• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SAINS PADA SISWA KELAS IV SDN BERNUNG PESAWARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SAINS PADA SISWA KELAS IV SDN BERNUNG PESAWARAN"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan fungsi pendidikan nasional peran guru menjadi kunci keberhasilan dalam misi pendidikan dan pembelajaran di sekolah, selain bertanggung jawab untuk mengatur, mengarahkan dan menciptakan suasana kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan kegiatan di kelas.

Sains pada sekolah dasar merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fenomena-fenomena alam dan yang terjadi di alam. Secara umum istilah sains memiliki arti kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistimatis. Secara khusus Sains dimaknai Ilmu Pengetahuan Alam atau Natural Science. Demi menunjang tercapainya tujuan pendidikan pengetahuan Sains tersebut harus didukung oleh iklim pembelajaran yang kondusif.

(2)

sebagai subjek. Oleh karena proses pembelajaran harus dikemas dengan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM).

Apabila dalam proses belajar mengajar guru tidak menggunakan model pembelajaran yang tepat, maka siswa sulit untuk menyerap konsep-konsep pelajaran yang disampaikan guru sehingga berdampak kurangnya tingkat prestasi siswa dalam belajar.

Agar belajar dan pembelajaran dapat menarik minat, perhatian, dan motivasi siswa maka guru harus mempunyai kemauan dan kemampuan dalam memilih dan menentukan model pembelajaran apakah yang akan digunakan dalam proses belajar dan pembelajaran. Apabila guru mampu memilih model pembelajaran secara tepat maka aktivitas dan prestasi siswa bukan tidak mungkin dapat meningkat.

Kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kompetensi dan ketepatan guru dalam menggunakan model pembelajaran tersebut. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa ketepatan guru dalam memilih model pembelajaran akan berpengaruh terhadap keberhasilan aktivitas dan prestasi belajar siswa.

(3)

lain bahwa pola pembelajarannya makin bersifat guru-sentris (teacher centered ), siswa kurang berani bertanya dan mengemukakan pendapat.

Kecenderungan pembelajaran demikian, mengakibatkan lemahnya pengembangan potensi diri siswa dalam pembelajaran sehingga prestasi belajar yang dicapai masih rendah bila dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya. Terbukti hanya 63% siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), sedang yang 37% siswa belum mencapai (KKM) yang telah ditentukan oleh sekolah, yaitu 60 Sedangkan hasil yang diperoleh nilai rata-rata kelas hanya 55. Dan aktivitas siswa sebagian besar kurang aktif terbukti hanya terdapat 43 % yang aktif dan 57 % cenderung kurang aktif, pasif dan kurang bergairah. Rendahnya respon umpan balik dari siswa terhadap pertanyaan yang diberikan guru saat kurangnya pemusatan perhatian.

Rendahnya prestasi belajar siswa tersebut diduga kuat akibat motivasi, minat dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sangat rendah. Karena kuarangnya aktivitas belajar yang tampak dari masih banyaknya siswa yang tidak mendengarkan guru saat menjelaskan , asik bermain dengan siswa lainnya di dalam kelas .

(4)

Sesuai dengan permasalahan di atas diperlukan adanya suatu model pembelajaran yang mampu menempatkan siswa pada posisi yang lebih aktif, kreatif, mendorong pengembangan potensi dan kemampuan yang dimiliki, serta menemukan makna yang dalam, dari apa yang dipelajarinya. Pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan tersebut adalah pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD .

Diharapkan dengan menerapkan model pembelajaan kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas IV SDN Bernung Pesawaran semester genap tahun pelajaran 2011/2012 .

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu kiranya dilakukan perbaikan kualitas pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menerapkan model pembelajaran tipe STAD untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Sains di SD Negeri Bernung Kabupaten Pesawaran semester genap, tahun pelajaran 2011/2012 .

1.2 Identifikasi Masalah

Berangkat dari masalah faktual yang terjadi di kelas IV SDN Bernung Kabupaten Pesawaran pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012, yaitu:

(5)

tidak tepat sehingga tidak menarik minat siswa untuk mempelajari Sains .

2. Rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Sains di SDN Bernung Kabupaten Pesawaran.

1.3 Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah pada peningkatan aktivitas dan prestasi belajar sains melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas IV (Empat) SD N Bernung Kabupaten Pesawaran.

