• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan Stek Pucuk Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) pada Berbagai Kombinasi Media dan Zat Pengatur Tumbuh.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pertumbuhan Stek Pucuk Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) pada Berbagai Kombinasi Media dan Zat Pengatur Tumbuh."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN STEK PUCUK

TANAMAN JARAK PAGAR (

Jatropha curcas

L.)

PADA BERBAGAI KOMBINASI MEDIA

DAN ZAT PENGATUR TUMBUH

Oleh :

RINA PUSPITASARI

G34102004

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

RINA PUSPITASARI. Pertumbuhan Stek Pucuk Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) pada Berbagai Kombinasi Media dan Zat Pengatur Tumbuh. Dibimbing oleh MIFTAHUDIN dan TRIADIATI.

Kebutuhan terhadap tanaman jarak pagar terus meningkat, akan tetapi ketersediaan bibit terbatas. Perbanyakan vegetatif dengan stek pucuk merupakan salah satu alternatif untuk mengatasinya. Pembentukan dan pertumbuhan akar pada stek merupakan penentu keberhasilan perbanyakan tanaman dengan stek. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kombinasi media dan zat pengatur tumbuh yang tepat untuk pertumbuhan stek pucuk tanaman jarak pagar. Stek diambil setinggi 6 cm lalu direndam dalam berbagai larutan ZPT (NAA, IBA, GA3, dan Root Up) dengan konsentrasi masing-masing 100 ppm selama tiga menit dan ditanam dalam tiga media yang berbeda: cocopeat-pupuk kandang (CPPK); sekam-pupuk kandang (SPK); dan pasir-pupuk kandang (PPK). Tunas dan akar tercepat muncul berturut-turut pada 6 dan 7 HST pada perlakuan NAA, sedangkan kombinasi CPPK dan IBA menghasilkan bobot basah akar terbesar 0.81 g. Pertumbuhan tajuk tercepat (3 MST) dan tanaman tertinggi (9.1 cm) ditunjukan oleh tanaman yang ditanam pada media CPPK dan mendapat perlakuan GA3.

ABSTRACT

RINA PUSPITASARI. The Growth of Softcutting of Jatropha curcas L. in Different Combination of Propagation Media and Plant Growth Regulators. Supervised by MIFTAHUDIN and TRIADIATI.

The need of jatropha continously increase, however the availability of seedling is limited. Vegetative propagation using softcutting is an alternative to solve the problem. Root formation and growth on cutting is a key factor in successful plant propagation using cutting. This research is aimed to find suitable combination of propagation media and plant growth regulator for the growth of jatropha softcutting. Cuttings with 6 cm length were removed and then soaked in 100 ppm of different plant growth regulators (NAA, IBA, GA3, and Root Up) for three min, and planted to different propagation media: cocopeat-sand-manure (CPPK); husk charcoal-manure (SPK); and sand-manure (PPK). A new bud and root were grown at 6 and 7 days after planting on plant treated with NAA, whereas cocopeat-sand-manure and IBA combination gave the highest value of root freshweight at 0.81 g. The fastest shoot growth (3 weeks after planting) and the highest plant (9.1 cm) were showed on plant grown on cocopaeat- sand - manure and GA3 combination.

(3)

Judul

: Pertumbuhan Stek Pucuk Tanaman Jarak Pagar (

Jatropha curcas

L.)

pada Berbagai Kombinasi Media dan Zat Pengatur Tumbuh.

Nama

: Rina Puspitasari

NRP

: G34102004

Menyetujui :

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Ir. Miftahudin, M.Si.

Dra.

Triadiati,

M.Si.

NIP 131851281 NIP 131625508

Mengetahui :

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Dr. drh. Hasim, DEA

NIP 131578806

(4)

PERTUMBUHAN STEK PUCUK

TANAMAN JARAK PAGAR (

Jatropha curcas

L.)

PADA BERBAGAI KOMBINASI MEDIA

DAN ZAT PENGATUR TUMBUH

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

Rina Puspitasari

G34102004

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ciamis pada tanggal 3 September 1984, sebagai anak tunggal dari pasangan Tarso, S.Ag. dan Upin Supiah, A.Md.

Pada tahun 2002 penulis lulus dari SMUN 2 Ciamis dan pada tahun yang sama lulus masuk seleksi masuk IPB melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis diterima di Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

(6)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah banyak memberikan hidayah, rahmat, dan hikmah sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul : Pertumbuhan Stek Pucuk Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) pada Berbagai Kombinasi Media dan Zat Pengatur Tumbuh. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Januari hingga Mei 2007 di Kebun Percobaan Cibedug-Ciawi Bogor. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, kepada para keluarganya yang beriman, sahabat, dan kepada umatnya.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Alex Hartana selaku ketua Departemen Biologi FMIPA IPB, Dr. Ir. Miftahudin, M.Si. selaku pembimbing I, Dra. Triadiati, M.Si. selaku pembimbing II, dan Ir. Dorly, M.Si. selaku wakil Komisi Pendidikan Departemen Biologi FMIPA atas bimbingan, bantuan, dan diskusi yang telah diberikan. Ibu Dr. Ir. Theresia Prawitasari, MS (Alm) beserta staf dan karyawan Unit Usaha Jasa dan Industri (UJI) Biologi FMIPA IPB, staf dan karyawan Kebun Percobaan Cibedug-Ciawi atas bantuan dan kesempatan yang diberikan selama penulis melakukan penelitian. Teman-teman Biologi khususnya Biologi 39, seluruh saudara dan adik di Darmaga, BIRU MUDA 06, Az Zumar, fusi-mipa, PAGI ANABA 2004, keluarga besar DKM Al Hurriyyah dan DKM Al Ghifari IPB, Keluarga Al Inayah, Ghozali Kost, Al Ihsan dan TPA VIP atas doa, motivasi, dan keceriaan yang telah diberikan. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh dosen dan staf Departemen Biologi FMIPA IPB atas bantuannya selama penelitian.

Penulis sampaikan terima kasih pula kepada Bapak dan Ummi atas dorongan moril dan materil selama ini. Saudara-saudaraku Yaruki, Orochi, Hoshi, dan Bookenteki Seishin atas motivasi dan diskusi yang diberikan. Hanya Allah SWT yang bisa memberikan balasan terbaik.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2008
(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 1

Waktu dan Tempat Penelitian ... 1

BAHAN DAN METODE Bahan ... 1

Metode Penelitian... 2

HASIL... 2

Pertumbuhan akar... 2

Pertumbuhan tajuk ... 3

PEMBAHASAN ... 5

Pertumbuhan akar... 5

Pertumbuhan tajuk ... 7

SIMPULAN ... 8

SARAN ... 8

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Jumlah dan panjang akar pada 6 MST dalam berbagai kombinasi media dan ZPT ... 3

2 Bobot basah akar pada 6 MST dalam berbagai kombinasi media dan ZPT ... 3

3 Bobot kering akar pada 6 MST dalam berbagai kombinasi media dan ZPT... 3

4 Hari tumbuh tunas pertama pada berbagai ZPT berbeda ... 4

5 Tinggi tanaman pada 6 MST dalam berbagai kombinasi media dan ZPT ... 4

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Induk tanaman jarak pagar berusia satu bulan ... 1

2 Bedengan kayu untuk tempat tumbuh tanaman ... 2

3 Stek tanaman jarak pagar dengan panjang 6 cm ... 2

4 Hari tumbuh akar pertama pada berbagai ZPT berbeda ... 2

5 Laju pertumbuhan tanaman jarak pagar pada media CPPK dengan berbagai perlakuan ZPT 3

6 Laju pertumbuhan tanaman jarak pagar pada media SPK dengan berbagai perlakuan ZPT 3

(9)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jarak pagar merupakan salah satu anggota dari famili Euphorbiaceae. Tanaman ini telah lama dikenal masyarakat di berbagai daerah di Indonesia sejak diperkenalkan oleh bangsa Jepang pada tahun 1942 (Hariyadi 2005).

Tanaman jarak dikenal sebagai tanaman yang menghasilkan minyak. Di beberapa ne-gara, minyak tersebut digunakan untuk bahan pembuatan sabun. Selain itu, getah J. curcas yang mengandung jatrophine (alkaloid) mengandung senyawa anti kanker. Kulit kayu tanaman ini juga diketahui mengandung cai-ran berwarna biru tua yang sering digunakan untuk bahan pencelup kain. Daun jarak pagar digunakan untuk pakan ulat sutera. Jarak pagar juga sering digunakan untuk pupuk organik karena kandungan N, P, dan K yang tinggi, sebagai pestisida, dan bahan alternatif untuk biodiesel (Lele 2006).

Terjadinya krisis energi, khususnya bahan bakar minyak (BBM) yang diinduksi oleh meningkatnya harga BBM dunia telah mem-buat Indonesia perlu mencari sumber-sumber bahan bakar alternatif yang mungkin dikem-bangkan di Indonesia. Salah satu tanaman yang memiliki potensi sebagai sumber bahan bakar adalah jarak pagar (Hariyadi 2005) selain kelapa sawit. Tingginya permintaan akan tanaman jarak pagar mendorong berbagai pihak mencari cara yang efektif untuk memperbanyak tanaman jarak secara cepat dalam jumlah besar.

Selama ini budidaya tanaman jarak dilakukan dengan menggunakan biji dan stek (Hariyadi 2005). Dengan penyetekan, akan diperoleh tanaman baru yang mempunyai sifat seperti induknya. Stek tidak perlu bantuan tanaman induk untuk menumbuhkan akar-akarnya (Wudianto 2002). Fungsi dari perbanyakan dengan cara ini adalah untuk mengatasi perbanyakan tanaman yang tidak mungkin menggunakan biji, memudahkan dan mempercepat perbanyakan tanaman (Rochi-man dan Harjadi 1973).

Stek diklasifikasikan ke dalam lima macam berdasarkan bagian tanaman yang diambil, yaitu stek akar, stek batang, stek daun atau tunas muda, stek tunas (Rochiman dan Harjadi 1973), dan stek pucuk (Wudianto 2002). Dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah teknik stek pucuk yang diambil dari persemaian. Bagian tanaman yang diambil adalah pucuk yang masih muda dan masih dalam masa pertumbuhan. Stek pucuk yang berasal dari persemaian

memberikan hasil yang lebih baik diban-dingkan dengan stek yang berumur 3 tahun dan 8 tahun pada tanaman Gmelina arborea (Achmad 1993).

