannya

pengajaran tanpa membawa hasil, yaitu mengantarkan anak didik dari tidak tahu

menjadi tahu, dari tidak mengerti menjasi mengerti, dan dari tidak berilmu

menjadi berilmu.

Agar proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan siswa

mendapatkan hasil yang memuaskan, maka di dalam pengelolaan kelas diperlukan

adanya suatu tujuan agar dalam mengelola kelas mendapatkan hasil yang

signifikan. Dan akan sia-sia jika seorang guru dalam menciptakan pengelolaan

kelas tanpa adanya tujuan.

beberapa indikator dari sebuah kelas yang tertib adalah sebagai berikut :

23

Syamsul Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Jakarta : PT Renika Cipta 2000, cet 1, h. 148-149

24

(34)

23

a. Setiap anak terus bekerja, tidak macet. artinya tidak ada anak yang berhenti kerena tidak tahu tugas yang akan dilakukan atau tidak dapat melakukan tugas yang diberikan oleh guru

b. Setiap anak harus melakukan pekerjaan sekolah tanpa membuang waktu, artinya setiap anak akan bekerja secepatnya agar dengan cepat menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya.25

Selanjutnya menurut Syaiful Bahri Djamarah membagi tujuan pengelolaan

kelas menjadi dua bagian yaitu :

1) Untuk Anak Didik

a) Mendorong anak didik mengembanhkan tanggung jawab individu

terhadap tingkah lakuya dan kebutuhan untuk mengontrol diri sebdiri b) Membantu anak didik mengetahui tingkah laku yang sesuai dengan

tata tertib kelas dan memahami bahwa teguran guru meerupakan suatu perigatan dan bukan kemarahan

c) Membengkitkan rasa tanggung jawab dalam tugas dan kegiatan yang diadakan sekolah

2) Untuk Guru

a) Mengembangkan pemahaman dalam penyajian pelajaran dengan

pembukaan yang lancar dan kecepatan yang tepat

b) Menyadari kebutuhan anak didik dan memilih kemampuan dalam

memberi petunjuk secara jelas kepada anak didik

c) Mempelajari bagaimana merespon secara efektif terhadap tingkah laku anak didik yang tidak serius belajar (mengganggu suasana belajar). d) Memiliki strategi remedial yang lebih komprehensif yan dapat

digunakan pada siiswa yang mempunyai masalah pada tingkah laku anak didik di dalam kelas.26

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pengelolaan kelas bagi

siswa adalah mengembangkan rasa tanggung jawab terhadap tingkah lakunya,

siswa mengetahui tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib, dan teguran yang

diberikan guru bukanlah kemarahan melainkan suatu teguran atau peringatan atas

kesalahan yang diperbuatnya, menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri

dalam tugas serta bertingkah laku yang baik. Sedangkan tujuan pengelolaan kelas

bagi guru adalah mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan

belajar maupun sebagai kelompok belajar sehingga siswa dapat mengembangkan

25

Arikunto, Suharsimi, Pengelolaan Kelas Dan Siswa Sebuah Pendekatan Edukatif, ... h. 68

26

(35)

24

potensinya, serta dapat menghilangkan berbagai hambatan yang terjadi ketika

proses belajar mengajar berlangsung, menyediakan dan mengatur fasilitas belajar

yang mendukung dan memugkinkan siswa belajar dengan baik, membantu siswa

mengetahui tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas, dan

mengembangkan rasa tanggung jawab, menyadari kebutuhan siswa dan memiliki

kemampuan dalam memberi petunjuk secara jelas kepada siswa.

6. Cara Pengelolaam Kelas

Pengelolaan kelas mengarah kepada kegiatan-kegiatan yang meanciptakan

dan mempertahankan kondisi yang optimal dalam proses belajar mengajar.

Sebagai pemberian dasar serta penyiapan kondisi bagi terjadinya proses belajar

yang efektif, pengelolaan kelas menunjukan kepada pengaturan kepada

pengaturan ventilasi, penerangan, tempat duduk, sampai dengan perencanaan

pengaturan peserta didik dan ruang kelas.