1.4 Perumusan Masalah

Pokok permasalahan lebih lanjut penulis rinci ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peningkatan aktivitas melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas IV semester genap SDN Bernung ?

2. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas IV semester genap SDN Bernung ?

1.5 Tujuan Penelitian

(6)

1. Untuk mendeskripsikan peningkatan aktivitas belajar siswa melaui penerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam mata pelajaran SAINS di kelas IV SD N Bernung Kec.Gedong Tataan Kab.Pesawaran .

2. Untuk mendeskripsikan peningkatan prestasi belajar siswa melaui penerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam mata pelajaran SAINS di kelas IV SD N Bernung Kec.Gedong Tataan Kab.Pesawaran .

1.6 Manfaat / Kegunaan Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Menemukan teori / pengetahuan baru tentang aktivitas dan prestasi belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran tipe kooperatif STAD

b. Sebagai dasar untuk meneliti bidang lain yang berkaitan dengan bidang penelitian ini

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat PTK bagi guru :

(7)

2. Dengan melakukan PTK guru dapat berkembang secara profesional karena dapat menunjukkan bahwa ia mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.

3. PTK membuat guru lebih percaya diri.

4. Melalui PTK, guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan guru.

b. Manfaat PTK bagi siswa :

1. Dengan adanya PTK kesalahan dalam proses pembelajaran akan cepat dianalisis dan diperbaiki. Jika kesalahan dapat diperbaiki aktivitas dan prestasi belajar siswa diharapkan akan meningkat.

2. PTK yang dilaksanakan disamping dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa, juga dapat menjadi modal bagi siswa.

3. Menciptakan suasana yang menyenangkan dalam pembelajaran.

c. Manfaat PTK bagi sekolah :

1. Sekolah yang berhasil mendorong terjadinya inovasi pada diri para guru telah berhasil pula meningkatkan kualitas pendidikan untuk para siswa.

(8)
(9)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Prestasi Belajar Sains

Menurut Sardiman A.M (2001: 46) “Prestasi adalah kemampuan nyata yang merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi

baik dari dalam maupun dari luar individu dalam belajar”. Sedangkan menurut Sudjana (2001: 22) Prestasi belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dengan mengetahui prestasi belajar siswa, seorang guru dapat menentukan kedudukannnya dalam kelas, apakah siswa tersebut termasuk kedalam kategori siswa yang pandai, sedang atau kurang.

Agar dapat dipahami bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individu maupun secara kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.

(10)

sebagai bentuk untuk mengukur keberhasilan siswa yang terformat dalam bentuk evaluasi.

Ditambahkan dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi merupakan suatu hasil yang telah dicapai sebagai bukti usaha yang telah dilakukan dan merupakan hasil yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas belajar.

2.2 Aktivitas Belajar Sains

Menurut Anton M.Mulyono (2001: 26), aktivitas artinya “Kegiatan atau

aktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan yang terjadi

secara fisik maupun non fisik, merupakan suatu aktivitas. Sedangkan Sanjaya (2007: 101) aktivitas tidak hanya ditentukan oleh aktivitas fisik semata, tetapi juga ditentukan oleh aktivitas non fisik seperti mental, intelektual dan emosional. Keaktifan yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan tercipta situasi belajar aktif. Aktivitas berarti kegiatan (Sutanto, 2010: 3).

Aktivitas belajar merupakan segala yang dilakukan dalam proses interaksi ( guru dan siswa ), dalam rangka menciptakan tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif.

(11)

belajar mengajar berlangsung. Sehingga mencapai indikator yang akan dicapai. Aktivitas belajar juga merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif.

2.3 Teori Belajar

Pandangan kontruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan lama dan merevisi nya apabila aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar- benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan , mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide – ide .

Menurut teori ini siswa harus membangun sendiri pengetahuan didalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberikan kesempatan siswa untuk menemukan dan menerapkan ide – ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.

(12)

Belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Syah, 2007: 92). Perubahan tersebut sebagai hasil pengalaman siswa dalam interaksi dengan lingkungannya. Setelah mengikuti proses belajar mengajar, perubahan pengetahuan, sikap atau pengalaman yang dialami siswa dapat diketahui berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh guru.

