• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penetapan Kadar Cu Pada Air Sungai Yang Dialiri Limbah Pertambangan Bijih Emas Di Kabupaten MADINA Secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penetapan Kadar Cu Pada Air Sungai Yang Dialiri Limbah Pertambangan Bijih Emas Di Kabupaten MADINA Secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

PENETAPAN KADAR Cu PADA AIR SUNGAI YANG DIALIRI

LIMBAH PERTAMBANGAN BIJIH EMAS DI KABUPATEN

MADINA SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

(SSA)

TUGAS AKHIR

OLEH:

IRMA YUSNITA LUBIS

NIM 102410070

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENETAPAN KADAR Cu PADA AIR SUNGAI YANG DIALIRI

LIMBAH PERTAMBANGAN BIJIH EMAS DI KABUPATEN

MADINA SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

(SSA)

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

OLEH:

IRMA YUSNITA LUBIS

NIM 102410070

Medan, 1 Juni 2013

Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing,

Dra. Sudarmi, M.Si., Apt. NIP 195409101983032001

(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Tugas Akhir berjudul “Penetapan Kadar Cu Pada Air Sungai Yang Dialiri Limbah Pertambangan Bijih Emas Di Kabupaten MADINA Secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)”. Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, penulis tidak akan dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini sebagaimana mestinya. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak antara lain:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Ibu Dra. Sudarmi, M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh perhatian hingga Tugas Akhir ini selesai.

(4)

membimbing dan memberikan banyak ilmu dan arahan pada saat Praktek Kerja Lapangan.

4. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan.

5. Ibu Poppy Anjelisa Zaitun Hasibuan, S.Si, M.Si., Apt., sebagai Dosen Penasehat Akademis yang telah memberikan nasehat dan pengarahan kepada penulis dalam hal Akademis setiap semester.

6. Dosen dan Pegawai Fakultas Farmasi Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan yang berupaya mendukung kemajuan mahasiswa. 7. Seluruh Staf dan Pegawai Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan yang

telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran kepada penulis dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.

8. Kedua orang tua penulis yaitu Ayahanda H. Iskandar Lubis, S.Pd. dan Ibunda Hj. Maliana Rangkuti, S.Pd. serta seluruh keluarga besar yang telah memberikan perhatian, doa, dorongan dan pengorbanan baik moril maupun materil dalam penyelesaian tuga akhir ini.

9. Untuk Sahabat-sahabat penulis (k ledang, Femy, Indri, devi, lia, ika, vitta, nisa, ika, dedek, yola) yang telah memberikan semangat dan dukungan.

(5)

kebersamaan dan semangatnya selama ini, serta masukan dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

11.Serta pihak-pihak yang telah ikut membantu penulis namun tidak tercantum namanya.

Penulis menyadari bahwa sepenuhnya isi dari Tugas Akhir ini masih

terdapat kekurangan dan kelemahan serta masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir ini dan demi peningkatan mutu penulisan Tugas Akhir di masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis sangat berharap semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang memerlukan. Amin.

Medan, 1 Juni 2013 Penulis,

(6)

Determination Of Cu In River Water Flowing Gold Ore Mining Wastes In Madina Atomic Absorption Spectrophotometry

Abstract

Liquid waste is waste in liquid form generated by industrial activities and allegedly dumped into the environment can pollute the environment. The purpose of this study was to determine levels of Cu contained in gold ore mining waste water and Batang Gadis river in MADINA quality standard or not.

Samples were taken from 4 locations namely inlet and outlet gold ore mining wastes, upstream and downstream Batang Gadis river. Determination of copper (Cu) atomic absorption spectrophotometry performed.

The results showed that the gold ore mining waste containing copper levels checked (Cu) in outlet 1 0.7129, 0.7060 outlet 2, these results meet the quality standards allowed by the Ministry of Environment Regulation is 2 mg / L, at inlet 1 19.5144, 19.5144 inlet 2, this result does not meet the quality standards allowed by the Ministry of Environment Regulation is 2 mg / L, whereas the upstream 1 -0.0108, -0.0108 upstream 2, downstream 1 0.0251 , downstream 2 0.0267 this result meets the quality standards allowed by the Indonesian Government Regulation On Management of Water Quality and Water Pollution Control which is 0.02 mg / L.

(7)

Penetapan Kadar Cu Pada Air Sungai yang Dialiri Limbah Pertambangan Bijih Emas Di Kabupaten Madina Secara Spektrofotometri Serapan Atom

(SSA)

Abstrak

Limbah cair adalahlimbahdalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan industri yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat mencemari lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar Cu yang terkandung dalam air limbah pertambangan bijih emas dan air sungai Batang Gadis si Kabupaten MADINA memenuhi baku mutu atau tidak.

Sampel diambil dari 4 lokasi yakni inlet dan outlet limbah pertambangan bijih emas, hulu dan hilir air sungai Batang Gadis di Kabupaten MADINA. Penetapan kadar tembaga (Cu) dilakukan secara spektrofotometri serapan atom.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa limbah pertambangan bijih emas yang diperiksa mengandung kadar tembaga (Cu) di outlet 1 0,7129, outlet 2 0,7060, hasil ini memenuhi baku mutu yang diperbolehkan oleh Peraturan Kementerian Lingkungan Hidup yaitu 2 mg/L, pada inlet 1 19,5144, inlet 2 19,5144, hasil ini tidak memenuhi baku mutu yang diperbolehkan oleh Peraturan Kementerian Lingkungan Hidup yaitu 2 mg/L, sedangkan pada hulu 1 -0,0108, hulu 2 -0,0108, hilir 1 0,0251, hilir 2 0,0267 hasil ini memenuhi baku mutu yang diperbolehkan oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air yaitu 0,02 mg/L.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat ... 3

1.2.1 Tujuan ... 3

1.2.2 Manfaat ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Limbah ... 4

2.2 Klasifikasi Limbah ... 4

2.2.1 Berdasarkan Karakteristiknya ... 4

2.2.2 Berdasarkan Sumber Pencemar ... 5

2.2.3 Berdasarkan Sifat Kimianya ... 5

2.3 Karakteristik Limbah ... 6

(9)

