Oleh OifcTin, .. セM
1
.
... ,_. セセMᄋセ@dari ·
...
I ""'.SYAIDATI
nasimaセセセGNGゥョ、オォ@
'.'&c.i,2'["9..(j__:_ ... "
MIM· 1"""' 7""" ""4"4 · • • . . .
2.;. ...
セjNNPNP@
1"11 • オセオ@ uuu &. v l\.las1fikas1 :
...
Skripsi ini di ajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
FAKUL TAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
HUBUNGAN
SELF ESTEEM
DENGAN ORIENTASI MASA
DEPAN PADA REMAJA
Skripsi
PE.HPUSTAKAAN UTAMA UIN SYAHID JAKARTA
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Syarat-Syarat
Memperoleh gelar sarjana Psikologi
Oleh
SYAIDATI NASIMAH
NIM: 1050 7000 2401
Di Bawah Bimbingan
y
Dra. Nett artati M.Si NIP. 1953 0219983032001
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul HUBUNGAN SELF ESTEEM DENGAN ORIENTASI MASA DEPAN PADA REMAJA telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 7 Desember 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.
Jakarta, Desember 2009
Sidang Munaqasah,
Dekan/
Ketua Merangkap Anggota
;r·
/4
..<.,Jahja Umar, Ph.D NIP. 130 885 552
Penquji I
100219983032001
Anqgota
Pembantu Dekan/
Sekretaris Merangkap Anggota
Ora. Fadhilah Sur laqa, M.Si NIP.195612231983032001
Penguji II
Ors. Rahmat Mulyono, M.Si NIP. 150293240
Pembimbing II
Persem6afian
1\.,arya Sederfiana Ini 1\.,u Persem6afik,an <Buat orang yang teCafi
meCafiirkg,nk,u di <Dunia ini, sefa[u mem6eCak,u, menungguk,u,
mem6erikg,nk,u PengaCaman dan R§fiidupan yang Sangat
<Berarti ... ..
<Bapak,dan :Mamak,k,u tersayang ... .
Serta rferima 1\.,asifi juga <Buat 1{akg,k.:;1{akg,k,dan}ldik,k,u, rferima
Motto
"Sakit dalam perjuangan itu hanya sementara. Bisa jadi Anda
·asakan dalam semenit, sejam, sehari, atau setahun. Namun jika
nenyerah, rasa sak it i tu akan terasa se I amanya"
Lance Armstrong
-Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak
1enyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasi Ian saat
-C) Syaidati Nasimah
(A) Fakultas Psikologi (B) Desember 2009
D) Hubungan Self Esteem dengan Orientasi Masa Depan
E) vi+ 76 halaman
f) Self esteem adalah nilai yang ada dalam diri kita. Self esteem merupakan
penilaian individu mengenai keberhargaan dirinya dan sejauh mana dia menyukai dirinya sendiri yang mencakup beberapa aspek yaitu perasaan mengenai dirinya sendiri, perasaan tentang hidup dan hubungan dengan orang lain. Orientasi masa depan adalah gambaran masa depan yang
menjadi dasar untuk menetapkan tujuan, rencana dan membuat pilihan, yang dijelaskan dengan tiga proses yaitu motivasi, perencanaan dan evaluasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan positif yang siginifikan antara self esteem dengan orientasi masa depan pada remaja.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian deskriptif korelasional. Penelitian dilaksanakan pada siswa-siswi SMAN 85 Jakarta Barat, dengan jumlah sampel sebanyak 120 orang, 43 laki-laki dan 77 perempuan, adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah Stratified random sampling. Instrument pengumpulan data yang
digunakan adalah skala model Likert. Teknik pengolahan dan analisa data dilakukan dengan analisa statistik yang meliputi korelasi Product Moment Pearson untuk menguji validitas item, Alpha Cronbach untuk menguji reliabilitas instrumen pengumpul data, uji korelasional untuk pengujian hipotesis penelitian dan regresi linearitas sederhana untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh self esteem terhadap orientasi masa depan remaja
Jumlah item yang digunakan dalam skala self esteem sebanyak 30 item
sedangkan untuk skala orientasi masa depan sebanyak 32 item. Dalam
penelitian ini diperoleh r hitung (0,526) > r tabel (0,195), pada taraf
signifikansi 5% maka hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara self esteem dengan orientasi masa depan pada remaja ditolak.
Adapun hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan positif yang
signifikan antara self esteem dengan orientasi masa depan pada remaja .. Di
mana dari hasil penelitian ini selaras terhadap teori yang dikemukakan oleh
Rauste-von Wright (1987) yang menyatakan bahwa individu dengan self
psikologis lainnya.
Bismillahirahmaniirahim
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Dzat yang maha berkuasa atas segala yang ada jagat semesta ini, untaian syukur yang tiada henti atas segala nikmat yang telah diberikan dan atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Shalawat dan salam akan tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, para pengikutnya yang tetap istiqomah.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak dapat selesai tanpa adanya bimbingan dan dukungan yang penuh ketulusan dan keikhlasan, baik secara moril maupun materil dari semua pihak oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Jahja Umar, Ph.D Dekan Fakultas Psikologi, dan seluruh dosen serta staf Fakultas Psikologi UIN yang telah memberikan kemudahan dalam setiap urusan penulis.
2. lbu Ora. Hj. Netty Hartati, M.Si, dosen pembimbing I dalam penelitian ini yang penulis hormati dan sudah banyak meluangkan waktunya serta kesabaran dalam membimbing dan memberi arahan kritis serta motivasi sehingga skripsi ini selesai.
3. Bapak Gozi Saloom, M.Si sebagai pembimbing II yang tidak pernah bosan memberikan pelajaran dan pengalaman serta menumbuhkan rasa percaya diri sehingga penulis dapat mengatasi kendala dalam penyusunan skripsi ini.
4. Yang teristimewa buat Mamak dan Bapakku, yang tak kenal lelah berjuang dan berkorban untuk memberikan yang terbaik kepada penulis. Setiap untaian doa yang telah mamak dan bapak panjatkan merupakan sumber kekuatan bagi ananda untuk menjalani hidup.
5. Buat kakak-kakak dan adikku, terima kasih banyak atas motivasi yang telah diberikan kepada penulis serta terima kasih atas canda tawa.
7. Keluarga besar SMAN 85, SMAN 66 dan keluarga besar lbu lndah, terima kasih atas bantuannya selama proses penelitian berlangsung.
8. Ami, Ade, Risti, Kak Diah atas semangat yang diberikan disaat penulis mulai merasa jenuh.
9. Teman-teman seperjuangan kelas D angkatan 2005, semoga kebersamaan yang ada tidak akan pernah terlupakan dan sukses untuk kita bersama.
10. Keluarga Besar Fosma UIN, bersama kalian telah menumbuhkan kedewasaan spritualku. Terus Berjuang untuk sebarkan cahaya 165.
11. Terima kasih bagi yang telah berjasa memberikan motivasi dan senantiasa mengingatkan, serta mencurahkan doa tulus guna membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini maaf bila tidak sempat tertulis diatas.
12.Terakhir dan paling utama, terima kasih sebesar-besarnya atas diriku karena telah mau berusaha dengan sekuat tenaga untuk selalu menjadi yang terbaik bagi semua orang.
Jakarta, Desember 2009
HALAMAN PENGESAHAN... iii
PERSEMBAHAN... iv
MOTTO...
v
ABSTRAKSI... vi
KATA PENGANTAR... vii
DAFT AR ISi... .. . . .. . . .. . . ... . . . ... . . ... . . viii
DAFTAR TABEL... xi
DAFT AR LAMPIRAN... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masai ah . .... .. ... ... ... ... ... ... .. ... ... ... ... ... .. . .. . ... ... ... ... ... ... .
