PENGGUNAAN MODELCOOPERATIVE LEARNING TYPE TWO STAY TWO STRAY(TSTS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN
HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SD NEGERI 4
SUKADAMAI LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Skripsi
Oleh
Renshi Marchelina
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
PENGGUNAAN MODELCOOPERATIVE LEARNING TYPE TWO STAY TWO STRAY(TSTS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN
HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SD NEGERI 4
SUKADAMAI LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh
Renshi Marchelina
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
PENGGUNAAN MODELCOOPERATIVE LEARNING TYPE TWO STAY TWO STRAY(TSTS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN
HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SD NEGERI 4
SUKADAMAI LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh : Renshi Marchelina
Permasalahan penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai. Siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) 60 hanya 10 siswa (31,2%) dari jumlah keseluruhan 32 siswa dan nilai rata-rata kelasnya rendah yaitu 51,5.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai dengan menggunakan modelcooperative learning typeTSTS.
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini berupa lembar observasi dan tes. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa dan kinerja guru dalam pembelajaran, sedangkan tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai siswa. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan persentase aktivitas dan hasil belajar siswa. Pada siklus I aktivitas siswa berada pada kualifikasi cukup aktif dengan rata-rata persentase 59,66 %, siklus II kualifikasi aktif dengan rata-rata persentase 72,02 %, dan pada siklus III menjadi sangat aktif dengan rata-rata persentase 81,39 %. Pada hasil belajar siswa, siswa yang mencapai ketuntasan pada siklus I sebesar 62,5 % dengan nilai rata-rata 57,2, siklus II menjadi 71,88 % dengan nilai rata-rata 63,4, dan pada siklus III meningkat menjadi 84,38 % dengan nilai rata-rata 76,5.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan model cooperative learning type TSTS pada pembelajaran matematika dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai Lampung Selatan.
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul Skripsi : Penggunaan Model Cooperative Learning Type Two Stay Two Stray(TSTS) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Matematika Kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012
Nama Mahasiswa : Renshi Marchelina
NPM : 0813053054
Program Studi : S 1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Hj. Nelly Astuti, M. Pd. Drs. Mugiadi, M. Pd. NIP 131760216000000000 NIP 195205111972071001
Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dra. Hj. Nelly Astuti, M. Pd.
Sekertaris : Drs. Mugiadi, M. Pd.
Penguji
Bukan Pembimbing : Drs. Muncarno, M. Pd.
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
Dr. Bujang Rahman, M. Si. NIP 19600315 198503 1 003
HALAMAN PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
nama mahasiswa : Renshi Marchelina
NPM : 0813053054
jurusan : Ilmu Pendidikan program studi : S 1 PGSD
fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univesitas Lampung
dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul Penggunaan Model Cooperative Learning Type Two Stay Two Stray (TSTS) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Matematika Kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012 tersebut adalah benar-benar hasil karya saya sendiri. Bukan plagiat (milik orang lain) ataupun dibuatkan oleh orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan seperlunya dan apabila di kemudian hari ternyata peryataan ini tidak benar, maka saya bersedia dituntut berdasarkan undang-undang dan peraturan yang berlaku.
Metro, 01 Agustus 2012 Yang membuat pernyataan,
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bumiharjo, Kec. Batanghari, Kab. Lampung Timur, Propinsi Lampung pada tanggal 04 Juli 1990. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Siswanto dan Ibu Marsitin.
Pendidikan penulis diawali di Taman Kanak-Kanak (TK) Xaverius Dipasena, selesai pada tahun 1996. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Xaverius Dipasena sampai dengan kelas IV dan pindah di SD Negeri 2 Sumberrejo, Batanghari Lampung Timur hingga selesai yaitu tahun 2002. Tahun 2005 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Metro dan menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Metro pada tahun 2008.
MOTTO
Tidak ada sesuatu yang tidak mungkin di dunia ini asalkan kita
mau berusaha dan berdoa
Impossible is nothing. Because imposibble = i m possible
Sesulit apapun suatu pekerjaan pasti akan terselesaikan asalkan
111
112
DAFTAR PUSTAKA
Aminah, Siti. 2011.Cooperative Learning.http://siti--amminah.blogspot.com/. Diakses tanggal 15 Desember 2011 pukul 11.00 WIB.
Andayani, dkk.. 2009.Pemantapan Kemampuan Profesional. Universitas Terbuka. Jakarta.
Apriyah, Nur. 2006.Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas III SD Negeri Bulakpacing 02 Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal dalam Materi Pecahan Melalui Bantuan Alat Peraga Benda Konkret (Skripsi). Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Arikunto, Suharsimi, dkk.. 2006.Penelitian Tindakan Kelas.Bumi Aksara. Jakarta.
Aqib, Zainal, dkk.. 2009.Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, & TK. Yrama Widya. Bandung.
