• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh model pembelajaran kooperatif metode bamboo dancing terhadap hasil belajar matematika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh model pembelajaran kooperatif metode bamboo dancing terhadap hasil belajar matematika"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

METODE BAMBOO DANCING TERHADAP HASIL BELAJAR

MATEMATIKA

Di SMK Gita Kirtti 1 Jakarta

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh:

Fajrina Rafdiani Riansah

NIM. 105017000419

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

UJI REFERENSI

Nama : Fajrina Rafdiani Riansah

NIM : 105017000419

Jur/Fak : Pendidikan Matematika/Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Judul Skripsi : Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Metode Bamboo

Dancing Terhadap Hasil Belajar Matematika

No Judul Buku dan Nama Pengarang Paraf

Pembimbing I Pembimbing II 1

Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003

Anitah, Sri. Janet Trineke Manoy, Susanah, Strategi Pembelajaran Matematika, Jakarta:Universitas Terbuka, 2008

Arikonto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bina Aksara, 1993

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Bumi Aksara, 2006

Darwati, Yuli, Adative Help Seeking Panduan Bagi Guru Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika, Yogyakarta : Logung Printika, 2009

E, Robert Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset Dan Praktik,

Bandung : Nusa Media, 2010

Isjoni, Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok, Bandung: Alfabeta, 2010

(6)

9

Masalah (Problem Solving) dalam upaya mengatasi

kesulitan-kesulitan Siswa pada soal cerita, Jakarta: PIC UIN Jakarta, 2007

Lie, Anita, Cooperatif Learning, Jakarta: PT Grasindo, 2004

Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenanda Media Group, 2010

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003

Subana dan Sudrajat, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: Pustaka Setia, 2001

Sudijono, Anas , Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007

Sudjana, Nana , Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008

Suprijono, Agus, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009

Suyatno, Menjelajah Pembelajaran Inovatif, Surabaya: Media Buana Pustaka, 2009

Suyono, Soemoenar. Makmuri,

Penerapan Matematika Sekolah, Jakarta: Universitas Terbuka, 2007

(7)

19

Tim Matematika SMK, Matematika untuk SMK kelas , Jakarta: PT Galaxy Puspa Mega, 2001

Trianto, Mendesain model

pembelajaran inovatif progresif, konsep, landasan, dan implementasinya pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).Jakarta: Kencana prenada media group, 2009

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:

Departemen Pendidikan

Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda, 2003

V.S, Ina Mullis dkk, TIMSS 2007 International Mathematics

Report, dari

http://timss.bc.edu/TIMSS2007/t echreport.html.

W, John Santrock, Psikologi

Pendidikan, terjemahan dari Educational Psycology oleh Tri Wobowo B. S, Jakarta: Kencana, 2008

Wena, Made, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu

Tinjauan Konseptual

(8)

Pembimbing I Pembimbing II

(9)

i

ABSTRAK

Fajrina Rafdiani Riansah (105017000419). “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Metode Bamboo Dancing Terhadap Hasil Belajar Matematika”. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Juni 2011

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif metode bamboo dancing dan konvensional serta pengaruh model pembelajaran kooperatif metode bamboo dancing terhadap hasil belajar matematika. Metode yang digunakan kuasi eksperimen dengan subyek penelitian siswa kelas X administrasi Perkantoran dan X Pemasaran, SMK Gita Kirtti 1, Jakarta Selatan. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling. Instrumen untuk mengumpulkan data pada penelitian berupa tes esai yang terdiri dari 9 butir soal. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji-t dan berdasarkan perhitungan uji-t menunjukkan thitung = 3,61 dan ttabel = 2,00 pada taraf signifikansi 5% atau (α = 0,05) dan derajat kebebasan (db = 58) yang berarti thitung > ttabel (3,61 > 2,00), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif metode bamboo dancing lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diberi pembelajaran konvensional. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif metode bamboo dancing berpengaruh terhadap hasil belajar matematika.

(10)

ABSTRACT

FAJRINA RAFDIANI RIANSAH (105017000419). “Influence model of

Cooperative Learning Methods of Bamboo Dancing on Mathematics Learning Outcomes”. Theses for Mathematic Subject, Faculty of Tarbiyah and Teaching Science, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, June 2011.

The aim of this research is to know the result of learning mathematics by using Bambo Dancing Method of Cooperative Learning and using conventional learning and the influence of it toward the result of studying in mathematics. The method for this research is quasi experiment and the subject is the students of the tenth grade of office administrative department and the tenth grade of marketing department in Gita Kirtti I Vocational High School, South Jakarta. The technique of sample taking used in this research is cluster random sampling technique. The instrument for collecting data is essay test, which consists of 9 questions. Technique of data analysis which used in this research is test, and based on t-test calculation, it shows thitung = 3,61 and ttabel = 2,00 with significant level 5% or (α = 0,05) and degree of freedom (db = 58) it means thitung > ttabel (3,61 > 2,00), then H0 is rejected and H1 is accepted. It can be concluded that the average mathematics learning outcomes of students who were given a model cooperative learning method bamboo dancing is higher than average learn out of student who were given conventional learning.

(11)

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji kehadirat illahirabbi Allah SWT yang telah

memberikan segala karunia, nikmat iman, nikmat islam, dan nikmat kesehatan

yang berlimpah dari dunia sampai akhirat. Shalawat dan Salam senantiasa

dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga, sahabat, dan

para pengikutnya sampai akhir zaman.

Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak

sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, berkat kerja keras, doa,

perjuangan, kesungguhan hati dan dorongan serta masukan-masukan yang positif

dari berbagai pihak untuk penyelesaian skripsi ini, semua dapat teratasi. Oleh

sebab itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus

pembimbing II yang penuh kesabaran, bimbingan, waktu, arahan, dan

semangat dalam membimbing penulis selama ini.

3. Bapak. Otong Suhyanto, M.Si., Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Drs. H. M. Ali Hamzah, M.Pd, Dosen Pembimbing I yang penuh

kesabaran, bimbingan, waktu, arahan, dan semangat dalam membimbing

penulis selama ini.

5. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada

penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu

(12)

iii

6. Staf Fakultas Tarbiyah dan Keguruan dan Staf Jurusan Pendidikan

Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberi kemudahan

dalam pembuatan surat-surat serta sertifikat.

7. Kepala Sekolah SMK Gita Kirtti 1 Jakarta, Bapak Sarjianto,MM yang telah

memberikan izin untuk melakukan penelitian di SMK Gita Kirtti 1 Jakarta,

Bapak Hartono, S.Pd yang telah membantu penulis melaksanakan penelitian.

Seluruh karyawan dan guru SMK Gita Kirtti 1 Jakarta yang telah membantu

melaksanakan penelitian.

8. Pimpinan dan staff Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

membantu penulis dalam menyediakan serta meberikan pinjaman literatur

yang dibutuhkan.

9. Ayahanda tersayang Juansah dan Ibunda tersayang Rita Sahara, yang tak

henti-hentinya mendoakan, melimpahkan kasih sayang dan memberikan

dukungan moril dan materil kepada penulis. Adinda tersayang Lira

Azhimatinnur Riansah serta seluruh keluarga yang selalu mendoakan,

mendorong penulis untuk tetap semangat dalam mengejar dan meraih cita -cita.