1
1.2 ldentifikasi Masalah... ... .. . ... ... ... .. . .. . .. . .. ... ... .. . .. .... .. ... ... . .. 6
1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah .. . .. . .. . .. ... ... ... ... . .. . .. 7
1.3.1
Pembatasan Masalah ... 71.3.2
Perumusan Masalah ... 81.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8
1.4.1 Tujuan Penelitian ... 8
1.4.2 Manfaat Penelitian ... 8
1.5 Sistematika Penelitian .... . .. ... ... ... ... ... ... .. ... ... ... ... ... ... . .. .... 9
BAB 2 LANDASAN TEORI ... 11
2.1 Self Esteem .. ... ... ... ... . .. . .. ... ... ... . .. .. . ... ... ... .. . .. ... ... ... .. 11
2.2 Orientasi Masa Depan. ... .. . . .. ... ... . .. . .. ... .. . .. . .. ... .. . . ... .. . .. . .. ... ... . .. . .. .. 20
2.2.1 Pengertian Orientasi masa Depan ... 20
2.2.2 Proses Pembentukan Orientasi masa Depan ... 21
2.2.3 Perkembangan Orientasi masa depan ... ... 26
2.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Self Esteem... 28
2.3 Remaja ... 32
2.3.1 Defenisi Remaja ... 32
2.3.2 Tugas Perkembangan Remaja... 33
2.3.3 Perkembangan Kognitif pada usia remaja .. ... .. . .. . ... .. . ... ... ... . .. .. 34
2.4 Kerangka Berfikir ... 36
2.5 Hipotesis... 38
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 39
3.1 Jenis Penelitian ... 39
3.1.1 Pendekatan dan Metode Penelitian .... ... . .. ... ... ... .. . ... ... .. ... . 39
3.1.2 Variabel Penelitian ... 39
3.2 Pengambilan Sampel ... 41
3.2.1 Populasi dan Sampel ... 41
3.2.2 Teknik Pengambilan Sampel... 41
3.3 Teknik Pengumpulan Data... 42
3.3.1 Metode dan lnstrumen Penelitian ... 42
BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 52
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 52
4.2 Hasil Uji lnstrumen Penelitian ... 54
4.3 Uji Pesyaratan... 59
4.3.1 Kategorisasi skor... ... 58
4.3.2 Uji Normalitas ... 62
4.3.3 Uji Homogenitas ... 67
4.3.4 Uji Regresi Linear... 69
4.4 Uji Korelasi ... 72
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN... 74
5.1 Kesimpulan... 74
5.2 Diskusi... 74
5.3 Saran ... 77
Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8
Nilai kategori tiap jawaban
Blue Print Skala Orientasi Masa Depan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Responden berdasarkan usia
Responden berdasarkan jurusan Blue Print Skala self esteem (Uji Coba) Revisi blue Prient skala self esteem Buie print skala Orientasi masa depan
Revisi blue Prient skala orientasi masa depan
Nilai maksimum, minimum, rata-rata, jumlah total (sum) dan standar deviasi self esteem
Tabel 4.9 Kategorisasi Skor
Seif
EsteemTable 4.10 Nilai maksimum, minimum, rata-rata, jumlah total (sum) dan
Tabel 4.11 Tabel4.12 Tabel4.13 Tabel 4.14
standar deviasi orientasi masa depan Kategorisasi Skor orientasi masa depan Uji Normalitas Skala Self Esteem
Uji Normalitas Skala Orientasi Masa Depan Tabel Homogenitas skala self esteem
Tabel 4.15 Tabel Homogenitas skala orientasi masa depan Tabel 4.16 Uji Linearitas
Tabel 4.17 Anova
[image:13.518.28.431.115.633.2]Gambar 4.1 Q-Q Plot Skala self esteem
Gambar 4.2 Histogram Skala self esteem
Gambar 4.3 Q-Q Plot Skala orientasi masa depan
Lampiran 2 Data Mentah Try Out Skala orientasi masa depan Lampiran 3 Data Mentah penelitian skala Self esteem
Lampiran 4 Data Mentah penelitian skala orientasi masa depan
Lampiran 5 Data Mentah Try Out Skala Kemampuan Pemecahan Masalah Lampiran 6 Hasil Uji validitas skala
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Orientasi masa depan merupakan salah satu fenomena perkembangan kognitif yang terjadi pada masa remaja. Sebagai individu yang sedang
mengalami proses peralihan dari masa kanak-kanak mencapai kedewasaan, mereka memiliki tugas-tugas yang mengarah pada persiapannya memenuhi tuntutan dan harapan peran sebagai orang dewasa. Oleh sebab itu
sebagaimana yang dikemukakan oleh Elizabet B. Hurlock (1981 ), remaja mulai memikirkan tentang masa depan mereka secara sungguh-sungguh. Remaja mulai memberikan perhatian yang besar terhadap berbagai lapangan kehidupan yang akan dijalaninya sebagai manusia dewasa dimasa
mendatang. (dalam Desmita, 2005)
berarti masa remaja merupakan masa berkembang pesatnya orientasi masa depan. Selain itu Operasional formal juga, memberikan remaja kemampuan untuk mengantisipasi masa depannya atau kemampuan membuat skemata kognitif untuk merumuskan rencana bagi masa depannya. Dengan kata lain, remaja mampu membuat perencanaan dan melakukan evaluasi terhadap rencana di masa depannya. (Desmita, 2005)
Ada lima bidang yang seringkali diteliti dalam penelitian-penelitian tentang orientasi masa depan pada remaja (Metha et al, Nurmi, Trommsdorff et al dalam Nurmi, 1989). Bidang tersebut adalah pekerjaan, pendidikan, pernikahan, kegiatan waktu luang, dan aktualisasi diri. Akan tetapi dalam penelitian ini hanya dua bidang yang dilibatkan yaitu bidang pendidikan dan bidang karir (pekerjaan).
Penelitian yang dilakukan Bandura (dalam Santrock, 2001) terkait dengan prestasi remaja, diketahui kalau prestasi seorang remaja akan meningkat bila mereka membuat suatu tujuan yang spesifik, baik tujuan jangka panjang maupun jangka pendek. Selain itu, remaja juga harus membuat perencanaan untuk mencapai tujuan yang telah dibuat. Dalam proses pencapaian tujuan, remaja juga harus memperhatikan kemajuan yang mereka capai, dimana remaja diharapkan melakukan evaluasi terhadap tujuan, rencana, serta kemajuan yang telah mereka capai (Santrock, 2001 ).
Selain itu, minat remaja terhadap pendidikan sangat dipengaruhi oleh minat mereka terhadap pekerjaan. Jika remaja mengharapkan pekerjaan yang menuntut pendidikan tinggi maka pendidikan akan dianggap sebagai batu loncatan. Biasanya remaja menaruh minat pada pelajaran-pelajaran yang nantinya akan berguna dalam bidang pekerjaan yang akan dipilihnya (Hurlock, 2006)
Berprestasi baik di sekolah pada umumnya meratakan jalan untuk memperoleh pekerjaan yang baik pula. (Artikel, 1999)
Sedangkan minat pada karir (pekerjaan) seringkali menjadi sumber pikiran pada akhir masa remaja. Seperti yang diterangkan oleh Thomas (dalam Hurlock, 2006), bahwa pada saat tersebut remaja belajar membedakan
antara pilihan pekerjaan yang lebih disukai dan pekerjaan yang dicita-citakan. Remaja akan memikirkan apa yang akan dilakukan dan apa yang mampu dilakukan. Semakin mereka mendengar dan membicarakan berbagai jenis pekerjaan, semakin ia kurang yakin mengenai apa yang dilakukan. Remaja juga memikirkan cara untuk memperoleh yang mereka inginkan.
Orientasi masa depan dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu; faktor individu
(person-related factor) dan faktor konteks sosial (social context-related
factor). Faktor individu terdapat konsep diri dan kematangan kognitif.
Sedangkan dalam faktor konteks sosial terdapat Jender, hubungan dengan orang tua, dan status ekonomi (Nurmi, 1991 ).
Salah satu aspek psikologi yang memiliki hubungan relevan untuk mempelajari orientasi masa depan adalah self esteem, yang merupakan komponen self evaluation dan self concept. Beberapa studi menunjukkan bahwa individu dengan self esteem yang tinggi akan lebih memikirkan masa depannya secara internal daripada individu dengan self esteem rendah (dalam Nurmi, 1991).
Helmreich, Stapp & Ervin (Robbinson, 1991) mengatakan bahwa self esteem
berhubungan dengan kepercayaan diri seseorang. Branden (dalam Hesselbein 1997) berpendapat bahwa tingginya kepercayaan seseorang, memungkinkan seseorang untuk belajar, membuat keputusan dengan baik, serta mengelola perubahan dengan matang. Branden juga menyebutkan beberapa perilaku orang yang memiliki self esteem yang tinggi seperti terbuka terhadap informasi, pengetahuan dan umpan balik; dapat bertahan dalam suatu kegiatan; berkeinginan untuk memiliki, mengalami dan
menghindar atau memungkirinya; mampu bertanggung jawab atas dirinya sendiri, yaitu menyadari bahwa ia adalah penentu pilihan dan tindakannya sendiri (dalam Endah Astuti, 2006)
Selain itu, orang yang memiliki self-esteem yang tinggi mempunyai
pandangan yang sangat jelas mengenai tujuan hidup dan jati diri mereka. Tingkat self-esteem seseorang akan sangat mempengaruhi seluruh aspek dalam hidupnya (andrewho, 2008)
Berdasarkan hal ini maka peneliti berasumsi bahwa salah satu aspek yang mempengaruhi dan berhubungan dengan orientasi masa depan seorang remaja adalah self esteem. Oleh sebab itulah, peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai "hubungan self esteem dengan orientasi masa depan pada remaja"
1.2.
ldentifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasikan, yaitu:
• Apakah self esteem mempengaruhi terbentuknya orientasi masa depan? • Bagaimana self esteem yang ditampilkan oleh remaja ?
