• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bari No Shakai Ni Bari Teatoru No Yakuwari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Bari No Shakai Ni Bari Teatoru No Yakuwari"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BARI NO SHAKAI NI BARI TEATORU NO

YAKUWARI

KERTAS KARYA DIKERJAKAN

O L E H

ERNITA SARI NABABAN

NIM. 072203025

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA

PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA

DALAM BIDANG STUDI BAHASA JEPANG

(2)

BARI NO SHAKAI NI BARI TEATORU NO

YAKUWARI

KERTAS KARYA Dikerjakan

O L E H

ERNITA SARI NABABAN

NIM. 072203025

Dosen Pembimbing Dosen Pembaca

(Drs. Erizal, S.S., M.Hum) (Hj. Muhibbah, S.S)

Kertas karya ini diajukan kepada panitia ujian

Program pendidikan Non-Gelar Fakultas Sastra USU Medan Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III

Dalam Bidang Studi Bahasa Jepang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA

DALAM BIDANG STUDI BAHASA JEPANG MEDAN

(3)

Disetujui Oleh :

Program Diploma Sastra dan Budaya

Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara

Medan

Program Studi D3 Bahasa Jepang

Ketua,

NIP 19620727 1987 03 2 005

Adriana Hasibuan, S.S., M.Hum

(4)

PENGESAHAN

Diterima oleh :

Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Sastra Budaya

Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III Bidang Studi Bahasa Jepang

Pada : Tanggal : Hari :

Program Diploma Sastra Budaya Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara

Dekan,

NIP 19650909 1994 03 1 004 Prof. Syaifuddin, M.A., Ph.D.

Panitia :

No. Nama Tanda Tangan

1. Adriana Hasibuan, S.S., M. Hum ( )

2. Drs. Erizal, S.S., M.Hum ( )

3. Drs. Hj. Muhibbah, S.S ( )

(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yesus yang telah melimpahkan berkat dan

kasih karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini guna

melengkapi syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya pada Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul dari kertas karya ini adalah “ Peranan Teater Bali bagi Masyarakat

Bali”.

Sebagai manusia dengan segala kekurangannya, penulis menyadari bahwa

tulisan ini masih jauh dari sempurna, dan masih banyak kekurangan baik dalam tata

bahasa, maupun isi pembahasan. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran dari

pembaca demi kesempurnaan kertas karya ini.

Dalam penyusunan kertas karya ini penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak

berupa bimbingan maupun pengarahan, sehingga penulis pada kesempatan ini ingin

menyampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu

menyelesaikan kertas karya ini, terutama kepada :

1. Bapak Prof. Syaifuddin, M.A., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra Sumatera

Utara.

2. Ibu Adriana Hasibuan, S.S., M.Hum, selaku Ketua Jurusan Program Studi

Bahas Jepang Fakultas Sumatera Utara.

3. Bapak Erizal, S.S., M.Hum, selaku dosen Pembimbing yang dengan ikhlas

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada

penulis hingga kertas karya ini selesai.

(6)

5. Ibu Hj.Siti Muaharami M, S.S., M.Hum, selaku Dosen Wali yang telah

memberikan perhatian dan dukungan kepada penulis selama masa perkuliahan.

6. Seluruh Staff pengajar Jurusan Bahasa Jepang Fakultas Sastra universitas

Sumatera Utara yang telah mendidik penulis selama masa perkuliahan.

7. Khususnya buat kedua orangtuaku Bapak H.Nababan dan Ibu tercinta

E.Simanjuntak. terimakasih buat doa dan cinta kalian yang selalu mengasihi dan

memberikan semangat.

8. Buat semua saudaraku ( B’susun,Rivan,Shinta, dan Yanti ).

9. Buat Sahabatku Ester monika,Rony, Tulus, B’efron, Herbin ( terimakasih buat

dukungannya )

10. Untuk abang,kakak,adik-adik tersayang (B’Sura, B’Jordan, K’Ruslinda, K’Ester,

K’Beatrik, K’Melda, K’Uthe, K’Rani, Sabeth, Christy, Devira, Vety, Desy, Tere

Dan anak-anak RK) terimakasih buat doa dan inspirasinya.

