• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan Isolat Bakteri Rumen Pencerna Serat dan Karakteristik Fermentasinya dalam Media yang Disuplementasi Mineral

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pertumbuhan Isolat Bakteri Rumen Pencerna Serat dan Karakteristik Fermentasinya dalam Media yang Disuplementasi Mineral"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN ISOLAT BAKTERI RUMEN PENCERNA

SERAT DAN KARAKTERISTIK FERMENTASINYA

DALAM MEDIA YANG DISUPLEMENTASI

MINERAL

SKRIPSI

RIZKINIA GUNARSIH

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

i  

RINGKASAN

RIZKINIA GUNARSIH. D24062825. 2010. Pertumbuhan Isolat Bakteri Rumen Pencerna Serat dan Karakteristik Fermentasinya dalam Media yang Disuplementasi Mineral. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Prof. Dr. Ir. Toto Toharmat, M. AgrSc. Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Dwierra Evvyernie A, MS., MSc.

Mikroba rumen sangat penting dalam proses pencernaan pakan dan penyediaan protein pada ruminansia. Pertumbuhan mikroba dalam rumen sangat tergantung pada ketersediaan, baik jumlah maupun kualitas nutrien dalam pakan. Laju aktivitas selulolitik mikroba rumen ternak kerbau (43,2%/hari) lebih tinggi dibandingkan dengan ternak sapi (6,3%/hari). Ketersediaan mineral dalam pakan ruminansia sangat mempengaruhi pertumbuhan mikroba dan induk semangnya. Upaya meningkatkan produksi ternak sering dilakukan melalui peningkatan pertumbuhan dan aktifitas mikroba rumen melalui penambahan mineral. Penelitian ini bertujuan untuk menyeleksi isolat bakteri rumen kerbau yang mampu hidup dalam berbagai jenis media yang mengandung berbagai jenis mineral berkonsentrasi tinggi dan mengkaji kemampuan fermentabilitas isolat bakteri tersebut di dalam rumen secara in vitro dengan substrat serat yang berbeda.

Penelitian ini terdiri dari 3 percobaan. Percobaan 1 dilakukan pemilihan isolat bakteri berdasarkan produksi bahan kering sel bakteri dan data dari penelitian sebelumnya dari 12 isolat bakteri menjadi 6 isolat bakteri terpilih. Percobaan 2 yaitu pertumbuhan keenam isolat bakteri terpilih sebagai perlakuan di dalam calf starter bermineral Co, Cu, Zn, dan Mn tinggi dengan mengukur produksi bahan kering sel bakteri, dan pH. Percobaan 3 dilakukan evaluasi pengaruh penambahan mineral organik sebagai produk Isolat terhadap fermentabilitas In Vitro Jerami padi (JP) dan rumput gajah (RG) dengan 4 perlakuan (JP=jerami padi, JP+OR=jerami padi+mineral organik, JP+SU=jerami padi+susu, dan JP+MIX=jerami padi+premix), begitu pula dengan rumput gajah. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tabung reaksi, sumbat karet, isolasi panviks, label, cawan Conway, tabung fermentor, pipet, magnetic stirrer, tabung destilasi, labu Erlenmeyer, tabung hungate, botol film, gelas piala, autoclave, penangas air, termos, shaker water bath, oven 1050C, cawan porselen, eksikator, timbangan, tabung gas CO2, botol selai, buret, Co-klorida, Cu-sulfat, susu, pakan starter, 12 isolat bakteri, brain heart infusion (BHI), larutan McDougall, rumput gajah, jerami padi, cairan rumen, asam borat, larutan HgCl2, larutan Na2CO3 jenuh, larutan H2SO4, vaselin, dan gas CO2. Rancangan percobaan yang digunakan untuk ketiga percobaan ialah sama yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) sebanyak 3 ulangan.

(3)

ii  

sel bakteri berkisar 0,5–5,50 mg/ml. Lain halnya dengan pertumbuhan isolat bakteri pada media bermineral Co, isolat bakteri pencerna serat tersebut memiliki kemampuan yang berbeda (P<0.05) pada media BHI bermineral Cu. Kadar pH dalam media BHI menunjukkan hasil yang sama. Kisaran pH yang dihasilkan sebesar 5,00-6,87. Jumlah bakteri dalam media BHI menunjukkan hasil yang berbeda (P<0,05) pada mineral Co, Cu, dan Zn, sedangkan pada mineral Mn tidak berbeda nyata. Keenam isolat bakteri dalam calf starter memiliki respon yang tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap penambahan mineral Co, Cu, Zn, dan Mn tinggi dalam produksi BK sel isolat bakteri. Nilai pH dalam media calf starter perlakuan menunjukkan perbedaan yang nyata pada mineral Co. Kisaran pH dalam media calf starter berkisar antara 7,30-8,93. Jumlah bakteri dalam media calf starter menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Hal ini dapat dikarenakan keenam isolat bakteri memiliki kemampuan yang sama, baik dalam memanfaatkan nutrien pakan maupun daya adaptasi terhadap media tersebut.

Konsentrasi NH3 pada jerami padi baik yang diberikan tanpa penambahan mineral organik maupun dengan penambahan mineral organik didapatkan hasil yang berbeda (P<0,05). Jerami padi dengan penambahan mineral organik (JP+OR) menunjukkan nilai konsentrasi NH3 lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain. Kisaran NH3 yang dihasilnya adalah 4-23 mM. Konsentrasi NH3 pada substrat rumput gajah menunjukkan hasil yang berbeda nyata setelah 30 menit diinkubasi. Konsentrasi NH3 pada rumput gajah dengan penambahan mineral organik memiliki nilai yang lebih besar. Kisaran konsentrasi NH3 yang dihasilkan adalah 2-27 mM. Konsentrasi VFA pada jerami padi dengan atau tanpa penambahan mineral organik menunjukkan hasil yang sama. Hal ini menggambarkan bahwa penambahan mineral organik pada substrat jerami padi tidak berpengaruh terhadap fermentabilitas pakan karena secara keseluruhan nilai VFA rendah. Kisaran nilai konsentrasi VFA yaitu 43-120 mM. Konsentrasi VFA pada rumput gajah menunjukkan hasil yang berbeda nyata setelah diinkubasi selama 4 jam. Kisaran VFA yang dihasilkan adalah 57-221 mM. Konsentrasi NH3 dan VFA rumput gajah lebih tinggi dibandingkan dengan jerami padi. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kualitas rumput gajah yang lebih baik dibandingkan jerami padi. Isolat bakteri menunjukkan kemampuan adaptasi yang bervariasi terhadap kadar mineral Co, Cu, Zn, dan Mn yang tinggi. Isolat bakteri yang mampu tumbuh dengan baik dalam media BHI ialah isolat B, C, E, F, G, dan L. Keenam isolat bakteri terpilih lebih mampu tumbuh baik di dalam media susu bermineral tinggi daripada media calf starter bermineral tinggi. Isolat bakteri yang digunakan dapat berperan sebagai carrier mineral konsentrasi tinggi (Co, Cu, Zn, dan Mn). Penambahan mineral organik produk isolat berpotensi meningkatkan aktifitas mikroba rumen berdasarkan konsentrasi NH3 dan VFA yang diperoleh.

(4)

iii  

ABSTRACT

Growth of Cellulolitic Rumen Bacteria Isolates and Their Fermentative Characteristics in Media Supplemented with Mineral

Gunarsih, R., T. Toharmat, and D. Evvyernie

Rumen microbes have important roles in digestion of feed components in ruminant. The activities of microbes can be increased by dietary minerals supplementation. However, the response of cellulolitic bacteria on high concentration of mineral and the role of cellulolitic bacteria in utilization of inorganic minerals is unclear. This experiment aimed to evaluate the capability of sellulolitic bacteria isolates to adapt in media containing high cobalt (Co), cuprum (Cu), zinc (Zn), or manganese (Mn) content. Three experiments were conducted: (1) Identification of adaptation capability of bacteria isolates in media containing 18.33 ppm Co; 5.39 ppm Cu; 18.38 ppm Zn; or 1176.5 ppm Mn; (2) Incubation of six bacteria isolates in milk or calf starter as medium containing 3.74 ppm Co, 1.09 ppm Cu; 3.68 ppm Zn; or 235.3 ppm Mn; (3) Evaluation of in vitro fermentability of rice straw and elephant grass in media contaning organic mineral produced from incubation of bacteria isolates in media supplemented Co, Cu, Zn, or Mn. The treatments were: (1) JP (rice straw), JP+OR (rice straw + organic minerals), JP+SU (rice straw + milk), and JP+MIX (rice straw + premix), (2) RG (elephant grass), RG+OR (elephant grass + organic minerals), RG+SU (elephant grass + milk), and RG+MIX (elephant grass + premix). Data observed were the dry cell of bacteria, pH, bacteria population, NH3 and volatile fatty acids concentration. The result showed that the bacteria isolates varied in their adaptability to media supplemented with Co, Cu, Zn, and Mn content. Milk was the best media to incubate sellulolitic bacteria isolates. Addition of organic mineral into the media of rice straw and elephant grass increased VFA and NH3 concentration. The conclusion was that the bacteria isolates were capable to adap to different concentration of minerals and convert them to organic minerals or bio-mineral that might increase rumen microbes activities and improved fermentability of feed incubated in the rumen liquid.

(5)

iv  

PERTUMBUHAN ISOLAT BAKTERI RUMEN PENCERNA

SERAT DAN KARAKTERISTIK FERMENTASINYA

DALAM MEDIA YANG DISUPLEMENTASI

MINERAL

RIZKINIA GUNARSIH D24062825

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(6)

v  

Judul : Pertumbuhan Isolat Bakteri Rumen Pencerna Serat dan Karakteristik Fermentasinya dalam Media yang Disuplementasi Mineral

Nama : Rizkinia Gunarsih

NIM : D24062825

Menyetujui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

(Prof. Dr. Ir. Toto Toharmat, M.AgrSc) (Dr. Ir. Dwierra Evvyernie A, MS., MSc.) NIP: 19590902 198303 1 003 NIP: 19610602 198603 2 001

Mengetahui: Ketua Departemen,

Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

(Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr.) NIP: 19670506 1991031 001

(7)

vi  

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 18 Agustus 1988 dari pasangan Bapak Gunawan dan Ibu Rohmah. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Penulis mengawali pendidikan dasarnya di Sekolah Dasar Bekasi Jaya Indah 2 Bekasi Timur pada tahun 1994 dan diselesaikan pada tahun 2000. Pendidikan lanjutan pertama dimulai oleh penulis pada tahun 2000 dan diselesaikan pada tahun 2003 di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SLTPN) 1 Bekasi. Penulis kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) PGRI 1 Bekasi pada tahun 2003 dan lulus pada tahun 2006.

