• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efisiensi Keseragaman dan Kualitas Penyaringan Air dengan Tanaman Mentimun pada Budidaya Ikan Gurami Berbasis Teknologi Akuaponik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efisiensi Keseragaman dan Kualitas Penyaringan Air dengan Tanaman Mentimun pada Budidaya Ikan Gurami Berbasis Teknologi Akuaponik"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

EFISIENSI KESERAGAMAN DAN

KUALITASPENYARINGAN AIR DENGAN TANAMAN

MENTIMUN PADA BUDIDAYA IKAN GURAMIBERBASIS

TEKNOLOGI AKUAPONIK

HARYANTO ROHMAN SIREGAR

080308065

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

EFISIENSI KESERAGAMAN DAN KUALITAS

PENYARINGAN AIR DENGAN TANAMAN MENTIMUN

PADA BUDIDAYA IKAN GURAMI BERBASIS TEKNOLOGI

AKUAPONIK

SKRIPSI

HARYANTO ROHMAN SIREGAR

080308065

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

AKUAPONIK

Oleh :

HARYANTO ROHMAN SIREGAR 080308065

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2012

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Sumono, MS) Ketua

(4)

ABSTRAK

HARYANTO ROHMAN SIREGAR: Efisiensi Keseragaman dan Kualitas Penyaringan Air dengan Tanaman Mentimun pada Budidaya Ikan Gurami Berbasis Teknologi Akuaponik.

Prinsip dasar yang digunakan dalam sistem akuaponik adalah resirkulasi, yaitu memanfaatkan kembali air yang telah digunakan dalam pembudidayaan ikan gurami, melalui kombinasi antara akuaponik dan hidroponik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui koefisien keseragaman air pada tanaman, mengetahui derajat keasaman (pH), oksigen terlarut (DO) air, amonia (NH3) dan suhu dalam proses budidaya ikan dan tanaman mentimun, dan melakukan analisis ekonomi metode akuaponik yang diterapkan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata koefisien keseragaman air pada keran setengah penuh dan keran penuh adalah 87,28 % dan 84,41 %serta padat tebar ikan gurami 50 ekor/m2 tercapai berat 147-150 gram per ekor dari berat awal 80-110 gram per ekor dalam waktu 3 bulan. Kualitas air pH, DO, NH3, dan suhu menunjukkan kualitas air tersebut memenuhi syarat budidaya ikan gurami.

Kata kunci: Efisiensi keseragaman, kualitas air, tanaman mentimun, akuaponik, dan ikan gurami.

ABSTRACT

HARYANTO ROHMAN SIREGAR: UniformityEfficiencyand QualitywithWater FiltrationPlantCucumbersonFish FarmingTechnology BasedAkuaponikcarp.

The basic principlesused in the systemis arecirculationakuaponik, thereuseof waterthat has beenused in thecultivationof carp, through a combination ofakuaponikandhydroponics.

This studyaims to determine theuniformitycoefficientof waterin plants, knowingthe degree ofacidity(pH), dissolved oxygen (DO) of water, ammonia(NH3) and the temperaturein the process ofraising fishandcucumberplants, and performeconomic analysismethodsappliedakuaponik. The results ofthis studyshowed thatthe average value ofuniformitycoefficientof water atthe tapand the tapfullhalf fullis87.28% and 84.41% as well asa solidstockingof carpweighing50ekor/m2reached147-150grams per fishofinitial weight80-110gramsper cowwithin 3 months. Water qualitypH, DO, NH3, and temperature showsthe water qualitymeets therequirementsof carpculture.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 24 November 1990 dari Bapak H. Khotib Siregar dan Ibu Hj. Nurlina Ginting. Penulis merupakan putra ketiga dari empat bersaudara.

Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Swasta Al Azhar Medan dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur UMB Mandiri. Penulis memilih Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efisiensi keseragaman dan kualitas air penyaringan dengan tanaman mentimun pada budidaya ikan gurami berbasis teknologi akuaponik” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat melaksanakan penelitian di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil dalam penyelesian skripsi ini,dan juga kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Sumono, MS selaku ketua komisi pembimbing, serta BapakIr. Saipul Bahri Daulay, M.Si selaku anggota komisi pembimbing dan Bapak Ir. Edi Susanto, M.Si yang dulu selaku ketua komisi pembimbing, yang telah membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Desember 2012

(7)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN Latar belakang ... 1

Tujuan ... 4

Kegunaan ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Metode akuaponik ... 5

Metode hidroponik ... 6

Irigasi tetes untuk hidroponik substrat ... 7

Bentuk dan indikasi pencemaran air ... 9

Teknologi vertikultur ... 13

Sejarah ikan gurami... 14

Perbedaan irigasi permukaan dan irigasi tetes ... 15

Jenis tanaman ... 16

Syarat pertumbuhan tanaman mentimun ... 16

Syarat pertumbuhan tanaman kangkung ... 19

BAHAN DAN METODE Lokasi dan waktu penelitian... 23

Alat dan bahan penelitian ... 23

Metode penelitian ... 23

Prosedur penelitian ... 23

Parameter ... 25

HASIL DAN PEMBAHASAN Koefisien keseragaman ... 28

Kualitas air ... 29

Pertumbuhan panjang dan bobot tanaman ... 32

Pertumbuhan panjang dan bobot ikan ... 32

Analisis ekonomi ... 33

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 35

Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36

(8)

No.

Hal

1. Standart kualitas air untuk budidaya ikan gurami ... 14

2. Perbedaan irigasi permukaan dan irigasi tetes ... 15

3. Koefisien keseragaman keran setengah penuh ... 28

4. Koefisien keseragaman keran penuh ... 28

5. Data DO ... 29

6. Data pH ... 30

(9)

DAFTAR GAMBAR

1. Pertumbuhan panjang dan bobot ikan bulan Juni 2012 ... 49

2. Pertumbuhan panjang dan bobot ikan bulan Juli 2012 ... 49

3. Pertumbuhan panjang dan bobot ikan bulan Agustus 2012 ... 51

4. Pertumbuhan panjang dan bobot ikan bulan September 2012 ... 52

5. Pertumbuhan panjang dan bobot tanaman bulan Juli 2012 ... 54

6. Pertumbuhan panjang dan bobot tanaman bulan Agustsus 2012 ... 55

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Flowchart penelitian ... 38

2. Data koefisien keseragaman keran setengah penuh ... 39

3. Data koefisien keseragaman keran penuh ... 40

4. Data suhu bulan Juni 2012 ... 42

5. Data suhu bulan Juli 2012 ... 42

6. Data suhu bulan Agustus 2012 ... 43

7. Data suhu bulan September 2012 ... 43

8. Analisis ekonomi ... 44

9. Break even point ... 47

10. Pertumbuhan panjang dan bobot ikan pada bulan Juni 2012 ... 49

11. Pertumbuhan panjang dan bobot ikan pada bulan Juli 2012 ... 49

12. Pertumbuhan panjang dan bobot ikan pada bulan Agustus 2012. ... 51

13. Pertumbuhan panjang dan bobot ikan pada bulan September 2012. ... 52

14. Pertumbuhan panjang dan bobot tanaman pada bulan Juli 2012. ... 54

15. Pertumbuhan panjang dan bobot tanaman pada bulan Agustus 2012 ... 55

16. Data pH, DO, dan NH3 pada bulan Juni 2012 ... 57

17. Data pH, DO, dan NH3 pada bulan Juli 2012 ... 57

18. Data pH, DO, dan NH3 pada bulan Agustus 2012 ... 58

19. Data pH, DO, dan NH3 pada bulan September 2012 ... 58

20.Gambar kolam tampak depan... 59

21. Gambar kolam tampak samping... 60

22. Gambar kolam tampak atas ... 61

(11)

ABSTRAK

HARYANTO ROHMAN SIREGAR: Efisiensi Keseragaman dan Kualitas Penyaringan Air dengan Tanaman Mentimun pada Budidaya Ikan Gurami Berbasis Teknologi Akuaponik.

Prinsip dasar yang digunakan dalam sistem akuaponik adalah resirkulasi, yaitu memanfaatkan kembali air yang telah digunakan dalam pembudidayaan ikan gurami, melalui kombinasi antara akuaponik dan hidroponik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui koefisien keseragaman air pada tanaman, mengetahui derajat keasaman (pH), oksigen terlarut (DO) air, amonia (NH3) dan suhu dalam proses budidaya ikan dan tanaman mentimun, dan melakukan analisis ekonomi metode akuaponik yang diterapkan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata koefisien keseragaman air pada keran setengah penuh dan keran penuh adalah 87,28 % dan 84,41 %serta padat tebar ikan gurami 50 ekor/m2 tercapai berat 147-150 gram per ekor dari berat awal 80-110 gram per ekor dalam waktu 3 bulan. Kualitas air pH, DO, NH3, dan suhu menunjukkan kualitas air tersebut memenuhi syarat budidaya ikan gurami.

Kata kunci: Efisiensi keseragaman, kualitas air, tanaman mentimun, akuaponik, dan ikan gurami.

ABSTRACT

HARYANTO ROHMAN SIREGAR: UniformityEfficiencyand QualitywithWater FiltrationPlantCucumbersonFish FarmingTechnology BasedAkuaponikcarp.

The basic principlesused in the systemis arecirculationakuaponik, thereuseof waterthat has beenused in thecultivationof carp, through a combination ofakuaponikandhydroponics.

This studyaims to determine theuniformitycoefficientof waterin plants, knowingthe degree ofacidity(pH), dissolved oxygen (DO) of water, ammonia(NH3) and the temperaturein the process ofraising fishandcucumberplants, and performeconomic analysismethodsappliedakuaponik. The results ofthis studyshowed thatthe average value ofuniformitycoefficientof water atthe tapand the tapfullhalf fullis87.28% and 84.41% as well asa solidstockingof carpweighing50ekor/m2reached147-150grams per fishofinitial weight80-110gramsper cowwithin 3 months. Water qualitypH, DO, NH3, and temperature showsthe water qualitymeets therequirementsof carpculture.