Media yang tepat dan pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan keberhasilan perbanyakan tanaman terutama untuk spesies yang sulit berakar pada perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan menggunakan stek. Indikator keberhasilan perbanyakan dengan cara ini adalah tumbuhnya tunas dan akar. Untuk menumbuhkan tunas dan akar, dibutuhkan kondisi yang sesuai. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan stek pucuk di antaranya adalah bahan tanaman, lingkungan, media, penggunaan ZPT, dan kebersihan serta pemeliharaan (Rochiman dan Harjadi 1973).

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk men-dapatkan kombinasi media dan zat pengatur tumbuh yang tepat untuk pertumbuhan stek pucuk tanaman jarak pagar.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Januari-Mei 2007 bertempat di Kebun Per-cobaan Cibedug-Ciawi, Kabupaten Bogor.

Bahan

Bahan yang digunakan adalah stek pucuk tanaman jarak pagar berusia satu bulan yang diambil dari persemaian (Gambar 1) dengan panjang stek 6 cm.

Gambar 1 Induk tanaman jarak pagar berusia satu bulan.

(10)

2

1-naftasetamida dan 2-metil-1-naftalen asetat yang merupakan turunan dari NAA. Bahan aktif lainnya adalah IBA dan thiram.

Metode Penelitian

Persiapan Media. Media yang digunakan adalah tiga media terbaik dari penelitian yang dilakukan Markus dan Mulyadi (2007). Media pertama terdiri dari campuran cocopeat-pasir-pupuk kandang (CPPK) dengan perbandingan 1:1:1, media kedua terdiri dari campuran sekam-pupuk kandang (SPK) dengan perban-dingan 1:1, sedangkan media ke tiga terdiri dari campuran pasir-pupuk kandang (PPK) dengan perbandingan 1:1. Setelah diukur sesuai takaran, masing-masing komponen diaduk rata dan dimasukkan ke dalam bedengan yang telah disediakan.

Tempat tumbuh tanaman berupa bedengan kayu berukuran 3 m x 1 m x 20 cm yang dilengkapi dengan sungkup plastik di dalam rumah kaca (Gambar 2). Masing-masing bedengan diisi dengan campuran media yang berbeda sesuai dengan perlakuan setinggi 10 cm, selanjutnya media tanam disiram sampai kapasitas lapang sebelum ditanami stek (Hartmann et al. 1997).

Gambar 2 Bedengan kayu untuk tempat tumbuh tanaman.

Penanaman stek. Stek dipotong setinggi 6 cm (Gambar 3) diukur dari bagian apikal pohon induk dengan menggunakan gunting pangkas yang tajam agar pangkal stek tidak rusak. Stek yang telah dipotong segera dimasukkan ke dalam wadah berisi air hingga terendam. Bahan stek yang digunakan terdiri dari 3 sampai 6 helai daun dan semua daun tidak dibuang. Setelah jumlah stek men-cukupi, selanjutnya diberi label sesuai perlakuan, lalu direndam dalam masing-masing ZPT yang dilarutkan dengan dosis 100 ppm selama 3 menit. Setelah itu, stek ditanam di bedengan yang telah disediakan. Pemeliharaan yang dilakukan selama pene-litian adalah penyiraman setiap hari dan

menjaga kebersihan media. Tanaman liar, daun kering, atau stek yang mati segera dibuang agar pertumbuhan tanaman tidak terganggu.

Gambar 3 Stek tanaman jarak pagar dengan panjang 6 cm.

Pertumbuhan akar. Peubah yang diamati adalah hari tumbuh akar pertama (HTAP) yang diamati dari H0 sampai terbentuknya akar pertama, bobot basah akar (BBA), bobot kering akar (BKA), jumlah akar (JA), dan panjang akar (PA) pada minggu ke-6 (6 MST).

Pertumbuhan tajuk. Peubah yang diamati adalah hari tumbuh tunas pertama (HTTP) yang diamati dari H0 sampai terbentuknya akar pertama dan tinggi akhir tanaman (TAT) pada minggu ke-6 (6 MST). Selain itu, diamati penambahan tinggi tanaman (PTT) setiap minggu.

(11)

3

HASIL

Pertumbuhan akar

Hari Tumbuh Akar Pertama. Bahan stek yang diberi perlakuan NAA dan ditanam pada media CPPK menunjukan hari tumbuh akar pertama paling cepat apabila dibandingkan dengan perlakuan lain. Pada kombinasi media dan ZPT ini, akar pertama tumbuh pada 7 HST (Gambar 4).

0 2 4 6 8 10 12 14 16

CPPK S PK PPK

Media Tanam H a ri T um buh A ka r ( H ST ) Kontrol NAA IBA GA3 Root Up

Gambar 4 Hari tumbuh akar pertama pada berbagai kombinasi media dan ZPT. Data menunjukkan nilai rata-rata ± 1 SE

Jumlah dan panjang akar. Kombinasi perlakuan yang diberikan tidak memberikan pengaruh nyata pada jumlah dan panjang akar yang dihasilkan (Tabel 1). Jumlah akar ter-banyak dihasilkan pada media SPK seter-banyak 19.1. Sedangkan ZPT yang memberikan pengaruh terbesar adalah NAA dengan jumlah akar sebanyak 21.4.

Pada pengukuran panjang akar, secara keseluruhan nilai panjang akar terbesar diberikan oleh media CPPK dengan nilai 8.67. Zat pengatur tumbuh yang memberikan pengaruh terbesar pada panjang akar adalah IBA dengan nilai rataan panjang akar sebesar 8.63.

Bobot basah dan bobot kering akar.

Media dan ZPT memberikan pengaruh nyata untuk bobot basah akar. Media terbaik adalah CPPK dengan bobot basah akar 0.81 gram. Indole Butyric Acid merupakan ZPT yang memberikan nilai terbesar bagi bobot basah akar yaitu 0.81. Pengaruh ini tidak berbeda nyata dengan NAA dan RU dengan nilai masing-masing 0.70 dan 0.78 (Tabel 2).

Bobot kering akar tidak dipengaruhi oleh perlakuan yang diberikan. Namun secara keseluruhan, tanaman yang ditanam pada media PPK menunjukkan bobot kering akar terbesar dengan nilai 0.14. Sedangkan ZPT yang memberikan nilai bobot kering akar terbesar adalah IBA dan RU dengan nilai yang sama yaitu 0.14 (Tabel 3).

Tabel 1 Jumlah dan panjang akar pada 6 MST dalam berbagai kombinasi media dan ZPT. Data menunjukkan nilai rata-rata ± 1 SE.

Perlakuan Jumlah Akar (buah)

Panjang Akar (cm) Media

CPPK 18.4 ± 2.9 a 8.67 ± 1.15 a

SPK 19.1 ± 2.5 a 7.76 ± 1.08 a

PPK 17.8 ± 4.1 a 7.13 ± 1.16 a

ZPT

K 18.2 ± 3.7 a 7.14 ± 1.01 a

NAA 21.4 ± 3.5 a 6.95 ± 0.97 a

IBA 19.6 ± 2.6 a 8.30 ± 1.20 a

GA3 14.5 ± 2.7 a 8.23 ± 1.27 a

RU 18.5 ± 2.8 a 8.63 ± 1.22 a

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (DMRT).

Tabel 2 Bobot basah akar pada 6 MST dalam berbagai kombinasi media dan ZPT. Data menunjukkan nilai rata-rata ± 1 SE.

Perlakuan Bobot Basah Akar (gram)

Media

CPPK 0.81 ± 0.32b

SPK 0.62 ± 0.10a

PPK 0.64 ± 0.11a

ZPT

K 0.57 ± 0.11a

NAA 0.70 ± 0.12ab

IBA 0.81 ± 0.12b

GA3 0.58 ± 0.15a

RU 0.78 ± 0.12b

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (DMRT).

Tabel 3 Bobot kering akar pada 6 MST dalam berbagai kombinasi media dan ZPT. Data menunjukkan nilai rata-rata ± 1 SE.

Perlakuan Bobot Kering Akar (gram) Media

CPPK 0.13 ± 0.03 a

SPK 0.12 ± 0.02 a

PPK 0.14 ± 0.02 a

ZPT

K 0.12 ± 0.02 a

NAA 0.12 ± 0.02 a

IBA 0.14 ± 0.02 a

GA3 0.13 ± 0.02 a

RU 0.14 ± 0.02 a

(12)

4

Pertumbuhan tajuk

Hari Tumbuh Tunas Pertama. Pertum-buhan tunas pertama pada stek pucuk J. curcas dipengaruhi oleh ZPT. Tunas tercepat muncul 6 hari setelah tanam (HST) pada tanaman yang diberikan perlakuan NAA, sedangkan tunas yang paling lambat dihasilkan oleh stek yang mendapat perlakuan RU (Tabel 4). Pengaruh media tidak memper-lihatkan hasil yang nyata pada hari tumbuh tunas pertama. Semua media memberikan nilai rata-rata hari tumbuh tunas pertama yang sama yaitu pada 7 HST.

Tabel 4 Hari tumbuh tunas pertama pada berbagai ZPT berbeda. Data menunjukkan nilai rata-rata ± 1 SE.

Perlakuan Hari Tumbuh Tunas Pertama (HST)

Media

CPPK 7.5 ± 1.0 a

SPK 7.0 ± 1.1 a

PPK 7.2 ± 1.3 a

ZPT

K 6.4 ± 0.7ab

NAA 6.1 ± 0.9a

IBA 7.9 ± 0.7bc

GA3 7.3 ± 1.4abc

RU 8.5 ± 1.3c

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (DMRT).

Pertambahan tinggi tanaman. Kombi-nasi media dan ZPT secara terpisah berpe-ngaruh pada pertambahan tinggi tanaman. Zat pengatur tumbuh terbaik adalah GA3, sedang-kan media terbaik adalah CPPK. Dari semua perlakuan, pertambahan tinggi tanaman baru terlihat secara spesifik pada 3 MST (Gambar 5, 6, dan 7).

Tinggi akhir tanaman. Tinggi tanaman pada 6 MST menunjukkan bahwa faktor media dan ZPT secara terpisah berpengaruh nyata pada tinggi akhir tanaman. Media terbaik adalah PPK yang menghasilkan tanaman dengan tinggi akhir 8.80 cm. Bila dibandingkan dengan tinggi akhir yang dihasilkan oleh tanaman yang ditanam pada media CPPK yang menghasilkan tinggi akhir 8.30 cm, nilai ini tidak berbeda nyata. Zat pengatur tumbuh yang menghasilkan tinggi tanaman optimal selama penelitian adalah GA3 dengan nilai tinggi akhir 9.10 cm, se-dangkan nilai tinggi akhir terendah dihasilkan oleh tanaman dengan perlakuan NAA dan media SPK (Tabel 5).

