• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS V SD NEGERI 4 RUKTI HARJO LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS V SD NEGERI 4 RUKTI HARJO LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

MENGGUNAKAN METODE

ROLE PLAYING

PADA MATA

PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS V

SD NEGERI 4 RUKTI HARJO LAMPUNG TENGAH

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(Skripsi)

Oleh

VINDA MURYANINGRUM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

MENGGUNAKAN METODE

ROLE PLAYING

PADA MATA

PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS V

SD NEGERI 4 RUKTI HARJO LAMPUNG TENGAH

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

VINDA MURYANINGRUM

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas V SD N 4 Rukti Harjo

belum berlangsung seperti yang diharapkan. Salah satu penyebabnya adalah guru

belum menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dan jarang melibatkan

siswa secara langsung, pembelajaran terkesan berpusat pada guru

(teacher center).

Hal tersebut berperan kepada rendahnya aktivitas belajar dan hasil belajar siswa.

Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan

menggunakan metode

role playing.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas

(classroom action

research)

model siklus. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara

observasi dan tes hasil belajar. Kemudian, data dianalisis dengan menggunakan

analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode

role playing

dapat

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Peningkatan persentase aktivitas

siswa dapat dilihat dari siklus I 55,30

63,33%

80,1%

. Hasil rekapitulasi peningkatan

terhitung dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 7,92 % dan siklus II ke siklus

III sebesar 16,77%. Ketuntasan hasil belajar siswa meningkat setiap siklusnya,

siklus I ketuntasan siswa mencapai 50% berkatego

, siklus II 66,67%

dan siklus III

tinggi

terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II 16,67% dan siklus II ke siklus III

peningkatan sebesar 25%.

(3)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

MENGGUNAKAN METODE

ROLE PLAYING

PADA MATA

PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS V

SD NEGERI 4 RUKTI HARJO LAMPUNG TENGAH

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

VINDA MURYANINGRUM

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

Judul Skripsi

: PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL

BELAJAR SISWA DENGAN

MENGGUNA-KAN METODE ROLE PLAYING PADA

MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN

SOSIAL KELAS V SD NEGERI 4 RUKTI

HARJO

LAMPUNG

TENGAH

TAHUN

PELAJARAN 2011/2012

Nama Mahasiswa

: Vinda Muryaningrum

Nomor Pokok Mahasiswa

: 0813053012

Jurusan

: Ilmu Pendidikan

Fakultas

: Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Program Studi

: S1 PGSD

MENYETUJUI,

1.

Komisi Pembimbing

Drs. A. Sudirman, M.H.

NIP 19540505 198303 1 003

Drs. Kojat Sudiatmaja, M.Pd

NIP 19540501 197703 1 002

2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

(5)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Pembimbing I

: Drs. A. Sudirman, M.H

...

Pembimbing II

: Drs. Kojat Sudiatmaja,M.Pd. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Supriyadi, M.Pd

...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si.

NIP 19600315 198503 1 003

(6)

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama

: Vinda Muryaningrum

NPM

: 0813053012

Jurusan

: Ilmu Pendidikan

Program Studi

: S1 PGSD

Fakultas

: Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan penelitian yang berjudul

Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode

Role Playing

Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas V SD Negeri 4

Rukti Harjo Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2011/2012

tersebut adalah asli

hasil penelitian saya dan tidak plagiat kecuali bagian-bagian tertentu yang dirujuk

dari sumbernya dan disebutkan dalam Daftar Pustaka.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan seperlunya. Apabila di

kemudian hari ternyata tidak benar, saya bersedia dituntut berdasarkan

Undang-undang dan peraturan yang berlaku.

Metro, 1 Agustus 2012

Yang Membuat Pernyataan

(7)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Yosodadi Kota Metro tanggal 06 Juli

1990, anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak

Moeryono dan Ibu Winarti.

(8)

MOTTO

Berdoa kepada Tuhan,

percaya pada diri sendiri,

kalahkan, singkirkan, hancurkan

dan remukkan rintangan itu.

Terakhir tersenyumlah menuju kemenangan

(9)

i

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur dan kerendahan hati kupersembahkan

karya sederhana ini untuk

Ibunda dan ayahanda tercinta Winarti dan Moeryono

yang selalu memberikan doa dan kasih sayang setulus

hati dengan dukungan moril dan materil yang tak

pernah henti-hentinya untuk keberhasilan Ananda.

Kakak dan adikku tersayang Herwin Muryantoro dan

Syafiyah Murti Hidayah serta keluarga besarku yang

selalu memberikan doa, kasih sayang, semangat,

motivasi serta keceriaan untukku.

Untuk sahabat-sahabatku

yang selalu

menemani

memberikan motivasi, bantuan dan dukungannya, terima

kasih.

(10)

ii

SANWACANA

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Metode

Role

Playing

Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas V SD Negeri 4 Rukti

Harjo Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2011/2012 sebagai salah satu syarat

untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas

Lampung yang telah memberikan kemudahan kepada peneliti dalam

mengikuti pendidikan hingga terselesainya skripsi ini.

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan kesempatan dan

kemudahan

kepada peneliti dalam mengikuti pendidikan hingga

terselesainya skripsi ini.

(11)

iii

4. Ibu Dra. Asmaul Khair, M.Pd., selaku Ketua UPP Metro S1 PGSD Metro

yang telah memberikan kemudahan dan arahan kepada peneliti hingga

terselesainya skripsi ini.

5. Bapak Drs. Kojat Sudiatmaja, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik

dan Dosen Pembimbing II skripsi

yang dengan sabar dan senantiasa

meluangkan waktu untuk memberikan arahan, masukan dan motivasi

sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Drs. A. Sudirman, M.H., selaku Dosen Pembimbing I skripsi yang

dengan sabar dan senantiasa meluangkan waktu untuk memberikan arahan,

masukan dan motivasi sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd., selaku Dosen Pembahas yang telah

memberikan masukan dan saran-saran yang bermanfaat.

8. Seluruh dosen dan Staf S1 PGSD UPP Metro yang telah banyak membantu

dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.

9. Ibu Yuniza Puspita, S.Pd.Sd., selaku Kepala Sekolah SD Negeri 4 Rukti

Harjo Lampung Tengah, yang telah memberikan izin dan kemudahan

mendapatkan mendapatkan data penunjang penelitian skripsi ini.

10. Ibu Uswatun Hasanah, selaku guru di SD Negeri 4 Rukti Harjo yang telah

bersedia menjadi

teman sejawat dan membantu peneliti selama

melaksanakan penelitian.

11. Seluruh guru dan staf SD Negeri 4 Rukti Harjo Lampung Tengah yang telah

memberikan kemudahan dan masukan kepada peneliti.

(12)

iv

13. Teman-teman terdekatku Ayu, Mardiana dan Eni terimakasih atas doa dan

dukungannya selama ini.

14. Teman-teman PGSD angkatan 2008 Ari, Asih, Adew, Veni, Edo, Icha,

Siska, Sunaili, Tere, Lisa, Agil, Alif, Anissa, Anggun, Anita, Citra, Depit,

Deviana, Dhers, Novi, Gustam, Fitri, Fitriana dan Wira terima kasih atas

kebersamaan dan keceriaan yang telah kalian berikan selama ini semoga kita

semua menjadi guru yang profesional.

15. Seluruh teman-teman PGSD, kakak dan adik tingkat terima kasih atas

kerjasamanya.

16. Semua pihak yang telah membantu kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah membalas kebaikan kalian semua, dan skripsi ini dapat

bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Metro, 1 Agustus 2012

Peneliti

(13)

v

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL

...

vii

DAFTAR GRAFIK

...

viii

DAFTAR LAMPIRAN...

ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...

