• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektifitas Ekstrak Jahe dalam Menurunkan Dismenore Primer pada Mahasiswa Tingkat I Akademi Kebidanan Poltekkes Medan Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efektifitas Ekstrak Jahe dalam Menurunkan Dismenore Primer pada Mahasiswa Tingkat I Akademi Kebidanan Poltekkes Medan Tahun 2014"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIFITAS EKSTRAK JAHE DALAM MENURUNKAN DISMENORE PRIMER PADA MAHASISWA TINGKAT I AKADEMI KEBIDANAN

POLTEKKES MEDAN TAHUN 2014

JULIANA HEPPY TANJUNG 135102112

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)
(4)

Efektifitas Ekstrak Jahe dalam Menurunkan Dismenore Primer pada Mahasiswa Tingkat I Akademi Kebidanan Poltekkes Medan

Tahun 2014 ABSTRAK Juliana Heppy Tanjung

Latar Belakang : Dismenore primer adalah kram menstruasi yang menyakitkan tanpa patologi dan dapat menganggu aktivitas sehari-hari. Salah satu penanganan

dismenore primer yaitu dengan metode nonfarmakologis seperti terapi herbal yang memanfaatkan bahan alam yaitu jahe.

Tujuan Penelitian : Untuk mengidentifikasi pengaruh ekstrak jahe terhadap penurunan dismenore primer pada Mahasiswa Tingkat I Akademi Kebidanan Poltekkes Medan

Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasy eksperiment

dengan one group pretest posttest, jumlah sampel 35 orang, pengambilan sampel dengan teknik total sampling, dan analisis data menggunakan uji t dependent

Hasil Penelitian : Rata- rata nyeri haid sebelum diberi ekstrak adalah 7,34 dengan standar deviasi 1,259, skala nyeri haid maksimal adalah 9 dan minimal 5 (95% CI) . Rata-rata nyeri haid sesudah diberi ekstrak jahe adalah 2,57 dengan standar deviasi 1,092, skala nyeri haid maksimal adalah 5 dan minimal 1(95% CI). Nilai rata-rata perbedaan sebelum diberi ekstrak jahe dengan sesudah diberi ekstrak jahe adalah 4,771 dengan nyeri standar deviasi 0,93. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,000 maka dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan terapi ekstrak jahe dalam menurunkan dismenore primer.

Kesimpulan : Penelitian membuktikan bahwa ekstrak jahe dapat menurunkan

dismenore primer. Oleh karena itu, disarankan menggunakan ekstrak jahe sebagai salah satu intervensi dalam menurunkan dismenore primer

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah dengan judul “Efektifitas Ekstrak Jahe dalam Menurunkan Dismenore Primer pada Mahasiswa Tingkat I Akademi Kebidanan Poltekkes Medan Tahun 2014”.

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis telah banyak memperoleh bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terilma kasih kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M. Kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns., M.Kep selaku Ketua Program Studi DIV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera utara dan Dosen Pembimbing karya tulis ilmiah yang telah banyak memberikan masukan dan nasehat pada penulis.

3. Nur Asiah, S.Kep, Ns, M.Biomed dan dr. Ichwanul Adenin, SpOG selaku dosen penguji

I dan II yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis dalam penyusunan Karya

Tulis Ilmiah ini.

4. Direktur Akademi Kebidanan Poltekkes Medan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian..

5. Seluruh dosen dan staf program DIV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Sumatera Utara.

(6)

7. Seluruh teman-teman D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi bantuan dan dukungan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi penulis.

Medan, 2014

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR SKEMA ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

1. Tujuan Umum ... 3

2. Tujuan Khusus ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

1. Peneliti ... 4

2. Pelayanan Kebidanan ... 4

3. Perkembangan Pendidkan Kebidanan ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Dismenore ... 5

1. Pengertian Dismenore ... 5

2. Klasifikasi Dismenore ... 5

3. Etiologi Dismenore ... 5

4. Gejala Klinis Dismenore ... 6

5. Karakteristik Dismenore ... 6

6. Skala Pengukuran Tingkat Nyeri Dismenore ... 7

7. Penatalaksanaan Dismenore ... 8

B. Ekstrak Jahe ... 9

C. Dasar Penelitian ... 13

BAB III KERANGKA KONSEP ... 14

A. Kerangka Konsep ... 14

B. Hipotesis ... 14

(8)

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 17

A. Desain Penelitian ... 17

B. Populasi dan Sampel ... 17

C. Tempat Penelitian ... 18

D. Waktu Penelitian ... 18

E. Pertimbangan Etik Penelitian ... 18

F. Instrumen Penelitian ... 19

G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 19

H. Pengumpulan Data ... 20

I. Analisa Data ... 21

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

A. Hasil Penelitian 1. Analisa Univariat ... 23

2. Analisa Bivariat ... 24

B. Pembahasan 1. Interpretasi dan diskusi hasil ... 25

2. Keterbatasan penelitian ... 27

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 28

A. Kesimpulan ... 28

(9)

DAFTAR TABEL

(10)

DAFTAR SKEMA

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 2 : Lembar Penjelasan Kepada Orang Tua/Wali Calon Responden Lampiran 3 : Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) (Informed Concent) Lampiran 4 : Lembar Observasi

Lampiran 5 : Prosedur Mengukur Nyeri pada Dismenore Lampiran 6 : Cara Membuat dan Mengonsumsi Ekstrak Jahe Lampiran 7 : Hasil Out Put Data Penelitian

(12)

Efektifitas Ekstrak Jahe dalam Menurunkan Dismenore Primer pada Mahasiswa Tingkat I Akademi Kebidanan Poltekkes Medan

Tahun 2014 ABSTRAK Juliana Heppy Tanjung

Latar Belakang : Dismenore primer adalah kram menstruasi yang menyakitkan tanpa patologi dan dapat menganggu aktivitas sehari-hari. Salah satu penanganan

dismenore primer yaitu dengan metode nonfarmakologis seperti terapi herbal yang memanfaatkan bahan alam yaitu jahe.