0 2 4 6 8 10 12

M0 M1 M2 M3 M4 M5 M6

Waktu (MS T)

L a ju P er tum b uha n T a na m a n ( cm ) Kontrol NAA IBA GA3 RU

Gambar 5 Pertambahan tinggi tanaman jarak pagar pada media CPPK dengan berbagai perlakuan ZPT.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

M0 M1 M2 M3 M4 M5 M6

Waktu (MST) L a ju P e r tu m bu ha n T a n a ma n (c m ) Kontrol NAA IBA GA3 RU

Gambar 6 Pertambahan tinggi tanaman jarak pagar pada media SPK dengan berbagai perlakuan ZPT.

0 2 4 6 8 10 12

M0 M1 M2 M3 M4 M5 M6

W aktu (MS T)

L a ju p e r tumb uha n T a n a ma n (c m ) Kontrol NAA IBA GA3 RU

Gambar 7 Pertambahan tinggi tanaman jarak pagar pada media PPK dengan berbagai perlakuan ZPT.

Tabel 5 Tinggi tanaman pada 6 MST dalam berbagai kombinasi media dan ZPT. Data menunjukkan nilai rata-rata ± 1 SE

Perlakuan Tinggi Akhir Tanaman (cm)

Media

CPPK 8.30 ± 0.90 b

SPK 7.30 ± 0.39 a

PPK 8.80 ± 0.88 b

ZPT

K 8,00 ± 0.83ab

NAA 7.30 ± 0.63a

IBA 8.00 ± 0.65a

GA3 9.10 ± 1.03b

RU 8.20 ± 0.70ab

(13)

5

PEMBAHASAN

Pemilihan bahan stek menjadi salah satu penentu keberhasilan pertumbuhan dengan cara stek karena erat hubungannya dengan kecepatan tumbuh akar dan tunas stek (PHT, 1996). Stek pucuk yang dipilih adalah stek yang sehat, bebas dari segala penyakit. Keberhasilan penanaman stek ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor dalam tanaman itu sendiri dan faktor luar. Faktor dalam meliputi cadangan makanan, persediaan air, ZPT endogen, umur dan jenis tanaman. Sedangkan faktor luar meliputi suhu, kelembaban, media, dan teknik pembuatan stek.

Stek J. curcas diambil dari pembibitan pada pagi hari karena stek pucuk mudah mengalami stres air (Hatmann et al. 1997). Bahan stek merupakan organ yang masih hidup sehingga kegiatan transpirasi masih terus berlangsung dari permukaan tanaman, sementara penyerapan air belum dilakukan. Pada saat bahan stek dipisahkan dari induknya, keseimbangan air di dalamnya menjadi terganggu. Hal ini menyebabkan terjadinya kehilangan air yang cukup besar. Ketidakseimbangan antara penguapan dan penyerapan air disebabkan oleh belum terbentuknya perakaran sehingga proses-proses fisiologis menjadi tidak normal.

Bedengan yang telah ditanami stek diberi sungkup, sehingga suhu dan kelembaban udara dan tanah terjaga. Kondisi ini memung-kinkan stek untuk membentuk tunas, akar, dan melangsungkan proses perkembangan dan pertumbuhan. Selain itu, lingkungan tumbuh dijaga agar tetap bersih sehingga tidak ditumbuhi jamur dan rumput liar. Hal ini merupakan upaya efektif untuk menjaga kelancaran pertumbuhan dan perkembangan stek (PHT 1996).

Media berfungsi untuk menjaga stek pada tempatnya, menjaga dan memasok air, dan mengatur kelembaban untuk mengatur aerasi sekeliling pangkal stek. Jenis media yang digunakan akan menentukan keberhasilan stek dalam pembentukan akar. Menurut Hartmann et al. (1997), media tumbuh yang baik memiliki kriteria sebagai berikut: media harus cukup kuat dan kompak untuk menopang stek selama pertumbuhan akar, mampu memperta-hankan kelembaban, memiliki aerasi dan dra-inase yang baik, bebas dari gulma dan penyakit.

Pertumbuhan akar

Munculnya akar pada bagian dasar stek merupakan faktor yang sangat menentukan

keberhasilan pembiakan vegetatif dengan cara stek. Dengan munculnya akar, maka penyerapan hara dari media akan berlangsung, sehingga bisa dihasilkan karbohidrat yang akan digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan stek. Keberhasilan pemben-tukan akar dipengaruhi oleh faktor adanya tunas dan daun pada stek, kandungan karbohidrat dalam jaringan stek, dan kan-dungan ZPT endogen. Keberadaan auksin ternyata mampu mendorong terbentuknya akar adventif (Gardner, Pearce, dan Mitchell 1991; Arteca 1996; Hartmann et al. 1997). Pergerakan auksin, karbohidrat, dan zat-zat yang berinteraksi dengan auksin mengakibat-kan terbentuknya perakaran. Zat-zat ini amengakibat-kan mengumpul di bagian dasar stek yang selanjutnya akan membentuk akar stek (Rochiman dan Harjadi 1973; Hartmann et al. 1997). Zat pengatur tumbuh dari golongan auksin berperan penting dalam stimulasi pembentukan akar primordia yang dimulai dari pembelahan sel (Omon 2004).

Nickell (2000) menyatakan bahwa IBA eksogen memberikan pengaruh positif pada pembentukan kalus dan inisiasi akar. Pada penelitian ini, akar adventif yang keluar diawali dengan pembentukan kalus. Heddy (1986) menyatakan bahwa efek dari auksin pada perkembangan meristem adalah mendo-rong pembentukan jaringan kalus. Pemben-tukan kalus merupakan prekursor untuk pembentukan akar adventif (Hartmann et al. 1997). Akan tetapi pembentukan jaringan akar dan kalus saling terpisah. Menurut Rochiman dan Harjadi (1973), akar yang keluar dari jaringan kalus akan lebih kuat dan lebih baik daripada akar yang keluar dari stek yang tidak berkalus. Dengan adanya pembentukan kalus pada tanaman yang diamati selama penelitian, diharapkan tanaman yang siap tanam di lapang memiliki akar yang kokoh meskipun berasal dari stek.

(14)

6

(Hartmann 1997). Sedangkan menurut Nickell (2000), IBA meningkatkan perpindahan fotosintat ke tempat inisiasi akar di bagian dasar stek.

Sumiasri dan Priadi (2003) menyatakan bahwa dalam konsentrasi rendah GA3 ber-pengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif, sedangkan pada konsentrasi tinggi penga-ruhnya lebih dominan terhadap pertumbuhan generatif. Giberelin pada konsentrasi rendah (10-11 - 10-7 M) dapat membantu inisiasi pada akar terutama pada saat tanaman ditumbuhkan pada tingkat pencahayaan rendah, tetapi pada konsentrasi yang relatif tinggi (10-3 M), GA3 menghambat pembentukan akar adventif (Hartmann et al. 1997). Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa pada keseluruhan media, tanaman yang diberikan perlakuan GA3 memiliki waktu pertumbuhan akar pertama yang paling lambat dibandingkan dengan kontrol maupun ZPT lainnya. Dalam pene-litian ini, GA3 merupakan ZPT yang paling efektif dalam memacu pemanjangan tajuk (Tabel 5).

Root Up adalah ZPT yang merupakan paduan dari NAA dan IBA ditambah dengan thiram. Root Up memiliki bahan aktif 1-naftasetamida dan 2-metil-1-naftalen asetat yang merupakan turunan dari NAA. Bahan aktif lainnya adalah IBA, dan thiram. Seperti telah disebutkan sebelumnya, NAA dan IBA merupakan auksin sintetik yang berperan dalam pembentukan akar. Zat pengatur tumbuh IBA memiliki inti indol, berperan untuk mempercepat aktivitas auksin endogen (Hopkins dan Hüner 2004). Thiram sendiri merupakan fungisida (Hewitson 2008).

Akar yang keluar dari stek pada penelitian ini adalah akar adventif. Akar adventif merupakan akar yang diinisiasi dari sel-sel parenkim yang bergabung dengan jaringan pembuluh (Srivastava 2005). Proses pemben-tukan akar adventif sendiri terdiri dari 3 tahap, yaitu: (a) induksi pembelahan akar dari sel-sel parenkim dari jaringan pembuluh; (b) pem-bentukan primordia akar, ujung akar, dan tudung akar; (c) pertumbuhan primordia akar (Hartmann et al. 1997; Srivastava 2005).

Perlakuan perendaman stek dalam ZPT juga mempengaruhi keberhasilan pertum-buhan stek. Zat pengatur tumbuh yang dilarutkan dalam air akan lebih mudah diserap oleh jaringan tanaman, sehingga pengguna-annya akan lebih efektif dibandingkan pemberian dengan cara oles atau serbuk. Perlakuan yang meliputi konsentrasi ZPT ter-larut dan lama perendaman memberikan pengaruh pada pembentukan akar. Dalam

penelitian ini, sebelum stek ditanam dalam media, ujung stek direndam dalam ZPT terlarut dengan masing-masing konsentrasi 100 ppm selama 3 menit. Menurut Hartmann et al. (1997) stek direndam dalam ZPT terlarut selama 24 jam dengan konsentrasi 20 ppm untuk spesies yang mudah berakar atau hingga 200 ppm untuk spesies yang sulit berakar. Berdasarkan Gambar 4, dapat dilihat bahwa akar pertama muncul pada 7 HST.

Jumlah akar yang banyak akan mampu menopang tanaman sehingga tanaman tidak mudah roboh. Pada penelitian ini, perlakuan media maupun ZPT tidak mempengaruhi jumlah akar. Tabel 1 menggambarkan bahwa tanaman yang diberi perlakuan NAA memiliki nilai rata-rata jumlah akar terbanyak (21.4) jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Berdasarkan data tersebut, maka bisa dikata-kan bahwa NAA memiliki kecenderungan untuk meningkatkan jumlah akar. Sedangkan tanaman yang diberi perlakuan GA3 memiliki nilai rata-rata jumlah akar terendah (14.5), hal ini disebabkan karena GA3 merupakan ZPT yang lebih berperan dalam proses peman-jangan tajuk. Menurut Hartmann et al. (1997), GA3 memiliki fungsi utama untuk membantu pemanjangan tajuk dengan meningkatkan pembelahan dan pemanjangan sel. Untuk me-dia tanam sendiri, SPK merupakan meme-dia yang menghasilkan jumlah akar terbanyak de-ngan nilai rata-rata 19.1.