Budiningsih. 2005.Belajar dan Pembelajaran.Rineka Cipta. Jakarta.
Eko. 2011. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray. http://ras-eko.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-two.html. Diakses tanggal 15 Desember 2011 pukul 11.00 WIB.
Furahasekai. 2011.Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray.
http://furahasekai.wordpress.com/2011/09/07/pembelajaran-kooperatif-tipe-two-stay-two-stray/. Diakses tanggal 15 Desember 2011 pukul 11.00 WIB. Hamalik, Oemar. 2001.Proses Belajar Mengajar.Bumi Aksara. Bandung. Herrhyanto, Nar, dkk.. 2009.Statistik Dasar. Universitas Terbuka. Jakarta.
Heruman. 2008. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.
Huda, Miftahul. 2011.Cooperative Learning. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Isjoni. 2007.Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Alfabeta. Bandung.
Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Refika Aditama. Bandung.
113
Lie, Anita. 2004. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Grasindo. Jakarta.
Martati, Badruli. 2010. Metodologi Pembelajaran pendidikan Kewarganegaraan Strategi Penanaman Nilai.Ganesindo. Bandung.
Mursell dan Nasution. 2008.Mengajar dengan Sukses. Bumi Aksara. Jakarta. Poerwadarminta. 2011. Pengertian Aktivitas Belajar. http://id.shvoong.com
/social-sciences/education/2241185-pengertian-aktivitas-belajar/22 Desember, 2011. Diakses tanggal 27 Desember 2011 pukul 10.00 WIB. Poerwanti, Endang, dkk.. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. DEPDIKNAS.
Jakarta.
Purwanto, Ngalim. 2009.Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Rosda Karya. Bandung.
Sanjaya, Ade. 2011.Pengertian Hasil Belajar.http://aadesanjaya. blogspot.com /2011/03/pengertian-definisi-hasil-belajar.html. Diakses tanggal 15 Desember 2011 pukul 11.00 WIB.
Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Solihatin, Etin dan Raharjo. 2007. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS.Bumi Aksara. Jakarta.
Sowiyah. 2010. Pengembangan Kompetensi Guru SD. Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Sunyono. 2008. Perancangan PTK dan Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Supriatna, Nana, dkk.. 2007.Pendidikan IPS di SD.UPI PRESS. Bandung.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Suwangsih, Erna dan Tiurlina. 2006.Model Pembelajaran Matematika.Upi Press. Bandung.
Tim Penyusun. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
ABSTRAK
PENGGUNAAN MODELCOOPERATIVE LEARNING TYPE TWO STAY TWO STRAY(TSTS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN
HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SD NEGERI 4
SUKADAMAI LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh : Renshi Marchelina
Permasalahan penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai. Siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) 60 hanya 10 siswa (31,2%) dari jumlah keseluruhan 32 siswa dan nilai rata-rata kelasnya rendah yaitu 51,5.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai dengan menggunakan modelcooperative learning typeTSTS.
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini berupa lembar observasi dan tes. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa dan kinerja guru dalam pembelajaran, sedangkan tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai siswa. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan persentase aktivitas dan hasil belajar siswa. Pada siklus I aktivitas siswa berada pada kualifikasi cukup aktif dengan rata-rata persentase 59,66 %, siklus II kualifikasi aktif dengan rata-rata persentase 72,02 %, dan pada siklus III menjadi sangat aktif dengan rata-rata persentase 81,39 %. Pada hasil belajar siswa, siswa yang mencapai ketuntasan pada siklus I sebesar 62,5 % dengan nilai rata-rata 57,2, siklus II menjadi 71,88 % dengan nilai rata-rata 63,4, dan pada siklus III meningkat menjadi 84,38 % dengan nilai rata-rata 76,5.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan model cooperative learning type TSTS pada pembelajaran matematika dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai Lampung Selatan.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Supriatna, 2007: 3).
Sedangkan pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa. Melalui pendidikanlah bangsa akan tegak dan mampu menjaga martabat (Kusumah, 2009: 133).
Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
dari rata-rata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu. Dalam arti yang lebih substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berpikirnya.
Proses belajar tidak harus berasal dari guru menuju siswa. Bahkan banyak penelitian menunjukkan bahwa pengajaran oleh rekan sebaya (peer teaching) ternyata lebih efektif daripada pengajaran oleh guru. Model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai sistem pembelajaran gotong royong atau cooperative learning. Dalam model ini, guru bertindak sebagai fasilitator (Lie, 2004: 11-12).
Di Sekolah Dasar (SD) pembelajaran matematika masih saja dianggap sebagai pelajaran yang menakutkan dan tidak menarik. Hal ini dikarenakan proses pembelajaran yang dianggap masih kurang dan perlu adanya perbaikan sesuai dengan yang diharapkan dalam KTSP (Apriyah, 2006: 2).
pembelajaran matematika yang biasanya dianggap membosankan dan menakutkan oleh siswa.
Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi pada tanggal 12 Desember 2011 tentang data hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai pada hasil ulangan semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 pada mata pelajaran matematika, siswa yang mendapat nilai lebih dari 60 hanya 10 siswa (31,2%) dari jumlah keseluruhan 32 siswa. Ini berarti jumlah siswa yang mendapat nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) 60 dengan standar ketuntasan 75% dari jumlah siswa tidak terpenuhi. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang tidak tuntas dan memiliki nilai rata-rata rendah yaitu 51,5.
menerapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas belajar dan melatih berpikir siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti melakukan perbaikan Penggunaan Model Cooperative Learning Type Two Stay Two Stray (TSTS) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Matematika Kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas perlu diidentifikasi permasalahan yang ada, yaitu sebagai berikut:
1. Pembelajaran kurang bervariasi sehingga terkesan membosankan.
2. Kurangnya minat siswa kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai terhadap mata pelajaran matematika.
3. Siswa tidak berani mengajukan pertanyaan jika belum memahami materi yang disampaikan guru.
4. Kurangnya kerjasama antar siswa dalam kelompok.
5. Saat mengerjakan LKS secara berkelompok hanya siswa pintar saja yang aktif.
6. Siswa sering mengobrol sendiri-sendiri selama proses pembelajaran. 7. Rendahnya aktivitas belajar siswa kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai pada
proses pembelajaran.
9. Rendahnya nilai rata-rata kelas yang hanya mencapai 51,5.
10. Guru belum menggunakan model-model pembelajaran secara bervariasi.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah penggunaan model cooperative learning type TSTS dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran matematika kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai?
2. Bagaimanakah penggunaan model cooperative learning type TSTS dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran matematika kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai dengan menggunaan model cooperative learning typeTSTS.
2. Meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai dengan menggunaan model cooperative learning typeTSTS.
E. Manfaat Penelitian
Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran matematika khususnya di kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai sehingga hasil belajarnya pun meningkat.
2. Bagi Guru
Dapat memperluas wawasan dan pengetahuan guru khususnya dalam penggunaan model cooperative learning type TSTS sehingga dapat memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan profesionalisme guru matematika SD Negeri 4 Sukadamai.
3. Bagi SD Negeri 4 Sukadamai
Sebagai bahan masukan guna meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan dengan penggunaan modelcooperative learning typeTSTS.
4. Bagi Peneliti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ModelCooperative Learning Type Two Stay Two Stray (TSTS) 1. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran dapat digunakan sebagai pedoman bagi guru dalam merencanakan kegiatan pembelajaran. Menurut Mills (dalam Suprijono, 2009: 45) model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Model merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem.
Sedangkan menurut Joice dan Weil (dalam Isjoni, 2007: 50) model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya. Dalam penerapannya, model pembelajaran ini harus sesuai dengan kebutuhan siswa.
Menurut Arends (dalam Trianto, 2010: 22) model pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengelolaannya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran yaitu pedoman bagi para guru dalam merencanakan aktivitas pembelajaran, melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, ketrampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide dalam pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2. Cooperative Learning
a. PengertianCooperative Learning
Cooperative learning merupakan salah satu model pembelajaran yang kegiatan pembelajarannya dilakukan secara berkelompok. Menurut Isjoni (2007: 11) cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam cooperative learning, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Sedangkan Artz dan Newman (dalam Trianto, 2010: 56) menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama, jadi setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya.
Sedangkan Bern dan Erickson (dalam Komalasari, 2010: 62) mengemukakan bahwa cooperative learning merupakan strategi pembelajaran yang mengorganisir pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar kecil dimana siswa bekerjasama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan menurut Roger, dkk. (dalam Huda, 2011: 29) cooperative learning merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain.
Menurut Roger dan Johnson (dalam Lie, 2004: 31) tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah: (1) saling ketergantungan positif, (2) tanggung jawab perseorangan, (3) tatap muka, (4) komunikasi antar anggota, dan (5) evaluasi proses kelompok.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa cooperative learning adalah model pembelajaran yang membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk bekerja sama mengerjakan tugas akademik demi mencapai tujuan pembelajaran.
b. KarakteristikCooperative Learning
Pada hakekatnya cooperative learning sama dengan kerja kelompok, tetapi tidak setiap kerja kelompok dapat dikatakan cooperative learning. Bennet (dalam Isjoni, 2007: 41-43) menyatakan ada lima unsur dasar yang dapat membedakan cooperative learningdengan kerja kelompok, yaitu:
a) Positive Interdepedence, yaitu hubungan timbal balik yang didasari adanya kepentingan yang sama atau perasaan diantara anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lainnya juga.
b) Interaction Face to Face, yaitu interaksi yang langsung terjadi antar siswa tanpa adanya perantara.
c) Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok sehingga siswa termotivasi untuk membantu temannya.
d) Membutuhkan keluwesan, yaitu menciptakan hubungan antar pribadi, mengembangkan kemampuan kelompok, dan memelihara hubungan kerja yang efektif.
