• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAHAMAN MASYARAKAT TERHADAP TEKS TENTANG PERCERAIAN DALAM FIQIH ISLAM (Studi Terhadap Alumni Pondok Pesantren A.P.I. Margodadi Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMAHAMAN MASYARAKAT TERHADAP TEKS TENTANG PERCERAIAN DALAM FIQIH ISLAM (Studi Terhadap Alumni Pondok Pesantren A.P.I. Margodadi Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus)"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

PEMAHAMAN MASYARAKAT TERHADAP TEKS TENTANG

PERCERAIAN DALAM FIQIH ISLAM

(Studi Terhadap Alumni Pondok Pesantren A.P.I. Margodadi

Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus)

(Skripsi)

Oleh:

Rifah Laaliyah

SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRACK

THE SOCIETY COMPREHENSION TO THE TEXT ABOUT DIVORCE IN ISLAMIC LAW

( A Case Study Alumni To A.P.I Islamic Boarding House Margodadi Sumberejo Tanggamus)

By Rifah Laaliyah

Divorce as a sacred thing, becomes common phenomenon in our society. Some problems occurred in family are easily solved by divorce. Even though divorce is

legal in Islam but it’s the hateful thing by Allah SWT. Divorce is the final

solution, if the relationship between husband and wife can not be maintained. There is a rule in Islamic law to make divorce process run well so it will not hurt a couple.

The objective of the research is to find out the society comprehension to the text about divorce in Islamic law by conducting descriptive method and interview the respondent are taken from Alumni of A.P.I Islamic boarding house that has stayed 5 years minimally. The location of the research is in Margodadi village Sumberejo Tanggamus by interview and documentation technique Based on the research conducted, the writer concludes:

1. The societies know that divorce is legal but it’s hateful in Islam.

2. The society don’t know that divorce consists of Talaq, Khulu’ and Fasakh. They only understand about the definition of Talaq.

3. Generally the societies know is a solution of divorce so that a husband

divorces a wife at their prescribed period. But society don’t know the steps

should be done by a husband to divorce the wife based on Surah An-Nisa’: 34, the lack of comprehension to Surah An-Nisa’: 34 a husband is easily divorce the wife.

(3)

ABSTRAK

PEMAHAMAN MASYARAKAT TERHADAP TEKS TENTANG PERCERAIAN DALAM FIQIH ISLAM

(Studi Terhadap Alumni Pondok Pesantren A.P.I Margodadi Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus)

Oleh Rifah Laaliyah

Perceraian sebagai sesuatu yang sakral, kini menjadi fenomena yang biasa dalam masyarakat. Permasalahan dalam keluarga begitu mudahnya diselesaikan dengan jalan perceraian. Meskipun cerai ini diperbolehkan dalam Islam, tetapi cerai adalah perkara yang sangat dibenci oleh Allah SWT. Perceraian merupakan jalan terakhir apabila sebuah keluarga yang telah dibina akan semakin memburuk jika tetap dilanjutkan. Ada kaidah dan peraturan hukum yang telah diatur dalam Islam, supaya proses perceraian itu berjalan dengan cara yang baik (ma’ruf) supaya tidak semakin menyakiti (mendzalimi) salah satu pihak.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana pemahaman masyarakat terhadap teks tentang perceraian dalam fiqih Islam, dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif melalui wawancara. Dengan pemilihan informannya yang pernah tinggal dipon-pes minimal 5 tahun. Lokasi penelitian di desa Margodadi kecamatan Sumberejo kabupaten Tanggamus, dengan teknik wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian disimpulkan : (1) Masyarakat memahami bahwa cerai adalah sesuatu yang halal tetapi dibenci dalam Islam. (2) Pemutusan ikatan perkawinan dalam Islam yang meliputi talak, khuluk dan fasakh, masyarakat tidak mengetahuinya. Pemahaman dan pengetahuan itu sebatas pada pengertian talak. (3) Perceraian yang diatur dalam surat ath-Tholaq ayat 1, sebagian besar masyarakat mengetahui dan memahami bahwa ayat tersebut mengatur supaya suami menceraikan istri dengan baik supaya dapat dihitung masa ‘iddahnya. Akan tetapi, pemahaman masyarakat terhadap surat An-Nisa’ ayat 34, masyarakat tidak mengetahui tahapan yang mesti dilakukan oleh suami terhadap istri sebelum memutuskan untuk bercerai. Karena kekurang fahaman terhadap teks surat An-Nisa’ ayat 34 ini, maka hal yang wajar jika pasangan (suami) mudah sekali menceraikan istrinya.

(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Karya tulis saya, Tesis/Skripsi/Tugas Akhir, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (Magister/Sarjana/Ahli Madya), baik di Universitas Lampung maupun di perguruan tinggi lainnya.

2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan dari Tim Pembimbing dan Penguji. 3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau

dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di Universitas Lampung.

Bandar Lampung, Agustus 2010

(5)

PEMAHAMAN MASYARAKAT TERHADAP TEKS TENTANG PERCERAIAN DALAM FIQIH ISLAM

(Studi Terhadap Alumni Pondok Pesantren A.P.I Margodadi Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus)

Oleh :

Rifah Laaliyah

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai Gelar SARJANA SOSIOLOGI

Pada Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(6)

Judul Skripsi : PEMAHAMAN MASYARAKAT TERHADAP TEKS TENTANG PERCERAIAN DALAM FIQIH ISLAM (Studi di Desa Margodadi Kecamatan Sumberjo Tanggamus) Nama Mahasiswa : Rifah Laaliyah

No. Pokok Mahasiswa : 0516011060

Jurusan : Sosiologi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Endry Fatimaningsih, S.Sos. M.Si NIP. 197207182003122002

2. Ketua Jurusan

(7)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Endry Fatimanungsih, S.Sos. M.Si ...

Penguji : Drs. Abdul Syani, M. Ip ...

2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si NIP. 195801091986031002

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di desa Margoyoso Sumberejo Tanggamus pada tanggal 30 Maret 1987. Anak ke dua dari delapan bersaudara pasangan dari bapak Hi. Nasruddin dan Ibu Hj. Siti Fatonah.

Penulis menyelesaikan pendidikan formal di TK RAMA MATHLA'UL ANWAR Margodadi selama 2 tahun, kemudian melanjutkan pendidikan dasar di Madrasah Ibtida'iyah Margodadi pada tahun 1993-1999, dilanjutkan dengan pendidikan Sekolah Menengah Tingkat Pertama di Madrasah Tsanawiyah Al-Ma'ruf Margodadi pada tahun 1999-2002, dan pada tahun 2002 penulis melanjutkan Sekolah Menengah Atas di Madrasah Aliyah Al-Ma'ruf Margodadi lulus tahun 2005. Kemudian pada tahun yang sama penulis diterima di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Sosiologi melalui jalur SPMB.

(9)

Saat ini, penulis aktif sebagai pengajar pada mata pelajaran Sosiologi di Madrasah Aliyah Al-Ma'ruf Margodadi Sumberejo Tanggamus. Pada sore harinya, penulis aktif berkiprah di Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) Riyadlussolihin desa Margodadi. Setiap malam Sabtu dan Minggu penulis belajar Risalatul Mahid (kajian Fiqih Haidl) di Pondok Pesantren Putri Al-Falah Margodadi.

(10)

MOTTO

Maka ni'mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan ?

(Q.S. Ar-Rahman)

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan

(11)

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Segala puji kepada Dzat yang Agung, Maha segala Maha, Alloh SWT.

Atas Berkah, Rahmat dan HidayahNya

Sholawat serta salam, teruntuk junjunganku, suri tauladanku,

Muhammad SAW yang ku nanti syafa'atnya di Yaumil Qiyamah

Bapak dan Ummi yang telah banyak memberikan dukungan dan kasih

sayang, serta doa, cucuran keringat dan air mata untuk kesuksesanku

Mamasku (mas Farhan) yang selalu memberi semangat, dan adi- adikku

(Hilyah, Afif, Kholil,Fuadi, Hasbi, dan Hikam) yang selalu menghibur

dan mendukungku serta memberikan semangat untukku.

Mas Mufid yang selalu setia jadi teman curhatku, Teman dalam

dakwahku, memberikan dukungan serta selalu mendo'akanku.

N' special buat seseorang yang setia menungguku, mas Nasihin

(Akhibbakum..)

(12)

SANWACANA

Assalamu‟alaikum warohmatullohi wabarokatuh.