(12)

Latar belakang

Seiring dengan makin pesatnya laju pembangunan maka salah satu konsekuensi yang harus kita hadapi adalah semakin terbatasnya air, khususnya didaerah perkotaan. Padahal, air menjadi salah satu yang dapat digunakan untuk mendukung aktivitas sehari-hari manusia, diantaranya adalah untuk bidang perikanan.

Sistem teknologi akuaponik merupakan salah satu alternative yang dapat diterapkan dalam rangka pemecahan keterbatasan air tersebut. Disamping itu, sistem teknologi akuaponik juga mempunyai keuntungan lainnya berupa pemasukan tambahan dari hasil tanaman yang akan memperbesar keuntungan untuk peternak ikan.

(13)

ikandan suplai oksigen pada air yang digunakan untuk memelihara ikan (Nugroho dan Sutrisno, 2009).

Sebagai sebuah hasil teknologi, metode akuaponik ini dapat dikombinasikan dengan metode vertikultur, dimana pengertian vertikultur adalah istilah Indonesia yang diambil dari istilah Verticulture dalam bahasa Inggris. Istilah ini berasal dari dua kata yaitu vertical dan culture, makna vertikultur adalah sistem budi daya pertanian yang dilakukan secara vertical atau bertingkat.

Dalam menggunakan metode vertikultur ini, kriteria air bersih akan tercapai sesuai dengan keinginan, apabila dilakukan sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan. Dalam pelaksanaannya, metode akuaponik dengan vertikultur ini akan jauh lebih menguntungkan dari segi ekonomis. Karena dapat memanfaatkan lahan yang sempit dengan semaksimal mungkin. Apalagi didaerah perkotaan yang lahan sudah termasuk kritis dan pemasukan air bersih yang kurang memadai. Dalam metode veltikultur ini, tanaman dapat menyaring kotoran ikan dan memanfaatkan kotorannya sebagai unsur kandungan bahan organik untuk memicu pertumbuhan tanaman.

Kelebihan teknik pertanian vertikultur: (1) efisiensi dalam penggunaan lahan, (2) penghematan pemakaian pupuk dan pestisida, (3) kemungkinan tumbuhnya rumput dan gulma lebih kecil, (4) dapat dipindahkan dengan mudah, (5) mempermudah monitoring/ pemeliharaan tanaman.

(14)

investasi awal cukup tinggi, (3) sistem penyiraman yang harus kontinu dan diperlukan beberapa peralatan tambahan (Damastuti, 1996).

Metode akuaponik berbasis akuakultur dengan mengkombinasikan metode vertikultur dan hiroponik substrat. Pada sistem ini sangat dianjurkan untuk tanaman semusim.

Larutan nutrisi diberikan dengan cara disiram atau dialirkan melalui sistem irigasi. Dalam sistem irigasi, larutan nutrien dipompa dan diedarkan keseluruh tanaman. Larutan nutrisi yang dipompakan mengandung air, nutrisi, dan oksigen.

(15)

Tujuan:

1. Untuk mengetahui koefisien keseragaman air pada tanaman

2. Untuk mengetahui derajat keasaman (pH), oksigen terlarut (DO) air, amonia (NH3) dan suhu dalamproses budidaya ikan dan tanaman mentimun.

3. Melakukan analisis ekonomi metode akuaponik yang diterapkan.

Kegunaan:

1. Sebagai bahan dasar penulisan skripsi untuk melengkapi syarat melaksanakanujian sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi petani sayur-sayuran organik untuk merancang sistem keuntungan ganda yaitu dengan akuaponik agar lebih hemat waktu dan tenaga di dalam proses pemberian air pada tanaman.

(16)

A.

Metode Akuaponik

1.

Teknologi Akuaponik

Akuaponik merupakan salah satu teknologi terapan hemat lahan dan air yang dikombinasikan dengan berbagai tanaman sayuran sehingga dapat dijadikan sebagai suatu model perikanan perkotaan, sekaligus diterapkan sebagai bagian dari tata kota pertanaman dikompleks perumahan. Akuaponik yang merupakan gabungan antara pemeliharaan ikan dan sayuran ternyata memberikan keuntungan ganda bagi peternak yang menerapkannya. Kandungan racun yang sering kali dihasilkan dari suatu usaha budidaya ikan umumnya dalam bentuk amonia. Ternyata kandungan racun tersebut dapat direduksi oleh tanaman hingga 90% dari kadar yang ada sehingga air tersebut masih layak digunakan kembali sebagai media dalam pemeliharaan ikan (Puspowardoyo,1992).

Dari hasil beberapa riset mengenai penggunaan filter dalam sistem resirkulasi dapat diketahui bahwa filter yang tersusun dari zeolit dan pasir dapat memperbaiki kondisi atau kualitas air yang digunakan dibandingkan jika tidak menggunakan filter. Pada suhu air 25-260C dan pH antara 6-7 yang mengunakan filter dapat menurunkan kadar nitrit dari 4,4 mg/l (Pinus, L, 2009).

2. Kontrol Kualitas dan Kuantitas Air

(17)

kadar parameter-parameter tersebut maka berbagai kemungkinan terburuk dapat dicegah jika kandungannya sudah melewati ambang batas.

Pengukuran suhu dan DO dilakukan setiap hari, sedangkan parameter pH dan amonia dapat dimonitor setiap 3 hari sekali. Adapun batas ambang dari masing-masing parameter yang diperolehkan dalam suatu budidaya adalah sebagai berikut.

- Suhu (fluktuasi) tidak boleh lebih dari 40C, suhu dibawah 250C akan lebih mudah terjadi serangan penyakit oleh bakteri Ich.

- DO minimum yang dibutuhkan untuk pertumbuhan ikan adalah 4 (mg/l). - Amonia maksimum yang ditolerir pada budidaya ikan adalah lebih kecil

dari 0,6 mg/l.

- pH diharapkan berkisar 6-8, khusus untuk ikan patin dan nila dapat bertahan pada pH yang lebih rendah (Nugroho, 2008).

B. Metode Hidroponik

Teknologi hidroponik substrat

Hidroponik substrat tidak menggunakan air sebagai media, tetapi menggunakan media padat (bukan tanah) yang dapat menyerap atau menyediakan nutrisi, air dan oksigen serta mendukung akar tanaman seperti halnya fungsi tanah(Sutioso, 2003).

(18)

Substrat yang permukaannya kasar dan bentuknya teratur perlu disiram lebih sering dibanding bentuknya yang tidak teratur, porus, atau partikelnya kecil-kecil. Partikel halus, seperti pasir atau serbuk gergaji, cukup dua kali disirami dalam sehari, sedangkan partikel kasar, seperti batu apung perlu diairi sejam sekali sepanjang hari (Sutioso, 2003).

Irigasi tetes untuk hidroponik substrat

Irigasi tetes atau lebih dikenal juga dengan irigasi mikro sangat cocok diterapkan untuk tanaman hidroponik. Irigasi ini memiliki konsep yang kontinu dan lamban sehingga mampu menghemat air. Irigasi ini menggunakan pipa dalam penyaluran airnya. Dalam prakteknya pemasangan dilakukan pada permukaan tanah atau dibawah permukaan tanah (irigasi bawah permukaan tanah).

Irigasi tetes pada permukaan tanah(surface irrigation system)

Pipa lateral terletak dipermukaan tanah dan air diteteskan dipermukaan tanah. Umumnya, debit emmiter lebih kecil dari 8 liter/jam untuk keluaran tunggal dan lebih kecil dari 12 liter/jam. Keuntungan sistem ini mudah dipasang, dikontrol dan dibersihkan (Lingga, 2002).

(19)

Q = V x A ………..(1)

V = Q/A ………..(2)

Dimana :

Q = Debit air (m3/detik)

V = Kecepatan aliran rata-rata (meter/detik) A = Luas penampang saluran (meter2)

Debit irigasi tetes tergantung dari jenis tanah dan tanaman. Debit irigasi tetes yang umum digunakan 4 liter/jam namun ada beberapa pengelolaan pertanian menggunakan debit 2, 6, 8 liter/jam (Keller dan Bliesner, 1990).

Menurut Sapei (2003), keseragaman aplikasi air merupakan salah satu faktor penentu efisiensi irigasi yang dihitung dengan persamaan koefisiensi keseragaman irigasi (CU/Coefficient Uniformity) dengan menggunakan persamaan Christiansen :

   

  

− =

x x xi

Cu 100 1 ...(3)

Dimana :

Cu = Koefisiensi keseragaman irigasi (%) xi = Volume air pada wadah ke-i (ml)

x = Nilai rata-rata dari volume air pada wadah (ml)

xix = Jumlah dari deviasi absolut dari rata-rata pengukuran (ml).
(20)

Keseragaman irigasi tetes dapat dikatakan seragam atau layak apabila nilai Cu lebih besar dari 90% (>90%). Nilai Cu yang rendah dapat dijadikan indikator kehilangan air melalui perkolasi sangat tinggi (Sapei, 2003).

Irigasi tetes dibawah permukaan tanah (subsurface irrigation)

Pipa lateral ditanam dalam tanah dan irigasinya diteteskan pada zona perakaran. Sistem ini mulai diterima atau dijalankan setelah permasalahan mengenai emmiter yang tersumbat terselesaikan. Sistem irigasi tetes ini memerlukan beberapa peralatan seperti emmiter, pipa lateral, pipa utama, dan bangunan utama (Lingga, 2002).