Dalam hal ini tempat duduk siswa harus diatur dengan kebutuhan dan

metode yang digunakan, ruang tempat berlangsungnya pelajaran harus

menyenangkan. hal ini menyangkut pengaturan ruang secara rapi. Kerapihan meja

guru dengan taplak meja dan bunga, penghias dinding, gambar-gambar ( peta,

grafik,lukisan-lukisan, dan lain-lain yang bersifat mendidik).

Ruangan tempat berlangsungnya pelajaran selain indah dan menarik, juga

harus rapi dan bersih. Fasilitas-fasilitas fisik lainnya seperti keadaan cahaya atau

penerangan, ventilasi (tempat keluar masuknya udara), warna dinding, papan tulis,

dan lainnya dlam suatu kelas merupaka faktor yang sangat penting dalam

manajemen kelas.

Kondisi belajar siswa akan optimal jika pengajar mampu mengatur siswa

dan sarana pembelajaran serta mengendalikannya dalan suasana yang

menyenangkan untuk mencapai tujuan belajar yang efektif dan efisien.

Pengaturan siswa dapat berupa penempatan tempat duduk siswa maupun

pengelompokan dalam belajar. Ada berbagai macam ventilasi, tempat duduk

maupun pengelompokan dalam belajar, diantaranya adalah bisa dengan berbanjar

(36)

25

berbentik huruf U dan lain sebagainya. Susana hangat dan keakraban juga harus

tercipta dengan baik antar guru dengan murid agar tidak terjadi kejenuhan atau

bahkan kekacauan dalam kelas antar masing-masing individu.

C. Motivasi belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar

Keberhasilan belajar siswa dapat ditentukan oleh motivasi belajar yang

dimilikinya. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi cenderung prestasinya

pun akan tinggi pula, sebaliknya siswa yang motivasinya rendah, akan rendah pula

prestasinya. Karena motivasi merupakan penggerak atau pendorong untuk

melakukan tindakan tertentu. Tinggi rendahnya motivasi dapat menentukan tinggi

rendahnya usaha atau semangat seseorang untuk beraktivitas, dan tentu saja tinggi

rendahnya semangat akan menentukan hasil yang diperoleh.

Woodwort mengatakan suatu motive adalah suatu set yang dapat membuat individu melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan. Dengan

demikian, motivasi adalah dorongan yang dapat menimbulkan perilaku tertentu

yang terarah kepada pencapaian suatu tujuan tertentu. Perilaku atau tindakan yang

ditunjukan seseorang dalam upaya mencapai tujuan tertent sangat tergantung dari

motive yang dimilikinya. Freededirc J. McDonald mengungkapkan, motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai oleh munculnya

perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, maka munculnya

motivasi ditandai oleh adanya perubahan energi dalam diri seseorang yang

mungkin disadari ataupun tidak.27 Motivasi adalah segala sesuatu yang menjadi

pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong orang untuk memenuhi

suatu kebutuhan. Dan sesuatu yang dijadikan motivasi itu merupakan suatu

keputusan yang telah ditetapkan individu sebagai suatu keputusan yang telah

27

(37)

26

ditetapkan individu sebagai suatu kebutuhan atau tujuan yang nyata ingin

dicapai.28

Hasibuan, Mengemukakan bahwa motif adalah suatu perangsang

keinginan dan daya penggerak kemauan bekerja seseorang karena setiap motif

mempunyai tujuan tertentu yang ingi dicapai. Adapun, Siagian mengatakan bahwa

motif adalah keadaan kejiwaan yang mendorong, mengaktifkan, atau

menggerakkan dan motif itulah yang mengarahkan dan menyalurkan perilaku,

sikap, dan tindak tanduk seseorang yang selalu dikaitkan dengan pencapaian

tujuan, baik tujuan individu maupun tujuan kelompok. Motivasi merupakan akibat

dari interaksi seseorang dengan situasi tertentu yang dihadapinya. Karena itulah,

terdapat perbedaan dalam kekuatann motivasi yang ditunjukan oleh seseorang

dalam menghadapi situsi tertentu dibandingkan dengan orang lain yang

menghadapi situsi yang sama. bahkan, seseorang akan menunjukan dorongan

tertentu dalam menghadapi situasi yang berbeda dan dalam waktu yang berlainan

pula.