1

B. Identifikasi Masalah ...

5

C. Rumusan Masalah ...

6

D. Tujuan Penelitian ...

6

E. Manfaat Penelitian ...

7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Metode

Role Playing

...

8

1.Pengertian Metode Pembelajaran ...

8

2.Pengertian Metode

Role Playing

...

9

3.Kelebihan dan Kelemahan Metode

Role Playing

...

10

4.Langkah-langkah Metode

Role Playing

...

13

B. Aktivitas dan Hasil Belajar ...

15

1.Pengertian Belajar...

15

2.Pengertian Aktivitas Belajar ...

16

3.Pengertian Hasil Belajar ...

17

C. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ...

18

1.Pengertian IPS...

18

2.Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar (SD)...

19

3.Tujuan Pembelajaran IPS...

20

D. Hipotesis Tindakan ...

21

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian ...

23

B. Setting Penelitian ...

23

C. Alat Pengumpulan Data ...

24

D. Teknik Pengumpulan Data ...

24

E. Teknik Analisis Data ...

24

F. Urutan Proses Penelitian Tindakan Kelas ...

28

(14)

vi

H. Indikator Keberhasilan Belajar ...

34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ...

35

1. Deskripsi Awal ...

35

2. Refleksi Awal ...

35

3. Persiapan Awal ...

36

B. Temuan Kegiatan Pembelajaran Siklus I, II, III ...

36

1. Siklus I ...

36

2. Siklus II...

46

3. Siklus III ...

54

4. Temuan Penelitian ...

62

C. Pembahasan ...

64

1. Aktivitas Siswa Dalam Proses Pembelajaran ...

64

2. Kinerja Guru Dalam Proses Pembelajaran ...

68

3. Hasil Belajar Siswa Dalam Proses Pembelajaran ...

69

4. Aktivitas dan Hasil Belajar per Siswa Dalam Proses

Pembelajaran...

71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ...

75

B. Saran...

76

DAFTAR PUSTAKA

...

78

(15)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Kualifikasi persentase skor hasil observasi keaktifan belajar siswa ...

25

2. Kualifikasi persentase skor hasil observasi kinerja guru...

26

3. Kriteria tingkat keberhasilan belajar siswa dalam % ...

27

4. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I pertemuan 1 ...

40

5. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I pertemuan 2 ... 41

6. Hasil observasi kinerja guru pada siklus I ...

42

7. Hasil belajar siswa siklus I ...

44

8. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II pertemuan 1...

49

9. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II pertemuan 2 ... 50

10. Hasil observasi kinerja guru pada siklus II ...

51

11. Hasil belajar siswa siklus II ...

53

12. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus III pertemuan 1...

58

13. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus III pertemuan 2 ... 59

14. Hasil observasi kinerja guru pada siklus III...

60

15. Hasil belajar siswa siklus III ...

61

16. Rekapitulasi aktivitas siswa dalam pembelajaran...

65

17. Rekapitulasi kinerja guru per siklus...

68

18. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa per siklus...

69

19. Rekapitulasi hasil belajar siswa per-siklus ...

71

(16)

viii

DAFTAR GRAFIK

Grafik

Halaman

1. Rekapitulasi persentase aktivitas siswa per-siklus ...

67

2. Rekapitulasi kinerja guru per-siklus ...

69

3. Rekapitulasi ketuntasan hasil belajar siswa ...

70

4. Rekapitulasi nilai rata-rata hasil belajar per-siklus...

71

(17)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1. Surat Keterangan Penelitian...

82

2. Surat Penelitian Pendahuluan... 83

3. Surat Izin Penelitian ... 84

4. Surat Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah ... 85

5. Surat Peryataan Teman Sejawat... 86

6. Pemetaan ... 87

7. Silabus... 92

8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 97

9. Lembar Soal

Pre Test

dan

Post Test

Siklus I... 102

10. Naskah Drama... 107

11. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II... 109

12. Lembar Soal

Pre Test

dan

Post Test

Siklus II ... 115

13. Naskah Drama... 119

14. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ... 121

15. Lembar Soal

Pre Test

dan

Post Test

Siklus III ... 127

16. Naskah Drama... 132

17. Bahan Ajar ... 134

18. Lembar Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I Pertemuan 1 .... 145

19. Lembar Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I Pertemuan 2 ... 147

20. Lembar Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II Pertemuan 1.. 149

21. Lembar Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II Pertemuan 2.. 151

22. Lembar Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus III Pertemuan 1

153

23. Lembar Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus III Pertemuan 2

155

24. Lembar Observasi Kinerja Guru pada Siklus I Pertemuan 1 ... 157

25. Lembar Observasi Kinerja Guru pada Siklus I Pertemuan 2 ... 159

26. Lembar Observasi Kinerja Guru pada Siklus II Pertemuan 1... 161

27. Lembar Observasi Kinerja Guru pada Siklus II Pertemuan 2... 163

28. Lembar Observasi Kinerja Guru pada Siklus III Pertemuan 1 .... 165

29. Lembar Observasi Kinerja Guru pada Siklus III Pertemuan 2 .... 167

30. Daftar Nilai

Pre Test

dan

Post Test

Persiklus... 169

31. Lembar Hasil Belajar Siklus I ... 170

32. Lembar Hasil Belajar Siklus ... 174

33. Lembar Hasil Belajar Siklus III ... 178

34. Foto Kegiatan Pembelajaran ... 182

(18)

81

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan pada terhadap

siswa kelas V pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SDN 4

Rukti Harjo Lampung Tengah diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1) Penggunaan metode

role playing

pada mata pelajaran IPS dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa hal tersebut sesuai dengan

pengamatan observer yang telah dilakukan pada siswa kelas V mulai dari

siklus I sampai siklus III. Pada siklus I nilai persentase rata-rata aktivitas

belajar siswa sebesar 55,41 %

, siklus II

sebesar 63,33 %

dan siklus III sebesar 80,01 % dengan

. Dengan demikian terjadi peningkatan dari siklus I

ke siklus II sebesar 7,92 % dan siklus II ke siklus III sebesar 16,68 %.

2) Penggunaan metode

role playing

pada mata pelajaran IPS dapat

meningkatkan hasil belajar siswa dan ketuntasan siswa , hal tersebut

sesuai dengan nilai hasil belajar yang telah dilakukan siswa pada setiap

siklus. Nilai rata-rata kelas pada siklus I sebesar 69,08, siklus II sebesar

74,58 dan siklus III sebesar 80,33. Sedangkan persentase siswa yang

tuntas pada siklus I sebesar 50 %

, siklus II

sebesar 66,67 %

dan siklus III sebesar 91,67 %

(19)

82

Dengan demikian penggunaan metode

role playing

dapat meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

(IPS) siswa kelas V SD Negeri 4 Rukti Harjo Lampung Tengah tahun

pelajaran 2011/2012.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian ini, beberapa saran di bawah ini dapat

dipertimbangkan oleh guru maupun pihak sekolah dalam meningkatkan hasil

belajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), khususnya di SD

Negeri 4 Rukti Harjo Lampung Tengah

1) Bagi siswa

Siswa harus senantiasa belajar lebih giat guna memperkaya ilmu

pengetahuan dan memperoleh hasil belajar yang baik

2) Bagi guru

a. Penelitian ini sebaiknya dapat dikembangkan lagi pada mata pelajaran

IPS oleh guru kelas V SD Negeri 4 Rukti Harjo Lampung Tengah

pada khususnya dan guru yang mengampu mata pelajaran lain dapat

mencoba

dan

menggunakan

metode

role

playing

dalam

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

b. Dalam memberikan pengalaman belajar kepada siswa, guru sebaiknya

mampu menggunakan berbagai metode dan strategi pembelajaran

untuk mencapai hasil belajar siswa yang lebih maksimal.