(15)

7

Media CPPK merupakan media yang cukup efektif dalam menunjang pemanjangan akar. Pasir merupakan komponen yang cukup padat. Apabila digunakan dalam jangka waktu lama, media yang terdiri dari pasir saja akan memadat, dan hal ini menyebabkan perkem-bangan akar terganggu. Dengan adanya cocopeat yang merupakan komponen media yang sangat ringan dan longgar menyebabkan porositas campuran media ini lebih tinggi dibandingkan dengan kedua campuran media lainnya.

Keberhasilan perbanyakan stek secara umum ditentukan oleh munculnya tunas dan perakaran yang baik. Akar berfungsi untuk penyerapan air dan hara, tempat penyimpanan karbohidrat, dan pencengkeram tanaman ke media tanam (Stokes 2002; Hopkins dan Hüner 2004). Menurut Romdiana (2001), perkembangan akar pada stek pucuk tanaman Octomeles sumatrana Miq. lebih ditentukan oleh cadangan makanan dan auksin yang terkandung dalam bahan stek, serta sifat fisik media yang digunakan. Berdasarkan pernya-taan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa semakin panjang akar dan semakin banyak akar yang dibentuk maka tanaman akan semakin kokoh dan penyerapan hara dari media juga akan semakin efektif sehingga tanaman mampu menghasilkan cadangan makanan yang cukup untuk pertumbuhannya.

Sebagian besar studi mengenai akar melaporkan bahwa untuk menggambarkan karakteristik perakaran dilakukan pengukuran terhadap bobot basah atau bobot kering akar (Gardner, Pearce, dan Mitchell 1991). Selain itu menurut Russel (1977), bobot akar meng-gambarkan usia dan nutrisi yang diserap oleh tanaman. Bobot basah akar menunjukkan hubungan antara jumlah akar dan panjang akar primer yang dibentuk oleh stek. Pada penelitian ini bobot basah akar dipengaruhi oleh media dan ZPT secara terpisah. Media tanam CPPK merupakan media yang memberikan nilai bobot basah akar terbesar, karena kelembaban pada CPPK selalu terjaga dengan adanya cocopeat yang mampu mengikat air. Sedangkan ZPT yang membe-rikan nilai bobot basah akar terbesar adalah IBA dan RU.

Bobot kering akar menunjukkan banyaknya fotosintat yang dialokasikan untuk pertumbuhan akar. Menurut Hopkins dan Hüner (2004), pengukuran dengan menggu-nakan bobot kering lebih sering digumenggu-nakan daripada pengukuran dengan menggunakan bobot basah. Dalam penelitian ini kedua perlakuan tidak memberikan perngaruh yang

nyata secara statistik terhadap bobot kering akar. Bobot kering akar terbesar didapatkan dari tanaman yang ditanam pada media PPK atau tanaman yang diberi perlakuan IBA dan RU. Pada pengaruh yang diberikan oleh ZPT, terlihat bahwa semakin tinggi bobot basah akar maka semakin tinggi pula bobot kering akar yang diperoleh. Hal ini dipengaruhi oleh kelembaban dan kondisi media. Setelah dikeringkan, air yang ada dalam jaringan akar akan dikeluarkan.

Media CPPK merupakan media yang paling efektif untuk pertumbuhan tanaman, karena CPPK memiliki porositas yang tinggi sehingga mampu menunjang pertumbuhan akar secara optimal. Munculnya akar di dasar stek merupakan faktor keberhasilan perban-yakan tanaman secara vegetatif dengan menggunakan stek. Jumlah akar yang ter-bentuk di dasar stek juga mendukung upaya tanaman untuk mencengkeram media se-hingga tanaman tidak mudah roboh. Pada penelitian ini NAA merupakan ZPT yang pa-ling efektif untuk memacu munculnya tunas, akar pertama dan cenderung merangsang ta-naman untuk membentuk akar yang lebih banyak.

Pertumbuhan tajuk

Kemunculan tunas pada stek dapat berlangsung dengan cepat. Kandungan auksin akan menurun saat pemotongan bahan stek sehingga memacu pertumbuhan tunas. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ZPT mem-berikan pengaruh nyata bagi waktu mun-culnya tunas pertama. Tunas yang paling cepat muncul adalah tunas pada stek yang diberi perlakuan NAA. Tunas-tunas ini muncul pada 6 HST.

Tingkat keberhasilan stek pucuk dapat menghasilkan tunas disebabkan oleh kan-dungan cadangan makanan yang dimiliki oleh stek untuk pertumbuhan dan perkem-bangannya. Hal ini menjadi salah satu tanda keberhasilan dari pertumbuhan stek. Tunas yang keluar ini diharapkan mampu mengha-silkan auksin yang akan merangsang munculnya akar. Penghilangan tunas dari stek pada beberapa spesies akan menghentikan pembentukan akar, terutama pada tanaman-tanaman yang sulit berakar (Hartmann et al. 1997).

(16)

8

Menurut Hartmann et al. (1997), ada beberapa komponen pemacu perakaran yang berpindah melalui floem dari tunas ke bagian dasar stek, sehingga keberadaan tunas dan daun pada stek akan mempengaruhi pembentukan akar. Demikian halnya dengan daun, sebelum daun gugur akan ada proses translokasi komponen pemacu perakaran dari daun ke bagian dasar stek dan akhirnya membantu proses pemben-tukan akar.

Berdasarkan pengamatan pertambahan tinggi tanaman pada 1 dan 2 MST belum menunjukkan nilai yang berarti, bahkan dari hasil pengamatan pada 1 MST penambahan tingginya nol. Hal ini diduga berhubungan dengan pembentukan akar di dasar stek. Pembentukan akar pada penelitian ini dimulai pada 7 HST atau setelah satu minggu pena-naman. Sedangkan pada minggu ke-2 pertam-bahan tinggi masih belum menunjukan nilai yang berarti karena akar yang dihasilkan masih pendek dan belum optimal dalam melakukan penyerapan hara dan air dari media. Gardner, Pearce, dan Mitchell (1991) menyatakan bahwa pertumbuhan akar yang kuat lazimnya diperlukan untuk kekuatan dan pertumbuhan pucuk pada umumnya. Apabila akar mengalami kerusakan karena gangguan secara biologis, fisik, atau mekanis dan menjadi kurang berfungsi, maka pertumbuhan pucuk juga akan menjadi kurang berfungsi.

Giberelin endogen yang terdapat pada tunas, ujung apikal, dan xilem mempengaruhi aktivitas tajuk pada beberapa spesies (Nickell 2000). Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa GA3 memberikan nilai rataan tinggi tanaman terbe-sar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nickell 2000 bahwa respon positif dari GA3 adalah mempengaruhi pertumbuhan tajuk secara langsung. Selain itu menurut Hopkins (1995), GA3 mengontrol pemanjangan antar buku pada tanaman kerdil dan roset.

SIMPULAN

Kombinasi media cocopeat-pasir-pupuk kandang (CPPK) dan zat pengatur tumbuh Naphtalene Acetic Acid (NAA) mempenga-ruhi hari tumbuh akar pertama tanaman J. curcas pada 7 hari setelah tanam (HST). Pada parameter lain, media dan ZPT mempengaruhi pertumbuhan stek tanaman J. curcas secara terpisah. Media terbaik untuk pembiakan ve-getatif stek pucuk tanaman J. curcas adalah media CPPK, sedangkan ZPT yang memacu perakaran lebih baik adalah NAA dengan dosis 100 ppm.

SARAN

Penelitian ini masih membutuhkan peneli-tian lebih lanjut dengan waktu perendaman stek yang lebih lama dan konsentrasi yang berbeda. Selain itu, diperlukan juga perpan-jangan waktu pengamatan hingga tanaman berusia minimal dua bulan.

DAFTAR PUSTAKA

[PHT] Perum Perhutani. 1996. Pedoman Pembuatan Stek Pucuk Tanaman Khaya anthotheca dan Swietenia mahagoni. Jakarta: Direksi Perum Perhutani.

Achmad SS. 1993. Pembiakan Vegetatif Stek Gmelina arborea Linn. dengan Menggunakan Rootone-F. Bogor: Dephut. Arteca RN. 1996. Plant Growth Substances,

Principles and Application. New York: Chapman & Hall.

Gardner FP, Pearce RB, Mitchell RL. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Herawati Susilo, penerjemah. Jakarta: UI-Press. Terjemahan dari: Physiology of Crop Plants.

Hartmann HT, Kester DE, Davies FT, Geneve RL. 1997. Plant Propagation, Principle and Practices sixth edition. New Jersey: Prentice-Hall Inc.

Hariyadi. 2005. Budidaya Tanaman Jarak (Jatropha curcas) Sebagai Sumber Bahan Alternatif Biofuel. http://www.ristek.go.id [2 Feb 2006].

Heddy S. 1986. Hormon Tumbuhan. Jakarta: Rajawali.

Hewitson J. 2008. What is Thiram?. http:// www-saps.plantsci.cam.ac.uk/records/rec 189.htm [ 24 Jan 2008].

Hopkins WG. 1995. Introduction to Plant Physiology. United States of America: John Wiley & Sons, Inc.

Hopkins WG, Hüner NP. 2004. Introduction to Plant Physiology. Ed ke-3. United States of America: John Wiley & Sons, Inc. Ibàñez A. 2004. Rooting Experiments with

Euphorbia lagascae Cuttings. Anal de Biol 26: 101-104.

Lele S. 2006. The Cultivation of Jatropha curcas. http://www.svlele.com/jatropha_ plant.htm [2 Feb 2006].

(17)

9

Nickell LG. 2000. Plant Growth Regulating Chemicals Volume II. Florida: CRC Press, Inc.

Nilawati R. 2002. Peranan Auksin dan Pemanasan Terhadap Pertumbuhan Stek Tanaman Mawar [Skripsi]. Bogor: Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Omon RM. 2004. Pengaruh Hormon IBA Terhadap Pertumbuhan Stek Shorea balangeran (Korth.) Burck Pada Media Air di Rumah Kaca Loka Litbang Satwa Primata, Kalimantan Timur. J Pen Kons Alam 1(2):226-233.

Rochiman K, Harjadi SS. 1973. Pembiakan Vegetatif. Bogor: Institut Pertanian Bogor Fakultas Pertanian Departemen Agronomi. Romdiana D. 2001. Pengaruh Pemberian Zat

Pengatur Tumbuh dan Jenis Media Terhadap Pertumbuhan Stek Pucuk Benuang Bini (Octomeles sumatrana Miq.) [Skripsi]. Bogor: Jurusan Mana-jemen Hutan Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Russel RS. 1977. Plant Root Systems: Their Fungsional and Interaction with The Soil. England: McGraw-Hill Book Company. Srivastava LM. 2005. Plant Growth and

Developement, Hormones and Environ-ment. Amsterdam: Academic Press. Stokes A. 2002. Biomechanics of Tree Root

Anchorage. Di dalam: Waisel et al, editor. Plant Roots, The Hidden Half. Ed. Ke-3. New York: Marcel Decker, Inc. hlm. 175-186.