Alhamdulillah….., segala Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karuniaNya. Dengan segala kemampuan dan do‟a, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana di Universitas Lampung, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada jurusan Sosiologi. Tanpa bantuan berbagai pihak, kiranya penyusunan skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Terutama kepada :

1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung;

2. Bapak Drs. A Efendi, M.M, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung;

3. Bapak Dr. Yulianto, M.S, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung;

(13)

5. Bapak Drs. Benjamin, M.Si, selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung;

6. Bapak Drs. Susetyo, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung;

7. Ibu Endry Fatimaningsih, S.Sos. M.Si sebagai Pembimbing Utama, terima kasih banyak atas kesediaannya dalam memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

8. Bapak Drs. Abdul Syani, M.Ip, selaku Pembahas dan Penguji Utama, terima kasih atas saran dan kritiknya, baik pada seminar proposal, seminar hasil dan pada ujian skripsi;

9. Bapak dan Ibu Staf bagian Akademik;

10.Bapak dan Ibu Staf dan Karyawan Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik;

11.Bapak Kasino M dan seluruh Staf dan Karyawan di Pekon Margodadi kecamatan Sumberejo Tanggamus.

12. Bapak dan Ummi tersayang, terima kasih atas do‟a yang tiada henti, harapan dan segala perhatian yang tercurahkan (ma‟af Fa bandel dinasehati ya….)

13.Mas Farhan syakur S.Hum, makasih selalu ajari aku tuk jadi yang terbaik. (semester sepuluh dilawan….! Hehe…) buat adik-adikku, Hilyah, Afif, Kholil, Fuadi, Hasbi dan I‟am, makasih atas do‟a dan dukungannya..(jangan berhenti tuk

buat hari-hari mbak tambah rame..)

(14)

Muntahanah, Bukde Hj. Marfu‟ah Bukde Hj. Maimunah, Bukde Hj. Rima terima kasih atas bimbingan tausiah dan ngajinya selama ini, ku yakin semua demi kebaikanku, do‟a-do‟a yang terpanjatkan setiap bertanya sudah selesai Fa? Kapan

wisuda….. segara mungkin. Amin..

15.Pamanku, Paman Hi. Shonif (matur nuwun kathah man, sampun nganter lan bantu kulo daftar ulang ten Unila), Lek Hi. Iwik (jangn berhenti tuk sampaikan aspirasi rakyat Sumberejo) , lek Dini (ku jadi tambah gak ngerti dengan ambisi dan harapanmu lek, kapan kembali seperti dulu..?), lek Nandar (jauh…jauh…, semoga apa yang diharapkan jadi nyata) lek Top (jauh di negara Jiran, Ku yakin lek selalu do‟akan tuk kesuksesanku), paman Munir, bibi Niroh, paman Izin (makasih banyak atas semuanya, semuanya pokok‟e. sakeng sederenge kulo daftar ten Unila. Kira-kira saget dados PNS ugi mboten nggih….?) buat Om Amin (kapan mbojo Om..? ngomonge moh dilangkahi ponakane…) buat Bibi dan Bulekku, Bibi Hj. Khodimah (matur nuwun Kathah), Bulik Sri (makasih tuk Salonnya Ya…) Bik Lasoh, Bik Tun, Bik Rus, bulik Ina, Bik Anik, Bulik Rahma (matur

nuwun selalu bantu Fa, nyuwun ngapunten sering ngrepoti);

16.keluarga Az-Zahra, Om Manan, Bulik Tutik, Hanif, Zahra, Dita (makasih yang tak terhingga, sudah banyak membantu, ma'af bila selalu merepotkan), mas BQ yang sering mengantarkanku kalau ada perlu, mas Rofi', Ova, Mas Imam, Mbak Eni, Mbak Muk, makasih banyak sudah menemani dalam suka dan duka selama ku g' betah tinggal di Bandar Lampung..

(15)

mas Hakim, mas Bahrul, mbak Elul, mbak Ni‟mah, mbak Zaroh, mbak Faiz, mbak Firoh, mbak Itul, mbak Matsna, mas Mar‟I, mas Auni, mas Yusron, mas

zidni,mbak Izah, mbak Luhen, mbak Ulfa, mbak Kiki, mbak Fifi, mbak Dinan, mas Rafa, dek Juroh, dek Tsalis, dik Opick, Ela (rampungke kuliahe El..), Aman, Nunun, Labib, „Asiq, Dayati, Anis, Najib, Heti, Apis, Rofiqi, Arin, Sihah, Umroh, Riroh, Enjik, Nisa‟, Aya, Fara.. (sinten malih nggih….?)

18.Ponakanku, Topik, Imas, Naswa, Farhat, A‟yun, Kafah, Najwa, Halwa, Ahmad, Muhammad, Nela, Farel, Salwa, Salma (??? Bulik sampe bingung, sampun keabsen sedanten dereng…?)

19.Anak anakku di YPPAM, terutama kelas 10.2, (maaf ya bila ibu sering buat kalian kapok. Kalian emang pinter buat ibu kesal..);

20.Adik-adik TPA Riyadlussholihin (jadi anak sholeh sholehah ya…. Ingat…! Syurga dibawah telapak kaki ibu,,);

21.Seseorang yang insya Alloh jadi teman sejatiku (ku tak sanggup lagi menggambarkan tentang dirimu, makasih udah blajari adek tuk mengerti makna sebuah kehidupan, semoga Alloh bukakan jalan buat q-ta tuk mengikuti Sunnah Rosul-Nya);

22.Mas Mufid (afwan Ustad, bila ku tak sanggup bantu wujudkan misi dan cita-cita njenengan. Insya Alloh ada yang lebih indah dan lebih baik, ada pelangi yang lebih indah di ujung sana….);

(16)

bareng), Mia (makasih udah bersedia jadi moderator seminar usul) Acep, Rahmat, Hendra (makasih banyak ya… atas saran dan kritiknya di seminar), Endha,

Martha, dan semua angkatan 05 (saking lamanya ku sampe pada lupa dengan nama kalian, ma‟af buat yang belum tersebut namanya). Buat Wulan 06 (makasih udah bersedia jadi moderator seminar hasil);

24.Semua yang pernah hadir dalam sejarah hidupku.

Semoga Allah SWT melimpahkan Rahmat kepada kalian semua. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, namun harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua….

Wassalamu‟alaikum warohmatullohi wabarokatuh

Bandar Lampung, Agustus 2010 Penulis

(17)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

PERNYATAAN ... ii

HALAMAN JUDUL ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

SANWACANA ... ix

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Kegunaan Penelitian... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Pemahaman ... 12

B. Tinjauan tentang Masyarakat ... 14

C. Tinjauan tentang Perceraian ... 14

D. Teks atau Dalil tentang Perceraian ... 20

E. Landasan Teori ... 26

(18)

III.METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian ... 31

B. Fokus Penelitian ... 32

C. Penentuan Informan ... 32

D. Lokasi Penelitian ... 33

E. Teknik Pengumpulan Data ... 34

F. Teknik Analisis Data ... 34

G. Teknik Uji Validitas Data Kualitatif ... 35

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Desa Margodadi ... 37

B. Sejarah Pondok Pesantren A.P.I di Desa Margodadi ... 44

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 49

B. Pembahasan ... 63

VI.SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 71

B. Saran ... 72 DAFTAR PUSTAKA

(19)

DAFTAR TABEL

Tabel

1. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 40

2. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Usia ... 41

3. Tingkatan Kelas dan Pembelajaran Kitab ... 47

4. Daftar Alumni A.P.I Margodadi ... 77

5. Identitas Informan ... 78

6. Pemahaman Masyarakat Terhadap Konsep Cerai... 78

(20)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1. Kerangka Pemikiran ... 30

2. Struktur Pemerintahan Pekon Margodadi ... 38

3. Struktur Kelembagaan Pon-Pes A.P.I Margodadi ... 46

(21)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keluarga merupakan unit pergaulan hidup yang terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri dari ayah atau suami, istri atau ibu, dan anak-anak. Hubungan antar individu di dalam keluarga umumnya didasarkan atas hubungan darah dan perkawinan. Hubungan antar anggota dijiwai oleh suasana kasih sayang dan tanggung jawab. Keluarga mempunyai fungsi merawat, memelihara serta melindungi anak-anaknya dalam rangka sosialisasinya dengan masyarakat yang lebih luas.

Keluarga merupakan sebuah institusi sosial yang memainkan peranan yang besar dalam pewarisan nilai-nilai sosial dari satu individu kepada individu yang lain. Keluarga merupakan institusi sosial pertama dan utama yang akan melahirkan satu generasi yang baru sebagai penerus generasi sebelumnya.

(22)

Sedangkan wanita lemah lembut, sehingga wajar apabila ia melakukan pekerjaan di dalam rumah untuk mengasuh anak, mengurus rumah dan mengurus suami. Perbedaan antara laki-laki dan wanita secara emosional dan biologis memang mempengaruhi peranannya dalam kehidupan masyarakat. Menurut William J. Goode (1985:239) perbedaan itu adalah peranan suami atau ayah sebagai instrument dimana kegiatannya dititik beratkan pada dunia luar rumah, sedangkan peranan istri disebut sebagai peranan ekspresif karena dititik beratkan pada kegiatan rumah tangga dan mereka bertanggungjawab atas kualitas hubungan keluarga.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka peranan antara seorang suami dengan seoranng istri adalah saling berkaitan dan tidak dapat terpisahkan satu dengan yang lainnya, maka keduanya akan menjadi titik tolak bagi berkelangsungan hidup rumah tangga dalam keluarga. Oleh karena itu, manusia pada hakikatnya tidak dapat hidup secara terpisah atau menyendiri, melainkan selalu ingin hidup bersama dan bergaul satu sama lainnya. Kehidupan dalam suatu rumah tangga tidak selamanya mulus tanpa gangguan dan rintangan. Ada keluarga yang berhasil mengatasi rintangan-rintangan tersebut, tetapi ada juga keluarga yang mesti memutuskan ikatan perkawinan antara suami dan istri akibat tidak terselesaikannya rintangan dalam perjalanan rumah tangga.

