• Tidak ada hasil yang ditemukan

Volume Dan Fungsi Sekresi Ginjal Pada Pertumbuhan Janin Terhambat Dan Normal Dengan Pemeriksaan Ultrasonografi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Volume Dan Fungsi Sekresi Ginjal Pada Pertumbuhan Janin Terhambat Dan Normal Dengan Pemeriksaan Ultrasonografi"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

Tesis

VOLUME DAN FUNGSI SEKRESI GINJAL PADA

PERTUMBUHAN JANIN TERHAMBAT DAN NORMAL

DENGAN PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI

OLEH :

Hj. DESSY SUSILAWATI HASIBUAN

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RSUP. H. ADAM MALIK – RSUD. Dr. PIRNGADI

(2)

PENELITIAN INI DIBAWAH BIMBINGAN TIM-5

Pembimbing : dr. Makmur Sitepu, SpOG.K

dr. Jenius L. Tobing, SpOG

Penyanggah : dr. Hotma P. Pasaribu, SpOG

Prof. dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG.K

Prof. dr. M. Fauzie Sahil, SpOG.K

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi

salah satu syarat untuk mencapai keahlian dalam

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Penelitian ini telah disetujui oleh Tim-5

Pembimbing :

dr. Makmur Sitepu, SpOG.K ... Pembimbing I Tgl...Februari 2009

dr. Jenius L. Tobing, SpOG ...

Pembimbing II Tgl...Februari 2009

Penyanggah :

dr. Hotma P. Pasaribu, SpOG ... Sub. Divisi Fetomaternal Tgl...Februari 2009

Prof. dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG.K …... Sub. Divisi Fertilitas Tgl...Februari 2009 Endokrinologi dan Reproduksi

(4)

KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.

Segala Puji dan Syukur saya panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wata’ala,

Tuhan Yang Maha Kuasa, berkat Ridha dan Karunia-Nya penulisan tesis ini

dapat diselesaikan.

Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu

syarat untuk memperoleh keahlian dalam bidang Obstetri dan Ginekologi.

Sebagai manusia biasa, saya menyadari bahwa tesis ini banyak

kekurangannya dan masih jauh dari sempurna, namun demikian besar harapan

saya kiranya tulisan sederhana ini dapat bermanfaat dalam menambah

perbendaharaan bacaan khususnya tentang :

“ Volume Dan Fungsi Sekresi Ginjal Pada Pertumbuhan Janin Terhambat Dan Normal Dengan Pemeriksaan Ultrasonografi ”

Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah saya menyampaikan

rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang

terhormat :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan kepada

saya untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis di Fakultas

(5)

2. Prof. dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG.K, Ketua Departemen Obstetri dan

Ginekologi FK-USU Medan ; dr. M. Rusda, SpOG, Sekretaris Departemen

Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan ; Prof. dr. M. Fauzie Sahil,

SpOG.K, Ketua Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi

FK-USU Medan ; dr. Deri Edianto, SpOG.K, Sekretaris Program Studi

Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan ; dan juga Prof.

dr. Djafar Siddik, SpOG.K, selaku Kepala Bagian Obstetri dan Ginekologi

pada saat saya diterima untuk mengikuti pendidikan spesialis di

Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan ; Prof. dr.

Hamonangan Hutapea, SpOG.K ; Prof. DR. dr. M. Thamrin Tanjung,

SpOG.K ; Prof. dr. R. Haryono Roeshadi, SpOG.K ; Prof. dr. T. M.

Hanafiah, SpOG.K ; Prof. dr. Budi R. Hadibroto, SpOG.K ; dan Prof. dr.

Daulat H. Sibuea, SpOG.K ; yang telah bersama-sama berkenan

menerima saya untuk mengikuti pendidikan spesialis di Departemen

Obstetri dan Ginekologi.

3. Khususnya kepada Prof. dr. T. M. Hanafiah, SpOG.K ; yang telah banyak

sekali membantu saya pada waktu memasuki dan mengikuti Program

Pendidikan Dokter Spesialis di Departemen Obstetri dan Ginekologi

FK-USU. Semoga Allah SWT membalas kebaikan budi guru saya tersebut.

4. dr. Makmur Sitepu, SpOG.K dan dr. Jenius L. Tobing, SpOG selaku

pembimbing tesis saya, bersama dr. Hotma Partogi Pasaribu, SpOG ; Prof.

(6)

meluangkan waktu yang sangat berharga untuk membimbing, memeriksa,

dan melengkapi penulisan tesis ini hingga selesai.

5. dr. Hotma Partogi Pasaribu, SpOG, selaku pembimbing referat mini

fetomaternal saya yang berjudul ”Efektifitas Atosiban Sebagai Tokolisis

Pada Persalinan Preterm” ; kepada dr. T. M. Ichsan, SpOG selaku

pembimbing referat mini Fertilitas Endokrinologi dan Reproduksi saya yang

berjudul ”Sistem Imun Pada Infertilitas” dan kepada Prof. dr. M Fauzie

Sahil, SpOG.K selaku pembimbing referat mini Onkologi saya yang

berjudul ”Penatalaksanaan Papsmir Abnormal”.

6. dr. Nazaruddin Jaffar, SpOG.K, selaku Bapak Angkat saya selama

menjalani masa pendidikan, yang telah banyak mengayomi, membimbing

dan memberikan nasehat-nasehat yang bermanfaat kepada saya dalam

menghadapi masa-masa sulit selama pendidikan.

7. Kepada dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes, yang telah meluangkan waktu

dan pikiran untuk membimbing saya dalam penyelesaian uji statistik tesis

ini.

8. Seluruh Staf Pengajar di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU

Medan, yang secara langsung telah banyak membimbing dan mendidik

saya sejak awal hingga akhir pendidikan.

9. Sekretaris Jenderal Departemen Kesehatan RI, Kepala Kantor Wilayah

(7)

diberikan kepada saya untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter

Spesialis Obstetri dan Ginekologi di FK-USU Medan.

10. Direktur RSUP. H. Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan

dan sarana kepada saya untuk bekerja sama selama mengikuti pendidikan

di Departemen Obstetri dan Ginekologi.

11. Direktur RSUD. Dr. Pirngadi Medan dan Kepala SMF Obstetri dan

Ginekologi RSUD. Dr. Pirngadi Medan yang telah memberikan

kesempatan dan sarana kepada saya untuk bekerja selama mengikuti

pendidikan di Departemen Obstetri dan Ginekologi.

12. Direktur RS. PTPN 2 Tembakau Deli ; dr. Sofian Abdul Ilah, SpOG dan dr.

Nazaruddin Jaffar, SpOG.K ; beserta staf yang telah memberikan

kesempatan dan sarana kepada saya untuk bekerja selama bertugas di

Rumah Sakit tersebut.

13. Manager RS. PTPN 3 Sri Pamela Tebing Tinggi beserta staf, yang telah

memberikan kesempatan kerja dan bantuan moril selama saya bertugas di

rumah sakit tersebut.

14. Ketua Departemen Anastesiologi dan Reanimasi FK USU Medan beserta

staf, atas kesempatan dan bimbingan yang telah diberikan selama saya

(8)

15. Ketua Departemen Patologi Anatomi FK-USU beserta staf, atas

kesempatan dan bimbingan yang telah diberikan selama saya bertugas di

Departemen tersebut.

16. Kepada senior-senior saya, dr. Jeffry N. T. Panjaitan, SpOG ; dr. Cut Diah

Tris Mananti, SpOG ; dr. Ade Taufiq, SpOG ; dr. Samson Chandra, SpOG ;

dr. Anandia Yuska, SpOG ; dr. Miranda Diza, SpOG ; dr. Ronny Ajartha,

SpOG ; dr. Wahyudi, SpOG ; dr. M. Aswin P, SpOG ; dr. Maria N. P, SpOG

; dr. David L. G, SpOG ; dr. Nismah S, SpOG ; dr. Rachma B. P, SpOG ;

dr. T. Rahmat Iqbal ; dr. Jhon T, SpOG ; dr. Muara P. Lubis, SpOG ; dr.

Sukhbir Singh dan dr. Simon P. Saing, terimakasih banyak atas segala

bimbingan, bantuan dan dukungannya yang telah diberikan selama ini.

17. Kepada dr. Ferry Simatupang ; dr. Yusmardi ; dr. Nur Aflah ; dr. Dwi

Faradina ; dr. Alim Sahid ; dr. Roni P. Bangun dan dr. Sim Romi, saya

menyampaikan terima kasih atas dukungan dan bantuan yang diberikan

selama ini serta kebersamaan kita selama pendidikan.

18. dr. Lili Kuswani dan dr. Sri Jauharah, kakanda menyampaikan terimakasih

kepada adinda berdua atas nasehat yang diberikan pada saya saat

melewati masa-masa sulit serta dukungan dan bantuan yang diberikan

selama masa pendidikan dan sebagai tim jaga.

19. dr. Maya Hasmitha ; dr. Ari Abdurrahman Lubis ; dr. Alfian Zunaidi Siregar ;

dr. Reynanta ; dr. Arjuna, saya menyampaikan terima kasih atas dukungan

dan bantuan yang diberikan selama ini serta kebersamaan kita selama

(9)

20. Seluruh teman sejawat PPDS yang tidak dapat saya sebutkan satu

persatu, terima kasih atas kebersamaan, dorongan semangat dan doa

yang telah diberikan selama ini.