2.5 Klasifikasi Limbah Cair ... 7

2.6 Baku Mutu Limbah Cair ... 7

2.7 Sumber dan Jenis Pencemar Limbah Cair ... 8

2.8 Indikator Pencemaran ... 8

2.9 Sungai ... 9

2.9.1 Pencemaran Sungai ... 9

2.9.2 Penyebab Pencemaran Sungai ... 9

2.9.3 Dampak Dari Pencemaran Sungai ... 10

2.9.4 Cara Mengatasi/Upaya Pelestarian Daerah Aliran Sungai ... 10

2.10 Pertambangan Bijih Emas ... 10

2.11 Tembaga (Cu) ... 11

2.11.1 Sifat-sifat Tembaga (Cu) ... 11

2.11.2 Tembaga Bagi Organisme ... 12

2.11.3 Bentuk-bentuk Keracunan Tembaga ... 12

2.12 Metode Kompleksometri, Gravimetri dan Spektrofotometri Visibel ... 14

2.13 Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) ... 15

BAB III METODE PENGUJIAN ... 20

3.1 Tempat ... 20

3.2 Alat-alat ... 20

3.3 Bahan-bahan ... 20

(10)

3.4.1 Pembuatan Pereaksi ... 21

3.4.2 Pembuatan Larutan Induk ... 21

3.4.3 Pembuatan Larutan Baku ... 21

3.4.4 Pembuatan Larutan Kerja ... 22

3.4.5 Pembuatan Kurva Kalibrasi ... 23

3.4.6 Persiapan Contoh uji Tembaga Total ... 23

3.4.7 Perhitungan ... 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 29

5.1 Kesimpulan ... 29

5.2 Saran ... 29

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Data hasil pemeriksaan Tembaga (Cu) pada sampel limbah

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Hasil Pengukuran SSA ... 32 2. Baku Mutu air Limbah ... 40 2. Peraturan Pemerintah Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air ... 41

(13)

Determination Of Cu In River Water Flowing Gold Ore Mining Wastes In Madina Atomic Absorption Spectrophotometry

Abstract

Liquid waste is waste in liquid form generated by industrial activities and allegedly dumped into the environment can pollute the environment. The purpose of this study was to determine levels of Cu contained in gold ore mining waste water and Batang Gadis river in MADINA quality standard or not.

Samples were taken from 4 locations namely inlet and outlet gold ore mining wastes, upstream and downstream Batang Gadis river. Determination of copper (Cu) atomic absorption spectrophotometry performed.

The results showed that the gold ore mining waste containing copper levels checked (Cu) in outlet 1 0.7129, 0.7060 outlet 2, these results meet the quality standards allowed by the Ministry of Environment Regulation is 2 mg / L, at inlet 1 19.5144, 19.5144 inlet 2, this result does not meet the quality standards allowed by the Ministry of Environment Regulation is 2 mg / L, whereas the upstream 1 -0.0108, -0.0108 upstream 2, downstream 1 0.0251 , downstream 2 0.0267 this result meets the quality standards allowed by the Indonesian Government Regulation On Management of Water Quality and Water Pollution Control which is 0.02 mg / L.

(14)

Penetapan Kadar Cu Pada Air Sungai yang Dialiri Limbah Pertambangan Bijih Emas Di Kabupaten Madina Secara Spektrofotometri Serapan Atom

(SSA)

Abstrak

Limbah cair adalahlimbahdalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan industri yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat mencemari lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar Cu yang terkandung dalam air limbah pertambangan bijih emas dan air sungai Batang Gadis si Kabupaten MADINA memenuhi baku mutu atau tidak.

Sampel diambil dari 4 lokasi yakni inlet dan outlet limbah pertambangan bijih emas, hulu dan hilir air sungai Batang Gadis di Kabupaten MADINA. Penetapan kadar tembaga (Cu) dilakukan secara spektrofotometri serapan atom.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa limbah pertambangan bijih emas yang diperiksa mengandung kadar tembaga (Cu) di outlet 1 0,7129, outlet 2 0,7060, hasil ini memenuhi baku mutu yang diperbolehkan oleh Peraturan Kementerian Lingkungan Hidup yaitu 2 mg/L, pada inlet 1 19,5144, inlet 2 19,5144, hasil ini tidak memenuhi baku mutu yang diperbolehkan oleh Peraturan Kementerian Lingkungan Hidup yaitu 2 mg/L, sedangkan pada hulu 1 -0,0108, hulu 2 -0,0108, hilir 1 0,0251, hilir 2 0,0267 hasil ini memenuhi baku mutu yang diperbolehkan oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air yaitu 0,02 mg/L.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan industri yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat mencemari lingkungan (Suharto, 2011).

Limbah cair pengolahan bijih emas dan pencucian batubara umumnya mengandung berbagai jenis logam berat antara lain besi (Fe), tembaga (Cu), timbal (Pb) dan seng (Zn). Logam-logam tersebut dapat berasal dari kegiatan pengupasan tanah penutup dan proses pengolahannya (Prasetyo, 2013).

Pencemaran sungai adalah tercemarnya air sungai yang disebabkan oleh limbah industri, limbah penduduk, limbah peternakan, bahan kimia dan unsur hara yang terdapat dalam air serta gangguan kimia dan fisika yang dapat mengganggu kesehatan manusia (Novia, 2012).

Sungai Batang Gadis adalah sungai tempat mengalirnya limbah pertambangan bijih emas yang terdapat di Kabupaten MADINA. Selain dari limbah pertambangan bijih emas, sungai ini juga menampung limbah rumah tangga dan peternakan.

(16)

Parameter limbah cair meliputi parameter fisika, kimia, mikrobiologi dan radioaktivitas. Tembaga (Cu) merupakan parameter kimia yang apabila dibuang ke sungai harus memenuhi persyaratan sesuai baku mutu (Kementerian Ling kungan Hidup, 2006).

Baku mutu limbah cair industri adalah batas maksimum limbah cair yang diperbolehkan untuk dibuang ke lingkungan (Suharto, 2011).