Sumiasri N, Priadi D. 2003. Pertumbuhan Stek Cabang Sungkai (Peronema canes-cens Jack) Pada Berbagai Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh (GA3) dalam Media Cair. Bogor: Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI Cibinong.

(18)

PERTUMBUHAN STEK PUCUK

TANAMAN JARAK PAGAR (

Jatropha curcas

L.)

PADA BERBAGAI KOMBINASI MEDIA

DAN ZAT PENGATUR TUMBUH

Oleh :

RINA PUSPITASARI

G34102004

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(19)

ABSTRAK

RINA PUSPITASARI. Pertumbuhan Stek Pucuk Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) pada Berbagai Kombinasi Media dan Zat Pengatur Tumbuh. Dibimbing oleh MIFTAHUDIN dan TRIADIATI.

Kebutuhan terhadap tanaman jarak pagar terus meningkat, akan tetapi ketersediaan bibit terbatas. Perbanyakan vegetatif dengan stek pucuk merupakan salah satu alternatif untuk mengatasinya. Pembentukan dan pertumbuhan akar pada stek merupakan penentu keberhasilan perbanyakan tanaman dengan stek. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kombinasi media dan zat pengatur tumbuh yang tepat untuk pertumbuhan stek pucuk tanaman jarak pagar. Stek diambil setinggi 6 cm lalu direndam dalam berbagai larutan ZPT (NAA, IBA, GA3, dan Root Up) dengan konsentrasi masing-masing 100 ppm selama tiga menit dan ditanam dalam tiga media yang berbeda: cocopeat-pupuk kandang (CPPK); sekam-pupuk kandang (SPK); dan pasir-pupuk kandang (PPK). Tunas dan akar tercepat muncul berturut-turut pada 6 dan 7 HST pada perlakuan NAA, sedangkan kombinasi CPPK dan IBA menghasilkan bobot basah akar terbesar 0.81 g. Pertumbuhan tajuk tercepat (3 MST) dan tanaman tertinggi (9.1 cm) ditunjukan oleh tanaman yang ditanam pada media CPPK dan mendapat perlakuan GA3.

ABSTRACT

RINA PUSPITASARI. The Growth of Softcutting of Jatropha curcas L. in Different Combination of Propagation Media and Plant Growth Regulators. Supervised by MIFTAHUDIN and TRIADIATI.

(20)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jarak pagar merupakan salah satu anggota dari famili Euphorbiaceae. Tanaman ini telah lama dikenal masyarakat di berbagai daerah di Indonesia sejak diperkenalkan oleh bangsa Jepang pada tahun 1942 (Hariyadi 2005).

Tanaman jarak dikenal sebagai tanaman yang menghasilkan minyak. Di beberapa ne-gara, minyak tersebut digunakan untuk bahan pembuatan sabun. Selain itu, getah J. curcas yang mengandung jatrophine (alkaloid) mengandung senyawa anti kanker. Kulit kayu tanaman ini juga diketahui mengandung cai-ran berwarna biru tua yang sering digunakan untuk bahan pencelup kain. Daun jarak pagar digunakan untuk pakan ulat sutera. Jarak pagar juga sering digunakan untuk pupuk organik karena kandungan N, P, dan K yang tinggi, sebagai pestisida, dan bahan alternatif untuk biodiesel (Lele 2006).

Terjadinya krisis energi, khususnya bahan bakar minyak (BBM) yang diinduksi oleh meningkatnya harga BBM dunia telah mem-buat Indonesia perlu mencari sumber-sumber bahan bakar alternatif yang mungkin dikem-bangkan di Indonesia. Salah satu tanaman yang memiliki potensi sebagai sumber bahan bakar adalah jarak pagar (Hariyadi 2005) selain kelapa sawit. Tingginya permintaan akan tanaman jarak pagar mendorong berbagai pihak mencari cara yang efektif untuk memperbanyak tanaman jarak secara cepat dalam jumlah besar.

Selama ini budidaya tanaman jarak dilakukan dengan menggunakan biji dan stek (Hariyadi 2005). Dengan penyetekan, akan diperoleh tanaman baru yang mempunyai sifat seperti induknya. Stek tidak perlu bantuan tanaman induk untuk menumbuhkan akar-akarnya (Wudianto 2002). Fungsi dari perbanyakan dengan cara ini adalah untuk mengatasi perbanyakan tanaman yang tidak mungkin menggunakan biji, memudahkan dan mempercepat perbanyakan tanaman (Rochi-man dan Harjadi 1973).

Stek diklasifikasikan ke dalam lima macam berdasarkan bagian tanaman yang diambil, yaitu stek akar, stek batang, stek daun atau tunas muda, stek tunas (Rochiman dan Harjadi 1973), dan stek pucuk (Wudianto 2002). Dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah teknik stek pucuk yang diambil dari persemaian. Bagian tanaman yang diambil adalah pucuk yang masih muda dan masih dalam masa pertumbuhan. Stek pucuk yang berasal dari persemaian

memberikan hasil yang lebih baik diban-dingkan dengan stek yang berumur 3 tahun dan 8 tahun pada tanaman Gmelina arborea (Achmad 1993).

Media yang tepat dan pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan keberhasilan perbanyakan tanaman terutama untuk spesies yang sulit berakar pada perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan menggunakan stek. Indikator keberhasilan perbanyakan dengan cara ini adalah tumbuhnya tunas dan akar. Untuk menumbuhkan tunas dan akar, dibutuhkan kondisi yang sesuai. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan stek pucuk di antaranya adalah bahan tanaman, lingkungan, media, penggunaan ZPT, dan kebersihan serta pemeliharaan (Rochiman dan Harjadi 1973).

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk men-dapatkan kombinasi media dan zat pengatur tumbuh yang tepat untuk pertumbuhan stek pucuk tanaman jarak pagar.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Januari-Mei 2007 bertempat di Kebun Per-cobaan Cibedug-Ciawi, Kabupaten Bogor.

Bahan

Bahan yang digunakan adalah stek pucuk tanaman jarak pagar berusia satu bulan yang diambil dari persemaian (Gambar 1) dengan panjang stek 6 cm.

Gambar 1 Induk tanaman jarak pagar berusia satu bulan.

(21)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jarak pagar merupakan salah satu anggota dari famili Euphorbiaceae. Tanaman ini telah lama dikenal masyarakat di berbagai daerah di Indonesia sejak diperkenalkan oleh bangsa Jepang pada tahun 1942 (Hariyadi 2005).

Tanaman jarak dikenal sebagai tanaman yang menghasilkan minyak. Di beberapa ne-gara, minyak tersebut digunakan untuk bahan pembuatan sabun. Selain itu, getah J. curcas yang mengandung jatrophine (alkaloid) mengandung senyawa anti kanker. Kulit kayu tanaman ini juga diketahui mengandung cai-ran berwarna biru tua yang sering digunakan untuk bahan pencelup kain. Daun jarak pagar digunakan untuk pakan ulat sutera. Jarak pagar juga sering digunakan untuk pupuk organik karena kandungan N, P, dan K yang tinggi, sebagai pestisida, dan bahan alternatif untuk biodiesel (Lele 2006).

Terjadinya krisis energi, khususnya bahan bakar minyak (BBM) yang diinduksi oleh meningkatnya harga BBM dunia telah mem-buat Indonesia perlu mencari sumber-sumber bahan bakar alternatif yang mungkin dikem-bangkan di Indonesia. Salah satu tanaman yang memiliki potensi sebagai sumber bahan bakar adalah jarak pagar (Hariyadi 2005) selain kelapa sawit. Tingginya permintaan akan tanaman jarak pagar mendorong berbagai pihak mencari cara yang efektif untuk memperbanyak tanaman jarak secara cepat dalam jumlah besar.

Selama ini budidaya tanaman jarak dilakukan dengan menggunakan biji dan stek (Hariyadi 2005). Dengan penyetekan, akan diperoleh tanaman baru yang mempunyai sifat seperti induknya. Stek tidak perlu bantuan tanaman induk untuk menumbuhkan akar-akarnya (Wudianto 2002). Fungsi dari perbanyakan dengan cara ini adalah untuk mengatasi perbanyakan tanaman yang tidak mungkin menggunakan biji, memudahkan dan mempercepat perbanyakan tanaman (Rochi-man dan Harjadi 1973).

Stek diklasifikasikan ke dalam lima macam berdasarkan bagian tanaman yang diambil, yaitu stek akar, stek batang, stek daun atau tunas muda, stek tunas (Rochiman dan Harjadi 1973), dan stek pucuk (Wudianto 2002). Dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah teknik stek pucuk yang diambil dari persemaian. Bagian tanaman yang diambil adalah pucuk yang masih muda dan masih dalam masa pertumbuhan. Stek pucuk yang berasal dari persemaian

memberikan hasil yang lebih baik diban-dingkan dengan stek yang berumur 3 tahun dan 8 tahun pada tanaman Gmelina arborea (Achmad 1993).

Media yang tepat dan pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan keberhasilan perbanyakan tanaman terutama untuk spesies yang sulit berakar pada perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan menggunakan stek. Indikator keberhasilan perbanyakan dengan cara ini adalah tumbuhnya tunas dan akar. Untuk menumbuhkan tunas dan akar, dibutuhkan kondisi yang sesuai. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan stek pucuk di antaranya adalah bahan tanaman, lingkungan, media, penggunaan ZPT, dan kebersihan serta pemeliharaan (Rochiman dan Harjadi 1973).

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk men-dapatkan kombinasi media dan zat pengatur tumbuh yang tepat untuk pertumbuhan stek pucuk tanaman jarak pagar.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Januari-Mei 2007 bertempat di Kebun Per-cobaan Cibedug-Ciawi, Kabupaten Bogor.

Bahan

Bahan yang digunakan adalah stek pucuk tanaman jarak pagar berusia satu bulan yang diambil dari persemaian (Gambar 1) dengan panjang stek 6 cm.

Gambar 1 Induk tanaman jarak pagar berusia satu bulan.

(22)

2

1-naftasetamida dan 2-metil-1-naftalen asetat yang merupakan turunan dari NAA. Bahan aktif lainnya adalah IBA dan thiram.

