• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengujian Mutu Sediaan Tablet Parasetamol Generik Tak Berlogo Dibandingkan Dengan Generik Berlogo Dan Merek Dagang Secara In Vitro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengujian Mutu Sediaan Tablet Parasetamol Generik Tak Berlogo Dibandingkan Dengan Generik Berlogo Dan Merek Dagang Secara In Vitro"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUJIAN MUTU SEDIAAN TABLET PARASETAMOL GENERIK TAK BERLOGO DIBANDINGKAN DENGAN GENERIK BERLOGO DAN

MEREK DAGANG SECARA IN VITRO

SKRIPSI

OLEH:

MALA PEBRIANI 040804018

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENGUJIAN MUTU SEDIAAN TABLET PARASETAMOL GENERIK TAK BERLOGO DIBANDINGKAN DENGAN GENERIK BERLOGO DAN

MEREK DAGANG SECARA IN VITRO

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Farmasi Pada

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

OLEH:

MALA FEBRIANI 040804018

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Pengesahan Skripsi

Judul:

PENGUJIAN MUTU SEDIAAN TABLET PARASETAMOL GENERIK TAK BERLOGO DIBANDINGKAN DENGAN GENERIK BERLOGO DAN

MEREK DAGANG SECARA IN VITRO

Oleh:

MALA PEBRIANI NIM 040804018

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada tanggal: September 2008

Pembimbing I, Panitia Penguji:

(Drs. Chairul Azhar Dlt. MSc., Apt) (Dra. Hayati Lubis,Msi., Apt.) NIP 130 809 701 NIP 130 353 238

Pembimbing II, (Drs. Chairul Azhar Dlt. MSc., Apt) NIP 130 809 701

(Drs. Fathur Rahman Harun M.Si.,Apt.) (Drs. Agusmal Dalimunthe, MS., Apt.)

NIP 130 872 281 NIP 131 286 002

(Dra. Azizah Nasution, MSc., Apt.) NIP 131 283 721

Dekan,

(4)

KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala

limpahan karunia dan rahmat yang tidak terhingga sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian serta penyusunan skripsi ini. Skripsi ini diajukan untuk

memenuhi persyaratan dalam mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas

Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda

Nasrin Effendi Harahap, Ibunda Rosmiati dan kedua adikku Yuli dan Haris yang

telah memberikan cinta dan semangat, serta kepada Keluarga Besar Hj. Ramiah

(Ua) atas semua curahan kasih sayang dan jasa-jasa mereka.

Ucapan terima kasih serta penghargaan juga ditujukan kepada:

1. Bapak Dekan dan para Pembantu Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Chairul Azhar Dalimunthe, M.Sc.,Apt. dan Bapak Drs. Fathur

Rahman Harun M.Si.,Apt. sebagai dosen pembimbing atas segala arahan serta

nasehat selama proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Edy Suwarso sebagai dosen penasehat akademik atas segala

nasehat dan bimbingannya selama proses perkuliahan

4. Bapak dan Ibu Panitia Penguji atas segala arahan dan masukan yang sangat

(5)

5. Kepala dan para staf Laboratorium Kimia Bahan Makanan dan Laboratorium

Anatomi Fisiologi Tumbuhan atas seluruh fasilitas yang diberikan selama

proses penelitian dan pengalaman berharga penulis sebagai asisten dosen.

6. Sahabat-sahabat penulis: Paksi, Nizar, Pipit, Neni, Muti, Lela, Mimi, Nisa,

Ririn, Zulfah, Ya’kub, Ryan, dan Riza. Rekan-rekan mahasiswa farmasi

stambuk 2004 serta seluruh pihak yang telah memberikan kasih sayang,

bantuan, motivasi, dan inspirasi bagi penulis selama masa perkuliahan sampai

penyusunan skripsi ini.

7. Keluarga besar Unit Kegiatan Mahasiswa Islam (UKMI) Ath-Thibb dan

Al-Falaq atas kebersamaan yang indah dalam nuansa islamiah.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas jasa-jasa besar

mereka.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga

membutuhkan banyak masukan dan kritikan. Namun demikian, penulis berharap

semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan berarti bagi ilmu pengetahuan

khususnya di bidang farmasi.

Medan, September 2008

Penulis,

(6)

ABSTRAK

Pengujian mutu tablet Parasetamol generik tak berlogo telah dilakukan dan

dibandingkan dengan sediaan tablet Parasetamol berlogo dan merek dagang secara

in vitro. Pengujian mutu tablet dengan menggunakan parameter uji kekerasan dan

uji friabilitas untuk persyaratan industri farmasi dan parameter uji waktu hancur,

penetapan kadar, keseragaman bobot, dan uji disolusi menurut Farmakope

Indonesia Edisi IV. Hasil dari pengujian yang diperoleh menunjukkan tablet

parasetamol generik tak berlogo memenuhi persyaratan industri farmasi kecuali

uji kekerasan. Hal yang sama juga diperoleh pada tablet berlogo dan merek

dagang. Sebaliknya pengujian parameter menurut Farmakope Indonesia Edisi IV

tablet generik tak berlogo semua memenuhi persyaratan. Pengujian hasil yang

(7)

ABSTRACT

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ...i

HALAMAN PENGESAHAN ...ii

ABSTRAK ...iii

ABSTRACT ...iv

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ...ix

DAFTAR GAMBAR ...x

DAFTAR LAMPIRAN ...xi

BAB 1 PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar belakang ...1

1.2 Perumusan masalah ...3

1.3 Hipotesa ...4

1.4 Tujuan penelitian... ...4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ...5

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ... 5

3.1 Alat-alat ... 5

3.2 Bahan-bahan ... 5

3.3 Metode Penelitian ... 6

3.3.1 Teknik Pengambilan Sampel...6

(9)

3.3.2.1 Air Bebas Karbondioksida P ... 6

3.3.2.2 Natrium Hidroksida 0,1 N ... 6

3.3.2.3 Natrium Hidroksida 0,2 N ... 6

3.3.2.4 Dapar Fosfat pH 5,8 ... 6

3.3.3 Pembuatan Tablet. ... 7

3.4.Evaluasi Tablet...7

3.4.1 Uji Kekerasan Tablet...8

3.4.2 Uji Friabilitas...8

3.4.3 Uji Waktu Hancur...8

3.5 Panjang Gelombang Maksimum dan Linieritas Kurva Kalibrasi ...9

3.5.1 Pembuatan Larutan Baku Parasetamol...9

3.5.2 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum...9

3.5.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi...10

3.6 Uji Validasi Tablet Parasetamol Secara Spektrofotometri UV...10

3.7 Penetapan Kadar Sediaan Tablet Parasetamol...10

3.8 Penetapan Keragaman Bobot Sediaan Tablet Parasetamol...11

3.9 Panjang Gelombang Maksimum dan Linieritas Kurva Kalibrasi Parasetamol Dalam Medium Dapar Pospat pH5,8...11

3.9.1 Pembuatan Larutan Baku...11

3.9.2 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum...12

3.9.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi...12

3.10 Uji Disolusi Tabel Yang di Buat Sendiri...12

3.11 Analisis Data Secara Statistik...13

(10)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...15

4.1 Evaluasi Tablet Parasetamol...15

4.1.1 Uji Kekerasan...15

4.1.2 Uji Friabilitas ...16

4.1.3 Uji Waktu Hancur... 17

4.2 Hasil Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dan Linieritas Kurva Kalibrasi...18

4.3 Penetapan Kadar Parasetamol Pada Tablet Buatan Sendiri...20

4.4 Penetapan Kadar Parasetamol Dalam Sampel Sediaan ...20

4.5 Hasil uji keragaman bobot parasetamol dalam sediaan tablet...21

4.6 Hasil Penentuan Kurva Serapan dan Kurva Kalibrasi Parasetamol BPFI Dalam Pelarut Dapar Pospat pH 5,8...23

4.7 Hasil uji disolusi parasetamol dalam sediaan tablet...24

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... ..28

5.1 Kesimpulan ... ..28

5.2 Saran ... ..29

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

TABEL 1 Kriteria Penerimaan Uji Disolusi...13

TABEL 2 Data Kekerasan Tablet Parasetamol ...16

TABEL 3 Data Friabilitas Tablet Parasetamol...17

TABEL 4 Data Waktu Hancur Tablet Parasetamol ...18

TABEL 5 Data Panang gelombang maksimum & Absorbansi BPFI...19

TABEL 6 Kadar rata-rata parasetamol pada sediaan tablet ... ..21

TABEL 7 Hasil Uji Keragaman Bobot ... ..22

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman GAMBAR 1 Kurva Serapan Parasetamol BPFI (konsentrasi 6,5 mcg/ml)

dalam Pelarut NaOH 0,1 N Secara Spektrofometer Ultraviolet ..18

GAMBAR 2 Kurva Kalibrasi Parasetamol BPFI Dalam Pelarut NaOH 0,1 N

Secara Spektrofotometer Ultraviolet Pada Panjang Gelombang 257 nm...19

GAMBAR 3 Kurva Serapan, Data dan Kurva Kalibrasi Parasetamol BPFI

Dalam Dapar Fosfat pH 5,8 Secara Spektrofotometri

UV...24

GAMBAR 4 Grafik % kumulatif Rata-Rata Disolusi Tablet Parasetamol generik

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Hasil penentuan kurva serapan parasetamol BPFI pada C= 6,5

mcg/ml terhadap pelarut sebagai blanko...32

Lampiran 2.Hasil penentuan persamaan regresi dari kurva kalibrasi parasetamol BPFI pada panjang gelombang =257 nm terhadap pelarut sebagai blanko...33