C. Bentuk dan indikasi pencemaran air

Air dikatakan tercemar apabila kualitasnya menurun sehingga dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan dan keselamatan jiwa makhluk hidup, terutama manusia. Bentuk pencemaran terhadap (lingkungan) air bisa tiga macam yaitu :

a. Unsur-unsur fisis Suhu yang berlebih

(21)

Energi cahaya matahari sebagian besar diserap lapisan permukaan air, intensitas cahaya matahari semakin dalam semakin berkurang. Suhu air mempengaruhi densitasnya. Semakin tinggi suhu air, densitasnya semakin rendah (gr/cm3). Suhu yang mematikan untuk hampir semua jenis ikan adalah 10-110C selama beberapa hari. Nafsu makan ikan akan menurun pada suhu dibawah 160C (Matthew,1992).

b. Unsur-unsur kimiawi Derajat keasaman air

Keasaman (pH) air yang sesuai untuk benih ikan gurami berkisar pada angka 6,5-7,5. Apabila air yang akan digunakan belum sesuai dengan pH yang diinginkan maka pH air tersebut dapat diatur dengan menambahkan larutan asam atau basa. Perubahan pH tidak disarankan pada air yang sudah berisi ikan. Sebaliknya untuk menurunkan pH sebesar satu angka dapat ditambahkan asam fosfor sebanyak 1 gr/l (Senjaja dan Riski, 2002).

Derajat keasaman air dibagi menjadi tiga, yaitu pH rendah (asam), pH netral, dan pH tinggi (basa). Derajat keasaman air dipengaruhi oleh aktivitas ion hidrogen (H+). Air menjadi asam apabila pH < 7, dan dikatakan basa bila pH >7 (Puspowardoyo, 1992).

Kadar amonia

(22)

tidak terionisasi merupakan racun bagi ikan. Toksisitas amonia berkaitan erat dengan pH, dan sedikit terkait dengan suhu dan DO.

Pada pH tinggi, total amonia berubah menjadi bentuk tak terion (dalam keadaan bebas). Pada pH 7, amonia dalam bentuk tak terion yang beracun < 1%, selanjutnya semakin meningkat. Pada pH 8: 5-9 %, pada pH 9: 30-50 %, dan pada pH 10: 80-90 % fluktuasi pH sendiri berkaitan dengan nilai alkalinitas yang rendah (kadar alkalinitas yang baik > 20 mg/l CaCO3) kadar amonia akan meningkat jika suhu naik dan kadar DO rendah. Batas maksimal kadar amonia total pada air kolam perairan umum untuk budidaya ikan air tawar adalah dibawah 0,016 ppm (1 mg: 1 mg/liter). Amonia total sebesar 0,08 ppm sudah mengakibatkan penurunan nafsu makan dan pertumbuhan. Amonia total sebesar 0,3 ppm menyebabkan kerusakan pada insang sehingga ikan kekurangan oksigen (Rahmat, 1994).

Kadar nitrogen (NO2)

Nitrit (NO2) merupakan bentuk senyawa N. kadar nitrogen terlarut dalam perairan 0,1 ppm sudah menimbulkan penyakit brown blood. Kadar nitrit sebesar 1,0 ppm sudah menimbulkan kematian pada ikan. Diperairan, nitrit merupakan hasil proses dekomposisi dari organik oleh jasad renik. Kadar nitrit maksimum adalah 0,05 ppm (Tim redaksi agromedia pustaka, 2002).

Kesadahan total

(23)

budidaya ikan air tawar adalah yang mempunyai kesadahan total minimal 20 mg/l CaCO3- (Ciptanto, 2010).

Perubahan pH air dalam sudah tentu berbahaya bagi ikan dan kehidupan aquatic lain. pH diatas 9,0 dan di bawah 5,0 sangat potensial menyebabkan kematian ikan. pH yang tinggi mencerminkan keadaan asam, sedangkan pH yang rendah mencerminkan keadaan yang basa. pH sama dengan 7,0 menunjukkan keadaan normal atau netral (Santoso, 1993).

Oksigen terlarut (DO)

Salah satu faktor yang paling penting dan harus dipertimbangkan adalah jumlah oksigen di dalam air, biasanya disebut sebagai (dissolved oxygen) DO. DO persyaratan bervariasi sebagai fungsi dari spesies, suhu kualitas air, kepadatan tebar, dan air.Udara sekitar 21% O2 (berdasarkan volume), Tingkat transfer oksigen ke dalam air berkaitan dengan berikut :

- Suhu.

- Kotoran dalam air.

- Luas permukaan di mana difusi dapat terjadi (Landau,1992).

(24)

Keteruraian oksigen didalam air menurun dengan kenaikan temperatur dan garam-garam terlarut. Didalam air segar, keteruraian oksigen adalah 14,6 mg/l. Satuan DO dinyatakan dalam mg/l, pengukuran dapat dilakukan antara lain berdasarkan teknik titrasi dengan menggunakan metode modifikasi Azida. Berbagai alat pengukur oksigen terlarut (DO-meter) kini sudah banyak tersedia secara komersial. Kebutuhan oksigen bagi ikan bervariasi menurut jenis dan umurnya. Secara umum dapat dinyatakan bahwa rentang antara 3 sampai 6 mg/l merupakan interval tingkatan DO yang aman bagi hampir semua ikan( Dumairy, 1992).

D. Teknologi Vertikultur

Vertikultur adalah istilah Indonesia yang diambil dari istilah Verticulture dalam bahasa Inggris. Istilah ini berasal dari dua kata yaitu vertical dan culture, makna vertikultur adalah sistem budi daya pertanian yang dilakukan secara vertical atau bertingkat (Widarto, 1996).

(25)

Sejarah Ikan Gurami

Untuk memudahkan identifikasi dan melihat kekerabatan gurami dengan ikan yang lain telah dilakukan klasifikasi berdasarkan ilmu taksonomi. Klasifikasi ikan gurami secara lengkap adalah sebagai berikut:

Fillum : Chordata Subfillum : Vertebrata Class (kelas) : Pisces

Subklas (anak kelas) : Actinopterygi Ordo :Labyrinthici

Genus :Osphronemus

Spesies : Osphronemus Gouramy (Lacapede) (Rukmana , 2005).

Tabel. 1. Standart Kualitas Air Untuk Budi Daya Ikan Gurami

Sumber: Sapto ciptanto, 2010

Pemeliharaan gurami secara intensif juga dapat dilakukan secara tunggal (monokultur) atau campuran (polykultur). Dalam budidaya skala besar, pemeliharaan gurami dengan sistem monokultur maupun polykultur dapat memberikan keuntungan ganda (Harsono, 1992).

Parameter kualitas air Standar kualitas air

Suhu 24-28 0C

pH 6,5-8

Oksigen Terlarut (DO) > 5 mg/liter

NH3 < 0,6 mg/liter

Transparansi/Kecerahan 25-50 cm

Karbondioksida (CO2) 15-25 mg/liter

Nitrit (NO2) < 0,05 ppm

Alkalinitas > 20 mg/liter

(26)

Irigasi secara umum didefinisikan sebagai penggunaan air pada tanaman untuk keperluan penyediaan cairan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Meskipun demikian, suatu definisi yang lebih umum dan termasuk sebagai irigasi adalah penggunaan air pada tanah untuk setiap jumlah.

Tabel. 2. Perbedaan irigasi permukaan dan irigasi tetes

Irigasi permukaan Irigasi tetes

Ekonomis penggunaannya/pembuatannya Mahal pembuatan jaringan irigasinya Sumber payau atau air garam tidak sesuai Garam tanah atau sumber air garam

payau, dapat dimanfaatkan

Boros air Hemat air

Hasil rendah Hasil tertinggi

Tanah hilang di bawah kanal saluran Maksimum penggunaan tanah Cocok untuk semua tanaman Cocok untuk menutup tumbuh,

tanaman sayuran dan buah-buahan Cocok untuk semua tanah kecuali tanah

sangat ringan

Cocok untuk semua tanah, khususnya tanah bertekstur kasar

Lokalisasi aplikasi pupuk tidak mungkin Aplikasi pupuk lokal meminimalkan penguapan

Tinggi perkolasi kerugian dan pencucian bawah pupuk

Perkolasi kerugian minimum; mengurangi pencucian down pupuk Kurang efektif dalam efisiensi distribusi

air

Lebih efektif dalam efisiensi distribusi air

Membutuhkan meratakan Tidak memerlukan meratakan Semua permukaan tanah jenuh, 20-50%

dibasahi bahkan dalam irigasi alur

Zona akar Hanya jenuh selama irigasi Faktor tanah memainkan peran penting

dalam membangun frekuensi irigasi

Faktor tanah memainkan peran yang kurang penting dalam membangun frekuensi irigasi

Gerakan uap air adalah normal dengan bentuk alur

Distribusi kelembaban Ultimate sekitar dua dimensi

Variasi pasokan sulit untuk membuat Pasokan ke lapangan dapat diatur dengan aese dengan mengatur katup Aliran permukaan dikaitkan dengan erosi

tanah

Tidak ada aliran permukaan dan tidak ada erosi tanah

Distribusi air tidak seragam, itu adalah rendah yang 25 sampai 50 persen pada irigasi alur

Distribusi air sangat seragam dan terkontrol karena masing-masing disributes nozzle dengan jarak dekat jumlah air yang sama

(27)

E. Jenis Tanaman Mentimun

Kedudukan tanaman mentimun dalam tatanama tumbuhan, diklasifikasikan ke dalam:

Divisi : Spermtoaphyte Sub-divisi :Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Cucurbitales Famili : Cucurbitaceae Genus :Cucumis

Spesies : Cucumis Satifus L.

Mentimun termasuk tanaman semusim (annual) yang bersifat menjalar atau memanjat dengan perantaraan pemegang yang berbentuk pilin (spiral). Batangnya basah, berbulu serta berbuku-buku. Tinggi tanaman dapat mencapai 50 hingga 250 cm, bercabang dan bersulur yang tumbuh disisi tangkai daun (Rukmana, 1994).

Syarat pertumbuhan tanaman mentimun

(28)

mentimun. Jenis tanah yang cocok untuk penanaman mentimun diantaranya alluvial, latosol dan andosol (Supena, 2007).

Tanaman mentimun dapat tumbuh baik di ketinggian 0-1000 m diatas permukaan air laut. Untuk tumbuh dengan baik, tanaman mentimun menginginkan suhu tanah antara 18-300 C. Dengan suhu dibawah atau di atas kisaran tersebut, pertumbuhan tanaman mentimun kurang optimal. Namun, untuk perkecambahan biji, suhu optimal yang dibutuhkan antara 25-350 C (Heliani, 1992).