Berdasarkan karakteristik di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model cooperative learning dapat melatih siswa untuk berinteraksi, bekerjasama, dan bertanggung jawab dengan anggota kelompoknya dalam memecahkan masalah dalam proses pembelajaran.
c. Tujuan Cooperative Learning
Tujuan utama dalam penerapan model pembelajaran cooperative learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok (Isjoni, 2007: 21).
Menurut Martati (2010: 15) model pembelajaran kooperatif dikembangkan paling sedikit tiga tujuan penting, yaitu tujuan pertama, pembelajaran kooperatif dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademis yang penting. Tujuan kedua adalah toleransi dan penerimaan yang lebih luas terhadap orang-orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial, atau kemampuannya. Tujuan ketiga kooperatif adalah mengajarkan katerampilan kerjasama dan berkolaborasi kepada siswa.
Pembelajaran cooperative learning bertujuan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis (Trianto, 2010: 59).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran cooperative learning bertujuan meningkatkan prestasi belajar siswa, dapat menumbuhkan sikap toleransi dan penerimaan terhadap keanekaragaman, serta dapat mengembangkan keterampilan sosial.
d. Peranan Guru Dalam Cooperative Learning
Dalam pembelajaran, guru berperan menyediakan sarana pembelajaran untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan tidak membosankan.
Menurut Isjoni (2007: 62) peran guru dalam pelaksanaan cooperative learningadalah sebagai:
a) Fasilitator
Sebagai fasilitator guru harus mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan, membantu siswa mengungkapkan keinginan dan pembicaraan secara individual maupun kelompok, membantu menyediakan sumber dan media pembelajaran, membina siswa agar menjadi sumber yang bermanfaat bagi yang lainnya, serta menjelaskan tujuan kegiatan pada kelompok dan mengatur penyebaran dalam bertukar pendapat.
b)Mediator
Sebagai mediator guru berperan sebagai penghubung dalam menjembatani mengaitkan materi pembelajaran yang sedang dibahas melalui cooperative learning dengan permasalahan yang nyata yang ditemukan di lapangan.
c) Director-Motivator
d) Evaluator
Sebagai evaluator guru berperan dalam menilai kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung.
Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa peran guru dalam pembelajaran koperatif adalah sebagai fasilitator, mediator, director-motivator, dan evaluator dalam proses pembelajaran dan mendorong serta memotivasi siswa untuk memperoleh kemajuan yang baik.
3. Two Stay Two Stray(TSTS) a. Pengertian TSTS
TSTS adalah salah satu tipe dari cooperative learning. TSTS merupakan salah satu model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lainnya. Hal ini dilakukan dengan cara saling mengunjungi atau bertamu antar kelompok untuk berbagi informasi. Menurut Lie (2004: 61) TSTS ini dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992 dan bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Struktur TSTS ini memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain.
pembelajaran matematika yang biasanya dianggap membosankan oleh siswa. TSTS cocok untuk meningkatkan komunikasi dan hubungan antar siswa di kelas (Furahasekai.wordpress.com, 2011).
Sedangkan menurut Suprijono (2009: 93-94) TSTS diawali dengan pembagian kelompok lalu guru memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan yang harus mereka diskusikan jawabannya. Setelah itu dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kepada kelompok yang lain, dan dua anggota lainnya menerima tamu dari kelompok lain untuk menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada tamu tersebut. Jika telah selesai, mereka kembali ke kelompoknya masing-masing untuk membahas hasil kerja mereka.
TSTS merupakan sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerjasama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah dan saling mendorong untuk berprestasi. Model ini juga melatih siswa untuk bersosialisasi dengan baik (wordpress.com, 2011).
Sedangkan menurut Herdian (dalam Amminah.blogspot.com, 2011) model pembelajaran ini juga bertujuan agar siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Tahap-tahap pelaksanaannya adalah kerja kelompok, dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap di kelompoknya untuk menerima tamu (dua orang dari kelompok lain), kerja kelompok, kembali ke kelompok asal, kerja kelompok, kemudian laporan kelompok-kelompok.
jenis kelamin yang berbeda, dan (d) Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa TSTS adalah model pembelajaran yang membagi siswa dalam beberapa kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari empat orang, lalu dua anggota kelompok bertamu ke kelompok lain, sedangkan dua lainnya menerima tamu dari kelompok lain untuk berdiskusi.
b. Langkah-langkah Pembelajaran TSTS
Menurut Lie (dalam Aminah.blogspot.com, 2011) langkah-langkah pembelajaran TSTS adalah sebagai berikut:
a) Guru menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran. b) Guru menggali pengetahuan awal siswa tentang materi yang
akan dipelajari melalui tanya jawab.
