• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDEAL DIRI DAN HARGA DIRI REMAJA YANG KELUARGANYA BROKEN HOME

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IDEAL DIRI DAN HARGA DIRI REMAJA YANG KELUARGANYA BROKEN HOME"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

IDEAL DIRI DAN HARGA DIRI REMAJA

YANG KELUARGANYA BROKEN HOME

Budi Artini

Stikes William Booth, budiartini76@ymail.com ABSTRAK

Pada usia remaja ideal diri akan di bentuk melalui proses identifikasi pada orang tua guru dan teman sedangkan harga diri di peroleh dari diri sendiri dan orang lain, aspek utamanya dicintai dan menerima penghargaan dari orang lain. Harga diri akan rendah jika kehilangan kasih sayang dan di cintai orang lain. Remaja yang broken home mengalami ideal diri dan harga diri rendah karena remaja tidak memiliki panutan untuk masa depannya di dalam keluarga, seperti peran orang tua tidak dijalankan sebagaimana mestinya. Tujuan penelitian iniadalah untuk mengetahui gambaran ideal diri dan harga diri remaja yang mengalami broken homedi Kelurahan Manukan Kulon Surabaya. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Deskriptif, populasinya remaja yang mengalami broken home sebanyak 20 responden dan menggunakan total sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner, data yang diperoleh kemudian dihitung dengan table distibusi frekuensi.Hasil penelitian menunjukkan dari 20 responden diperoleh remaja yang mengalami ideal diri positif 19 responden ( 95%) dan 1 responden yang mengalami ideal diri negative (5%). Sedangkan remaja yang memiliki harga diri positif di dapatkan 16 responden ( 80%) dan yang harga diri negative di dapatkan 4 responden ( 20%).Remaja yang mangalami broken home memiliki ideal diri dan harga diri positif. Karena itu remaja yang broken home mendapat dukungan dari orang tua, teman dan orang sekitarnya, oleh Karena itu diharapkan keluarga dan lingkungan tetap memberikan dukungan kepada remaja yang mengalami broken home sehingga tetap memiliki ideal diri dan harga diri yang positif.

Kata Kunci : Ideal diri, Harga diri, dan remaja broken home.

ABSTRACT

Ideal self in adolescence will be in the form through the process of identifying the parents, teachers and friends while self-esteem was obtained from self and others, the main aspects of the loved and received an award from someone else. Self-esteem will be low if the loss of love and in the love of others. Adolescents who experienced broken home ideal self and low self-esteem because teens do not have a role model for his future in the family, such as the role of parents is not running as it should. The purpose of this study was to determine the ideal image and self-esteem of adolescents who experience broken Manukan Kulon village home in Surabaya. This study uses a descriptive research design, the population of adolescents who experience broken home by 20 respondents and using total sampling. Collecting data using questionnaires, the data obtained were then calculated the frequency of food distribution table. The results showed 20 respondents obtained from adolescents who experience positive self ideal 19 respondents (95%) and 1 respondents who experienced negative ideal self (5%). Whereas adolescents who have positive self-esteem in get 16 respondents (80%) and a negative self-esteem in get 4 respondents (20%). Teens who broken home has an ideal self and positive self-esteem. Therefore broken home teenager gets support from parents, friends and people around him, by the family and therefore the environment is expected to continue to provide support to adolescents who experience broken home that retains the ideal self and positive self esteem.

