• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 BATANGHARI OGAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 BATANGHARI OGAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGGUNAAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2

Berdasarkan hasil observasi awal prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 2 Batanghari Ogan masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 2 Batanghari Ogan Tahun Pelajaran 2012/2013.

Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan tes. Pengumpulan data digunakan instrumen berupa lembar pengamatan siswa dalam proses pembelajaran IPA, dan untuk mengetahui prestasi belajar IPA siswa digunakan tes. Selanjutnya peneliti melakukan interprestasi terhadap data sesuai dengan tujuan penelitian.

Hasil penelitian data menunjukkan bahwa penggunaan metode Cooperative Learning tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Peningkatan prestasi belajar siswa pada siklus I, siswa yang tuntas belajar tersebut 50%, pada siklus II menjadi 80%. Kesimpulan : melalui metode Cooperative Learning tipe Numbered Head Together (NHT) dari observasi yang dilakukan pada siklus I dan II terjadi peningkatan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 2 Batanghari Ogan Tahun Pelajaran 2012/2013.

(2)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian kegiatan antara guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Tercapai tidaknya tujuan pembelajaran salah satunya di dukung dengan penggunaan metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa dan lingkungan belajar. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar IPA diantaranya guru, siswa dan metode yang diinginkan. Hubungan yang tidak sinergis antara 3 komponen tersebut yang menyebabkan pembelajaran tidak

mengarah pada cara belajar siswa aktif. Proses pembelajaran yang kurang efektif menyebabkan siswa kurang aktif dalam belajar, hal ini menyebabkan aktivitas belajar siswa rendah sehingga prestasinya menurun.

Permasalahan yang terlihat di kelas saat proses pembelajaran IPA berlangsung siswa cenderung pasif. Siswa bertindak hanya sebagai pendengar. Hal tersebut disebabkan oleh pembelajaran yang masih berorientasi pada guru, serta anak didik sebagai pendengar ceramah dengan guru memerankan diri sebagai pengisi informasi materi pembelajaran. sehingga menyebabkan aktivitas belajar siswa menurun. Rendahnya prestasi

(3)

belajar memiliki aktivitas belajar kurang dan siswa yang tuntas dalam belajar diindikasikan aktivitas belajar tinggi.

Metode pembelajaran yang akan diterapkan untuk meningkatkan prestasi siswa yaitu mengubah pembelajaran klasikal dengan mengganti pembelajaran inovatif, kreatif dan menyenangkan dengan metode Cooperative Learning tipe Numbered Heads Together (NHT), karena dengan menggunakan metode Cooperative Learning tipe Numbered Heads Together (NHT) tersebut dapat melatih siswa bekerja sama untuk memecahkan suatu masalah, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan musyawarah dan bertanggung jawab dan kesadaran akan adanya kelompok, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.

Dengan menggunakan metode pembelajaran Cooperative Learning tipe Numbered Heads Together (NHT) diharapkan siswa akan lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran yang akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Batanghari Ogan.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran atau cenderung pasif. 2. Sistem pembelajarannya masih sering menggunakan metode

konvensional seperti metode ceramah dan selalu monoton.

(4)

4. Banyak siswa yang kurang aktif dalam kegiatan bertanya, mengeluarkan atau menyampaikan pendapatnya.

5. Siswa kurang semangat dalam mengerjakan soal. 6. Siswa banyak yang nilainya dibawah KKM.

7. Siswa kurang dapat bekerjasama dalam mengerjakan soal kelompok.

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimana penggunaan metode Cooperative Lerarning tipe Numbered Heads Together (NHT) dalam pembelajaran IPA agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Batanghari Ogan Tahun Pelajaran 2012/2013 ?

1.4 Tujuan Penelitian

Mendeskripsikan penggunaan metode Cooperative Learning tipe Numbered Heads Together (NHT) dalam pembelajaran IPA yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Batanghari Ogan Tahun Pelajaran 2012/2013.

Jadi judul PTK yang sesuai adalah “PENGGUNAAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 BATANGHARI OGAN TAHUN

(5)

1.5 Manfaat / Kegunaan Penelitian 1. Untuk siswa

Memperbaiki dan meningkatkan prestasi belajar siswa dengan menerapkan metode Cooperative Learning tipe Numbered Heads Together (NHT) . 2. Untuk guru

Untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran dengan menggunakan metode Cooperative Learning tipe Numbered Heads Together (NHT).

3. Untuk Sekolah

a. Memberikan masukan kepada sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui perbaikan proses pembelajaran.