Tujuan Penelitian : Untuk mengidentifikasi pengaruh ekstrak jahe terhadap penurunan dismenore primer pada Mahasiswa Tingkat I Akademi Kebidanan Poltekkes Medan

Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasy eksperiment

dengan one group pretest posttest, jumlah sampel 35 orang, pengambilan sampel dengan teknik total sampling, dan analisis data menggunakan uji t dependent

Hasil Penelitian : Rata- rata nyeri haid sebelum diberi ekstrak adalah 7,34 dengan standar deviasi 1,259, skala nyeri haid maksimal adalah 9 dan minimal 5 (95% CI) . Rata-rata nyeri haid sesudah diberi ekstrak jahe adalah 2,57 dengan standar deviasi 1,092, skala nyeri haid maksimal adalah 5 dan minimal 1(95% CI). Nilai rata-rata perbedaan sebelum diberi ekstrak jahe dengan sesudah diberi ekstrak jahe adalah 4,771 dengan nyeri standar deviasi 0,93. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,000 maka dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan terapi ekstrak jahe dalam menurunkan dismenore primer.

Kesimpulan : Penelitian membuktikan bahwa ekstrak jahe dapat menurunkan

dismenore primer. Oleh karena itu, disarankan menggunakan ekstrak jahe sebagai salah satu intervensi dalam menurunkan dismenore primer

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemerintah sudah mulai menggalakkan program-program peduli kesehatan karena dinilai semakin maraknya krisis kesehatan yang terjadi pada remaja saat ini terutama kesehatan reproduksi yang patut mendapat perhatian khusus. Pemerintah berupaya menangani permasalahan kesehatan reproduksi yang menyangkut peran, fungsi, dan sistem organ-organ reproduksi dengan membentuk Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja sehingga pemerintah dapat lebih mensosialisasikan sekaligus memberikan jalan keluar atas permasalahan ini (Imamah. 2009).

Salah satu prioritas kasus kesehatan reproduksi yang dihadapi remaja yaitu

dismenore (Purnomo, Agustini, & Arsani, 2013). Dismenore didefenisikan sebagai kram menstruasi yang menyakitkan dan dibagi menjadi dismenore primer (tanpa patologi) dan dismenore sekunder (karena patologi). Kejadian ini sangat umum terjadi dengan perkiraan prevalensi berkisar antara 20% - 90% (Rees, et al. 2008).

Dismenore termasuk variasi disfungsi menstruasi yang terjadi pada 50% dari wanita remaja. Meskipun, dismenore ini termasuk masalah kecil, tetapi jika dibiarkan terlalu lama dapat membahayakan (Kliegman, et al. 2007).

Sebanyak 61% dismenore terjadi pada wanita yang belum menikah dan sebanyak 51% terjadi pada wanita yang sudah menikah dan dismenore ini tidak langsung berpengaruh pada pekerjaan atau kondisi fisik wanita (Azifah, 2010. hal 1).

Dismenore terjadi merata pada 40 – 80% wanita. Pada 5 – 10% wanita, dismenore

(14)

Dismenore primer terjadi bertepatan dengan dimulainya menstruasi dan sangat umum terjadi pada 50% wanita dan 10% dismenore berat terjadi khususnya pada remaja (Impey. 2009). Dismenore sekunder jarang terjadi pada remaja dan paling sering disebabkan oleh infeksi atau endometriosis. Lebih dari 40% remaja perempuan dengan nyeri panggul kronis yang tidak mendapatkan diagnosis pasti pada kunjungan ketiga ditemukan memiliki endometriosis (Hay, et al. 2003).

Dalam dunia barat, pengobatan dismenore primer banyak menggunakan anti

prostaglandin non steroid seperti: asam mefenamat, naproksen, dan ibuprofen., yang berefek menurunkan konsentrasi prostaglandin di endometrium. Akan tetapi obat-obatan ini, memiliki banyak efek samping yang merugikan seperti dapat menimbulkan iritasi lambung, kolik usus, diare, lekopeni, dan serangan asma

bronchial (Lakesma FK UB, ¶ 1).

Obat yang termasuk kedalam jenis NSAID adalah terapi farmakologis. Selain terapi farmakologis, dismenore primer dapat juga diatasi dengan terapi nonfarmakologis. Salah satu pilihan yang menjadi alternatif pengobatan dismenore

primer yaitu terapi herbal dengan memanfaatkan bahan alam salah satunya jahe (Bachtiar. 2010). Jahe telah terbukti dapat mengatasi nyeri haid (Kemenkes. 2008 dalam Tim TPC, hal 4). Jahe merupakan tanaman obat yang paling umum digunakan dan berkhasiat sebagai penghilang sakit atau inflamasi (Hawarti, 2010. ¶ 5).

(15)

untuk mendapatkan suatu zat (Widya, 2007). Menurut penelititan Hua (2012) yang bertujuan untuk melihat pengaruh minuman jahe terhadap dismenore primer pada mahasiswa keperawatan UNSOED sebanyak 55 orang dengan teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling dan desain penelitian menggunakan quasy

eksperimen. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa setelah 15 menit mengonsumsi minuman jahe sebanyak 2 gr dapat menurunkan tingkat nyeri pada dismenore

primer.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui efektifitas ekstrak jahe dalam menurunkan dismenore primer.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalah yang dapat disimpulkan adalah bagaimanakah efektifitas ekstrak jahe dalam menurunkan

dismenore primer pada mahasiswa tingkat I Akademi Kebidanan Poltekkes Medan.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui efektivitas ekstrak jahe terhadap dismenore primer pada mahasiswa tingkat I Akademi Kebidanan Poltekkes Medan.

2. Tujuan Khusus

(16)

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengalaman dan pengetahuan dalam penerapan metodologi penelitian dengan fokus penelitian manfaat ekstrak jahe terhadap dismenore primer.

2. Pelayanan Kebidanan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu intervensi dalam asuhan kebidanan untuk menurunkan dismenore primer.

3. Perkembangan Pendidikan Kebidanan

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dismenore

1. Pengertian Dismenore

Dismenore adalah keluhan sewaktu haid dalam siklus teratur akibat dari peningkatan kadar prostaglandin dalam darah haid (Pritchard, MacDonald, & Gant, 1991). Dismenore didefenisikan sebagai kram menstruasi yang menyakitkan dan dibagi menjadi dismenore primer (tanpa patologi) dan dismenore sekunder (karena patologi) (Rees, et al. 2008).