11. Untuk semua Angkatan 2007 Bahasa Jepang, Khususnya kelas A (Tia, Anum,

Indri, Dewi, Dijah, Ani, Heni, Ratna, Bunga).

Terimakasih banyak untuk semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan,

semoga kertas karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

(7)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Alasan Pemilihan Judul ... 1

1.2Tujuan Penulisan ... 2

1.3Pembatasan Masalah ... 2

1.4Metode Penulisan ... 2

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH BALI ... 3

2.1 Letak Geografis ... 3

2.2Kepercayaan Masyarakat Bali ... 3

2.3 Mata Pencaharian Masyarakat Bali ... 4

BAB III PERANANAN TEATER BALI BAGI MASYARAKAT BALI ... 5

3.1 Pengertian Teater ... 5

32 Jenis-Jenis Teater ... 6

3.3 Teater Bali ... 7

3.4 Peranan Teater Bagi Masyarakat Bali ... 9

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1Kesimpulan ... 11

4.2 Saran ... 11

(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Dengan etnik yang beraneka ragam, Ribuan pulau yang terpencar di wilayah

Nusantara, Indonesia memang memiliki kebudayaan yang beraneka ragam. Namun,

walau beraneka ragam, tetapi semuanya itu mencerminkan kekayaan bangsa Indonesia.

Proses ini juga terjadi pada teater. Belatar belakang budaya animis dan dinamis,

teater-teater daerah yang berkembang sejak zaman pra-Hindu adalah teater-teater upacara, yang

merupakan simbol kehidupan itu sendiri. Teater ini di pentaskan untuk berterima kasih

kepada leluhur, untuk menyembuhkan wabah penyakit, dan sebagainya.

Di Bali, misalnya, pernah diselenggarakan suatu seminar yang mencoba

mendefinisikan keberadaan seni pentas pada umumnya menjadi seni Wali, Bebali, dan

Balih-balihan. Konsep ini memungkinkan masyarakat Bali menerima perubahan, berupa

masuknya seni teater modern kedalam kebudayaan Bali. Seperti Drama Gong yang

berkembang sejak tahun 1960-an.

Teater sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat Bali, oleh sebab itu penulis

sangat tertarik untuk membahas peranan Teater Bali pada masyarakat Bali sebagai salah

satu kebudayaan yang harus tetap di kenal dan di pertahankan oleh masyarakat Bali

yang merupakan budaya Indonesia. Selain itu penulis juga ingin mengetahui dan

membahas peranan teater Bali yang membedakannya dengan teater sejenisnya. Oleh

karena itu penulis akan memaparkan pengertian teater, jenis-jenis teater pada umunya

bahkan jenis Teater Bali itu sendiri sampai kepada peranan teater tersebut bagi

(9)

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan Kertas Karya ini adalah :

1. Memperkenalkan teater Bali serta Peranannya bagi masyarakat Bali Sendiri.

2. Menambah Pengetahuan Penulis tentang sejarah teater di Indonesia.

3. Sebagai syarat lulus dari Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

1.3 Batasan Masalah

Dalam Kertas Karya ini penulis hanya membahas tentang pengertian teater,

jenis-jenis teater, dan peranan teater bali tersebut bagi masyarakat Bali.