10.Ade Suryadi yang penuh kesabaran memberikan dukungan dan semangat yang

tidak henti-hentinya kepada penulis

11.Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan ‘05, terutama Yeti Millati, Mariyatul Qibthiyah, Rahmadini Husna, semoga

kebersamaan kita menjadi kenangan terindah dalam menggapai cita-cita dan

meraih kesuksesan dimasa yang akan datang.

12.Hastri Rosiyanti,S.Pd dan Tri Nopriana,S.Pd., yang telah membantu dalam

penulisan skripsi ini.

Ucapan terima kasih juga ditunjukan kepada semua pihak yang namanya

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis hanya dapat memohon dan

berdoa mudah-mudahan bantuan, bimbingan, dukungan, semangat, masukan dan

(13)

iv

Demikianlah, betapapun penulis telah berusaha dengan segenap

kemampuan yang ada untuk menyusun karya tulis yang sebaik-baiknya, namun di

atas lembaran-lembaran skripsi ini masih saja dirasakan dan ditemui berbagai

macam kekurangan dan kelemahan. Karena itu, kritik dan saran dari siapa saja

yang membaca skripsi ini akan penulis terima dengan hati terbuka.

Penulis berharap semoga skripsi ini akan membawa manfaat yang

sebesar-besarnya bagi penulis khususnya dan bagi pembaca sekalian umumnya.

Jakarta, Juni 2011

(14)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar belakang masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Hasil Penelitian ... 6

BAB II Deskripsi Teoritik, Kerangka Berpikir dan Hipotesis Penelitian ... 8

A. Deskripsi Teoritik ... 8

1. Hasil Belajar Matematika ... 8

a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran ... ... 8

b. Hakikat Matematika ... 10

c. Hasil Belajar Matematika ... 14

d. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 16

2. Metode Bamboo Dancing dalam Model Pembelajaran Kooperatif ... 18

a. Model Pembelajaran Kooperatif ... 18

b. Metode Pembelajaran Bamboo Dancing ... 22

c. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Bamboo Dancing ... 22

d. Metode Bamboo Dancing dalam Pembelajaran Matematika ... 23

3. Model Pembelajaran Konvensional ... 26

4. Penelitian yang Relevan ... 27

(15)

vi

C. Pengajuan Hipotesis Penelitian ... 29

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 30

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

B. Metode dan Desain Penelitian... 30

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 30

D. Teknik Pengumpulan Data ... 31

E. Teknik Analisis Data ... 36

F. Hipotesis Statistik ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Deskripsi Data ... 42

1. Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Eksperimen ... 42

2. Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Kontrol ... 45

B. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis ... 49

1. Uji Normalitas Tes Hasil Belajar Matematika Siswa ... 49

a. Uji Normalitas Kelas Eksperimen ... 49

b. Uji Normalitas Kelas Kontrol ... 50

2. Uji Homogenitas Tes Hasil Belajar Matematika Siswa ... 50

C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan ... 51

D. Keterbatasan Penelitian ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

A. Kesimpulan... 57

B. Saran ... 57

(16)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tahap-tahap Pembelajaran Kooperatif ... 21

Tabel 2.2 Penerapan Metode Bamboo Damcing dalam Pembelajaran Matematika ... 23

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen ... 31

Tabel 3.2 Klasifikasi Reliabilitas ... 34

Tabel 3.3 Klasifikasi Taraf Kesukaran ... 35

Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Pembeda ... 36

Tabel 4.1 Rekapitulasi Skor Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 42

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Eksperimen ... 43

Tabel 4.3 Rekapitulasi Skor Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 45

Tabel 4.4 Distrubusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Kontrol ... 46

Tabel 4.5 Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 48

Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas ... 50

Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas ... 51

(17)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Grafik Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi Hasil Belajar

Matematika Siswa Kelompok Eksperimen ... 44

Gambar 4.2 Grafik Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi Hasil Belajar

Matematika Siswa Kelompok Kontrol ... 47

Gambar 4.3 Kurva Uji Perbedaan Data Kelas Ekperimen dan Kelas Kontrol .... 53

Gambar 4.4 Kegiatan Siswa sedang Berdiskusi ... 54

(18)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 RPP Kelas Eksperimen ... 61

Lampiran 2 RPP Kelas Kontrol ... 78

Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 93

Lampiran 4 Kisi-kisi Soal Uji Coba Instrumen Tes Hasil Belajar Sebelum Validitas ... 103

Lampiran 5 Soal Uji Coba Instrumen ... 105

Lampiran 6 Kisi-kisi Soal Uji Coba Instrumen Tes Hasil Belajar Setelah Validitas ... 108

Lampiran 7 Soal Instrumen Tes Hasil Belajar ... 110

Lampiran 8 Kunci Jawaban Soal Instrumen Tes Hasil Belajar ... 112

Lampiran 9 Perhitungan Validitas Tes Esai ... 116

Lampiran 10 Perhitungan Reliabilitas Tes Esai ... 117

Lampiran 11 Perhitungan Daya Pembeda Tes Esai ... 118

Lampiran 12 Perhitungan Tingkat Kesukaran Tes Esai ... 119

Lampiran 13 Hasil Perhitungan Validitas, Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Tes ... 120

Lampiran 14 Nilai Posstest ... 125

Lampiran 15 Perhitungan Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen ... 126

Lampiran 16 Perhitungan Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol ... 130

Lampiran 17 Uji Normalitas Kelas Eksperimen ... 134

Lampiran 18 Uji Normalitas Kelas Kontrol ... 135

Lampiran 19 Perhitungan Uji Homogenitas ... 136

Lampiran 20 Perhitungan Pengujian Hipotesis ... 137

Lampiran 21 Tabel Nilai-nilai r Product Moment ... 138

Lampiran 22 Tabel Luas Di Bawah Kurva Normal ... 139

Lampiran 23 Tabel Nilai Kritis Distribusi Kai Kuadrat (Chi Square) ... 140

Lampiran 24 Tabel Nilai Kritis Distribusi F ... 142

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah hal mendasar yang harus dimiliki setiap bangsa.

Pendidikan tidak hanya bertujuan untuk menghasilkan generasi muda berilmu,

tetapi juga dapat menjadikan manusia berakhlak mulia serta memiliki

keterampilan untuk bekal hidup dalam bermasyarakat. Hal tersebut diatas

sejalan dengan tujuan Pendidikan Nasional yang tertuang dalam

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu

”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.1

Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah telah menempuh berbagai

cara. Salah satu cara pemerintah adalah dengan meningkatan kualitas

pendidikan dilakukan secara berkesinambungan dan sampai saat ini masih

terus dilakukan. Langkah nyata yang dilakukan pemerintah untuk

meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan mendirikan sekolah-sekolah

bertaraf internasional. Hal ini dilakukan karena sekolah merupakan lembaga

pendidikan formal yang bertujuan untuk mendidik siswa agar menjadi lebih

cerdas, memiliki akhlak mulia, serta memiliki keterampilan.