(20)

83

a. Sekolah sebaiknya memberikan dukungan dan dorongan kepada guru

dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah seperti

melakukan pelatihan kepada guru yang akan melakukan penelitian

tindakan kelas.

b. Pengadaan sarana dan prasana yang lebih baik seperti media

pembelajaran untuk menunjang proses pembelajaran.

4) Bagi Mahasiswa PGSD

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Aditya. 2010.

Drama Proklamasi. http://semuamasalah007.blogspot.com (diakses

pada Minggu, 8 Januari 2012 @ 10.59 WIB)

Alwi, Hasan, dkk. 2007.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Balai

Pustaka. Jakarta.

Andayani, dkk. 2009.

Pemantapan Kemampuan Profesional.

Universitas

Terbuka. Jakarta.

Aqib, Zainal, dkk.2009.

Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, & TK.

Yrama Widya. Bandung.

Budiningsih, Asri. 2004.

Belajar dan Pembelajaran.

Rineka Cipta. Jakarta.

Devry.

2011.

Detik-Detik

Menjelang

Proklamasi

17

Agustus

1945.

http//devry.wordpress.com (diakses pada Minggu, 8 Januari 2012 @ 11.14

WIB)

Dimyati dan Mudjiono. 2002.

Belajar dan Pembelajaran.

Rineka Cipta. Jakarta.

Diegostuti. 2011.

Naskah Drama Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan

Indonesia.

http://diegostuti.blogspot.com (diakses pada Minggu, 1 Januari

2012 @ 10.37 WIB)

Hamalik, Oemar. 2001.

Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

. 2005.

Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan

Sistem. Bumi Aksara. Jakarta

Ihsan, Fuad. 2008.

Dasar-Dasar Kependidikan.

Rineka Cipta. Jakarta.

Juliantara, Ketut. 2010.

Aktivitas Belajar. http://edukasi.kompasiana.com (diakses

pada Kamis, 1 Desember 2011 @ 15.54 WIB)

(22)

Kunandar. 2010.

Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai

Pengembangan Profesi.

PT Rajawali Pers. Jakarta.

Massofa. 2010.

Tujuan Kulikuler IPS.

http://massofa.wordpress.com. (diakses

pada Minggu 25 Desember 2011 @ 11.45 WIB)

Meyer, Dave. 2002.

The Achelerated Learning Handbook. Kaifa. Bandung.

Muncarno. 2009.

Bahan Ajar Statistik Pendidikan. PGSD. Metro.

Prasasti, Fitria. 2010.

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode

Bermain Peran (Role Playing) Pada Topik Perjuangan Tokoh Pejuang Pada

Masa Penjajahan Belanda Dalam Mata Pelajaran Ips ( Penelitian Tindakan

Kelas

Terhadap

Siswa

Kelas

V.2

SDN

Pancasila

Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat ).

http://repository.upi.edu.

(diakses pada Sabtu 18 Februari 2012 @ 16.02 WIB).

Purwanto, Ngalim. 2008.

Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.

Rosda. Bandung.

Riadi, Bambang. 2010.

Teori Belajar Kontruktivisme dari Jean Piaget.

http://wong-q-to.blog.com. (diakses pada Kamis 12 Januari 2012 @ 17.14

WIB)

Roestiyah. 2008.

Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Salam, dkk. 2011.

Proposal. http://kogusoja.files.wordpress.com. (diakses pada

Sabtu 4 Agustus 2012 @ 13.54 WIB)

Sanjaya, Wina. 2010.

Penelitian Tindakan Kelas. Prenada Media Group. Jakarta.

Sardiman. 2010.

Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers. Jakarta

Sardiyo, dkk. 2009.

Pendidikan IPS di SD. Universitas Terbuka. Jakarta.

Sapriya, dkk. 2007.

Pengembangan Pendidikan IPS di SD.

UPI PRESS. Bandung.

Sowiyah. 2010.

Pengembangan Kompetensi Guru SD. Unila.Bandar Lampung.

Sumarno, Alim. 2011.

Pengertian Hasil Belajar. http://musyawarahipa.wordpress.

Com. (diakses pada Selasa 10 Januari 2012 @ 19.55 WIB)

(23)

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Pustaka

Belajar. Surabaya.

Suwarjo. 2008.

Pembelajaran Kooperatif dalam Apresiasi Prosa. Surya

Gemilang. Malang.

Tim Penyusun. 2003.

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas. Jakarta.

. 2006.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

No. 22 mengenai Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan

Menengah.

Depdiknas. Jakarta

Tim Penyusun. 2011.

Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung.

Bandar Lampung.

Triyana, Arifah Nur. 2009.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Teams-Games-Tournament (TGT) sebagai Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar

Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Peluang dan Statistika di SMP

Negeri

4

Depok

Yogyakarta

Kelas

IX

C.

http://www.scribd.com/doc/51704402/16/G-Teknik-Analisis-Data.

Diakses

20/11/2011. Pukul 17.00 WIB.

Wahab, Abdul Azis. 2007.

Metode dan Model-Model Mengajar.

Alfabeta.

Bandung.

Wardani, I.G.A.K, dkk. 2007.

Penelitian Tindakan Kelas.

Universitas Terbuka.

Jakarta.

Winataputra, dkk. 2008.

Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas Terbuka.

Jakarta.

Yasa, Doantara. 2011.

Aktivitas dan Prestasi Belajar.

http://ipotes.wordpress.com

(diakses pada Kamis 1 Desember 2011 @ 16.09 WIB).

(24)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Apalagi pendidikan bagi bangsa yang sedang membangun seperti bangsa Indonesia saat ini merupakan kebutuhan wajib yang harus dikembangkan sejalan dengan tuntutan pembangunan. Pendidikan yang dikelola dengan tertib, teratur, efektif dan efisien (berdaya guna dan berhasil guna) akan mampu mempercepat jalannya proses pembudayaan bangsa. Sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang (Depdiknas, 2003: 1).

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Bab II pasal 3 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) merumuskan bahwa

(25)

2

Pendidikan merupakan dasar dari segala bidang untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Jenjang pendidikan formal di Indonesia terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

Menurut Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional (Puskur Depdiknas) 2003 (dalam Suwarjo, 2008: 27) penyelenggaraan pendidikan di Sekolah Dasar (SD), memiliki tujuan yaitu

(1) menanamkan dasar-dasar perilaku berbudi pekerti dan berakhlak mulia, (2) menumbuhkan sikap-sikap kemahiran membaca, menulis, dan berhitung, (3) mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan berpikir logis, kritis dan kreatif, (4) menumbuhkan kemahiran membaca, menulis dan berhitung, sikap toleransi, tanggung jawab, kemandirian dan kecakapan emosional, (5) memberikan dasar-dasar keterampilan hidup, kewirausahawan, etos kerja dan (6) menumbuhkan rasa cinta bangsa dan tanah air Indonesia.

(26)

3

Ilmu Pendidikan Sosial (IPS). Kesemuanya itu tentu dapat dijadikan sebagai pegangan para guru di dalam mengajar IPS.

IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari jenjang sekolah dasar sampai sekolah menengah. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan masalah-masalah sosial (Depdiknas, 2006: 575). Kurikulum IPS di SD dalam pelaksanaannya, selain menuntut para guru memiliki wawasan pengetahuan yang luas dalam mengembangkan materi, juga mampu menentukan teknik dan strategi pembelajaran yang beragam sehingga pembelajaran lebih bermakna dan berguna dalam kehidupan sehari-hari. Merujuk pada muatan materi IPS di SD yang ditata secara terpadu dan terintergrasi antara pokok bahasan satu dengan yang lainnya dengan melibatkan bahan kajian Geografi, Ekonomi, Sosiologi,

Antropologi, Tata Negara dan Sejarah, IPS di SD merupakan pelajaran yang telah disederhanakan dari bagian-bagian pengetahuan (knowledge) atau konsep-konsep ilmu-ilmu sosial (social science), dimana tingkat kesukarannya telah disesuaikan dengan tingkat kecerdasan, minat, dan pertumbuhan serta usia perkembangan siswa SD (Sapriya, 2007: 24). Karenanya topik IPS di SD harus disesuaikan dengan minat anak dan masalah-masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.