(23)

seperti nikah mut‟ah, nikah muhallil, nikah muwaqqat, dan sebagainya. ( Muchtar, 1974 : 157 ) dari pernikahan tersebut terjadi sebuah keluarga yang baru.

Dalam sebuah perkawinan akan terjalin hubungan kerja sama yang baik untuk mencapai tujuan hidup dan kebutuhan hidup yang diinginkan oleh kedua pasangan suami istri. Hal ini selaras dengan apa yang dinyatakan oleh Kastasapoetra dan L. J. B. Krimers (1987:76) bahwa perkawinan pada hakikatnya merupakan suatu bentuk kerja sama antar pria dan wanita dalam masyarakat di bawah suatu peraturan khusus dan keduanya berada dalam satu ikatan yang sah.

Sebagaimana pengertian perkawinan yang tercantum di dalam UU No. 1 tahun 1974 pasal 1 yang menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Tujuan perkawinan adalah untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal. Oleh karena itu seorang suami dan seorang istri perlu saling membantu dan melengkapi agar masing-masing dapat mengembangkan kepribadiaanya, membantu dan mencapai kesejahteraan spiritual dan material.

(24)

Namun demikian, perkawinan yang selalu diharapkan oleh kedua pasangan suami istri agar dapat berlangsung mulus dan kekal belum dapat berhasil seluruhnya, karena kenyataan tidak sedikit perkawinan yang mengalami kegagalan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gunarsah (1984 : 28) bahwa sepasang suami istri telah bertekad untuk membentuk suatu keluarga yang bahagia. Namun dalam perkembangannya perkawinan tersebut mengalami pertentangan dan perselisihan faham sehingga terasa tidak ada keutuhan antara suami dan istri, serta tidak ada ikatan keluarga seperti yang diidam-idamkan pada awal perkawinan mereka.

Dalam menjalankan kehidupan suami istri kemungkinan terjadi kesalahfahaman antara suami istri. Salah seorang atau kedua-duanya tidak melaksanakan kewajiban-kewajibannya, tidak percaya-mempercayai, dan sebagainya. Keadaan tersebut adakalanya dapat diatasi dan diselesaikan, dan adakalanya tidak dapat diselesaikan, didamaikan bahkan kadang-kadang menimbulkan kebencian dan pertengkaran yang terus menerus antara suami dan istri. Apabila dalam kondisi tersebut perkawinan tetap dipertahankan tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan perceraian dan perusuhan diantara anggota keluarga lainnya.

(25)

Sedangkan keadaan keluarga yang demikian menurut syariat Islam memberikan kemungkinan bagi kedua pasangan untuk melaksanakan perceraian dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.

Dengan demikian, apabila perkawinan seperti itu dilanjutkan, maka pembentukan rumah tangga yang damai dan tentram seperti yang disyariatkan oleh agama tidak tercapai, walaupun usaha-usaha untuk mencapai tujuan perkawinan tersebut telah dilaksanakan semaksimal mungkin.

Menurut Thoha (1987:84) menyatakan tentang adanya kemungkinan terjadinya perceraian antara suami istri, bahwa suami istri tidak sebapak dan seibu tentu ada perbedaan darah, karakter dan pendidikan serta terdapat pertentangan yang sangat prinsip. Kalau pertentangan itu sudah memuncak dan merubah rumah menjadi neraka, maka menurut syariat Islam memungkinkan cerai antara suami dan istri sebagai jalan terakhir untuk menjamin perikemanusiaan dan kemurnian jiwa.

Dengan demikian, agama Islam mensyariatkan perceraian sebagai jalan keluar bagi suami istri yang telah gagal membina bahtera keluarga. Sehingga dengan demikian hubungan antara orang tua dengan anak-anaknya, antara famili dengan

famili, dan dengan masyarakat sekeliling tetap berjalan dengan baik.

(26)

(http://www.cyberman.cbn.net. Diakses Rabo 7 Juni 2009). Menurutnya, penyebab perceraian tersebut antara lain karena ketidakharmonisan rumah tangga mencapai 46. 723 kasus, faktor ekonomi 24.252 kasus, krisis keluarga 4.916 kasus, cemburu 4.708 kasus, poligami 879 kasus, kawin paksa 1.692 kasus, kawin bawah umur 284 kasus, penganiayaan dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebanyak 916 kasus.

Menurut data Departemen agama, kasus perceraian yang meningkat tersebut karena suami atau isteri dihukum lalu kawin lagi 153 kasus, cacat biologis (tidak bisa memenuhi biologis) 581 kasus, perbedaan politik 157 kasus, gangguan pihak keluarga 9.071 kasus, dan tidak ada lagi kecocokan (selingkuh) sebanyak 54.138 kasus.

Meskipun Islam mensyariatkan perceraian, bukan berarti bahwa agama Islam menyukai perceraian atau pasif terhadap kemungkinan-kemungkinan terjadi perceraian dari suatu perkawinan, atau boleh dilakukan setiap saat yang dikehendaki, tetapi agama Islam memandangnya sebagai sesuatu yang Musykil, yaitu sesuatu yang bertentangan dengan asas dari suatu peraturan atau pokok dasar dari undang-undang.

Sesuatu yang tidak diinginkan terjadi karena bertentangan dengan asas-asas hukum Islam, sebagaimana pernyataan Rasullullah saw :

يلص ينلا نع ه يضر رمع نبا نع

قاطلا ّلجو ّزع ه يا لاحا ضغبأ :لاق ملس و هيلع ه

(ميكحلا حيحص ابيح نب ا دوو ا د ب ا هاو )

(27)

(H.R. Abu Daud, dan dinyatakan shohih oleh Al-Hakim) (Muhtar, 1974:158)

Sementara itu Prof. H. Mukhtar Yahya (1961:3-4) menyatakan:

“…..Jadi thalaq itu disyariatkan bukan sebagaimana yang terfaham oleh kebanyakan kaum Muslimin. Dia disyariatkan sebagai obat, dan sebagai jalan keluar bagi suatu kesulitan yang tidak dapat dipecahkan lagi; atau sebagai obat bagi suatu penyakit parah yang tidak ada obatnya lagi. Dalam pada itu biarpun keadaan sudah sampai kepada sedemikian namun talaq itu masih dibenci Tuhan.

Menurut George Levingen (dalam Ihromi 1999:153-154) pada tahun 1966 menyusun 12 kategori keluhan yang diajukan untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya perceraian, yaitu:

1. Karena pasangan sering mengabaikan kewajiban terhadap rumah tangga dan anak. Seperti jarang pulang ke rumah, tidak ada kepastian untuk berada di rumah, serta tidak adanya kedekatan emosional dengan anak dan pasangan.

2. Masalah keuangan (tidak cukupnya penghasilan yang diterima untuk menghidupi keluarga dan kebutuhan rumah tangga)

3. Adanya penyiksaan fisik terhadap pasangan

4. Pasangan sering berteriak dan mengeluarkan kata-kata kasar serta menyakitkan.

5. Tidak setia, seperti punya kekasih lain dan sering berzina dengan orang lain.

6. Ketidakcocokan dalam masalah hubungan seksual dengan pasangan seperti adanya keengganan atau sering menolak melakukan senggama dan tidak bisa memberikan kepuasan.

7. Sering mabuk

8. Adanya keterlibatan atau campur tangan dan tekanan sosial dari pihak kerabat pasangan.

9. Sering muncul kecurigaan, kecemburuan serta ketidakpercayaan dari pasangan.

10.Berkurangnya perasaan cinta sehingga jarang berkomunikasi, kurangnya perhatiaan dan kebersamaan diantara pasangan.

11.Adanya tuntutan yang dianggap terlalu berlebihan sehingga pasangannya sering menjadi tidak sabar, tidak ada toleransi dan dirasakan terlalu menguasai.

(28)

Dengan demikian maka dapat dinyatakan bahwa apabila dalam keluarga sudah tidak ada lagi kesatuan antara seorang suami dan seorang istri, maka diantara keduanya dapat melakukan perceraian. Namun, meskipun pintu perceraian dibuka, banyak aturan-aturan yang mesti difahami oleh masing-masing pihak yang akan bercerai.