2. Klasifikasi Dismenore

Dismenore dibagi menjadi dua yaitu dismenore primer dan dismenore

sekunder. Dismenore primer adalah nyeri saat haid tanpa ada patologi sedangkan

dismenore sekunder adalah nyeri haid dikarenakan ada patologi (Rees, et al. 2008). 3. Etiologi Dismenore

Dismenore primer terjadi akibat endometrium mengandung prostaglandin

dalam jumlah tinggi. Selama siklus menstruasi yaitu pada fase luteal, hormon

progesterone sangat mempengaruhi endometrium yang mengandung prostaglandin. Akibatnya prostaglandin menjadi meningkat yang menyebabkan kontraksi

(18)

4. Gejala Klinis Dismenore

Dismenore primer muncul berupa serangan ringan, kram pada bagian tengah, bersifat spasmodik yang dapat menyebar ke punggung atau paha bagian dalam. Umumnya dismenore primer ini dimulai 1 – 2 hari sebelum menstruasi, namun nyeri paling berat selama 24 jam pertama menstruasi dan mereda pada hari kedua.

Dismenore primer kerap disertai efek samping seperti muntah, diare, sakit kepala, sinkop, nyeri kaki (Morgan & Hamilton. 2009).

5. Karakteristik Dismenore

Menurut Morgan dan Hamilton (2009), dismenore primer umumnya dimulai 1-3 tahun setelah menarce dan bertambah berat setelah beberapa tahun sampai usia 23-27 tahun, lalu mulai mereda. Dismenore terjadi pada wanita yang berusia antara 20 tahun hingga 24 tahun yang mana episode dismenore yang paling parah biasanya berlaku pada usia sebelum 25 tahun (Azifah, 2010. Hal 1).

Umumnya terjadi pada wanita nulipara dan kerap menurun signifikan setelah kelahiran anak. Lebih sering terjadi pada wanita obesitas. Dismenore jarang terjadi pada wanita yang memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur. Dismenore berkaitan dengan aliran darah menstruasi yang lama dan jarang terjadi pada atlet. Sedangkan pada dismenore sekunder, kasus ini dimulai setelah usia 20 tahun dan nyeri bersifat unilateral. Faktor risiko durasi dan tingkat keparahan dismenore adalah usia

menarche, periode menstrual yang panjang dan juga adanya riwayat merokok (Azifah, 2010, hal 1).

6. Skala Pengukuran Tingkat Nyeri Dismenore

(19)

orang yang berbeda (Septiani, 2011. hal 15). Dismenore termasuk ke dalam nyeri

visceral karena nyeri berada di rongga abdominal (Moeliono, 2008).

Menurut Perry & Potter (2005), skala penilaian Numeric Rating Scale (NRS)

digunakan untuk menggantikan penilaian dengan deskripsi kata. Klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala yang paling efektif digunakan unruk mengkaji intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi terapeutik.

Keterangan : 0 : tidak nyeri 1-3 : nyeri ringan 4-6 : nyeri sedang 7-10 : nyeri berat

7. Penatalaksanaan Dismenore

Pemeriksaan panggul normal dilakukan pada wanita dengan dismenore

(20)

Seseorang mulai mengkonsumsi NSAID pada saat tanda mulainya menstruasi atau dismenore dan dilanjutkan selama 2 – 3 hari. Dosis yang dianjurkan adalah

ibuprofen 400 – 800 mg setiap 6 jam, atau naproxen (220 – 550 mg) 2 kali sehari. Jika seseorang tidak merespon kerja NSAIDs, pil kontrasepsi merupakan pengobatan efektif untuk dismenore primer. Jika pasien tidak merespon keduanya, dismenore

sekunder lebih mungkin terjadi dan pemeriksaan panggul dianjurkan. Para dokter mengevaluasi pasien dengan dismenore sekunder harus mengetahui riwayat seksual dan melakukan pemeriksaan panggul walaupun pasien tidak aktif secara seksual. Pemeriksaan gonore dan klamidia, CBC dan tingkat pengendapan, dan periksa kehamilan harus dilakukan. Konsultasi dengan ahli ginekolog dianjurkan untuk melihat endometriosis atau masalah kongenital dengan ultrasonografi atau

laparoskopi. Pengobatan berdasarkan penyebab (Hay, et al. 2003).

Obat yang sering digunakan untuk menghilangkan radang dan rasa nyeri adalah obat – obatan analgetika atau Obat Antiinflamasi (OAINS). Meskipun berkhasiat menghilangkan radang dan nyeri, obat ini tidak boleh digunakan sembarangan. Pasalnya, jika digunakan bertahun – tahun dengan dosis tinggi, bisa menimbulkan adiksi, penegroposan tulang , dan tulang rawan. Pada masa lalu, memang obat – obatan nonsteroid berhasil menghambat leukotrin dan prostaglandin. Tetapi, akibatnya berefek samping berupa nyeri lambung dan kerusakan ginjal (Hawarti, 2010. ¶ 2).

B. Ekstrak Jahe

Jahe (Zingiber officinale roscoe) yang terhimpun di dalam famili

(21)

berketinggian berkisar 500-1000 m di atas permukaan laut. Jahe memiliki rhizome

yang tumbuh secara horizontal. Rhizome ini memberikan aroma khas dan terasa pedas (Widya. 2007).

Jahe (Zingiberaeae) adalah salah satu rempah yang paling lazim digunakan dalam makanan di seluruh dunia dan memiliki keragaman penggunaan medisinal. Jahe ditanam pada iklim tropis yang lembap dan hangat di India, Cina, Sri Lanka, Asia Tenggara, Nigeria, dan Jamaika. Rimpangnya adalah bagian tumbuhan yang digunakan dan tersedia di perdagangan baik yang sudah ataupun belum dikupas. Penggunaan jahe sebagai obat di Eropa memiliki sejarah kuno dan dapat ditelusuri dari masa Yunani dan Romawi. Tumbuhan ini juga telah tercantum dalam Ayurveda dan kitab-kitab agama lain yang tertulis pada 2000 SM, ketika jahe diketahui membantu pencernaan serta untuk rematik dan peradangan (Michael, et al. 2009).