(2)

2 PENDAHULUAN

Masa remaja adalah masa yang dimana seorang sedang mengalami saat kritis sebab ia akan menginjak ke masa dewasa. Remaja berada dalam masa peralihan, dalam masa peralihan itu pula remaja sedang mencari. Sebab dalam masa yang kritis seseorang dapat kehilangan pegangan yang memadai dan pedoman hidupnya. Masa kritis diwarnai oleh konflik-konflik internal, pemikiran kritis, perasaan mudah tersinggung, cita-cita dan kemauan yang tinggi tetapi sukar ia kerjakan sehingga ia frustasi dan sebaginya (Agus Dariyo,2007).Keluarga merupakan dunia keakraban dan diikat oleh tali batin, sehingga menjadi bagian yang vital dari kehidupan anak remaja (Ingersoll,1989 ). Konsep diri remaja di pelajari melalui kontak social dan pengalaman berhubungan dengan orang lain, keluarga mempunyai peran yang penting dalam membantu perkembangan konsep diri remaja karena keluarga dapat memberikan perasaan mampu atau tidak mampu, perasaan di terima atau ditolak, penghargaan yang pantas tentang tujuan prilaku dan nilai.

Keluarga juga dapat menyebabkan gangguan konsep diri remaja khususnya pada ideal dan harga diri seperti pada keluarga yang broken home (Sundeen,1998). Remaja yang keluarganya broken home bukanlah hanya remaja yang berasal dari ayah dan ibunya bercerai, namun remaja yang berasal dari keluarga yang tidak utuh, dimana ayah dan ibunya tidak dapat berperan dan berfungsi sebagai orangtua yang sebenarnya. ( Dadang Hawari, 2007 )

Menurut Stuart ( 2007) pada keluarga yang broken home sangat mempengaruhi ideal diri dan harga diri. Ideal diri adalah presepsi individu tentang bagaimana ia harus berprilaku sesuai dengan standart pribadi dan harga diri adalah penilain pribadi terhadap hasil yang di capai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhui ideal diri. Pada usia remaja ideal diri akan di bentuk melalui proses identifikasi pada orang tua guru dan teman sedangkan harga diri di peroleh dari diri sendiri dan orang lain, aspek utamanya dicintai dan menerima penghargaan dari orang lain harga diri akan rendah jika kehilangan kasih sayang dan di cintai orang lain. Remaja yang broken home mengalami ideal diri dan harga diri

rendah karena remaja tidak memiliki panutan untuk masa depannya di dalam keluarga, seperti peran orang tua tidak dijalankan sebagaimana mestinya. Ideal diri yang tinggi pada remaja adalah mempunyai insipirasi, nilai yang akan dicapai, mempunyai cita – cita dan harapan untuk masa depannya. Pada harga diri yang tinggi pada remaja adalah perasaan diterima, selalu optimis, mau menerima penghargaan dari orang lain, tidak mudah tersinggung ataupun marah. Keluarga juga merupakan faktor utama yang dapat membantu anak dalam mencapai ideal diri dan meningkatkan harga diri anak sekalipun dalam situasi keluarga broken home. Keluarga dapat membantu klien untuk dapat beradaptasi dengan segala situasi dan perubahan yang terjadi dalam hidupnya. Dukungan keluarga dapat diberikan melalui dukungan instrumental berupa dukungan secara materi, dukungan informasional berupa pemberian informasi, dukungan emosional berupa rasa kepedulian serta dukungan penghargaan berupa pujian (Thong, 2006). Berdasarkan hasil wawancara dengan remaja yang broken home di Kelurahan Manukan Kulon Surabaya, beberapa remaja mengungkapkan bahwa tidak adanya semangat untuk menuju masa depan karena di keluarganya tidak ada yang mendukung prestasinya, sering tersinggung pada orang sekitarnya ketika teman sebayanya menceritakan tentang keluarganya yang harmonis. Fenomenal yang pernah peneliti lihat ketika ada salah satu remaja yang mengalami broken home mendekati kelompok remaja yang sedang berkumpul, remaja – remaja tersebut mengejek dia“ tidak usah berteman dengandia, karena keluarganya broken home”

Berdasarkan penelitian Gibson, (2007) di katakana bahwa pada keluarga utuh resiko anak remaja laki – laki maupun perempuan menjadi nakal 20 % seperti mengikuti pergaulan bebas. Pada keluarga yang tidak utuh karena kematian orang tua resiko anak dan remaja menjadi nakal 28 %seperti egois, menangnya sendiri,tidak punya pendirian.Pada keluarga yang tidak utuh karena perpisahan atau perceraian resiko anak dan remaja nakal 55 % seperti pemalu,tidak punya harapan,yang baik untuk masa depannya.Menurut data yang di dapat peneliti setelah melakukan survey pendahuluan pada 8 orang remaja yang 1