Baku mutu air limbah bagi kegiatan pengolahan bijih emas dan atau tembaga yang diatur dalam keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 202 tahun 2004 kadar Tembaga yang diperbolehkan 2 mg/L (Kementerian Lingkungan Hidup, 2006).

Sesuai dengan sifat sebagai logam berat beracun, Cu dapat mengakibatkan keracunan secara akut dan kronis. Keracunan akut dan kronis ini terjadinya ditentukan oleh besarnya dosis yang masuk dan kemampuan organisme untuk menetralisir dosis tersebut (Palar, 2004).

Penetapan kadar tembaga dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu, kompleksometri, gravimetri, spektrofotometri visibel dan spektrofotometri serapan atom.

(17)

Berdasarkan hal di atas, maka perlu dilakukan penelitian pada limbah pertambangan bijih emas dan air sungai Batang Gadis di Kabupaten MADINA. Sehingga penulis memilih judul tentang “Penetapan Kadar Cu Pada Air Sungai Yang Dialiri Limbah Pertambangan Bijih Emas Di Kabupaten Madina Secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)”.

1.2Tujuan dan Manfaat

1.2.1 Tujuan

Untuk mengetahui kadar Cu yang terkandung dalam limbah pertambangan bijih emas dan air sungai Batang Gadis di Kabupaten MADINA memenuhi baku mutu atau tidak.

1.2.2 Manfaat

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Limbah

Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomi. Limbah yang mengandung bahan polutan yang memiliki sifat racun dan berbahaya dikenal dengan limbah B-3, yang dinyatakan sebagai bahan yang dalam jumlah relatif sedikit tetapi berpotensi untuk merusak lingkungan hidup dan sumber daya. Bila ditinjau secara kimiawi, bahan-bahan ini terdiri dari bahan kimia organik dan anorganik (Kristanto, 2004).

2.2 Klasifikasi limbah

2.2.1 Berdasarkan karakteristiknya

Berdasarkan wujud atau karakteristiknya limbah industri dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu:

a. Limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan industri yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat mencemari lingkungan (Suharto, 2011).

(19)

adalah butiran halus yang mungkin masih terlihat oleh mata telanjang, seperti uap air, debu, asap, fume dan kabut (Kristanto, 2004).

c. Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur, dan bubur yang berasal dari sisa proses pengolahan. Limbah ini dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu limbah padat yang dapat didaur-ulang (misalnya plastik, tekstil, potongan logam) dan limbah padat yang tidak memiliki nilai ekonomis (Kristanto, 2004).

2.2.2 Berdasarkan sumber pencemar

Penggolongan limbah berdasarkan sumber pencemar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Sumber domestik (rumah tangga)

Limbah domestik adalah semua limbah yang berasal dari kamar mandi, WC, dapur, tempat cuci pakaian, apotik, rumah sakit, dari perkampungan, kota, pasar, jalan, terminal dan sebagainya.

b. Sumber non-domestik

Limbah non-domestik sangat bervariasi, diantaranya berasal dari pabrik, pertanian, peternakan, perikanan, transportasi, dan sumber-sumber lainnya (Kristanto, 2004).

2.2.3 Berdasarkan sifat kimianya

Limbah ditinjau secara kimiawi, terdiri atas:

(20)

termasuk kelompok ini tidak dibuang ke air lingkungan karena akan dapat meningkatkan populasi mikroorganisme di dalam air. Dengan bertambahnya populasi mikroorganisme di dalam air maka tidak tertutup pula kemungkinannya untuk ikut berkembangnya bakteri patogen yang berbahaya bagi manusia.

b. Limbah anorganik adalah limbah yang tidak dapat membusuk dan sulit didegradasi oleh mikroorganisme. Apabila bahan buangan anorganik ini masuk ke air lingkungan maka akan terjadi peningkatan jumlah ion logam di dalam air. Bahan anorganik biasanya berasal dari industri yang melibatkan penggunaan unsur-unsur logam seperti Timbal(Pb), Arsen (As), Kadmium (Cd), Air raksa (Hg), Krom (Cr), Nikel (Ni), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Kobalt (Co), dan lain-lain (Arya, 2004).

2.3 Karakteristik limbah

Adapun karakteristik limbah adalah sebagai berikut:

1. Berupa partikel dan padatan, baik yang larut maupun yang mengendap, ada yang kasar dan ada yang halus. Berwarna keruh dan suhu tinggi.

2. Mengandung bahan yang berbahaya dan beracun, antara lain mudah terbakar, mudah meledak, korosif, bersifat sebagai oksidator dan reduktor yang kuat, mudah membusuk dan lain-lain.

(21)

2.4 Limbah Cair

Limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan industri yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat mencemari lingkungan. Mutu limbah cair adalah keadaan limbah cair yang dinyatakan dengan debit, kadar dan bahan pencemar. Debit maksimum adalah debit tertinggi yang masih diperbolehkan dibuang ke lingkungan (Suharto, 2011).

2.5 Klasifikasi limbah cair

Limbah cair dibedakan menurut asal limbah cair :

1. Limbah cair dari rumah tangga yang terdiri atas senyawa organik seperti sayur-mayur, buah-buahan dan senyawa anorganik seperti gelas dan kaleng. 2. Limbah cair dari industri dengan nilai BOD tinggi, rendah padatan terlarut,

konsentrasi logam berat sangat tinggi atau senyawa organik sangat tinggi dalam limbah cair.

3. Limbah cair dari industri dengan nilai COD sangat tinggi namun nilai BOD rendah ( Suharto, 2011).

2.6 Baku mutu limbah cair

(22)

2.7 Sumber dan Jenis Pencemar Limbah Cair

1. Sumber pencemar fisik

Pencemar fisik misalnya suhu, nilai pH, warna, bau dan total padatan tersuspensi.

2. Sumber pencemar senyawa kimia organik dan anorganik

Pencemar senyawa kimia organik misal karbohidrat, lemak, protein, minyak, pelumas, BOD, COD, TOC, TOD, alkalinitas.