Usaha pemerintah tersebut tidak sia-sia, terlihat dari banyaknya prestasi

yang diraih oleh para siswa Indonesia. Sebagai contohnya, para siswa

Indonesia berhasil meraih satu medali emas, satu medali perak, dan satu medali

perunggu pada Kompetensi Matematika Internasional atau International

Mathematics Competition (IMC) 2010 di Incheon, Korea Selatan, 25-29 Juli

1

(20)

2

20102, meraih sepuluh medali emas, sembilan perak, lima perunggu dan

peringkat juara umum pada Wizard at Mathematic International Competition

(WIZMIC) 2009 yang berlangsung di Lucknow, India3.

Prestasi para siswa Indonesia tersebut begitu membanggakan dan patut

kita syukuri. Namun, prestasi tersebut adalah prestasi individual siswa yang

yang bukan merupakan prestasi siswa Indonesia seluruhnya. Pada

kenyataannya jika dilihat secara keseluruhan prestasi belajar siswa Indonesia

khususnya matematika masih rendah.

Prestasi siswa Indonesia ini berada dibawah siswa Malaysia dan

Singapura. Siswa Malaysia memperoleh nilai rata-rata 474 dan Singapura

memperoleh nilai rata-rata 593. Skala matematika TIMSS-Benchmark

Internasional menunjukkan bahwa siswa Indonesia berada pada peringkat

bawah, Malaysia pada peringkat tengah, dan Singapura berada pada peringkat

atas. Padahal jam pelajaran matematika di Indonesia 136 jam, lebih banyak

dibanding Malaysia yang hanya 123 jam dan Singapura 124 jam.4 Hal ini

menunjukkan bahwa waktu yang dihabiskan siswa Indonesia di sekolah tidak

sebanding dengan prestasi yang diraih.

Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan yang penting dan

semakin dirasakan kegunaannya dalam ilmu pengetahuan dan teknologi

dewasa ini. Belajar matematika bukan semata-mata untuk menjadi sarjana

matematika. Hal terpenting ialah untuk melatih diri berpikir dan bertindak

secara analitis dan logis. Siswa yang terbiasa berpikir secara matematik akan

lebih mudah berpikir logis dan rasional. Kemampuan berpikir seperti ini sangat

dibutuhkan dalam menyongsong era modern yang menuntut kompetisi yang

seperti sekarang ini.5 Tetapi pada kenyataannya matematika sering dianggap

2

http://www.kemdiknas.go.id/media--publik/siaran-pers/pelajar-indonesia-raih-medali--emas-kompetisi-matematika-internasional-2010.aspx

3Redaksi, “Indonesia Juara Umum Kompetisi Matematika Internasional 2009”, dari http://www.antaranews.com/print/1256915947.

4Ina V.S. Mullis, dkk, “TIMSS 2007 International Mathematics Report”, dari http://timss.bc.edu/TIMSS2007/techreport.html, h. 38.

5

(21)

3

sebagai mata pelajaran yang sulit dan menakutkan, sehingga menyebabkan

hasil belajar matematika siswa kurang memuaskan atau rendah.

Rendahnya hasil belajar siswa juga terjadi pada siswa SMK Gita Kirtti 1

Jakarta, yang terlihat dari rata-rata nilai ulangan harian matematika siswa kelas

X yaitu 56, yang masih berada di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)

sekolah tersebut yaitu 60. Dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran

matematika pada sekolah tersebut menyebutkan bahwa hasil belajar yang

rendah disebabkan karena masih banyak kesulitan-kesulitan yang dihadapi

dalam proses pembelajaran, salah satunya adalah kemampuan dasar siswa yang

rendah, kurangnya motivasi belajar matematika siswa serta beban materi yang

terlalu banyak dengan waktu yang singkat.

Salah satu masalah yang dihadapi dalam pendidikan adalah lemahnya

proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa kurang didorong

untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Siswa diarahkan pada

kemampuan untuk menghapal informasi. Siswa dipaksa untuk mengingat

berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang dihapal dan

diingatnya. Kondisi pembelajaran seperti diatas didukung oleh pernyataan para

pakar, diantaranya Soedjadi dan Marpaung yang dikutip oleh Muhammad A.

yang menyebutkan bahwa: (1) Pembelajaran matematika yang selama ini

dilaksanakan oleh guru adalah pendekatan konvensional, yakni ceramah, Tanya

jawab, dan pemberoian tugas atau mendasarkan pada “behaviorist“ atau “strukturalist”; (2) pengajaran matematika secara tradisional mengakibatkan siswa hanya bekerja secara prosedural dan memahami matematika secara mendalam; (3) pembelajaran matematika yang berorientasi pada psikologi

perilaku dan strukturalis yang lebih menekankan pada hafalan dan drill merupakan penyiapan yang kurang baik untuk kerja profesional bagi para

(22)

4

upaya agar terjadi proses dalam diri siswa untuk mencerna materi secara aktif dan konstruktif.6

Keberhasilan belajar siswa tidak hanya dipengaruhi faktor siswa saja,

ada tiga faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu faktor eksternal

yang meliputi kecerdasan, motivasi, minat, sikap, bakat, faktor internal yang

meliputi lingkungan, faktor alamiah, dan faktor materi pelajaran, serta faktor

pendekatan belajar yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa

untuk melakukan kegiatan pembelajaran.7

Berkenaan dengan itu Ruseffendi menyatakan bahwa “Terdapat banyak

anak-anak yang setelah belajar matematika bagian yang sederhanapun banyak

yang tidak dipahaminya, banyak konsep yang dipahami secara keliru.

Matematika dianggap sebagai ilmu yang sukar, ruwet dan banyak

memperdayakan”.8

Hal ini mengindikasikan bahwa pembelajaran matematika

selama ini kurang optimal di berbagai sisi, baik sisi teknis seperti metode

pembelajaran, strategi pembelajaran, ataupun media yang digunakan, dan juga

di sisi non-tenis seperti sarana dan prasarana yang kurang memadai.

Penggunaan model pembelajaran harus lebih diperhatikan, karena

kebanyakan pembelajaran matematika sekarang ini mendorong siswa bukan

pada pemahaman konsep melainkan hanya menghapal rumus, sehingga ketika

siswa dihadapkan dengan soal-soal yang mebutuhkan analisis mereka tidak

dapat menyelesaikannya. Model pembelajaran saat ini masih menggunakan

pembelajaran kompetitif dan individualis. Dalam belajar kompetitif dan

individualis, guru menempatkan siswa pada tempat duduk yang terpisah dari

tempat lain. kata-kata “dilarang mencontoh”, “geser tempat dudukmu”, “saya

ingin kamu bekerja sendiri”, dan “jangan perhatikan orang lain, perhatikan diri kamu sendiri”, sering digunakan dalam belajar kompetitif dan individualistis

6

Nining Setyaningsih, Aplikasi Pendekatan Model Kooperatif dalam Pembelajaran Matematika, (Surakarta: Warta, 2006), hal. 35

7

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. XI, h. 132

(23)

5

(Johnson & Johnson 1994).9 Agar tidak terjadi hal-hal tersebut, guru harus

memilih model, metode, dan strategi pembelajaran yang efisien dan efektif

untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Penulis mempercayai bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan

salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa

karena dengan pembelajaran kooperatif siswa belajar memahami konsep

mereka sendiri dengan cara berkelompok dengan anggota yang berbeda latar

belakang. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dengan cara kelompok

kecil untuk meningkatkan kemampuan akademik melalui kerjasama, hubungan

antara siswa yang berbeda latar belakang, mengembangkan keterampilan untuk

memecahkan masalah melalui kelompok. Model pembelajaran kooperatif

memiliki tiga tujuan penting pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik,

penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.