1.3Pembatasan dan Perumusan Masalah:
1.3.1 Pembatasan Masalah
Dalam penulisan ilmiah ini, penulis memberikan batasan masalah yang akan dibahas. Hal ini dikarenakan ada beberapa keterbatasan dari peneliti, selain itu hal ini juga bertujuan untuk menghindari terjadinya perluasan materi yang akan dibahas. Adapun pokok masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut;
a. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan self esteem adalah penilaian individu mengenai keberhargaan dirinya dan sejauh mana dia menyukai dirinya sendiri yang mencakup beberapa aspek yaitu perasaan mengenai dirinya sendiri, perasaan tentang hidup dan hubungan dengan orang lain. b. Orientasi masa depan dalam penelitian ini adalah gambaran masa depan
yang menjadi dasar untuk menetapkan tujuan, rencana dan membuat pilihan, yang dijelaskan dengan tiga proses yaitu motivasi, perencanaan dan evaluasi. Orientasi masa depan dalam penelitian ini hanya meliputi dua bidang yaitu bidang pendidikan dan bidang pekerjaan. Adapun
pendidikan yang dimaksud disini adalah pendidikan terkait dengan rencana kelanjutan studi (hendak ke institusi mana, remaja melanjutkan
orientasi masa depan pada remaja sehingga dapat membantu bersama remaja untuk lebih mempersiapkan masa depan remaja. Serta dapat memotivasi remaja dalam mengorientasi masa depan mereka.
1.5 Sistematika penulisan
Untuk memudahkan pemahaman pada tulisan ini, maka penulis menyusunnya dalam sistematika penulisan sebagai berikut: BAB 1 Pendahuluan
Yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB 2 Kajian Pustaka
Bagian ini membahas mengenai teori Self esteem (pengertian self
esteem, faktor-faktor yang mempengaruhi self esteem, karakteristik
self esteem yang sehat, aspek-aspek self esteem). Teori orientasi
BAB 3 Metodologi Penelitian
Bagian ini membahas mengenai jenis penelitian (pendekatan dan metode penelitian), subjek penelitian (karakteristik dan jumlah subjek, serta tehnik pemilihan subjek penelitian), pengumpulan data (metode pengumpulan data dan instrumen penelitian), prosedur penelitian (tahap persiapan dan pelaksanaan penelitian), serta tekhnik pengolahan dan analisa data.
BAB 4 Presentasi dan analisa data terdiri dari gambaran umum subjek penilitian, uji instrument penelitian, hasil sakala uji validitas skala self esteem dan skala orientasi masa depan serta hasil uji reliabilitas self esteem dan orientasi masa depan. Uji persyaratan yang terdiri dari uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis serta hasil utama
penelitian.
2.1
Self Esteem
BAB2
LANDASAN TEORI
2.1.1 Pengertian
Self Esteem
Santrok (2002) dalam bukunya "life span development" menerangkan bahwa
self esteem adalah dimensi penilaian (evaluatif) global dari kepribadian atau
suatu penilaian atau pencitraan diri yang mengacu pada suatu bidang keterampilan-keterampilan yang berbeda dan penilaian diri secara umum.
Stanley Coopersmith, dalam Branden, 2005 mengungkapkan bahwa makna dari penghargaan atas diri adalah evaluasi yang dibuat oleh individu dan dipertahankan. ltu mengungkapkan suatu persetujuan atau ketidaksetujuan, dan mengindikasikan sejauh mana seorang individu percaya bahwa dirinya mampu, penting, sukses dan layak. Singkatnya, penghargaan atas diri adalah penilaian pribadi tentang kelayakan yang dinyatakan di dalam sikap individu terhadap dirinya.
prasyarat hidup. Secara lebih spesifik, penghargaan diri adalah (1) keyakinan di dalam kemampuan kita untuk berpikir dan menghadapi tuntutan hidup, (2) keyakinan di dalam hak kita untuk bahagia, perasaan berharga, layak,
diizinkan untuk menilai kebutuhan dan keinginan kita serta menikmati buah dari kerja keras kita.
Lobby Loekmono (1992) mengungkapkan bahwa harga diri adalah evaluasi individual dari kesenjangan antara citra diri dan diri ideal. lni adalah proses perasaan atau afeksi dan adalah sebuah ukuran dari penambahan
keprihatinan individu terhadap kesenjangan tersebut.
Michinton (1993) menyatakan bahwa self esteem adalah nilai yang ada dalam diri kita. Self esteem merupakan penilaian dari keberhargaan diri sebagai manusia, berdasarkan pada setuju atau tidak setuju dari diri kita dan perilaku kita.
Sedangkan Abraham Maslow (dalam Goble, 1987) secara panjang lebar menjelaskan bahwa;
prestasi, ketidaktergantungan dan kebebasan. Kedua, penghargaan dari orang lain meliputi: prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, nama baik serta penghargaan."
[image:27.518.45.434.175.485.2]Berdasarkan hal di atas, peneliti mendefinisikan self esteem sebagai gambaran evaluasi diri yang dimiliki oleh individu mengenai segala keberadaan dirinya secara keseluruhan yang positif dan akan membuat dirinya merasa bangga, sukses dan berharga.
2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self Esteem
Brecht (2000), mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi self
esteem adalah sebagai berikut;
1. Orang tua
Orang tua adalah sumber yang sangat mempengaruhi kualitas self esteem
anak-anaknya. dengan maksud-maksud yang baik, banyak orang tua yang penuh perhatian dan kasih sayang sebenarnya justru merusak self esteem
anak-anak mereka sendiri.
juga mampu dan tegas dalam memimpin. Mereka tidak akan pernah menoleransi perlakuan-perlakuan yang sembrono atau tidak sopan.
2. Tingkah laku sosial
Dengan siapa seorang individu bergaul dapat sangat mempengaruhi self
esteem. Self esteem dapat ditingkatkan melalui kelompok, teman-teman yang
menerima diri kita apa adanya (Brecht, 2000)
3. Prestasi
Jika seorang individu telah mengembangkan suatu pola tertentu untuk
berprestasi dalam sejumlah bidang, maka ia cenderung akan percaya bahwa dirinya mampu, bisa dan akan merasa senang dengan dirinya. Kemampuan untuk menetapkan tujuan yang realistis dan penghargaan terhadap diri sendiri apa setiap Jangkah pencapaiannya juga merupakan pendorong meningkatkannya self esteem.
4. Diri sendiri
2.1.3 Aspek-Aspek Self Esteem
Minchinton (1993) menjabarkan tiga aspek dari self esteem, yaitu perasaan mengenai dirinya sendiri, perasaan terhadap hidup, serta hubungan dengan orang lain.
1. Perasaan menerima dirinya sendiri
o Menerima diri sendiri, maksudnya seseorang menerima dirinya secara nyata dan penuh, nyaman dengan keadaan dirinya sendiri, dan memiliki perasaan yang baik tentang diri sendiri, apapun kondisi yang dihadapi saat ini seseorang memandang bahwa dirinya memiliki keunikan tersendiri. Menghargai setiap potensi yang dimiliki tanpa pernah mengeluh. o Menghargai dirinya sendiri. Dengan menghargai dirinya sendiri
perasaannya tentang kompetensi, dirinya sendiri tidak bergantung pada kondisi eksternal.
o Memaafkan dirinya sendiri dengan segala ketidaksempurnaan dan
kesalahan yang dibuatnya. Jika seseoang tidak menyukai dirinya sendiri, membiarkan orang lain merendahkan dirinya, kerap mencela dirinya sendiri serta merendahkan diri, ia akan merasakan kepedihan dan
o Hara pan yang realistis. Seseorang yang memiliki self esteem yang tinggi akan membangun harapan ataupun cita-cita secara realistis, sesuai kemampuan yang dimilikinya. Perasaan seseorang terhadap hidup juga menentukan apakah ia akan menganggap sebuah masalah adalah rintangan hebat atau kesempatan bagus untuk mengembangkan diri. o Memegang kendali atas diri sendiri. Seseorang dengan self esteem tinggi
juga tidak berusaha mengendalikan orang lain atau situasi yang ada. Sebaliknya, ia akan dengan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan. 3. Hubungan dengan Orang lain
o Menghargai orang lain. Seseorang dengan toleransi dan penghargaan yang sama terhadap semua orang yang berarti memiliki self esteem yang baik. la percaya bahwa setiap orang, termasuk dirinya mempunyai hak yang sama dan patut dihormati.
o Bijaksana dalam melakukan hubungan. Seseorang dengan self esteem
yang tinggi mampu memandang hubungannya dengan orang lain secara bijaksana.
korban dan diinjak-injak orang lain, sementara sebenarnya ia marah dan hatinya panas.