Pencemar senyawa kimia anorganik misal logam berat, N, P, khlorida, sulfur, hidrogen sulfit, dan gas terlarut dalam limbah cair.

3. Sumber Pencemar Mikrobiologi

Sumber pencemar mikrobiologi misal mikroba patogen yaitu typhus-cholera-dysentri, poliovirus, virus hepatitis B, Salmonella typhi, cacing

parasit, bakteri, algae, protozoa, virus, dan coliform (Suharto, 2011).

2.8 Indikator pencemaran

Terjadinya sumber pencemar terhadap lingkungan ditunjukkan oleh beberapa indikator. Indikator yang paling banyak dijumpai di lingkungan adalah bau busuk karena terjadinya pemecahan protein dan senyawa organik lainnya (Suharto, 2011).

(23)

dan beracun seperti timbal (Pb) dan tembaga (Cu). Sumber pencemar mikrobiologi misal mikroba patogen yaitu cacing parasit, bakteri, algae, protozoa, virus dan coliform (Suharto, 2011).

2.9 Sungai

Sungai merupakan jala laut, atau ke sungai yang lain. Kemanfaatan terbesar sebuah sungai adalah untuk dan air limbah, bahkan sebenarnya potensial untuk dijadikan objek wisata sungai (Novia, 2012).

2.9.1 Pencemaran Sungai

Pencemaran sungai adalah tercemarnya air sungai yang disebabkan oleh limbah industri, limbah penduduk, limbah peternakan, bahan kimia dan unsur hara yang terdapat dalam air serta gangguan kimia dan fisika yang dapat mengganggu kesehatan manusia (Novia, 2012).

2.9.2 Penyebab Pencemaran Sungai

1. Sumber polusi air sungai antara lain limbah industri, pertanian dan rumah tangga.

(24)

3. Pembuangan sampah organik maupun yang anorganik yang dibuang kesungai terus-menerus, selain mencemari air, terutama dimusim hujan ini akan menimbulkan banjir (Novia, 2012).

2.9.3Dampak Dari Pencemaran Air Sungai

Pencemaran air dapat berdampak sangat luas, misalnya dapat meracuni air minum, meracuni makanan hewan, menjadi penyebab ketidak seimbangan ekosistem sungai dan danau, pengrusakan hutan akibat hujan asam dsb (Novia, 2012).

2.9.4 Cara Mengatasi/Upaya Pelestarian Daerah Aliran Sungai

1. Melestarikan hutan di hulu sungai 2. Tidak buang air di sungai

3. Tidak membuang sampah di sungai

4. Tidak membuang limbah rumah tangga dan industri (Novia, 2013).

2.10 Pertambangan Bijih Emas

Pertambangan adalah salah satu jenis kegiatan yang melakukan ekstraksi mineral dan bahan tambang lainnya dari dalam bumi. Penambangan adalah proses pengambilan material yang dapat diekstraksi dari dalam bumi. Tambang adalah tempat terjadinya kegiatan penambangan (Zidny, 2014).

(25)

Limbah cair pengolahan bijih emas umumnya mengandung berbagai jenis logam berat antara lain besi (Fe), tembaga (Cu), timbal (Pb) dan seng (Zn). Logam-logam tersebut dapat berasal dari kegiatan pengupasan tanah penutup dan proses pengolahannya (Prasetyo, 2013).

2.11 Tembaga (Cu)

Tembaga dengan nama kimia cupprum dilambangkan dengan Cu. Unsur logam ini berbentuk kristal dengan warna kemerahan. Dalam tabel periodik unsur-unsur kimia, tembaga menempati posisi dengan nomor atom (NA)29 dan mempunyai bobot atau berat atom (BA)63,546. Unsur tembaga di alam, dapat ditemukan dalam bentuk logam bebas, akan tetapi lebih banyak ditemukan dalam bentuk persenyawaan atau sebagai senyawa padat dalam bentuk mineral (Palar, 2004).

Tembaga selain ditemukan dalam bentuk senyawa sulfida, juga berada di alam sebagai unsur meski dalam jumlah yang sedikit. Hal ini karena kereaktifannya yang rendah. Tembaga merupakan unsur logam esensial yang dibutuhkan agar eritrosit dapat berkembang secara tepat. Tembaga mempermudah penyerapan Fe dalam sintesis hemoglobin. Karena itu kekurangan logam ini akan menyebabkan anemia (Lu, 1995).

2.11.1 Sifat-sifat Tembaga (Cu)

(26)

dibawanya, logam Cu dinamakan juga cuppro untuk yang bervalensi +1, dan cuppri untuk yang bervalensi +2 (Palar, 2004).

Kedua jenis ion Cu tersebut dapat membentuk kompleksion-kompleksion yang sangat stabil. Sebagai contoh adalah senyawa Cu(NH3)6.Cl2. Logam Cu dan

beberapa bentuk persenyawaannya, seperti CuO, CuCO3, Cu(OH)2 dan Cu(CN)2,

tidak dapat larut dalam air dingin atau panas, tetapi mereka dapat dilarutkan dalam asam. Logam Cu itu sendiri, dapat dilarutkan dalam senyawa asam sulfat (H2SO4)

panas dan dalam larutan basa NH4OH. Senyawa CuO dapat larut dalam NH4Cl

dan KCN (Palar, 2004).

2.11.2 Tembaga Bagi Organisme

Sebagai logam berat tembaga (Cu) berbeda dengan logam-logam berat lainnya seperti Hg, Cd dan Cr. Logam berat Cu digolongkan kedalam logam berat dipentingkan atau logam berat essensial, artinya meskipun Cu merupakan logam berat beracun, unsur logam ini sangat diperlukan oleh tubuh meskipun sedikit. Karena itu, Cu termasuk kedalam logam- logam essensial bagi manusia seperti besi (Fe) dan lain-lain (Palar, 2004).

Tembaga (Cu) sebetulnya diperlukan bagi perkembangan tubuh manusia. Karena itu Cu termasuk ke dalam logam-logam essensial bagi manusia seperti Cu, Fe, Zn, dan lain-lain. Toksisitas yang dimiliki oleh Cu baru akan bekerja dan memperlihatkan pengaruhnya bila logam ini telah masuk kedalam tubuh organisme dalam jumlah besar (Palar, 2004).