21. Dokter Muda, Bidan, Paramedis, karyawan / karyawati, serta para pasien

di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK USU / RSUP. H. Adam Malik –

RSU. Dr. Pirngadi Medan yang daripadanya saya banyak memperoleh

pengetahuan baru, terima kasih atas kerja sama dan saling pengertian

yang diberikan kepada saya sehingga dapat sampai pada akhir program

pendidikan ini.

Sembah sujud, hormat dan terima kasih yang tidak terhingga saya sampaikan

kepada kedua Orang Tua saya yang tersayang, Drs. H. Akmaluddin

Hasibuan, MSc dan Ibunda Hj. Darmawati Lubis, BBA, yang telah

membesarkan, membimbing, mendoakan, serta mendidik saya dengan penuh

kasih sayang dari sejak kecil hingga kini, memberi keteladanan yang baik

dalam menjalani hidup serta memberikan motivasi dan semangat kepada saya

selama mengikuti pendidikan ini.

Buat buah hatiku yang kucintai dan kusayangi putraku, Akram Ushaim Zuhdi

Pulungan, yang merupakan inspirasi dan pendorong motivasi mami serta

pemberi semangat mami untuk menyelesaikan pendidikan ini. Terima kasih

atas doa dan pengertian yang akram berikan untuk mami. Mami berharap apa

(10)

Sembah sujud, hormat dan terima kasih yang tidak terhingga saya sampaikan

kepada Opa dan oma saya yang tersayang, H. Abdul Madjid Lubis dan Hj.

Zubaidah Nasution, yang telah membimbing dan mendoakan saya sehingga

saya dapat menyelesaikan pendidikan ini.

Kepada Abang-kakak dan adikku tercinta, Ir. H. Budi Mulia Utama Hasibuan,

M.Env.S ; Ir. H. Yudi Dharma Putra Hasibuan ; dr. Hj. Beby Syoufiani

Hasibuan, SpA ; Hj. Yuli Endria Sari Hasibuan ; serta saudara-saudara ipar

saya, Hj. Tetty Triana, SE ; Hj. Elisa Priyatni ; H. Suhendri, SE, MM ; dan H.

Rahmat Hatta, S.Kom, terima kasih atas dorongan semangat serta doa yang

diberikan kepada saya.

Akhirnya kepada seluruh keluarga handai tolan yang tidak dapat saya sebutkan

namanya satu persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang

telah banyak memberikan bantuan, baik moril maupun materil, saya ucapkan

banyak terima kasih.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan berkah-Nya kepada kita semua.

Amin Ya Rabbal ’Alamin.

Medan, Februari 2009

(11)

VOLUME DAN FUNGSI SEKRESI GINJAL PADA PERTUMBUHAN JANIN

TERHAMBAT DAN NORMAL DENGAN PEMERIKSAAN

ULTRASONOGRAFI

Hasibuan S. D., Sitepu M., Tobing L. J. Departemen Obstetri dan Ginekologi

Fakultas Kedokteran USU / RSUP. H. Adam Malik – RSUD. Dr. Pirngadi Medan

ABSTRAK

Tujuan : Untuk mengetahui volume ginjal, fungsi sekresi ginjal dan

perbandingan volume ginjal dengan fungsi sekresi ginjal pada kehamilan PJT

dan normal dengan pemeriksaan ultrasonografi.

Rancangan Penelitian : Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan

cross sectional study” di poliklinik ibu hamil Departemen Obstetri dan

Ginekologi FK-USU RSUP. H. Adam Malik, RSUD. Dr. Pirngadi Medan serta

Klinik Kasih Abadi Medan. Data yang diperoleh dicatat di status penelitian dan

dianalisa secara statistik dengan uji t-independent, uji Chi-square serta korelasi

pearson dengan menggunakan perangkat SPSS (Statistic Package for Social

Science) versi 15.0.

Hasil Penelitian : Pada Penelitian ini diperoleh jumlah sampel sebanyak 30

sampel, yang dibagi menjadi 2 kelompok penelitian yaitu 15 orang untuk

kelompok PJT dan 15 orang untuk kelompok normal, yang diambil melalui

metode pengambilan sampel secara metode padu (matched). Data

(12)

kelompok usia 25-30 tahun sebanyak 9 orang (60%) dan pada kelompok

normal adalah kelompok usia < 25 tahun sebanyak 9 orang (60%). Jumlah

gravida yang terbanyak pada kelompok PJT dan normal adalah gravida 1

sebanyak 6 orang (48%) dan 8 orang (53.3%). Jumlah paritas yang terbanyak

pada kelompok PJT dan normal adalah pada kelompok dengan jumlah paritas

0 sebanyak 6 orang (40%) dan 8 orang (53.3%). Riwayat abortus terdapat

hanya pada normal sebanyak 1 orang (93.3%). Usia kehamilan dari PJT dan

normal, yang terbanyak berada pada usia kehamilan 36 minggu sampai 40

minggu sebanyak 11 orang (73.3%) pada tiap kelompok penelitian. Dari uji

statistik dengan metode t-independent terdapat perbedaan volume ginjal yang

bermakna diantara kelompok PJT dan normal dengan nilai p = 0.0001 (p <

0.05) dan terdapat perbedaan nilai delta kandung kemih yang bermakna

diantara kedua kelompok penelitian dengan nilai p = 0.024 (p < 0.05). Dari uji

statistik dengan metode chi-square ditemukan perbedaan biometri ginjal yang

bermakna antara kelompok PJT dan normal dengan nilai p ginjal kanan = 0.003

(p < 0.05) dan nilai p ginjal kiri = 0.010 (p < 0.05). Dari penelitian ini diperoleh

angka risiko relatif (relative risk ratio) ginjal kanan dan kiri sebesar 2.60 dan

2.40, dengan confidence interval ginjal kanan dan ginjal kiri yaitu 95 %

(1.24<RR<5.46) dan 95% (1.12<RR<5.13). Dari uji korelasi pearson terdapat

korelasi antara volume ginjal kanan dan volume ginjal kiri dengan delta

kandung kemih pada kelompok PJT, yaitu -0.506 dan -0.550, dan terdapat

hubungan yang bermakna antara volume ginjal kiri dengan delta kandung

kemih (p = 0.034), sedangkan volume ginjal kanan hanya menunjukkan

(13)

Kesimpulan : Pada penelitian ini ditemukan perbedaan yang bermakna antara

volume ginjal, biometri ginjal, dan delta kandung kemih PJT dan normal

dengan pemeriksaan ultrasonografi, didapatkan korelasi antara volume ginjal

dengan delta kandung kemih pada kelompok PJT dan PJT menyebabkan

terjadinya penurunan volume ginjal dan fungsi sekresi ginjal bila dibandingkan

dengan kehamilan normal.

Kata Kunci : Hamil dengan PJT asimetris, hamil normal, volume ginjal, delta

(14)

DAFTAR ISI

1.1. LATAR BELAKANG ………... 1.2. RUMUSAN MASALAH ………... 1.3. HIPOTESIS ……… 1.4. KERANGKA PENELITIAN ………... 1.5. TUJUAN PENELITIAN ………... 1.6. MANFAAT PENELITIAN ………...

BAB 2. TINJAUAN KEPUSTAKAAN ………... 2.1. PERTUMBUHAN JANIN TERHAMBAT ……… 2.1.1. Definisi ………... 2.1.2. Insidensi dan Epidemiologi ………...… 2.1.3. Klasifikasi ………. 2.1.4. Faktor Risiko dan Etiologi ………... A, Faktor Risiko ………... 2.2. NEFROLOGI JANIN ………... 2.2.1. Embriologi Ginjal ………... 2.2.2. Fungsi Ginjal ………... 2.2.3. Hubungan PJT dengan jumlah nefron ………... 2.2.4. Ultrasonografi Ginjal dan Kandung Kemih ………...

(15)

BAB 3. METODE PENELITIAN ………... 3.1. RANCANGAN PENELITIAN ………...… 3.2. TEMPAT DAN WAKTU ……… 3.3. POPULASI PENELITIAN ………...…. 3.4. BESAR SAMPEL ……….. 3.5. KRITERIA PENERIMAAN ………...… 3.6. KRITERIA PENOLAKAN ………. 3.7. BAHAN DAN CARA KERJA ………... 3.8. BATASAN OPERASIONAL ……….... 3.9. ANALISA STATISTIK ………... 3.10.ETIKA PENELITIAN ………...

BAB 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………...