(27)

4

IPS harus mampu memberikan pengalaman-pengalaman belajar yang berorientasi pada aktivitas belajar siswa (activity oriented learning experiences). Pemberian pengalaman belajar tersebut dapat berupa pemberian pengalaman lingkungan, melakukan sesuatu, pengalaman dramatisasi maupun dalam bentuk pemberian pengalaman mengkaji sesuatu hal atau peristiwa.

Pembelajaran IPS guru diharapkan mampu mandiri, mau menentukan sendiri dalam pemilihan metode pembelajaran, penilaian dan sarana pembelajaran dengan melihat kebutuhan dan kondisi yang diharapkan. Untuk memberikan pengalaman-pengalaman pembelajaran yang bermakna kepada siswa guru harus mampu memilih salah satu bagian penting dalam belajar mengajar yaitu pemilihan metode pembelajaran. Hasan (Supriatna, dkk., 2007: 126) memaparkan bahwa metode pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan

untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa dalam belajar. Seorang guru tentu mempunyai metode yang digunakan dalam pembelajaran sebab seperti sudah sering dikatakan bahwa tidak ada satu metode pun yang baik untuk semua mata pelajaran. Guru harus mengetahui bukan hanya bahan atau materi pelajaran akan tetapi juga masalah-masalah siswa, sebab melalui metode mengajar guru harus mampu memberikan kemudahan belajar kepada siswa dalam proses belajar. Metode yang baik juga harus menghubungkan dirinya dengan pengalaman siswa.

(28)

5

pembelajaran yang bervariasi dan lebih sering menggunakan metode pembelajaran yang bersifat klasikal. Guru jarang melibatkan siswa secara langsung dalam kegiatan pembelajaran IPS seperti membuat kesimpulan bersama mengenai materi yang telah dipelajari. Pembelajaran menjadi terkesan berpusat pada guru (teacher center), sehingga siswa menjadi penerima materi saja dan tidak terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran. Berdasarkan studi dokumentasi ulangan semester hasil belajar terlihat masih terdapat siswa yang belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditetapkan sekolah sebesar 67, dan hanya 5 orang siswa dari 12 orang siswa yang mencapai nilai KKM tersebut dengan persentase 41,67%.

Salah satu alternatif metode pembelajaran yang dikembangkan untuk dapat membantu pemberian pengalaman belajar yang aktif dalam rangka

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS khususnya adalah dengan menggunakan metode bermain peran atau role playing. Metode role playing adalah suatu cara mengajar dengan cara mendramatisasikan bentuk tingkah laku dalam hubungan sosial (Sudjana, 2009: 89).

Menurut Zuhaerini (2000: 18) metode pembelajaran ini dapat digunakan apabila pelajaran dimaksudkan untuk:

(29)

6

Keberhasilan dari penggunaan metode role playing pada mata pelajaran IPS telah dibuktikan oleh Fitria Prasasti tahun 2010, seorang mahasiswi dari Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Bumi Siliwangi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang telah berhasil meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Pancasila Kecamatan Lembang hingga mencapai ketuntasan belajar 91,89%.

Berdasarkan pertimbangan keberhasilan penelitian di atas, peneliti berkolaborasi dengan seorang guru kelas akan mengadakan PTK dengan judul: ”Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Metode Role Playing Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas V SD Negeri 4 Rukti Harjo Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2011/2012”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, perlu diidentifikasikan permasalahan yang ada, yaitu sebagai berikut:

1. Guru belum bervariasi dalam menggunakan metode pembelajaran dan lebih sering menggunakan metode pembelajaran yang bersifat klasikal. 2. Guru jarang melibatkan siswa secara langsung dalam kegiatan

pembelajaran IPS seperti membuat kesimpulan bersama mengenai materi yang telah dipelajari. Pembelajaran menjadi terkesan berpusat pada guru (teacher center), sehingga siswa menjadi penerima materi saja dan tidak terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran.

(30)

7

4. Masih rendahnya aktivitas belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas V SD Negeri 4 Rukti Harjo Lampung Tengah.

5. Masih rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas V SD Negeri 4 Rukti Harjo Lampung Tengah.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dalam penelitian ini perlu dirumuskan permasalahan yang akan diteliti serta pemecahan masalahnya. Adapun permasalahan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penggunaan metode role playing dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas V SD Negeri 4 Rukti Harjo Lampung Tengah?

2. Bagaimanakah penggunaan metode role playing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas V SD Negeri 4 Rukti Harjo Lampung Tengah?

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dalam penelitian ini perlu dilakukan suatu tindakan, yaitu dengan menggunakan metode role playing secara tepat agar aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 4 Rukti Harjo Lampung Tengah dalam pembelajaran IPS dapat meningkat.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan di atas, maka tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk:

(31)

8

2. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 4 Rukti Harjo Lampung Tengah pada pembelajaran IPS melalui metode role playing.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat: 1. Bagi Siswa

Dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan mendorong keaktifan belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas V SD Negeri 4 Rukti Harjo Lampung Tengah

2. Bagi Guru

Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di kelasnya, serta menambah dan mengembangkan kemampuan guru dalam menerapkan metode role playing.

3. Bagi SD Negeri 4 Rukti Harjo Lampung Tengah

Merupakan bahan masukan bagi sekolah dalam upaya memperbaiki proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan mutu pendidikannya sehingga menghasilkan lulusan yang berkualitas dan kompetitif.

4. Bagi Peneliti

(32)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Metode Role Playing

1. Pengertian Metode Pembelajaran

Salah satu aspek pokok dalam pendidikan dan merupakan masalah sentral

dalam mengajar adalah metode pembelajaran. Hasan (Supriatna, dkk., 2007:

126) memaparkan bahwa metode pembelajaran adalah suatu cara yang

digunakan untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa

dalam belajar. Selanjutnya menurut Wahab (2007: 83), metode

pembelajaran dapat diartikan sebagai proses atau prosedur yang hasilnya

adalah belajar pada siswa.

Supriatna, dkk., (2007: 126) menyebutkan ada beberapa macam metode

dalam pembelajaran IPS, antara lain: metode ceramah, metode tanya jawab,

metode diskusi atau musyawarah, metode penugasan, metode kerja

kelompok, metode demonstrasi, karyawisata, metode simulasi, metode

inquiri dan discovery, bermain peran, dan sosial drama.

Ada banyak metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru. Memilih

dan menggunakan metode pembelajaran adalah merupakan kiat guru

berdasarkan pengetahuan metodologisnya serta pengalaman mengajarnya

(33)

10

dikaji melalui tujuannya akan membawa guru kepada upaya pemilihan dan

penggunaan metode pembelajaran secara tepat. Wesley dan Wronski

(Wahab, 2007: 86) mengemukakan beberapa pertimbangan yang mencoba

mengemukakan ciri-ciri sebuah metode yang baik. Diantara ciri metode

yang baik itu adalah:

a. Teliti, cermat, tepat dan tulus hati (sungguh-sungguh), dengan melibatkan kejujuran guru dan siswa.

b. Harus artistik, dalam arti guru benar-benar dapat merasakan hal mana yang relevan dan yang tidak, juga tidak sama dengan kebenaran. Melalui metode itu guru menafsirkan dan mengsintesa. c. Harus bersifat pribadi, yaitu sesuatu yang telah mempribadi pada

diri guru, tidak bersifat formalisme atau sesuatu yang rutin belaka, sebab yang penting adalah aktualita melalui pengalaman.

d. Menghubungkan dirinya dengan pengalaman yang telah dimiliki siswa.