Metode Penelitian

Persiapan Media. Media yang digunakan adalah tiga media terbaik dari penelitian yang dilakukan Markus dan Mulyadi (2007). Media pertama terdiri dari campuran cocopeat-pasir-pupuk kandang (CPPK) dengan perbandingan 1:1:1, media kedua terdiri dari campuran sekam-pupuk kandang (SPK) dengan perban-dingan 1:1, sedangkan media ke tiga terdiri dari campuran pasir-pupuk kandang (PPK) dengan perbandingan 1:1. Setelah diukur sesuai takaran, masing-masing komponen diaduk rata dan dimasukkan ke dalam bedengan yang telah disediakan.

Tempat tumbuh tanaman berupa bedengan kayu berukuran 3 m x 1 m x 20 cm yang dilengkapi dengan sungkup plastik di dalam rumah kaca (Gambar 2). Masing-masing bedengan diisi dengan campuran media yang berbeda sesuai dengan perlakuan setinggi 10 cm, selanjutnya media tanam disiram sampai kapasitas lapang sebelum ditanami stek (Hartmann et al. 1997).

Gambar 2 Bedengan kayu untuk tempat tumbuh tanaman.

Penanaman stek. Stek dipotong setinggi 6 cm (Gambar 3) diukur dari bagian apikal pohon induk dengan menggunakan gunting pangkas yang tajam agar pangkal stek tidak rusak. Stek yang telah dipotong segera dimasukkan ke dalam wadah berisi air hingga terendam. Bahan stek yang digunakan terdiri dari 3 sampai 6 helai daun dan semua daun tidak dibuang. Setelah jumlah stek men-cukupi, selanjutnya diberi label sesuai perlakuan, lalu direndam dalam masing-masing ZPT yang dilarutkan dengan dosis 100 ppm selama 3 menit. Setelah itu, stek ditanam di bedengan yang telah disediakan. Pemeliharaan yang dilakukan selama pene-litian adalah penyiraman setiap hari dan

menjaga kebersihan media. Tanaman liar, daun kering, atau stek yang mati segera dibuang agar pertumbuhan tanaman tidak terganggu.

Gambar 3 Stek tanaman jarak pagar dengan panjang 6 cm.

Pertumbuhan akar. Peubah yang diamati adalah hari tumbuh akar pertama (HTAP) yang diamati dari H0 sampai terbentuknya akar pertama, bobot basah akar (BBA), bobot kering akar (BKA), jumlah akar (JA), dan panjang akar (PA) pada minggu ke-6 (6 MST).

Pertumbuhan tajuk. Peubah yang diamati adalah hari tumbuh tunas pertama (HTTP) yang diamati dari H0 sampai terbentuknya akar pertama dan tinggi akhir tanaman (TAT) pada minggu ke-6 (6 MST). Selain itu, diamati penambahan tinggi tanaman (PTT) setiap minggu.

(23)

3

HASIL

Pertumbuhan akar

Hari Tumbuh Akar Pertama. Bahan stek yang diberi perlakuan NAA dan ditanam pada media CPPK menunjukan hari tumbuh akar pertama paling cepat apabila dibandingkan dengan perlakuan lain. Pada kombinasi media dan ZPT ini, akar pertama tumbuh pada 7 HST (Gambar 4).

0 2 4 6 8 10 12 14 16

CPPK S PK PPK

Media Tanam H a ri T um buh A ka r ( H ST ) Kontrol NAA IBA GA3 Root Up

Gambar 4 Hari tumbuh akar pertama pada berbagai kombinasi media dan ZPT. Data menunjukkan nilai rata-rata ± 1 SE

Jumlah dan panjang akar. Kombinasi perlakuan yang diberikan tidak memberikan pengaruh nyata pada jumlah dan panjang akar yang dihasilkan (Tabel 1). Jumlah akar ter-banyak dihasilkan pada media SPK seter-banyak 19.1. Sedangkan ZPT yang memberikan pengaruh terbesar adalah NAA dengan jumlah akar sebanyak 21.4.

Pada pengukuran panjang akar, secara keseluruhan nilai panjang akar terbesar diberikan oleh media CPPK dengan nilai 8.67. Zat pengatur tumbuh yang memberikan pengaruh terbesar pada panjang akar adalah IBA dengan nilai rataan panjang akar sebesar 8.63.

Bobot basah dan bobot kering akar.

Media dan ZPT memberikan pengaruh nyata untuk bobot basah akar. Media terbaik adalah CPPK dengan bobot basah akar 0.81 gram. Indole Butyric Acid merupakan ZPT yang memberikan nilai terbesar bagi bobot basah akar yaitu 0.81. Pengaruh ini tidak berbeda nyata dengan NAA dan RU dengan nilai masing-masing 0.70 dan 0.78 (Tabel 2).

Bobot kering akar tidak dipengaruhi oleh perlakuan yang diberikan. Namun secara keseluruhan, tanaman yang ditanam pada media PPK menunjukkan bobot kering akar terbesar dengan nilai 0.14. Sedangkan ZPT yang memberikan nilai bobot kering akar terbesar adalah IBA dan RU dengan nilai yang sama yaitu 0.14 (Tabel 3).

Tabel 1 Jumlah dan panjang akar pada 6 MST dalam berbagai kombinasi media dan ZPT. Data menunjukkan nilai rata-rata ± 1 SE.

Perlakuan Jumlah Akar (buah)

Panjang Akar (cm) Media

CPPK 18.4 ± 2.9 a 8.67 ± 1.15 a

SPK 19.1 ± 2.5 a 7.76 ± 1.08 a

PPK 17.8 ± 4.1 a 7.13 ± 1.16 a

ZPT

K 18.2 ± 3.7 a 7.14 ± 1.01 a

NAA 21.4 ± 3.5 a 6.95 ± 0.97 a

IBA 19.6 ± 2.6 a 8.30 ± 1.20 a

GA3 14.5 ± 2.7 a 8.23 ± 1.27 a

RU 18.5 ± 2.8 a 8.63 ± 1.22 a

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (DMRT).

Tabel 2 Bobot basah akar pada 6 MST dalam berbagai kombinasi media dan ZPT. Data menunjukkan nilai rata-rata ± 1 SE.

Perlakuan Bobot Basah Akar (gram)

Media

CPPK 0.81 ± 0.32b

SPK 0.62 ± 0.10a

PPK 0.64 ± 0.11a

ZPT

K 0.57 ± 0.11a

NAA 0.70 ± 0.12ab

IBA 0.81 ± 0.12b

GA3 0.58 ± 0.15a

RU 0.78 ± 0.12b

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (DMRT).

Tabel 3 Bobot kering akar pada 6 MST dalam berbagai kombinasi media dan ZPT. Data menunjukkan nilai rata-rata ± 1 SE.

Perlakuan Bobot Kering Akar (gram) Media

CPPK 0.13 ± 0.03 a

SPK 0.12 ± 0.02 a

PPK 0.14 ± 0.02 a

ZPT

K 0.12 ± 0.02 a

NAA 0.12 ± 0.02 a

IBA 0.14 ± 0.02 a

GA3 0.13 ± 0.02 a

RU 0.14 ± 0.02 a

(24)

4

Pertumbuhan tajuk

Hari Tumbuh Tunas Pertama. Pertum-buhan tunas pertama pada stek pucuk J. curcas dipengaruhi oleh ZPT. Tunas tercepat muncul 6 hari setelah tanam (HST) pada tanaman yang diberikan perlakuan NAA, sedangkan tunas yang paling lambat dihasilkan oleh stek yang mendapat perlakuan RU (Tabel 4). Pengaruh media tidak memper-lihatkan hasil yang nyata pada hari tumbuh tunas pertama. Semua media memberikan nilai rata-rata hari tumbuh tunas pertama yang sama yaitu pada 7 HST.

Tabel 4 Hari tumbuh tunas pertama pada berbagai ZPT berbeda. Data menunjukkan nilai rata-rata ± 1 SE.

Perlakuan Hari Tumbuh Tunas Pertama (HST)

Media

CPPK 7.5 ± 1.0 a

SPK 7.0 ± 1.1 a

PPK 7.2 ± 1.3 a

ZPT

K 6.4 ± 0.7ab

NAA 6.1 ± 0.9a

IBA 7.9 ± 0.7bc

GA3 7.3 ± 1.4abc

RU 8.5 ± 1.3c

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (DMRT).

Pertambahan tinggi tanaman. Kombi-nasi media dan ZPT secara terpisah berpe-ngaruh pada pertambahan tinggi tanaman. Zat pengatur tumbuh terbaik adalah GA3, sedang-kan media terbaik adalah CPPK. Dari semua perlakuan, pertambahan tinggi tanaman baru terlihat secara spesifik pada 3 MST (Gambar 5, 6, dan 7).

Tinggi akhir tanaman. Tinggi tanaman pada 6 MST menunjukkan bahwa faktor media dan ZPT secara terpisah berpengaruh nyata pada tinggi akhir tanaman. Media terbaik adalah PPK yang menghasilkan tanaman dengan tinggi akhir 8.80 cm. Bila dibandingkan dengan tinggi akhir yang dihasilkan oleh tanaman yang ditanam pada media CPPK yang menghasilkan tinggi akhir 8.30 cm, nilai ini tidak berbeda nyata. Zat pengatur tumbuh yang menghasilkan tinggi tanaman optimal selama penelitian adalah GA3 dengan nilai tinggi akhir 9.10 cm, se-dangkan nilai tinggi akhir terendah dihasilkan oleh tanaman dengan perlakuan NAA dan media SPK (Tabel 5).

0 2 4 6 8 10 12

M0 M1 M2 M3 M4 M5 M6

Waktu (MS T)

L a ju P er tum b uha n T a na m a n ( cm ) Kontrol NAA IBA GA3 RU

Gambar 5 Pertambahan tinggi tanaman jarak pagar pada media CPPK dengan berbagai perlakuan ZPT.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

M0 M1 M2 M3 M4 M5 M6

Waktu (MST) L a ju P e r tu m bu ha n T a n a ma n (c m ) Kontrol NAA IBA GA3 RU

Gambar 6 Pertambahan tinggi tanaman jarak pagar pada media SPK dengan berbagai perlakuan ZPT.

0 2 4 6 8 10 12

M0 M1 M2 M3 M4 M5 M6

W aktu (MS T)

L a ju p e r tumb uha n T a n a ma n (c m ) Kontrol NAA IBA GA3 RU

Gambar 7 Pertambahan tinggi tanaman jarak pagar pada media PPK dengan berbagai perlakuan ZPT.