Sedangkan pengertian belajar menurut Oemar Hamalik (2001: 28) adalah

“suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan

lingkungan”. Aspek tingkah laku tersebut adalah pengetahuan, pengertian,

kebiasaan, keterampilan dan apresiasi.

Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang diharapkan melalui perubahan tingkah laku pada diri individu yang belajar. Perubahan tersebut karena usaha individu yang bersangkutan. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara siswa dengan guru dan lingkungan yang kesemuanya menimbulkan perubahan perilaku sesuai dengan yang diinginkan individunya.

2.4Konsep Pembelajaran Kooperatif

(13)

sehingga manusia harus menjadi makhluk sosial yang berinteraksi dengan sesama. Masyarakat Indonesia sangat mengutamakan azas gotong royong dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu konsep pembelajaran yang menggunakan prinsip kegotong royongan adalah pembelajaran kooperatif.

Nasution (2004: 146) mengemukakan “pembelajaran kooperatif adalah

pembelajaran gotong royong atau kerjasama dalam kelas”. Sementara Sanjaya (2006: 239) mengemukakan “pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah

dirumuskan”.

Banyak ahli yang telah mencoba menemukakan pengertian pembelajaran kooperatif .

Menurut Ibrahim dkk.(2000), unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah :

1. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka

“sehidup sepenanggungan bersama”.

2. Siswa bertanggungjawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.

3. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota didalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.

4. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompooknya.

5. Siswaakan dikenalkan evaluasi atau diberikan hadiah atau penghargaan yang juga akan untuk semua anggota kelompoknya.

(14)

Ibrahim dkk (2000: 9) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk berbaik saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penghargaan struktur kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.

Berdasarkan defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah salah satu strategi pembelajaran dimana siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5 orang yang heterogen untuk saling berbaik, saling membantu menyelesaikan tugas bersama. Dengan pembelajaran kooperatif ini siswa belajar berkolaborasi untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dalam suasana belajar kelompok.

2.5 Pengertian STAD

Bentuk-bentuk belajar Kooperatif STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan bentuk belajar kooperatif yang paling mudah dilakukan, hal ini sangat disarankan terutama untuk guru pemula yang ingin mencoba penerapan kooperatif.

(15)

2. Siswa bergabung dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 orang. Sebaiknya kelompok terdiri atas siswa dengan beragam latar belakang, misalnya dari segi: prestasi, jenis kelamin, suku dll.

3. Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk mengerjakan latihan / membahas suatu topik lanjutan bersama-sama. Disini anggota kelompok harus bekerja sama.

4. Tes / kuis atau silang tanya antar kelompok. Skor kuis / tes tersebut untuk menentukan skor individu juga digunakan untuk menentukan skor kelompok.

5. Penguatan dari guru .

STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan satu sistem belajar kelompok yang di dalamnya siswa di bentuk ke dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 orang secara heterogen. Dalam melaksanakan belajar kooperatif model STAD, ada lima tahap yang penting dilaksanakan, yakni (1) presentasi kelas, (2) kegiatan kelompok, (3) pemberian tes, (4) peningkatan nilai individu, dan (5) penghargaan terhadap usaha kelompok.

(16)

tinggi. Dalam menciptakan kerja sama yang baik, syarat pembentukan kelompok sebaiknya heterogen. (Slavin, 2008: 188) mengemukakan bahwa pembagian kelompok yang memperhatikan keragaman siswa dimaksudkan supaya siswa dapat menciptakan kerja sama yang baik sebagai proses menciptakan saling percaya dansaling mendukung. Keragaman siswa dalam kelompok mempertimbangkan latarbelakang siswa berdasarkan prestasi akademis, jenis kelamin, dan suku.

Syarat lain dari belajar kooperatif model STAD adalah jumlah anggota pada setiap kelompok sebaiknya terdiri dari 4-5 orang. Jumlah anggota yang sedikit dalam setiap kelompok memudahkan siswa berkomunikasi dengan teman sekelompok. Pentingnya pembagian kelompok seperti ini didasarkan pada pemikiran bahwa siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika masalah itu dipelajari bersama. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai pelaksanaan lima komponen pembelajaran kooperatif model STAD menurut Slavin (2008: 12) diuraikan sebagai berikut : 1) Presentasi kelas materi yang akan dipelajari dalam STAD perlu dipresentasikan atau diperkenalkan kepada siswa pada tahap awal sebagai pengantar pembelajaran didepan kelas. Presentasi kelas dapat dilakukan oleh guru secara langsung dan dapat pula secara tidak langsung.