Beberapa khasiat jahe yang telah terbukti berdasarkan Kemenkes (2008, dalam Tim TPC, hal 4), antara lain untuk mengatasi mual dan muntah (akibat mabuk kendaraan, mual pagi hari pada wanita hamil) diare, perut gembung, demam, batuk berdahak, flu, pegal linu, tidak nafsu makan, kaki kesemutan, keracunan makanan,

kolik, rematik, sakit pinggang, nyeri haid, dan keseleo.

(22)

dibuktikan mempunyai aktivitas sebagai anti inflamasi atau pereda nyeri(Hernani & Winarti, 2011. ¶ 9).

Konsumsi jahe juga telah dilaporkan memiliki efek bermanfaat meringankan nyeri dan frekuensi sakit kepala migrain, dan penelitian tentang kerjanya pada keadaan rematik menunjukkan efek yang bermanfaat. Pembedaan dibuat antara indikasi untuk rimpang segar (muntah, batuk, kembung abdomen, dan pireksial) dan rimpang yang dikeringkan atau telah diolah (nyeri abdomen, lumbago, dan diare). Hal ini dapat dibenarkan karena kandungan kimianya terdapat dalam perbandingan berbeda di dalam sediaan yang berbeda (Michael, et al. 2009).

Jahe merupakan obat alami anti inflamasi atau penghilang rasa sakit saat menstruasi. Ekstrak jahe dapat menekan pengeluaran prostaglandin dan leukotrin

pada endometrium yang mengakibatkan kontraksi kuat sehingga timbul rasa nyeri yang disebut dismenore atau nyeri haid (Burner, 2012. ¶ 8). Penggunaan jahe pada dosis 6 gram perhari atau lebih dapat menyebabkan iritasi lambung (Hawarti, 2010. ¶ 5).

Dua hal utama dalam ekstrak rempah – rempah adalah essential oil dan

oleoresin. Oleoresin jahe merupakan cairan berwarna coklat gelap dan mempunyai kandungan minyak atsiri berkisar 15 – 35%, dan senyawa pembentuk rasa yaitu

gingerol, shogaol, zingeron, bersifat agak kental rasa jahe. Oleoresin jahe yang digunakan dalam pengolahan pangan didapat dari ekstraksi rimpang jahe segar, jahe kering, atau tepung jahe. Oleoresin mengandung total rasa dan aroma khas bahan asalnya (Widya, 2007).

(23)

menggunakan panas yang berlebihan patut untuk dihindari. Walaupun demikian, dalam larutan berair, gingerol dapat bertahan sampai suhu 100 derajat celcius.

Ekstraksi adalah suatu metoda atau cara untuk memindahkan atau mengeluarkan sebuah senyawa atau zat dari suatu medium ke medium yang lain atau suatu proses untuk mendapatkan suatu zat (Widya. 2007). Teknik ekstraksi yang lazim dan sering digunakan yaitu teknik ekstraksi yang menggunakan pelarut organik. Prinsip kerjanya adalah diawali dengan penggilingan rimpang jahe kering yang tidak dikupas kemudian menghancurkannya hingga diperoleh serbuk jahe. Selanjutnya dilakukan ekstraksi oleoresin dari serbuk jahe dengan menggunakan pelarut organik (etanol atau aseton). Selama proses ekstraksi berlangsung maka harus dipastikan bahwa seluruh serbuk jahe terendam dalam pelarut. Kemudian hasilnya disaring untuk mendapatkan cairan berwarna coklat kekuningan atau coklat gelap yang terdiri dari oleoresin dan sisa pelarut. Tahap terakhir dari pengolahan jahe menjadi oleoresin ini adalah proses penguapan pelarut dengan prinsip perbedaan titik didih (Fakhruddin, 2008. hal 25).

Pembuatan oleoresin jahe diawali dengan pembuatan bubuk jahe. Bubuk jahe dibuat dari jahe segar yang ditimbang sebanyak ±800 gram. Jahe kemudian dipotong tipis-tipis tanpa proses penguapan terlebih dahulu. Setelah itu, jahe kemudian dikeringkan dan dihaluskan dengan menggunakan blender. Hasil yang diperoleh adalah bubuk jahe. Bubuk jahe ini kemudian direndam dalam larutan etanol 95% dengan perbandingan bubuk jahe : etanol sebesar 1 : 4. Filtrat kemudian disaring dengan pompa vakum dan dipekatkan dengan rotary evaporator pada kecepatan 80 rpm dan suhu 50’C. Pemekatan ini berlangsung hingga tidak ada lagi etanol yang menetes di bagian labu pemisah. Ekstrak jahe yang diperoleh merupakan oleoresin

(24)

dilakukan dengan cara dijemur di panas matahari di atas tampah ataupun para-para yang ditutupi kain hitam. Tempat penjemuran tidak boleh mengenai tanah minimal jaraknya ± 4 cm dari permukaan tanah (Sofianna & Yuliani, 2009. ¶ 4).

Cara mengonsumsi ekstrak jahe yaitu pemberian jahe secara per oral sebanyak 2 gr/hari sekali diminum saat 1 hari atau 2 hari sebelum menstruasi , atau saat 24 jam pertama menstruasi tergantung kapan dismenore timbul kemudian ditunggu reaksinya selama 15 menit untuk mengukur tingkat nyeri pada dismenore

(Hua. 2012).

C. Dasar Penelitian

Pada penelitian Hua (2012) yang bertujuan untuk menguji pengaruh ekstrak jahe terhadap penurunan dismenore primer pada mahasiswa keperawatan UNSOED tahun 2010-2012 dengan desain penelitian quasy eksperimen one group pretest and posttest dimana menggunakan satu kelompok yaitu kelompok intervensi. Jumlah responden 70 orang dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Variabal-variabel yang diteliti berupa karakteristik responden yaitu usia. Selain itu, dikukur pula skala nyeri haid sebelum intervensi dan sesudah intervensi.

Pada penelitian yang saya lakukan dengan tujuan menguji pengaruh ekstrak jahe terhadap penurunan dismenore primer pada mahasiswa kebidanan Poltekkes Medan dengan desain penelitian quasy eksperimen one group pretest and posttest

dimana menggunakan satu kelompok yaitu kelompok intervensi. Jumlah responden 35 orang dengan teknik pengambilan sampel total sampling. Variabel yang diteliti berupa skala nyeri haid sebelum dan sesudah intervensi.