Benih mentimun yang sudah menjadi kecambah ditanam langsung dilubang tanam yang dibuat dengan cara penugalan sedalam 5 cm. Benih ditanam sebanyak 2 buah per lubang tugal dan selanjutnya lubang tanam ditutup tanah setinggi 1 cm. Jarak antar lubang tugalan adalah 25-30 cm.Aspek penggunaan jarak tanam memberikan pengaruh terhadap bobot hasil per satuan luas. Jarak tanam yang dapat diterapkan, yaitu 30 cm x 60 cm atau 40 cm x 60 cm (Sumpena, 2007).Pemasangan ajir dilakukan pada tanaman berumur 2 minggu atau sebelum tanaman keluar sulur atau rambatan. Pada masing-masing ajir, setiap jarak 30-50 cm dipasang benang atau tali raffia yang direntangkan ke ajir yang lain(Purwanto,2001).

(29)

Kangkung

Kangkung termasuk suku convolcvulaceae (keluarga kangkung-kangkungan). Kedudukan tanaman kangkung dalam sistematika tumbuh-tumbuhan diklasifikasikan kedalam:

Divisio : Spermatophyta Sub-divisio : Angiospermae Kelas :Dicotyledonae Family :Convolvulaceae Genus :Ipomea

Spesies :Ipomea reptans(Eko, 1991).

Kangkung merupakan tanaman yang tumbuh cepat yang memberikan hasil dalam waktu 4-6 minggu sejak dari benih. Kangkung yang dikenal dengan nama latin ipomea reptans terdiri dari 2 varietas, yaitu kangkung darat yang disebut kangkung cina dan kangkung air yang tumbuh secara alami disawah, rawa, atau parit-parit (Sumarna, 2011).

(30)

Syarat pertumbuhan tanaman kangkung

Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik sepanjang tahun. Kangkung darat dapat tumbuh pada daerah yang beriklim panas. Jumlah curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar antara 500-5000 mm/tahun. Pada musim hujan tanaman kangkung pertumbuhannya sangat cepat dan subur asalkan disekelilingnya tidak tumbuh rumput liar. Dengan demikian, kangkung pada umumnya kuat menghadapi rumput liar, sehingga kangkung dapat tumbuh di padang rumput, kebun/ladang yang agak rimbun (Sumarna, 2011).

Panen dilakukan 2-3 minggu sekali. Setiap kali habis panen, biasanya akan terbentuk cabang-cabang baru. Setelah 5 kali panen atau 10-11 kali panen maka produksi kangkung akan menurun baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Jika sudah terlihat bunga, sisakan ± 2 m untuk dikembangkan terus menjadi biji yang kira-kira memakan waktu 40 hari sampai dapat dikeringkan. Pertanaman kangkung secara komersial menghasilkan sekitar 15 ton/ha sepanjang beberapa pemanenan berturut-turut atau sekitar 160 kg/tahun/10 m (Sumarna,2011).

Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus dikeluarkan saat produksi. Dengan analisis ekonomi dapat diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat diperhitungkan.

(31)

Pengukuran biaya produksi dilakukan dengan cara menjumlahkan biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya pokok).

Biaya BTT C

x BT tetap

  

+

= ………..…………..….(4)

dimana:

BT = total biaya tetap (Rp/tahun) BTT = total biaya tidak tetap (Rp/jam) x = total jam kerja per tahun (jam/tahun) C = kapasitas alat (jam/satuan produksi) Biaya tetap

Biaya tetap terdiri dari :

- Biaya penyusutan (metode garis lurus)

………...………(5)

dimana :

D = Biaya penyusutan (Rp/tahun)

P = Nilai awal (harga beli/pembuatan) (Rp) S = Nilai akhir (10% dari P) (Rp)

n = Umur ekonomi (tahun)

(

)

n S P

(32)

- Biaya bunga modal dan asuransi, perhitungannya digabungkan, besarnya:

………....……….(6)

dimana :

i = Total persentase bunga modal dan asuransi (17% pertahun) - Biaya pajak

Di negara kita belum ada ketentuan besar pajak secara khusus untuk bangunan dan peralatan pertanian, namun beberapa literatur menganjurkan bahwa biaya pajak pertanian diperkirakan sebesar 4% pertahun dari nilai awalnya.

Biaya tidak tetap

Biaya tidak tetap terdiri dari :

- Biaya perbaikan dapat dihitung dengan persamaan :

………..(7)

- Biaya karyawan/operator yaitu biaya untuk gaji operator. Biaya ini tergantung kepada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari gaji bulanan atau gaji pertahun dibagi dengan total jam kerjanya (Darun, 2002).

Break Event Point

Break event point (analisis titik impas) umumnya berhubungan dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing). Dan selanjutnya dapat

( )(

)

n n P i I

2 1

+ =

(

)

jam S P reparasi

Biaya

1000 % 2 ,

1 −

(33)

berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap sama dengan nol. Bila pendapatan dari produksi berada di sebelah kiri titik impas maka kegiatan usaha akan menderita kerugian, sebaliknya bila di sebelah kanan titik impas akan memperoleh keuntungan (Waldiyono, 2008).

Untuk menentukan produksi titik impas (BEP) maka dapat digunakan rumus sebagai berikut:

……… (8) dimana:

N : Jumlah produksi minimal untuk mencapai titik impas (Kg) F : Biaya tetap per tahun (Rp)

(34)

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni - September 2012 di kolam ikan Desa/Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia, Medan.

Alat dan Bahan Penelitian Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah bak beton ukuran 3m x 3m x 1,1m, pipa PVC, selang, pipa keni sistem L, dop, talang air, aerator, pompa air, batang pakis, pH meter, DO meter dengan Metode YSI, NH3Metode Salysilat, kamera digital, alat tulis, termometer.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan gurami (Osphronemus gouramy), bibit tanaman mentimun (Cucumis sativus L)dan bibit tanaman kangkung (Ipomea reptans).

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan dengan sistem akuaponik bertingkat.

Prosedur Penelitian

(35)

2. Disiapkan wadah tanam dengan berbahan talang air yang ditempatkan pada tingkat petama dari kolam yang diisi media batang pakis dan bibit tanaman kangkung (filterisasi).

3. Disiapkan media tanam dengan berbahan talang air yang ditempatkan pada tingkat kedua dari kolam yang diisi batang pakis dan bibit tanaman mentimun (komoditas utama).

4. Dibuat rak tanaman beserta dudukan rak yang terbuat dari kayu 5. Dibuat tempat berdirinya tangki bioball

6. Dipasang aerator pada bak beton yang dijadikan sebagai wadah pemeliharaan ikan.

7. Dipasang pipa PVC dan pipa keni L, ukurannya disesuaikan dengan luas area yang digunakan, dalam sistem akuaponik ini pipa yang digunakan sebanyak 3 buah dengan panjang masing-masing 2-4 m.

8. Disambung pipa sirkulasi air, yang terdiri dari tiga bagian :

– Pipa yang tersambung di atas tanaman, yang merupakan pipa yang berisi air hisapan dari kolam,

– Pipa di bawah kolam filterisasi, merupakan pipa yang berisi air dari fase rembesan penyiraman tanaman ke tangki bioball,

– Pipa diatas dan dibawah tangki bioball, terdiri dari pipa inlet berisi air yang bersumber dari kolam filterisasi yang telah tersaring secara sistem grafitasi menuju tangki bioball dan pipa outlet bertujuan untuk menyalurkan air kembali ke kolam setelah terjadi dua kali sistem penyaringan dari tanaman kangkung dan tangki bioball.

(36)

10.Dilakukan penebaran ikan dengan berat bobot benih yang seragam, pada penelitian ini umur benih 6-7 bulan dengan bobot 30-150 gram.

11.Dilakukan penebaran benih sebanyak 50 ekor dengan lebar kolam 3 m X 3 m X 1,1 m.

Parameter

Parameter yang diamati : 1. Koefisien Keseragaman

Keseragaman irigasi tetes dapat dikatakan seragam atau layak apabila nilai Cu lebih besar dari 90 % (>90%). Nilai Cu yang rendah dapat dijadikan indikator kehilangan air melalui perkolasi sangat tinggi (Sapei, 2003).

Penggunaan keran penuh dan setengah penuh, ini dimaksudkan untuk sistem irigasi pada penelitian ini mencapai sesuai dengan standart irigasi yang ditolerir yaitu 90 %. Pada keran setengah, keran diputar setengah sehingga aliran air yang tersalurkan melalui pipa menjadi lebih kecil. Pada keran penuh, keran dibuka penuh sehingga aliran air yang melalui pipa sangat cepat dan akan menyebabkan terjadinya limpahan air pada media tanam, dan pada akhirnya tanaman pada penelitian ini tidak begitu menginginkan air yang berlebih.

Adapun cara menghitung koefisien keseragaman pada penelitian ini dengan rumus persamaan 1, dan pengambilan data sebagai berikut:

(37)

- Cara menentukan keran penuh dengan setengah penuh, dilakukan dengan cara memutar keran sampai pompa tidak hidup mati (konstan) aliran airnya dan dilakukan pengambilan data koefisien keseragaman.

2. Kualitas Air

Adapun parameter yang diamati pada kualitas air ini adalah suhu, oksigen terlarut (DO), amonia (NH3) dan pH (derajat keasaman). Dimana pengukuran suhu dilakukan setiap hari dalam tiga bulan berturut-turut, sedangkan parameter pH, DO dan NH3 dilakukan seminggu sekali dalam tiga bulan berturut-turut.

Pada pengukuran DO, NH3 dan pH pengukuran dilakukan dengan cara penyerahan sampel tersebut ke laboratoriun, pada pengukuran DO metode Spektrometrik dapat dipergunakan untuk mendapatkan hasil yang dibutuhkan. 3. Pertumbuhan panjang dan bobot (ikan dan tanaman),

Adapun cara menghitung panjang, dan bobot badan ikan adalah sebagai berikut:

- Cara mengukur panjang total benih, dilakukan dengan mengukur jarak antara ujung mulut sampai dengan ujung sirip ekor menggunakan jangka sorong atau penggaris yang dinyatakan dalam satuan centimeter atau milimeter.