(6)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Prestasi Belajar IPA

2.1.1 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Istilah pembelajaran IPA berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yangb guru lakukan di dalam kelas.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan

yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsipsaja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang empirik dan faktual. Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan

(7)

Asy’ari, Muslichah (2006) menyatakan bahwa ketrampilan proses yang perlu dilatih dalam pembelajaran IPA meliputi ketrampilan proses dasar misalnya mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, mengkomunikasikan, mengenal hubungan ruang dan waktu, serta ketrampilan proses terintegrasi misalnya merancang dan melakukan eksperimen yang meliputi menyusun hipotesis, menentukan variable, menyusun definisi operasional, menafsirkan data, menganalisis dan mensintesis data. Poedjiati (2005:78) menyebutkan bahwa ketrampilan dasar dalam pendekatan proses adalah observasi, menghitung, mengukur, mengklasifikasi, dan membuat hipotesis. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketrampilan proses dalam pembelajaran IPA di SD meliputi ketrampilan dasar dan ketrampilan terintegrasi. Kedua ketrampilan ini dapat melatih siswa untuk menemukan dan menyelesaikan

masalah secara ilmiah untuk menghasilkan produk-produk IPA yaitu fakta, konsep, generalisasi, hukum dan teori-teori baru.

Sehingga perlu diciptakan kondisi pembelajaran IPA di SD yang dapat mendorong siswa untuk aktif dan ingin tahu. Dengan demikian, pembelajaran merupakan kegiatan investigasi terhadap permasalahan alam di sekitarnya. Setelah melakukan investigasi akan terungkap fakta atau diperoleh data. Data yang diperoleh dari kegiatan investigasi tersebut perlu digeneralisir agar siswa memiliki pemahaman konsep yang baik. Untuk itu siswa perlu di bimbing berpikir secara induktif. Selain itu, pada beberapa

(8)

secara deduktif. Kegiatan belajar IPA seperti ini, dapat menumbuhkan sikap ilmiah dalam diri siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi beberapa aspek yaitu faktual, keseimbangan antara proses dan produk, keaktifan dalam proses penemuan, berfikir induktif dan deduktif,

serta pengembangan sikap ilmiah.

Pelaksanaan pembelajaran IPA seperti diatas dipengaruhi oleh tujuan apa yang ingin dicapai melalui pembelajaran tersebut. Tujuan pembelajaran IPA di SD telah dirumuskan dalam kurikulum yang sekarang ini berlaku di Indonesia. Kurikulum yang sekarang berlaku di Indonesia adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam kurikulum KTSP selain dirumuskan tentang tujuan pembelajaran IPA juga dirumuskan tentang

ruang lingkup pembelajaran IPA, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan arah pengembangan pembelajaran IPA untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Sehingga setiap kegiatan pendidikan formal di SD harus mengacu pada kurikulum tersebut.

Berikut adalah ruang lingkup IPA : 1) IPA sebagai kumpulan pengetahuan

IPA sebagai pengetahuan mengacu pada kumpulan berbagai konsep IPA yang sangat luas. IPA dikembangkan sebagai akumulasi berbagai pengetahuan yang telah ditemukan sejak zaman dahulu sampai

(9)

2) IPA sebagai suatu proses Penelusuran

IPA sebagai suatu proses penelusuran umumnya merupakan suatu pandangan yang menghubungkan pandangan IPA yang berhubungan dengan kegiatan laboratorium beserta perangkatnya.

3) IPA sebagai kumpulan nilai

IPA sebagai kumpulan nilai berhubungan erat dengan penekanan IPA sebagai proses. Pandangan ini menekankan pada aspek nilai ilmiah yang melekat pada IPA.

4) IPA sebagai cara untuk mengenal dunia

Proses IPA dipengaruhi oleh cara pandang di mana orang memahami kehidupan dan dunia di sekitarnya. IPA dipertimbangkan suatu cara di mana manusia mengerti dan memberi makna pada dunia di sekeliling

mereka, selain juga salah satu cara untuk mengetahui dunia beserta isinya dengan segala keterbatasannya.

5) IPA sebagai institusi sosial

Hal ini berarti IPA dipandang dalam pengertian sebagai kumpulan para profesional, yang melalui IPA mereka didanai, dilatih, dan diberi penghargaan akan hasil karya.

6) IPA sebagai konstruksi manusia

Pandangan ini merujuk pada pengertian bahwa IPA sebenarnya merupakan penemuan dan suatu kebenaran ilmiah mengenai hakikat semesta alam. Pengetahuan ini tidak lain merupakan akumulasi

(10)

konstruksi pemikiran manusia. Oleh karenanya, bisa saja apa yang dihasilkan oleh IPA bersifat sementara.