(25)
(26)

BAB III

KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah uraian hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah penelitian (Notoatmodjo. 2010). Variabel dependen

dalam penelitian ini adalah dismenore primer pada Mahasiswa Tingkat I Akademi Kebidanan Poltekkes Medan, variabel independen adalah ekstrak jahe. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektifitas ekstrak jahe dalam mengurangi dismenore

primer. Penelitian ini terdiri dari satu kelompok yang diidentifikasi berdasarkan intensitas nyeri haid sebelum dan sesudah diberikan ekstrak jahe. Hasil yang diharapkan adalah ekstrak jahe memiliki pengaruh dalam menurunkan dismenore

primer.

Variabel independen Variabel dependen

Skema. 1. Kerangka konsep

B. Hipotesis

Hipotesa penilaian ini adalah hipotesa alternatif yaitu ada pengaruh ekstrak jahe terhadap penurunan dismenore primer pada Mahasiswa Tingkat I Akademi Kebidanan Poltekkes Medan.

Dismenore primer pada Mahasiswa Tingkat I

Akademi Kebidanan Kebidanan Poltekkes

(27)

C. Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi variabel Cara ukur Hasil ukur Skala ukur 1 Dismenore

primer

Rasa nyeri yang menyertai

menstruasi tanpa penyebab patologi sewaktu 1-2 hari sebelum

menstruasi atau 1

hari saat menstruasi pada Mahasiswa Tingkat I Akademi Kebidanan Poltekkes Medan yang diukur sebelum dan sesudah meminum ekstrak jahe Observasi dengan lembar penilaian skala NRS

Nilai nyeri yang dirasakan responden yang digambarkan dengan angka

0 = tidak nyeri

1-3 = nyeri ringan

4-6 = nyeri sedang

7-10 = nyeri berat

Rasio

2 Ekstrak jahe

Ekstrak jahe yang terbuat dari jahe merah segar sebanyak ±800 gr

(28)

menjadi bubuk jahe dengan menggunakan

blender kemudian direndam dalam larutan etanol

95%, disaring, dan digunakan

rotary evaporator

untuk

mendapatkan ekstraknya yang diberikan kepada responden

sebanyak 2 gr pada satu kali pemberian saat

[image:28.595.131.531.57.658.2]

dismenore mulai dirasakan yaitu 24 jam pertama menstruasi

(29)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan desain Quasi Experiment, dimana peneliti melakukan penelitian hanya pada satu kelompok intervensi yang diukur sebelum dan sesudah diberi ekstrak jahe.

Pretest Perlakuan Postest

Skema 2. Desain penelitian

Keterangan :

01 : Pengukuran nyeri sebelum diberi ekstrak jahe (pretest)

X : Perlakuan dengan diberi ekstrak jahe

02 : Pengukuran nyeri setelah diberi ekstrak jahe (posttest)

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh Mahasiswa Tingkat I Akademi Kebidanan Poltekkes Medan yang mengalami dismenore primer sebanyak 35 orang.

(30)

2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dengan cara total sampling yaitu 35 orang. Kriteria inklusi yang menjadi responden yaitu:

a. Bersedia menjadi responden

b. Responden yang sudah menarche 3 tahun yang lalu c. Belum menikah

d. Memiliki siklus mensruasi yang teratur

e. Tidak mengonsumsi obat pereda nyeri NSAID pada saat penelitian f. Tidak memiliki penyakit dalam sistem reproduksi

C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di asrama putri Akademi Kebidanan Poltekkes Medan jalan. Jamin Ginting km 13,5 kelurahan Laucih Kecamatan Medan Tuntungan karena sampel memenuhi kriteria penelitian.

D. Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai dari bulan Oktober 2013 – Juni 2014 yang meliputi pengajuan judul, penelusuran pustaka, bimbingan proposal, seminar proposal, pengumpulan data, analisis data hingga seminar hasil penelitian.

E. Pertimbangan Etik Penelitian

(31)

penelitian, peneliti memberikan penjelasan kepada calon responden tentang maksud, tujuan, dan proses penelitian serta dampak yang terjadi selama dan setelah penelitian. Responden yang menolak berpartisipasi, maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-haknya tanpa ada tekanan fisik atau psikologis. Responden yang setuju menjadi responden sangat dijaga kerahasiaan datanya oleh peneliti dengan tidak mencantumkan nama, hanya mencantumkan inisial nama pada masing-masing lembar kuesioner. Kerahasiaan data responden dijamin oleh peneliti dan hanya data-data tertentu saja yang ditampilkan dalam hasil penelitian. Setelah responden memahami serta menerima maksud dan tujuan peneliti maka responden diminta untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent).

F. Instrumen Penelitian

Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan lembar observasi sebagai instrument penelitian dan alat ukur yang digunakan yaitu skala nyeri Numeric Rating Scale (NRS).

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

Valid adalah bahwa instrumen sebagai alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Sedangkan reliable artinya instrumen sebagai alat ukur dapat memperoleh hasil ukur yang ajeg (consistant) atau tetap asas. Peneliti menggunakan skala nyeri NRS sebagai instrument penelitian yang sudah teruji validitas dan

reliabilitasnya sehingga peneliti tidak lagi melakukan uji validitas dan reliabilitas. H. Pengumpulan Data

(32)

(informed consent) kepada responden sebagai bukti bahwa responden bersedia menjadi berpartisipasi menjadi sampel penelitian. Saat diidentifikasi jadwal menstruasi masing-masing responden, sebagian besar responden sejumlah 18 orang mengatakan jadwal menstruasi berkisar di pertengahan bulan, 7 orang di awal bulan, 4 orang di akhir bulan, dan selebihnya tidak mengingat jadwal menstruasi.

