• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Analgesia Ekstrak Daun Klausena (Clausena Anisata Hook.F.) Pada Tikus Putih Dengan Metoderat Tail Flick Test

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efek Analgesia Ekstrak Daun Klausena (Clausena Anisata Hook.F.) Pada Tikus Putih Dengan Metoderat Tail Flick Test"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Judul

: EFEK ANALGESIA EKSTRAK DAUN KLAUSENA

(Clausena anisata Hook.f.) PADA TlKUSPUTIH

DENGAN

METODE"RAT TAIL FLICK TEST"

Nama Mahasiswa

: Hanifah Yusuf

Nomor Pokok

: 982108001

Program Studi

: Biomedik

Menyetujui

Komisi Pembimbing

( Prof.Dr.dr.PandaDotan Pandjaitan, SpFl( )

Ketua

( dr.Datten Bangun, M.Sc, SpFl( )

Anggota

Ketua Program S di

Tgi Lulus : 1 - Agustus - 2001

( Prof.Dr.dr.HSRP Sinaga )

Anggota

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)

RINGKASAN

Daun tanaman klausena

(Clausena anisata Hook.f) dari familia

Rutaceae secara tradisional oleh masyarakat di Solok (Sumatera Barat) dan

Jawa masih digunakan sebagai obat penghilang nyeri

(analgetik), baik untuk

nyeri kepala, nyeri gigi, rheumatik maupun demam. Untuk menghilangkan

nyeri digunakan

2 genggam (kira-kira 50 g) daun klausena, direbus dengan

2 gelas

air

(400 ml), sampai air rebusannya tinggal 1 gelas (200 ml). Air

rebusan ini diminum

3

sampai

4 kali sehari satu gelas.

Oleh

karena bukti ilmiah tentang

efek menghilangkan nyeri

(analgesia) ekstrak daun klausena belum ada, maka perlu dilakukan

penelitian dalam rangka pengembangan obat tradisional dan pencarian

obat-obat baru dalam upaya pemerataan pelayanan kesehatan di bidang obat-obat.

Penelitian ini

merupakan

penelitian

eksperimental laboratorik

menggunakan rancangan"Randomized Controlled Experiment With Latin

Square Design", dengan hewan percobaan tikus putih

(Rattus norvegicus),

jantan, galur Wistar,dewasa, sehat, umur

kira-kira 3 bulan, dengan berat

badan

sekitar 350 g dan belum pernah digunakan untuk percobaan. Hewan

percobaan diperoleh dari Balitbangkes, Depkes. R.I.

Pengujian efek analgesia dilakukan dengan metode D'amour dan

Smith

(1941) dengan menggunakan

alat"Tail Flick Analgesiometer" yaitu

dengan

mengukur

waktu reaksi sebagai respon

nyeri

akibat rang sang

thermal pada ekor tikus (temperatur

70°C).

Adanya perpanjangan waktu

reaksi menunjukkan adanya efek analgesia pada obat uji. Pengukuran waktu

reaksi dilakukan pada

harl I, Ill, V, VII, dan IX yaitu pada menit ke 30

sampai ke

240 setelah pemberian obat uji dengan selang waktu 30 menit.

Obat yang digunakan untuk uji efek analgesia adalah infus dan

ekstrak etanol daun klausena dengan dosis

22, 66, 220, 660, 2200 mg / 200

g BB. Sebagai pembanding digunakan larutan gom arab

2% dengan dosis 1

ml /

200 g BB dan suspensi parasetamol 10% dengan dosis 60 mg / 200 g

BB.

Obat uji masih berupa ekstrak kasar, meskipun telah dilakukan

analisa

Kromatografi

Lapisan

Tipis

(KLT),

Krornatografi

Gas

-Spektroskopi Massa (GC-MS) dan Spektrofotometri Sinar Ultra Violet

(UVS).

Data yang diperoleh dari hasil pengukuran adalah waktu reaksi

(dalam detik), yang dianalisa secara statistik dengan menggunakan Analisis

Variansi (ANAVA), dan perbedaan dianggap signifikan bila p

<

0,05.

(11)

Hasil

menunjukkan bahwa

pada

setiap

pengukuran

setelah

pemberian obat uji secara oral, waktu reaksi antara kelompok tikus yang

memperoleh infus dan ekstrak etanol daun klausena pada dosis 22, 66, 220,

660, dan 2200 mg / 200 g BB secara statistik berbeda signifikan ( p

<

0,05

dan p

<

0,01 ) dengan kelompok tikus yang memperoleh larutan gom arab

2%.

Waktu reaksi pada kelompok tikus yang memperoleh infus dan

ekstrak etanol daun klausena dengan dosis 2200

mg /

200 g BB sebanding

dengan waktu

reaksi kelompok tikus

yang

memperoleh suspensi

parasetamoll0% dengan dosis 60 mg / 200 g BB.

Waktu reaksi pada kelompok tikus yang memperoleh infus daun

klausena dengan dosis 2200 mg / 200 g BB pada menit ke 120 setelah

pemberian obat secara oral adalah 32,88

:t

1,75 detik dan tikus yang

memperoleh suspensi parasetamol 10% dengan dosis 60 mg / 200 g BB

adalah 29,18 ± 1,16 detik.

Waktu reaksi pada kelompok tikus yang memperoleh ekstrak etanol

daun klausena dengan dosis 2200 mg! 200 g BB pada hari ke V, menit ke

120 setelah pemberian obat secara oral adalah 33,70

:t

1,14 detik dan tikus

yang memperoleh suspensi parasetamol 10% dengan dosis 60 mg / 200 g

BB adalah 32,05 ±0,18 detik. Hal ini menunjukkan efek analgesia dari

ekstrak daun klausena.

(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan untuk menilai efek ekstrak etanol daun kemuning terhadap peningkatan kadar HDL tikus Wistar jantan agar daun kemuning ini dapat

YANG DIINDUKSI DENGAN ETANOL PADA TIKUS PUTIH

Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu: apakah ekstrak etanol daun belimbing wuluh Averrhoa bilimbi (Linn.) mempunyai daya antiinflamasi pada

Contoh perhitungan dosis suspensi ekstrak etanol daun kelor yang diberikan pada tikus secara per

Hasil Penelitian menunjukkan: (1) Terdapat senyawa metabolit sekunder pada ekstrak etanol daun boroco merah, (2) Pemberian ekstrak etanol daun boroco merah

Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu: apakah ekstrak etanol daun belimbing wuluh Averrhoa bilimbi (Linn.) mempunyai daya antiinflamasi pada tikus

Oleh karena itu, peneliti tertarik meneliti efek antidiare ekstrak etanol daun cincau hijau terhadap tikus jantan yang diberikan secara oral dan untuk mengetahui pada dosisi

Mengetahui dosis ekstrak etanol 70% daun wortel yang menunjukkan efek diuretik pada tikus putih jantan galur Wistar.. Sistematika tanaman