7) IPA sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari

Orang menyadari bahwa apa yang dipakai dan digunakan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sangat dipengaruhi oleh IPA. Bukan saja pemakaian berbagai jenis, produk teknologi sebagai hasil investigasi dan pengetahuan, melainkan pula cara bagaimana orang berpikir mengenai situasi sehari-hari sangat kuat dipengaruhi oleh pendekatan ilmiah.

IPA dapat dipandang sebagai suatu proses dari upaya manusia untuk memahami berbagai gejala alam. Untuk itu diperlukan cara tertentu yang

sifatnya analisis, cermat, lengkap dan menghubungkan gejala alam yang satu dengan gejala alam yang lain. IPA dapat dipandang sebagai suatu produk dari upaya manusia memahami berbagai gejala alam. IPA dapat pula dipandang sebagai fakta yang menyebabkan sikap dan pandangan yang mitologis menjadi sudut pandang ilmiah.

Mata pelajaran IPA adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Pelajaran IPA tidak semata-mata memberi pengetahuan tentang IPA

(11)

2.1.2 Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) secara terperinci adalah:

1. memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaann-Nya, 2. mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, 3. mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat,

4. mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan,

5. meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan

6. memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.

2.1.3 Penerapan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Penerapan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar menurut Standar Nasional Pendidikan (2006) yang menjadi arah dan landasan dalam mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran dan indicator pencapaian kompetensi

(12)

kelas IV SD pembelajaran IPA terdiri atas enam Standar Kompetensi dan tujuh belas Kompetensi Dasar.

Sedangkan kegiatan pembelajaran IPA sesuai dengan Kurikulum Operasional Sekolah yang mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bahwa kegiatan pembelajaran IPA di kelas IV dijadwalkan 4 jam pelajaran perminggu dengan alokasi waktu 35 menit setiap jam pelajaran.

Kegiatan pembelajaran IPA membahas membahas tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta, konsep, prinsip penemuan, dan membangun diri siswa untuk memiliki sikap ilmiah. Dalam

pembelajaran IPA memberikan pengalaman belajar langsung sangat ditekankan melalui penggunaan dan pengembangan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan tuhan dan dengan tujuan siswa dapat memahami konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.4 Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah capaian atau hasil akhir yang bisa dilihat setelah

(13)

Prestasi belajar dan proses belajar adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, karena prestasi belajar pada hakikatnya adalah hasil akhir dari sebuah proses belajar. Untuk mengetahui prestasi belajar seorang peserta didik biasanya dilakukan evaluasi terhadap materi belajar yang telah diberikan. Seberapa besar peserta didik mampu memberikanfeed back dari setiap evaluasi yang diberikan.

Menurut Winkel (1996), prestasi belajar merupakan salah satu bukti yang menunjukkan kemampuan atau keberhasilan seseorang yang melakukan proses belajar sesuai dengan bobot atau nilai yang berhasil diraihnya. Winkel lebih menekankan peserta didik itu pada kemempuan siswa secara umum.

Menurut S. Nasution (1996), prestasi belajar merupakan kesempurnaan seorang peserta didik dalam berfikir, merasa dan berbuat. Menurut S. Nasution prestasi belajar seorang peserta didik dikatakan sempurna jika memenuhi 3 aspek yaitu:

a. Aspek kognitif, yaitu aspek yang berkaitan dengan kegiatan berfikir, aspek ini sangat berkaitan erat denngan tingkat intelegensi (IQ) atau kemampuan berfikir peserta didik.

b. Aspek afektif, yaitu aspek yang berkaitan dengan nilai dan sikap. Penilaian pada aspek ini dapat terlihat pada kedisiplinan, sikap hormat

(14)

c. Aspek psikomotorik, yaitu aspek yang berkaitan dengan kemampuan gerak fisik yang mempengaruhi sikap mental, jadi aspek ini menunjukkan kemempuan atau ketrampilan (skill) peserta didik setelah menerima sebuah pengetahuan.

2.1.5 Tujuan Prestasi Belajar

Untuk melihat prestasi belajar siswa dengan melakukan penilaian yang bertujuan untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai suatu materi atau belum, adapun beberapa tujuan prestasi belajar antara lain :

a. untuk menelusuri dan melacak proses belajar peserta didik sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah ditetapkan.

b. untuk mengecek ketercapaian kemampuan peserta didik dalam proses

pembelajaran dan kekurangan-kekurangan peserta didik selamamengikuti proses pembelajaran.

c. untuk mencari, menemukan dan mendeteksi kekurangan, kesalahan atau kelemahan peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga guru dapat dengan cepat mencari alternatif solusinya.

d. untuk menyimpulkan tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah ditetapkan.