(27)

kilogram berat tubuh untuk anak-anak dan 80 mg Cu per kilogram berat tubuh untuk bayi (Palar, 2004).

2.11.3 Bentuk – bentuk Keracunan Tembaga

Sesuai dengan sifat sebagai logam berat beracun, Cu dapat mengakibatkan keracunan secara akut dan kronis. Keracunan akut dan kronis ini terjadinya ditentukan oleh besarnya dosis yang masuk dan kemampuan organisme untuk menetralisir dosis tersebut (Palar, 2004).

A.Keracunan Akut

Menurut Palar 2004, gejala-gejala yang dapat dideteksi sebagai akibat keracunan akut tersebut adalah:

1) Adanya rasa logam pada pernafasan penderita

2) Adanya rasa terbakar pada epigastrum dan muntah yang terjadi secara berulang-ulang.

Pada 14 orang penderita lainnya terjadi pula diare pada hari pertama dan kedua setelah terpapar oleh CuSO4. Sementara itu pada 20 orang penderita lainnya gejala

tersebut berlanjut dengan terjadinya pendarahan pada jalur gastrointestinal. Selanjutnya melalui biopsi yang dilakukan terhadap hati beberapa orang penderita menunjukkan terjadinya centrobularnecrosis dan biliary statis (Palar, 2004). B.Keracunan Kronis

(28)

yang kaku dan berwarna kemerahan pada penderita. Sementara pada hewan seperti kerang, bila dalam tubuhnya telah terakumulasi dalam jumlah tinggi, maka bagian otot tubuhnya akan memperlihatkan warna kehijauan. Hal itu dapat menjadi petunjuk apakah kerang tersebut masih bisa dikonsumsi oleh manusia (Palar, 2004).

2.12 Metode Kompleksometri, Gravimetri, dan Spektrofotometri Visibel

Titrimetri atau analisis volumetri adalah salah satu pemeriksaan jumlah zat kimia yang luas pemakaiannya. Hal ini disebabkan karena beberapa alasan. Pada satu segi, cara ini menguntungkan karena pelaksanaannya mudah dan cepat, ketelitian dan ketepatannya cukup tinggi. Pada segi lain, cara ini menguntungkan karena dapat digunakan untuk menentukan kadar berbagai zat yang mempunyai sifat yang berbeda-beda. Pemeriksaan kimia secara titrimetri dapat digolongkan dengan berbagai cara, salah satunya adalah titrasi kompleksometri (Rivai, 1995).

Titrasi kompleksometri didasarkan pada reaksi zat-zat pengompleks organik tertentu dengan ion-ion logam, menghasilkan senyawa kompleks yang mantap. Zat pengompleks yang paling sering digunakan adalah asam etilendiaminatetra-asetat (EDTA), yang membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan beberapa ion logam (Rivai, 1995).

(29)

Spektrofotometer Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Spektroskopi Vis biasanya digunakan untuk molekul dan ion anorganik atau kompleks di dalam larutan. Sinar tampak berada pada panjang gelombang 400-800 nm (Dachriyanus, 2004).

2.13 Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

Peristiwa serapan atom pertama kali diamati oleh Fraunhofer, ketika mengamati garis-garis hitam pada spektrum matahari. Spektroskopi serapan atom pertama kali digunakan pada tahun 1955 oleh Walsh. Sesudah itu tidak kurang dari 65 unsur diteliti dan dapat dianalisis dengan cara tersebut. Spektroskopi serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsur-unsur logam dalam jumlah sekelumit dan sangat kelumit. Cara analisis ini memberikan kadar total unsur logam dalam suatu sampel dan tidak tergantung pada bentuk molekul dari logam dalam sampel tersebut. Cara ini cocok untuk analisis kelumit logam karena mempunyai kepekaan yang tinggi (batas deteksi kurang dari 1 ppm), pelaksanaannya relative sederhana, dan interferensinya sedikit. Spektroskopi serapan atom didasarkan pada penyerapan energi sinar oleh atom-atom netral, dan sinar yang diserap biasanya sinar tampak atau sinar ultraviolet. Dalam garis besarnya prinsip spektroskopi serapan atom sama saja dengan spektrofotometri sinar tampak dan ultraviolet. Perbedaan terletak pada bentuk spektrum, cara pengerjaan sampel dan peralatannya(Rohman, 2007).

(30)

udara bertekanan dan asetilen), ion tersebut memberi warna tertentu pada api pembakaran. Absorbansi oleh api terhadap sinar yang bersifat warna yang komplementer, seimbang dengan kadar ion; sinar tersebut berasal dari lampu khusus pada alat. Pada sejenis instrumen yang mirip (Flame Emission Spectrofotometer) intensitas salah satu warna dari api tersebut diukur; intensitas tersebut seimbang dengan konsentrasi ion yang terlarut (Alaerts, 1987).

Instrumentasi SSA 1. Sumber sinar

Sumber sinar yang lazim adalah lampu katoda berongga (hollow cathode lamp). Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung suatu katoda

dan anoda. Katoda sendiri berbentuk silinder berongga yang terbuat dari logam atau dilapisi dengan logam tertentu. Tabung logam ini diisi dengan gas mulia (neon atau argon) dengan tekanan rendah (10-15 torr). Neon biasanya lebih disukai karena memberikan intensitas pancaran lampu yang lebih rendah. Bila antara anoda dan katoda diberi suatu selisih tegangan yang tinggi (600 volt), maka katoda akan memancarkan berkas-berkas elektron yang bergerak menuju anoda yang mana kecepatan dan energinya sangat tinggi. Elektron-elektron dengan energi tinggi ini dalam perjalanannya menuju anoda akan bertabrakan dengan gas-gas mulia yang diisikan tadi (Rohman, 2007).