Berdasarkan uraian di atas dapat peneliti simpulkan bahwa metode

pembelajaran merupakan salah satu bagian penting dalam proses belajar

mengajar karena metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru

untuk memberi kesempatan belajar kepada siswanya.

2. Pengertian Metode Role Playing

Ada berbagai cara yang tepat digunakan guru untuk mengenali dengan baik

siswanya salah satunya dengan menggunakan metode pembelajaran.

Pemilihan metode pembelajaran guna memberikan pengalaman belajar

kepada siswa haruslah memperhatikan ciri-ciri yang ada. Salah satu metode

yang dapat digunakan untuk memberikan pengalaman belajar kepada siswa

yaitu metode bermain peran (role playing).

Metode role playing adalah berakting dengan peran yang telah ditentukan

(34)

11

suasana historis misalnya mengungkapkan kembali perjuangan para

pahlawan kemerdekaan, atau mengungkapkan kemungkinan keadaan yang

akan datang, atau menggambarkan imaginer yang dapat terjadi di mana dan

kapan saja (Wahab, 2007: 109).

Ahli lain menyatakan metode sosiodrama dan role playing dapat diartikan

sama artinya dan dalam pemakaiannya sering disilihgantikan. Metode

sosiodrama pada dasarnya mendramatisasi tingkah laku seseorang dalam

hubungan sosial antar manusia dan metode role playing pada dasarnya juga

sama yakni siswa dapat berperan atau memainkan peranan dalam

mendramatisasikan masalah sosial atau psikologis (Roestiyah, 2008: 90).

Sapriya, dkk.,(2007: 98) mengungkapkan role playing atau bermain peran

adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan

untuk mengkreasi berbagai peristiwa perubahan sosial budaya,

mengkreasikan peristiwa-peristiwa aktual atau kejadian-kejadian yang

mungkin muncul pada masa yang akan datang. Seperti yang dikemukakan

Joyce and Weil (Sapriya, dkk., 2007: 98) tujuan dari penggunaan metode ini

adalah:

a. mengeksplorasi perasaan para pelaku antropologi,

b. memperoleh gambaran tentang perilaku, nilai-nilai dan persepsi yang dikandung oleh para pelaku antropologi,

c. mengembangkan kemampuan memecahkan masalah,

d. mengeksplorasi materi pembelajaran dengan cara yang bervariasi.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas peneliti dapat menyimpulkan

(35)

12

mengarahkan siswa untuk berakting mendramatisasikan perubahan sosial

budaya atau psikologis untuk mencapai tujuan tertentu.

3. Kelebihan dan Kelemahan Metode Role Playing

Metode Role playing yang dilakukan dengan langkah-langkah tepat

merupakan salah satu metode yang efektif dan ketepatgunaannya akan

sangat berguna dalam pembelajaran IPS khususnya dalam pemberian

pengalaman belajar.

Ada beberapa keuntungan penggunaan metode role playing ini di dalam

kelas yang diuraikan oleh Hamalik (2001: 214), yaitu pada waktu

dilaksanakannya bermain peran, siswa dapat bertindak dan mengekspesikan

perasaan dan pendapat tanpa kekhawatiran mendapat sanksi. Siswa dapat

pula mengurangi dan mendiskusikan isu-isu yang bersifat manusiawi dan

pribadi tanpa ada kecemasan. Bermain peran memungkinkan para siswa

mengidentifikasi situasi-situasi dunia nyata dan dengan ide-ide orang lain.

Identifikasi tersebut merupakan cara untuk mengubah perilaku dan sikap

sebagaimana siswa menerima karakter orang lain. Dengan cara ini, siswa

dilengkapi dengan cara yang aman dan kontrol untuk meneliti dan

mempertunjukkan masalah-masalah di antara kelompok atau

individu-individu.

Komalasari (2011: 80) metode role playing memiliki kelebihan yaitu

melibatkan seluruh siswa di mana siswa dapat berpartisipasi dan

mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerja

(36)

13

a) Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh. b) Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat

digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.

c) Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.

d) Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.

Sedangkan Roestiyah (2008: 93) mengemukakan kelebihan atau keunggulan

yang terdapat dalam metode role playing ini yakni dengan metode ini, siswa

lebih tertarik pada pelajarannya. Bagi siswa dengan berperan seperti orang

lain, maka siswa dapat menempatkan diri seperti watak orang lain. Siswa

dapat merasakan perasaan orang lain, dapat mengakui pendapat orang lain,

sehingga menumbuhkan sikap saling pengertian, tenggang rasa, toleransi,

cinta kasih, akhirnya siswa dapat berperan dan menimbulkan diskusi yang

hidup. Disamping itu penontonpun tidak pasif tetapi aktif mengamati dan

mengajukan saran dan kritik.

Walaupun metode ini banyak memberi keuntungan dalam penggunaannya

namun sebagaimana juga metode-metode mengajar lainnya metode ini

mengandung beberapa kelemahan (Wahab, 2007: 111) diantaranya:

a. Jika siswa tidak dipersiapkan dengan baik ada kemungkinan tidak akan melakukan secara sungguh-sungguh.

b. Bermain peran mungkin tidak akan berjalan dengan baik jika suasana kelas tidak mendukung.

c. Bermain peran tidak selamanya menuju kearah yang diharapkan seseorang yang memainkannya. Bahkan juga mungkin akan berlawanan dengan apa yang diharapkan.

d. Siswa sering mengalami kesulitan untuk memerankan peran secara baik khususnya jika mereka tidak diarahkan atau tidak ditugasi dengan baik. Siswa perlu mengenal dengan baik apa yang akan diperankan.

e. Bermain memakan waktu yang banyak.

(37)

14

mengajar bermain peran harus dipersiapkan dengan baik sebagai pemeran maupun yang menyaksikan peran itu dapat memetik pelajaran dari kegiatan yang dilakukan secara bermain peran tersebut.

Agar penggunaan metode dapat berjalan dengan baik maka perlu juga

diketahui masalah-masalah sosial yang dapat dijajagi dengan metode

bermain peran. Wahab (2007: 111) mengemukakan masalah-masalah sosial

yang dapat dipelajari dengan metode ini diantaranya adalah:

a. Pertentangan antar pribadi-pribadi (interpersonal conflicts) 1) Mengungkapkan perasaan yang bertentangan.

2) Menemukan cara-cara pemecahannya.

b. Hubungan antar kelompok (intergroup relations)

1) Mengungkapkan hubungan suku, bangsa, kepercayaan dan sebagainya.

2) Mengungkapkan masalah yang sering merupakan konflik yang tidak nyata. Penggunaan role playing (bermain peran) dalam hal ini adalah untuk mengungkapkan prasangka dan mendorong toleransi.

c. Kemelut pribadi (individual dilemmas)

1) Kemelut timbul jika seseorang berada pada dua nilai atau kepentingan yang berbeda.

2) Jika sulit memecahkan permasalahannya karena penilaian yang bersifat egosentris.

d. Dengan berorientasi pada masalah lampau dan kini (historical or contemporary problems). Menunjukkan misalnya betapa sulitnya permasalahan yang dihadapi pada masa lampau dan juga masa kini khususnya bagi para pejabat pemerintahan atau pimpinan politik dalam menghadapi berbagai permasalahan yang menuntut pengambilan keputusan.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat peneliti simpulkan bahwa

metode role playing memiliki kelemahan dan kelebihan. Dengan

memperhatikan kelemahan dan kelebihan yang ada diharapkan dalam

(38)

15

4. Langkah-langkah Metode Role Playing

Penggunaan metode role playing tentunya memiliki keuntungan dan

kelemahan. Guna mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut harus

diperhatikan langkah-langkah metode ini dengan tepat. Bagaimana metode

role playing (bermain peran) dapat dilaksanakan dalam pembelajaran IPS

perlu dilalui beberapa fase dan kegiatan (Wahab, 2007: 112):

1) Langkah pertama yaitu tahap persiapan. Pada tahap ini ada empat langkah yang harus dilakukan oleh guru yaitu:

a) Persiapan untuk bermain peran:

(1) Memilih permasalahan yang mengandung pandangan-pandangan yang berbeda dan kemungkinan pemecahannya. (2) Mengarahkan siswa pada situasi dan masalah yang akan

dihadapi. b) Memilih pemain

(1) Pilih secara sukarela, jangan dipaksa.

