• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERARIFTIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP SIKAP BELAJAR MATEMATIKA SISWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERARIFTIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP SIKAP BELAJAR MATEMATIKA SISWA."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERARIF

TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

TERHADAP SIKAP BELAJAR MATEMATIKA SISWA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

SRI ISTIKOMAH

NIM : 0903586

PROGRAM S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS TASIKMALAYA 2013

(2)

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERARIF

TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

TERHADAP SIKAP BELAJAR MATEMATIKA SISWA

Oleh Sri Istikomah

Sebuah skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Sri Istikomah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

TERHADAP SIKAP BELAJAR MATEMATIKA SISWA

ABSTRAK

Pada umumnya proses pembelajaran matematika di SD masih didominasi oleh guru. Akibatnya sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika belum memenuhi harapan, maka perlu adanya upaya yang terus-menerus dalam perbaikan pembelajaran. Untuk itu diperlukan suatu strategi pembelajaran yang dapat membiasakan siswa bersikap baik dalam mengikuti pembelajaran. Melalui keterlibatannya dalam proses pembelajaran, bekerjasama dengan orang lain dan saling berbagi pengalaman belajar, sikap siswa dalam belajar matematika akan menjadi lebih baik. Salah satu model pembelajaran yang menuntut keterlibatan siswa lebih aktif dalam pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Oleh karena itu, peneliti memilih model pembelajaran ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Sikap belajar matematika siswa dalam pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe STAD. 2) Pengaruh pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap sikap belajar matematika siswa. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Indularang. Lokasinya terletak di Desa Pageralam Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen post-test only, nonequivalent control group design dengan pendekatan kuantitatif. Untuk mengumpulkan data penelitian menggunakan teknik wawancara dan observasi. Data yang berhasil dikumpulkan, selanjutnya diolah dan dianalisis secara kuantitatif untuk mengetahui perbedaan sikap belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan yang menggunakan pembelajaran konvensional. Hasil dari pengolahan dan analisis data, antara lain: 1) Sikap belajar matematika siswa di kelas eksperimen berada pada kategori sangat tinggi pada interval skor 18-24 sebanyak 8 orang siswa atau 66,80%. Kategori tinggi pada interval skor 14-17 sebanyak 3 orang siswa atau 24,90% dan kategori sedang berada pada interval skor 10-13 sebanyak 1 orang siswa atau 8,30%. Sedangkan di kelas kontrol berada pada kategori sangat tinggi pada interval skor 18-24 sebanyak 1 orang siswa atau 8,30%. Kategori tinggi pada interval skor 14-17 sebanyak 5 orang siswa atau 41,60%. Kategori sedang berada pada interval skor 10-13 sebanyak 5 orang siswa atau 41,60% dan katergori rendah berada pada interval skor 6-9 sebanyak 1 orang siswa atau 8,30%. 2) Kooperatif STAD mempengaruhi sikap belajar matematika siswa di kelas IV SDN Indularang. Data tersebut diperoleh melalui pengujian dengan menggunakan Independent Samples Test menghasilkan Sig. (2-tailed) sebesar 0,002. Sehingga diperoleh Sig. (2-tailed) < 0,05, maka H0 ditolak artinya ada pengaruh penerapan model kooperatif STAD terhadap sikap belajar matematika siswa.

(5)

EFFECT OF COOPERATIVE LEARNING

TYPE OF STUDENT ACHIEVEMENT DIVISION TEAMS (STAD) ATTITUDE OF STUDENT LEARNING MATHEMATICS

ABSTRACT

In general, the process of learning mathematics in primary schools are still dominated by the teacher. As a result the attitude of students in participating in the learning of mathematics has not met expectations, the need for continuous efforts in improving learning. This requires a learning strategy that can familiarize students behave in the following study. Through his involvement in the learning process, in collaboration with others and sharing the learning experience, the attitude of students in learning mathematics will be better. One model of learning that requires more active student engagement in learning is STAD cooperative learning model. Therefore, the researcher chose this learning model. The purpose of this study was to determine: 1) learning attitude of students in learning mathematics using STAD cooperative model. 2) The effect of STAD cooperative learning on students' mathematics learning attitudes. The research was conducted in SDN Indularang. Its location is located in the Village District Pageralam Taraju Tasikmalaya regency. The method used in this study is the method of quasi-experimental post-test only, nonequivalent control group design with a quantitative approach. To collect research data using interviews and observation techniques. Data collected, further processed and analyzed quantitatively to determine differences in students' mathematics learning attitudes are using STAD cooperative learning with the use of conventional learning. Results of the data analysis and processing, among others: 1) students' mathematics learning attitudes in the experimental class is at a very high category score 18-24 at the interval of 8 persons or 66.80% of students. High category on the interval score 14-17 as 3 students or 24.90%, and the category is at an interval score of 10-13 students as much as 1 or 8.30%. Whereas in the control class is at a very high category score 18-24 at the interval students as much as 1 or 8.30%. High category on the interval score 14-17 as 5 students or 41.60%. Categories are at the interval score 10-13 as 5 students or 41.60% and a low katergori is in the interval score 6-9 by 1 person students or 8.30%. 2) STAD cooperative learning affect attitudes of students in the fourth grade math Indularang SDN. The data obtained through testing using the Independent Samples Test produces Sig. (2-tailed) of 0.002. Thus obtained Sig. (2-tailed) <0.05, then H0 is rejected it means there is a significant effect of the application of the STAD cooperative attitude toward mathematics learning.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