2.1.6 Fungsi Prestasi Belajar

(15)

1. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik.

2. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Hal ini didasarkan asumsi bahwa para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai tendensi keingintahuan dan merupakan kebutuhan umum pada manusia, termasuk kegiatan anak didik dalam suatu program pendidikan.

3. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya adalah bahwa prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi anak didik dalam meningkatkan IPTEK dan berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan.

4. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap

(kecerdasan) anak didik. Dalam proses belajar mengajar anak merupakan masalah utama dan pertama, karena anak didik diharapkan dapat menyerap materi pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum.

(16)

untuk keperluan diagnosa, untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan, seleksi, penempatan, isi kurikulum maupun dalam menentukan kebijaksanaan sekolah.

Sedangkan salah satu permasalahan yang menyangkut pengelolaan proses belajar mengajar mata pelajaran IPA adalah kurangnya pengetahuan bagi guru SD dan selalu menggunakan pembelajaran yang bersifat monoton serta tidak adanya media/alat peraga dalam pembelajaran. Agar pembelajaran yang akan diberikan oleh guru kepada siswa berhasil sesuai dengan kompetensi dasar, maka guru dapat menyusun langkah-langkah pengembangan silabus pembelajaran dengan menerapkan metode-metode pembelajaran yang sesuai.

2.2 Metode Cooperative Learning tipe NHT 2.2.1 Teori dan Metode-metode Pembelajaran

Pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Melalui proses pembelajaran siswa akan berkembang ke arah individu sabagaimana tersirat dalam tujuan pndidikan. Berbagai definisi pembelajaran telah dikemukakan oleh pakar-pakar pendidikan, secara umum pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam

(17)

Dalam proses pembelajaran terdapat interaksi antara stimulus yang diberikan guru dengan respon dari siswa. Interaksi tersebut diciptakan dalam upaya membentuk perubahan perilaku peserta didik menuju manusia seutuhnya yang beriman dan bertaqwa terhadap tuhan yang maha esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, memiliki kesehatan jasmani dan rohani, dan memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri.

Penciptaan interaksi tersebut tentunya memerlukan metode-metode yang variatif. Dalam hal ini yang sangat berperan adalah guru karna sesuai dengan tugasnya sebagai transformator. Secara spesifik guru diharapkan mampu menguasai dan menerapkan berbagai metode pembelajaran yang

efektif dan variatif dalam proses kegiatan pembelajaran.

Metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun tercapai secara optimal. Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Stategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu,sedangka metode cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Dengan demikian suatu perencanaan tujuan yang telah disusun dapat dilaksanakan dengan berbagai metode.

Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana

(18)

dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai satu pun metode mengajar yang telah dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan pendidikan.

Menurut martinis yamin (2003) mengemukakan beberapa metode yang memungkinkan diterapkan didalam kelas, antara lain :

Metode ceramah, metode demontrasi dan eksperimen, metode Tanya jawab, metode penampilan, metode diskusi, metode studi mandiri, metode pembelajaran terprogram, metode latihan bersama teman, metode simulasi, metode pecahan masalah, metode studi kasus, metode insiden, metode praktikum, metode proyek, metode bermain peran (sosiodrama), metode seminar, metode symposium, metode tutorial, metode deduktif dam

metode induktif.

Banyak berbagai macam metode yang dapat kita gunakan untuk menunjang proses kegiatan belajar mengajar dengan tujuan untuk memberikan nuansa yang berbeda beda dalam setiap kegiatan sehingga tidak membosankananak. Selain itu, penggunaan metode dalam kegiatan belajar mengajar disesuaikan dengan kebutuhan proses pembelajaran.

2.2.2 Pengertian Metode Cooperative Learning

(19)

sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar.

Pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran yang menuntut siswa balajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat atau lima siswa dengan kemampuan atau intelegensi yang heterogen. Jadi dalam pembelajaran kooperatif ini siswa bekerja sama dalam kelompok yang terdiri dari siswa yang berkemamapuan rendah, sedang dan tinggi untuk bertukar pikiran dalam memcahkan masalah ( Muclich, 2007).