2.1.4 Karakteristik lndividu Berdasarkan Tingkatan
Self
esteem
Minchinton (1993) menjelaskan sekurang-kurangnya terdapat beberapa karekteristik individu ditinjau dati tinggi rendahnya atau positif negatifnya self
esteem yaitu:
1. Karakteristik individu dengan self esteem tinggi
Pertama, seseorang yang memiliki self esteem yang tinggi, ia akan memiliki ciri-ciri seperti; dapat menerima dan mengapresiasikan dirinya sendiri dalam kondisi apapun, merasa nyaman dengan keadaan dirinya, berprasangka baik terhadap dirinya sendiri, jika tidak bagi orang lain, setidaknya bagi dirinya sendiri serta memiliki kontrol emosi yang baik dan terbebas dari perasaan yang tidak menyenangkan, kemarahan, ketakutan, kesedihan dan rasa bersalah atau guility feeling.
Ketiga, tingginya self esteem terlihat dari bagaimana cara seseorang dalam bentuk raa penghormatan, toleransi, kerja sama dan saling memiliki antara satu dengan yang lain.
Keempat, seseorang dengan self esteem yang tinggi dapat merancang, merencanakan dan merealisasikan segala sesuatu yang diharapkan atau menjadi tujuan hidupnya secara optimal.
2. Karakteristik individu dengan self esteem yang rendah
Pertama, seseorang dengan self esteem rendah, ia menyakini bahwa dirinya memiliki kemampuan instrinsik yang kecil, meragukan kemampuan dirinya, merasa bahwa keberhasilan yang diperolehnya merupakan sebuah
prestasinya, selalu takut takut untuk mencoba segala sesuatu dan memiliki kontrol emosi yang buruk, merasa tidak bahagia, tertekan serta merasa bahwa dirinya tidak berarti atau sia-sia.
Kedua, seseorang dengan self esteem rendah, ia merasa bahwa kehidupan ini berada diluar kontrol dan tanggung jawab dirinya dan berjalan begitu saja, terkadang merasa teralenasi dari dunianya sendiri, lemah dan merasa
Ketiga, seseorang yang memiliki self esteem rendah, ia tidak dapat
merasakan arti pentingnya hubungan interpersonal, bersikap tidak toleran, kurang dapat bekerja sama dan kurang rasa memiliki antara satu sama lainnya.
Keempat, seseorang dengan self esteem rendah kurang dapat merancang, merencanakan dan merealisasikan segala sesuatu yang diharapkan atau menjadi tujuan hidupnya secara optimal. (Michinton, 1993)
2.2 Orientasi Masa Depan
2.2.1 Pengertian Orientasi Masa Depan
Nurmi ( 1991) melihat orientasi masa depan sebagai suatu konsep multidimensi. la menggambarkan orientasi masa depan sebagai satu
kesatuan dari tiga proses psikologis utama yaitu motivasi, perencanaan dan evaluasi. Motivasi terkait dengan motif, minat dan tujuan yang ingin dicapai di masa depan. Perencanaan menekankan bagaimana seeorang
Nurmi juga mejelaskan pengertian orientasi masa depan dalam Seginer (2000), yaitu gambaran masa depan yang menjadi dasar untuk menetapkan tujuan, rencana dan membuat pilihan, yang dijelaskan dengan tiga proses yaitu motivasi, perencanaan dan evaluasi.
Berdasarkan hal di atas, peneliti menarik kesimpulan bahwa orientasi masa depan sebagai gambaran seseorang mengenai masa depan mereka yang dibentuk melalui tiga proses psikologis yaitu motivasi, perencanaan dan evaluasi.
2.2.2 Proses Dalam Orientasi Masa Depan
Berdasarkan teori Cognitive Psychology dan Action Therapy (Nurmi, 1989), orientasi masa depan dideskripsikan melalui tiga proses, yaitu;
1. Motivation (motivasi), berkaitan dengan apa yang menjadi tujuan yang
dicapai, waktu pencapaian dan dorongan/motif mencapai tujuan di masa depan.
2. Planning (perencanaan), berkaitan dengan bagaimana seseorang
3. Evaluation (evaluasi), individu harus mengevaluasi keyakinan diri, kemungkinan untuk merealisasikan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dan rencana-rencana yang telah dibuat serta emosi.
Ketiga proses ini akan dijelaskan lebih detail sebagai berikut: a. Motivasi
Pada tahap ini seorang individu memulai tujuannya berdasarkan perbandingan antara motif umum, serta nilai pengetahuan tentang
perkembangan hidupnya di masa depan. Kebanyakan motif, minat dan tujuan manusia berorientasi ke depan dan mengacu pada antisipasi kejadian di masa depan dan objektifitas. Ketika kejadian masa depan dan objektifitas mempersentasikan harapan terhadap masa depan, maka pengetahuan tentang harapan tersebut memainkan peranan penting dalam perkembangan motivasi kedepan. Untuk menyusun tujuan yang realistis, motif umum dan nilai-nilai yang dipegang diperbandingkan dengan pengetahuan tentang masa depan. Eksplorasi pengetahuan yang berhubungan dengan motif dan nilai-nilai tersebut membuat minat seseorang jadi lebih spesifik.
Motif, minat , pencapaian dan tujuan individu merupakan sistem motivasional yang memiliki hirarki yang kompleks. Hirarki motivasi ini dibedakan
dari tujuan yang dibuat (Emmons, 1986; Lazanus & Folk-man, 1987; Leontiev, 1979; dalam Nurmi, 1991). Prinsip utama dari konsep kerja ini adalah tingkatan motif, nilai atau pencapaian yang semakin tinggi
membutuhkan tingkatan tujuan yang lebih rendah, yang bekerja melalui beberapa tujuan kecil. Awalnya individu membuat tujuan yang biasanya merupakan keinginan yang masih bersifat umum, luas dan sangat abstark, seperti visi hidup. Visi hidup ini kemudian dijabarkan dan dibuat lebih detail melalui tujuan-tujuan hidup kecil yang lebih operasional, konkrit dan spesifik. Tujuan-tujuan kecil tersebut akan diorganisasikan dan diintegritaskan untuk dapat mewujudkan tujuan yang tinggi tersebut. Dengan kata lain, untuk dapat mencapai satu tujuan yang besar akan diperlukan tujuan-tujuan sebagai perentara. Sebelum mencapai tujuan besar individu harus mencapai tujuan perentara terlebih dahulu dan ini merupakan strategi untuk merealisasikan tujuan yang lebih besar.
b. Perencanaan
Pertama, individu membentuk representasi dari tujuan dari konteks di masa depan dimana tujuan itu diharapkan dapat terwujud. Representasi ini
didasarkan pada pengetahuan yang dimiliki mengenai konteks aktifitas masa depan.
kedua, individu harus membuat rencana, proyek atau strategi untuk mencapai tujuan dalam konteks yang dipilih. Proses membuat rencana ini mempunyai kesamaan dengan proses pengambilan keputusan. lndividu menyusun berbagai alternatif rencana dan harus memutuskan alternatif mana yang paling efesien untuk mencapai tujuan. Jika minat seseorang terus
berkembang atau berubah seiring jalannya waktu, maka individu tersebut harus mengevaluasi rencana dan dengan tanggap mengambil langkah yang berbeda agar tujuan tetap bisa tercapai.
c. Evaluasi
Evaluasi terkait dengan seberapa besar individu merasa mampu dan mempunyai kendali atas masa depan, serta yakin bahwa tujuannya akan tercapai. Dalam tahap ini, atribusi kausal dan afek mengenai masa depan sangat berpengaruh. Atribusi kausal didasarkan pada evaluasi kognitif secara sadar mengenai kemampuan seseorang untuk memegang kontrol atas masa depannya sedangkan afek merupakan evaluasi secara tidak sadar.