1.4 Metode Penulisan

Dalam Penulisan Kertas Karya ini, penulis menggunakan metode kepustakaan

yaitu suatu metode untuk mengumpulkan data atau informasi dengan cara membaca

atau referensi yang berkaitan dengan Teater Bali serta peranannya dalam masyarakat

Bali. Setelah semua data terkumpul, kemudian disusun ke dalam setiap bab kertas karya

(10)

BAB II

GAMBARAN UMUM DAERAH BALI

2.1 Letak Geografis

Secara Geografis Bali terletak diantara dua lautan luas yaitu lautan Indonesia

dan laut Jawa diapit oleh pulau Jawa di sebelah barat dan pulau Lombok di sebelah

Timur, Bali merupakan bagian dari kepulauan Sunda kecil, pulau Bali memiliki panjang

153 km dan lebar 122 km. Pulau Bali di kelilingi oleh pulau-pulau kecil seperti pulau

Nusa Penida, pulau Nusa Lembongan, pulau Nusa Ceningan dan pulau Serangan.

Pulau Bali yang terletak di deretan pegunungan api terdapat gunung berapi yang

masih aktif diantaranya Gunung Agung dan Gunung Batur. Gunung Agung adalah

Gunung tertinggi di Bali, tingginya sekitar 3000 Meter. Selain itu, ada beberapa danau

di Bali yaitu Danau Batur, Danau Beratan, Danau Buyan, dan Danau Tamblingan. Dan

yang merupakan Danau yang terbesar adalah Danau Batur. Bali memiliki iklim Tropis,

umumnya daerah yang beriklim Tropis mempunyai dua musim yaitu Musim Hujan dan

Musim Panas, Musim hujan di mulai pada bulan Nopember sampai bulan Maret,

sedangkan Musim panas di mulai Bulan April sampai bulan Oktober.

2.2 Kepercayaan Masyarakat Bali

Agama yang dianut oleh sebagian besar orang Bali adalah agama Hindu sekitar

95%, dari jumlah Penduduk Bali, sedangkan sisanya 5 % adalah penganut agama Islam,

Kristen, Katholik, Budha dan Kong Hu Cu. Tujuan Hidup ajaran agama hindu adalah

(11)

percaya adanya satu Tuhan dalam bentuk konsep Trimurti, yaitu wujud Brahmana(sang

pencipta), wujud Wisnu (sang pelindung dan pemelihara), serta wujud Siwa (sang

Perusak). Tempat beribadah di Bali disebut Pura. Tempat-tempat pemujaan leluhur

disebut Sangga. Kitab Suci agama Hindu adalah Weda yang berasal dari India.

2.3 Mata Pencaharian Masyarakat Bali

Pada umumnya masyarakat Bali bermata pencaharian bercocok tanam,

peternakan, terutama peternakan sapi sebagai usaha penting dalam masyarakat

pedesaan. Selain itu, baik perikanan darat maupun laut yang merupakan mata

pencaharian sambilan, begitu juga kerajinan yang meliputi kerajinan pembuatan benda

anyaman, patung, kain, ukir-ukiran, percetakan dan lain-lain. Usaha dalam bidang ini

untuk memberikan lapangan pekerjaan pada penduduk. Karena banyak wisatawan yang

(12)

BAB III

PERANAN TEATER BALI BAGI MASYARAKAT BALI

3.1 Pengertian Teater

Teater berasal dari kata Yunani, theatron, yang artinya ‘tempat atau gedung

pertunjukan’. Dalam perkembangannya, kata teater memiliki arti yang lebih luas dan

diartikan sebagai segala hal yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Dengan

demikian, dalam rumusan sederhana Teater adalah tontonan yang dapat meliputi,

misalnya Ketoprak, Ludruk, Srandul, Wayang Wong, Reog, Drama Gong, Gambuh,

Dagelan, Mamanda, Wayang Kulit, Wayang Golek, dan sebagainya.

Karena luasnya cakupan arti teater, orang ingin kembali memberi batasan.

Dalam batasan yang lebih sempit, Teater di artikan sebagai drama, yaitu lakon atau

kisah hidup manusia yang dipertunjukkan di atas pentas dan disaksikan orang banyak.

Media ungkap yang utama dalam seni teater memang gerak laku para pemain

yang disebut ‘akting’. Di samping itu, didukung oleh unsur percakapan atau dialog.