Islam sangat berkeinginan agar kehidupan berumah tangga itu tenteram dan terhindar dari keretakan, bahkan diharapkan dapat mencapai suasana pergaulan yang baik dan saling mencintai. Karenanya dalam Islam banyak hukum yang mengatur dalam masalah rumah tangga termasuk masalah perceraian atau talak. Pemegangan pada hak talak ada pada pihak laki-laki. Akan tetapi perempuan (istri) dapat menuntut cerai dari suaminya (dalam Islam dikenal dengan istilah khulu‟) apabila suami adalah seorang tukang mabuk, mencuri, lacur, penipu,

(29)

Wewenang ini adalah karena :

a. Akad nikah dipegang oleh suami.

Suami menerima ijab dari pihak isteri diwaktu dilaksanakannya akad nikah Sabda Rasul saw :

كلما اميف قاط او كلم ا اميف قاتع او كلما اميف رذن ا

( م تو دوواد بأ هاو )

“ Tidak ada (kewajiban membayar) nadzar bagi yang tidak memilikinya, dan tidak memerdekakan (budak) bagi yang tidak memilikinya dan tidak pula (hak menjatuhkan) talak bagi yang tidak memilikinya”.

b. Suami membayar mahar kepada isterinya diwaktu akad, dan dianjurkan membayar mut’ah kepada bekas isterinya yang telah diceraikannya.

c. Suami membayar nafkah Isterinya (di masa perkawinan, masa iddah) d. Perintah menthalaq dalam Al-Qur‟an dan Hadist banyak ditunjukan

kepada suami-suami (Al-Baqoroh ayat 227, 229, 230, 231, 232). e. Laki-laki lebih menggunakan pikiran dibanding perempuan.

Syekh Ali akhmad Al- Jarjani berkata:

“Ketahui bahwa wanita itu lemah irodahnya, tidak dapat menggunakan pikirannya dalam masalah yang pelik, Apabila ia dalam keadaan benci dan marah; ia akan gembira dan sedih karena keadaan yang sedikit. Lain halnya laki-laki ia sanggup tabah dan sabar menanggung kesukaran; ia tidak menetapkan dan memutuskan sesuatu urusan, kecuali setelah memikirkan urusan tersebut. Karena Allah menentapkan talak ditangan laki-laki adalah untuk menjamin kekalnya perkawinan dan memelihara keperluan kehidupan.”

(30)

Selama ini, alumni dari pondok pesantren diharapkan menguasai mendalam dan memahami pengetahuan tentang agama Islam. Tidak hanya sekadar tahu dan menguasai, tetapi dituntut untuk dapat mengaplikasikan ilmunya dalam masyarkat. Seperti hal perceraian yang sebisa mungkin untuk dihindari. Berdasarkan informasi awal dan pengamatan penulis, ada suami yang dengan mudah mengucapkan kata cerai kepada istrinya. Tetapi tidak terjadi cerai diantara pasangan suami istri tersebut. Menurut Abu Dzar R.A (dalam Ibrahim Muhammad Al-Jamal : 394) bahwa barang siapa mentalak (istrinya) dengan main-main, maka talaknya itu jadi.

Oleh karena itu, untuk mengetahui permasalahan yang menarik ini, peneliti mengambil lokasi di Desa Margodadi Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pemahaman masyarakat tentang konsep perceraian dalam Islam?”

C. Tujuan Penelitian

(31)

D. Kegunaan Penelitian

1. Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan sosial yang bertema sama khususnya dalam masalah fiqih Islam.

2. Praktis

(32)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Pemahaman

Menurut Bimo Walgito pemahaman yaitu sebagai kemampuan untuk menyerap arti atau materi dari bahan yang dipelajari (Bimo Walgito; 2002:111), sedang dalam kamus besar bahasa Indonesia pemahaman sebagai prose perbuatan, cara memehami atau memahamkan.

Proses terbentuknya pemahaman berawal dari penyebaran informasi. Dalam teori stimulus - organisme – respon (SOR) dijelaskan bahwa respon yang ditimbulkan pada sebuah proses komunikasi tergantung pada proses yang terjadi pada individu, yang mencakup proses perhatian, pengertian dan penerimaan.

Pertama perhatian berkaitan dengan masalah stimulus dan persepsi.

Stimulus merupakan pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau ditolak, dan komunikan akan berlangsung jika komunikan memberikan perhatian atau menerima stimulus tersebut.

Menurut Denais Coon (dalam Jalaluddin Rahmat, 49), Proses penerimaan rangsangan dari luar oleh panca indra kita disebut sebagai sensasi.

(33)

Sensasi berasal dari kata „sense‟ yang artinya alat pengindraan yang

menghubungkan organisme dengan lingkungannya.

Sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis atau konseptual, dalam berhubungan dengan kegiatan alat indera (Benyamin B, Wolmad dalam Jalaludin Rahmat, 49).

Kedua, pada proses berikutnya komunikan mengerti, yang selanjutnya komunikan mempersepsi informasi yang telah diterimanya.

Persepsi diartikan sebagai proses dimana kita mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus didalam lingkungan. (Rita, L. Atkinson, dkk; 1997:20). Persepsi tersebut kemudian memicu timbulnya perasaan-perasaan atau emosi tertentu dari seseorang (aspek afektif) yang selanjutnya mendorong seseorang untuk mengambil sikap atau merespon apa yang diterimanya (aspek konatif)

Menurut teori analisis dengan sintesis disebutkan bahwa persepsi adalah merupakan proses aktif yang dipengaruhi konteks dan pengalaman lampau. Analisis ini berasumsi bahwa tidak harus menyimpan suatu skema dalam ingatannya untuk setiap stimulus yang telah dialaminya pada masa lalu.

(34)

B. Tinjauan tentang Masyarakat

Pengertian masyarakat menurut Mac Iver dan Page, masyarakat adalah sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerjasama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dan pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan manusia. Keseluruhan yang selalu berubah ini dinamakan masyarakat. Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial dan masyarakat selalu berubah.

Ralp Linton mengatakan: masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerjasama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas.

Sedangkan Selo Soemardjan mengatakan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan (Soerjono Soekanto, 2002:24).

C. Tinjauan tentang Perceraian

a. Pengertian Perceraian

Secara umum pengertian perceraian adalah putusnya ikatan perkawinan antara suami istri (Muhammad Al-Jamal, 1981 : 386).

(35)

Dalam fiqih perceraian lebih dikenal dengan istilah thalaq atau furqoh. Thalaq

yaitu membuka ikatan atau membatalkan perjanjian, yaitu pembatalan akad nikah oleh suami dan berpisah. Sedangkan furqoh adalah bercerai, lawan dari berkumpul yang oleh ahli fiqh diistilahkan perceraian antara suami istri (Mukhtar, Kamal, 1993 : 156).

Dalam skripsi Ramdan (2004) putusnya perkawinan karena perceraian adalah putusnya perkawinan karena dijatuhkannya talak oleh suami kepada isterinya pada perkawinan yang dilangsungkan menurut agama Islam. Sedangkan putusnya perkawinan karena putusan pengadilan adalah putusnya perkawinan berdasarkan suatu keputusan pengadilan dikarenakan adanya suatu gugatan dari suami atau istri.

Dari pendapat dan analisis pengertian perceraian di atas, secara singkat perceraian dapat diartikan putusnya ikatan perkawinan antara suami dan istri karena sebab-sebab tertentu baik dari pihak cerai dari suami, gugatan istri, atau cerai oleh keputusan hakim.

Dalam hukum Islam ada tiga macam pemutusan ikatan perkawinan (Anwar, 1981 : 62) yaitu thalaq (talak), khuluk dan fasakh.

1. Talak adalah pemutusan ikatan atau melepas ikatan yang dijatuhkan oleh suami terhadap istrinya (Zayyinatun, 2006:125).

(36)

2. Khuluk

Menurut bahasa adalah menanggalkan. Dalam istilah fiqih khuluk adalah perceraian yang dijatuhkan oleh seorang suami terhadap isterinya atas permintaan istri dengan adanya tebusan dari pihak istri kepada suami (Zayyinatun, 2006 ; 128). Dalam Ensiklopedi Islam (2003) dijelaskan bahwa khuluk adalah perceraian atas permintaan pihak istri dengan mengembalikan mas kawin yang diterimanya. Pengembalian mas kawin ini bisa seluruh atau sebagian yang pernah diterima sang istri, tetapi juga bisa dengan harta lain selain mas kawin.

Jadi dapat disimpulkan bahwa khuluk adalah perceraian yang terjadi atas kehendak istri dengan syarat istri memberikan ganti rugi atau imbalan kepada suami. Dalam khuluk ini, ganti rugi dari pihak istri merupakan unsur penting. Karena unsur ini yang membedakannya dengan cerai biasa.