PERNYATAAN

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMAKASIH ... ii

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 4

1. Identifikasi Masalah ... 4

2. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 5

1. Manfaat Teoritis ... 5

2. Manfaat Praktis ... 5

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 6

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Kajian Teori ... 7

1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) ... 7

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) ... 7

b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) ... 8

c. Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) .... 9

d. Langkah-Langkah Pembelajaran kooperatif ... 10

2. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) ... 10

a. Konsep Pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) ... 10

b. Komponen Pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) ... 13

c. Langkah-Langkah Penerapan Pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) ... 16

3. Hakikat Belajar ... 19

(7)

5. Hakikat Matematika ... 23

6. Belajar Matematika ... 23

7. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Learning Tipe STAD Terhadap Sikap Belajar Matematika ... 24

8. Deskripsi Materi Bilangan Pecahan ... 25

a. Menjumlahkan Pecahan Berpenyebut Sama ... 26

b. Menjumlahkan Pecahan Berpenyebut Tidak Sama ... 27

c. Menyelesaikan Masalah yang Berkaitan dengan Pecahan ... 27

B. Kerangka Berfikir ... 28

C. Hipotesis ... 28

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi atau Sampel Penelitian ... 29

1. Lokasi Penelitian ... 29

2. Populasi ... 29

3. Sampel ... 30

B. Metode Penelitian ... 30

C. Desain Penelitian ... 31

D. Definisi Operasional Variabel ... 32

E. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya ... 33

F. Teknik Pengumpulan Data ... 36

G. Teknik Analisis Data ... 37

H. Prosedur Penelitian ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 42

1. Analisis Deskriptif Sikap Belajar Matematika Siswa Berdasarkan Hasil Wawancara ... 42

2. Analisis Inferensial Sikap Belajar matematika Siswa ... 69

3. Analisis Deskriptif Kegiatan Belajar Mengajar Berdasarkan Hasil Lembar Observasi ... 74

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 80

1. Sikap Belajar Matematika Siswa Setelah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 80

2. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) terhadap Sikap Belajar Matematika Siswa ... 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 84

B. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 86

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap jenjang pendidikan dapat berperan serta dalam menyiapkan sumber daya manusia, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Dalam pembelajaran matematika, tugas seorang guru adalah menciptakan kondisi pembelajaran yang dapat membangkitkan semangat belajar siswa, sehingga siswa mempunyai keterampilan, keberanian serta mempunyai kemampuan matematika. Penekanan pembelajaran matematika di sekolah harus relevan dengan kehidupan sehari-hari, supaya pembelajaran matematika yang diperoleh akan bermanfaat. Dengan demikian matematika akan mempunyai peran penting bagi siswa untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya hal ini akan berdampak dalam menciptakan sumber daya manusia yang bermutu.

Matematika adalah salah satu materi pelajaran yang diajarkan mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Namun pada saat ini, berdasarkan pengamatan peneliti selama dua tahun ini sebagai Guru Tidak Tetap, matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit oleh siswa, bahkan ada siswa yang merasa takut, bosan dan tidak tertarik pada mata pelajaran ini, sehingga sikap belajar siswa dalam palajaran matematika kurang baik dan masih jauh dari yang diharapkan.

(9)

2

Rusyandi dan Junaedi (1997: 27) menyatakan bahwa:

Beberapa alasan yang menyebabkan minat belajar siswa menurun dalam proses pembelajaran, yaitu: 1) Proses pembelajaran lebih banyak menyajikan materi yang terdapat dalam buku teks, akibatnya anak didik kurang dikembangkan dalam proses pembelajarannya. 2) Proses pembelajaran kurang menyentuh pengembangan kemampuan berfikir tingkat tinggi, sehingga anak didik kurang memperoleh sentuhan dalam proses pembelajarannya. 3) Metode dan model pembelajaran belum banyak digunakan sehingga pembelajaran hanya mengembangkan pengetahuan melalui ceramah sehingga para siswa belum secara optimal terlibat sebagai subyek pelaku dalam pembelajaran.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi kurang tertariknya siswa terhadap matematika salah satunya adalah faktor guru dalam menggunakan metode dan model pembelajaran yang kurang bervariasi, sehingga siswa menjadi pasif dan guru nampak sangat mendominasi dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran seperti ini menciptakan suasana belajar yang monoton sehingga menimbulkan kebosanan, belajarpun akan menjadi tidak bermakna. Dengan demikian strategi pembelajaran merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh guru, karena diharapkan dengan strategi yang tepat dapat meningkatkan minat dan kemampuan siswa dalam proses belajar mengajar sehingga dengan minat tersebut dapat menciptakan sikap belajar yang positif.