c) Guru mempresentasikan tata cara pembelajaran kooperatifTwo Stay Two Stray(Dua Tinggal Dua Tamu).
d) Guru memberikan pengarahan tentang hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kooperatif seperti: semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan belajar anggota kelompoknya, menghargai pendapat teman, saling membantu selama proses pembelajaran, membagi tugas individu sehingga semua anggota mempunyai tanggung jawab yang sama dalam mempelajari materi.
e) Siswa dibagi dalam kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 4 orang siswa.
f) Guru memberikan beberapa tugas dan pertanyaan yang harus diselesaikan siswa secara berkelompok.
g) Siswa bekerja sama dalam kelompok tersebut, yang disebut dengan kelompok awal. Dalam kelompok awal ini siswa berdiskusi tentang semua permasalahan yang diberikan oleh guru.
i) Dua siswa yang tinggal dalam kelompok awal bertugas membagikan hasil kerja dan informasi kepada 2 siswa yang bertamu ke kelompok tersebut.
j) Setelah batas waktu bertamu dan menerima tamu habis, tamu mohon diri untuk kembali ke kelompok awal dan melaporkan hasil tukar informasi dari kelompok lain.
k) Siswa yang bertamu ke kelompok lain dan siswa yang bertugas menerima tamu dari kelompok lain saling mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja siswa.
c. Kelebihan dan Kelemahan TSTS
Suatu model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut Susanti (dalam Amminah.blogspot.com, 2011) kelebihan dari TSTS adalah: a) Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan.
b) Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna. c) Lebih berorientasi pada keaktifan.
d)Diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya. e) Menambah kekompakan dan rasa percaya diri siswa.
f) Kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan. g) Membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar.
Sedangkan kelemahan dari model TSTS adalah: a) Membutuhkan waktu yang lama.
b) Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok.
c) Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan tenaga)
d) Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.
orang berkemampuan akademis tinggi, diharapkan bisa membantu anggota kelompok yang lain.
B. Pengertian Aktivitas dan Hasil Belajar 1. Pengertian Aktivitas
Dalam belajar sangat diperlukan aktivitas, tanpa aktivitas belajar tidak akan berjalan dengan baik. Menurut Sardiman (2011: 100) aktivitas yaitu kegiatan yang bersifat fisik atau jasmani maupun mental atau rohani. Kaitan antara keduanya akan membuahkan aktivitas belajar yang optimal. Sedangkan aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental, dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus berkaitan.
Menurut Hamalik (2001: 28) aktivitas adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut yaitu pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap.
Sedangkan menurut Rosseau dalam Sardiman (2011: 100) aktivitas adalah kegiatan interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang melibatkan fisik dan pikiran. Kaitan keduanya akan menghasilkan aktivitas belajar yang optimal.
2. Pengertian Belajar
Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku. Menurut teori behavioristik, belajar adalah bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon (Budiningsih, 2005: 20).
Sedangkan Gagne (dalam Suprijono, 2009: 2) mendefinisikan belajar sebagai perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah.
Menurut Robbins (dalam Trianto, 2010: 15) belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara pengetahuan yang sudah dipahami dan pengetahuan yang baru. Dari definisi ini belajar memuat beberapa unsur, yaitu penciptaan hubungan, suatu pengetahuan yang sudah dipahami, dan pengetahuan yang baru. Jadi dalam makna belajar bukan berangkat dari sesuatu yang benar-benar belum diketahui, tetapi merupakan keterkaitan dari dua pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru.
Sementara itu Sunaryo (dalam Komalasari, 2010: 2) mendefinisikan belajar sebagai suatu kegiatan dimana seseorang membuat atau menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Sudah barang tentu tingkah laku tersebut adalah tingkah laku yang positif, artinya untuk mencari kesempurnaan hidup.
menurut Sardiman (2011: 20) adalah perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya. Belajar itu akan lebih baik kalau si subjek belajar itu mengalami atau melakukannnya.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah adanya perubahan tingkah laku karena adanya suatu pengalaman. Perubahan tingkah laku tersebut dapat berupa perubahan keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman, dan apresiasi.
3. Pengertian Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar merupakan faktor yang menentukan keberhasilan seorang siswa, karena pada dasarnya belajar adalah berbuat. Menurut Poerwadarminta (dalam shvoong.com: 2011) aktivitas adalah kegiatan. Jadi aktivitas belajar adalah kegiatan-kegiatan siswa yang menunjang keberhasilan belajar. Dalam hal kegiatan belajar, segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri baik secara rohani maupun teknis. Tanpa ada aktivitas, proses belajar tidak mungkin terjadi.
Ada berbagai macam aktivitas belajar, Paul B. Diedrich (dalam Sardiman, 2011: 101) membagi aktivitas belajar menjadi 8 kelompok, yaitu:
1) Visual activities, seperti membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, dan pekerjaan orang lain.
2) Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan interupsi.
3) Listening activities, seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, dan pidato.
5) Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta, dan diagram.
6) Motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, dan berternak.
7) Mental activities, seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, dan mengambil keputusan.
8) Emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang melibatkan kegiatan fisik maupun mental dalam hal kegiatan belajar mengajar yang diperoleh melalui pengalaman sendiri untuk memeperoleh informasi dan pengetahuan yang baru sehingga dapat menunjang keberhasilan belajar siswa.
4. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai dan memahami materi yang telah diajarkan oleh guru. Menurut Gagne (dalam Suprijono, 2009: 5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Hasil belajar berupa informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik, dan sikap.
Selain itu Suprijono (2009: 7) mendefinisikan hasil belajar sebagai perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentasi atau terpisah, melainkan komprehensif.
Poerwanti, dkk. (2008: 7.5) mengklasifikasikan hasil belajar siswa dalam tiga ranah (domain), yaitu (1) domain kognitif (pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika), (2) domain afektif(sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan antar pribadi dan kecerdasan intra pribadi, dengan kata lain kecerdasan emosional), dan (3) domain psikomotor (keterampilan atau yang mencakup kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan musikal).
Menurut Sanjaya dalam (blogspot.com, 2011) hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupa sehingga nampak pada diri individu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan sikap seseorang setelah mengikuti proses pembelajaran, dengan indikator domain kognitif, afektif, dan psikomotor.
C. Pembelajaran Matematika SD 1. Pengertian Pembelajaran
didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik atau pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Sedangkan menurut Isjoni (2007: 11) tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan siswa. Pihak-pihak yang terlibat dalam pembelajaran adalah guru dan siswa yang berinteraksi edukatif antara satu dengan yang lainnya.
Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan (Trianto, 2010: 17).
Pembelajaran adalah proses, cara, dan perbuatan mempelajari. Pada pembelajaran, guru mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran, guru menyediakan fasilitas belajar bagi peserta didiknya untuk mempelajarinya. Jadi subjek pembelajaran adalah peserta didik (Suprijono, 2009: 13).
2. Pengertian Matematika
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar. Menurut Ruseffendi (dalam Heruman, 2008: 1) matematika adalah bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil.
Sejalan dengan Johnson dan Rising (dalam Suwangsih dan Tiurlina, 2006: 4) yang mendefinisikan matematika sebagai pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logis, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi.
Menurut Reys (dalam Subarinah, 2006: 1) matematika merupakan telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat. Sedangkan menurut Kline (dalam Karso, 2000: 40) matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi keberadaannya itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.
matematika dapat digunakan manusia untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari seperti pada perdagangan dan pengukuran.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa matematika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya.
3. Matematika SD
Matematika adalah ilmu deduktif, formal, hierarki, dan menggunakan bahasa simbol yang memiliki arti yang padat. Karena adanya perbedaan karakteristik antara matematika dan anak usia SD, maka matematika akan sulit dipahami oleh anak SD jika diajarkan tanpa memperhatikan tahap berpikir anak SD. Seorang guru hendaknya mempunyai kemampuan untuk menghubungkan antara dunia anak yang belum dapat berpikir secara deduktif agar dapat mengerti matematika yang bersifat deduktif. Faktor lain yang harus diperhatikan dalam proses pembelajaran matematika adalah adanya keanekaragaman intelegensi siswa SD serta jumlah siswa SD yang cukup banyak dibandingkan guru yang mengajar matematika (Suwangsih, 2006: 15-16).
Sedangkan menurut Heruman (2008: 4) dalam pembelajaran matematika di SD diharapkan terjadi reinvention (penemuan kembali), yaitu menemukan suatu cara penyelesaian secara informal dalam pembelajaran di kelas. Walaupun penemuan tersebut sederhana dan bukan hal baru bagi orang yang telah mengetahui sebelumnya, tetapi bagi siswa SD penemuan tersebut merupakan suatu hal yang baru.
Berikut ini adalah ciri-ciri pembelajaran matematika di SD menurut Suwangsih (2006: 25-26) yaitu:
1) Pembelajaran matematika menggunakan metode spiral
Pendekatan spiral dalam pembelajaran matematika merupakan pendekatan dimana pembelajaran konsep atau suatu topik matematika selalu mengkaitkan atau menghubungkan dengan topik sebelumnya.
Materi pembelajaran matematika diajarkan secara bertahap yaitu dimulai dari konsep-konsep yang sederhana menuju konsep yang lebih sulit.
3) Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif
Matematika merupakan ilmu deduktif, namun sesuai tahap perkembangan mental siswa maka pada pembelajaran matematika SD digunakan pendekatan induktif.
4) Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi Kebenaran matematika merupakan kebenaran yang konsisten, artinya tidak ada pertentangan antara kebenaran yang satu dengan kebenaran yang lainnya.