3. Fasakh

Fasak yaitu batal (rusaknya) akad nikah dan putusnya ikatan perkawinan antara suami istri, atau dengan bahasa lain pemisahan pernikahan oleh hakim karena adanya alasan tertentu yang diajukan oleh salah satu pihak dari suami istri yang bersangkutan (Zayyinatun, 2006:129). Menurut Anwar (1981:67), adalah pemutusan ikatan perkawinan yang diselenggarakan oleh hakim berdasarkan atas gugatan salah satu pihak dari suami atau istri.

(37)

karena adanya hal-hal yang baru diketahui oleh suami atau istri setelah perkawinan berlangsung. Setelah pihak suami atau istri tahu keadaan suami atau istri dan salah satunya merasa dirugikan. Jika diperhatikan, adanya fasakh ini merupakan konvergensi dari adanya talak dan khuluk, dimana dalam fasakh ini masing-masing pihak memiliki hak yang sama untuk mengajukan gugatan kepada hakim.

b. Sebab-sebab Putusnya Ikatan Perkawinan (Perceraian)

Dalam sebuah perkawinan terdapat dua kepentingan ikatan lahir dan batin yang merupakan pondasi bagi terbentuknya keluarga yang kekal, abadi, dan bahagia. Oleh karena itu, perkawinan tidak dibolehkan kalau hanya dimaksudkan untuk sementara saja. Perkawinan harus benar-benar bertujuan untuk hidup bersama seumur hidup sebagai suami istri dan tidak boleh diputuskan tanpa sebab yang benar-benar dapat dijadikan alasan putusnya ikatan perkawinan.

Di dalam pasal 38 UU perkawinan No. 1 tahun 1974 menyatakan, bahwa perkawinan dapat putus karena:

1. Kematian

(38)

2. Perceraian

Putusnya perkawinan, karena dijatuhkannya talak oleh suaminya kepada istrinya pada perkawinan yang dilangsungkan menurut agama Islam. Putusnya perkawinan seperti ini disebut cerai talak sebagaimana dikatakan pada pasal 14 sampai pasal 18 PP No. 9 tahun 1975.

3. Keputusan Pengadilan

Putusnya perkawinan berdasarkan keputusan pengadilan berdasarkan suatu gugatan dari suami atau istri atau karena perceraian.

Berdasarkan pendapat di atas, maka ada tiga yang menyebabkan putusnya ikatan perkawinan (perceraian) dalam sebuah keluarga, yaitu karena kematian, perceraian, dan putusan pengadilan.

c. Macam-macam Perceraian

Dalam Undang-undang perkawinan nomor 1 tahun 1974 tentang peraturan pelaksanaan perkawinan, dapat diketahui ada dua bentuk perceraian yaitu cerai talak dan cerai gugat (Saleh, 1982: 37).

(39)

berisikan pemberitahuan, bahwa ia menceraikan istrinya disertai alasan serta meminta kepada pengadilan agama agar diadakan sidang untuk keperluan itu.

2. Cerai gugat adalah cerai yang didasarkan atas suatu gugatan terlebih dahulu dari salah satu pihak antara suami istri kepada pihak pengadilan. Adanya perceraian demikian itu ditujukan kepada semua pihak atau penganut agama atau kepercayaan. Khusus bagi umat Islam hak cerai gugat ini berada pada pihak istri. Hal ini ditegaskan pada penjelasan pasal 20 PP no. 9 Tahun 1975 bahwa gugatan perceraian yang dimaksud dapat dilakukan oleh seorang istri yang melakukan perkawinan agama Islam dan oleh seorang istri atau suami yang melangsungkan perkawinannya menurut agama dan kepercayaannya itu selain Islam.

d. Konsep Perceraian dalam Islam

Dalam Islam, perceraian lebih dikenal dengan istilah Talak. Meskipn halal talak ini sangat dibenci. Problem yang terjadi dalam sebuah rumah tangga oleh agama tidak diperkenankan langsung untuk menjatuhkan talak, baik atas dasar kehendak suami ataupun atas dasar permintaan istri. Dalam penyelesaian masalah yang terjadi dapat diselesaikan menurut beberapa langkah, seperti yang tercantum dalam kandungan surat an-Nisa' ayat 34 yaitu:

a. Langkah pertama, berpisah tempat tidur dengan isteri (scheiding van bed) sebagai peringatan baginya, apabila ia menunjukkan tanda-tanda nusyuz

(40)

b. Langkah kedua, bila si isteri masih tetap nusyuz, suami boleh memukul isterinya dengan pukulan yang tidak terlalu menyakiti (apalagi menyebabkan cacat)

c. Langkah ketiga, ditempuh apabila isteri tidak berubah. Langkah ini ditempuh apabila isteri sudah syiqaq (durhaka), suami bisa melakukan inisiatif minta bantuan pihak ketiga sebagai hakim penengah baik dari kalangan keluarga isteri atau kalangan keluarga suami. Apabila langkah ketiga ini tidak menyadarkan pasangan suami isteri dan tidak menyelesaikan masalah, maka baru diperkenankan terjadinya sebuah perceraian (thalaq), dan cerai ini harus dengan cara yang baik (ma'ruf).

Berdasarkan kandungan surat an-Nisa‟ ayat 34 dapat disimpulkan bahwa seorang suami yang akan menjatuhkan talak hendaknya melalui langkah-langkah untuk menyadarkan istri agar tidak durhaka. Langkah tersebut yang pertama, berpisah tempat tidur apabila istri sudah menampakkan tanda-tanda

Nusyuz. Langkah kedua boleh memukul dengan tidak menyakiti apabila istri tetap nusyuz. Dan langkah ketiga ditempuh apabila istri sudah syiqaq

(durhaka), suami boleh menceraikannya.

D. Teks atau dalil tentang Perceraian

(41)

dalam ilmu fiqih (dalam hal ini masalah talak atau cerai) teks atau dalil yang digunakan adalah yang bersumber dari nash Al-Qur‟an dan Hadist.

Dalam Al-Qur‟an surah Ath-Thalaaq ayat 1 Allah SWT berfirman :



"Hai Nabi, apabila kamu menceraikan Isteri-isterimu Maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allah, Maka Sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. kamu tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru" (Q.S. Ath-Thalaaq : 1) (Asy Syarifain, 1420 H : Al-Qur'an dan Terjemahnya)

(42)

bid'ah (yaitu talak yang tidak sesuai dengan Islam), meskipun talak yang bid'ah

itu jatuh juga.

Dalam masa 'iddah itu, isteri masih diberi hak untuk tinggal di rumah suaminya. Seorang suami boleh mengeluarkan isteri dari dalam rumahnya, apabila masa

'iddah telah selesai dan suami tersebut tidak rujuk kembali.

Dan firman-Nya pada ayat 20 Surah An-Nisaa‟ :

 sedang kamu telah memberikan kepada seseorang di antara mereka harta yang banyak, Maka janganlah kamu mengambil kembali dari padanya barang sedikitpun. apakah kamu akan mengambilnya kembali dengan jalan tuduhan yang dusta dan dengan (menanggung) dosa yang nyata ?" (Q.S. An-Nisaa' : 20) (Asy Syarifain, 1420 H : Al-Qur'an dan Terjemahnya)

(43)
(44)

hukum-hukum Allah permainan, dan ingatlah nikmat Allah padamu, dan apa yang Telah diturunkan Allah kepadamu yaitu Al Kitab dan Al hikmah (As Sunnah). Allah memberi pengajaran kepadamu dengan apa yang diturunkan-Nya itu. dan bertakwalah kepada Allah serta Ketahuilah bahwasanya Allah Maha mengetahui segala sesuatu" (Q.S. Al-Baqarah:230-231) (Asy Syarifain 1420 H : Al-Qur'an dan Terjemahnya)

Pada surah Al Baqarah ayat 230, dimaksudkan kepada orang yang sudah bercerai dua kali, tetapi terjadi talak yang ketiga kalinya, maka suami tidak boleh surut lagi. Selepas masa 'iddah isteri, suami tidak boleh rujuk lagi dan isteri sudah boleh kawin dengan laki-laki yang lain. Suami tersebut boleh menikah lagi (rujuk) dengan mantan isterinya itu apabila isteri telah menikah dengan laki-laki lain dan diceraikan oleh suaminya.

(45)

 menceraikan isteri-isteri kamu sebelum kamu bercampur dengan mereka dan sebelum kamu menentukan maharnya. dan hendaklah kamu berikan suatu mut'ah (pemberian) kepada mereka. orang yang mampu menurut kemampuannya dan orang yang miskin menurut kemampuannya (pula), yaitu pemberian menurut yang patut. yang demikian itu merupakan ketentuan bagi orang-orang yang berbuat kebajikan. Jika kamu menceraikan Isteri-isterimu sebelum kamu bercampur dengan mereka, padahal Sesungguhnya kamu sudah menentukan maharnya, Maka bayarlah seperdua dari mahar yang Telah kamu tentukan itu, kecuali jika Isteri-isterimu itu mema'afkan atau dima'afkan oleh orang yang memegang ikatan nikah, dan pema'afan kamu itu lebih dekat kepada takwa. dan janganlah kamu melupakan keutamaan di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha melihat segala apa yang kamu kerjakan". (Q.S. Al-Baqarah : 236-237) (Asy Syarifain , 2420 H : Al-Qur'an dan Terjemahnya).