2. Tempat sampel

(31)

sampel menjadi uap atom-atom yaitu: dengan nyala (flame) dan dengan tanpa nyala (flameless) (Rohman, 2007).

a. Nyala (flame)

Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa padatan atau cairan menjadi bentuk uap atomnya, dan juga berfungsi untuk atomisasi. Pada spektrofotometri emisi atom, nyala ini berfungsi untuk mengeksitasikan atom dari tingkat dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Rohman, 2007).

Suhu yang dapat dicapai oleh nyala tergantung pada gas-gas yang digunakan, misalkan untuk gas batubara-udara, suhunya kira-kira sebesar 1800°C; gas

alam-udara: 1700°C; asetilen-udara; 2200°C; dan gas asetilen-dinitrogen oksida (N2O)

sebesar 3000°C (Rohman, 2007).

Metoda nyala udara-asetilen dapat dipergunakan untuk pemeriksaan sebanyak 30 unsur, termasuk unsur-unsur yang dapat diperiksa dengan metode nyala udara propan seperti Na, K, dan Li. Akan tetapi metode tersebut lebih baik dipergunakan untuk pemeriksaan unsur-unsur: Kadmium, Kalsium, Kromium, Kobalt, Tembaga, Besi, Timbal, Magnesium, Mangan, Nikel, Perak, dan Seng (Direktorat Penyelidikan Masalah, 1981).

b. Tanpa nyala (Flameless)

(32)

dalam tungku dari grafit seperti tungku yang dikembangkan oleh Masmann (Rohman, 2007).

3. Monokromator

Pada SSA, monokromator dimaksudkan untuk memisahkan dan memilih panjang gelombang yang digunakan dalam analisis. Disamping sistem optik, dalam monokromator juga terdapat suatu alat yang digunakan untuk memisahkan radiasi resonansi dan kontinyu yang disebut dengan chopper (Rohman, 2007). 4. Detektor

Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui tempat pengatoman. Biasanya digunakan tabung penggandaan foton (photomultiplier tube). Ada 2 cara yang dapat digunakan dalam sistem deteksi yaitu: yang memberikan respon terhadap radiasi resonansi dan radiasi kontinyu; dan yang hanya memberikan respon terhadap radiasi resonansi (Rohman, 2007). 5. Readout

Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai sistem pencatatan hasil. Pencatatan hasil dilakukan dengan suatu alat yang telah terkalibrasi untuk pembacaan suatu transmisi atau absorbsi. Hasil pembacaan dapat berupa angka atau berupa kurva dari suatu recorder yang menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi (Rohman, 2007).

(33)

Yang penting untuk diingat adalah bahwa larutan yang akan dianalisis haruslah sangat encer (Rohman, 2007).

Ada beberapa cara untuk melarutkan sampel, yaitu: − Langsung dilarutkan dengan pelarut yang sesuai

− Sampel dilarutkan dalam suatu asam

− Sampel dilarutkan dalam suatu basa atau dilebur dahulu dengan basa kemudian

hasil leburan dilarutkan dalam pelarut yang sesuai.

(34)

BAB III

METODE PENGUJIAN

3.1 Tempat

Penetapan kadar ini dilakukan di Ruang Laboratorium yang terdapat di Balai Riset dan Standardisasi (BARISTAND) Industri Medan Jalan Sisingamangaraja No. 24 Medan.

3.2 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan adalah Corong gelas, Erlenmeyer, Gelas piala, Kaca arloji, Labu semprot, Labu ukur, Lampu katoda berongga (Hollow Cathode Lamp,HCl) tembaga, Pemanas listrik, Pipet volumetric, kertas saring whatman no. 42, Seperangkat alat saring vakum, Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)-nyala AA 7000, Timbangan analitik (SNI, 2009).

3.3 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah Air bebas mineral, Asam Nitrat (HNO3) pekat 69% (b/b), Gas asetilen (C2H2), Larutan Pengencer HNO3 0,05 M,

(35)

3.4 Prosedur

3.4.1Pembuatan Pereaksi

− Larutan Pengencer HNO3 0,05 M

Dilarutkan 3,5 ml HNO3 pekat ke dalam 1000 ml air bebas mineral dalam

gelas piala (SNI, 2009).

3.4.2Pembuatan Larutan Induk Logam Tembaga 100 mg Cu/L

− Ditimbang ± 0,1000 g logam tembaga, masukkan ke dalam labu ukur 1000 ml.

Tambahkan 2 ml HNO3 pekat sampai larut;

− Ditambahkan 10 ml HNO3 pekat dan air bebas mineral hingga tepat tanda tera

kemudian homogenkan (SNI, 2009).

3.4.3Pembuatan Larutan Baku Logam Tembaga

a. Pembuatan Larutan Baku Logam Tembaga 10 mg Cu/L

− Dipipet 10 ml larutan induk 100 mg Cu/L, masukkan ke dalam labu ukur

100,0 ml;

− Ditepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera dan homogenkan

(SNI, 2009).

b. Pembuatan Larutan Baku Logam Tembaga 1 mg Cu/L

− Dipipet 25 ml larutan baku 10 mg Cu/L, masukkan ke dalam labu ukur 250 ml

− Ditepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera dan homogenkan

(36)

3.4.4 Pembuatan Larutan Kerja

1. Pembuatan larutan kerja logam tembaga 1 mg Cu/L

−Dipipet 25 ml larutan baku 10 mg Cu/L, masukkan ke dalam labu ukur 250 ml −Ditepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera dan homogenkan

(SNI, 2009).

2. Pembuatan larutan kerja logam tembaga 0,2 mg Cu/L

−Dipipet 10 ml larutan kerja 1 mg Cu/L, masukkan ke dalam labu ukur 50 ml;

−Ditepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera dan homogenkan

(SNI, 2009).

3. Pembuatan larutan kerja logam tembaga 0,4 mg Cu/L

−Dipipet 20 ml larutan kerja 1 mg Cu/L, masukkan ke dalam labu ukur 50 ml;

−Ditepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera dan homogenkan

(SNI, 2009).

4. Pembuatan larutan kerja logam tembaga 0,6 mg Cu/L

−Dipipet 30 ml larutan kerja 1 mg Cu/L, masukkan ke dalam labu ukur 50 ml;

−Ditepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera dan homogenkan

(SNI, 2009).