Model pembelajaran kooperatif terdiri dari bermacam-macam metode,

diantaranya adalah metode pembelajaran bamboo dancing (tarian bambu). Metode pembelajaran ini pertama dikembangkan oleh Spencer Kagan, metode

merupakan modifikasi dari metode lingkaran besar lingkaran kecil. Metode

tarian bambu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbagi informasi

untuk menbangun konsep (pemahaman) pada saat yang bersamaan dengan

pasangan yang berbeda secara teratur. Metode ini cocok untuk bahan ajar yang

memerlukan pertukaran pengalaman dan pengetahuan antarsiswa.

Berdasarkan permasalahan diatas penulis menyusun skripsi dengan

judul: “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Metode Bamboo Dancing Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dikemukakan

identifikasi masalah, antara lain:

1. Rendahnya hasil belajar matematika siswa.

9

(24)

6

2. Pembelajaran matematika selama ini masih cenderung berpusat pada guru.

3. Kurangnya variasi guru dalam memilih strategi, metode, maupun model

dalam pembelajaran matematika.

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, masalah hanya dibatasi pada hasil belajar

matematika siswa kelas X SMK Gita Kirtti 1. Hasil belajar ini diperoleh dari

nilai posttest siswa. Adapun hasil belajar yang di nilai adalah aspek kognitif

tentang materi program linear.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka masalah dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan model

pembelajaran kooperatif metode bamboo dancing dan model pembelajaran konvensional?

2. Apakah ada pengaruh model pembelajaran kooperatif metode bamboo dancing terhadap hasil belajar siswa?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar matematika

siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif metode bamboo dancing. Lebih rinci lagi, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan model

pembelajaran kooperatif metode bamboo dancing dan yang diajarkan dengan model konvensional.

2. Mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif metode bamboo dancing terhadap hasil belajar matematika.

F. Manfaat Hasil Penelitian

(25)

7

1. Menambah khazanah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan metode

pembelajaran bamboo dancing.

2. Bagi peneliti, untuk memperluas wawasan dan pengalaman tentang cara

pembelajaran matematika dengan menggunakan metode pembelajaran

bamboo dancing.

3. Bagi siswa, dapat meningkatkan hasil belajar matematika dengan

menggunakan metode pembelajaran bamboo dancing.

4. Bagi guru, dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pembelajaran agar

(26)

8

BAB II

DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR,

DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritis

1. Hasil Belajar Matematika

a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Belajar adalah kegiatan yang paling utama dalam keseluruhan

proses pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya tujuan

pendidikan tergantung pada proses belajar. Beberapa pakar

pendidikan diantaranya Gagne, Travers, Cronbach, Spears, Geoch,

Morgan mendefinisikan belajar sebagai suatu perubahan tingkah laku

sebagai akibat dari pengalaman atau latihan.1

Secara sederhana, Robbins mendefinisikan belajar sebagai proses

menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah

dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru.2 Ini berarti bahwa

belajar adalah proses sistemik yang dinamis. Slameto mendefinisikan

belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya.3 Menurut Sanjaya belajar adalah proses

perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Belajar bukan

semata-mata proses menghafal sejumlah fakta, tetapi suatu proses

interaksi secara sadar antara individu dengan lingkungannya.4

1

Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), cet. II, h. 2

2

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, 2009), Cet. I h.15

3

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya., (Jakarta: PT RINEKA CIPTA,2003), cet. IV. h.2

4

(27)

9

Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psio-fisik-sosio menuju ke

perkembangan pribadi seutuhnya.5 Tapi kenyataan yang dipahami

oleh sebagian masyarakat tidaklah demikian. Kegiatan belajar selalu

dikaitkan dengan tugas sekolah. Sebagian masyarakat menganggap

belajar di sekolah adalah usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan.

Padahal sekolah hanyalah sarana untuk terlaksananya proses belajar

dan proses belajar tidak hanya terjadi di sekolah saja.

Dari pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah proses perubahan tingkah laku seseorang yang relatif menetap,

menjadi lebih baik, sebagai hasil dari pengalaman atau hasil interaksi

dengan lingkungan.

Proses yang terjadi yang membuat seseorang belajar disebut

pembelajaran. Menurut Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang

sistem pendidikan nasional, disebutkan bahwa pembelajaran adalah

proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar

pada suatu lingkungan belajar.6 Dalam pembelajaran semua elemen

yang menunjang berlansungnya suatu proses pembelajaran dari mulai

peserta didik, pendidik, sumber belajar, sampai lingkungan belajar,

semuanya bersinergi dan berinteraksi tanpa mengabaikan salah satu

dari elemen tersebut.

Menurut Santrock, pembelajaran dapat didefinisikan sebagai

pengaruh permanen atas perilaku, pengetahuan, dan keterampilan

berpikir yang diperoleh melalui pengalaman.7 Suprijono

mendefinisikan pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti

proses, cara, perbuatan mempelajari. Perbedaan esensiil istilah ini

dengan pengajaran adalah pada tindak ajar. Pada pengajaran guru

mengajar, peserta didik belajar, sementara pada pembelajaran guru

5

Agus Suprijono, Cooperative Learning… cet. II, h. 3 6

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

(Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda, 2003 ), hal. 4.

7

(28)

10

mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan

terjadinya pembelajaran.8

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses, cara atau

jalan untuk menjadikan seseorang atau mahluk hidup untuk belajar.

Seseorang yang telah melalui proses pembelajaran ia akan mengalami

perkembangan jiwa menuju keutuhan dan kemandirian.

b. Hakikat Matematika 1) Pengertian Matematika

Pengertian tentang matematika tidak didefinisikan secara

tepat dan menyeluruh. Hal ini mengingat belum ada kesepakatan

atau definisi tunggal tentang matematika. Beberapa pengertian

atau ungkapan tentang matematika hanya dikemukakan

berdasarkan siapa pembuat definisi, di mana dibuat, dan dari sudut

pandang apa definisi itu dibuat. Ada tokoh yang tertarik dengan

bilangan maka ia melihat matematika itu dari sudut pandang

bilangan. Ada tokoh lain yang lebih mencurahkan perhatian

kepada stuktur-struktur maka ia melihat matematika dari sudut

pandang struktur-struktur itu. Tokoh lain yang tertarik pada pola

pikir atau sistematik maka ia melihat matematika dari sudut

pandang sistematik itu. Dengan demikian banyak sekali definisi

yang berbeda-beda tentang matematika.

James menyatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang

logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep

yang saling berhubungan satu sama lain serta terbagi menjadi tiga

bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri.9 Tetapi ada yang

berpendapat bahwa matematika dibagi kedalam empat bidang,

yaitu aritmatika, aljabar, geometri, dan analisis. Aritmatika disini

mencakup teori bilangan dan statistik.