Lampiran 3. Contoh perhitungan kadar parasetamol...35

Lampiran 4. Data kadar parasetamol dalam sediaan tablet...36

Lampiran 5. Perhitungan statistik penetapan kadar parasetamol pada sediaan generik indofarma...37

Lampiran 6. Perhitungan statistik penetapan kadar parasetamol pada sediaan generik universal...39

Lampiran 7. Perhitungan statistik penetapan kadar parasetamol pada sediaan varsemol®...41

Lampiran 8. Perhitungan statistik penetapan kadar parasetamol pada sediaan farmadol®...43

Lampiran 9. Perhitungan statistik penetapan kadar parasetamol pada sediaan penurun panas indorakyat...45

Lampiran 10. Formula pembuatan tablet parasetamol (Tablet Validasi)...47

Lampiran 11.Perhitungan statistik penetapan kadar parasetamol pada tablet buatan sendiri...50

Lampiran 12. Uji validasi tablet parasetamol yang dibuat sendiri...52

Lampiran 13. Perhitungan keragaman bobot...53

Lampiran 14. Contoh perhitungan friabilitas tablet...56

(14)

Lampiran 16. Hasil penentuan kurva serapan parasetamol BPFI pada C = 6

mcg/ml terhadap medium disolusi sebagai blanko...58

Lampiran 17. Hasil penentuan persamaan regresi dari kurva kalibrasi

parasetamol BPFI pada panjang gelombang 243,5 nm terhadap medium disolusi sebagai blanko...59

(15)

ABSTRAK

Pengujian mutu tablet Parasetamol generik tak berlogo telah dilakukan dan

dibandingkan dengan sediaan tablet Parasetamol berlogo dan merek dagang secara

in vitro. Pengujian mutu tablet dengan menggunakan parameter uji kekerasan dan

uji friabilitas untuk persyaratan industri farmasi dan parameter uji waktu hancur,

penetapan kadar, keseragaman bobot, dan uji disolusi menurut Farmakope

Indonesia Edisi IV. Hasil dari pengujian yang diperoleh menunjukkan tablet

parasetamol generik tak berlogo memenuhi persyaratan industri farmasi kecuali

uji kekerasan. Hal yang sama juga diperoleh pada tablet berlogo dan merek

dagang. Sebaliknya pengujian parameter menurut Farmakope Indonesia Edisi IV

tablet generik tak berlogo semua memenuhi persyaratan. Pengujian hasil yang

(16)

ABSTRACT

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini walaupun tersedianya obat generik berlogo (OGB) dengan harga

relatif murah, namun tetap dirasa mahal oleh masyarakat khususnya di pedesaan.

Ini disebabkan OGB belum sepenuhnya dapat diakses oleh masyarakat karena

sebagian besar obat tersebut dikemas dalam jumlah besar. Oleh karena itu

pemerintah menilai diperlukan suatu obat bebas dengan kemasan kecil,

berkualitas dan harga murah sehingga dapat dijangkau dan diakses oleh

masyarakat luas. Pada tanggal 8 Mei 2007 keluarlah program obat generik tak

berlogo atau obat rakyat. Berbeda dengan obat generik berlogo yang ada, obat

generik tak berlogo ini mempunyai merek sesuai dengan penyakit yang akan

diobati.

Obat generik tak berlogo ini dijual eceran dalam kemasan kecil seharga Rp

1.000 per strip, berisi 2-10 tablet dan dapat dibeli di pasar non-panel, seperti

warung, toko obat atau melalui dokter yang menjalankan praktek dispensing.

Program ini dimaksudkan untuk menjamin ketersediaan, pemerataan dan

keterjangkauan obat murah dan berkualitas bagi masyarakat sehingga mereka

dapat melakukan self medication atau pengobatan sendiri. Program obat rakyat ini

merupakan terobosan penting, mengingat selama ini masih banyak warga yang tak

(18)

obat bukan semata-mata komoditi ekonomi tetapi sekaligus komoditas sosial

harus kembali ditegakkan. (Yus, Republika Rabu, 9 Mei 2007).

Parasetamol adalah derivat amino fenol yang bekerja sebagai analgesik

yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang dan juga

bekerja sebagai antipiretik yaitu menurunkan suhu tubuh dengan menghambat

biosintesa prostaglandin yang cepat diabsorbsi di saluran cerna. Konsentrasi

tertinggi dalam plasma dapat dicapai dalam waktu setengah jam dan masa paruh

plasma dicapai 1-3 jam (Wilmana, 1995). Pemilihan parasetamol sebagai model

disebabkan parasetamol adalah salah satu obat analgetik-antipiretik yang banyak

digunakan khususnya di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah.

Penetapan kadar parasetamol dapat dilakukan dengan cara Kromatografi

Cair Kinerja Tinggi yang dilengkapi dengan detektor 243 nm dan kolom 3,9 nm x

30 cm berisi bahan pengisi L1 ( Ditjen POM, 1995 ). The United States

Pharmacopeia (2007) mencantumkan bahwa penetapan kadar parasetamol

ditentukan secara kromatografi Cair Kinerja Tinggi dengan detektor 243 nm

dengan fase gerak air : metanol = 3 : 1. Parasetamol dapat juga ditentukan secara

spektrofotometri ultraviolet dalam suasana basa dengan panjang gelombang 257

nm dan suasana asam pada panjang gelombang 245 nm. (Moffat, 1986).

Metode spektrofotometri memiliki keuntungan antara lain dapat digunakan

untuk analisa suatu zat dalam jumlah kecil, pengerjaanya cepat, sederhana, cukup

sensitif dan selektif serta mudah dalam interpretasi hasil yang diperoleh. Oleh

karena itu, untuk mencari metode alternatif yang tepat untuk analisis rutin mutu

(19)

sediaan tablet secara spektrofotometri ultraviolet. Untuk penetapan kehandalan

metode lebih dahulu dibuat sediaan tablet dengan komposisi umumnya suatu

tablet dengan kadar senyawa aktif yang diketahui dengan tepat, kemudian

dianalisis dengan cara yang sama untuk sampel.

Menanggapi sebagian anggota masyarakat yang belum sepenuhnya

mempercayai kemanjuran obat generik tak berlogo tersebut, maka perlu dilakukan

suatu pembuktian ilmiah terhadap mutu dari program obat baru tersebut. Oleh

karena itu, penulis tertarik untuk melakukan studi pengujian mutu tablet

parasetamol generik tak berlogo dibandingkan dengan generik berlogo dan merek

dagang dengan melakukan pengujian dari segi fisis (kekerasan & friabilitas) yang

merujuk pada persyaratan mutu farmasi industri dan secara in vitro (waktu

hancur, penetapan kadar zat aktif, keseragaman sediaan dan disolusi) merujuk

pada Farmakope Indonesia edisi IV.

1.2 Perumusan Masalah

Apakah tablet Parasetamol generik tak berlogo mempunyai mutu yang

sama dengan Parasetamol generik berlogo dan merek dagang secara in vitro sesuai

dengan persyaratan mutu farmasi industri dan persyaratan Farmakope Indonesia

edisi IV?

1.3.Hipotesis

Mutu sediaan tablet Parasetamol generik tak berlogo adalah sama secara in

vitro dengan generik berlogo dan merek dagang sesuai dengan persyaratan yang

tercantum dalam persyaratan mutu farmasi industri dan persyaratan Farmakope

(20)

1.4.Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui apakah sediaan tablet parasetamol sudah memenuhi

persyaratan mutu farmasi industri (uji kekerasan & uji friabilitas) dan persyaratan

Farmakope Indonesia edisi IV secara in vitro ( uji waktu hancur, penetapan kadar,

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Uraian Umum

2.1.1. Sifat Fisika dan Kimia Parasetamol

Sinonim : Paracetamolum

Asetaminofen.

Nama kimia : 4-hidroksiasetanilida.

Rumus molekul : C8H9NO2

Rumus bangun : HO NHCOCH3

Kandungan : tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 101,0 %

C8H9NO2, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit.

Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1 N,

mudah larut dalam etanol.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan tidak tembus cahaya

(DitJen POM., 1995).

2.2.Farmakologi

Parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik

ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Asetaminofen di Indonesia lebih dikenal

(22)

Efek analgetik Paracetamol dapat menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan

sampai sedang. Paracetamol menghilangkan nyeri, baik secara sentral maupun

secara perifer. Secara sentral diduga Paracetamol bekerja pada hipotalamus

sedangkan secara perifer, menghambat pembentukan prostaglandin di tempat

inflamasi, mencegah sensitisasi reseptor rasa sakit terhadap rangsang mekanik

atau kimiawi. Efek antipiretik dapat menurunkan suhu demam. Pada keadaan

demam, diduga termostat di hipotalamus terganggu sehingga suhu badan lebih

tinggi (Zubaidi, 1980).

Paracetamol bekerja dengan mengembalikan fungsi termostat ke keadaan

normal. Pembentukan panas tidak dihambat tetapi hilangnya panas dipermudah

dengan bertambahnya aliran darah ke perifer dan pengeluaran keringat. Efek

penurunan suhu demam diduga terjadi karena penghambatan terbentuknya

prostaglandin (Zubaidi, 1980).

Senyawa Paracetamol memiliki waktu paruh 1 – 3 jam, dan tidak

menyebabkan perdarahan gastrointestinalis atau gangguan asam basa seperti asam

asetilsalisilat, tetapi mempunyai bentuk toksisitas hepatik sedang sampai berat.

(Andrianto.P., 1985).

2.3.Spektrofotometri Ultraviolet

Spektrofotometer adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan

fotometer. Spektrometer berfungsi untuk menghasilkan sinar dengan panjang

gelombang tertentu dan fotometer berfungsi sebagai alat pengukur intensitas

(23)

spektrofotometri yaitu dapat menetapkan kadar suatu zat yang sangat kecil

(Vogel,1994).