5) Pembelajaran matematika hendaknya bermakna
Pembelajaran secara bermakna merupakan cara mengajarkan materi pelajaran yang mengutamakan pengertian daripada hafalan.
Merujuk pada berbagai pendapat para ahli matematika SD dalam mengembangkan kreativitas dan kompetensi siswa, maka guru hendaknya dapat menyajikan pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai dengan kurikulum dan pola pikir siswa. Konsep-konsep dalam pembelajaran matematika SD dapat dibagi menjadi tiga yaitu penanaman konsep dasar, pemahaman konsep, dan pembinaan keterampilan (Heruman, 2008: 2).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah pembelajaran yang bertahap dari yang sederhana menuju yang lebih sulit, pembelajaran yang konsisten, dan pembelajaran yang bermakna.
D. Hipotesis Tindakan
1
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai pada pembelajaran matematika dengan penerapan model cooperative learning typeTSTS dapat disimpulkan:
1. Penerapan model cooperative learning type TSTS pada pembelajaran matematika dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai. Hal ini dapat dilihat pada persentase rata-rata setiap siklusnya. Pada siklus I persentase aktivitas siswa mencapai 59,66 %
2
Dengan demikian, penerapan model cooperative learning type TSTS dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai Tahun Pelajaran 2011/2012.
B. Saran
1. Kepada siswa, agar lebih giat belajar dan lebih memperhatikan materi yang disampaikan guru serta lebih tanggap terhadap instruksi yang diberikan, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
2. Kepada guru, agar selalu menggunakan model pembelajaran yang bervariasi dalam setiap pembelajaran, serta lebih berinovasi dalam menggunakan model pembelajaran sehingga siswa lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.
3. Kepada pihak sekolah, diharapkan dapat memberikan fasilitas dan dukungan moril kepada guru untuk melakukan berbagai inovasi dalam pembelajaran, serta menambah wawasan kepada guru tentang berbagai model pembelajaran, khususnyacooperative learning typeTSTS sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
PENGGUNAAN MODELCOOPERATIVE LEARNING TYPE TWO STAY TWO STRAY(TSTS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN
HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SD NEGERI 4
SUKADAMAI LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Skripsi
Oleh
Renshi Marchelina
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
PENGGUNAAN MODELCOOPERATIVE LEARNING TYPE TWO STAY TWO STRAY(TSTS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN
HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SD NEGERI 4
SUKADAMAI LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh
Renshi Marchelina
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas... 28 2. Diagram Kenaikan Rata-rata Aktivitas Siswa...
102
3. Diagram Kenaikan Rata-rata Kinerja Guru... 105
DAFTAR ISI
B. Identifikasi Masalah... 4
C. Rumusan Masalah... 5
D. Tujuan Penelitian... 5
E. Manfaat Penelitian... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ModelCooperative Learning TypeTSTS... 7
B. Pengertian Aktivitas dan Hasil Belajar... 17
C. Pembelajaran Matematika SD... 22
D. Hipotesis Tindakan... 26
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 27
B. Setting Penelitian... 29
C. Subjek Penelitian... 29
D. Teknik Pengumpulan Data... 29
E. Sumber Data... 30
F. Alat Pengumpulan Data... 30
G. Teknik Analisis Data... 30
H. Prosedur Penelitian... 34
I. Indikator Keberhasilan Penelitian... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil SD Negeri 4 Sukadamai... 47
B. Prosedur Penelitian... 48
B. Saran... 111 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kualifikasi Hasil Observasi Siswa... 32
2. Kualifikasi Hasil Observasi Kinerja Guru... 32
3. Kriteria Tingkat Keberhasilan Siswa... 34
4. Jadwal Penelitian Tindakan Kelas... 49
5. Aktivitas Siswa Siklus I... 60
6. Kinerja Guru Siklus I... 62
7. Hasil Belajar Siswa Siklus I... 63
8. Aktivitas Siswa Siklus II... 78
9. Kinerja Guru Siklus II...80
10. Hasil Belajar Siswa Siklus II...81
11. Aktivitas Siswa Siklus III... 96
12. Kinerja Guru Siklus III... 97
13. Hasil Belajar Siswa Siklus III... 98
14. Rekapitulasi Aktivitas Siswa... 102
15. Rekapitulasi Data Persentase Kinerja Guru... 104
16. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa... 106
HALAMAN PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
nama mahasiswa : Renshi Marchelina
NPM : 0813053054
jurusan : Ilmu Pendidikan program studi : S 1 PGSD
fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univesitas Lampung
dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul Penggunaan Model Cooperative Learning Type Two Stay Two Stray (TSTS) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Matematika Kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012 tersebut adalah benar-benar hasil karya saya sendiri. Bukan plagiat (milik orang lain) ataupun dibuatkan oleh orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan seperlunya dan apabila di kemudian hari ternyata peryataan ini tidak benar, maka saya bersedia dituntut berdasarkan undang-undang dan peraturan yang berlaku.