Wexley & Yukl memberikan pendapat bahwa pengertian motivasi itu

adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan belajar. Motivasi

adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan belajar

seseorang, agar mereka mau bekerja sama, belajar efektif, dan terintegrasi dengan

segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan. Hasibuan. Adapun Robbins

mengemukakan motivasi sebagai suatu kerelaan berusaha seoptimal mungkin

dalam pencapaian tujuan organisasi yang dipengeruhi oleh kemampuan usaha

memuaskan beberapa kebutuhan individu.29

Adapun menurut Mc Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari yang dikemukakan oleh Mc Donald ini,

maka terdapat tiga elemen atau ciri pokok dalam motivasi, yakni ; motivasi

28

M.Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 2006) cet,IV, h.129

29

(38)

27

mengawali terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan

dirangsang karena adanya tujuan .30

2. Jenis-jenis Motivasi Belajar

Motivasi banyak jenisnya. pembagian motivasi dapat dilihat dari perspektif

kebutuhan dan perspektif fungsional, serta dari sifatnya.

a. Perspektif Kebutuhan

Teori motivasi yang memandang dari sudut kebutuhan dikembangkan oleh

Maslow. Menurut Maslow, kebutuhan manusia itu bertingkat-tingkat. individu itu

akan merasa puas memenuhi kebutuhan pada taraf tertentu manakala pada taraf

sebelumnya kebutuhan itu telah terpenuhi. kebutuhan-kebutuhan itu adalah

sebagai berikut :

1). Kebutuhan Fisiologis, yaitu kebutuhan dasar yang harus terpenuhi sebelum

kebutuhan-kebutuhan lain terpenuhi. Kebutuhan fisiologis meliputi kebutuhan

rasa lapar, haus, kebutuhan istirahat dan lain sebagainya.

2). Kebutuhan akan keamanan, yaitu kebutuhan rasa terlindungi, bebas dari rasa

takut dan kecemasan

3). Kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan akan cinta kasih seperti rasa diterima oleh

kelompok, perasaan dihargai dan dihormati oleh orang lain.

4). Kebutuhan untuk menjadi dirinya sendiri, yaitu kebutuhan berprestise yang

erat dengan kebutuhan untuk mengembangkan bakat dan minat yang dimilikinya

baik dalam bidang pengetahuan, sosial dan lain sebagainya.

Menurut Maslow, motivasi pada setiap tingkatan hanya dapat dibangkitkan

manakala telah terpenuhinya tingkat motivasi sebelumnya. Misalkan, anak hanya

mungkin dapat mengembangkan minat dan bakatnya dengan sempurna, manakala

telah memiliki rasa diterima oleh kelompok sosialnya.

a. Perspektif Fungsional

30

(39)

28

Perspektif ini membagi jenis motivasi dilihat dari konsep motivasi sebagai

penggerak, harapan dan insentif. motivasi sebagai penggerak adalah motivasi

yang memberi tenaga untuk aktivitas itu hanya mungkin terjadi apabila ada faktor

pendorong yang menggerakkan seluruh energi yang tersedia. Tanpa adanya

penggerak tidak mungkin akan terjadi aktivitas. Penggerak itu bisa datang dari

luar diri individu yang kemudian dinamakan sumber eksternal atau bisa muncul

dari dalam yang kemudian dinamakan sumber internal.