Tabel 5 Tinggi tanaman pada 6 MST dalam berbagai kombinasi media dan ZPT. Data menunjukkan nilai rata-rata ± 1 SE

Perlakuan Tinggi Akhir Tanaman (cm)

Media

CPPK 8.30 ± 0.90 b

SPK 7.30 ± 0.39 a

PPK 8.80 ± 0.88 b

ZPT

K 8,00 ± 0.83ab

NAA 7.30 ± 0.63a

IBA 8.00 ± 0.65a

GA3 9.10 ± 1.03b

RU 8.20 ± 0.70ab

(25)

5

PEMBAHASAN

Pemilihan bahan stek menjadi salah satu penentu keberhasilan pertumbuhan dengan cara stek karena erat hubungannya dengan kecepatan tumbuh akar dan tunas stek (PHT, 1996). Stek pucuk yang dipilih adalah stek yang sehat, bebas dari segala penyakit. Keberhasilan penanaman stek ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor dalam tanaman itu sendiri dan faktor luar. Faktor dalam meliputi cadangan makanan, persediaan air, ZPT endogen, umur dan jenis tanaman. Sedangkan faktor luar meliputi suhu, kelembaban, media, dan teknik pembuatan stek.

Stek J. curcas diambil dari pembibitan pada pagi hari karena stek pucuk mudah mengalami stres air (Hatmann et al. 1997). Bahan stek merupakan organ yang masih hidup sehingga kegiatan transpirasi masih terus berlangsung dari permukaan tanaman, sementara penyerapan air belum dilakukan. Pada saat bahan stek dipisahkan dari induknya, keseimbangan air di dalamnya menjadi terganggu. Hal ini menyebabkan terjadinya kehilangan air yang cukup besar. Ketidakseimbangan antara penguapan dan penyerapan air disebabkan oleh belum terbentuknya perakaran sehingga proses-proses fisiologis menjadi tidak normal.

Bedengan yang telah ditanami stek diberi sungkup, sehingga suhu dan kelembaban udara dan tanah terjaga. Kondisi ini memung-kinkan stek untuk membentuk tunas, akar, dan melangsungkan proses perkembangan dan pertumbuhan. Selain itu, lingkungan tumbuh dijaga agar tetap bersih sehingga tidak ditumbuhi jamur dan rumput liar. Hal ini merupakan upaya efektif untuk menjaga kelancaran pertumbuhan dan perkembangan stek (PHT 1996).

Media berfungsi untuk menjaga stek pada tempatnya, menjaga dan memasok air, dan mengatur kelembaban untuk mengatur aerasi sekeliling pangkal stek. Jenis media yang digunakan akan menentukan keberhasilan stek dalam pembentukan akar. Menurut Hartmann et al. (1997), media tumbuh yang baik memiliki kriteria sebagai berikut: media harus cukup kuat dan kompak untuk menopang stek selama pertumbuhan akar, mampu memperta-hankan kelembaban, memiliki aerasi dan dra-inase yang baik, bebas dari gulma dan penyakit.

Pertumbuhan akar

Munculnya akar pada bagian dasar stek merupakan faktor yang sangat menentukan

keberhasilan pembiakan vegetatif dengan cara stek. Dengan munculnya akar, maka penyerapan hara dari media akan berlangsung, sehingga bisa dihasilkan karbohidrat yang akan digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan stek. Keberhasilan pemben-tukan akar dipengaruhi oleh faktor adanya tunas dan daun pada stek, kandungan karbohidrat dalam jaringan stek, dan kan-dungan ZPT endogen. Keberadaan auksin ternyata mampu mendorong terbentuknya akar adventif (Gardner, Pearce, dan Mitchell 1991; Arteca 1996; Hartmann et al. 1997). Pergerakan auksin, karbohidrat, dan zat-zat yang berinteraksi dengan auksin mengakibat-kan terbentuknya perakaran. Zat-zat ini amengakibat-kan mengumpul di bagian dasar stek yang selanjutnya akan membentuk akar stek (Rochiman dan Harjadi 1973; Hartmann et al. 1997). Zat pengatur tumbuh dari golongan auksin berperan penting dalam stimulasi pembentukan akar primordia yang dimulai dari pembelahan sel (Omon 2004).

Nickell (2000) menyatakan bahwa IBA eksogen memberikan pengaruh positif pada pembentukan kalus dan inisiasi akar. Pada penelitian ini, akar adventif yang keluar diawali dengan pembentukan kalus. Heddy (1986) menyatakan bahwa efek dari auksin pada perkembangan meristem adalah mendo-rong pembentukan jaringan kalus. Pemben-tukan kalus merupakan prekursor untuk pembentukan akar adventif (Hartmann et al. 1997). Akan tetapi pembentukan jaringan akar dan kalus saling terpisah. Menurut Rochiman dan Harjadi (1973), akar yang keluar dari jaringan kalus akan lebih kuat dan lebih baik daripada akar yang keluar dari stek yang tidak berkalus. Dengan adanya pembentukan kalus pada tanaman yang diamati selama penelitian, diharapkan tanaman yang siap tanam di lapang memiliki akar yang kokoh meskipun berasal dari stek.

(26)

6

(Hartmann 1997). Sedangkan menurut Nickell (2000), IBA meningkatkan perpindahan fotosintat ke tempat inisiasi akar di bagian dasar stek.

Sumiasri dan Priadi (2003) menyatakan bahwa dalam konsentrasi rendah GA3 ber-pengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif, sedangkan pada konsentrasi tinggi penga-ruhnya lebih dominan terhadap pertumbuhan generatif. Giberelin pada konsentrasi rendah (10-11 - 10-7 M) dapat membantu inisiasi pada akar terutama pada saat tanaman ditumbuhkan pada tingkat pencahayaan rendah, tetapi pada konsentrasi yang relatif tinggi (10-3 M), GA3 menghambat pembentukan akar adventif (Hartmann et al. 1997). Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa pada keseluruhan media, tanaman yang diberikan perlakuan GA3 memiliki waktu pertumbuhan akar pertama yang paling lambat dibandingkan dengan kontrol maupun ZPT lainnya. Dalam pene-litian ini, GA3 merupakan ZPT yang paling efektif dalam memacu pemanjangan tajuk (Tabel 5).

Root Up adalah ZPT yang merupakan paduan dari NAA dan IBA ditambah dengan thiram. Root Up memiliki bahan aktif 1-naftasetamida dan 2-metil-1-naftalen asetat yang merupakan turunan dari NAA. Bahan aktif lainnya adalah IBA, dan thiram. Seperti telah disebutkan sebelumnya, NAA dan IBA merupakan auksin sintetik yang berperan dalam pembentukan akar. Zat pengatur tumbuh IBA memiliki inti indol, berperan untuk mempercepat aktivitas auksin endogen (Hopkins dan Hüner 2004). Thiram sendiri merupakan fungisida (Hewitson 2008).

Akar yang keluar dari stek pada penelitian ini adalah akar adventif. Akar adventif merupakan akar yang diinisiasi dari sel-sel parenkim yang bergabung dengan jaringan pembuluh (Srivastava 2005). Proses pemben-tukan akar adventif sendiri terdiri dari 3 tahap, yaitu: (a) induksi pembelahan akar dari sel-sel parenkim dari jaringan pembuluh; (b) pem-bentukan primordia akar, ujung akar, dan tudung akar; (c) pertumbuhan primordia akar (Hartmann et al. 1997; Srivastava 2005).

Perlakuan perendaman stek dalam ZPT juga mempengaruhi keberhasilan pertum-buhan stek. Zat pengatur tumbuh yang dilarutkan dalam air akan lebih mudah diserap oleh jaringan tanaman, sehingga pengguna-annya akan lebih efektif dibandingkan pemberian dengan cara oles atau serbuk. Perlakuan yang meliputi konsentrasi ZPT ter-larut dan lama perendaman memberikan pengaruh pada pembentukan akar. Dalam

penelitian ini, sebelum stek ditanam dalam media, ujung stek direndam dalam ZPT terlarut dengan masing-masing konsentrasi 100 ppm selama 3 menit. Menurut Hartmann et al. (1997) stek direndam dalam ZPT terlarut selama 24 jam dengan konsentrasi 20 ppm untuk spesies yang mudah berakar atau hingga 200 ppm untuk spesies yang sulit berakar. Berdasarkan Gambar 4, dapat dilihat bahwa akar pertama muncul pada 7 HST.

Jumlah akar yang banyak akan mampu menopang tanaman sehingga tanaman tidak mudah roboh. Pada penelitian ini, perlakuan media maupun ZPT tidak mempengaruhi jumlah akar. Tabel 1 menggambarkan bahwa tanaman yang diberi perlakuan NAA memiliki nilai rata-rata jumlah akar terbanyak (21.4) jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Berdasarkan data tersebut, maka bisa dikata-kan bahwa NAA memiliki kecenderungan untuk meningkatkan jumlah akar. Sedangkan tanaman yang diberi perlakuan GA3 memiliki nilai rata-rata jumlah akar terendah (14.5), hal ini disebabkan karena GA3 merupakan ZPT yang lebih berperan dalam proses peman-jangan tajuk. Menurut Hartmann et al. (1997), GA3 memiliki fungsi utama untuk membantu pemanjangan tajuk dengan meningkatkan pembelahan dan pemanjangan sel. Untuk me-dia tanam sendiri, SPK merupakan meme-dia yang menghasilkan jumlah akar terbanyak de-ngan nilai rata-rata 19.1.

(27)

7

Media CPPK merupakan media yang cukup efektif dalam menunjang pemanjangan akar. Pasir merupakan komponen yang cukup padat. Apabila digunakan dalam jangka waktu lama, media yang terdiri dari pasir saja akan memadat, dan hal ini menyebabkan perkem-bangan akar terganggu. Dengan adanya cocopeat yang merupakan komponen media yang sangat ringan dan longgar menyebabkan porositas campuran media ini lebih tinggi dibandingkan dengan kedua campuran media lainnya.

Keberhasilan perbanyakan stek secara umum ditentukan oleh munculnya tunas dan perakaran yang baik. Akar berfungsi untuk penyerapan air dan hara, tempat penyimpanan karbohidrat, dan pencengkeram tanaman ke media tanam (Stokes 2002; Hopkins dan Hüner 2004). Menurut Romdiana (2001), perkembangan akar pada stek pucuk tanaman Octomeles sumatrana Miq. lebih ditentukan oleh cadangan makanan dan auksin yang terkandung dalam bahan stek, serta sifat fisik media yang digunakan. Berdasarkan pernya-taan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa semakin panjang akar dan semakin banyak akar yang dibentuk maka tanaman akan semakin kokoh dan penyerapan hara dari media juga akan semakin efektif sehingga tanaman mampu menghasilkan cadangan makanan yang cukup untuk pertumbuhannya.