8

Agus suprijono, Cooperative Learning… cet. II, h. 13

9

Tim Matematika SMK, Matematika untuk SMK kelas , (Jakarta: PT Galaxy Puspa

(29)

11

Lerner mengemukakan bahwa matematika di samping

sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang

memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan

mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas.10 Bahasa

simbolis, maksudnya dalam matematika banyak digunakan

simbol-simbol seperti %, ≡, dan ↔. Simbol-simbol itu sangat

padat, artinya simbol itu ditulis secara singkat tapi maknanya

sangat luas. Sedangkan bahasa universal disini adalah matematika

berlaku secara umum dan disepakati secara internasional. Sebagai

contoh, orang yang pernah belajar matematika tentunya akan

mengerti yang dimaksud dengan 2 + 3 = 5. Bahasa matematika

seperti itu berlaku untuk siapa saja, kapan saja, dan dimana saja.

Sependapat dengan Lerner, Kline juga mengungkapkan

bahwa matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya

adalah penggunaaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak

melupakan cara bernalar induktif.11 Dalam matematika suatu

generalisasi, sifat, teori, atau dalil belum dapat diterima

kebenarannya sebelum bisa dibuktikan secara deduktif.

Matematika tidak menerima generalisasi berdasarkan pengamatan

atau observasi (induktif).

Menurut Russeffendi, matematika adalah ilmu tentang

struktur yang terorganisasi mulai dari unsur yang tidak bisa

didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau

postulat akhirnya ke dalil atau teorema.12 Jelas disini bahwa

matematika tersusun diri unsur-unsur yang yang tidak dapat

didefinisikan, unsur-unsur yang didefinisikan, dan

aksioma-aksioma, terbentuklah dalil-dalil atau teori-teori yang

10

Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), Cet.II, h.252

11

Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak..., h.252

12

(30)

12

kebenarannya berlaku secara umum. Kebenaran tersebut dapat

dibuktikan secara deduktif.

Reys menyatakan bahwa matematika adalah telaahan

tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu

seni, suatu bahasa, dan suatu alat.13 Dalam matematika terdapat

unsur-unsur, keteraturan-keteraturan, dan ketetapan

(kekonsistenan), seperti halnya seni yang indah dipandang dan

diresapi. Contohnya adalah konsep tentang fungsi. Dalam

pemakaian sehari-hari, kata fungsi dapat berubah-rubah artinya

sesuai dengan posisinya dalam kalimat. Konsep fungsi dalam

matematika, jelas mempunyai keteraturan dan keterurutan dalam

aturan yang didefinisikanya, dipakai untuk mengaitkan dua buah

himpunan dengan syarat-syarat tertentu yang konsisten yang

membedakannya dengan konsep lain diluar fungsi.

Menurut Soedjadi, matematika adalah cabang ilmu

pengetahuan eksak dan terorganisir.14 Hal tersebut mempunyai arti

bahwa matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan

struktur-struktur yang terorganisir dengan baik dan mencari

keterkaitan atau hubungan antara konsep dan struktur yang satu

dengan yang lain.

Dari pengertian-pengertian yang telah diuraikan di atas,

dapat disimpulkan bahwa pengertian matematika adalah suatu

cabang ilmu eksak yang didalamnya memuat struktur-struktur

yang terorganisasi mulai dari unsur yang tidak dapat didefinisikan

ke unsur yang bisa didefinisikan.

2) Matematika Sekolah

Matematika sekolah adalah matematika yang diajarkan di

sekolah, mulai dari Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

Bahan ajar matematika sekolah terdiri atas bagian-bagian

13

Tim Matematika SMK, Matematika untuk SMK kelas , (Jakarta: PT Galaxy Puspa Mega, 2001), cet 1, h. 4

14

(31)

13

matematika yang dipilih guna menumbuhkembangkan

kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi siswa serta

berpadu pada perkembangan IPTEK. Ada dua objek pembelajaran

matematika sekolah, yaitu objek langsung pembelajaran

matematika sekolah dan objek tidak langsung pembelajaran

matematika sekolah.15

Objek langsung pembelajaran matematika sekolah adalah

fakta, konsep, prinsip, dan keterampilan. Fakta adalah

semufakatan-semufakatan tentang lambang yang dipakai, atau

aturan-aturan yang disepakati bersama. Konsep merupakan jawaban atas pertanyaan “Apakah itu?”. Prinsip merupakan jawaban atas pertanyaan “Bagaimana itu?”. Untuk mendapatkan

pemahaman atas fakta, konsep, dan prinsip perlu latihan

keterampilan penguasaan fakta, keterampilan penggunaan konsep

dan prinsip di dalam menyusun kebenaran konsistensi. Objek

tidak langsung pembelajaran matematika sekolah di antaranya

adalah disiplin diri, kemahiran matematika, apresiasi terhadap

matematika, dan berpikir secara matematika, yaitu logis, rasional,

dan eksak.

Kegunaan matematika di sekolah diantaranya adalah:16

a) Dengan belajar matematika, manusia dapat menyelesaikan

persoalan yang ada di masyarakat dalam kehidupan

sehari-hari, misalnya

i. Berhitung, menghitung luas, isi, dan berat.

ii. Mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan

menafsirkan data.

iii. Menyelesaikan persoalan bidang studi lain.

iv. Menggunakan kalkulator dan komputer.

15

Soemoenar, Suyono, Makmuri, Penerapan Matematika Sekolah, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), cet.II, h. 1.11

16

(32)

14

v. Berbelanja dan berdagang.

vi. Berkomunikasi melalui tulisan atau gambar, seperti

membaca grafik dan persentase.

vii. Membuat catatan-catatan dengan angka.

b) Matematika diajarkan di sekolah karena dapat membantu

bidang studi lainnya seperti fisika, kimia, arsitektur, farmasi,

ekonomi, akuntansi, perpajakan, dan geografi.

c) Mempelajari geometri ruang dapat meningkatkan pemahaman

siswa mengenai ruang sehingga berpikir logis, tepat untuk

dimensi tiga. Mempelajari aljabar dapat meningkatkan

kemampuan siswa secara kritis, logis, dan sistematis dalam

merumuskan asumsi, definisi, dan generalisasi.

d) Matematika dapat dipakai sebagai alat ramalan atau prakiraan

seperti prakiraan cuaca, pertumbuhan penduduk, dan

keberhasilan belajar.

e) Matematika berguna sebagai penunjang pemakaian alat-alat

canggih seperti kalkulator dan komputer.

f) Matematika diajarkan sekolah seperti ilmu yang lain demi

terpeliharanya matematika itu sendiri serta peningkatan

kebudayaan.

c. Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar merupakan salah satu hal yang dijadikan pusat

perhatian di dalam pendidikan, karena tingkat keberhasilan proses

belajar dapat dilihat dari hasil belajar. Menurut Sudjana, hasil belajar

adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajarnya.17 Pengertian tersebut senada

dengan pendapat Abdurahman, hasil belajar adalah kemampuan yang

diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.18 Menurut Arikunto,

hasil belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar

17

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), cet XI, h.22

18

(33)

15

dimana tingkah laku itu tampak dalam bentuk perbuatan yang dapat

diamati dan diukur.19

Menurut Romiszowski, hasil belajar adalah keluaran (outputs) dari suatu sistem pemrosesan masukan (inputs)20. Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan keluarannya

adalah perbuatan atau kinerja (performance). Menurut Romiszowski, perbuatan merupakan petunjuk bahwa proses belajar telah terjadi; dan

hasil belajar dapat dikelompokkan kedalam dua macam saja, yaitu

pengetahuan dan keterampilan21. Pengetahuan terdiri dari empat

kategori, yaitu (1) pengetahuan tentang fakta, (2) pengetahuan tentang

prosedur, (3) pengetahuan tentang konsep, dan (4) pengetahuan

tentang prinsip. Keterampilan juga terdiri dari empat kategori, yaitu

(1) keterampilan untuk berpikir atau keterampilan kognitif, (2)

keterampilan untuk bertindak atau keterampilan motorik, (3)

keterampilan bereaksi atau bersikap, dan (4) keterampilan

berinteraksi.