(3)

3 mengalami broken home di Kelurahan Manukan Kulon Surabaya.Ada 5 dari 8 orang remaja yang mengalami ideal diri rendah seperti tidak memiliki cita – cita, tidak memiliki harapan untuk masa depannya, sering mengalami putus asa sedangkan 3 orang remaja yang lain memiliki idealdiri tinggi seperti optimis pada hidupnya dan keinginan untuk menghindari kegagalan. Selain itu ada6 dari 8orang remaja yang mengalami harga diri rendah seperti mudah tersinggung dengan orang sekitarnya, rasa bersalah pada dirinya sendiri, malu dengan kondisinya sedangkan 2 orang remaja memiliki harga diri tinggi seperti menerima kritikan dari orang lain dan merasa dirinya berharga.

Pada perkembangan usia remaja sangat membutuhkan peran orang tua untuk membentuk ideal diri dan harga diri pada remaja diantaranya orang tua bisa menjadi panutan untuk remaja, orang tua bisa mendukung setiap perilaku atau kegiatan anak yang positif. Apa bila pada usia remaja ideal diri dan harga diri tertanggu karena tidak adanya peran orang tua,maka remaja akan mengalami ideal diri rendah seperti : tidak adanya cita – cita, selalu putus asa, dan mengalami harga diri rendah seperti mudah tersinggung dengan orang sekitarnya, selalu menyalahkan dirinya sendiri. Jika remaja memiliki ideal diri dan harga diri yang rendah akan berdampak pada perkembangannya yaitu secara individu remaja banyak pendiam, di dalam keluarga anak akan menjadi kurang terbuka, bisa menimbulkan konflik antara anak dan orang tua dan tidak bisa menjadi kebanggaan di keluarganya, pada lingkungan anak kesulitan berinteraksi karena sebagian anak yang ideal diri dan harga diri rendah menjadi malu, menarik diri karena tidak sama dengan keuarga yang lain. (Narendra,2002).

Berdasarkan dampak yang timbul karena memiliki ideal diri dan harga diri yang rendah maka ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orang tua seperti : jika keluarga masih utuh maka memaksimalkan untuk tidak mengalami broken home atau perceraian. Ketika terjadi broken home di harapkan masing – masing individu orang tua tetap menjalankan perannya sebagai orang tua dalam mendidik anaknya. Pada remaja ada beberapa hal yang dapat dilakukan agar tidak mengalami ideal diri dan harga diri

rendah walaupun keluarganya mengalami broken home yaitu : remaja belajar untuk menguatkan koping mekanisme, tetap berusaha memperbaiki kondisi keluarga dengan memiliki prestasi sehingga dapat mengarahkan mereka untuk memiliki ideal diri dan harga diri yang tinggi.

METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu metode penelitian yang bertujuan utama untuk menjelaskan, memberi suatu nama, situasi atau fenomena dalam menemukan ide baru. Penelitian bertuajuan untuk mengidentifikasi idela diri dan harga diri remaja yang keluarganya mengalami broken home. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh remaja yang mengalami broken home di Kelurahan Manukan Kulon. Sampling enggunakan total sampling sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 20 responden. Pengambilan data dengan menggunakan kuisioner yang berisi 10 pertanyaan untuk variabel ideal diri dan 12 pertanyaan untuk harga diri rendah. Dari data yang diperoleh dilakukan analisa data dari kuesioner, pada setiap jawaban diberi skor. Untuk pernyataan positif jika jawaban Sangat Sering=4, Sering=3, Jarang=2, Tidak Pernah=1. Untuk pernyataan yang negatif jika jawaban Sangat Sering=1, Sering=2, Jarang=3, Tidak Pernah=4. Dikatakan ideal diri dan harga diri positif jika jumlah skor > 50% dan dikatakan ideal diri dan harga diri rendah f jika jumlah skor ≤ 50%. Kemudian hasil disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

(4)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Data Umum

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Tabel 1 Karakteristik responden berdasarkan

usia remaja yang mengalami brokhenhome Surabaya di Kelurahan Manukan Kulon Surabaya

No Usia (Tahun) Jumlah (Orang) Prosentase 1. 10-13 5 25% 2. 14-16 5 25% 3. 17-19 10 50% Jumlah 20 100%

Berdasarkan tabel 1 Menunjukan bahwa karakteristik responden berdasarkan usia remaja di Kelurahan Manukan Kulon Surabaya paling banyak usiaremaja 17 – 19 tahun yaitu sejumlah 10 orang (50%). Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 2. Karakteristik responden berdasarkan Jenis kelamin remaja yang mengalami broken home di Kelurahan Manukan Kulon Surabaya No Jeniskelamin Jumlah (Orang) Prosentase 1. Laki – Laki 8 30% 2. Perempuan 12 70% Jumlah 20 100%

Berdasarkan tabel 2 menunjukan bahwa karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin remaja yang mengalami broken home Surabaya di Kelurahan Manukan Kulon Surabaya, paling banyak adalah berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 12 orang (70%).

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Tabel 3. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan remaja yang mengalami broken home Surabaya di Kelurahan Manukan Kulon Surabaya No Pendidikan Jumlah (Orang) Prosentase 1. SD 3 15% 2. SMP 7 35% 3. SMA 10 50% Jumlah 20 100%

Berdasarkan tabel 3 menunjukan bahwa karakteristik responden berdasarkan pendidikan remaja yang mengalamibroken home di Kelurahan Manukan Kulon Surabaya, paling banyak pendidikan SMA yaitu sejumlah 10 orang (50%)

Karakteristik responden berdasarkan tinggal bersama

Tabel 4. Karakteristik responden berdasarkan tinggal bersama

siapa remaja yang

mengalamibroken home di Kelurahan Manukan Kulon Surabaya No Tinggal bersama Jumlah (Orang) Prosentase 1. Ayah 5 25% 2. Ibu 5 25% 3. Saudara 10 50% Jumlah 20 100%

Berdasarkan tabel 4 menunjukan bahwa karakteristik responden berdasarkan Tinggal bersama dengan remaja yang mengalamibroken home di Kelurahan Manukan Kulon Surabaya paling banyak tinggal bersama saudara yaitu sebanyak 10 orang (50%).

(5)

5 Data khusus

Karakteristik Ideal diri Remaja

Tabel 5 Karakteristik responden berdasarkan ideal diri remaja yang keluarganya broken home di Kelurahan Manukan Kulon Surabaya No Ideal diri remaja Jumlah (Orang) Prossen tase 1. Positif 19 95% 2. Negatif 1 5% Jumlah 20 100%

Berdasarkan tabel 5 menunjukan bahwa karakteristik responden berdasarkan ideal diri remaja di Kelurahan Manukan Kulon Surabaya paling banyak mayoritas memiliki ideal diri positif yaitu sebanyak 19 orang (95%).

Karakteristik harga diri remaja yang keluarganya broken home

Table 6 Karakteristik responden berdasarkan harga diri remaja yang keluarganya broken home di Kelurahan Manukan Kulon Surabaya No Harga diri remaja Jumlah (Orang) Prosentase 1. Positif 16 80% 2. Negatif 4 20% Jumlah 20 100%

Berdasarkan tabel 6 menunjukan bahwa karakteristik responden berdasarkan remaja yang memiliki harga diri di Kelurahan Manukan Kulon Surabaya paling banyak mayoritas memiliki harga diri positif yaitu sebanyak 16 orang (80%).