(10)

sangat penting dalam membentuk individu yang dapat berpikir kritis, logis dan sistematis.

Untuk meningkatkan sikap positif siswa dalam belajar matematika salah satunya adalah dengan pembelajaran kooperatif. Anita Lie (2002: 7) mengungkapkan bahwa:

Pembelajaran kooperatif atau pembelajaran gotong royong adalah sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator dalam penyelenggaraan proses balajar mengajar. Artinya, meskipun anak mengerjakan suatu tugas berstruktur secara bersama-sama dan bekerja sama dengan sesame teman lainnya, tetapi guru tidak meninggalkan perannya begitu saja. Guru tetap menjadi pembimbing dan pengawas jalannya pembelajaran agar seluruh siswa dapat terlihat dalam proses pembelajaran tersebut.

Pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa variasi model diantaranya adalah: Student Teams Achievement Division (STAD), Teams Games Tournament (TGT), Jigsaw, Group Investigation (GI), Number Head Together (NHT), Think Pair Share (TPS), dan Make A Match. Salah satu alternatif yang diduga dapat menciptakan proses pembelajaran yang efektif di jenjang sekolah dasar yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Menurut Mulyana (2011: 139), Student Teams Achievement Division (STAD) dikembangkan oleh Robert Slavin dan

teman-temannya di Universitas John Hopkin dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Pembelajaran kooperatif tipe STAD diterapkan untuk membuat siswa berani mengemukakan pendapatnya dan menghargai pendapat teman.

Penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Andri Wibawa dalam skripsi berjudul “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Terhadap hasil Belajar Matematika” dengan kesimpulan dari hasil penelitiannya yaitu “Terdapat pengaruh positif pembelajaran Kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar matematika”.

(11)

4

sikap belajar matematika siswa, sedangkan melihat pengertian pembelajaran kooperatif yang telah dikemukakan di atas, pembelajaran kooperatif sangat menekankan pada sikap belajar siswa. Selain itu berdasarkan pengamatan peneliti selama menjadi Guru Tidak Tetap di salah satu Sekolah Dasar, sikap belajar matematika siswa sangat kurang, siswa cenderung bosan dan tidak aktif dalam mengikuti pembelajaran matematika. Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap sikap belajar matematika siswa dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan melaksanakan penelitian dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Terhadap Sikap Belajar Matematika Siswa”

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah yang muncul antara lain:

a. Siswa kurang berminat terhadap pelajaran matematika.

b. Model pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran matematika kurang bervariasi.

c. Siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran matematika. 2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Bagaimana sikap siswa dalam pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe STAD?

(12)

C. Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan yang dilakukan manusia biasanya tak lepas dari tujuan. Begitu pula penelitian yang penulis laksanakan ini mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut adalah:

a. Untuk mengetahui sikap belajar matematika siswa dalam pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe STAD.

b. Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap sikap belajar matematika siswa.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara khusus, penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam pembelajaran matematika khususnya materi penjumlahan pecahan dan secara umum dapat memberikan wawasan tentang model dalam sebuah proses pembelajaran.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa

1) Dalam mengikuti kegiatan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat menambah semangat belajar untuk meningkatkan sikap positif dalam pelajaran matematika.

2) Memperkuat pemahaman konsep penjumlahan pecahan sebagai dasar penguasaan materi matematika pada jenjang selanjutnya.

b. Bagi guru

Sebagai bahan masukan bagi guru/calon guru, untuk bahan pertimbangan agar lebih bervariasi dalam menentukan model yang akan digunakan dalam pembelajaran matematika.

c. Bagi sekolah

(13)

6

d. Bagi peneliti

Sebagai data untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap sikap belajar matematika siswa.

e. Bagi peneliti lain

Sebagai bahan acuan dan pertimbangan bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan model pembelajaran

E. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur penulisan skripsi ini terdiri dari 5 bab dengan rincian sebagai berikut: 1. Bab 1, merupakan bab pendahuluan pada skripsi yang berisi tentang latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi.

2. Bab II, berisi pemaparan mengenai kajian teori, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian.

3. Bab III, berisi pemaparan mengenai metode penelitian yang terdiri dari: (a) lokasi dan subjek populasi/ sampel penelitian, (b) metode penelitian, (c) desain penelitian, (d) definisi operasional variabel, (e) instrumen penelitian, (f) proses pengembangan instrumen, (g) teknik pengumpulan data, dan (h) analisis data.

4. Bab IV, terdiri dari pemaparan hasil penelitian dan pembahasannya.

(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Populasi atau Sampel Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SDN Indularang. Lokasinya terletak di Desa Pageralam Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya 46474 Provinsi Jawa Barat.