(38)

- Cara mengukur panjang kepala, dilakukan dengan mengukur jarak antara ujung mulut sampai dengan ujung tutup insang yang dinyatakan dalam satuan centimeter.

- Cara mengukur tinggi badan ikan, dilakukan dengan mengukur garis tegak lurus dari dasar perut sampai ke punggung dengan menggunakan mistar atau jangka sorong yang dinyatakan dalam satuan centimeter.

- Cara mengukur bobot badan ikan, dilakukan dengan menimbang ikan per individu yang dinyatakan dalam gram.

Adapun cara mengukur panjang dan bobot tanaman adalah sebagai berikut :

- Cara mengukur tinggi tanaman dilakukan dengan mengukur dari bagian batang yang paling bawah yang berada diatas permukaan batang pakis, pengukuran dilakukan dengan menggunakan meteran, pengukuran ini dilakukan seminggu sekali.

- Cara menimbang bobot tanaman dilakukan dengan ditimbang buah mentimun yang di produksi oleh tanaman, bobot buah mentimun ditimbang setelah di panen setiap periodenya yang mana sebelumnya dicuci terlebih dahulu. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan timbangandigital.

4. Analisis Ekonomi

(39)
[image:39.595.107.497.171.250.2]

1. Koefisien keseragaman ( ) Tabel 3. Keran Setengah penuh

Nilai koefisien keseragaman untuk keran setengah penuh dan keran penuh dapat dilihat pada tabel 3 dan tabel 4. Dari tabel 3 menunjukkan nilai rata-rata koefisien keseragaman 87,28 %. Nilai ini masih belum mencapai standart koefisien keseragaman 90 %. Hal ini disebabkan air yang disalurkan ke setiap tanaman memiliki debit air yang berbeda atau tidak seragam, karena lubang tidak seragam akibat pengerjaannya dilakukan secara manual, adapun debit yang dihasilkan pada keran setengah penuh adalah 10,51 liter/menit.

Tabel 4. Keran Penuh

Dari tabel 4 memperoleh nilai rata-rata koefisien keseragaman 84,41 %. Nilai ini masih dibawah standart koefisien keseragaman dan lebih rendah lagi dibandingkan dengan keran setengah penuh. Debit yang dihasilkan pada keran penuh mencapai 18,07 liter/menit. Adapun nilai volume air yang tertampung dari setiap wadahnya dapat dilihat pada lampiran (5, 6, 7).

No Ulangan Koefisien Keseragaman (%)

1 I 84.26

2 II 87.58

3

Rata-rata

III 90.01

87.28

No Ulangan Koefisien Keseragaman (%)

1 I 82.69

2 II 84.04

3 Rata-rata

III 86.51

[image:39.595.105.493.474.558.2]
(40)

Keran setengah penuh lebih besar nilai koefisien keseragaman irigasinya dibandingkan dengan keran penuh. Ini dikarenakan pada keran setengah penuh, aliran air dari setiap lubang pengeluaran lebih kecil dibandingkan dengan keran penuh. Pada keran penuh, dengan debit yang lebih besar, namun dengan diameter lubang yang sama maka kecepatan pancaran air pada keran penuh akan lebih besar sesuai dengan rumus Q = V x A sehingga air yang tertampung dimedia tampung sangat berbeda-beda besarnya atau volumenya. Hal ini yang menyebabkan koefisien keseragaman air irigasi pada keran penuh lebih rendah. 2. Kualitas air

Proses penyaringan air secara biologis dapat mempertahankan kualitas air seperti sedia kala. Pada penelitian ini penyaringan secara biologis dengan menggunakan tanaman mentimun (Cucumis sativus L) dan tanaman kangkung (Ipomoea reptans) serta menggunakan tangki bioball diharapkan kualitas air tetap terjaga. Kualitas air termasuk sangat penting dalam proses pembudidayaan ikan serta irigasi untuk tanaman.

DO (oksigen terlarut)

[image:40.595.109.507.606.711.2]

Hasil penelitian memperoleh nilai DO selama 3 bulan berturut-turut tertera pada tabel 5:

Tabel 5. Data DO

Bulan Minggu (mg/l)

I II III IV

Juni 2,65 1,70

Juli 1,55 5,7 5,9 6,1

Agustus 6,3 6,3 6,41 6,41

(41)

Hasil yang diperoleh dalam kurun waktu tiga bulan (Juni-September) setiap minggunya rata-rata 6 ppm (mg/l). Adapun batas ambang dari parameter DO yang diperbolehkan dalam budidaya sistem akuaponik ini adalah minimum 4 ppm (mg/l).DO yang diperoleh menunjukan bahwa penyaringan air dengan tanaman mentimun berbasis teknologi akuaponik cukup baik untuk budidaya ikan gurami. Sesuai dengan pernyataan Sapto Ciptanto (2010), proses fotosintesis tumbuhan berklorofil dengan energi sinar matahari akan menghasilkan oksigen. Hal ini membantu meningkatkan DO yang digunakan ikan dan plankton untuk bernafas.

Derajat Kemasaman (pH)

[image:41.595.109.506.437.547.2]

Hasil penelitian memperoleh nilai derajat keasaman selama 3 bulan berturut-turut tertera pada tabel 6:

Tabel 6. Data pH

Dari data pH yang didapat tiap minggu dalam 3 bulan berturut-turut menunjukkan rata-rata 7, karena pada budidaya ikan dan sayuran sistem akuaponik ini pH yang diharapkan berkisar 6-8 derajat. pH yang diperoleh menunjukan bahwa penyaringan air dengan tanaman mentimun berbasis teknologi akuaponik cukup baik untuk budidaya ikan gurami. Sesuai dengan pernyataan Sapto Ciptanto (2010), derajat keasaman dipengaruhi oleh aktivitas ikan dan organisme lain, yaitu pernapasan (respirasi). Respirasi menghasilkan CO2 yang

Bulan Minggu

I II III IV

Juni 7,5 7,4

Juli 7,3 7,5 7 7

Agustus 7 7 7,1 7,1

(42)

mengakibatkan pH menurun. Pada malam hari pH air cenderung lebih rendah dari pada siang hari, syarat lain yang penting adalah fluktuasi atau perbedaan pH pagi dan siang tidak lebih dari 1.

NH3 (Amonia)

Hasil penelitian memperoleh nilai NH3 selama 3 bulan berturut-turut tertera pada tabel 7:

Tabel 7. Data NH3 (Amonia)

Dari tabel 7, kadar amonia selama 3 bulan berturut-turut dapat dilihat bahwa nilai tertinggi 0,23 mg/l sedangkan nilai rata-ratanya 0,20 mg/l.NH3 yang diperoleh menunjukan bahwa penyaringan air dengan tanaman mentimun berbasis teknologi akuaponik cukup baik untuk budidaya ikan gurami. Sesuai dengan pernyataan Sapto Ciptanto (2010), yang menyatakan bahwa standart NH3 (amonia) dalam kualitas air yang baik pada budidaya ikan gurami minimum 0,08 mg/l dan maksimal 0,60 mg/l.

Suhu

Dari hasil yang didapat dalam penelitian ini adalah rata-rata 27 0C.Suhu yang ditolerir pada pertumbuhan ikan gurami berkisar antara 24 0C -28 0C Harsono Puspowardoyo (1992). Suhu yang diperoleh menunjukan bahwa penyaringan air dengan tanaman mentimun berbasis teknologi akuaponik cukup baik untuk budidaya ikan gurami.Besarnya suhudiperoleh dalam penelitian ini

Bulan Minggu (mg/l)

I II III IV

Juni 0,15 0,19

Juli 0,20 0,14 0,10 0,23

Agustus 0,20 0,14 0,14 0,14

(43)

yang berlangsung selama tiga bulan berturut-turut data lebih rinci dapat dilihatpada Lampiran (8, 9, 10 dan 11).

3. Pertumbuhan panjang dan bobot tanaman

Pada pertumbuhan panjang dan bobot tanaman mentimun mempunyai tinggi rata-rata 200 cm, dengan berat buah selama 40 hari lama pertumbuhan tanaman mentimun adalah 10 kg/18 tanaman (lampiran 28 sampai dengan 34). Ini menunjukkan hasil yang kurang sesuai dengan syarat budidaya untuk pertumbuhan panjang dan bobot tanaman mentimun. Dengan sistem akuaponik tanaman mentimun memberikan hasil panen buah yang kurang baik akan tetapi tinggi tanaman mentimun tumbuh secara maksimal, karena penggunaan plastik UV energi matahari berkurang sehingga proses fotosintesis tanaman tidak maksimal, dan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak optimal. Sementara proses fotosintesis tumbuhan berklorofil akan menghasilkan oksigen.

Penggunaan air yang didalamnya terkandung kotoran ikan (amonia) untuk pertumbuhan mentimun sebagai pupuk alami pengganti pupuk urea. Dilihat dari sisi talangnya juga tidak terjadi kerusakan, hal ini dikarenakan akar tanaman mentimun tidak begitu kuat dan keras. Sesuai dengan Nugroho dan Sutrisno (2008), yang menyatakan tanaman dengan akar yang tidak terlalu kuat merupakan salah satu syarat untuk dipelihara dalam sistem akuaponik dengan menggunakan sistem filter yang sederhana.

4. Pertumbuhan panjang dan bobot ikan

(44)

bobotikan dan pertambahan panjang ikan. Bibit ikan yang ditebar berumur 7-11 bulan, dan lama pertumbuhan 3-4 bulan dengan bobot 150-200 gram dan panjang 15- 27 cm. Dari data yang diperoleh rata-rata panjang dan berat ikan gurami pada bulan Juni 2012 masing-masing berkisar 16,5 cm dan 122 gr tiap individunya (Lampiran 14).