Sebagian besar studi mengenai akar melaporkan bahwa untuk menggambarkan karakteristik perakaran dilakukan pengukuran terhadap bobot basah atau bobot kering akar (Gardner, Pearce, dan Mitchell 1991). Selain itu menurut Russel (1977), bobot akar meng-gambarkan usia dan nutrisi yang diserap oleh tanaman. Bobot basah akar menunjukkan hubungan antara jumlah akar dan panjang akar primer yang dibentuk oleh stek. Pada penelitian ini bobot basah akar dipengaruhi oleh media dan ZPT secara terpisah. Media tanam CPPK merupakan media yang memberikan nilai bobot basah akar terbesar, karena kelembaban pada CPPK selalu terjaga dengan adanya cocopeat yang mampu mengikat air. Sedangkan ZPT yang membe-rikan nilai bobot basah akar terbesar adalah IBA dan RU.

Bobot kering akar menunjukkan banyaknya fotosintat yang dialokasikan untuk pertumbuhan akar. Menurut Hopkins dan Hüner (2004), pengukuran dengan menggu-nakan bobot kering lebih sering digumenggu-nakan daripada pengukuran dengan menggunakan bobot basah. Dalam penelitian ini kedua perlakuan tidak memberikan perngaruh yang

nyata secara statistik terhadap bobot kering akar. Bobot kering akar terbesar didapatkan dari tanaman yang ditanam pada media PPK atau tanaman yang diberi perlakuan IBA dan RU. Pada pengaruh yang diberikan oleh ZPT, terlihat bahwa semakin tinggi bobot basah akar maka semakin tinggi pula bobot kering akar yang diperoleh. Hal ini dipengaruhi oleh kelembaban dan kondisi media. Setelah dikeringkan, air yang ada dalam jaringan akar akan dikeluarkan.

Media CPPK merupakan media yang paling efektif untuk pertumbuhan tanaman, karena CPPK memiliki porositas yang tinggi sehingga mampu menunjang pertumbuhan akar secara optimal. Munculnya akar di dasar stek merupakan faktor keberhasilan perban-yakan tanaman secara vegetatif dengan menggunakan stek. Jumlah akar yang ter-bentuk di dasar stek juga mendukung upaya tanaman untuk mencengkeram media se-hingga tanaman tidak mudah roboh. Pada penelitian ini NAA merupakan ZPT yang pa-ling efektif untuk memacu munculnya tunas, akar pertama dan cenderung merangsang ta-naman untuk membentuk akar yang lebih banyak.

Pertumbuhan tajuk

Kemunculan tunas pada stek dapat berlangsung dengan cepat. Kandungan auksin akan menurun saat pemotongan bahan stek sehingga memacu pertumbuhan tunas. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ZPT mem-berikan pengaruh nyata bagi waktu mun-culnya tunas pertama. Tunas yang paling cepat muncul adalah tunas pada stek yang diberi perlakuan NAA. Tunas-tunas ini muncul pada 6 HST.

Tingkat keberhasilan stek pucuk dapat menghasilkan tunas disebabkan oleh kan-dungan cadangan makanan yang dimiliki oleh stek untuk pertumbuhan dan perkem-bangannya. Hal ini menjadi salah satu tanda keberhasilan dari pertumbuhan stek. Tunas yang keluar ini diharapkan mampu mengha-silkan auksin yang akan merangsang munculnya akar. Penghilangan tunas dari stek pada beberapa spesies akan menghentikan pembentukan akar, terutama pada tanaman-tanaman yang sulit berakar (Hartmann et al. 1997).

(28)

8

Menurut Hartmann et al. (1997), ada beberapa komponen pemacu perakaran yang berpindah melalui floem dari tunas ke bagian dasar stek, sehingga keberadaan tunas dan daun pada stek akan mempengaruhi pembentukan akar. Demikian halnya dengan daun, sebelum daun gugur akan ada proses translokasi komponen pemacu perakaran dari daun ke bagian dasar stek dan akhirnya membantu proses pemben-tukan akar.

Berdasarkan pengamatan pertambahan tinggi tanaman pada 1 dan 2 MST belum menunjukkan nilai yang berarti, bahkan dari hasil pengamatan pada 1 MST penambahan tingginya nol. Hal ini diduga berhubungan dengan pembentukan akar di dasar stek. Pembentukan akar pada penelitian ini dimulai pada 7 HST atau setelah satu minggu pena-naman. Sedangkan pada minggu ke-2 pertam-bahan tinggi masih belum menunjukan nilai yang berarti karena akar yang dihasilkan masih pendek dan belum optimal dalam melakukan penyerapan hara dan air dari media. Gardner, Pearce, dan Mitchell (1991) menyatakan bahwa pertumbuhan akar yang kuat lazimnya diperlukan untuk kekuatan dan pertumbuhan pucuk pada umumnya. Apabila akar mengalami kerusakan karena gangguan secara biologis, fisik, atau mekanis dan menjadi kurang berfungsi, maka pertumbuhan pucuk juga akan menjadi kurang berfungsi.

Giberelin endogen yang terdapat pada tunas, ujung apikal, dan xilem mempengaruhi aktivitas tajuk pada beberapa spesies (Nickell 2000). Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa GA3 memberikan nilai rataan tinggi tanaman terbe-sar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nickell 2000 bahwa respon positif dari GA3 adalah mempengaruhi pertumbuhan tajuk secara langsung. Selain itu menurut Hopkins (1995), GA3 mengontrol pemanjangan antar buku pada tanaman kerdil dan roset.

SIMPULAN

Kombinasi media cocopeat-pasir-pupuk kandang (CPPK) dan zat pengatur tumbuh Naphtalene Acetic Acid (NAA) mempenga-ruhi hari tumbuh akar pertama tanaman J. curcas pada 7 hari setelah tanam (HST). Pada parameter lain, media dan ZPT mempengaruhi pertumbuhan stek tanaman J. curcas secara terpisah. Media terbaik untuk pembiakan ve-getatif stek pucuk tanaman J. curcas adalah media CPPK, sedangkan ZPT yang memacu perakaran lebih baik adalah NAA dengan dosis 100 ppm.

SARAN

Penelitian ini masih membutuhkan peneli-tian lebih lanjut dengan waktu perendaman stek yang lebih lama dan konsentrasi yang berbeda. Selain itu, diperlukan juga perpan-jangan waktu pengamatan hingga tanaman berusia minimal dua bulan.

DAFTAR PUSTAKA

[PHT] Perum Perhutani. 1996. Pedoman Pembuatan Stek Pucuk Tanaman Khaya anthotheca dan Swietenia mahagoni. Jakarta: Direksi Perum Perhutani.

Achmad SS. 1993. Pembiakan Vegetatif Stek Gmelina arborea Linn. dengan Menggunakan Rootone-F. Bogor: Dephut. Arteca RN. 1996. Plant Growth Substances,

Principles and Application. New York: Chapman & Hall.

Gardner FP, Pearce RB, Mitchell RL. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Herawati Susilo, penerjemah. Jakarta: UI-Press. Terjemahan dari: Physiology of Crop Plants.

Hartmann HT, Kester DE, Davies FT, Geneve RL. 1997. Plant Propagation, Principle and Practices sixth edition. New Jersey: Prentice-Hall Inc.

Hariyadi. 2005. Budidaya Tanaman Jarak (Jatropha curcas) Sebagai Sumber Bahan Alternatif Biofuel. http://www.ristek.go.id [2 Feb 2006].

Heddy S. 1986. Hormon Tumbuhan. Jakarta: Rajawali.

Hewitson J. 2008. What is Thiram?. http:// www-saps.plantsci.cam.ac.uk/records/rec 189.htm [ 24 Jan 2008].

Hopkins WG. 1995. Introduction to Plant Physiology. United States of America: John Wiley & Sons, Inc.

Hopkins WG, Hüner NP. 2004. Introduction to Plant Physiology. Ed ke-3. United States of America: John Wiley & Sons, Inc. Ibàñez A. 2004. Rooting Experiments with

Euphorbia lagascae Cuttings. Anal de Biol 26: 101-104.

Lele S. 2006. The Cultivation of Jatropha curcas. http://www.svlele.com/jatropha_ plant.htm [2 Feb 2006].

(29)

8

Menurut Hartmann et al. (1997), ada beberapa komponen pemacu perakaran yang berpindah melalui floem dari tunas ke bagian dasar stek, sehingga keberadaan tunas dan daun pada stek akan mempengaruhi pembentukan akar. Demikian halnya dengan

Gambar

Gambar 1  Induk tanaman jarak pagar berusia     satu bulan.
Gambar 3 Stek tanaman jarak pagar dengan     panjang 6 cm.
Tabel 1 Jumlah dan panjang akar pada 6 MST dalam berbagai kombinasi media dan ZPT. Data menunjukkan nilai rata-rata  ± 1 SE
Tabel 5 Tinggi tanaman pada 6 MST dalam berbagai kombinasi media dan   ZPT. Data menunjukkan nilai rata-rata ± 1 SE
+6

Referensi

Dokumen terkait

3 mengalami broken home di Kelurahan Manukan Kulon Surabaya.Ada 5 dari 8 orang remaja yang mengalami ideal diri rendah seperti tidak memiliki cita – cita, tidak

Isolat jamur indigenous yang didapat selanjutnya diuji kemampuannya dalam mendekolorisasi zat warna hasil industri limbah batik Makassar dengan menggunakan media yang berisi medium

Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia merupakan salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tertera dalam paragraf

komunikasi VoIP. Pengujian jaringan dengan menggunakan aplikasi wireshark, ping dan traceroute. Pengujian sistem keamanan server VoIP setelah adanya penambahan aplikasi

%ika petugas terpajan sudah menerima immunoglobulin hepatitis B dalam ;aktu "9 bulan sebelumnya, tes antibodi tidak dapat digunakan untuk menge/aluasi "9 bulan sebelumnya,

Manfaat data hasil penilaian proses belajar mengajar Bagaimanapun hasil diperoleh dari tes sumatif tampaknya nmenjadi keputusan akhir mengingat tidak adanya kesempatan bagi guru

PENDIDIKAN PENGETAHUAN LINGKUNGAN MASYARAKAT KAMPUNG NAGA TASIKMALAYA MENGENAI KONSERVASI LINGKUNGAN.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |