• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Pemilihan Moda Transportasi Bus Dengan Metode Stated Preference (Studi Kasus Medan-Sidikalang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisa Pemilihan Moda Transportasi Bus Dengan Metode Stated Preference (Studi Kasus Medan-Sidikalang)"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI BUS DENGAN

METODE STATED PREFERENCE

(STUDI KASUS MEDAN - SIDIKALANG)

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat untuk

Menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil

040404071

LEO GANDA SILALAHI

BIDANG STUDI TRANSPORTASI

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

ANALISA PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI BUS DENGAN METODE STATED PREFERENCE

(STUDI KASUS MEDAN – SIDIKALANG)

Oleh : Leo Ganda Silalahi

Adanya kompetisi berimbang antara bus DATRA dan bus BTN menjadi dasar penelitian ini dibuat. Hal ini memberikan indikasi pentingnya memahami perilaku pelaku perjalanan dalam mengambil keputusan pilihan moda untuk rute Medan – Sidikalang. Penelitian ini dilakukan dengan data hasil pendekatan observasi, wawancara dan kajian literatur dikembangkan dalam menggambarkan situasi perjalanan terhadap kedua bus tersebut.

Stated Preference adalah sebuah pendekatan dengan menyampaikan pernyataan pilihan (option) berupa suatu hipotesa untuk dinilai oleh responden. Dengan meggunakan teknik stated preference, peneliti dapat mengontrol secara penuh faktor-faktor yang ada pada situasi yang dihipotesis. Data stated preference yang diperoleh dari responden selanjutnya dianalisa untuk mendapatkan suatu model berupa formulasi yang mencerminkan utilitas individu dalam perjalanannya.

Gambaran komposisi karakteristik pelaku perjalanan dari data hasil survey, diketahui karakteristik umum pengguna dalam pemilihan moda adalah sebagai berikut : Berdasarkan tujuan perjalanan yang dilakukan terlihat bahwa pengguna bus DATRA lebih banyak melakukan perjalanan dengan tujuan non-bisnis/bekerja sebesar 56.90%, sedangkan 43.10% untuk tujuan bisnis/bekerja, sementara untuk bus BTN non-bisnis/bekerja sebesar 69.05%, sedangkan 30.95% untuk tujuan bisnis/bekerja. Tingkat pendapatan pengguna bus DATRA Rp.1.00.000-Rp.2.000.000 sebesar 38.60% dan bus BTN diantara Rp.500.000-Rp.1.000.000. sebesar 48.84%. Untuk menentukan fungsi utilitas guna peramalan model dalam memenuhi permintaan pelaku perjalanan berdasarkan karakteristik pelaku perjalanan digunakan analisa regresi dengan bantuan program SPSS. Hasil analisa yang diperoleh adalah :

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur yang mendalam kepada Tuhan Yesus Kristus, yang senantiasa

memberi berkat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir

ini yang merupakan syarat utama yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar

Sarjana Teknik dari Universitas Sumatera Utara. Judul Tugas Akhir ini adalah :

“ANALISA PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI BUS DENGAN METODE STATED PREFERENCE

(STUDI KASUS MEDAN – SIDIKALANG)”

Pada kesempatan ini, dengan rasa tulus dan ikhlas penulis menyampaikan rasa

hormat dan terima kasih serta penghargaan yang sebesar-besarnya kepada kedua

orangtua penulis P.H Silalahi dan R br Ginting yang telah memberikan doa, kasih

sayang dan materil yang senantiasa mengalir tanpa batas selama kuliah dan proses

penyelesaian Tugas Akhir ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Medis Surbakti, ST, MT selaku dosen pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktu, pikiran, dan bimbingan dalam penyelesaian

Tugas Akhir ini.

2. Bapak Ir. Joni Harianto, Yusandy Aswad, ST, MT, dan Ibu Filiyanti TA.

Bangun, ST,Dip.Grad.M.EngSc selaku pembanding yang telah memberi

kritik dan masukan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

3. Bapak Prof. DR. Ing. Johannes Tarigan selaku Ketua Departemen Teknik

Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

(4)

5. Bapak dan Ibu Dosen/Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas

Teknik Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh pegawai administrasi yang telah memberikan bantuan.

7. Abang saya Ronijon Silalahi, SE dan Rudianto Silalahi, kakak saya Ika

Br. Marbun, Adik saya Agustina Br. Silalahi, serta semua Keluarga

Silalahi dan Ginting yang selalu memberi dukungannya kepada penulis.

8. Teman-teman dari Tasbi House, Pepeng House, Berdikari 3 kost, 3DGOY

Community yang selalu menemani, memotivasi dan membantu saya.

9. Teman-teman saya seperjuangan di Teknik Sipil Stambuk 2004.

10.B04NBALLA Community yang bikin hidup lebih hidup di kampus.

11.Para Senior dan Junior Teknik Sipil USU.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas dan melimpahkan Berkat-Nya bagi

kita semua, atas semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan, penulis

mengucapkan terima kasih.

Penulis menyadari bahwa penulisan Tugas Akhir ini masih terdapat

kekurangan, baik penulisan maupun pembahasan oleh karena keterbatasan,

pengalaman dan referensi yang dimiliki. Untuk itu penulis sangat mengharapkan

saran-saran dan kritik demi perbaikan pada masa mendatang.

Akhir kata, semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua,

khususnya pada bidang teknik sipil.

Medan, Mei 2010

Hormat Saya,

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...

ABSTRAK ...

DAFTAR ISI ...

DAFTAR GAMBAR ...

DAFTAR GRAFIK ...

DAFTAR TABEL ...

DAFTAR ISTILAH ...

DAFTAR LAMPIRAN ...

DAFTAR NOTASI ...

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1Umum ... 1

I.2 Latar Belakang Penulisan ... 2

I.3 Tujuan Penulisan ... 3

I.4 Pembatasan Masalah ... 4

I.5 Metodologi Penulisan ... 4

I.6 Tinjauan Pustaka ... 5

I.7 Sistematika Penulisan ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

II.1 Sistem Transportasi ... 11

II.1.1 Pengertian ... 11

II.1.2 Komponen Sistem Transportasi ... 12

(6)

II.1.4 Konsep Perencanaan Transportasi ... 13

II.2 Pilihan Moda Transportasi ... 15

II.2.1 Pengertian ... 15

II.2.2 Faktor yang mempengaruhi Pemilihan Moda ... 18

II.3 Angkutan Umum ... 21

II.3.1 Pengertian ... 21

II.3.2 Pihak yang Berkepentingan dengan Pelayanan Angkutan Umum ... 22

II.4 Pemodelan Transportasi ... 24

II.5 Pendekatan Model Pemilihan Moda ... 26

II.6 Model Pemilihan Diskret ... 30

II.7 Utilitas ... 32

II.7.1 Utilitas Acak ... 33

II.7.2 Model Logit Multinominal/Binomial ... 35

II.8 Teknik Stated Preference ... 36

II.8.1 Identifikasi Pilihan ... 38

II.8.2 Analisa Data Stated Preference ... 39

II.8.3 Estimasi Parameter Stated Preference... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 43

III.1 Umum ... 44

III.2 Rencana Kerja ... 44

III.2.1 Studi pendahuluan dan Kajian Pustaka ... 45

III.2.2 Perancangan dan Pelaksanaan Survei Pendahuluan ... 45

(7)

III.2.4 Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 47

III.2.5 Estimasi Parameter Model ... 47

III.2.6 Analisa Statistik ... 47

III.2.7 Kompilasi Data ... 48

III.2.8 Uji Statistik ... 48

III.2.9 Uji Sensitivitas ... 48

III.2.10 Kesimpulan dan Saran ... 49

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... 50

IV.1 Gambaran Umum Wilayah Studi ... 51

IV.2 Teknik Pengumpulan Data ... 52

IV.3 Jumlah Sampel ... 52

IV.4 Perolehan Data Survei ... 54

IV.5 Pemaparan Hasil Survei ... 56

IV.6 Analisa Regresi Linear ... 62

IV.6.1 Analisa Persamaan Fungsi Selisih Utilitas ... 62

IV.6.2 Kompilasi Data ... 64

IV.6.3 Korelasi ... 65

IV.6.4 Alternatif Persamaan Fungsi Selisih Utilitas ... 66

IV.6.5 Persamaan Model ... 70

IV.6.6 Grafik Pemilihan Moda ... 71

IV.7 Sensitivitas Model ... 71

IV.8 Hasil Analisa Regresi ... 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

(8)

V2 Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Dimensi ukuran Bus

Gambar 1.2 Jalur Bus Di Sumatera Utara (Khususnya Medan-Sidikalang)

Gambar 1.3 Bagan Alir ( Flowchart ) Penelitian

Gambar 2.1 Bagan Alir (Flowchart) Konsep Perencanaan Transportasi Empat

Tahap

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Acuan menentukan jumlah sampel : probabilitas individu memilih bus