Spektrofotometri Ultraviolet adalah pengukuran panjang gelombang dan

intensitas sinar ultraviolet yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar ultraviolet memiliki

energi yang cukup untuk mempromosikan elektron pada kulit terluar ke tingkat

energi yang lebih tinggi. Spektroskopi ultraviolet biasanya digunakan untuk

senyawa di dalam larutan. Spektrum ultraviolet mempunyai pita yang lebar dan

hanya sedikit informasi tentang struktur yang biasa didapatkan dari spektrum ini.

Tetapi spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif.

Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur serapan

pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer

(Dachriyanus,2004)

Menurut hukum Lambert, serapan (A) berbanding lurus dengan ketebalan

lapisan (b) yang disinari :

A= k. b

Dengan bertambahnya ketebalan lapisan, serapan akan bertambah.

Menurut Hukum Beer, yang hanya berlaku untuk cahaya monokromatis dan

larutan yang sangat encer, serapan (A) dan konsentrasi (c) adalah proporsional:

A= k. c

Jika konsentrasi bertambah, jumlah molekul yang dilalui berkas sinar akan

(24)

Kedua persamaan ini digabungkan dalam hukum Lambert-Beer, maka

diperoleh bahwa serapan berbanding lurus dengan konsentrasi dan ketebalan

lapisan:

A= k . c. b

Nilai tetapan (K ) dalam hukum Lambert-Beer tergantung pada sistem

konsentrasi mana yang digunakan. Bila c dalam gram perliter, tetapan tersebut

disebut dengan absorptivitas (a) dan bila dalam mol per liter tetapan tersebut

adalah absorbtivitas molar (∈ ) (Day and Underwood,1999)

Parasetamol secara struktur diketahui mempunyai gugus kromofor dan

gugus auksokrom yang menyebabkan senyawa ini dapat menyerap radiasi pada

daerah ultraviolet. Parasetamol mempunyai spektrum ultraviolet dalam suasana

asam pada panjang gelombang 245 nm ( 1 1

A 668 a) dan dalam suasana basa pada

panjang gelombang 257 nm (A 715 a) (Moffat, 1986). 11

2.4.Sediaan Tablet

2.4.1.Pengertian Tablet

Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan ataupun

tanpa bahan pengisi. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan

merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet dapat dibuat

dengan berbagai ukuran, bentuk dan penandaan permukaan tergantung pada desai

cetakan ( DitJen POM, 1995).

Secara umum tablet dibuat dengan 3 cara yaitu : granulasi basah, granulasi

kering dan kempa langsung. Tujuan granulasi basah dan kering adalah untuk

(25)

buat dengan cara menekan massa serbuk pada tekanan sehingga menjadi tablet

yang besar yang tidak berbentuk baik, kemudian digiling dan diayak hingga

diperoleh granul dengan ukuran partikel yang diinginkan (DitJen POM., 1995).

Dewasa ini sediaan tablet semakin populer pemakaiannya dan merupakan

sediaan yang paling banyak diproduksi. Tablet merupakan salah satu sediaan yang

banyak mengalami perkembangan baik formulasi maupun cara pengunaannya.

Beberapa keuntungan. Beberapa keuntungan sediaan tablet diantaranya adalah

sediaan lebih kompak, biaya pembuataannya lebih sederhanan dosisnya tepat,

mudah pengemasannya, sehingga penggunaanya lebih praktis jika dibandingkan

dengan sediaan yang lain ( Lachman, dkk.,1994 )

Selain mengandung bahan aktif, tablet biasanya mengandung bahan

tambahan yang mempunyai fungsi tertentu. Bahan tambahan yang umum

digunakan adalah bahan pengisi, bahan pengikat, bahan pengembang, bahan

pelicin atau zat lain yang cocok. Bahan tambahan yang digunakan pada

pembuatan tablet harus inert, tidak toksik dan mampu melepaskan obat dalam

keadaan relatif konstan pada jangka waktu tertentu (Soekemi, 1987).

2.4.2.Komposisi Tablet

Komposisi umum dari tablet adalah zat berkhasiat, bahan pengisi, bahan

pengikat atau perekat, bahan pengembang dan bahan pelicin. Kadang-kadang

dapat ditambahkan bahan pewangi (flavoring agent), bahan pewarna (coloring

agent) dan bahan-bahan lainnya (Ansel, 1989).

(26)

2. Bahan pengisi

Untuk mendapatkan berat yang diinginkan, terutama apabila bahan obat

dalam jumlah yang kecil. Bahan pengisi haruslah bersifat inert. Bahan-bahan

yang umum digunakan sebagiai bahan pengisi antara lain laktosa, sukrosa,

manitol, sorbitol, avicel, bolus alba, kalsium sulfat, dll (Lachman, dkk., 1994).

3. Bahan pengikat

Untuk mengikat komponen-komponen tablet untuk dijadikan granul

dengan ukuran yang sama dan bentuk spheris setelah dipaksakan melewati

ayakan. Dengan adanya bahan pengikat, komponen tablet akan mudah dibentuk

menjadi granul, sehingga akan memudahkan didalam pencetakan. Pemilihan

bahan pengikat tergantung pada sifat fisika dan kimia dari bahan obat, daya ikat

yang diperlukan dan tujuan pemakaian obatnya.

4. Bahan pengembang

Untuk memudahkan tablet menjadi partikel-partikel kecil ketika berkontak

dengan cairan pencernaan sehingga luas permukaan diperbesar dan absorbsinya

dipermudah (Lachman, dkk., 1994).

5. Bahan pelicin

Untuk meningkatkan daya alir granul-granul pada corong pengisi,

mencegah melekatnya massa pada punch dan die, mengurangi gesekan antara

butir-butir granul dan mempermudah pengeluaran tablet dari die. Hasil terbaik

saat ini sebagai bahan pelicin adalah talk serta kalsium atau magnesium stearat

(27)

Tablet yang dinyatakan baik harus memenuhi syarat sebagai berikut:

1. Memiliki kemampuan atau daya tahan terhadap pengaruh mekanis selama

proses produksi, pengemasan dan distribusi.

2. Bebas dari kerusakan seperti pecah-pecah, rompal pada permukaan dan

sisa-sisanya.

3. Dapat menjamin kestabilan fisik maupun kimia dari zat berkhasiat yang

terkandung didalamnya.

2.4.3 Evaluasi Tablet

1. Kekerasan tablet

Tablet harus mempunyai kekuatan atau kekerasan tertentu serta tahan atas

kerenyahan agar dapat bertahan terhadap berbagai guncangan mekanik pada saat

pembuatan, pengepakan, dan pengapalan. Selain itu tablet juga harus dapat

bertahan terhadap perlakuan berlebihan oleh konsumen. Kekerasan tablet yang

cukup serta tahan penyerbukan dan kerenyahan merupakan persyaratan penting

bagi penerimaan konsumen.( Lachman dkk, 1994). Kekerasan dinyatakan dalam

satuan kg dari tenaga yang dibutuhkan untuk memecah tablet

(Soekemi,dkk.,1987).

2. Friabilitas.

Untuk mengetahui keutuhan tablet (terkikis) karena selama tranfortasi

tablet mengalami benturan dengan dinding wadahnya. Tablet yang mudah

menjadi bubuk , menyerpih dan pecah- pecah pada penanganannya, akan

kehilangan keelokannya serta konsumen enggan menerimanya, dan dapat

menimbulkan pengotoran pada tempat pengangkutan dan pengepakan, juga dapat

(28)

3.Waktu hancur

Menurut Lachman dkk (1994), jika dikaitkan dengan disolusi maka waktu

hancur merupakan faktor penentu dalam pelarutan obat. Sebelum obat larut dalam

media pelarut maka tablet terlebih dahulu pecah menjadi partikel-partikel kecil

sehingga daerah permukaan partikel menjadi lebih luas. Namun uji ini tidak

memberi jaminan bahwa partikel-partikel akan melepaskan bahan obat dalam

larutan dengan kecepatan yang seharusnya, karena uji waktu hancur hanya

menyatakan waktu yang diperlukan tablet untuk hancur di bawah kondisi yang

ditetapkan, dan lewatnya seluruh partikel melalui saringan berukuran mesh-10.

4. Kadar zat berkhasiat

Kadar zat berkhasiat tertera dalam monografi masing-masing tablet baik

batasan nilainya maupun cara penetapannya. Menurut Lachman dkk (1994),

bahwa selain memenuhi persyaratan kadar suatu tablet juga harus dapat

melepaskan kandungan zat berkhasiatnya mendekati 100 % dan diabsorbsi secara

utuh sehingga dapat menimbulkan efek farmakologis.

5. Keseragaman sediaan

Keseragaman sediaan ditetapkan dengan 2 cara yaitu :

a. Keragaman bobot dilakukan terhadap tablet yang 50 % bahan aktifnya lebih

besar atau sama dengan 50 mg.

b. Keseragaman kandungan dilakukan terhadap tablet yang 50 % bahan

(29)

6.Disolusi

Disolusi adalah proses dimana suatu zat pada menjadi terlarut dalam suatu

pelarut. Saat sekarang ini disolusi dipandang sebagai salah satu uji pengawasan

mutu yang paling penting dilakukan pada sediaan farmasi.

Pada uji disolusi dapat diketahui partikel-partikel obat akan melepas

bahan obat dalam larutan dengan kecepatan tertentu. Cepatnya melarut obat atau

tablet menentukan berapa kadar bahan berkhasiat yang terlepas kedalam darah,

oleh karena itu laju disolusi berhubungan langsung dengan efikasi (kemanjuran)

dari tablet dan perbedaan biovaibilitas dari berbagai formula (Lachman,

dkk.,1994).