Weiner (dalam Nurmi, 1991) mengajukan model mengenai keterikatan atribusi dan emosi dalam proses evaluasi. la menyebutkan bahwa atribusi mengnai kesuksesan dan kegagalan secara spesifik akan diikuti oleh emosi yang spesifik. Kesuksesan masa depan yang dilihat sebagai atribusi internal dan kemampuan yang mengontrol, diperkirakan akan diikuti oleh perasaan optimis. Sedangkan kegagalan masa depan yang dilihat sebagai atribusi eksternal dan ketidakmampuan memegang kontrol yang akan diikuti perasaan pesimis.
Barandtst-idter (1984 dalam Nurmi, 1991) menggambarkan bahwa tahap evaluasi sebagai proses multitahap yang kompleks; perubahan
kepuasan individu; kemudian hasil yang diharapkan tersebut diukur
berdasarkan cara untuk mengontrol dan berapa banyak kontrol yang dapat diberikan oleh individu.
2.2.3 Perkembangan Orientasi Masa Depan
Ada tiga hal yang harus diperhatikan mengenai perkembangan orientasi masa depan, yaitu:
a. Orientasi masa depan berkembang dalam konteks budaya dan institusional. Harapan normatif dan pengetahuan mengenai masa depan menjadi dasar penetapan minat, rencana masa depan, atribusi kausal dan afek (Nurmi, dalam Nurmi 1991)
b. Minat, rencana dan keyakinan mengenai masa depan dipelajari melalui interaksi sosial seperti dengan orang tua, teman sebaya (kandel & Lesser, dalam Nurmi, 1991)
Perkembangan orientai masa depan, dilihat pada gambar dibawah ini:
Konteks sosial Skema orientasi masa depan
Peristiwa Ren tang
)
motivasikehidupan
-
kehidupan Tujuannormatif yang
セ@ ,
diantisipasi t: , ,
Kesempatan
-
Perkembang-)
perencanaan Rencanaan ,
kontekstual セ@ , ,
t:
Standar dan Konsep diri
-
J
EvaluasiI
Atribusibatasan waktu Dan
[image:40.518.28.479.100.482.2]afek
Gambar 2.2 bagan orientasi masa depan dan proses yang terdapat di dalamnya Sumber:Nurmi, 1991
Dari bagan di atas dapat dilihat bahwa lingkungan atau konteks sosial yang meliputi peristiwa normatif, kesempatan, standar dan batas waktu untuk evaluasi mempengaruhi pembentukan skemata mengenai perkembangan kehidupan yang diantisipasi, perkembangan konstektual dan konsep diri. Hal ini akan mempengaruhi orientasi masa depan seseorang baik dalam tahapan motivasi, perencanaan maupun evaluasi. Lebih lanjut, dijelaskan sebagai berikut (Nurmi, 1991 ):
b. Kesempatan dalam rentang kehidupan seperti usia tertentu untuk
menyelesaikan tugas perkembangan, menjadi dasar perkembangan
orientasi masa depan dalam hal rencana dan strategi.
c. Standar dan batas waktu atas solusi tugas perkembangan menjadi dasar
bagi proses evaluasi dalam orientasi masa 、・ー。gZゥMセ@
PERPUST A KAAN UT AMA . UIN SYAHID JAKARTA
2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Onentasi 1nasa
de pan
Secara garis besar, ada dua faktor yang dapat mempengaruhi
perkembangan orientasi masa depan. Kedua faktor itu adalah faktor individu
(person-related factor) dan faktor konteks sosial (social context-related
factor). (Nurmi, 1989, 1991)
1. faktor individu
a. Konsep diri
Salah satu aspek konsep diri yang mempengaruhi orientasi masa depan
adalah diri ideal. Diri ideal ini memberikan standar perilaku dan berpengaruh
dalam pemilihan tujuan individu. Raustevonwright (dalam Nurmi, 1989)
mengatakan bahwa diri ideal dapat berfungsi sebagai motivator dalam
Aspek lain dari konsep diri yang mempengaruhi orientasi masa depan adalah self esteem. Beberapa study menunjukkan bahwa individu dengan
self esteem yang tinggi akan lebih memikirkan masa depannya secara
internal daripada individu dengan self esteem yang rendah (Nurmi, 1989; plante, 1977 dalam Nurmi, 1991)
b. Kematangan kognitif
Penelitian mengenai hubungan kematangan kognitif dengan orientasi masa depan memberikan hasil yang berbeda-beda. Beberapa ahli
menjelaskan perkembangan kognitif dapat mempengaruhi rencana masa depan remaja. Hal ini karena remaja berada dalam tahap formal operation. Dalam tahap ini remaja mampu membuat hipotesis yang bertentangan dengan kenyataan dan mampu menggali berbagai kemungkinan (Elkind, dalam Nurmi 1991 ). Selain itu, dalam tahap ini kemampuan metakognisi remaja berkembang (Keating dalam Nurmi, 1991 ). Kemampuan ini sangat memungkinkan remaja untuk memikirkan kemungkinan yang akan terjadi di masa depan, menemukan masalah dalam pencapaian tujuan dan
2. Faktor Konteks Sosial a. Jenis kelamin
Penelitian mengenai perbedaan orientasi masa depan antara laki-laki dan perempuan mendapatkan hasil yang terus berkembang. Nurmi (dalam
McCabe, 2000) menyebutkan bahwa 50 tahun lalu terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam oreiantasi masa depan namun
penelitian 35 tahun berikutnya menunjukkan bahwa laki-laki lebih berorientasi pada aspek materi dalam (Greene&Wheatly, 1992; Nurmi, 1991 dalam
McCabe, 2000) sedangkan perempuan lebih berorientasi pada keluarga.
b. Status sosial ekonomi
Beberapa penelitian menunjukan bahwa tingkat sosial ekonomi
mempengaruhi orientasi masa depan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Lamm et al (dalam Nurmi 1991) menemukan bahwa remaja yang berasal dari sosial ekonomi menengah menyatakan lebih banyak harapan yang berkaitan dengan kehidupan sosial dimasa depan dibandingkan dengan remaja dari sosial ekonomi rendah.
c. Hubungan dengan orang tua
remaja dan merupakan wadah yang tepat dalam menyelesaikan tugas perkembangan yang sedang dihadapi atau yang akan dihadapi. Asumsi umum dalam teori pembelajaran sosial menyatakan bahwa orang tua yang memberikan penghargaan positif terhadap anak-anaknya dan konsisten dalam praktek sosialisasi mengarahkan anaknya memiliki harapan yang positif mengenai dunia luar, mempercayai orang lain, yakin akan kemampuan sendiri dan optimis.
Kondisi keluarga dan interaksi antara orang tua dan anak
mempengaruhi orientasi masa depan setidak-tidaknya dalam tiga hal (Nurmi, 1991 ). Pertama, orang tua menetapkan standar normatif, sekaligus
mempengaruhi perkembangan minat, nilai, dan tujuan hidup anaknya. kedua, orang tua berperan sebagai contoh bagi anak dalam menyelesaikan
masalah-masalah yang timbul dalam tugas perkembangan anaknya. ketiga, dukungan orang tua membantu anak untuk mengembangkan sikap optimis dan internal terhadap masa depan.
d. lnteraksi dengan teman sebaya
2.3
Remaja
2.3.1 Pengertian Remaja
Hurlock mengistilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin
adolescere yang berarti "tumbuh" atau "tumbuh menjadi dewasa". lstilah
adolescence mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental,
emosional, sosial dan fisik. Piaget mengemukakan bahwa secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak (dalam Nihayah dkk, 2006)
Stanley Hall (dalam Nihayah dkk, 2006) menyatakan bahwa masa remaja adalah masa yang penuh frustasi dan konflik, masa yang penuh gejolak, masa penyesuaian diri, masa percintaan, dan merupakan masa transisi ke dunia dewasa.
Lazimnya masa remaja dianggap mulai pada saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum. Secara umum masa remaja dibagi menjadi dua bagian, yaitu awal masa dan akhir masa remaja. Awai masa remaja berlangsung kira-kira dari 13 sampai 16 atau 17 tahun dan akhir masa remaja bermula dari usia 16 atau 17 sampai 18 tahun, yaitu usia matang secara hukum (Hurlock, dalam Nihayah dkk, 2006).
2.3.2 Tugas perkembangan remaja
Tugas perkembangan remaja (dalam Nihayah dkk, 2006) antara lain adalah: 1. Menerima Keadaan diri dan penampilan diri. belajar berperan sesuai jenis
kelamin.