PEMBAHASAN

Gambaran Ideal diri remaja yang mengalami broken home di Kelurahan Manukan Kulon Surabaya

Berdasarkan tabel 5 menunjukan bahwa karakteristik responden berdasarkan ideal diri remaja di Kelurahan Manukan Kulon Surabaya mayoritas memiliki ideal diri positif yaitu sebanyak 19 orang (95%) dari 20 responden. Menurut Sttuart and

Sander (2002), ideal diri di bentuk mulai masa perkembangan anak – anak yang di pengaruhi orang yang penting pada dirinya yang memberikan keuntungan dan harapan. Pada masa remaja ideal diri dibentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru dan teman. Remaja yang mengalami ideal diri positif, mewujudkan cita- cita, nilai dan harapan – harapan pribadi berdasarkan norma sosial. Pada remaja awal mereka mulai fokus pada pengambilan keputusan, baik di dalam rumah ataupun di sekolah. Pada penelitian ini ideal diri remaja yang mengalami broken home tetap positif sekalipun usia mereka masih remaja awal seperti yang terlihat pada tabel 1 dimana paling banyak usia remaja 17 – 19 tahunyaitu sejumlah 10 orang (50%). Hal ini terjadi karena remaja yang mengalami broken home ini bisa menggali potensi dalam dirinya seperti mendapatkan prestasi di sekolahnya, mendapatkan beasiswa hingga akhir sekolahnya sehingga meskipun memiliki keluarga yang tidak utuh mereka tidak merasa malu karena memiliki potensi atau kemampuan yang lebih dibanding teman-temannya.

Pada masa remaja ideal diri akan di bentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru dan teman. Pada tabel 4 berdasarkan status tinggal remaja yang mengalami broken home paling banyak tinggal bersama saudarayaitu sebanyak 10 orang (50%). Ini yang menyebabkan remaja bisa mendapatkan kasih sayang layaknya orang tua meskipun remaja tidak serumah dengan kedua orang tuanya, sehingga remaja yang mengalami broken home memiliki ideal diri positif.

Gambaran Harga diri remaja yang mengalami broken home di Kelurahan Manukan Kulon Surabaya

Berdasarkan tabel 6 menunjukan bahwa karakteristik responden berdasarkan remaja yang memiliki harga diri di Kelurahan Manukan Kulon Surabaya paling banyak mayoritas memiliki harga diri positif yaitu sebanyak 16 orang (80%). Keliat (2002) frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang negative atau positif. Jika individu selalu sukses, maka cenderung memiliki harga diri positif. Jika individu sering gagal, maka cenderung harga diri negative. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah

(6)

6 dicintai dan menerima penghargaan dari orang lain. Seperti yang tertera pada tabel 2 berdasarkan jenis kelamin remaja yang mengalami broken home, dimana paling banyak berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 12 orang (70%). Jenis kelamin ini juga mempengaruhui harga diri responden. Sunaryo (2006) dimana pria berprilaku atas dasar pertimbangan rasional atau akal, sedangkan perempuan atas dasar pertimbangan emosional atau perasaan. Berdasarkan jenis kelamin sebagian besar responden remaja putri, seharusnya harga diri remaja putri mengalami harga diri negative tetapi peneliti menemukan pada remaja putri tetap harga diri positif karena remaja putri dalam berprilaku cenderung menggunakan perasaan sebagai dasar mengambil keputusan, dimana mereka memiliki banyak teman, sehingga dengan keberadaan teman tersebut dapat memberi dukungan dan pengakuan kepada mereka sehingga remaja putri yang broken hometetap mengalami harga diri tetap positif.

Faktor pendidikan seseorang sangat menentukan harga diri pada remaja dimana penelitian mendapatkan tabel pada tabel 3 pendidikan remaja yang mengalami broken home, paling banyak pendidikan SMA yaitu sejumlah 10 orang (50%). Notoatmojo (2002) pendidikan dapat mempengaruhui seseorang termasuk juga perilaku seseorang, akan pola hidup terutama dalam motivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan kesehatan. Makin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Pada remaja yang mengalami broken home dengan memiliki pendidikan SMA mereka mampu mengatasi masalah, karena mereka dapat menggunakan koping yang efektif serta konstruktif dan berfikiran yang positif, sehingga hal ini membuat remaja yang keluarganya broken home tetap memiliki harga diri yang positif.