b. Sifat Motivasi

Dilihat dari sifatnya motivasi dapat dibedakan antara motivasi instrinsik dan motivasi instrinsik. Motivasi instrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri individu, misalkan siswa belajar karena didorong oleh keinginannya sendiri menambah pengetahuan atau seseorang berolehraga tenis karena memang ia mencintai olehraga tersebut. Jadi dengan demikian, dalam motivasi instrinsik tujuan yang ingi dicapai ada dalam kegiatan itu sendiri. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang datang dari luar diri. misalkan, siswa belajar dengan penuh semangat karena ingin mendapat nilai yang bagus, seseorang berolahraga karena ingin menjadi juara dalam suatu turnamen. Dengan demikian, dalam motivasi ekstrinsik tujuan yang ingin dicapai berada di luar kegiatan itu.31

Motivasi internal, yaitu keinginan bertindak yang disebabkan faktor

pendorong dari dalam diri individu. Dalam proses belajar mengajar siswa yang

termotivasi secara instrinsik dapa dilihat dari kegiatan yang tekun dalam

mengerjakan tugas-tugas belajar karena merasa butuh dan ingin mencapai tujuan

belajar yang sebenarnya. Sedangkan motivasi eksternal adalah motivasi yang

keberadaannya karena pengeruh rangsangan dari luar. Motivasi eksternal bukan

merupakan keinginan yang sebenarnya yang ada di dalam diri siswa untuk belajar,

tujuan individu melakukan kegiatan adalah mencapai tujuan yang terletak di luar

aktivitas belajar itu sendiri, atau tujuan itu tidak terlibat di dalam aktivitas belajar.

Antara motivasi internal dan eksternal saling menambah atau memperkuat,

bahkan motivasi eksternal dapat membangkitkan motivasi internal. Dari

definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah suatu dorongan,

baik yang bersifat internal maupun eksternal yang membuat siswa bergerak,

31

(40)

29

bersemangat, dan senang belajar secara serius dan terus menerus selama kegiatan

proses belajar.32

3. Prinsip-prinsip Motivasi

Dalam penerapan motivasi belajar untuk memperoleh hasil pembelajaran

yang optimal, perlu diperhatikan prinsip-prinsip penerapan motivasi. Dari hasil

penelitiannya Kenneth H. Hoover mengemukakan sejumlah prinsip sebagai

berikut :

a. Pujian lebih efektif dari pada hukuman. Hukuman bersifat menghentikan suatu perbuatan, sedangkan pujian bersifat menghargai hasil kerja yang telah dilakukan. Oleh karena itu, memberikan pujian akan lebih efektif untuk membangkitkan motivasi belajar

b. Pasa siswa memiliki kebutuhan psikologis yang bersifat dasar yang perlu mendapat kepuasan. Siswa berbeda-beda dalam upaya memenuhi kebutuhan tersebut. Bagi siswa yang dapat memenuhi kebutuhannya secara efektif melalui kegiatan-kegiatan belajar lebih sedikit memerlukan bantuan dibandingkan dengan siswa yang tidak dapat memenuhi kebutuhannya itu.

c. Dorongan yang datang dari dalam (instrinsik), lebih efektif dibandingkan dengan dorongan yang muncul dari luar (ekstrinsik), dalam menggerakan motivasi belajar

d. Tindakan-tindakan atau respon siswa yang sesuai dengan tujuan, perlu diberikan penguatan untuk menetapkan hasil belajar. Penguatan itu sangat penting artinya untuk membangkitkan motivasi belajar siswa melalui penguatan siswa akan merespon ulang setiap kali muncul stimulus

e. Motivasi mudah menular kepada orang lain. Guru yang mengajar penuh antusias dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga dapat mendorong kepada temannya yang lain untuk meningkatkan motivasi bealajarnya

f. Pemahaman siswa yang jelas terhadap tujuan dapat membangkitkan

motivasi belajar siswa. oleh karena itu, siswa perlu tahu arah dan tujuan pembelajaran

g. Minat siswa untuk menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri, akan lebih besar dibandingkan dengan tugas yang dibebankan oleh orang lain. Guru perlu mempertimbangkan pemberian tugas yang sesuai dengan minat siswa sehingga siswa tidak merasa terpaksa untuk mengerjakannya

h. Berbagai macam penghargaan seperti ganjaran yang diberikan dari luar kadang-kadang diperlukan untuk merangsang minat belajar siswa. Guru perlu memberikan penghargaan yang wajar sebagai upaya meningkatkan belajar siswa