2. Membentuk hubungan dengan teman sebaya secara dewasa.
3. Mengembangkan kemampuan berdiri sendiri baik emosional maupun ekonomi.
4. Mengembangkan tanggung jawab sosial
5. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan intelektual untuk hidup bermasyarakat da masa depan
kemampuan merumuskan perencanaan strategis atau kemampuan pengambilan keputusan (Carol & David R, 1995, dalam Desmita, 2006)
Perkembangan frontal lobe tersebut sangat berpengaruh terhadap
2.4
Kerangka Berpikir
Masa remaja merupakan tahapan yang penting dalam rentang kehidupan manusia karena pada masa ini, remaja melakukan pencarian identitas diri. Remaja yang sedang dalam proses pencarian identitas diri, penilaian orang Jain menjadi sangat penting bagi dirinya karena hal ini berkaitan dengan meningkatnya kebutuhan remaja akan harga diri (Nihayah dkk, 2006).
Maslow mengatakan bahwa kebutuhan akan harga diri pada remaja merupakan kebutuhan yang sangat penting. Dalam kebutuhan harga diri terkandung harga diri dan penghargaan dari orang lain. Harga diri meliputi kebutuhan akan prestasi, keunggulan akan kompetensi, kepercayaan diri, kemandirian dan kebebasan. Sedangkan penghargaan dari orang lain meliputi prestise, kedudukan, kemasyuran dan nama baik, kekuasaan, pengakuan, perhatian, penerimaan, martabat dan penghargaan (Goble, 2002).
yang biasanya lalu menumbuhkan motivasi yang lebih tinggi. Akan tetapi sebaliknya, frustasi karena terhambatnya pemuasan kebutuhan ini akan menimbulkan sikap rendah diri, rasa tak pantas, rasa lemah, tak mampu dan rasa tidak berguna, sehingga menyebabkan individu tersebut mengalami kehampaan, keputusasaan, gilty feeling serta penilaian yang rendah atas dirinya sendiri (Goble, 2002) .
Harga diri yang tinggi akan membangkitkan rasa percaya diri, penghargaan diri, rasa yakin akan kemampuan diri, rasa berguna serta rasa bahwa kehadirannya diperlukan di dunia ini. Misalnya seorang remaja yang memiliki harga diri yang cukup tinggi, dia akan yakin dapat mencapai prestasi yang dia dan orang lain harapkan. Pada gilirannya, keyakinan itu akan memotivasi remaja tersebut untuk sungguh-sungguh mencapai apa yang diinginkan.
Peneliti berasumsi bahwa apabila seorang remaja yang memiliki self esteem
atas rencana yang telah remaja buat untuk kehidupan yang diinginkan di
masa mendatang. Dengan demikian penulis berasumsi ada hubungan
positif yang signifikan antara self esteem dengan orientasi masa depan pada
remaja.
2.5
Hipotesis
Berdasarkan deskripsi teori di atas, penulis merumuskan hipotesis penelitian
sebagai berikut:
Ha
=
Ada hubungan positif yang signifikan antara self esteem denganorientasi masa depan pada remaja
Ho = Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara self esteem dengan
BAB3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
3.1.1 Pendekatan dan Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu suatu pendekatan penelitian yang menghasilkan data berupa angka-angka dan kemudian dianalisa dengan uji statistik. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi karena yang menjadi fokus utama adalah pengukuran terhadap hubungan antara dua fenomena atau lebih. Penelitian korelasi dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang diselidiki (Sevilla, 1993). Pengukuran dengan korelasi ini digunakan untuk menentukan besarnya arah hubungan satu variabel dengan variabel lain (Sevilla, 1993).
3.2 Variabel Penelitian
(dependent variable). Dalam penelitian ini yang menjadi kedua variabel tersebut adalah sebagai berikut:
a. variabel bebas : Self esteem
b. variabel terikat : Orientasi masa depan
3.2.1 Definisi Konseptual variabel
a. Self esteem adalah penilaian individu mengenai keberhargaan dirinya
dan sejauh mana dia menyukai dirinya sendiri yang mencakup beberapa aspek yaitu perasaan mengenai dirinya sendiri, perasaan tentang hidup dan hubungan dengan orang lain.
b. Orientasi masa depan adalah gambaran masa depan yang menjadi dasar untuk menetapkan tujuan, rencana dan membuat pilihan, yang dijelaskan dengan tiga proses yaitu motivasi, perencanaan dan evaluasi.
3.2.2 Definisi Operasional variabel
Self esteem adalah skor yang diperoleh dari pengukuran terhadap penilaian
Sedangkan orientasi masa depan adalah skor yang diperoleh dari pengukuran terhadap gambaran masa depan yang menjadi dasar untuk menetapkan tujuan, rencana dan membuat pilihan, yang dijelaskan dengan tiga proses yaitu motivasi, perencanaan dan evaluasi.
3.3
Pengambilan Sampel
3.3.1 Populasi dan sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas 3 SMAN 85 yang berjumlah 240 orang.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti dan dimaksudkan untuk mengeneralisasi atau mengangkat kesimpulan penelitian sebagai sesuatu yang berlaku bagi populasi (Arikunto, 1996). Apabila subjeknya kurang dari 100 orang maka dimabil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi selanjutnya. Jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. Dal am penelitian ini penulis mengambil sampel sebanyak 50% dari jumlah populasi siswa-siswi kelas 3 SMAN 85 Jakarta barat yaitu berjumlah 120 orang.
3.3.2 Teknik pengambilan sampling
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
probability sampling, dan adapun teknik probability sampling yang digunakan
ini dikarenakan kelas 3 SMAN 85 terdiri 6 kelas yaitu 3 IPA 1, 3 IPA2, 31PA3, 31PS1, 31PS2 dan setiap kelas masing-masing terdiri dari 40 siswa. Adapun untuk mendapatkan sampelnya, penulis menseleksi masing-masing kelas (semua anggota populasi) dengan cara random (acak).
3.4 Teknik Pengumpulan data
3.4.1 Metode dan lnstrumen pengumpulan data
Peneliti menggunakan metode pengukuran dengan skala. Kerlinger mendefinisikan skala sebagai suatu perangkat simbol atau angka-angka dalam bentuk simbol angka yang ditatapkan menurut aturan individu (atau tingkah laku mereka) dimana skala ditetapkan, penetapan dinyatakan melalui pemikiran individu skala apa yang dianggap perlu diukur. Skala yang
digunakan untuk mengukur self esteem dan orientasi masa depan yaitu skala model Likert.
Alat ukur self esteem dalam penelitian ini berdasarkan konsep teori dari Michinton (1993) sebagai berikut:
b. Perasaan mengenai hidup meliputi; menerima kenyataan, harapan yang realistis dan memegang kendali atas diri sendiri.
c. Hubungan dengan orang lain meliputi; menghargai orang lain, bijaksana dalam hubungan dan bersikap asertif.
Skala self esteem ini digunakan untuk mengetahui seberapa tinggi dan rendahnya self esteem pad a remaja. Dalam skala ini terdapat empat kategori jawaban, yaitu sangat setuju (SS), Setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Masing-masing kategori ini memiliki nilai tertentu yang tertera dalam label berikut;
Tabel 3.1
Nilai kategori dalam tiap jawaban
Skala Favorable Unfavorable
SS= sangat setuju 4 1
S= setuju
3
2TS= tidak setuju 2
3
[image:55.518.26.453.212.522.2]Tabel 3.2
Tabel blue print skala self esteem
No lndikator favorable Unfavorable jumlah
1 Perasaan mengenai diri
sendiri a. Menerima diri 1, 17, 25 3, 11,60 6
sendiri 2,21,29, 4,15,19 6
b. Menghargai diri
sendiri 2,30,33 12,20,23 6
c. Memaafkan diri 6,37,38 24,27,35 6 sendiri
d. Memegang kendali atas emosi diri 2 Perasaan
terhadap hidup
a. Menerima 13,54,57 7,16,28 6
kenyataan 14,18,22 8,31,36 6
b. Harapan yang 26,41,45 40,43,59 6 realistis
c. Memegang kendali alas diri sendiri 3 Hubungan
dengan orang
lain a. menghargai orang 9,42,46 32,39,44 6 lain
b. bijaksana dalam 10,54, 58 48,51,52 6 melakukan
hubungan 49,50,53 47,55,56 6
セ@
'-'• bersikap asertif
Tabel 3.4
Blue print skala orientasi masa depan
lndikator Butir soal jumlah
i-avorable unfavorable
Motivasi
a.Tujuan yang 1,9, 13,49 3,4,7,51 8 ingin dicapai
6 a.waktu 2,10,14 8, 11, 15
pencapaian 4
c. Dorongan atau 5,17 16,19 motif
Perencanaan a.pengetahuan 6, 18,21 12,20,23 6 b. kompleksitas 22,25, 26 24,27,31 6
rencana yang dibuat
c. tingkat realisasi 29,30,41,50 28,32,43 7 atas rencana
yang telah di bu at
Evaluasi a. keyakinan diri 33,42 44,47,48 5 b. kemungkinan 34,45,46 36,39 5
pencapaian dalam
merealisasikan tujuan
c.evaluasi emosi 37,38 35,40 4
yang berkaitan dalam
pencapaian tujuan
[image:57.518.26.470.121.639.2]3.4.2 Uji Instrument Penelitian
1. Uji Validitas skala
Pengujian validitas dilakukan untuk mengetahui apakah suatu skala psikologi mampu menghasilkan data yang akurat dan sesuai dengan tujuan ukurnya. Skala yang disusun berdasarkan kawasan alat ukur yang terindentifikasi dengan baik dan dibatasi dengan jelas secara teoritik akan valid Validitas skala sikap banyak didasarkan pada relevansi isi pernyataan yang disusun berdasarkan rancangan yang tepat (AZ>Nar, 2008). Untuk menguji validitas skala, peneliti menggunakan rumus product moment Pearson, dengan menggunakan r tabel sebesar 0.279 pada taraf taraf signifikansi.