Kedudukan ayat ini, yaitu boleh menceraikan isteri sebelum "disentuh", tegasnya sebelum dicampuri, dan boleh pula sebelum maharnnya dibayar. Akan tetapi, ada kewajiban suami untuk memberikan isteri bekal ala kadarnya sesuai dengan kemampuannya, sepantasnya dengan cara yang baik sebagai pengobat hati. Tentang mahar yang belum dibayar, apabila perceraian itu terjadi sebelum bercampur, maka mahar yang telah ditentukan hanya wajib dibayarkan separo.

(46)

 

 

 

 

"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan- perempuan yang beriman, Kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya Maka sekali-sekali tidak wajib atas mereka 'iddah bagimu yang kamu minta menyempurnakannya. Maka berilah mereka mut'ah dan lepaskanlah mereka itu dengan cara yang sebaik- baiknya". (Q.S. Al-Ahzab:49) (Asy Syarifain 1420 H : Al-Qur'an dan Terjemahnya)

E. Landasan Teori

(47)

Asumsi yang lain adalah bahwa konflik dalam keluarga dapat membawa akibat positif atau negatif dan bila konflik ditekan maka, hal demikian menimbulkan akibat yang buruk bagi anggota keluarga, bila konflik tidak muncul maka, tidak berarti bahwa kebahagiaan sudah terjamin (Ihromi, 1999: 279)

Menurut Ihromi, 1999:284 dalam setiap masyarakat, keluarga merupakan pranata sosial yang sangat penting artinya bagi kehidupan sosial. Betapa tidak, para warga masyarakat menghabiskan paling banyak waktunya dalam keluarga dibandingkan dengan di tempat bekerja misalnya, dan keluarga adalah wadah dimana sejak dini para warga masyarakat dikondisikan dan dipersepsikan untuk kelak dapat melakukan peranan-peranannya dalam dunia orang dewassa. Melalui pelaksaaan peran-perannya itu pelestarian berbagai lembaga dan nilai-nilai budaya pun akan dapat tercapai dalam masyarakat bersangkutan. Dapatlah diibaratkan bahwa keluarga adalah jembatan yang menghubungkan individu yang berkembang dengan kehidupan sosial di mana ia sebagai orang dewasa kelak harus melakukan peranannya.

Keluarga memiliki penurunan kualitas atau bahkan disorganisasi (perpecahan keluarga sebagai suatu unit, karena anggota-anggotanya gagal memenuhi kewajiban-kewajiban yang sesuai dengan peranan sosialnya).

Menurut Goode, bahwa secara sosiologis bentuk-bentuk disorganisasi keluarga antara lain:

(48)

keluarga. Sebab ayah (biologis) gagal dalammengisi peranan sosialnya dan demikian juga halnya dengan keluarga pihak ayah maupun keluarga ibu. b. Disorganisasi keluarga karena putusnya perkawinan sebab perceraian,

perpisahan meja dan tempat tidur, dan seterusnya.

c. Adanya kekurangan dalam keluarga tersebut, yaitu dalam hal komunikasi antara anggota-anggotanya.

d. Krisis keluarga, oleh karena salah satu yang bertindak sebagai keluarga di luar kemampuannya sendiri meninggalkan rumah tangga. Mungkin karena meninggal dunia, dihukum, hilang karena peperangan, dan lain sebagainya.

e. Krisis keluarga yang disebabkan oleh karena faktor-faktor intern. Misalnya karena terganggu kseimbangan jiwa salah seorang anggota keluarga (Soekanto, 1994:370).

Adanya kekurangan dalam keluarga, yaitu dalam hal suami atau istri tidak menjalankan kewajibannya dengan peranan statusnya, sering mengakibatkan perceraian. Kekurangan komunikasi antara anggota keluarga (suami-isteri) juga merupakan permasalahan yang sering terjadi dalam keluarga dan dibiarkan tetap berlarut.

F. Kerangka Pemikiran

(49)

melahirkan satu generasi yang baru atau justru relatif sama dengan generasi sebelumnya.

Perkawinan yang sah, baik menurut agama maupun ketentuan perundang-undangan yang berlaku merupakan wadah kehidupan berkeluarga. Dari sini akan tercipta hubungan yang harmonis, tentram, dan sejahtera lahir dan batin yang didambakan oleh setiap insan manusia. Tujuan perkawinan secara garis besar adalah untuk menciptakan ketenangan hidup disamping untuk mendapatkan keturunan. Hal ini seperti yang tercantum dalam Undang-undang No. 1 tahun 1974 pasal 1 yang menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan begitu tujuan dari perkawinan itu sendiri adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal.

(50)

Dengan demikian, keluarga yang merupakan sebuah institusi penting tidak selamanya berjalan mulus tanpa ada perselisihan. Sebuah perkawinan yang dibentuk untuk mewujudkan sebuah rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa adakalanya timbul perselisihan dalam membangun keluarga tersebut. Sehingga keluarga yang diharapkan dapat berjalan utuh dan kekal terkadang timbul perpecahan yang tidak bisa didamaikan lagi, dan satu-satunya jalan yang mungkin dapat ditempuh adalah jalan perceraian.

Gambar. Bagan Kerangka Fikir

Perceraian

Konsep Perceraian Secara Umum

Konsep Perceraian dalam Islam ; Talak

Fasakh, Khulu'

Konsep cerai dalam Teks. Surat annisaa

ayat 34

Pemahaman Terhadap Teks Cerai

(51)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Menurut Moleong (2005 : 9-10) karakteristik penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif yaitu pengamatan, wawancara, atau penelaah dokumen.

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Hadari Nawawi menjelaskan bahwa deskriptif kualitatif adalah cara yang digunakan untuk menggambarkan, menjelaskan dan menjawab permasalahan dilapangan dengan teori-teori, konsep-konsep dari data penelitian di lapangan.

Menurut Sudipan Sadi Hatomo dalam Bungin (2003 : 56) deskriptif kualitatif artinya mencatat secara teliti segala gejala atau fenomena yang dilihat dan didengar serta dibacanya via wawancara atau bukan, catatan lapangan, foto, videotipe, dokumen pribadi, catatan atau memo, dokumen resmi atau bukan, dan lain-lain. Penelitian harus membanding-bandingkan, mengkombinasikan, mengabstraksikan, dan menarik kesimpulan.

(52)

analisis terhadap perceraian dalam fiqih Islam. Oleh karena itu data dalam penelitian ini data yang diperoleh dinyatakan dalam bentuk kalimat uraian.

B. Fokus Penelitian

Dalam penelitian kualitatif fokus penelitian sangat penting untuk membatasi peneliti agar data yang diperoleh tidak melimpah ruah. Menurut Moleong (2005 : 12) penelitian kualitatif menghendaki ditetapkan adanya batas dalam penelitian atas dasar fokus yang timbul sebagai masalah dalam penelitian. Hal tersebut disebabkan beberapa hal :

1. Tidak dapat dibayangkan sebelumnya tentang kenyataan-kenyataan jamak yang kemudian mempertajam fokus.

2. Penetapan fokus yang lebih dekat dihubungkan oleh interaksi antara peneliti dan fokus.

Adapun yang menjadi fokus penelitian ini antara lain : 1. Pemahaman masyarakat terhadap konsep cerai.

2. Pemahaman masyarakat terhadap cerai dalam Islam, yang meliputi pemahaman tentang talak, khulu' dan fasakh.

3. Pemahaman masyarakat tehadap teks tentang perceraian dalam fiqih Islam.

C. Penentuan Informan

(53)

latar penelitian. Berdasarkan rincian diatas, maka kriteria yang digunakan untuk memilih informan penelitian ini adalah alumni pondok pesantren salaf A.P.I. yang berada di desa Margodadi Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus. Oleh karena itu, kedudukan informan sangat sentral dalam penelitian kualitatif. Sehingga, pemilihannya menjadi sangat penting. Pemilihan informan dalam penelitian ini menggunakan kriteria :

1. Informan berusia antara 20-40 tahun.

2. Informan pernah tinggal di pondok atau mengaji di pondok pesantren minimal selama 5 tahun.

Berdasarkan kriteria-kriteria di atas selanjutnya peneliti akan menentukan informan. Dari jumlah alumni yang ada tentu tidak seluruhnya menjadi informan. Dengan demikian, peneliti mengambil informan yang memenuhi criteria di atas untuk dijadikan salah satu sumber data. Informan tersebut tentunya masuk dalam kriteria informan yang dipilih karena telah dilakukannya pre riset terlebih dahulu.