32

(41)

30

i. Penerapan strategi pembelajaran yang bervariasi dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Guru perlu memahami dan mampu menerapkan berbagai strategi pembelajaran sesuai dengan tujuan yang dicapai.

j. Minat khusus yang dimiliki siswa akan sangat bermanfaat dalam

meningkatkan motivasi belajar siswa manakala dihubungkan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan.33

4. Faktor-faktor Pengaruh Motivasi

Motivasi sebagai proses psikologis dalam diri seseorang akan dipengaruhi

oleh beberapa faktor. faktor-faktor tersebut dapat dibedakan atas faktor intern dan

ekstern.

1. Faktor Intern

Motivasi intern mengacu pada faktor-faktor dari dalam, tersirat baik dalam

tugas itu sendiri maupun pada diri siswa. Kebanyakan teori pendidikan modern

mengambil motivasi intrinsik sebagai pendorong bagi aktivitas dalam pengajaran

dan dalam pemecahan soal. Ini tidak mengherankan, karena keinginan untuk

menambah pengetahuan dan untuk melacak merupakan faktor instrinsik pada

semua orang.

2. Faktor Ekstern

Motivasi ekstern mengacu kepada faktor-faktor dari luar, dan ditetapkan

pada tugas atau pada siswa oleh orang lain. Motivasi ekstern biasa berupa

penghargaan, pujian, hukuman atau celaan.

Pada umumnya motivasi intern berhubungan erat dengan dua kebutuhan

tingkat tinggi dari Maslow, yaitu kebutuhan penghargaan dan kebutuhan berusaha,

sedangkan motivasi ektern berhubungan tiga jenis kebutuhan tingkat rendah.

Menurut Morrison dan Mclntyrw kebanyakan guru lebih memikirkan motivasi

ektern, hal yang nampak umpamanya, diskusi-diskusi yang itu-itu juga tentang

hukuman dan sangsi-sangsi lain dalam pengajaran klasikal. karenanya peranan

yang dibawa oleh motivasi intern sering diabaikan, dan ada juga sangkaan bahwa

33

(42)

31

guru, yang menggunakan motivasi intern, merupakan guru yang bersikap terlalu

lunak.34

5.Ciri-ciri Motivasi Siswa

Motivasi mempunyai fungsi yang sangat penting dalam belajar siswa,

karena motivasi akan menentukan intensitas usaha belajar yang dilakukan oleh

siswa. Berikut ini adalah ciri-ciri motivasi siswa, yaitu :

a. Cita-cita

Cita-cita adalah suatu target yang ingin dicapai. Target ini diartikan

sebagai tujuan yang ditetapkan dalam suatu kegiatan yang mengandung

makna bagi sesorang. Munculnya cita-cita seseorang disertai dengan

perkembangan akar, moral kemuan, bahasa dan nilai-nilai kehidupan yang

juga menimbulkan adanya perkembangan kepribadian.

b. Kemampuan Belajar

Setiap siswa mempunyai kemampuan belajar berbeda, hal ini diukur

melalui taraf perkembangan berfikir siswa dimana siswa yang memiliki

kemampuan untuk melakukan sesuatu maka akan mendorong dirinya

berbuat sesuatu untuk dapat mewujudkan tujuan yang ingin diperolehnya

dan sebaliknya yang merasa tidak mampu akan merasa malas untuk

berbuat sesuatu.

c. Kondisi Siswa

Kondisi siswa dapat diketahui dari kondisi fisik dan kondisi psikologis,

karena siswa adalah makhluk yang terdiri dari kesatuan psikofisik. Kondisi

fisik siswa lebih cepat diketahui daripada kondisi psikologis, hal ini

dikarenakan kondisi fisik lebih jelas menunjukan gejalanya daripada

kondisi psikologis.

d. Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan merupakan unsur yang datang dari luar diri siswa

yaitu lngkungan keluarga, sekolah dan masyarakat, lingkungan fisik

sekolah, sarana dan prasarana perlu ditata dan dikelola agar dapat

menyenangkan dan membuat siswa merasa nyaman untuk

34

(43)

32

belajar.kebutuhan emosional psikologis juga perlu mendapat perhatian.