Dismenore timbul pada 24 jam pertama ketika responden menstruasi. Setiap responden memberikan kontak nomor yang bisa dihubungi agar responden dapat langsung memberitahu saat responden mulai merasakan dismenore. Pada awal pertemuan, peneliti menjelaskan proses selama penelitian berlangsung. Peneliti memberikan lembar pengukuran NRS (Numeric Rating Scale) untuk memilih salah satu angka dari skala tersebut sesuai dengan tingkat nyeri yang dirasakan. Kemudian memberikan ekstrak jahe sebayak 2 gr dan menunggu reaksinya selam 15 menit. Setelah 15 menit, responden memilih kembali angka pada lembar NRS. Peneliti memilih mahasiswa selain responden untuk dapat membantu peneliti dalam mengumpulkan data. Mahasiswa tersebut adalah Andini tingkat II yang sudah dilatih sebelumnya bagaimana prosedur mengumpulkan data mulai dari cara memberikan ekstrak jahe dan lembar NRS. Peneliti membutuhkan asisten hanya ketika peneliti tidak memiliki waktu untuk berkunjung ke asrama di saat responden mengalami

dismenore.

I. Analisa Data

(33)

data dimulai dari editing dimana hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum

editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner tersebut.

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan

pengkodean atau coding, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Kemudian dilakukan data entry yaitu memasukkan data dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode (angka atau huruf) ke dalam program atau software komputer. Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi yang disebut dengan pembersihan data (cleaning). Setelah itu, data dianalisa dengan program komputer untuk memperoleh hasil penelitian yang telah dirumuskan dalam tujuan penelitian, membuktikan hipotesis-hipotesis penelitian yang telah dirumuskan, dan memperoleh kesimpulan secara umum dari penelitian. Analisa data dilakukan secara 2 tahap yaitu :

a. Analisa Univariat

(34)

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat untuk menguji efektivitas ekstrak jahe dalam menurunkan

dismenore primer. Dalam menganalisa data secara bivariat, pengujian data dilakukan dengan menggunakan uji statistik t-dependen yakni membandingkan data sebelum dan sesudah diberikan ekstrak jahe, dan diperoleh nilai mean perbedaan pratest dan

posttest. Data bersifat numerik dicari beda mean standard deviasi. Taraf signifikansi

95% (α = 0,05). Pedoman dalam menerima hipotesis: apabila nilai probabilitas (p) ‹

(35)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang efektifitas ekstrak jahe dalam menurunkan dismenore primer pada Mahasiswa Tingkat I yang dilakukan di Akademi Kebidanan Poltekkes Medan. Jumlah sampel sebanyak 35 orang, sampel diberikan jahe saat mengalami dismenore.

1. Analisa Univariat

Analisa univariat ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat nyeri haid masing- masing responden sebelum dan sesudah diberi ekstrak jahe. Rata- rata nyeri haid sebelum diberi ekstrak adalah 7,34 dengan standar deviasi 1,259, tingkat nyeri haid tertinggi adalah 9 dan terendah 5 (95% CI) . Rata-rata nyeri haid sesudah diberi ekstrak jahe adalah 2,57 dengan standar deviasi 1,092, tingkat nyeri haid tertinggi adalah 5 dan terendah 1(95% CI). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1

Distribusi responden berdasarkan tingkat nyeri haid sebelum dan sesudah diberi ekstrak jahe pada mahasiswa tingkat I Akademi Kebidanan Poltekkes Medan

tahun 2014 (n=35)

Variabel Mean SD 95% CI

Maks Min - Nyeri haid sebelum diberi ekstrak

jahe

7,34 1,259 9 5

- Nyeri haid sesudah diberi ekstrak jahe

(36)

2. Analisa Bivariat

[image:36.595.122.513.418.572.2]

. Rata- rata nyeri haid sebelum diberi ekstrak adalah 7,34 dengan standar deviasi 1,259 dan rata-rata nyeri haid sesudah diberi ekstrak jahe adalah 2,57 dengan standar deviasi 1,092. Nilai rata-rata perbedaan sebelum diberi ekstrak jahe dengan sesudah diberi ekstrak jahe adalah 4,771 dengan beda standar deviasi 0,93. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,000 maka dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan ekstrak jahe dalam menurunkan dismenore primer. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.2

Tabel 5.2

Pengaruh ekstrak jahe terhadap penurunan dismenore primer

pada mahasiswa tingkat I Akademi Kebidanan Poltekkes Medan tahun 2014 (n=35)

Variabel Mean SD beda mean beda SD P value

- Nyeri haid

sebelum diberi ekstrak jahe

7,34 1,259

4,771 0,973 0,000

- Nyeri haid

sesudah diberi ekstrak jahe

(37)

B. Pembahasan

Pada pembahasan akan diuraikan tentang hasil penelitian dan membandingkan penelitian ini dengan literature.

1. Interpretasi dan Diskusi Hasil

a. Tingkat nyeri haid (dismenore primer)

Dari hasil uji statistik diperoleh skala nyeri haid maksimal sebelum diberi ekstrak jahe adalah 9 dan skala nyeri haid minimal 5. Skala nyeri haid maksimal sesudah diberi ekstrak jahe adalah 5 dan skala nyeri haid minimal 1. Hal ini menunjukkan terjadi penurunan tingkat nyeri haid yang dirasakan responden setelah diberi ekstrak jahe. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang menyebutkan bahwa jahe yang diekstraksi cukup efektif menghilangkan radang dan nyeri ringan hingga sedang (Hawarti, 2010. ¶ 3). Ekstrak jahe dapat mengurangi produksi sitokin yaitu zat kekebalan tubuh yang mempunyai efek samping mengakibatkan inflamasi sehingga timbul nyeri dan jahe merupakan obat alami yang berfungsi sebagai antiinflamasi dan aman dikonsumsi. Ekstrak jahe telah lama digunakan dalam praktik pengobatan tradisional dalam memngurangi inflamasi karena zat bioaktif jahe mampu menekan biosintesis prostaglandin (Bachtiar, 2010)

b. Pengaruh ekstrak jahe dalam menurunkan dismenore primer

(38)

0,01 yang berarti ada pengaruh ekstrak jahe dalam mengobati dismenore primer (Jianjun, Jijun, & Yanfen. 2003).

Yan dan Jing (2006) mengatakan bahwa jahe moksibusi adalah terapi efektif dan aman dalam mengurangi dismenore yang dibuktikan dari 100 responden dan hasil penelitian menunjukkan 46% sangat efektif, 43% efektif, dan 11% tidak efektif. Jahe memiliki senyawa bioaktif yaitu gingerol yang bersifat anti inflamasi

(peradangan) guna meredakan nyeri saat menstruasi (Hernani & Winarti, 2011. ¶ 9). Pengambilan senyawa gingerol didapatkan dari rimpang jahe segar yang dikeringkan dan diolah sehingga didapatkan ekstrak jahe (Michael, et al. 2009).