Sedangkan Bloom yang dikenal dengan Taksonomi Bloom, membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu:22

1. Ranah kognitif meliputi fungsi memproses informasi,

pengetahuan, dan keahlian mentalis. Ranah kognitif

menggolongkan dan mengurutkan keahlian berpikir yang

menggambarkan tujuan yang diharapkan. Ranah kognitif terdiri

dari enam aspek, yakni mengingat, memahami, menerapkan,

menganalisis, mengevaluasi, dan berkreasi.

19

Suharsimi Arikonto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1993), h.137

20

Mulyono Abdurahman, Pendidikan Bagi Anak…, h. 38. 21

Mulyono Abdurahman, Pendidikan Bagi Anak…, h. 38. 22

(34)

16

2. Ranah afektif meliputi fungsi yang berkaitan dengan sikap dan

perasaan. Ranah terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan,

jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

3. Ranah psikomotorik berkenaan dengan fungsi manipulatif dan

kemampuan fisik. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni

gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan

perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan

kompleks, gerakan ekspresif dan interpretatif.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah kemampuan yang dihasilkan dari proses perubahan

tingkah laku yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor

sehingga menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan

yang mereka miliki.

Adapun mengenai hasil belajar matematika di sekolah biasanya

dapat dilihat dengan nilai (angka). Hasil belajar adalah tolak ukur

keberhasilan yang dicapai siswa dalam belajar matematika dengan

tujuan kognitif, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,

dan evaluasi. Jadi hasil belajar matematika siswa adalah kemampuan

yang dihasilkan dari proses pembelajaran berupa suatu skor hasil

belajar yang dimiliki siswa.

d. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Kemampuan belajar siswa sangat menentukan keberhasilannya

dalam proses belajar. Di dalam proses belajar tersebut, banyak faktor

yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut banyak sekali

jenisnya. Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni:

1. Faktor internal.

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu.

(35)

17

a. Faktor fisiologis:

Faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor

ini dibedakan menjadi dua, yang pertama yaitu keadaan tonus

jasmani, yang pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas

belajar seseorang. Dan yang kedua keadaan fungsi

jasmani/fisiologis, selama proses belajar berlangsung peran

fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat mempengaruhi

hasil belajar.

b. Faktor psikologis:

Keadaan psikologi seseorang yang dapat mempengaruhi proses

belajar. Beberapa faktor psikologis yang mempengaruhi proses

belajar antara lain: Kecerdasan siswa (kemampuan psiko-fisik

dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan

lingkungan melalui cara yang tepat), motivasi (salah satu

faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa,

motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan

belajar), minat/interest (keinginan yang besar terhadap sesuatu), sikap (gejala internal yang berdimensi afektif berupa

kecenderungan untuk mereaksi/merespon dengan cara yang

relatif tetap terhadap objek,orang,peristiwa, dan sebagainya

baik secara positif maupun negatif), bakat/aptitude kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mencapai

keberhasilan pada masa yang akan datang)

2. Faktor eksternal.

Faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan

menjadi dua golongan, yaitu:

a. Lingkungan sosial: Berupa Lingkungan sosial sekolah (seperti

guru, administrasi dan teman-teman sekelas), Lingkungan

sosial masyarakat, lingkungan sosial keluarga.

b. Lingkungan non sosial: Lingkungan alamiah, faktor

(36)

18

3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang

digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran

materi-materi pelajaran.23

Dari ketiga Faktor-faktor diatas, baik faktor internal, faktor

eksternal, dan faktor pendekatan belajar dalam banyak hal sering

saling berkaitan dan mempengaruhi antara satu sama lain.

2. Metode Bamboo Dancing dalam Model Pembelajaran Kooperatif a. Model Pembelajaran Kooperatif

Cooperative Learning berasal dari cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu

satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.24

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

menuntut siswa untuk bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan

pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model

pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip

dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok

kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama.

Menurut Slavin, dalam metode pembelajaran kooperatif para

siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan

empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru.25

Johnson mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah

mengelompokan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil

agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang

23

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. XI, h. 132

24

Isjoni, Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok, (Bandung: Alfabeta, 2010), cet.3,h. 15.

25

(37)

19

mereka miliki dan mempelajari satu sama laim dalam kelompok

tersebut.26

Menurut Suyatno, model pembelajaran kooperatif adalah

kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama

saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan,

atau inkuiri.27 Sedangkan menurut Lie, pembelajaran kooperatif

adalah sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa

untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang

terstruktur, dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator.28

Penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif

adalah model pembelajaran dengan memberikan kesempatan pada

siswa untuk bekerja sama antara sesama siswa dengan membentuk

kelompok yang beranggotakan 4-5 orang untuk menguasai materi

yang guru sampaikan, memecahkan masalah dan dalam pembelajaran

ini guru bertindak sebagai fasilitator.

Tujuan pembelajaran kooperatif mencakup tiga jenis tujuan

penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap

keberagaman, dan pengembangan sosial.29 Johnson mengatakan

bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar

siswa untuk meningkatkan prestasi akademik dan pemahaman baik

secara individu maupun secara kelompok.30

Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya

terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Menurut Roger dan

Johnson untuk mencapai hasil yang maksimal, ada lima unsur model

pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan, yaitu:31

1. Saling ketergantungan positif

26

Isjoni, Cooperative Learning …, h.17 27

Suyatno, Menjelajah Pembelajaran Inovatif, (Surabaya: Media Buana Pustaka, 2009), h. 21

28

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional,(Jakarta :Bumi Aksara,2009),cet.1,h.189

29

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran…, h 59

30

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran…, h 57 31

(38)

20

2. Tanggung jawab perseorangan

3. Tatap muka

4. Komunikasi antar anggota

5. Evaluasi proses kelompok

Lie mengatakan pembelajaran kooperatif dikembangkan

dengan dasar asumsi bahwa proses pembelajaran akan bermakna jika

peserta didik bisa saling mengajari. Walaupun dalam pembelajaran

kooperatif siswa dapat belajar dari dua sumber belajar utama, yaitu

pengajar dan teman belajar lain.32 Lebih khusus lagi Lungdren

menjelaskan unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif.

Unsur-unsur dasar tersebut adalah sebagai berikut:33

1. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka tenggelam atau

berenang bersama.

2. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau

peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab

terhadap dirinya sendiri.

3. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memilki

tujuan yang sama.

4. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab diantara

para anggota kelompok.

5. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan

ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.

6. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh

keterampilan bekerja sama dalam belajar.

7. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara

individual materi yang akan ditangani dalam kelompok kooperatif.

Pembelajaran kooperatif selain unggul dalam membantu siswa

memahami konsep-konsep sulit, model ini sangat berguna untuk

32

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif…., h. 189 33

(39)

21

mambantu siswa menumbuhkan kemampuan kerjasama. Dalam

pembelajaran kooperatif terdapat 6 tahap pembelajaran, yaitu:34

Tabel 2.1

Tahap-Tahap Pembelajaran Kooperatif

Tahap Perilaku Guru

Tahap 1

Menyampaikan tujuan dan

memotivasi siswa

Menyampaikan semua tujuan

pembelajaran yang akan dicapai pada

materi yang dipelajari dan memotivasi

siswa untuk belajar.

Tahap 2

Menyajikan informasi atau

materi pelajaran

Menyajikan informasi atau materi

pelajaran kepada siswa baik dengan

demonstrasi atau bahan bacaan.

Tahap 3

Mengorganisasikan siswa

ke dalam

kelompok-kelompok belajar

Menjelaskan kepada siswa bagaimana

membentuk kelompok belajar dan

bekerja sama dalam kelompok agar

terjadi perubahan yang efisien.

Tahap 4

Membimbing kelompok

bekerja dan belajar

Mengamati, mendorong, dan

membimbing siswa dalam

menyelesaikan tugas.

Tahap 5

Evaluasi

Mengevaluasi hasil belajar tentang

materi yang dipelajari atau

masing-masing kelompok mempresentasikan

hasil kerja kelompoknya.

Tahap 6

Mengumumkan pengakuan

atau penghargaan

Memberikan umpan balik terhadap

hasil kerja seluruh kelompok dan

memberikan penghargaan kepada

kelompok yang telah menunjukkan

hasil kerja baik.

34

(40)

22

b. Metode Pembelajaran Bamboo Dancing

Metode bamboo dancing dikembangkan oleh Kagan. Metode ini merupakan modifikasi dari metode inside-outside circle. Metode

ini diberi nama bamboo dancing karena siswa berjajar dan saling berhadapan dengan model yang mirip seperti dua potong bamboo

yang digunakan dalam tari bamboo dari Filipina yang juga popular di

beberapa daerah di Indonesia.

Kegiatan belajar mengajar dalam metode ini, siswa dapat saling

berbagi informasi pada saat yang bersamaan. Metode ini bisa

digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti agama, IPS,

matematika, dan bahasa. Bahan pelajaran yang paling cocok

digunakan dengan metode ini adalah bahan yang membutuhkan

pertukaran pengalaman, pikiran, dan informasi antar siswa.

Salah satu keunggulan dari metode ini adalah adanya struktur

yang jelas dan memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan

yang berbeda dengan singkat dan teratur. Selain itu, siswa bekerja

dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai

banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan

keterampilan berkomunikasi. Metode pembelajaran bamboo dancing bisa digunakan untuk semua tingkatan usia anak didik.35

c. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Bamboo Dancing

Pembelajaran dengan metode bamboo dancing diawali dengan pengenalan topik oleh guru. Guru bisa menuliskan topik tersebut di

papan tulis atau dapat pula bertanya jawab apa yang diketahui siswa

mengenai topik itu. Kegiatan sumbang saran ini dimaksudkan untuk

mengaktifkan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa agar lebih

siap menghadapi pelajaran yang baru.

Selanjutnya, guru membagi kelas menjadi 2 kelompok besar.

Aturlah sedemikian rupa pada tiap-tiap kelompok besar berdiri

berjajar saling berhadapan dengan yang lainnya yang juga dalam

35

(41)

23

posisi berdiri berjajar. Dengan demikian di dalam tiap-tiap kelompok

besar mereka saling berpasang-pasangan. Pasangan ini disebut

pasangan awal. Bagikan tugas kepada tiap pasangan untuk dikerjakan

atau dibahas. Pada kesempatan itu berikan waktu yang cukup kepada

mereka agar mendiskusikan tugas yang diterimanya.

Usai diskusi, setiap orang dari tiap kelompok besar yang berdiri

berjajar saling berhadapan itu bergeser mengikuti arah jarum jam.

Dengan cara ini tiap-tiap siswa akan mendapat pasangan baru dan

berbagi informasi, demikian seterusnya. Pergeseran searah jarum jam

baru terhenti ketika tiap-tiap siswa kembali ke pasangan awal.

Hasil diskusi di tiap-tiap kelompok besar kemudian

dipresentasikan kepada seluruh kelas. Guru memfasilitasi terjadinya

intersubjektif, dialog interaktif, tanya jawab, dan sebagainya. Kegiatan

ini dimaksudkan agar pengetahuan yang diperoleh melalui diskusi di

tiap-tiap kelompok besar dapat diobjektifikasi dan menjadi

pengetahuan bersama seluruh kelas.36

d. Metode Bamboo Dancing Dalam Pembelajaran Matematika Metode bamboo dancing dapat diterapkan dalam pelajaran matematika, adapun penerapan pada saat proses pembelajaran

matematika dengan menggunakan metode bamboo dancing, yaitu: Tabel 2.2

Penerapan Metode Bamboo Dancing dalam Pembelajaran Matematika

No

Tahap Bamboo

Dancing

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

1.

Menyampai kan tujuan dan

Pengenalan topik

pembelajaran kepada siswa

Kegiatan sumbang saran

36

(42)

24

memotivasi siswa

Membangkitkan minat dan keingintahuan siswa terhadap pokok bahasan program linear.

Mengembangkan minat dan rasa ingin tahu terhadap pokok bahasan program linear.

Mengkaitkan pokok bahasan program linear dengan pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Berusaha mengingat pengalaman

sehari-hari dan

menghubungkannya

dengan pokok

bahasan program linear.

2 2.

Menyajikan Informasi

Mengajukan pertanyaan

yang berhubungan

dengan pokok bahasan program linear.

Memberikan respons terhadap pertanyaan guru.

berjajar saling

berhadapan

Membentuk kelas ke dalam dua kelompok besar dan berdiri berjajar saling berhadapan masing kelompok untuk

menemukan konsep

“program linear.”

Mengerjakan LKS yang diberikan dan bekerja sama dalam

kelompok untuk

menemukan konsep “program linear.” Mengorganisasikan

kelompok secara

prosedur

Usai diskusi, setiap

orang dari tiap

kelompok besar

yang berdiri

berjajar saling

berhadapan itu

bergeser mengikuti

(43)

25

Dengan cara ini

tiap-tiap siswa

akan mendapat

pasangan baru dan

berbagi informasi,

demikian

seterusnya.

Pergeseran searah

jarum jam baru

terhenti ketika

tiap-tiap siswa

kembali ke

pasangan awal.

5. Evaluasi

Meminta salah satu

kelompok untuk

mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas dengan kalimat mereka sendiri.

Mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas dan mencoba memberi penjelasan terhadap konsep “program linear” yang telah ditemukan.

Mengklarifikasi

konsep-konsep siswa yang masih salah dan menjelaskan konsep “program linear” yang harus dipahami siswa.