Metro, 01 Agustus 2012 Yang membuat pernyataan,
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul Skripsi : Penggunaan Model Cooperative Learning Type Two Stay Two Stray(TSTS) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Matematika Kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012
Nama Mahasiswa : Renshi Marchelina
NPM : 0813053054
Program Studi : S 1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Hj. Nelly Astuti, M. Pd. Drs. Mugiadi, M. Pd. NIP 131760216000000000 NIP 195205111972071001
Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dra. Hj. Nelly Astuti, M. Pd.
Sekertaris : Drs. Mugiadi, M. Pd.
Penguji
Bukan Pembimbing : Drs. Muncarno, M. Pd.
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
Dr. Bujang Rahman, M. Si. NIP 19600315 198503 1 003
MOTTO
Tidak ada sesuatu yang tidak mungkin di dunia ini asalkan kita
mau berusaha dan berdoa
Impossible is nothing. Because imposibble = i m possible
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya kecilku kepada:
Ayah dan Ibu tercinta, Bapak Siswanto dan Ibu Marsitin yang selalu memberikan
dukungan moral dan materiil demi keberhasilanku. Terimakasih atas untaian doa dan
motivasi yang telah diberikan kepadaku sehingga aku masih bisa melanjutkan studi ku
sampai saat ini.
Adikku Nikhel Dirmelo, terima kasih atas motivasi, dukungan, dan doanya hingga aku
dapat menyelesaikan skripsi ini.
Sahabat-sahabatku atas segala kebersamaan, motivasi, dukungan, bantuan, doa, serta
nasihat yang selalu diberikan kepadaku..
Temanku dalam satu bimbingan skripsi (Rina) dan temanku dalam melaksanakan
penelitian (Yuli), terimakasih atas kebersamaannya dan diskusinya selama ini, semoga
bermanfaat.
Teman-teman satu angkatan dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bumiharjo, Kec. Batanghari, Kab. Lampung Timur, Propinsi Lampung pada tanggal 04 Juli 1990. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Siswanto dan Ibu Marsitin.
Pendidikan penulis diawali di Taman Kanak-Kanak (TK) Xaverius Dipasena, selesai pada tahun 1996. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Xaverius Dipasena sampai dengan kelas IV dan pindah di SD Negeri 2 Sumberrejo, Batanghari Lampung Timur hingga selesai yaitu tahun 2002. Tahun 2005 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Metro dan menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Metro pada tahun 2008.
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan Penggunaan Model Cooperative Learning Type Two Stay Two Stray (TSTS) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Matematika Kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012 salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sugeng P. Hariyanto, M. S., selaku Rektor Universitas Lampung;
2. Bapak Dr. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
3. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M. Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
4. Bapak Dr. Hi. Darsono, M. Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD FKIP Universitas Lampung;
5. Ibu Dra. Asmaul Khair, M. Pd., selaku Ketua PGSD UPP Metro;
kesabaran dan ketelitian dalam pengoreksian isi skripsi peneliti sehingga menjadikan karya ini menjadi lebih baik dan mudah dipahami;
7. Bapak Drs. Mugiadi, M. Pd., selaku Pembimbing Kedua atas kesediaaannya meluangkan waktu bagi peneliti guna memberikan bimbingan, saran dan kritik, serta ilmu pengetahuannya guna masukan penting terhadap skripsi ini; 8. Bapak Drs. Muncarno, M. Pd., selaku Dosen Penguji atas saran, kritik, dan
motivasi yang telah diberikan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini;
9. Ibu Dra. Sulistiasih, M. Pd., selaku Pembimbing Akademik;
10. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf PGSD UPP Metro yang penuh rasa kekeluargaan, baik ketika berada di kampus maupun di luar kampus;
11. Ibu Suryati, S. Pd., selaku Kepala SD Negeri 4 Sukadamai yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian di SD tersebut;
12. Ibu Armala, S. Pd., guru matematika kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai selaku teman sejawat yang telah banyak membantu peneliti sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar;
13. Siswa-siswi kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai atas partisipasi aktifnya sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik;
14. Rekan-rekan seperjuangan, mahasiswa S-1 PGSD angkatan 2008, terimakasih atas kebersamaan dan dukungan yang telah diberikan selama ini;
Semoga segala bantuan, bimbingan, dan saran Bapak, Ibu dan Saudara-Saudara mendapat balasan dari Allah SWT. Dengan segala kerendahan hati, peneliti mohon maaf jika dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan baik isi maupun penulisan, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun senantiasa peneliti butuhkan dari semua pihak.
Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya para guru sebagai acuan dalam pengembangan pembelajaran di kelas dalam usaha meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
Metro, Juni 2012 Penulis