5. Pembuatan larutan kerja logam tembaga 0,8 mg Cu/L

−Dipipet 40 ml larutan kerja 1 mg Cu/L, masukkan ke dalam labu ukur 50 ml;

−Ditepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera dan homogenkan

(37)

3.4.5Pembuatan Kurva Kalibrasi

Kurva kalibrasi dibuat dengan tahap sebagai berikut:

− Operasikan alat dan optimasikan sesuai dengan petunjuk penggunaan alat

untuk pengukuran tembaga

− Aspirasikan larutan blanko ke dalam SSA-nyala kemudian atur serapan hingga

nol

− Aspirasikan larutan kerja satu persatu ke dalam SSA-nyala, lalu ukur

serapannya pada panjang gelombang 324,7 nm, kemudian catat − Lakukan pembilasan pada selang aspirator dengan larutan pengencer

− Buat kurva kalibrasi dan tentukan persamaan garis lurusnya (SNI, 2009).

3.4.6Persiapan contoh uji Tembaga Total

− Homogenkan contoh uji, pipet 50 ml contoh uji dan masukkan ke dalam gelas

piala 100 ml atau Erlenmeyer 100 ml

− Tambahkan 5 ml HNO3 pekat, bila menggunakan gelas piala, tutup dengan

kaca arloji dan bila dengan Erlenmeyer gunakan corong sebagai penutup − Panaskan perlahan – lahan sampai sisa volumenya 15 ml sampai dengan 20 ml

− Jika destruksi belum sempurna (belum jernih), maka tambahkan lagi 5 ml

HNO3 pekat, kemudian tutup gelas piala dengan kaca arloji atau tutup

Erlenmeyer dengan corong dan panaskan lagi (tidak mendidih) − Lakukan proses ini secara berulang sampai semua logam larut

(38)

− Pindahkan ke dalam labu ukur 50 ml (saring bila perlu) dan tambahkan air

kemudian dihomogenkan

− Aspirasikan contoh uji ke dalam SSA-nyala lalu ukur serapannya pada

panjang gelombang 324,7 nm.

− Bila diperlukan, lakukan pengenceran (SNI, 2009).

3.4.7 Perhitungan

1. Pembuatan larutan induk 100 ppm

Berat Cu = ArCu

ArCu x 100 mg/L

= 63,546

63,546 x 100 mg/1000 ml

= 100 mg/1000 ml = 0,1 g/1000 ml 2. Pembuatan larutan baku

−10 ppm dari 100 ppm

V1.N1 = V2.N2

V1.100 = 100. 10

V1 = 10 ml

3. Pembuatan Larutan Kerja − 1 ppm dari 10 ppm

V1.N1 = V2.N2

V1.10 = 250. 1

(39)

−0,2 ppm dari 1 ppm

V1.N1 = V2.N2

V1.1 = 50. 0,2

V1 = 10 ml

−0,4 ppm dari 1 ppm

V1.N1 = V2.N2

V1.1 = 50. 0,4

V1 = 20 ml

−0,6 ppm dari 1 ppm

V1.N1 = V2.N2

V1.1 = 50. 0,6

V1 = 30 ml

−0,8 ppm dari 1 ppm

V1.N1 = V2.N2

V1.1 = 50. 0,8

(40)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertambangan bijih emas ini terletak di kabupaten Mandailing Natal dan berada di tepi sungai yang biasa digunakan oleh masyarakat sekitar untuk keperluan sehari-hari, sehingga kadar tembaga pada sungai tersebut harus diperiksa.

Sampel (contoh uji) air limbah pertambangan bijih emas terdiri dari inlet dan outlet, sampel (contoh uji) air sungai terdiri dari hulu dan hilir. Inlet adalah limbah cair yang belum mengalami proses pengolahan. Outlet adalah limbah cair yang sudah mengalami proses pengolahan. Hulu adalah air sungai yang diambil dengan jarak ± 5 meter ke depan dari pipa saluran pembuangan limbah cair pengolahan bijih emas. Hilir adalah air sungai yang diambil dengan jarak ± 5 meter ke belakang dari pipa saluran pembuangan limbah cair pengolahan bijih emas. Pengambilan sampel dilakukan dengan botol plastik biasa berkapasitas 1,5 L yang diambil pada permukaan air secara langsung.

(41)

Tabel 1. Data hasil pemeriksaan Tembaga (Cu) pada sampel limbah pertambangan bijih emas

No Sampel Absorbansi Konsentrasi Keterangan

1 Hulu 1 0,0009 -0,0108 Memenuhi baku mutu Hulu 2 0,0009 -0,0108 Memenuhi baku mutu 2 Hilir 1 0,0077 0,0245 Memenuhi baku mutu Hilir 2 0,0080 0,0267 Memenuhi baku mutu 3 Outlet 1 0,1380 0,7129 Memenuhi baku mutu Outlet 2 0,1367 0,7076 Memenuhi baku mutu 4 Inlet 1 0,1878 19,5672 Tidak memenuhi baku mutu

Inlet 2 0,1882 19,5038 Tidak memenuhi baku mutu

Kadar Cu (tembaga) yang diperoleh pada outlet 1 0,7129, outlet 2 0,7060, memenuhi baku mutu. Hal ini berdasarkan pada Peraturan Perundang-undangan Kementerian Lingkungan Hidup yaitu 2 mg/L. Kadar Tembaga (Cu) yang diperoleh pada hulu 1 -0,0108, hulu 2 -0,0108, pada hilir 1 0,0251, hilir 2 0,0267, memenuhi baku mutu. Hal ini berdasarkan pada PP RI No. 82 tahun 2001 yaitu 0,02 mg/L. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa limbah pertambangan bijih emas telah mengalami pengolahan sebelum dibuang ke sungai sehingga limbahnya tidak berbahaya untuk lingkungan sekitar dan aliran sungai tempat pembuangan limbah.

(42)
(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisa sampel yang diperiksa, dapat disimpulkan bahwa kadar Tembaga (Cu) pada outlet, hulu dan hilir sungai memenuhi baku mutu. Sedangkan kadar Tembaga (Cu) pada inlet tidak memenuhi baku mutu.