Mencermati dan

berusaha memahami penjelasan guru.

6.

Memberikan umpan

balik terhadap hasil kerja seluruh kelompok

dan memberikan

penghargaan kepada kelompok yang telah menunjukkan hasil kerja baik.

Menerima umpan

balik terhadap hasil

kerja seluruh

kelompok dan

menerima

(44)

26

3. Model Pembelajaran Konvensional

Konvensional adalah sebuah model klasikal yang biasa digunakan

oleh setiap pendidik dalam mendidik siswanya. Pembelajaran

konvensional merupakan pembelajaran yang lazim digunakan oleh para

guru di sekolah. Beberapa metode yang digunakan dalam pembelajaran

konvensional antara lain adalah metode ceramah, metode diskusi, metode

tanya jawab, metode driil atau latihan, metode pemberian tugas, metode

demontrasi, metode permainan, dan lain-lain.

Beberapa ciri-ciri pada pembelajaran konvensional, yaitu:

a. Menyandarkan kepada hafalan.

b. Pemilihan informasi ditentukan oleh guru.

c. Bahan ajar biasanya dalam bentuk ceramah, tugas tulis, dan media

lain menurut pertimbangan guru.

d. Siswa umumnya bersifat pasif dalam pembelajaran

e. Memberikan sekumpulan informasi kepada siswa tanpa

menindaklanjuti apakah siswa tersebut paham atau tidak.

Dalam pembelajaran konvensional, peran siswa adalah sebagai

penerima informasi yang pasif, yaitu siswa lebih banyak belajar sendiri

secara individual. Siswa tidak diberi kesempatan banyak untuk

mengemukakan pendapat dan berinteraksi dengan siswa lain. Siswa

hanya dijadikan obyek didik dan pembelajarannya pun terfokus pada tiga

kegiatan, yaitu dengar, catat dan hafal. Keadaan seperti ini membuat

proses belajar menjadi tidak efektif, karena waktu para siswa hanya

dihabiskan untuk mengisi buku tugas, mendengarkan pangajar dan

menyelesaikan latihan-latihan.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam pembelajaran

konvensional yaitu metode ekspositori. Metode ekspositori merupakan

metode yang menekankan pada proses penyampaian materi secara verbal

dari seorang guru kepada siswa keseluruhan, dengan maksud para siswa

(45)

27

Terdapat beberapa karakteristik metode ekspositori yang dikutip

Wina Sanjaya, yaitu:37

1. Metode ekspositori dengan cara menyampaikan materi secara verbal.

2. Biasanya materi yang disampaikan adalah materi pelajaran yang

sudah terjadi, maksudnya materi tersebut harus dihapal terlebih

dahulu oleh siswa, sehingga tidak perlu lagi berpikir ulang.

3. Tujuan dari penerapan metode ini adalah penguasaan materi tersebut.

4. Penelitian yang Relevan

Penelitian ini membahas tentang metode pembelajaran bamboo dancing, dimana metode ini termasuk dalam model pembelajaran kooperatif dan berdasarkan kajian pustaka yang dilakukan peneliti

didapatkan hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu

penelitian yang dilakukan oleh:

1. Sri Nurchayati yang berjudul “Efektifitas Pendekatan Cooperative Learning Teknik Two Stay Two Stray (TSTS) terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa”. Dalam penelitiannya disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

lebih baik daripada hasil belajar dengan model pembelajaran

konvensional.

2. Ciswandi yang berjudul ”Pembelajaran Kooperatif Model SNH (Structured Numbre Head) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa”. Dalam penelitiannya disimpulkan bahwa

pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif

memberikan dampak positif terhadap hasil belajar matematika siswa.

3. Muhammad yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Matematika dengan

Metode Cooperative Learning Teknik Two Stray Two Stay Terhadap Hasil Belajar Siswa”. Dalam penelitiannya disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode Cooperative Learning

37

(46)

28

teknik Two Stray Two Stay lebih baik daripada haisl belajar dengan menggunakan model konvensional.

B. Kerangka Berpikir

Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan yang penting dan

semakin dirasakan kegunaannya. Hal penting dalam belajar matematika

adalah untuk melatih diri berpikir dan bertindak secara analitis dan logis.

Namun pada kenyataannya metematika sering kali dianggap sebagai mata

pelajaran yang sulit dan menakutkan sehingga hasil belajar yang diperoleh

siswa masih rendah.

Untuk memperoleh hasil belajar matematika yang baik diperlukan

suatu model dan metode pembelajaran yang merangsang partisipasi aktif dan

kooperatif dari siswa. Dalam hal ini siswa diberi kesempatan untuk berbagi

informasi dengan teman yang bertujuan agar siswa lebih memahami

matematika. Sedangkan guru memberikan informasi yang dirancang untuk

membantu siswa dalam menyelesaikan masalah yang diberikan dan

memberikan tugas dan soal-soal yang harus diselesaikan oleh siswa.

Pembelajaran tersebut dapat diperoleh dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif metode bamboo dancing. Metode ini dikembangkan oleh Spencer Kagan untuk memberikan kesempatan pada siswa agar saling

berbagi informasi pada saat yang bersamaan. Metode pembelajaran bamboo dancing bisa digunakan untuk semua tingkatan usia peserta didik. Metode pembelajaran ini menghadirkan suasana belajar matematika yang

menyenangkan, sehingga diharapkan siswa dapat menerima pelajaran secara

maksimal. Salah satu keunggulan metode ini adalah adanya struktur yang

jelas dan memungkinkan siswa untuk berbagi informasi mengenai apa yang

telah mereka pahami dan yang belum mereka pahami tentang materi yang

diajarkan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Selain

itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan

meningkatkan keterampilan berkomunikasi untuk memahami materi yang

Gambar

Gambar 4.1 Grafik Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi Hasil Belajar
Tabel 2.1 Tahap-Tahap Pembelajaran Kooperatif
Tabel 2.2
Tabel 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perjanjian Kredit Prosonal Loan berdasarkan perjanjian standard yang isinya telah ditetapkan oleh pihak bank, yang dituangkan dalam konsep janji- janji tertulis yang disusun tanpa

Analisis data morfologi tanaman diuraikan secara deskriptif meliputi seluruh variabel yang terdiri dari sembilan varian tanaman ganyong yang diperoleh dari wilayah

2.1.3 Kesehatan Lingkungan adalah ilmu dan seni dalam mencapai keseimbangan lingkungan dan manusia, ilmu dan seni dalam pengelolaan lingkungan

[r]

Dalam kontrak ini pembuat barang ( shani’ ) menerima pesanan dari pembeli ( mustashna’ ) untuk membuat barang dengan spesifikasi yang telah disepakati kedua belah

Sesuai dengan definisi partisipasi tersebut, anggota bank sampah ikut berpartisipasi dalam kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah Gemah Ripah Bantul karena

Jika pemain menjawab dengan benar, maka pemain akan berpindah dari kotak No. Jika pemain menjawab dengan salah, maka pemain akan tetap di

- Direktur perusahaan hadir langsung , apabila diwakilkan membawa surat tugas dan mendapat kewenangan penuh untuk mengambil keputusan. Demikian undangan ini disampaikan ,