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ………... 5.1. KESIMPULAN ………... 5.2. SARAN ………...…

DAFTAR PUSTAKA ……….. LAMPIRAN 1 ……….. LAMPIRAN 2 ……….. LEMBAR PERSETUJUAN KOMITE ETIK

(16)

DAFTAR SINGKATAN

AC : Abdominal Circumference

AKDR : Alat Kontrasepsi Dalam Rahim ANC : Antenatal Care

BB : Berat Badan BBL : Berat Badan Lahir

BBLR : Berat Badan Lahir Rendah BMI : Body Mass Index

BPD : Biparietal Diameter

cm : Centimeter ESRD : End-Stage Renal Disease

FL : Femur length

GCM I : Gen Glial Cell Mising-1

HC : Head Circumference

HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir IGF : Insuline- Like Growth Factor

IUGR : Intra Uterine Growth Restriction

IVH : Intra Ventricular Hemorrhage

Kg : Kilogram

KMK : Kecil Masa Kehamilan

L : Lebar

ml : Mililiter

NEC : Necrotizing Enterocolitis

P : Panjang

(17)

RAS : Renin Angiotensin System

RDS : Respiratory Distress Syndrome

SIDS : Sudden Infant Death Syndrome

SD : Standart Deviasi

SPSS : Statistical Package for Social Sciences

T : Tebal

TBJ : Taksiran Berat Janin TFU : Tinggi Fundus Uteri

(18)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Patofisiologi Pertumbuhan Janin Terhambat 16

Gambar 2. Persentil BB Janin Berhubungan dengan Usia Kehamilan 21

Gambar 3. Pengukuran BPD dan AC 22

Gambar 4. Gambaran Embriologi Ginjal 24

Gambar 5. Struktur Nefron Ginjal 25

Gambar 6. Gambaran Ginjal dan Nefron 26

Gambar 7. Gambaran Filtrasi Ginjal 28

Gambar 8. Potongan Transversal Pada Abdomen Janin dengan Usia

Kehamilan 16 Minggu 30

Gambar 9. Potongan Transversal Pada Usia Janin 27 Minggu 31

(19)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Perbedaan Antara PJT Simetris dan Asimetris 9

Tabel 2. Faktor-Faktor Risiko PJT 11

Tabel 3. Beberapa Penyebab PJT 13

Tabel 4. Batasan ICA Normal Sesuai Dengan Usia Kehamilan 25

Tabel 5. Biometri Normal Ginjal 32

Tabel 6. Standar Berat Janin Menurut Hadlock dkk 38

Tabel 7. Karakteristik Peserta Penelitian Berdasarkan Usia 43

Tabel 8. Karakteristik Peserta Penelitian Berdasarkan Status

obstetrikus 44

Tabel 9. Perbandingan Volume Ginjal Pada Pemeriksaan Biometri

Ginjal Pada PJT dan Normal 46

Tabel 10. Perbandingan Delta Kandung Kemih Pada PJT dan Normal 48

Tabel 11. Hasil Pemeriksaan Biometri Ginjal Pada PJT dan Normal 49

Tabel 12. Hubungan Antara Hasil Pemeriksaan Volume Ginjal dengan

(20)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Di Indonesia angka kematian perinatal masih tinggi dibandingkan dengan

negara maju dan berat badan lahir rendah (BBLR) sampai saat ini masih

merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas perinatal. BBLR dapat terjadi

pada bayi yang dilahirkan prematur dan bayi yang mengalami pertumbuhan

janin terhambat (PJT). Di negara maju, sekitar dua per tiga BBLR disebabkan

oleh prematuritas, sedangkan di negara berkembang sebagian besar BBLR

disebabkan oleh PJT.1,2

Semakin meningkatnya kualitas pelayanan antenatal dan intrapartum serta

penatalaksanaan prematuritas, asfiksia, dan infeksi maka angka kematian

perinatal menjadi semakin berkurang, terutama di negara maju. Namun

insidensi PJT sebagai penyebab kematian perinatal cenderung meningkat.

Menurut Hellen Kay (2000), sepertiga dari seluruh kasus bayi dengan berat

badan lahir dibawah 2500 gram mengalami PJT, dimana hampir 4–8% bayi

yang lahir ini berasal dari negara berkembang dan 6–30% bayi yang lahir

dikategorikan dengan PJT.3,4,5

PJT merupakan 10% komplikasi dari seluruh kehamilan. Dimana hal ini

berhubungan dengan angka kematian perinatal yaitu 6 sampai 10 kali lebih

tinggi dibanding bayi dengan pertumbuhan yang normal dan merupakan

(21)

Penyebab PJT adalah multifaktor. Secara luas, defisiensi asupan gizi maternal

dan perfusi uteroplasenta yang tidak adekuat adalah salah satu penyebab

terbanyak dari PJT.6

Walaupun komplikasi perinatal dari PJT tercatat dengan baik, hanya sedikit

morbiditas jangka panjang yang berkaitan dengan kondisi ini. Penelitian

epidemiologi provokatif menyatakan bahwa PJT merupakan faktor risiko yang

menyebabkan timbulnya hipertensi essensial dan hiperlipidemia pada masa

yang akan datang, resistensi insulin, kematian akibat penyakit kardiovaskuler

dan stroke.6

Patofisiologi PJT yang dapat menyebabkan hipertensi belum diketahui, tetapi

beberapa teori telah diajukan. Dari beberapa teori, oligonefropati kongenital

yang diajukan oleh Brenner dalam Silver saat ini merupakan penyebab yang

sedang diteliti lebih lanjut.6

Brenner dan Chartow dalam Silver (2003), mengeluarkan postulat bahwa

”PJT mungkin menyebabkan oligonefropati kongenital”. Pada dasarnya, teori

yang menyatakan bahwa PJT akan menjadi faktor predisposisi pada

pembentukan dan pertumbuhan ginjal yang terganggu, dimana terjadi

penurunan jumlah nefron dan berkurangnya area permukaan dari filtrasi

glomerulus. Dan akhirnya akan menimbulkan hipertensi glomerular, hipertensi

sistemik serta sklerosis glomerular, yang ditandai dengan peningkatan tekanan

(22)

Brenner dan Chartow dalam Silver menunjukkan pemeriksaan ultrasonografi

melalui pengukuran volume ginjal atau arus darah, mungkin dapat digunakan

untuk mengidentifikasi janin risiko tinggi yang akan mengalami penyakit

hipertensi pada masa yang akan datang. Akhir-akhir ini tidak ada metode invivo

yang dapat diterima sebagai pengukur nefron, tetapi berat ginjal telah

menunjukkan korelasi dengan jumlah nefron. Walaupun kita tidak bisa

mengukur berat ginjal janin dalam uterus, rata-rata volume ginjal dapat

digunakan sebagai pengganti yang masuk akal.6

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan

pernyataan penelitian sebagai berikut : Bagaimanakah volume ginjal dan fungsi

sekresi ginjal pada PJT dengan pemeriksaan ultrasonografi dan Bagaimanakah

perbandingan volume ginjal dan fungsi sekresi ginjal antara PJT dengan

normal pada pemeriksaan ultrasonografi?

1.3. HIPOTESIS

PJT menyebabkan terjadinya penurunan volume ginjal dan fungsi sekresi ginjal

(23)

1.4. KERANGKA PENELITIAN

TFU sesuai usia kehamilan normal

TBJ persentil ke 10-90 (hadlock)

Pengukuran Volume Ginjal dan Delta Kandung kemih

Normal

(HC/AC = 1(<32minggu); mendekati 1 (32-34 minggu)

& < 1.0 (>34 minggu))

Janin Normal HC/AC >

Pengukuran Volume Ginjal dan Delta Kandung kemih

PJT Asimetris TFU < 3 cm dari TFU

usia kehamilan

TBJ < persentil ke-10 (hadlock)

INFORMED CONSENT

(24)

1.5. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui volume ginjal dan fungsi sekresi ginjal dengan

pemeriksaan ultrasonografi pada PJT.

2. Untuk mengetahui perbandingan volume ginjal dan fungsi sekresi ginjal

pada PJT dan normal dengan pemeriksaan ultrasonografi.

1.6. MANFAAT PENELITIAN

1. Dengan hasil penelitian ini dapat mendiagnosa dan mendeteksi dini suatu

kehamilan PJT.

2. Dari hasil penelitian ini juga dapat mendiagnosa dan mendeteksi dini suatu

kehamilan PJT dengan penurunan volume ginjal dan fungsi sekresi ginjal.

3. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi data dasar untuk mengetahui

hubungan PJT dengan penurunan volume ginjal dan fungsi sekresi ginjal

dibanding normal.

(25)

BAB 2

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. PERTUMBUHAN JANIN TERHAMBAT

2.1.1. DEFINISI

PJT merupakan suatu bentuk deviasi atau reduksi pola pertumbuhan janin.

Yang terjadi pada PJT adalah proses patologi yang menghambat janin untuk

mencapai potensi pertumbuhannya. PJT atau Intra Uterine Growth Restriction

(IUGR) merupakan suatu keadaan dimana janin tidak mampu berkembang

sesuai dengan ukuran normal akibat adanya gangguan nutrisi dan oksigenasi,

atau dengan kata lain suatu keadaan yang dialami bayi dengan berat badan

lahir dibawah batasan tertentu dari umur kehamilannya.1,2,3,4,7

Definisi PJT yang sering digunakan adalah bayi yang mempunyai berat badan

lahir dibawah persentil ke-10 dari kurva berat badan normal yang disesuaikan

dengan usia kehamilan (Lugo,1971). Beberapa penulis lain mengambil titik

potong (cut off point) dibawah persentil ke-5 dari kurva berat badan normal,

bahkan ada juga yang menggunakan 2 SD dibawah rata-rata (kira-kira 3

persentil) dianggap PJT.8

2.1.2. INSIDENSI DAN EPIDEMIOLOGI

Masalah BBLR yaitu berat badan lahir (BBL) kurang dari 2500 gram sampai

saat ini masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal.

(26)

Insidensi PJT diperkirakan sekitar 5-7%. Beberapa penelitian memperlihatkan

persentase yang lebih tinggi (sampai 15% kehamilan), namun dari laporan ini

ditemukan insidensi PJT dan BBLR sama. Walaupun terdapat kemajuan dalam

pelayanan obstetrik, insidensi PJT masih tinggi pada negara berkembang.