Secara singkat, alat untuk menguji karakteristik disolusi dan sediaan

pada kapsul atau tablet terdiri dari :

(1.)motor pengaduk dengan kecepatan yang dapat diubah

(2.)keranjang baja stainless berbentuk silinder atau dayung untuk ditempelkan ke

ujung batang pengaduk

(3.)bejana dari gelas, atau bahan lain yang inert dan transparan dengan volume

1000 ml, bertutup sesuai dengan di tengah-tengahnya ada tempat untuk

menempelkan pengaduk, dan ada lubang tempat masuk pada 3 tempat, dua

untuk memindahkan contoh dan satu untuk menempatkan termometer.

(4.)Penangas air yang sesuai untuk menjaga temperatur pada media disolusi

dalam bejana.

Pada tiap pengujian, volume dari media disolusi (seperti yang

(30)

biarkan mencapai temperatur 37o C ± 0,5 oC. Kemudian 1 tablet atau 1 kapsul

yang diuji dicelupkan ke dalam bejana atau ditempatkan dalam keranjang dan

pengaduk diputar dengan kecepatan seperti yang ditetapkan dalam monografi.

Pada waktu-waktu tertentu contoh dari media diambil untuk analisis kimia dari

bagian obat yang terlarut. Tablet dan kapsul harus memenuhi persyaratan seperti

(31)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah, Disintegration tester

(Erweka), Dissolution Tester (Erweka DT), Strong Cobb Hardness Tester

(Erweka), Roche Friabilator (Erweka), Spektrofotometer Ultra violet ( UV Mini

1240 Shimadzu ), Stopwacth, Neraca listrik, alat-alat gelas dan alat laboratorium

lainnya.

3.2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah natrium

hidroksida 97,5% b/v (E.Merck), kalium dihidrogen fosfat (E.Merck), air suling,

Parasetamol Pembanding (Badan POM), Bahan baku tablet parsetamol (PT.

Brataco Chem), Amilum Manihot, Talcum, Mg Stearat, Laktosa, Tablet

Parasetamol Generik Tak Berlogo (rakyat) produksi PT. Indo Farma, Tablet

Parasetamol Generik Berlogo produksi PT. Indo Farma, Tablet Parasetamol

Generik Berlogo produksi Universal Farm Industri, Tablet Varsemol® produksi

(32)

3.3. Metode Penelitian

3.3.1. Teknik pengambilan sampel

Sampel yang akan diuji sebanyak 5 (lima) merek sediaan tablet

parasetamol.Teknik pengambilan kelima sediaan sampel secara purposif dan

setiap sediaan obat masing-masing memiliki nomor bets yang sama. Kelima

sampel tersebut produksi dari 1 pabrik generik tak berlogo, 2 pabrik generik

berlogo, dan 2 pabrik merek dagang dengan jumlah masing-masing zat aktif 500

mg per tablet, yang diambil dari beberapa apotek yang ada di Pasar Pramuka,

Jakarta Timur.

3.3.2. Pembuatan Pereaksi

3.3.2.1. Air bebas Karbondioksida ( Ditjen POM.,1995)

Air suling yang telah dididihkan selama 5 menit atau lebih dan didiamkan

sampai dingin dan tidak boleh menyerap karbon dioksida dari udara.

3.3.2.2. Natrium Hidroksida 0,1 N ( Ditjen POM.,1979)

Larutkan 4 gram natrium hidroksida dalam air bebas karbon dioksida

secukupnya hingga 1000 ml.

3.3.2.3. Natrium Hidroksida 0,2 N (Ditjen POM.,1979)

Larutkan 8 gram natrium hidroksida dalam air bebas karbon dioksida

secukupnya hingga 1000 ml.

3.3.2.4. Dapar fosfat pH 5,8 (Ditjen POM., 1995)

Larutkan 27,22 gram kalium dihidrogen fosfat dalam air bebas

(33)

kedalam labu tentukur 200 ml kemudian ditambah dengan NaOH 0,2 M sebanyak

3,6 ml dicukupkan dengan air bebas karbondioksida sampai garis tanda.

3.3.3 Pembuatan Tablet

R/ Parasetamol 500 mg

Amilum manihot 5 %

Mucilago amili 10% q.s.

Mg stearat 1%

Talkum 1%

Laktosa q.s.

M.f. tab dtd no.C

Ke dalam lumpang dimasukkan parasetamol, ditambahkan amilum

manihot sebagai pengembang dalam, dan saccharum lactis lalu dicampur hingga

homogen. Mucilago amili ditambahkan sedikit demi sedikit hingga diperoleh

massa yang tidak lengket bila dikepal, kemudian digranulasi dengan ayakan mesh

8, Granulat basah dikeringkan pada lemari pengering pada suhu tidak lebih dari

40-60o C selama lebih kurang 2 jam. Setelah kering granulat diayak kembali

dengan ayakan mesh 12, ditambahkan amilum manihot sebagai pengembang luar,

talkum dan magnesium stearat dalam jumlah tertentu, diaduk homogen,lalu

dicetak menjadi tablet dengan bobot 600 mg dan penampang 13 mm.

3.4. Evaluasi Tablet

3.4.1. Uji Kekerasan Tablet

Uji kekerasan tablet menggunakan Strong Cobb Hardness Tester

(34)

dijepit dengan memutar skrup pengatur hingga tanda lampu “stop” menyala, lalu

ditekan tombol sampai tablet pecah. Pada saat tablet pecah angka yang

ditunjukkan jarum pada skala dibaca. Kekerasan tablet adalah angka yang

ditunjukkan jarum pada skala. Dilakukan uji kekerasan terhadap 6 tablet, dan

dihitung rata-ratanya. Tablet memenuhi syarat bila kekerasan tablet antara 4 – 8

kg (Parrot, 1971).

Uji kekerasan tablet ini dilakukan pada keenam sediaan tablet parasetamol.

3.4.2. Uji Friabilitas

Uji friabilitas tablet menggunakan alat Roche Friabilator (Erweka)

dengan cara ditimbang sebanyak 20 tablet yang telah dibersihkan dari debu,

dicatat beratnya (a gram). Tablet dimasukkan kedalam alat friabilator, lalu alat

dijalankan selama 4 menit dengan 100 kali putaran. Setelah batas waktu yang

ditentukan tablet dikeluarkan dan dibersihkan dari debu, lalu ditimbang beratnya

(b gram). Persentase friabilitas dihitung dengan rumus :

Friabilitas (F) = (a-b) / a x 100 %

dimana F = friabilitas, a = berat 20 tablet sebelum diputar, b = berat 20 tablet

setelah diputar. Tablet memenuhi syarat jika persentase kehilangan berat ≤ 0,8 %

(Voigt, R., 1994).

Uji friabilitas tablet ini dilakukan pada keenam sediaan tablet parasetamol.

3.4.3. Uji Waktu Hancur

Pengujian waktu hancur dilakukan dengan alat Disintegration tester

(Erweka) terhadap 6 tablet. Dimasukkan 1 tablet pada masing-masing tabung dari

(35)

± 2o C sebagai media kemudian alat dijalankan. Waktu hancur tablet dicatat yaitu

sejak tablet dinaik turunkan sampai tablet hancur. Tablet dinyatakan hancur jika

tidak ada bagian tablet yang tertinggal dikasa. Tablet memenuhi syarat jika waktu

hancur tablet tidak lebih dari 15 menit. Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur

sempurna ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya; tidak kurang 16 tablet dari

18 tablet yang diuji harus hancur semua (DitJen POM., 1995).

Uji waktu hancur tablet ini dilakukan pada keenam sediaan tablet

parasetamol.

3.5. Panjang Gelombang Maksimum dan Linieritas Kurva Kalibrasi 3.5.1. Pembuatan Larutan Baku Parasetamol

Ditimbang secara seksama 50,0 mg Paracetamol BPFI lalu dimasukkan ke

dalam labu tentukur 100 ml, kemudian ditambahkan 25 ml NaOH 0,1 N

diencerkan dengan 50 ml air suling, dikocok selama 15 menit, kemudian

ditambahkan air suling hingga garis tanda (C = 500 mcg/ml). Selanjutnya dipipet

sebanyak 10 ml lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan

dengan air suling sampai garis tanda (C = 100 mcg/ml).

3.5.2 Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum

Dipipet sebanyak 6,5 ml larutan baku parasetamol lalu dimasukkan ke

dalam labu tentukur 100 ml ditambahkan 10 ml NaOH 0,1 N, kemudian

diencerkan dengan air suling sampai garis tanda (C = 6,5 mcg/ml). Serapan

diukur pada panjang gelombang 200 – 400 nm dan sebagai blanko digunakan

(36)

3.5.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi

Dipipet 3,5ml; 5ml; 6,5ml; 8ml; 9,5ml dari larutan standar. Dan

masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml lalu ditambah 10 ml NaOH

0,1 N lalu diencerkan dengan air suling hingga garis tanda. Serapan diukur

pada panjang gelombang serapan maksimum dan sebagai blanko digunakan

NaOH 0,1N.

3.6. Uji validasi metode Tablet Parasetamol secara spektrofotometri UV

Ditimbang seksama 20 tablet Paracetamol yang dibuat sendiri kemudian

digerus, lalu ditimbang seksama sejumlah serbuk tablet setara dengan 50 mg

Paracetamol, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, ditambahkan 25 ml

NaOH 0,1 N, diencerkan dengan 50 ml air, dikocok selama 15 menit lalu

ditambahkan air secukupnya hingga 100 ml, dicampur dan disaring menggunakan

kertas saring, filtrat yang pertama dibuang sampai kertas saring jenuh. Dipipet

10,0 ml filtrat lalu diencerkan dengan air suling secukupnya hingga 50 ml. Dari

larutan ini dipipet 6,5 ml, ditambahkan 10 ml NaOH 0,1 N encerkan dengan air

suling secukupnya hingga 100,0 ml (C = 6,5 mcg/ml). Lalu diukur serapannya

pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh.