(8)

vii  

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’aalamiin. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan rahmat-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Penelitian ini mengambil tema mengenai daya adaptasi mikroba rumen pencerna serat terhadap berbagai media yang berkadar mineral tinggi. Penelitian ini berjudul: Pertumbuhan Isolat Bakteri Rumen Pencerna Serat dan Karakteristik Fermentasinya dalam Media yang Disuplementasi Mineral. Skripsi ini ditulis berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan mulai bulan Agustus - November 2009 bertempat di Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Perah, Departemen Ilmu

Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyeleksi isolat bakteri rumen kerbau yang mampu hidup dalam berbagai jenis media yang mengandung berbagai jenis mineral berkonsentrasi tinggi dan mengkaji kemampuan isolat bakteri tersebut di dalam memfermentasi komponen serat pakan in vitro. Isolat ini selanjutnya diharapkan dapat dijadikan kultur yang digunakan sebagai inokulan atau probiotik pada pedet atau ruminansia muda.

Penulis dengan rendah hati mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan untuk pembacanya.

Bogor, Agustus 2010

(9)
(10)

ix

Prosedur ... 16

Persiapan Sampel ... 16

Metode ... 16

Percobaan Tahap 1 ... 16

Pembuatan Media BHI Bermineral Tinggi ... 17

Peubah yang Diamati ... 17

Percobaan Tahap 2 ... 18

Pembuatan Media Calf Starter ... 18

Inokulasi Isolat Bakteri ... 18

Peubah yang Diamati ... 18

Percobaan Tahap 3 ... 19

Pembuatan Mineral Organik dengan Susu ... 19

Isolat Bakteri yang Digunakan ... 20

Pengukuran NH3 ... 20

Populasi Isolat Bakteri dalam Media BHI ... 24

Percobaan Tahap 2 ... 27

Produksi Bahan Kering Sel Bakteri dan Nilai pH Media Calf Starter ... 28

Populasi Isolat Bakteri dalam Media Calf Starter ... 28

(11)

x 4. Jumlah Bakteri Rumen (x 108/ml) pada Sapi dan Kerbau yang

Diberikan Pakan Berserat Tinggi ... 9 5. Produksi Bahan Kering (BK) Sel Isolat Bakteri pada Media

BHI yang Disuplementasi Mineral (mg/ml) ... 23 6. Nilai pH Media BHI yang Disuplementasi Mineral Setelah

Dinkubaskan Tiga Hari dengan 12 Isolat Bakteri ... 24 7. Jumlah Bakteri Berdasarkan Nilai Absorbansi (600 nm) dalam

Media BHI yang Disuplementasi Mineral ... 25 8. Populasi Bakteri Total (108 cfu/ml) dari Isolat Bakteri dalam

Media BHI yang Disuplementasi Mineral ... 26 9. Produksi Bahan Kering (BK) Sel Isolat Bakteri dalam Media

Calf Starter yang Disuplementasi Mineral (mg/ml) ... 27 10. Nilai pH dalam Media Calf Starter yang Disuplementasi

Mineral ... 28 11. Jumlah Bakteri dalam Media Calf Starter yang Disuplementasi

Berdasarkan Nilai Absorbansi (600 nm) ... 29 12. Populasi Bakteri Total (108 cfu/ml) dari Isolat Bakteri dalam

Media Calf Starter yang Disuplementasi Mineral ... 29 13. Konsentrasi NH3 pada Jerami Padi yang Difermentasi pada

Media Tanpa atau Ditambah Mineral Organik (mM) ... 31 14. Konsentrasi NH3 pada Rumput Gajah yang Difermentasi pada

Media Tanpa atau Ditambah Mineral Organik (mM) ... 31 15. Konsentrasi VFApada Jerami Padi yang Difermentasi pada

Media Tanpa atau Ditambah Mineral Organik (mM) ... 33 16. Konsentrasi VFA pada Rumput Gajah yang Difermentasi pada

Media Tanpa atau Ditambah Mineral Organik (mM) ... 33

(12)

xi DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

(13)

xii DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

1. ANOVA Kadar pH dalam Media Susu Bermineral Kobalt (Co) ... 44

2. Uji Kontras Ortogonal Kadar pH dalam Media Susu Bermineral Kobalt (Co) ... 44

3. Grafik Kadar pH dalam Media BHI ... 44

4. Grafik Produksi Bahan Kering Sel Isolat Bakteri dalam Media BHI 45

5. Grafik Jumlah Bakteri dalam Media BHI ... 45

6. Grafik Kadar pH dalam Media Calf Starter ... 45

7. Grafik Produksi Bahan Kering Sel Isolat Bakteri dalam Media Calf Starter ... ... 46

8. Jumlah Bakteri dalam Media Calf Starter ... 46

9. Grafik Konsentrasi NH3 pada Substrat Jerami Padi ... 46

10. Grafik Konsentrasi NH3 pada Substrat Rumput Gajah ... 47

11. Grafik Konsentrasi VFA pada Substrat Jerami Padi ... 47

12. Grafik Konsentrasi VFA pada Substrat Rumput Gajah ... 48

(14)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Mikroba rumen sangat penting dalam pencernaan pakan dan penyediaan

protein pada ruminansia. Pertumbuhan mikroba dalam rumen sangat tergantung pada

ketersediaan baik jumlah maupun kualitas pakan. Keberadaan mikroba khususnya

bakteri selulolitik dalam rumen memungkinkan ternak ruminansia mampu

memanfaatkan pakan berkadar serat kasar tinggi sebagai komponen utama pakannya.

Laju aktivitas selulolitik mikroba pada rumen ternak kerbau (43,2%/hari) lebih tinggi

dibandingkan dengan ternak sapi (6,3%/hari) (Suryahadi et al., 1996). Ketersediaan mineral termasuk salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba.

Upaya meningkatkan aktifitas rumen telah dilakukan dengan penambahan mineral

(Supriyati et al., 2000).

Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat dibutuhkan oleh

mahkluk hidup selain karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin dalam tubuh. Mineral

berdasarkan jumlah penggunaannya terdiri dari dua jenis, yaitu mineral makro dan

mineral mikro. Mineral makro merupakan jenis mineral yang dapat digunakan dalam

jumlah besar, sedangkan mineral mikro merupakan mineral yang dapat digunakan

dalam jumlah sedikit tetapi memiliki peran yang penting baik dalam proses

pertumbuhan maupun metabolisme tubuh ternak. Pemberian mineral mikro yang

berlebih dapat menyebabkan keracunan pada ternak, sebaliknya apabila defisiensi

dalam tubuh ternak dapat mengakibatkan kelainan. Pada ternak ruminansia kelebihan

atau defisiensi nutrien pakan akan mempengaruhi perkembangan mikroba rumen.

Oleh sebab itu, tingkat pengaruh dan daya tahan mikroba rumen terhadap pemberian

mineral mikro yang mengandung konsentrasi tinggi sangat diperlukan.

Unsur kobalt (Co) merupakan mineral esensial untuk pertumbuhan hewan,

dan merupakan bagian dari molekul vitamin B12 (Davis dan Mertz 1987; Arifin,

2008). Vitamin B12 dibutuhkan untuk metabolisme propionat dan pertumbuhan

mikroorganisme (McDowell et al., 1993), serta berperan dalam meningkatkan

kecernaan selulosa secara in vitro (Allen, 1986; Kincaid et al., 2003).

Tembaga (Cu) merupakan salah satu mineral yang sering dilaporkan defisien

pada ternak ruminansia (Underwood, 1971). Hal ini dapat disebabkan oleh adanya

(15)

2

mineral tersebut. Seng (Zn) merupakan komponen penting pada struktur dan fungsi

membran sel, berperan sebagai antioksidan, melindungi tubuh dari serangan lipid

peroksidase, dan berperan dalam sintesis dan transkripsi protein, serta berperan

dalam menstabilkan struktur protein, seperti insulin, alkohol dehidrogenase hati,

alkalin fosfat, dan superoksida dismutase (Brown et al., 2002). Mangan (Mn) adalah

mineral mikro esensial bagi ternak, terdapat terutama di hati, kulit, otot dan tulang

(Anggorodi, 1994).

Suplementasi mineral sudah umum dilakukan oleh peternak. Mineral yang

digunakan sebagai suplemen umumnya dalam bentuk anorganik. Informasi mengenai

kemampuan mikroba rumen dalam mengkonversi mineral anorganik ke dalam

bentuk organik dan perannya dalam penyerapan mineral masih terbatas. Oleh sebab

itu, diperlukan adanya suatu kajian yang dapat menjelaskan peran bakteri selulolitik

dalam memanfaatkan mineral organik dan pengaruh mineral tersebut terhadap

aktivitas mikroba di dalam rumen.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menyeleksi isolat bakteri rumen kerbau yang

mampu hidup dalam berbagai jenis media yang mengandung berbagai jenis mineral

berkonsentrasi tinggi dan mengkaji kemampuan isolat bakteri tersebut di dalam

(16)

3

TINJAUAN PUSTAKA

Mineral Cobalt (Co)

Mineral Co dengan bobot atom 58,9 termasuk dalam golongan VIII A pada

tabel periodik. Cobalt merupakan mineral mikro esensial dalam pakan ruminansia

untuk proses produksi vitamin B12 oleh mikroba rumen untuk memenuhi kebutuhan

bakteri pada ternak ruminansia dan induk semangnya (McDowell et al., 1993). Cobalt diserap dan diangkut melalui darah ke berbagai jaringan tubuh (Underwood

dan Suttle, 1999; Kincaid et al., 2003) yang dibutuhkan untuk metabolisme propionate dan pertumbuhan mikroorganisme (McDowell et al., 1993).

Pada ternak ruminansia, efisiensi produksi vitamin B12 (cobalamin) dari

mineral Co rendah, hanya sebesar 3 %; akan tetapi, efisiensi dapat meningkat sampai

13 % ketika konsumsi Co tinggi (Smith dan Marston, 1970; Kincaid et al., 2003). Liver mengandung Co dengan konsentrasi tinggi karena merupakan tempat

penyimpanan utama unsur tersebut (Underwood dan Suttle, 1999; Kincaid et al., 2003).