Rata-rata yang diperoleh pada bulan Juli 2012 panjang dan berat ikan gurami masing-masing berkisar 19,26 cm dan 126,85 gr (Lampiran 16), sedangkan pada data yang diperoleh pada bulan Agustus 2012 panjang dan berat ikan gurami masing-masing berkisar 23,57 cm dan 137,03 gr (Lampiran 21), dan pada bulan September 2012 diperoleh 27,22 cm dan 147,54 gr (Lampiran 25). Hal ini sesuai dengan pernyataan Bachtiar (2010) menyatakan pertumbuhan panjang dan bobot ikan gurami pada ukuran telapak tangan antara lain 15-27 cm dan 150-200 gram.

5. Analisis ekonomi

Dari analisis ekonomi yang dilakukan pada Lampiran 12, diperoleh biaya untuk memproduksi ikan dan tanaman mentimun sebesar Rp. 85,035/kg, artinya untuk memproduksi ikan dan tanaman mentimun sebanyak 1 kg dibutuhkan biaya sebesar Rp.85,035.

Break Even Point

(45)
(46)

Kesimpulan

1. Rata-rata nilai koefisien keseragaman air pada keran setengah penuh dan keran penuh diperoleh 87,28 % dan 84,41 %.

2. Debit yang dihasilkan pada keran setengah penuh dan keran penuh masing-masing adalah 10,51 liter/menit dan 18,07 liter/menit.

3. Rata-rata pH, DO, NH3 dan suhu yang efektif pada bulan Juli-september 2012 berturut-turut adalah 7, 6 mg/l, 0,20 mg/l, dan 270 C. Data tersebut sesuai untuk kualitas air dalan proses budidaya ikan gurami

4. Dengan padat tebar ikan gurami 50 ekor/m2 tercapai berat 147,54 gr-150 gr per ekor dari berat awal 80-110 gr/ekor dalam waktu 3 bulan.

Saran

1. Pada pengambilan data koefisien keseragaman sebaiknya air yang keluar dari lubang pada pipa tertampung dengan baik agar mendapatkan nilai koefisien keseragaman yang sesuai dengan standart yaitu 90 %.

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Chand, S dkk., 2001. Irrigation Engineering. Ram Nagar, New Delhi Ciptanto, S., 2010. Top 10 Ikan Air Tawar. Lily Publisher. Yogyakarta

Damastuti, A. P. 1996. Pertanian Sistem Vertikultur. Wacana. Bank Indonesia. Jakarta.

Darun. 2002. Ekonomi Teknik. Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian USU. Medan.

Dumairy, 1992. Ekonomika Sumberdaya Air. BPFE, Yogyakarta.

Eko, Widiyanto., 1991. Bercocok Tanam Kangkung Darat. Sinar Tani, Jakarta.

Hansen, V.E., O.W. Israelsen dan G.E Stringham, 1992. Dasar-dasar dan Praktek Irigasi. Penerjemah Endang P. Tachyan. Erlangga, Jakarta.

Heliyani., 1992. Pedoman praktis bercocok tanam (ketimun, waluh, dan bligu). Mahkota, Jakarta.

Imdad, H.P., dan Nawangsih, A.A., 2001. Sayuran jepang. Penebar Swadaya, Jakarta.

Jammes, G.L., 1988. Principles of Farm Irrigation System Design. Krieger Pub, New York.

Kartasapoetra. A. G dan Mulyani., 1990. Teknologi Pengairan Pertanian (Irigasi). Bumi Aksara, Jakarta.

Landau, Matthew., 1992. Introduction to Aquaculture. Wiley Pub, New York. Najiati, S dan Danarti., 1989. Petunjuk Mengairi dan Menyiram Tanaman.

Penebar Swadaya, Jakarta.

Nugroho, E dan Sutrisno., 2008. Budidaya Ikan dan Sayuran dengan sistem Akuaponik. Penebar Swadaya, Jakarta.

Pinus, L., 2009. Hidroponik, Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Penebar Swadaya, Jakarta.

Puspowardoyo, Harsono dan Djarijah. S.A., 1992. Membudidayakan Gurami Secara Intensif. Kanisius, Yogyakarta.

(48)

Rukmana, Rahmat., 2005. Ikan Gurami Pembenihan dan Pembesaran. Penerbit kanisius, Yogyakarta.

Rukmana, Rahmat.,1994. Budidaya Mentimun. Kanisius, Yogyakarta.

Santoso, Budi dan Respati. H., 1993. Petunjuk Praktis Budidaya Ikan Gurami. Kanisius, Yogyakarta.

Sapei, A., 2003. Uniformity dan Efisiensi Irigasi Sprinkler dan Drip. Aplikasi Teknologi irigasi Sprinkler dan Drip. CREATA-IPB, Bogor.

Sumarna, H. S., 2011. Panduan Sukses Bertanam Sayuran Organik. Abata Press, Klaten.

Sumpena, Uun., 2007. Budidaya mentimun intensif dengan mulsa/ secara tumpang gilir. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sutiyoso, Y., 2003. Meramu Pupuk Hidroponik: Tanaman Sayur, Tanaman Buah, Tanaman Bunga. Penebar Swadaya, Jakarta.

Tim Karya Tani,.2010. Pedoman Budi Daya Secara Hidroponik. Nuansa Aulia, Bandung.

Tim Redaksi Agromedia Pustaka., 2002. Budidaya Gurami. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Waldiyono., 2008. Ekonomi Teknik (Konsep, Teori dan Aplikasi). Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

(49)
(50)

Lampiran 2. Ulangan I. Koefisien keseragaman (Keran setengah)

Lampiran 3. Ulangan II. Koefisien keseragaman (Keran setengah)

Wadah Volume(ml) Nilai Mutlak Koef.Keseragaman (%)

1 1710 289.27 84.26

2 2375 375.72

3 2097 97.72

4 1453 546.27

5 2010 10.72

6 2543 543.72

7 1725 274.27

8 2147 147.72

9 2452 452.72

10 2235 235.72

11 2294 294.72

12 2198 198.72

13 1153 846.27

14 2120 120.72

15 1559 440.27

16 1653 346.27

17 1910 89.27

18 2353 353.72

Total 35987 5663.88

Rata-rata 1999.27

Wadah Volume(ml) Nilai Mutlak Koef.Keseragaman (%)

1 2452 224.55 87.58

2 2857 180.44

3 3260 583.44

4 2154 522.55

5 2860 183.44

6 3257 580.44

7 2651 25.55

8 2675 15.55

9 3310 633.44

10 2958 281.44

11 2854 177.44

12 1810 866.55

13 2648 28.55

14 2658 18.55

15 2652 24.55

16 2754 77.44

17 2970 293.44

18 1398 1278.55

Total 48178 5982

(51)

Lampiran 4. Ulangan III. Koefisien keseragaman (Keran setengah)

Lampiran 5. Ulangan I. Koefisien keseragaman (Keran penuh)

Wadah Volume (ml) Nilai Mutlak Koef.Keseragaman (%)

1 2517 249.72 90.01

2 2290 22.72

3 2485 217.72

4 1893 374.27

5 2435 167.72

6 2328 60.72

7 1967 300.27

8 2265 22.77

9 2243 24.27

10 2360 92.72

11 2520 252.72

12 2248 19.27

13 1847 420.27

14 2714 446.72

15 2128 139.27

16 1527 740.27

17 2249 18.27

18 2795 527.72

Total 40811 4077

Rata-rata 2267.27

Wadah Volume (ml) Nilai Mutlak Koef.Keseragaman (%)

1 3010 352.66 82.69

2 3150 212.66

3 3250 112.66

4 3560 197.33

5 3470 107.33

6 3780 417.33

7 3280 82.66

8 3253 109.66

9 3380 17.33

10 3835 472.33

11 3620 257.33

12 3830 467.33

13 2730 632.66

14 2810 552.66

15 2800 562.66

16 3840 477.33

17 3550 187.33

18 3380 17.33

Total 60528 5236.66

(52)

Lampiran 6. Ulangan II. Koefisien keseragaman (Keran penuh)

Wadah Volume (ml) Nilai Mutlak Koef. Keseragaman (%)

1 2950 412.66 84.04

2 2578 784.66

3 2453 909.66

4 3270 92.66

5 3258 104.66

6 3280 82.66

7 3635 272.33

8 3820 457.33

9 3436 73.33

10 4012 649.33

11 3612 249.33

12 3538 175.33

13 2250 1112.66

14 2410 952.66

15 2310 1052.66

16 3017 345.66

17 2923 439.66

18 3110 252.66

Total 52762 8420

Rata-rata 2931.22

Lampiran 7. Ulangan III. Koefisien keseragaman (Keran penuh)

Wadah Volume (ml) Nilai Mutlak Koef.Keseragaman (%)

1 3450 87.33 86.51

2 3380 17.33

3 2380 982.66

4 3350 12.66

5 1835 1527.66

6 3150 212.66

7 3150 212.66

8 3150 212.66

9 3864 501.33

10 3420 57.33

11 3650 287.33

12 1750 1612.66

13 2680 682.66

14 3180 182.66

15 3625 262.33

16 3710 347.33

17 3112 250.66

18 3510 147.33

Total 56346 7597.33

(53)

Lampiran 8. Data suhu pada bulan Juni 2012 Tanggal Suhu (0C)

18 27

19 27

20 26

21 27

22 27

23 26

24 27

25 27

26 27

27 27

28 27

29 27

30 27

Lampiran 9. Data suhu pada bulan Juli 2012 Tanggal Suhu (0C)

1 27

2 27

3 26

4 27

5 27

6 26

7 27

8 27

9 27

10 27

11 27

12 27

13 27

14 27

15 27

16 26

17 27

18 27

19 26

20 27

21 27

22 27

23 27

24 27

25 27

26 27

27 27

28 27

29 27

30 27

(54)

Lampiran 10. Data suhu pada bulan Agustus 2012 Tanggal Suhu (0C)

1 27

2 27

3 26

4 27

5 27

6 26

7 27

8 27

9 27

10 27

11 27

12 27

13 27

14 27

15 27

16 26

17 27

18 27

19 26

20 27

21 27

22 27

23 27

24 27

25 27

26 27

27 27

28 27

29 27

30 27

31 27

Lampiran11. Data suhu pada bulan September 2012 Tanggal Suhu (0C)

1 27

2 27

3 26

4 27

5 27

6 26

7 27

8 27

9 27

10 27

11 27

12 27

13 27

14 27

15 27

16 26

17 27

(55)

Lampiran 12. Analisis ekonomi

Pengukuran biaya produksi dilakukan dengan cara menjumlahkan biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya pokok).