2. Uji Reliabilitas Skala
Reabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah (Azwar, 2008)
Selanjutnya hasil peneltian yang reliabel, bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda.
Untuk mengetahui tingkat reliabilitas dari aitem tersebut, maka digunakan rumus Alpha cronbach (Azwar, 2008) dan perhitungan dengan penggunakan SPSS 13.00 for windows.
a=
2
[1-S/
keterangan;
a
=
koefisien realibilitas Alpha k = banyaknya belahans,2
= varians skor belahan S12,sl
=
varians skor total3.4
Teknik Analisa Data
Pengolahan data dalam penelitian merupakan suatu langkah penting dan mutlak dilaksanakan agar data yang diperoleh memiliki arti, sehingga
self esteem dengan variabel dependent (variabel terikat atau variabel y) yaitu orientasi masa depan.
3.4.1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji bahwa data sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Distribusi normal merupakan model yang paling baik untuk mendekati frekuensi distribusi fenomena alam dan sosial. Uji normalitas pada penelitian ini penulis menggunakan teknik uji
Kolmogorov-Smirnov. Karena teknik uji Kolmogorov-Smirnov adalah salah satu cara untuk menguji kenormalan data apabila responden pengujian lebih dari 100 orang. (Kuncono, 2004)
3.4.2 Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan menguji bahwa dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki varians yang sama (Kuncono, 2004)
3.4.3 Uji Hipotesis
dilihat dari nilai r tabel, jika hasil perhitungan lebih besar dari r tabel maka Ho diterima, sebaliknya jika hasil perhitungan lebih kecil dari r tabel maka Ha diterima.
Adapun dalam perhitungan dengan menggunakan program SPSS 13.00. hasil penelitian akan diinterprestasikan dengan menunjuk tabel koefisien korelasi nilai r Product Moment pada tarif signifikansi 5% dan 1 %. Apabila hasil perhitungannya lebih besar dari r tabel maka korelasi dianggap signifikan atau Ha diterima atau H nol ditolak. Apabila hasil penghitungan lebih kecil dari r tabel maka korelasi dianggap tidakk signifikan atau Ha ditolak atau H nol diterima
3.5
Prosedur penelitian
3.5.1 Tahap persiapan
1. Dimulai dengan perumusan masalah 2. Menentukan variabel penelitian
3. Melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan gambaran dan landasan teoritis yang tepat
5. Menentukan lokasi penelitian
6. Melakukan uji coba alat ukur (try out)
3.5.2 Tahap pengambilan data
1. Menentukan sampel penelitian
2. Memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian dan meminta kesediaan subjek untuk mengisi kuesioner penelitian
3. Melaksanakan pengambilan data dengan memberikan kuesioner yang telah disiapkan kepada subjek penelitian
3.5.3 Tahap pengolahan data
1. Melakukan skoring terhadap hasil kuesioner yang telah diisi oleh respond en
2. Menghitung dan mencatat tabulasi data yang diperoleh, kemudian membuat tabel data
3. Melakukan analisis data dengan menggunakan metode statistik untuk menguji hipotesis penelitian.
3.5.4 Tahap pembahasan
1. Menginterpretasikan dan membahas hasil statistik berdasarkan teori 2. Merumuskan kesimpulan hasil penelitian yang diperoleh dan di bahas
BAB4
PRESENTASI DAN ANALISA DATA
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap siswa-siswi SMAN 85 Jakarta Barat. Jumlah total siswa yang menjadi populasi dalam penelitian ini berjumlah 240 orang. Adapun yang telah ditetapkan untuk dijadikan sampel penelitian sebanyak 120 siswa. Gambaran umum subjek dalam penelitian ini akan diuraikan secara rinci dibawah ini berdasarkan jenis kelamin, usia dan kelas jurusan.
Tabel 4.1
Gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Presentase
Laki-laki 43 35,83
%
Perempuan 77 64,17
%
Total 120 100
%
[image:63.518.36.431.222.555.2]Tabel 4.2
Gambaran subjek berdasarkan usia
Usia Frekuensi Persentase
16 tahun 18 15%
17 tahun 96 80%
18 tahun 6 5%
total 120 100%
Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat diketahui, bahwa subjek yang teliti berusia antara 16-18 tahun. Adapun subjek berusia 16 tahun sebanyak 18 orang atau15%, berusia 17 tahun sebanyak 96 orang atau, 80% dan berusia 18 tahun sebanyak 6 orang atau 5%
Tabel 4.3
Gambaran subjek berdasarkan kelas jurusan
Jurusan Frekuensi Persentase
IPA 79 65,83 %
IPS 41 34,17 %
total 120 100%
4.2 Hasil Uji instrument Penelitian
Setelah dilakukan uji instrumen penelitian pada tanggal 28 Oktober 2009 terhadap 50 siswa SMAN 66 Jakarta Selatan, maka dilakukan tes validitas dan reliabilitas pada kedua skala yang digunakan.
1. Skala Self Esteem
[image:65.518.28.457.163.663.2]Tabel 4.4
Blue Print Skala Self Esteem (try out)
N favorable unfavorabl jumla
0
e
h1 Perasaan mengenai
diri sendiri a. Menerima diri 1*,17*, 25* 3, 11 *,60* 6 sendiri
b. Menghargai diri 2,21*,29* 4*,15,19 6 sendiri
c. Memaafkan diri 5,30*,33 12*,20*,23 6 sendiri
d. Memegang kendali 6,37,38 24*,27*,35* 6 atas emosi diri
2 Perasaan terhadap
hid up a. Menerima 13*,54*,57 7, 16*,28* 6 kenyataan 14*,18,22 8*,31*,36* b. Harapan yang 26,41*,45 40*,43,59 6
realistis
c. Memegang kendali
atas diri sendiri 6
3 Hubungan dengan
orang lain a. menghargai orang 9*,42*,46* 32* ,39* ,44 * 6
b. bijaksana dalam
melakukan 49,50,53 47,55*,56* 6 hubungan
c.
bersikap arsetifJumlah 60
Ket ; *= Item valid
[image:66.518.25.479.66.677.2]Berdasarkan hasil perhitungan SPSS 13.00 dari jumlah item sebanyak 60 item diperoleh data yang valid sebanyak 35 item dan yang tidak valid sebanyak 25 item dengan jumlah N sebanyak 50 sampel.