(2) Sebisa mungkin pilih pemain yang dapat mengenali peran yang akan dibawakannya.

(3) Hindari pemain yang ditunjuk sendiri oleh siswa.

(4) Pilih beberapa pemain agar seorang tidak memainkan dua peran sekaligus.

(5) Setiap kelompok pemain paling banyak 5 orang.

(6) Hindari siswa membawakan peran yang dekat dengan kehidupan sebenarnya.

c) Mempersiapkan penonton

(1) Harus yakin bahwa pemirsa mengetahui keadaan dan tujuan bermain peran.

(2) Arahkan mereka bagaimana seharusnya berperilaku. d) Persiapan para pemain

(1) Biarkan siswa mempersiapkannya dengan sedikit mungkin campur tangan guru.

(2) Sebelum bermain setiap pemain harus memahami betul apa yang dilakukannya.

(3) Permainan harus lancar, dan sebaiknya ada kata pembukaan, tetapi hindari melatih kembali saat sudah siap bermain.

(4) Siapkan tempat dengan baik.

(5) Kadang-kadang “kelompok kecil bermain peran” merupakan cara yang baik untuk bermain peran.

2) Langkah kedua yaitu tahap pelaksanaan.

a) Upayakan agar singkat, bagi pemula lima menit sudah cukup, dan bermain sampai habis, jangan diinterupsi.

(39)

16

c) Jangan menilai aktingnya, bahasanya dan lain-lain. d) Biarkan siswa bermain bebas dari angka dan tingkatan. e) Jika terjadi kemacetan hal yang dapat dilakukan misalnya:

(1) Dibimbing dengan pertanyaan. (2) Mencari orang lain untuk peran itu.

(3) Menghentikan dan melangkah ke tindak lanjut. f) Jika pemain tersesat lakukan:

(1) Rumuskan kembali keadaan dan masalah. (2) Simpulkan apa yang sudah dilakukan. (3) Hentikan dan arahkan kembali.

(4) Mulai kembali setelah ada penjelasan singkat. g) Jika siswa mengganggu:

(1) Tugasi dengan peran khusus. (2) Jangan pedulikan dia

h) Jangan bolehkan pemirsa menganggu.

Jika tidak setuju dengan cara temannya memerankan beri ia kesempatan untuk memerankannya.

3) Langkah ketiga yaitu tahap tindak lanjut. Tahap ini terdiri dari dua kegiatan yaitu:

a) Diskusi

(1) Diskusi tindak lanjut yang dapat memberi pengaruh yang besar terhadap sikap dan pengetahuan siswa.

(2) Diskusi juga dapat menganalisis, menafsirkan, memberi jalan keluar atau mengekreasi

(3) Di dalam diskusi sebaiknya dinilai apa yang telah dipelajari b) Melakukan bermain peran, kadang-kadang memainkan kembali

dapat memberi pemahaman yang lebih baik.

Sedangkan menurut Hamalik (2001: 215) menjelaskan

langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Persiapan dan instruksi

a) Guru memiliki situasi atau dilema bermain peran. Situasi-situasi masalah yang dipilih harus menitikberatkan pada jenis peran, masalah dan situasi familier serta pentingnya bagi siswa.

b) Sebelum pelaksanaan bermain peran, siswa harus mengikuti latihan pemanasan, latihan-latihan diikuti oleh semua siswa, baik sebagai partisipasi aktif maupun sebagai para pengamat aktif.

c) Guru memberikan instruksi khusus kepada peserta bermain peran setelah memberikan penjelasan pendahuluan kepada keseluruhan kelas.

(40)

17

2. Tindakan dramatik dan diskusi

a) Para aktor terus melakukan perannya sepanjang situasi bermain peran, sedangkan para audience berpartisipasi dalam penugasan awal kepada pemeran.

b) Bermain peran harus berhenti pada titik-titik penting atau apabila terdapat tingkah laku tertentu yang menuntut dihentikannya permainan tersebut.

c) Keseluruhan kelas selanjutnya berpartisipasi dalam diskusi yang terpusat pada situasi bermain peran.

3. Evaluasi bermain peran

a) Siswa memberikan keterangan, baik secara tertulis maupun dalam kegiatan diskusi tentang keberhasilan dan hasil-hasil yang dicapai dalam bermain peran.

b) Guru menilai efektivitas dan keberhasilan bermain peran.

c) Guru membuat bermain peran yang telah dilaksanakan dan telah dinilai tersebut dalam sebuah jurnal sekolah (kalau ada), atau pada buku catatan guru.

Berdasarkan dua pendapat di atas, secara garis besar peneliti dapat

menyimpulkan bahwa langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan

metode role playing adalah sebagai berikut:

a) Guru menjelaskan secara garis besar masalah atau topik yang akan

dimainkan.

b) Guru melakukan instruksi dalam memilih pemain, mempersiapkan

penonton dan persiapan tempat.

c) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mempersiapkan diri.

d) Pelaksanaan bermain peran.

e) Evaluasi atau tindak lanjut yang dapat berupa diskusi dan tanya jawab.

B. Aktivitas dan Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar

Hidup manusia dari bayi sampai dewasa selalu mengalami berbagai

perubahan. Untuk menghadapi perubahan-perubahan dalam hidupnya

(41)

18

Setiap manusia akan belajar. Namun kondisi-kondisi belajar dapat diatur

untuk mengembangkan bentuk kelakuan tertentu pada seseorang,

mempertinggi kemampuannya atau mengubah kelakuannya. Belajar adalah

proses yang dilakukan manusia untuk menghasilkan perubahan.

Belajar dalam pandangan teori konstruktivistik merupakan suatu proses

pembentukan pengetahuan. Pembentukan pengetahuan harus dilakukan oleh

si pebelajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun

konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang harus dipelajari

(Budiningsih, 2004: 58). Teori ini memandang belajar akan lebih berhasil

apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik dan

belajar bukan sekedar menghafal akan tetapi lebih mengkontruksi

pengetahuan melalui pengalaman (Bambang, 2010). Gredler (Winataputra,

dkk., 2008: 1. 5) menguraikan belajar adalah proses yang dilakukan oleh

manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and

attitudes. Sejalan dengan pendapat di atas Dimyati dan Mudjiono (2006: 18)

mengemukakan bahwa belajar merupakan proses internal yang kompleks.

Yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang

meliputi ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Gagne (Komalasari, 2011: 2) belajar adalah suatu proses perubahan tingkah

laku yang meliputi perubahan kecenderungan manusia seperti sikap, minat,

atau nilai dan perubahan kemampuannya yakni peningkatan kemampuan

untuk melakukan berbagai jenis kinerja (performance). Sedangkan menurut

(42)

19

seseorang membuat atau menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang

ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Berdasarkan para ahli di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa belajar

adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh manusia untuk membentuk

pengetahuan melalui berbagai kegiatan kognitif, afektif, dan psikomotor.