5.2Saran

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G. dan Sri Simestri Santika. (1987). Metode Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional. Hal. 19.

Dachriyanus. (2004). Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi. Padang: Andalas University Press. Hal.1.

Direktorat Penyelidikan Masalah dan Direktorat Jenderal Penyelidikan Departemen Pekerjaan. (1981). Pedoman Pengamatan Kualitas Air. Jakarta: Republik Indonesia. Hal. 300. I.

Kementerian Lingkungan Hidup. (2006). Himpunan Peraturan Perundang-undangan di Bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Bogor: PT Restorasi Ekosistem Indonesia. Hal. 726.

Kristanto, P. (2004). Ekologi Industri. Yogyakarta: Andi. Hal.72, 169-174. Lu, F.C. (1995). Toksikologi Dasar. Jakarta: Universitas Indonesia. Hal. 367. Novia, S. (2012).Pencemaran Sungai (Pengertian, Penyebab, Dampak dan Cara

Mengatasinya).

Palar, H. (2004). Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rhineka Cipta. Hal. 61-70.

Peraturan Pemerintah RI No. 82. (2001). Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta: Warta Perundang-undangan No. 2123. Hal. 25-27.

Prasetyo, S. (2013). Metode Tambang Emas.

Rivai, H. (1995). Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: UI-Press. Hal. 49, 53.

Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Hal. 298-312.

(45)

Suharto, I. (2011). Limbah Kimia dalam Pencemaran Udara dan Air. Yogyakarta: Penerbit Andi. Hal. 313-318.

(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)

LAMPIRAN II:

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 202 TAHUN 2004

TENTANG : BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH EMAS DAN ATAU TEMBAGA

TANGGAL : 13 0KTOBER 2004

BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KEGIATAN PENGOLAHAN BIJIH EMAS DAN ATAU TEMBAGA

Parameter satuan Kadar maksimum Metode analisis

pH mg/L 6-9 SNI 06-6989-11-2004

* = sebagai konsentrasi total ion logam terlarut

** = parameter khusus untuk pengolahan bijih emas yang menggunakan proses Cyanidasi.

(55)

LAMPIRAN III

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 82 TAHUN 2001 TANGGAL 14 DESEMBER 2001

TENTANG

PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas PARAME

(56)
(57)

N han air minum Fecal coliform jml/100

ml Total coliform jml/100

(58)

Lindane ug/L 56 (-) (-) (-) Methoxyctor ug/L 35 (-) (-) (-)

Endrin ug/L 1 4 4 (-)

(59)

LAMPIRAN IV

LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 51/MENLH/10/1995

TENTANG : BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI TANGGAL : 23 0KTOBER 1995

BAKU MUTU LIMBAH CAIR

No PARAMETER SATUAN GOLONGAN BAKU

MUTU LIMBAH CAIR FISIKA

1 Temperatur Der.c 38 40

2 Zat Padat Larut mg/L 2000 4000

3 Zat Padat Tersuspensi mg/L 200 400

KIMIA

1 pH mg/L 6,0 sampai 9,0

2 Besi Terlarut (Fe) mg/L 5 10

3 Mangan Terlarut (Mn) mg/L 2 5

4 Barium (Ba) mg/L 2 3

5 Tembaga (Cu) mg/L 2 3

6 Seng (Zn) mg/L 5 10

7 Krom Heksavalen (Cr+6) mg/L 0,1 0,5

(60)

9 Kadmium (Cd) mg/L 0,05 0,1

10 Raksa (Hg) mg/L 0,002 0,005

11 Timbale (Pb) mg/L 0,1 1

12 Stanum mg/L 2 3

13 Arsen mg/L 0,1 0,5

14 Selenium mg/L 0,05 0,5

15 Nikel (Ni) mg/L 0,2 0,5

16 Kobalt (Co) mg/L 0,4 0,6

17 Sianida (Cn) mg/L 0,05 0,5

18 Sulfide (H2S) mg/L 0,05 0,1

19 Flourida (F) mg/L 2 3

20 Klorin Bebas mg/L 1 2

21 Ammonia Bebas mg/L 1 5

22 Nitrat mg/L 20 30

23 Nitrit mg/L 1 3

24 BOD5 mg/L 50 150

25 COD mg/L 100 300

26 Senyawa Aktif Biru Metilen mg/L 5 10

27 Fenol mg/L 0,5 1

28 Minyak Nabati mg/L 5 10

29 Minyak Mineral mg/L 10 50

(61)

Catatan :

*). Untuk memenuhi baku mutu limbah cair tersebut kadar parameter limbah tidak diperbolehkan dicapai dengan cara pengeceran dengan air secara langsung diambil dari sumber air. kadar parameter limbah tersebut adalah limbah maksimum yang diperbolehkan.

Gambar

Tabel 1. Data hasil pemeriksaan Tembaga (Cu) pada sampel limbah pertambangan

Referensi

Dokumen terkait

Universitas Negeri

To the extent permitted by law, Phillip Futures, or persons associated with or connected to Phillip Futures, including but not limited to its officers,

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memetakan situasi lahan yang ada menuju strategi perencanaan kampus yang berke- lanjutan. Jenis penelitian menggunakan deskriptif

Meskipun kelak baik pada saat maupun setelah penyuluhan, hubungan kerja antara masyarakat (yang sudah menjadi nasabah) dengan Lembaga Keuangan Mikro Syariah bersifat

Pengguna PHP dalam aplikasi ini memungkinkan data diolah oleh server sehingga keamanan data lebih terjamin dan dapat langsung disimpan dalam suatu database. Dari keseluruhan

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran pada ilmu komunikasi mengenai karikatur Sri Mulyani dalam situs INILAH.COM yang dimuat tanggal

Pada Halaman ini, terdiri dari beberapa bagian, diantaranya : menu yang meliputi Home, Profil (Sejarah Sekolah, Sambutan kepala Sekolah, Struktur Organisasi,

Investing some funds in renting a variety of different skis for research purposes can actually save you quite a bit of money in the long run, as the more you know about what you like