Tabel 4.5
Revisi Blue print skala self esteem
N favorable Unfavorable jumlah
0
1 Perasaan
mengenai a. Menerima diri 1, 17,25 11,60 5 diri sendiri sendiri
b. Menghargai diri 21,29 4 3
sendiri
c. Memaafkan diri 30 20 2
sendiri
d. Memegang kendali 24, 27,35 3
atas emosi diri 2 Perasaan a. Menerima
terhadap kenyataan 13,54 16,28 4
hid up 14 8,31,36 4
a. b. Harapan yang realistis
c. Memegang kendali atas diri sendiri
3 Hubungan a. Menghargai orang 42,46 32,39,44 5
dengan lain 58 1
orang lain b. Bijaksana dalam melakukan
hubungan 56 1
c. Bersikap asertif
Jumlah 30
2. Skala orientasi masa depan
[image:67.518.21.485.70.624.2]Tabel 4.6
Blue Print Skala Orientasi Masa Depan (try out)
lndikator Butir soal jumlah
Favorame untavorame
Motivasi a.Tujuan yang 1*,9* ,13* ,49 3,4*,7*,51* 8 ingin dicapai
b. waktu 2*,10*,14* 8*,11*,15 6 pencapaian
c. Dorongan atau 5,17* 16*, 19* 4 motif
Perencanaan a.pengetahuan 6*,18*,21* 12* ,20* ,23* 6 b. kompleksitas 22*,25*, 26 24*,27*,31* 6
rencana yang di bu at
c. tingkat 29*,30*,41*, 7
realisasi atas 50* 28, 32*, 43* rencana yang
telah dibuat
pencapaian 34 * ,45* ,46* 36*,39* 5 dalam
merealisasikan tujuan
c.evaluasi emosi 37*,38 35,40* 4 yang berkaitan
dalam pencapaian tujuan
51
Ket ; *= Item valid
Berdasarkan hasil perhitungan SPSS 13.00 dari jumlah item sebanyak 51 item diperoleh data yang valid sebanyak 42 item dan yang tidak valid sebanyak 9 item dengan jumlah N sebanyak 50 sampel.
Tabel
4.7
Blue Print Revisi Skala Orientasi Masa Depan (try out)
lndikator Butir soal jumlah
Favorable unfavorable
Motivasi
a.Tujuan yang 1,9,13 4,7,51 6
ingin dicapai
b. waktu 10,14 8, 11 4
pencapaian
c. Dorongan atau 17 19 2
[image:68.518.25.475.65.572.2]Perencanaan a.pengetahuan 18,21 12,20 4
b. kompleksitas 22 24 2
rencana yang dibuat
c. tingkat 29, 50 32,43 4
realisasi atas rencana yang telah dibuat
Evaluasi a. keyakinan diri 42 44,47,48 4
b.kemungkinan 34,45,46 39 4
pencapaian dalam
merealisasikan tujuan
c.evaluasi emosi 37 40 2
yang berkaitan dalam
pencapaian tu ju an
32
Selanjutnya, kedua skala tersebut diuji reliabilitasnya dengan menggunakan
Alpha Crombach. Pada skala self esteem diperoleh hasil koefisien reabilitas
sebesar 0,867 sedangkan pada skala orientasi masa depan diperoleh hasil koefisien reabilitas sebesar 0.897 yang berarti kedua data tersebut cukup reliabel. Sebagaimana dalam Az.war (2005) semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati 1.00 berarti semakin tinggi tingkat reliabilitas.
4.3 Uji Persyaratan
4.3.1 Kategorisasi Skor
Peneliti menetukan kategorisasi self esteem. Untuk memudahkan
[image:70.518.26.453.173.468.2]menghitung nilai maksimum, minimum, rata-rata, standar deviasi, dan jumlah total (sum), menggunakan hitungan komputer dengan program SPSS versi 13.0. didapatkan hasil skor maksimum, minimum, rata-rata, standar deviasi, dan jumlah total (sum). Berikut tabelnya:
Tabel 4.8
Nilai maksimum, minimum, rata-rata, jumlah total (sum) dan standar
deviasi self esteem
N Minimum Maximum Sum Mean Std.
Deviation
Self 120 76.00 112.00 11462.00 95.5167 7.05915 Esteem
Berdasarkan table di atas, didapatkan nilai minimum untuk skala self esteem
sebesar 76.00, maksimum sebesar 112.00, jumlah self esteem sebesar 11462.00, rata-rata (mean) self esteem sebesar 95.5167 dan standar deviasinya sebesar 7.05915.
Peneliti menggolongkan sampel ke dalam dua kategori tingkatan self esteem
maksimum. Nilai minimum yang didapat adalah 76 dan nilai maksimum adalah 112. Sehingga luas jarak sebenarnya adalah 112-76=36, jarak tersebut kemudian dibagi dua untuk dili hat nilai tengahnya 36/2=18. Kemudian nilai minimum ditambahkan sehingga nilai tengah yang didapat antara 76 dan 112 adalah 94. Maka diperoleh kategori sebagai berikut:
Kategori
Rend ah Tinggi
[image:71.518.27.453.185.501.2]Table 4.9
Kategorisasi Skor Self Esteem
Frekuensi
76-94 53
95-112 67
120
% 44.17% 55.83% 100%
Tabel di alas menunjukkan bahwa terdapat 53 siswa atau 44.17% yang memiliki self esteem rendah dan 67 siswa atau 55.83% memiliki self esteem
yang tinggi.
1. Kategorisasi Skor Skala Orientasi masa depan
13.0. didapatkan hasil skor maksimum, minimum, rata-rata, standar deviasi, dan jumlah total (sum). Berikut tabelnya:
Tabel 4.10
Nilai maksimum, minimum, rata-rata, jumlah total (sum) dan standar
deviasi self esteem
N Minimum Maximum Sum Mean Std.
Deviation
Self 120 77.00 120.00 11848.00 98.7333 8.50777 Esteem
Berdasarkan table di alas, didapatkan nilai minimum untuk skala self esteem sebesar 77.00, maksimum sebesar 120.00, jumlah self esteem sebesar 11848.00, rata-rata (mean) self esteem sebesar 98.7333 dan standar deviasinya sebesar 8.50777.
Kemudian nilai minimum ditambahkan sehingga nilai tengah yang didapat antara 77 dan 120 adalah 98.5, lalu peneliti membulatkan angka tersebut menjadi 98. Maka diperoleh kategori sebagai berikut:
Table 4.11
Kategorisasi Skor Orientasi Masa Depan
Kategori Frekuensi %
Rendah 77-98 66 55%
Tinggi 99-120 54 45%
120 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 66 siswa atau 55% yang memiliki orientasi masa depan rendah dan 54 siswa atau 45% memiliki orientasi masa depan yang tinggi.
4.3.2 Uji Normalitas
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov untuk menguji kebaikan kesesuaian (goodness of fit)
dikarenakan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini lebih dari
100 orang (Kuncono, 2004 ).
1. Uji Normalitas Skala Self Esteem
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan program
SPSS versi 13.0 diperoleh hasil uji normalitas data pada skala Self esteem
[image:74.518.35.433.153.509.2]sebagai berikut :
Tabel 4.12
Uji Normalitas Skala Self Esteem
Tests of Normality
KolmoQorov-Smirnov(a)
Statistic di Sia.
SE .053 120 .200(')
* This is a lower bound of the true s1gn1ficance.
a Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan tabel diatas, signifikansi uji normalitas data pada skala self
esteem diperoleh angka sebesar 0,479 maka dengan menggunakan
signifikansi 5%, dapat diketahui bahwa probabilitas 0,200> 0,05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal. Berikut ini
Gambar4.1
Q-Q Plot Skala self esteem
Normal Q.Q Plot of SE
Obsorvad Valua
Dari gambar diatas dapat terlihat bahwa sebaran data variabel skala kemampuan self esteem berada di sekitar garis uji yang mengarah dari kiri atas ke kanan bawah. Dengan demikian data tersebut dapat dikatakan normal.
[image:75.518.36.444.154.489.2]Gambar4.2
Histogram Skala self esteem
Histogram
SE
2. Uji Normalitas Skala Orientasi Masa Depan
[image:76.518.31.444.152.581.2]Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan peneliti dengan menggunakan program SPSS versi 13.0 diperoleh hasil uji normalitas data pada skala orientasi masa depan sebagai berikut :
Tabel 4.13
Uji Normalitas Skala Orientasi Masa Depan
Tests of Normality
Kolmooorov-Smirnov(a)
Statistic di Sig.
OMD .104 120 .003
a Lilliefors Significance Correction
menggunakan taraf signifikansi 5%. Maka dapat diketahui bahwa nilai probabilitas 0,003 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi tidak normal.
[image:77.518.54.435.172.470.2]Berikut ini adalah gambar diagram scatterplot skala orientasi masa depan keluaran SPSS 13.0
Gambar4.3
Q-Q Plot Skala orientasi masa depan
Normal Q-Q Plot of OMO
ᄋセMMᄋᄋMMMMMMMMNNNNNNNMMᄋセMMセMMセセ@
ao oo tOO
Obsorvod Valuo "'
depan sebesar 98.733 sedangkan standar deviasinya (s) sebesar 8.507. Berikut adalah gambar histogram keluaran SPSS 13.0
Gambar4.4
[image:78.518.62.433.162.483.2]Histogram Skala orient