Pada kebanyakan komunitas Barat, insufisiensi plasenta merupakan penyebab

utama PJT, sedangkan asupan gizi maternal yang kurang dan infeksi malaria

memegang peranan yang lebih besar pada negara berkembang.9

Lebih kurang seperempat dari bayi yang lahir dengan BBL dibawah persentil

ke-10 mempunyai berat badan normal jika dihubungkan dengan berat badan

ibu, fenotip paternal atau tinggal didaerah dataran tinggi. Sebagai contoh

perbedaan geografi ini dapat kita jumpai di Amerika Serikat dimana adanya

perbedaan berat badan sekitar 100 gram sampai 200 gram pada usia

kehamilan yang sama antara bayi-bayi di Denver dibandingkan di Canada.3

Scott dan Usher berpendapat, sekitar sepertiga dari seluruh bayi yang

memiliki BBL kurang dari 2500 gram mengalami PJT, lebih kurang 4-8% dari

seluruh bayi yang lahir di negara berkembang, dan angka kejadian PJT lebih

kurang 6-30% di negara maju.8

Bayi dengan gangguan pertumbuhan mempunyai risiko untuk terjadinya

aspirasi mekonium, polisitemia, hipoglikemia, masalah pertumbuhan dan

perkembangan jangka panjang. Bila kasus PJT dikenali lebih awal,

(27)

2.1.3. KLASIFIKASI

Terjadinya PJT dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok : 2,4,11 PJT tipe-1 (simetris, proporsional)

Pada PJT tipe-1 dijumpai tubuh janin secara keseluruhan berukuran kecil

akibat berkurangnya potensi pertumbuhan janin dan berkurangnya

proliferasi seluler semua organ janin. PJT tipe-1 ditandai dengan berat

badan, lingkar kepala dan panjang badan yang berada dibawah persentil

ke-10. PJT simetris ini terjadi selama kehamilan trimester ke-1 dan trimester

ke-2 dan angka kejadiannya kira-kira 20-30% dari seluruh bayi PJT.

PJT tipe-2 (asimetris, disproporsional)

PJT tipe-2 terjadi karena janin kurang mendapat nutrisi dan energi,

sehingga sebagian besar energi digunakan secara langsung untuk

mempertahankan pertumbuhan organ vital (seperti otak dan jantung). Hal

ini umumnya terjadi akibat insufisiensi plasenta. PJT asimetris mempunyai

ukuran kepala normal tetapi lingkar perut kecil. PJT tipe-2 memiliki berat

badan yang kurang dari persentil ke-10, sedangkan ukuran kepala dan

panjang badan normal. PJT asimetris terjadi pada trimester terakhir, yang

disebabkan karena terjadinya penurunan kecepatan pertumbuhan.

PJT Kombinasi

Bayi mungkin mengalami pemendekan skeletal, sedikit pengurangan dari

masa jaringan lunak. Jika malnutrisi terjadi dalam jangka waktu lama dan

parah, janin kemungkinan akan kehilangan kemampuan untuk kompensasi

(28)

Simetris Asimetris Insidensi 20-30% Insidensi 70-80%

Terjadi pada trimester ke-1 & ke-2 Terjadi pada trimester ke-3

Kecil secara simetris Kepala lebih besar dari abdomen

Menghambat selular embrionik

Menghambat hipertrofi dan hiperplasia selular

Menurunnya jumlah & ukuran sel

Menghambat hipertrofi selular

Menurunnya ukuran sel

Indeks ponderal normal Indeks ponderal rendah

Rasio kepala/abdomen dan femur/ abdomen

yang normal

Rasio kepala/abdomen dan femur/ abdomen yang meningkat

Penyakit genetik, infeksi Insufisiensi pembuluh darah plasenta

Komplikasi neonatus, prognosis buruk Biasanya keadaan neonatus agak buruk dan membaik bila komplikasi dihindari atau diterapi secara adekuat

Lin dan Santolaya Forgas (1998), melaporkan proses pertumbuhan sel-sel

secara mitosis cepat pada organ-organ janin dan plasenta, dapat dibagi

kedalam 3 fase, yakni :12

1. Fase Hiperplasia atau Proliferasi (penambahan jumlah sel)

Terjadi penggandaan sel-sel secara mitosis cepat pada organ-organ janin

dan peningkatan kandungan DNA. Hal ini terjadi sejak permulaan

perkembangan janin sampai usia kehamilan 16 minggu.

2. Fase Hiperplasia dan Hipertropi

Terjadi penurunan mitosis sel dan peningkatan ukuran sel. Hal ini

berlangsung sampai usia kehamilan 32 minggu.

(29)

Terjadi peningkatan kecepatan pertambahan ukuran sel, akumulasi jaringan

lemak, otot dan jaringan ikat, dimana puncak kecepatan pertambahan

ukuran sel terjadi pada usia kehamilan 33 minggu.

Fase hiperplasia dimulai pada awal perkembangan janin, kemudian secara

bertahap terjadi pergeseran ke fase hipertropi. Gangguan pertumbuhan pada

malnutrisi yang terjadi selama fase hiperplasia akan menyebabkan

berkurangnya jumlah sel yang sifatnya permanen (PJT simetris). Malnutrisi

yang terjadi selama fase hipertropi akan menyebabkan berkurangnya ukuran

sel, yang sifatnya reversibel (PJT asimetris). Apabila malnutrisi terjadi pada

fase hiperplasia dan hipertropi akan menyebabkan berkurangnya jumlah dan

ukuran sel (PJT kombinasi).3,4,13,14

2.1.4. FAKTOR RISIKO DAN ETIOLOGI

A. FAKTOR RISIKO

Kecurigaan akan PJT ditegakkan berdasarkan pengamatan terhadap faktor

risiko dan ketidaksesuaian antara tinggi fundus uteri (TFU) dengan usia

kehamilan (Miller, 1992 ; Manakatala, 2002). Kurang akuratnya pemeriksaan

klinis dalam meramalkan PJT pada umumnya disebabkan oleh : (1). Kesalahan

dalam menentukan umur kehamilan ; (2). Kesalahan dalam cara pengukuran

TFU ; (3). Adanya fenomena trimester terakhir, yaitu bayi dengan sangkaan

PJT pada usia kehamilan 28 minggu sampai 34 minggu, kemudian

menunjukkan pertumbuhan yang cepat pada usia kehamilan 36 minggu sampai

(30)

Tabel 2 . Faktor-Faktor Risiko PJT dikutip dari 15

FAKTOR-FAKTOR RISIKO PJT

1 Lingkungan sosio-ekonomi rendah

2 Riwayat PJT dalam keluarga

3 Riwayat obstetri yang buruk

4 Berat badan sebelum hamil dan selama kehamilan yang rendah

5 Komplikasi obstetrik dalam kehamilan

6 Komplikasi medik dalam kehamilan

B. ETIOLOGI

Secara keseluruhan, penyebab PJT bervariasi. Pada keadaan dimana

sebagian besar etiologi PJT belum dapat diketahui, PJT dapat disebabkan

karena adanya gangguan pada janin, plasenta, maupun maternal (tabel 3).

Terdapat hubungan yang erat antara PJT, kelainan susunan kromosom, dan

malformasi kongenital. Secara spesifik, janin dengan kelainan autosomal

lainnya (contoh : penghapusan kromosom cincin) biasanya memiliki gangguan

pertumbuhan.

Khoury dkk dalam Brodsky (2004), melaporkan dari 458 janin dengan usia

gestasi 17 minggu sampai 39 minggu dengan PJT, ditemukan 19% memiliki

kelainan susunan kromosom (paling banyak trisomi 18). Diantara 13.000 bayi

yang lahir dengan malformasi mayor (paling banyak anensepali), 22%

mengalami PJT. PJT jarang dikaitkan dengan infeksi janin pada kehamilan

trimester pertama atau kedua, termasuk sitomegalovirus, malaria, parvovirus,

(31)

Penyakit pembuluh darah ibu yang kronis yang berkaitan dengan hipertensi,

diabetes mellitus, penyakit ginjal, atau penyakit kolagen pembuluh darah

merupakan penyebab PJT yang paling umum di negara berkembang.

Pengaruh yang paling banyak ditimbulkan jika terjadinya hipertensi pada awal

kehamilan, dan lebih berat jika berhubungan dengan hipertensi kronis dan

superimposed preeklampsia.9

Keadaan hiperkoagulasi maternal seperti trombofilia dan sindrom antibodi

antifosfolipid juga dapat menghambat pertumbuhan, baik akibat pembentukan

trombosis plasental atau akibat efek sekunder dari hipertensi maternal.

Hipoksia persisten maternal akibat ketinggian, penyakit jantung dan paru yang

parah, dan anemia kronik dapat mengurangi oksigenasi pada janin sehingga

menghambat pertumbuhan janin.9

Roseboom dalam Brodsky (2003), melaporkan pada saat terjadinya

kelaparan di Belanda, Jerman, dan Uni Soviet terjadi malnutrisi ibu yang berat

sehingga dapat menghambat pertumbuhan janin. Kekurangan cadangan

makanan yang tersedia dan lamanya kelaparan berhubungan dengan PJT.