Selanjutnya, menurut Lie (2002) pembelajaran kooperatif didefinisikan

sebagai sistem kerja/belajar kelompok yang terstruktur dimana dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu dari teman dalam,kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Roger dan David Johnson dalam Lie (2002) mengatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif terdapat lima unsur model pembelajaran yang harus diterapkan yaitu:

1. Saling ketergantungan positif

keberhasilan suatu karya sangat tergantung pada suatu usaha setiap individu. Untuk mencapai kelompok kerja yang efektif, pengajar

(20)

tugasnya agar semua siswa mencapai tujuan yang diharapkan. Selanjutya, pengajar akan mengevaluasi siswa, dengan cara ini setiap siswa mau tidak mau setiap siswa merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar semua siswa bisa berhasil. 2. Tanggung jawab perseorangan

pengajar yang efektif dalam pembelajaran cooperative learning akan membuat persiapan dan menyusun tugas untuk setiap kelompok sehingga menjadi masing-masing aggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas berikut dapat dilaksanakan. Siswa yang tidak melaksanakan tugasnya akan diketahui dengan jelas dan mudah. Anggota dalan suatu kelompok akan menuntutnya untuk melaksanakan tugas agar tidak terhambat

siswa yang lainnya. 3. Tatap muka

setiap anggota kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan

memeberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatnya kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing.

4. Komunikasi antar anggota

Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan

(21)

untuk saling mendengarkan dalam mengutarakan pendapat mereka.

5. Evaluasi proses kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih aktif.

Pembelajaran kooperatif disusun untuk meningkatkan partisipasi siswa lebih aktif memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar dengan perbedaan latar belakang untuk tujuan bersama.

Pembelajaran Cooperative Learning adalah suatu metode pembelajaran pemanfaatan kelompok kecil, dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang dengan struktur kelompok bersifat heterogen.

Pembelajaran Cooperative Learning adalah metode pembelajaran yang menurut kerjasama siswa, belajar saling membantu dalam kelompok kecil yang heterogen dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif dari pada penghargaan individual, serta beberapa pendekatan yang dikembangkan dengan tujuan untuk melibatkan siswa dalam menelaah materi yang

(22)

Metode pembelajaran Cooperative Learaning tipe Numbered Heads Together (NHT) atau penomoran berfikir bersama adalah merupakan jenis

pembelajaran Cooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa atau suatu metode yang dapat merangsang siswa untuk berinteraksi dan bekerja sama dengan siswa yang lain sehingga siswa akan lebih aktif dan dapat memahami pembelajaran lebih mudah.

Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang amat positif untuk siswa yang rendah hasil belajarnya, dan penyesuaian sosial yang lebih baik daripada suasana belajar dengan persaingan / kompetensi dan memisah-misahkan. Dalam pembelajaran kooperatif alur proses belajar tidak hanya berasal dari guru kepada siswa,

tetapi siswa dapat juga saling mengajar dengan sesama siswa yang lain. Keberhasilan belajar akan lebih baik bila dalam kegiatan belajar dilakukan bersama-sama dalam pembagian kelompok-kelompok belajar kecil yang struktur dengan teman sebayanya dan dibawah bimbingan guru sebagai fasilitator, sehingga pelaksanaan dalam proses belajar siswa menjadi lebih mudah dan cepat terhadap materi yang dipelajari sehingga proses belajar mengajar menjadi lebih efektif.

2.2.3 Manfaat Metode Cooperative Learning tipe NHT 1) Rasa harga diri menjadi lebih tinggi.

2) Memperbaiki kehadiran.

(23)

4) Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil. 5) Konflik antara pribadi berkurang.

6) Pemahaman yang lebih mendalam.

7) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. 8) Hasil belajar lebih tinggi.

9) Mengembangan keterampilan sosial siswa.

2.2.4 Kelebihan dan Kelemahan Metode Cooperative Learning tipe NHT NHT memiliki kelebihan dan kelemahan sebagai berikut:

a. Kelebihan:

1. Setiap siswa menjadi siap semua.

2. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.

3. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.

b. Kekurangan:

1. Kemungkinan nomor yang dipanggil, akan dipanggil lagi oleh guru.

2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

Berdasarkan kelemahan yang timbul dari metode Cooperative Learning tipe Numbered Heads Together (NHT), sehingga diperlukan solusi dengan melakukan persiapan lebih matang pada lembar pengamatan, sehingga

(24)

2.2.5 Ciri-Ciri dan Tujuan Pembelajaran Cooperative Learning tipe NHT a. Ciri-ciri Pembelajaran Cooperative Learning tipe NHT

1. Adanya kelompok heterogen.

2. Setiap siswa mempunyai nomer tertentu.

3. Tugas yang mereka dapat sesuai dengan nomer yang dimilik 4. Presentasi kelompok dengan nomer yang sama.

b. Tujuan Pembelajaran Cooperative Learning tipe NHT 1. Hasil belajar akademik struktural

Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.

2. Pengakuan adanya peragaman

Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.

3. Pengembangan keterampilan sosial

Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa

2.2.6 Langkah-langkah Pembelajaran Cooperative tipe NHT Langkah-langkah (NHT) Numbered Heads Together : Langkah 1. Persiapan

Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang

(25)

Langkah 2. Pembentukan kelompok

Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.

Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket

atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.

Langkah 4. Diskusi masalah

Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.

(26)

Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.

Langkah 6. Memberi kesimpulan

Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

2.2.7 Peranan Metode Cooperative Learning tipe NHT dalam meningkatka Prestasi Belajar IPA

Peranan metode Cooperative Learning tipe NHT disini menggambarkan suatu bentuk peristiwa aktif yang melibatkan semua siswa dan memberikan

kesempatan kepada siswa untuk bertukar pendapat dengan siswa lain. Model ini memberi kesempatan kepada siswa untuk mengoptimalkan kemampuan dalam memecahkan masalah yang diberikan guru, sehingga siswa menjadi lebih aktif dan tidak timbul kejenuhan dalam belajar.

Keberhasilan dalam pelaksanaan pembelajaran Cooperative Learning dapat dicapai dengan pemanfaatan kelompok kecil, dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif, yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang dengan struktur kelompok bersifat heterogen. Sebelumnya guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang

(27)

Kemudian guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan dan membagi kelompok kecil yang terdiri dari 3 sampai 5 siswa. guru mengajukan pertanyaan untuk dipecahkan bersama dalam kelompok, setiap kelompok berdiskusi dengan waktu yang telah ditentukan. Siswa yang nomornya sudah ditunjuk maka akan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas, kemudian guru melanjutkan memberi pertanyaan kepada kelompok lain, guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Dapat disimpulkan bahwa Cooperative Learning tipe Numbered Heads Together (NHT) merupakan suatu pendekatan yang dikembangkan untuk

melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dengan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran. Dengan metode pembelajaran inilah diharapkan aktivitas dan prestasi belajar siswa dapat meningkat.

2.3 Hipotesis

Hipotesis penelitian tindakan kelas adalah:

Pembelajaran Cooperative Learning tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 2 Batanghari Ogan Tahun Pelajaran 2012/2013.

(28)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) yaitu upaya perbaikan tindakan pembelajaran tertentu yang dikaji secara inkuiri, reflektif, triangulatif dan berulang-ulang (siklikal) dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

3.2 Prosedur Penelitian Tindakan a. Perencanaan

Hal yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah:

1. Mempersiapkan skenario pembelajaran dengan menggunakan metode Cooperative Learning tipe Numbered Heads Together (NHT) meliputi rencana pembelajaran.

2. Mempersiapkan alat mengajar (spidol, penghapus, buku panduan). 3. Membuat atau menyediakan media pembelajaran.

4. membentuk kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4 atau 5 siswa, dan membimbing dalam pelaksanaan tugas kelompok.

b. Pelaksanaan

Pada tahap ini dilaksanakan pembelajaran dengan metode Cooperative

Learning tipe Numbered Heads Together dengan proses belajar

(29)

a. Kegiatan Awal

Guru membuka pelajaran dengan salam dan menyuruh siswa untuk berdoa bersama-sama. Sebelum guru melanjutkan materi pelajaran guru mengulas kembali materi yang lalu dengan memberikan pertanyaan agar siswa mengingat kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan yang lalu. Kemudian guru memberikan motivasi kepada siswa dengan cara menginformasikan tujuan pembelajaran setelah siswa mempelajari pelajaran tersebut.

b. Kegiatan Inti

1. guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok yang sama pada siklus pertama yaitu secara heterogen yang terdiri dari 4 orang dan setiap siswa dari masing-masing kelompok memiliki

nomor yang berbeda.

2. guru menjelaskan materi pembelajaran.

3. guru memberikan soal dan setiap kelompok diminta untuk mengerjakan soal dan setiap siswa dari kelompok tersebut mengerjakan soal kemudian siswa dalam kelompok berdiskusi, siswa yang kurang paham dapat bertanya pada teman sekelompoknya.