Mineral Tembaga (Cu)

Mineral Cu adalah salah satu mineral yang sering dilaporkan defisiensi pada

ternak ruminansia (Underwood, 1971). Defisiensi sekunder mineral mikro sering

dialami oleh ternak ruminansia walaupun ternak diberi suplemen mineral dalam

jumlah yang mencukupi kebutuhan (Kardaya et al., 2001). Di Australia, defisiensi Cu dikenal dengan nama “enzootic ataxia”, yang ditandai bahwa ternak mengalami

gangguan keseimbangan. Gangguan ini disebabkan pastura pada padang

penggembalaanya rendah kandungan Cu-nya, gejala kekurangan ini dapat dicegah

dengan pemberian garam Cu (McDowell et al., 1993). Sedangkan keracunan Cu yang kronis akan menyebabkan nekrosis pada sel hati, penyakit kuning, kehilangan

nafsu makan, dan kematian yang diawali dengan gejala koma (McDowell et al., 1993).

Fungsi biologis Cu antara lain berikatan dengan seruloplasmin dan dismutase

peroksida (Sutardi, 2001). Seruloplasmin berfungsi sebagai antioksidan, peredam

radikal bebas oksigen yang dihasilkan fagosit pada peradangan, sedangkan dismutase

(17)

4 menjadi peroksida hydrogen dan oksigen (Harmon dan Torre, 1997). Unsur Cu

diabsorbsi kurang baik oleh ruminansia (Kardaya, 2000). Hubungan Cu dengan

mineral essensial, antara lain bersifat sinergis terhadap unsur P, Fe, dan Co, serta

bersifat antagonistik terhadap unsur Ca, S, Zn, dan Mo (Georgievskii et al., 1982). Asosiasi Cu dengan protein atau asam amino dalam bentuk chelate atau kompleks

meningkatkan ketersediaan Cu (Kardaya et al., 2001). Kompleks-mineral organik makin diminati sebagai sumber mineral pada ternak karena potensi ketersediaan

biologisnya yang lebih tinggi daripada sumber mineral anorganik (Trihartanti, 2002).

Mineral Seng (Zn)

Unsur Zn mempunyai fungsi penting pada struktur dan membran sel, sebagai

antioksidan, dan melindungi tubuh dari serangan lipid peroksidase. Seng berperan

dalam regulasi gen terkait sintesis dan transkripsi protein. Pada suhu tinggi, hewan

banyak mengeluarkan keringat dan seng dapat hilang bersama keringat sehingga

perlu penambahan (Ahmed et al., 2002). Pemberian mineral Zn dapat memacu

pertumbuhan mikroba rumen (Muhtarudin dan Liman, 2006). Seng sebagai

metalloenzim yang melibatkan banyak enzim antara lain polimerase DNA, peptidase

karboksi A dan B dan posfatase alkalin. Aktivitas enzim-enzim tersebut akan

terganggu apabila terjadi defisiensi Zn. Di negara maju, suplementasi Zn dan Cu

digunakan untuk mengatasi mastitis pada sapi perah. Penyerapan Zn secara langsung

merupakan refleksi kebutuhan fisiologis akan Zn, baik pada anak maupun induk sapi

(Miller, 1970). Tingkat absorpsi Seng oleh ternak monogastrik dewasa adalah rendah

(7-15% dari konsumsi) berbanding terbalik dengan kandungannya dalam pakan.

Ternak ruminansia mengabsorbsi 20-40% (Tarmidi, 2008). Seng pakan dan pada

ternak muda absorpsinya lebih tinggi. Jika ruminansia muda mendapatkan ransum

dengan kandungan Zn yang sangat kurang, maka kadar Zn beberapa jaringan akan

turun, perubahan kadar jaringan tersebut berbeda-beda. Jika kekurangan sangat besar

maka akan terjadi penurunan Zn rambut, tulang, hati, paru-paru, ginjal, limpa,

pankreas dan plasma darah (Miller, 1970). McDonald et al. (1981) menyatakan bahwa kelebihan Zn kemungkinan dapat menyebabkan defisiensi mineral lain seperti

(18)

5

Mineral Mangan (Mn)

Mangan adalah zat mineral mikro esensial bagi unggas, terdapat terutama di

hati juga dialat-alat lainnya dan kulit, otot-otot serta tulang (Anggorodi, 1994).

Mangan diserap terutama di usus halus (Parakkasi, 1983) dan sebagian besar di

deodenum pada hewan monogastrik dan poligastrik (Georgievskii et al., 1982). Penyerapan mangan dari pakan adalah sangat rendah, rata-rata 2–5% dari intake pada

unggas, sedangkan pada ruminansia dewasa adalah 10–18%.

Mangan sulfat, mangan khlorida, mangan karbonat, kalium permanganat dan

mangan dioksida merupakan sumber mangan bagi ayam. Mangan sulfat merupakan

bentuk yang paling sering digunakan untuk melengkapi ransum unggas (Anggorodi,

1994).

Tabel 1. Dosis Maksimum dan Toksisitas Mineral untuk Mikroflora Rumen

Mineral Komponen Konsentrasi Maksimum

(µg/ml)

Sumber: Georgievskii et al. (1982)

Ransum Pemula (Calf Starter)

Pemberian hijauan atau konsentrat untuk pedet harus dilakukan secara

bertahap. Hal ini disebabkan adanya kebiasaan anak sapi yang lebih menyukai

makanan cair. Makanan padat yang diberikan pada pedet sering dikenal dengan

sebutan calf starter (ransum pemula). Ransum pemula yang diberikan biasanya berupa campuran dari berbagai jenis bahan pakan berenergi dan protein tinggi

(Parakkasi, 1999). Ransum pemula dapat terdiri dari jagung giling 38 65%, polar

28,98%, bungkil kedelai 28,98%, dan mineral mix 3,39% (Perdhanayuda, 2010).

Berdasarkan formulasi ransum tersebut, pedet sudah mendapatkan asupan pakan

yang mengandung energi dan protein tinggi serta mineral yang cukup. Ransum

(19)

6 dapat tumbuh baik dan sehat dibandingkan dengan pemberian pakan untuk ternak

dewasa.

Kualitas calf starter lebih baik dari kualitas konsentrat untuk sapi sapi dewasa dan dewasa. Konsentrat untuk sapi dewasa biasanya tersusun dari berbagai bahan

pakan biji–bijian dan hasil ikutan dari pengolahan hasil pertanian maupun industri.

Pemberian konsentrat dimaksudkan untuk mempercepat pertumbuhan sapi.

Pemberian pakan penguat berupa konsentrat harus memperhitungkan nilai

ekonomisnya. Pemberian konsentrat yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerugian

bila tidak diiringi peningkatan pertumbuhan yang sesuai (Parakkasi, 1999).

Kebutuhan pedet dengan bobot badan 100 kg (NRC, 2001), yaitu konsumsi

BK 3,1 kg/hari (2,5–3% BB); PK 16,3%; TDN 62,9%; Ca 25 g/hari dan P 11 g/hari.

Penelitian Veira et al. (1980), melaporkan kadar protein yang diberikan pada pedet adalah 9,9%-16,2%. Pemberian protein 9,9% menghasilkan keuntungan bobot hidup

sebesar 0,70 kg/hari dan pemberian protein 16,2% sebesar 1,22 kg/hari.

Susu

Susu segar adalah Susu adalah produk yang dihasilkan oleh glandula mamae

dan merupakan nutrisi bagi anaknya untuk mendapatkan imunitas pasif (Lestari, 2006).

Komponen terbesar dari susu adalah air dan sisanya terdiri dari lemak, dan bahan

kering tanpa lemak. Komponen lemak terbagi atas trigliserida dan komponen yang

larut dalam lemak. Bahan kering tanpa lemak terdiri atas vitamin B dan C, substansi

nitrogen, laktosa dan mineral. Selain itu, substansi nitrogen yang disebut pula

sebagai protein terbagi atas kasein, protein whey, dan nitrogen non protein. Susu

yang dihasilkan pada awal periode laktasi mempunyai kandungan bahan kering yang

tinggi. Susu diproduksi oleh glandula mammae dari kumpulan sel-sel epithelial sekretori

yang spesifik. Sel-sel ini membentuk struktur yang disebut alveoli. Sel-sel alveoli

dikelilingi oleh sel-sel kontraktil yang disebutt sel-sel myoepithelial (Lestari, 2006).

Sel-sel berkontraksi sebagai respon dari hormone yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitary

(20)

7 Tabel 2. Komposisi Nutrien Susu Sapi

Komponen Kandungan (%)

Serat Kasar Pakan dan Perannya

Menurut Sofyan et al. (2000), berdasarkan analisis Van Soest, bahan pakan dapat digolongkan menjadi bahan bermanfaat yaitu komponen isi sel seperti gula,

pati, pektin, non protein nitrogen (NPN), protein, lemak, mineral dan vitamin, serta

bahan yang agak sulit dimanfaatkan yang berupa dinding sel. Menurut Sutardi

(1980), dinding sel dapat dibagi menjadi fraksi yang larut dan tidak larut. Fraksi yang

larut sebagian besar terdiri atas hemiselulosa dan sedikit protein dinding sel. Fraksi

yang tidak larut adalah lignoselulosa yang lazim disebut Acid Detergent Fiber

(ADF), dan dari ADF dapat diperoleh selulosa dan lignin.

Serat kasar adalah fraksi dari karbohidrat yang tidak larut dalam basa dan

asam encer setelah pendidihan masing–masing 30 menit (Sofyan et al., 2000). Kandungan serat kasar yang tinggi akan menghambat gerak laju digesta di dalam alat

pencernaan (Winugroho et al., 1983). Kandungan serat kasar tersebut menyebabkan daya cerna karbohidrat maupun nutrien lainnya menjadi turun (Parakkasi, 1999).

Menurut Tillman et al. (1982), hasil akhir dari proses pencernaan golongan hemiselulosa dan selulosa berupa asam asetat, asam propionate dan asam butirat.