Biaya pokok = BTT C x

BT

  

+

dimana:

BT = total biaya tetap (Rp/tahun) BTT = total biaya tidak tetap (Rp/jam) x = total jam kerja per tahun (jam/tahun) C = kapasitas alat (jam/satuan produksi) I. Unsur Produksi

1 Biaya pembuatan alat (P) = Rp. 5.200.000 2 Umur ekonomi (n) = 5 tahun 3 Nilai akhir alat (S) = Rp. 520.000 4 Jam kerja operator = 2 jam/hari 5 Jam kerja bangunan = 24 jam/hari 6 Produksi/hari = 0,332 kg/hari 7 Biaya operator = Rp. 10.000/hari 8 Biaya listrik = Rp 56,11/jam 9 Biaya pakan = Rp 0,62/jam 10 Biaya perbaikan = Rp. 7,82/jam 11 Bunga modal dan asuransi = Rp. 468.000/tahun 12 Biaya sewa tanah = Rp.52.000/tahun

13 Pajak = Rp. 104.000/tahun

14 Jam kerja alat per tahun = 7176 jam/tahun (asumsi 299 hari efektif berdasarkan tahun 2012)

(56)

II. Perhitungan Biaya Produksi a. Biaya Tetap (BT)

Biaya penyusutan

(

)

n S P D= −

dimana:

D = biaya penyusutan (Rp/tahun)

P = nilai awal (harga beli/pembuatan alsin) (Rp) S = nilai akhir alsin (10% dari P) (Rp)

n = umur ekonomi (tahun)

(

)

5 000 . 520 000 . 200 . 5 − = D

D = Rp. 936.000/tahun Bunga modal dan asuransi

Bunga modal pada bulan Juni sebesar 15% dan asuransi sebesar 2% Bunga modal dan asuransi

( )(

)

n n P i I 2 1 + = =

(

)(

)

5 2 1 5 000 . 200 . 5 % 15 × +

= Rp. 468.000/tahun Biaya sewa tanah

= 1% . P

(57)

Pajak

= 2% . P

= 2% × Rp. 5.200.000 = Rp. 104.000/tahun Total biaya tetap (BT)

= Rp. 936.000 + Rp. 468.000 + Rp. 52.000 + Rp. 104.000 = Rp. 1.560.000/tahun

b.Biaya Tidak Tetap (BTT) Biaya perbaikan (reparasi)

=

(

)

x S P− % 2 , 1 =

(

)

jam Rp Rp 7176 000 . 520 . 000 . 200 . 5 . % 2 , 1 −

= Rp.7,82/ jam Biaya operator

= Rp. 5000/jam Biaya listrik

pompa submersible pompa air

pompa submersibel (43 watt) = 0,043 kwh

pompa air (125 watt) = 0,125 kwh

0,043 kwh x Rp 334 x 24 jam 0,125 kwh x Rp 334 x 1 jam

Rp 344,6 jam Rp 41,75 jam

Biaya Listrik = 168 watt = 0,168 kwh

(58)

Biaya pakan

= 0,222 kg/3 bulan

= 0,00010 kg/jam x Rp 6.000 = Rp 0,62/jam

Total biaya tidak tetap

= Rp. 7,82/jam + Rp. 5000/jam + Rp 56,11/jam + Rp 0,62/jam = Rp. 5064,5/jam

c.Biaya Produksi Biaya pokok

= BTT C

x BT ×       +

kapasitas = 71,43 jam/kg = 0,014 kg/jam

= Rp jam kg jam

tahun jam tahun Rp / 014 , 0 / 5 , 5064 . / 7176 / 000 . 560 . 1 . ×       +

=

(

Rp.217,39/ jam+Rp.5064,5/ jam

)

×0,014kg/ jam =

(

Rp.5281,9/ jam×0,014kg/ jam

)

= Rp 73,946/kg

Lampiran 13. Break even point

(59)

Biaya tetap (F) = Rp. 1.560.000/tahun

Biaya tidak tetap (V) = Rp. 5064,5/jam x 0,014 kg (1 jam = 0,014 kg) = Rp. 70,90/kg

Penerimaan dari tiap kg produksi:

=

{

(

)

} (

)

KA

BTT BT

BTT

BT + + +

× % 15 =

{

(

)

} (

)

kg jam jam jam Rp jam Rp jam Rp / 43 , 71 / 5 , 5064 / 39 , 217 . / 5 , 5064 . / 39 , 217 . %

15 + + +

=

(

) (

)

kg jam jam Rp jam Rp / 43 , 71 8 , 5281 . / 8 , 5281 . %

15 × +

= kg jam jam Rp / 43 , 71 / 07 , 6074 .

= Rp85,035/kg

Bangunan akan mencapai break even point jika alat telah menghasilkan ikan dan tanaman sebanyak:

) (R V

F N

− =

(

Rp kg Rp kg

)

tahun Rp N / 90 , 70 . / 035 , 85 . / 000 . 560 . 1 . − = kg tahun Rp N / 135 , 14 / 000 . 560 . 1 = tahun kg

(60)

Pertumbuhan Panjang dan Bobot (Ikan) Lampiran 14. 19 Juni 2012

Lampiran 15. 26 Juni 2012 No Huruf

Panjang Total (cm) Panjang Standart (cm) Tinggi (cm) Bobot (gr)

1 1 16.8 12.5 8.3 122

2 2 15.3 11.5 7.3 81

3 3 16.2 12.1 92 155.8

4 4 17.1 12.2 8 115.5

5 5 15 10 7 110

6 6(Hijau) 16.2 12.4 7.2 116

7 7 21 12.5 94 160.8

8 8 19 12 8 160

9 9(Emas) 15.4 11.2 73 86

10 10 16.7 12.6 8 120.2

Total 168.7 119 79.7 1227.3

Rata-rata 16.87 11.9 7.97 122.73

Lampiran 16. 3 Juli 2012 No Huruf

Panjang Total (cm) Panjang Standart (cm) Tinggi (cm) Bobot (gr)

1 1 17.2 13.4 8.9 22.5

2 2 15.8 12.3 7.6 81.3

3 3 16.9 12.9 10 156.2

4 4 17.8 12.8 8.5 116.4

5 5 15.5 10.9 7.3 110.5

6 6(Hijau) 16.9 12.8 7.8 116.8

7 7 21.8 13.2 9.6 161

8 8 19.5 12.8 8.7 160.8

9 9(Emas) 15.8 11.9 7.6 86.7

10 10 17.3 13.5 8.9 120.9

Total 174.5 126.5 84.9 1233.1

Rata-rata 17.45 12.65 8.49 123.31

No Huruf

Panjang Total (cm) Panjang Standart (cm) Tinggi (cm) Bobot (gr)

1 1 16 12 8 120

2 2 15 11 7 80

3 3 16 12 9 155

4 4 17 12 8 115

5 5 15 10 7 110

6 6(Hijau) 16 12 7 115

7 7 20 12 9 160

8 8 19 12 8 160

9 9 (Emas) 15 11 7 85

10 10 16 12 8 120

Total 165 116 78 1220

(61)

Lampiran 17. 10 Juli 2012 No Huruf

Panjang Total (cm) Panjang Standart (cm) Tinggi (cm) Bobot (gr)

1 1 17.6 13.9 9 123

2 2 16.2 12.6 7.8 81.9

3 3 17.5 13.2 10.4 156.8

4 4 18.3 13 8.8 116.9

5 5 16.2 11.1 7.7 111

6 6(Hijau) 17.3 13.1 7.8 117.1

7 7 22.1 13.7 10 161.9

8 8 19.8 13.2 8.9 161.2

9 9(Emas) 16.2 12.2 7.9 87.2

10 10 17.5 13.9 9.2 121.5

Total 178.7 129.9 88.3 1238.5

Rata-rata 17.87 12.99 8.83 123.85

Lampiran 18. 17 Juli 2012 No Huruf

Panjang Total (cm) Panjang Standart (cm) Tinggi (cm) Bobot (gr)

1 1 18.1 14.1 9.3 124.6

2 2 16.9 12.9 8.2 82.9

3 3 17.9 13.6 10.7 157.2

4 4 18.8 13.4 9.2 117.2

5 5 16.5 11.5 8.1 112.1

6 6(Hijau) 17.7 13.4 8.1 118.4

7 7 22.5 14.1 10.4 163.7

8 8 20.1 13.5 9 163

9 9(Emas) 16.5 12.7 8.1 88.3

10 10 17.7 14.2 9.5 122.1

Total 182.7 133.4 90.6 1249.5

Rata-rata 18.27 13.34 9.12 124.95

Lampiran 19. 24 Juli 2012 No Huruf

Panjang Total (cm) Panjang Standart (cm) Tinggi (cm) Bobot (gr)

1 1 18.4 14.3 9.6 125.8

2 2 17.2 13.1 8.5 83.8

3 3 18.2 14 11 158

4 4 19 14.2 9.5 118.1

5 5 16.8 11.7 8.4 112.8

6 6(Hijau) 18 13.6 8.6 119.2

7 7 22.9 14.4 10.6 164.2

8 8 20.6 13.8 9.3 164

9 9(Emas) 16.9 13 8.6 89.2

10 10 18 14.9 9.8 123

Total 186 137 93.9 1258.1

(62)

Lampiran 20. 31 Juli 2012 No Huruf

Panjang Total (cm) Panjang Standart (cm) Tinggi (cm) Bobot (gr)