Ozgoli, Goli, dan Moattar (2009) mengatakan bahwa jahe memiliki keefektifan yang sama dengan obat NSAID (Nonsteroid Anti Inflammatory Drugs ) seperti asam mefenamat dan ibuprofen dalam menurunkan nyeri haid. Saat nyeri haid timbul, prostaglandin dibentuk lebih banyak di endometrium sehingga mengakibatkan kontraksi yang kuat pada miometrium sehingga nyeri dirasakan. Obat NSAID hanya bekerja pada satu tingkat untuk memblokir pembentukan senyawa

inflamasi. Jahe juga memiliki efek antioksidan untuk memecah inflamasi yang ada dan keasaman dalam cairan di dalam sendi (Burner, 2012. ¶ 8). Penelitian Altman (2011) selama 3 minggu sebanyak 261 responden yang mengalami nyeri sendi atau

osteoarthritis pada lutut menghasilkan bahwa jahe dan lengkuas yang diekstrak cukup efektif mengatasi rasa nyeri pada OA lutut ringan hingga sedang.

(39)

yang kuat sehingga terasa nyeri. Senyawa gingerol dalam jahe bersifat anti inflamasi

atau penghilang rasa sakit. 2. Keterbatasan Penelitian

(40)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Rata- rata nyeri haid sebelum diberi ekstrak adalah 7,34 dengan standar deviasi 1,259, skala nyeri haid maksimal adalah 9 dan minimal 5 . Rata-rata nyeri haid sesudah diberi ekstrak jahe adalah 2,57 dengan standar deviasi 1,092, skala nyeri haid maksimal adalah 5 dan minimal 1.

2. Nilai rata-rata perbedaan sebelum diberi ekstrak jahe dengan sesudah diberi ekstrak jahe adalah 4,771 dengan beda standar deviasi 0,93.

3. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,000, maka dapat disimpulkan bahwa terapi ekstrak jahe mempunyai pengaruh yang signifikan dalam menurunkan dismenore

primer. B. Saran

1. Bagi Pendidikan Kebidanan

Penelitian membuktikan bahwa ekstrak jahe dapat menurunkan dismenore

primer. Oleh karena itu, penelitian ini dapat menjadi informasi dan perkembangan ilmu pengetahuan kebidanan akan manfaat terapi ekstrak jahe terhadap dismenore

primer.

2. Bagi Pelayanan Kebidanan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan intervensi sebagai pengobatan alternatif untuk menurunkan dismenore primer.

3. Bagi Penelitian Kebidanan

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Altman, R. D. 2011. Effect of a Ginger Extract on Knee Pain in Patient With Osteoarthritis, Arthritis, & Rheumatic. 44 (11). Pubmed Database

Arsani, N.K, Agustini, N.M, & Purnomo, I.K. (2013). Peranan Program PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja) Terhadap Kesehatan Reproduksi Remaja Di Kecamatan Buleleng. ISSN, 2 (1).

Azifah, N. (2010). Efek Analgesik NSAID Terhadap Volume Darah Menstruasi Penderita Dismenorea Primer Pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2007 Hingga 2009 :Universitas Sumatera Utara.

Bachtiar, A. 2010. Pengaruh Ekstrak Jahe (Zingiber Officinale) terhadap Tanda dan Gejala Osteoarthritis pada Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Pandanwangi Malang. Depok : Universitas Indonesia

Burner, F. (2012). Jahe Lebih Baik daripada Obat Anti Nyeri. Sehat Online

Hawarti. (2010). T. Khasiat Jahe Bagi Kesehatan Tubuh Manusia. retrived from (Accessed: 20 Nopember 2013 8:05 pm).

Hay, W.W., Hayward, A.R., Levin, M.J., & Sondheimer, J.M. (2003). CURRENT Pediatric Diagnostic & Treatment. 16th ed. USA: LANGE medical book.

Hernani & Winarti. (2011). C. Kandungan Bahan Aktif Jahe dan Pemanfaatannya dalam Bidang Kesehatan : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.

Hua. 2012. Efektifitas Minuman Jahe dalam Mengurangi Rasa Nyeri Dismenore Primer pada Mahasiswi Keperawatan. Purwokerto. Universitas Jenderal Sudirman Imamah. (2009). Perempuan dan Kesehatan Reproduksi. Jurnal Kesetaraan dan Keadilan Gender, 4 (2).

Impey, L. (2008). Obstetric and Gynaecology. 3rd ed. Oxford: Wiley-Blackwell. Kliegman, R.M., Behrman, R.E., Jenson, H.B., Stanton, B.F. (2007). Nelson Textbook Of Pediatric. Philadephia: Saunders.

Lakesma. (2012). Kok Bisa Sih Nyeri Haid (Dysmenorrhea) ? : FK UB

Moeliono, M.A. (2008). Modalitas Fisik dalam Penatalaksanaan Nyeri. Bandung: PIT IDI.

(42)

Ozgoli, Goli, & Moattar. 2009. Nursing and Midwifery Medical Sciences.

Comparison of Effect of Ginger, Mefenamis Acid, and Ibuprofen on Pain in Women with Primary Dysmenorrhea. ed ke 15

Perry, Potter. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep. Proses, dan Praktik. ed. ke 4. Jakarta : EGC

Pritcbard, J.A., MacDonald, P.C., & Gant, N.F. (1991). Obstetric Williams. ed. ke 17. Surabaya:Airlangga University Press.

Rees, M., Hope, S., Oehler, M.K., Moore, J., & Crawford, P. (2008). Problem Solving in Women’s Health. UK : Marston Book Services.

Septiani, I. (2011). Intensitas Nyeri dan Perilaku Nyeri pada Pasien Pasca Bedah ORIF di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan : Universitas Sumatera Utara.

Tim Lab IPB. (2011). Metodologi Penelitian. Bogor Agricultural University. Tim Lab IPB. (2011). Metodologi Penelitian. Bogor Agricultural University.

Tim TPC. (2011). Tanaman Obat Herba Berakar Rimpang. USAID: Bogor Agricultural University.