Fungsi hemiselulosa dan selulosa dalam saluran pencernaan tidak spesifik, tetapi

penting dalam meningkatkan gerak peristaltik pada pencernaan hewan golongan non

ruminansia, juga merupakan sumber energi dari mikroorganisme dalam lambung dan

sebagai bahan pengisi lambung. Golongan lignin tidak dapat dicerna dan tidak

memiliki hasil akhir dari proses pencernaan serta keberadaannya dapat menghambat

(21)

8

Jerami Padi

Jerami padi merupakan bagian dari batang tumbuhan tanpa akar yang

tertinggal setelah dipanen butir buahnya (Shiddieqy, 2005). Jerami padi pada

umumnya masih dipandang sebagai limbah pertanian yang kurang berguna dibanding

hijauan berkualitas rendah lainnya karena adanya faktor pembatas yaitu rendahnya

kandungan nutrien serta koefisien cernanya. Hogan dan Leche (1981), melaporkan

bahwa komponen jerami padi yang dapat dicerna secara in vitro hanya 45–50%. Jerami padi memiliki kandungan nutrisi yang rendah. Komposisi nutrien jerami padi

dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Komposisi Nutrien Jerami Padi

Komponen Selly (1994) Hanafi (2008)

Bahan Kering (%) 89,41 71,2

Bahan Organik (%) 88,31 -

Serat Kasar (%) - 40,45

Lignin (%) 3,74 -

TDN (%) - 56,46

Silika (%) 20,49 -

Protein Kasar (%) 8,63 5,47

Rumput Gajah

Berdasarkan taksonominya, rumput gajah digolongkan ke dalam division

Spermatophita, subdivisio Angiospermae, kelas Monocotyledonea, ordo Glumifora,

family Gramineae, subfamili Panicodea, genus Pennisetum dan spesies Pennisetum purpureum. Rumput gajah mengandung protein kasar 8,44% (Sugiarto, 2002). Menurut Sofyan et al. (2000), rumput gajah umumnya mengandung bahan kering (BK) yang rendah yaitu 12–18%. Serat kasar berkisar dari 26–40,5%, bahan ekstrak

tanpa nitrogen (BETN) sekitar 30,4–49,8% dengan kandungan lemak kasar 1,0–

(22)

9

Mikroba Rumen

Mikroba rumen yang bersifat anaerob adalah penting dalam proses fermentasi

rumen, karena dapat melakukan berbagai reaksi dan interaksi dengan makanan yang

dikonsumsi ternak, untuk menghasilkan nutrien yang dapat diserap dan selanjutnya

dapat dimanfaatkan oleh tubuh ternak. Selain sifatnya yang anaerob, mikroba rumen

juga memerlukan kondisi pH 5,7-7,3 dan suhu 38-41oC (Hoover dan Miller, 1992).

Jenis mikroba penting yang menghuni rumen adalah bakteri, protozoa dan fungi

(Preston dan Leng, 1987). Bakteri merupakan penghuni terbesar dalam rumen yaitu

1010-1012/ml cairan rumen, sedangkan populasi protozoa 105-106/ml cairan rumen

(Ogimoto dan Imai, 1981).

Sutardi (1977) menyatakan bahwa adanya bakteri dan protozoa yang hidup

dalam rumen menyebabkan ruminansia dapat mencerna bahan pakan yang

mengandung serat kasar tinggi. Berbagai jenis mikroorganisme yang masing-masing

memiliki produk fermentasi antara dan produk fermentasi akhir yang

bermacam-macam menyebabkan kehidupan di dalam rumen menjadi kompleks. Interaksi yang

luas antara mikroorganisme di dalam rumen adalah interaksi yang bersifat

ketergantungan, saling menguntungkan dan kompetitif.

Tabel 4. Jumlah Bakteri Rumen (x 108/ml) pada Sapi dan Kerbau yang Diberi Pakan Berserat Tinggi

Tabel 4 memperlihatkan bahwa jumlah total bakteri pada kerbau (18,45 x

108/ml) lebih besar dibandingkan dengan jumlah total bakteri pada sapi (11,62 x

108/ml). Hal tersebut menunjukkan bahwa bakteri selulolitik 2-3 kali lipat lebih besar

pada kerbau dibandingkan sapi. Persentase bakteri selulolitik pada sapi sebesar

22,2% dan pada kerbau 37,2% dari total bakteri. Pada percobaan in vitro pada berbagai kondisi menunjukkan bahwa pemecahan selulosa terjadi lebih awal pada

(23)

10

Bakteri Selulolitik

Guedon (2002) menyatakan bahwa mikroorganisme selulolitik berperan

penting dalam biosfer. Beberapa spesies bakteri hidup pada kondisi temperatur,

tekanan dan pH yang ekstrim. Habitatnya termasuk tanah, rawa, sungai, danau,

sedimen air laut, kayu, kapas, lumpur, silase, kompos, bahan sayuran yang

membusuk, tempat sumber air panas dan tempat sumber asam maupun sumber

alkalin.

Menurut Beguin dan Aubert (1992), bakteri selulolitik juga terdapat dalam

usus herbivora vertebrata. Selain itu, bakteri selulolitik bersifat anaerob yang

bersimbiosis dalam menghancurkan makanan. Secara fisiologi bakteri selulolitik

dapat dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu: (1) fermentasi anaerob, tipe gram

positif (Clostridium, Ruminococcus dan Caldicellulosiruptor) tetapi juga mengandung sedikit spesies gram negatif yang secara genetik masih berhubungan

dekat dengan keluarga Clostridium (Butyrivibrio dan Acetivibrio) dan yang tidak (Fibrobacter), (2) bakteri aerob gram positif (Cellulomonas dan Thermobifida) dan (3) bakteri aerob yang dapat bergerak (Cytophaga dan Sporocytophaga) (Lynd et al., 2002).

Pertumbuhan Bakteri

Pertumbuhan ialah pertambahan teratur semua komponen suatu

mikroorganisme. Pada waktu inkubasi setiap sel induk berbagi diri dengan

pembelahan biner dalam waktu 20-30 menit menjadi dua sel anak (Hadioetomo,

1985). Hobson (1988) menyatakan bahwa waktu penggandaan populasi bakteri

adalah 21-27 menit. Waktu generasi pada setiap bakteri tidak sama, ada yang hanya

memerlukan 20 menit bahkan ada yang memerlukan sampai berjam-jam atau

berhari-hari. Waktu generasi adalah waktu yang diperlukan oleh mikroorganisme

untuk meningkatkan jumlah sel menjadi dua kali lipat jumlah semula (Sumarsih,

2003).

Pertumbuhan umum digunakan untuk bakteri dan mikroorganisme lain dan

biasanya mengacu pada perubahan di dalam hasil panen sel (pertambahan total massa

sel) dan bukan perubahan individu organisme. Pertumbuhan merupakan pertambahan

jumlah atau massa melebihi yang ada di dalam inokulum asalnya. Selama fase

(24)

11 pertambahan komponen selular yang lain seperti DNA, RNA dan protein (Pelczar

dan Chan, 1986).

Pertumbuhan mikroba dapat diukur berdasarkan konsentrasi sel (jumlah sel

persatuan isi biakan) atau densitas sel (berat kering dari sel-sel persatuan sel biakan)

dan jumlah sel hidup biasanya dianggap sebagai ukuran konsentrasi sel. Pengukuran

jumlah bakteri dapat menggunakan teknik absorbsi cahaya. Absorbansi cahaya dari

suatu biakan dengan cara fotoelektris dan menghubungkan jumlah mikroba hidup

dengan ukuran-ukuran optik dalam suatu kurva standar, dengan kurva standar ini

semua hasil pengukuran optik dapat diubah menjadi konsentrasi sel. Bila bakteri

diinokulasikan ke dalam medium baru, pembiakan tidak segera terjadi tetapi ada

periode penyesuaian pada lingkungan yang dikenal dengan pertumbuhan adaptif.

Kemudian akan memperbanyak diri (replikasi) dengan laju yang konstan, sehingga

akan diperoleh kurva pertumbuhan. Pada kurva pertumbuhan dikenal beberapa fase

pertumbuhan yaitu dengan fase lag, fase eksponensial, fase stasioner dan fase kematian. Fase pertumbuhan bakteri secara umum dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar1. Kurva Pertumbuhan Bakteri (Cann, 2007)

Sumber : Cann (2007)

Selama fase lag terjadi peningkatan ukuran sel, pada waktu fase ini sel belum

(25)

12 menyesuaikan diri dalam medium baru. Fase eksponensial terjadi pertumbuhan

seimbang, sel membelah dengan kecepatan yang tetap dan maksimal. Pertumbuhan

yang paling cepat terjadi pada fase eksponensial ini. Fase stasioner ditandai dengan

penurunan kecepatan pertumbuhan (pembelahan bakteri berkurang), terjadi karena

penumpukan limbah metabolisme, racun, kekurangan nutrien, dan perubahan kondisi

pada lingkungan. Pertumbuhan sel yang hidup masih lebih banyak daripada jumlah

sel yang mati. Fase kematian ditandai dengan jumlah sel yang mati lebih banyak

daripada sel yang hidup karena nutrien semakin menurun (bahkan habis), energi

cadangan di dalam sel juga habis dan terkumpulnya produk limbah (Tarigan, 1988).

Kecernaan Pakan

Nilai kecernaan adalah persentase bahan pakan yang dapat dicerna dan

diserap oleh saluran pencernaan, jika dinyatakan dalam persen maka disebut

koefisien cerna. Kecernaan nutrien merupakan salah satu ukuran dalam menentukan

kualitas suatu bahan pakan. Kecernaan dapat diukur dengan teknik fermentasi in vitro (Tilley dan Terry, 1963).

Faktor–faktor yang berpengaruh terhadap nilai kecernaan yaitu pakan, ternak

dan lingkungan. Perlakuan terhadap pakan (pengolahan, penyimpanan, dan cara

pemberian), jenis, jumlah, dan komposisi pakan yang diberikan pada ternak. Umur

ternak, kemampuan mikroba rumen mencerna pakan, jenis hewan serta variasi hewan

turut menentukan nilai kecernaan. Kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap

nilai kecernaan adalah derajat keasaman (pH), suhu dan konsentrasi udara baik itu

secara aerob atau anaerob (Anggorodi, 1994).

Produksi Amonia

Protein mengalami hidrolisa menjadi oligopeptida oleh enzim proteolisis

yang dihasilkan oleh mikroba di dalam rumen yang selanjutnya akan didegradasi dan

menghasilkan amonia. Besarnya protein yang lolos dari degradasi rumen berkisar

20–80% (Sutardi, 1977). Amonia digunakan oleh bakteri untuk membentuk protein

tubuhnya selanjutnya protein mikroba akan dicerna dan diserap serta dikatabolisasi

dalam tubuh induk semang.