SD Negeri Indularang ini dipilih menjadi tempat dilaksanakannya penelitian

dengan alasan sebagai berikut:

a. Merupakan tempat penulis mengajar sebagai tenaga honorer sehingga

keadaan sekolah dan karakteristik siswa sudah diketahui.

b. Peneliti mendapat kemudahan fasilitas dan jalur birokrasi.

c. SD Negeri Indularang ini merupakan salah satu sekolah yang membutuhkan

ragam model pembelajaran dari mulai yang paling sederhana dalam upaya

meningkatkan kualitas pembelajaran. Sehingga memungkinkan peneliti

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

d. SDN Indularang merupakan SD terpencil dan berada jauh dari jalan raya, sangat ideal untuk proses belajar mengajar

Dengan pertimbangan di atas, akhirnya penulis memutuskan SD Negeri Indularang sebagai tempat penelitian.

SDN Indularang memiliki staf kependidikan berjumlah 8 orang, terdiri dari 3 orang laki-laki dan 5 orang perempuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran.

2. Populasi

Sugiyono (Ihat, dkk. 2009: 153), menyatakan ‘Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya’.

(15)

30

pemilihan populasi adalah berdasarkan hasil wawancara dengan guru-guru SD Negeri Indularang, kelas IV adalah kelas yang siswanya paling banyak, dan karena banyaknya siswa, sikap belajar siswa kelas IV masih kurang, masih banyak siswa yang sikap belajarnya perlu diperbaiki.

3. Sampel

Sugiyono (2009:118) menyatakan bahwa “sampel adalah bagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik sampling jenuh. Dalam teknik sampel ini semua anggota populasi digunakan sebagai sampel, ini karena jumlah populasi kurang dari 30 orang. Di sini peneliti membagi 2 kelompok, yaitu IVA dan IVB dengan landasan masing-masing kelas mempunyai karakteristik yang sama, hal ini berdasarkan hasil pengamatan guru kelas yang selanjutnya membagi kelas dengan kemampuan sama rata. IVA dijadikan sebagai kelas eksperimen berjumlah 24 orang, terdiri dari 16 orang laki-laki dan 8 orang perempuan. Untuk rincian data kelas IVA SDN Indularang.

Siswa kelas IVB dijadikan sebagai kelas kontrol berjumlah 25 orang, terdiri dari 16 orang laki-laki dan 9 orang perempuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat rincian data siswa kelas IVB SDN Indularangyang terdapat pada lampiran.

B. Metode Penelitian

Untuk menunjang pencapaian tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui gambaran yang obyektif tentang pengaruh pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) terhadap sikap belajar matematika siswa, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Metode kuasi eksperimen merupakan bentuk eksperimen yang tidak melakukan random assignment, melainkan menggunakan kelompok yang sudah terbentuk (intaqgrouf).

(16)

ketika menjalankan proses pembelajaran dan tetap merasakan seperti proses belajar mengajar biasanya.

Dengan demikian dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan dengan menggunakan data yang dianalisis melalui analisis statistik. Pendekatan ini memungkinkan dilakukan pencatatan dan penganalisisan hasil penelitian secara eksak dalam bentuk angka dengan menggunakan statistik.

Peneliti memilih metode kuasi eksperimen post-test only nonequivalent control group design dengan berpedoman pada pendapat yang dikemukakan oleh Danim (2002: 49) yang menyatakan bahwa “penelitian dengan menggunakan satu kali tes di akhir perlakuan harus memiliki asumsi yang menyatakan bahwa populasi yang dijadikan sampel memiliki kesamaam data pada awal penelitian”. Pada dasarnya kelas eksperimen dan kelas kontrol merupakan satu kelas yang dibagi dua. Keadaan sampel ini memiliki kesamaan karakteristik berdasarkan dilaksanakannya pembelajaran matematika pada waktu yang sama dengan guru yang sama sehingga siswa memiliki nilai sikap ilmiah yang sama. Maka dari itu, peneliti berasumsi bahwa data awal sikap siswa pada pembelajaran matematika adalah sama. Selain itu, penelitian yang dilakukan adalah penelitian mengenai sikap siswa berdasarkan pembelajaran yang diterapkan. Oleh karena itu peneliti menggunakan satu kali pengumpulan data setelah proses pembelajaran.

C. Desain Penelitian

Sesuai dengan metode penelitian, penelitian ini memerlukan dua kelompok subjek penelitian yaitu kelompok pertama (kelompok penelitian) dan kelompok kedua (kelompok kontrol). Kelompok pertama dilakukan pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kelompok kedua dengan pembelajaran tanpa kooperatif tipe STAD.