DATRA / bus BTN ... 53

Tabel 4.2 Ragam Kriteria jawaban pengguna bus ... 56

Tabel 4.3 Distribusi Responden Pengguna bus DATRA dan bus BTN untuk

Perjalanan Medan-Sidikalang ... 56

Tabel 4.4 Distribusi Tujuan Perjalanan Responden Pengguna bus DATRA dan bus

BTN untuk Perjalanan Medan – Sidikalang ... 58

Tabel 4.5 Distribusi Alasan Pemilihan Moda / bus untuk Responden Pengguna bus

DATRA dan bus BTN untuk Perjalanan Medan- Sidikalang ... 59

Tabel 4.6 Distribusi Tingkat Pendapatan Responden Pengguna Moda bus DATRA

dan bus BTN untuk Perjalanan Medan-Sidikalang ... 61

Tabel 4.7 Nilai Skala Numerik ... 63

Tabel 4.8 Matriks Korelasi ... 65

Tabel 4.9 Hasil Analisa Regresi Pengaruh Variabel Bebas terhadap Variabel

(11)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Distribusi Responden Pengguna Bus DATRA dan Bus BTN untuk

Perjalanan Medan – Sidikalang. ... 57

Grafik 4.2 Distribusi Tujuan Perjalanan Responden Pengguna Bus DATRA dan Bus BTN untuk Perjalanan Medan – Sidikalang ... 58

Grafik 4.3 Distribusi Alasan Pemilihan Moda / Bus Bus DATRA dan Bus BTN untuk Perjalanan Medan – Sidikalang ... 60

Grafik 4.4 Distribusi Tingkat Pendapatan Responden Pengguna Moda / bus DATRA dan bus BTN untuk Perjalanan Medan-Sidikalang ... 61

Grafik 4.5 Besarnya Utilitas dan Probabilitas Pemilihan Moda ... 71

Grafik 4.6 Sensitivitas Model Terhadap Perubahan Atribut Cost ... 73

Grafik 4.7 Sensitivitas Model Terhadap Perubahan Atribut Time ... 74

Grafik 4.8 Sensitivitas Model Terhadap Perubahan Atribut Headway ... 75

Grafik 4.9 Sensitivitas Model Terhadap Perubahan Atribut Service ... 76

(12)

DAFTAR ISTILAH

Cost : Ongkos/biaya perjalanan

Time : Waktu tempuh perjalanan

Headway : Frekuensi keberangkatan atau jadwal

keberangkatan

Service : Tingkat pelayanan moda angkutan

Time Acces : Waktu perjalanan menuju stasiun

Teknik Stated Preference : Teknik yang digunakan kepada responden

mengenai pilihan apa yang diinginkan untuk

melakukan sesuatu

Discreate Choice Models : Model pemilihan yang didasarkan pada

pendekatan terhadap perilaku individu

Model Logit Biner : Model dimana pengambilan keputusan

dihadapkan pada alternatif yang dipilih yang

mempunyai utilitas terbesar

Utilitas : Ukuran istimewa seseorang dalam menentukan

pilihan alternatif terbaiknya

Random utility : Utilitas acak

Random error : Kesalahan acak

Skala Semantik : Pilihan terhadap jawaban yang diberikan

Skala Numerik : Suatu nilai yang menyatakan respon individu

(13)

Probability : Perubahan nilai probabilitas bila dilakukan

perubahan nilai atribut

Correlation : Mengukur ketepatan garis regresi dalam

menjelaskan nilai variabel

Traveller : Pelaku perjalanan

Interview Survey : Survei wawancara

Option : Pilihan

Surveyor : Petugas survei

Maximum-Likelihood : Kemiripan maksimum

Questionare : Alat interview

Captive : Pengguna angkutan umum

Flowchart : Bagan Alir

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran : Output Data

Lampiran A : Format Kuisioner Penelitian

Lampiran B : Penentuan Ukuran Sampel

Lampiran C : Kompilasi Data

Lampiran D : Nilai Rata-rata Atribut

Lampiran E : Sensitivitas Atribut Cost

Lampiran F : Sensitivitas Atribut Time

Lampiran G : Sensitivitas Atribut Headway

Lampiran H : Sensitivitas Atribut Service

Lampiran I : Sensitivitas Atribut Time Acces

Lampiran J : Tabel Pemilihan Moda

Lampiran K : Distribusi T

Lampiran L : Distribusi F

Lampiran M : Hasil Kalibrasi Persamaan Alternatif 1

Lampiran N : Hasil Kalibrasi Persamaan Alternatif 2

Lampiran O : Hasil Kalibrasi Persamaan Alternatif 3

Lampiran P : Hasil Kalibrasi Persamaan Alternatif 4

Lampiran Q : Hasil Kalibrasi Persamaan Alternatif 5

Lampiran R : Hasil Kalibrasi Persamaan Alternatif 28

Lampiran S : Hasil Kalibrasi Persamaan Alternatif 31

(15)

DAFTAR NOTASI

PBus DATRA : Probabilitas memilih bus DATRA

PBus BTN : Probabilitas memilih bus BTN

DATRA : Dairi Tranport

BTN : Bintang Tani Jaya

a : Konstanta regresi

b1,...,bn : Koefisien masing-masing atribut

x1,...,xn : Nilai atribut/atribut pelayanan

R2 : Koefisien determinasi, yaitu untuk mengetahui seberapa besar

persentase pengaruh seluruh atribut terhadap utilitas pemilihan

moda

α : Tingkat keberartian

g : Galat yang dikehendaki

σ : Standart deviasi sampel

Zα : Nilai kritis distribusi

x1 : Selisih biaya perjalanan antara bus DATRA dan bus BTN

x2 : Selisih waktu tempuh perjalanan antara bus DATRA dan bus

BTN

x3 : Selisih jadwal keberangkatan antara bus DATRA dan bus

BTN

x4 : Selisih tingkat pelayanan antara bus DATRA dan bus BTN

x5 : Selisih waktu perjalanan menuju stasiun antara bus DATRA

dan bus BTN

(16)

ABSTRAK

ANALISA PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI BUS DENGAN METODE STATED PREFERENCE

(STUDI KASUS MEDAN – SIDIKALANG)

Oleh : Leo Ganda Silalahi

Adanya kompetisi berimbang antara bus DATRA dan bus BTN menjadi dasar penelitian ini dibuat. Hal ini memberikan indikasi pentingnya memahami perilaku pelaku perjalanan dalam mengambil keputusan pilihan moda untuk rute Medan – Sidikalang. Penelitian ini dilakukan dengan data hasil pendekatan observasi, wawancara dan kajian literatur dikembangkan dalam menggambarkan situasi perjalanan terhadap kedua bus tersebut.

Stated Preference adalah sebuah pendekatan dengan menyampaikan pernyataan pilihan (option) berupa suatu hipotesa untuk dinilai oleh responden. Dengan meggunakan teknik stated preference, peneliti dapat mengontrol secara penuh faktor-faktor yang ada pada situasi yang dihipotesis. Data stated preference yang diperoleh dari responden selanjutnya dianalisa untuk mendapatkan suatu model berupa formulasi yang mencerminkan utilitas individu dalam perjalanannya.

Gambaran komposisi karakteristik pelaku perjalanan dari data hasil survey, diketahui karakteristik umum pengguna dalam pemilihan moda adalah sebagai berikut : Berdasarkan tujuan perjalanan yang dilakukan terlihat bahwa pengguna bus DATRA lebih banyak melakukan perjalanan dengan tujuan non-bisnis/bekerja sebesar 56.90%, sedangkan 43.10% untuk tujuan bisnis/bekerja, sementara untuk bus BTN non-bisnis/bekerja sebesar 69.05%, sedangkan 30.95% untuk tujuan bisnis/bekerja. Tingkat pendapatan pengguna bus DATRA Rp.1.00.000-Rp.2.000.000 sebesar 38.60% dan bus BTN diantara Rp.500.000-Rp.1.000.000. sebesar 48.84%. Untuk menentukan fungsi utilitas guna peramalan model dalam memenuhi permintaan pelaku perjalanan berdasarkan karakteristik pelaku perjalanan digunakan analisa regresi dengan bantuan program SPSS. Hasil analisa yang diperoleh adalah :

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Umum

Banyak negara sedang berkembang menghadapi permasalahan transportasi.

Permasalahan yang terjadi bukan hanya disebabkan oleh terbatasnya sistem

prasarana transportasi yang ada, tetapi sudah ditambah lagi oleh permasalahan

lainnya. Pendapatan rendah, urbanisasi yang cepat, terbatasnya sumber daya

manusia, tingkat disiplin yang rendah, dan lemahnya sistem perencanaan dan kontrol

membuat permasalahan transportasi menjadi semakin parah.

Angkutan sebagai bagian dari sistem transportasi adalah salah satu kebutuhan

pokok masyarakat, dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan

masyarakat pada umumnya. Keberadaan angkutan sangat dibutuhkan tetapi apabila

tidak ditangani secara baik dan benar merupakan masalah bagi kehidupan. Manusia

sangat membutuhkan suatu prasarana dalam melakukan perjalanan dari satu tempat

ke tempat lainnya yang sering disebut moda atau jenis angkutan.

Manusia selalu berhasrat untuk bepergian untuk suatu tujuan seperti bekerja,

berlibur, pendidikan dan urusan lainnya. Dengan banyaknya kegiatan tersebut dan

meningkatnya pertumbuhan penduduk, menyebabkan naiknya keinginan untuk

melakukan perjalanan. Inilah yang menyebabkan kebutuhan akan transportasi dari

waktu ke waktu terus meningkat. Pada dasarnya, para pengguna angkutan sangat

(18)

mungkin, tarif ongkos yang murah, jadwal keberangkatan yang tepat, dan juga

kemudahan pengguna angkutan untuk mencapai stasiun/terminal.

I.2 Latar Belakang Penulisan

Sidikalang merupakan suat

Kota Sidikalang merupakan sebuah kota yang mata pencarian penduduk umumnya

hidup dari sektor pertanian. Sidikalang mempunyai sarana dan prasarana antara lain

transportasi darat, tenaga listrik, telekomunikasi dan air bersih. Dari berbagai

pengkajian serta searah dengan kebijakan pembangunan daerah, sektor-sektor yang

berpotensi untuk dikembangkan di kabupaten Dairi yaitu sektor industri, pertanian,

dan pariwisata. Adapun oyek wisata yang terkenal dari Sidikalang adalah Taman

Wisata Iman Sitinjo. Obyek wisata ini banyak menjadi perhatian dari warga kota

Sidikalang maupun dari luar kota seperti Medan, Berastagi, dan lain-lain.

Banyak orang yang berkunjung ke kota Sidikalang untuk berbagai kepentingan.

Mulai dari urusan bisnis, berwisata, dan kegiatan lainnya. Dalam melakukan

kunjungan tersebut orang dihadapkan dalam pilihan moda angkutan bus. Ada

beberapa jenis bus mini yang melayani rute Medan-Sidikalang. Fasilitas angkutan

yang melayani rute Medan-Sidikalang adalah Dairi Transport, Bintang Tani Jaya,

Sampri, dan Himpak. Namun, bus Himpak dominan melayani perjalanan menuju

Pakpak Bharat. Dan kalaupun ke Sidikalang adalah hanya sebagai tempat

persinggahan sesaat sebelum sampai ke tujuan.

Adapun yang menjadi alasan penulis memilih rute Medan - Sidikalang sebagai

bahan studi adalah karena perusahaan angkutan bus yang melayani Medan -

(19)

bus. Sehingga semua pelayanan yang diberikan angkutan bus diusahakan sebaik

mungkin dalam menjaga pelanggan pengguna angkutan bus itu sendiri. Fenomena ini

mendorong keinginan untuk mempelajari faktor-faktor apa yang menyebabkan

pengguna bus memilih menggunakan bus yang satu daripada memilih menggunakan

bus yang lain dengan cara memahami perilaku pengguna yang bertindak sebagai

pengambil keputusan yaitu dengan melakukan pemodelan, sehingga faktor yang

berpengaruh terhadap pemilihan moda dapat diidentifikasi. Penulis yang juga

bertindak sebagai pengambil keputusan dalam memilih moda Medan - Sidikalang

juga ingin mengetahui seberapa besar persaingan yang terjadi antar sesama bus.

Untuk memahami perilaku ini diperlukan suatu sampel kecil yang diharapkan dapat

mewakili individu dalam memilih angkutan bus (moda) untuk melakukan perjalanan.

Dalam studi ini nantinya akan didapatkan atribut apa yang paling berpengaruh

atau dominan dalam menentukan moda bagi pengguna bus mini untuk rute Medan –

Sidikalang? Di sini juga akan didapatkan seberapa besar tingkat sensitivitas

pengguna terhadap perubahan nilai maupun perubahan harga masing-masing atribut.

Misalkan jika harga ongkos dinaikkan apakah pengguna angkutan bus tersebut

berpaling ke bus yang lain atau tetap.

I.3 Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan ini adalah:

1. Memperoleh karakteristik pelaku perjalanan dalam pemilihan moda

transportasi.

2. Memperoleh suatu model pemilihan moda yang dapat menjelaskan

(20)

bila ditinjau dari segi biaya perjalanan (cost), waktu tempuh perjalanan

(time), jadwal keberangkatan (headway), pelayanan (service), dan waktu

perjalanan menuju stasiun (time acces).

3. Mengetahui perubahan probabilitas pelaku perjalanan bila terjadi

perubahan cost, time, headway, service, dan time acces sehingga pengguna

bus dapat mengambil keputusan memilih moda tertentu yang akan

digunakan dengan melihat kesensitifitasan kedua moda tersebut.

I.4 Pembatasan Masalah

Agar penulisan ini sesuai dengan judul maka diperlukan pembatasan masalah.

Adapun yang menjadi batasan masalah dalam penulisan ini adalah:

1. Alternatif moda yang digunakan dalam penulisan ini adalah bus mini

yang berkapasitas 11 penumpang.

2. Model yang diterapkan adalah model logit binomial.

3. Tinjauan model didasarkan pada asumsi bahwa pembuat keputusan dalam

memilih moda adalah pelaku perjalanan yang pernah menggunakan bus.

4. Analisa dilakukan dengan menggunakan teknik Stated Preference.

I.5 Metodologi Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini dengan

mengumpulkan bahan-bahan referensi yang berhubungan dengan tugas akhir ini,

yang bersumberkan buku-buku serta referensi lainnya sebagai pendekatan teori

(21)

menganalisa, membandingkan, mengutip dan menuliskan kembali ke dalam bentuk

yang lebih relevan dan terperinci.

Pengambilan data yang terdiri dari dua sumber yakni data primer dan data

sekunder.

a. Data primer yaitu data yang didapat melalui survey yaitu dengan

wawancara langsung maupun dengan penyebaran kuisioner kepada

responden dalam hal ini penumpang moda angkutan bus Medan –

Sidikalang.

b. Data sekunder yaitu data yang sudah tersusun yang diperoleh dari

instansi-instansi tertentu. Data dapat berupa data-data mengenai

operator yang melayani rute Medan – Sidikalang, kapasitas angkutan

umum, rata-rata jumlah penumpang dalam sekali berangkat, dan

lain-lain.

c. Menganalisa dan mengolah data-data yang menyangkut situasi di

lapangan saat pengambilan data.

I.6 Tinjauan Pustaka

Teknik Stated Preference dicirikan adanya penggunaan desain eksperimen

untuk membangun alternatif hipotesa terhadap situasi, yang kemudian disajikan

kepada responden. Stated preference adalah suatu pendekatan dengan cara

menyampaikan pertanyaan pilihan (option) berupa suatu hipotesa untuk dinilai oleh

responden. Selanjutnya responden ditanya mengenai pilihan apa yang mereka

inginkan untuk melakukan sesuatu atau bagaimana mereka membuat ranking/rating

(22)

preference yang diperoleh dari responden selanjutnya dianalisa untuk mendapatkan

suatu model berupa formulasi yang mencerminkan utilitas individu.

Utilitas dapat didefenisikan sebagai ukuran istimewa seseorang dalam

menentukan pilihan alternatif terbaiknya atau sesuatu yang dimaksimumkan oleh

setiap individu (Tamin,2000). Fungsi utilitas adalah mengukur daya tarik setiap

pilihan yang diberikan pada responden. Fungsi ini menggambarkan pengaruh pilihan

responden pada seluruh atribut yang termasuk dalam stated preference. Bentuk

fungsi utilitas diberikan dalam bentuk parameter-parameter linear.

Utilitas pada suatu moda angkutan bagi individu digambarkan sebagai fungsi

atribut-atribut seperti biaya ongkos yang dikeluarkan, waktu tempuh perjalanan,

kenyamanan dalam pelayanan, jadwal keberangkatan yang tepat, waktu menuju

stasiun. Sedangkan atribut-atribut yang membuat keputusan dapat berupa

pendapatan, jumlah anggota keluarga, umur, pekerjaan, dan lain-lain.

Dalam memodelkan pemilihan moda, maka utilitas dari suatu pilihan bagi

individu dapat dituliskan sebagai berikut:

Uin= β1xin1 +β2xin2+ β3xin3+ . . .+ βnxinn ... (1.1)

Dimana: Uin = utilitas alternatif i bagi pembuat keputusan n β1,β2,β3,βn = koefisien-koefisien dari data yang disediakan

xin1,xin2,xin3,xinn = variabel-variabel yang menerangkan atribut-atribut bagi

pembuat keputusan

Sifat utama dari Stated Preference adalah sebagai berikut:

1. Stated Preference didasarkan pada pertanyaan pendapat responden tentang

(23)

2. Setiap pilihan dipresentasikan sebagai “paket” dari atribut yang berbeda

seperti ongkos, waktu tempuh perjalanan, jadwal keberangkatan,

pelayanan, dan waktu perjalanan menuju stasiun.

3. Alat interview yang diberikan oleh metode ini memberikan alternatif yang

dapat dimengerti oleh responden, tersusun rapi dan masuk akal.

4. Respon setiap jawaban yang diberikan oleh individu dianalisa untuk

mendapatkan ukuran secara kuantitatif mengenai hal yang penting (relatif)

pada setiap atribut.

I.7 Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan berisi umum, latar belakang penulisan, tujuan penulisan,

pembatasan masalah, metodologi penulisan, tinjauan pustaka,

sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan pustaka membahas teori mengenai perencanaan sistem

transportasi dan model pemilihan moda. Model yang dikembangkan

adalah model pemilihan diskrit. Dalam penentuan fungsi utilitas

dibahas mengenai metode stated preference.

BAB III Metodologi penelitian membahas konsep langkah penelitian dan

atribut-atribut yang digunakan dalam penelitian.

BAB IV Pengumpulan dan pengolahan data membahas pengembangan model,

dimulai dari pengumpulan data kemudian melakukan analisa terhadap

model yang diuraikan meliputi analisa statistik dan uji sensitivitas

(24)

BAB V Kesimpulan dan saran yaitu memberikan hasil keluaran penelitian

untuk dijadikan pertimbangan serta saran tindak lanjut terhadap hasil

yang diperoleh dari penelitian ini.