Produksi amonia rumen dipengaruhi oleh pH rumen, kelarutan bahan pakan,

(26)

13 Sutardi (1977), untuk memperkecil degradasi protein dalam rumen adalah sebagai

berikut: (1) pemberian air (mempercepat laju pergerakan isi rumen), (2) pemberian

garam (hewan haus sehingga banyak minum), (3) menurunkan daya larut protein, (4)

penggilingan sampai halus, lalu dijadikan pellet (meningkatkan laju pergerakan

digesta), (5) penambahan bahan kimia dan (6) pembungkusan protein dengan kapsul.

Produksi VFA (Volatile Fatty Acid)

Mikroba juga membutuhkan rantai karbon selain amonia untuk

pertumbuhannya dan ini dapat disuplai dari asam lemak terbang atau VFA yang

merupakan hasil fermentasi karbohidrat. Volatile Fatty Acid (VFA) merupakan sumber energi bagi ruminansia yang diproduksi bila karbohidrat ransum mengalami

fermentasi dalam rumen. Oleh sebab itu konsentrasi asam lemak terbang (VFA)

dalam cairan rumen dapat digunakan sebagai tolak ukur fermentabilitas pakan dan

sangat erat kaitannya dengan aktifitas dan populasi mikroba rumen (Hartati, 1998).

Sebagian besar VFA tersebut diserap langsung melalui dinding rumen; sebagian

kecil asetat dan propionat serta sebagian besar butirat termetabolisme dalam dinding

rumen (Parakkasi, 1999).

Laju pertumbuhan mikroba dalam rumen sangat tergantung kepada

ketersediaan karbohidrat. Laju pencernaan karbohidrat merupakan salah satu faktor

penentu produksi protein mikroba rumen. Selain sebagai sumber kerangka karbon,

karbohidrat adalah sumber energy untuk mikroba, dalam bentuk ATP (Adenosin Tri

Phosphate). Pertumbuhan mikroba rumen proporsional terhadap jumlah ATP yang

dihasilkan dari katabolisme sumber energy (Erwanto, 1995). Konsentrasi VFA dalam

rumen tergantung pada: 1) laju produksi dalam rumen; 2) penyerapan dalam rumen;

3) laju pengaliran dari rumen ke abomasum; 4) pelarutan oleh saliva; 5) laju

pengosongan rumen dan 6) perubahan menjadi metabolit lain oleh mikroba rumen

(Sutardi, 1977).

Peran Suplementasi

Suplementasi dapat dipandang sebagai langkah yang strategis dalam

mengatasi permasalahan nutrisi ternak, karena selain akan mampu mengatasi

masalah defisiensi juga akan dapat meningkatkan kapasitas mencerna dari hewan,

(27)

14 bila dirancang dengan baik, suplementasi lebih mudah diterapkan dibandingkan

dengan cara–cara pengolahan pakan lainnya, karena tidak membutuhkan tambahan

waktu kerja dan beban energi ekstra bagi petani (Suryahadi et al., 2002).

Salah satu persyaratan agar suplementasi tersebut dapat berhasil adalah

adanya informasi tentang: (1) status mineral ternak yang dapat diduga melalui kadar

mineral dalam pakannya dan pada organ tubuhnya (plasma darah). Informasi ini

telah dapat diperoleh atas dasar kajian terdahulu (Suryahadi, 1990) dan (2) tingkat

kebutuhan mineral. Dari berbagai penelitian terdahulu diperkirakan bahwa kebutuhan

mineral ternak sapi perah di Indonesia adalah berkisar antara 1,5–2,0 kali dari yang

(28)

15

MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus sampai dengan November 2009.

Semua kegiatan dikonsentrasikan di Laboratorium Nutrisi Ternak Perah dan

Laboratorium Biokimia, Fisiologi dan Mikrobiologi Nutrisi, Departemen Ilmu

Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Materi

Alat

Alat yang digunakan pada penelitian adalah sentrifuge, cawan Conway,

penangas air, gelas piala, eksikator, botol selai, label, magnetic stirrer, botol film, tabung destilasi, tabung gas CO2, oven dengan suhu 1050C, oven 600C, tabung

fermentor, gelas ukur, labu Erlenmeyer, tabung reaksi, tutup karet, isolasi panfiks,

plastik tahan panas, spoit, buret, pipet mikro, pipet volumetrik, bulp, pH meter,

sprayer, timbangan digital, autoclave, shaker bath, vortex, spektrofotometer UV 200 RS, sarung tangan dan alumunium foil.

Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian antara lain: cairan rumen, jerami padi,

rumput gajah, aquades, medium BHI (brain heart infusion), glukosa, celubiosa,

cystein-HCl, resazurin, hemin, aquadest, larutan McDougall, asam borat, larutan

HgCl2, larutan Na2CO3 jenuh, larutan H2SO4, susu steril, calf starter, 12 isolat

bakteri, vaselin, gas CO2, dan 4 jenis sumber mineral (CoCl2.6H2O, CuSO4. 5H2O,

ZnSO4. 7H2O, MnSO4. H2O).

Rancangan Percobaan

Rancangan Percobaan

Percobaan 1 dalam penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap

(RAL) dengan 3 ulangan, sedangkan percobaan 2 dan 3 menggunakan 2 ulangan.

Model matematik yang digunakan dalam analisa statistik adalah:

(29)

16 Keterangan: Yij = Nilai pengamatan pada ulangan ke-j dan perlakuan ke-i, µ = Nilai

rataan umum, τi = Pengaruh perlakuan ke-i, εij = Error perlakuan ke-i

dan ulangan ke-j.

Data yang diperoleh dianalisis ragam (Analysis of Variance, ANOVA)

berdasarkan Steel dan Torrie (1993). Selanjutnya, jika perlakuan berbeda nyata

maka dilakukan uji kontras ortogonal.

Prosedur

Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap percobaan. Tahap pertama

dilakukan pemilihan isolat bakteri dari 12 isolat bakteri menjadi 6 isolat bakteri

berdasarkan produksi bahan kering (BK) sel isolat bakteri, nilai CMC-ase, dan

jumlah bakteri yang dihasilkan pada penelitian sebelumnya (Astuti, 2010). Tahap

kedua dilakukan kajian pertumbuhan 6 isolat bakteri terpilih di dalam media calf starter yang disuplementasi mineral (Co, Cu, Zn, dan Mn) berkonsentrasi tinggi dengan peubah yang diukur adalah produksi bahan kering (BK) sel isolat bakteri,

nilai pH, dan jumlah bakteri. Penelitian tahap ketiga dilakukan untuk menguji

fermentabilitas in vitro menggunakan konsorsium 6 isolat bakteri terpilih dalam media terbaik hasil pengujian tahap kedua.

Persiapan Sampel

Pembuatan larutan mineral Co, Cu, Zn, atau Mn dilakukan pertama kali

sebelum pembuatan media BHI. Konsentrasi mineral dalam media diperhitungkan

agar mencapai 75% dari batas toksik (Georgievskii et al., 1982) untuk pertumbuhan bakteri rumen. Perhitungan dan penimbangan dilakukan dengan mempetimbangkan

jenis sumber mineral, memperhitungkan bobot molekul dan bobot atom

masing-masing mineral. Senyawa sumber mineral tersebut dilarutkan dalam 1 liter aquades

untuk dijadikan larutan stok mineral.

Metode

Percobaan Tahap 1: Kajian Adatasi Bakteri Terhadap Suplementasi Mineral

Penelitian ini bertujuan menseleksi 12 isolat bakteri rumen koleksi

Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan,

(30)

17 ke dalam tabung reaksi yang berisi media BHI yang telah tercampur dengan salah

satu mineral (Co, Cu, Zn, atau Mn). Setiap kombinasi perlakuan isolat dengan jenis

mineral dilakukan dalam 3 ulangan. Isi tabung yang mengandung BHI tersebut telah

dikondisikan anaerob. Isolat bakteri dalam tabung diinkubasikan selama 3 hari. Pada

akhir inkubasi jumlah produksi bahan kering (BK) sel dan jumlah bakteri dari semua

isolat yang telah ditumbuhkan di dalam media BHI diukur.

Data produksi bahan kering sel bakteri digunakan untuk mengetahui daya

adaptasi isolat bakteri terhadap kadar beberapa mineral di dalam media BHI.

Berdasarkan data tersebut dan data CMC-ase dari penelitian sebelumnya (Astuti,

2010) dipilih sebanyak 6 isolat bakteri untuk ditumbuhkan dalam media calf starter

(kajian kedua).

Pembuatan Media BHI Bermineral Tinggi

Media BHI yang digunakan dalam kajian tahap ini mengandung Co, Cu, Zn

dan Mn tinggi. Bahan yang digunakan dalam pembuatan media BHI adalah BHI 7,4

g; cystein HCl 0,1 g; pati 0,1 g; glukosa 0,1 g; selebiosa 0,1 g; resazurin 1 ml; dan

hemin 0,6 ml. Semua bahan dilarutkan menjadi 200 ml menggunakan aquades yang

telah mengandung Co 18,33 ppm atau 75% dari kadar toksik Co. Sebanyak 200 ml

larutan BHI dibuat dengan prosedur yang sama untuk mendapatkan larutan yang

mengandung Cu 5,39 ppm atau 75% dari kadar toksik Cu, begitu pula dengan

mineral Zn dan Mn yaitu dengan konsentrasi masing-masing 18,38 ppm dan 1176,5

ppm. Pelarutan komponen penyusun BHI dilakukan dengan pemanasan. Setiap

larutan kemudian dialiri dengan gas CO2 selama 20 menit dan larutan dipipet 5 ml

untuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Jumlah tabung reaksi yang digunakan

adalah 36 buah untuk setiap perlakuan mineral. Seluruh tabung reaksi ditutup

menggunakan sumbat karet dan disterilisasi dengan menggunakan autoclave dengan

suhu 1210C selama 15 menit.

Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati pada penelitian ini yaitu: produksi bahan kering (BK)

(31)

18

Percobaan Tahap 2: Adaptasi Isolat Bakteri Terpilih dalam Media Calf Starter

Percobaan tahap kedua dilakukan dengan menumbuhkan 6 isolat bakteri

terpilih di dalam media calf starter. Setiap isolat bakteri dari enam isolat terpilih disuntikan ke dalam tabung reaksi yang yang telah berisi calf starter yang telah tercampur dengan salah satu mineral (Co, Cu, Zn, atau Mn). Setiap kombinasi jenis

isolat bakteri dan mineral dilakukan dalam 2 ulangan. Media yang telah diinokulasi

isolat bakteri tersebut diinkubasi selama 3 hari kemudian. Peubah yang diukur adalah

nilai pH media, produksi BK sel isolat bakteri, dan jumlah bakteri.