(17)

32

tersebut”. Penjelasan kuasi eksperimen post-test only, nonequivalent control group design dalam penelitian ini dijelaskan pada tabel, sebagai berikut:

Tabel 3.1

Kuasi Eksperimen Post-test Only, Nonequivalent Control Group Design

Kelompok Perlakuan Posttest

KE X1 Q1

KK Q2

Keterangan : 1. KE 2. KK 3. X1 4. Q1

5. Q2 = = = =

=

Kelas eksperimen (IVA) Kelas kontrol (IVB)

Perlakuan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD

Sikap belajar matematika siswa setelah pembelajaran kooperatif tipe STAD diterapkan.

Sikap belajar matematika siswa tanpa pembelajaran kooperatif tipe STAD atau dengan pembelajaran konvensional

D. Definisi Operasional Variabel

Menurut Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan (2009: 341), “Variabel penelitian dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang ada atau exist dan kebenarannya memiliki lebih dari satu label atau lebih dari satu nilai”. Dalam penelitian ini sesuai dengan judul pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) terhadap sikap belajar matematika siswa terdapat dua variabel, yaitu :

a. Variabel bebas

(18)

b. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap belajar matematika siswa. Sikap merupakan kecenderungan pola tingkah laku individu untuk berbuat sesuatu dengan cara tertentu terhadap orang, benda atau gagasan. Untuk mengetahui sikap belajar matematika siswa, digunakan instrument penelitian berupa wawancara tentang sikap siswa terhadap pembelajaran matematika. Indikator untuk mengukur sikap belajar matematika siswa tersebut, antara lain: sikap menerima, merespon, menghargai, menerapkan dan bertanggung jawab.

E. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya

Arikunto (2010: 203) menyatakan, “Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga mudah diolah”.

Untuk memperoleh data yang diperlukan, penelitian ini menggunakan beberapa instrument penelitian, yaitu:

1. Wawancara

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur. Sugiyono (2012: 73) menyatakan bahwa “Dalam wawancara terstruktur, peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan”. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya.

Adapun kisi-kisi instrumen wawancara dalam penelitian ini sebagai berikut: Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Wawancara Sikap Belajar Matematika Siswa

Aspek yang diteliti Indikator Nomor

Pertanyaan Sikap terhadap

pembelajaran matematika

(19)

34

Tabel 3.2 ((lanjutan) Bertanggung jawab terhadap pembelajaran matematika

7, 8

Sikap terhadap pembelajaran yang telah berlangsung

Menerima pembelajaran yang telah berlangsung

9, 10, 11, 12, 13, 14

Merespon pembelajaran yang telah berlangsung

15, 16, 17, 18,

Menghargai pembelajaran yang telah berlangsung

19, 20

Bertanggung jawab terhadap

pembelajaran yang telah berlangsung

21, 22, 23, 24

2. Lembar Observasi

Observasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi terbuka dimana kehadiran peneliti dalam menjalankan tugasnya di tengah-tengah kegiatan responden diketahui secara terbuka, sehingga antara responden dengan peneliti terjadi hubungan atau interaksi secara wajar. Adapun lembar observasi yang dibuat oleh peneliti yaitu:

a. Lembar Observasi Aktivitas Guru

Lembar observasi guru dibuat untuk mengamati kekurangan dan kelebihan guru dalam pelaksanaan KBM. Lembar observasi ini mencakup 6 fase kegiatan pembelajaran yang diukur. Fase-fase tersebut terdapat dalam kisi-kisi instrument lembar observasi berikut ini:

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Lembar Observasi Guru Langkah-Langkah

Pembelajaran Hal yang Diamati

Kegiatan Awal 1. Guru mengkondisikan kelas 2. Guru melakukan apersepsi 3. Guru memotivasi siswa

(20)

Tabel 3.3 (lanjutan) Kegiatan Inti 1. Guru menjelaskan materi.

2. Guru meminta siswa untuk memperhatikan penjelasan 3. Guru meminta siswa untuk menyelesaikan

permasalahan yang terdapat pada LKS.

4. Guru berkeliling untuk memantau dan membimbing siswa.

5. Guru mempersilakan siswa untuk mengerjakan soal yang terdapat dalam LKS di depan kelas.

6. Guru memberi kesempatan pada siswa lain untuk bertanya jika masih ada yang belum dipahami. 7. Guru meluruskan kembali jawaban siswa bila ada

jawaban yang kurang benar

Kegiatan Penutup 1. Guru mengarahkan siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

2. Guru menginformasikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya.

b. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Lembar observasi siswa dibuat untuk menilai sikap siswa dalam kelompok selama KBM berlangsung. Lembar observasi ini mencakup 4 kegiatan siswa yang ukur. Kegiatan tersebut terdapat dalam kisi-kisi instrument lembar observasi siswa berikut ini:

Tabel 3.4

Kisi-kisi Instrumen Lembar Observasi Siswa Langkah-Langkah

Pembelajaran Hal yang Diamati

Kegiatan Awal 1. Siswa menunjukkan respon yang baik ketika memulai pembelajaran.

2. Siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Kegiatan Inti 1. Siswa memperhatikan penjelasan guru

2. Siswa mempelajari LKS yang diberikan guru dan menyelesaikan masalah yang terdapat di

dalamnya.

(21)

36

Tabel 3.4 (lanjutan)

4. Siswa menjawab pertanyaan dari teman 5. Siswa mengerjakan soal di depan kelas

Kegiatan Penutup 1. Siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dari variabel sikap belajar matematika siswa didasarkan pada sumber data dari variabel penelitian. “Pengambilan data yang dihimpun langsung oleh peneliti disebut primer, sedangkan apabila melalui sumber kedua disebut sumber skunder” (Riduwan, 2006: 51). Sumber data primer dalam penelitian ini adalah data dari wawancara sikap belajar matematika siswa, sedangkan sumber data sekunder adalah data dari observasi sikap siswa dalam pelaksanaan penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Selain itu Riduwan (2006: 69) menjelaskan “metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data”. Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu sebagai berikut:

2. Wawancara

Arikunto (2010: 194) “wawancara merupakan suatu cara pengumpulan data dengan sebuah dialog yang dilakukan oleh peneliti langsung kepada informan atau

pihak yang berkompeten dalam suatu permasalahan.” Teknik wawancara

digunakan sebagai teknik pengumpulan data utama untuk menggali data pokok mengenai sikap belajar matematika siswa dari responden siswa kelas IV.

2. Observasi

Teknik observasi adalah teknik pengumpulan data berdasarkan hasil pengamatan terhadap objek yang diteliti. Teknik observasi digunakan untuk mengumpulkan data mengenai KBM yang dilaksanakan pada pelajaran matematika kelas IV.

(22)

Tabel 3.5

Data Variabel Penelitian

No. Data Sumber Data Teknik

Pengumpulan data 1. Sikap belajar matematika siswa kelas

eksperimen

Siswa Wawancara

2. Sikap belajar matematika siswa kelas control

Siswa Wawancara

3. Proses pembelajaran kooperatif tipe STAD

Guru Observasi

4. Sikap belajar matematika siswa dalam kelompok selama KBM berlangsung

Siswa Observasi

G. Teknik Anaisis Data

Setelah data yang diperlukan dalam penelitian ini terkumpul, maka selanjutnya hal yang dilakukan adalah menganalisis data. Sugiyono (2009 : 335) menyebutkan bahwa:

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Dalam penelitian ini digunakan beberapa analisis. Untuk penjabaran

langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif berkaitan dengan upaya menjawab rumusan masalah pada

Bab I, yaitu:

a. Bagaimana sikap siswa dalam pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe STAD?

b. Apakah terdapat pengaruh pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap sikap belajar matematika siswa?

Untuk menjawab rumusan masalah di atas, diperlukan nilai perbandingan

antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen. Prosedur pengolahan datanya

(23)

38

a. Pemberian skor dan nilai terhadap jawaban post-test siswa untuk masing-masing kelas kontrol dan kelas eksperimen.

b. Melakukan olah data statistik deskriptif terhadap nilai post-test siswa untuk masing-masing kelas kontrol dan kelas eksperimen.

c. Berdasarkan hasil olah data statistik deskriptif, maka dideskripsikan kualitas sikap belajar matematika siswa pada masing-masing kelas, baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen.

Dalam menentukan kualitas sikap belajar siswa, digunakan pedoman penentuan interval kategori menurut Cece Rahmat dan Solehudin. Berikut adalah tabel interval kategori menurut Cece Rahmat dan Solehudin (Andri, 2010: 45):

Tabel 3.6

Pedoman Interval Kategori Sikap Belajar

No. Interval Kategori

1. X ≥ ideal + 1,5 Sideal Sangat Tinggi

2. ideal + 0,5 Sideal ≤ X < ideal + 1,5 Sideal Tinggi 3. ideal - 0,5 Sideal ≤ X < ideal + 0,5 Sideal Sedang 4. ideal - 1,5 Sideal ≤ X < ideal - 0,5 Sideal Rendah 5. X < ideal - 1,5 Sideal Sangat Rendah Penjelasan :

ideal = Xideal

Sideal = ideal 2. Uji Asumsi

Uji asumsi terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas. Uji asumsi ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai pengolahan data yang akan digunakan. Apakah data yang diperoleh diolah dengan parametrik, atau dengan non parametrik.

a. Uji Normalitas

(24)

menentukan uji statistik perbedaan. Jika hasil perhitungan menunjukkan data berdistribusi normal maka uji perbedaan menggunakan satistik parametrik, dan jika hasil perhitungan menunjukan data tidak berdistribusi normal maka uji perbedaan menggunakan statistik non parametrik. Pada penelitian ini, uji normalitas data dilakukan dengan bantuan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov yang ada pada program SPSS 18.0.