D. Lokasi Penelitian

(54)

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan teknik pengumpulan data dengan metode :

1. Wawancara Mendalam

Merupakan alat pengumpul data utama yang akan penulis gunakan dalam penelitian ini. Wawancara mendalam digunakan untuk memperoleh data mengenai pemahaman masyarakat terhadap teks tentang perceraian dalam fiqih Islam.

2. Dokumen

Teknik dokumentasi penulis gunakan untuk memperoleh data skunder mengenai permasalahan penelitian. Dokumen yang digunakan diantaranya adalah: buku, artikel, skripsi, jurnal melelui internet, dan koran.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian berlangsung bersamaan dengan proses pengumpulan data, atau melalui tiga tahapan yaitu ;

1. Reduksi Data

(55)

merekomendasikan data tambahan. Kemudian peneliti melakukan abstraksi data kasar tersebut menjadi uraian singkat atau ringkasan.

2. Tahap Penyajian Data

Pada tahap ini, peneliti melakukan penyajian informasi melalui bentuk teks naratif terlebih dahulu. Selanjutnya hasil teks naratif tersebut diringkas ke dalam bentuk bagan yang menggambarkan alur proses perubahan kultural, kemudian peneliti menyajikan informasi hasil penelitian berdasarkan pada susunan yang telah diabstraksikan dalam bagan tersebut.

3. Tahap Kesimpulan (Verifikasi)

Pada tahap ini peneliti menfokuskan pada abstraksi data yang tertuang dalam bagan, disamping menyandarkan pada klarifikasi data.

G. Teknik Uji Validitas Data Kualitatif

Laporan penelitian kualitatif dikatakan ilmiah jika persyaratan validitas, reliabilitas, dan objektifitasnya sudah terpenuhi. Beberapa usaha agar persyaratan tersebut terpenuhi dalam Usman dan Setiadi Akbar (1995: 88-89) langkah-langkah yang dilakukan antara lain :

1. Kredibilitas

Kredibilitas adalah kesesuaian antara konsep peneliti dengan konsep responden. Agar kredibilitas terpenuhi dalam Usman dan Setiadi Akbar (1995: 88-89) langkah-langkah yang dilakukan antara lain :

(56)

c. Mengadakan triangulasi yaitu memeriksa kebenaran data yang telah diperoleh kepada pihak-pihak lainnya yang dapat dipercaya

d. Mendiskusikan dengan teman seprofesi

e. Menganalisis kasus negatif, yaitu kasus-kasus yang bertentangan dengan hasil penelitiannya pada saat-saat tertentu

f. Menggunakan alat-alat bantu dalam mengumpulkan data seperti tape recorder, tustel, video dan sebagainnya

g. Menggunakan member check, yaitu memeriksa kembali informasi responden dengan mengadakan pertanyaan ulang atau mengumpulkan sejumlah responden untuk dimintai pendapatnya tentang data yang telah dikumpulkan h. Transferabilitas, ialah apabila hasil penelitian kualitatif itu dapat digunakan

atau diterapkan pada kasus atau situasi lainnya. Dalam penelitian kualitatif biasanya menggunakan sampel yang kecil mengakibatkan sangat sukar untuk mengadakan generalisasi sepenuhnya yang ddapat dipercauya. Transferabilitas dapat ditingkatkan dengan cara melakukan penelitian dibeberapa lokasi. Suatu yang berlaku pada lokasi lain belum tentu sama dengan lokasi lainnya. Oleh sebab itu, perlu mempelajari beberapa kelompok lain sampai terdapat kesamaan kesimpulan mengenai suatu gejala atau konsep.

2. Dependabilitas dan Komfirmabilitas

(57)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Singkat Desa Margodadi

Desa Margodadi adalah pemekaran dari desa Margoyoso. Dulu dikepalai oleh kepala desa yang bernama Sait Supardi. Dan dengan perundingan yang matang beserta musyawarah dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama desa Margodadi memekarkan diri menjadi desa persiapan. Pada tahun 1986, terbentuklah desa Margodadi dengan status desa persiapan selama 7 tahun.

Pada tahun 1992 desa Margodadi diresmikan menjadi desa definitif hingga sekarang ini. Sedangkan yang menjadi kepala desa pada waktu itu adalah bapak Hadi supomo dengan status kepala desa sementara (PJS) berjalan hingga lebih kurang 8 tahun.

Pada tahun 1997 bapak Hadi Supomo mencalonkan diri menjadi kepala desa Margodadi, dan yang menjadi PJS adalah Puji Atmoko, kurang lebih berjalan selama 6 bulan.

(58)

yaitu bapak Kasino M, sebagai PJ desa Margodadi. Bapak Kasino memimpin hingga tahun 2007. di tahun yang sama bapak Kasino memenangkan pemilihan kepala desa sehingga terpilih kembali untuk memimpin desa Margodadi hingga tahun 2012 nanti.

1. Struktur Pemerintahan

Bagan 2. Struktur Pemerintahan Pekon Margodadi Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus

(59)

2. Letak dan Keadaan Geografis

a. Luas Wilayah

Desa Margodadi mempunyai luas wilayah/kampong 255,00 (km) menurut penggunaan tanah :

- Persawahan sawah irigasi setengah teknis : 136,94 ha - Sawah tadah hujan : 56 ha

-tegal/lading : 22,63 ha -pemukiman : 34,43 ha

-Perkantoran pemerintah : 1 ha - lainnya : 6 ha

b. Batas Wilayah

Adapun batas-batas wilayah desa Margodadi sebagai berikut : Sebalah Utara berbatasan dengan desa Argopeni

Sebalah Selatan berbatasan dengan desa Margoyoso

Sebelah Timur berbatasan dengan desa Argopeni dan Dadapan Sebalah Barat berbatasan dengan desa Argopeni

c. Kondisi Geografis

Desa Margodadi keadaan geografis wilayahnya berada pada bentangan lereng gunung Tanggamus. Berada pada ketinggian 700 dpl dengan curah hujan 30mm dan suhu rata-rata 30 derajat celcius. d. Orbitrasi

Jarak desa Margodadi ke ibukota kecamatan 1 km. Jarak ke ibukota kabupaten 30 km.

(60)

e. Tingkat Kesuburan Tanah

Kesuburan tanah di desa Margodadi cukup subur untuk usaha pertanian seperti padi dan palawija lainnya seperti jagung, cabe, tomat, sawi, kubis dan mentimun.

f. Air

Di desa Margodadi mayoritas penduduknnya mengkonsumsi air dari sumur galian, dimana kedalaman sumur yang paling dalam adalah 10 meter. Tetapi ada juga penduduk yang memanfaatkan air sungai untuk keperluan sehari-hari.

(Sumber : monografi Desa Margodadi Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus Tahun 2010)

3. Keadaan Demografi

a. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Jumlah penduduk di desa Margodadi adalah sebanyak 2280 orang, dengan jumlah keluarga 533 KK.

Dengan rincian menurut jenis kelamin sebagai berikut :

Tabel 1. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Laki-laki 1074 47,1 %

Perempuan 1206 52,9 %

Jumlah 2280 100 %

(61)

b. Keadaan Penduduk Menurut Agama

Masing-masing penduduk di Desa Margodadi merupakan penganut agama. Dan agama yang dianut oleh penduduk Desa Margodadi adalah agama Islam.

c. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Usia

Keadaan penduduk Desa Margodadi dengan jumlah 2280 jiwa berdasarkan kelompok usia dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 2. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Usia

Kelompok Umur (Tahun) Jumlah Persentase

0-4 tahun 71 3,1 %

5-6 tahun 84 3,7 %

7-13 tahun 250 11 %

14-16 tahun 72 3,2 %

17-24 tahun 191 8,4 %

25-50 tahun 1013 44,4 %

51-58 tahun 475 20,8 %

>59 tahun 124 5,4 %

Total 2280 100 %

(62)

d. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Desa Margodadi dilihat dari tingkat pendidikannya sangat didominasi oleh penduduk dengan tamatan pendidikan SLTA, hal ini dapat dapat dilihat pada rincian sebagai berikut :

i. belum sekolah : 145 orang

ii. usia 7-45 tahun tidak pernah sekolah : 21 orang iii. pernah sekolah SD tetapi tidak tamat : 30 orang

iv. tamat SD/sedarajat : 124 orang

v. SLTP/sederajat : 141 orang

vi. SLTA/sedarajat : 194 orang

vii. D.1 : 3 orang

viii. D.2 : 20 Orang

ix. D.3 : 3 orang

x. S.1 : 23 orang

e. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Mata pencaharian pokok penduduk desa Margodadi adalah Petani. Ada juga penduduk yang bekerja sebagai pegawai negri, pengrajin, pedagang dan montir.

f. Keadaan Penduduk Menurut Etnis

(63)

4. Prasarana dan Sarana

a. Prasarana Transportasi

Prasarana transpoertasi yang ada di Desa Margodadi meliputi jalan dan jembatan pekon. Sedangkan untuk transportasi dapat menggunakan bus umum, truk umum dan ojek.