(43)
(44)

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN

Assalamualaikum Wr. Wb

Dengan Hormat,

Nama Saya Juliana Heppy Tanjung, sedang menjalani pendidikan di program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “Efektifitas Ekstrak Jahe dalam Menurunkan Dismenore Primer pada Mahasiswa Tingkat I Akademi Kebidanan Poltekkes Medan”.

Tujuan diberikan ekstrak jahe untuk mengurangi nyeri daerah punggung atau paha bagian dalam (dismenore) yang dirasakan responden.

Kami akan melakukan observasi terstruktur kepada saudari tentang :

a. Tingkat nyeri sebelum diberikan ekstrak jahe b. Tingkat nyeri setelah diberikan ekstrak jahe

Partisipasi saudari dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Setiap data yang ada dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan peneliti. Untuk penelitian ini saudari tidak akan dikenakan biaya apapun. Bila saudari membutuhkan penjelasan , maka dapat menghubungi saya:

a. Nama : Juliana Heppy Tanjung

(45)

Terima kasih saya ucapakan kepada saudari yang telah ikut berpartisipasi pada penelitian ini. Keikutsertaan saudari dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan. Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan saudari bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah kami siapkan.

Medan, 2014

Peneliti

(46)

Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama :

Umur : Alamat : Telp/HP :

Setelah mendapat penjelasan dari penelitian tentang “Efektifias Ekstrak Jahe dalam Menurunkan Dismenore Primer”. Maka dengan ini, saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, 2014

(47)

Lampiran 4 LEMBAR OBSERVASI No. Responden Nama Inisial Skala nyeri

Pretest Postest

1 Sdr. No 8 3

2 Sdr. Ra 6 2

3 Sdr. Ir 6 1

4 Sdr. Rm 7 2

5 Sdr. It 9 4

6 Sdr. Rn 9 3

7 Sdr. Pu 6 1

8 Sdr. My 7 2

9 Sdr. Ln 8 3

10 Sdr. An 8 2

11 Sdr. Ma 6 1

12 Sdr. Me 5 1

13 Sdr. En 9 4

14 Sdr. Rs 9 5

15 Sdr. Kn 9 3

16 Sdr. Dw 8 2

17 Sdr. Mr 8 3

18 Sdr. Wn 8 4

19 Sdr. As 7 3

20 Sdr. Md 7 2

21 Sdr. Nr 6 4

22 Sdr. Rz 8 3

23 Sdr. Nt 8 4

24 Sdr. Nl 8 1

25 Sdr. Vr 5 3

26 Sdr. Ri 5 3

27 Sdr. Im 6 3

(48)

29 Sdr. Ni 7 2

30 Sdr. Ys 8 3

31 Sdr. Sf 7 1

32 Sdr. Nd 7 1

33 Sdr. Ma 8 2

34 Sdr. Ev 9 4

35 Sdr. Mo 9 3

(49)

Lampiran 5

No. responden : Nama inisial :

Prosedur Mengukur Nyeri pada Dismenore

1. Defenisi : Kram menstruasi yang menyebar ke daerah punggung atau paha bagian dalam disertai efek samping seperti muntah, diare, sakit kepala, sinkop, dan nyeri kaki

2. Tujuan : Untuk mengetahui tingkat nyeri pada dismenore sebelum dan sesudah intervensi

3. Alat : Skala Numeric Rating Scale (NRS)

Keterangan : 0 : tidak nyeri 1-3 : nyeri ringan 4-6 : nyeri sedang 7-10 : nyeri berat 4. Prosedur :

a. Sebelum intervensi, responden menentukan tingkat nyeri yang dirasakannya pada skala NRS (pretest).

b. Responden meminum ekstrak jahe (intervensi).

(50)

Lampiran 6

Cara Membuat dan Mengonsumsi Ekstrak Jahe

1. Cara membuat ekstrak jahe

a. Jahe merah segar ditimbang sebanyak ±800 gram. b. Jahe dipotong tipis-tipis.

c. Jahe dikeringkan dengan cara dijemur di panas matahari tanpa tersentuh tanah secara langsung minimal jaraknya ±4 cm

d. Jahe dihaluskan dengan blender.

e. Bubuk jahe direndam dalam larutan etanol 95% dengan perbandingan bubuk jahe : etanol sebesar 1 : 4.

f. Filtrat jahe disaring dengan pompa vakum

g. Kemudian dipekatkan dengan rotary evaporator pada kecepatan 80 rpm dan suhu 50’C untuk mendapatkan ekstraknya yaitu oleoresin jahe yang kental, pekat, dan berwarna kecoklatan.

2. Cara mengonsumsi ekstrak jahe

(51)
(52)
(53)

Gambar

Tabel 1.1. Defenisi operasional
Tabel 5.2

Referensi

Dokumen terkait

Frasa tersebut menjelaskan dan memiliki hubungan dengan sesuatu yang dirasakan oleh penulis yang berupa bentuk kesedihan atau kekecewaan tentang apa yang telah terjadi dan dialami

disebut sosiologi sastra. Dalam hal ini, pendekatan sosiologi sastra yang digunakan yaitu pendekatan yang mengutamakan teks sastra atau karya sastra sebagai

Dari hasil penyelesaian model awal program linier ini didapatkan hasil bahwa nilai optimal tiap harinya untuk produk bakso dengan kemasan isi 20 butir sebesar 34 bungkus

Dan dari daya tahan nya juga bermasalah terutama pada � rambut � nya yang sering mudah patah, seringkali menjadi bahan penggangu sistem filtrasi yang lain misalkan pompa.</p>

1 Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 13-14 Juli 2015.. Akhirnya diatas tanah wakaf tersebut dibangunlah mesjid dari bahan kayu dengan nama Adabul Hafazhah,

Media yang dikembangkan bernilai valid dan layak untuk digunakan pada kegiatan pembelajaran dimana penilaian Media Pembelajaran Matematika oleh validator diperoleh

(2) Tarif jasa layanan di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat se bagaimana dimaksud pada ayat ( 1) ditetapkan dalam kontrak kerja sama

 Mahasiswa diminta untuk menulis laporan kunjungan ke media cetak lokal  Laporan diketik dengan spasi 1,5, Times New Roman, font 12, dijilid  Laporan dikumpulkan pada