Keterangan

Medan – Sidikalang memiliki jarak sejauh ±164 km. Bus yang melayani rute

ini adalah jenis bus yang dimasukkan dalam kategori bus mini (mini bus). Adapun

yang menjadi ukuran dimensi bus tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

1.5 3.4 0.9

0.15

2.1 1.8

0.15

5.8

(25)
(26)

Keterangan

= jalur bus :

= jalur kereta api

Gambar 1.2 Jalur Bus di Sumatera Utara (Khususnya Medan-Sidikalang)

{

Latar belakang

Tujuan Penelitian :

• Melakukan identifikasi beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan moda transportasi

• Menguji sensitifitas pelaku perjalanan dalam pemilihan moda angkutan

• Memperoleh model pemilihan moda yang dapat menjelaskan probabilitas pelaku perjalanan dalam memilih moda transportasi antara bus yang satu dengan bus yang lain.

Batasan dan ruang lingkup

Pengumpulan Data Gambaran kondisi

daerah studi Kajian Pustaka

Data Sekunder

• Operator angkutan

• Dinas terkait Data Primer :

• Survei lapangan

• Kuisioner

Pembahasan :

Kompilasi data

Analisa :

Pengolahan data hasil lapangan

Aplikasi Model :

• Pemodelan moda angkutan

(27)
(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Sistem Transportasi

II.1.1 Pengertian

Pengertian transportasi merupakan gabungan dari dua defenisi, yaitu sistem

dan transportasi. Sistem adalah suatu bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu

variabel dengan variabel lain dalam tatanan yang terstruktur, sedangkan transportasi

adalah suatu usaha untuk memindahkan, menggerakkan, mengangkut atau

mengalihkan orang ataupun barang dari suatu tempat ke tempat lain, dimana di

tempat lain objek tersebut lebih berguna atau dapat berguna untuk tujuan-tujuan

tertentu.

Maka, dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, sistem

transportasi adalah suatu bentuk keterikatan dan keterkaitan antara berbagai variabel

dalam suatu kegiatan atau usaha untuk memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

atau mengalihkan orang atau barang dari satu tempat ke tempat lain secara terstruktur

untuk tujuan tertentu.

Adapun yang menjadi tujuan perencanaan sistem transportasi adalah :

 Mencegah masalah yang tidak diinginkan yang diduga akan terjadi pada

masa yang akan datang (tindakan preventif).

(29)

 Melayani kebutuhan transportasi (demand of transport) seoptimum dan

seseimbang mungkin.

 Mempersiapkan tindakan/kebijakan untuk tanggapan pada keadaan di masa

depan.

 Mengoptimalkan penggunaan daya dukung (sumber daya) yang ada, yang

juga mencakup penggunaan dan yang terbatas seoptimal mungkin, demi

mencapai tujuan atau rencana yang maksimal (daya guna dan hasil guna

yang tinggi).

II.1.2 Komponen Sistem Transportasi

Dalam ilmu transportasi, alat pendukung proses perpindahan diistilahkan

dengan sistem transportasi mencakup berbagai unsur (subsistem) berupa:

 Ruang untuk bergerak (jalan).

 Tempat awal / akhir pergerakan (terminal).

 Yang bergerak (alat angkut/kenderaan dalam bentuk apapun).

 Pengelolaan : yang mengkoordinasi ketiga unsur sebelumnya.

Berfungsinya alat pendukung proses perpindahan ini sesuai dengan yang

diinginkan, tidaklah terlepas dari kehadiran subsistem tersebut di atas secara

serentak. Masing-masing unsur itu tidak bisa hadir beroperasi sendiri-sendiri,

kesemuanya harus terintegrasi secara serentak. Seandainya ada salah satu saja

komponen yang tidak hadir, maka alat pendukung proses perpindahan (sistem

(30)

II.1.3 Peranan Transportasi

Transportasi memiliki peranan penting dan strategi dalam pembangunan

nasional, mengingat transportasi merupakan sarana untuk memperlancar roda

perekonomian, memperkokoh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi hampir

semua aspek kehidupan. Pentingnya transportasi sebagai urat nadi kehidupan

ekonomi, sosial ekonomi, politik, dan pertahanan keamanan memiliki dua fungsi

ganda yaitu sebagai unsur penunjang dan sebagai unsur pendorong. Sebagai unsur

penunjang, transportasi berfungsi menyediakan jasa transportasi yang efektif untuk

memenuhi kebutuhan berbagai sektor dan menggerakkan pembangunan nasional.

Sebagai unsur pendorong, transportasi berfungsi menyediakan jasa transportasi yang

efektif untuk membuka daerah-daerah yang terisolasi, melayani daerah terpencil,

merangsang pertumbuhan daerah tertinggal dan terbelakang.

Jadi, transportasi memegang peranan yang sangat penting karena melibatkan

dan mempengaruhi banyak aspek kehidupan manusia yang saling berkaitan. Semakin

lancar transportasi tersebut, maka semakin lancar pula perkembangan pembangunan

daerah maupun nasional.

II.1.4 Konsep Perencanaan Transportasi

Ada beberapa konsep perencanaan transportasi yang telah berkembang hingga

saat ini dan yang paling populer adalah ‘Model Perencanaan transportasi Empat

Tahap (Four Step Models). Keempat model tersebut antara lain :

1. Model Bangkitan Pergerakan (Trip Generation Models), yaitu pemodelan

transportasi yang berfungsi untuk memperkirakan dan meramalkan jumlah

(31)

zona/kawasan/petak lahan dan jumlah (banyaknya) perjalanan yang

datang/tertarik (menuju) ke suatu zona/kawasan/petak lahan pada masa

yang akan datang (tahun rencana) per satuan waktu.

2. Model Sebaran Pergerakan (Trip Distribution Models), yaitu pemodelan

yang memperlihatkan jumlah (banyaknya) perjalanan/yang bemula dari

suatu zona asal yang menyebar ke banyak zona tujuan atau sebaliknya

jumlah (banyaknya) perjalanan/yang datang mengumpul ke suatu zona

tujuan yang tadinya berasal dari sejumlah zona asal.

3. Model Pemilihan Moda Transportasi (Mode Choice models), yaitu

pemodelan atau tahapan proses perencanaan angkutan yang berfungsi

untuk menentukan pembebanan perjalanan atau mengetahui jumlah (dalam

arti proporsi) orang dan barang yang akan menggunakan atau memilih

berbagai moda transportasi yang tersedia untuk melayani suatu titik

asal-tujuan tertentu, demi beberapa maksud perjalanan tertentu pula.

4. Model Pemilihan Rute (Trip Assignment Models), yaitu pemodelan yang

memperlihatkan dan memprediksi pelaku perjalanan yang memilih

berbagai rute dan lalu lintas yang menghubungkan jaringan transportasi

(32)

Secara konsepsi, perencanaan transportasi empat tahap ini dapat digambarkan

seperti Gambar 2.1 di bawah ini :

Gambar 2. 1 Bagan Alir (Flowchart) Konsep Perencanaan Transportasi Empat

Tahap

Aksesibilitas

(Accessibility)

Bangkitan Perjalanan

(Trip Generation)

Sebaran Pergerakan

(Trip Distribution)

Pemilihan Moda Angkutan (Mode

Choice)

Pemilihan Rute

(Trip Assignment)

Arus pada Jaringan Transportasi (Flow at

(33)

II.2 Pilihan Moda Transportasi (Mode Choice)

II.2.1 Pengertian

Tahap pilihan moda merupakan suatu tahapan proses perencanaan angkutan

yang bertugas dalam menentukan pembebanan perjalanan atau mengetahui jumlah

(dalam arti proporsi) orang dan barang yang akan menggunakan atau memilih

berbagai model transportasi yang tersedia untuk melayani suatu titik asal-tujuan

tertentu, demi beberapa maksud perjalanan tertentu pula. Sebagai contoh,

misalkanlah seorang pelaku perjalanan “A” yang akan melakukan perjalanan dari

asal Medan menuju Sidikalang dengan maksud perjalanan bisnis/dinas, dan ia

dihadapkan kepada masalah memilih alat angkut apa yang akan dipakainya yang

tersedia melayani jalur titik Medan menuju Sidikalang tersebut. Apakah dengan bus

umum atau mobil pribadi/dinas, atau dengan jenis kenderaan lainnya barangkali. Hal

ini tergantung dengan perilaku si “A” yang dipengaruhi oleh sekumpulan faktor atau

variabel.

Adapun hasil analisis tahap pilihan moda ini, sangat bermanfaat sebagai

masukan bagi pihak-pihak penyedia jasa seperti perusahaan-perusahaan mobil bus

yang melayani rute Medan-Sidikalang. Pemilihan moda transportasi dapat

dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu:

A. Pengguna Jasa Transportasi/Pelaku Perjalanan (Trip maker)

a) Golongan paksawan (captive), merupakan jumlah terbesar di negara

berkembang, yaitu golongan masyarakat yang terpaksa menggunakan

(34)

adalah golongan masyarakat lapisan menengah ke bawah (miskin atau

ekonomi lemah).

b) Golongan pilihwan (choice), merupakan jumlah terbanyak di

negara-negara maju, yaitu golongan masyarakat yang mempunyai kemudahan

(akses) ke kenderaan pribadi dan dapat memilih untuk menggunakan

angkutan umum atau angkutan pribadi. Mereka secara ekonomi adalah

golongan masyarakat lapisan menengah ke atas (kaya atau ekonomi kuat).

B. Bentuk Alat (Moda) Transportasi/Jenis Pelayanan Transportasi

Secara umum, ada 2 kelompok besar moda transportasi, yaitu:

a) Kendaraan pribadi (private transportation)

Moda transportasi yang dikhususkan untuk pribadi seseorang dan

seseorang itu bebas menggunakannya kemana aja, kapan saja, dan dimana

saja yang diinginkan atau tidak menggunakannya sama sekali (mobilnya

disimpan di garasi).

b) Kendaraaan umum (public transportation)

Moda transportasi yang diperuntukkan buat bersama (orang banyak),

kepentingan bersama, menerima pelayanan bersama, mempunyai arah dan

titik tujuan yang sama, serta terikat dengan peraturan trayek yang sudah

ditentukan dan jadwal yang sudah ditetapkan dan para pelaku perjalanan

harus wajib menyesuaikan diri dengan ketentuan-ketentuan tersebut

apabila angkutan umum ini sudah mereka pilih.

Untuk mendapatkan hasil perhitungan jumlah pelaku perjalanan yang

menggunakan dua atau lebih moda transportasi yang betul-betul proporsional,

(35)

1. Tahap Pertama, pengidentifikasian beberapa faktor (variabel) yang

diasumsikan berpengaruh secara berarti terhadap perilaku pelaku

perjalanan (trip maker behavior) dalam menjatuhkan perilaku alternatif

alat angkutan yang dipakai untuk bepergian.

2. Memodelkan nilai kepuasan (utility) si pelaku perjalanan untuk beberapa

pilihan alternatif alat angkutan yang dipakai melalui model analisa regresi

linear buat mendapatkan angka kepuasan (nilai utilitas) menggunakan

masing-masing moda angkutan.

3. Memodelkan peluang (probabilitas/opportunity) masing-masing alternatif

pilihan moda angkutan yang akan dipakai melalui beberapa model pilihan

moda angkutan seperti “binary model” di antaranya logit biner, probit,

multinominal logit, atau Gunarson (Akiva dan Lerman, 1985) dengan cara

mengeksponenkan nilai kepuasan masing-masing moda angkutan yang

sudah kita dapatkan pada tahapan kedua.

4. Yang terakhir, barulah didapati angka proporsi (dalam %) peluang atau

pangsa pasar masing-masing moda angkutan untuk dipilih dari sejumlah

calon pengguna moda (user) tertentu sebagai perkiraan (estimation) serta

angka mutlaknya.

II.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Moda

Ada 4 (empat) kelompok faktor yang dianggap kuat pengaruhnya terhadap

perilaku perjalanan atau calon pengguna (trip maker behavior). Masing-masing

(36)

Variabel-variabel ini dapat dinilai secara kuantitatif dan kualitatif. Faktor-faktor atau Variabel-

variabel-variabel tersebut adalah :

I. Kelompok faktor karakteristik perjalanan (travel characteristics factor), meliputi

variabel :

1. Tujuan perjalanan (trip purpuse), seperti pergi bekerja, sekolah, belanja, dan

lain-lain.

2. Waktu perjalanan (time of trip made), seperti pagi hari, siang, sore, malam,

hari libur, dan seterusnya.

3. Panjang perjalanan (trip length), merupakan jarak fisik antara asal dengan

tujuan, termasuk panjang rute/ruas, waktu perbandingan kalau

menggunakan moda moda-moda lain.

II. Kelompok faktor karakteristik si pelaku perjalanan (traveler characteristics

factor)

Pada kelompok faktor ini, seluruh variabel ikut serta berkontribusi

mempengaruhi perilaku si pelaku perjalanan dalam memilih moda transportasi.

Variabel tersebut adalah :

1. Pendapatan (income), berupa daya beli si pelaku perjalanan untuk

membiayai perjalanannya, entah dengan mobil pribadi atau angkutan umum.

2. Kepemilikan kendaraan (car ownership), berupa tersedianya kendaraan

pribadi sebagai sarana melakukan perjalanan.

3. Kondisi kendaraan pribadi (tua, jelek, baru, dan lain-lain).

(37)

5. Sosial-ekonomi, seperti struktur dan ukuran keluarga (pasangan muda,

punya anak, pensiunan atau bujangan), usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan,

lokasi pekerjaan, punya lisensi mengemudi (SIM) atau tidak.

III. Kelompok faktor karakteristik sistem transportasi (transportation system

characteristics factor). Semua variabel yang berpengaruh terhadap perilaku si

pelaku perjalanan berhubungan dengan kinerja pelayanan sistem transportasi

seperti variabel :

1. Waktu relatif (lama) perjalanan (relative travel time) mulai dari lamanya

waktu menunggu kendaraan di pemberhentian (terminal), waktu jalan ke

terminal (walk to terminal time), dan waktu di atas kendaraan.

2. Biaya relatif perjalanan (relative travel cost), yaitu seluruh biaya yang

timbul akibat melakukan perjalanan dari asal ke tujuan untuk semua moda

yang berkompetisi seperti tarif tiket, bahan bakar, dan lain-lain.

3. Tingkat pelayanan relatif (relatif level of service), yaitu variabel yang cukup

bervariasi dan sulit diukur, contohnya adalah variabel kenyamanan dan

kesenangan, yang membuat orang mudah gonta-ganti moda transportasi.

4. Tingkat akses/indeks daya hubung/kemudahan pencapaian tempat tujuan.

5. Tingkat kehandalan angkutan umum di segi waktu (tepat waktu/reliability),

ketersediaan ruang parkir dan tarif.

Ketiga variabel terakhir ini (3, 4, dan 5) merupakan kelompok variabel yang

sangat subjektif sehingga sulit diukur (dikuantifikasikan) dan masuk

kelompok variabel kualitatif (difficult to quantify).

IV. Kelompok faktor karakteristik kota dan zona (spacial characteristics factor),

(38)

1. Variabel jarak kediaman dengan tempat kegiatan.

2. Variabel kepadatan penduduk (population density).

3.

II.3 Angkutan Umum

II.3.1 Pengertian

Angkutan dapat dikatakan sebagai sarana untuk memindahkan orang maupun

barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan kendaraan

sedangkan kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan

untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran (langsung maupun tidak

langsung). Tujuannya membantu orang atau kelompok orang dalam menjangkau

berbagai tempat yang dikehendaki, atau mengirimkan barang dari tempat asalnya ke

tempat tujuannya secara baik dan layak. Pemilihan moda/angkutan yang akan

digunakan dalam melakukan pergerakan/perjalanan dapat digambarkan seperti

gambar di bawah ini:

Gambar 2. 2 Pemilihan dua moda (angkutan umum dan mobil) Bergerak Tidak bergerak

Mobil Angkutan umum

Angkutan umum 1

Angkutan umum 2

Bergerak Tidak bergerak

Mobil

Angkutan umum 1

Angkutan umum 2

(39)

Dari gambar diatas dapat diambil asumsi bahwa gambar sebelah kiri

mengasumsikan pelaku perjalanan mengambil pilihan antara bergerak dan tidak

bergerak. Apabila pelaku perjalanan melakukan pergerakan, maka pertanyaan yang

timbul adalah apakah menggunakan angkutan pribadi atau umum? Sedangkan

gambar sebelah kanan mengasumsikan bahwa begitu memilih untuk bergerak maka

pelaku perjalanan memilih moda yang tersedia.

II.3.2 Pihak yang Berkepentingan dengan Pelayanan Angkutan Umum

Pihak yang berkaitan dalam pengoperasian angkutan umum penumpang

diklasifikasikan atas tiga kelompok. Ketiga pihak yang berkepentingan adalah

penumpang, operator, dan masyarakat banyak.

a. Pihak penumpang.

Menghendaki adanya unsur-unsur berikut ini :

1) Ketersedian, yang mengandung arti lokasional dan temporal.

Lokasional yaitu dekat dengan pusat-pusat kegiatan dan sistem

terminal. Temporal diwujudkan dengan frekuensi pelayanan.

2) Ketepatan waktu, berkaitan dengan penjadwalan pelayanan yang

tepat.

3) Kecepatan (waktu perjalanan), merupakan komposisi dari 5 aspek

yaitu : akses, menunggu, perpindahan, perjalanan, dan waktu

keberangkatan.

4) Tarif, merupakan faktor penting bagi para penumpang, berkaitan

dengan kemampuan dan kondisi sosial ekonomi penumpang yang

(40)

5) Menyenangkan, merupakan konsep yang sukar karena hal ini

mencakup banyak faktor yang sifatnya kualitatif dan berkaitan dengan

faktor kendaraan yang bersangkutan.

6) Kenyamanan, hal ini berkaitan dengan sistem secara keseluruhan.

Konsep kenyamanan ini juga bersifat kualitatif.

b. Pihak operator, menghendaki adanya unsur-unsur berikut ini :

1) Cakupan wilayah pelayanan, kawasan potensial, dan aksesibilitas

perlu dipertimbangkan dalam lintasan pelayanan

2) Frekuensi pelayanan yang diekspresikan dengan jumlah

keberangkatan kendaraan dalam setiap satuan waktu. Headway yang

teratur merupakan elemen penting untuk menarik perjalanan

penumpang.