b. Prasarana Komunikasi

Prasarana yang ada di desa Margodadi meliputi jalur telepon kabel, jalur gelombang handphone, jalur gelombang TV, jalur gelombang radio, pesawat Rig/ HT/ CB, pemilik parabola dan wartel.

c. Prasarana Air Bersih

Prasarana air bersih yang ada di Desa Margodadi adalah sumur gali dengan total keseluruhan ada 230 unit. Sumur sebanyak ini dimanfaatkan oleh 430 KK. Akan tetapi ada juga penduduk yang memanfaatkan air sungai yaitu 75 KK, dan MCK sebanyak 300 KK. d. Prasarana Peribadatan

Prasarana peribadatan di Desa margodadi meliputi Masjid dan Surau. Masjid di Desa Margodadi berjumlah 3 unit dan surau berjumlah 5 unit.

e. Prasarana Pendidikan

(64)

B. Sejarah Pondok Pesantren A.P.I Di Desa Margodadi

Pada tahun 1970 desa Margodadi masih merupakan sebuah desa yang dihuni oleh beberapa penduduk, baik pribumi maupun pendatang. Kebanyakan dari penduduk tersebut bermata pencaharian tani dan dagang. Dengan mata pencaharian tersebut banyak diantaranya yang berhasil sehingga mempunyai materi yang lebih dari cukup. Namun, disis lain, keberaadaan mereka masih awam dalam bidang keagamaan. Ada inisiatif dari seorang tokoh masyarakat bernama H. Abdul Rozaq untuk mendirikan suatu lembaga pendidikan Islam untuk masyarakat Margodadi pada khususnya dan umat Islam pada umumnya yang bertujuan untuk pembinaan keagamaan agar tercipta masyarakat yang islami dan melestarikan serta mengembangkan ajaran mulia nabi Muhammad saw. Maka pada tahun 1970 berdirilah pondok pesantren Asrama Perguruan Islam (API).

Pada dasarnya Ponpes A.P.I di desa Margodadi hanyalah terdiri dari sebuah mushola dan satu asrama untuk para santri yang kebanyakan berdomosiliu di Margodadi dan sekitarnya. Setelah pembinaan dan pengembangan dalam waktu lama, keberadaan lembaga ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Ini terlihat dari jumlah dan asal daerah yang datang untuk menuntut ilmu di A.P.I berasal dari daerah luar margodadi seperti dari Jambi, Lampung Utara, Lampung Tengah, Lampung Selatan, Wonosobo, Metro, bahkan ada yang berasal dari pulau Jawa.

(65)

adalah penambahan infrastruktur pesantren sehingga menjadi pesantren yang memadai untuk menyelenggarakan kegiatan pembelajaran.

Sampai saat ini sudah tersedia 16 kamar santri yang terbagi menjadi empat komplek asrama ditambah sebuah gedung aula, kamar tamu, dan dapur umum. Namun untuk masalah sanitasi dan ruang belajar (majlis ta‟lim) belum

sepenuhnya terealisasi menjadi fasilitas infrastruktur yang ideal, hal ini karena dana pengembangan fisik belum memadai.

Setelah 49 tahun berjalan, A.P.I memiliki alumni sebanyak 1.605 santri, dan 169 santri yang masih berada dalam masa belajar.

1. Visi dan Misi Pesantren

a. Visi Pesantren

Membekali generasi dengan Alquran dan Sunnah supaya menjadi generasi aswaja.

b. Misi Pesantren

a. Penanaman pemahaman terhadap nilai-nilai Islam b. Penanaman pemahaman terhadap Alquran dan Sunnah c. Penanaman akhlaqul karimah

d. Menjunjung tinggi ajaran ulama salaf

(66)

2. Organisasi Kelembagaan

Bagan 3. Struktur kelembagaan Pondok Pesantren A.P.I Margodadi Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus.

(Sumber: selayang pandang pon-pes A.P.I Margodadi Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus 2010)

3. Ciri Khas Pendidikan Pesantren

Dalam pendidikan pesantren, A.P.I menggunakan metode salafiyah yang merujuk pada kitab-kitab ulama terdahulu berdasarkan kelas-kelas / tingkatan-tingkatan. Ta‟lim pun dilaksanakan pada seetelah Ashar, Isya‟ dan Subuh. Meskipun tidak

menutup kemungkinan ada beberapa ta‟lim yang dilaksanakan setelah shalat Dhuhur untuk tingkatan atas. Selain itu, pada malam hari diadakan musyawarah (belajar teman sebaya) dengan dipandu beberapa musyrif untuk mengulang

PENGASUH:

KH. HAMDAN MAKMUN

KEPALA MUSYRIF: MUHAMMAD DURDIN

DEWAN PENGAJAR: DEWAN-DEWAN ASATID

(67)

pelajaran yang telah lalu sekaligus memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkait dengan materi kitab.

Dengan tetap mempertahankan tradisi salafiyah, ponpes A.P.I menggunakan ta‟lim sorokan dengan menggunakan bahasa jawa sebagai bahasa penyampaian.

4. Kelas/ Tingkatan Pendidikan di Pondok Pesantren A.P.I

Melihat kemampuan dan modalitas para santri, ponpes A.P.I membagi para santri dalam beberapa tingkatan untuk mampu pendidikan diniyyah secara gradual. Pada setiap kelas/ tingkatan para santri diharuskan menyelesaikan pembelajaran beberapa kitab dan mengikuti tamrinat (ujian) akhir tahun. Berikut adalah tingkatan dan kitab-kitab yang diajarkan :

Tabel 3 : Tingkatan Kelas dan Pembelajaran Kitab

No Tingkatan Pelajaran

(68)

6 Al-Khomis

1. Al-Fiyah Awal 2. Minhaju al-Qowwim 3. Bulughu al-Marom

7 Al-Sadis 1. Al-Fiyah Tsani

2. Fathu al-Wahhab juz 1-2

8 Al-Sabi‟ 1. Jawahiru al-Maknun

2. Al-Mahali juz 1-4

9 Al-Tsamin 1. Al-Bukhori juz 1-4

10 Al-Tasi‟ 1. Ihya‟ „Ulumuddin juz 1-4

(69)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

Informan I

Sebut saja dia Hafid. Nama lengkapnya Nur Hafid. Pria yang berusia 34 tahun ini tinggal di RT 05/04 dusun Margodadi Barat, sukunya Jawa. Dia menghabiskan pendidikan formalnya di Madrasah Ibtida'iyah dan melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah di kampungnya. Hafid adalah putra seorang Kyai, dan seperti putra Kyai umumnya yang banyak menghabiskan waktu belajar di pesantren, maka dikirimlah Hafid untuk menimba ilmu di Pondok Pesantren di Jawa Tengah. Dan tinggal di pondok pesantren selama 7 tahun. Selama di pondok Hafid juga belajar Fiqih, dimana bab thalaq juga termasuk pada materi yang dikajinya. Sepulang dari pondok pesantren di Jawa Tengah, Hafid meneruskan menimba Ilmu di pondok A.P.I di kampungnya. Selain belajar kepada Kyai sang gurunya, Hafid juga mengamalkan ilmu yang sudah diperolehnya di podok A.P.I tersebut.

Melihat fenomena semakin meningkatnya angka perceraian, menurut Hafid lebih karena faktor ekonomi.

Gambar

Tabel 2. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Usia
Tabel 3 : Tingkatan Kelas dan Pembelajaran Kitab
Tabel 4. Identitas Informan
Tabel 6. Pemahaman Masyarakat Terhadap Teks Tentang Cerai

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukkan bahwa sirup ekstrak daun sendok ( Plantago mayor L.) memiliki daya mukolitik, dimana sirup ekstrak daun sendok ( Plantago mayor L.) ini mampu

1) Analisis univariat menunjukkan Dari 66 responden (100%) terdapat 39 balita (59,1%) yang tidak mengalami kejadian diare dan 27 balita (40,9%) mengalami kejadian diare. 2)

Dalam kurun waktu tahun 2012 Pemerintah Kabupaten Kampar telah mengeluarkan 17 Perda, dari 17 Perda tersebut 4 Perda belum disosialisasikan termasuk dalam hal ini Perda

Untuk mengetahui bagaimana pengaruh tingkat kebangkrutan menggunakan diskriminan Altman dan Springate bersama-sama terhadap return saham pada Perusahaan Garment dan

Laporan keuangan konsolidasian menggabungkan aset dan kewajiban pada tanggal neraca dan hasil usaha untuk tahun yang berakhir pada tanggal- tanggal tersebut dari Perusahaan dan

Jika bagian terbesar sumber adalah dari luar lingkungan sosial yang akan menerima program, sudah dapat dibayangkan bahwa fungsi sebagai institusi sosial yang membekali khalayak

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas karunia dan rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul

Departemen Kehutanan menegaskan yang disebut dengan illegal logging adalah tindak pidana penebangan pohon dengan aktivitasnya dengan mengacu pada Undang- Undang