Dan ketika janin dipengaruhi oleh malnutrisi ibu yang berat, janin dapat

bertahan jika yang terjadi malnutrisi akut, khususnya pada janin aterm.9

Merokok cerutu mengurangi aliran darah uterus sehingga mengurangi

oksigenasi janin dan menghambat pertumbuhan janin. Jumlah cerutu yang

dihisap setiap hari, ibu hamil yang mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan lain

(32)

timbulnya PJT. Sebagai tambahan, plasenta yang besar, adanya massa pada

uterus, atau janin multipel dapat mengakibatkan terjadinya PJT.9

Tabel 3. Beberapa Penyebab PJT dikutip dari 9

MATERNAL PLASENTAL FETAL

Gangguan Vaskular (25-30%) Hipertensi

Hipoksia persisten (penyakit paru atau jantung, anemia yang berat)

Malnutrisi, Toksin (alkohol, rokok, obat-obatan, dll) Malformasi uterus atau adanya massa

Kelainan kromosom Kelainan kongenital

Penyebab multifaktor dari PJT ini disebabkan oleh tiga kemungkinan : (1)

Gangguan fungsi plasenta ; (2) Faktor ibu, yaitu : berkurangnya suplai oksigen

dan / atau asupan gizi ; (3) Faktor janin, yaitu : penurunan kemampuan janin

untuk menggunakan asupan gizi (gambar 1). Plasenta memainkan peranan

penting dalam dua kategori yang pertama. Perkembangan abnormal,

berkurangnya perfusi, dan disfungsi vili-vili plasenta sering mengakibatkan PJT,

khususnya pada tipe simetris.9,13,14

Pada plasenta dari ibu dengan preeklampsia terjadi invasi sitotrofoblas (CTB)

yang dangkal pada rahim dan diferensiasi CTB yang abnormal. Kegagalan atau

gangguan invasi CTB ini akan mencegah remodeling desidual distal

(33)

setempat yang akan mengakibatkan terjadinya PJT. Disfungsi villi plasenta

yang disebabkan oleh apoptosis pada trofoblast, stress oksidatif, infark dan

kerusakan sitokin akan mengakibatkan terjadinya angiogenesis yang tidak

menentu pada plasenta, sehingga menghambat pemulihan dari plasenta.9

Baru-baru ini, ditemukan faktor spesifik lain sebagai penyebab terjadinya PJT,

yakni : insulin dan insulin growth like factors (IGF)-1 dan 2, yang merupakan

hormon anabolik untuk pertumbuhan janin. Pada PJT ditemukan kadar IGF-1

rendah dan IGF binding protein yang tinggi, hal ini didukung dari penelitian lain

dimana terjadinya delesi parsial pada IGF-1 yang ditemui pada bayi PJT

dengan berat badan yang ekstrim. Disamping itu IGF-1 juga berperan pada

invasi dan differensiasi trofoblast serta pertumbuhan dari plasenta.9

Faktor lain yang berperan adalah glial cell missing-1 (GCM-1) yang dibutuhkan

untuk morfogenesis dan differensiasi dari trofoblast. Pada percobaan binatang

dan manusia ditemui bahwa leptin juga berperan dalam regulasi dan

pertumbuhan janin. Leptin adalah hormon polipeptida yang diproduksi oleh

jaringan lemak, kadar yang rendah pada sirkulasi janin dan plasenta

menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan, disamping itu leptin juga

mempunyai hubungan yang erat dengan hormon-hormon pertumbuhan lainnya,

yakni : insulin, kortisol dan IGF-1. Pada binatang percobaan dengan malnutrisi

protein, PJT terjadi karena gangguan transfort Na-dependent system A amino

acid.9

(34)

terdapat oligohidramnion, angka mortalitas perinatal akan meningkat lebih dari

50 kali lipat akibat komplikasi asfiksia. Kemungkinan adanya kelainan bawaan

yang menyebabkan oligohidramnion, seperti agenesis atau disgenesis ginjal

(35)

Kurangnyasuplai maternal

(36)

2.1.6. SKRINING JANIN

Walaupun pemeriksaan tunggal dengan biometri atau doppler dapat secara

tepat dalam membantu penegakkan diagnosa PJT, skrining dari PJT sangat

penting untuk mengidentifikasi janin dengan risiko tinggi. Pada populasi umum

skrining dilakukan dengan cara mengukur tinggi fundus uteri (TFU), yang

dilakukan secara rutin pada waktu pemeriksaan antenatal (ANC) sejak usia

kehamilan 20 minggu sampai aterm.15

Pada wanita yang mempunyai faktor risiko untuk terjadinya PJT sebaiknya

dilakukan pemeriksaan USG serial sepanjang kehamilannya. Pemeriksaan

skrining pada PJT terutama dilakukan pada kehamilan trimester ke-2 (18

minggu sampai 20 minggu) untuk evaluasi ada tidaknya malformasi, dan

kehamilan multipel. Pemeriksaan ulang sebaiknya dilakukan pada usia

kehamilan 28 minggu sampai 32 minggu untuk mendeteksi gangguan

pertumbuhan, pertumbuhan asimetris dan redistribusi darah ke organ penting,

antara lain otak, jantung dan kelenjar adrenal.15,19

Pengukuran TFU (dalam sentimeter), secara normal dilakukan dalam 3

minggu, pada usia kehamilan 20 minggu sampai 38 minggu. Jika TFU kurang

dari atau sama dengan 3 cm lebih rendah dari yang diharapkan pada usia

kehamilan tertentu, maka kita mulai mencurigai adanya PJT. 20

Yoshida dkk meneliti ketidakakuratan diagnosa dapat diakibatkan oleh:21

1. Prediksi BB janin dibawah 10% BB normal dengan menggunakan USG

pada kehamilan trimester ke-3

(37)

3. Faktor individual dan perubahan yang tidak terduga pada potensial

perkembangan yang dijumpai

4. Distribusi dari pertumbuhan saling berkait.

2.1.7. DIAGNOSIS

Diagnosis pasti PJT baru dapat diketahui setelah janin dilahirkan. Syarat utama

untuk mengetahui apakah pertumbuhan janin berjalan normal atau tidak,

adalah keharusan untuk mengetahui usia kehamilan secara tepat. Tanpa

diketahui usia kehamilan, ketepatan pertumbuhan janin tidak dapat ditentukan

dan kekeliruan yang serius dalam penatalaksanaan pasien bisa saja terjadi.3,4

Secara tradisional usia kehamilan dapat dihitung dari tanggal hari pertama haid

terakhir (HPHT) pada wanita yang siklus haidnya teratur. Namun sekitar

20-40% HPHT para ibu hamil kurang dapat dipercaya, misalnya karena lupa,

riwayat gangguan haid, perdarahan akibat penggunaan AKDR, perdarahan

akibat nidasi atau riwayat kontrasepsi hormonal.3,4,5

Sebelum ultrasonografi (USG) berkembang, PJT di diagnosa dengan

berkurangnya penambahan berat badan ibu dimana pertambahan berat badan

kurang dari 5 kg pada usia kehamilan 24 minggu atau kurang dari 8 kg pada

usia kehamilan 32 minggu (untuk ibu dengan BMI kurang dari 30) ;

pemeriksaan palpasi (Leopold), dimana akurasinya terbatas dalam mendeteksi

janin kecil masa kehamilan (KMK) sebesar 30%, sehingga perlu pemeriksaan

(38)

TFU (dalam sentimeter) akan sesuai dengan jumlah minggu usia kehamilan

pada usia kehamilan 22 minggu sampai 32 minggu dengan syarat kandung

kemih dalam keadaan kosong. Jika diperoleh hasil pengukuran tinggi fundus

uteri kurang dari atau sama dengan 3 cm lebih rendah dari yang diharapkan

pada usia kehamilan kurang dari 34 minggu, maka perlu dicurigai adanya PJT.

Namun pengukuran ini tidak dapat dilakukan bila usia kehamilan lebih dari 35

minggu. 10,15,18,19

Pengukuran TFU secara serial yang dilakukan dengan cermat disepanjang

masa kehamilan merupakan skrining yang baik untuk PJT tetapi tidak dapat

membedakan tipe PJT. Sensitifitasnya mencapai 56-86% dan spesifisitasnya

sekitar 80-93% bila usia kehamilan diketahui. Hasil pengukuran ini tidak bisa

diterapkan pada kehamilan multipel, hidramnion atau janin dengan letak

lintang, obesitas dan ukuran plasenta yang besar.2,3,4,15

2.1.8. ULTRASONOGRAFI

Penentuan usia kehamilan dengan pemeriksaan USG didasarkan pada

hubungan antara usia kehamilan dan ukuran biometri janin. Yang paling ideal

adalah bahwa setiap populasi mempunyai normogram sendiri yang dapat

digunakan untuk menentukan usia kehamilan dengan USG.4,5

Salah satu syarat utama dalam menegakkan PJT adalah ketepatan dalam

menentukan usia kehamilan. Data yang paling akurat dalam menentukan usia

(39)

minggu sampai 6 minggu, parameter yang dipakai untuk menentukan usia

kehamilan adalah diameter kantong gestasi. Pada usia kehamilan 7 minggu

sampai 12 minggu, parameter yang dipakai adalah jarak kepala-bokong

(crown-rump length atau CRL) dengan kesalahan sekitar 3-4 hari. 2,4,14,16,17,18,20

Pada usia kehamilan 12 minggu sampai 20 minggu, parameter yang dipakai

adalah diameter biparietal (DBP) dengan kesalahan sekitar 7 hari. Pada

kehamilan trimester ke-2 dan trimester ke-3, penentuan usia kehamilan dapat

juga dilakukan dengan menggunakan parameter biometri lainnya, seperti

lingkar kepala, femur, humerus, jarak biorbita dan sebagainya. Penentuan

HPHT, pengukuran besar uterus pada awal kehamilan, dan deteksi DJJ

merupakan cara yang paling bermanfaat dalam menentukan usia

kehamilan.2,4,14,16,17,18,20

Cara yang paling umum digunakan dalam penentuan pertumbuhan janin

adalah dengan memperkirakan BB janin pada usia kehamilan tertentu. Disini

dianggap bahwa usia kehamilan sudah diketahui dengan tepat. Dugaan

adanya PJT adalah apabila pada usia kehamilan tertentu BB janin yang

diobservasi ternyata lebih kecil dari BB janin yang diharapkan dalam

(40)

Gambar 2. Persentil Berat Badan Janin Berhubungan dengan Usia Kehamilan dikutip dari 20

Taksiran berat badan janin (TBJ) yang paling banyak digunakan yakni

pengukuran berdasarkan ukuran diameter biparietal (BPD), head

sirkumference (HC), abdominal sirkumference (AC) dan femur length (FL).