3) Kecepatan perjalanan, pihak operator dalam hal ini memperhatikan

faktor kecepatan kendaraan yang dapat mempengaruhi biaya secara

keseluruhan, baik terhadap bahan bakar, pemeliharaan penumpang

serta untuk menarik penumpang.

4) Biaya. Guna memperoleh keuntungan, pihak operator perlu menekan

biaya operasi serendah mungkin dan memperoleh penumpang

sebanyak mungkin.

5) Kapasitas, berupa kapasitas jalan dan kapasitas terminal yang

memadai untuk keberadaan angkutan umum tersebut.

6) Keamanan, dalam hal ini pihak operator harus memberikan perhatian

besar, tidak hanya untuk kemanan penumpang tapi juga untuk

(41)

c. Masyarakat banyak. Persyaratan yang dituntut oleh masyarakat banyak,

dapat berpengaruh langsung maupun tidak langsung. Aspek-aspek yang

dimiliki meliputi :

1) Tingkat pelayanan dari angkutan umum

2) Keberadaan angkutan umum untuk jangka waktu panjang.

3) Pengaruh terhadap lingkungan

4) Aspek energi dan penghematannya

5) Efisiensi ekonomi

II.4 Pemodelan Transportasi

Model merupakan alat bantu atau media yang dapat digunakan untuk

mencerminkan suatu realita (dunia sebenarnya) secara terukur atau penyederhanaan

realita untuk tujuan tertentu, yaitu penjelasan dan pengertian yang lebih mendalam

serta kepentingan peramalan.

Sebagai ilustrasi, dalam ilmu teknik sipil dengan hanya menggunakan media

informasi garis dan angka dalam suatu peta kontur, seseorang (ahli geodesi) dapat

langsung membayangkan perkiraan situasi dan kondisi lapangan sebenarnya (realita)

tanpa harus ke lapangan, cukup dengan hanya melihat peta kontur tersebut. Foto,

sketsa atau peta dapat dikategorikan sebagai model karena dapat mempresentasikan

realita dengan cara yang lebih sederhana. Secara umum dapat dikatakan bahwa

semakin mirip suatu model dengan realitanya, semakin sulit model tersebut dibuat

(misalnya, wayang golek lebih mirip manusia dibandingkan dengan wayang kulit

(42)

Model pemilihan moda bertujuan untuk mengetahui proporsi orang yang akan

menggunakan setiap moda. Proses ini dilakukan dengan maksud untuk mengkalibrasi

model pemilihan moda dengan mengetahui peubah bebas (atribut) yang

mempengaruhi pemilihan moda tersebut. Setelah dilakukan proses kalibrasi, model

dapat digunakan untuk meramalkan pemilihan moda dengan menggunakan nilai

peubah bebas (atribut) untuk masa mendatang. Dalam ilmu transportasi terutama

dalam perencanaan, model berperan diantaranya:

1. Sebagai alat bantu (media) untuk memahami cara kerja sistem.

2. Untuk memudahkan dan memungkinkan dilakukannya perkiraan

terhadap hasil-hasil atau akibat-akibat dari langkah-langkah/alternatif

yang diambil dalam proses dan pemecahan masalah pada masa yang

akan datang.

3. Untuk memudahkan kita menggambarkan dan menganalisa realita.

Model dapat dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya :

1. Model fisik, yaitu model yang memperlihatkan dan menjelaskan suatu

objek yang sama dengan skala yang lebih kecil sehingga didapatkan

gambaran yang lebih jelas dan rinci serta terukur mengenai prilaku objek

tersebut jika dibangun dalam skala sebenarnya. Misalnya :

 Model arsitek (model rumah, perumahan, mall, dan lain-lain)

 Model teknik (model pengembangan wilayah, kota, kawasan, dan

lain-lain)

2. Model peta dan diagram, yaitu model yang menggunakan garis (lurus dan

lengkung), gambar, warna, dan bentuk sebagai media penyampaian

(43)

ketinggian, kemiringan tanah, lokasi sungai dan jembatan, gunung, batas

administrasi pemerintah, dan lain-lain.

3. Model statistik dan matematik, yaitu model yang menggambarkan

keadaan yang ada dalam bentuk persamaan-persamaan dan fungsi

matematis sebagai media dalam usaha mencerminkan realita. Misalnya,

menerangkan aspek fisik, sosial-ekonomi, dan model transportasi.

Keuntungan pemakaian model matematis dalam perencanaan transportasi

adalah bahwa sewaktu pembuatan formulasi, kalibrasi serta

penggunaannya, para perencana dapat belajar banyak melalui

eksperimen, tentang kelakuan dan mekanisme internal dari sistem yang

sedang dianalisis.

4. Model deskriptif dan normatif, dimana model deskriptif adalah model

yang berusaha menerangkan perilaku sistem yang ada, sedangkan model

normatif adalah model yang berusaha menerangkan perilaku sistem yang

ideal menurut keinginan si pembuat model (standar atau tujuan si

pembuat model).

Dalam studi ini, model yang digunakan adalah model statis dan matematik

yang mana menggunakan persamaan atau fungsi matematika sebagai media dalam

usaha mencerminkan realita. Beberapa keuntungan dalam pemakaian model statis

dan matematis dalam perencanaan transportasi adalah bahwa sewaktu pembuatan

formulasi, kalibrasi serta penggunaannya, para perencana dapat belajar banyak

melalui eksperimen tentang perilaku dan mekanisme internal dari sistem yang sedang

(44)

II.5 Pendekatan Model Pemilihan Moda

Model pemilihan moda dalam studi ini berfungsi untuk mengetahui proporsi

orang yang akan menggunakan jenis moda transportasi. Proses ini dilakukan dengan

maksud untuk mengkalibrasi model pemilihan moda pada tahun dasar dengan

mengetahui peubah bebas (atribut) yang mempengaruhi pemilihan moda tersebut.

Jika hubungan antara atribut bebas dan atribut terikat sudah didapatkan dari

persamaan model, persamaan ini nantinya akan dapat meramalkan pemilihan moda

untuk masa yang akan datang dengan hanya mengetahui selisih masing-masing

peubaha bebas (atribut) antara kedua bus.

Model pendekatan yang dilakukan dalam studi ini dilakukan dengan

pendekatan model diskret (Discrete Choice Model). Menurut Tamin (2000), secara

umum model pemilihan diskret dinyatakan sebagai peluang setiap individu memilih

suatu pilihan merupakan fungsi ciri sosio ekonomi dan daya tarik pilihan tersebut.

Hipotesa yang mendukung model pemilihan model diskret adalah berkenaan dengan

situasi pilihan, yaitu pilihan individu terhadap setiap alternatif yang dapat dinyatakan

dengan ukuran daya tarik atau manfaat. Nilai kepuasan pelaku perjalanan dalam

menggunakan moda transportasi alternatif, dipengaruhi oleh variabel-variabel yang

dianggap memiliki hubungan yang kuat dengan perilaku pelaku perjalanan.

Bentuk dan hubungannya dapat dilihat melalui fungsi utilitas berikut:

U = f (V1, V2,V3, … , Vn) ... (2.1)

dimana:

U = Nilai kepuasan pelaku perjalanan menggunakan moda transportasi.

V1 - Vn = Variabel-variabel yang dianggap berpengaruh terhadap nilai kepuasan

(45)

f = Hubungan fungsional.

Untuk merumuskan perilaku individu dalam memilih moda angkutan ke dalam

pendekatan model pemilihan moda transportasi, dapat dilakukan dengan beberapa

cara pendekatan. Sebenarnya kegiatan menentukan dan mengamati perilaku pelaku

perjalanan melalui fungsi utilitas seperti model di atas dapat dilakukan dengan dua

pendekatan. Pendekatan apa yang kita gunakan sangat menentukan model pilihan

probabilita apa yang kita gunakan. Kedua pendekatan tersebut:

1. Pendekatan Agregat

Pendekatan agregat adalah pendekatan yang menganalisis perilaku pelaku

perjalanan secara menyeluruh. Menurut Menheim (1979) pendekatan agregat dapat

dilakukan dengan 2 (cara) yaitu:

a. Membagi objek pengamatan atas beberapa kelompok yang mempunyai

karakteristik elemen yang relatif homogen (sama).

b. Melakukan agregasi dari data-data disagregat, dimana fungsi untuk suatu

kelompok tertentu dapat diturunkan dari fungsi utilitas individu sebagai

anggota pada kelompok tersebut.