Cara mengetahui signifikan atau tidak signifikan hasil uji normalitas adalah dengan memperhatikan bilangan pada Asymp. Sig (2-tailed). Untuk menentukan kenormalan, kriteria yang berlaku adalah sebagai berikut:

(a) Menetapkan hipotesis.

(b) Tetapkan tarap signifikansi uji misalnya a = 0,05. (c) Bandingkan p dengan taraf signifikansi yang diperoleh.

(d) Jika signifikansi yang diperoleh > a, maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

(e) Jika signifikansi yang diperoleh < a, maka sampel bukan berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Mengukur homogenitas pada dasarnya adalah memperhitungkan dua sumber kesalahan yang muncul pada tes yang direncanakan, uji homogenitas dimaksudkan untuk menguji kesamaan varians populasi yang berdistribusi normal. Menurut Arikunto (2010: 321) menyatakan bahwa: Tujuan menggunakan uji homogenitas menjadi sangat penting apabila peneliti bermaksud melakukan generalisasi untuk hasil penelitiannya serta penelitian yang data penelitiannya diambil dari kelompok-kelompok terpisah yang berasal dari satu populasi. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh arikunto maka peneliti menggunakan uji homogenitas. Uji homogenitas dilakukan dengan bantuan program SPSS 18.0.

(25)

40

a) Menentukan hipotesis.

b) Tetapkan tarap signifikansi uji, misalnya a = 0,05. c) Bandingkan p dengan taraf signifikansi yang diperoleh.

d) Jika signifikansi yang diperoleh > a, maka variansi setiap sampel sama (homogen).

e) Jika signifikansi yang diperoleh < a, maka variansi setiap sampel tidak sama (tidak homogen).

Setelah data dari hasil pengujian diketahui berdistribusi normal dan homogen atau tidak, maka selanjutnya dilakukan uji T Independent Samples Test. Uji T Independent Samples Test ini dilakukan untuk menguji perbedaan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen setelah diberi perlakuan. Untuk proses

penghitungannya penulis menggunakan bantuan komputer program SPSS 18.0.

3. Uji Hipotesis Statistik

Pengujian hipotesis ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antara variabel. Untuk menguji hipotesis penelitian, peneliti menetapkan hipotesis operasional yaitu hipotesis nol (H0) adalah tidak adanya perbedaan antara variabel-variabel yang diteliti, biasanya diformulasikan untuk ditolak. Apabila ditolak, maka hipotesis pengganti (H1) adalah suatu hipotesis tentang adanya perbedaan antara variabel-variabel yang diteliti.

Untuk membantu proses pengolahan data secara tepat, maka pengolahan datanya dilakukan melalui SPSS (Statistik Product and Service Solution). Pengujian hipotesis operasional menggunakan Uji T Independent Sampels Test. Dasar pemilihan digunakannya Uji T Independent Sampels Test yaitu untuk menguji perbedaan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen setelah diberi perlakuan. Berdasarkan pendapat Suliyono (2010: 113) mengemukakan ketentuan dalam uji hipotesis menggunakan uji t Independent Sampels Test sebagai berikut: 1) H0 : m1 = m2

H1 : m1 ≠ m2

2) Signifikan 5% (0,05) 3) Daerah kritis

(26)

4) Statistik Uji

Nilai Sig. (2-tailed) 5) Kesimpulan

Jika Sig. (2-tailed < 0.05, maka H0 ditolak, dan H1 diterima sebagai jawaban hipotesis.

H. Prosedur Penelitian

Setelah proses pengumpulan data, maka pada proses selanjutnya adalah menganalisis data penelitian tersebut. Secara umum, proses analisis data penelitian meliputi langkah-langkah berikut:

1. Persiapan

Kegiatan pada langkah persiapan ini, antara lain: mengecek kelengkapan identitas responden, mengecek kelengkapan data, dan mengecek isian data.

2. Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksananan pembelajaran dilaksanakan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol pada pembelajaran matematika mengenai penjumlahan pecahan. Pembelajaran matematika pada kelas eksperimen dilaksanakan oleh peneliti, dan kelas kontrol dilaksanakan oleh guru kelas IV. Pembelajaran berlangsung selama 3 kali pertemuan dengan durasi pembelajaran yang dilaksanakan sekitar 2x35 menit setiap pertemuan. Siswa kelas IVA sebagai kelas eksperimen diberi perlakuan (treatment) berupa pembelajaran mengenai penjumahan pecahan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD, sedangkan kelas IVB sebagai kelas kontrol, diberi perlakuan (treatment) berupa pembelajaran mengenai penjumahan pecahan dengan menggunakan pembelajaran metode ceramah.

3. Pemberian Post Test

(27)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di kelas IV SDN Indularang, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Sikap belajar matematika siswa kelas IV SDN Indularang yang menjadi kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berada pada kategori sangat tinggi, tinggi, dan sedang. Sikap belajar matematika siswa yang menjadi kelas kontrol dengan penerapan pembelajaran konvensional berada pada kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, dan rendah.