Misalnya, kebutuhan rasa aman, berprestasi, dihargai, diakui yang harus

dipenuhi agar motivasi belajar timbul dan dapat dipertahannkan.

e. Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar

Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang

keberadaannya didalam proses belajar tidak stabil, kadang-kadang kuat,

kdang-kadang lemah dan bahkan hilang sama sekali misalnya gairah

belajar, emosi siswa dan lain-lain.

f. Upaya Guru Membelajarkan Siswa

Upaya guru membelajarkan siswa adalah usaha guuru dalam

mempersiapkan diri untuk membelajarkan siswa mulai dari penguasaan

materi, cara menyampaikan, menarik perhatian siswa dan mengevaluasi

hasil belajar siswa. Bila upaya guru hanya sekedar mengajar artinya

keberhasilan guru yang menjadi titik tolak, besar kemungkinan siswa tidak

tertarik untuk belajar sehingga motivasi belajar siswa menjadi melemah

atau hilang.35

Dalam hal ini, berarti siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan

tekun dalam belajar dan terus belajar secara continue (bersambung) tanpa mengenal putus asa.

6. Cara Meningkatkan Motivasi Belajar

Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif

membangkitkan motivasi belajar siswa. dibawah ini dikemukakan beberapa

petunjuk.

a. Memperjelas Tujuan Yang Ingin Dicapai

Tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham ke arah mana ia ingin di

bawa. Pemahaman siswa tentang tujuan pembelajaran dapat menumbuhkan minat

siswa untuk belajar yang pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi belajar

mereka. Semakin jelas tujuan yang ingi dicapai, maka akan semakin kuat motivasi

35

(44)

33

belajar siswa. Oleh karena itu ,sebelum proses pembelajaran dimulai hendaknya

guru menjelaskan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai

b. Membangkitkan Minat Siswa

Siswa akan terdorong untuk belajar, manakala mereka memiliki minat

untuk belajar. Oleh sebab itu mengembangkan minat belajar siswa merupakan

salah satu teknik dalam mengembangkan motivasi belajar. Beberapa cara dapat

dilakukan untuk membangkitkan minat belajar siswa di antaranya :

1). Hubungan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan siswa.

Minat siswa akan tumbuh manakala ia dapat menangkap bahwa materi pelajaran

itu berguna untuk kehidupannya. Dengan demikian, guru perlu menjelaskan

keterkaitan materi pelajaran dengan kebutuhan siswa.

2). Susuaikan materi pelajaran dengan tingkat pengalaman dan kemampuan siswa.

Materi pelajaran yang terlalu sulit untuk dipelajari atau materi pelajaran yang jauh

dari pengalaman siswa, akan tidak diminati oleh siswa. Materi pelajaran yang

terlalu sulit akan tidak diminati oleh siswa. Materi pelajaran yang terlalu sulit

tidak akan dapat diikuti dengan baik, yang dapat menimbulkan siswa akan gagal

mencapai hasil yang optimal, dan kegagalan itu dapat membunuh minat siswa

untuk belajar. biasanya minat siswa akan tumbuh kalau ia mendapatkan

kesuksesan dalam belajar.

3). Gunakan berbagai model dan strategi pembelajaran secara bervariasi misalnya

diskusi, kerja kelompok, eksperimen, demonstrasi dan lain sebagainnya.

c. Menciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar

Siswa hanya mungkin dapat belajar dengan baik, manakala ada dalam suasana

yang menyenangkan, merasa aman bebas dari rasa takut. suasana yang

menyenangkan dapat memungkinkan siswa beraktivitas dengan penuh semangat

dan penuh gairah. Usahakan agar kelas selamanya dalam suasana hidup dan segar,

terbebas dari rasa tegang. Untuk itu guru sekali-sekali dapat melakukan hal-hal

yang lucu.