Unsur pendukung lainnya yang bisa ada bisa pula tidak ada adalah dekor, kostum, rias,

musik pengiring, nyanyian, dan tarian.

Ketika teater pertama kali masuk ke Indonesia, pada tahun 1920-an, istilah

Teater pernah dicarikan padanannya dalam bahasa Indonesia, yaitu sandiwara. Ada 3

ciri-ciri teater, yaitu : suasana tontonan, paduan aspek pendukung tontonan, dan acara

pengungkapan pelaku-pelakunya. Bentuk teater daerah di Indonesia terdiri atas 3 bentuk

(13)

3.2Jenis-jenis Teater

Teater memiliki variasi yang beragam, jenis teater dapat dibagi menjadi 7 jenis,

yaitu teater Tradisional, teater Bangsawan, teater Dardanella, teater Maya, teater

Kecil, teater Popular, dan teater Mandiri.

a. Teater Tradisional

Teater yang berkembang di kalangan rakyat disebut teater tradisional, bersifat

sederhana oleh karena itu jenis teater ini masih berkembang di daerah-daerah

Indonesia. Jenis ini diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu Teater Rakyat,

Teater Klasik, dan Teater Transisi.

b. Teater Bangsawan

Teater bangsawan ini memainkan lakon hikayat1001 malam, teater ini

diiringi orkestra Barat yang lebih menonjolkan unsur deklamasi dan nyanyian.

Teater ini masih bersifat kerakyatan dan pemain-pemainnya bisa berkomunikasi

langsung dengan penonton.

c. Teater Dardanella

Teater Dardanella biasanya mempergunakan lakon the Thief of Bagdad,

The three musketeers, perantaian 99 dall. Jenis ini dapat diklasifikasikan

menjadi 3 macam, yaitu Cerita yang popular pada saat itu, cerita lama yang

terkenal, dan cerita yang tergolong Indische Roman

d. Teater Maya

Timbulnya teater Maya dipengaruhi oleh saudagar-saudagar Cina yang

gemar akan teater. Teater Maya banyak menampilkan karya-karya pengarang

Indonesia, hal ini juga berkat kemajuan dokumentasi pusat Kebudayaan Jepang

(14)

e. Teater kecil

Teater ini lebih sering memasukkan unsur kesenian dari daerah-daerah yang

ada di Indonesia, teater ini memiliki waktu pentas yang sedikit di bandingkan

teater yang lain.

f. Teater populer

Teater populer ini merupakan teater yang paling di sukai oleh masyarakat

karena pemain daripada teater ini adalah orang-orang yang terkenal dan setiap

drama yang di pentaskan dalam teater ini kemudian diangkat menjadi Film.

g. Teater mandiri

Teater ini biasanya berkisah tentang suasana keluarga Ningrat dan

naskah-naskahnya dipandang bersifat eksperimen. Teater ini memiliki jalinan cerita

yang penuh kejutan, menempatkan naskah ini sebagai naskah yang kuat.

3.3 Teater Bali

Teater Bali merupakan teater yang cukup banyak di minati oleh masyarakat

Indonesia, bahkan wisatawan Asing juga banyak yang tertarik terhadap pementasan

teater Bali. Ada banyak teater Bali yang di pentaskan, dari sekian banyak ada tiga teater

yang paling sering dipentaskan, yaitu:

1. Janger Bali

Janger adalah sebuah teater daerah Bali yang merupakan tarian

pergaulan muda-mudi dengan menyanyikan lagu-lagu rakyat. Teater janger ini

merupakan perkembangan dari sang Hyang, yakni sebuah tarian yang berunsurkan

(15)

pelaku-pelaku wanita disebut Janger. Teater Janger biasanya dipentaskan 12 orang

pelaku Kecak dan 12 orang pelaku Janger. Teater Janger ini lebih bersifat hiburan

daripada ritual, pementasan Janger biasanya mengambil lakon dari cerita Mahabrata.