Beberapa parameter lain dari USG untuk mendiagnosis PJT adalah dengan

rasio berbagai variasi pengukuran seperti lingkar kepala dibagi dengan lingkar

perut (HC/AC) normal sama dengan 1.0 sebelum usia kehamilan 32 minggu;

mendekati 1.0 pada usia kehamilan 32 minggu sampai 34 minggu dan kurang

(41)

Pada PJT asimetrikal, HC tetap lebih besar dibanding AC karena otak

merupakan organ yang paling sedikit terpengaruh ukurannya oleh hambatan

pertumbuhan janin dibanding dengan hepar yang paling banyak mengalami

gangguan. Sedangkan pada PJT simetrikal, HC dan AC kedua–duanya

sama–sama lebih kecil, karenanya rasio HC/AC tidak membantu, rasio lainnya

yang berguna adalah rasio panjang femur per lingkar perut

(FL/AC).14,15,16,17,18,19

Hasil pengukuran AC kurang dari persentil ke-10 dibawah rata-rata dapat

diperkirakan suatu pertumbuhan asimetris. Baschat dan Weiner mengatakan

bahwa persentil AC yang rendah mempunyai nilai sensitivitas yang tinggi yakni

98.1% dalam mendiagnosa PJT, sedangkan TBJ mempunyai nilai sensitivitas

85.7%. 5

(42)

2.2. NEFROLOGI JANIN

Sejak jaman Hippocrates, telah diketahui bahwa janin memproduksi urin.

Secara umum diketahui bahwa, paling tidak pada akhir kehamilan, sebagian

besar cairan ketuban diatur oleh produksi urin ginjal janin. Walaupun plasenta

merupakan organ utama pengatur janin, ginjal janin juga berperan dalam

pengaturan tekanan arteri, homeostasis cairan dan elektrolit, keseimbangan

asam basa dan sintesa hormonal janin.26

2.2.1. EMBRIOLOGI

Ke tiga embrionik ginjal adalah pronefros, mesonefros, dan metanefros. Tahap

pertama ditandai dengan munculnya sepasang tubulus yang membentuk

pronefros, suatu organ nonfungsional yang muncul sekitar usia kehamilan 3

minggu dan mengalami involusi sempurna dalam waktu dua minggu. Tahap

kedua adalah perkembangan mesonefros, yang timbul lebih distal sepanjang

nefrotom dan mengandung sekitar 20 pasang glomerulus dan dinding tubulus

yang tebal. Pada usia kehamilan 5 minggu, ginjal mesonefrik sudah dapat

membentuk urin. Mesonefros mengalami degenerasi pada usia kehamilan 11

minggu hingga 12 minggu, yang diikuti dengan pembentukan ureteral bud.

Tahap ketiga dan fase terakhir perkembangan ginjal adalah timbulnya

metanefros, atau ginjal metanefrik yang matang. 27,28

Ureteral bud, berasal dari duktus wolffian, tumbuh ke arah metanefros dengan

menembus mesoderm metanefros (blastema) dan merangsang diferensiasi

(43)

Gambar 4. Gambaran Embriologi Ginjal dikutip dari 29

Bagian dari ureteral bud yang aktif berkembang, ampulla, mengalami berbagai

pembagian, merangsang perkembangan dari nefron, dan menghubungkan

nefron-nefron tersebut. Aktivitas ini berlanjut sepanjang kehamilan dari usia

kehamilan 32 hari sampai 36 minggu. Banyak faktor telah dikenali yang

diperlukan untuk nefrogenesis, seperti renin - angiotensin sistem (RAS),

berbagai faktor pertumbuhan, apoptosis, dan persediaan gizi yang cukup. Pada

sekitar usia kehamilan 36 minggu pembentukan nefron berhenti, di mana

terdapat sekitar 600.000-800.000 nefron setiap ginjal dengan suatu kisaran

yang lebar antar individual (250.000-2.000.000).27,30

Ureteral bud berkembang menjadi pelvis renalis, kalises, papillae, dan tubulus

kollekting, sedangkan blastema metanephrik menjadi asal dari nefron

(glomerulus, tubulus kontortus proksimal dan distal, dan ansa Henle).

Diferensiasi, pemanjangan, dan pematangan komponen nefron berlanjut

(44)

Metanefros mula-mula terletak di pelvis janin. Pertumbuhan cepat dari bagian

kaudal embrio mengakibatkan perubahan tempat dari sephalik ginjal mencapai

posisi normal di fossa lumbal. Kelainan pada proses ini mengakibatkan ginjal

ektopik. Pelvis ginjal pada awalnya kearah anterior. Mereka berputar

sedemikian sehingga hilum ginjal dan kalises kearah medial pada akhir

embriogenesis. Penggabungan ginjal membentuk ginjal ladam kuda sering

terjadi pada tingkat kutub bawah ginjal.27,28

(45)

Gambar 6. Gambaran Ginjal dan Nefron dikutip dari 32

2.2.2. FUNGSI GINJAL

Fungsi tubulus ginjal dimulai pada ginjal metanefros, yaitu antara usia

kehamilan 9 minggu sampai 12 minggu. Pada usia kehamilan 14 minggu,

saluran henle dapat berfungsi dan juga dapat terjadi reabsorpsi tubulus.

Sedangkan pembentukan nefron ginjal hanya sampai usia kehamilan 36

minggu pada janin manusia.28

Air kemih mengalir ke rongga amnion dan bercampur dengan cairan amnion.

Cairan ini ditelan oleh janin dan memasuki saluran pencernaan, untuk diserap

kedalam aliran darah dan berjalan melewati ginjal untuk kembali diekskresi

(46)

Nefrogenesis telah terbentuk secara sempurna pada saat kelahiran bayi cukup

bulan sedangkan pada bayi kurang bulan pembentukan dan perkembangan

nefron terus berlanjut setelah kelahirannya, dan juga terjadi pemanjangan

saluran henle dan pembentukan lekukan pada tubulus proksimal.28

2.2.3. HUBUNGAN PJT DENGAN JUMLAH NEFRON

PJT dihubungkan dengan berbagai penyakit pada saat dewasa seperti

hipertensi, penyakit kardiovaskuler, resistensi insulin dan penyakit ginjal

stadium akhir. Nefrogenesis adalah suatu proses yang kompleks yang

memerlukan suatu keseimbangan yang baik dari banyak faktor, dimana hal ini

dapat terganggu pada PJT, yang diawali dengan terhambatnya perkembangan

nefron. Sehingga jumlah nefron sedikit dan akan terjadi hiperfiltrasi glomerulus,

hal ini akan mengakibatkan terjadinya hipertensi glomerular dan sistemik. 30,33

Hiperfiltrasi ini dihubungkan dengan beberapa faktor, termasuk sistem

renin-angiotensin (RAS), IGF-I dan apoptosis. Dimana pada PJT terjadi peningkatan

apoptosis, penurunan IGF-I dan inhibisi RAS. Hiperfiltrasi menyebabkan ginjal

lebih peka dan rentan untuk terjadinya penyakit ginjal, yang diawali dengan

kerusakan glomerulus dan pada akhirnya akan terjadi gagal ginjal.30,33

Pembentukan nefron yang sedikit menyebabkan gangguan pertumbuhan ginjal

dan terjadi hiperfiltrasi. Hal ini mengakibatkan terjadinya reabsorpsi sodium

yang lebih banyak, peningkatan tekanan glomerular, peningkatan tekanan

darah sistemik dan terjadi albuminuria. Sehingga dapat mengakibatkan

(47)

berlanjut ke penyakit ginjal stadium akhir (End Stage Renal Disease : ESRD).