SIMPULAN

Ideal diri remaja yang mengalami broken home mayoritas memiliki ideal diri positif. Harga diri remaja yang mengalami broken home mayoritas memiliki hargal diri positif. SARAN

Diharapkan pagi kelurahan untuk menyusun program kerja terutama untuk remaja sehingga membantu remaja mengikuti kegiatan yang ada di Kelurahan contohnya kegiatan karang taruna dan lain – lain. Contohnya : Ketua karang taruna melibatkan anggota yang sudah ada untuk melakukan pendekatan ke remaja yang belum aktif

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Azis. 2003. Riset Keperawatan Sebuah Karya Tulis Ilmiah. Jakarta:Salemba media.

Agency, Beranda. 2010, Ketika Orang Tua Bercerai,Jakarta : EGC

Arikunto, S. 2001. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:Rineka cipta.

Dariyo Agus , 2007. Psikilogi Pada Anak Remaja, Jakarta L: EGC

Hawari, Dadang, 2007. Dimensi Psikorealigi Pada Tumbuh Kembang Anak Dan Remaja, Jakarta: FKHUI

Hendriarti, Agustiani,2006. Psikologi Perkembangan Remaja. Jakarta: EGC

Notoatmojo,S (2002), Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta Rineka Cipta Nursalaam, Siti Pariani.(2001). Pendekatan

Praktis Metodologi Riset Keperawatan.Jakarta : Usagung Seto

Nursalam (2003).Metodologi Penelitian KesehatanCV.Jakarta : EGC Keliat, Budi Anna, 2002. Gangguan Konsep

Diri, Jakarta : EGC

Nursalam, Siti Pariani, 2001. Pedoman Praktek Penyulusan Riset Keperawatan , Jakarta : EGC Stuart & Sudden, 1998. Buku Saku

Keperawatan Jiwa Edisi 3, Jakarta : EGC

Sunaryo, 2006, Psikologi Untuk Keperawatan, Jakarta : EGC

Gambar

Tabel  1 Karakteristik  responden  berdasarkan  usia  remaja  yang  mengalami  brokhenhome  Surabaya  di  Kelurahan  Manukan  Kulon  Surabaya

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tujuan awal penelitian tindakan kelas ini, maka hasil pelaksanaan dan observasi pada pra tindakan ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan bagaimana aktifitas

Data pre-test diolah dengan menggunakan rumus Anova (Rasio F) hasil pre-test menunjukkan tidak ada perbedaan hasil belajar siswa secara signifikan anatar kelas

Perjanjian rehabilitasi Kantor Cabang Dinas Pendidikan Kota Medan antara Dinas Perumahan Pemukiman dan Tata Ruang Kota Medan dengan CV. Kembar Jaya Medan adalah

kembali pada zat yang dibandingkan dan video pembelajaran, kembali pada zat yang dibandingkan dan video pembelajaran, untuk proses pengumpulan data dan informasi

Pada penelitian ini digunakan imbal hasil rata-rata yang dihitung dimulai dari imbal hasil ( t-2 ). Oleh karena itu, penelitian ini membutuhkan perusahaan yang memiliki daftar

Partai politik yang dibentuk akan menyiapkan kader yang faham dengan Islam serta mau berjuang demi Islam, kader-kader ini dibentuk dengan pendidikan pengajian rutin mingguan

Bahasa C merupakan bahasa pemrograman yang bersifat portable, yaitu suatu program yang dibuat dengan bahasa C pada suatu komputer akan dapat dijalankan pada komputer lain

Objek yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah metode penerjemahan menurut teori Newmark (1988), serta pergeseran (shifts) yang terdapat pada subtitle film berbahasa