2. Pengertian Aktivitas Belajar

Ketika belajar sangat diperlukan suatu aktivitas. Karena keberhasilan dalam

belajar tergantung kepada aktivitas yang dilakukan selama proses

pembelajaran berlangsung. Jadi, tanpa aktivitas kegiatan belajar tidak

mungkin berlangsung dengan baik.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 23) aktivitas adalah keaktifan,

kegiatan. Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses

belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik

berupa keterampilan-keterampilan dasar sedangkan kegiatan psikis berupa

keterampilan terintegrasi (Juliantara, 2010). Sedangkan Meyer (2002: 90)

menyatakan aktivitas belajar sebagai kegiatan yang dilakukan oleh siswa

untuk mengubah perilakunya melalui pengalaman yang diperoleh secara

langsung dalam proses belajar dan pembelajaran.

Sardiman (2010: 100) mengungkapkan bahwa aktivitas belajar adalah

aktivitas yang bersifat fisik dan mental. Dalam kegiatan belajar kedua

aktivitas itu harus saling terkait. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran

(43)

20

Dierich (Hamalik, 2008: 172) membagi kegiatan atau aktivitas belajar dalam

8 kelompok, yaitu (1) kegiatan - kegiatan visual, (2) kegiatan - kegiatan

lisan (oral), (3) kegiatan - kegiatan mendengarkan, (4) kegiatan - kegiatan

menulis, (5) kegiatan - kegiatan menggambar, (6) kegiatan – kegiatan

metrik, (7) kegiatan-kegiatan mental dan (8) kegiatan-kegiatan emosional.

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan

fisik maupun psikis yang dilakukan oleh siswa dalam proses belajar untuk

membentuk pengetahuannya kearah yang lebih baik melalui pengalaman.

3. Pengertian Hasil Belajar

Belajar merupakan suatu proses untuk mencapai hasil belajar. Hasil belajar

merupakan suatu puncak proses belajar. Dengan hasil belajar tujuan

pendidikan dan pembelajaran yang diinginkan dapat diukur apakah sudah

tercapai atau belum.

Dimyati dan Mudjiono (2002: 3) menguraikan hasil belajar merupakan hasil

dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak

mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil

belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.

Selanjutnya Dimyati dan Mudjiono (2002: 20) mengungkapkan bahwa hasil

belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Suprijono (2009: 7) hasil

belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah

(44)

21

Dick dan Reiser (Sumarno, 2011) mengemukakan bahwa hasil belajar

adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai hasil kegiatan

pembelajaran, yang terdiri dari empat jenis, yaitu: pengetahuan,

keterampilan intelektual, keterampilan motor dan sikap. Menurut Hamalik

(2001: 33) hasil belajar dalam kelas harus dapat dilaksanakan ke dalam

situasi-situasi di luar sekolah. Dengan kata lain, siswa dapat mentransferkan

hasil belajar ke dalam situasi-situasi sesungguhnya di dalam masyarakat.

Sementara itu Sudjana (Yasa, 2011) mengemukakan bahwa hasil belajar

dibagi menjadi tiga macam yaitu: (1) keterampilan dan kebiasaan

(2) pengetahuan dan pengertian dan (3) sikap dan cita-cita yang

masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum

sekolah.

Berdasarkan pendapat-pendapat ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa

hasil belajar merupakan hasil dari belajar mengajar yang mencakup ranah

kognitif, afektif dan psikomotor dalam pembentukan pengetahuan yang

dapat di manfaatkan kedalam kehidupan sehari-hari.

C. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 1. Pengertian IPS

Pendidikan IPS penting diberikan kepada siswa jenjang pendidikan dasar

dan menengah, karena siswa sebagai anggota masyarakat perlu mengenal

masyarakat dan lingkungannya. Pembelajaran IPS, diharapkan siswa

mampu bertindak dan bertanggung jawab dalam memecahkan

(45)

22

IPS menurut Sapriya, dkk., (2007: 5) adalah bidang studi yang mempelajari,

menelaah dan menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat ditinjau

dari berbagai aspek kehidupan secara terpadu. Soemantri (Massofa, 2010)

mengemukakan bahwa IPS merupakan pelajaran ilmu-ilmu sosial yang

disederhanakan untuk pendidikan tingkat SD, SLTP, dan SLTA. Menurut

Sardiyo, dkk., (2009: 1.27) IPS adalah bidang studi yang mempelajari,

menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan

meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan.

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa IPS adalah

bidang studi pada setiap jenjang pendidikan yang mengkaji, menelaah, dan

menganalisis gejala yang berkaitan dengan isu sosial di masyarakat

sehingga dapat mengembangkan kehidupan yang baik dan mampu

mengatasi masalah yang di hadapi.

2. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar (SD)

IPS di SD berusaha mengintegrasikan bahan/materi dari cabang-cabang

ilmu sosial dengan menampilkan permasalah sehari-hari masyarakat

sekeliling dengan tujuan untuk mengembangkan human knowledge melalui

penelitian, penemuan, eksperimen dll. Menurut Sapriya, dkk., (2007: 53)

prinsip pembelajaran IPS di SD yang harus dikembangkan untuk

mengembangkan tujuan yang dimaksud, diantaranya:

a. memberi kesempatan pada siswa untuk belajar dan mempelajari sendiri peristiwa-peristiwa sosial dan gejala alam melalui penelitian para ilmuwan/pemecahan masalah;

(46)

23

c. membina dan mengembangkan sikap rasa ingin tahu atau sikap perasaan dan cara berfikir objektif, kritis, analistis, baik secara individual maupun secara kelompok;

d. buku-buku sumber, film, gambar, peta/ globe, tujuannya untuk membantu siswa dalam menemukan dan memecahkan masalah.

Prinsip pembelajaran IPS di SD dikembangkan untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan pada satuan kompetensi yang harus dicapai dalam wujud

pengetahuan, sikap dan keterampilan. Kompetensi yang harus dikuasai

siswa setelah melalui proses pembelajaran IPS di SD/MI adalah:

a. memiliki identitas diri berdasarkan pemahaman terhadap masa lalu dalam kehidupan keluarga, masyarakat, dan negara;

b. memahami cara hidup bermasyarakat dan memiliki rasa kepedulian terhadap lingkungan sekitar;

c. mengidentifikasi sumber-sumber alam Indonesia dan memanfaatkannya bagi kehidupan masa kini dan yang akan datang. (Sapriya,dkk., 2007: 11).

Adapun ruang lingkup mata pelajaran IPS di SD berdasarkan Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) no. 22 tahun 2006 meliputi

aspek – aspek sebagai berikut: (1) manusia, tempat, dan lingkungan,

(2) waktu, keberlanjutan, dan perubahan, (3) sistem sosial dan budaya dan

(4) perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

Berdasarkan penjabaran di atas dapat peneliti simpulkan bahwa

pembelajaran IPS di SD memiliki prinsip-prinsip yang dapat dikembangkan

untuk mencapai tujuan mengembangkan human knowledge melalui

prinsip-prinsip yang perlu dikembangkan.

3. Tujuan Pembelajaran IPS

Salah satu dasar pertimbangan dalam memilih dan menggunakan metode

(47)

24

dicapai. Selain itu tujuan-tujuan tersebut akan menjadi dasar menentukan

materi pembelajaran yang akan diajarkan.

Berdasarkan Permendiknas no. 22 tahun 2006 tujuan pembelajaran IPS

ditingkat SD/MI adalah sebagai berikut:

a. mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya,

b. memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

c. memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

d. memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional dan global.

Menurut Martorella (Sapriya, dkk., 2007: 8) tujuan utama dari

pembelajaran IPS di SD adalah untuk mengembangkan pribadi “warga

negara yang baik” (good citizen). Sedangkan Hasan (Supriatna, dkk., 2007:

5) mengelompokkan ke dalam tiga kategori tujuan pembelajaran IPS yaitu

pengembangan kemampuan intelektual siswa, pengembangan kemampuan

dan rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakat dan bangsa, serta

pengembangan diri siswa sebagai pribadi.