Prevalensi ESRD tentu saja lebih tinggi pada populasi dengan riwayat PJT. 30

Gambar 7. Gambaran Filtrasi Ginjal dikutip dari 34

Pada beberapa tahun terakhir, telah dilakukan penelitian mengenai hubungan

antara PJT dan penyakit pada saat dewasa. Barker dan Osmond (1986),

menghubungkan insidensi yang lebih tinggi pada penyakit kardiovaskuler

dengan PJT, dan menjelaskan hubungan antara PJT dengan peningkatan

tekanan darah, resistensi insulin dan non-insulin-dependent diabetes mellitus,

dislipidemia dan penyakit ginjal stadium akhir (ESRD).6,30,33,35

Bila ditemukan jumlah nefron berbanding terbalik dengan volume glomerulus,

dan terjadi pelebaran glomerulus pada kelompok yang sebelumnya mempunyai

riwayat PJT, maka insidensi untuk terjadinya hipertensi dan penyakit ginjal

(48)

penelitian otopsi pada manusia dan dinyatakan adanya hubungan antara

hipertensi dengan sedikitnya jumlah nefron dan glomerulus yang sedikit dan

membesar.6,30,33,35

Manning dkk (2002), menyatakan adanya suatu mekanisme ginjal yang lain,

yang dapat menjelaskan hubungan antara PJT dengan hipertensi, yang

didasarkan pada peningkatan reabsorpsi sodium pada tubulus ginjal.6,30,33,35

Brenner dan Chartow dalam Silver (2003), menyatakan bahwa pada PJT

dapat terjadi nefrogenesis yang buruk dan didapati jumlah glomerulus yang

sedikit, sehingga ditemukan peningkatan tekanan darah pada masa anak-anak

dan dewasa serta peningkatan risiko penyakit kardiovaskular dan penyakit

ginjal pada masa dewasa. Mereka juga menyatakan bahwa pada PJT terjadi

penurunan jumlah nefron, sehingga terjadi hiperfiltrasi glomerulus yang akan

merangsang faktor selular dan fisik yang pada akhirnya akan menyebabkan

hipertensi sistemik, sklerosis glomerulus, kegagalan glomerulus, dan

kerusakan fungsi ginjal yang progresif.6,30,33,35

Hinchcliffe dkk (1993), menyatakan adanya hubungan yang bermakna antara

PJT dengan pengurangan jumlah nefron. Sama halnya dengan, Manalich dkk

(2000), menemukan jumlah glomerulus yang lebih sedikit dan volume

glomerulus yang lebih besar pada neonatus dengan berat badan lahir kurang

dari 2.5 kilogram dibandingkan dengan berat badan lahir lebih dari 2.5

(49)

Spencer dkk (2001), menyatakan bahwa pada anak-anak Aborigin Australian,

pada usia 5–18 tahun, dengan berat badan lahir kurang dari 2.5 kilogram,

memiliki volume ginjal yang kurang dan jumlah nefron yang lebih sedikit

dibandingkan anak dengan berat badan lahir lebih dari 2.5 kilogram. Dan

memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya hipertensi dan penyakit ginjal

progresif. Hoy dkk (2005), menyatakan adanya hubungan yang bermakna

antara jumlah nefron yang sedikit dengan gagal ginjal dan penyakit ginjal

lainnya pada Aborigin Australian.35

2.2.4. ULTRASONOGRAFI GINJAL DAN KANDUNG KEMIH

Ginjal dapat digambarkan sejak dini pada usia kehamilan 9.5 minggu. Pada

awal kehamilan, ginjal tampak seperti gambaran hipoekhoik, oval pada

mid-abdomen posterior (Gambar. 8). 27

Gambar 8. Potongan Transversal Pada Abdomen Janin dengan Usia

Kehamilan 16 minggu. Tanda Panah Gambaran Ginjal. Sp, Tulang

(50)

Ketika ginjal matur, sistem pelvocaliceal tampak sebagai suatu gambaran

echo-poor (Gambar. 9). Kapsul menjadi lebih terlihat, dan perbedaan antara

piramid dan korteks menjadi lebih jelas pada trimester ke-3 (Gambar. 10).

Dengan ultrasonografi resolusi tinggi, lengkung arteri dapat terlihat sebagai

echo yang kecil, terang, dan sejajar dengan korteks. 27

Gambar 9. Potongan transversal pada Gambar 10. Potongan longitudinal ginjal

usia janin 27 minggu. Tanda panah, janin pada kehamilan trimester ke-3

dikutip

gambaran kedua ginjal. Tampak sistem dari

27

pelvocaliceal dan kapsul dikutip dari 27

Biometri ginjal dapat dinilai dengan baik. Panjang ginjal diukur dari kutub atas

sampai kutub bawah ginjal pada pemotongan longitudinal dari janin dengan

scan yang sejajar pada poros panjang dari aorta. Menghindari pemotongan

oblique pada ginjal sangat penting. Ketebalan dan lebar diukur pada

penampang melintang ginjal. Volume ginjal dihitung dengan rumus sebagai

berikut :27

Volume janin : P x L x T x 0.5233

(51)

Tabel 5. Biometri Normal Ginjal dikutip dari 27

Kandung kemih janin normal dapat terlihat sejak dini pada usia kehamilan

13 minggu. Perubahan pada ukuran organ ini secara umum terlihat sepanjang

pemeriksaan monografik karena janin mengosongkan kandung kemih tiap 30

sampai 45 menit. Suatu teknik penghitungan volume kandung kemih janin telah

dinyatakan oleh Campbell dkk (1973). M

ereka memperoleh tiga diameter

h dan menggunakan rumus:27 kandung kemi

(52)

minggu, menjadi 190 ml/kgBB pada

sia kehamilan 39 minggu. Urin output tiap jam dihitung dengan pemeriksaan

erial pada interval 15 sampai 30 menit.27

Diameter a diperoleh dari fundus kandung kemih sampai leher kandung kemih,

diameter b adalah diameter transversal maksimum, dan diameter c adalah

garis anteroposterior tengah maksimum. Produksi urin dalam 24 jam meningkat

dari 110 ml/kgBB pada usia kehamilan 25

u

(53)

BAB 3

E PENELITIAN

unan fungsi sekresi ginjal pada PJT dan normal

dengan kerangka penelitian sebagai

berikut :

METOD

3.1. RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan “cross sectional” : untuk

mencari karakteristik dan angka kejadian dalam bentuk presentase penurunan

volume ginjal dan penur

dengan pemeriksaan ultrasonografi,

SEMUA IBU HAMIL YANG ANC

KRITERIA INKLUSI &

TFU sesuai usia kehamilan

TBJ persentil ke 10-90 (hadlock)

HC/AC > 1 0

INFORMED CONSEN

TFU < 3 cm dari TFU usia

TBJ < persentil ke-10 (hadlock)

T

Janin Normal Normal

(HC/AC = 1(<32minggu); mendekati 1 (32-34 minggu) & < 1.0 (>34 PJT Asimetris

i ))

Pengukuran Volume Ginjal

(54)

Penelitian ini dimulai sejak bulan maret 2008 sampai

mlah sampel terpenuhi.

i Medan serta Klinik Kasih Abadi Medan yang

emenuhi kriteria penerimaan.

s :

2Q2)}2 3.2. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di poliklinik ibu hamil Departemen Obstetri dan

Ginekologi FK-USU RSUP. H. Adam Malik, RSUD. Dr. Pirngadi Medan serta

Klinik Kasih Abadi Medan.

ju

3.3. POPULASI PENELITIAN

Populasi penelitian ini adalah ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal

ke poliklinik ibu hamil Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU RSUP. H.

Adam Malik, RSUD. Dr. Pirngad

m

3.4. BESAR SAMPEL

Besar sampel pada penelitian ini dihitung dari rumu

(55)

Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah sampel untuk penelitian ini berjumlah

30 orang, yaitu : 15 orang dengan kehamilan PJT dan 15 orang dengan

kehamilan normal.

3.5. KRITERIA PENERIMAAN

a. Kehamilan tunggal.

b. Letak Membujur.

c. Usia kehamilan 28 minggu sampai 40 minggu.

d. HPHT yang jelas atau pemeriksaan CRL ultrasonografi.

e. Dijumpai PJT berdasarkan TBJ kurang dari persentil ke-10 dan indeks HC :

AC lebih dari 1.

f. Bersedia ikut dalam penelitian ini.

3.6. KRITERIA PENOLAKAN

a. Janin dengan kelainan ginjal.

b. Janin dengan kelainan kongenital mayor.

3.7. BAHAN DAN CARA KERJA PENELITIAN

a. Semua ibu hamil dengan usia kehamilan 28 minggu sampai 40 minggu,

yang melakukan antenatal care di poliklinik ibu hamil Departemen Obstetri

dan Ginekologi FK-USU RSUP. H. Adam Malik, RSUD. Dr. Pirngadi Medan

(56)

diberikan inform concent diminta kesediaannya untuk mengikuti penelitian

ini. Kemudian dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang meliputi

pengukuran BB, tanda vital, dan pemeriksaan obstetrik dasar.

b. Bila didapati TFU kurang dari 3 cm dari ukuran TFU yang sesuai dengan

usia kehamilan, disangkakan PJT dan memenuhi kriteria penerimaan, maka

dicalonkan menjadi sampel. Kasus normal adalah padu (matched) dengan

usia kehamilan PJT.

c. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan USG untuk menilai fetal growth dengan

menggunakan USG Medison SA 8000 live.

d. Pengukuran fetal growth :

Diameter Biparietal (BPD)

Lingkar Abdomen (AC : Abdominal Circumference)

e. Pada kasus TBJ kurang dari persentil ke-10 menurut formula hadlock,

selanjutnya dilakukan pemeriksaan pengukuran lingkar kepala (HC : Head

Circumference) dan kemudian dihitung rasio lingkar kepala dengan lingkar

perut (HC/AC), bila HC/AC lebih dari 1.0, dan dinyatakan sebagai sampel

PJT asimetris.

f. Pada kasus TBJ persentil ke-10 sampai ke-90 menurut formula hadlock,

dilakukan juga pemeriksaan pengukuran lingkar kepala (HC : Head

Circumference) dan kemudian dihitung rasio lingkar kepala dengan lingkar

perut (HC/AC), bila HC/AC sama dengan 1.0 (usia kehamilan kurang dari

32 minggu) ; mendekati 1 (usia kehamilan 32 minggu sampai 34 minggu) ;

kurang dari 1.0 (usia kehamilan lebih dari 34 minggu), dinyatakan sebagai

sampel normal.

g. Selanjutnya pada kasus PJT dan normal dilakukan pengukuran volume

(57)

3.8. BATASAN OPERASIONAL

a. Pertumbuhan Janin Terhambat

Batasan yang digunakan adalah bila berat badan janin berada dibawah

persentil ke-10 berat badan rata-rata untuk suatu usia kehamilan tertentu

(dari standar berat janin menurut Hadlock dkk).