3.7. Penetapan Kadar Sediaan Tablet Parasetamol

Untuk penetapan kadar kelima sampel dilakukan dengan prosedur yang

(37)

3.8. Penetapan Keragaman Bobot Sediaan Tablet Parasetamol

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV jika tablet mengandung zat aktif

50 mg atau lebih yang merupakan 50% atau lebih, dari bobot, satuan sediaan.

Maka uji keseragaman sediaan dilakukan dengan cara keragaman bobot.

Penetapan keragaman bobot dilakukan dengan cara ditimbang seksama 10 tablet,

satu persatu dan dihitung bobot rata – rata. Kemudian ditentukankan kadarnya

secara spertrofotometri ultraviolet (butir 2.6.). Dari hasil penetapan kadar dihitung

jumlah zat aktif dari masing – masing dari 10 tablet dengan anggapan zat aktif

terdistribusi homogen. Memenuhi persyaratan dalam keragaman bobot jika

terletak antara 85% hingga 115% dari yang tertera pada etiket dan simpangan

baku relatif kurang dari atau sama dengan 6,0%. Jika tidak memenuhi syarat maka

dilakukan uji 20 satuan tambahan, dan persyaratan di penuhi jika tidak lebih dari 1

satuan dari 30 terletak di luar rentang 85,0% hingga 115,0% dari yang tertera pada

etiket dan tidak ada satuan yang tertera pada etiket dan tidak ada satuan yang

terletak di luar rentang 75,0% hingga 125,0% dari yang tertera pada etiket dan

simpangan baku relatif dari 30 satuan sediaan tidak lebih dari 7,8%.

Penetapan keragaman bobot tablet ini dilakukan pada kelima sediaan

tablet parasetamol.

3.10. Panjang Gelombang Serapan Maksimum dan Linieritas Kurva Kalibrasi Dalam Medium Dapar Fosfat pH 5,8

3.10.1 Pembuatan Larutan Baku

Ditimbang secara seksama 50 mg Paracetamol BPFI, lalu dimasukkan ke

dalam labu tentukur 100 ml dan dilarutkan dengan medium disolusi, lalu

(38)

Selanjutnya dipipet sebanyak 5 ml dengan pipet volum lalu dimasukkan ke dalam

labu tentukur 100 ml dan ditambahkan dengan medium disolusi hingga garis

tanda (C = 25 mcg/ml).

3.10.2 Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum

Dipipet 6 ml dari larutan standar lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur

25 ml dan ditambahkan medium disolusi hingga garis tanda (C = 6 mcg/ml).

Serapan lalu diukur pada panjang gelombang 200 - 400 nm dan sebagai blanko

digunakan medium disolusi.

3.10.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi

Dipipet 4 ml; 5 ml; 6 ml; 7 ml; dan 8 ml dari larutan standar ; lalu

dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml dan ditambahkan medium disolusi

hingga garis tanda. Serapan lalu diukur pada panjang gelombang maksimum dan

sebagai blanko digunakan medium disolusi.

3.11 Uji Disolusi Tablet yang Dibuat Sendiri

Untuk menguji laju disolusi tablet dilakukan dengan menggunakan alat

Dissolution Tester (Erweka).

Medium : 900 ml larutan dapar Fosfat pH 5,8

Alat : tipe 2 (metode dayung)

Kecepatan putaran : 50 rpm

(39)

Satu tablet dimasukkan ke dalam wadah disolusi yang telah berisi 900 ml

medium disolusi yang bersuhu 37o ± 0,5o C. Kemudian dayung diputar dengan

kecepatan 50 rpm per menit. Pada interval waktu 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 menit

larutan dipipet sebanyak 0,27 ml dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml,

lalu diencerkan dengan medium disolusi sampai garis tanda. Serapan diukur pada

panjang gelombang maksimum terhadap medium disolusi sebagai blanko.

Volume medium diusahakan tetap dengan menambahkan medium disolusi

sebanyak 0,27 ml setelah pemipetan. Dalam waktu 30 menit harus larut tidak

kurang dari 80 % (Q) C8 H9 NO2 dari jumlah yang tertera pada etiket (DitJen,

POM., 1995).

Interprestasi : Persyaratan dipenuhi bila jumlah zat aktif yang terlarut dari

sediaan yang diuji sesuai dengan tabel penerimaan. Lanjutkan pengujian sampai

[image:39.595.114.511.500.650.2]

tiga tahap, kecuali bila hasil pengujian melalui tahap S1 atau S2.

Tabel 1. Kriteria Penerimaan Uji Disolusi.

Tahap Jumlah

yang diuji Kriteria penerimaan

S1 6 Tiap unit sediaan tidak kurang dari Q + 5 %

S2 6

Rata-rata dari 12 unit (S1 + S2) adalah sama dengan atau lebih besar dari Q dan tidak 1 unit sediaan yang lebih kecil dari Q - 15 %

S3 12

Rata-rata dari 24 unit (S1 + S2 + S3) adalah sama dengan atau lebih besar dari Q, tidak lebih dari 2 unit sediaan yang lebih kecil dari Q – 15 % dan tidak 1 unit pun yang lebih kecil dari Q – 25 %

(40)

3.12. Analisis Data Secara Statistik

Untuk mengetahui apakah data diterima atau ditolak digunakan rumus dibawah ini

t =

n sd

x x

Standar deviasi (SD) dihitung dengan rumus :

SD =

( )

1 2 − −

n x x

Dengan dasar penolakan data adalah t hitung≥ t tabel dan bila t hitung mempunyai nilai

negatif , data ditolak jika t hitung ≤ -t tabel

Untuk mencari kadar sebenarnya dengan taraf kepercayaan (ik) 99% ,

dengan derajat kebebasan dk=n-1 , digunakan rumus

μ = x ± t

(

)

λ

2 1

1− dk

n SD ×

Keterangan : μ = interval kepercayaan

=

α tingkat kepercayaan

dk = derajat kebebasan

3.14 Parameter Uji Validasi

Kesalahan Relatif (KR)

KR =

U Xi U

x 100 %

Keterangan : t = harga t tabel sesuai dengan dk=n-1

x = kadar rata-rata sampel

SD= standar deviasi

(41)

Koefisien Variasi (KV)

KV =

Xi SD

x 100 %

Keterangan : U = kadar teoritis

X = kadar yang diperoleh dari hasil percobaan

Xi = kadar rata-rata yang diperoleh dari hasil percobaan

SD = standar deviasi

KR = kesalahan relatif

(42)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Evaluasi Tablet Parasetamol

Hasil evaluasi fisik tablet parasetamol yang dilakukan berdasarkan

persyaratan industri : uji kekerasan, uji friabilitas, dan uji waktu hancur .

4.1.1. Uji Kekerasan

Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa setiap tablet yang diuji

mempunyai kekerasan yang berbeda-beda mulai dari 8,38 kg sampai 12,58 kg.

Tablet yang dibuat sendiri dengan bahan pengikat amilum manihot 10% b/v

memiliki kekerasan sebesar 7,50 kg, sehingga kekerasan tablet tersebut masih

memenuhi persyaratan menurut Parrot yakni antara 4-8 kg. (Data pengujian dan

perhitungan pada Lampiran 1). Sediaan tablet generik tak berlogo sudah tidak

berada dalam batas penerimaan begitu juga dengan sediaan lain dipasaran yang

mungkin disebabkan beberapa faktor seperti perbedaan tekanan kompresi yang

diberikan atau perbedaan massa granul yang mengisi die pada saat pencetakan

tablet. Selain itu, berbedanya nilai kekerasan juga dapat diakibatkan oleh variasi

jenis dan jumlah bahan tambahan yang digunakan pada formulasi. Bahan pengikat

adalah contoh bahan tambahan yang bisa menyebabkan meningkatnya kekerasan

(43)
[image:43.595.118.510.143.264.2]

Tabel 2. Data Kekerasan Tablet Parasetamol

No Sediaan Tablet Kekerasan

( Kg ) Persyaratan

1 Generik Tak Berlogo Indorakyat 12,25

Memenuhi syarat jika kekerasan sebesar 4-8 kg

2 Generik Berlogo Indofarma 8,75

3 Generik Berlogo Universal 12,58

4 Merek Varsemol 8,38

5 Merek Farmadol 9,08

6 Buatan sendiri 7,50

Keterangan : Persyaratan Kekerasan Tablet menurut Parrot (1971)

4.1.2 Uji Friabilitas

Cara lain untuk mengukur kekuatan tablet, yaitu uji friabilitas

(kerenyahan) karena kekerasan tablet bukanlah indikator yang absolut dari

kekuatan tablet. Pada beberapa formulasi, bila dikempa menjadi tablet yang

sangat keras, cenderung akan terjadi cap pada pergesekan, sehingga

menghilangkan bagian atas.

Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa setiap tablet yang diuji juga memiliki

tingkat kerenyahan yang baik. Sediaan dipasaran yang diuji mempunyai nilai

persentase friabilitas yang berbeda yaitu antara 0,13% sampai 0,72%, untuk tablet

generik tak berlogo sendiri mempunyai nilai persentase friabilitas sebesar 0,29%

sedangkan untuk tablet yang dibuat sendiri memiliki nilai sebesar 0,77%. Nilai

tersebut masih memenuhi syarat uji yaitu ≤ 0,8 % (Voight,R.,1995). Oleh karena

masih terpenuhinya syarat uji friabilitas, maka keutuhan tablet sampai ke tangan

(44)
[image:44.595.118.509.143.263.2]

Tabel 3. Data Friabilitas Tablet Parasetamol

No Sediaan Tablet Friabilitas

(%) Persyaratan

1 Generik Tak Berlogo Indorakyat 0,29

Memenuhi syarat jika friabilitas

≤ 0,8 %

2 Generik Berlogo Indofarma 0,19

3 Generik Berlogo Universal 0,21

4 Merek Varsemol 0,72

5 Merek Farmadol 0,13

6 Buatan sendiri 0,77

Keterangan : Persyaratan Friabilitas Tablet menurut Voight (1995).

4.1.3 Uji Waktu Hancur

Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa tablet generik tak berlogo memiliki

waktu hancur sebesar 6 menit 6 detik, sedangkan generik berlogo indofarma

mempunyai waktu hancur yang lebih cepat yaitu 53 detik dan tablet merek dagang

Farmadol mempunyai waktu hancur yang lebih lama yaitu 13 menit 50 detik.

Sebaliknya tablet yang dibuat sendiri dengan menggunakan bahan pengembang

amilum manihot dan pengikat mucilago amili 10%, memiliki waktu hancur

sebesar 14 menit 5 detik. (Data pengujian dan perhitungan pada Lampiran 1)

Tablet Parasetamol generik tak berlogo, generik berlogo dan merek dagang

masih memenuhi persyaratan waktu hancur berdasarkan Farmakope Indonesia

edisi IV yaitu tidak lebih dari 15 menit . Adanya perbedaan waktu hancur ini

dapat disebabkan kemungkinan adanya perbedaan jumlah dan jenis bahan

(45)
[image:45.595.117.506.142.272.2]

Tabel 4. Data Waktu Hancur Tablet Parasetamol

No Sediaan Tablet Waktu Hancur

(menit) Persyaratan

1 Generik Tak Berlogo Indorakyat 6,06

Memenuhi syarat jika waktu hancur

≤ 15 menit

2 Generik Berlogo Indofarma 0,53

3 Generik Berlogo Universal 10,31

4 Merek Varsemol 13,39

5 Merek Farmadol 13,50

6 Buatan sendiri 14,05

Keterangan : Persyaratan Waktu Hancur Tablet menurut Farmakope Indonesia Edisi IV

4.2. Hasil Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum dan Linieritas Kurva Kalibrasi

Dari hasil pengukuran secara spektrofotometri ultra violet dengan menggunakan

pelarut NaOH 0,1 N diperoleh serapan maksimum parasetamol BPFI pada

panjang gelombang 257 nm dengan serapan 0.4333 (Data pengujian pada

Lampiran 4). Panjang gelombang ini sama dengan panjang gelombang yang

terdapat dalam literature yaitu menurut Moffat, A.C (1986).

Gambar 1.Kurva serapan Parasetamol BPFI (konsentrasi 6.5 mcg/ml ) dalam

[image:45.595.177.431.502.707.2]
(46)
[image:46.595.129.462.111.301.2]

Tabel 5. Data Panjang Gelombang Serapan Maksimum & Absorbansi

Parasetamol BPFI

Kurva kalibrasi parasetamol BPFI dapat dilihat pada Gambar 2, berikut :

Gambar 2.Kurva kalibrasi Parasetamol BPFI dalam pelarut NaOH 0,1N secara

spektrofotometri ultraviolet pada panjang gelombang 257 nm.

Dari hasil penentuan linieritas kurva kalibrasi parasetamol BPFI dalam rentang

3.5 mcg/ml – 9.5 mcg /ml pada panjang gelombang maksimum 257 nm diperoleh

hubungan yang linier antara serapan dengan konsentrasi dimana koefisien

korelasi = 0,9988 dan persamaan regresi Y = 0.0682X – 0.0107. (Data

perhitungan pada Lampiran 4). Koefisien korelasi yang didapat masih

[image:46.595.172.427.350.509.2]
(47)

4.3. Penetapan Kadar Parasetamol Pada Tablet Buatan Sendiri

Dari hasil uji validasi tablet yang dibuat sendiri dengan parameter ketepatan

(accuracy) diperoleh kadar rata-rata 97,57 % dengan standard deviasi (SD) =

0,2921. Kadar ini memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi IV yaitu

tidak kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari 115,0 %. Parameter ketepatan

memberikan kesalahan relatif (KR) = 2,4309 dan untuk parameter ketelitian

(presisi) memiliki koefisien variasi (KV) = 0,2994. Kriteria penerimaan untuk

penetapan kadar apabila koefisien variasi tidak lebih besar dari 2% (CPOB,2003).

Oleh karena itu metode yang digunakan ini dapat diterima untuk penetapan kadar

parasetamol dalam sediaan tablet secara spektrofotometri ultraviolet. (Data

pengujian dan perhitungan pada Lampiran 12,13 & 14)

4.4. Penetapan Kadar Parasetamol Dalam Sampel Sediaan

Kadar parasetamol dalam sediaan tablet parasetamol generik tak berlogo

(PT.Indofarma) rata-rata 100,61% dengan kadar sebenarnya 100,02≤ μ ≤ 101,20,

tablet parasetamol generik berlogo Indofarma rata-rata 97,47% dengan kadar

sebenarnya 96,49 ≤ μ ≤ 98,46 , tablet parasetamol generik berlogo Universal rata

-rata 97,34 % dengan kadar sebenarnya 96,79 ≤ μ ≤ 97,88 , tablet Varsemol

(PT.Varia Sekata) rata-rata 98,52 % dengan kadar sebenarnya 97,32 ≤ μ ≤99,72,

tablet Farmadol (PT.Fahrenheit) rata-rata 93,54% dengan kadar sebenarnya 91,58

≤ μ ≤ 95,49 , dan tablet yang dibuat sendiri rata-rata 97,57 % dengan kadar

sebenarnya 96,97 ≤ μ ≤ 98,17. (Data pengujian dan perhitungan pada Lampiran

(48)

Tabel 6. Kadar rata-rata parasetamol pada sediaan tablet

No Nama Sediaan Kadar Rata-rata

(%) Persyaratan

1 Tablet Generik Tak Berlogo (PT.Indofarma) 100,61

Memenuhi persyaratan jika kadar diantara 90%

-115%

2 Tablet Generik Berlogo (PT.Indofarma) 97,47

3 Tablet Generik Berlogo (PT. Universal) 97,34

4 Tablet Varsemol ( PT. Varia Sekata) 98,52

5 Tablet Farmadol ( PT. Fahrenheit) 93,54

6 Tablet yang dibuat sendiri 97,57

Keterangan : Persyaratan Penetapan Kadar Tablet menurut Farmakope Indonesia Edisi IV(1995)

Menurut Farmakope Indonesia edisi IV (Ditjen POM.,1995), tablet

Parasetamol mengandung tidak kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari 115,0 %

dari jumlah yang tertera pada etiket. Dari hasil penetapan kadar pada Tabel 6

dapat dilihat bahwa semua tablet Parasetamol generik tak berlogo, generik

berlogo dan merek dagang memenuhi standar persyaratan kadar berdasarkan

Farmakope Indonesia edisi IV (Ditjen POM.,1995). Kadar Parasetamol dalam

tablet berkisar antara 93,54 % sampai 100,61 % dimana kadar tertinggi diperoleh

pada Tablet Generik Tak Berlogo dan yang terendah diperoleh pada Tablet

Farmadol.

4.5. Hasil Uji Keragaman Bobot Parasetamol Dalam Sediaan Tablet

Menurut Farmakope Indonesia edisi IV (1995) bahwa persyaratan

keragaman bobot dipenuhi jika jumlah zat aktif dalam masing-masing dari 10

satuan sediaan terletak antara 85,0% - 115,0% dari jumlah yang tertera pada etiket

(49)
[image:49.595.104.520.129.257.2]

Tabel 7. Hasil Uji Keragaman Bobot

No Nama Obat Kadar Rata-Rata

(%)

Standar Deviasi

Relatif (%) Persyaratan

1 Generik Tak Berlogo Indofarma 100,43 0,72 Memenuhi

Syarat jika Kadar diantara 85,0%-115,0% dan Standar Deviasi ≤6,0%

2 Generik Berlogo Indofarma 97,91 0,73

3 Generik Berlogo Universal 97,81 0,57

4 Merek Varsemol 96,24 0,43

5 Merek Farmadol 95,12 0,74

6 Buatan Sendiri 98,69 0,76

Keterangan : Persyaratan Keragaman Bobot Tablet menurut Farmakope Indonesia Edisi IV(1995)

Dari Tabel 7 dapat dilihat hasil uji keragaman bobot tablet Parasetamol

Generik Tak Berlogo sebesar 100,43 % dengan standar deviasi relatif 0,72, tablet

generik Berlogo Indofarma sebesar 97,91 % dengan standar deviasi relatif 0,73,

tablet Parasetamol Generik Berlogo Universal sebesar 97,81 % dengan standar

deviasi relatif 0,57, tablet Varsemol sebesar 96,24 % dengan standar deviasi

relatif 0,43, dan tablet Farmadol sebesar 95,12 % dengan standar deviasi relatif

0,74, sedangkan untuk tablet buatan sendiri sebesar 98,69% dengan standar

deviasi sebesar 0,76. (Data pengujian dan perhitungan pada Lampiran 15).

Berarti semua sediaan tablet Parasetamol memenuhi persyaratan Farmakope

Indonesia edisi IV (Ditjen POM,1995).