(17)

mendeskripsikan penerapan model tipe kooperatif STAD dalam meningkatkan:

1. Minat belajar siswa dalam pembelajaran

2. Aktifitas siswa

3. Penguasaan konsep / pemahaman materi  Langkah-langkah Penggunaan Metode Tipe STAD

a) Membentuk kelompok yang anggotanya 4-5 orang secara heterofen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku dll)

b) Guru menyajikan pelajaran

c) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam elompok itu mengerti.

d) Guru memberi kuis/ pertanyaan pada seluruh siswa, pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.

e) Memberi evaluasi

f) Kesimpulan

2.6 Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

(18)

mengemukakan bahwa pembagian kelompok yang memperhatikan keragaman siswa dimaksudkan supaya siswa dapat menciptakan kerja sama yang baik sebagai proses menciptakan saling percaya dan saling mendukung. Keragaman siswa dalam kelompok mempertimbangkan latar belakang siswa berdasarkan prestasi akademis, jenis kelamin, dan suku. Keunggulan belajar kooperatif model STAD terletak pada adanya kerja sama dalam kelompok, yakni untuk mencapai keberhasilan, setiap anggota kelompok dituntut kerja sama yang baik. Artinya, anggota yang satu tidak boleh bergantung kepada anggota yang lain. Keberhasilan kelompok ditentukan oleh peran serta semua anggota. Setiap anggot adiberi peluang yang sama untuk menunjang kelompoknya agar mendapat nilai yang tinggi.

Menurut Kunandar (2007: 364), dalam pembelajaran STAD para siswa dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5 kelompok secara heterogen, tiap kelompok menggunakan lembar kerja akademik, kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota kelompok. Secara individu / kelompok tiap minggu atau dua minggu dilakukan evaluasi oleh guru untuk mrngetahui penguasaan konsep siswa.

(19)

2.7 Kerangka Pikir

Berdasarkan kajian pustaka dan landasan teori memberi gambaran penulis untuk membuat kerangka pikir penelitian. Pada kondisi awal sebagian besar prestasi dan aktivitas siswa yang diperoleh pada pembelajaran sains rendah. Hal ini dikarenakan guru belum memanfaatkan model pembelajaran yang cocok untuk diterapkan pada saat pembelajaran berlangsung. Oleh karena itulah diperlukan upaya guru untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Apabila guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD maka aktivitas dan prestasi belajar siswa pada pembelajaran sains meningkat. Hal ini dilakukan dalam proses perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas dalam dua siklus.

2.8 Hipotesis Tindakan

Kerangka berpikir sebagaimana telah diuraikan di atas mengandung praduga bahwa :

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran sains kelas IV di SD N Bernung Pesawaran.

(20)
(21)
(22)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas yang merupakan suatu kebutuhan bagi guru untuk meningkatkan profesionalisme seorang guru.

(23)

PTK dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur siklus yang terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, refleksi, seperti pada gambar di bawah ini:

Gambar 3.1 Spiral Tindakan Kelas (Hopkins, Zainal Aqib, 2009: 31) Secara keseluruhan, keempat tahapan dalam PTK membentuk suatu siklus (daur) PTK yang digambarkan dalam bentuk spiral. Untuk mengatasi suatu masalah, mungkin diperlukan lebih dari satu siklus. Siklus-siklus tersebut saling terkait

(24)

dan berkelanjutan. Siklus dua dilaksanakan bila masih ada hal-hal yang kurang berhasil dalam siklus satu.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SD Negeri Bernung Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran pada mata pelajaran SAINS.

b. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012 sesuai materi yang diajarkan pada semester tersebut.

3.3 Subjek Penelitian

Adapun yang menjadi subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Bernung Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 22 orang .

3.4 Prosedur Penelitian

(25)

TAHAP PELAKSANAAN TINDAKAN

Gambar 3.2 Alur Pelaksanaan Siklus Penelitian

Pelaksanaan Tindakan

Rencana Tindakan

Observasi Refleksi

Perbaikan Rencana Tindakan

Pelaksanaan Tindakan Observasi

Refleksi

DST SIKLUS I

(26)

A. Tahap Perencanaan

1) Membuat silabus, RPP, soal-soal tes.

2) Mempersiapkan alat peraga yang akan digunakan dalam pembelajaran.

3) Menyiapkan instrument penelitian berupa Lembar Kerja.

B. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini dilakukan tindakan yaitu :

a. Kegiatan pendahuluan

Pada awal pembelajaran guru menyampaikan salam, berdo’a, absensi

siswa dan mempersiapkan sarana pembelajaran. Kemudian guru menyampaikan indicator, tujuan pembelajaran, memberikan apersepsi dan memberikan motivasi.

b. Kegiatan Inti

(27)

dan hasil belajar siswa. Diakhir pembelajaran guru memberikan penguatan pemahaman konsep terhadap siswa.

c. Kegiatan penutup

Guru menugaskan kembali konsep-konsep penting yang harus dikuasai siswa. Diakhir siklus dilakukan tes kemampuan hasil belajar untuk mengetahui aktivitas dan prestasi belajar siswa terhadap materi yang sudah diajarkan.

C. Observasi Pelaksanaan

Dalam observasi peneliti melakukan pengamatan selama kegiatan berlangsung , juga teman , guru yang diminta bantuan untuk ikut mengamati selama kegiatan proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa

D. Refleksi

(28)

Tahap refleksi ada beberapa pertanyaan yang dijadikan sebagai patokan keberhasilan. Apakah proses pembelajaran yang dilakukan telah sesuai dengan perencanaan dan bagaimana tingkat pencapaian aktivitas dan prestasi belajar siswa. Refleksi juga dilaksanakan untuk mengetahui kekurangan dalam tahap pelaksanaan setiap siklus sehingga dapat dilakukan perbaikan pembelajaran untuk siklus berikutnya.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Data dikumpulkan melalui observasi catatan lapangan dan tes

1. Data Aktivitas Siswa

Dalam hal ini akan dilakukan observasi, observasi ini dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa selama penelitian sebagai upaya untuk mengetahui kesesuian perencanaan tindakan dengan tindakan. Data diperoleh dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa. Lembar observasi digunakan untuk mengamati aktivitas siswa yang meliputi :

a. Aktivitas bertanya dan menjawab pertanyaan

b. Berdiskusi dengan sesama siswa pada saat tugas kelompok

c. Mempresentasikan tugas kelompok

d. Memberikan tanggapan dari hasil presentasi kelompok lainnya

(29)

2. Tes

Tes yang diberikan adalah tes diakhir tes ini dilakukan untuk mengetahui tingkat prestasi siswa setelah diterapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

3.6 Instrumen Penelitian

3.6.1. Tabel Kisi-kisi Instrumen Aktivitas Yang diamati pada penelitian ini

NO. Aktivitas Yang diamati Kode Aktivitas

1. Bertanya dan Menjawab Pertanyaan 1

2. Berdiskusi dengan sesama siswa pada saat tugas kelompok

2

3. Mempresentasikan hasil kerja kelompok 3

4. Memberikan tanggapan dari hasil presentasi kelompok lain

4

5. Pembuatan rangkuman dari hasil presentasi dengan bimbingan guru

5

Jumlah rata-rata

3.6.2 Tabel Kisi-kisi instrumen tes belajar siswa SIKLUS I

SK : 8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari

KD : 8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya

No Indikator KKO Jumlah

soal Siklus 1 Menjelaskan sumber energi panas C2 2

Siklus I 2 Menjelaskan tentang cara

perpindahan panas pada benda

(30)

3 Menjelaskan sumber energi bunyi C2 4 4 Mendefenisikan media perambatan

bunyi

C3 2

5 Menyebutkan sifat-sifat bunyi C1 1

Jumlah 10

SIKLUS II

SK : 8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari

KD : 8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif dan carapenggunaannya

No Indikator KKO Jumlah

soal Siklus 1 Menjelaskan sumber energi

alternatif

C2 1

Siklus II 2 Menyebutkan sumber energi

alternatif

C1 1

3 Menjelaskan manfaat sumber energi alternatif

(31)

Tabel 3.7.1. Analisis Aktivitas Siswa

No Aspek Aktivitas yang diamati Jumlah Siswa Presentasi (%)

1. Bertanya dan Menjawab Pertanyaan

2.

Berdiskusi dengan sesama siswa pada saat tugas

kelompok

3. Mempresentasikan hasil kerja kelompok 4.

Memberikan tanggapan dari hasil presentasi kelompok

lain

5.

Pembuatan rangkuman dari hasil presentasi dengan

bimbingan guru

Jumlah rata-rata

(32)

Proses analisis untuk data aktivitas siswa adalah sebagai berikut :

a. Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah skor dari setiap aktivitas siswa

b. Presentasi setiap siswa diperoleh dengan rumus :

Skor aktivitas siswa = �� �ℎ � �

� � � � � x 100 %

c. Nilai aktivitas setiap siswa = % aktivitas

Untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa adalah pedoman Memes (2001: 36) sebagai berikut :

a. Bila nilai siswa < 75,6 maka dikategorikan aktif

b. Bila 59,5 > nilai siswa < 75,6 maka dikategorikan cukup aktif

c. Bila nilai siswa < 59,4 maka dikategorikan kurang aktif

 Analisis prestasi belajar

(33)

Tabel 3.7.3. Analisis Prestasi Siswa

No Nama Skor

Jumlah Rata-rata

Persentase ketuntasan belajar

Untuk menganalisis/menghitung persentase siswa tuntas belajar pada setiap siklus dengan rumus:

Keterangan:

Px = Persentase ketuntasan belajar pada siklus ke-x

Fx = Jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 pada siklus ke-x N = Jumlah seluruh siswa

Untuk menghitung nilai rata-rata kelas dengan rumus:

Keterangan:

R = Nilai rata-rata, ∑S = Jumlah skor

N = Jumlah seluruh siswa (Wardhani dan Wihardit, 2008: 5.19)

3.8 Indikator Keberhasilan

Kriteria keberhasilan didasarkan kepada pencapaian peserta didik untuk membangun kemampuan dan pengetahuan yang difasilitasi guru. Sehingga dengan mata pelajaran sains, siswa dapat mempelajari dan memahami lebih mendalam tentang diri sendiri dan alam disekitarnya serta mampu mengembangkan lebih lanjut dengan menerapkannya didalam kehidupan sehari-hari secara ilmiah. Selain itu juga diharapkan siswa mempunyai

Px = (Fx : N) X 100%

(34)

pengalaman belajar yang cukup yang bermanfaat untuk diri dan lingkungannya.

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini secara umum yaitu :

1. Presentase jumlah siswa aktif mencapai sekurang-kurangnya adalah 75 %

(35)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan terhadap siswa kelas IV mata pelajaran SAINS Sekolah Dasar Negeri Bernung Pesawaran dapat disimpulkan:

1. Hasil prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran Sains dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes prestasi siswa pada siklus I yang mendapat nilai ≥60 sebanyak 17 atau 77,27 % siswa dan yang mendapat nilai <60 sebanyak 5 atau 22,72 %. Sedangkan dari

hasil tes pada siklus II jumlah murid yang mendapat nilai ≥60 ada19 atau 86,36 % siswa dan yang mendapat nilai <60 sebanyak 3 atau 13,63 % dari 22 siswa yang ada.

(36)

5.2 Saran

1. Kepada siswa, untuk senantiasa aktif dalam proses pembelajaran agar dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan memperoleh prestasi belajar yang baik.

2. Kepada orang tua, untuk selalu membimbing dan memotivasi putra-putrinya agar rajin belajar dan kelak menjadi anak yang berguna bagi orang tua, bangsa dan negara.

3. Kepada guru,untuk senantiasa menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam proses pembelajaran, dan agar lebih memperkaya keahliannya dalam menggunakan model-model pembelajaran yang lainnya. Karena dengan adanya model pembelajaran, peserta didik lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran.

4. Kepada Sekolah, agar dapat melengkapi sarana dan prasarana yang masih belum ada agar proses pembelajaran dapat berlangsung lebih baik sehingga prestasi belajar dapat meningkat.

(37)

BSTRAK

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

DALAM PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SAINS PADA SISWA KELAS IV SDN

BERNUNG PESAWARAN

Oleh

DITA ANASTASIA

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: 1) peningkatan aktivitas belajar sains siswa kelas IV SDN Bernung Pesawaran menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD, 2) peningkatan prestasi belajar sains siswa kelas IV SDN Bernung Pesawaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

Penelitian ini menggunakan metode tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus. Data penelitian diperoleh melalui observasi dan tes pada setiap akhir siklus. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif.

Kesimpulan penelitian adalah: 1) aktivitas siswa pada siklus pertama 70,45% dan 79,54% pada siklus kedua, 2) prestasi belajar siswa yang mencapai KKM mengalami peningkatan, yaitu pada siklus pertama 75,59% dan 86,36% pada siklus kedua.

(38)

Dalam Peningkatan Aktivitas dan Prestasi

Belajar SAINS Pada SiswaKelas IV

SDN Bernung Pesawaran

(Skripsi)

Oleh :

Dita Anastasia

Program Studi Guru S1 Dalam Jabatan PGSD

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung

(39)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Tanjung Karang Bandar Lampung pada tanggal 28 Desember 1987, kemudian menyelesaikan pendidikan formal di SD N 3 Gedong Air Bandar Lampung pada tahun 2000, melanjutkan di SLTP N 1 Bandar Lampung, diselesaikan pada tahun 2003. Kemudian melanjutkan ke SMA AL-Azhar 3 Bandar Lampung pada tahun 2006.

(40)

Gambar Halaman

Gambar 3.1 Spiral Tindakan Kelas... 20

Gambar 3.2 Alur Pelaksanaan Siklus Pertama... 22

Gambar 4.1 Grafik Aktivitas Belajar Siswa Siklus I... 34

Gambar 4.2 Grafik Prestasi Belajar Siswa Siklus I... 35

Gambar 4.3 Grafik Aktivitas Belajar Siswa Siklus II... 41

(41)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Identifikasi Masalah... 4

1.3 Pembatasan Masalah... 5

1.4 Perumusan Masalah... 5

1.5 Tujuan Penelitian... 5

1.6 Manfaat / Kegunaan Penelitian... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Prestasi Belajar Sains... 8

2.2 Aktivitas Belajar Sains... 9

2.3 Teori Belajar... 10

2.4 Konsep Pembelajaran Kooperatif... 11

2.5 Pengertian STAD... 13

2.6 Pembelajaran kooperatif Tipe STAD... 16

2.7 Kerangka Pikir Penelitian... 18

2.8 Hipotesis Tindakan... 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... 19

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian... 21

3.3 Subjek Penelitian... 21

3.4 Prosedur Penelitian... 21

3.5 Metode Pengumpulan Data... 25

3.6 Instrumen Penelitian... 26

3.7 Analisis Data... 27

3.8 Indikator Keberhasilan... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian... 32

4.1.1 Siklus I... 32

4.1.2 Siklus II... 39

4.2 Pembahasan... 44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 46

5.2 Saran... 47

DAFTAR PUSTAKA

(42)

Tabel Halaman

Tabel 3.6.1 Kisi-kisi Instrumen Aktivitas

Yang Diamati... 26

Tabel 3.6.2 Kisi-kisi Instrumen Tes Belajar Siswa... 26

Tabel 3.7.1 Analisis Aktivitas Siswa... 28

Tabel 3.7.2 Aspek Yang Diamati... 28

Tabel 3.7.3 Analisis Prestasi Siswa... 30

(43)

KATA PENGANTAR

Segenap rasa syukur penulis persembahkan kehadirat Allah SWT dengan segala kehendak dan keagungan-Nya atas selesainya Skripsi Penelitian Tindakan Kelas ini.

Pada skripsi penelitian tindakan kelas yang mengambil judul ”Penerapan Pembelajaran Kooperative Tipe STAD Dalam Peningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar SAINS Siswa Kelas IV SDN Bernung Kabupaten Pesawaran.” penulis berusaha menampilkan cara meningkatkan pemahaman siswa untuk menyukai pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran tipe kooperatif STAD, sebagai penunjang mutu pendidikan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelasaikan mata kuliah penelitian tindakan kelas.

Penulis bahwa dalam penyusunan proposal ini masih ditemukan banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.

Semoga skripsi penelitian ini dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pihak.

Pesawaran, Maret 2012

(44)

MOTTO

Selalu berusaha mempersembahkan yang terbaik,

walaupun itu bukan sesuatu yang sangat kita

(45)

1. Tim Penguji

Penguji : Dr. Herpratiwi, M.Pd. ………

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Djalaludin Genap, M.Si. ………

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(46)

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, adalah :

Nama Mahasiswa : Dita Anastasia Npm

: 1013109086 Program Studi : S1

PGSD Dalam Jabatan Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Lokasi Penelitian : SDN Bernung Kabupaten Pesawaran

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas Akhir yang berjudul “Penerapan

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dalam Peningkatan Aktivitas dan Prestasi Belajar

SAINS Pada Siswa Kelas IV SDN Bernung Pesawaran” tersebut adalah asli hasil penelitian

saya, kecuali bagian-bagian tertentu yang dirujuk dari sumbernya dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan seperlunya dan apabila dikemudian hari ternyata, pernyataan ini tidak benar maka saya sanggup dituntut berdasarkan Undang-Undang dan Peraturan yang berlaku.

Pesawaran, Juli 2012 Yang Membuat Pernyataan

(47)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan hasil karyaku bagi orang-orang yang sangat kusayangi dan berharga dalam

hidupku sebagai rasa syukur atas terselesaikannya skripsi ini:

1. Bapak dan Ibu yang selalu menanamkan keyakinan dan kegigihan demi keberhasilan

dalam segala hal

2. Keluarga besar tercinta yang selalu memberikan dukungan terbesar dalam hidupku

3. Galih Herlambang dan mb Feny Kurniasih yang telah membantu dalam pembuatan

skripsi ini

4. Teman-teman seperjuangan ku Wariyanti, Yunarni dll yang tidak dapat disebutkan satu

per satu yang selalu memberikan saran terbaik untuk ku, serta

5. Para pendidikku yang telah memberikan ilmu yang dimilikinya untuk sesuatu

(48)

Judul Skripsi : PENERAPAN KOOPERATIF TIPE STAD

DALAM PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SAINS PADA SISWA KELAS SDN BERNUNG PESAWARAN

Nama Mahasiswa : DITA ANASTASIA

Nomor Pokok Mahasiswa : 1013109086

Program Studi : S1 PGSD Dalam Jabatan

Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

Ketua Jurusan Ilmu Ilmu Pendidikan Dosen Pembimbing

Gambar

gambar di bawah ini:
Gambar 3.2 Alur Pelaksanaan Siklus Penelitian
Tabel 3.7.2.Aspek Yang Diamati
Tabel 3.7.3. Analisis Prestasi Siswa
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Tipe Kepribadian Konvensional Dan Enterprising Terhadap Minat Kerja Karyawan Bank Rakyat Indonesia (Bri) Cabang Majalaya.. Universitas Pendidikan Indonesia

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 27 Tahun 2013, tentang pedoman penyusunan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2015/2016, di pandang perlu untuk

Untuk memulai menulis sebuah komposisi, seseorang dapat menggunakan contoh struktur musik yang sudah baku serta genre musik tertentu sebagai acuan dalam

Jalan Kolonel Wahid

Penggunaan enzim protease bermanfaat untuk mengatur kekuatan dari ikatan gluten sehingga adonan roti yang dihasilkan akan sesuai dengan spesifikasi produk roti yang diinginkan,

kompetensi dasar yang akan dicapai, waktu penyelesaian, peralatan/bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, informasi singkat, langkah kerja, tugas yang harus dilakukan,

Rikrik Gemi Setelah dilakukan perhitungan terhadap harga pokok produksi dengan menggunakan metode Konvensional dan metode Activity Based Costing (ABC) maka dapat diambil

Jika kendala diatas tidak dapat dipecahkan maka akan menghambat kelancaran kegiatan pada bagian keuangan.Pengaturan gaji membutuhkan suatu sistem, dimana sistem penggajian