Tabel 6. Standar Berat Janin Menurut Hadlock dkkdikutip dari 36

Standar Berat Janin TBJ berdasarkan persentil ke

(58)

Batasan yang digunakan adalah bila berat badan janin berada pada

persentil ke-10 sampai ke-90 berat badan rata-rata untuk suatu usia

kehamilan tertentu (dari standar berat janin menurut Hadlock dkk).

c. Biometri Ginjal

Panjang ginjal diukur dari kutub atas sampai kutub bawah ginjal pada

pemotongan longitudinal dari janin dengan scan yang sejajar pada poros

panjang dari aorta. Ketebalan dan lebar diukur pada penampang melintang

ginjal. Volume ginjal dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Volume ginjal = P x L x T x 0.5233

Volume ginjal dinyatakan kecil bila volume ginjal berada dibawah persentil

ke-5 volume ginjal untuk suatu usia kehamilan tertentu. Sedangkan

dinyatakan normal bila volume ginjal berada pada persentil 5 sampai

ke-95 volume ginjal untuk suatu usia kehamilan tertentu.

d. Pengukuran Delta Kandung Kemih

Diperoleh dengan menggunakan rumus, sebagai berikut :

D

iame

ter a diperoleh dari fundus kandung kemih sampai leher kandung kemih,

diameter b adalah diameter transversal maksimum, dan diameter c adalah

(59)

meningkat dari 110 ml/kgBB pada usia kehamilan 25 minggu, menjadi 190

ml/kgBB pada usia kehamilan 39 minggu.

e. Usia Kehamilan

Dihitung dari hari pertama haid terakhir dalam minggu lengkap, dengan

menggunakan rumus Naegele.

f. Usia Kehamilan Trimester ke-3

Wanita hamil dengan usia kehamilan lebih dari atau sama dengan 28

minggu yang dihitung sejak hari pertama haid terakhir.

3.9. ANALISA STATISTIK

Melihat distribusi frekuensi dari variabel yang diteliti. Data yang diperoleh dari

penelitian akan dimasukkan kedalam tabel induk. Data ini akan dimasukkan

dan diolah dengan bantuan komputer program SPSS (Statistical Package for

Social Sciences) version 15.0. Uji statistik yang digunakan ialah t-independent,

chi square test dan Korelasi Pearson. Kemaknaan pada penelitian ini adalah

5%. Bentuk penyajian data dengan tabel dan grafik.

3.10.ETIKA PENELITIAN

Semua peserta diberi penjelasan mengenai tujuan dan cara yang dijalankan

pada penelitian ini, penelitian dijalankan setelah di dapat persetujuan secara

(60)

hasil pemeriksaan yang dilakukan terhadapnya. Karena alasan tertentu,

(61)

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di poliklinik ibu hamil Departemen Obstetri dan

Ginekologi FK-USU RSUP. H. Adam Malik, RSUD. Dr. Pirngadi Medan serta

Klinik Kasih Abadi Medan, selama kurun waktu antara bulan Maret 2008

sampai Desember 2008. Didapatkan sampel penelitian sebanyak 30 orang,

yang dibagi menjadi 2 kelompok penelitian yaitu 15 orang untuk

kelompok PJT dan 15 orang untuk kelompok normal, yang diambil melalui

metode pengambilan sampel secara metode padu (matched) antara kelompok

PJT dan normal.

Karakteristik sampel penelitian, yaitu usia ibu, status obstetrik yang terdiri dari

jumlah gravida, paritas, abortus dan usia kehamilan. Hubungan antara

pemeriksaan volume ginjal dan delta kandung kemih pada kelompok PJT dan

normal diuji dengan uji t-independent, dengan taraf signifikan < 0.05.

Hubungan antara pemeriksaan biometri ginjal pada kelompok PJT dan normal

diuji dengan uji chi-square, dengan taraf signifikan < 0.05, dan hubungan ini

digambarkan secara jelas dengan diagram barr chart. Hubungan antara hasil

pemeriksaan volume ginjal dengan pengukuran delta kandung kemih pada PJT

dinyatakan dengan korelasi pearson.

(62)

Tabel 7. Karakteristik Peserta Penelitian Berdasarkan Usia Ibu

PJT Normal Usia

Ibu n % n %

< 25 25 – 30 > 30

3 9 3

20 60 20

9 2 4

60 13.3 26.7

Tabel 7 memperlihatkan sebaran karakteristik usia peserta penelitian, dimana

terlihat usia peserta penelitian terbanyak pada kelompok PJT yaitu kelompok

usia 25-30 tahun sebanyak 9 orang (60%) dan pada kelompok normal adalah

(63)

Tabel 8. Karakteristik Peserta Penelitian Berdasarkan Status Obstetrik

Tabel 8 memperlihatkan sebaran karakteristik berdasarkan status obstetrik dari

peserta penelitian, yaitu :

1. Gravida

Sebaran karakteristik jumlah gravida dari peserta penelitian yang terbanyak

pada kelompok PJT dan normal adalah gravida 1 sebanyak 6 orang (48%) dan

8 orang (53.3%).

2. Paritas

Sebaran karakteristik jumlah paritas dari peserta penelitian yang terbanyak

pada kelompok PJT dan normal adalah pada kelompok dengan jumlah paritas

0 sebanyak 6 orang (40%) dan 8 orang (53.3%).

(64)

Sebaran karakteristik riwayat abortus dari peserta penelitian terdapat hanya

pada normal sebanyak 1 orang (93.3%).

4. Usia kehamilan

Sebaran usia kehamilan dari kedua kelompok penelitian, PJT dan normal,

yang terbanyak berada pada usia kehamilan 36 minggu sampai 40 minggu

sebanyak 11 orang (73.3%) pada tiap kelompok penelitian.

(65)

Tabel 9. Perbandingan Volume Ginjal Pada Pemeriksaan Biometri Ginjal

Pada PJT dan Normal

PJT Normal

Tabel 9 memperlihatkan perbandingan volume ginjal kanan dan ginjal kiri pada

kelompok PJT dan normal. Nilai rata-rata volume ginjal kanan pada kelompok

PJT sebesar 5.04 cm3 (SD 2.16) ; dan nilai rata-rata volume ginjal kanan pada kelompok normal sebesar 10.59 cm3 (SD 3.06). Sedangkan nilai rata-rata volume ginjal kiri pada kelompok PJT sebesar 5.22 cm3 (SD 2.13) dan nilai

rata-rata volume ginjal kiri pada kelompok normal sebesar 9.84 cm3 (SD 2.64). Dengan uji t-independent terdapat perbedaan volume ginjal yang

bermakna diantara kelompok PJT dan normal dengan nilai p = 0.0001 (p <

0.05).

Silver dkk (2003), melaporkan perbedaan nilai rata-rata volume ginjal yang

bermakna (p = 0.002) pada kelompok PJT dan normal yang diperoleh dari hasil

pemeriksaan ultrasonografi, dimana nilai rata-rata volume ginjal pada

(66)

Hinchcliffe dkk (1993), menyatakan adanya hubungan yang bermakna antara

PJT dengan pengurangan jumlah nefron. Sama halnya dengan, Manalich dkk

(2000), menemukan jumlah glomerulus yang lebih sedikit dan volume

glomerulus yang lebih besar pada neonatus dengan berat badan lahir kurang

dari 2.5 kg dibandingkan dengan berat badan lahir lebih dari 2.5 kg.33

Spencer dkk (2001), menyatakan bahwa pada anak-anak Aborigin Australian,

pada usia 5–18 tahun, dengan berat badan lahir kurang dari 2.5 kg, memiliki

volume ginjal yang kurang dan jumlah nefron yang lebih sedikit dibandingkan

anak dengan berat badan lahir lebih dari 2.5 kg. Dan memiliki risiko yang lebih

tinggi untuk terjadinya hipertensi dan penyakit ginjal progresif. Hoy dkk (2005),

menyatakan adanya hubungan yang bermakna antara jumlah nefron yang

sedikit dengan gagal ginjal dan penyakit ginjal lainnya pada Aborigin

Gambar

TABEL INDUK
Tabel 2 . Faktor-Faktor Risiko PJT dikutip dari 15
Tabel 3. Beberapa Penyebab PJT dikutip dari 9
Gambar 1. Patofisiologi Pertumbuhan Janin Terhambat dikutip dari 9
+7

Referensi

Dokumen terkait

(PJT) DAN HAMIL NORMAL ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis I Obstetri dan Ginekologi di Fakultas Kedokteran

Sikap yang baik dalam melakukan pemeriksaan sangat diperlukan dalam penbetukan kompetesi.Palpasi Leopold merupakan cara untuk menentukan letak janin normal atau tidak

Telah dilakukan penelitian penentuan volume kelenjar tiroid dengan teknik sintigrafi dan ultrasonografi pada 7 orang pasien yang terdiri dari 1 pasien wanita normal, 5 pasien wanita

(2008) menyebutkan bahwa perburukan fungsi ginjal yang lebih berat terjadi pada pasien HF-REF yakni 70% dari pasien gagal jantung yang mengalami perburukan fungsi

antara pertumbuhan batita riwayat berat lahir normal dengan pertumbuhan batita pada riwayat berat badan lahir rendah di Puskesmas Gamping I, apabila melihat nilai z

Berbeda dengan hasil penelitian ini, Ronco et al (2008) menyebutkan bahwa perburukan fungsi ginjal yang lebih berat terjadi pada pasien HF-REF yakni 70% dari pasien