Pada umumnya metode analisis resmi mensyaratkan pengambilan

sejumlah sampel tablet, penggerusan, pencampuran, dan analisis untuk

memperoleh nilai kadar rata-rata. (Lachman dkk , 1994). Walaupun hasil rata-rata

penentuan kadar itu kelihatannya memenuhi syarat, didalamnya mungkin saja

terdapat penyimpangan kadar yang cukup besar, sehingga penderita mungkin saja

mengalami kelebihan dosis atau kekurangan dosis. Ada tiga faktor yang

(50)

obat pada pencampuran bubuk atau granulasi, pemisahan dari campuran bubuk

atau granulasi selama proses pembuatan dan penyimpangan berat tablet.

4.6. Hasil Penentuan Kurva Serapan Dan Kurva Kalibrasi Parasetamol BPFI dalam Pelarut Dapar Fospat PH 5,8

Serapan maksimum dari panjang gelombang parasetamol adalah 245 nm

dalam pelarut asam. (Moffat, A.C., 1986). Hasil pengukuran secara

spektrofotometri ultra violet dengan menggunakan pelarut Dapar Fosfat pH 5,8

diperoleh serapan maksimum parasetamol BPFI pada panjang gelombang 243,5

nm dengan serapan 0.4310. (Data pengujian pada Lampiran 16). Serapan

maksimum pada panjang gelombang 243,5 nm ini masih dapat ditolerir karena

mengandung implikasi bahwa maksimum tersebut tepat pada atau dalam batas 2

nm dari panjang gelombang yang ditentukan.(Ditjen POM,1995).

Hasil penentuan kurva serapan, data dan kurva kalibrasi Parasetamol BPFI

dengan konsentrasi 6 mcg/ml dengan larutan dapar fosfat pH 5,8 dapat dilihat di

(51)
[image:51.595.183.451.122.471.2]

Gambar 3.Kurva Serapan, Data Dan Kurva Kalibrasi Parasetamol BPFI Dalam

Dapar Fosfat pH 5,8 secara spektrofotometri ultraviolet.

Pada penentuan kurva kalibrasi, larutan Paracetamol BPFI dibuat dengan

konsentrasi berturut-turut : 4 mcg/ml; 5 mcg/ml; 6 mcg/ml; 7 mcg/ml; 8

mcg/ml, diperoleh hubungan yang linier antara serapan dengan konsentrasi

dimana koefisien korelasi (r) = 0,9997 dan persamaan regresi Y = 0.07095X+

0.00175 (Data perhitungan pada Lampiran 17). Koefisien korelasi yang didapat

(52)

4.7. Hasil Uji Disolusi Parasetamol Dalam Sediaan Tablet

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, disebutkan bahwa dalam waktu

30 menit Parasetamol yang terlarut tidak kurang dari 80 % (Q) C8 H9 NO2

dari jumlah yang tertera pada etiket. Berdasarkan hasil pengujian ternyata tablet

Parasetamol baik generik berlogo, merek dagang, maupun generik tak berlogo

memenuhi persyaratan uji disolusi. Hasil % kumulatif rata-rata uji disolusi tablet

Parasetamol generik berlogo , merek dagang dan generik tak berlogo dapat terlihat

[image:52.595.115.510.374.497.2]

pada Tabel 8 dan Gambar 5 di bawah ini.

Tabel 8.Hasil % Kumulatif Rata-rata Uji Disolusi Tablet Parasetamol Dalam Medium Disolusi Dapar Fosfat pH 5,8

Waktu (menit)

% Kumulatif

A B C D E F

5 79,40 62,59 49,97 86,52 38,45 10.39

10 85,61 80,08 74,45 90,71 68,17 26.14

15 88,52 81,01 82,37 93,18 86,13 41.01

20 90,80 81,98 83,99 94,90 91,75 49.25

25 96,59 86,25 87,05 95,65 96,21 78.53

30 97,79 91,28 94,05 96,78 97,26 86.05

Data % Kumulatif merupakan rata-rata dari 6X perlakuan.

(53)
[image:53.595.115.498.112.327.2]

Gambar 5. Grafik % kumulatif rata-rata disolusi tablet Parasetamol generik

berlogo, Merek Dagang Dan generik tak berlogo dalam Medium Disolusi Dapar Fosfat pH 5,8.

Dari Tabel 8 dan Gambar 5 dapat dilihat bahwa persen kumulatif yang

terabsorbsi pada menit ke-30 untuk tablet Parasetamol generik tak berlogo

Indofarma sebesar 97,26%, tablet Parasetamol generik berlogo Universal sebesar

91,28 %, tablet Varsemol sebesar 94,05 %, tablet Farmadol sebesar 96,78 %,

tablet generik berlogo sebesar 97,79 %. Pada tablet yang dibuat sendiri sebesar

86,05% (Data perhitungan pada Lampiran 18). Sehingga semua sediaan tablet

memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi IV.

Menurut Lachman dkk (1994) biasanya untuk memperoleh kadar yang

tinggi di dalam darah ditentukan oleh cepatnya obat dan tablet melarut.

Pembebasan bahan obat dari sediaan obat dapat menggambarkan faktor yang

dikontrol untuk ketersediaan hayati obat. Oleh karena itu, laju disolusi dapat

berhubungan langsung dengan efikasi (kemanjuran) dari tablet. Karakteristik

(54)

farmasetik, content availability). Hal ini dirumuskan sebagai skala dan kecepatan

suatu bahan aktif atau suatu komponen efektif diabsorpsi dari sediaan obatnya dan

akan bermanfaat pada tempat kerjanya.

Sediaan tablet yang baik harus memiliki onset of action yang cepat dan

duration of action yang lama sehingga obat dapat dengan cepat memberikan

respon farmakologisnya. Berdasarkan grafik dapat disimpulkan bahwa sediaan

tablet farmadol memiliki onset of action yang paling baik dibandingkan dengan

sediaan tablet yang lain. Karena pada menit ke-5 sudah melepaskan kadar zat

berkhasiat lebih dari 80%, untuk tablet generik tak berlogo tercapai pada menit

ke-15, untuk tablet generik indofarma dan universal tercapai pada menit ke-10,

untuk varsemol tercapai pada menit ke-15, untuk tablet yang dibuat sendiri

tercapai pada menit ke-30.

Secara teori kekerasan sediaan tablet berhubungan dengan friabilitas dan

laju disolusi obat. Makin besar nilai kekerasannya maka friabilitasnya makin kecil

dan waktu hancur akan semangkin lama (Lachman,dkk,1994). Hal ini tidak sesuai

dengan hasil yang diperoleh dimana pada uji kekerasan tablet generik tak berlogo

memiliki kekerasan yang diluar persyaratan tetapi memiliki laju disolusi yang

relatif cepat dibanding dengan tablet sediaan lainnya. Berdasarkan hal diatas

diduga penggunaan bahan tambahan sebagai bahan pengisi, pengikat, penghancur,

pelicin dan perbedaan tekanan compressi tablet dalam proses formulasi mungkin

akan menghambat atau mempercepat laju disolusi sediaan tablet.

Onset of action adalah waktu yang dibutuhkan sampai obat menunjukkan

(55)

sedangkan duration of action adalah lama obat terus menerus menghasilkan

respon. Duration of action dari parasetamol 4-6 jam, tetapi duration of action

tidak dapat digunakan dalam pembahasan ini karena duration of action lebih

digunakan untuk perlakuan secara in vivo. Masa kerja parasetamol agak pendek,

sehingga sering memerlukan 4 kali pemberian/hari. Dosis lazim parasetamol

adalah 10-15 mg/kgBB/kali dan tidak boleh diberikan lebih dari 4 g/hari. (Tjay

(56)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Hasil pengujian mutu fisis tablet parasetamol generik tak berlogo dengan

parameter uji kekerasan dan uji friabilitas memenuhi persyaratan industri farmasi

kecuali uji kekerasan. Hal yang sama juga diperoleh pada tablet pembandingnya.

Sebaliknya hasil pengujian mutu menurut Farmakope Indonesia Edisi IV dengan

parameter uji waktu hancur, penetapan kadar, keseragaman bobot dan uji disolusi

memenuhi persyaratan, demikian pula dengan tablet pembandingnya.

5.2.Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar memeriksa parasetamol

(57)

DAFTAR PUSTAKA

Ansel,H.C., (1989). Pengatar Bentuk sediaan Farmasi. Edisi 4. UI Press. Jakarta. Halaman 96,147.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia . Edisi III . Departemen Kesehatan RI.Jakarta. Halaman : 7, 712.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia . Edisi IV . Departemen Kesehatan RI.Jakarta. Halaman : 4, 649-650, 999-1000, 1066, 1085-1087, 1124-1210.

Harun, F. R. (1996). Penentuan Kadar Vitamin Larut Air Dalam Sediaan Tablet

Secara Simultan Dengan Cara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Tesis

Magister Farmasi. Program Pasca Sarjana . Institut Teknologi Bandung.

Lachman L., Lieberman H.A., Kanig J.L., (1994), Teori dan Praktek Farmasi

Industri diterjemahkan oleh Suyatni S., Edisi II, UI Press, Jakarta.

Halaman : 651- 662.

Moffat, A.C., et al., (1986). Clarke’s Isolation and Identification of Drug. Second Edition. Pharmaceutical Press, London. Page: 327.

Parrot, E.L., (1971). Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics. Minneapolis. Burgess Publishing Company. Page. 75

Shargel,L dan Andrew B.C.Y. (1988). Biofarmasetika dan Farmakokinetika

Terapan. Airlangga University Press. Surabaya. Halaman : 15-16.

Soekemi,R.A,Yuanita,T, Fat Aminah, Salim Usman. (1987). Tablet. Mayang Kencana. Halaman : 18-19.

Syukri,Y.,(2002). Biofarmasetika. UI Press. Yogyakarta.Halaman : 36-38

Voigt. R,.(1994). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Penerjemah Dr. Soendani Noerono. Edisi Kelima. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Halaman : 165, 179, 222.

Yus. 2007. Obat Rakyat Rp.1000 Dipasarkan . Republika Rabu, 9 Mei 2007

(58)

Wilmana,Freddy,(1995). Analgesik-Antipiretik Analgesik Anti-Inflamasi Nonsteroid Dan Obat Pirai dalam Ganiswara (1995), Farmakologi Dan Terapi, Edisi Keempat Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

(59)

Lampiran 1. Data Hasil Uji Kekerasan, Uji Friabilitas, dan Uji Waktu A. Uji Kekerasan tablet

No

Kekerasan Tablet (kg)

G. Indofarma G.

Universal Varsemol

® Farmadol® Rakyat B. Sendiri

1 12.5 9 7.25 9.25 12 5.5

2 12.25 8 8.75 9.25 13.5 3

3 12.25 9 9 9.75 13.75 7.5

4 12 9.25 7.25 8.5 11.25 4.5

5 12.75 8.25 8.75 9.25 11.5 6.75

6 11.75 9 9.25 8.5 13.5 6.5

Rata-rata 12.25 ± 0.35a 8.75 ± 0,50 8.38 ± 0.90 9.08 ± 0.49 12.58 ± 1.13 5.63 ± 1.66

a) standart deviasi

B. Uji friabilitas

No Sediaan Bobot 20 Tablet (mg) Friabilitas (%)

Sebelum (a) Sesudah (b)

1 G.Indofarma 12.1880 12.1640 0.1969

2 G. Universal 10.8780 10.8550 0.2114

3 Varsemol® 12.0940 12.0070 0.7194

4 Farmadol® 12.7740 12.7580 0.1253

5 Rakyat 12.1000 12.0650 0.2893

6 B.Sendiri 10.7780 10.6950 0.7701

C. Uji Waktu Hancur

No Waktu Hancur (menit)

G. Indofarma G. Universal Varsemol® Farmadol® Rakyat B. Sendiri

1 0.33 6.35 14.3 13.4 1.41 12.41

2 0.33 8.37 14.15 14.21 4.27 13.2

3 0.34 10 14.13 14.38 6.2 13.54

4 0.57 9.5 14.2 14.47 6.5 14.11

5 0.57 12 14.24 12.21 8 14.2

6 1.05 13.24 9.29 12.35 7.59 14.45

Rata- 0.53 ± 0.28a 10.31 ± 2.48 13.39 ± 2.01 13.50 ± 1.02 6.06 ± 2.46 14.05 ± 0.76 rata

(60)

Lampiran 2. Contoh Perhitungan Friabilitas Tablet

Rumus : F = (a-b)/a x 100%

Keterangan : F = Friabilitas

a = Bobot tablet sebelum diputar dalam alat Friabilitas Tester selama 4 menit (100

putaran)

b = Bobot tablet setelah diputar dalam alat Friabilitas Tester selama 4 menit (100

putaran)

Syarat friabilitas tablet :

Kehilangan bobot tidak boleh lebih dari 0,8 % (x ≤ 0,8 %), sebagai contoh diambil

Tablet generik indofarma

Bobot 20 tablet sebelum diputar = 12,1880 g

Bobot 20 tablet setelah diputar = 12,1645 g

Friabilitas Tablet = 12,1880 – 12,1645/12,1880 x 100 % = 0,19 %

Perhitungan friabilitas dalam sediaan tablet lainnya dilakukan dengan cara yang

(61)

Lampiran 3. Hasil Penentuan Kurva Serapan Parasetamol BPFI Pada C = 6,5

(62)

Lampiran 4. Hasil Penentuan Persamaan Regresi Dari Kurva Kalibrasi

[image:62.595.134.432.189.388.2]

Parasetamol BPFI Pada Panjang Gelombang = 257 nm Terhadap Pelarut Sebagai Blanko.

Tabel Data Kurva Kalibrasi

C (mcg/ml)

(X) A (Y) XY X

2 Y2 0,0 3,5 5,0 6,5 8,0 9,5 0.000 0,210 0,327 0,434 0,547 0,634 0,000 0,735 1,635 2,821 4,376 6,023 0,00 12,25 25,00 42,25 64,00 90,25 0,0000 0,0441 0,1069 0,1884 0,2992 0,4020

ΣX = 32,5 ΣY = 2,152 ΣXY = 15,59 ΣX2

= 233,75 ΣY2 = 1,0406 X = 5,4166 Y = 0,3587

a

∑ ∑

− −

= 2 2

) ( . X X n Y X XY n 2 ) 5 , 32 ( ) 75 , 233 ( 6 ) 152 , 2 )( 5 , 32 ( ) 59 , 15 ( 6 − − =

= 0,0682

(63)

b = Y – a X

= 0,3587 – (0,0682 x 5,4166)

= -0,0107

Persamaan regresi diperoleh dengan mensubsitusikan nilai a dan b, sehingga

persamaan regresi adalah:

Y = 0,0682 X - 0,0107

Dengan nilai r sebagai berikut :

(64)

Lampiran 5. Contoh perhitungan kadar parasetamol

Misalnya untuk tablet parasetamol yang dibuat sendiri :

Berat 20 tablet = 10695 mg

Berat Parasetamol dalam 20 tablet = 20 x 500 mg = 10.000 mg

Berat setara 50 mg Parasetamol =

mg mg 10000

50

x 10695 mg = 53,475 mg

Pengujian 1

Serbuk ditimbang seksama sebanyak 53 mg kemudian dilarutkan sesuai

prosedur yang telah disebutkan sebelumnya dan diukur serapan pada panjang

gelombang maksimum.

Misalnya A(Y) = 0,4164 dengan menggunakan persamaan regresi :

Y = 0,0682 X - 0,0107

Diperoleh konsentrasi (X) larutan =

0682 , 0 0107 , 0 4164 , 0 +

= 6,2634 mcg/ml

Diketahui konsentrasi teoritisnya = Berat yang ditimbang

Berat setara 50 mg

X Konsentrasi tengah

Diketahui konsentrasi teoritisnya= 6,5 475 , 53 53 × mg mg

mcg/ml =6,4423 mcg/ml

Kadar =

ml mcg ml mcg / 4423 , 6 / 2634 , 6

x 100,31 %

= 97,5250 %

Perlakuan perhitungan kadar parasetamol dalam sediaan tablet ini dilakukan

sebanyak 6 (enam) kali. Perhitungan kadar parasetamol dalam sediaan tablet

(65)

Lampiran 6. Data Kadar Parasetamol dalam Sedian Tablet

No Formula Sampel Berat

[image:65.595.113.533.140.653.2]

(mg) Berat setara (mg) Absorbansi (A) Konsentrasi Teoritis (mcg/ml) Konsentrasi Praktek (mcg/ml) Kadar (%) Kadar Rata-rata (%) Generik Indofarma Berat 20 tablet = 11986 mg

62 59.94 0.4373 6.7234 6.5697 98.02

97.72

62 59.94 0.4329 6.7234 6.5052 97.05

1 62 59.94 0.4344 6.7234 6.5285 97.40

62 59.94 0.4417 6.7234 6.6342 98.98

62 59.94 0.4325 6.7234 6.4998 96.97

62 59.94 0.4368 6.7234 6.5625 97.91

Generik Universal Berat 20 tablet = 10761 mg

54 53.81 0.4275 6.5236 6.3082 97.00

97.69

54 53.81 0.4225 6.5236 6.3333 97.38

2 54 53.81 0.4213 6.5236 6.3333 97.38

54 53.81 0.4321 6.5236 6.4694 99.48

54 53.81 0.4232 6.5236 6.3548 97.72

54 53.81 0.4213 6.5236 6.3208 97.19

Varsemol® Berat 20 tablet = 12040 mg

60 60.2 0.4275 6.4784 6.4264 99.50

98.86

60 60.2 0.4225 6.4784 6.3530 98.37

3 60 60.2 0.4213 6.4784 6.3351 98.09

60 60.2 0.4321 6.4784 6.4945 100.56

60 60.2 0.4232 6.4784 6.3637 98.53

60 60.2 0.4213 6.4784 6.3351 98.09

Farmadol® Berat 20 tablet = 12718 mg

63 63.59 0.4014 6.4397 6.0432 93.96

95.43

63 63.59 0.4493 6.4397 6.7470 104.91

4 63 63.59 0.4001 6.4397 6.0252 93.69

63 63.59 0.4031 6.4397 6.0682 94.35

63 63.59 0.4005 6.4397 6.0306 93.77

63 63.59 0.3923 6.4397 5.9106 91.90

Penurun

Gambar

Tabel 1. Kriteria Penerimaan Uji Disolusi.
Tabel 2. Data Kekerasan Tablet Parasetamol
Tabel 3. Data Friabilitas Tablet Parasetamol
Tabel 4. Data Waktu Hancur Tablet Parasetamol
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penetapan kadar alprazolam dalam sediaan tablet dengan nama dagang yaitu Xanax ® dan Apo-Alparaz ® telah dilakukan secara KCKT menggunakan fase gerak metanol-air (90:10),

Penetapan Kadar Levofloxacin Dalam Sediaan Farmasi secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.. Electronic Theses & Dissertations Universitasa

Hasil pemeriksaan mutu yang dilakukan terhadap tablet parasetamol generik dan bermerek dengan penetapan kadar memenuhi persyaratan tidak kurang dari 90% dan tidak