2. Pendekatan Disagregat

Pendekatan disagregat adalah pendekatan yang menganalis perilaku pelaku

perjalanan secara individu. Hal ini mencakup bagaimana merumuskan tingkah laku

individu ke dalam model kebutuhan transportasi. Pendekatan disagregat dapat

dilakukan dengan 2 cara, yaitu:

a. Disagregat Deterministik

Pendekatan ini dilakukan kalau pelaku perjalanan mampu

(46)

seluruh informasi untuk mengambil keputusan. Bentuk modelnya adalah

model persamaan linear berganda tanpa unsur kesalahan (error) seperti

persamaan berikut ini:

Ui = a + b1T + b2X + b3C ... (2.2)

dimana:

Ui = Nilai kepuasan menggunakan moda i

a = Konstanta

T = Variabel waktu di atas kendaraan

X = Variabel waktu di luar kendaraan

C = Variabel ongkos transportasi

b1 - b3 = Parameter fungsi kepuasan untuk masing-masing variabel

tersebut (koefisien regresi)

b. Disagregat Stokastik

Pada pendekatan ini, nilai kepuasan lebih realistis karena

mempertimbangkan unsur-unsur yang tidak teramati yang terjadi di

dunia nyata. Jadi ini berbeda dengan pendekatan disagregat

deterministik seperti model 2.2 di atas yang terlalu teoritis, yang tidak

memasukkan unsur yang tidak teramati. Seluruh unsur yang tidak

teramati yang terjadi di dunia nyata, pendekatan ini diwakili oleh unsur

error (kesalahan) yang bersifat acak (random) atau bersifat stokastik,

sehingga modelnya menjadi:

Um= β0+ β1tm+ β2um + β3vm + en ... (2.3)

dimana:

(47)

tm – vm = idem diatas

β1 - β3 = idem diatas

en = Faktor kesalahan atau unsur stokastik, yaitu variabel

random yang mengikuti bentuk distribusi tertentu.

β0 = Konstanta karakteristik nilai kepuasan alternatif, apabila

seluruh variablel tm s/d vm bernilai 0

Peramalan dikatakan relatif tepat, apabila nilai en sekurang-kurangnya

mendekati 0 (seminimal mungkin) atau en = 0.

II.6 Model Pemilihan Diskret

Akiva dan Leman (1985) dalam bukunya “Discrete Choice Analysis : Theory

and Application to Travel Demand” lebih menekankan model ini pada analisis

pilihan konsumen untuk memaksimalkan kepuasannya dalam mengkonsumsi

pelayanan yang diberikan oleh suatu moda transportasi pilihan. Sang konsumen,

sebagai seorang pembuat keputusan, akan menyeleksi berbagai alternatif dan

memutuskan memilih moda transportasi yang memiliki nilai kepuasan tertinggi

(highest utility).

Prosedur model ini diawali dengan menentukan nilai-nilai parameter (koefisien

regresi) dari sebuah fungsi kepuasan yang dipengaruhi oleh beberapa variabel bebas.

Model ini untuk pertama kali diterapkan dalam transportasi, disebut sebagai model

pilihan biner (binary choice model) (Warner, 1962). Prosedur awal (fungsi kepuasan)

dari model ini menurutnya banyak memakai kalibrasi/analisis statistik dan

ekonometrik. Sebuah contoh umum fungsi kepuasan dapat dilihat seperti:

(48)

Atau

Vjn = f (Xjn)

Dimana:

Vin dan Vjn = Nilai kepuasan konsumen yang mencerminkan perilaku konsumen

(consumen behavior).

Xin dan Xjn = Variabel yang berpengaruh terhadap perilakunya untuk

memaksimalkan kepuasannya.

f = fungsi matematis

Sehingga persamaan regresi fungsi kepuasan dimaksud dapat kita bentuk

menjadi :

Vin/U = β1 Xin1 + β2 Xin2 + . . .+ βk Xink ... (2.4)

Dimana:

Vin/U = Nilai kepuasan konsumen memakai moda i (maksimum kepuasan).

Xin1 s/d Xink = Sekelompok variabel bebas yang mempengaruhi kepuasan

maksimum.

β1 s/d βk = Koefisien regresi/parameter variabel bebas.

Setelah nilai Vin/U didapat juga Vjn/U didapat, maka kita masukkanlah nilai

tersebut ke dalam beberapa model pilihan diskret di antaranya:

a. Model Logit Biner

Bentuk model ini adalah sebagai berikut :

P(i)

=

=

... (2.5)

Dimana:

(49)

βxin,βxjn = Nilai parameter atau nilai kepuasan menggunakan moda i dan

moda j.

e = eksponensial.

Model logit biner ini hanya berlaku untuk pilihan 2 moda transportasi alternatif

(moda i dan j).

b. Model Probit (Binary Probit)

Juga untuk 2 moda alternatif, tetapi model ini menekankan untuk menyamakan

peluang (kemungkinan) individu untuk memilih moda 1, bukan moda 2 dan berusaha

menghubungkan variabel bebas yang mempengaruhi, misalnya biaya (cost) dan

variabel ini harus berdistribusi normal. Bentuknya adalah:

P1 = Ǿ (Gk) ... (2.6)

Dimana:

P1 = Peluang moda 1 untuk dipilih

Ǿ = Kumulatif standar normal

Gk = Nilai manfaat moda 1

Sedangkan P2, konsekuensinya akan menjadi P2 = 1 – f(Gk).

II.7 Utilitas

Utilitas dapat didefinisikan sebagai ukuran istimewa seseorang dalam

menentukan pilihan alternatif terbaiknya atau sesuatu yang dimaksimumkan oleh

setiap individu (sesorang). Bentuk fungsi utilitas sulit untuk diasumsikan, oleh

karena itu dengan alasan kemudahan dalam perhitungan, maka fungsi utilitas sering

dipresentasikan sabagai parameter-parameter linear. Utilitas suatu moda angkutan

(50)

misalnya waktu perjalanan, biaya ongkos yang dikeluarkan, kenyamanan pelayanan

di stasiun, jadwal keberangkatan, waktu menuju stasiun.

Dalam memodelkan pemilihan moda, maka utilitas dari suatu pilihan bagi

individu dapat dituliskan sebagai berikut:

Uin= β1xin1+ β2xin2 + β3xin3 + . . . βnxinn ... (2.7)

Dimana:

Uin = utilitas alternatif i bagi pembuat keputusan n.

β1,β2,β3,βn = koefisien-koefisien dari data yang disediakan.

xin1,xin2, xin3, xinn = sejumlah variabel yang menerangkan atribut-atribut bagi

pembuat keputusan.

II.7.1 Utilitas Acak

Dasar teori, kerangka, atau paradigma dalam menghasilkan model pemilihan

diskret adalah teori utilitas acak. Domenicich, Mcfadden (1975) dan Williams (1997)

mengemukakan hal berikut sebagaimana dikutip Tamin (2000) :

1. Individu yang berada dalam suatu populasi secara rasional dan memiliki informasi

yang tetap sehingga biasanya dapat menentukan pilihan yang dapat

memaksimumkan utilitas individunya masing-masing sesuai dengan batasan

hukum, sosial, fisik dan uang.

2. Terdapat unsur parameter A = {A1,A2, . . . , X1) alternatif yang mempengaruhi

pemilihan moda yang dirumuskan dalam fungsi pemilihan yang berbentuk fungsi

deterministik sebagai berikut:

(51)

Apabila nilai utilitas i memberikan harga yang maksimum, maka pilihan akan

jatuh pada alternatif i.

3. Setiap pilihan mempunyai utilitas U untuk setiap individu n. Pemodelan yang juga

merupakan pengamat sistem tersebut tidak mempunyai informasi yang lengkap

tentang semua unsur yang dipertimbangkan oleh setiap individu yang menentukan

pilihan. Sehingga dalam membuat model diasumsikan bahwa U dapat dinyatakan

dalam 2 komponen, yaitu:

• Vin yang terukur sebagai fungsi dari atribut terukur (deterministik).

• Bagian acak єin yang mencerminkan hal tertentu dari setiap individu

termasuk kesalahan yang dilakukan oleh pemodelan.

Uin = Vin+ єin ... (2.8)

Dimana:

Uin = Utilitas alternatif i bagi pembuat keputusan n.

Vin = Fungsi deterministik utilitas moda i bagi individu n.

єin = Kesalahan acak (Random error) komponen statistik.

Dalam pemilihan deterministik di atas, nilai utilitas bersifat pasti (constant

utility). Hal ini terjadi dengan asumsi si pengambil keputusan mengatahui secara

pasti semua atribut yang berpengaruh terhadap utilitas setiap moda alternatif dan

pengambilan keputusan tersebut memiliki informasi serta kemampuan menghitung

nyaris sempurna pada atribut tersebut. Asumsi ini tentunya sulit diterima dalam

praktek sehari-hari sehingga penggunanya sangat terbatas.

Masalah di atas diatasi oleh Manski (Ben-Akiva, 1985), dengan adanya konsep

utilitas acak (random utility) dimana terdapat 4 hal yang menyababkan terjadinya

(52)

• Adnya atribut yang tidak teramati

• Adanya variasi cita rasa individu yang teramati

• Adanya kesalahan pengukuran karena informasi dan perhitungan yang tidak

sempurna

• Adanya variabel acak yang bersifat instrumental

Untuk persamaan di atas dapat dijelaskan hal-hal yang tidak rasional.

Misalnya, ada 2 individu dengan atribut yang sama dan mempunyai set pilihan yang

sama mungkin memilih pilihan yang berbeda dan beberapa individu tidak selalu

memilih alternatif terbaik.