Tujuan kurikuler IPS yang harus dicapai sekurang-kurangnya meliputi

hal-hal berikut:

a. membekali peserta didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupan masyarakat,

b. membekali peserta didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisa dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat,

(48)

25

d. membekali peserta didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif, dan keterampilan terhadap lingkungan hidup yang menjadi bagian kehidupannya yang tidak terpisahkan, dan

e. membekali peserta didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan, perkembangan masyarakat, dan perkembangan ilmu dan teknologi (Massofa, 2010).

Berdasarkan penjabaran tujuan IPS di atas dapat peneliti simpulkan bahwa

pembelajaran IPS bertujuan untuk membekali peserta didik dalam hal

konsep, kebutuhan dasar, dan nilai-nilai sosial dalam kehidupan

bermasyarakat. Melihat betapa pentingnya pembelajaran IPS di SD, seorang

guru harus mampu menciptakan inovasi-inovasi dalam pembelajaran IPS

sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai.

D. HIPOTESIS TINDAKAN

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas dirumuskan hipotesis penelitian tindakan

kelas sebagai berikut. “ Apabila dalam pembelajaran IPS menggunakan metode

role playing dengan langkah-langkah yang tepat, maka dapat meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 4 Rukti Harjo Lampung

(49)

26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) atau

Classroom Action Research (Wardhani, 2007: 1.3). PTK dapat diartikan

sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui

refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara

melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta

menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut (Sanjaya, 2010: 26).

Peneliti menggunakan PTK model siklus karena model ini lebih menonjolkan

kegiatan yang harus dilaksanakan oleh setiap peneliti misalnya guru dalam

setiap kali putaran. Setiap siklus terdiri dari 4 kegiatan pokok yang dirangkai

menjadi satu kesatuan yaitu merencanakan, melakukan tindakan, mengamati

dan merefleksi (Wardhani, 2007: 2.4). Penelitian ini dipilih dan berkolaborasi

dengan seorang guru kelas V SD Negeri 4 Rukti Harjo Lampung Tengah

Lampung Tengah.

B. Setting Penelitian a. Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaborasi partisipan

(50)

27

Lampung Tengah. Adapun jumlah siswa kelas V sebanyak 12 orang siswa

yang terdiri dari 9 orang siswa laki-laki dan 3 orang siswa perempuan.

b. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 4 Rukti Harjo Lampung

Tengah yang terletak di dusun 1 Kampung Rukti Harjo Kecamatan

Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.

c. Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran

2011/ 2012 .

C. Alat Pengumpulan Data

Penelitian ini peneliti menggunakan beberapa alat pengumpulan data, antara

lain:

1.Instrumen pengumpulan data kualitatif, yaitu:

Lembar observasi ialah suatu alat yang digunakan untuk mengamati obyek

tertentu, dalam hal ini aktivitas siswa di kelas selama pembelajaran dan

kinerja guru dalam menjalankan pembelajaran.

2.Instrumen pengumpulan data kuantitatif, yaitu:

Soal tes merupakan alat yang digunakan untuk mengukur tingkat

ketercapaian hasil belajar siswa terhadap materi pembelajaran.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pada tahap ini pengumpulan data yang akan dilakukan selama kegiatan

(51)

28

a.Observasi, dilaksanakan untuk mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru

selama proses pembelajaran berlangsung.

b.Tes hasil belajar, dilaksanakan untuk mengumpulkan data yang berupa

nilai-nilai siswa atau hasil belajar dalam pembelajaran yang

menggunakan metode role playing.

E. Teknik Analisis Data

Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif dan

kuantitatif.

1. Analisis kualitatif

Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data guna menjaring data

aktivitas belajar siswa dan kinerja guru. Data aktivitas belajar siswa

selama pembelajaran berlangsung diperoleh dari hasil observasi dan

dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan

R = Skor mentah yang diperoleh siswa

SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan

100% = Bilangan tetap

(52)

29

Tabel 1. Kualifikasi persentase skor hasil observasi keaktifan belajar siswa

Rentang Skor Kualifikasi

80,01% - 100% Sangat aktif

60,01% - 80% Aktif

40,01% - 60,00% Cukup

21,01% - 40,00% Kurang

0 – 20% Sangat Kurang

(adaptasi Triyani, 2009)

Sedangkan nilai kinerja guru dari hasil observasi dan dianalisis dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

NA = Nilai Akhir

N = Nilai mentah yang diperoleh guru

SM = Skor maksimal

100 = Bilangan tetap

[image:52.612.161.381.116.242.2]

(sumber dari Sowiyah (2010)

Tabel 2 Kualifikasi skor hasil observasi kinerja guru

Rentang Skor Kualifikasi

80,01 – 100 Sangat baik

60,01 – 80 Baik

40,01 - 60,00 Cukup

21,01 - 40,00 Kurang

0 – 20 Sangat Kurang

(53)

30

2. Analisis kuantitatif

Analisis kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa

kelas V SD N 4 Rukti Harjo pada mata pelajaran IPS. Data kuantitatif ini

didapatkan dengan menghitung rata-rata kelas dari hasil tes yang diberikan

kepada siswa dengan rumus:

Keterangan:

= nilai rata-rata yang dicari

∑ x = jumlah nilai

n = Jumlah aspek yang dinilai Diadopsi dari Muncarno (2009: 15)

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal dengan

rumus:

Analisis ini akan dilakukan pada saat tahapan refleksi. Hasil analisis ini

digunakan untuk melakukan perencanaan dalam siklus selanjutnya, sebagai

[image:53.612.154.370.586.698.2]

bahan refleksi dalam memperbaiki rancangan pembelajaran.

Tabel 3. Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa

Tingkat Keberhasilan (%) Arti

> 80 Sangat tinggi

60-79 Tinggi

40-59 Sedang

20-39 Rendah

<20 Sangat rendah

(54)

31

F. Urutan Proses Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012

yang dibagi kedalam tiga siklus dengan empat langkah utama dalam penelitian

tindakan kelas (PTK) yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

Pelaksanaan tindakan kelas dilaksanakan di kelas V. Berikut tahapan daur

[image:54.612.165.502.222.481.2]

siklus dalam penelitian tindakan kelas.

Gambar 1. Tahapan daur siklus PTK (modifikasi Wardhani, 2004: 2.4)

G. Urutan Penelitian Tindakan Kelas 1. Siklus I

a. Perencanaan

Prosedur penelitian ini diawali dengan menetapkan pokok bahasan

untuk pertemuan 1 dan 2 yaitu “pertemuan di Dalat dan menanggapi

berita kekalahan Jepang”, membuat perangkat pembelajaran seperti

pemetaan, silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) SIKLUS I

Pengamatan I

Perencanaan II

SIKLUS II

Pengamatan II

Pelaksanaan I Refleksi I

Pelaksanaan II Refleksi II

(55

Gambar

Tabel 2 Kualifikasi skor hasil observasi kinerja guru
Tabel 3. Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa
Gambar 1. Tahapan daur siklus PTK (modifikasi Wardhani, 2004: 2.4)

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “ANALISIS PENGENDALIAN

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Pembelajaran

Peneliti mengucapkan puji dan syukur atas ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan melimpahkan karunia-Nya, sehingga peneliti masih diberi kekuatan untuk

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan Karunia-Nya penelitian dan penyususnan naskah tesis yang berjudul “ Aktivitas Antibakteri

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufik dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Upaya

Peneliti mengucapkan puji dan syukur atas ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan melimpahkan karunia-Nya, sehingga peneliti masih diberi kekuatan untuk

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pemahaman Konsep