Pembuatan Media Calf Starter

Calf starter ditimbang sebesar 0,05 g dan dimasukan ke dalam tabung rekasi. Bahan pakan dalam tabung reaksi tersebut ditambah larutan McDougall sebanyak 5

ml dan larutan mineral Co, Cu, Zn, atau Mn sehingga konsentrasi masing-masing

mineral mencapai 3,74 ppm (Co); 1,09 ppm (Cu); 3,68 ppm (Zn); atau 235,3 ppm

(Mn). Jumlah tabung reaksi yang berisi calf starter yang disuplementasi mineral Co, Cu, Zn, atau Mn yang digunakan untuk setiap isolat masing-masing 12 tabung.

Sebelum isolat dimasukan ke dalam tabung, tabung reaksi bersama media di

dalamnya disterilisasi dengan menggunakan autoclave pada suhu 1210C selama 20 menit.

Inokulasi Isolat Bakteri ke dalam Media Calf Starter Bermineral

Biakan bakteri yang dihasilkan dari penelitian sebelumnya atau penelitian

tahap 1, diambil sebanyak 0,1 ml dari stok bakteri dengan menggunakan spoit, lalu

bakteri tersebut disuntikan ke dalam masing-masing tabung reaksi yang berisi media

calf starter bermineral tinggi. Jumlah dan teknik memasukan isolat bakteri ke dalam tabung reaksi yang berisi media calf starter, sama seperti yang dilakukan pada media BHI. Setelah itu, media yang sudah mengandung calf starter bermineral tinggi diinokulasi isolat bakteri diinkubasi selama 3 hari dalam shaker water bath pada suhu 390C.

Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati pada penelitian ini yaitu: pH media, produksi bahan

kering (BK) sel isolat bakteri (mg/ml), dan jumlah bakteri (cfu/ml). Pengukuran pH

(32)

19 diangkat dari shaker water bath untuk diukur nilai pHnya. Masing-masing tabung reaksi diambil sebesar 1 ml larutan untuk diukur besarnya pH dengan menggunakan

alat pH meter. Pengukuran BK sel bakteri adalah sebagai berikut: bahan kering sel

bakteri diukur dengan cara media yang sudah tercampur bakteri diambil sebanyak 1

ml lalu dimasukkan ke dalam tabung eppendorf untuk disentrifuse selama 10 menit dengan kecepatan 7000 rpm. Setelah itu, supernatan dibuang dan endapan bersama

wadahnya dimasukkan ke dalam oven 600C selama 1 hari, kemudian dimasukkan ke

dalam oven 1050C. Perhitungan populasi bakteri dilakukan dengan mengamati

pertumbuhan bakteri dengan mengukur optical density (OD) media menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 600 nm.

Percobaan Tahap 3: Kajian Fermentabilitas Jerami Padi dan Rumput Gajah in vitro menggunakan Konsorsium Enam Isolat Bakteri Terpilih.

Perlakuan dalam percobaan 3 ini terdiri atas 4 perlakuan dengan 2 ulangan

dimana pada percobaan dengan penambahan mineral organik diberikan penambahan

6 isolat bakteri yang terpilih pada percobaan 2. Adapun perlakuan tersebut adalah

sebagai berikut: (1) Media Rumput Gajah dengan perlakuan sebagai berikut: RG+OR

= Rumput Gajah + Mineral Organik; RG+SU = Rumput Gajah + Susu; RG =

Rumput Gajah; RG+MIX = Rumput Gajah + Premix. Mineral organik mengandung

Co (0,00098 ppm), Cu (0,097 ppm), Zn (0,396 ppm), Mn (0,393 ppm), Cr (10 ppm),

susu dan bakteri. (2) Media Jerami Padi dengan perlakuan sebagai berikut: JP+OR =

Jerami Padi + Mineral Organik; JP+SU = Jerami Padi+ Susu; JP = Jerami Padi;

JP+MIX = Jerami Padi + Premix. Mineral organik mengandung Co (0,00098

ppm), Cu (0,097 ppm), Zn (0,396 ppm), Mn (0,393 ppm), Cr (10 ppm), susu dan

bakteri.

Pembuatan Mineral Organik dengan Media Susu

Empat buah botol 250 ml diisi susu masing-masing sebanyak 200 ml.

Kemudian ke dalam susu ditambahkan 2 ml larutan mineral Co, Cu, Zn, atau Mn

sehingga masing-masing media susu mengandung 3,74 ppm (Co); 1,09 ppm (Cu);

3,68 ppm (Zn), atau 235,3 ppm (Mn). Media susu bermineral dalam botol

(33)

20 media susu bermineral tersebut diinokulasi dengan campuran 6 isolat bakteri yang

selanjutnya diinkubasi selama 3 hari.

Isolat Bakteri yang Digunakan

Isolat bakteri yang digunakan pada tahap ini ialah campuran keenam isolat

bakteri (B, C, E, F, G, dan L) yang ditumbuhkan dalam media susu. Hal tersebut

disebabkan oleh kemampuan hidup isolat bakteri dalam media susu lebih baik

dibandingkan dengan media yang lain.

Pengukuran NH3

Konsentrasi NH3 diukur dengan menggunakan teknik Mikrodifusi Conway

(Conway, 1958). Bibir cawan Conway dan tutupnya diolesi dengan vaselin,

kemudian supernatan yang dihasilkan dari pencernaan fermentatif diambil sebanyak

1 ml dan ditempatkan pada salah satu ruang sekat cawan dan larutan Na2CO3 jenuh

ditempatkan pada ruang sekat yang lain. Larutan asam borat sebanyak 1 ml

berindikator ditempatkan dalam cawan kecil yang terletak di tengah cawan Conway.

Selanjutnya cawan Conway ditutup rapat agar udara tidak dapat masuk. Supernatan

dan larutan Na2CO3 jenuh dicampur hingga merata dengan cara

menggoyang-goyangkan cawan dan memiringkannya. Setelah itu, cawan dibiarkan selama 24 jam

pada suhu kamar, dan setelah 24 jam cawan dibuka. Pada bagian asam borat

selanjutnya dititrasi dengan larutan H2SO4 0,005 N sampai terjadi perubahan warna

biru ke warna asam borat (merah jambu). Konsentrasi NH3 dihitung dengan rumus :

N NH3 (mM) = ml H2SO4 x N H2SO4 x 1000

g sampel x BK sampel

Pengukuran Volatile Fatty Acid (VFA)

Konsentrasi VFA diukur dengan menggunakan teknik destilasi uap (Steam

destilation) (General Laboratory Procedure, 1966). Lima mililiter supernatan (berasal

dari tabung yang sama dengan supernatan untuk analisa NH3) dimasukkan ke dalam

tabung destilasi, lalu ditambahkan 1 ml H2SO4 15%. Dinding tabung dibilas dengan

aquadest dan secepatnya ditutup dengan sumbat karet yang telah dihubungkan

dengan pipa destilasi berdiameter ±0,5 cm. Kemudian ujung pipa yang lain

(34)

21 labu didih yang telah berisi air mendidih tanpa menyentuh permukaan air tersebut.

Uap air panas akan mendesak VFA dan akan terkondensasi di dalam pendingin.

Hasil destilasi ditampung dengan labu Erlenmeyer 500 ml yang telah diisi 5 ml

NaOH 0,5 N. Proses destilasi selesai pada saat jumlah destilat yang tertampung

mencapai 300 ml. Destilat yang tertampung ditambah indikator phenolphtalein (PP)

sebanyak 2-3 tetes, lalu dititrasi dengan HCl 0,5 N sampai terjadi perubahan dari

warna merah jambu menjadi tidak berwarna (bening). Perhitungan Produksi VFA

total adalah sebagai berikut:

VFA total = (volume titran blanko-volume titran sampel) x N HCl x 1000/5 mM

(35)

22

HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan Tahap 1: Kajian Adaptasi Isolat Bakteri Terhadap Suplementasi Mineral

Produksi Bahan Kering Sel Bakteri dan Perubahan Nilai pH Media

Tabel 5 menunjukkan variasi produksi BK sel bakteri dalam media yang

disuplemntasi Co, Cu, Zn, dan Mn. Produksi BK sel pada media BHI yang

disuplementasi Co, Zn, dan Mn tidak berbeda nyata antar isolat bakteri dengan nilai

rataan sebesar 1,66; 2,30; dan 2,42 mg/ml. Hal ini menunjukkan bahwa semua isolat

bakteri yang berjumlah 12 mempunyai kemampuan yang sama, baik dalam

memanfaatkan nutrien pakan maupun daya adaptasi terhadap media BHI yang

disuplementasi Co, Cu, Zn, dan Mn. Produksi BK sel bakteri berkisar 0,50–5,50

mg/ml. Lain halnya dengan pertumbuhan isolat bakteri pada media bermineral Co,

Zn, dan Mn, isolat bakteri pencerna serat tersebut memiliki kemampuan yang

berbeda (P<0,05) pada media BHI bermineral Cu. Hal tersebut menunjukkan bahwa

di dalam media bermineral Cu isolat bakteri mempunyai kemampuan adaptasi yang

berbeda dalam memanfaatkan nutrien didalamnya.

Penetapan isolat bakteri yang digunakan dalam kajian berikutnya tidak hanya

mempertimbangkan nilai rataan BK sel (Tabel 5), tetapi juga mempertimbangkan

hasil penelitian pada kajian isolat yang sama dengan mengukur aktifitas CMC-ase

dan jumlah bakteri (Astuti, 2010). Isolat bakteri yang dianggap paling adaptif

terhadap penambahan mineral dalam media dan terpilih adalah B, C, E, F, G dan L.

Keenam isolat bakteri dapat memanfaatkan nutrien dalam media sehingga dapat

tumbuh dengan baik walaupun kadar Co, Cu, Zn, dan Mn dalam media tersebut

ditingkatkan. Selain itu berdasarkan kajian CMC-ase, bakteri tersebut dapat hidup

lebih baik dalam media dengan serat kasar tinggi.

Hasil kajian produksi bahan kering sel bakteri menunjukkan bahwa isolat

bakteri mampu memanfaatkan media dengan baik walaupun konsentrasi Co, Cu, Zn,

dan Mn ditingkatkan. Hal ini menunjukkan bahwa unsur Co, Cu, Zn, dan Mn yang

ditambahkan ke dalam media tumbuh tidak menghentikan metabolisme dan

pertumbuhan bakteri. Pengaruh penambahan kadar Co, Cu, Zn, dan Mn terhadap

pertumbuhan bervariasi antar isolat. Pengaruh Cu diperkirakan lebih besar dari pada

(36)

23 Tabel 5. Produksi Bahan Kering (BK) Sel Isolat Bakteri pada Media BHI yang

Disuplementasi Mineral (mg/ml)

Isolat Mineral Rataan

Co Cu Zn Mn

A 0,50±0,71 2,45±1,20b 0,70±0,99 2,65±0,07 1,58±0,74

B 2,25±0,78 0,75±1,06d 0,50±0,71 5,75±6,01 2,31±8,56

C 0,65±0,92 3,60±0,14a 2,95±0,64 2,35±1,34 2,39±0,76

D 2,15±0,92 2,35±1,06b 1,95±0,78 0,90±0,00 1,84±0,69

E 1,40±1,98 3,75±0,21a 2,45±0,21 2,00±0,71 2,40±0,78

F 3,00±0,85 0,95±0,35d 2,80±0,57 1,95±0,92 2,18±0,67

G 2,10±1,70 0,70±0,14d 1,85±0,21 2,20±2,69 1,71±1,19

H 2,05±0,35 1,75±0,21c 2,25±1,63 2,60±1,56 2,16±0,94

I 1,40±0,71 3,40±0,71a 0,95±0,64 2,25±0,07 2,00±0,53

J 2,00±0,99 2,25±0,64c 2,95±1,20 2,35±0,64 2,39±0,87

K 0,75±1,06 2,90±0,00b 2,85±0,07 1,65±0,92 2,04±0,51

L 1,65±1,91 2,25±0,07c 5,50±5,94 2,40±0,85 2,95±2,19

Rataan 1,66±1,07 2,26± 0,48 2,30±1,13 2,42±1,96

Keterangan: A,B,C,….,L = kode isolat bakteri; Nilai dengan superskrip yang berbeda pada setiap kolom menunjukkan perbedaan (P<0,05)

Mikroorganisme selulolitik berperan penting dalam biosfer. Beberapa spesies

bakteri hidup pada kondisi temperatur, tekanan dan pH yang ekstrim (Guedon et al., 2002). Dalam penelitian ini, dilakukan pengukuran pH pada setiap media yang telah

diinokulasi isolat bakteri dan berkadar mineral tinggi setelah proses inkubasi selama

3 hari. Nilai pH media cukup bervariasi, namun masih berada dalam kisaran pH yang

dapat ditolerir bakteri rumen. Hal ini menunjukkan bahwa isolat bakteri tersebut aktif

memanfaatkan nutrien media tersebut dan menghasilkan asam yang menurunkan pH

media. Keseragaman nilai pH menunjukkan bahwa bakteri yang dikaji mempunyai

(37)

24 Tabel 6. Nilai pH Media BHI yang Disuplementasi Mineral Setelah Dinkubasikan

tiga hari dengan 12 Isolat Bakteri

Isolat Mineral Rataan

Co Cu Zn Mn

Keterangan : A,B,C,…,L = kode isolat bakteri

Berdasarkan nilai pada Tabel 6, terlihat bahwa nilai pH dalam media BHI

tidak memiliki perbedaan yang nyata. Kisaran pH yang dihasilkan adalah sebesar

5,00-6,87. Menurut Sanchez et al. (2007), jenis pakan dalam fermentasi mikroba rumen mempengaruhi besarnya pH tersebut yaitu sebesar 5,5-6,4. Hal tersebut

menunjukkan bahwa 12 isolat bakteri yang digunakan mampu memanfaatkan media

dan memproduksi asam yang menurunkan pH media meskipun media telah

disuplementasi mineral dan berhenti pada tingkat produksi asam tertentu sehingga

kondisi pH media tidak menurun lebih jauh.

Populasi Isolat Bakteri dalam Media

Pertumbuhan mikroba rumen merupakan fungsi dari pemanfaatan jumlah

nutrien dan senyawa yang dihasilkannya dalam rumen. Produksi nutrien dan energi

dalam cairan rumen sangat tergantung pada interaksi yang kompleks antara substrat

yang difermentasi dan jenis mikroorganisme yang terlibat. Keseluruhan hasil

fermentasi dalam rumen merupakan wujud saling ketergantungan diantara

(38)

25 media ditandai dengan timbulnya kekeruhan (Wulandari et al., 2005). Pertumbuhan bakteri dapat diamati melalui pengukuran dengan turbidimeter, dimana pertumbuhan

bakteri yang dibiakkan sebanding dengan tingkat kekeruhan (Suyasa, 2007).

Pengukuran populasi bakteri dalam penelitian ini menggunakan metode

turbidimetri. Metode ini berlandaskan pada kenyataan bahwa suatu populasi sel

dalam medium cair akan menahan cahaya yang sebanding dengan total masanya atau

konsentrasi sel dalam biakan. Kekeruhan biakan bakteri dalam penggunaan

turbidimetri dikorelasikan dengan beberapa metode penentuan lain seperti penentuan

jumlah mikroba dengan metode penaburan. Setiap pengenceran yang telah diukur

jumlah OD nya dapat dihitung jumlah mikrobanya masing-masing berdasarkan

jumlah mikroba yang telah diperoleh dari metode penaburan tersebut (Muchtadi dan

Laksmi, 1980).

Tabel 7. Jumlah Bakteri Berdasarkan Nilai Absorbansi (600 nm) dalam Media BHI yang Disuplementasi Mineral

Isolat Mineral Rataan

Co Cu Zn Mn

A 0,311±0,064c 0,372±0,275b 0,331±0,129c 0,351±0,271 0,341±0,185

B 0,293±0,040c 0,298±0,039b 0,324±0,036c 0,348±0,010 0,316±0,031

C 0,238±0,019c 0,685±0,402a 0,283±0,057c 0,364±0,049 0,393±0,132

D 0,192±0,045d 0,194±0,037c 0,251±0,104c 0,202±0,006 0,209±0,048

E 0,262±0,003c 0,408±0,169a 0,324±0,025c 0,365±0,043 0,340±0,060

F 0,344±0,028b 0,401±0,035a 0,384±0,040b 0,404±0,082 0,383±0,046

G 0,218±0,302c 0,095±0,046c 0,052±0,070d 0,517±0,496 0,221±0,329

H 0,085±0,075d 0,191±0,123c 0,144±0,087d 0,249±0,112 0,167±0,099

I 0,497±0,049a 0,515±0,024a 0,471±0,016a 0,634±0,164 0,529±0,063

J 0,425±0,045b 0,380±0,026b 0,612±0,296a 0,471±0,067 0,472±0,109

K 0,451±0,010b 0,461±0,086a 0,408±0,031b 0,564±0,041 0,471±0,042

L 0,563±0,209a 0,562±0,218a 0,490±0,045a 0,463±0,027 0,520±0,125

Rataan 0,323±0,074 0,380±0,123 0,340±0,078 0,411±0,114

(39)

26 Tabel 8. Populasi Bakteri Total (108 CFU/ml) dari Isolat Bakteri dalam Media BHI

yang Disuplementasi Mineral

Isolat Mineral Rataan

Co Cu Zn Mn

A 7,33±1,90c 9,10±8,30b 7,92±3,90c 8,53±8,10 8,22±5,55

B 6,80±1,20c 6,95±1,20b 7,71±1,10c 8,43±0,30 7,47±0,95

C 5,13±0,57c 18,60±0,12a 6,48±1,70c 8,92±1,50 9,78±0,97

D 3,76±1,40d 3,83±1,10c 5,53±3,10c 4,05±0,18 4,29±1,45

E 5,87±0,96c 10,20±5,10a 7,71±0,76c 8,95±1,30 8,18±2,03

F 8,33±0,84b 10,00±1,10a 9,53±1,20b 10,11±2,50 8,75±1,41

G 4,53±9,10c 0,85±1,40c 0,00±2,10d 13,52±0,15 4,73±3,19

H 0,55±2,30d 3,72±3,70c 2,33±2,60d 5,46±3,40 3,02±3,00

I 12,90±1,50a 13,50±0,72a 12,13±0,49a 17,02±4,90 13,89±1,90

J 10,80±1,40b 9,39±0,78b 16,36±8,90a 12,12±2,00 12,17±3,27

K 11,50±0,30b 11,80±2,60a 10,25±0,93b 14,91±1,20 12,12±1,26

L 14,90±6,30a 14,90±6,50a 12,70±1,40a 11,90±0,82 13,60±3,76

Rataan 7,70±2,31 9,40±2,72 8,22±2,35 10,33±2,20

Keterangan : A,B,C,…,L = kode isolat bakteri, nilai dengan superskrip yang berbeda pada setiap kolom menunjukkan pengaruh yang nyata diantara perlakuan

Berdasarkan hasil pada Tabel 7 dan 8, terlihat bahwa jumlah isolat bakteri di

dalam media BHI bermineral Co, Cu, dan Zn berbeda nyata (P<0,05). Hal tersebut

dapat disebabkan oleh masing-masing isolat bakteri yang memiliki kemampuan

tumbuh berbeda dalam media BHI bermineral tinggi tersebut. Lain halnya dengan

ketiga mineral tersebut, populasi isolat bakteri dalam media BHI bermineral Mn

menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Hal tersebut menunjukkan bahwa

ke-12 isolat bakteri tersebut memiliki kemampuan tumbuh yang sama dalam media BHI

bermineral Mn tinggi. Populasi tertinggi dari media BHI bermineral Co, Cu, dan Zn

ialah isolat bakteri I dan L, sedangkan dalam media BHI bermineral Mn ialah isolat

(40)

27

Percobaan Tahap 2: Adaptasi Isolat Bakteri Terpilih dalam Media Calf Starter

Produksi Bahan Kering Sel Bakteri dan Nilai pH Media

Produksi bahan kering (BK) sel bakteri dalam media calf starter yang berkadar Co, Cu, Zn, dan Mn tinggi ditunjukkan dalam Tabel 9. Pertumbuhan isolat

bakteri dalam substrat calf starter sangat rendah. Produksi bahan kering sel bakteri berkisar antara 0,05-5,70 mg/ml. Hasil tersebut menggambarkan bahwa isolat bakteri

tidak dapat berkembang dengan baik dalam subtrat bahan pakan yang ditambah Co,

Cu, Zn, dan Mn. Isolat B sangat sensitif terhadap penambahan kadar Cu, sedangkan

isolat C pertumbuhannya kurang baik dibandingkan dengan yang lainnya. Hal

tersebut menunjukkan bahwa isolat bakteri tidak dapat tumbuh baik dalam media calf starter. Produksi bahan kering sel bakteri baik pada media mengandung Co, Cu, Zn, dan Mn tinggi tidak berbeda antar bakteri. Semua isolat bakteri menunjukkan

pertumbuhan yang sama rendahnya pada substrat pakan yang ditambah Co, Cu, Zn,

dan Mn.