1 1 19.3 14.8 10.3 126.3

2 2 17.9 13.9 9.2 84.9

3 3 19.2 15.4 11.5 159

4 4 19.5 15.2 10.1 119.2

5 5 17.4 12.5 8.9 113.6

6 6(Hijau) 18.5 14.6 8.9 120

7 7 23.6 14.9 11 165.7

8 8 21.3 14.3 10 164.9

9 9(Emas) 17.3 13.7 9.2 90.4

10 10 18.6 15.5 10.3 124.5

Total 192.6 144.8 99.4 1268.5

Rata-rata 19.26 14.48 9.94 126.85

Lampiran 21. 7 agustus 2012 No Huruf

Panjang Total (cm) Panjang Standart (cm) Tinggi (cm) Bobot (gr)

1 1 21.4 16.3 11.2 128

2 2 19.2 15.2 9.6 85.8

3 3 20 16 11.9 160.7

4 4 20.5 16.5 10.5 120.4

5 5 18.1 13.7 9.2 114

6 6(Hijau) 19 15.1 9.2 121.3

7 7 24.3 16.7 11.2 166.9

8 8 21.9 15.6 10.4 166.5

9 9(Emas) 18.6 14 9.4 91

10 10 19.7 16.3 10.5 125.3

Total 202.7 155.4 103.1 1279.9

Rata-rata 20.27 15.54 10.31 127.99

Lampiran 22. 14 Agustus 2012 No Huruf

Panjang total (cm) Panjang Standart (cm) Tinggi (cm) Bobot (gr)

1 1 22.9 17.2 11.5 130.2

2 2 21.7 16.7 10.1 87.2

3 3 22.4 17.3 12.2 170.1

4 4 21.9 20.3 11.1 130

5 5 20.1 17.4 10.4 119.9

6 6(Hijau) 20.6 16.2 10.4 129.5

7 7 25 17.6 11.9 170.4

8 8 22.1 16.8 11 169.1

9 9(Emas) 19.8 15.3 10.8 92.9

10 10 21.8 17.1 11.6 126

Total 218.3 171.9 111 1325.3

(63)

Lampiran 23. 21 Agustus 2012 No Huruf

Panjang Total (cm) Panjang Standart (cm) Tinggi (cm) Bobot (gr)

1 1 24.1 18.4 12 134

2 2 23 19.2 10.9 89.6

3 3 23.2 18.9 12.8 172.5

4 4 23.5 21 11.7 133.6

5 5 21.7 18.3 10.9 120.2

6 6(Hijau) 21.4 17.8 11 130.5

7 7 25.9 21.9 12.1 171.8

8 8 23.3 17.2 11.9 170.3

9 9(Emas) 21.5 17.4 11.2 96.4

10 10 22.2 19.1 12.4 127.2

Total 229.8 189.2 116.9 1346.1

Rata-rata 22.98 18.92 11.69 134.61

Lampiran 24. 28 Agustus 2012 No Huruf

Panjang Total (cm) Panjang Standart (cm) Tinggi (cm) Bobot (gr)

1 1 24.9 20.6 13.2 135.3

2 2 23.7 20.9 11.5 90.5

3 3 23.9 19.4 13.7 173.6

4 4 24 22.3 12.3 134.5

5 5 22.1 19.5 11 124.4

6 6(Hijau) 21.9 18.3 11.9 131.9

7 7 26.2 23 12.8 176.9

8 8 23.8 19.1 12.4 178.4

9 9(Emas) 21.9 18.2 12.2 97.6

10 10 23.3 20 13.4 127.2

Total 235.7 201.3 124.4 1370.3

Rata-rata 23.57 20.13 12.44 137.03

Lampiran 25. 4 September 2012 No Huruf

Panjang Total (cm) Panjang Standart (cm) Tinggi (cm) Bobot (gr)

1 1 25.5 22.1 14.5 136.9

2 2 24.6 21.8 12.3 91.6

3 3 25.1 20.9 14.6 174.9

4 4 24.9 23.2 13.2 135.8

5 5 23.2 20.7 12.1 126.4

6 6(Hijau) 22.7 19.3 12.7 133.5

7 7 27.1 24.6 13 178.5

8 8 24.8 20 13.5 179.8

9 9(Emas) 22.4 19.5 13.1 99.4

10 10 24.3 21.3 14.4 129.3

Total 244.6 213.4 133.4 1386.1

(64)

Lampiran 26. 11 September 2012 No Huruf

Panjang Total (cm)

Panjang Standart (cm)

Tinggi (cm)

Bobot (gr)

1 1 26 23.3 15 138.7

2 2 25.8 22.5 13.6 94.9

3 3 27.4 21.6 15.7 177.5

4 4 26.3 24.3 14.2 138.5

5 5 24.3 21.4 13.4 128.9

6 6(Hijau) 23.6 20 13.5 135.8

7 7 28 25.7 14.1 181.6

8 8 25.2 20.9 14.6 180.8

9 9(Emas) 23.5 20.8 14.2 100.9

10 10 25 22.3 15.7 135.9

Total 255.1 222.8 144 1413.5

Rata-rata 25.51 22.28 14.4 141.35

Lampiran 27. 19 September 2012 No Huruf

Panjang Total (cm)

Panjang Standart (cm)

Tinggi (cm)

Bobot (gr)

1 1 27.2 24.9 16.8 142.5

2 2 26.9 23.7 15.2 97.8

3 3 28.7 24.9 16.4 179.9

4 4 27.9 25 16.2 142.6

5 5 25.6 22.6 15.6 134.7

6 6(Hijau) 25.9 21.4 15.5 138.3

7 7 29.3 26.8 16.1 194.2

8 8 27.5 23.4 15.9 191.1

9 9(Emas) 25.3 22.9 16.9 110.8

10 10 27.9 24.6 16.3 143.5

Total 272.2 240.2 160.9 1475.4

(65)

Pertumbuhan Panjang dan Bobot (Tanaman) Lampiran 28. 17 Juli 2012

Tanaman

Panjang

Tanaman (cm) Tanaman

Panjang Tanaman (cm)

A1 15 a1 18

A2 15.5 a2 18.2

A3 23.4 a3 24

B1 24.3 b1 26.2

B2 17.8 b2 16.5

B3 22.8 b3 17.2

C1 29.7 c1 25.3

C2 19.6 c2 18.1

C3 21.3 c3 21.5

D1 24.1 d1 25.3

D2 19.7 d2 20.3

D3 23.7 d3 22.3

E1 21.8 e1 30.9

E2 21.2 e2 20.2

E3 20.1 e3 20.9

F1 16.5 f1 23.7

F2 18.6 f2 18.8

F3 18.7 f3 19.2

Total 373.8 Total 386.6

Rata-rata 20.76 Rata-rata 21.47 Lampiran 29. 24 Juli 2012

Tanaman

Panjang

Tanaman (cm) Tanaman

Panjang Tanaman (cm)

A1 31.8 a1 31.8

A2 39.9 a2 56.4

A3 59 a3 60.3

B1 53.6 b1 65.9

B2 53.2 b2 59.8

B3 61.9 b3 51.3

C1 73.2 c1 65.5

C2 59.5 c2 41.5

C3 57.4 c3 51.9

D1 61.2 d1 63.4

D2 51.3 d2 63.1

D3 64.3 d3 56.3

E1 56.3 e1 80.8

E2 59.3 e2 57.8

E3 54.3 e3 50.5

F1 45.5 f1 68.3

F2 57.3 f2 51.5

F3 46.2 f3 49.3

Total 985.2 Total 1025.4

(66)

Lampiran 30. 31 Juli 2012 Tanaman

Panjang

Tanaman (cm) Tanaman

Panjang Tanaman (cm)

A1 55.2 a1 59.8

A2 74.3 a2 98.5

A3 90.3 a3 92.2

B1 77.6 b1 100.5

B2 92.4 b2 101.3

B3 100.5 b3 84.2

C1 104.5 c1 99.2

C2 99.6 c2 70.5

C3 94.5 c3 83.2

D1 100.4 d1 97.8

D2 81.6 d2 100.3

D3 104.5 d3 88.2

E1 91.6 e1 121.8

E2 93.4 e2 92.3

E3 90.4 e3 80.2

F1 74.6 f1 105.4

F2 99.2 f2 91.3

F3 72.3 f3 80.5

Total 1596.9 Total 1647.2

Rata-rata 88.71 Rata-rata 91.51 Lampiran 31. 7 Agustus 2012

Tanaman

Panjang

Tanaman (cm) Tanaman

Panjang tanaman (cm)

A1

Gambar

Tabel. 1. Standart Kualitas Air Untuk Budi Daya Ikan Gurami
Tabel 3. Keran Setengah penuh
Tabel 5. Data DO
Tabel 6. Data pH

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi dan pengaruh nyata dari berbagai macam bahan organik dan waktu aplikasinya pada pengamatan

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dalam pengabdian kepada masyarakat yang akan saya angkat dalam penelitian ini adalah penerapan dan pengaplikasian metode

kajian yang kedua iaitu berkaitan dengan tahap kesediaan afektif pensyarah telah menunjukkan skor min bernilai 4.29 dengan peratusan 34%. Hasil daripada analisis

Fakulti Pendidikan, UKM @ Mei 2018 Abstrak: Kajian ini bertujuan mengkaji jenis-jenis penyerapan kemahiran bernilai tambah (KBT) dalam kalangan guru Bahasa Melayu sekolah

Responden lelaki tidak berminat untuk tinggal di institusi pondok, berbanding wanita yang menganggap tinggal di pondok sebagai salah satu alternatif pilihan

Berdasarkan pengujian-pengujian yang telah dilakukan terhadap hipotesa yang diajukan sebe- lumnya, menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1) Shared value (SV) terbukti

Aktivitas ekstrak protein pada EPK-CMC-G-Z- glutaraldehid lebih tinggi terhadap konsentrasi xantina dibandingkan dengan CMC-G-Z, hal ini disebabkan pada saat ekstrak

Penelitian pada ayam pedaging dilaporkan bahwa kadar abu tulang tibia cukup memadai digunakan sebagai kriteria dalam penetapan ketersediaan P pada bahan pakan ternak dengan