(45)

34

Motivasi akan tumbuh manakala siswa merasa dihargai. memberikan

pujian yang wajar merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk

mmemberikan penghargaan. pujian tidak selamanya harus dengan kata-kata,

justru ada anak yang merasa tidak senang dengan kata-kata. Pujian sebagai

penghargaan bisa dilakukan dengan isyarat misalnya, senyuman dan anggukan

yang wajar, atau mungkin dengan tatapan mata yang meyakinkan.

e. Berikan Penilaian

Banyak siswa yang belajar karena ingin memperoleh nilai yang bagus.

Untuk itu mereka belajar dengan giat. Bagi sebagian siswa nilai dapat menjadi

motivasi yang kuat untuk belajar. Oleh karena itu, penilaian harus dilakukan

dengan segera, agar siswa secepat mungkin mengetahui hasil kerjanya. Penilaian

harus dilakukan secara objektif sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing.

f. Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa

Siswa butuh penghargaan. penghargaan bisa dilakukan dengan

memberikan komentar yang positif. Setelah siswa selesai mengerjakan suatu

tugas, sebaiknya berikan komentar secepatnya misalnya dengan memberikan

tulisan “bagus”, atau”teruskan pekerjaanmu” dan lain sebagainya. Komentar yang

positif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

g. Ciptakan persaingan dan kerja sama.

Persaingan dan kompetisi yang sehat dapat memberikan pengarus yang

baik untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa. Melalui persaingan siswa

dimungkinkan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh hasil yang

terbaik. Oleh sebab itu, guru harus mendesain pembelajaran yang memungkinkan

siswa untuk bersaing baik antara kelompok maupun antar individu. Namun

demikian, diakui persaingan tidak selamanya menguntungkan, khususnya untuk

siswa yang memang dirasakan tidak mampu untuk bersaing. oleh sebab itu,

(46)

35

yang memiliki perbedaan kemampuan, misalnya dengan strategi cooperative learning dapat dipertimbangkan untuk menciptakan persaingan yang sehat.36

Guru selalu berusaha secara sistematis untuk memperkuat motivasi siswa

lewat penyajian bahan pelajaran, sangsi-sangsi dan hubungan pribadi dengan

muridnya. Hubungan baik antara guru dengan murid, harus diciptakan dan

dipelihara dengan baik. Murid harus diperlakukan sedemikian rupa sehingga

terwujud rasa harga diri,

Gambar

Table 3.1
Tabel 3.2 Pilihan Jawaban
Table 3.3 Kisi-kisi Instrumen
Pilihan Jawaban Tabel 3.4 Skor Pernyataan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk tahun 2016, kegiatan penyediaan buku ini dilakukan dengan menulis ulang dan menerbitkan cerita rakyat dari berbagai daerah di Indonesia yang pernah ditulis oleh

25 Tindakan ini dapat dipandang sebagai suatu praktik (pelaksanaan program) karena berupa tindakan-tindakan langsung untuk memperbaiki atau meningkatkan efektifitas

Pencatatan data pengiriman kain dan pembelian bahan baku benang yang banyak masih dalam bentuk manual, sehingga memperlambat proses pekerjaan dan membutuhkan waktu yang

[r]

Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.. “Pembelajaran

Based on Goshgarian (1977:225) the differences between advertisement language expression and other types of language expression; over the year the texture of advertising language

Isi kurikulum atau biasa disebut curriculum content Pesantren/Madrasah Tsanawiyah Madani menerapkan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai pedoman

H 2 hasil elektrolisis tersebut digunakan sebagai energi bahan bakar yang memiliki.. tingkat pembakaran lebih tinggi, dibandingkan dengan energi