Tabel 9. Produksi Bahan Kering (BK) Sel Isolat Bakteri dalam Media Calf Starter

yang Disuplementasi Mineral (mg/ml)

Isolat Mineral Rataan

Co Cu Zn Mn

B 2,20±0,90 0,05±0,07 0,90±0,07 2,60±0,30 1,44±0,34

C 0,30±0,30 0,40±0,60 5,70±6,20 3,90±3,70 2,58±2,70

E 1,30±1,80 0,80±1,00 1,10±0,20 1,70±2,10 1,23±1,28

F 1,90±0,10 0,40±0,07 1,30±0,28 1,30±15,80 1,23±4,06

G 2,20±2,40 2,20±0,60 2,60±1,27 0,60±0,80 1,90±1,27

L 2,10±2,80 0,80±0,80 0,90±0,60 1,10±0,00 1,23±1,05

Rataan 1,67±1,38 0,78±0,52 2,08±1,44 1,87±3,78

Keterangan : B,C,E,F,G, dan L = kode isolat bakteri

Isolat bakteri pencerna serat diperkirakan tidak mampu memanfaatkan

substrat berupa calf starter dengan baik. Penambahan unsur Co, Cu, Zn, dan Mn ke dalam media diperkirakan menganggu mekanisme penggunaan nutrien substrat oleh

bakteri. Produksi dan aktivitas enzim pencerna komponen calf starter terganggu dengan penambahan Co, Cu, Zn, dan Mn dalam lingkungannya. Hal ini

(41)

28 yang lebih tinggi dalam media sehingga calf starter tidak dapat digunakan sebagai media untuk mengkonversi unsur Co, Cu, Zn, dan Mn inorganik menjadi Co, Cu, Zn,

dan Mn organik oleh isolat bakteri.

Tabel 10. Nilai pH dalam Media Calf Starter yang Disuplementasi Mineral

Isolat Mineral Rataan

Rataan 7,94±0,20 7,99±0,25 7,64±0,15 8,49±0,42

Keterangan : B,C,E,F,G, dan L = kode isolat bakteri, nilai dengan superskrip yang berbeda pada setiap kolom menunjukkan pengaruh yang nyata diantara perlakuan

Berdasarkan Tabel 10, terlihat bahwa yang memberikan pengaruh berbeda

diantara perlakuan ialah pada media calf starter bermineral cobalt (Co). Hal tersebut menunjukkan bahwa keenam isolat bakteri memiliki respon yang berbeda pada

media calf starter bermineral Co meskipun secara keseluruhan nilai pH yang dihasilkan cenderung sama yaitu dalam keadaan basa. Keadaan basa dalam media

calf starter dapat disebabkan oleh kualitas calf starter yang rendah dan banyaknya kation dalam media tersebut yang menyebabkan aktifitas bakteri kurang maksimal,

sehingga kemampuan bakteri untuk tumbuh juga terbatas. Kisaran pH yang

dihasilkan berkisar antara 7,30-8,93. Nilai pH pada keenam isolat bakteri dalam

media calf starter bermineral Cu, Zn, dan Mn menunjukkan hasil yang tidak berbeda. Hal tersebut mengindikasikan bahwa respon keenam isolat bakteri tersebut sama

diantara ketiga mineral.

Populasi Isolat Bakteri dalam Media

Berdasarkan hasil pada Tabel 11 dan 12 menunjukkan bahwa populasi isolat

bakteri dalam media calf starter bermineral Co, Cu, Zn, dan Mn tidak berbeda nyata. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kemampuan hidup dan adaptasi keenam isolat

(42)

29 Meskipun demikian, jumlah isolat bakteri terbesar terdapat pada media calf starter

bermineral Mn dengan rataan nilai jumlah bakteri sebesar 0,517 cfu/ml atau populasi

total bakteri sebesar 13,49 (108 cfu/ml).

Tabel 11. Jumlah Bakteri dalam Media Calf Starter yang Disuplementasi

Berdasarkan Nilai Absorbansi (600 nm)

Isolat Mineral Rataan

Co Cu Zn Mn

B 0,260±0,004 0,400±0,030 0,386±0,009 0,495±0,071 0,385±0,029

C 0,369±0,049 0,339±0,045 0,424±0,065 0,504±0,132 0,409±0,073

E 0,313±0,056 0,276±0,013 0,306±0,093 0,332±0,085 0,307±0,062

F 0,302±0,081 0,305±0,004 0,403±0,004 0,563±0,185 0,393±0,069

G 0,375±0,061 0,365±0,112 0,365±0,007 0,545±0,088 0,413±0,067

L 0,356±0,098 0,382±0,055 0,421±0,027 0,660±0,110 0,455±0,073

Rataan 0,330±0,058 0,345±0,043 0,384±0,034 0,517±0,112

Keterangan : B,C,E,F,G, dan L = kode isolat bakteri

Tabel 12. Populasi Bakteri Total (108 CFU/ml) dari Isolat Bakteri dalam Media Calf Starter yang Disuplementasi Mineral

Isolat Mineral Rataan

Co Cu Zn Mn

B 5,80±1,30 9,99±9,10 9,58±0,85 12,80±2,14 9,54±3,35

C 9,06±1,46 8,16±1,34 10,70±1,95 13,10±3,95 10,26±2,18

E 7,38±1,68 6,27±4,03 7,18±2,80 7,96±2,55 7,20±2,77

F 7,05±2,44 7,14±1,06 10,10±1,06 14,90±5,56 9,80±2,53

G 9,25±1,82 8,94±3,37 8,95±2,12 14,40±2,63 10,39±2,49

L 8,68±2,93 9,48±1,65 10,60±8,06 17,80±3,31 11,64±3,99

Rataan 7,87±1,94 8,33±3,43 9,52±2,81 13,49±3,36   

Keterangan : B,C,E,F,G, dan L = kode isolat bakteri

Percobaan Tahap 3: Kajian Fermentabilitas Jerami Padi dan Rumput Gajah in vitro menggunakan Konsorsium Enam Isolat Bakteri Terpilih

Konsentrasi NH3

Konsentrasi NH3 pada jerami padi yang difermentasi pada media tanpa atau

ditambah mineral organik ditunjukkan dalam Tabel 13 dan 14. Konsentrasi NH3

(43)

30 nilainya sangat dipengaruhi oleh kemampuan mikroba rumen dalam mendegradasi

protein ransum (Prihandono, 2001).

Protein mengalami hidrolisa menjadi oligopeptida bahkan asam amino oleh

enzim proteolisis yang dihasilkan oleh mikroba di dalam rumen (Sutardi, 1977).

Besarnya protein yang lolos dari degradasi rumen berkisar 20–80% (Sutardi, 1977).

Amonia digunakan oleh bakteri untuk membentuk protein tubuhnya selanjutnya

protein mikroba akan dicerna dan diserap serta dikatabolisasi sebagai salah satu

masukan induk semang.

Data pada Tabel 13 menunjukkan bahwa konsentrasi NH3 meningkat setelah

inkubasi 0,5 jam, kecuali pada substrat jerami padi yang ditambah campuran mineral

inorganik. Konsentrasi NH3 berbeda antar bahan dan waktu fermentasi. Peningkatan

kadar NH3 diperkirakan akibat adanya degradasi protein. Substrat yang mengandung

susu baik JP+OR maupun JP+SU, NH3 diperkirakan berasal dari protein susu yang

mengalami degradasi, sedangkan NH3 dalam subtrat jerami padi saja atau JP, NH3

dapat berasal dari degradasi protein bakteri. Penurunan ammonia pada JP+Mix

diperkirakan akibat pemanfaatan NH3 yang efisien dalam subtrat yang mendapat

suplementasi mineral. Kadar NH3 dalam perlakuan JP+OR meningkat pada jam ke 4.

Hal ini menggambarkan bahwa penambahan mineral organik cenderung

meningkatkan degradasi protein oleh mikroba rumen. Persentase peningkatan

konsentrasi NH3 pada jerami padi yang diberi penambahan mineral organik

dihasilkan sebanyak 31,33%. Konsentrasi NH3 dengan penambahan mineral

inorganik justru menurun sebesar 48,67% dibandingkan dengan kontrol (JP).

Menurut Sutardi (1977) kadar NH3 yang mendukung perkembangan mikroorganisme

Gambar

Tabel 2. Komposisi Nutrien Susu Sapi
Tabel 3. Komposisi Nutrien Jerami Padi
Tabel 5. Produksi Bahan Kering (BK) Sel Isolat Bakteri pada Media BHI yang Disuplementasi Mineral (mg/ml)
Tabel 6. Nilai pH Media BHI yang Disuplementasi Mineral Setelah Dinkubasikan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Rencana tata ruang wilayah merupakan fenomena yang menarik perhatian pemerintah maupun masyarakat, khususnya dalam perencanaan penyediaan dan penataan ruang untuk

Setelah memberikan treatment se- lama 2x pertemuan, maka pada pertemuan ke 3 dosen yang bertindak sebagai peneliti mengadakan tes untuk mengukur pengaruh

特権的な存在として描かれ,自らはそれに対する抵抗者と位置づけられている。敵(=中

Sakit ini, melalui Divisi Humas wajib meningkatkan perannya dalam menjaga citra rumah sakit milik pemerintah di depan umum. Dalam rangka mengkomunikasikan hal-hal ini kepada

PADA SATUAN KERJA PENGADILAN NEGERI SINTANG TAHUN ANGGARAN 2016 ULP DI EMPAT LINGKUNGAN PERADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK.. INDONESIA KOORDINATOR WILAYAH KALIMANTAN BARAT Jln.

Hal ini menunjukkan bahwa agar dapat tumbuh dengan baik pada media tercemar limbah sianidasi emas, tiga spesies tanaman membutuhkan bahan organik tambahan, seperti kompos

Hasil Uji Serapan Sianida, Media, Tajuk, Akar Centrosema pubescens , Mikania cordata dan Leersia hexandra pada Media Tailing dengan Berbagai Tingkat Konsentrasi Sianida 3 BST

Setelah diberikan perlakuan bimbingan kelompok teknik remedial teaching dengan metode mind maping , hasil post-test menunjukkan adanya penurunan tingkat kesulitan