Suatu ciri khas dalam teater Janger, selain vokal, ialah semua penari membawa kipas

Perada.

2. Arja Bali

Dewasa ini kata Arja dipergunakan untuk menamakan suatu jenis

kesenian Bali yang berunsurkan tari, teater, dan tembang ( nyanyian ).

Arja bali muncul sekitar Tahun 1775-1785 M, pada masa pemerintahan Raja I Dewa

Gede Sakti di Puri Klungkung. Teater Arja saat itu masih disebut Dadap yang

melakonkan kesayangan limbur, sebuah cerita yang berisikan sindiran terhadap Raja

yang memerintah pada saat itu. “ Dadap “ dianggap suci oleh masyarakat Bali dan

dipakai dalam upacara, seperti pemanggilan roh leluhur. Sekitar tahun 1930-an

perkembangan teater Arja makin meningkat, adapun teater Arja ini mengambil lakon

dari sumber-sumber berikut ini yaitu: Kisah Panji, Cerita Rakyat, Cerita Cina,

Mahabrata, dan Ramayana. Teater Arja ini dalam pementasanya menggunakan musik

Gamelan.

3. Drama Gong Bali

Drama Gong adalah teater yang merupakan paduan sendratari, sandiwara

(drama modern), Arja (prembon), dan diiringi dengan gamelan gong kebyar. Drama

Gong muncul tahun 1966. Berbeda dengan teater klasik lainnya, drama Gong

(16)

kegiatan-kegiatan seperti perayaan hari ulang tahun, pesta dan lain-lain. Drama Gong ini serupa

dengan cerita Romeo-Juliet dalam sastra barat. Pertunjukkan ini memakan waktu 5

sampai 6 jam dan banyak lelucon rakyat dimasukkan ke dalamnya. Teater klasik lainnya

menggunakan bahasa jawa dalam pementasannya sedangkan drama Gong sendiri

menggunakan bahasa Bali. Untuk menggarisbawahi adegan-adegan sedih ataupun

gembira, biasanya dinyanyikan lagu-lagu yang berasal dari Tembang macapat. Drama

Gong dipentaskan tanpa naskah, karena menggunakan bahasa Bali, Drama Gong lebih

komunikatif dibandingkan teater klasik lainnya. Busana yang dipakai dalam

pertunjukkan biasanya lebih sederhana dari Gambuh dan Arja, dan pemain figuran

disebut Badut.

3.4 Peranan Teater bagi Masyarakat Bali

3.4.1 Teater Bali sebagai Sarana upacara

Penggolongan seni tari Bali diambil dalam keputusan seminar seni sakral

dan profane dalam Bidang Tari, tahun 1971. Ditinjau dari penggolongan

nya, salah satu diantaranya adalah teater Bebali. Teater Bebali adalah

teater yang berfungsi sebagai pengiring upacara (persembahan sajen) di

pura-pura ataupun di luar pura. Teater ini memakai lakon yang berperan

sebagai pemimpin upacara tersebut. Upacara yang biasanya dilakukan

adalah pembakaran mayat, perkawinan, dan lain-lain. Dalam pengisian

upacara, teater sangat berperan sebagai sarana penyampaian upacara ritual.

(17)

Dalam rangkaian upacara keagamaan di Bali, Teater Gambuh adalah

merupakan hiburan kepada orang yang sedang melakukan persiapan

upacara keagamaan, seperti anggota masyarakat yang membuat sesajen,

merangkai bunga dan mempersiapkan makanan tradisional. Secara tidak

langsung mereka memperoleh hiburan dari teater Gambuh yang sedang di

pertunjukkan tersebut. Dengan wujud akting, gerak yang teratur, teater ini

dapat memberi kesenangan dan kepuasaan kepada para penonton dan

pemikir kesenian. Dramatisasi pengungkapan dalam pementasan wayang

Wong ataupun teater Gambuh, seperti kesedihan, kegembiraan, kelucuan,

menghasilkan efek menghibur yang luar biasa.