(30)

c. Kegiatan Akhir

Menyampaikan kesimpulan bersama-sama siswa dan guru menginformasikan untuk materi peremuan berikutnya dan guru memberikan pekerjaan rumah (PR).

c. Observasi

1. Melakukan pengamatan terhadap strategi metode Cooperative Learning tipe Numbered Heads Together (NHT) kepada siswa tentang pentingnya peningkatan prestasi belajar siswa secara individu maupun kelompk.

2. Mencatat hasil belajar dan prestasi belajar.

d. Refleksi

1. Merefleksi proses penerapan metode Cooperative Learning tipe Numbered Heads Together (NHT).

2. Merefleksi hasil pengamatan siswa tentang pelaksanaan aktivitas dan prestasi belajar siswa.

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu pada bulan November sampai dengan Desember 2012 di kelas IV SD Negeri 2 Batanghari Ogan Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran, Semester

(31)

3.4 Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 2 Batanghari Ogan dengan jumlah peserta didik 20 orang, yang memiliki tingkat kemampuan yang bervariasi, dengan guru yang mengajar/melakukan tindakan yaitu Dian Novita dan mitra/guru kolaborator yaitu Karmelita. Sedangkan yang menjadi obyek penelitian adalah penggunaan metode pembelajaran Cooperative Learning tipe Numbered Heads Together (NHT) dan prestasi belajar siswa.

3.5 Operasional Tindakan

a. Pembelajaran menggunakan metode Cooperative Learning tipe Numbered Heads Together (NHT) yaitu model pembelajaran dengan mengembangkan kemampuan kerjasama dalam belajar IPA diantara para siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk dapat terlibat secara aktif antar anggota kelompok yang berbeda karakteristik.

Indikator keberhasilan tindakan pembelajaran menggunakan metode NHT dilihat dari IPKG (Instrumen Penilaian Kegiatan Guru), yaitu pendahuluan (apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran), kegiatan inti (membimbing siswa diskusi, memberikan kesempatan bertanya, membimbing siswa membuat kesimpulan), Penutup (membuat rangkuman, evaluasi), dan pengelolaan waktu.

Ukuran keberhasilan pembelajaran dilihat dengan kategori penilaian

(32)

- sangat tepat 5

- tepat 4

- cukup tepat 3 - kurang tepat 2 - sangat tidak tepat 1

Indikator yang lain yaitu aktivitas belajar. Aktifitas belajar adalah kegiatan siswa selama mengikuti proses pembelajaran dengan menerapkan metode Cooperative Learning tipe Numbered Heads Together (NHT). Indikator aktivitas siswa yaitu: memperhatikan guru menerangkan, mencatat materi yang diajarkan, berdiskusi dalam kelompok, menjawab pertanyaan, mempresentasikan hasil diskusi.

Kisi-kisi :

- Mendengarkan penjelasan guru tentang materi hubungan antar makhluk hidup.

- Mencatat materi tentang hubungan khas antar makhluk hidup (simbiosis).

- Berdiskusi tentang hubungan antar makhluk hidup.

Ukuran keberhasilan pembelajaran dilihat dengan kategori penilaian sebagai berikut:

- sangat aktif 5

- aktif 4

(33)

b. Prestasi belajar adalah perlehan tingkat hasil belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA dengan menggunakan metode Cooperative Learning tipe Numbered Heads Together (NHT).

Indikator keberhasilan sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, dengan KKM 65.

Kisi-Kisi :

- Menjelaskan hubungan khas antar makhluk hidup (simbiosis) dan untung rugi dalam hubungan itu.

- Menyebutkan contoh simbiosis mutualisme, komensalisme dan parasitisme.

- Menjelaskan hubungan makanan dan dimakan antara makhluk hidup melalui rantai makanan.

Ukuran keberhasilan pembelajaran dilihat dengan kategori nilai 10 s/d 100.

3.6 Tekhnik Pengumpulan Data 1. Tes

(34)

2. Observasi

Observasi yaitu pencatatan dan pengamatan terhadap gejala-gejala yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran. Observasi dilakukan untuk

mengamati dan menganalisis aktivitas siswa dan guru, dan kegiatan pembelajaran sebagai upaya untuk mengetahui kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Observasi tersebut berupa

observasi struktur yang disusun secara terperinci dengan memberikan skor sesuai dengan indikator aktivitas yang diteliti.

3. Dokumentasi

Digunakan untuk mendokumentasikan aktivitas belajar siswa dan juga kinerja guru selama proses pembelajaran dengan menggunakan kamera.

3.7 Pengolahan dan Analisis Data

(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan pada bab IV dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Melalui metode Cooperative Learning tipe NHT dari observasi yang dilakukan pada siklus I dan II terjadi peningkatan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 2 Batanghari Ogan. Peningkatan prestasi belajar siswa pada siklus I dengan rerata nilai 50%, siklus II menjadi 80%.