II.7.2 Model Logit Multinominal/Binomial

Untuk pembahasan model logit binomial dinyatakan sebagai berikut:

Pji = dan U(x) = ... (2.9)

U(x) = Nilai kepuasan (Utilitas)

Pji = Probabilitas memilih moda-j bagi individu-i

Βjni = koefisien dari atribut xjni

xjni = atribut ke-n dalam memilih moda-j, bagi individu-i

Model logit binomial/multinomial harus memenuhi aksioma Independent of

Irrelevant Alternatif (IIA) yang dapat ditulis sebagai berikut :

Pbus DATRA =

= ... (2.10)

(53)

Probabilitas bahwa individu memilih bus DATRA (Pbus DATRA) adalah fungsi

perbedaan utilitas antara kedua moda. Dengan menganggap bahwa fungsi utilitas

linear, maka perbedaan utilitas diekspresikan dalam bentuk perbedaan dalam

sejumlah atribut n yang relevan diantara kedua moda, dirumuskan sebagai berikut :

Ubus DATRA Ubus BTN = a0a1(X1busDATRA–X1busBTN) + a2(X2busDATRA

-X2busBTN) + . . . +an(Xn bus DATRA – Xn bus BTN)

... (2.12)

dimana :

Ubus DATRA–Ubus BTN = Respon individu pernyataan pilihan

a

0 = Konstanta

a

1,

a

2, . . . ,

a

n = Koefisien masing-masing atribut yang ditentukan

multiple linear regresion.

Analisa pengolahan data diperlukan guna mendapatkan bunga kuantitatif antara

atribut dan respon yang diekspresikan dalam skala semantik dengan rumusan model

seperti pada persamaan diatas. Data yang telah didapat dari hasil survey diolah

dengan menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solutions).

Dari hasil output program ini akan didapatkan nilai koefisien masing-masing dari

atribut yang telah ditentukan.

II.8 Teknik Stated Preference

Stated Preference adalah sebuah pendekatan dengan menyampaikan pernyataan

pilihan (option) berupa suatu hipotesa untuk dinilai oleh responden. Dengan metode

ini, kita dapat melakukan kontrol eksperimen kehidupan nyata dalam sistem

(54)

dengan adanya penggunaan desain eksperimen untuk membangun alternatif hipotesa

terhadap situasi, yang kemudian disajikan kepada responden. Selanjutnya responden

ditanya mengenai pilihan apa yang mereka inginkan untuk melakukan sesuatu atau

bagaimana mereka membuat rating/rangking atau pilihan tertentu di dalam satu atau

beberapa situasi dugaan.

Dengan meggunakan teknik stated preference ini, peneliti dapat mengontrol

secara penuh faktor-faktor yang ada pada situasi yang dihipotesis. Data stated

preference yang diperoleh dari responden selanjutnya dianalisa untuk mendapatkan

suatu model berupa formulasi yang mencerminkan utilitas individu dalam

perjalanannya.

Stated Preference survey memiliki sifat-sifat utama yaitu antara lain :

1. Didasarkan pada pertanyaan pendapat responden tentang bagaimana

respon mereka terhadap beberapa alternatif hipotesa.

2. Setiap pilihan dipresentasikan sebagai “paket” dari atribut yang berbeda

seperti waktu, ongkos, headway, reability, dan lain-lain.

3. Peneliti membuat alternatif hipotesa sedemikian rupa sehingga pengaruh

individu pada setiap atribut dapat diestimasi ; ini diperoleh dengan teknik

design eksperimen (experimental design)

4. Alat interview (questionare) harus memberikan alternatif hipotesa yang

dapat dimengerti oleh responden, tersusun rapi dan masuk akal.

5. Responden menyatakan pendapatnya pada setiap pilihan (option) dengan

melakukan ranking, rating, dan choice pendapat terbaiknya sepasang atau

(55)

6. Respon sebagai jawaban yang diberikan oleh individu dianalisa untuk

mendapatkan ukuran kuantitatif mengenai hal yang penting pada setiap

atribut.

Kemampuan penggunaan stated preference terletak pada kebebasan membuat

desain eksperimen dalam upaya menemukan variasi yang luas bagi keperluan

penelitian. Kemampuan ini harus diimbangi oleh keperluan untuk memastikan bahwa

respon yang diberikan cukup realistis.

Untuk membangun keseimbangan dalam penggunaan Stated Preference, dibuat

tahap-tahap berikut :

1. Identifikasi atribut kunci dari setiap alternatif dan buat “paket” yang

mengandung pilihan; seluruh atribut penting harus dipresentasikan dan

pilihan harus dapat diterima dan realistis.

2. Cara yang digunakan di dalam memilih akan disampaikan pada responden

dan responden diperkenankan untuk mengekspresikan apa yang lebih

disukainya. Bentuk penyampaian alternatif harus mudah dimengerti,

dalam konteks pengalaman responden dan dibatasi.

3. Strategi sampel harus dilakukan untuk menjamin perolehan data yang

representatif.

II.8.1 Identifikasi Pilihan

Dalam identifikasi pilihan ini akan dilihat bagaimana responden

mengekspresikan preference terbaiknya terhadap setiap pilihan yang ditawarkan

(56)

mengenai preference responden terhadap alternatif pilihan yang ditawarkan

kepadanya :

1. ‘Ranking Responses (Conjoint Measurement)’

Pendekatan ini dilakukan dengan cara menyampaikan seluruh pilihan pendapat

kepada responden. Kemudian responden diminta untuk merankingnya kedalam

pilihan lain yang secara tidak langsung merupakan nilai hirarki dari utilitas. Dalam

pendekatan ini seluruh pilihan dipresentasikan tetapi jumlah alternatif pilihan harus

dibatasi agar tidak melelahkan.

2. Rating Techniques (Functional Measurement)

Dalam kasus ini, reponden ditanya untuk mengekspresikan derajat pilihan

terbaiknya, menggunakan aturan skala, sering berada antar 1 sampai 10, dengan

disertai label spesifik sebagai angka kunci, untuk contoh 1 = ‘sangat tidak suka’, 5 =

‘tidak disukai’, atau 10 = ‘sangat disukai’. Skor yang diberikan dapat

ditransformasikan menjadi probabilitas yang masuk akal dari pilihan-pilihan tersebut.

3. Eksperimen Pilihan (Choice Experiment)

Dalam kasus ini individu hanya ditanya untuk memilih pilihan preferencenya

dari beberapa alternatif (dua atau lebih) dari sekumpulan pilihan kemudian

memperkenankan responden untuk mengekspresikan derajat keyakinannya kedalam

pernyataan pilihan.

II.8.2 Analisa Data Stated Preference

Fungsi utilitas adalah mengukur daya tarik setiap pilihan (skenario hipotesa)

yang diberikan pada responden. Fungsi ini merefleksikan pengaruh pilihan

(57)

Umumnya fungsi utilitas berbentuk linear, sebagai berikut :

Uj = a + b1x1 + b2x2 + . . . + bnxn ... (2.13)

dimana :

Uj = utilitas pilihan j

a = konstanta regresi

b1,. . .,bn = parameter model

x1, x2, . . . , xn = nilai atribut

Tujuan analisa adalah menentukan estimasi nilai sampai dimana nilai-nilai

tersebut disebut sebagai bobot pilihan atau komponen utilitas. Dari nilai parameter

model dapat efek relatif setiap atribut pada seluruh utilitas. Setelah komponen utilitas

dapat diestimasi, maka selanjutnya dapat digunakan untuk berbagai tujuan seperti

menentukan kepentingan relatif dari atribut yang termasuk dalam eksperimen dan

menentukan fungsi utilitas untuk peramalan model.

II.8.3 Estimasi Parameter Stated Preference

Ada beberapa cara yang secara keseluruhan dapat menentukan komponen

utilitas. Empat teknik analisa stated preference antara lain :

1. Native atau Metode Grafik

Native atau metode grafik sangat sederhana digunakan dengan pendekatan

yang didasarkan pada prinsip bahwa tiap level dari atribut sering muncul sama-sama

dalam desain eksperimen tertentu. Oleh karena itu, beberapa ciri utilitas dari

pasangan level atribut tersebut bisa ditentukan dengan menghitung rata-rata (mean)

Gambar

Tabel Pemilihan Moda
Gambar 1.1 Dimensi Ukuran Bus
Gambar 1.2 Jalur Bus di Sumatera Utara (Khususnya Medan-Sidikalang)
Gambar 2. 1 Bagan Alir (Flowchart) Konsep Perencanaan Transportasi Empat
+7

Referensi

Dokumen terkait

ke monorel dari moda angkutan kota untuk atribut biaya perjalanan, waktu tempuh dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi pelaku perjalanan dalam pemilihan moda antara transportasi masal dan kendaraan pribadi menggunakan

Pemilihan moda merupakan suatu tahapan proses perencanaan angkutan yang bertugas dalam menentukan pembebanan perjalanan atau mengetahui jumlah (dalam arti proporsi) orang dan

Berikut pengaruh karakteristik penumpang terhadap pemilihan moda dalam perjalanan menuju Bandara Radin Inten II Lampung Selatan, yang dimana pada penelitian ini akan

Pada fungsi logit 1, yang mana merupakan perbandingan antara bus dan mobil pribadi terlihat variabel yang berpengaruh terhadap model pemilihan moda Kupang-Soe

Tujuan pennelitian ini secara spesifik adalah untuk (1) melihat karakteristik pelaku perjalanan dalam memilih moda transportasi yang diinginkan (2) menjelaskan

Memperoleh suatu model pemilihan moda yang dapat menjelaskan probabilitas pelaku perjalanan dalam memilih moda transportasi antara shuttle service dan kereta api bila ditinjau

Dalam penelitian ini hanya 2 (dua) moda saja yang ditawarkan kepada para pelaku perjalanan Rute Padang – Jakarta yaitu Bus Umum dan Moda Transportasi Udara (Pesawat) yang