3.4.3 Teater Bali sebagai Media Komunikasi

Dalam kehidupan tradisionalnya, masyarakat Indonesia sudah mengenal

tiga jenis saluran komunikasi untuk menyampaikan aspirasi. Ketiga

saluran itu adalah komunikasi lewat keagamaan, ilmuwan(penulis), teater

(seni pertunjukkan). Dari ketiga saluran tersebut, Teater memiliki

kemampuan yang amat besar untuk menyampaikan informasi baik di

kota maupun di desa. Demikian pula di Bali, teater sangat membantu

masyarakat untuk menyampaikan dan mendapatkan informasi melalui

pemain-pemain teater tersebut walaupun hanya menggunakan

(18)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Setelah penulis membahas mengenai Peranan Teater Bali bagi

Masyarakat Bali, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Teater merupakan salah satu bentuk kesenian yang harus di

lestarikan.

2. Teater Bali merupakan salah satu Teater yang memiliki nilai luhur

yang tinggi dan memiliki ciri yang khas yaitu penyampaian pesan

nya dengan cara menari.

` 3. Teater Bali salah satu teater yang tidak hanya diminati oleh

masyarakat Indonesia tetapi juga oleh wisatawan asing.

4. Dalam pementasannya Teater Bali masih terikat terhadap pemujaan

terhadap roh leluhur.

4.2 Saran

Setelah membahas mengenai Peranan Teater Bali bagi Masyarakat Bali,

maka penulis ingin memberikan sedikit saran untuk pembaca, yaitu :

1. Setiap kita harus menghargai, mencintai dan melestarikan kesenian-kesenian

yang ada di bangsa kita yaitu Indonesia.

2. Agar kita terlebih dahulu untuk mencintai karya-karya anak bangsa dibanding

(19)

DAFTAR PUSTAKA

1. Bandem, I Made, dan Murgiyanto Sal, 1996. Teater daerah di Indonesia,

Yogyakarta: Penerbit Kanisius

2. Waluyo, Herman J, 2008. Drama naskah dan pementasanya, Surakarta:

Lembaga Pengembangan Pendidikan ( LPP ) UNS

3. Zoete, Berly, 1983. Tarian dan Drama Bali, Jakarta: Proyek Pembinaan

Kesenian

Referensi

Dokumen terkait

 Pilihan  Banten  sebagai  lokasi  pelaksanaan  adalah   pertimbangan  sejarah  perjuangan  kaum  tani...  Juga  pesan-­‐pesan  untuk  peningkatan

Secara umum, dalam memohon bantuan kepada Negara Lain maka langkah- langkah yang harus dilakukan adalah Pemerintah RI melalui Menteri Hukum dan HAM RI selaku Pihak

15 Berdasarkan identifikasi masalah diatas yang sudah dijabarkan, maka untuk lebih efektif dan efisien, peneliti membatasi permasalahan yang akan kita bahas dalam

Pada hari ini Selasa tanggal Dua Puluh Satu bulan Oktober tahun Dua Ribu Empat Belas bertempat di Kantor Unit Layanan Pengadaan Pemerintah Provinsi Jawa Barat

Dengan ini kami beritahukan bahwa perusahaan Saudara telah ditetapkan sebagai pemenang untuk paket pekerjaan tersebut di atas, maka Sebagai kelanjutan proses pemilihan kami

Dari hasil analisis FT-IR ditunjukkan adanya peningkatan bilangan gelombang gugus O-H dimana O-H pada pati biji alpukat memiliki bilangan gelombang 3317,56 cm -1 dan

4.1 Menyajikan hasil olahan telaah tentang pening- galan kebudayaan dan pikiran masyarakat Indonesia pada masa penjajahan dan tumbuh- nya semangat kebang- saan

dan atau sanggahan dalam bentuk apapun juga, sehubungan dengan tindakan-tindakan yang dilakukan Penerima Kuasa berdasarkan surat kuasa ini serta segala akibatnya