5.2 SARAN

Berdasarkan pada kesimpulan di atas, penulis memberikan saran sebagai berikut :

1. Agar prestasi belajar IPA lebih meningkat maka disarankan bagi guru untuk menggunakan metode Cooperative Learning tipe Numbered Heads Together (NHT).

(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)

DAFTAR PUSTAKA

Ari Kunto, Suharsimi dkk.2006. Penelitian Tindakan Kelas.Bumi Aksara.Jakarta. Hamalik Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar: Bumi Aksara. Jakarta.

Haryanto. 2004. Sains Sekolah Dasar kelas IV: Erlangga. Jakarta.

Herdy.2009.model pembelajaran nht (numbered head together) http:// www. Scibd.com/doc/51282702/ model-pembelajaran-nht-numbered head

together.

http://www.sekolahdasar.net/2011/05/hakekat-pembelajaran-ipa-di-sekolah.html

Muslim Ibrahim.2000.Pembelajaran Kooperatif:University Press. Surabaya. Nico.2012.Prestasi Belajar http:// www.elnicovengeance. wordpress. com/ 2012/

09/30/prestasi-belajar.

Pargito. 2011. Penelitian Tindakan Bagi Guru dan Dosen. Anugrah Utama Raharja. Bandar Lampung.

Saifuddin Azwar. (1998). Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran

Prestasi balajar. Pustaka Pelajar Offset. Yogyakarta.

Sudjana, N. 1990. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru Agensindo. Bandung.

(44)
(45)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada tuhan yang maha esa karena kasih dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan PTK yang berjudul “Penggunaan Metode Cooperative Learning tipe Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Batanghari Ogan Tahun Pelajaran 2012/2013 “. Penulisan PTK ini merupakan syarat dalam menyelesaikan studi, dimana dalam proses penyelesaiannya penulis mendapatkan bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd selaku ketua jurusan ilmu pendidikan. 3. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd selaku ketua program studi PGSD.

4. Bapak Dr. Hi. Pargito, M.Pd selaku pembimbing yang telah memberikan masukan dalam penelitian ini.

5. Bapak Drs. Hi. Yusmansyah, M.Si sebagai dosen pembahas dalam penelitian ini.

6. Ibu Mursini, S.Pd.SD selaku kepala sekolah SDN 2 Batanghari Ogan.

7. Bapak/Ibu guru serta siswa dan siswi SDN2 Batanghari Ogan atas segala

(46)

Semoga Tuhan memberikan berkat dan rahmatNya atas kebaikan dan pengorbanan bagi kita semua. Penulis berharap semoga karya tulis sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Batanghari Ogan, 2013 Penulis,

(47)
(48)
(49)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama Mahasiswa : Dian Novita Nomor Pokok Mahasiswa : 1113109004 Program Studi : S1 PGSD SKGJ Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Lokasi Penelitian : SD Negeri 2 Batanghari Ogan

Dengan ini menyatakan bahwa, skripsi yang berjudul “Penggunaan Metode Cooperative Learning tipe Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Batanghari Ogan Tahun Pelajaran 2012/2013” adalah hasil karya saya sendiri, bukan hasil penjiplakan atau dibuatkan orang lain. Apabila dikemudian hari ditemukan kecurangan dalam pembuatan skripsi tersebut diatas , maka saya bersedia untuk menerima sanksi.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bandar Lampung, 2013 Penulis,

(50)
(51)
(52)

Referensi

Dokumen terkait

perubahan kurs valas terhadap nilai ekuivalen mata uang domestik atas aktiva dan kewajiban dalam mata uang asing yang dimiliki oleh perusahaan..  Sebagai contoh, sebuah

Paristiyanti Nurwardani Syahidin Andy Hadiyanto Munawar Rahmat Cecep Alba Edi Mulyono Evawany Fajar Priyautama Ary Festanto Gusfahmi Rudi Ismoyo Fachrudin

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 31, 32, 33 dan 34 Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional dan Pasal 467 ayat (3)

Total panel (balanced) observations: 135 Instrument specification: C SIZE CR ROA ROE Constant added to instrument list. Variable Coefficient

Undang-undangRepublik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

Pengaruh Penerapan Pendekatan Problem Centered Learning (PCL) Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa SMP.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Bahwa pemberian ganti rugi oleh Pemerintah kepada bekas pemilik tanah kelebihan maksimum dan absentee/guntai yang dikuasai Negara, berdasarkan perhitungan pasal 6

[r]