2. Model kooperatif tipe STAD mempengaruhi sikap belajar matematika siswa. Hal tersebut diperoleh berdasarkan pengujian hipotesis penelitian menggunakan uji Independent Samples Test menghasilkan Sig. (2-tailed) sebesar 0,002. Sesuai dengan ketentuan, H0 diterima jika nilai Sig. (2-tailed) > 0,05. Karena nilai Sig. (2-tailed) < 0,05, maka H0 ditolak sehingga yang menjadi jawaban dari hipotesis penelitian adalah H1 yang berarti ada pengaruh yang signifikan penerapan model kooperatif tipe STAD terhadap sikap belajar matematika siswa.

B. Saran

Dari kesimpulan di atas, untuk mengembangkan dan meningkatkan sikap

siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika, maka disarankan sebagai

berikut:

1. Kepada guru maupun calon guru hendaknya menambah wawasan tentang

inovasi pembelajaran, dengan menggunakan berbagai model pembelajaran,

sehingga kegiatan pembelajaran di kelas lebih inovatif, serta dapat

mengembangkan dan meningkatkan sikap siswa.

(28)

terutama model kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hubungan sosial siswa agar pembelajaran menjadi lebih menarik.

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Azwar, Saifuddin. (2012). Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

BSNP. (2009). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Materi Pokok untuk SD/MI. Jakarta : Bumi Aksara.

Budijastuti, Widowati. (2001). Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya 2001.

Calhoun, J.F & Joan Ross Acocella. (1995). Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan. Semarang : IKIP Semarang.

Damin, N. (2002). Prosedur Statistik Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Darhim & Rasyad, A. (1996). Media Pengajaran. Jakarta : Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama.

Dimyati & Mudjiono. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : RINEKA CIPTA.

Depdikbud. (2007). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Hatimah, Ihat. Dkk. (2009). Penelitian Pendidikan. Bandung : UPI PRESS.

Hermawan, Asep Herry. Dkk. (2007). Belajar dan Pembelajaran SD. Bandung : UPI PRESS.

Hudojo, Herman. (1988). Mengajar Belajar Matematika. Jakarta : Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Isjoni. (2005). Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok. Bandung: Alfabeta.

Lie , Anita. (2002). Cooperative Learning Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana.

(30)

Mulyana, E. H. (2011). Pendidikan dan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar. Bandung: UPI PRESS.

Riduwan. (2006). Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.

Ruseffendi. (2006). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Rusyandi, T. & Junaedi, H. D. (1996). Penerapan Gerakan Disiplin Nasional Dalam Proses Pemeblajaran. Cianjur : CV. Kandaga Ciptakarya.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Soekidjo, Notoatmodjo. (2003). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suherman, E. et al. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: UPI PRESS.

Sulisyono, Joko. (2010). 6 Hari Jago SPSS 17. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer. Susilowati, Yeni. (2006). Pemanfaatan Model Pembelajaran Kooperatif STAD (Student Teams Achievement Division) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI SMA Negeri 15 Semarang Pada Materi Pokok Kesetimbangan dalam Larutan. [Online]. Tersedia:

http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH3c4d/7066e63b.d ir/doc.pdf. html, diunduh 20 Maret 2013.

Tim Bina Karya Guru. (2012). Matematika Untuk SD/MI Kelas IV. Sidoarjo: Masmedia.

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. (2009). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: PT IMTIMA.

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Wawancara Sikap Belajar Matematika Siswa
Tabel 3.2 ((lanjutan)
Tabel 3.3 (lanjutan)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat infeksi cendawan Entomophthorales tertinggi mencapai 46,3% yang terjadi pada kutu putih di tanaman pepaya di Bubulak, sedangkan tingkat infeksi terendah terjadi

Audiovisual Dalam Penguasaan Keterampilan Pertolongan Persalinan Kala II” adalah proses mental yang berhubungan dengan panca indera yang terjadi pada mahasiswa Program Studi

Sumsum tulang belakang Otak besar Otak tengah Otak depan Otak kecil Sumsum lanjutan Saraf somatik Saraf otonom.. 12 pasang saraf otak (saraf

Setelah IPR diperoleh, untuk pemanfaatan ruang yang peruntukannya hunian perumahan lebih dari 3 (tiga) bangunan, komersial, jasa, perkantoran, pendidikan, industri,

Pendapat tersebut dapat dilihat melalui penelitian ini dimana terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi masyarakat tentang menguras, mengubur, dan menutup (3M)

Proses penerbitan Surat Paksa sesuai dengan SOP Tata Cara Penerbitan dan Pemberitahuan Surat Paksa Nomor KPP40-0011 Tanggal 21 Juni 2013, dimulai dengan perintah

Hasil uji statistik menyimpulkan bahwa ada kontribusi fungsi sosial keluarga terhadap perilaku remaja merokok p=0,000, dengan nilai OR=3,7 , artinya keluarga

[r]